Anda di halaman 1dari 80

Matematika 1

BAB 06
Diferensiasi

𝒅 𝒇 𝒙 + 𝒉 − 𝒇(𝒙)
𝒇 𝒙 = 𝐥𝐢𝐦
𝒅𝒙 𝒉→𝟎 𝒉
Topik Pembahasan

6.1 Garis Singgung dan Laju Perubahan

6.2 Fungsi Turunan


6.3 Diferensiasi dan Sifat-Sifat

6.4 Aturan Rantai dan Diferensiasi Implisit


6.5 Analisis Grafik Fungsi
6.1 Garis Singgung dan Laju Perubahan

Gambar-6.1.1 mengilustrasikan tentang garis singgung pada


kurva y = f(x) di titik 𝑃 𝑥0, 𝑓(𝑥0) , sebagai hampiran garis
Q potong yang menghubungkan titik P ke titik 𝑄 𝑥, 𝑓(𝑥) .
f(x)

f(x0)
P Disini, ketika x bergerak menuju 𝑥0 maka titik Q bergerak
menyusuri kurva menuju titik P, sehingga garis potong 𝑃𝑄
bergerak menghampiri garis singgung kurva di titik P.
x0 x x
Gambar-6.1.1.
Gambar-6.1.1 mengilustrasikan tentang garis singgung pada
kurva y = f(x) di titik 𝑃 𝑥0, 𝑓(𝑥0) , sebagai hampiran garis
Q
potong yang menghubungkan titik P ke titik 𝑄 𝑥, 𝑓(𝑥) .
f(x)

f(x0)
P
Disini, ketika x bergerak menuju 𝑥0 maka titik Q bergerak
menyusuri kurva menuju titik P, sehingga garis potong 𝑃𝑄
x0 x x bergerak menghampiri garis singgung kurva di titik P.
Gambar-6.1.1.

Definisi-6.1.1. Misalkan 𝑥0 titik di dalam domain fungsi f. Garis singgung ke kurva 𝑦 = 𝑓 𝑥 di titik
𝑃 𝑥0, 𝑓 𝑥0 adalah garis dengan persamaan
𝒚 − 𝒇 𝒙𝟎 = 𝒎𝒔 𝒙 − 𝒙𝟎
dengan kemiringan garis singgung
𝒇 𝒙 − 𝒇(𝒙𝟎 )
𝒎𝒔 = 𝐥𝐢𝐦 (6.1)
𝒙→𝒙𝟎 𝒙 − 𝒙𝟎
asalkan limit tersebut ada.
Contoh-6.1.1. Gunakan Definisi-6.1.1 untuk mendapatkan persamaan garis singgung pada sebuah parabola
𝑦 = 1 − 𝑥 2 di titik 𝑃(1,0).
Contoh-6.1.1. Gunakan Definisi-6.1.1 untuk mendapatkan persamaan garis singgung pada sebuah parabola
𝑦 = 1 − 𝑥 2 di titik 𝑃(1,0).
Pemecahan.
Dengan menggunakan Rumus (6.1) untuk 𝑓(𝑥) = 1 − 𝑥 2 dan 𝑥0 = 1, diperoleh kemiringan garis singgung
𝑓 𝑥 − 𝑓(𝑥0) 1 − 𝑥 2 − (1 − 𝑥02) 1 − 𝑥 2 − (1 − 12)
𝑚𝑠 = lim = lim = lim
𝑥→𝑥0 𝑥 − 𝑥0 𝑥→𝑥0 𝑥 − 𝑥0 𝑥→1 𝑥−1
1 − 𝑥2 − 0 1 − 𝑥 (1 + 𝑥)
= lim = lim = − lim 1 + 𝑥 = −2 .
𝑥→1 𝑥 −1 𝑥→1 −(1 − 𝑥) 𝑥→1

Jadi persamaan garis singgung ke kurva 𝑦 = 1 − 𝑥 2 di titik 𝑃(1,0) adalah


y - 0 = -2 (x – 1) atau y = -2x + 2.
Contoh-6.1.1. Gunakan Definisi-6.1.1 untuk mendapatkan persamaan garis singgung pada sebuah parabola
𝑦 = 1 − 𝑥 2 di titik 𝑃(1,0).
Pemecahan.
Dengan menggunakan Rumus (6.1) untuk 𝑓(𝑥) = 1 − 𝑥 2 dan 𝑥0 = 1, diperoleh kemiringan garis singgung
𝑓 𝑥 − 𝑓(𝑥0) 1 − 𝑥 2 − (1 − 𝑥02) 1 − 𝑥 2 − (1 − 12)
𝑚𝑠 = lim = lim = lim
𝑥→𝑥0 𝑥 − 𝑥0 𝑥→𝑥0 𝑥 − 𝑥0 𝑥→1 𝑥−1
1 − 𝑥2 − 0 1 − 𝑥 (1 + 𝑥)
= lim = lim = − lim 1 + 𝑥 = −2 .
𝑥→1 𝑥 −1 𝑥→1 −(1 − 𝑥) 𝑥→1

Jadi persamaan garis singgung ke kurva 𝑦 = 1 − 𝑥 2 di titik 𝑃(1,0) adalah


y - 0 = -2 (x – 1) atau y = -2x + 2.

Dengan memperkenalkan ℎ = 𝑥 − 𝑥0 berarti untuk 𝑥 → 𝑥0 diperoleh ℎ → 0, sehingga (6.1) dapat ditulis


sebagai
𝒇 𝒙𝟎 + 𝒉 − 𝒇(𝒙𝟎)
𝒎𝒔 = 𝐥𝐢𝐦 (6.2)
𝒉→𝟎 𝒉
Contoh-6.1.2. Dapatkan kemiringan garis singgung pada Contoh-6.1.1 menggunakan Rumus (6.2).
Contoh-6.1.2. Dapatkan kemiringan garis singgung pada Contoh-6.1.1 menggunakan Rumus (6.2).
Pemecahan.
Dengan Rumus (6.2) untuk 𝑓(𝑥) = 1 − 𝑥 2 dan 𝑥0 = 1, diperoleh

𝑓 1 + ℎ − 𝑓(1) 1 − (1 + ℎ)2 − (1 − 12) −2ℎ − ℎ2 − 0


𝑚𝑠 = lim = lim = lim
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
−2ℎ − ℎ2
= lim = lim (−2 − ℎ) = − lim 2 + ℎ −2.
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ→0

Tampak bahwa hasilnya sama dengan Contoh-6.1.1.


Kecepatan Rata-Rata dan Kecepatan Sesaat

Jika suatu partikel bergerak sepanjang lintasan lurus, misalkan sumbu-s sehingga posisinya merupakan sebuah
fungsi dari waktu t yang ditempuh
𝑠=𝑓 𝑡 (6.3)

maka f disebut sebuah fungsi posisi dari partikel. Kecepatan rata-rata dari partikel tersebut dalam selang
waktu 𝑡0, 𝑡0 + ℎ , > 0 didefinisikan dengan
𝐣𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐞𝐦𝐩𝐮𝐡 𝒇 𝒕𝟎 + 𝒉 − 𝒇(𝒕𝟎 )
𝒗𝒓 = = (6.4)
𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐮𝐡 𝒉
Jika suatu partikel bergerak sepanjang lintasan lurus, misalkan sumbu-s sehingga posisinya merupakan sebuah
fungsi dari waktu t yang ditempuh
𝑠=𝑓 𝑡 (6.3)

maka f disebut sebuah fungsi posisi dari partikel. Kecepatan rata-rata dari partikel tersebut dalam selang
waktu 𝑡0, 𝑡0 + ℎ , > 0 didefinisikan dengan
𝐣𝐚𝐫𝐚𝐤 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐭𝐞𝐦𝐩𝐮𝐡 𝒇 𝒕𝟎 + 𝒉 − 𝒇(𝒕𝟎 )
𝒗𝒓 = = (6.4)
𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐦𝐩𝐮𝐡 𝒉

Contoh-6.1.3. Misalkan 𝑠 = 𝑓 𝑡 = 1 + 6𝑡 − 𝑡 2 adalah fungsi posisi dari suatu gerak partikel, yang bergerak
dengan s dalam satuan meter dan t dalam detik. Dapatkan kecepatan rata-rata dari partikel tersebut selama
selang waktu : (a) [0,3] dan (b) [2,5].
Pemecahan.
(a) Dengan menerapkan (6.4) untuk 𝑡0 = 0 dan h = 3, diperoleh kecepatan rata-rata
𝑓 𝑡0 + ℎ − 𝑓(𝑡0) 𝑓 0 + 3 − 𝑓(0) 𝑓 3 − 𝑓(0) 10 − 1
𝑣𝑟 = = = = = 3 𝑚 Τdet .
ℎ 3 3 3

(b) Dengan menerapkan (6.4) untuk 𝑡0 = 2 dan h = 3, diperoleh kecepatan rata-rata


𝑓 𝑡0 + ℎ − 𝑓(𝑡0) 𝑓 2 + 3 − 𝑓(2) 𝑓 5 − 𝑓(2) 6−9
𝑣𝑟 = = = = = −1 𝑚 Τdet .
ℎ 3 3 3

Kecepatan sesaat gerak partikel pada waktu 𝑡 = 𝑡0 adalah limit kecepatan rata-rata untuk ℎ → 0 , yaitu

𝒇 𝒕𝟎 + 𝒉 − 𝒇(𝒕𝟎 )
𝒗𝒔 = 𝐥𝐢𝐦 𝒗𝒓 = 𝐥𝐢𝐦 (6.5)
𝒉→𝟎 𝒉→𝟎 𝒉
Secara geometrik, diilustrasikan dalam Gambar-6.1.2,
kecepatan rata-rata merupakan kemiringan garis potong

Q
yang melalui titik 𝑃 𝑡0, 𝑓(𝑡0) dan titik 𝑄 𝑡0 + ℎ, 𝑓(𝑡0 + ℎ) ;
f(t0+h)
sedangkan kecepatan sesaat merupakan kemiringan garis
P
f(t0) singgung di titik 𝑃 𝑡0, 𝑓(𝑡0) .

t0 t0 + h t
Gambar-6.1.2.
Secara geometrik, diilustrasikan dalam Gambar-6.1.2,
kecepatan rata-rata merupakan kemiringan garis potong

Q
yang melalui titik 𝑃 𝑡0, 𝑓(𝑡0) dan titik 𝑄 𝑡0 + ℎ, 𝑓(𝑡0 + ℎ) ;
f(t0+h)
sedangkan kecepatan sesaat merupakan kemiringan garis
P
f(t0) singgung di titik 𝑃 𝑡0, 𝑓(𝑡0) .

t0 t0 + h t
Gambar-6.1.2.

