Anda di halaman 1dari 127

Mandok

Hata Sebuah rangkuman


diskusi santai anak muda Batak
pada ruang maya

Club Mandok Hata @ Clubhouse


2021
ANAK MUDA BATAK
MENDISKUSIKAN
BUDAYANYA
Mencintai Batak dengan cara sederhana, melestarikan budaya dengan santai.

Generasi muda pun bisa melestarikan budaya yang kaya akan kearifan lokal.

PARHOBAS MANDOK HATA

@ CLUBHOUSE
lului hami
marhite instagram @mandok.hata
COPYRIGHT © 2021 BY GOKLAS TAMBUNAN

Tulisan ini disusun sebagian berdasarkan diskusi yang dilaksanakan setiap hari Selasa
dan Jumat pukul 21.00 WIB di room Mandok Hata pada aplikasi Clubhouse. Sebagian
lagi berdasarkan literatur yang diperoleh dari berbagai sumber.

Meskipun disusun oleh Parhobas yang mengurus club Mandok Hata, secara
keseluruhan isi merupakan tanggung jawab dari penulis.

Pinatomu-tomu:
Mandok Hata

book template by Used to Tech (https://usedtotech.com)

Agustus, 2021
C ONTENTS

Taringot Tu Mandok Hata ............................................................................................3

HATA HUHUASI

Hata Huhuasi ............................................................................................................... 7

CAFÉ PARTUNGKOAN

Wisata Bona Pasogit ................................................................................................... 10


Batak, Lagu dan Kenangannya ................................................................................... 13
Kartini, Bagaimana Emansipasi di Tanah Batak? ...................................................... 17
Dengke, Ikan Mas, Peranti Adat Atau Makanan Favorit?.......................................... 21
Orang Batak, Petarung Untuk Keluarganya ...............................................................25
Merantau, Pengejawantahan Hagabeon, Hamoraon, Hasangapon........................... 27
Wisata Bona Pasogit, Sekali Lagi Bersama @hotradero ............................................ 31
Sitiop Puro ................................................................................................................. 34
Mengelola Keuangan .................................................................................................. 37
PPKM ......................................................................................................................... 40
Orang Medan, Orang Batak? ..................................................................................... 43
TobaDeram, Mimpi Viky Sianipar Mimpi Bangso Batak? ......................................... 47
Hela/Parumaen Orang Batak, ASN? .......................................................................... 51
Apa Makna Kemerdekaan Buatmu?...........................................................................54
Punguan, Ajang Adat atau Sekadar Marsaor?........................................................... 58

JUMAT MARULAON

Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon ......................................................................... 64

1
Mandok Hata @ Clubhouse

Kalau Ada Marga Lain, Mengapa Harus yang Semarga?...........................................66


Lima Puak Batak, Sudahkah Kau Mengenalnya? ......................................................69
Mandok Hata, Tradisi Akankah Selalu Jadi Trauma? ............................................... 72
Menikah Adat Batak, Dari Subuh Sampai Tengah Malam? ...................................... 76
Mitos, Legenda, Turi-Turian Suku Batak................................................................... 81
Tarombo .....................................................................................................................84
Siboanon Tu Pesta ..................................................................................................... 88
Trivia Batak ................................................................................................................ 92
Lebih Dekat Mengenal Batak Karo ............................................................................94
Tarombo Tipis Tipis .................................................................................................. 98
Marga Batak, Cerita di Baliknya .............................................................................. 100
Anak Sulung, Si Jujung Baringin? ........................................................................... 104
Dilemaku, Menikah dengan Batak atau Tidak ......................................................... 107
Amak do Rere, Anak Do Bere. Membaca Hubungan Tulang Dan Bere .................... 111
Harta dan Warisan dalam Adat Batak ......................................................................114

ANGKA PARHOBAS

N a M a n g h o b a s i ................................................................................................ 120

2
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

TARINGOT TU MANDOK HATA

Media sosial ‘baru’ itu bernama Clubhouse. Disebut ‘baru’ karena meskipun naik
daun awal tahun 2021, ternyata aplikasi ini sudah ada sejak tahun 2020. Pada
level global, menjadi perhatian pada awal 2021 karena kemunculan Elon Musk,
CEO Tesla dan SpaceX dalam aplikasi Clubhouse. Untuk ukuran lokal, ketenaran
clubhouse di Indonesia terpicu kemunculan Wishnutama yang mantan menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
yang saat itu menjabat Komisaris Utama Telkomsel, hadir dalam salah satu
diskusi berjudul “Ngobrol seru bahas startup” di Clubhouse pada 12 Februari
20211.

Euforia itu juga singgah pada banyak naposo (anak muda) Batak. Kondisi
pandemi yang membuat ruang gerak terbatas, kerinduan untuk berinteraksi dan
saling sapa dengan sesama, serta keinginan untuk mempelajari hal baru
membuat beberapa orang membuat club yang terkait atau setidaknya
berhubungan dengan Batak. Meskipun tidak banyak, diantara club yang sedikit
itu, Mandok Hata terus bertumbuh dengan room-room yang dilaksanakan dan
jumlah member yang terus meningkat (per 31 Agustus 2021 mencapai 946!).

Keberadaan club Mandok Hata di Clubhouse berawal dari obrolan dua


bersaudara (‘bapak’ dan boru), Nicholas Pasaribu (@placebelowhell) dan
Angelina Pasaribu (@angelinapsb). Dimulai dari rumpian mereka berdua dalam
satu room di clubhouse, kemudian bergabunglah Amelia Nababan
(@amelianababan), Ronny Heresky (@ronnyheresky), dan Rida Sirait
(@ridabelles). Belakangan juga bergabung Tulus Pardosi (@tuluspardosi).

Pada awalnya diskusi berlangsung biasa saja. Sampai muncul semacam


keresahan diantara mereka dan listener yang mendengarkan. Soal ketidaktahuan
akan adat atau bahasa Batak, bagaimana cara mengenal dan mencintai budaya

1 https://goklas-tambunan.net/terpikir-clubhouse-berapa-lama-bertahan/

3
Mandok Hata @ Clubhouse

Batak, termasuk kebingungan dalam mengenalkan, mengajarkan dan


menanamkan budaya Batak kepada anak-anak. Kepada generasi muda pada
umumnya.

Untuk menjawab keresahan itu, akhirnya mereka sepakat untuk serius


menggarap ruang diskusi pada platform clubhouse. Yang bertujuan untuk
melakukan edukasi serta membantu menanamkan dan memahamkan kebatakan
kepada anak muda Batak yang rindu dan ingin tahu lebih jauh mengenai Batak
dan Habatahon. Pada tanggal 3 Maret 2021, dibentuklah whatsapp group
Mandok Hata. Lalu beberapa hari kemudian club Mandok Hata di clubhouse
dibentuk pada tanggal 7 Maret 2021.

Secara rutin, diskusi dilakukan pada setiap hari Selasa dan Jumat malam, mulai
pukul 21.00 WIB. Adapun pembagian waktunya diatur bahwa untuk hari Selasa,
pembahasan lebih santai. Sementara pada hari Jumat, pembahasan lebih
menekankan pada adat Batak (meskipun tetap dilakukan dengan santai).
Pembagian ini dipertegas kembali pada tanggal 18 Mei 2021 dengan membuat
nama room untuk hari Selasa menjadi Café Partungkoan dan room hari Jumat
menjadi Jumat Marulaon. Rebranding Mandok Hata ini dimulai dengan
seminggu sebelumnya tanggal 10 Mei 2021, logo Mandok Hata yang dirancang
oleh Kevin S. Sinaga diperkenalkan kepada member.

Selain berdiskusi soal Batak, ternyata beberapa member memiliki aktivitas dalam
bertransaksi di pasar modal dan yang terkait semacam crypto. Untuk
menampung diskusi yang terjadi diluar room rutin tadi, terbentuklah satu club
lagi yang bernama Saham Geok Geok. Sebagai ajang diskusi dan belajar
berinvestasi dan bertransaksi saham dan sejenisnya.

Seiring berkembangnya keanggotaan group, pada bulan Juli 2021, para parhobas
(sebutan untuk mereka yang menjadi pengurus) sepakat untuk membuat satu
akun instagram yang diharapkan dapat digunakan menjadi sarana promosi
Mandok Hata. Pada tanggal tanggal 26 Juli 2021, diluncurkanlah akun instagram
Mandok Hata dengan nama @mandok.hata.

4
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Milestone Mandok Hata

Club Mandok Hata Mandok Hata Saham Geok Geok


@ Clubhouse akhirnya punya logo part of Mandok Hata
Mandok Hata
Mei@2021
Clubhouse
7 Maret 2021Hata 10 Mei 2021 28

Whatsapp group Instagram


Mandok Hata Mandok Hata
3 Maret 2021 26 Juli 2021

alamat kontak

clubhouse : https://www.clubhouse.com/club/mandok-hata
instagram : @mandok.hata
email : mail.mandok.hata@gmail.com
linktree : https://linktr.ee/mandokhata

5
Mandok Hata @ Clubhouse

Penting untuk menjelaskan apa yang hendak disampaikan dalam


rangkuman diskusi ini. Agar pembaca memiliki gambaran ,
pemahaman apa dan mengapa, maka inilah

HATA HUHUASI

6
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

HATA HUHUASI

Horas mardongan tangiang!

Mengingat bahwa diskusi yang dilakukan pada club Mandok Hata dilakukan
secara verbal (berdasar suara) dan tidak bisa direkam, maka parhobas berinisiatif
untuk membuat semacam rangkuman dari diskusi yang dilakukan. Rangkuman
tidak dimaksudkan sebagai notula diskusi. Semata agar apa yang didiskusikan
bisa bermanfaat bagi yang ketika diskusi tidak berkesempatan hadir. Selain itu
siapa atau hasil diskusi bisa diketahui oleh lebih banyak orang lagi yang mungkin
memiliki permasalahan yang sama. oleh sebab itu, sejak tanggal 3 April 2021,
parhobas menyusun resmue sederhana dan dikirimkan melalui whatsapp group
Mandok Hata. Resume itulah yang dikumpulkan pada buku ini.

Secara garis besar, buku ini dibagi menjadi dua bagian sesuai room. Bagian
pertama untuk diskusi yang tidak terkait langsung dengan adat istiadat Batak dan
biasanya dilakukan pada hari Selasa, kami letakkan pada bagian Café
Partungkoan. Sementara bagian kedua untuk diskusi yang lebih dekat dengan
adat istiadat dan kebiasaan warga Dalihan Na Tolu, kami letakkan pada bagian
Jumat Marulaon. Meskipun demikian, jika mengacu pada tanggal
pelaksanaannya, tidak selamanya tulisan pada bagian Café Partungkoan
dilakukan pada hari Selasa. Demikian juga sebaliknya. Hal tersebut karena
ternyata arah diskusi bisa tertukar. Dan itu tidak menjadi masalah. Pada masing-
masing bagian, kami juga menyusunnya secara kronologis tanggal pelaksanaan
diskusi. Kami harapkan dengan demikian pembaca bisa memilih sendiri mana
bagian yang paling dia minati untuk dibaca (terlebih dahulu).

Terdapat tiga puluh satu topik yang dirangkum pada buku ini. Sekadar ilmu
cocokologi, angka tiga menggambarkan angka ‘keramat’ bagi orang Batak.
Dalihan Na Tolu (tungku nan bersusun tiga), banua ginjang, banua tonga dan
banua toru adalah tiga banua yang dikenal oleh leluhur Batak, atau tiga warna
merah, hitam dan putih. Selebihnya, satu untuk menggambarka bahwa orang

7
Mandok Hata @ Clubhouse

Batak kemana pun mereka merantau, selalu merasa satu dengan orang Batak
yang lain.

Kami tidak bermaksud membuat rangkuman tulisan ini menjadi referensi


pelaksanaan adat istiadat Batak. Selain karena pemahaman kami akan adat
Batak masih jauh dari sempurna, sudah banyak buku dan literasi yang
bertemakan seperti itu. Namun setidaknya dengan membaca rangkuman yang
disusun dengan bahasa sederhana dan (niatnya) lekat dengan anak muda ini bisa
menjadi alat bantu bagi anak muda (naposo) Batak untuk lebih memahami adat,
kebiasaan dan keunikan adat Batak. karena itulah tujuan awal yang ingin dicapai
para pendiri club ini.

Seluruh atau sebagian tulisan yang ada, boleh disalin, ditulis kembali atau
disebarkan melalui media apapun dengan menyebut jelas sumbernya : “Catatan
dari diskusi Room Mandok Hata @ Clubhouse”. Karena kami senang ketika
semakin banyak anak muda Batak (lebih) mengenal dan akhirnya mencintai
Batak dengan segala kekayaannya. Tanpa menyebut sumbernya, merupakan
kegiatan plagiarisme.

Kami menyadari sepenuhnya apa yang kami sajikan masih jauh dari sempurna
dan perlu penyempurnaan dari berbagai aspek. Untuk itu kritik dan saran untuk
perbaikan ke depan, sangat diharapkan dan dapat disampaikan melalui kontak
yang tertera pada halaman sebelumnya.

Akhir kata kami sampaikan Dari kita, oleh kita untuk Batak dan Dalihan
Na Tolu!. HORAS!...HORAS!...HORAS!

Batak, kemana pun mereka merantau, selalu merasa satu dengan Batak lainnya

8
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Karena setiap Selasa kita diskusi dengan topik santai, maka room
hari Selasa kita sebut dengan

CAFÉ PARTUNGKOAN

9
Mandok Hata @ Clubhouse

01
WISATA BONA PASOGIT

6 April 2021

K
ampung halaman (Bona Pasogit) kita di Tapanuli merupakan sebuah
tempat yang unik. Merupakan bagian dari hasil letusan gunung purba
Toba 75.000 tahun lalu, beberapa menyebut wilayah Danau Toba
(yang merupakan salah satu danau vulkanik terbesar di dunia) dan sekitarnya
merupakan kepingan surga yang ada di Bumi.

Banyak spot menarik di seputar wilayah Danau Toba yang tersebar di wilayah
beberapa kabupaten mulai dari Karo, Simalungun, Toba, Dairi, Samosir dan
melebar ke wilayah sekitarnya seperti Pahae, Humbang, Tarutung hingga pesisir
arah Sibolga. Sebut saja nama terkenal seperti air terjun Sipiso-piso, Pantai
Haranggaol (dengan mangganya yang khas), Penatapan di bukit Simarjarunjung,
hingga Parapat. Pelabuhan Tomok dengqn pasar kerajinannya, Tuktuk Siadong,
susunan bebatuan beragam rupa di Makam Raja Siallagan, hingga spot Pusuk
Buhit yang dianggap sebagai asal mula orang Batak.

Ada tiga hal yang terkait dengan wisata di Bona Pasogit. Wilayahnya, Budayanya
dan Orangnya. Wilayah yang indah, Budaya yang unik dan kaya, tidak lupa
penduduk sekitar merupakan tiga unsur yang tidak bisa dipisahkan.Yang ketika
disatukan bukan mustahil memiliki kekuatan dahsyat sebagaimana daerah
wisata lain semacam Bali, Jogja atau Labuhan Bajo.

Ada tiga hal yang terkait dengan wisata di Bona Pasogit.


Wilayahnya, budayanya dan orangnya.

10
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Dengan sekian banyak puluhan atau ratusan spot menarik yang tersebar
tersebut, apakah kita siap? Atau apakah warga sekitar yang nota bene keluarga
kita juga, yang masih tinggal di sana di Bona Pasogit, siap? Siapkah mereka?.
Banyak pengalaman yang kita temui secara personal aupun cerita teman yang
mengatakan terdapat kekurangan hospitality (keramahan). Sementara kita
pahami dan sadari bahwa hospitality merupakan roh dari sebuah daerah wisata.

Kita tentu tidak berharap bahwa kucuran dana dalam bentuk pembangunan
infrastruktur yang dilakukan di sekitar Danau Toba dalam lima tahun terakhir
dan upaya untuk menjadikannya The Monaco of Asia menjadi sia-sia. Ditambah
pula pembentukan Badan Otorita Danau Toba yang diharapkan dapat melakukan
percepatan impian membangkitkan lagi raksasa wisata yang tertidur sekian
lama.

Apa yang bisa kita lakukan?

Alam dan wilayahnya yang


Alam dan wilayahnya yang indah, sudah tidak
indah, sudah merupakan
bisa kita ubah. Budayanya sebagai sajian yang
rahmat. Sudah diberikan
melengkapi keindahan alam, masih memiliki
sedemikian indah. Tidak bisa
keunikan, masih bisa dirawat dengan baik.
kita ubah. Sudah begitu
Tinggal orangnya. Mengubah kebiasaan,
adanya. Budayanya sebagai
mengubah habitat yang sudah mendarah sebuah sajian yang
daging tidaklah terlalu sulit. melengkapi keindahan alam,
masih memiliki keunikan.
Juga masih dirawat dengan baik. Tinggal orangnya. Mengubah kebiasaan,
mengubah habitat yang sudah mendarah daging tentu sulit. Namun ada
beberapa yang mungkin bisa kita lakukan. Mulai dari menggandeng tokoh agama
atau tokoh masyarakat untuk bekerja sama. Karena pendekatan top down atau
vertikal mungkin bisa sebagai salah satu cara. Atau dengan pendekatan
horisontal semisal dengan menggalang gerakan semacam Indonesia Mengajar
yang didorong oleh niat luhur tanpa pamrih besar untuk membantu masyarakat

11
Mandok Hata @ Clubhouse

sebagai pelaku wisata utama untuk bersama mengembangkan daerah dan


budaya yang kita warisi.

Apakah akan berhasil? Setidaknya dengan upaya bersama dan masif, tidak ada
salahnya kalau kita mulai daripada hanya kita bicarakan saja tanpa perbuatan.

Yok Bisa Yok

12
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

02
BATAK, LAGU DAN KENANGANNYA

20 April 2021

S
udah lama orang Batak dikenal memiliki talenta dalam bidang musik.
Banyak penyanyi, pemusik atau pencipta lagu terkenal berasal dari tanah
Batak. Kiprah mereka bukan sekadar di tanah Batak, Sumatera Utara,
atau Indonesia. Bahkan mendunia!

Untuk pencipta lagu, kalau boleh dikatakan satu angkatan ada beberapa nama.
Mungkin sudah banyak yang mengenal nama duo Simanjuntak. Cornel
Simanjuntak pencipta lagu Maju Tak Gentar dan Teguh Kukuh Berlapis
Baja, serta Alfred Simanjuntak pencipta lagu Bangun Pemudi Pemuda. Ada
juga Liberty Manik pencipta lagu Satu Nusa Satu Bangsa, Amir Pasaribu yang
satu angkatan tapi sepertinya belum banyak yang mengenalnya. Berbeda genre
dari mereka masih ada E.L. Pohan yang banyak berkarya pada lagu Rohani.
Selain mereka ada nama seperti Nahum Situmorang (Siapa tak kenal beliau?),
S.Dis Sitompul pencipta Luat Pahae, Nortier Simanungkalit (pada
masanya lagu ciptaannya mengiringi senam pagi anak sekolah). Untuk kategori
lagu populer dikenal nama Dakka Hutagalung, Jack Marpaung, Charles
Simbolon, Iran Ambarita dan seterusnya. Jika digabung dengan orang Batak
pencipta lagu bukan lagu Batak, ada Rinto Harahap, Charles Hutagalung,
Reynold Panggabean, atau Panjaitan Bersaudara.

Selain pencipta lagu, banyak juga penyanyi Batak yang dikenal luas. Sejak dari
Eddy Silitonga, Diana Nasution, Christine Panjaitan, Rita Butar-
Butar, dan yang lain untuk kategori penyanyi solo. Untuk kategori group ada
Gordon Tobing atau The Mercys. Kategori penyanyi trio yang tenar pada

13
Mandok Hata @ Clubhouse

tahun 1980 an hingga 2000 an. Sebut saja Trio Golden Heart, Trio Lasidos,
Trio Maduma, Trio Ambisi dan masih banyak lagi.

Beberapa diantara mereka setia dengan lagu batak, beberapa lagi selain merekam
suara/lagu dalam bahasa Batak juga dalam bahasa Indonesia. Eddy Silitonga
bahkan dalam beberapa bahasa daerah lain semacam lagu Minangkabau atau
lagu berbahasa Jawa.

Semakin kesini, domonasi penyanyi Batak seolah tidak surut. Sebut saja
beberapa jebolan ajang pencarian bakat seperti Joy Tobing, Judika Sihotang,
Firman Siagian, Maria Simorangkir, Lyodra Ginting, dan yang terakhir
ada Mark Natama Saragi atau Anggi Marito Simanjuntak yang berpotensi
membuat hattrick Batak menjuarai lomba itu.

Kembali pada lagu Batak sebagai topik diskusi, ciptaan para pencipta senior itu
masih sering dinyanyikan sampai sekarang. Orang Batak mana tak merinding
atau jiwanya tergetar saat menyanyikan O Tano Batak ciptaan S.Dis. Sitompul
atau rindu kampung halaman kala melantunkan Luat Pahae. Orang Batak mana
yang tak kenal Anakhonhi Do Hasangapon Di Ahu, dan mendadak ingin terbang
ke Rura Silindung ketika mendengar Dijou Ahu Mulak, mengunjungi Pulau
Samosir ketika mendengar lagu bertajuk Pulo Samosir.

Jika kita perhatikan, tema lagu Batak cukup beragam. Yang paling besar, tentang
cinta. Baik cinta antar sesama, cinta kepada alam maupun cinta kepada pencipta.
Cinta kepada sesama masih bisa dibagi lagi. Selain cinta muda-mudi dalam hal
asmara, semacam Mardua Holong, atau cinta kepada orang tua seperti
Tangiang Ni Dainang. Selain itu, juga cinta orang tua kepada anak. Cinta kepada
anak juga masih bisa dibagi lagi. Lagu kepada anak lelaki seperti Poda, Anakku
Na Burju atau Ndang Marna Muba Ho, Supir Panjang atau Poda Nauli.
Beberapa lagu kepada anak perempuan seperti Boru Panggoaran, Borhat Ma
Dainang, atau Tondi-tondiku.

14
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Jika kita perhatikan, tema lagu Batak cukup beragam. Yang paling besar, tentang
cinta. Baik cinta antar sesama, cinta kepada alam maupun cinta kepada pencipta.

Khusus tentang Borhat Ma Dainang ternyata ada pesan tersirat yang


meneguhkan posisi perempuan Batak dalam kedudukannya pada sistem
kekerabatan Batak. Lewat sepenggal lirik “Borhat ma dainang, tubuan laklak ho
inang tubu sikkoru. Borhat ma dainang, Tubuan anak ho inang tubuan boru”
peran perempuan Batak ternyata jembatan dalam kekerabatan Dalihan Na Tolu.

Dari sejarah panjang di atas, ternyata ada yang terlambat mencintai lagu Batak
ketika mendengar lagu Batak yang telah diaransemen dengan kondisi kekinian.
Banyak pendengar (baru kalau boleh dibilang begitu) yang menyadari bahwa
lagu Batak memiliki arti dan keren. Dalam hal ini peran Viky Sianipar dan
teman-teman tidak bisa dianggap kecil.

Kesukaan akan lagu Batak, seringkali juga dimulai dari kesukaan akan musik
tradisonal semacam taganing, ogung, suling dan teman-temannya. Beranjak dari
situ, kecintaan akan lagu Batak meningkat. Atau ada yang suka lagunya ketika
telah dibawakan orang lain (cover). Mungkin ini soal aransemen atau faktor
penyanyi ya.

Selain pesan (poda) orang tua kepada anak, ternyata lagu Batak juga memiliki
banyak pesan tentang keluarga seperti Uju Ni Ngolungkon, atau pesan tentang
pergaulan seperti lagu Jamila, atau tentang supir bis (supir motor) misalnya .

Tapi diantara semuanya itu, O Tano Batak dianggap sebagai lagu kebangsaan kita
orang Batak. Beta taendehon

O tano Batak haholonganhu


Sai na malungun, do ahu tu ho
Ndang olo modom, ndang nok mataku
Sai na marsihol do ahu, sai naeng tu ho

15
Mandok Hata @ Clubhouse

O tano Batak, sai naeng hu tatap


Dapotnohonku tano ha godangan hi
O tano Batak andingan sahat
Au on naeng mian di ho
Sambuloki

Molo dung binsar mata ni ari


Lao panapuhon haumai
Godang do ngolu siganup ari
Dinamaringan di ho sambulonki

O tano Batak, sai naeng hu tatap


Dapotnohonhu tano ha godangan hi
O tano Batak, andingan sahat
Au on naeng mian di ho
Sambulonki
Au on naeng mian di ho
Sambulonki

16
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

03
KARTINI, BAGAIMANA EMANSIPASI DI
TANAH BATAK?

23 April 2021

S
etiap tahun di Indonesia, tanggal 21 April diperingati sebagai Hari
Kartini. Peringatan tersebut dirayakan setelah 2 Mei 1964, tanggal
dimana Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik
Indonesia No.108 Tahun 1964. Dalam keputusan tersebut, Kartini juga
ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Dasar penetapan tanggal
tersebut mengacu pada hari kelahiran Raden Ajeng Kartini, 21 April 1879.
Kartini berasal dari kalangan bangsawan atau priyayi. Merupakan putri dari
Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bupati Jepara. Kartini adalah
putri dari istri pertama sang Bupati, meski bukan istri utama.

Berasal dari keluarga bangsawan tidak menyurutkan semangat Kartini untuk


melihat kondisi sekelilingnya. Buah pikirannya dituangkan dalam surat-surat
yang dikirimkan kepada sahabat penanya yang berada di benua Eropa. Surat
surat tersebut kelak setelah ia meninggal dikumpulkan menjadi sebuah buku
oleh Jacques Abendanon, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan,
Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.

Kumpulan surat-surat Kartini itu kemudian diberi judul Door Duisternis tot
Licht yang secara harfiah berarti "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku yang
terbit tahun 1911 itu kemudian diterjemahkan oleh Baginda Dahlan Abdullah,
seorang kelahiran Pariaman, dan diberi judul Habis Gelap Terbitlah Terang,
pada tahun 1922 oleh Balai Pustaka.

Terbitnya buku yang berasal dari tulisan seorang perempuan pribumi, sangat
menarik perhatian masyarakat Belanda. Pemikirannya mulai mengubah

17
Mandok Hata @ Clubhouse

pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Banyak


aspek kehidupan yang disoroti Kartini dalam tulisannya. Namun yang
mengemuka adalah pandangannya terhadap kesetaraan gender atau emansipasi.
Namun demikian, kontradiksi dengan semangat emansipasi yang
diperjuangkannya, takdir berkata lain. Kartini tak kuasa menolak kenyataan
bahwa dia dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih
Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Meski demikian,
suaminya mengerti keinginan Kartini. Beliaupun diberi kebebasan dan didukung
mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor
kabupaten Rembang.

Kisah Kartini tersebut tetap dipelihara sampai sekarang. Namun dikaitkan


dengan warga Dalihan Na Tolu atau budaya Batak yang patrilinial, yang kadang
masih mengedepankan peran pria dibanding wanita, masihkah relevan? Apakah
pria dan perempuan Batak sudah pada taraf yang sama sebagaimana
diperjuangkan oleh Kartini?

