Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (PJB)

Disusun Oleh Kelompok 6

1. Sandy Tumbale (2201066)


2. Aprilia Rauhe (2201074)
3. Nikita Wadudi (2201078)
4. Febrianti Manise (2201099)
5. Chritiani Karel (2201087)
6. Putri Rusdi (2201056)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB)”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak .
Kami menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Karena itu kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun berasal dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan
kerendahan hati kami menuturkan ucapan terimakasih.

Tahuna, 24 februari 2024

(Kelompok 6)

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan susunan jantung yang
terjadi sejak dalam kandungan sebelum bayi lahir. Kelainan jantung ini
disebabkan oleh gangguan perkembangan system kardiovaskuler pada embrio
(Ngastiah, 2014).
PJB merupakan suatu permasalahan yang terjadi pada struktur jantung
yang tampak setelah kelahiran. Kelainan ini dapat melibatkan bagian dalam
dinding jantung, yaitu klep didalam jantung atau arteri dan vena yang membawa
darah kejantung atau keseluruh tubuh. PJB yang berat bisa dikenali saat
kehamilan dengan cara pemeriksaan USG dan didapat detak jantung janin yang
abnormal (mur-mur) atau segera setelah lahir yaitu anak tampak kebiruan saat
menangis. PJB yang ringan sering tidak menampakkan gejala, dan diagnosisnya
didasarkan pada pemerisaan fisik dan tes khusus untuk alasan yang lain
(Maramis, Kaunang & Rompis, 2014).
WHO (2016), menjelaskan bahwa sebanyak 4,2 juta (75%) dari semua
kematian bayi dan balita terjadi pada tahun pertama kehidupan. Data kematian
bayi terbanyak dalam tahun pertama kehidupan ditemukan diwilayah Eropa
ditemukan ada 8/1000 dari kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa diwilayah
Afrika merupakan kejadian tertinggi pada tahun 2016. Penyebab utama
kematian pada anak balita adalah komplikasi kelahiran premature, pneumonia,
komplikasi terkait intrapartum, diare, dan kelainan bawaan. The Global Action
Report on Preterm Birth menyebutkan, secara global 15 juta bayi lahir
premature setiap tahun. Bahkan, lebih dari satu juta bayi meninggal karena
komplikasi akibat lahir premature (Handayani, 2017).

1
Federasi Jantung Dunia (2014) menyebutkan bahwa angka kematian
akibat penyakit jantung di Indonesia 17,1 juta orang (19%) dari total kematian
tiap tahunya. Di Indonesia pada tahun 2015 terdapat 38.547 bayi dengan
penyakit jantung bawaan dan terdapat 107 kasus baru setiap hari serta setiap satu
jam lahir 4-5 bayi dengan penyakit jantung bawaan di Indonesia. Sekitar separuh
dari kasus dengan PJB terdeteksi segera setelah lahir (Handayani, 2016).

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi jantung.
2. Untuk mengetahui definisi penyakit jantung bawaan.
3. Untuk mengetahui etiologi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan penyakit jantung
bawaan.
5. Untuk mengetahui patofisiologi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
6. Untuk mengetahui komplikasi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada anak dengan penyakit
jantung bawaan.
8. Untuk mengetahui pathway anak dengan penyakit jantung bawaan.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan dan evaluasi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dan Fisiologi Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan


Jantung adalah salah satu organ penting dalam tubuh kita. Fungsi jantung
secara umum adalah bekerja sebagai pompa. Fungsi pompa ini adalah kaitannya
dengan sistem peredaran tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk
memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita.
Jantung adalah sebuah pompa yang memiliki empat bilik. Dua bilik yang
terletak di atas disebut Atrium, dan dua yang di bawah disebut Ventrikel.
Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kanan yang bertugas
memompa darah ke paru-paru, dan bagian kiri yang bertugas memompa darah
ke seluruh tubuh manusia.
1) Ukuran, Posisi atau letak Jantung
Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau deng an
ukuran panjang kira-kira 5″ (12 cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9 cm). Jantung
terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara
kedua paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung
terletak dibagian bawah sternal notch, 1/3 dari jantung berada disebelah
kanan dari midline sternum, 2/3 nya disebelah kiri dari midline sternum.
Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah
puting susu sebelah kiri.

3
2) Lapisan Pembungkus Jantung
Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut lapisan perikardium, di
mana lapisan perikardium ini dibagi menjadi 3 lapisan, yaitu:
a) Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan
fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian
dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini
termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah besar
yang menghubungkan dengan lapisan ini (exp: vena cava, aorta,
pulmonal arteri dan vena pulmonal).
b) Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa
c) Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan lapisan
luar dari otot jantung atau epikardium.