Contoh-6.1.4. Misalkan 𝑠 = 𝑓 𝑡 = 1 + 6𝑡 − 𝑡 2 adalah fungsi posisi dari suatu gerak partikel yang bergerak
pada lintasan lurus. Dapatkan kecepatan sesaat dari partikel tersebut pada waktu t = 2.
Secara geometrik, diilustrasikan dalam Gambar-6.1.2,
kecepatan rata-rata merupakan kemiringan garis potong

Q
yang melalui titik 𝑃 𝑡0, 𝑓(𝑡0) dan titik 𝑄 𝑡0 + ℎ, 𝑓(𝑡0 + ℎ) ;
f(t0+h)
sedangkan kecepatan sesaat merupakan kemiringan garis
P
f(t0) singgung di titik 𝑃 𝑡0, 𝑓(𝑡0) .

t0 t0 + h t
Gambar-6.1.2.

Contoh-6.1.4. Misalkan 𝑠 = 𝑓 𝑡 = 1 + 6𝑡 − 𝑡 2 adalah fungsi posisi dari suatu gerak partikel yang bergerak
pada lintasan lurus. Dapatkan kecepatan sesaat dari partikel tersebut pada waktu t = 2.
Pemecahan.
Pada saat t = 2, posisi partikel s = 9. Dengan menerapkan Rumus (6.5) untuk 𝑡0 = 2, diperoleh kecepatan
sesaat
2
𝑓 𝑡0 + ℎ − 𝑓(𝑡0) 1+6 2+ℎ − 2+ℎ −9 2ℎ − ℎ2
𝑣𝑠 = lim = lim = lim = lim 2 − ℎ = 2 .
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0
Masalah kecepatan dapat dipandang sebagai kasus khusus dari masalah laju perubahan. Laju perubahan y
terhadap x, untuk y suatu fungsi dari x :
(i) laju perubahan rata-rata sebagai kemiringan garis potong, dan
(ii) laju perubahan sesaat sebagai kemiringan garis singgung.
Masalah kecepatan dapat dipandang sebagai kasus khusus dari masalah laju perubahan. Laju perubahan y
terhadap x, untuk y suatu fungsi dari x :
(i) laju perubahan rata-rata sebagai kemiringan garis potong, dan
(ii) laju perubahan sesaat sebagai kemiringan garis singgung.

Contoh-6.1.5. Misalkan diberikan fungsi 𝑦 = 𝑓 𝑥 = 𝑥 2 − 2, dapatkan :


(a) Laju perubahan rata-rata dari y terhadap x pada selang [1,4].
(b) Laju perubahan sesaat dari y terhadap x saat x = 4.
Masalah kecepatan dapat dipandang sebagai kasus khusus dari masalah laju perubahan. Laju perubahan y
terhadap x, untuk y suatu fungsi dari x :
(i) laju perubahan rata-rata sebagai kemiringan garis potong, dan
(ii) laju perubahan sesaat sebagai kemiringan garis singgung.

Contoh-6.1.5. Misalkan diberikan fungsi 𝑦 = 𝑓 𝑥 = 𝑥 2 − 2, dapatkan :


(a) Laju perubahan rata-rata dari y terhadap x pada selang [1,4].
(b) Laju perubahan sesaat dari y terhadap x saat x = 4.
Pemecahan.
(a) Dengan menerapkan Rumus (6.4) untuk 𝑡0 = 1, diperoleh laju perubahan rata-rata dari y terhadap x
pada selang [1,4],
𝑓 4 −𝑓 1 14 − −1
Laju rata − rata = = = 5.
4−1 3
Masalah kecepatan dapat dipandang sebagai kasus khusus dari masalah laju perubahan. Laju perubahan y
terhadap x, untuk y suatu fungsi dari x :
(i) laju perubahan rata-rata sebagai kemiringan garis potong, dan
(ii) laju perubahan sesaat sebagai kemiringan garis singgung.

Contoh-6.1.5. Misalkan diberikan fungsi 𝑦 = 𝑓 𝑥 = 𝑥 2 − 2, dapatkan :


(a) Laju perubahan rata-rata dari y terhadap x pada selang [1,4].
(b) Laju perubahan sesaat dari y terhadap x saat x = 4.
Pemecahan.
(a) Dengan menerapkan Rumus (6.4) untuk 𝑡0 = 1, diperoleh laju perubahan rata-rata dari y terhadap x
pada selang [1,4],
𝑓 4 −𝑓 1 14 − −1
Laju rata − rata = = = 5.
4−1 3

(b) Dengan menerapkan Rumus (6.5), diperoleh laju perubahan sesaat dari y terhadap x pada saat x = 4,

𝑓 4 + ℎ − 𝑓(4) 4+ℎ 2 − 2 − 42 − 2 8ℎ + ℎ2
Laju sesaat = lim = lim = lim = lim 8 + ℎ = 8 .
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0
6.2 Fungsi Turunan

Definisi-6.2.1. Fungsi 𝑓 ′ yang didefinisikan dengan


𝒇 𝒙 + 𝒉 − 𝒇(𝒙)
𝒇′ 𝒙 = 𝐥𝐢𝐦 (6.6)
𝒉→𝟎 𝒉
disebut fungsi turunan (turunan) dari 𝑓 terhadap x. Domain 𝑓 ′ adalah semua x dalam
domain f dengan nilai limit tersebut ada.
Definisi-6.2.1. Fungsi 𝑓 ′ yang didefinisikan dengan
𝒇 𝒙 + 𝒉 − 𝒇(𝒙)
𝒇′ 𝒙 = 𝐥𝐢𝐦 (6.6)
𝒉→𝟎 𝒉
disebut fungsi turunan (turunan) dari 𝑓 terhadap x. Domain 𝑓 ′ adalah semua x dalam
domain f dengan nilai limit tersebut ada.

Contoh-6.2.1. Diberikan sebuah fungsi real 𝑓 𝑥 = 𝑥 .


(a) Dapatkan turunan terhadap x dari 𝑓 𝑥 .
(b) Dapatkan kemiringan garis singgung kurva 𝑦 = 𝑥 di x = 9.
(c) Dapatkan limit dari 𝑓′ 𝑥 untuk 𝑥 → 0+ dan untuk 𝑥 → ∞
Definisi-6.2.1. Fungsi 𝑓 ′ yang didefinisikan dengan
𝒇 𝒙 + 𝒉 − 𝒇(𝒙)
𝒇′ 𝒙 = 𝐥𝐢𝐦 (6.6)
𝒉→𝟎 𝒉
disebut fungsi turunan (turunan) dari 𝑓 terhadap x. Domain 𝑓 ′ adalah semua x dalam
domain f dengan nilai limit tersebut ada.

Contoh-6.2.1. Diberikan sebuah fungsi real 𝑓 𝑥 = 𝑥 .


