Anda di halaman 1dari 44

KEMANDIRIAN

YUDISIAL
BY
Prof. Muhadar, SH,MSi,Dr.
Syarat u/ belajar KY/KP
 Lulus SPP/ CJS
 Hukum Acara Pidana
 Kapita Selekta Hukum Acara Pidana
Grand Theory
Kemandirian Judisial
 Pancasila;
 UUD Tahun 1945 (Pasal 24;
 Pasal 1 UU No.48 Tahun 2009;
 UU No .49 Tahun 2009;
 Ajaran Monstesquieu---Trias Politica;
 Prof. Oemar Seno Adji;
 Prof. Soedikno Mertokusumo;
 Prof. Barda Nawawi Arief;
Arti kemandirian yudisial
• Kemandirian ---- ad. Kebebasan atau
Independen.
• Kemandirian Yudisial----kebebasan dlm
menjalankan tugas peradilannya. Hal
tersebut sesuai dgn kebebasan yg
dirumuskan dalam perundang-undangan.
Seperti UU No.48 Tahun 2009, UU No.49
Tahun 2009 dan perundangan terkait.
Prof. Oemar Seno Adji
• Kebebasan dimaksud adalah kebebasan
fungsional yg bersifat Zakelijk/Fungsional.
• Dia tdk terbatas hanya pd kebebasan
campur tangan dari pihak kekuasaan
negara lain, melainkan pada kebebasan
dari paksaan, direktif atau rekomendasi
dari pihak extra judicial (eksekutif, Legislatif
maupun para pihak yg berparkara).
Prof. Soedikno Mertokusumo
• Kemandirian kekuasaan Kehakiman atau
kebebasan hakim merup asas yg sifatnya
universal. Asas ini berarti---bhw dlm
melaksanakan peradilan, hakim pd dasarx
bebas memeriksa, mengadili perkara dari
campur tangan or turun tangan kekuasaan
extra yudisiil dalam jalanx sidang
pengadilan.
Prof. Barda Nawawi Arief, (mempuxi gagasan ttg konsep
kekuasaan kehakiman dalam arti luas, spt di bawah ini