3) Lapisan Otot jantung

Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang tersusun
secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus. Lapisan
jantung itu sendiri terdiri dari perikardium, miokardium, dan endokardium.
Berikut ini penjelasan ketiga lapisan jantung yaitu:

4
a) Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini
adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus jantung.
b) Miokardium Myo berarti "otot", merupakan lapisan tengah yang terdiri
dari otot jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat
otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini
yang akan menerima darah dari arteri koroner.
c) Endokardium Endo berarti "di dalam", adalah lapisan tipis endothelium,
suatu jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem
sirkulasi peredaran darah.

4) Katup Jantung

Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang


menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup
atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik
dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang
menghubungkan antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup

5
atrioventrikuler yang lain adalah katup yang menghubungkan antara atrium
kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang
menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup
semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri
dengan asendence aorta yaitu katup aorta.
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung
sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi
atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea
sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang
sebelumnya yang bertekanan rendah.

5) Ruang Jantung
Jantung terdiri dari beberapa ruang jantung yaitu atrium dan ventrikel yang
masing-masing dari ruang jantung tersebut dibagi menjadi dua yaitu atrium
kanan dan kiri, serta ventrikel kiri dan kanan.
1) Atrium
Berikut fungsi dari masing-masing atrium jantung yaitu:
a) Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui
vena kava superior, vena kava inferior, serta sinus koronarius yang
berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke
ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru. Atrium kanan menerima
darah de-oksigen dari tubuh melalui vena kava superior (kepala dan
tubuh bagian atas) dan inferior vena kava (kaki dan dada lebih
rendah). Simpul sinoatrial mengirimkan impuls yang menyebabkan
jaringan otot jantung dari atrium berkontraksi dengan cara yang
terkoordinasi seperti gelombang. Katup trikuspid yang memisahkan
atrium kanan dari ventrikel kanan, akan terbuka untuk membiarkan

6
darah deoksigen dikumpulkan di atrium kanan mengalir ke ventrikel
kanan.
b) Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru
melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke
ventrikel kiri dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Atrium
kiri menerima darah beroksigen dari paru-paru melalui vena paru-
paru. Sebagai kontraksi dipicu oleh node sinoatrial kemajuan melalui
atrium, darah melewati katup mitral ke ventrikel kiri.

2) Ventrikel
Berikut adalah fungsi ventrikel yaitu:
a) Ventrikel kanan menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan
ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Ventrikel kanan menerima
darah deoksigen sebagai kontrak atrium kanan. Katup paru menuju
ke arteri paru tertutup, memungkinkan untuk mengisi ventrikel
dengan darah. Setelah ventrikel penuh, mereka kontrak. Sebagai
kontrak ventrikel kanan, menutup katup trikuspid dan katup paru
terbuka. Penutupan katup trikuspid mencegah darah dari dukungan
ke atrium kanan dan pembukaan katup paru memungkinkan darah
mengalir ke arteri pulmonalis menuju paru-paru.
b) Ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta. Ventrikel kiri menerima darah yang
mengandung oksigen sebagai kontrak atrium kiri. Darah melewati
katup mitral ke ventrikel kiri. Katup aorta menuju aorta tertutup,
memungkinkan untuk mengisi ventrikel dengan darah. Setelah
ventrikel penuh, dan berkontraksi. Sebagai kontrak ventrikel kiri,
menutup katup mitral dan katup aorta terbuka. Penutupan katup
mitral mencegah darah dari dukungan ke atrium kiri dan pembukaan
katup aorta memungkinkan darah mengalir ke aorta dan mengalir ke
seluruh tubuh.

7
6) Pembuluh darah besar jantung Ada beberapa pembuluh besar yang perlu
anda ketahui, yaitu:
a) Vena cava superior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian atas diafragma menuju atrium kanan.
b) Vena cava inferior, yaitu vena besar yang membawa darah kotor dari
bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
c) Sinus Coronary, yaitu vena besar di jantung yang membawa darah
kotor dari jantung sendiri.
d) Pulmonary Trunk, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah
kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis.
e) Arteri Pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
f) Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa
darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
g) Assending Aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah
bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta ke cabangnya yang bertanggung
jawab dengan organ tubuh bagian atas.
h) Desending Aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.

7) Arteri Koroner
Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan
jantung sendiri, karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit
sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja sebagaimana fungsinya.
Apabila arteri koroner mengalami pengurangan suplainya ke jantung atau
yang di sebut dengan ischemia, ini akan menyebabkan terganggunya fungsi
jantung sebagaimana mestinya. Apalagi arteri koroner mengalami sumbatan
total atau yang disebut dengan serangan jantung mendadak atau miokardiac
infarction dan bisa menyebabkan kematian.