(a) Dapatkan turunan terhadap x dari 𝑓 𝑥 .
(b) Dapatkan kemiringan garis singgung kurva 𝑦 = 𝑥 di x = 9.
(c) Dapatkan limit dari 𝑓′ 𝑥 untuk 𝑥 → 0+ dan untuk 𝑥 → ∞
Pemecahan.
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑥+ℎ− 𝑥 𝑥+ℎ − 𝑥 𝑥+ℎ + 𝑥
𝑎 𝑓′ 𝑥 = lim ℎ
= lim ℎ
= lim ℎ
. 𝑥+ℎ + 𝑥
ℎ→0 ℎ→0 ℎ→0
(𝑥 + ℎ) − 𝑥 ℎ 1
= lim ℎ 𝑥 + ℎ + 𝑥 = lim ℎ 𝑥 + ℎ + 𝑥 = lim 𝑥 +ℎ + 𝑥
ℎ→0 ℎ→0 ℎ→0
1
= .
2 𝑥
1
(b) Dari bagian (a), kemiringan garis singgung di 𝑥 = 𝑥0 adalah 𝑚𝑠 = 𝑓 ′ 𝑥0 = . Jadi kemiringan
2 𝑥0
1 1
garis singgung di x = 9 adalah 𝑓 ′ 9 = = .
2 9 6
1
(b) Dari bagian (a), kemiringan garis singgung di 𝑥 = 𝑥0 adalah 𝑚𝑠 = 𝑓 ′ 𝑥0 = . Jadi kemiringan
2 𝑥0
1 1
garis singgung di x = 9 adalah 𝑓 ′ 9 = 2 9
=6 .
1
(c) Gambar-6.2.1 menyajikan : (a) grafik untuk 𝑦 = 𝑓 𝑥 = 𝑥 dan (b) grafik untuk 𝑦 = 𝑓′ 𝑥 = .
2 𝑥
Dapat diamati bahwa 𝑓′ 𝑥 > 0 untuk 𝑥 > 0, yang berarti bahwa semua garis singgung pada kurva
𝑦 = 𝑓 𝑥 = 𝑥 mempunyai kemiringan positif. Karena
1 1
lim+ = +∞ dan lim =0
𝑥→0 2 𝑥 𝑥→+∞ 2 𝑥
berarti grafik dari y = 𝑓′ 𝑥 semakin mendekati vertikal untuk 𝑥 → 0+ , dan semakin mendekati
horisontal untuk 𝑥 → +∞
1
(b) Dari bagian (a), kemiringan garis singgung di 𝑥 = 𝑥0 adalah 𝑚𝑠 = 𝑓 ′ 𝑥0 = . Jadi kemiringan
2 𝑥0
1 1
garis singgung di x = 9 adalah 𝑓 ′ 9 = = .
2 9 6
1
(c) Gambar-6.2.1 menyajikan : (a) grafik untuk 𝑦 = 𝑓 𝑥 = 𝑥 dan (b) grafik untuk 𝑦 = 𝑓′ 𝑥 = 2 𝑥
.
Dapat diamati bahwa 𝑓′ 𝑥 > 0 untuk 𝑥 > 0, yang berarti bahwa semua garis singgung pada kurva
𝑦 = 𝑓 𝑥 = 𝑥 mempunyai kemiringan positif. Karena
1 1
lim+ = +∞ dan lim =0
𝑥→0 2 𝑥 𝑥→+∞ 2 𝑥
berarti grafik dari y = 𝑓′ 𝑥 semakin mendekati vertikal untuk 𝑥 → 0+ , dan semakin mendekati
horisontal untuk 𝑥 → +∞

3 3

y = f(x) = Vx
2 2

1 1
y = f (x) = 1/2Vx

1 4 9 x 1 4 9 x
(a) (b)
Gambar-6.2.1.
Definisi-6.2.2. Suatu fungsi 𝑓 dikatakan dapat diturunkan (differensiable) di 𝑥0 jika
𝒇 𝒙𝟎 + 𝒉 − 𝒇(𝒙𝟎 )
𝒇′ 𝒙𝟎 = 𝐥𝐢𝐦 (6.7)
𝒉→𝟎 𝒉
ada. Jika 𝑓 dapat diturunkan disetiap titik dari selang terbuka (a,b), maka dikatakan f dapat
diturunkan pada (a,b).

Teorema-6.2.3. Jika suatu fungsi 𝑓 dapat diturunkan di 𝑥0, maka f kontinu di 𝑥0 .

x0 x x0 x x0 x
Titik sudut Garis singgung vertikal Titik diskontinuitas
Gambar-6.2.2.
Contoh-6.2.2. Gambar-6.2.3 menunjukkan grafik dari 𝑦 = 𝑥 yang mempunyai titik sudut di x = 0, yang
berarti 𝑓(𝑥) = 𝑥 tidak mempunyai turunan di x = 0.

(a) Buktikan bahwa 𝑓(𝑥) = 𝑥 tidak dapat diturun-


kan di x = 0 dengan menunjukkan bahwa limit
dalam Definisi-6.2.2 tidak ada di x = 0.
|x|

(b) Dapatkan rumus untuk 𝑓 ′ 𝑥 .


0 x
Gambar-6.2.3.
Contoh-6.2.2. Gambar-6.2.3 menunjukkan grafik dari 𝑦 = 𝑥 yang mempunyai titik sudut di x = 0, yang
berarti 𝑓(𝑥) = 𝑥 tidak mempunyai turunan di x = 0.

(a) Buktikan bahwa 𝑓(𝑥) = 𝑥 tidak dapat diturun-


kan di x = 0 dengan menunjukkan bahwa limit
dalam Definisi-6.2.2 tidak ada di x = 0.
|x|

(b) Dapatkan rumus untuk 𝑓 ′ 𝑥 .


0 x
Gambar-6.2.3.
Pemecahan.
(a) Perhatikan bahwa dengan Rumus (6.7) diperoleh
𝑓 0 + ℎ − 𝑓(0) ℎ − 0 ℎ
𝑓′ 0 = lim = lim = lim .
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
Tetapi
ℎ 1, ℎ>0
= ቊ
ℎ −1, ℎ<0
yang berarti bahwa
ℎ ℎ
lim− = −1 dan lim+ = 1
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
Dengan demikian limit-limit satu sisinya tidak sama, sehingga limit dalam (6.7) tidak ada, dan f
tidak dapat diturunkan di x = 0.

(b) Rumus untuk turunan dari 𝑓 𝑥 = 𝑥 dapat diperoleh dengan menuliskan 𝑥 dalam bentuk
sepotong-sepotong. Jika 𝑥 > 0 maka 𝑓 𝑥 = 𝑥 dan 𝑓′ 𝑥 = 1; jika 𝑥 < 0 maka 𝑓 𝑥 = −𝑥 dan
𝑓 ′(𝑥) = −1. Jadi
1, 𝑥>0
𝑓′ 𝑥 = ቊ
−1, 𝑥<0
Dengan demikian limit-limit satu sisinya tidak sama, sehingga limit dalam (6.7) tidak ada, dan f
tidak dapat diturunkan di x = 0.

(b) Rumus untuk turunan dari 𝑓 𝑥 = 𝑥 dapat diperoleh dengan menuliskan 𝑥 dalam bentuk
sepotong-sepotong. Jika 𝑥 > 0 maka 𝑓 𝑥 = 𝑥 dan 𝑓′ 𝑥 = 1; jika 𝑥 < 0 maka 𝑓 𝑥 = −𝑥 dan
𝑓 ′(𝑥) = −1. Jadi
1, 𝑥>0
𝑓′ 𝑥 = ቊ
−1, 𝑥<0

Turunan suatu fungsi didefinisikan dengan limit dua sisi, sehingga untuk fungsi yang didefinisikan pada
selang tertutup [a,b], tidak didefinisikan 𝑓 ′ 𝑥 untuk x titik-titik ujung selang. Untuk itu, didefinisikan
berikut
𝒇 𝒙 + 𝒉 − 𝒇(𝒙)
𝑖 𝐓𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐫𝐢 𝒇′− 𝒙 = 𝐥𝐢𝐦−
𝒉→𝟎 𝒉
𝒇 𝒙 + 𝒉 − 𝒇(𝒙)
𝑖𝑖 𝐓𝐮𝐫𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐧𝐚𝐧 𝒇′+ 𝒙 = 𝒍𝒊𝒎+
𝒉→𝟎 𝒉
yang dinamakan juga turunan satu sisi. Jelas bahwa, f mempunyai turunan di 𝑥0 apabila turunan kiri di
𝑥0 sama dengan turunan kanan di 𝑥0, yaitu : 𝑓−′ 𝑥0 = 𝑓+′ 𝑥0 .
Secara umum, dikatakan bahwa f dapat diturunkan pada selang : [a,b], 𝑎, +∞ , −∞, 𝑏 , [a,b), atau (a,b]
jika f dapat diturunkan di semua titik di dalam selang-selang tersebut dan turunan satu sisi yang sesuai di titik
ujungnya.
f dapat diturunkan pada selang [a,b] : - f dapat diturunkan di semua titik di dalam selang (a,b),
- f mempunyai turunan sisi kanan di a,
- f mempunyai turunan sisi kiri di b.

Proses mendapatkan turunan (derivatif) suatu fungsi disebut diferensiasi. Jika peubah bebasnya adalah x,
operasi diferensiasi juga sering ditulis dengan
𝒅
𝒇′ 𝒙 = 𝒇(𝒙) atau 𝒇′ 𝒙 = 𝑫𝒙 𝒇(𝒙)
𝒅𝒙

apabila memuat peubah tak bebas y = f(x), turunannya juga sering ditulis dengan
𝒅𝒚
𝒇′ 𝒙 = 𝒚′ 𝒙 atau 𝒇′ 𝒙 =
𝒅𝒙

Untuk nilai turunan di titik 𝑥0 dinyatakan dengan


𝒅 𝒅𝒚
𝒇 ′ 𝒙𝟎 = 𝒇(𝒙) ቤ , 𝒇′ 𝒙𝟎 = 𝒚′ 𝒙𝟎 , 𝒇 ′ 𝒙𝟎 = ቤ
𝒅𝒙 𝒙
𝒅𝒙 𝒙
𝟎 𝟎
Jika suatu peubah t berubah dari suatu nilai awal 𝑡0 ke suatu nilai akhir 𝑡1 , maka pertambahan dalam t
ditulis sebagai
∆𝑡 = 𝑡1 − 𝑡0 .

