Anda di halaman 1dari 2

teori penerimaan diri :

- Menurut Chaplin (2004), penerimaan diri adalah sikap pada dasarnya merasa puas
dengan diri sendiri, kualitas-kualitas, bakat-bakat sendiri dan pengakuan akan
keterbatasan-keterbatasan diri.
- Menurut Hurlock (2006), penerimaan diri adalah suatu tingkat kemampuan dan
keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang
dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan
dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga
individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
- Menurut Schultz (1991), penerimaan diri adalah menerima semua segi yang ada pada
dirinya, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan serta tidak
menyerah kepada kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut.
- Menurut Germer (2009), penerimaan diri sebagai kemampuan individu untuk dapat
memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa dirinya yang sebenar-benarnya, dan
hal ini tidak dapat muncul dengan sendirinya, melainkan harus dikembangkan oleh
individu.
- Menurut Cronbach (1963), penerimaan diri adalah sejauh mana individu dapat
menyadari, memahami karakteristik yang ada pada dirinya dan menggunakannya
dalam menjalani kelangsungan hidup. Sikap penerimaan diri ini ditunjukkan dengan
mengakui kelebihan-kelebihan serta menerima kelemahan-kelemahannya yang ada
pada dirinya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan yang terus
untuk mengembangkan diri.

Teori self care :


Perawatan kaki adalah kegiatan penting yang harus dilakukan oleh penderita DM
untuk merawat kaki dengan tujuan mengurangi risiko ulkus kaki. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam merawat kaki adalah bahwa penderita DM harus memeriksa kondisi kaki
setiap hari, mencuci kaki dengan bersih dan mengeringkannya dengan kain, memeriksa dan
memotong kuku kaki secara teratur, memilih alas kaki yang nyaman dan memeriksa bagian-
bagiannya saat akan digunakan (Safitri, 2016). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi self
care yaitu:
Salah satuny adalah aspek emosional :
Teori Bandura (1997) yang mengatakan bahwa self-effi cacy sebagai suatu kepercayaan diri
seseorang tentang kemampuannya dalam melakukan aktivitas tertentu yang akan berpengaruh
terhadap kehidupannya. Self effi cacy akan menentukan bagaimana seseorang merasa,
berpikir, dan memotivasi dirinya. Self effi cacy mempengaruhi pengelolaan hambatan dalam
bertindak, sehingga semakin tinggi effi cacy akan menurunkan persepsi adanya hambatan
untuk melakukan tindakan.
Masalah emosional pada penderita DM berupa stres, kecemasan tentang penyakit dan masa
depannya, perasaan sedih, memikirkan kemungkinan komplikasi, ketakutan, tidak antusias
dengan program pengobatan, bosan dengan pengobatan yang rutin dilakukan, dan kecemasan
terhadap perubahan gula darah. Aspek emosional yang dialami oleh penderita DM
merupakan hal yang akan mempengaruhi aktivitas self care DM. M. Lebih mudah bagi klien
untuk melakukan perawatan mandiri dalam kehidupan sehari-hari jika mereka menerima dan
memahami semua kondisi yang muncul akibat penyakitnya. Oleh karena itu, diperlukan
penyesuaian emosional yang tinggi untuk mencapai keberhasilan program pengobatan bagi
penderita DM sehingga klien dapat beradaptasi dengan kondisi penyakitnya dan mendapatkan
perawatan secara rutin (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2009).

Beberapa penelitian menyatakan bahwa responden yang belum memasuki tahapan penerimaan
memiliki tingkat perawatan diri yang rendah.11 Semakin penderita diabetes tidak menerima dirinya,
semakin rendah perawatan dirinya.12 Akan tetapi, penerimaan diri juga memiliki hubungan yang
signifikan dengan kepatuhan dalam menjalani pengobatan.

Data kurangnya selfcare di yk, Bantul


Berdasarkan data dari Susenas 2019 mengenai penduduk di Kabupaten Bantul, terdapat
presentase penduduk yang tidak berobat secara langsung (tidak berobat jalan). Alasan yang
paling umum adalah karena mereka memilih untuk mengobati sendiri dengan presentase
sebesar 57,55%. Selain itu, ada juga sebagian penduduk yang merasa tidak perlu berobat
dengan presentase sebesar 37,60%.

Adapun alasan lainnya yang dilaporkan adalah karena merasa waktu tunggu pelayanan terlalu
lama dengan presentase 0,99%, tidak ada biaya transportasi dengan presentase 0,87%, dan
tidak tersedia sarana transportasi dengan presentase 0,02% (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bantul, 2019).

Anda mungkin juga menyukai