8
Begitupun apabila otot jantung dibiarkan dalam keadaan iskemia,
ini juga akan berujung dengan serangan jantung juga atau miokardiac
infarction. Arteri koroner adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik,
dimana muara arteri koroner berada dekat dengan katup aorta atau tepatnya
di sinus valsava. Arteri koroner dibagi dua, yaitu:
a) Arteri koroner kanan
Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium
kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri,
90% mensuplai AV Node, dan 55% mensuplai SA Node.
b) Arteri koroner kiri
Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior
Desenden) dan arteri sirkumflek. Kedua arteri ini melingkari jantung
dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus
atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel,
yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua
ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian permukaan posterior
jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu
kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini.

8) Siklus Jantung dan sistem peredaran darah jantung


Secara umum, siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
a) Sistole atau kontraksi jantung.
b) Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung.
Secara spesific, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu:
a) Fase Ventrikel Filling
Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari masing-masing
cabangnya, dengan demikian akan menyebabkan tekanan di kedua
atrium naik melebihi tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini akan
menyebabkan terbukanya katup atrioventrikular, sehingga darah
secara pasif mengalir ke kedua ventrikel secara cepat karena pada

9
saat ini kedua ventrikel dalam keadaan relaksasi/diastolic sampai
dengan aliran darah pelan seiring dengan bertambahnya tekanan di
kedua ventrikel. Proses ini dinamakan dengan pengisian ventrikel
atau ventrikel filling. Perlu anda ketahui bahwa 60% sampai 90 %
total volume darah di kedua ventrikel berasal dari pengisian
ventrikel secara pasif. Dan 10% sampai 40% berasal dari kontraksi
kedua atrium.

b) Fase Atrial Contraction


Seiring dengan aktifitas listrik jantung yang menyebabkan kontraksi
kedua atrium, dimana setelah terjadi pengisian ventrikel secara pasif,
disusul pengisian ventrikel secara aktif yaitu dengan adanya
kontraksi atrium yang memompakan darah ke ventrikel atau yang
kita kenal dengan “atrial kick”. Dalam grafik elektrokardiogram
(EKG) akan terekam gelombang P. Proses pengisian ventrikel secara
keseluruhan tidak mengeluarkan suara, kecuali terjadi patologi pada
jantung yaitu bunyi jantung 3 atau cardiac murmur.

c) Fase Isovolumetric Contraction


Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel berada pada puncak
tertinggi tekanan yang melebihi tekanan di kedua atrium dan
sirkulasi sistemik maupun sirkulasi pulmonal. Bersamaan dengan
kejadian ini, terjadi aktivitas listrik jantung di ventrikel yang
terekam pada EKG yaitu komplek QRS atau depolarisasi ventrikel.
Keadaan kedua ventrikel ini akan menyebabkan darah mengalir
balik ke atrium yang menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler
untuk mencegah aliran balik darah tersebut. Penutupan katup
atrioventrikuler akan mengeluarkan bunyi jantung satu (S1) atau
sistolic. Periode waktu antara penutupan katup AV sampai sebelum
pembukaan katup semilunar dimana volume darah di kedua ventrikel

10
tidak berubah dan semua katup dalam keadaan tertutup, proses ini
dinamakan dengan fase isovolumetrik contraction.

d) Fase Ejection
Seiring dengan besarnya tekanan di ventrikel dan proses depolarisasi
ventrikel akan menyebabkan kontraksi kedua ventrikel membuka
katup semilunar dan memompa darah dengan cepat melalui
cabangnya masing-masing. Pembukaan katup semilunar tidak
mengeluarkan bunyi. Bersamaan dengan kontraksi ventrikel, kedua
atrium akan di isi oleh masing-masing cabangnya.

e) Fase Isovolumetric Relaxation


Setelah kedua ventrikel memompakan darah, maka tekanan di kedua
ventrikel menurun atau relaksasi sementara tekanan di sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal meningkat. Keadaan ini akan
menyebabkan aliran darah balik ke kedua ventrikel, untuk itu katup
semilunar akan menutup untuk mencegah aliran darah balik ke
ventrikel. Penutupan katup semilunar akan mengeluarkan bunyi
jantung dua (S2) atau diastolic. Proses relaksasi ventrikel akan
terekam dalam EKG dengan gelombang T, pada saat ini juga aliran
darah ke arteri koroner terjadi. Aliran balik dari sirkulasi sistemik
dan pulmonal ke ventrikel juga di tandai dengan adanya “dicrotic
notch”.
1) Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel
secara pasip maupun aktif (fase ventrikel filling dan fase atrial
contraction) disebut dengan End Diastolic Volume (EDV).
2) Total Left ventrikel end diastolic volume (LVEDV) sekitar 120
ml.
3) Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah kontraksi/sistolic
disebut End SystolicVolume (ESV) sekitar 50 ml.