Kalau bicara perempuan Batak yang menginspirasi, kita kenal beberapa nama
seperti Dewi Lestari Simangunsong yang penulis best seller, Butet
Manurung yang membuka Sekola Rima di hutan pedalaman Sumatera,
Silvany Austin Pasaribu diplomat muda Indonesia yang menyindir
pemerintah Vanuatu pada sidang PBB, atau Nadya Hutagalung VJ MTV dan
berprofesi sebagai model.

Ada Basaria Panjaitan yang tercatat sebagai perempuan pertama yang


berpangkat Inspektur Jenderal (bintang dua) dalam sejarah Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Edith Dumasi Nababan yang hakim agung atau Kartini
Sjahrir Panjaitan yang pernah menjadi Duta Besar.

Selain itu, masih banyak nama perempuan Batak yang. Memiliki kedudukan atau
posisi tinggi pada ragam bidang. Militer, pemerintahan, pendidikan, dan
seterusnya.

18
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Kalau kita berkunjung ke tanah Batak, sering juga terlihat para perempuan yang
bekerja di ladang dan tidak terlihat pria menemani. Mungkin beberapa diantara
kita pernah mendengar bahwa para pria malah berkumpul di lapo. Menjadi
pertanyaan apakah hal tersebut merupakan bentuk kesetaraan? Hanya
perempuan bertanggung-jawab atas pekerjaan berat. Tapi ada pandangan lain
yang melihat dari sisi berbeda. Bahwa kondisi tersebut justru merupakan
tanggung jawab perempuan sebagai bentuk kesetaraan.

Dari sharing beberapa tokoh


Capaian perempuan Batak mungkin sudah
perempuan Batak yang sudah
menggapai cita-cita Kartini. Namun ternyata
berhasil, diketahui juga bahwa
mereka masih menganggap bahwa emansipasi
banyak diantara mereka yang
tidak boleh kebablasan. Ada saatnya
meskipun dari sisi semangat
perempuan juga akan mengurus domestik juga.
emansipasi, capaian mereka Mengurus rumah tangga, mengurus anak.
mungkin sudah menggapai
cita-cita Kartini, ternyata mereka masih menganggap bahwa emansipasi tidak
boleh kebablasan. Ada saatnya perempuan juga akan mengurus domestik juga.
Mengurus rumah tangga, mengurus anak.

Tapi mau tidak mau harus


Tapi mau tidak mau harus diakui bahwa
diakui bahwa perempuan
perempuan Batak memiliki DNA yang
Batak memiliki DNA yang
tangguh!.
tangguh. Kadang dianggap
sebagai tiang rumah tangga. Sebagaimanapun suaminya, upaya untuk
mempertahankan keluarganya tetap dinomorsatukan. Bang Jansen Sitindaon
menyampaikan pesan orang tuanya bahwa dalam memilih pasangan, pria Batak
haruslah memilih benteng yang kuat. Laki laki Batak memang harus berpasangan
dengan perempuan Batak.

Semakin kesini ternyata ada keluarga yang masih membedakan anaknya antara
pria dan perempuan. Menanamkan pemahaman bahwa setinggi apapun
pendidikan atau kedudukan perempuan pada akhirnya akan kembali mengurus
urusan domestik. Tapi sudah banyak juga yang sudah menerapkan kesetaraan.

19
Mandok Hata @ Clubhouse

Bahkan sering kita dengar bahwa pada saatnya nanti ketika orang tua kita
semakin menua, yang mengurus mereka adalah anak perempuannya juga.

Dari sudut kekeluargaan, mungkin memang sudah banyak kesetaraan yang


diperoleh perempuan. Utamanya soal pendidikan atau pekerjaan domestik di
rumah tangga misalnya. Tidak hanya menjadi urusan perempuan. Namun dalam
urusan paradaton, peran pria memang masih dikedepankan. Karena itu, kalau
bicara emansipasi pada warga Dalihan Na Tolu, penting untuk membedakan
kedudukan perempuan dalam hubungan keluarga dengan kedudukan
perempuan dalam paradaton.

Siapa kartini (modern) untuk kalian?

20
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

04
DENGKE, IKAN MAS, PERANTI ADAT ATAU
MAKANAN FAVORIT?

4 Mei 2021

D
alam acara adat Batak, seringkali kita melihat dengke atau ikan
mengambil peran sebagai satu peranti dalam acara adat. Dahulu
dengke yang digunakan adalah Ihan Batak. Ikan yang dipercaya
sebagai ikan asli Batak. Meski pada kenyataannya berdasar hasil penelitian,
spesies yang sama juga terdapat di negara/benua lain. Seiring jumlahnya yang
semakin berkurang bahkan bisa dikatakan hampir punah, ikan mas terpilih
menggantikan Ihan Batak.

Penyerahan dengke selalu


Penyerahan dengke selalu berasal dari ‘pihak
berasal dari ‘pihak yang lebih
yang lebih tinggi’ kepada ‘pihak yang lebih
tinggi’ kepada ‘pihak yang
rendah’. Dari Hula-hula kepada Boru
lebih rendah’. Dalam tatanan
acara adat, dari hula-hula
kepada boru. Sebagai balasan dari boru yang sebelumnya menyerahkan tudu-
tudu sipanganon. Dari Orang tua kepada anak, ketika bukan bagian dari acara
adat seperti misalnya ucapan syukur atau memberangkatkan anak. Tidak pernah
sebaliknya. Walaupun kadang karena suatu keadaan apa yang diberikan bukan
bentuk ikan, tapi diganti menjadi daging ayam atau daging lembu. Tetap disebut
dengke.

Dengke dianggap sebagai sarana menyampaikan berkat (pasu-pasu) maupun doa


(tangiang). Itu sebabnya pemberian dengke tidak hanya dalam acara adat,
semacam pesta unjuk (pernikahan) atau marhata sinamot. Beberapa keluarga

21
Mandok Hata @ Clubhouse

menerapkannya dalam ragam acara seperti ketika anak lulus kuliah, ketika anak
akan merantau, ketika anak lepas sidi (untuk yang kristen), dan seterusnya.

Kalau kita perhatikan, jumlahnya selalu ganjil. Satu, tiga, lima dan seterusnya.
Konon katanya jika mangupa pengantin, kepada mereka diberikan hanya satu
ikan. Dengan harapan kedua pengantin yang tadinya dua, sekarang sudah
menjadi satu. Uniknya ketika yang diserahkan hanya seekor, ikan diberdirikan
seolah sedang berenang (kadang juga dilakukan ketika ikan yang disampaikan
berjumlah tiga) dengan disangga oleh nasi di kiri dan kanan ikan tersebut.
Jumlah dengke yang diberikan, bertambah seiring dengan perjalanan pengantin.
Ketika diberikan kepada keluarga yang sudah memiliki keturunan dalam
pengertian anak, diberikan sejumlah tiga. Dan ketika sudah memiliki cucu,
diberikan sejumlah lima.

Kalau diperhatikan, penyajian ikan mas ini selalu disajikan secara utuh. Tidak
dipotong-potong. Bahkan sisiknya tidak pernah dibuang terlebih dahulu
sebagaimana ketika mengolah ikan lain. Dipotong menjadi beberapa bagian
hanya ketika di rumah makan Batak.

Ada apa dibalik pemberian


Ikan mas selalu hidup bergerombol, mungkin
dengke?. Dilihat dari
mirip seperti orang Batak yang selalu hidup
filosofinya ada beberapa
bersama. Ikan mas yang dipelihara dalam air
yang dipercaya sebagai
mengalir, ketika ikannya melawan arus,
dasar pemberian dengke ini.
dipercaya sebagai tangguhnya orang Batak
Ikan mas selalu hidup
dalam mengarungi kehidupan.
bergerombol, mungkin
mirip seperti orang Batak
yang selalu hidup bersama. Ikan mas yang dipelihara dalam air mengalir, ketika
ikannya melawan arus, dipercaya sebagai tangguhnya orang Batak dalam
mengarungi kehidupan. Ikan mas hidupnya selalu bergerombol dan terlihat
berenang ramai-ramai secara teratur (marudur-udur). Kebiasaan hidup ikan mas
inilah yang diharapkan akan menjadi kebiasaan bagi keluarga yang diberkati.
Hidup bersih dan harmoni dalam masyarakat.

22
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Ada juga istilah dengke sitio-tio dan dengke simudur-udur. Dengke Sitio-tio
menggambarkan kehidupan yang masih murni dan bersih. Ikan mas hidup di air
tawar yang bening dan belum tercemar. Oleh karena itu diharapkan orang yang
memakan dengke ini hidupnya selalu bersih.

Dengke simudur-udur, biasanya


diserahkan kepada beberapa orang Disebut simudur-mudur mengandung makna
kerabat. Disebut simudur-mudur semoga yang menerima senantiasa seia sekata,
mengandung makna semoga yang seiring, sejalan, seperasaan sepenanggungan.
menerima senantiasa seia sekata,
seiring, sejalan, seperasaan sepenanggungan. Bisa dikatakan melambangkan
hidup yang selalu harmoni dalam beberapa keturunan.

Kalau kita bicara cara mengolah, ada beberapa metode dalam memasak ikan
mas. Dengan diarsik. Arsik berarti kering. Mangarsik ikan mas berarti dimasak
dengan ragam bumbu seperti jahe, kunyit, asam glugur, serai (sangge-sangge),
batang kecombrang, cikala dan tidak lupa andaliman. Kalau ada bawang batak,
biasanya dicampur. Bisa juga dengan daun singkong atau kacang panjang.
Pendamping ini sering disebut uram-uramnya. Yang tidak kalah nikmat daripada
menu utama yang ikan mas. Sampai disini sebenarnya sudah nikmat. Namun ada
beberapa orang merasa lebih nikmat ketika ikan yang sudah diarsik itu digoreng
kering.

Selain arsik, ada juga dengke naniura yang ‘dimasak’ dengan berbagai bumbu
serba asam. Tidak dimasak dengan menggunakan api. Sering disebut sebagai
sushi Batak. Selain itu ada dengke na tinombur.

Trivia:

Bagaimana cara makan ikan mas tanpa terganggu oleh durinya?

Putarlah piringnya 

23
Mandok Hata @ Clubhouse

DENGKE SIMUDUR UDUR

Jalo ma boru, Dengke simudur-udur on

Angkup ni ulos si godang rambu on

Mudur-udur anak dohot boru dihamu

Hatop hamu nadilili ni andormu

Sai marrambui ma inang parsaulian dihamu

Marsianju anjuan ma hamu

Borungku hasian, ingot ma angka poda on

Angkup ni tangiang na marlinangi

Haholongi ma inang hela nami on

Tikki sonang manang susa boru hasian

Marsiajar-ajaran ma dinahumurang di hamu

Sai ro ma tua i tu jolomu

Reff :

Bona ni hau toras parasaran ni satua

Burju ho marnatoras jala marnatua tua

Paserep ma roham tu Tuhan I si lehon dame i

Asa sai horas ho inang rap dohot helakki

Sahat saur matua

24
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

05
ORANG BATAK, PETARUNG UNTUK
KELUARGANYA

12 Mei 2021

O
rang Batak dikenal memiliki ragam profesi untuk menghidupi
keluarganya. Sering terdengar stereotipe orang Batak sebagai tukang
tambal ban, supir angkot, supir metromini, atau penegak hukum
semacam polisi, pengacara, hingga hakim. Bahkan di dunia hiburan dan menjadi
pesohor. Tapi apapun itu, tujuan akhirnya adalah menjadi sumber penghidupan
keluarga atau tulang punggung keluarga.

Apa yang bisa kita pelajari dari


Tidak jarang, kekerabatan kita sebagai orang
kisah dari ragam profesi
Batak juga mempermudah kita dalam
tersebut. Pertama dari
keseharian. Entah dalam kuliah atau bekerja.
stereotipe. Sering ada
semacam beban buat kita
sebagai orang Batak. Tapi tidak jarang, kekerabatan kita sebagai orang Batak juga
mempermudah kita dalam keseharian. Entah dalam kuliah atau bekerja. Ketika
butuh sesuatu dari satu instansi misalnya, kita bisa mulai dari yang kita kenal.
Kita bisa cari sesama Batak, untuk kemudian ketika kita laki menyapa Tulang
kepada pimpinannya yang laki. Atau ketika perempuan, menyapa amangboru 

Ada beberapa yang bisa dibagi dalam diskusi malam ini yang mungkin bisa
diaplikasikan dalam dunia kerja. Pertama adalah, pintar mungkin penting tapi
ternyata lebih penting menjadi pintar-pintar. Bagaimana bersosialisasi,
bagaimana berhubungan dengan orang lain di dunia kerja.

Selain itu juga, ketika mendapat tantangan dalam bekerja, penting untuk
menerima tantangan dulu dibandingkan menolak atau menghindari pekerjaan.

25
Mandok Hata @ Clubhouse

Dengan demikian kita akan mendapat poin positip dalam dunia kerja.
Mengaplikasikan apa yang kita pelajari soal adat Batak dan sebagai warga
Dalihan Na Tolu, ternyata bisa mempermudah kita dalam bekerja di tempat kita
masing-masing.

Selain itu juga yang tak kalah penting adalah mengaplikasikan pesan orang tua.
Entah itu dari Bapak atau Ibu kita. Karena mau tidak mau mereka sudah lebih
dahulu mencicipi asam garam kehidupan dan pengalaman mereka bisa kita
jadikan bekal dalam bekerja. Kadang kita tidak sadar pengalaman orang tua kita
menginspirasi kita dalam bekerja atau berkehidupan.

Banyak pesan yang sepertinya disampaikan oleh orang tua kepada kita anak-
anaknya. Seperti misalnya seperti bekerja sebaik-baiknya, selalu berbuat baik
dan melayani sesama, taat dan tunduk pada pimpinan, plus jangan mengejar
harta duniawi. Dan tanpa berbicara keyakinan, semua agama mengajarkan hal
yang sama. Pantang menyerah, bekerja keras untuk keluarga.

Menarik sharing malam ini, ada insight yang kita peroleh. Apresiasi juga kepada
kak Cheryl bahwa room seperti ini yang membicarakan dan merawat budaya
perlu diperbanyak untuk membentengi budaya kita dari infiltrasi budaya luar.
Dan sebagai bagian dari bangsa yang besar ini, kita percaya bahwa semua suku
bangsa punya nilai luhur yang bisa menjadi bekal dalam keseharian.

Pada akhirnya yang utama tetaplah keluarga. Dari mana kita berasal,
kemana kita berujung.

Dari keluarga kita belajar bagaimana berjuang. Kepada keluarga juga


perjuangan kita diarahkan.

Sayangi orang tua kalian, selagi bisa. Lindungi keluarga kalian


sekarang, atau nanti jika sudah punya.

26
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

06
MERANTAU, PENGEJAWANTAHAN
HAGABEON, HAMORAON, HASANGAPON

22 Mei 2021

B
erdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, suku Batak termasuk
tiga besar dari sisi jumlah penduduk di Indonesia. Secara berurutan
suku Jawa yang berjumlah 95,2 juta jiwa (40,2%), suku Sunda sebanyak
36,7 juta jiwa (15,5%) dan suku Batak sebanyak 8,5 juta (3,6%). Suku Batak
tersebar di mana-mana. Mereka membangun komunitas dan konon mirip seperti
Chinatown di beberapa negara. Semua diawali dari merantau.

Ada beberapa hal yang mendorong orang Batak akhirnya merantau. Meskipun
kegiatan merantau bukan hanya milik orang Batak semata, tidak dapat
dipungkiri bahwa kegiatan merantau lekat dengan suku Batak. Lantas apa yang
membuat orang Batak akhirnya merantau?

Konon dahulu kala orang Batak tinggal di dalam kampung yang terdiri dari satu
marga saja. Kampung yang kadang dikelilingi tanah yang dibangun agak tinggi
atau rerumpunan bambu. Ketika sudah dewasa dan akhirnya siap untuk
menikah, mau gak mau mereka harus ada yang keluar kampung. Karena tidak
mungkin menikah dalam kampung yang sama karena mereka masih dari rumpun
marga yang sama.

Semakin kesini, terdapat beberapa hal yang mendorong orang Batak merantau.
Beberapa teman sharing bahwa keputusan mereka merantau itu mau gak mau
didorong oleh kondisi orang tua yang juga perantau. Pertama karena kondisi
kampung halaman. Banyak yang bilang tanah Tapanuli tidak memiliki banyak
pilihan untuk diolah selain daripada pertanian. Pernah sekitar tahun 80an, tanah
Batak atau Tapanuli mendapat label sebagai peta kemisikinan. Tidak banyak

27
Mandok Hata @ Clubhouse

perubahan di kampung halaman menjadi alasan kenapa akhirnya orang Batak


merantau.

Bisa dibilang alasannya


Bisa dibilang alasan orang Batak merantau
karena mencari pekerjaan.
karena mencari pekerjaan. Memperoleh
Memperoleh penghidupan
penghidupan yang lebih baik lagi.
yang lebih baik lagi. Dengan
harapan sukses di tanah
rantau. Dan memegang prinsip pantang pulang sebelum jadi orang. Mungkin ini
juga yang dimaksud sepenggal lirik Anak Medan, biar banteng di kampung
sendiri tapi banteng di perantauan. Selain itu ada alasan pribadi, tidak mau
menjadi beban orang tua atau ingin mandiri. Ingin bertanggung jawab atas hidup
sendiri. Hal ini sering terjadi untuk anak laki, misalnya. Beberapa malah
memiliki misi pribadi semacam, rumah atau harta yang ada sekarang bukan
miliknya. Sehingga dia harus mencari sendiri untuk dia.

Selain itu juga perantauan bisa terjadi karena alasan mencari pendidikan. Ingin
bersekolah di tempat yang lebih baik lagi. Mungkin itu sebab kita melihat di
Bandung, Jogja atau Malang untuk menyebut beberapa kota yang perguruan
tinggi negerinya menjadi favorit pilihan banyak orang, banyak komunitas
mahasiswa Batak. dan setelah lulus, sebagian besar dari mereka akan mencari
kerja di kota tersebut atau tetap tinggal di Jawa dimana kota tersebut berada.
Mau tidak mau alasan ini juga menjadi pilihan. Mengutip satu film, Djawa Adalah
Koentji, pulau Jawa masih menjadi lampu yang menarik ‘laron-laron’
berdatangan.

Apa yang dilakukan orang Batak ketika merantau? Mencari komunitas orang
batak! Punguan marga, gereja Batak dan seterusnya. Atau paling dekat, mencari
komunitas yang berasal dari Medan. Kenapa demikian? Karena walaupun beda
marga, beda kampung, ketika ada pendatang dalam satu komunitas mereka akan
cepat untuk berbaur. Mereka punya alasan untuk menjalin kekerabatan. Karena
ikatan kekerabatan yang dibangun. Belum lagi ketika ketemu biasanya akan

28
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

mencoba mencari kedekatan lewat partuturan. Malam ini kita malah


mengetahui, ikatan kekerabatan itu bahkan terjadi untuk keluarga yang di-ain.

Dari sini ada alasan kenapa orang tua kita selalu mengajarkan tarombo kepada
kita. Minimal kita mengetahui asal usul marga kita. Marga ibu kita. Semakin
banyak kita memahami tarombo kita, semakin baik menjadi bekal kita untuk
merantau ketika akan memanfaatkan pemahaman itu ketika merantau.

Sisi lain dari cerita kita malam ini adalah ada semacam sistem MLM . Ketika
seorang sudah sukses di perantauan, acap kali mereka akan mengajak
keluarganya untuk ikut dia. Atau malah ketika ada yang sudah sukses di
perantauan, mereka
Ketika seorang sudah sukses di perantauan, menyediakan tempat tinggal
acap kali mereka akan mengajak keluarganya
bagi perantau yang baru
untuk ikut dia.
datang dari kampung.

Banyak pengalaman lucu ketika akhirnya seseorang merantau. Sering dialami


apa yang disebut culture shock. Budaya yang kita bawa dari kampung halaman
ternyata tidak sama dengan budaya yang kita temui di kota tempat kita merantau.
Mau tidak mau kita sebagai pendatang, harus membiasakan diri dengan budaya
baru tersebut. Pada akhirnya merantau mengajarkan kita untuk memahami
ragam budaya. Memahami sifat suku lain diluar Batak. Lebih menghargai
toleransi.

Merantau dipercaya sebagai salah satu pengejawantahan dari tujuan hidup orang
Batak. Mencapai Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon. Di perantauan mereka
membuat jejak berupa perkampungan Batak, gereja (untuk yang beragama
kristen), dan deretan lapo. Dengan cara itu, orang Batak di perantauan cepat
berkembang. Hubungan kekerabatan (partuturan) menjadi dasar itu semua.

Lance Castle dalam The Ethnic Profile of Djakarta menyebutkan, orang Batak
pertama kali merantau ke Jakarta tahun 1907. Jejak perantau pertama di Jakarta
berupa kebaktian berbahasa Batak pada 20 September 1919. Mereka lalu

29
Mandok Hata @ Clubhouse

membangun Gereja HKBP Kernolong Resort Jakarta yang tercatat sebagai gereja
Batak tertua di Jakarta.

Tapi di balik semua itu, sejauh apapun orang merantau, kerinduan pulang tetap
besar. Seramai apapun kota tempat kita merantau, Jakarta misalnya, ketika
sendirian di perantauan rasa rindu kampung halaman tetap memanggil pulang.
Kangen kampung halaman, menjadi penyakit yang selalu menghinggapi para
perantau. Terutama untuk mereka yang merantau karena alasan sekolah atau
sudah bekerja namun belum berkeluarga.

Leluhur kita punya banyak pesan untuk anak perantau. Salah satunya Pantun Do
Hangoluan, Tois do Hamagoan. Artinya sopan, jujur berperangai baik
membawa keselamatan. Sombong, anggap remeh, pandang enteng membawa
kerugian.

Pantun Do Hangoluan, Tois do Hamagoan.


Sopan, jujur berperangai baik membawa keselamatan. Sombong, anggap
remeh, pandang enteng membawa kerugian.

30
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

07
WISATA BONA PASOGIT, SEKALI LAGI
BERSAMA @HOTRADERO

15 Juni 2021

T
idak bisa dipungkiri, Danau Toba yang merupakan danau vulkanik
terbesar di dunia yang terletak di wilayah Tapanuli, menjadi ikon bagi
pariwista Indonesia khususnya di Bona Pasogit. Konon Danau Toba
memiliki panjang 100 kilometer (62 mil), lebar 30 km (19 mil), dan kedalaman
505 meter (1.657 ft). Danau ini terletak di tengah pulau Sumatera bagian Utara
dengan ketinggian permukaan sekitar 900 meter (2.953 ft) di atas permukaan
laut. Danau yang memiliki keindahan alam menakjubkan dikelilingi 7 kabupaten
yakni Simalungun, Toba, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo,
dan Samosir merupakan potensi besar sebagai destinasi wisata kelas dunia.

Sebagian besar destinasi wisata di Sumatera Utara atau Tapanuli berada di


seputaran Danau Toba. Sebut saja Parapat sebagai kota di tepi pantai Danau
Toba, Pulau Samosir dengan Tomok dan kuburan batu Raja Sidabutar di tengah
danau, Simarjarunjung, pantai Haranggaol, air terjun si Piso-piso, Bakara,
Muara, Tele, dataran tinggi Sipinsur, dan seterusnya.

Upaya yang dilakukan pemerintah (pusat) dalam 10 atau 5 terakhir untuk


membuka Danau Toba bisa dikatakan tidaklah sedikit. Pembangunan
infrastruktur, semacam revitalisasi bandara Silangit (konon bandara Sibisa
segera menyusul) atau pembangunan tol dari Medan menuju Danau Toba yang
diharapkan mempersingkat waktu tempuh wisatawan dari Medan atau bandara
Kuala Namu adalah pilar penting untuk mendorong upaya mendorong Danau
Toba menjadi Monaco of Asia. Hal ini penting karena terkait dengan waktu.

31
Mandok Hata @ Clubhouse

Dalam berwisata penting bagaimana bisa menikmati sebanyak mungkin


destinasi wisata yang ada dengan waktu yang tersedia.

Pemerintah juga telah membentuk Badan Otorita Danau Toba (BODT) yang
bertujuan untuk mempercepat cita-cita tersebut. Demi tercapainya percepatan
itu, BODT lepas dari pemerintah. Mereka hanya terkait dengan koordinasi dan
menyusun kebijakan. Dengan demikian diharapkan percepatan pembangunan
akan lebih cepat tercapai dan setidaknya tidak terhambat urusan birokrasi. Jadi
tidak membutuhkan persetujuan pemerintah daerah. Berbeda lagi dengan
Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) yang merupakan badan
usaha milik negara yang dibentuk untuk membangun kawasan wisata.

Apa yang perlu diubah dari


Sudah menjadi rahasia umum kalau orang kita Danau Toba sebagai destinasi
susah menyebut selamat datang atau terima
kasih kepada pendatang. Orang kita terkesan wisata, kembali pada
kasar dan tidak ramah kepada pendatang oranganya. Industri
pariwisata mengedepankan
hospitality, keramahtamahan. Apakah penduduk setempat mampu
mengedepankan hal tersebut. Sudah menjadi rahasia umum kalau orang kita
susah menyebut selamat datang atau terima kasih kepada pendatang. Orang kita
terkesan kasar dan tidak ramah kepada pendatang. Keramahtamahan selain
bagian dari bagian dari bawaan lahir sebenarnya bias dibentuk seabgai bagian
dari profesionalisme. Bukan satu cerita kalau kunjungan ke sana dianggap
sebagai parsahalian, hanya untuk sekali saja. Ada kesan jera. Apakah itu ada
hubungannya dengan kondisi bahwa orang Batak adalah anak ni Raja atau boru
ni Raja?

Mau tidak mau, harus diakui bahwa anggapan tersebut kadang merupakan
kendala. Mungkin sering kita merasa anak ni Raja atau boru ni Raja sebagai
posisi semata. Bukan sebagai patokan untuk bersikap atau berperilaku. Penting
untuk menanamkan bahwa anak ni Raja atau boru ni Raja bukan semata dalam
pemahaman feodal bahwa kita harus dihormati. Namun bagaimana kita bersikap

32
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

sebagai bangsawan yang ramah kepada tamu atau pendatang. Sebab begitulah
seharusnya anak ni Raja atau boru ni Raja.

Namun ada insight menarik yang disampaikan bang Poltak Sianturi


(@hotradero) malam ini. Bahwa pengalaman serupa terjadi juga di Mandalika.
Bersama dengan Danau Toba yang juga merupakan destinasi utama yang
dikembangkan pemerintah, Mandalika mengalami hal sama dengan
penduduknya. Namun apa yang dilakukan di sana? Upaya yang dilakukan adalah
dengan pertama kali merebut hati penduduknya. Sebelum membangun hotel dan
daerah komersial lain, pengelola kawasan wisata terlebih dahulu membangun
masjid. Kenapa demikian? Karena jika yang didahulukan adalah area komersial,
ada kekhawatiran akan resisten si dari penduduk setempat. Muncul kesan bahwa
kawasan yang dibangun merupakan daerah yang kesan ekslusif. Dengan terlebih
dahulu merebut hati, terbukti upaya tersebut bisa berhasil. Mencontoh hal sama,
bukan tidak mungkin strategi tersebut bisa berhasil diterapkan di Bona Pasogit.