Pertambahan disini dapat positif atau negatif. Dengan notasi ini, jika ∆𝑥 menyatakan pertambahan pada x,
maka rumus turunan dapat ditulis

𝑓 𝑥 + ∆𝑥 − 𝑓 𝑥
𝑓′ 𝑥 = lim (6.8)
∆𝑥→0 ∆𝑥

Selanjutnya, jika 𝑦 = 𝑓(𝑥) maka pembilang pada (6.8) dapat dipandang sebagai pertambahan

∆𝑦 = 𝑓 𝑥 + ∆𝑥 − 𝑓 𝑥 (6.9)

dan dalam hal ini diperoleh

𝑑𝑦 ∆𝑦 𝑓 𝑥 + ∆𝑥 − 𝑓 𝑥
= lim = lim (6.10)
𝑑𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥
6.3 Diferensiasi dan Sifat-Sifat

Dalam bagian ini, dikembangkan cara untuk mendapatkan turunan fungsi-fungsi sederhana menggunakan sifat-
sifat limit. Diawali dari fungsi-fungsi aljabar sederhana, yaitu monomial, selanjutnya polinomial, dan
akhirnya fungsi rasional.

Fungsi aljabar (monomial) yang paling sederhana adalah fungsi konstan (monomial derajat nol), 𝒇 𝒙 = 𝒌.
Karena grafik dari f(x) ini berupa sebuah garis horisontal, berarti kemiringannya 0 untuk setiap x, yaitu :
𝑓′ 𝑥 = 0. Secara aljabar menggunakan definisi turunan dapat diperlihatkan bahwa

𝑑 𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥) 𝑘−𝑘


𝑓′ 𝑥 = 𝑘 = lim = lim = 0 .
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ

Hasil tersebut membuktikan teorema berikut


Dalam bagian ini, dikembangkan cara untuk mendapatkan turunan fungsi-fungsi sederhana menggunakan sifat-
sifat limit. Diawali dari fungsi-fungsi aljabar sederhana, yaitu monomial, selanjutnya polinomial, dan akhirnya
fungsi rasional.

Fungsi aljabar (monomial) yang paling sederhana adalah fungsi konstan (monomial derajat nol), 𝒇 𝒙 = 𝒌.
Karena grafik dari f(x) ini berupa sebuah garis horisontal, berarti kemiringannya 0 untuk setiap x, yaitu :
𝑓′ 𝑥 = 0. Secara aljabar menggunakan definisi turunan dapat diperlihatkan bahwa

𝑑 𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥) 𝑘−𝑘


𝑓′ 𝑥 = 𝑘 = lim = lim = 0 .
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ

Hasil tersebut membuktikan teorema berikut

Teorema-6.3.1. Jika f suatu fungsi konstan, semisal f(x) = k untuk sebarang bilangan real k, maka
𝒅
𝒌 =𝟎.
𝒅𝒙
Contoh-6.3.1. Beberapa contoh turunan dari fungsi konstan.
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
2 = 0; −7 = 0; 5𝜋 = 0; − 11 = 0; dll.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh-6.3.1. Beberapa contoh turunan dari fungsi konstan.
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
2 = 0; −7 = 0; 5𝜋 = 0; − 11 = 0; dll.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Berikutnya, untuk fungsi monomial derajat satu (linier), f(x) = x, secara aljabar turunannya dapat diperoleh
sebagai berikut

𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑥+ℎ −𝑥 ℎ
𝑓 ′ 𝑥 = lim = lim = lim = 1.
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
Contoh-6.3.1. Beberapa contoh turunan dari fungsi konstan.
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
2 = 0; −7 = 0; 5𝜋 = 0; − 11 = 0; dll.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Berikutnya, untuk fungsi monomial derajat satu (linier), f(x) = x, secara aljabar turunannya dapat diperoleh
sebagai berikut

𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑥+ℎ −𝑥 ℎ
𝑓 ′ 𝑥 = lim = lim = lim = 1.
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ

Sedangkan untuk fungsi monomial derajat dua (kuadratik), 𝒇 𝒙 = 𝒙𝟐 , diperoleh

𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑥 + ℎ 2 − 𝑥2 𝑥 2 + 2𝑥ℎ + ℎ2 − 𝑥 2
𝑓′ 𝑥 = lim = lim = lim
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
2𝑥ℎ + ℎ2
= lim = lim 2𝑥 + ℎ = 2𝑥 .
ℎ→0 ℎ ℎ→0
Secara umum, untuk n bilangan bulat positif, maka turunan untuk fungsi monomial derajat n, 𝒇 𝒙 = 𝒙𝒏 ,
adalah
𝑛 𝑛
𝑑 𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥) (𝑥 + ℎ) − 𝑥
𝑓(𝑥) = 𝑓 ′ 𝑥 = lim = lim
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
𝑛 𝑛 − 1 𝑛−2 2
𝑥 𝑛 + 𝑛𝑥 𝑛−1ℎ + 2! 𝑥 ℎ + ⋯ + 𝑛𝑥ℎ 𝑛−1 + ℎ𝑛 − 𝑥 𝑛

= lim
ℎ→0 ℎ
𝑛 𝑛 − 1 𝑛−2 1
= lim 𝑛𝑥 𝑛−1 + 𝑥 ℎ + ⋯ + 𝑛𝑥ℎ𝑛−2 + ℎ𝑛−1
ℎ→0 2!
𝑛 𝑛 − 1 𝑛−2
= 𝑛𝑥 𝑛−1 + 𝑥 . 0 + ⋯ + 𝑛𝑥. 0 + 0
2!
= 𝑛𝑥 𝑛−1 + 0 + 0 + ⋯ + 0 = 𝑛 𝑥 𝑛−1.

Hasil tersebut dirangkum dalam teorema berikut


Secara umum, untuk n bilangan bulat positif, maka turunan untuk fungsi monomial derajat n, 𝒇 𝒙 = 𝒙𝒏 ,
adalah
𝑛 𝑛
𝑑 𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥) (𝑥 + ℎ) − 𝑥
𝑓(𝑥) = 𝑓 ′ 𝑥 = lim = lim
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
𝑛 𝑛 − 1 𝑛−2 2
𝑥 𝑛 + 𝑛𝑥 𝑛−1ℎ + 2! 𝑥 ℎ + ⋯ + 𝑛𝑥ℎ 𝑛−1 + ℎ𝑛 − 𝑥 𝑛

= lim
ℎ→0 ℎ
𝑛 𝑛 − 1 𝑛−2 1
= lim 𝑛𝑥 𝑛−1 + 𝑥 ℎ + ⋯ + 𝑛𝑥ℎ𝑛−2 + ℎ𝑛−1
ℎ→0 2!
𝑛 𝑛 − 1 𝑛−2
= 𝑛𝑥 𝑛−1 + 𝑥 . 0 + ⋯ + 𝑛𝑥. 0 + 0
2!
= 𝑛𝑥 𝑛−1 + 0 + 0 + ⋯ + 0 = 𝑛 𝑥 𝑛−1.
Hasil tersebut dirangkum dalam teorema berikut

Teorema-6.3.2. Jika n suatu bilangan bulat positif, maka


𝒅 𝒏
𝒙 = 𝒏𝒙𝒏−𝟏 .
𝒅𝒙
Contoh-6.3.2. Beberapa contoh penerapan Teorema-6.3.2 untuk mendapatkan turunan fungsi aljabar monomial
𝑑 3 𝑑 7 𝑑 11
𝑥 = 3𝑥 2; 𝑥 = 7𝑥 6; 𝑥 = 11𝑥 10; dll.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh-6.3.2. Beberapa contoh penerapan Teorema-6.3.2 untuk mendapatkan turunan fungsi aljabar monomial
𝑑 3 𝑑 7 𝑑 11
𝑥 = 3𝑥 2; 𝑥 = 7𝑥 6; 𝑥 = 11𝑥 10; dll.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Selanjutnya, disajikan sifat-sifat linier dari turunan, sebagai berikut :


(i) Perhatikan suatu hasil kali k . f untuk sebarang konstan k dan fungsi f yang mempunyai turunan , maka
𝑑 𝑘. 𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑘. 𝑓(𝑥) 𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥)
𝑘 . 𝑓(𝑥) = lim = lim 𝑘 .
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑑
= 𝑘 . lim = 𝑘. 𝑓(𝑥) .
ℎ→0 ℎ 𝑑𝑥

Dengan hasil ini diperoleh sifat berikut


Contoh-6.3.2. Beberapa contoh penerapan Teorema-6.3.2 untuk mendapatkan turunan fungsi aljabar monomial
𝑑 3 𝑑 7 𝑑 11
𝑥 = 3𝑥 2; 𝑥 = 7𝑥 6; 𝑥 = 11𝑥 10; dll.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Selanjutnya, disajikan sifat-sifat linier dari turunan, sebagai berikut :


(i) Perhatikan suatu hasil kali k . f untuk sebarang konstan k dan fungsi f yang mempunyai turunan , maka
𝑑 𝑘. 𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑘. 𝑓(𝑥) 𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥)
𝑘 . 𝑓(𝑥) = lim = lim 𝑘 .
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑑
= 𝑘 . lim = 𝑘. 𝑓(𝑥) .
ℎ→0 ℎ 𝑑𝑥

Dengan hasil ini diperoleh sifat berikut

Teorema-6.3.3. Jika f suatu fungsi yang dapat diturunkan di x dan k sebarang bilangn real, maka k . f juga
dapat diturunkan di x, yaitu :
𝒅 𝒅
𝒌 . 𝒇(𝒙) = 𝒌 . 𝒇(𝒙) .
𝒅𝒙 𝒅𝒙
Contoh-6.3.3. Beberapa contoh deferensiasi menggunakan sifat turunan (Teorema-6.3.3)
𝑑 𝑑 7
𝑎 4𝑥 7 = 4 𝑥 = 4 7𝑥 6 = 28𝑥 6 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑑 4
𝑏 −15𝑥 4 = −15 𝑥 = −15 4𝑥 3 = −60𝑥 3 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh-6.3.3. Beberapa contoh deferensiasi menggunakan sifat turunan (Teorema-6.3.3)
𝑑 7 𝑑 7
𝑎 4𝑥 = 4 𝑥 = 4 7𝑥 6 = 28𝑥 6 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 4
𝑑 4
𝑏 −15𝑥 = −15 𝑥 = −15 4𝑥 3 = −60𝑥 3 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥

(ii) Dengan menggunakan sifat-sifat limit untuk jumlahan dan selisih dua fungsi, misal f(x) dan 𝑔(x)
mempunyai turunan, maka
𝑑 𝑓 𝑥 + ℎ + 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥
𝑓 𝑥 + 𝑔(𝑥) = lim
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) + 𝑔 𝑥 + ℎ − 𝑔 𝑥
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑔 𝑥 + ℎ − 𝑔(𝑥)
= lim +
ℎ→0 ℎ ℎ
𝑓 𝑥+ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑔 𝑥+ℎ − 𝑔(𝑥)
= lim + lim
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
𝑑 𝑑
= 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑓 𝑥 − 𝑔 𝑥
𝑓 𝑥 − 𝑔(𝑥) = lim
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) − 𝑔 𝑥 + ℎ − 𝑔 𝑥
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑔 𝑥 + ℎ − 𝑔(𝑥)
= lim −
ℎ→0 ℎ ℎ
𝑓 𝑥+ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑔 𝑥+ℎ − 𝑔(𝑥)
= lim − lim
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
𝑑 𝑑
= 𝑓 𝑥 − 𝑔 𝑥 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Dengan hasil ini diperoleh sifat berikut
𝑑 𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑓 𝑥 − 𝑔 𝑥
𝑓 𝑥 − 𝑔(𝑥) = lim
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) − 𝑔 𝑥 + ℎ − 𝑔 𝑥
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑔 𝑥 + ℎ − 𝑔(𝑥)
= lim −
ℎ→0 ℎ ℎ
𝑓 𝑥+ℎ − 𝑓(𝑥) 𝑔 𝑥+ℎ − 𝑔(𝑥)
= lim − lim
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
𝑑 𝑑
= 𝑓 𝑥 − 𝑔 𝑥 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Dengan hasil ini diperoleh sifat berikut

Teorema-6.3.4. Jika f(x) dan 𝑔(𝑥) fungsi yang dapat diturunkan di x, maka f(x) + 𝑔(𝑥) dan f(x) – 𝑔(𝑥)
juga dapat diturunkan di x, dan
𝒅 𝒅 𝒅
𝑖 𝒇 𝒙 +𝒈 𝒙 = 𝒇(𝒙) + 𝒈(𝒙)
𝒅𝒙 𝒅𝒙 𝒅𝒙
𝒅 𝒅 𝒅
𝑖𝑖 𝒇 𝒙 −𝒈 𝒙 = 𝒇(𝒙) − 𝒈(𝒙)
𝒅𝒙 𝒅𝒙 𝒅𝒙
Contoh-6.3.4. Beberapa contoh penerapan Teorema-6.3.3 dan 6.3.4
𝑑 4 2 𝑑 4 𝑑
𝑎 5𝑥 − 3𝑥 = 5𝑥 − 3𝑥 2 = 20𝑥 3 − 6𝑥 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑑 𝑑
𝑏 2𝑥 7 + 4𝑥 3 = 2𝑥 7 + 4𝑥 3 = 14𝑥 6 − 12𝑥 2 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh-6.3.4. Beberapa contoh penerapan Teorema-6.3.3 dan 6.3.4
𝑑 4 2
𝑑 4
𝑑
𝑎 5𝑥 − 3𝑥 = 5𝑥 − 3𝑥 2 = 20𝑥 3 − 6𝑥 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 7 3 𝑑 7 𝑑
𝑏 2𝑥 + 4𝑥 = 2𝑥 + 4𝑥 3 = 14𝑥 6 − 12𝑥 2 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Contoh-6.3.5. Dapatkan titik-titik pada kurva 𝑦 = 3𝑥 − 𝑥 3 yang garis singgungnya horisontal.


Contoh-6.3.4. Beberapa contoh penerapan Teorema-6.3.3 dan 6.3.4
𝑑 4 2 𝑑 4 𝑑
𝑎 5𝑥 − 3𝑥 = 5𝑥 − 3𝑥 2 = 20𝑥 3 − 6𝑥 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 𝑑 𝑑
𝑏 2𝑥 7 + 4𝑥 3 = 2𝑥 7 + 4𝑥 3 = 14𝑥 6 − 12𝑥 2 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

Contoh-6.3.5. Dapatkan titik-titik pada kurva 𝑦 = 3𝑥 − 𝑥 3 yang garis singgungnya horisontal.


Pemecahan.
Garis singgung horisontal memiliki kemiringan 0, jadi harus dicari nilai x yang menyebabkan 𝑦′ 𝑥 = 0.
Disini, diferensiasi pada y menghasilkan
𝑑
𝑦′ 𝑥 = 3𝑥 − 𝑥 3 = 3 − 3𝑥 2 = 3 1 + 𝑥 1 − 𝑥 .
𝑑𝑥

Dengan menyelesaikan 𝑦′ 𝑥 = 0, yaitu 3 1 + 𝑥 1 − 𝑥 = 0, diperoleh nilai-nilai : x = -1 atau x = 1.


3
Untuk x = -1 → 𝑦 = 3 −1 − −1 = −3 − −1 = −2 .
Untuk x = 1 → 𝑦=3 1 − 1 3 = 3− 1 =2.

Jadi, titik-titik yang dicari adalah (-1,-2) dan (1,2).


Untuk hasil kali dua fungsi, jika f(x) dan 𝑔(𝑥) dapat diturunkan di x, maka

𝑑 𝑓 𝑥 + ℎ . 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑓 𝑥 . 𝑔(𝑥)
𝑓 𝑥 . 𝑔(𝑥) = lim
𝑑𝑥 ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ . 𝑔 𝑥 + ℎ − 𝑓 𝑥 + ℎ . 𝑔 𝑥 + 𝑓 𝑥 + ℎ . 𝑔 𝑥 − 𝑓 𝑥 . 𝑔(𝑥)
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 + ℎ . 𝑔 𝑥 + ℎ − 𝑓 𝑥 + ℎ . 𝑔 𝑥 + 𝑓 𝑥 + ℎ . 𝑔 𝑥 − 𝑓 𝑥 . 𝑔(𝑥)
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑓 𝑥 +ℎ .𝑔 𝑥 +ℎ − 𝑓 𝑥+ ℎ .𝑔 𝑥 𝑓 𝑥 + ℎ . 𝑔 𝑥 − 𝑓 𝑥 . 𝑔(𝑥)
= lim +
ℎ→0 ℎ ℎ
𝑔 𝑥+ℎ −𝑔 𝑥 𝑓 𝑥+ℎ −𝑓 𝑥
= lim 𝑓 𝑥 + ℎ . + . 𝑔(𝑥)
ℎ→0 ℎ ℎ
𝑔 𝑥+ℎ −𝑔 𝑥 𝑓 𝑥+ℎ −𝑓 𝑥
= lim 𝑓 𝑥 + ℎ lim + lim lim 𝑔(𝑥)
ℎ→0 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0
𝑑 𝑑
=𝑓 𝑥 𝑔(𝑥) + 𝑔 𝑥 𝑓 𝑥 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥

Selanjutnya, dari hasil diatas dapat dirumuskan teorema berikut


Teorema-6.3.5. Jika f(x) dan 𝑔(𝑥) fungsi yang dapat diturunkan di x, maka demikian juga f(x) . 𝑔(𝑥), dan
𝒅 𝒅 𝒅
𝒇 𝒙 .𝒈𝒙 = 𝒇𝒙 . 𝒈(𝒙) − 𝒈 𝒙 . 𝒇(𝒙)
𝒅𝒙 𝒅𝒙 𝒅𝒙
Teorema-6.3.5. Jika f(x) dan 𝑔(𝑥) fungsi yang dapat diturunkan di x, maka demikian juga f(x) . 𝑔(𝑥), dan
𝒅 𝒅 𝒅
𝒇 𝒙 .𝒈𝒙 = 𝒇𝒙 . 𝒈(𝒙) − 𝒈 𝒙 . 𝒇(𝒙)
𝒅𝒙 𝒅𝒙 𝒅𝒙

Contoh-6.3.6. Dapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 untuk fungsi 𝑦 = 3𝑥 2 − 2 3 − 2𝑥 3 .


Teorema-6.3.5. Jika f(x) dan 𝑔(𝑥) fungsi yang dapat diturunkan di x, maka demikian juga f(x) . 𝑔(𝑥), dan
𝒅 𝒅 𝒅
𝒇𝒙 .𝒈𝒙 = 𝒇𝒙 . 𝒈(𝒙) − 𝒈 𝒙 . 𝒇(𝒙)
𝒅𝒙 𝒅𝒙 𝒅𝒙

Contoh-6.3.6. Dapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 untuk fungsi 𝑦 = 3𝑥 2 − 2 3 − 2𝑥 3 .