11
4) Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV dengan
ESV adalah 70 ml atau yang dikenal dengan stroke volume.

B. Definisi Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan


Penyakit jantung bawaan (PJB) atau penyakit jantung kongenital
merupakan abnormalitas dari struktur dan fungsi sirkulasi jantung pada semasa
kelahiran (Novatriyanto, dkk. 2018). Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah
penyakit bawaan yang sering terjadi pada anak yang disebabkan adanya kelainan
pada jantung berupa lubang atau kerusakan pada sekat ruangan jantung dan
sumbatan katub maupun pembuluh darah (Dewi, dkk. 2019).
Adapun jenis penyakit jantung bawaan terdiri dari 2 tipe yaitu (Kasron.
2012):
a) Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik
PJB non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa
lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung
sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung
dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa
adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum
presentasi klinis yang bervariasidari ringan sampai berat tergantung pada
jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan
dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik, yaitu:
1. PJB non sianotik dengan lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat
aliran pirau dari kiri ke kanan, misalnya ventricular septal defect
(VSD), atrial septal defect(ASD) dan patentductus arteriosus (PDA)
2. PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau
kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya aortic
stenosis(AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis(PS).

12
b) Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik di dapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung
sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik
yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi
sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran
darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir
dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki adalah penampilan utama pada
golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar
dalam darah lebih dari 5 gram %. Bila dilihat dari penampilan klinisnya,
secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik, yaitu:
1. Dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang, misalnya Tetralogi
of Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) denganVSD.
2. Dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya
Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing

C. Etiologi Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan


Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap
berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain: infeksi
virus pada ibu hamil (misalnya campak jerman atau rubella), obat-obatan atau
jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga
menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui, misalnya,
Sindroma Down (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam
kelainan, dimana salah satunya PJB (Wajan J. 2015).
Menurut (Rilantono, 2016). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa
ditimbulkan beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh genetic dan
maternal dimana saat ini sebagai faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi
virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil
juga diduga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.

13
D. Manifestasi Klinis Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan
Tanda dan gejala Penyakit Jantung Bawaan sangat bervariasi tergantung
dari jenis dan berat kelainan. Penyakit Jantung Bawaan yang berat bisa dikenali
saat kehamilan atau segera setelah kelahiran. Sedangkan PJB yang ringan sering
tidak menampakkan gejala, dan diagnosisnya didasarkan pada pemeriksaan fisik
dan tes khusus untuk alasan yang lain. Gejala dan tanda PJB yang mungkin
terlihat pada bayi atau anak-anak antara lain:
1. Bernafas cepat
2. Sianosis (suatu warna kebiru-biruan pada kulit, bibir, dan kuku jari tangan)
3. Cepat lelah
4. Peredaran darah yang buruk dan
5. Nafsu makan berkurang.
Pertumbuhan dan perkembangan yang normal tergantung dari beban
kerja jantung dan aliran darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Bayi dengan
PJB sejak lahir mungkin punya sianosis atau mudah lelah saat pemberian
makan. Sebagai hasilnya, pertumbuhan mereka tidak sesuai dengan seharusnya.

E. Patofisiologi Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan


Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik
dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit
jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit
jantung bawaan asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan
darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah
dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2015).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan
atrium kiri kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan
mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke
kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi

14
atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan
maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal
ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli
membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel kiri
menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini
akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi
penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan
kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh
membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan
menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2016).

F. Komplikasi Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan


Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai
komplikasi antara lain:
1. Gagal jantung kongestif
2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis.
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak

G. Pemeriksaan Penunjang Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan


Pemeriksaan laboratorium pada anak dengan gagal jantung bertujuan untuk
mengkonfirmasi diagnosis, memberikan informasi tambahan terkait keparahan
penyakit, atau menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan meliputi darah lengkap, elektrolit, fungsi
renal, fungsi liver, fungsi tiroid, analisa gas darah, dan biomarker jantung.