Atau ada hal lain lagi yang bisa kita coba bersama. Yaitu alih-alih menginap di
rumah saudara, yang pasti masing-masing kita punya, kita bisa memilih
menginap di hotel atau akomodasi yang ada di daerah wisata. Dengan demikian
bisa memberi penghasilan bagi penduduk setempat. Selain itu, dengan menjadi
konsumen, diharapkan juga kita sebagai warga atau putra daerah bisa memberi
masukan bagi pengelola. Dengan begitu akan menjadi semacam quality control
bagi mereka. Dengan demikian, harapannya keindahan Danau Toba yang unik
tersebut memberikan hasil yang baik bagi penduduk sekitarnya. Yang pada
akhirnya akan meningkatkan taraf hidup penduduk setempat yang adalah
saudara kita juga.

33
Mandok Hata @ Clubhouse

08
SITIOP PURO

22 Juni 2021

P
uro berarti pundi-pundi atau kantong uang. Seperti biasa terlihat pada
beberapa cerita atau film berlatar zaman dahulu, orang menyimpan
uang pada kantong yang terbuat dari kain atau kulit binatang. Sebelum
dompet dikenal sebagaimana zaman sekarang.

Turunan dari puro ini dikenal satu istilah yang disebut sitiop puro yang berarti
bendahara. Pada masa sekarang istilah ini sudah jarang terdengar. Mungkin
kalaupun pernah fungsi ini sering disebutkan ketika ada pesta. Siapa nanti yang
akan berdungsi sebagai bendahara, kepada siapa semua biaya untuk kebutuhan
pesta diminta. Atau dari siapa uang akan keluar. Tapi seringkali ketika pesta
unjuk, sitiop puro adalah ibu pengantin.

Dengan penjelasan di atas, bisa dilihat bahwa sitiop puro merupakan dia yang
bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan. Nah kondisi ibu sebagai sitiop
puro hampir terjadi di setiap keluarga orang Batak sebagaimana juga mungkin
keluarga dari suku lain. Hal ini mau gak mau terbawa ke dalam punguan marga.
Jika kita perhatikan, yang menjadi bendahara hampir pasti adalah ibu, minimal
Boru (dalam pengertian suami dari boru marga tersebut).

Bagaimana sebenarnya mengelola keuangan? Bisanya diinspirasi oleh kondisi


keuangan orang tua kita. Dengan latar belakang orang tua yang berbeda-beda
seperti pegawai negeri, pegawai swasta atau pengusaha, biasanya apa yang kita
lihat sejak kecil akan menginspirasi kita dalam hal mengelola keuangan.
Mungkin dengan variasi dengan metoda yang kita lihat, pelajari dari kegiatan
sharing dengan teman.

34
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Semuanya dimulai ketika masih kecil, masih sekolah. Untuk yang tidak
dibiasakan diberi uang jajan secara rutin, mungkin tidak ada yang harus dikelola.
Tapi untuk yang rutin diberi uang jajan, mau gak mau sejak dini kita belajar
bagaimana mengelola keuangan. Bagaimana agar uang harian, mingguan atau
bulanan, pas untuk kebutuhan kita sehari-hari. Entah itu sekadar jajan atau
kebutuhan atau kemewahan lain. Jika ada lebih mungkin ada yang sudah
terbiasa menabung. Bisanya kebiasaan menabung ini dipicu oleh keinginan
untuk memiliki sesuatu yang untuk membelinya butuh uang tidak sedikit.
Namun ada juga yang ternyata berinisiatf menabung setelah dewasa. Setelah
bekerja dan memiliki penghasilan sendiri. Entah karena kebutuhan atau
kesadaran, ataupun karena terinspirasi setelah melihat orang lain.

Ada kisah menarik ketika seorang suami yang nota bene pencari nafkah, semua
keuangan bahkan hingga ATM dipegang oleh istri. Sang suami diberi ‘jatah’
sesuai kebutuhan keseharian. Dalam keluarga Batak, hal seperti ini sepertinya
kurang elok. Karena bagaimanapun suami adalah kepala rumah tangga,
pemimpin. Kurang elok apabila misalnya dalam satu kesempatan pada satu
keramaian, suami tidak punya uang untuk membayar sekadar segelas kopi.
Tongka. Maila hita.

Dalam hubungan dengan orang tua, ketika sudah berkeluarga bagaimana


mengelolanya. Karena bagaimanapun meski orang tua tidak pernah berharap
kita memberi sesuatu kepada mereka. Tinggal bagaimana kita sepakat dengan
pasangan kita. Kak Mei sharing bahwa ada semacam silang perhatian. Saling
mengurus mertua masing-masing. Suami mengurus mertuanya, demikian juga
istri kepada mertuanya. Namun
Saling mengurus mertua masing-masing.
tentu saja hal ini bisa terjadi ketika
Suami mengurus mertuanya, demikian juga
baik suami maupun istri sama
istri kepada mertuanya.
bekerja.

Soal bagaimana mengelola keuangan selain daripada tujuan pengelolaan itu


sendiri, kembali pada gaya hidup masing-masing. Sebagai contoh misalnya,
ketika sudah bekerja dan bergaji sejuta kita bisa manyisihkan uang 100 ribu

35
Mandok Hata @ Clubhouse

untuk ditabung, apakah ketika bergaji dua juta kita hanya sekadar
melipatgandakan tabungan menjadi 200 ribu? Ternyata harusnya enggak.
Harusnya justru bisa menabung sejuta seratus. Karena bukankah kita sudah
terbiasa dan bisa ‘hidup’ dengan hanya sembilan ratus? Kenapa ketika
pendapatan meningkat dua kali lipat, kita hanya menambah sedikit pada jumlah
yang ditabung? Pada akhirnya gaya hiduplah yang harus kita sesuaikan agar
dalam mengelola keuangan tidak menjadi rem .

Dalam kondisi pasangan sama bekerja, beberapa teman yang sharing memberi
insight bahwa pengeluaran untuk asisten rumah tangga maupun baby sitter
misalnya, menjadi tangggung jawab istri. Karena bagaimanapun keberadaan
mereka merupakan kompensasi dari ketidakhadiran istri dalam melakukannya.

Yang menarik juga adalah beberapa teman yang masih lajang sudah berpikir
untuk bagaimana mengelola keuangan nanti ketika sudah menikah. Mulai dari
berencana menerapkan perjanjian pisah harta, atau membuka rekening bersama
yang diniatkan untuk tujuan tertentu pada akhirnya nanti.

Menarik juga mendengar sharing beberapa teman bahwa selain menabung,


dalam mengelola keuangan banyak teman yang sudah melek investasi. Mungkin
detail soal mengelola keuangan dan investasi akan kita bicarakan dalam dua
Selasa ke depan di room Café Partungkoan berikutnya.

36
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

09
MENGELOLA KEUANGAN

28 Juni 2021

S
etelah minggu lalu kita diskusi mengenai sitiop puro atau pengelola
keuangan di keluarga masing-masing, malam ini kita bicara lebih jauh
lagi mengenai bagaimana mengelola keuangan.

Ada kalimat bijak yang bilang, bukan seberapa besar uang yang kau peroleh, tapi
seberapa besar yang tersisa dari uang tersebut. Pesan dari kalimat tersebut
adalah yang terpenting adalah bagaimana mengelola keuangan. Malam ini kita
kedatangan pembicara Cynthia Nadeak, seorang praktisi keuangan dari D’Origin
sebuah perusahaan jasa penasihat bisnis dan keuangan yang yang sudah malang
melintang di industri keuangan. Dari sharing kak Cynthia kita memperoleh
insight.

Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mengelola keuangan adalah


bagaimana mengalokasikan uang yang kita peroleh. Alokasinya seperti untuk
biaya hidup atau keseharian, asuransi, pendidikan, tabungan, kesenangan, atau
investasi. Mengenai seberapa besar alokasi masing-masing, kembali pada pribadi
masing-masing. karena setiap pribadi pasti memiliki tujuan yang berbeda.
Semisal dari sisi gaya hidup yang ingin dicapai pasti berpengaruh pada alokasi
biaya hidup. Atau ketika punya aset tertentu pada masa yang akan datang, akan
berpengaruh pada alokasi tabungan atau investasi. Bisa dikatakan investasi
akhirnya akan dipengaruhi oleh latar belakang seseorang. Seorang lajang akan
berbeda tujuan dan alokasi keuangan mereka dengan yang sudah berkeluarga.
Demikian juga seorang dari generasi milenial akan berbeda dengan generasi Z.

Jika kita bicara soal investasi juga saat ini sudah jauh berbeda dengan sepuluh
sampai dua puluh tahun lalu. Saat literasi soal keuangan atau investasi belumlah

37
Mandok Hata @ Clubhouse

banyak. Saat jumlah investor juga masih sedikit. Saat ini, soal investasi semudah
membuka telepon pintar. Sudah banyak informasi yang bisa kita peroleh dan bisa
pelajari. Meskipun dari beberapa cerita teman di group ini, memperoleh
keuntungan dalam berinvetasi (saham) dalam hitungan hari, investasi memiliki
horizon jangka panjang. Butuh waktu lima sampai sepuluh tahun. Karena
sejatinya investasi adalah membeli satu aset dengan harapan pada masa yang
akan datang, aset ini akan bernilai berlipat.

Jika berbicara mengenai investasi pola pikir kita juga mempengaruhi. Untuk
yang berpikir konservatif dalam pengertian tidak berani mengambil risiko, bisa
memilih deposito atau reksadana. Sebaliknya jika siap dengan risiko bisa
memilih berinvestasi pada saham misalnya. Perlu diingat bahwa kalau kita bicara
investasi ada satu prinsip yang disebut high risk high return. Semakin tinggi
return atau tingkat kembalian yang ditawarkan sebuah produk invetasi, semakin
tinggi juga risiko yang dibawanya. Hal yang perlu diingat juga adalah tujuan
investasi salah satunya adalah mengalahkan inflasi. Karena jika kita memiliki
uang dan hanya ditempatkan pada produk tabungan atau deposito misalnya, kita
tahu berapa return dari kedua produk tersebut. Mungkin hanya sekitar 3-4
persen yang tidak jauh bedanya dari tingkat rata-rata investasi. Ada pandangan
bahwa tabungan atau deposito adalah dana yang kita siapkan untuk kondisi
darurat.

Dari sinilah kebutuhan investasi muncul. Karena berdasarkan data yang ada,
return dari produk investasi semacam saham, obligasi, reksadana dan
seterusnya, returnnya melebihi tabungan atau deposito. Untuk yang terakhir,
ketika memutuskan untuk masuk reksadana, penting untuk mengenal Manajer
Investasi yang mengelola. Agar kita bisa mengukur risiko.

Namun perlu diingat juga bahwa tidak semua yang menawarkan return tinggi,
layak untuk dijadikan wahana investasi. Sebelum memutuskan memilih sebuah
produk yang diberi label investasi haruslah dipahami bahwa setinggi-tingginya
return sebuah produk investasi haruslah terukur. Jangan cepat tergiur dengan
tawaran investasi yang menjanjikan keuntungan yang terlalu tinggi. Karena bisa

38
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

jadi uang kita diputarkan pada bisnis yang tidak semestinya. Amit-amit ternyata
keuntungannya berasal dari jualan drugs, judi atau bahkan prostitusi. Karena
hanya dari bisnis seperti itulah yang bisa menjanjikan keuntungan tinggi
melebihi keuntungan normal produk investasi yang ada.

Untuk anak muda, entah itu milenial akhir atau generasi Z, mungkin sudah tidak
buta lagi mengenai investasi. Kerena semakin kesini, investasi sudah menjadi
lifestyle. Memiliki produk investasi sudah menjadi gaya hidup.

Bagi teman-teman yang sudah memulai investasi, apapun jenis investsinya,


selamat. Yang perlu diingat adalah pahami dulu risiko dibalik investasi yang
dipilih. Bagi yang belum berinvestasi, meski atanya investasi dilakukan sedini
mungkin, tidak ada kata terlambat.

Pesan Sponsor!

 Jika ingin belajar investasi saham, bisa mengikuti apa yang disebut
Sekolah Pasar Modal pada alamat
https://sekolahpasarmodal.idx.co.id/
 Kalau mau cari tahu sekuritas (pihak yang akan mewakili kita
bertransaksi saham) yang bisa dipilih untuk bertransaksi di Bursa
Indonesia, sila mengunjungi alamat
https://www.idx.co.id/anggota-bursa-dan-partisipan/profil-anggota-
bursa/
 Jika sudah menjadi investor dan mulai bertransaksi, bolehlah join group
whatsapp Saham Geok Geok. Untuk ini sila kontak Bang Houtmand dan
kak Meijentina 

39
Mandok Hata @ Clubhouse

10
PPKM

6 Juli 2021

S
udah empat hari negara kita menerapkan apa yang disebut dengan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Untuk Jawa
dan Bali ditetapkan kondisi PPKM Mikro Darurat. Sementara untuk
daerah selain itu ditetapkan PPKM Mikro. Lepas dari istilah yang bolak balik
ganti (sebelumnya bernama PSBB atau ada yang menggunakan istilah
lockdown), kita harus sepakat bahwa yang utama bersama-sama kita
memberlakukan protokol kesehatan (prokes) secara ketat! Kondisi negara akibat
pandemi memang sedang tidak baik. Kita harus menghadapi dengan berhati-hati
dan dengan cara yang tidak biasa.

Kalau dahulu kita mendengar kabar duka melalui media, sekarang kabar itu kita
terima lewat whatsapp group. Artinya sudah dekat dengan kita. Lantas apa yang
bisa kita lakukan?

Rumah sakit baik yang reguler maupun yang darurat sudah lama terdengar
penuh. Beberapa media menyebu kolaps, meski akhirnya pihak berwenang
menganulir istilah tersebut. Sama juga dengan kabar yang kita dengar bahwa ada
beberapa pasien RS Sardjito yang katanya tidak kebagian oksigen untuk
perawatan, untuk kemudian dianulir lagi dengan bukan tidak kebagian namun
supply oksigen tidak ada. Dari sini kita melihat ada yang belum pas dalam
komunikasi publik bagaimana menyampaikan informasi. Entah itu mengenai
keberadaan virus dan akibatnya, juga bagaimana penanganannya.

Bagaimana seharusnya kita bersikap? Bagaimana pemerintah? Mungkin


memang pemerintah sudah berbuat banyak. Ragam upaya dilakukan. Mulai dari
memesan dan mendatangkan jutaan dosis vaksin hingga memberi bantuan

40
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

kepada masyarakat terdampak langsung. Meskipun masih diselingi dengan


kejadian ada pihak yang masih berusaha untuk mencari keuntungan buat
pribadi. Untuk menanganinya juga pemerintah harus memutar otak terutama
terkait pendanaan dan pada akhirnya akan berdampak pada situasi politik.

Dari sharing seorang penyintas malam ini kita mendapat gambaran bahwa apa
yang harus diperhatikan adalah kondisi pada hari pertama sampai hari kelima
yang harus kita pantau benar. Karena jika kita abai pada rentang waktu itu bisa
berakibat tidak baik. Biasanya serangan virus itu akan terjadi pada hari kelima
sampai hari ketujuh. Satu lagi yang harus diingat adalah, ketika badan sudah
terasa tidak nyaman dan berasa seperti akan sakit, adalah sinyal buat kita untuk
memberi perhatian lebih. Karena corona virus ini akan mudah menyerang kita
ketika kondisi sedang tidak baik. Setelah itu, yang bisa kita lakukan adalah
meningkatkan stamina dan immun tubuh kita.

Dalam kondisi ketidakpastian (kalau boleh menyebut begitu, karena memang


kita belum punya pengalaman menangani) kadang kita harus menyaring
informasi yang kita terima. Yang banyak beredar adalah soal pengobatan.
Virusnya baru. Obatnya belum ada. Sejak awal pandemi banyak beredar ragam
resep untuk ‘mengatasinya’. Mulai dari empon-empon, jahe merah, minyak kayu
putih, penguapan hidung, susu bearbrand, hingga ivermectin yang merupakan
obat parasit dan masih digunakan sebagai obat cacing. Untuk itu, dibutuhkan
kebijaksanaan dalam menyaring informasi. Kalau soal obat, perlu pendampingan
dokter yang memang memiliki komptensi dalam hal obat.

Yang penting juga kita perhatikan adalah, pentingnya divaksin. Dari pengalaman
yang ada, keberadaan comorbid (penyakit bawaaan semacam darah tinggi atau
jantung) berpotensi memperburuk kondisi ketika terpapar. Namun sharing
malam ini kita memperoleh informasi bahwa mereka yang telah divaksin,
meskipun memiliki comorbid, ternyata ketika terpapar dampaknya tidak
seburuk mereka yang belum divaksin.

41
Mandok Hata @ Clubhouse

Saat ini sudah banyak sentra vaksin yang dibuka. Baik lewat program pemerintah
maupun inisiatif swasta. Memang ragam jenis vaksin yang ditawarkan. Jika
boleh menyarankan, untuk kondisi saat ini tidak perlu memilih vaksin mana yang
paling baik. Apa yang ada di depan mata, kalau ada kesempatan segeralah vaksin.
Ketika herd immunity telah tercapai atau sudah semakin banyak dosis vaksin
tersedia, disilakan untuk menambah dosis vaksin.

Banyak sharing menarik malam ini. Menghadapi kondisi seperti saat ini, saling
berbagi mungkin satu kebutuhan. Bagaimana kita saling menguatkan.
Bagaimana informasi yang kita miliki bermanfaat bagi orang lain. Karena
bagaimanapun, kebersamaan dalam menghadapinyalah yang kita butuhkan
dalam menghadapi kondisi saat ini.

42
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

11
ORANG MEDAN, ORANG BATAK?

27 Juli 2021

B
anyak diantara kita yang memiliki marga di belakang nama kita, ketika
berinteraksi dengan bukan orang Batak, mereka langsung paham kalau
kita orang Batak. jika pembicaraan dilanjutkan, biasanya kita akan
disebut sebagai anak Medan. Benarkah demikian? Apakah Orang Batak adalah
Orang Medan dan sebaliknya, Orang Medan adalah Orang Batak?

Beberapa teman sharing ketika menghadapi interaksi seperti itu, mereka akan
mengambil cara simple saja. Kalau Batak pasti dari Medan. Mungkin agar lebih
memudahkan saja. Atau karena merasa lawan bicara kita tidak memahami letak
geografis Sumatera Utara. Karena Medan sebagai kota terbesar (dan ibukota)
Sumatera Utara lebih dikenal.

Kalau kita bicara kota Medan, Medan adalah kota pesisir yang berlokasi di Timur
Sumatera Utara. Penduduk aslinya adalah suku Melayu Deli. Sebagaimana
umumnya kota pesisir yang biasanya menjadi tempat orang berniaga, banyak
pendatang disana. Dengan keragaman penduduk tersebut, bahasa pengantar di
Medan adalah Bahasa Indonesia dengan logat Melayu. Selain Melayu, beberapa
bahasa lain juga memberi kontribusi pada kosa kata penduduk Medan. Seperti
bahasa Jawa, bahasa Minang atau bahasa Tionghoa.

Mungkin keragaman bahasa itu yang membuat ada semacam sinyalemen yang
mengatakan bahwa meskipun orang Batak tinggal di Medan (yang nota bene
dekat dengan Tapanuli), tidak secara otomatis bisa berbicara bahasa Batak.
Untuk beberapa kasus mungkin tidak demikian. Karena mereka akhirnya belajar
bahasa Batak karena komunitas yang dekat dengan mereka. Ini terjadi biasanya
untuk mahasiswa. Selain itu juga banyak orang Medan yang orang Batak, justru

43
Mandok Hata @ Clubhouse

belajar bahasa Batak setelah mereka merantau. Mungkin karena sebagaimana


kebiasaaan perantau, akhirnya mencari komunitas marga untuk berinteraksi.
Apalagi jika mereka telah berkeluarga.

Di Kota Medan sendiri, suku Batak bukanlah mayoritas. Berdasarkan data tahun
2020, penduduk kota Medan terdiri dari (mulai yang paling banyak) suku Jawa
(30.98%), Tionghoa (24.40%), suku Batak (23.58%), suku Minang (8.99%), suku
Melayu (7.00%), suku lainnya (semacam Tamil atau Aceh) yang berjumlah
sekitar 5.05%. Itu sebabnya banyak yang bilang kalau kota Medan itu adalah
Indonesia mini.

Mau tidak mau diskusi ini membawa kita pada pembahasan kota asal-usul,
kampung halaman atau kota kelahiran dan seterusnya. Dalam budaya Batak, kita
mengenal istilah Bona Pasogit. Bona Pasogit berarti tanah asal usul. Kalau
ditanya bona pasogit orang Batak, kita sepakat bahwa yang dimaksud adalah
Sianjur Mula-mula. Kemudian bisa mengacu pada bona pasogit marga. kalau ini
bisa mengacu pada asal marga tersebut. Sebagai contoh bona pasogit marga
Siregar adalah dari Muara, bona pasogit marga Hutagalung adalah dari
Tarutung, dan seterusnya. Bila kita persempit lagi, bisa kita tarik dua generasi ke
atas kita. Bona pasogit ompung kita (yang melahirkan orang tua kita). Semakin
mengerucut, akan tiba pada diri kita. Kalau ditanya bona pasogit kita, hal
tersebut akan mengacu pada kampung halaman yang adalah tempat kelahiran
diri kita.

Lantas kenapa orang Batak di perantauan selalu indentik dengan kota Medan?
Mungkin karena suku Batak (yang terdiri dari enam puak dan tersebar pada
hampir setengah Sumatera Utara di seputaran Danau Toba) menonjol. Ditambah
lagi dengan yang paling menonjol dari Sumatera Utara adalah Batak dan
Tapanuli. Mau tidak mau akhirnya orang di Jawa atau setidaknya diluar
Sumatera Utara mengidentikkan Orang Batak dengan Orang Medan. Demikian
sebaliknya.

44
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Mungkin hal seperti ini sebenarnya tidak dialami oleh kita saja sebagai orang
Batak. Untuk ukuran lebih besar, ketika berinteraksi dengan orang bule di luar
negeri dan kita menyebut kita berasal dari Indonesia, mereka akan menyebut
Bali. Atau kalau kita ambil satu contoh seperti Sumatera Barat yang adalah nama
propinsi dan beribukota Padang. Merupakan asal-usul suku Minang. Masih
sering terdengar penyebutan orang Padang. Padahal bisa jadi yang bersangkutan
bukan berasal dari kota Padang namun dari Bukittinggi atau Maninjau misalnya.

Mungkin perlu kita sepakati dan biasakan untuk meluruskan kondisi seperti itu.
Kalau kita bermarga, kita akan bilang sebagai orang Batak. Ketika kita ditanya
kampung halaman, kita bisa sebut sebagaimana adanya. Menyebut Medan,
Tebing Tinggi, Balige, Dolok Sanggul dan sebagainya. Mungkin akan ribet,
namun hal tersebut akan memberi kesan positip. Artinya akan lebih banyak lagi
orang yang mengenal daerah lain selain kota Medan. Karena masih banyak
tempat atau kota keren di Sumatera Utara selain Medan.

Anak Medan Anak Medan


Anak Medan do au kawan
Modal pergaulan, Boi do mangolu au

Tarlobi di penampilan, main cantik do au, kawan


sonang manang susah, Happy do di ahu

Nang pe 51, solot di gontinghi


Siap bela kawan berpartisipasi
378 Santabi majo disi
Ada harga diri mengantisipasi

Reff:
Horas......Pohon pinang tumbuh sendiri
horas......Tumbuhlah menantang awan
horas......Biar kambing di kampung sendiri

45
Mandok Hata @ Clubhouse

horas......Tapi banteng di perantauan

Anak Medan, Anak Medan,


Anak Medan do ahu, kawan
susah didonganku, Soboi tarbereng ahu
Titik darah penghabisan, Ai rela do ahu, kawan
Hansur demi kawan, ido au kawan

46
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

12
TOBADERAM, MIMPI VIKY SIANIPAR MIMPI
BANGSO BATAK?

27 Juli 2021

S
iapa tidak kenal TobaDream? Komunitas budaya yang digagas oleh tokoh
Batak bernama Monang Sianipar dan
dijalankan oleh putranya Viky Sianipar. “Save the music, save the
TobaDream mengambil semboyan “Save the
culture, save the nature”
music, save the culture, save the nature”. Merawat
musik, merawat budaya dan merwat alam.

TobaDream adalah gerakan budaya yang diawali dengan sebuah konser bertajuk
Save Lake Toba pada tahun 2001. Amang Monang Sianipar sebagai penggagas
konser menantang putranya Viky Sianipar yang kebetulan seorang pemusik yang
awalnya tidak suka dengan Batak, untuk menjadi music director. Tantangan dari
sang bapak dijabanin. Konser berjalan dengan sukses. Lagu-lagu yang mengisi
konser inilah yang akhirnya menjadi pengisi album TobaDream awal. Lahirlah
album TobaDream pertama pada tahun 2002.

Dari situlah semua bermula. Berdirilah lapo batak bernama TobaTabo dengan
konsep yang lebih modern. Harapannya lapo ini nyaman buat semua orang
termasuk mereka yang berdasi dan berjas. Bagaimana budaya tradisional
dikemas dengan packaging modern. Disediakan juga wifi atau co-working space.
Setelah itu dikembangkan juga TobaDream Café, yang berkonsep café keluarga.

Akhirnya TobaDream bukan sekadar album lagu. Tetapi menjadi sebuah gerakan
dan sudah dilembagakan. Dan lewat gerakannya, memberi banyak kepada bona
pasogit. Mereka pernah juga melakukan gerakan menanam pohon (reboisasi).

47
Mandok Hata @ Clubhouse

Kadang dalam melakukan hal tersebut mereka juga menemukan hal lain yang
bisa dibantu. Memberi buku atau membantu sekolah di sekitarnya misalnya.

Bagaimana pandangan Viky Sianipar terhadap pembangunan pariwisata di


Danau Toba? Masih banyak yang harus diperbaiki memang. Kita memahami
bahwa sesaat ketika malam menjelang, seolah sudah tidak ada kehidupan. Tidak
ada yang bisa dinikmati. Dari sisi alam, apa yang ada di sekitar Danau Toba
mungkin juga ada di elahan dunia lain. Di Austria misalnya.

Padahal kita punya banyak yang masih bisa ditonjolkan. Banyak cerita, legenda
atau turi-turian yang tumbuh di masyarakat yang belum pernah digali. Di
Skotlandia, Eropa ada sebuah danau yang dipercayai memiliki hewan (monster)
bernama loch ness. Sampai sekarang tidak ada yang melihat binatang tersebut.
Namun cerita itu terus diperlihara dan mendunia sehingga memancing
kedatangan turis. Atau apa yang disebut sebagai Area 51. Sebenarnya hanyalah
wilayah tandus di Amerika yang dipercaya pernah didatangi oleh alien. Sama
seperti monster Loch Ness, tidak ada yang pernah melihat namun menjadi daya
tarik sendiri. Daerah seputar Danau Toba memiliki legenda yang kalau digarap
bisa menjadi ratusan episode serial.