• Kekuasaan negara u/ menegakkan hukum


dan keadilan demi terselenggarax n egara
hukum RI.
• Dgn pengertian spt ini maka kekuasaan
kehakiman tdk hanya berarti kekuasaan
mengadili di badan2 peradilan, tetapi
mencakup kekuasaan menegakkan
hukum dalam seluruh proses penegakan
hukum.
Prof. Barda….lebih lanjut
• Kekuasaan kehakiman yg merdeka dan mandiri
hrs pula terwujud dalam keseluruhan proses
penegakan hukum pidana. Yaitu kekuasaan
penyidikan, kekuasaan penuntutan dan
keuasaan mengadili dan kekuasaan eksekusi
pidana.
• Mandiri terlepas dari pengaruh kekuasaan
eksekutif dan legislatif.
• Tambahan penulis juga mandiri dari pengaruh
masyarakat yg berduit dan mempunyai
kepentingan dgn perkara yg sdg diadili.
Kemandirian pengadilan…….
• Kemandirian tdk hanya pd tingkatan
prosesx, melainkan juga menyentuh pd
dataran organisasi administrasi, keuangan
dan personilx. Bahkan lebih jauh dari itu,
sebagaimana harapan GBHN atau
PROPENAS.
• Kemandirian pengadilan disini tdk bersifat
parsial tetapi secara terintegral dalam
suatu sistem.
Kemandirian yudisial, (Rangkuman)
• Penyidik mandiri melakukan penyidikan pada
batas-batas Tupoksinya UU No.8/1981 dan tdk
pada UU No.2 /2002, dll;
• Penuntut mandiri dalam melakukan penuntutan
berdasarkan Tupoksinya UU No.16/2004 dan
UU No.8/1981 dll;
• Hakim mandiri dalam melakukan pemeriksaan
perkara dan dalam hal menjatuhkan putusannya
berdasarkan Tupoksinya/kewenanganya
berdasarkan UU No.48/2009.
II
Batas-batas Kemandirian
Pengadilan (KP)
• KP/Y, diberi batas2 o/ hukum—UU Negara, dia
diberi kebebasan hax seluas kebebasan
mengadili yg hrs terpisah dari kekuasaan badan-
badan kenegaraan lainnya.
• Dlm menjalankan kekuasaanx, KP selalu
diawasi dan dikontrol o/ aturan2 hukum yg ada
dan lembaga yg ditugasi u mengawasix.
• Hal ini dpt menjamin dan memperkuat posisi
kemandirian/kebebasan lembaga pengadilan.
Lanjutan………
• Namun tdk dpt pula dipungkiri tdp banyak
peraturan hukum yg juga memberi
peluang kpd kekuasaan lainnya u/
mengintervensi kemandirian yudisial, baik
dibidang organisatoris atau administrasi
maupun dibidang finansial.
• Faktor integritas individu para hakim?
III
Ajaran Montesquieu, Trias Politica
• U/ memahami asas KK yg merdeka tdk lepas
dari ajaran Montesquieu mengenai tujuan dan
pemisahan kekuasaan yi u/ menjamin adanya
terlaksananya kebebasan politik anggota
masyarakat negara.
• Montesquieu membagi kekuasaan negara
menjadi tiga kekuasaan yaitu---
• LEGISLATIF---EKSEKUTIF dan YUDIKATIF.
• Ketiga kekuasaan negara ini berada dlm fungsi
dan tugas yg berbeda2 dan ketigax berdiri
sendiri2 tanpa adax intervensi satu sama
lainnya.
Lanjutan………
• Meskipun demikian ketiga kekuasaan ini
saling mengawasi sehingga sati sama lain
tdk melakukan tindakan sewenang-
wenang.
• Badan Legislatif bertugas membuat
Hukum ---UU, Eksekutif menjalankannya
dan Yudikatif mengawasi dan
melaksanakan peradilan terhadap
pelanggaran Hukum--UU
Ajaran Montesquieu di Indonesia?
• Indonesia tdk secara mutlak menganut ajaran
pemisahan kekuasaan (Separations of power),melainkan
menganut paham pembagian kekuasaan (distribusi of
powers). Yg menekankan pd pembagian fungsi dan
bukan pd organ, namun kemandirian yudisial ttp
dipertahankan? Artinya Lembaga pengadilan dgn
kekuasaannya sendiri ttp sbg lembaga yg berdiri sendiri
terpisah dari kekuasaan lainnya.?
• Pemilahan kekuasaan seperti itulah akan dpt menjamin
kebebasan, tanpa pemilahan tak akan ada kebebasan,
sbgmana disebutkan oleh Montesquieu
Bukti Pembagian Kekuasaan……..
• Kekuasaan Legislatif bukan satu2nya lembaga
yg memiliki kewenangan membuat UU, tetapi
kewenangan itu juga dimiliki o/ presiden
eksekutif sebagaimana Pasal 5 (1) UUD 1945
berbunyi Presiden membentuk UU dgn
persetujuan DPR.
• Bgm PNS yg diberi kewenangan menyidik,
menuntut vide HAP dan UU No.16/2004, UU
KPK dan hukum terkait.
• TUGAS-----DISKUSI
IV
Kongres PBB ke-7 di Italy, ttg
Pencegahan Kejahatan
• Yg berlangsung di Italy mulai tgl 26
Agustus s/d. 6 September 1985.
• Menyetujui beberapa prinsip dasar tentang
kemandirian pengadilan.
Prinsip2 Dasar ttg Kemandirian
Pengadilan
• Independence of the judiciary,………
• Freedom of expression and association…
• Qualifiqations, selection and training….,
• Professional secrecy an immunity….,
• Discipline, suspension and removal…,
• DISKUSI--------TUGAS
V
Kemandirian Sistemik Pengadilan?
• Kemandirian dalam struktur organisasi
• Kemandirian dalam proses peradilan
• Kemandirian pada personal hakim
• Kemandirian dalam Visi dan Misi
DISKUSI
VI
Faktor yg mempengaruhi
Kemandirian Pengadilan
• Faktor Internal
• Faktor External
Faktor Internal
• Struktur kelembagaan
• Hakim
• Peraturan Hukum
• Markus----para pegawai---panitera
Faktor External
• Kekuasaan
• Politik/Kepentingan
• Kesadaran hukum masyarakat
• Ekonomi
VII
Tugas
• Membaca TUPOKSI dalam perundangan
maupun dalam aturan teknis administrasi
peradilan;
• Polri----Polisi—UU No.8/1981 & UU No. 2/2002
• Kejaksaan-----Jaksa---Jaksa PU, UU No.8/1981
& UU No.16/2004
• Pengadilan, UU No.48/2009 & UU No.8/1981
• Lembaga Pemasyarakatan, UU No. 12/1985
Hubungan Kordinasi
• Polri---Polisi----Kompolnas?
• Kejaksaan---Jaksa----Komjak?
• Pengadilan Hakim----KY?
• KPK---Hakim Tipikor?
KONTRA SISTEM PERADILAN
PIDANA
• Paham/Teori Abolisionisme o/ Louk
Hulsman,Belanda, ketua HPidana dan
Kriminologi Univ. Urasmus Rotterdam,
1964. Dalam pidato wisudax Handhaving
van recht (The Maintenance of Justice).