15
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Bertujuan untuk menilai anemia dan infeksi yang dapat menyebabkan
atau memperberat gagal jantung. Elektrolit serum dapat abnormal pada
gagal jantung dekompensasi akut. Hiperkalemia dapat terjadi akibat
gangguan fungsi renal yang dicetuskan gagal jantung. Hipokalemia dan
hipokloremia dapat terjadi pada pengunaan diuretik dosis tinggi atau jangka
panjang. Hiponatremia sering ditemukan pada anak yang dirawat dengan
gagal jantung dekompensasi akut dan berhubungan dengan peningkatan
mortalitas, transplantasi jantung, dan kebutuhan akan dukungan sirkulasi
mekanik. Peningkatan ureum dan kreatinin sering ditemukan pada gagal
jantung dekompensasi akut. Peningkatan enzim liver dan hiperbilirubinemia
dapat ditemukan pada hepatopati kongestif atau gagal jantung kanan berat.
Analisa gas darah dapat ditemukan hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis
respiratorik. Fungsi tiroid diperiksa pada kasus gagal jantung dengan
kecurigaan disebabkan hipotiroid atau hipertiroid.
Biomarker jantung juga memiliki peranan penting dalam penilaian
gagal jantung pada anak. B-type natriuretic peptide (BNP) dilepaskan oleh
miokardium ventrikel sebagai respons terhadap peregangan miofibril. BNP
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk membantu penegakan
diagnosis gagal jantung. Peningkatan BNP pada anak dengan gagal jantung
berhubungan dengan prognosis buruk. Peningkatan BNP dapat membantu
membedakan gagal jantung dengan penyakit paru. Evaluasi BNP berkala
berguna untuk memantau respon terapi dan evaluasi prognosis. Troponin
juga merupakan biomarker jantung yang penting. Peningkatan troponin
dapat ditemukan pada iskemia jantung dan proses inflamasi seperti
miokarditis.

2. Pemeriksaan Foto Toraks


Perlu dilakukan pada setiap kecurigaan gagal jantung untuk menilai ukuran
jantung, aliran darah paru, edema paru, efusi pleura, dan tanda infeksi.

16
Rasio kardiotoraks >60% pada bayi atau >55% pada anak mengindikasikan
kardiomegali. Beberapa PJB memiliki gambaran khas pada foto toraks,
misalnya tanda snowman (figure of 8) pada TAPVR, boot-shaped (coueren
sabot) pada tetralogi Fallot, egg-on-side pada transposisi arteri besar, hilar-
waterfall pada trunkus arteriosus, box-shaped pada anomali Ebstein, dan rib
notching pada koarktasio aorta. Penilaian corakan vaskularasi paru penting
untuk membantu penegakan diagnosis pada kasus kecurigaan PJB. Pada
PJB asianotik, vaskularisasi paru dapat meningkat atau normal, sedangkan
pada PJB sianotik, vaskularisasi paru dapat meningkat atau menurun.

3. Pemeriksaan EKG 12 Sadapan


Dapat memberikan petunjuk etiologi gagal jantung. Pembesaran atrium kiri
dapat ditemukan pada stenosis atau regurgitasi katup mitral. Pembesaran
atrium kanan dapat ditemukan pada atresia trikuspid, defek septum atrium,
dan anomali Ebstein pada katup trikuspid. Hipertrofi ventrikel kiri dapat
ditemukan pada stenosis aorta, koarktasio aorta, dan defek septum ventrikel.
Hipertrofi ventrikel kanan dapat ditemukan pada stenosis pulmonal,
tetralogi Fallot, dan hipertensi arteri pulmonal. Hipertrofi biventrikel dapat
ditemukan pada defek septum ventrikel besar.

4. Takikardiomiopati
Sebagai penyebab reversibel gagal jantung akibat takiaritmia seperti
takikardi supraventrikel hanya dapat dideteksi melalui EKG. Bradiaritmia
akibat blok jantung komplit kongenital juga hanya dapat dideteksi melalui
EKG. Anomalous left coronary artery from the pulmonary artery
(ALCAPA) dapat menyebabkan gelombang Q patologis patogmonik pada
lead anterolateral. Hipertrofi biventrikel dengan aksis superior dapat
ditemukan pada defek septum atrioventikular. Pemanjangan interval QTc
disertai inversi T mengarahkan kecurigaan hipokalsemia sebagai penyebab
gagal jantung.

17
5. Ekokardiografi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang fundamental pada pasien anak
dengan gagal jantung untuk menilai struktur dan fungsi jantung secara
detail. Ekokardiografi dapat memberikan data struktur/morfologi jantung,
volume/diameter ruangan jantung, ketebalan dinding, fungsi sistolik/
diastolik ventrikel, dan tekanan pulmonal. Data ini sangat penting untuk
penegakan diagnosis dan memandu terapi yang tepat. Pemeriksaan
ekokardiografi berkala pada pasien anak dengan gagal jantung diperlukan
untuk memantau progresifitas penyakit dan menilai respon terapi.