Untuk pengembangan wisata di Danau Toba, Viky berpandangan bahwa


pendekatan yang dilakukan untuk membangun Bona Pasogit haruslah berbeda.
Tidak bisa menggunakan pendekatan textbook. Karena masyarakat disana
memiliki keunikan. Sebagaimana kita tahu, semua anak ni raja dohot boru ni
raja. Ada prinsip Dalihan Na Tolu yang dipelihara. Bagaimana mungkin misalnya
mereka yang bukan warga Dalihan Na Tolu memahami prinsip ini. Karena yang
bisa memahami harusnya adalah warga Dalihan Na Tolu juga.

Selain itu ada semacam dikotomi antara penduduk lokal dan perantau. Ada
perbedaan paradigma antara perantau dan penduduk lokal. Sebenarnya
keduanya benar dan tidak bisa disalahkan. Mereka yang ada di kampung akan
menganggap pendatang adalah orang sukses dan bisa dimintai sumbangan
dalam bentuk mark up harga jualan misalnya. Sementara perantau, ternyata

48
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

tidak semua sesukses yang dibayangkan. Akhirnya ada semacam jera ketika
mereka akan pulang kampung. Bagaimana kita menyikapi? Satu hal yang kita
harus kita sadari adalah ketika kita keluar dari comfort zone kita, saat itulah kita
akan bisa punya perbandingan dengan daerah asal kita. Itu yang terjadi dengan
keluarga kita yang masih tinggal di sana. Mungkin karena mereka belum melihat
dari sisi luar. Selain itu ketika ada perantau yang pulang, mereka dianggap
berhasil dan kepada mereka ada pengharapan yang cukup tinggi. Sehingga
menjadi kapok.

Dengan segala capaian selama ini, bagaimana orang Batak melihatnya hasil karya
Viky Sianipar? Untuk anak muda, semakin banyak yang mengenal budaya Batak.
Mereka yang lahir dan besar di perantauan berterima kasih karena aransemen
lagu yang dibuat, membuat mereka menyukai lagu dan budaya Batak. untuk
orang tua, mungkin awal rilis album TobaDream, banyak orang tua Batak yang
tidak suka dengan aransemennya. Namun tidak sedikit juga yang berterima kasih
karena akhirnya anak-anak mereka yang tadinya tidak suka atau tidak tertarik
Batak, menjadi semakin mencintai.

Lantas bagaimana Viky Sianipar menyikapi kondisi semua itu? Apakah terpikir
untuk membuat karya yang mengkritik pemerintah, menyalahkan keadaan atau
memuntahkan kemarahan? Ternyata tidak!. Viky memilih untuk mengkritik atau
protes dalam caranya sendiri. Tercipalah lagu Tona Ni Tao dan Suan. Lagu Tona
ni Tao semacam pesan dari Danau Toba kepada manusia, warga sekitarnya.
Untuk menjaga Tao. Sementara lagu Suan adalah ajakan untuk menjaga alam.
Menanam pohon yang diharapkan untuk menjadi sumber kehidupan banyak
orang. Pesan penting dari lagu Suan terletak pada lirik terakhir. Ala ndang hita
nampuna tano on. Kita bukanlah pemilik tanah ini. Kita hanya mendapat titipan
dari anak cucu kita sebagai pemilik tanah ini.

Apa mimpi Viky Sianipar yang


“Satu saat musik Batak kembali pada posisi
ingin dicapai dari semua yang semestinya. Terletak di tempat yang tinggi”
sudah dijalani? Satu saat musik
Batak kembali pada posisi semestinya. Terletak di tempat yang tinggi. Kalau kita

49
Mandok Hata @ Clubhouse

perhatikan gondang selalu diletakkan di atas rumah gorga. Untuk meminta


memainkannya pun dibutuhkan cara khusus. Dari sisi budaya, etika orang Batak
kembali pada awalnya. Hosom Teal Late kita tinggalkan. Prinsip Dalihan Na Tolu
yang Somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu. Dari sisi alam,
manjou mulak mata ni mual. Mengembalikan mual atau mata air sebagai sumber
kehidupan manusia. Selain itu mual juga perlambang anak muda. Bagaimana
anak muda Batak, kembali ke akarnya.

Nunga leleng au di son, mandohoti pardalanan ni portibion


Alai dang muba najolo tu saonari, songoni dope
Tongtong do au di son. Sonang do au di son
Aha na hurang be nian, aha sileahononku
Unang segai au
Dari : Tona Ni Tao

50
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

13
HELA/PARUMAEN ORANG BATAK, ASN?

3 Agustus 2021

S
ering kita mendengar salah satu pertimbangan orang tua Batak mencari,
memilih atau menentukan calon hela/parumaen adalah soal pekerjaan.
Lebih mengerucut lagi, pekerjaan yang jadi idaman adalah apa yang
dahulu disebut Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sekarang disebut Aparatur Sipil
Negara (ASN). Beberapa kali terdengar bahwa ASN masih jadi standar umum
calon mantu bagi orang tua Batak. Dan dua profesi yang sering disebutkan adalah
guru atau bidan. Entah kenapa. Mungkin karena guru dianggap punya waktu
libur yang cukup panjang mengikut tahun ajaran. Bidan diharapkan bisa
merawat simatua pada hari tuanya.

Kalau dipikir-pikir, hal tersebut mungkin karena pemahaman belaka. Mungkin


beberapa puluh tahun lalu, ketika dunia kerja belum semaju sekarang, posisi ASN
memang menjanjikan. Dari soal stabilitas misalnya. Pendapatan (gaji) dan jam
kerja yang pasti. Selain itu, hampir pasti ketika diterima menjadi PNS tidak
pernah mengalami Pemutusan Hubungan Kerja. Banyak kejadian dari sejak
diterima, seorang ASN bertahan hingga pensiun. Ketika pensiun pun mereka
mendapat pensiun setiap bulan. Selama menjadi ASN, istri dan anak lebih
terjamin dalam hal mendapat tunjangan juga asuransi lewat asuransi milik
negara. Selain itu ada sisi lain juga. Sebagaimana kita ketahui, seleksi
penerimaan ASN cukup ketat. Dari puluhan ribu yang mendaftar, hanya sedikit
yang bisa diterima. Mungkin karena persaingan itu yang membuat, posisi sebagai
ASN dianggap merupaakn prestasi tersendiri.

Selain itu, menjadi ASN juga dianggap tidak butuh banyak waktu untuk
menjelaskan soal apa dan bagaimana kerja dan pekerjaannya. Beda misalnya

51
Mandok Hata @ Clubhouse

kalau menjadi pegawai swasta. Apalagi kalau industrinya baru. Setinggi apapun
posisi di perusahaan swasta belum tentu keluarga bisa memahami. Bahkan ada
yang bekerja di perusahaan pengelola Grab malah dianggap menjadi operator
grab. Miris.

Diskusi ini juga terkait dengan saat ini sedang musim penerimaan ASN.
Sebenarnya apa yang memotivasi seseorang untuk menjadi ASN? Apakah
sekadar masa depan terjamin? Atau ada hal lain? Ada yang berpendapat bahwa
alasan terjamin masih menjadi alasan kuat. Ada juga yang berpendapat ingin
memberi ‘pelajaran’ (pakai istilah menutup mulut dia bah) kepada keluarga yang
masih mengagungkan posisi ASN. Sampai menyematkan istilah pejuang ASN
pada dirinya. Karena tiada bosan mencoba peruntungan masuk ASN.

Pengalaman mengatakan bahwa ketika orang tua seseorang adalah ASN, tidak
serta merta anak-anaknya memiliki keinginan untuk ikut jejak mereka untuk
menjadi ASN juga. Bahkan ketika orang tua malah sudah menganjurkan karena
sudah merasakan manfaatnya, tidak berpengaruh juga ternyata. Banyak yang
sudah ikut keinginan masing-masing. Katanya kembali pada passion masing-
masing. selain alasan itu, pengalaman menjadi anak ASN yang konon katanya
disumpah untuk bersedia ditempatkan dimana saja di seluruh Indonesia, dan
otomatis anak-anak ikut berpindah, membuat mereka kurang nyaman untuk ikut
jejak orang tua mereka.

Untuk mereka yang masih mengidamkan punya hela atau parumaen ASN
ternyata ada insight menarik malam ini. Bahwa posisi ASN itu diharapkan pada
istri tidak untuk posisi suami. Hal ini masih masuk akal untuk pasangan yang
kebetulan keduanya bekerja. Melihatnya cukup satu saja yang ASN, pasangannya
bisa profesi lain. Tujuannya tidak lain agar ada stabilitas dalam rumah tangga.
Ketika salah satu pasangan ‘terganggu’ pekerjaannya, masih ada backup dengan
pasangan yang berprofesi sebagai ASN.

Sebenarnya, apakah keinginan orang tua sebagaimana disampaikan di atas


masih relevan pada saat ini? Ada pandangan yang berpendapat mungkin hal itu

52
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

masih relevan pada keluarga yang masih di kampung. Tidak terjadi pada meraka
yang sudah merantau keluar dari bona pasogit. Namun ada juga yang bilang
sudah tidak relevan karena wawasan orang tua sudah semakin luas. Selain itu
juga karena semakin hari jenis pekerjaan sudah semakin heterogen.
Perkembangan zaman dan diikuti perkembangan teknologi membuat banyak
pekerjaan yang tidak pernah terbayangkan saat ini, sudah banyak tercipta dan
tidak jarang memberi imbalan yang tak kalah menarik.

Yang terpenting sebenarnya adalah kembali pada angka, berapa yang


diterimanya sebulan. Dari yang diterima tersebut, apakah cukup untuk
membiaya hidup sehari-hari atau tidak. Bisa menyekolahkan anak dengan baik
atau tidak. Dan selanjutnya apakah bisa menabung atau tidak. Karena
bagaimanapun itu, tujuan dari bekerja adalah ke arah sana juga.

53
Mandok Hata @ Clubhouse

14
APA MAKNA KEMERDEKAAN BUATMU?

17 Agustus 2021

M
erdeka! Diskusi malam ini terkait dengan apa yang sedang kita
rayakan pada hari ini, 17 Agustus. Kemerdekaan negara kita,
Republik Indonesia. Apakah masing-masing kita telah menikmati
kemerdekaan? Bagaimana pandangan kita terhadap kemerdekaan? Kamus Besar
Bahasa Indonesia, ada tiga pengertian merdeka yaitu, bebas, lepas dari tuntutan,
dan tidak tergantung kepada orang lain.

merdeka/mer·de·ka/ /merdéka/ a 1 bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan


sebagainya); berdiri sendiri; 2 tidak terkena atau lepas dari tuntutan; 3 tidak terikat,
tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu; leluasa;

Ada yang berpandangan kalau wanita Batak kehilangan kemerdekaannya ketika


baru melahirkan. Karena setelah itu mereka akan direpotkan oleh berbagai
kegiatan adat terkait dengan kondisinya baru melahirkan. Ragam kegiatan
biasanya dilakukan oleh keluarga kepada mereka yang baru mendapat
momongan. Seperti acara pasahat unte, mamboan bangun-bangun, atau
mamoholi misalnya. Padahal kondisi kesehatan sang ibu mungkin belum terlalu
pulih sehabis melahirkan. Dan dengan kondisi tersebut dia harus mengikuti
prosesi yang mungkin melelahkan. Belum lagi mengurus bayi yang baru lahir.

Masih berhubungan dengan itu, perempuan Batak juga sering merasakan belum
merdeka atas diri mereka sendiri jika dikaitkan dengan pendidikan misalnya.
Ketika mereka ingin memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, masih sering
dipertanyakan apa tujuannya, apa manfaatnya. Padahal harusnya itu merupakan
hak dia yang bisa dilakukan dan jalankan selama dia mampu. Untuk perempuan

54
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

(Batak) kemerdekaan selain untuk diri sendiri, juga terkait dengan pasangan,
keluarga, tempat tinggal atau terkait anak-anaknya.

Selain itu, makna kemerdekaan juga belum dirasakan ketika terkait dengan
rongkap. Masih sering mendapat pertanyaan andigan muli, aha dope na
pinaintem misalnya. Hal sama dirasakan juga oleh naposo baoa (laki-laki). Khas
naposo, belum merdeka karena mereka masih takut menghadapi tanggal 31
Desember ketika ada ulaon mandok hata diantara keluarga. Terkait dengan itu,
untuk teman naposo, kemerdekaan juga belum dirasakan dalam arti pemilihan
pasangan hidup, pilihan untuk melakukan pernikahan sesuai dengan
keinginannya, bukan semata keinginan keluarga. Ada juga yang melihat
kemerdekaan dari posisinya sebagai anak bungsu. Sebagai anak bungsu selalu
dipandang sebelah mata seolah tidak tahun apa-apa dan tidak berhak memberi
pendapat.

Ada juga yang belum merasakan kemerdekaan ketika terkait dengan partuturan
Dalihan Na Tolu, bagaimana bersikap kepada hula-hula, kepada dongan tubu,
kepada boru, dan sebaliknya diantara ketiganya. Apakah menjadi kungkungan?
Sebenarnya tidak. Karena kalau prinsip Dalihan Na Tolu dijalankan dengan baik,
dan semua pihak menjalankan perannya dengan baik, mestinya hal tersebut
tidak terjadi. Seorang warga Dalihan Na Tolu, menjalani semua posisi baik
sebagai Hula-hula, Dongan Tubu dan Boru dalam adat Batak pada waktunya.
Satu posisi tidak melekat pada satu orang selamanya. Posisi itu akan dialami oleh
setiap orang. Dengan memahami posisi apapun yang kita lakoni sesuai
parhundulna, akan membuat kita menjadi semakin bijak untuk menjalankan
posisi lainnya.

Dalam konteks kehidupan keseharian, apakah kita sudah merdeka? Ada yang
berpendapat bahwa kemerdekaan itu sebenarnya sebuah hal semu. Sama seperti
negara yang kemerdekaannya kita rayakan pada hari ini, setelah kemerdekaan
diraih ternyata ada batasan-batasan baru yang dibangun. Memang benar kita
merdeka ketika baru lahir, dan masih mengalaminya ketika masih kanak-kanak.
Namun ketika telah dewasa, apakah kita masih merasakan kemerdekaan yang

55
Mandok Hata @ Clubhouse

sama? Dalam hubungannya dengan konteks adat, apakah adat itu menjadi pagar-
pagar itu dan tidak menjadikan adat Batak menjadi ekslusif? Apakah adat istiadat
yang ada akhirnya menjauhkan kita dari (adat) Batak? Mungkin benar dalam
keseharian atau dalam beberapa kesempatan kita merasa tidak memperoleh
manfaat dari adat Batak. Mungkin benar dalam beberapa hal, adat seperti
belenggu yang seolah membatasi aktivitas kita. Bukan tidak mungkin itu terjadi
karena kita belum menemukan soul dari habatahon itu sendiri. Atau bahkan kita
menganggap, apa yang kita lihat dan alami itu bagian dari adat. Bisa jadi hanya
ulah sebagian orang saja yang kita anggap bagian dari adat, dan bukan adat
sebenarnya. Kalau kita mencoba mengenal Batak, dengan adat istiadat dan
tatanan yang ada, bisa jadi kita menemukan keindahan dan manfaatnya. Dan
untuk menemukan itu, tidaklah terjadi dalam waktu yang singkat.

Dalam hubungan dengan cita-


Sejatinya dasar dari adat Dalihan Na Tolu adalah
cita orang Batak yang
holong. Ketika kita sudah mengedepankan holong,
Hagabeon, Hamoraon,
apapun yang dianggap menjadi halangan pelaksanaan
adat Dalihan Na Tolu bisa dihilangkan
Hasangapon, muncul
pertanyaan apakah lantas
menjadi pagar yang
membatasi pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu? Dan menjadi alasan untuk tidak
merdeka menjalankan adat Dalihan Na Tolu? Apakah ketika seseorang belum
gabe misalnya, menjadi halangan dia untuk menjalankan atau mendapat adat
yang seharusnya. Kembali pada prinsip ‘aek godang, aek laut. Dos ni roha sibahen
na saut’. Ketika telah ada kesepakatan diantara unsur Dalihan Na Tolu, adat yang
sesuai konteks kekinian masih bisa dijalankan. Karena sejatinya dasar dari adat
Dalihan Na Tolu adalah holong. Ketika kita sudah mengedepankan holong,
apapun yang dianggap menjadi halangan pelaksanaan adat DNT bisa
dihilangkan.

Kemerdekaan juga haruslah dilakukan dengan toleran. Dalam pengertian tidak


searah atau satu pihak saja. Tapi saling timbal balik. Artinya kemerdekaan bukan
hanya dari sisi kita, harus kita lihat juga dari sudut orang lain. Dengan demikian

56
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

tidak ada pemaksan kehendak kepada orang lain. Dalam hubungan dengan soal
rongkap sebagaimana disebut di atas misalnya, ketika kita merasa terganggu dan
tidak merdeka ketika ditanya kapan menikah, kita juga harusnya merdeka untuk
tidak menjawab pertanyaan tersebut.

Dalam konteks lebih luas, kemerdekaan haruslah disadari merupakan hak asasi
setiap manusia. Tinggal bagaimana dia melaksanakan kemerdekaan itu dengan
penuh bertanggung-jawab. Begitu juga dalam konteks bernegara. Bagaimana
bersikap terhadap apa yang terjadi di negara. Sah saja untuk menyampaikan
pendapat. Karena toh kita tidak bisa menjadi penonton semata atas apa yang
terjadi. Jika kita hubungkan antara Batak dan negara, kita cukup berbangga
karena suku Batak (tanpa bermaksud menyombongkan diri) cukup memberi
kontribusi sejak era perjuangan kemerdekaan hingga sekarang. Orang Batak
memberi kontribusi penting dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.

Menarik ketika diskusi melebar ke arah hubungan antara tulang dan bere.
Bagaimana kita memandang bere, melihat kita. Dan sebaliknya bagaimana kita
memandang bere kita memperlakukan kita. Mungkin bisa menjadi topik bahasan
kita saat Jumat Marulaon.

Kemerdekaan Haruslah Diperjuangkan!


Mandok Hata @ Clubhouse

57
Mandok Hata @ Clubhouse

15
PUNGUAN, AJANG ADAT ATAU SEKADAR
MARSAOR?

24 Agustus 2021

M
anusia adalah makhluk sosial. Sebagaimana juga suku lain, orang
Batak juga suka ikut dalam perkumpulan atau arisan. Biasa dikenal
dengan nama Punguan. Mulai dari punguan marga, punguan
parsahutaon (tetangga) yang biasa disebut Serikat Tolong Menolong (STM), dan
lain-lain. Kalau bicara mengenai punguan marga, biasanya ketika pasangan baru
menikah mereka akan diajak untuk ikut atau secara otomatis mejadi anggota
punguan marga. Baik marga suami maupun marga istri. Kadang melebar ke
marga orang tua juga. Baik dari pihak bapak atau dari ibu. Bisa jadi akhirnya
mengakibatkan banyak punguan yang akan diikuti.

Namun kadang karena masih muda, ada saja alasan untuk tidak terlalu aktif
dalam punguan. Masalah klasik keluarga muda. Karena biasanya ikut dalam
punguan akan menyita waktu. Sementara sebagai keluarga muda, mereka masih
berpikir untuk me time atau family time. Dengan waktu kerja yang penuh
sepanjang minggu, mereka lebih memilih bercengkrama dengan keluarga ketika
akhir pekan tiba. Menghabiskan waktu yang berharga dengan mereka. Meskipun
tidak berarti selalu mencari suasana selain di rumah. Karena konon katanya,
biaya perjalanan (staycation) pada saat weekend lebih mahal daripada hari biasa.
Untuk keluarga muda, pada mereka ada kerinduan untuk nanti ketika anak-anak
sudah lebih besar, mereka akan lebih aktif lagi.

Bagaimana kondisi punguan saat ini? apakah masih sama dengan punguan yang
diikuti oleh orang tua kita zaman dulu? Ternyata sudah tidak seperti itu lagi.
Seiring perkembangan zaman suasananya sudah lebih cair dan tidak kaku.

58
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Apalagi keanggotaannya mungkin


Jonok dongan partubu,
berada pada level umur yang sebaya.
jonokan do dongan parhundul
Kadang juga supaya ada ketertarikan
bertemu, dibuatlah semacam arisan.
Ada satu atau dua orang atau keluarga yang menerima arisan. Soal arisan dan
adanya pengumpulan dana, ada juga punguan yang memisahkannya. Untuk yang
ikut punguan dan arisan bayarnya lebih banyak daripada hanya ikut salah satu.
Dan jadi jalan untuk mengumpulkan uang untuk menjadi kas punguan dalam
membiayai operasional punguan. Semacam acara suka atau duka cita.

Bagaimana naposo? Biasanya naposo bergabung dalam punguan (marga atau


keluarga) karena ‘terpaksa’ mau gak mau harus ikut. Atau karena dicemplungin.
Karena harus ada perwakilan dari satu keluarga dalam suatu punguan, mau gak
mau mereka jadi terpaksa ikut dalam punguan. Untuk mereka yang terlambat
ikut dalam punguan, biasanya akan mencari punguan marga ketika mentok
dalam urusan adat. Ketika mereka akan menghadapi prosesi adat biasanya akan
mencari punguan yang bisa membantu dalam hal pelaksanaan adat.

Apa manfaat mengikuti punguan? Yang paling terasa adalah ketika ada ulaon
yang kita alami. Ketika ada berita duka cita misalnya. Yang pertama dan aktif
membantu adalah dongan sahuta. Tetangga terdekat. Merekalah yang aktif
marhobas bersama boruni suhut (tuan rumah). Seperti misalnya dalam
penyiapan rumah, tenda, katering dan seterusnya. Juga ketika yang kedukaan
harus dihibur. Parsahutaon sebagai yang terdekat dalam hal fisik. Dongan tubu
yang terdekat dalam hal adat.

Ada umpasa Batak yang berbunyi, “jonok dongan partubu, jonokan do dongan
parhundul”. Ini mengandung arti agar kita senantiasa menjaga hubungan baik

Dalihan Na Tolu itu sudah mendapat satu pelengkap yang disebut sihal-sihal.
Sebutannya menjadi Dalihan Na Tolu paopat Sihal-sihal.
Hula-Hula, Dongan Tubu dan Boru sudah dilengkapi dengan adanya Dongan Sahuta

59
Mandok Hata @ Clubhouse

dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun tentu saja dalam
pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga (dongan tubu),
walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan adat
karena fungsi mereka merupakan dongan sahuta. Itu sebabnya sering terdengar
bahwa konsep Dalihan Na Tolu itu sudah mendapat satu tambahan pelengkap
yang disebut sihal-sihal. Sebutannya menjadi Dalihan Na Tolu paopat Sihal-
sihal. Sihal-sihal ini secara harafiah berarti ganjal periuk di tungku ketika
menanak nasi.

Selain itu, punguan juga cenderung melakukan kegiatan sosial. Ketika punguan
semakin besar, manfaat sosial yang diberikan kepada anggota atau lingkungan
sekitarnya pun semakin besar. Hal ini terlihat misalnya ketika pandemi akibat
virus corona melanda. Banyak punguan yang membuat kegiatan sosial
membantu anggotanya yang kekurangan. Diluar daripada itu, tidak jarang
punguan juga membantu anggotanya yang kekurangan. Untuk naposo atau anak-
anak punguan, memberi bimbingan belajar atau mencarikan lowongan kerja bagi
naposo punguan yang telah lulus sekolah.

Sebagaimana punguan yang terdiri dari banyak orang, tentu terdiri dari ragam
kelakuan dan pemikiran yang berbeda. Ada saja satu dua yang mungkin dianggap
‘mengganggu’. Namun karena minoritas secara alami akan menghilang sendiri.
Dan mayoritas yang menang.

Banyak hal yang mendorong seseorang ikut punguan. Mungkin memang ada
yang ikut karena ingin mendapatkan sesuatu dari punguan. Namun ada juga
yang tidak melihat itu namun karena didorong rasa ingin berbuat sesuatu kepada
punguan tersebut. Bukan melihat apa yang bisa kita dapat tapi apa yang bisa kita
kita berikan.

Ketika ikut beberapa punguan, bagaimana membagi waktu? Sebenarnya


waktunya bisa diatur. Kembali pada diri kita sendiri. Karena bagaimanapun,
waktu bertemu semua punguan tidaklah pada satu waktu yang sama. sering
berbagi diantara minggu yang ada dalam satu bulan. Selain itu, waktu

60
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

pelaksanaan juga berbeda. Untuk urusan adat mungkin siang hari, sementara
untuk punguan parsahutaon atau STM, biasanya dilakukan pada malam hari.
Selain itu, mengakali waktu pertemuan ini supaya tidak bentrok bisa dilakukan
ketika pertama kali membentuk punguan dan menentukan jadwal rutin
pertemuan.

Selain itu juga, yang namanya punguan sosial pastinya tidak dituntut untuk hadir
setiap kali ada jadwal bertemu. Mungkin tidak seperti di pekerjaan yang ketat
dengan absensi, misalnya. Hal tersebut juga cukup membantu. Sehingga ketika
kita punya tugas lain yang lebih prioritas, kita bisa absen dari acara punguan. Hal
ini juga bisa terjadi bahkan ketika kita mendapat kepercayaan sebagai pengurus.
Ada semacam tanggung jawab yang kita pikul. Namun kalau ada halangan kita
ikut punguan, sepanjang tugas dan tanggung jawab sebagai pengurus sudah kita
lakukan dan kalau perlu didelegasikan, hal tersebut bisa dilakukan.

Kekurangan punguan biasanya adalah anggotanya yang tidak sepenuhnya


mendukung pengurus yang sudah mereka pilih untuk menjalankan punguan.
Karena bagaimanapun punguan tanpa dukungan penuh dari anggota, tidaklah
berarti. Apa gunanya pengurus berjibaku ketika anggota melempem? Tentu
kemajuan punguan haruslah diperjuangkan oleh semua pihak. Baik pengurus
maupun anggota. Bersama-sama membawa punguan akan diarahkan ke mana.

Untuk naposo, apakah punguan bermanfaat? Harusnya. Mulai dari marsaor


(bergaul), belajar berorganisasi, atau membangun koneksi yang mungkin suatu
saat akan berguna dalam dunia kerja. Selain itu mengikuti punguan, kita juga
punya kesempatan belajar dari banyak orang hebat. Dan itu merupakan
kesempatan emas yang tidak semua orang bisa dapatkan. Selain itu juga, ketika
telah menikah dan memiliki anak, pengalaman berorganisasi dalam punguan

Buat naposo, apakah punguan bermanfaat?


Paling tidak wadah untuk menemukan papa/mama dari anak-anak mereka kelak.
#EAAAAA

61
Mandok Hata @ Clubhouse

yang diikuti selama naposo dan terbawa ketika telah berkeluarga. Mereka
menjadi contoh baik buat anak-anak mereka kelak. Atau sebelum bisa memberi
contoh buat anak anak, yang paling penting juga siapa tau punguan yang diikuti
seorang naposo, bisa menjadi ajang penemuan papa atau mama anak-anaknya
kelak. Kenapa tidak?