Pemecahan.
Dengan menggunakan rumus turunan pada Teorema-6.3.5, diperoleh
𝑑𝑦 𝑑
= 3𝑥 2 − 2 3 − 2𝑥 3
𝑑𝑥 𝑑𝑥
2
𝑑 3 3
𝑑
= 3𝑥 − 2 . 3 − 2𝑥 + 3 − 2𝑥 . 3𝑥 2 − 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥
= 3𝑥 2 − 2 −6𝑥 2 + 3 − 2𝑥 3 6𝑥
= −30𝑥 4 + 12𝑥 2 + 18𝑥 .
Teorema-6.3.5. Jika f(x) dan 𝑔(𝑥) fungsi yang dapat diturunkan di x, maka demikian juga f(x) . 𝑔(𝑥), dan
𝒅 𝒅 𝒅
𝒇𝒙 .𝒈𝒙 = 𝒇𝒙 . 𝒈(𝒙) − 𝒈 𝒙 . 𝒇(𝒙)
𝒅𝒙 𝒅𝒙 𝒅𝒙

Contoh-6.3.6. Dapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 untuk fungsi 𝑦 = 3𝑥 2 − 2 3 − 2𝑥 3 .


Pemecahan.
Dengan menggunakan rumus turunan pada Teorema-6.3.5, diperoleh
𝑑𝑦 𝑑
= 3𝑥 2 − 2 3 − 2𝑥 3
𝑑𝑥 𝑑𝑥
2
𝑑 3 3
𝑑
= 3𝑥 − 2 . 3 − 2𝑥 + 3 − 2𝑥 . 3𝑥 2 − 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥
= 3𝑥 2 − 2 −6𝑥 2 + 3 − 2𝑥 3 6𝑥
= −30𝑥 4 + 12𝑥 2 + 18𝑥 .

Cara lain adalah dengan mengerjakan perkaliannya lebih dulu, yaitu


𝑑𝑦 𝑑 𝑑
= 3𝑥 2 − 2 3 − 2𝑥 3 = −6𝑥 5 + 4𝑥 3 + 9𝑥 2 − 6 = −30𝑥 4 + 12𝑥 2 + 18𝑥 .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Sebagaimana turunan hasil kali, kita dapat juga memperoleh turunan hasil bagi dua fungsi. Misalkan 𝑓 𝑥
dan 𝑔(𝑥) mempunyai turunan di x, dan 𝑔(𝑥) ≠ 0, dengan definisi turunan diperoleh
𝑓(𝑥 + ℎ) 𝑓(𝑥)
𝑑 𝑓(𝑥) 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑔(𝑥) 𝑓 𝑥 + ℎ 𝑔 𝑥 − 𝑓 𝑥 𝑔(𝑥 + ℎ)
= lim = lim
𝑑𝑥 𝑔(𝑥) ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ 𝑔 𝑥 𝑔(𝑥 + ℎ)
𝑓 𝑥 + ℎ 𝑔 𝑥 − 𝑓 𝑥 𝑔 𝑥 − 𝑓 𝑥 𝑔 𝑥 + ℎ + 𝑓 𝑥 𝑔(𝑥)
= lim
ℎ→0 ℎ 𝑔 𝑥 𝑔(𝑥 + ℎ)
𝑓 𝑥+ℎ − 𝑓 𝑥 𝑔 𝑥 + ℎ + 𝑔(𝑥)
𝑔(𝑥) ℎ − 𝑓 𝑥 ℎ
= lim
ℎ→0 𝑔 𝑥 𝑔(𝑥 + ℎ)
𝑓 𝑥+ℎ − 𝑓 𝑥 𝑔 𝑥 + ℎ + 𝑔(𝑥)
lim 𝑔(𝑥) lim − lim 𝑓 𝑥 lim
ℎ→0 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ→0 ℎ
=
lim 𝑔(𝑥) lim 𝑔(𝑥 + ℎ)
ℎ→0 ℎ→0
𝑑 𝑑
lim 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥 𝑓(𝑥) − lim 𝑓 𝑥 𝑑𝑥 𝑔(𝑥)
= ℎ→0 ℎ→0
lim 𝑔(𝑥) lim 𝑔(𝑥 + ℎ)
ℎ→0 ℎ→0
𝑑 𝑑
𝑔 𝑥 . 𝑑𝑥 𝑓(𝑥) − 𝑓 𝑥 . 𝑑𝑥 𝑔(𝑥)
=
𝑔(𝑥) 2
Hasil ini dapat dirumuskan dalam teorema berikut :

Teorema-6.3.6. Jika f(x) dan 𝑔(𝑥) fungsi yang dapat diturunkan di x, dan 𝑔(𝑥) ≠ 0, maka f(x) /𝑔(x) juga
dapat diturunkan di x, dan
𝒅 𝒅
𝒅 𝒇(𝒙) 𝒈𝒙 𝒇(𝒙) − 𝒇 𝒙 𝒈(𝒙)
= 𝒅𝒙 𝒅𝒙 .
𝒅𝒙 𝒈(𝒙) 𝒈(𝒙) 𝟐
Hasil ini dapat dirumuskan dalam teorema berikut :

Teorema-6.3.6. Jika f(x) dan 𝑔(𝑥) fungsi yang dapat diturunkan di x, dan 𝑔(𝑥) ≠ 0, maka f(x) /𝑔(x) juga
dapat diturunkan di x, dan
𝒅 𝒅
𝒅 𝒇(𝒙) 𝒈𝒙 𝒇(𝒙) − 𝒇 𝒙 𝒈(𝒙)
= 𝒅𝒙 𝒅𝒙 .
𝒅𝒙 𝒈(𝒙) 𝒈(𝒙) 𝟐

Contoh-6.3.7. Kasus khusus dari Teorema-6.3.6 dengan 𝑓 𝑥 = 1 dan 𝑔 𝑥 = 𝑥 𝑛 untuk sebarang n bilangan
bulat positif. Diperoleh
𝑑 𝑓(𝑥) 𝑑 1 −𝑛𝑥 𝑛−1 −𝑛−1 .
= = = −𝑛𝑥
𝑑𝑥 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥 𝑥 𝑛 𝑥 2𝑛

𝑑
Hasil ini menunjukkan bahwa 𝑑𝑥
𝑥 −𝑛 = −𝑛𝑥 −𝑛−1, yang berarti membuat lebih umum Teorema-6.3.2, yaitu :

𝑑 𝑛
𝑥 = 𝑛𝑥 𝑛−1 berlaku untuk semua 𝑛 bilangan bulat
𝑑𝑥
3𝑥2 − 𝑥 − 18
Contoh-6.3.8. Dapatkan 𝑦′(𝑥) untuk 𝑦 = 3𝑥 + 7
.
3𝑥2 − 𝑥 − 18
Contoh-6.3.8. Dapatkan 𝑦′(𝑥) untuk 𝑦 = .
3𝑥 + 7

Pemecahan.
Dengan menggunakan rumus turunan dari bentuk pembagian, dapat dimisalkan 𝑦 𝑥 = 𝑓(𝑥)Τ𝑔(𝑥), dan
diperoleh
𝑑 𝑑
𝑑𝑦 3𝑥 + 7 3𝑥 2 − 𝑥 − 18 − 3𝑥 2 − 𝑥 − 18 3𝑥 + 7
= 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑥 3𝑥 + 7 2
3𝑥 + 7 6𝑥 − 1 − 3𝑥 2 − 𝑥 − 18 3
=
3𝑥 + 7 2
18𝑥 2 + 39𝑥 − 7 − 9𝑥 2 − 3𝑥 − 54
=
3𝑥 + 7 2

9𝑥 2 + 42𝑥 + 47
= 2 .
9𝑥 + 42𝑥 + 49
Turunan y = f(x) yaitu 𝑓′ - disebut turunan pertama dari f - juga suatu fungsi, sehingga dimungkinkan mem-
punyai turunan.
Jika 𝑓′ mempuyai turunan, maka turunannya dinotasikan dengan 𝑓′′, dan disebut turunan ke-dua dari f.
Jika turunan ke-dua dapat diturunkan, maka didapat turunan ke-tiga dari f ditulis dengan 𝑓 ′′′.
Demikian seterusnya untuk mendapatkan turunan ke-empat, ke-lima, dan turunan-turunan yang lebih tinggi.