6. Cardiovascular magnetic resonance (CMR)


Merupakan teknik pencitraan non-invasif dengan menggunakan magnetic
resonance imaging (MRI) untuk menghasilkan gambaran detail anatomi
kardiovaskular, karakterisasi jaringan, dan evaluasi komprehensif fungsi
jantung. Pemeriksaan CMR diindikasikan untuk studi, stratifikasi risiko, dan
memandu tatalaksana spesifik PJB kompleks dan kardiomiopati.

7. Kateterisasi Jantung dan Penunjang


Lainnya Kateterisasi jantung diindikasikan untuk penilaian anatomi dan
hemodinamik pada keadaan dimana pemeriksaan non-invasif belum dapat
memberikan penilaian yang adekuat, pada pasien PJB kompleks yang
membutuhkan pembedahan, dan pasien yang membutuhkan transplantasi
jantung. Kombinasi kateterisasi jantung dengan biopsi endomiokardial dapat
dilakukan pada kasus kecurigaan miokarditis. Selain untuk keperluan
diagnostik, kateterisasi jantung dapat dilakukan untuk keperluan terapi
intervensi transkateter seperti tindakan septostomi atrium pada PJB kritis
yang membutuhkan komunikasi atrium kanan dan kiri, penutupan defek
septum, stenting duktus arteriosus paten, valvuloplasti balon, serta
angioplasti balon dan/ atau pemasangan stent untuk lesi obstruktif.

18
Pemeriksaan anti-streptolysin O dan C-reactive protein dapat
dilakukan pada kasus kecurigaan demam rematik akut atau rekurensi
demam rematik akut pada penyakit jantung rematik. Kultur darah dapat
dilakukan pada kasus kecurigaan endokarditis infektif. Pemeriksaan genetik
atau polimorfisme dapat dilakukan pada pasien dengan kardiomiopati
primer maupun resiko aterosklerosis.

H. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan PJB


a. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
a) Airway
 Terdapat sekret di jalan napas (sumbatan jalan napas).
 Bunyi napas ronchi.
b) Breathing
 Distress pernapasan: pernapasan cuping hidung.
 Menggunakan otot-otot asesoris pernapasan, pernafasan cuping
hidung.
 Kesulitan bernapas: diaporesis dan sianosis.
 Pernafasan cepat dan dangkal
c) Circulation
 Akral dingin
 Adanya sianosis perifer
d) Dissability
Pada kondisi yang berat dapat terjadi asidosis metabolic sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran
e) Exposure
Terjadi peningkatan suhu

Wawancara

2) Pengkajian sekunder

19
1) Identitas, meliputi: nama, tempat tanggal lahir, umur, berat badan lahir, jenis
kelamin, anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua.
2) Keluhan utama, Riwayat kesehatan sekarang Orang tua biasanya
mengeluhkan nafas anaknya sesak bila melakukan aktivitas, tidak mau
makan, keringat berlebihan. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan
dahulu apakah pasien lahir premature, ibu menderita infeksi saat kehamilan
dan riwayat gerakan jongkok bila anak telah berjalan beberapa menit.
3) Riwayat kesehatan keluarga Adanya keluarga yang menderita penyakit gagal
jantung, adanya riwayat kematian mendadak pada saudara-saudara dan
riwayat keluarga dengan sindrom down.
4) Riwayat kehamilan Riwayat kesehatan ibu saat hamil seperti adanya
penyakit infeksi rubella (sindrom rubella), ibu atau keluarga memiliki
riwayat penyakit lupus eritematosus sistemik sehingga dapat menimbulkan
blockade jantung total pada bayinya dan adanya riwayat kencing manis pada
ibu dapat menyebabkan terjadinya kardiomiopati pada bayi yang
dikandungnya. Adanya riwayat mengkonsumsi obat- obatan maupun jamu
tradisional yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol
selama hamil (Hidayat, 2012).

b. Pemeriksaan fisik
a) Tanda- tanda vital
Nadi umumnya normal 120-130 x/menit namun dapat juga teraba cepat,
pernafasan cepat sehingga anak tampak sesak nafas dan sulit beraktivitas,
suhu umumnya normal jika tidak terdapat infeksi.