Dalam skala lebih kecil dan dekat dengan kita, Mandok Hata ini sendiri juga
sebenarnya merupakan satu punguan. Tinggal bagaimana kita mengambil
manfaat dan kalau bisa memberi ‘sesuatu’ pada punguan ini. Dari kita, oleh
kita untuk Batak dan Dalihan Na Tolu!.

saor2 (kata sifat) suka bergaul; ramah


marsaor (kata sifat) 1 bercampur 2 (kata kerja) dicampur dengan air 3
bergaul
manaor mencampur; membumbui; mencampur dengan air
masisaoran akrab bergaul dalam masyarakat
parsaoran 1 persekutuan; organisasi; perkumpulan 2 pergaulan; masyarakat

2 Kamus Batak Indonesia, J.P. Sarumpaet, M.A., Penerbit Erlangga, 1995

62
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Sebagaimana ulaon pesta unjuk yang sering dilakukan saat akhir


pekan, maka diskusi (santai) kita pada hari Jumat, kita sebut:

JUMAT MARULAON

63
Mandok Hata @ Clubhouse

16
HAMORAON, HAGABEON, HASANGAPON

3 April 2021

H
amoraon, Hagabeon, Hasangapon merupakan cita-cita orang Batak.
Hal tersebut misalnya tergambar dari lirik lagu Marragam-ragam
yang menyebut, “Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon, ido dilului na
deba…”

Hamoraon berarti kekayaan. Bentuknya bisa beragam. Beberapa menyebut


dalam bentuk harta duniawi semacam uang, rumah, emas dan seterusnya.
Namun ada juga yang menganggap Hamoraon adalah anak sebagaimana lirik
lagu, “anakhonki do hamoraon di Ahu”. Hagabeon dari sisi pemahaman klasik
dimaknai sebagai berketurunan. Memiliki anak laki dan perempuan, lebih luas
lagi telah meiliki cucu dari baik anak laki mapun perempuan tersebut.
Hasangapon berarti kehormatan atau kemuliaan.

Karena dianggap sebagai cita-cita, ketiganya menjadi dasar perjuangan orang


Batak dalam menjalani kehidupannya. Berjuang dari bawah sehingga mencapai
ketiganya. Bekerja apa saja demi menghidupi keluarganya, syukur bisa memiliki
lebih. Menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Dan seterusnya.

Aek Godang Tu Aek Laut, Dos Ni Roh Sibahen Na Saut

Sering kali upaya mendapatkan ketiganya membuat orang yang menjalaninya


mengalami kesulitan. Menemui tantangan. Namun belajar dari beberapa
peristiwa yang dialami oleh teman-teman yang sharing malam ini, ternayata
kesulitan atau hambatan itu bisa diselesaikan. Karena dasar dari falsafah orang

64
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Batak yang dalihan na Tolu yang bersumber dari kasih atau holong, harusnya
itulah yang dikedepankan. Aek Godang Tu Aek Laut, Dos Ni Roh Sibahen Na
Saut, sebgaimana ungkapan orang Batak.

Lantas apakah semuaya masih relevan hingga saat ini. Ternyata masih relevan.
Karena ternyata ketiga prinsip atau cita cita itu pastinya juga diharapkan oleh
mereka dari suku lain. Dan itu manusiawi. Tinggal bagaimana kita menyikapi
sehingga tidak menjadi mengabaikan yang utama yaitu holong.

Yang perlu kita perhatikan adalah apakah cita cita tersebut kita anggap sebagai
beban? Tentu saja tidak. Kita justru bisa memanfaatkannya sebaik mungkin
untuk membuat kita bermanfaat bagi orang lain. Karena kita sebaik-baik
manusia adalah mereka yang bergun dan memberi manfaat bagi orang lain.

65
Mandok Hata @ Clubhouse

17
KALAU ADA MARGA LAIN, MENGAPA HARUS
YANG SEMARGA?

13 April 2021

D
alam hubungan muda-mudi, seringkali hubungan yang sudah mulai
serius dan hendak dibawa ke jenjang yang lebih serius, menemui jalan
buntu. Hal ini sering ditemui dalam hubungan warga Batak yang
merupakan warga Dalihan Na Tolu (DNT). Hal ini terjadi karena sistem
kekerabatan warga DNT yang masih tetap dipelihara ketat secara turun temurun.

Warga DNT mengenal apa yang disebut marga. Yang diturunkan secara garis
patrilineal. Meskipun diturunkan melalui garis keturunan Bapak (laki-laki) tidak
jarang perempuan Batak juga mengalami hal sama. Seringkali ketika kita muda-
mudi Batak sudah menjalin hubungan, hubungan mereka harus kandas hanya
kerena mereka ternyata masih mariboto. Entah masih satu marga yang sama
atau masih satu rumpun marga yang sama (semacam Si Raja Oloan, Sonak
Malela, dan seterusnya).

Tapi ternyata diantara marga serumpun pun sudah ada yang saling menikahi.
Istilah yang sering disebut, marsibuatan. Contoh klasik adalah keturunan

Tuan Somanimbil memiliki tiga keturunan yaitu Siahaan, Simanjuntak


dan Hutagaol

Sibagot Ni Pohan yaitu Tuan Somanimbil. Tuan Somanimbil memiliki tiga


keturunan yaitu Siahaan, Simanjuntak, dan Hutagaol. Kita sudah banyak
menemukan ketiga marga ini saling menikahi. Mungkin pada marga lain juga
sudah ada yang sama seperti itu.

66
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Ternyata dalam perjalanan, bukan hanya hubungan semarga saja yang menjadi
kendala. Ada pagar lain yang menghambat hubungan itu ketika hendak dibawa
kepada tahap yang serius. Pagar itu bernama Padan. Arti harafiah padan adalah
janji. Ketika ada dua marga yang dahulu kala marpadan, seringkali keturunannya
diharuskan ikut janji atau padan yang disepakati nenek moyang mereka. Ada
pepatah Batak yang berkata, “Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang. Togu
hata ni uhum toguan hata ni padan”. Yang secara harafiah berarti, hukum
memang kuat mengikat, tetapi ikrar atau janji lebih kuat lagi dari itu. Artinya,
falsafah hidup orang Batak yang menganggap janji atau ikrar lebih kuat
pengaruhnya daripada hukum.

Kondisi ini seringkali disebut sebagai tarito. Tidak sengaja ternyata masih
mariboto. Tapi ternyata ada contoh lain. Dalam pengertian bukan satu marga.
Seperti contoh misalnya, seorang perempuan berteman dengan lelaki yang
ternyata satu marga dengan ibunya. Dalam hubungan kekerabatan Batak, teman
lelakinya itu disapa Tulang. Kondisi ini sering dicandai dengan tartulang.

Semakin lebar lagi, ada juga hubungan yang pantang ketika ibu dari si lelaki dan
ibu dari si perempuan masih satu marga. Dalam kekerabatan batak, orang tua
mereka disebut dengan marpariban. Kakak beradik (sesama perempuan). Hal
tersebut masih bisa juga dihitung sebagai tarito.

Lantas, apa sebenarnya sanksi yang biasa diterima oleh mereka yang melanggar
kondisi tarito ini? Zaman dulu bisa jadi diusir dari kampung (huta). Atau kalau
zaman sekarang dikucilkan dari adat. Tiap marga mungkin punya mekanisme
masing-masing.

Yang menarik dari diskusi malam ini adalah, ketika satu pasangan mengalami
kejadian ‘tarito’, yang terjadi orang tua malah menyarankan untuk melakukan
penggantian marga salah satu diantara dua pasangan. Satu hal yang mungkin
ganjil dan tidak mungkin terjadi. Namun, ketika kondisi tersebut terjadi dan
pasangan tersebut telah menikah, bahkan pilihan itu yang diambil. Mungkin
karena perkawinan terlanjur terjadi dan tidak mungkin dipisahkan lagi.

67
Mandok Hata @ Clubhouse

Pesan dari yang pernah mengalami, mending sejak awal ketika kita sudah
mengetahui ada ‘pantang’ dalam hubungan, lebih baik kita sudahi sedari awal.
Daripada setelah saling memiliki rasa lebih dalam, akhirnya dipisah. Sakitnya
tuh disini kata lagu.

Ada yang harus kita jaga? Kembali pada perasaan orang tua. Apakah kita akan
menyakiti perasaan mereka. Atau apakah kita siap menjadi anak durhaka ketika
kita memaksakan keinginan kita dan tidak mengindahkan norma yang dijaga
oleh orang tua kita (adat yang kita anut sebagai warga Dalihan Na Tolu).

Apakah kita akan tetap menjalankan adat itu atau mencoba berontak atas nama
cinta? Tentunya kembali pada diri masing-masing.

Sambil menyusun ini, teringat lagu Waktu Tersisa dari KLa Project

“Ketika norma peradatan


Terpilih sebagai alasan
Mereka ciptakan jurang
antara kita
Sampai saat akhir nanti
Kita berusaha bertahan
Sebab cinta datang
untuk menolak perbedaan”

68
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

18
LIMA PUAK BATAK, SUDAHKAH KAU
MENGENALNYA?

16 April 2021

D
alam pergaulan keseharian kita sebagai orang Batak, seringkali ketika
ditanya asal-usul atau kampung halaman, orang sulit membedakan
antara Medan, Batak dan Tapanuli. Dari satu sisi mungkin bisa
dipahami. Karena kadang kita sendiri belum paham beda diantara ketiganya.

Tapanuli (yang berasal dari "Tapian Nauli") merupakan wilayah di bagian pesisir
Barat pulau Sumatera, khususnya propinsi Sumatera Utara. Dahulu merupakan
sebuah karesidenan pada masa kolonial. Batak sendiri merupakan suku atau
etnis yang bertempat tinggal di daerah Tapanuli hingga wilayah sekitar Danau
Toba.

Ada 5 puak atau sub-etnis Batak yang berdiam di wilayah tersebut. Puak Karo
yang mendiami wilayah di Utara Danau Toba, Pakpak di Barat Laut, Toba yang
tersebar di Barat Daya dan Selatan Danau Toba, Simalungun berada di Timur
dan Timur Laut, serta Angkola yang yang berada di Selatan Toba.

Karo terdiri dari lima marga besar yang sering disebut Merga Silima3. Terdiri dari
marga Karo-Karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, Perangin-angin. Juga marga lain
yang dianggap seperti turunan dari kelima marga tersebut seperti Perangin-
angin, Sitepu, Sinulingga, Kaban dan seterusnya.

Simalungun terdiri dari beberapa marga seperti Girsang, Purba, Damanik,


Saragih (perlu menjadi catatan berbeda dengan Saragi yang tanpa ‘h’). Sayang

3 https://karokab.go.id/id/profil/adat-dan-budaya/728-marga-dan-sub-marga

69
Mandok Hata @ Clubhouse

sekali malam ini kita tidak mendapat pencerahan yang cukup dari sub etnis
Pakpak dan Mandailing.

Pakpak yang berdiam di daerah Dairi terdiri dari marga Banuarea, Tinambunan,
Tumanggor, Brutu dan seterusnya. Sementara masih ada perdebatan antara
Mandailing dengan Angkola. Dimana letak perbedaannya. Dari diskusi yang ada,
sepertinya pembedanya dari agama yang dianut oleh mereka yang tinggal disana.
Mandailing lebih banyak pemeluk agama muslim. Mungkin karena wilayahnya
lebih dekat dengan Sumatera Barat atau Barus yang dianggap pusat penyebaran
agama Islam. Sementara Angkola lebih banyak didiami pemeluk agama Kristen.

Jika dilihat secara keseluruhan, dari llima puak memiliki banyak kesamaan
meskipun terdapat perbedaan. Hampir semua mengenal istilah Dalihan Na Tolu
meskipun dengan pengistilahan yang berbeda untuk masing-masing puak.
Demikian juga dari sisi bahasa juga banyak kemiripan, meskipun banyak yang
berbeda juga.

Salam Khas Batak

Tiap puak Batak memiliki salam khasnya masing masing. Meskipun suku Batak
terkenal dengan salam "HORAS"-nya, namun masih ada 2 (dua) salam lagi yang
kurang populer di masyarakat luas, yakni Mejuah juah dan Njuah juah.

HORAS sendiri masih memiliki penyebutan masing masing berdasarkan puak


yang menggunakannya :

Pakpak : “Njuah-juah Mo Banta Karina!”

Karo : “Mejuah-juah Kita Krina!”

Toba : “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”

Simalungun : “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”

Mandailing dan Angkola : “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur
Matua Bulung!”

70
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

DALIHAN NA TOLU

Penyebutan Dalihan Natolu (Tungku 3 Batu) menurut kelima puak Batak


(Tungku 3 Batu) :

1. Dalihan Na Tolu (Toba)

• Somba Marhula-hula • Manat Mardongan Tubu • Elek Marboru

2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola)

• Hormat Marmora • Manat Markahanggi • Elek Maranak Boru

3. Tolu Sahundulan (Simalungun)

• Martondong Ningon Hormat, Sombah • Marsanina Ningon Pakkei, Manat •


Marboru Ningon Elek, Pakkei

4. Rakut Sitelu (Karo)

• Nembah Man Kalimbubu • Mehamat Man Sembuyak • Nami-nami Man


Anak Beru

5. Daliken Sitelu (Pakpak)

• Sembah Merkula-kula • Manat Merdengan Tubuh • Elek Marberru.

Dari bang @tuluspardosi di whatsapp group

71
Mandok Hata @ Clubhouse

19
MANDOK HATA, TRADISI AKANKAH SELALU
JADI TRAUMA?

27 April 2021

M
andok hata, secara harafiah bisa diartikan sebagai menyampaikan
sesuatu (dalam bentuk kata kata). Sebuah tradisi yang mungkin
masih dipelihara oleh sebagian besar keluarga Batak. Mandok Hata
sering atau biasa dilakukan pada saat acara adat atau acara keluarga. Seperti
ketika menyampaikan tudu-tudu sipanganon, menyampaikan nasihat,
menyampaikan kata penghiburan, atau mengucapkan selamat. Belakangan
Mandok Hata sepertinya diartikan sempit, menjadi sekadar yg biasa dilakukan
pada malam pergantian tahun untuk beberapa keluarga.

Apa sih yang membuat Mandok Hata menjadi semacam budaya?. Kembali jika
mungkin dilihat dari konsep Dalihan Na Tolu, tidak semua insan Batak mendapat
kesempatan untuk menyampaikan apa yang disebut Jambar Hata (Jambar
berarti hak). Hak menyampaikan kata-kata. Hanya mereka yang sudah menikah
yang bisa mendapat hak itu dalam acara adat. Itu juga kalau melihat pelaksanaan
pesta unjuk, hanya pria yang mendapat kesempatan.

Lantas bagaimana jalan keluarnya, mungkin dengan alasan itulah dicari wadah
lain agar semua (annggota) keluarga baik yang sudah menikah maupun yang
belum menikah bisa menyampaikan buah pikirannya dalam bentuk apapun.
Entah itu pendapat, doa, harapan dan seterusnya.

Kembali pada Mandok Hata dalam pengertian malam pergantian tahun, ternyata
banyak keluarga yang masih melaksanakannya. Utamanya keluarga Batak yang
beragama Kristen. Biasanya dimulai pada pukul 12 malam saat pergantian hari,
yang otomatis merupakan malam pergantian tahun. Dimulai dengan kebaktian

72
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

singkat untuk kemudian seluruh anggota keluarga yang berkumpul


menyampaikan sesuatu. Biasanya anak anak atau yang paling muda akan
meminta maaf kepada yang lebih tua. Demikian seterusnya berurutan sampai
kepada yang paling tua. Baik dari sisi usia maupun dari paradatan. Mulai dari
Boru hingga Hula-Hula. Dan ditutup oleh kepala keluarga.

Pembicaraan pada malam itu dirasakan merupakan pembicaraan yang deep talk.
Bagaimana kita mengorek luka lama, kesalahan lalu, mengevaluasi apa yang
sudah dilakukan. Merencanakan apa yang akan dilakukan pada tahun yang baru.
Tidak jarang diiringi oleh tangis atau minimal suara sesunggukan dan air mata
yang menetes.

Untuk beberapa anggota


Untuk beberapa anggota keluarga, mandok
keluarga ternyata menjadi
hata pada akhir tahun ternyata menjadi
trauma. Terutama untuk
trauma. Terutama untuk angka naposo
angka naposo yang belum
yang belum menikah.
menikah. Sedemikian
menakutkannya
membayangkan pertanyaan apa yang akan muncul. Kapan menikah? Tapi
ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Kalau sudah menikah, kapan punya
momongan. Kalau sudah punya momongan, kapan nambah? Bertubi-tubi. Atau
kalau masih sekolah, terutama kuliah yang tidak ada batasan masa belajar, kapan
wisuda?

Ada juga yang merasakan hal itu menjadi beban. Ketika orang lain harus
merayakan pergantian tahun tahun dengan kembang api dan meniup terompet,
kita harus berkumpul dan membicarakan hal yang serius. Namun meski
demikian, dalam perjalanan waktu ketika telah jauh dari keluarga, dan tidak bisa
berkumpul sebagaimana biasa, kadang kita merindukan suasana seperti itu.

Untuk beberapa keluarga, acara tersebut sudah dimodifikasi seperlunya. Ada


yang sudah menggantinya dengan bentuk lain. Sekadar makan malam bersama
untuk kemudian setelahnya berdiskusi antar keluarga. untuk Tahun baru sudah

73
Mandok Hata @ Clubhouse

dilakukan modifikasi. Acara itu sudah ditiadakan dan diganti dengan sekadar
makan malam bersama seluruh keluarga, untuk kemudian saling mengingat apa
yang telah dijalankan.

Modifikasi lain juga dilakukan dalam sisi waktu pelaksanaan. Tidak lagi dimulai
tengah malam tapi lebih cepat. Untuk kemudian selesai pas tengah malam dan
dapat merayakan pergantian tahun sebagaimana orang lain. Kembali pada
kebiasaan keluarga sebenarnya. Dan sepertinya yang diutamakan adalah momen
kebersamaan diantara keluarga. Selain itu acara mandok hata tidak lagi
dilaksanakan hanya pada malam tahun baru. Bisa dilakasanakan pada acara
ulang tahun anak atau ulang tahun pernikahan orang tua.

Kalau kita perhatikan dalam beberapa acara pesta unjuk atau yang lain, ada yang
menarik. Bagaimana orang Batak menjadikannya sebagai ajang unjuk gigi. Harus
mendapat kesempatan bicara. Ketika diberi kesempatan bicara, ternyata hanya
menyampaikan pengulangan yang sudah disampaikan pembicara sebelumnya.
Atau mengulang umpasa yang sudah disampaikan sebelumnya. Bukan hanya
satu bahkan lebih. Tak jarang hal tersebut membuat acara menjadi lama dan
berlarut-larut.

Selain sisi negatif atau apa yang dianggap trauma, ada sisi positip yang bisa
diambil. Kita menjadi terbiasa berbicara di depan umum. Karena mungkin sudah
kita mulai sejak usia dini. Selain itu, kalau dihubungkan dengan Mandok Hata
dalam tatanan Dalihan Na Tolu, Mandok Hata mengajari kita untuk
bersosialisasi dengan orang lain, dengan tetangga. Atau di dunia kerja.
Bagaimana kita memposisikan diri ketika Mandok Hata sebagai Boru, sebagai
Dongan Tubu, sebagai Hula-Hula, bisa kita terapkan di dunia kerja. Ketika dalam
satu meeting, kita menyampaikan pendapat atau gagasan dalam kapasitas kita
sebagai apa. Kompetensi kita bagaimana. Bukankah itu keren?

Orang tua kita yang terdahulu mengajarkan kepada kita, Ompu Raja Ijolo
martungkot siala gundi. Angka na uli pinungka ni ompunta parjolo, siihutonon

74
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

ni hita akka na parpudi. Apapun yang baik yang telah dimulai oleh leluhur kita
terdahulu, selama itu baik tidak ada salahnya kita ikuti.

Ompu Raja Ijolo martungkot siala gundi. Angka na uli pinungka ni


ompunta parjolo, siihutonon ni hita akka na parpudi.

75
Mandok Hata @ Clubhouse

20
MENIKAH ADAT BATAK, DARI SUBUH
SAMPAI TENGAH MALAM?

7 Mei 2021

K
etika akan menikahkan puterinya, orang
Bagi Orang Batak, padi
tua Batak akan membekalinya putrinya
dengan benih padi dari sawahnya untuk adalah sumber kehidupan
dibawa dan dikembangkan kelak bersama
suaminya. Bagi orang Batak, padi adalah simbol
kehidupan. Bekal yang diberi oleh orang tua pengantin perempuan tersebut
ditaruh pada tandok atau ampang. Itulah yang disebut dengan jual. Dalam acara
pesta unjuk (pesta pernikahan adat Batak), bisa dibilang jual ini yang akan
menentukan jalannya pesta unjuk. Karena ada dua jenis pesta unjuk. Apakah
alap jual atau taruhon jual.

Ulaon alap jual. Dalam konteks alap jual, pihak pengantin laki-laki akan
menjemput calon mempelai wanita ke rumahnya sesuai dengan istilahnya yang
dialap (dijemput). Bisanya rombongan mempelai pria akan disambut masuk ke
dalam rumah. Mungkin dimulai dengan pengantin pria menyerahkan buket
bunga dan dibalas dengan pengantin wanita akan menyematkan rangkaian
bunga pada jas pengantin pria. Setelah itu kedua keluarga akan makan bersama.
Proses ini disebut masibuha-buhai yang berarti inilah acara pembuka untuk
rangkaian acara selanjutnya nanti ke gereja (untuk menerima pemberkatan bagi
yang beragama Kristen) dan ke gedung (yang disiapkan Parboru/di alaman
parboru) untuk acara pesta unjuk.

Akan halnya taruhon jual, dilihat dari namanya yang taruhon, pihak parboru
akan mengantarkan (manaruhon) boru ke rumah pihak Paranak. Taruhon jual

76
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

bisanya dilakukan di alaman paranak. Paranak bolahan amak. Bolahan amak


kurang lebih yang mempersiapkan amak (tikar). Karena pada zaman dahulu
pesta adat dilakukan di tikar. Bukan di gedung sebagaimana zaman sekarang.
Dalam ulaon taruhon jual, rombongan Parboru akan masuk gedung bersama
dengan mempelai wanitanya dengan membawa jual.

Setelah itu, kedua belah pihak akan manjalo hula-hula. Hula-hula kedua belah
pihak akan datang membawa tandok dan dengke. Suhut kedua belah pihak akan
menjemput sampai pintu harbangan untuk kemudian mundur ke arah panggung
(biasanya di Jabodetabek).

Pasahat Tudu Tudu


Sebelum memulai seluruh rangkaian acara pesta
Sipanganon. Sebelum
unjuk, sebagaimana biasanya acara adat, selalu
memulai seluruh rangkaian
dimulai dengan menyampaikan tudu-tudu
acara pesta unjuk,
sipanganon.
sebagaimana biasanya acara
adat, selalu dimulai dengan
menyampaikan tudu-tudu sipanganon. Dimulai dengan pihak paranak
menyerahkan tudu-tudu sipanganon. Dibalas dengan pihak parboru
menyerahkan dengke sebagai balasnya. Penyerahan keduanya biasanya
diantarkan atau diperantarai oleh protokol yang biasanya adalah paidua ni suhut
(keluarga ring kedua dari suhut).

Acara selanjutnya adalah makan siang. Dimulai dengan doa bersama yang
dipimpin oleh mereka yang bolahan amak. Yang menyiapkan tempat.

Marhata Sinamot. Pada kesempatan inilah dibicarakan sinamot yang akan


disampaikan oleh paranak kepada parboru. Biasanya diawali oleh parboru yang
akan menanyakan ada apa dibalik makan siang yang baru saja dihidangkan dan
dinikmati. Kemudian paranak akan bilang bahwa itu semua panggabean
parhorasan dalam rangka merayakan suka cita bahwa sebelumnya anak dan boru
kedua belah pihak telah melangsungkan pernikahan. Kemudian paranak akan
meminta pada kesempatan inilah disampaikan kewajiban adat terkait dengan

77
Mandok Hata @ Clubhouse

pernikahan tersebut dalam bentuk sinamot dan derivatifnya seperti panandaion


dan pinggan panganan.

Pasahat Ulos. Pada kesempatan inilah keluarga pengantin wanita menyampaikan


ulos kepada kedua pengantin. Dimulai dengan ulos pansamot yang diserahkan
kepada orang tua pengantin pria. Kemudian ulos kepada pengantin (ulos hela)
yang dilanjutkan dengan menyerahkan sehelai sarung yang melambangkan
kedua mempelai menjadi boru yang akan marhobas di keluarga Parboru. Setelah
itu secara berurutan adalah ulos Pamarai yang biasa diterima oleh abang/adik
dari suhut. Ulos Sihunti Ampang yang biasanya diserahkan kepada ito atau
namboru dari pengantin pria. Setelah itu barulah kepada keluarga pengantin pria
yang lain. Entah itu kepada adik kandung atau yang dari satu ompung. Dan
diakhiri dengan menyerahkan ulos kepada punguan marga pengantin pria.
Secara keseluruhan jumlah ulos selalu ganjil. Ada marga yang masih menetapkan
17 atau kurang dari situ, entah itu 15, 11 dan seterusnya dengan jumlah ganjil.

Pasahat ulos biasanya dimulai oleh keluarga inti untuk kemudian seluruh
undangan parboru mendapat kesempatan. Seberapa banyak undangan adat
pihak parboru, sebanyak itulah ulos yang akan disampaikan.

Hula-Hula Pasahat Ulos. Kesempatan pertama hula-hula untuk menyampaikan


ulos diberikan kepada hula-hula parboru. Setelah semua rombongan hula-hula
parboru selesai, kesempatan berikutnya diberikan kepada hula-hula paranak.
Hula-hula paranak selalu menutup penyampaian ulos. Untuk yang sudah
menikah dan mendapat undangan sebagai hula-hula, sudah kebayang jam
berapa kita akan menyampaikan ulos dan jam berapa kita akan pulang.

Untuk urutan biasanya akan dimulai dari hula-hula anak manjae, naik ke hula-
hula na marhaha-maranggi, kemudian kepada tulang rorobot, bona tulang,
tulang dan ditutup oleh hula-hula suhut (ito dari orang tua perempuan
pengantin).

Setelah itu biasanya, akan ada kesempatan kepada suhut untuk mengucapkan
terima kasih kepada undangan yang masih tinggal di gedung atau di pesta. Dan

78
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

diakhiri dengan ucapan terima kasih dari pengantin. Acara selanjutnya adalah
maningkir tangga dan paulak une.