Turunan-turunan tersebut secara berurutan dituliskan sebagai


𝑓 ′ = 𝑦′ , 𝑓 ′′ = 𝑦′′ , 𝑓 ′′′ = 𝑦′′′ , 𝑓 (4) = 𝑦(4), 𝑓 (5) = 𝑦 (5), …
Yaitu :
𝑑𝑦 𝑑
𝑦′ = = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 2𝑦 𝑑 𝑑 𝑑2
𝑦′′ = = 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 2

𝑑𝑛𝑦 𝑑 𝑑 𝑛−1 𝑑 𝑑𝑛
𝑦 (𝑛) = = 𝑓(𝑥) = 𝑓 𝑛−1 (𝑥) = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 𝑛 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑛−1 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑛

Contoh-6.3.9. Untuk 𝑓 𝑥 = 3𝑥 4 − 3𝑥 3+ 7𝑥 2 − 2𝑥 + 8 diperoleh

𝑓′ 𝑥 = 12𝑥 3 − 9𝑥 2 + 14𝑥 − 2
𝑓′′ 𝑥 = 36𝑥 2 − 18𝑥 + 14
𝑓′′′ 𝑥 = 72𝑥 − 18
𝑓 (4) 𝑥 = 72
𝑓 (5) 𝑥 = 0

𝑓 (𝑛) 𝑥 = 0, (𝑛 ≥ 0)
6.4 Aturan Rantai dan Diferensiasi Implisit
Misal suatu mesin produksi memerlukan 1 liter bahan bakar untuk dapat bekerja 10 jam. Harga bahan bakar 5 ribu rupiah per
liter. Diinginkan informasi berapa jam mesin tersebut bekerja untuk setiap seribu rupiah.
Lingkungan sosial sistem ini dapat diabstraksi dengan suatu fungsi 𝒚 = 𝒇 𝒖 , dengan y lama kerja mesin (dalam jam) dan
u banyaknya liter bahan bakar yang tersedia dalam tangki; dan 𝒖 = 𝒈 𝒙 , dengan x banyaknya ribu rupiah untuk membeli
bahan bakar yang diisikan kedalam tangki mesin. Jadi
𝑑𝑦
𝑓′ 𝑢 = = 10 jam per liter .
𝑑𝑢
Karena harga bahan bakar 5 ribu rupiah per liter, berarti tiap seribu rupiah mendapat 1Τ5 liter bahan bakar, sehingga
𝑑𝑢 1
𝑔′ 𝑥 = = liter per seribu rupiah .
𝑑𝑥 5
Perhatikan bahwa lama kerja mesin juga merupakan fungsi dari banyaknya rupiah untuk membeli bahan bakar; yaitu diperoleh
fungsi komposisi
𝒚 = 𝒇 𝒖 = 𝒇 𝒈(𝒙)
𝑑𝑦
Jadi y juga merupakan fungsi dari x, dan dapat berarti lama kerja mesin per seribu rupiah. Mudah dipikirkan bahwa hal
𝑑𝑥
tersebut merupakan perkalian laju perubahan yang ada, yaitu laju y yang berubah terhadap u dikalikan laju u yang berubah
terhadap x; jadi
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢 10 𝑗𝑎𝑚 1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
= . = . = 2 𝑗𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑟𝑖𝑏𝑢 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥 1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 5 𝑟𝑖𝑏𝑢 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ
Secara formal, gambaran permasalahan diatas dapat dirumuskan dalam teorema berikut
Teorema-6.4.1. (Aturan Rantai)
Jika 𝑔 dapat diturunkan di x, dan f dapat diturunkan di 𝑔(x), maka komposisi 𝑓 ⃘𝑔 dapat
diturunkan di x. Selain itu, jika
𝑦 = 𝑓 𝑔(𝑥) dan 𝑢=𝑔 𝑥
maka 𝑦 = 𝑓 𝑢 dan
𝒅𝒚 𝒅𝒚 𝒅𝒖
= . (6.11)
𝒅𝒙 𝒅𝒖 𝒅𝒙
Teorema-6.4.1. (Aturan Rantai)
Jika 𝑔 dapat diturunkan di x, dan f dapat diturunkan di 𝑔(x), maka komposisi 𝑓 ⃘𝑔 dapat
diturunkan di x. Selain itu, jika
𝑦 = 𝑓 𝑔(𝑥) dan 𝑢=𝑔 𝑥
maka 𝑦 = 𝑓 𝑢 dan
𝒅𝒚 𝒅𝒚 𝒅𝒖
= . (6.11)
𝒅𝒙 𝒅𝒖 𝒅𝒙

Contoh-6.4.1. Dapatkan 𝑑𝑠Τ𝑑𝑡 jika 𝑠 = 2𝑥 2 dan 𝑥 = 𝑡 2 − 2𝑡.


Pemecahan.
Dengan menerapkan Aturan Rantai dalam Teorema-6.4.1 diperoleh
𝑑𝑠 𝑑𝑠 𝑑𝑥 𝑑 𝑑 2
= . = 2𝑥 2 . 𝑡 − 2𝑡 = 4𝑥 2𝑡 − 2 = 4 𝑡 2 − 2𝑡 2𝑡 − 2 = 8𝑡 3 − 24𝑡 2 + 16𝑡 .
𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡
Teorema-6.4.1. (Aturan Rantai)
Jika 𝑔 dapat diturunkan di x, dan f dapat diturunkan di 𝑔(x), maka komposisi 𝑓 ⃘𝑔 dapat
diturunkan di x. Selain itu, jika
𝑦 = 𝑓 𝑔(𝑥) dan 𝑢=𝑔 𝑥
maka 𝑦 = 𝑓 𝑢 dan
𝒅𝒚 𝒅𝒚 𝒅𝒖
= . (6.11)
𝒅𝒙 𝒅𝒖 𝒅𝒙

Contoh-6.4.1. Dapatkan 𝑑𝑠Τ𝑑𝑡 jika 𝑠 = 2𝑥 2 dan 𝑥 = 𝑡 2 − 2𝑡.


Pemecahan.
Dengan menerapkan Aturan Rantai dalam Teorema-6.4.1 diperoleh
𝑑𝑠 𝑑𝑠 𝑑𝑥 𝑑 𝑑 2
= . = 2𝑥 2 . 𝑡 − 2𝑡 = 4𝑥 2𝑡 − 2 = 4 𝑡 2 − 2𝑡 2𝑡 − 2 = 8𝑡 3 − 24𝑡 2 + 16𝑡 .
𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡 𝑑𝑥 𝑑𝑡

Rumus (6.11) dapat dinyatakan dalam bentuk yang hanya menampilkan satu peubah bebas, sebagai berikut :
𝒅 ′
𝒇 𝒈(𝒙) = 𝒇 ⃘𝒈 𝒙 = 𝒇′ 𝒈(𝒙) 𝒈′ 𝒙 (6.12)
𝒅𝒙
Contoh-6.4.2. Dapatkan ℎ′(𝑥) untuk ℎ 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −6
.
Contoh-6.4.2. Dapatkan ℎ′(𝑥) untuk ℎ 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −6 .
Pemecahan.
Fungsi h dapat dipandang sebagai komposisi 𝑓 𝑔(𝑥) , dengan 𝑔 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 dan 𝑓 𝑥 = 𝑥 −6.
Selanjutnya menggunakan Rumus (6.12) diperoleh
ℎ′ 𝑥 = 𝑓 ′ 𝑔(𝑥) . 𝑔′ 𝑥 = −6 𝑔(𝑥) −6−1 . 6𝑥 + 7 = −6 6𝑥 + 7 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −7 .
Contoh-6.4.2. Dapatkan ℎ′(𝑥) untuk ℎ 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −6 .
Pemecahan.
Fungsi h dapat dipandang sebagai komposisi 𝑓 𝑔(𝑥) , dengan 𝑔 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 dan 𝑓 𝑥 = 𝑥 −6.
Selanjutnya menggunakan Rumus (6.12) diperoleh
ℎ′ 𝑥 = 𝑓 ′ 𝑔(𝑥) . 𝑔′ 𝑥 = −6 𝑔(𝑥) −6−1
. 6𝑥 + 7 = −6 6𝑥 + 7 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −7

Dengan aturan rantai dapat diperoleh bentuk turunan fungsi secara umum, yaitu jika u suatu fungsi dari x, maka
𝒅 𝒅𝒖
𝒇(𝒖) = 𝒇′ 𝒖 (6.13)
𝒅𝒙 𝒅𝒙
Contoh-6.4.2. Dapatkan ℎ′(𝑥) untuk ℎ 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −6
.
Pemecahan.
Fungsi h dapat dipandang sebagai komposisi 𝑓 𝑔(𝑥) , dengan 𝑔 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 dan 𝑓 𝑥 = 𝑥 −6.
Selanjutnya menggunakan Rumus (6.12) diperoleh
ℎ′ 𝑥 = 𝑓 ′ 𝑔(𝑥) . 𝑔′ 𝑥 = −6 𝑔(𝑥) −6−1
. 6𝑥 + 7 = −6 6𝑥 + 7 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −7

Dengan aturan rantai dapat diperoleh bentuk turunan fungsi secara umum, yaitu jika u suatu fungsi dari x, maka
𝒅 𝒅𝒖
𝒇(𝒖) = 𝒇′ 𝒖 (6.13)
𝒅𝒙 𝒅𝒙

𝑑
Contoh-6.4.3. Dapatkan 𝑑𝑥
3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −6 .
Contoh-6.4.2. Dapatkan ℎ′(𝑥) untuk ℎ 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −6 .
Pemecahan.
Fungsi h dapat dipandang sebagai komposisi 𝑓 𝑔(𝑥) , dengan 𝑔 𝑥 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 dan 𝑓 𝑥 = 𝑥 −6.
Selanjutnya menggunakan Rumus (6.12) diperoleh
ℎ′ 𝑥 = 𝑓 ′ 𝑔(𝑥) . 𝑔′ 𝑥 = −6 𝑔(𝑥) −6−1
. 6𝑥 + 7 = −6 6𝑥 + 7 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −7

Dengan aturan rantai dapat diperoleh bentuk turunan fungsi secara umum, yaitu jika u suatu fungsi dari x, maka
𝒅 𝒅𝒖
𝒇(𝒖) = 𝒇′ 𝒖 (6.13)
𝒅𝒙 𝒅𝒙

𝑑
Contoh-6.4.3. Dapatkan 𝑑𝑥
3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −6
.