20
Rentang nadi normal menurut usia anak

Usia Perkiraan
Denyut/Menit
0-3 Bulan 100-160
3-6 Bulan 90-120
6-12 Bulan 80-120
1-10 Tahun 70-130
10-18 Tahun 60-100

Sumber: Muhlisin (2017)

b) Kepala: Umumnya ditemukan rambut mudah rontok.


c) Wajah: Wajah tampak pucat, kelelahan dan ikterik.
d) Mata: Anak mengalami anemis konjungtiva, sclera ikterik karena adanya
udem di hepar, kornea arkus sinilis dan jaundice.
e) Hidung: Pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun
anak akan mengalami napas pendek, bunyi napas ronki kasar dan cuping
hidung.
f) Mulut: Pemeriksaan mulut didapat bibir pucat atau membiru, lidah
berwarna merah hati.
g) Leher: Ditemukan pelebaran tiroid (hipertiroid), dan distensi vena jugularis.
h) Jantung: Pada ASD dapat di jumpai takikardia, jantung berdebar, denyut
arteri pulmonalis dapat diraba di dada dengan bunyi jantung abnormal.
Bunyi jantung abnormal dapat terdengar mur- mur, akibat peningkatan
aliran darah yang melalui katup pulmonalis, juga dapat terdengar akibat
peningkatan aliran darah yang mengalir melalui trikuspidalis pada pirau
yang besar. Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada.
Batas jantung terdapat pada RIC 2 dan 3 yang disebut diastole dan RIC 5
dan 4 disebut sistole.

21
i) Paru: Biasanya pada anak dengan Tof, hasil inspeksi tampak adanya retraksi
dinding dada akibat pernafasan yang pendek dan dalam dan tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan. Palpasi mungkin teraba desakan dinding
paru yang meningkat terhadap dinding dada, pada perkusi mungkin terdengar
suara redup karena peningkatan volume darah paru dan untuk auskultasi akan
terdengar ronkhi basah atau krekels sebagai tanda adanya edema paru pada
komplikasi kegagalan jantung. Bayi yang baru lahir saat di auskultasi akan
terdengar suara nafas mendengkur yang lemah bahkan takipneu.
j) Kulit: Kulit tampak kemerahan (rubella), lembab, turgor kulit jelek.
k) Ekstremitas: Ditemukan pada ekstremitas teraba dingin bahkan dapat terjadi
clubbing finger akibat kurangan oksigen ke perifer, kuku tampak sianosis,
telapak tangan pucat, udem pada tibia punggung kaki.

c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium Terdapat nilai hemoglobin menurun dan
peningkatan nilai hematrokit, pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-
18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan
peningkatan tekanan persial karbondioksida (PCO), penurunan tekanan parsial
oksigen (PO).
2) Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan
penurunan aliran darah pulmonal, atrium dan ventrikel kiri tampak membesar
secara signifikan (kardiomegali), gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.

22
3) Pemeriksaan elektrokardiogram Pemeriksaan EKG pad TOF didapatkan hasil
sumbu QRS hampr selalu berdevisiasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan (Aspiani, 2015).

b. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan diagnosis keperawatan 3S (SDKI, SLKI, SIKI) diagnosis keperawatan
yang mungkin muncul:
1. Penurunan Curah Jantung (D.0008)
2. Gangguan Pertukaran Gas (D. 0003)
3. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
4. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009)

c. Rencana Asuhan Keperawatan

23
No. Diagnosis SLKI SIKI
Keperawatan
1. Penurunan curah Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung
jantung (D.0008) Setelah dilakukan asuhan (I.02075)
Definisi: keperawatan dalam waktu Observasi
ketidakadekuatan 3x8 jam penurunan curah 1. Identifikasi
jantung jantung pasien teratasi, tanda/gejala primer
memompa darah dengan kriteria hasil: penurunan curah
untuk memenuhi 1. Kekuatan nadi perifer jantung (meliputi
kebutuhan meningkat (5). dispnea, kelelahan,
metabolisme 2. Ejection fraction(EF) edema, ortopnea,
tubuh. meningkat (5). paroxsymals nocturnal
3. Cardiac Index (CI) dispnea, peningkatan
meningkat (5). CVP).
4. Left ventricular stroke 2. Identifikasi
work index (LVSWI) tanda/gejala sekunder
meningkat (5). penurunan curah
5. Palpitasi menurun (5). jantung (meliputi
6. Bradikardia menurun peningkatan berat
(5). badan, hepatomegali,
7. Takikardia menurun distensi vena jugularis,
(5). palpitasi, ronkhi basah,
8. Gambaran EKG oliguria, batuk, kulit
aritmia menurun (5). pucat).
9. Lelah menurun (5). 3. Monitor tekanan darah
10. Edema menurun (5). (termasuk tekanan
11. Distensi vena darah ortostatik, jika
jugularis menurun (5). perlu).
12. Dispnea menurun (5). 4. Monitor intake dan
13. Oliguria menurun (5). output cairan.
14. Pucat/sianosis menurun 5. Monitor berat badan
(5). setiap hari pada waktu
15. Paroxymal yang sama.
nocturnal dyspnea 6. Monitor saturasi

(PND) menurun (5). oksigen.