Maningkir Tangga, filosofinya


adalah pihak Parboru akan Maningkir Tangga, filosofinya adalah pihak
mengunjungi keluarga baru Parboru akan mengunjungi keluarga baru
entah itu masih di rumah keluarga paranak
entah itu masih di rumah
atau di rumah mereka yang baru
keluarga paranak atau di rumah
mereka yang baru. Dilihat dari
istilahnya yang maningkir (menilik) adalah melihat apakah tempat tinggal
borunya ‘layak’

Paulak Une, sama seperti maningkir tangga, paulak une biasanya hanya dihadiri
oleh keluarga inti saja. Ring satu tanpa melibatkan keluarga lain (dongan tubu)
sebagaimana acara pesta unjuk. Konon katanya adalah semacam ucapan teruma
kasih dari keluarga paranak kepada parboru yang telah mendidik dan
memelihara adat dan adab borunya yang tetap dalam kondisi ‘gadis’ hingga acara
pernikahan. Pengantin perempuan tetap une. Konon une adalah semacam jimat
yang menjaga kegadisan seorang wanita dari pria jahat (semacam jimat anti
pemerkosaan), yang diberikan orang tua kepada anak gadisnya. Pada saat paulak
une lah, une tersebut dikembalikan (dipaulak une) oleh menantu laki-lakinya.

Baik maningkir tangga maupun paulak une, sejatinya dilakukan pada hari yang
berbeda dengan pesta unjuk. Namun demi simplifikasi adat di pangarantoan,
dilakukan pada hari yang sama. inilah yang disebut ulaon sadari.

Pada intinya, pesta unjuk adalah acara orang tua kedua mempelai. Merekalah
yang berpesta sebenarnya. Memestakan anak mereka. Itu sebabnya semua
perangkat Dalihan Na Tolu ditarik dari kedua orang tua (suhut). Mulai dari
Dongan Tubu, Boru, Hula-Hula (mulai dari Hula-Hula, Tulang, Hula-Hula
Marhaha-maranggi, hingga Hula-Hula Anak Manjae)

Sudah banyak marga yang melakukan simplifikasi atas acara adat dengan cara,
mengurangi ulos dari sebelumnya tujuh belas, menjadi lebih sedikit. Atau

79
Mandok Hata @ Clubhouse

mengganti ulos yang biasanya diserahkan oleh keluarga/undangan parboru


menjadi dalam bentuk ulos na tinonun sadari (dalam bentuk uang).

Kembali pada judul diskusi malam ini, apa yang membuat dimulai subuh diakhiri
malam hari? Biasanya karena mempelai wanita harus disangguli dulu. Di
Jabodetabek sudah jamak urusan salon ini dimulai sejak subuh. Dilanjutkan
dengan acara pemberkatan, catatan sipil dan pesta unjuk. Tinggal dikalikan saja
jumlah undangan dengan konsekuensinya. Pasahat ulos dengan ditambahkan
rangkaian umpasa.

Setelah paulak une, biasanya kedua pengantin akan mengikuti rangkaian acara
di rumah paranak. Ada acara yang disebut dengan manjalo parumaen. Dimulai
dengan kedua pengantin memasuki rumah dan disambut oleh orang tua
pengantin pria yang memberi beras sipir ni tondi. Setelah itu dilanjutkan dengan
makan malam bersama. Setelah makan malam bersama, barulah manjalo
parumaen dilakukan. Keluarga inti paranak akan memberi ucapan selamat
datang kepada anggota keluarga baru. Menyampaikan nasihat bagaimana
menjalani rumah tangga. Terbayang jika keluarga inti yang berkumpul cukup
banyak. Dan semua berebutan untuk berbicara. Bisa jadi rangkaian acara raja
sehari, akan berakhir hampir tengah malam.

Mengulang sinamot, meskipun sudah pernah kita diskusikan. “Boli4 (Boli Ni


Boru), sinamot (mahar) yang diterima parboru karena menikahkan putrinya.
Boli berasal dari kata oli (muli) atau moli, pergi ke suatu tempat. Meninggalkan
keluarganya. Pada zaman dahulu karena si perempuan akan pergi meninggalkan
orang tuanya, pihak paranak akan menyerahkan semacam pengganti dari
kehilangan parboru karena ditinggalkan. Jika dilihat dari pemahaman ini, bukan
membeli.

Dengan rangkaian sepanjang itu, siapkah muda-mudi Mandok Hata dengan


tagar #2021MarhataSinamot?

4 Kamus Budaya Batak Toba, M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, Balai Pustaka, 1987

80
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

21
MITOS, LEGENDA, TURI-TURIAN SUKU
BATAK

14 Mei 2021

B
angso Batak sebagaimana suku bangsa lain di Indonesia tidak lepas dari
mitos, legenda, hikayat atau pada bahasa kita sering disebut turi-turian.
Salah satu yang paling dikenal adalah asal mula Danau Toba.
Bagaimana anak nelayan yang berasal dari ikan kemudian memunculkan
Samosir.

Kalau dari Sumatera Barat kita mengenal kisah Malin Kundang, anak yang
durhaka kepada orang tua dan kemudian dikutuk, dari tanah Batak ada beberapa
kisah mirip. Dengan tokoh bernama si Mardan atau Sampuraga dari Tapanuli
Selatan.

Kita juga pernah mendengar cerita asal usul Danau Toba yang berawal dari kisah
seorang nelayan yang menemukan seekor ikan. Ternyata ikan tersebut
merupakan seorang putri. Akhirnya nelayan tersebut menikahi sang putri
dengan syarat apapun yang terjadi kelak, sang nelayan tidak akan pernah
menyinggung latar belakang istrinya. Satu saat anak mereka melakukan
kesalahan dan mengesalkan hati si Bapak. Sangkin kesalnya si Bapak
mengumpat ke anaknya, “Dasar Anak Ikan!”. Terjadilah hujan deras untuk
berapa lama yang mengakibatkan daerah tempat tinggal mereka digenangi air
dan menjadi Danau Toba yang kita kenal sekarang.

Masih di sekitar Danau ada cerita yang berhubungan dengan Batu Gantung.
Mungkin yang pernah berkunjung ke Danau Toba pernah melihat atau
ditunjukkan. Konon katanya merupakan putri raja bermarga Sinaga. Tidak
terima dijodohkan oleh orang tuanya, diapun lari dan melompat hendak bunuh

81
Mandok Hata @ Clubhouse

diri ke Danau Toba. Alih alih meninggal masuk ke danau, sang putri sangkut di
batu karena rambutnya panjang. Melihat tuannya terjun, anjing peliharaannya
mengikut dari belakang dan ikut sangkut. Konon katanya itu sebab pada
masanya, boru Sinaga tidak diperkenankan berambut panjang.

Ada lagi kisah klasik tentang Simanjuntak yang katanya terdiri dari dua kubu.
Depan dan Belakang. Berawal dari Raja Simanjuntak yang beristrikan boru
Hasibuan yang menurunkan Simanjuntak depan, dan boru Sihotang yang
menurunkan Simanjuntak belakang. Banyak cerita yang beredar terkait hal
tersebut.

Ada lagi yang cerita tentang asal usul parpadanan antara Naibaho dan
Sihombing. Alkisah terjadi perang antara Lumbantoruan (Sihombing) melawan
Marbun. Sedemikian terdesaknya Sihombing mundur ke hutan. Dimana dia
bertemu dengan marga Naibaho yang ternyata diusir oleh orang tuanya karena
menjalin hubungan sumbang dengan adik kandung (ito) nya. Sang adik dibuang
ke Danau dan dipercaya menjadi penjaga danau. Sihombing inilah yang
membantu Naibaho. Dari situlah awal parpadanan mereka.

Pardosi merupakan keturunan dari Tuan Dibangarna dari Siagian. Salah satu
dari anak Siagian ini memiliki kemampuan membuat/mengukir gorga. Suatu
ketika dia ditunjuk untuk memimpin satu pembangunan sebuah Sopo dan
dibekali dengan perlengkapan bernama Tuhil (semacam pahat) yang terbuat dari
besi. Ketika sopo hampir selesai tidak sengaja dia dia kehilangan tuhilnya.
Sehingga akhirnya dia harus membuat tuhil yang baru. Satu ketika ketika orang
tuanya datang mengunjungi dan melihatnya membuatnya sedang membuat
tuhil. Sang Bapak marah kepada anaknya. "Husuru ho Mambaen Gorga!!!! Hape
manompa bosi do diula ho!!! Atik na PARBOSI do ho???"

Alkisah di daerah Tarutung ada seorang boru Hutabarat yang cantik dan menjadi
primadona yang menarik perhatian. Bukan hanya orang namun hingga makhluk
halus. Pernah satu ketika dia hilang dan muncul dengan ada tanda di tubuhnya.

82
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Konon katanya hal tersebut yang menyebabkan hingga sekarang ketika ada boru
Hutabarat selalu ditanya, “ada tandanya gak?”

Masih ada beberapa mitos lagi seperti keberadaan begu ganjang. Atau ketenaran
bahwa di Simalungun atau Karo masih memiliki ‘ilmu’ yang tinggi. Ada juga yang
menanyakan mengenai hubungan antara cuci muka di kuburan ketika berziarah
dan berdoa di kuburan. Yang kalau dihubungkan dengan keyakinan (agama)
tidak relevan lagi. Kalau cuci muka atau marsuap, pesan yang ingin disampaikan
adalah, “nunga salpu lungun ni roha (sudah berlalu segala kesedihan)".

Ada juga peristiwa-peristiwa yang dialami oleh beberapa speaker, yang secara
logika tidak masuk di akal kita, namun kejadian di depan mata. Bahkan tuak
sendiri ternyata memiliki kisahnya sendiri. Sesuatu yang mungkin tidak banyak
diantara kita yang mengetahui hikayat di baliknya.

Dari diskusi malam ini, mungkin kita bisa mendapat kesimpulan bahwa apapun
yang diceritakan oleh orang tua kepada kita, untuk kemudian menjadi kebiasaan
atau semacam larangan, kita percaya ada latar belakangnya dan memiliki alasan
logis dibalik itu semua. Karena apapun pesan orang tua pastilah untuk kebaikan
anak-anak atau keturunannya. Boleh dipercayai tapi tidak harus diikuti.

83
Mandok Hata @ Clubhouse

22
TAROMBO

11 Juni 2021

T
arombo adalah istilah dalam bahasa Batak yang kurang lebih berarti
silsilah. Atau sistem marga dalam masyarakat Dalihan Na Tolu atau
sistem kekerabatan. Dalam berinteraksi dengan sesama warga Dalihan
Na Tolu, seringkali kita mendekatkan diri dengan cara menarik garis tarombo.
Atau menggunakan istilah martarombo yang artinya kurang lebih menarik garis
silsilah atau membicarakan kedudukan masing-masing dalam sistem
kekerabatan.

Dengan martarombo kelihatan asal usul satu marga atau hubungan


kekeluargaan. Ditarik lebih jauh, dimulai dari apa yang dipercaya sebagai orang
Batak pertama, Si Raja Batak. Untuk kemudian secara turun temurun diteruskan
ke bawah sesuai garis keturunan anak lelaki. Mengingat orang Batak menganut
paham patrilineal, yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah.

Terkait tarombo dan martarombo ini, pepatah Batak yang berbunyi “Jolo tinitip
sanggar bahen huru-huruan. Jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan”
sangat relevan.

Ada literatur yang mengatakan terdapat dua jenis tarombo yaitu:

 Tarombo Turunan

 Tarombo Partuturan

84
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Tarombo Turunan, mengacu


Tarombo Turunan, mengacu pada silsilah pada silsilah dalam arti garis
dalam arti garis keturunan. keturunan. Dalam pergaulan
sehari-hari tarombo jenis ini
muncul ketika dalam berkenalan dan sudah saling mengetahui marga masing-
masing yang masih satu marga (misalnya sesama Tambunan, sesama Siahaan,
dan seterusnya) saling bertanya atau menyebut satu angka atau nomor. “Nomor
piga ma ho/hamu?” Setelah itu, hubungan kekerabatan akan ditarik dari
perbedaan atau kesamaan nomor itu.

Saling menyapa abang dan adik untuk nomor yang sama. Biasanya untuk
mengetahui siapa berposisi sebagai abang dan adaik ditarik lagi dari garis
keturunan ompung. Misalnya ketika sama marga Siahaan dan bernomor sama,
akan didetailkan lagi dengan bertanya pomparan (keturunan) ompung mana.
Yang jika diurut mulai dari yang paling tua sampai yang paling muda adalah,
Siahaan Sibunton, Siahaan Hinalang, Siahaan Juara Monang, Siahaan
Lumbangorat, dan Siahaan Tarabunga. Siahaan Hinalang akan menyapa abang
(dan sebaliknya adik) kepada Siahaan Sibuntuon ketika bernomor sama. Atau
menyapa Bapatua/Bapauda dan Anaha ketika nomornya selisih satu. Hal ini
berlaku juga untuk marga lain.

Menyapa Among (Bapak) dan Anaha (Anak) atau Boru (putri). Siahaan
bernomor 16 akan memanggil among kepada Siahaan bernomor 15. Boru Siahaan
no 16 akan memanggil Namboru kepada Siahaan bernomor 15. Sebaliknya
Siahaan bernomor 15 akan memanggil Maen kepada boru Siahaan bernomor 16.
Ini berlaku untuk yang nomornya berbeda satu tingkat (selisih satu). Atau
memanggil Ompung dan Pahompu untuk nomor yang berbeda dua tingkat
(selisih dua).

85
Mandok Hata @ Clubhouse

Karena dalam sistem


Karena dalam sistem kekerabatan orang kekerabatan orang Batak
Batak, sapaan Ompung adalah sapaan yang sapaan Ompung adalah
paling tinggi, sapaan yang paling tinggi,
ketika selisih nomor sudah
lebih dari dua, maka saapaan akan diulang lagi dari yang ada. Misalnya bertemu
dengan mereka yang nomornya selisih tiga nomor, maka sapaan akan mengulang
lagi atau sama dengan yang selisih satu. Demikian seterusnya. Sebagai contoh
untuk sesama laki laki yang nomornya selisih tiga, panggilan dari yang muda
kepada yang tua adalah Bapatua jika dari garis keturunan Bapak. Atau Tulang
ketika dari garis keturunan Ibu. Tambunan yang yang bernomor 19 misalnya,
akan menyapa bapatua kepada Tambunan bernomor 16. Tambunan yang
dilahirkan Siahaan bernomor 16 misalnya akan memanggil Tulang kepada
Siahaan bernomor 14.

Darimana nomor itu bermula? Biasanya nomor satu disematkan pada pemilik
marga pertama kali. Atau ditarik satu tingkat di atas marga itu. Demikianlah
nomor diturunkan. Satu nomor mewakili satu generasi. Dan rata-rata, nomor
yang ada saat ini ada pada kisaran 20an. Kurang lebih. Artinya marga tersebut
sudah ada 20an generasi. Dan jika kita asumsikan satu generasi berumur 20an
tahun (dalam arti menikah dan berketurunan pada usia 20an tahun) maka bisa
disimpulkan sementara usia marga itu sekitar 400an tahun. Jika ditambahkan
ke atas ke si Raja Batak, mungkin berusia kurang lebih 450 atau 500 tahun lalu.
Jadi kalau antar orang Batak saling bertanya, “Nomor berapa kau?” Itu berarti
generasi ke berapa dalam marga tertentu. Nomor 17 berarti generasi ke 17 dalam
marganya. Demikian seterusnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, selain merawat silsilah marga tersebut


dalam bentuk tertulis (buku atau poster yang biasa dibuat menjadi hiasan
dinding), beberapa marga sudah mulai merawat tarombo dalam bentuk
elektronik atau berbasis internet (daring).

86
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Tarombo Partuturan. Berbeda dengan tarombo turunan, tarombo ini lebih


kepada mencari hubungan kekerabatan dalam konteks Dalihan Na Tolu. Apakah
seseorang menyapa hula-hula, dongan tubu, atau boru kepada orang lain. Jenis
ini misalnya muncul ketika setelah berkenalan dan tidak ada hubungan marga
dari sisi silsilah, hubungan kekerabatan itu ditarik dari pihak ibu. Misalnya
seseorang yang beribukan Siahaan ketika bertemu dengan seorang bermarga
Siahaan biasanya secara otomatis akan menyapa Tulang. Dan penting dipahami
bahwa ini hanya berlaku untuk sapaan Tulang atau Hula-Hula. Ini bukan hanya
berlaku untuk kondisi saat ini. biasanya ditarik sampai ke nenek moyang.
Misalnya marga Simanjuntak ketika bertemu Hasibuan atau Sihotang akan
menyapa Tulang. Karena Raja Marsundung (yang menurunkan marga
Simanjuntak) menikah dengan boru Hasibuan lalu kemudian setelah duda
menikah dengan Sobosihon boru Sihotang.

Sebagai warga Dalihan Na Tolu, masing-masing kita mungkin diwariskan


pemahaman mengenai tarombo ini dari orang tua kita. Meski menganut
patrilineal, bukan berarti
Tarombo Partuturan, lebih kepada mencari pemahaman mengenai
hubungan kekerabatan dalam konteks tarombo hanya dilihat dari
Dalihan Na Tolu. posisi bapak. Penting juga
untuk mengetahui tarombo
atau silsilah dari sisi ibu.
Masihkah tarombo dan martarombo relevan dengan kondisi sekarang? Dalam
beberapa kesempatan interaksi, seperti yang berurusan dengan pekerjaan atau
perantauan misalnya, pemahaman martarombo ini bisa sangat berguna.
Bayangkan kalau menghadapi kondisi merantau di daerah lain yang jauh dari
kampung halaman, dengan martarombo hubungan kekerabatan bisa mencairkan
hubungan.

87
Mandok Hata @ Clubhouse

23
SIBOANON TU PESTA

18 Juni 2021

K
alau pernah diundang hadir di pesta Batak semisal pesta unjuk atau
yang lain, mungkin belum banyak diantara kita sebagai warga muda
Dalihan Na Tolu yang paham apa yang harus dipersiapkan ketika akan
datang ke pesta tersebut.

Sebenarnya bisa kita lihat dari


Apakah kita datang sebagai dongan beberapa sisi. Pertama, apakah
tubu dari paranak atau parboru?
Dengan demikian kita bisa kita datang sebagai dongan tubu
mempersiapkan apa yang akan dibawa dari paranak atau parboru?
sesuai dengan undangan yang kita Dengan demikian kita bisa
terima.
mempersiapkan apa yang akan
dibawa sesuai dengan undangan
yang kita terima. Karena harus diakui disitulah indahnya konsep Dalihan Na
Tolu. Konsep yang menempatkan kita akan mengambil peran seperti apa untuk
kemudian mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan peran tersebut.

Jika kita menerima undangan dari pihak paranak misalnya, kita datang
membawa tumpak. Tumpak adalah sejumlah uang yang biasanya dimasukkan
dalam amplop yang diniatkan sebagai bantuan kepada pihak paranak. Biasanya
diserahkan ketika selesai makan. Untuk daerah perkotaan biasanya diantarkan
ke depan (panggung) dan dimasukkan ke dalam ampang yang telah disiapkan di
depan orang tua pengantin laki-laki.

Jika menerima undangan dari pihak parboru, yang kita persiapkan adalah ulos.
Pada saatnya ulos ini nanti akan diserahkan kepada pengantin. Meskipun dalam
perkembangannya sudah banyak marga yang mengganti ulos ini tidak dalam

88
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

bentuk ulos sebenarnya. Tapi dalam bentuk uang, namun keberadaannya


tetaplah dianggap sebagai ulos.

Berbeda lagi dengan ketika menerima undangan sebagai hula-hula. Sudah pasti
yang dibawa adalah ulos. Baik untuk diserahkan kepada pengantin pada saatnya
nanti, maupun untuk dihadang (disampirkan di bahu kanan pria). Sementara
para istri membawa beras dalam tandok. Mereka akan memasuki gedung
bersama rombongannya masing-masing dengan membawa dengke yang
dihamparkan pada tampah/tampi. Ketika sudah sampai di depan pengantin
(depan panggung) baik dengke maupun tandok akan diterima oleh boru dari
suhut. Dengke yang dierima biasanya akan diletakkan di samping panggung.
Sementara beras akan dituang pada karung yang telah disiapkan. Biasanya
setelah tandok itu kosong (dituangkan isinya ke dalam karung) boru ni suhut
akan memasukkan selembar uang sebagai ulak (kembalian) ni tandok. Penting
juga untuk diperhatikan bahwa ketika hula-hula dengan udurannya masuk
gedung, hendaklah tidak didahului oleh ikan. Baiknya kepala rombongan di
depan (Sepasang) kemudian diselingi dengan dengke baru diikuti oleh
udurannya.

Soal lain yang harus diperhatikan adalah cara berpakaian. Apakah kita datang
sebagai undangan biasa atau undangan khusus. Ketika datang sebagai hula-hula,
sedapat mungkin datanglah dengan mengenakan jas. Atau misalnya ketika hadir
di pesta Batak sebagai boru, harus bisa pintar pintar dalam berpakaian. Jangan
sampai kita mengenakan jas ketika hula-hula kita mengenakan kemeja batik
misalnya. Bukan tanpa sebab. Mau tidak mau kita bisa menempatkan posisi kita
dalam konsp Dalihan Na Tolu. Jangan sampai kita lebih keren daripada hula-
hula.

Dalam perjalanan pesta, mungkin banyak atau ada beberapa hal yang tidak
seragam terjadi antara marga satu dengan marga lain. Hal tersebut wajar terjadi
mengingat bahwa sebenarnya adat istiadat satu daerah berbeda dengan adat di
daerah lain. Adat Toba berbeda dengan adat Humbang misalnya.

89
Mandok Hata @ Clubhouse

Pada akhirnya diskusi kembali pada masalah klasik. Soal biaya. Satu hal yang
selalu dianggap biang keladi (atau excuse?) dari penundaan atau penghindaran
pernikahan . Pertama yang harus diingat ketika bicara mengenai biaya adalah
kembali pada kedua mempelai dan keluarga. Adat do na gelleng, adat do na balga
kata orang tua kita. Yang pasti yang namanya pesta sudah pasti harus rugi (keluar
biaya). Tidak ada konsep pesta berharap untung. Untuk selanjutnya nanti semua
bergerak dari situ. Prinsip utama yang harus dipegang adalah ketiga unsur
Dalihan Na Tolu harus hadir dalam pesta.

Jika bicara pesta unjuk di Jakarta misalnya, biaya akan tergantung banyak hal.
Biaya pesta yang dilaksanakan di gedung Mulia akan berbeda dengan pesta yang
dilaksanakan di gedung Maria misalnya, atau gedung Gorga Mangampu Tua.
Setelah itu semua komponen biaya akan mengikuti biaya gedung. Biaya katering,
sewa musik, penari, dekorasi, dan seterusnya akan mengikuti. Yang pada
akhirnya akan berakumulasi menjadi total biaya pesta.

Menarik pada malam ini kita sedikit belajar mengenai perkawinan adat Karo.
Bahwa dalam adat Karo tuhor (sinamot) dalam adat Batak Toba, di Karo disebut
Tukur. Konsepnya adalah semacam uang permisi atau semacam wadah woro-
eoro kepada keluarga besar mengenai pernikahan yang ada. Dan uniknya tukur
ini tetap dijaga agar tidak semakin besar. Karena suku Karo menjaga, tukur adik
tidak boleh lebih tinggi dari tukur kakaknya. Dengan demikian inflasi sinamot
tidak terjadi. Minimal naiknya tidak melonjak. Tukur tetap terjaga kenaikannya.

Banyak pengalaman menarik ketika mengikuti pesta adat (terutama pesta


unjuk). Pengalaman unik dalam mengikuti pesta adat misalnya ketika dalam satu
pesta adat yang dilaksanakan di kampung halaman, salah satu mempelai atau
bahkan keduanya merupakan perantau. Ketidakpahaman mengenai adat atau
kebiasaan daerah setempat sering mengundang tanya.

90
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Pada dasarnya baik pesta


Yang penting adalah ketiga unsur Dalihan
Na Tolu hadir dan mengambil peran unjuk maupun pesta adat
dalam acara adat. orang meninggal adalah sama
saja. Yang penting adalah
ketiga unsur Dalihan Na Tolu hadir dan mengambil peran dalam acara adat.

Sebagai warga Dalihan Na Tolu, pesan dari bang Seiko (dari puak Batak Karo)
malam ini menarik untuk dirimang-rimangi, bahwa “Berharganya seseorang,
adalah ketika dia sudah melaksanakan adat”.

91
Mandok Hata @ Clubhouse

24
TRIVIA BATAK

2 Juli 2021

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia VI, Trivia berarti kumpulan benda,
informasi, fakta, dsb. yang tidak penting.

Mungkin jika dilihat dari pemahaman itu, kita tidak ingin bicara mengenai
ketidakpentingannya. Namun lebih pada hal-hal kecil terkait lingkungan kita
Batak. Dalam keseharian, mungkin sering kita menemukan hal-hal kecil terkait
dengan habatahon. Malam ini kita sharing tentang hal tersebut.

Orang Batak sering memiliki beberapa panggilan. Yang biasa kita ketahui adalah
terkait dengan nama anaknya. Misalnya Tulang si Dewi. Ternyata ada panggilan
lain yang tidak terkait dengan hal tersebut. Misalnya terkait dengan tempat
tinggal, pekerjaan atau profesi dan lain-lain. Tambunan par Jatinegara atau
Sibarani par Bandara misalnya. Jika dihubungkan dengan panggilan anak tertua,
ternyata Batak punya beberapa sebutan untuk anak pertama, yaitu anak
panggoaran atau anak buha baju.

Ada lagi cerita tentang satu marga yang hanya secara keseluruhan komunitas
mereka terbatas jumlah tertentu (100 orang). Konon katanya (berdasar
penelusuran google) ada pesta yang diikuti oleh marga Marbun dan Sibagariang.
Marga Sibagariang menjadi bolahan amak (tuan rumah). Namun konon katanya
marga Sibagariang ingin ngerjain marga marbun. Sebegitu kesalnya marga
Marbun, akhirnya mereka mengutuk bahwa marga Sibagariang tidak akan
berjumlah lebih dari 99 orang, sesuai dengan jumlah marga Sibagariang saat
kejadian tersebut. Apakah hal tersebut benar, wallahuallam.

92
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Ada satu informasi mengenai satu tempat yang bernama Dolok Partangisan.
Konon berawal dari era dinasti Sisingamangaraja. Konon pada era itu, mereka
yang berbuat kesalahan akan dikucilkan di suatu satu tempat terpencil. Nah
keluarga mereka akan mengantarkan yang terpidana ini menuju daerah
pengucilannya. Namun hanya sampai perbatasan saja, tidak bisa masuk ke
wilayah pengucilan tersebut. Di daerah itulah dalam rangka perpisahan, keluarga
yang mengantar akan menangisi kepergian si terpidana. Konon itulah awal mula
daerah itu disebut Dolok partangisan. Letaknya konon berada di perbatasan
Dairi dan (dahulu) Tapanuli Utara. Sekarang daerah Humbang Hasundutan
(Humbahas). Konon itulah awal mula muncul marga baru seperti Kudadiri,
Siketang, dll. Karena mereka yang dibuang itu membentuk marga baru untuk
memutus hubungan dengan sejarahnya yang kelam.