• Dalam pidatox ia sgt memperhatikan


aspek kemanusiaan, keadilan melalui
pelaksanaan hukum pidana.
lanjutan
• Louk Hulsman berpendapat bahwa; Hukum pidana
seharusnya dipandang sebagai salah satu sarana u/
mencapai tujuan pencegahan dan perbaikan terhadap
ketidakadilan dalam masyarakat.
• Bahwa CJS harus dihapuskan seluruhnya karena ia
merasakan bhw secara logika sistem ini tdk akan dpt
sarana yg manusiawi dan peka dalam menghadapi
kejahatan.
• Karakteristik abolisionisme, dalam konteks cjs,
mengandung masalah, cacat yg tdk dpt diperbaiki.
Persapektif L Hulsman, cjs sebagai masalah sosial, ada 4
pertimbangan

• 1. spp (cjs) memberikan penderitaan; adax


stigma dari masyarakat kpd terpidana dan
keluarga, kadang diasingkan dari
keluarga/masyarakat itu sendiri,
pembatasan kemerdekaan;
Persapektif L Hulsman, cjs sebagai masalah sosial, ada 4
pertimbangan

2. spp tdk dapat bekerja sesuai dgn tujuan


yg dicita-citakan;--memberi pembalasan,
melindungi masyarakat, u/ merehabilitasi
dan sosialisasi; dan tujuan tsb tdk pernah
tercapai;
Persapektif L Hulsman, cjs sebagai masalah sosial, ada 4
pertimbangan

3. spp tidak terkendalikan; bila menghadapi


kebijakan dari pengambil keputusan sering
rentan dan berubah-ubah tergantung pesanan.
Tiap instansi memiliki kewenangan yg berbeda
dalam menangani mekanisme kerja spp dan
sering merugikan Ham terdakwa bahkan korban.
• 4. pendekatan yang digunakanm spp memiliki
cacat mendasar.
Lanjutan Penjelasan L Hulsman

• Dalam mekanisme kerja spp pelaku kejahatan tdk


pernah dilibatkan dalam menentukan tujuan akhir dari
pidana yg diterimax.

• Bahkan Para korban kejahatan tdk pernah memperoleh


manfaat dari hasil akhir suatu spp.

• Penderitaan atau kerugian diwakilkan kpd polisi, jaksa


PU sehingga pd esensinya, perwakilan tsb dipandang
sebagai MENCURI KESEMPATAN, dari konflik antara
para pihak dan diwujudkan kedalam dua pihak yi negara
dan tersangka/terdakwa pelaku kejahatan.
Lanjutan Penjelasan L Hulsman. Misalnya cacat mendasar

• Pendekatan spp mengandung cacat mendasar, telah


terjadi kesalahan persepsi tentang pidana dan
kejahatan/penjahat. Bahwa antara konsep-konsep tsb
terdapat hub yg erat.
• Tidak selalu berarti bahwa jika ada kejahatan atau
penjahat harus selalu ada pidana atau pelakux harus
kepenjara.
• sehingga dalam konteks inilah tampak bahwa spp tidak
luwes dan tidak kreaktif dalam menemukan bentuk lain
dalam pengemdalian sosial (social control).
Marc Ancel berpendpt bhw teori abolisionisme
mencerminkan tiga hal

• 1. sistem pemidanaan bukan hanya satu-satux cara


terbaik u menghadapi kejahatan;

• 2. kejahatan bukanlah sesuatu yg terjadi mendahului


sistem hukum pidana, melainkan merupakan hasil dari
pelaksanaan spp tersebut;

• 3. pelaku kejahatan bukanlah machluk yg terasing dan


berbeda dgn warga lain. Dalam beberapa hal tertentu
kita semua adalah penjahat (calon penjahat).
analisis
• Bahwa teori atau paham abolisionisme
dari L Hulsman, merupakan
pembangkangan atas ajaran retributiv
justice (eropa continental) dalam
bekerjannya spp yg menitik beratkan kpd
pemidanaan atau pemenjaraan terpidana/
penjahat sbg tujuan akhir spp.
analisis
• Atas pembangkangan tersebut maka
muncullah pendekatan restroative justice,
yg berpendapat bahwa penjara atau
pemidanaan bukan satu2x jalan u
memperbaiki penjahat-----serta adanya
pemikiran bhw tdk kalah penting adalah
perlindungan korban atau keluarga korban
kejahatan
analisis
• -----u kejahatan tertentu penyelesaiannya
tdk harus melalui pengadilan, dpt
dilakukan dgn cara damai antara pihak
dan penegak hukum tinggal mendorong
proses perdamayan itu dan ini lebih
manusiawi, adil dan bermartabat.
“plea barganing system”di AS
• Praktek penanganan perkara pidana antara jaksa
penuntut umum dan tertuduh atau pembelax telah terjadi
perundingan/negosiasi perihal jenis kejahatan yg akan
dituduhkan dan ancaman hukuman yg akan dituntut
kelak di pengadilan.

• Cara tsb dalam sistem hukum acara pidana di AS


merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan
sistem penegakan hukum yg berlaku.
• Cara ini merupakan salah satu prosedur formal dan
legal. Praktek tsb dikenal dgn istilah “Plea Bargaining
system”
Bagaimana dgn Indonesia??
• Bagaimana dgn hukum acara pidana;

• Bagaimana dengan sistem hukum acara


pidana adat di indonesia dan
hubungannya dgn pendekatan restroative
justice;
• Perhatikan penyelesaian kasus di daerah
tertentu di indonesia u kejahatan tertentu.
penutup

Anda mungkin juga menyukai