16. Ortopnea menurun (5). 7. Monitor keluhan nyeri

17. Batuk menurun (5) dada (mis, intesitas,


18. Suara jantung S3 lokasi, radiasi, durasi,

menur 2u5n (5). previtasi yang

19. Suara jantung S4 mengurangi nyeri)

menurun (5). 8. Monitor ekg 12


d. Implementasi Asuhan Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat proses keperawatan yang


dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada
tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah direncanakan
berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan diagnosis yang diharapkan dapat
mencapai tujuan dan hasil sesuai yang di inginkan untuk mendukung dan
meningkatkan status kesehatan klien. Penerapan implementasi keperawatan yang
dilakukan perawat harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah ada
penelitian yang di lakukan terkait intervensi tersebut. Hai ini dilakukan agar
menjamin bahwa intervensi yang diberikan aman dan efektif (Miller, 2012). Dalam
tahap implementasi perawat juga harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi respon
pasien terhadap pengimplementasian intervensi yang diberikan.

e. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien dengan PJB.
1) Tidak terjadi kegawatan sebagai akibat penurunan curah jantung.
2) Pasien terbebas dari nyeri.
3) Terpenuhinya aktivitas sehari-hari.
4) Menunjukkan peningkatan curah jantung.
5) TTV dalam batas normal.
6) Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer.
7) Tidak terjadi kelebihan volume cairan.
8) Tidak sesak.
9) Edema ekstermitas tidak terjadi.
10) penurunan kecemasan.
11) Memahami penyakitnya dan tujuan perawatan.
12) Mematuhi semua aturan medis.
13) Mengetahui kapan harus meminta bantuan jika episode nyeri atau kegawatan
muncul.

26
14) Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas
komplikasi.
15) Mematuhi dan melaksanakan perawatan diri.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi
akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada
fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik
(tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan
memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.
Adapun jenis kelainan pada penyakit jantung bawaan sangat bervariasi,
ada yang hanya menyebabkan gangguan ringan pada fungsi jantung tetapi ada
juga kelainan yang cukup fatal hingga mengganggu fungsi kerja jantung dalam
mendistribusikan darah ke seluruh tubuh. Pada umumnya kelainan Jantung
bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang gejalanya baru muncul
setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.
Gejala umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir
terlihat kebiru-biruan. Kelainan yang termasuk dalam penyakit Jantung bawaan
banyak sekali jenis nya, mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi
jantung serta gangguan pada pembuluh darah jantung. Apapun jenis kelainan
pada penyakit jantung bawaan, semuanya mengakibatkan ketidaklancaran
sirkulasi darah, karena Jantung sebagai salah satu organ vital dalam tubuh
memiliki tugas memompa dan mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh.

27
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang
Penyakit Jantung Bawaan, sehingga dapat lebih mengenali dengan gejala-gejala
yang ditimbulkan, baik gejala yang dapat dirasakan maupun tidak, serta dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-baiknya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. 2015. Buku ajar keperawatan klien gangguan kardiovaskular.
Jakarta: EGC.

Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan dengan
Perkembangan Anak usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung RS Dr.
Kariadi. Semarang: Stikes Kusuma Husada.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Handayani, Indah. 2017. Kenali Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak. Diakses tanggal
1 November 2019, http.//id.berita satu.com/family/kenali-penyakit jantung-
bawaan-pada anak/ 150272.

Kurniawan, Resky, Rahmat. 2015. Asuhan keperawatan pada An. N dengan gangguan
kardiovaskuler: penyakit jantung bawaan di ruang cempaka III Rsud padan
Arang Boyolali.

Kasron. 2016. Buku ajaran keperawatan kardiovaskuler. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B. M. 2011. Keperawatan Kritis.
Jakarta: EGC.

Miller, C. A. 2012. Nursing Care of Older Adult: Theory And Practices. Philadelphia:
JB. Lippincott Company.

29
Maramis PP, dkk. 2014. Hubungan Penyakit Jantung Bawaan dengan Status Gizi Pada
Anak di RSIP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2009-2013. Jurnal e-
Clinic, II (2).

Ngastinah. 2014. Perawatan Anak Sakit (2 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran.

Nur’ain, Hariyanto, D, Rusdan, S. 2015. Karakteristik penderita penyakit jantung


bawaan pada anak di RSUP. Dr. M. Djamil padang periode janiari 2010-mei
2012. Jurnal kesehatan andalas 2015. Sumatra Utara: UNAND.

Price & Wilson. 2009. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogjakarta: Nuha Medika.

Udjianti, Wajan J. 2016. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit Salemba


Medika

Willim, Herick Alvenus dkk. 2020. Aspek Klinis Dan Tatalaksana Gagal Jantung Pada
Anak. Kalimantan Barat: DiscoverSys.

30

Anda mungkin juga menyukai