Tentang alat musik, orang Batak mengenal istilah gondang. Apa yang disebut
gondang juga ternyata mengacu pada dua hal. Pertama adalah seperangkat alat
musik yang terdiri dari Taganing, Hasapi, Sulim, Garantung, Ogung, Sarune.
Satu lagi, istilah gondang mengacu pada lagu yang dimainkan. Gondang mula-
mula, gondang somba-somba dan seterusnya. Sering orang salah menyebut.
Bahwa gondang itu adalah penjaga ritme (yang bentuknya seperti kendang pada
suku lain). Padahal kendang itu, disebut Taganing. Suling dan Sarune adalah dua
alat musik Batak. kalau suling terbuat dari bambu dan terdiri dari satu lubang
tiup dengan enam lubang pengatur nada. Sementara Sarune (terdiri dari sarune
etek untuk yang lebih pendek dan sarune bolon untuk yang lebih panjang)
terbuat dari kayu dan pada lubang tiup ada alat bantu semacam pipet/sedotan
yang menimbulkan bunyi. Ada lagi musik petik yang disebut hasapi yang
berbentuk seperti perahu (solu). Konon katanya mengacu pada sifat orang Batak
yang suka merantau dan solu itulah yang menjadi kendaraannya.

Tentang minyak karo, dipercaya bahwa minyak karo yang ada sekarang
khasiatnya sudah kalah dari minyak aslinya dahulu. Dan mereka yang merawat
resep tersebut, dipercaya mendapatkan bahan bakunya dari daerah atau hutan
yang mereka rawat sendiri.

93
Mandok Hata @ Clubhouse

25
LEBIH DEKAT MENGENAL BATAK KARO

9 Juli 2021

S
uku Karo merupakan bagian dari suku Batak yang bertempat tinggal di
Kabupaten Karo. Kabupaten Karo beribukotakan Kabanjahe, dengan
beberapa kota seperti Berastagi, Sibolangit, sebagian daerah Deli
Serdang hingga perbatasan Dairi.

Ada lima marga utama di suku


Lima marga utama suku Karo yaitu Karo- Karo yaitu Karo-karo, Ginting,
karo, Ginting, Tarigan, Sembiring, dan Tarigan, Sembiring, dan Perangin-
Perangin-angin (Merga Silima) angin. Kelimanya disebut dengan
istilah Merga Silima. Dari sinilah
kemudian terlahir sub/cabang marga yang konon sudah berjumlah 80an marga.

Mirip seperti Toba yang punya Dalihan Na Tolu, Karo juga punya konsep sama
yang disebut dengan Rakut Sitelu (telu = tiga) yang terdiri dari Sukut (Dongan
Tubu), Kalimbubu (Hula-Hula) dan Anak Beru (Boru). yang menarik dari Karo
adalah ketika mengenalkan diri setelah menyebut marganya sendiri, mereka
akan langsung menyebut bebere satu marga. Mirip dengan Toba yang dimaksud
dengan bebere siapa mengacu pada marga ibunya. Selain Rakut Sitelu ada juga
istilah yang disebut dengan Tutur Siwaluh yang terdiri dari Sipemeren,
Siparibanen, Sipengalon, Anak Beru, Anak Beru Menteri, Anak Beru Singikuri,
Kalimbubu, Puang Kalimbubu. Tutur siwaluh ini merupakan hubungan
kekerabatan dari kedua belah pihak orang tua. Empat dari pihak bapak dan
empat dari pihak Ibu.

Lebih lebar lagi, ada lagi yang disebut dengan Perkaden-kaden Sepuluh Dua yang
terdiri dari Nini, Bulang, Kempu, Bapa, Nande, Anak, Bengkila, Bibi, Permen,

94
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Mama, Mami, Bere-bere. Panggilan kekerabatan Karo mengacu pada ketiga


komponen tersebut5.

Mengingat bahwa Karo dan Toba merupakan sesama cabang dari suku Batak, ada
beberapa padanan dalam panggilan kekerabatan. Ada Mama untuk menyebut
Tulang, Mami untuk menyebut Nantulang. Selain itu ada sebutan Kila yang
merupakan panggilan kepada suami saudara perempuan ayah (namboru).
Sementara untuk sapaan ampara (dongan tubu) Karo menyebut dengan Senina.
Untuk pariban saudara kita Karo menyebutnya dengan impal. Untuk rumah adat,
Karo menyebut dengan siwaluh Jabu. Walu berarti delapan. Karena konon
katanya ada delapan keluarga yang bsia tinggal di rumah tersebut.

Untuk proses pernikahan adat Karo, ada satu proses yang disebut dengan Mbaba
Belo (sirih) Selambar. Ini prosesi seperti pinangan. Biasanya dalam proses ini
pihak calon pengantin laki akan datang kepada pihak calon pengantin wanita.
Zaman dahulu biasanya dilakukan di daerah netral. Dalam arti bukan di rumah
baik pria maupun wanita. Prosesnya adalah menanyakan kesediaan sang wanita
dan keluarganya. Keluarga disini tidak hanya orangtuanya, tetapi juga
Sembuyak, Anak Beru, Singalo Bere-Bere, Dan Kalimbubu. Pada zaman dahulu
acara mbaba belo selambar biasanya dilakasanakan pada malam hari setelah
makan malam selesai. Kemudian pertanyaan yang menarik dalam pernikahan
adalah, mengapa ketika pernikahan Toba dengan Karo harus dilakukan dengan
dua adat? Hal tersebut konon merupakan supaya pihak yang non Karo punya
orang tua di pihak Karo selain itu juga untuk mempermudah jalannya prosesi
adat. Mirip seperti konsep mangain dalam adat Toba.

Kalau Toba punya ulos yang


Kalau Toba punya ulos yang digunakan dalam
digunakan dalam acara adat,
acara adat, Karo punya yang dan disebut
Karo punya yang dan disebut
dengan Uis Gara.
dengan Uis Gara. Uis berarti

5
https://www.karokab.go.id/id/profil/adat-dan-budaya/726-rakut-sitelu-tutur-siwaluh-dan-
perkaden-kaden-sepuluh-dua-tambah-sada

95
Mandok Hata @ Clubhouse

kain dan Gara berarti merah. Disebut sebagai "kain merah" karena pada uis gara
warna yang dominan adalah merah, hitam, dan putih, serta dihiasi pula berbagai
ragam tenunan dari benang emas dan perak. Cara pembuatannya juga tidak jauh
berbeda dengan ulos yang ditenun. Untuk pengantin uis ini disebut dengan Uis
Nipes.

Dalam upacara pernikahan, mirip dengan Toba saudara kita dari Karo juga
memiliki seperti tingkatan. Ketika semua keturunan dari yang meninggal sudah
menikah, prosesi atau upacara adat kematian dilakukan lebih.

Soal penganan, ada yang disebut dengan pagit-pagit atau sering disebut dengan
sotonya orang Karo. Bahan utama pagit-pagit ini adalah isi perut (rumput yang
separuh dicerna) sapi, atau kerbau sebelum mengalami proses pemamahbiakan
selanjutnya. Bahan tersebut kemudian dimasak bersama rempah-rempah,
santan, takokak, dan daun tapioka atau daging sebagai kuahnya. Sering juga
disebut dengan tritis. Karena asal usul bahan baku makanan tersebut, muncul
joke yang menyebut orang Karo makan (maaf) ta* lembu. Karena memang kalau
tidak pintar mengolahnya, aroma alat pencernaan lembu masih terasa. Zaman
dulu penduduk daerah Lingga terkenal pintar dalam mengolahnya.

Selain itu ada juga yang disebut dengan cimpa. Yang terbuat dari beras ketan
merah atau putih. Di dalam beras ketan merah dimasukkan gula merah atau gula
aren yang telah dicampur dengan kelapa parut. Kemudian biasanya dibungkus
dengan daun pisang dan dikukus. Cimpa merupakan salah satu makanan yang
sangat penting bagi orang Karo. Cimpa harus ada di setiap pelaksanaan acara-
acara adat Suku Karo. Cimpa harus dihadirkan saat berlangsungnya acara pesta
adat pernikahan, kerja (untuk menyebut pesta, saudara kita dari Karo menyebut
dengan Kerja) tahun dan kematian. Jika dalam salah satu acara adat tersebut
tidak dihadirkan cimpa, maka acara adat tersebut dianggap kurang dan tidak
sempurna.

Soal apakah Karo masih mempertahankan soal penanggalan dalam arti


mempercayai ada tanggal baik dan tanggal tidak baik, mau tidak mau memang

96
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

merupakan warisan dari leluhur. Berhubungan dengan kepercayaan asli sebelum


masuknya agama sebgaimana kita kenal sekarang. Dan tidak dapat dipungkiri
hal tersebut bisa mengarah pada okulitsme atau mistik. Mungkin ada yang masih
mempercayai, sebanyak orang yang mungkin sudah tidak peduli lagi.

Mengenai masalah apakah Karo bukan Batak yang pernah digaungkan oleh
beberapa orang pada masa lalu, konon merupakan warisan sejarah antara
Kolonel Simbolon dengan Jamin Ginting pada masa-masa pemberontakan
daerah saat awal kemerdekaan. Akibat dari ‘perselisihan’ mereka, ada semacam
jarak yang dibuat atau diwariskan orang tua antara Toba dan Karo. Namun dari
diskusi malam ini, kita memahami apapun yang terjadi pada masa lalu, tidak
perlu kita bawa sampai masa kini. Karena bagaimanapun kedekatan geografis,
budaya dan antropologis membuat kita bisa bersama membangun jembatan
antara Toba dan Karo. Karena masalah di depan kita lebih kompleks daripada
masalah yang dialami orang tua pendahulu kita.

Apapun yang terjadi pada masa lalu, tidak perlu kita bawa sampai masa kini.
Karena bagaimanapun kedekatan geografis, budaya dan antropologis membuat kita
bisa bersama membangun jembatan antara Toba dan Karo.

97
Mandok Hata @ Clubhouse

26
TAROMBO TIPIS TIPIS

23 Juli 2021

D
iskusi malam ini dipicu dari diskusi sebelumnya yang sedikit
menyinggung soal asal-usul. Bahwa ketika kita sebagai warga Dalihan
Na Tolu saling mengenalkan diri, biasanya kita akan menarik
hubungan kekerabatan dari sisi marga. Pertama kita akan mengenalkan marga
kita, kemudian mengenalkan marga ibu kita. Biasanya dari kedua marga itu akan
ketemu hubungan kekerabatan. Jika dari keduanya belum ditemukan hubungan
kekerabatan, biasanya akan ditarik ke atas lagi. Marga dari ompung masing-
masing. Selain karena kesamaan marga.

Selain daripada kesamaan marga, hubungan kekerabatan bisa juga dipicu dari
hubungan yang disebut parpadanan. Perjanjian antar marga. Yang biasanya
dijalin sejak puluhan generasi di atas kita. Selain itu ada juga hubungan
kekerabatan yang disebut marpariban. Bukan pariban dalam arti putri dari
tulang atau putra dari namboru. Namun lebih luas dari situ, pariban juga jalinan
kekerabatan antara perempuan yang satu marga. Ketika mereka sudah menikah,
biasanya suami mereka berdua juga saling menyapa pariban satu sama lain.

Ada satu rumpun marga yang terdiri dari beberapa marga. Kita ambil contoh
marga Sihombing yang terdiri dari Sihombing Silaban, Sihombing
Lumbantoruan, Sihombing Nababan dan Sihombing Hutasoit. Ternyata diantara
mereka sudah ada saling menikah. Dan ketika saling menikah, mereka akan
melepas marga induknya sehingga menjadi hanya Silaban saja, Lumbantoruan
saja dst. Yang menjadi pertanyaan, ketika menikah dan berpesta, apakah mereka
akan bingung akan hula-hulanya? Harusnya tidak. Karena masing-masing kedua
belah pihak keluarga punya hula-hula masing-masing.

98
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Soal tarombo, kita memahami


Soal tarombo, kalau nomer (generasi) kalau nomer (generasi)
mengambil peran penting dalam partuturan. mengambil peran penting
Apakah nomer yang sama, selisih satu, atau
dalam partuturan. Apakah
selisih dua akan menentukan sapaan diantara
nomer yang sama, selisih satu,
yang mereka semarga.
atau selisih dua akan
menentukan sapaan diantara yang mereka semarga. Ternyata ada yang pernah
mengalami ada penyesuaian dalam urutan nomer tersebut. Tadinya mereka
nomernya sama akhirnya menjadi selisih satu. Atau tadinya selisih satu, akhirnya
menjadi sama. hal tersebut terjadi ketika penarikan garis keturunan tidak
dimulai dari titik yang sama. misalnya untuk kasus Sihombing di atas, satu
mengambil dari Sihombing, satu lagi mengambil dari Lumbantoruan.

99
Mandok Hata @ Clubhouse

27
MARGA BATAK, CERITA DI BALIKNYA

6 Agustus 2021

C
erita dimulai dari marga Sinaga. Konon katanya di huta Urat (asal
marga Sinaga) di Palipi/Samosir ada tugu marga Sinaga yang
didampingi seekor harimau (babiat). Konon katanya pada zaman
dahulu ketika ompung marga Sinaga sedang berkelana ke hutan, bertemu dengan
seekor harimau yang sedang tersedak sesuatu di kerongkongannya. Karena
merasa kasihan kepada si harimau, raja Sinaga menawarkan bantuan namun
dengan syarat, sang harimau menerima persahabatan dari raja Sinaga. Selain itu
Sinaga juga meminta agar harimau menjaga keturunan raja Sinaga kelak. Itulah
kisah persahabatan antara sinaga dan harimau yang berkaki tiga itu. Itu juga
yang menjadi mengapa di Urat ada tugu itu. Babiat si telpang (harimau yang
pincang). Konon pula ada semacam pesan bagi keturunan Sinaga agar ketika
mereka bertemu dengan harimau, mereka bisa menitip atau mengingatkan pesan
dari ompung/leluhur itu.

Sinaga sendiri merupakan keturunan dari Si Raja Lontung. Keturunannya secara


berurutan adalah, Situmorang, Sinaga, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang,
Aritonang, dan Siregar6. Konon katanya diantara dua anak terbesar ini masih
terdapat perdebatan siapa diantara mereka yang lebih tua. Karena kebetulan
keduanya menikah dengan putri yang marpariban. Menjadi perdebatan
bagaimana menarik siapa yang lebih tua. Apakah dari garis keturunan bapak atau
dari garis keturunan ibu (marpariban).

Ada semacam mitos yang bilang kalau mengalami gatal-gatal, konon liur boru
Sinaga bisa menyembuhkan. Bahkan ada pengalaman dari yang sharing malam

6 Tarombo-Marga Ni Batak, Wasinton Hutagalung, Penerbit Fa. Sihardo, 1961

100
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

ini bahwa itonya atau mamanya dipercaya memiliki kebolehan untuk


menyembuhkan orang sakit. Sering dimintai tolong untuk menyembuhkan orang
lewat napuran yang dikunyahnya. Mengenai kebenarannya, wallahuallam.
Konon batu gantung yang ada di Danau Toba juga bernama Seruni boru Sinaga.
Kepada marga Sinaga juga dipesankan bahwa kalau ketemu dengan sesama
Sinaga, pantang bertanya Sinaga keturunan apa. Nanti juga akan tahu sendiri.

Toga Gultom adalah keturunan pertama dari Si Raja Sonang. Keturunan yang
lain adalah Toga Samosir, Toga Pakpahan, dan Toga Sitinjak. Konon mereka
dipesan untuk tidak boleh sada ulaon dengan marga Pandiangan. Kalau larangan
ini dilanggar akan terjadi sesuatu. Ternyata hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Karena sudah sering terjadi ketika mereka berada dalam satu ulaon atau
misalnya Sampagul berpesta dan kateringnya disediakan marga Pandaingan,
tidak terjadi apa-apa. Namun ternyata hal ini tidak berlaku untuk boru
Pandiangan. Karena ternyata boru Pandiangan merupakan boru kesayangan dari
keturunan si Raja Sonang.

Ada satu cerita dari Parsadaan Nai Ambaton (Parna) bahwa ada satu marga yaitu
marga Sidabukke yang dikeluarkan dari Parna karena menikah dengan sesama
marga Parna (marga Napitu).

Dari marga Simanjuntak ada cerita juga. Tuan Somanimbil mempunyai tiga
orang anak, Somba Debata (Siahaan), Raja Marsundung (Simanjuntak), dan
Tuan Maruji (Hutagaol). Raja Marsundung mempunyai istri pertama boru
Hasibuan. Dari isteri pertama ini lahirlah satu orang anak yaitu Raja Parsuratan.
Beberapa tahun setelah boru Hasibuan meninggal, Raja Marsundung mengambil
isteri boru Sihotang. Dengan demikian Raja Parsuratan memiliki ibu tiri
(panoroni). Dan memiliki saudara tiri, yang bernama Raja Mardaup, Raja
Sitombuk, Raja Hutabulu.

Karena kondisi seperti itu, hubungan antara Raja Parsuratan dan ibu tirinya
kurang harmonis. Hal ini dapat dimaklumi karena di orang Batak, antara anak
tiri dengan ibu tirinya sering tidak ada kecocokan/kerukunan, juga karena si

101
Mandok Hata @ Clubhouse

Bapak selalu lebih memihak kepada isteri keduanya. Ketidakcocokan ini menjadi
semacam kisah klasik yang ada di marga Batak.

Ternyata di lingkungan orang Batak ada agama ‘asli’ yang disebut dengan Malim.
Penganutnya disebut Parmalim. Mereka menganut kepercayaan animisme.
Pusat penyebaran mereka di daerah Huta ginjang di daerah Laguboti. Ada yang
bilang juga kalau mereka ini meneruskan apa yang diwariskan oleh dinasti
Sisingamangaraja. Mereka juga punya bendera dengan tiga warna yaitu merah,
hitam dan putih. Konon ketiga warna ini mewakili tiga dunia yang dipercaya
mereka. Warna putih mewakili banua ginjang (atas), merah mewakili banua
tonga (tengah), dan warna hitam mewakili banua toru (bawah).

Parmalim juga menjaga kearifan lokal seperti selalu jujur atau menjaga
kelestarian alam. Sampai ada satu joke yang bilang kalau di kampung mereka ada
yang kehilangan, bisa dipastikan kalau pelakunya adalah pihak luar. Bukan dari
kalangan mereka. Parmalim juga memiliki hari besar yaitu hari Sabtu. Dimana
mereka biasanya melakukan ritual keagamaan mereka.

Untuk saudara kita dari daerah Karo, parmalim ini dikenal dengan istilah
perbegu (aliran kepercayaan). Yang masih mempercayai adanya roh. Sementara
pasangannya disebut dengan Permena yang masih lekat dengan agama. Ada
beberapa cerita/mitos dari bang Seiko yang bermarga Pinem Perangin-angin
yang masih merupakan keturunan si Raja Lontung. Namun lebih pada
kepercayaan yang terkait dengan kepercayaan. Tidak terkait dengan marga.

Cerita marga Sibarani lain lagi. Diantara mereka belum ada kesepakatan siapa
yang lebih tua siapa yang lebih muda. Konon hal tersebutlah yang menyebabkan
marga Sibarani tidak memiliki tugu sampai sekarang.

Untuk keturunan Silahisabungan, seperti marga Silalahi, Sihaloho, Sinurat,


Dolok Saribu, Sipayung, Sipangkar, Nadapdap sampai Tambunan yang paling
kecil ada satu pesan orang tua yang disebut dengan Poda Sagu Marlangan.
Disebut poda karena inilah pesan Raja Silahisabungan kepada delapan anak dan
keturunannya. Selengkapnya, berbunyi sebagai berikut:

102
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

1. Ingkon masihaholongan ma hamu sama hamu ro di pomparanmu, sisada


anak sisada boru na so tupa masiolian, tarlumobi pomparanmu na pitu
dohot pomparan ni si raja tambun on.

2. Ingkon humolong roha mu na pitu dohot pomparanmu tu boru pomparan


ni anggimu si raja tambun on, suwang songon i nang ho raja tambun dohot
pomparanmu inkon humolong roham di boru pomparan ni haham na pitu
on.

3. Tongka dohononmu na ualu na so saama saina hamu tu pudian ni ari.

4. Tongka pungkaon bada manang salisi tu ari na naeng ro

5. Molo adong parbadaan manang parsalisihan di hamu, ingkon sian tonga –


tongamu masi tapi tola , sibahen umum na tingkos na sojadi mardinkan,
jala na so tupa halak na hasing pasaehon.

Informasi tambahan dari ompung google:

Mengenai Parmalim :

https://www.kompas.com/tag/parmalim

Mengenai Simanjuntak :

https://marsundung-simanjuntak.blogspot.com/2008/03/cerita-tentang-konflik-turunan-
raja.html

Mengenai Boru Natumandi :

https://ceritarakyatbatak.blogspot.com/2015/03/si-boru-natumandi.html

103
Mandok Hata @ Clubhouse

28
ANAK SULUNG, SI JUJUNG BARINGIN?

10 Agustus 2021

M
ungkin kita sering mendengar lagu Poda ciptaan Togar
Tampubolon? Lagu yang judulnya bermakna nasihat tersebut,
adalah harapan orang tua kepada anak tertuanya. Ada sepenggal
lirik dari lagu tersebut yang berbunyi, “ai damang do si jujung baringin, di ahu
amang mon”. Apa sebenarnya makna dibalik si jujung baringin ini?

Masih belum ketemu makna sebenarnya dari si jujung baringin ini. Apakah
‘hanya’ disematkan kepada anak pertama yang laki-laki atau juga bisa
disematkan kepada anak laki-laki tertua (bukan panggoaran, karena diatasnya
ada anak perempuan). Baringin atau beringin sendiri memiliki makna khusus
buat orang Indonesia termasuk orang Batak. Karena ketika orang tua sudah
mencapai taraf Saur Matua, biasanya ada perangkat adat yang digunakan dalam
pesta adatnya yang dsebut sijagaron. Isi dari sijagaron ini yang diletakkan di
dalam ampang, termasuk tangkai beringin. Sijagaron ini akan dibawa oleh
parumaen (menantu) tertua. Mungkin itu asal muasalnya, kenapa si jujung
baringin dianggap sebagai mereka yang terdepan.

Kamus Batak Indonesia karangan J.P. Sarumpaet, M.A. menulis lema baringin sebagai berikut:
baringin, hau ara baringin 1 beringin (ficus benjamina); 2 (kiasan) lambang kekuatan dan
kemandirian: manjujung baringin berarti merdeka; berdiri sendiri; mandiri;
parbaringin 1 datu; ahli nujum; 2 pemimpin rohani dan adat yang dahulu diangkat oleh Raja
Sisingamangaraja dalam masyarakat Batak dan merupakan tempat bertanya mengenai adat
istiadat dan ritus lama.

104
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Jika kita mengacu pada pemahaman kamus di atas, mungkin si jujung baringin
ini lebih dekat dengan pengertian parbaringin. Dalam arti pemimpin. Sehingga
memang pas dilekatkan pada posisi sebagai anak sulung.

Bagaimana posisi si jujung baringin (anak sulung ini) ini?. Khususnya untuk laki-
laki, ternyata mereka punya ‘beban’ besar. Baik dalam keluarga maupun dalam
urusan adat. Sebagaimana kita ketahui, orang Batak menganut budaya
patrilinial. Anak lelaki akan membawa dan meneruskan marga keluarganya.
Selain itu sebagaimana lagu Poda tadi, anak pertama ini akan menjadi harapan
keluarga. Menjadi penanggung jawab bagi keluarganya ketika misalnya ayah
sudah tiada. Menjadi pembuka jalan dan ‘penunjuk arah’ bagi adik-adiknya.

Dalam urusan adat, seringkali anak sulung diberi beban untuk selalu hadir di
pesta adat. Merekalah yang berada pada ranking pertama untuk hadir.
Sementara anak-anak lain, masih punya alasan untuk absen. Untuk anak laki-
laki, beban itu kadang terbawa ketika memilih pasangan. Karena ada beban
untuk memilih istri yang bisa mengayomi adik-adiknya.

Dalam diskusi malam ini, diskusi kita tidak dibatasi pada anak sulung laki-laki.
Ternyata boru panggoaran, anak perempuan yang sulung juga punya beban
sama, meskipun tidak sebanyak pada laki-laki. Mereka juga harus menjadi
contoh buat adik-adiknya. Apalagi kalau perempuan ditambah juga harus bisa
mengerjakan pekerjaan domestik seperti memasak misalnya.

Apakah dengan posisi anak sulung, mereka mendapat privilese atau hak istimewa
atau malah menjadi beban? Pendapat terbagi. Masih fifty : fifty. Ada yang masih
menganggap sebagai beban. Namun lambat laun, hal tersebut sudah tidak
dianggap beban lagi. Belum lagi oleh adik-adiknya dicemburuin karena dianggap
memiliki privilese tersebut. Bahkan ada yang menganggap cenderung ngebossy
menunjukkan kuasanya. Dianggap beban karena harus memberi contoh, menjadi
panutan dan idola buat adik-adiknya.

Namun hampir semua sepakat kalau anak sulung itu menjadi pembawa sukacita
bagi keluarga. Hal tersebut tidaklah mengherankan. Karena dialah yang

105
Mandok Hata @ Clubhouse

‘membuka jalan’ dalam mencapai salah satu dari cita-cita orang Batak,
Hagabeon. Menjadi kebanggan apakah hanya bagi ompung saja dan tidak bagi
orang tua? Enggak juga. Ada yang bilang, orang Batak itu (khususnya laki-laki)
punya tiga nama selama hidupnya. Pertama ketika masih lajang dia akan
dipanggil dengan nama kecilnya, ketika telah menikah dan mempunyai anak, dia
akan dipanggil sebagai Ama ni …(sesuai nama anak sulung). Ketika sudah
memiliki cucu, namanya akan berganti lagi menjadi Ompung ni…. (atau Ompung
Ni si… untuk cucu dari perempuan). Banyak yang bilang, ompung akan lebih
sayang kepada cucunya daripada ke anak sendiri.

Apakah yang dialami oleh anak sulung sejak dia kecil hingga dewasa akan
diterapkan ketika dia telah berkeluarga? Hampir semua sepakat bahwa mereka
akan menerapkan apa yang telah baik yang diterima selama ini. Dengan
perbaikan pada beberapa hal yang menurut mereka menjadi ganjalan yang
mereka alami selama ini.

106
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

29
DILEMAKU, MENIKAH DENGAN BATAK ATAU
TIDAK

13 Agustus 2021

B
erada di tengah masyarakat yang majemuk membuat ruang interaksi
pemuda-pemudi Batak semakin luas. Pertemuan dan pergaulan antar
suku kerap terjadi. Hal tersebut sering menjadi dilema, ketika dikaitkan
dengan keresahan terbesar anak muda Batak soal pernikahan. Pilihan yang
dihadapi, apakah harus menikah dengan orang Batak (warga Dalihan Na Tolu)
untuk mempertahankan adat Batak atau dengan non Batak?.