Pemecahan.
Dengan memisalkan 𝑢 = 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 diperoleh 𝑓 𝑢 = 𝑢 −6, sehingga dengan menerapkan Rumus (6.13)
diperoleh
𝑑 𝑑
𝑓(𝑢) = 𝑓 ′ 𝑢 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 = −6 𝑢 −7 6𝑥 + 7 = −6 6𝑥 + 7 3𝑥 2 + 7𝑥 − 3 −7
.
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Bandingkan hasilnya dengan hasil dalam Contoh-6.4.2.
Diferensiasi Implisit
Dalam banyak kasus, untuk mendapatkan turunan fungsi-fungsi dalam representasi implisit tidak mudah, karena
peubah bebasnya sulit (bahkan tidak bisa) dipisahkan dari peubah tak bebasnya. Perhatikan contoh dengan
persamaan sederhana berikut ini
𝑥𝑦 = 1 (6.14)
Untuk mendapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 persamaan tersebut diubah kedalam representasi eksplisit
1
𝑦= (6.15)
𝑥
Sehingga diperoleh
𝑑𝑦 1
=− 2 (6.16)
𝑑𝑥 𝑥
Dalam banyak kasus, untuk mendapatkan turunan fungsi-fungsi dalam representasi implisit tidak mudah, karena
peubah bebasnya sulit (bahkan tidak bisa) dipisahkan dari peubah tak bebasnya. Perhatikan contoh dengan
persamaan sederhana berikut ini
𝑥𝑦 = 1 (6.14)
Untuk mendapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 persamaan tersebut diubah kedalam representasi eksplisit
1
𝑦= (6.15)
𝑥
Sehingga diperoleh
𝑑𝑦 1
=− 2 (6.16)
𝑑𝑥 𝑥
Cara lain, adalah dengan mengingat y sebagai fungsi dari x, kemudian diferensiasi dilakukan pada kedua sisi
dari (6.14) terhadap x, sebagai berikut
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑦
𝑥𝑦 = 1 ↔ 𝑥 𝑦 +𝑦 𝑥 =0 ↔ 𝑥 +𝑦=0 ↔ =−
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑥
Selanjutnya, dengan substitusi (6.15) kedalam persamaan terakhir diperoleh
𝑑𝑦 1
=− 2
𝑑𝑥 𝑥
Cara mendapatkan turunan dari persamaan dalam representasi implisit seperti ini disebut diferensiasi implisit.
Contoh-6.4.4. Gunakan diferensiasi implisit untuk mendapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 dari 𝑥𝑦2 + 𝑥 2𝑦 = 𝑥 .
Contoh-6.4.4. Gunakan diferensiasi implisit untuk mendapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 dari 𝑥𝑦2 + 𝑥 2𝑦 = 𝑥 .
Pemecahan.
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 2 𝑑𝑦 𝑑
𝑥𝑦2 + 𝑥 2𝑦 = 𝑥 ↔ 𝑥𝑦2 + 𝑥 𝑦 =1 ↔ 𝑦2 + 2𝑥𝑦 + 2𝑥𝑦 + 𝑥 2 =1
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 1 − 𝑦2 − 2𝑥𝑦
↔ 2𝑥𝑦 + 𝑥2 2
= 1 − 𝑦 − 2𝑥𝑦 ↔ = .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2𝑥𝑦 + 𝑥 2
Contoh-6.4.4. Gunakan diferensiasi implisit untuk mendapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 dari 𝑥𝑦2 + 𝑥 2𝑦 = 𝑥 .
Pemecahan.
𝑑 2 2 𝑑 𝑑 2 𝑑 2 𝑑𝑦 𝑑
𝑥𝑦 + 𝑥 𝑦 = 𝑥 ↔ 𝑥𝑦 + 𝑥 𝑦 =1 ↔ 𝑦2 + 2𝑥𝑦 + 2𝑥𝑦 + 𝑥 2 =1
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
2
𝑑𝑦 𝑑𝑦 1 − 𝑦 − 2𝑥𝑦
↔ 2𝑥𝑦 + 𝑥 2 = 1 − 𝑦2 − 2𝑥𝑦 ↔ = .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2𝑥𝑦 + 𝑥 2

Contoh-6.4.5. Dapatkan kemiringan garis singgung pada kurva 𝑦2 − 𝑥 + 1 = 0 di titik-titik (2,-1) dan (2,1).
Contoh-6.4.4. Gunakan diferensiasi implisit untuk mendapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 dari 𝑥𝑦2 + 𝑥 2𝑦 = 𝑥 .
Pemecahan.
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 2 𝑑𝑦 𝑑
𝑥𝑦2 + 𝑥 2𝑦 = 𝑥 ↔ 𝑥𝑦2 + 𝑥 𝑦 =1 ↔ 𝑦2 + 2𝑥𝑦 + 2𝑥𝑦 + 𝑥 2 =1
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 1 − 𝑦2 − 2𝑥𝑦
↔ 2𝑥𝑦 + 𝑥2 2
= 1 − 𝑦 − 2𝑥𝑦 ↔ = .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 2𝑥𝑦 + 𝑥 2

Contoh-6.4.5. Dapatkan kemiringan garis singgung pada kurva 𝑦2 − 𝑥 + 1 = 0 di titik-titik (2,-1) dan (2,1).
Pemecahan.
Dengan menerapkan diferensiasi implisit, diperoleh
𝑑 2 𝑑 𝑑 2 𝑑 𝑑 𝑑𝑦
𝑦 −𝑥+1 = 0 ↔ 𝑦 − 𝑥 + 1 =0 ↔ 2𝑦 −1 = 0
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 1
↔ = .
𝑑𝑥 2𝑦

Kemiringan garis singgung yang dicari adalah


𝑑𝑦 1 1 𝑑𝑦 1 1
ቤ = =− dan ቤ = = .
𝑑𝑥 𝑥=2 2(−1) 2 𝑑𝑥 𝑥=2 2 1 2
𝑦=−1 𝑦=1
Contoh-6.4.6.
(a) Dapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 untuk folium Descartes 𝑥 3 + 𝑦3 = 3𝑥𝑦 .
3 3
(b) Dapatkan persamaan garis singgung pada kurva folium Descartes di titik 2 , 2 .
(c) Dapatkan titik singgung pada kurva folium Descartes dengan garis singgung horisontal.
Contoh-6.4.6.
(a) Dapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 untuk folium Descartes 𝑥 3 + 𝑦3 = 3𝑥𝑦 .
3 3
(b) Dapatkan persamaan garis singgung pada kurva folium Descartes di titik 2 , 2 .
(c) Dapatkan titik singgung pada kurva folium Descartes dengan garis singgung horisontal.
Pemecahan.
(a) Dengan diferensiasi implisit, diperoleh
𝑑 3 𝑑 𝑑 3 𝑑 3 𝑑 𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝑥 + 𝑦3 = 3𝑥𝑦 ↔ 𝑥 + 𝑦 = 3𝑥𝑦 ↔ 3𝑥 2 + 3𝑦2 = 3𝑦 + 3𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑦
↔ 𝑥 2 + 𝑦2 =𝑦+𝑥 ↔ 𝑦2 − 𝑥 = 𝑦 − 𝑥2
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑦 − 𝑥 2
↔ = .
𝑑𝑥 𝑦2 − 𝑥
Contoh-6.4.6.
(a) Dapatkan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 untuk folium Descartes 𝑥 3 + 𝑦3 = 3𝑥𝑦 .
3 3
(b) Dapatkan persamaan garis singgung pada kurva folium Descartes di titik 2 , 2 .
(c) Dapatkan titik singgung pada kurva folium Descartes dengan garis singgung horisontal.
Pemecahan.
(a) Dengan diferensiasi implisit, diperoleh
𝑑 3 𝑑 𝑑 3 𝑑 3 𝑑 𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝑥 + 𝑦3 = 3𝑥𝑦 ↔ 𝑥 + 𝑦 = 3𝑥𝑦 ↔ 3𝑥 2 + 3𝑦2= 3𝑦 + 3𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
2 2
𝑑𝑦 𝑑𝑦 2
𝑑𝑦
↔ 𝑥 +𝑦 =𝑦+𝑥 ↔ 𝑦 −𝑥 = 𝑦 − 𝑥2
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑦 − 𝑥 2
↔ = .
𝑑𝑥 𝑦2 − 𝑥
3 3
(b) Dengan menggunakan hasil bagian (a), kemiringan garis singgung di titik , adalah
2 2

𝑑𝑦 3Τ2 − 3Τ2 2
𝑚𝑠 = ቤ = = −1 .
𝑑𝑥 𝑥=3Τ2 3Τ2 2 − 3Τ2
𝑦=3Τ2
3 3 3 3
Jadi, persamaan garis singgung di titik , adalah 𝑦 − = −1 𝑥 − atau 𝑦 =3−𝑥.
2 2 2 2
(c) Garis singgung horisontal di titik dengan 𝑑𝑦Τ𝑑𝑥 = 0, dan dari hasil bagian (a) diperoleh 𝑦 − 𝑥 2 = 0 atau
𝑦 = 𝑥2 (*)

Substitusi persamaan terakhir kedalam persamaan kurva 𝑥 3 + 𝑦3 = 3𝑥𝑦 diperoleh


𝑥3 + 𝑥2 3 = 3𝑥 𝑥 2 ↔ 𝑥 6 − 2𝑥 3 = 0
↔ 𝑥 3 𝑥3 − 2 = 0
pemecahan dari persamaan terakhir adalah x = 0 dan 𝑥 = 21Τ3. Dengan (*) : untuk x = 0 diperoleh
y = 0, dan untuk 𝑥 = 21Τ3 diperoleh 𝑦 = 22Τ3.
Jadi (0,0) dan (21Τ3, 22Τ3) adalah titik-titik dengan garis singgung horisontal.

Anda mungkin juga menyukai