Sebagaimana yang pernah kita diskusikan, orang tua menjadi pertimbangan


pertama anak muda Batak dalam memilih pasangan. Apalagi untuk orang tua
yang cukup aktif dalam kegiatan adat, keinginan untuk menikah sesama Batak
akan semakin kuat. Karena ada harapan mereka agar aktivitas mereka dalam
adat dapat diimbangi oleh besannya. Akan lebih klop ketika kedua keluarga
ternyata aktif dalam adat. Satu frekuensi katanya. Ada juga cerita ketika orang
tuanya tidak terlalu aktif dalam adat, bahkan ketika dahulu menikah dan memilih
cara mangalua (dalam arti tidak langsung melaksanakan pesta unjuk) dan diadati
pada saat setelah punya keturunan, keinginan orang tua untuk memiliki menantu
sesama Batak tidak segitu besarnya. Selain itu, menikah dengan sesama Batak
juga ternyata memberi peluang untuk bertambahnya atau melebarnya
partuturan secara Dalihan Na Tolu (DNT). Karena tulang kita akan bertambah,
misalnya.

Selain itu, posisi sebagai anak sulung juga sering menjadi alasan kenapa orang
tua berkeinginan agar menantunya adalah warga DNT juga. Harapan itu bukan
hanya diletakkan pada anak laki sebagai penerus marga. Ternyata dialami juga

107
Mandok Hata @ Clubhouse

oleh anak perempuan (boru panggoaran). Dengan alasan yang yang sama. Bahwa
dia harus menjadi ‘imam’ bagi pasangannya. Yang akan membimbing untuk
‘masuk’ ke dalam budaya (adat) Batak. Meskipun dari pengalaman beberapa
teman, warga non DNT ketika menikah dengan warga DNT, malah tidak
menemui kesulitan untuk menyamakan frekuensi. Karena ternyata mereka
memiliki kerendahan hati, dengan diajari dan diberi pemahaman, mereka juga
bisa untuk menyesuaikan diri dengan adat Batak. Bahkan bukan tidak mungkin
pasangan yang bukan berasal dari warga DNT, justru yang lebih getol dalam
urusan adat atau marsaor dengan keluarga. Apalagi ada pengalaman, pasangan
bukan DNT tidak menjadi jaminan dia akan peduli dengan budaya Batak.

Ada yang sharing bahwa mereka sejak dini sudah diingatkan (diinstruksikan?)
untuk menikah dengan sesama warga DNT. Untuk kondisi begini, ketika dia
menjalin hubungan dengan warga non DNT akhirnya menjalin hubungan yang
mungkin dikatakan backstreet. Kalau sekadar pacaran atau menjalin hubungan
lebih dari sekadar teman masih oke. Namun ketika hendak dibawa ke taraf serius
untuk kemudian dikenalkan kepada orang tua, nanti dulu. Karena dia yakin
ketika dia mengenalkan kepada keluarga, hampir pasti akan mendapat
penolakan.

Lalu apakah ketika anak muda Batak menjalin hubungan dengan bukan warga
DNT harus membatasi diri dan tidak mau memulai? Sebaiknya sih jangan.
Karena toh tidak ada ruginya menjalin hubungan untuk kemudian saling
mengenal. Tidak menjadi penghalang dan membatasi diri sedemikian rupa. Toh
menjalin hubungan dengan bukan warga DNT bukanlah bentuk kerugian.
Bahkan ketika akhirnya memilih menikah dengan pasangan yang bukan warga
DNT, proses adat masih bisa dilakoni. Meskipun agak sedikit lebih panjang.
Karena ada proses mangain yang perlu dijalani sebelum prosesi menuju
pernikahan secara adat dilakoni. Yang penting adalah menjalin komunikasi
dengan baik dengan orang tua. Ketika kita membicarakan dengan baik dan
menyampaikan niat kita apa adanya tanpa ada upaya untuk menekan atau

108
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

memaksakan kehendak semata, bukan tidak mungkin orang tua juga akan
memahami keinginan kita.

Ada juga yang sharing bahwa mereka tidak terlalu ngoyo dengan menikah sesama
Batak. Karena mereka yakin sebenarnya jodoh itu di tangan Tuhan. Semua
menjadi misteri. Jalani saja dulu, toh nanti siapa jodohnya akan dipertemukan
sendiri. Berharap boleh, masalah nanti akan terjadi sesuai dengan harapan,
kembali pada sang pemberi hidup. Kalau dihubungkan dengan harapan orang
tua, jika belum bisa membanggakan orang tua, setidaknya jangan mengecewakan
mereka.

Sebagaimana biasa kalau Pilihlah pasangan yang menurutmu,


berdiskusi soal perjodohan,
dengannya kamu siap untuk menjalani hari-
soal pernikahan, ruang
harimu ke depan.
bicara Mandok Hata, selalu
ramai. Soal Batak non Yang bisa menerima dirimu dan keluargamu
Batak, soal semarga atau apa adanya
tidak menjadi pertimbangan. Namun katanya soal itu bukanlah pemisah paling
besar. Karena konon katanya LDR paling jauh bukan soal jarak, suku, maupun
status soasial ekonomi. Namun soal agama. Karena ada orang tua yang berpesan
dan anak muda yang memegang prinsip, tidak masalah beda suku sepanjang
seiman. Pilihlah pasangan yang menurutmu dengannya kamu siap untuk
menjalani hari-harimu ke depan. Yang bisa menerima dirimu dan keluargamu
apa adanya.

Ketika kita membicarakan soal perjodohan ini dengan baik dan


menyampaikan niat kita apa adanya kepada orang tua tanpa ada upaya
untuk menekan atau memaksakan kehendak semata, bukan tidak mungkin
orang tua juga akan memahami keinginan kita.

Pada akhirnya kebahagiaan yang ingin dicapai dalam membantuk rumah tangga,
bukanlah soal sesuku atau seagama. Menikah dengan sesama Batak atau
menikah bukan dengan sesama Batak, bukanlah jaminan akan memperoleh
kebahagiaan. Karena bagaimanapun semuanya kembali pada kedua orang yang

109
Mandok Hata @ Clubhouse

membentuk keluarga itu. Karena merekalah yang nanti akan menjalani rumah
tangga yang harapannya ketika dibentuk, bukan hanya untuk satu windu, satu
dekade semata. Tapi untuk selamanya.

110
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

30
AMAK DO RERE, ANAK DO BERE. MEMBACA
HUBUNGAN TULANG DAN BERE

20 Agustus 2021

A
da semacam kebiasaan dalam keluarga Batak (mungkin juga keluarga
dari suku lain) yang memperlihatkan bahwa hubungan satu keluarga
dengan keluarga pihak keluarga ibu, lebih akrab daripada hubungan
dengan pihak bapak. Kondisi ini mau tidak mau akan berujung pada hubungan
kita dengan dengan tulang dibandingkan hubungan dengan bapa tua, bapa uda
atau namboru dari pihak bapak.

Tulang adalah sapaan kekerabatan


kita dengan saudara lelaki dari ibu. Tulang adalah sapaan kekerabatan kita
dengan saudara lelaki dari ibu.
Pengertian saudara disini tidak
hanya dalam pemahaman saudara
kandung (satu ibu). Bisa juga melebar kepada saudara sepupu (satu ompung).
Ditarik lebih jauh lagi, dalam perjalanannya bisa ditarik satu atau dua generasi
ke atas. Hubungan atau sapaan tulang juga melebar seturut hubungan itu. Kita
juga menyapa tulang kepada saudara lelaki dari ompung boru (ibu dari orang
tua) kita, baik dari pihak bapak maupun ibu.

Kenapa Tulang menjadi penting?


Somba marhula-hula, manat mardongan
tubu, elek marboru Hal tersebut tidak terlepas dari
prinsip Dalihan Na Tolu yang
somba marhula-hula. Tulang adalah bagian dari hula-hula. Seorang pria Batak
yang telah menikah berhula-hulakan mertua dan ito dari istrinya. Demikian juga
seorang wanita Batak, berhula-hulakan bapak dan itonya. Peran mereka cukup
penting dalam pesta adat Batak. terutama dalam pesta adat pamungkas dalam

111
Mandok Hata @ Clubhouse

acara kematian. Hula-hula yang akan menutup batang (peti mati). Untuk yang
terakhir ini, biasanya akan memunculkan istilah tulang ni na mate, karena ketika
terjadi kemalangan, pihak keluarga akan pontang panting mencari tulang dari
yang meninggal. Pentingnya peran dalam adat ini, seharusnya tidak menafikan
prinsip somba marhula-hula, manat mar dongan tubu, dan elek marboru dalam
keseharian. Bukan hanya dalam pesta adat Batak saja.

Melihat posisi tulang yang bagian dari hula-hula yang harus kita hormati,
ternyata hal tersebut tidak membatasi hubungan tulang dan bere menjadi kaku.
Bahkan bisa sangat akrab. Apalagi jika ternyata jarak usia tulang dan bere ini
tidak terlalu jauh. Mereka bisa nongkrong bareng, belajar bareng atau curhat
bareng sampai masalah personal seperti perjodohan misalnya. Tidak jarang
akhirnya mengambil posisi seperti orang tua yang melahirkan. Mungkin
implementasi dari umpasa ‘amak do rere, anak do bere’.

Namun ternyata tidak semua mengalami kedekatan seperti itu. Ternyata ada juga
yang mengalami sebaliknya. Menarik ketika kita punya orang tua yang bukan
orang Batak dan akhirnya menjadi warga Dalihan Na Tolu dengan proses
mangain (mengangkat anak secara adat). Ada yang mengalami kedekatan itu
tidaklah sedekat mereka yang ‘asli’ warga DNT dari awalnya. Padahal seharusnya
ketika diain, secara adat seseorang itu sudah sah menjadi keluarga (warga DNT).
Ada juga yang mengalami kedekatan itu tidak terjadi ketika yang mereka yang
bersaudara terpisah jarak dalam pengertian tempat tinggal. Satu di Sumatera
satunya di Jawa misalnya. Jarak itu akhirnya membuat kedekatan tidak terjadi.

Apakah jarak itu diturunkan oleh orang tua kita? Mungkin sudah biasa,
hubungan persaudaran antar keluarga tidaklah selalu mulus atau mesra. Hal
tersebut juga mungkin berimbas pada hubungan kepada anak anaknya. Kalau
hubungan antara yang mariboto tidak mesra, bisa jadi hubungan antar Tulang
dan bere juga tidak mesra. Ketika ibu tidak dekat dengan ibotonya, secara
otomatis kita pun tidak dekat dengan tulang kita. dan bisa jadi sebaliknya, Tulang
juga tidak dekat dengan kita. karena dengan itonya dia juga tidak dekat.

112
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Dalam hubungan dengan tulang ini ada istilah yang mungkin jarang kita dengar.
Kalau bere adalah sebutan untuk putra atau putri dari saudara perempuan.
Tulang akan memanggil bere kepada putra atau putri itonya. Selain itu kita juga
mungkin pernah mendengar istilah ibebere. Berbeda dengan bere, ibebere7
adalah suami dari bere perempuan. Anak-anaknya pun akan masuk pada
golongan ibeere. Namun ibebere bukanlah kata sapaan atau panggilan,
melainkan hanya istilah yang menyatakan satu golongan fungsional masyarakat
Batak.

Dalam konteks pesta adat, mungkin yang paling sering kita hadapi adalah pesta
unjuk. Dalam sebuah pesta unjuk biasanya ada rombongan hula-hula yang yang
terdiri dari beberapa tingkatan sebagai berikut. Perlu diingat bahwa sapaan ini
ditarik dari garis pria yang berpesta (orang tua dari pengantin).

Hula-Hula Marga dari istri


Tulang Marga dari Ibu
Bona Tulang Marga dari Ompung
Tulang Rorobot Marga dari Mertua (Tulang dari istri)

Untuk hula-hula ini, terutama mungkin Bona Tulang atau Tulang Rorobot karena
sudah di level atas, ketika tulang kandung sudah tiada biasanya yang hadir adalah
keturunannya.

Selain yang ‘wajib’ itu, rombongan hula-hula ini akan melebar sampai yang
disebut dengan Hula-Hula Na Marhaha Maranggi yang merupakan hula-hula
dari yang abang atau adik yang berpesta. Paling akhir adalah Hula-Hula Anak
Manjae. Biasanya hula-hula dari level anak yang berpesta.

7 Kamus Budaya Batak Toba, M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, Balai Pustaka, Jakarta, 1987

113
Mandok Hata @ Clubhouse

31
HARTA DAN WARISAN DALAM ADAT BATAK

27 Agustus 2021

H
ukum adat sering berbeda dengan hukum negara. Dalam adat Batak,
yang berhak mendapat warisan adalah anak lelaki. Tidak dengan anak
perempuan. Namun dalam perkembangannya ternyata terdapat
perubahan seiring perkembangan zaman.

Warisan8 berarti sesuatu yang diwariskan, seperti harta; nama baik; harta
pusaka. Lazimnya, warisan berhubungan dengan sesuatu yang ditinggalkan oleh
orang tua (ketika sudah tiada) kepada keturunannya. Dalam adat Batak, ada
istilah yang berhubungan dengan warisan ini yang disebut tadingtadingan atau
tean-teanan. Warisan untuk leluhur kita zaman dahulu biasanya terdiri dari
tanah, serta kekayaan yang lain seperti rumah, sopo (lumbung padi), ternak,
pepohonan, barang bergerak, serta utang piutang (singir). Itu sebabnya kalau
kita perhatikan ketika ada acara adat orang meninggal terutama seorang Bapak,
pihak keluarga juga mengingatkan soal utang piutang ini di depan loloan
(khalayak). karena ada umpasa Batak yang berbunyi, “niarit tarugi pora-pora,
molo tinean uli, teanon dohot gora”. Yang kurang lebih berarti, jika berharap
warisan, jangan hanya hartanya saja. Juga utang yang ditinggalkan orang tua,
harus diselesaikan.

Niarit tarugi pora-pora. Molo tinean uli, teanon dohot gora

8Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

114
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Mengingat orang Batak menganut prinsip patrilineal yang garis keturunannya


mengikuti jalur laki-laki, soal warisan ini bagi orang Batak lebih condong
diberikan kepada anak laki-laki. Yang pertama kalau kita bicara bukan hanya
harta, adalah soal marga. Bagi orang Batak, yang membawa marga kepada
keturunan selanjutnya adalah laki-laki. Kemungkinan hal tersebut disebabkan
karena kondisi geografis pada zaman dahulu dimana satu keluarga yang
biasanya dalam satu klan marga, berdiam dan menguasai satu daerah
(kampung) tertentu. Ketika anak lelaki satu keluarga menikah, istrinya hampir
pasti berasal dari kampung lain karena berasal dari marga lain. Karena berasal
dari marga lain, dan merupakan ‘pendatang’ di kampung itu, si istri dianggap
tidak berhak atas warisan. Apa yang hendak dijaga adalah ketika sang suami
tiada terlebih dahulu, apa yang diturunkan oleh orang tua (leluhur) suami tidak
‘dikuasai’ oleh marga lain. Dari sisi anak perempuan, satu saat ketika mereka
menikah, mereka akan keluar dari kampung dan mengikut ke kampung
suaminya dan kemungkinan tidak menetap lagi di kampung itu.

Itu sebabnya pada zaman dahulu ketika seorang pria menikah dan memiliki
keturunan hanya perempuan, prioritas pertama yang berhak atas kekayaannya
adalah saudara lelakinya sekandung satu bapak. Jika dia tidak memiliki saudara
kandung, hak untuk mendapat warisannya akan ditarik dalam satu garis
keturunan ke atas dari tingkat ompung. Demikian seterusnya.

Namun apakah sebenarnya anak perempuan tidak berhak sama sekali atas
peninggalan orang tuanya? Ternyata engga juga. Ada ‘jalan’ yang tersedia bagi
anak perempuan untuk bisa ‘menikmati’ harta/peninggalan dari orang tuanya.
Ada yang disebut dengan Pauseang. Pauseang berasal dari kata seang yang
berarti sayang sehingga pauseang berarti pemberian sebagai tanda kasih sayang.
Pauseang ini biasanya berupa sebidang tanah dan sawah. Merupakan
pembagian tertinggi secara adat dari orang tua (hula-hula) kepada borunya.
Sering juga disebut sebagai ulos na so ra buruk (ulos yang tidak pernah usang).
Proses pemberian pauseang bisa terjadi ketika:

115
Mandok Hata @ Clubhouse

1. Pada saat upacara pernikahan putri. Diberikan kepada menantu atau


putrinya;

2. Ketika satu keluarga paebathon putra/putri kepada keluarganya. Paebathon


merupakan turunan dari kata mebat9 yang berasal dari kata dasar ebat yang
berarti kunjungan. Paebathon adalah proses membawa anak kepada orang
tua kita. Ada semacam kebiasaan bagi orang Batak ketika mereka telah diberi
keturunan, anak buha bajunya (anak sulung) ompung suhut (dari pihak laki)
atau ompung bao (dari pihak perempuan).

3. Dalam proses ini biasanya entah diminta oleh anak atau orang tua
memberikan, pauseang ini diberikan;

4. Atas permintaan putri dan menantu, seandainya kondisi memungkinkan,


pauseang diberikan mertua kepada cucu lak-laki yang sulung. Sering juga
diberikan istilah indahan arian ni pahompu (makan siang cucu).

Bagi anak lelaki, ada juga istilah untuk pembagian harta atau warisan dari orang
tua yang disebut dengan Panjaean. Panjaean zaman dulu bisa berupa sebidang
tanah yang diberikan orang tua kepada putranya yang telah menikah dan
manjae (berdiri sendiri). Tujuannya adalah untuk modal awal untuk
menghidupi sendiri keluarganya. Untuk mencari nafkah. Mungkin untuk
kondisi kekinian bisa dalam bentuk lain sesuai perkembangan zaman. Selain itu
ada istilah Tano Parbagian. Untuk ini biasanya berupa sebidang tanah yang
diwarisi oleh seorang putra dari orang tuanya yang telah meninggal.
Berdasarkan kebiasaan, tanah milik seorang tua yang meninggal dibagikan
kepada putra-putranya secara adil.

Ketika dihubungkan dengan urutan anak, leluhur kita memiliki kebiasaan dalam
mambagi harta kepada keturunannya. Untuk anak sulung biasanya diberikan
sopo atau lumbung padi. Sementara bagian untuk anak bungsu adalah rumah
yang ditinggali oleh orang tua tersebut. Karena harapannya ketika abang

9 Kamus Budaya Batak Toba, M.A. Marbun dan I.M.T Hutapea, Balai Pustaka, 1987

116
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

kakaknya telah menikah, si bungsu atau siampudanlah yang akan merawat


orang tuanya pada sisa akhir hidupnya. Ketika misalnya diantara anak-anak
masih ada yang belum menikah dan masih tinggal di rumah sama, si anak
bungsu akan mendapat keistimewaan menempati kamar utama rumah tersebut.

Kalau kita bicara mengenai kebiasaan leluhur orang Batak, konon katanya ada
harta atau warisan yang tidak bisa dibagi, yaitu:

1. Golat, yang adalah tanah marga yang dimiliki oleh keturunan satu marga
secara bersama. Disebut juga tanah adat.

2. Jabu Silaon, rumah pertama yang didirikan leluhur pemilik tanah adat.
Disebut jabu parsaktian. Tempat dimana penghuni golat biasanya
berkumpul.

3. Homban, adalah lahan mula-mula yang diusahakan pendiri golat.

4. Tambak, adalah kuburan keluarga yang biasanya ditandai dengan adanya


pohon beringin.

Mungkin sudah terjadi sejak zaman leluhur kita sejak dahulu, sampai sekarang
soal harta ini sering menimbulkan percekcokan antar keluarga. Untuk itu
disarankan untuk diantisipasi dengan membuat semacam dokumen hukum
sebagai bukti hitam di atas putih atas apa yang akan diwariskan oleh orang tua.

Lebih bagus lagi ketika proses penulisan wasiat soal warisan ini ditindaklanjuti
dengan mengundang dan menyampaikan kepada pihak hula-hula.
Karena itu akan lebih menguatkan dari sisi adat.

Jika perlu sampai diaktakan oleh notaris. Lebih bagus lagi ketika proses
penulisan wasiat ini ditindaklanjuti dengan mengundang dan menyampaikan
kepada pihak hula-hula. Karena itu akan lebih menguatkan dari sisi adat.

Kenapa penting akta notaris? Untuk menjaga ketika terjadi perselisihan hukum,
dokumen ini diperlukan di depan pengadilan, ketika soal warisan ini dibawa ke

117
Mandok Hata @ Clubhouse

ranah perdata. Hukum perdata sendiri merupakan salah satu hukum yang
membahas megenai waris ini. selain hukum adat dan hukum islam. Namun
berbeda dengan hukum adat yang leih kuat kepada anak lelaki, hukum perdata
dan hukum islam lebih fair melihat gender ini. selain itu juga, hukum Indonesia
mengenal waris ini dari sisi hubungan darah. Berbeda dengan di luar negeri yang
sah saja seseorang mewariskan hartanya kepada mereka yang tidak memiliki
hubungan darah.

Dalam situasi kekinian, apakah pembagian harta kemudian menjadi warisan ini
tetap mengikut kepada filosofi leluhur kita zaman dulu. Mungkin sudah banyak
yang tidak mengikuti lagi. Karena toh sekarang harta yang akan diwariskan tidak
lagi dalam bentuk tanah atau bagian dari kampung. Sudah berbentuk kekinian
seperti apartemen atau saham misalnya.

Sebagai anak, bagaimana sebenarnya kita harus menyikapi? Ada yang bilang
bahwa warisan yang paling berharga dari orang tua adalah kasih sayang mereka.
Termasuk menyekolahkan (pendidikan) dan menyiapkan kita anak-anaknya.
Selain itu juga ada yang berpendapat kalau tidak terlalu memusingkan mengenai
warisan ini. Karena toh mereka sudah mampu untuk mencari nafkah dan
mengumpulkan harga buat dirinya sendiri. Ngapain ngeributin apa yang dicari
oleh orang tuanya?.

tadingtadingan10 1 peninggalan; warisan 2 anak-anak yang masih kecil ketika


orang tuanya meninggal

10 Kamus Batak Indonesia, J.P. Sarumpaet, M.A., Penerbit Erlangga, 1995

118
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

Mereka yang setiap Senin dan Kamis berembuk menentukan tema


diskusi berikutnya

ANGKA PARHOBAS

119
Mandok Hata @ Clubhouse

NA MANGHOBASI

A m e l ia Na b a b a n
Horas! Menurutku Batak itu keren banget, aku
bangga menjadi orang Batak karena kaya akan seni
dan budaya. Bahkan cara mereka menerima keluarga
selalu hangat. Waktu awal dibentuk Club Mandok
Hata, aku semangat banget belajar tentang adat
batak, partuturan, dll. Aku sudah sejak lahir di
Jakarta, jadi belum banyak tahu tentang adat Batak
bahkan tidak lancar berbahasa Batak. Tapi aku
bersyukur bisa bertemu Club Mandok Hata, aku
banyak belajar dan jadi tahu tentang adat Batak. Awal
join aku berdoa agar siapapun anak muda Batak yang
datang di Club Mandok Hata ini bisa saling
merangkul, dan memberikan kontribusi untuk
melestarikan budaya Batak.
Terimakasih untuk semua yang sudah berpartisipasi dalam sharing, diskusi di Room
Mandok Hata. Harapanku, semoga Mandok Hata bisa saling merangkul dalam Dalihan
Na Tolu untuk terus mencintai dan bangga menjadi orang Batak serta menjaga dan
melestarikan budaya Batak.

N i ch o la s P a s a r ib u
Impian yang besar dimulai dari satu
langkah kecil. Mendirikan club Mandok
Hata di Clubhouse adalah langkah kecil
kami untuk menjaga eksistensi budaya
Batak dan agar semakin dicintai oleh para
pewaris budaya. Ya, kita, milenial.
Clubhouse Mandok Hata tidak berhenti
melangkah, seiiring bertambah jumlah
member, kita harap mimpi besar dapat
semakin terwujud, budaya batak
terlestarikan dan dicintai semua orang!

120
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

A n ge lin a P a s a r ib u
Batak menurutku adalah suku yang
sangat unik, tradisi yang mengandung
banyak makna. Rasa persaudaraan dan
tolong menolong yang kuat antar orang
Batak sudah diakui masyarakat banyak.
Sebagai generasi muda, saya berharap
teman-teman semua mau bersama-
sama melestarikan adat istiadat yang
nenek moyang kita turunkan dan
Tuhan karuniakan. Melalui Mandok
Hata, saya berharap ini dapat menjadi
wadah untuk kita semua semakin
bangga dan melestarikan adat batak.
Horas di hita saluhutna.
Oh ya jangan lupa untuk “Mencari yang
serius untuk diajak bercanda seumur
hidup”!
M a r co s S ib a r a n i
Pertama kali mencoba Clubhouse, saya
menggunakan akun anonim karena
memang itu yang biasa saya lakukan.
Saya terkesan ketika mendengarkan
percakapan di room Mandok Hata, ada
sekumpulan halak hita yang berdiskusi
tentang adat-istiadat yang jarang saya
temui di media sosial lain. Sejak saat itu
sayapun menonjolkan identitas Batak
saya. Darah Batak memang seperti
magnet yg mendekatkan satu sama lain,
di manapun kita berada.
Adat-istiadat dan budaya Batak adalah
warisan yang sangat berharga dari
leluhur, yang harus kita jaga dan
lestarikan. Namun nilai-nilai yang
diajarkan oleh Batak, setinggi apapun
kita pelajari, tidak akan terasa
bermanfaat sebelum kita
mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari.

121
Mandok Hata @ Clubhouse

Y ud a P a n j a it a n
Mandok Hata adalah salah satu pelopor
punguan virtual halak hita di
Clubhouse. Satu hal yang menjadi ciri
khasnya adalah diskusi yang terukur
dengan tema-tema yang relevan dengan
kehidupan anak muda Batak. Dalam
perkembangannya, Mandok Hata telah
bertumbuh menjadi referensi kekinian
bagi jiwa-jiwa muda Batak yang rindu
untuk lebih mengenal dan mendalami
budaya, adat istiadat Batak. Tak hanya
untuk belajar bersama, Punguan
Mandok Hata pun menjadi medium
bertumbuh, berinteraksi sebagai
sebuah keluarga, berbagi keluh kesah,
dan juga meresapi makna.
Bahkan sekarang pun bertransformasi jadi ajang mencari cuan bersama.
Sebuah punguan Batak yang modern, tapi tak tercerabut dari akar budayanya.

H out m a n d P S a r a g ih
Orang Batak yang sempat
'murtad', lalu bertobat untuk
belajar banyak hal tentang budaya
Batak

122
Anak Muda Batak Mendiskusikan Budayanya

G o k la s T a m b un a n
Sejak awal sudah dikenalkan dengan
budaya Batak. Setelah terjun langsung
karena keadaan memaksa, mau gak
mau harus lebih banyak belajar lagi.
Semakin hari semakin mencintai dan
bangga menjadi Batak. Namun ternyata
tidak bisa berhenti sampai taraf cinta
dan bangga saja. Harus ditularkan
kepada yang lain terutama generasi
yang lebih muda. Dengan demikian
terpacu untuk terus belajar dan
menggali lagi mengenai habatahon.

123

Anda mungkin juga menyukai