Anda di halaman 1dari 105

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

HAK ASASI MANUSIA, KESETARAAN GENDER,


DISABILITAS DAN DIFABEL
2024

BAYU ERLANGGA
WIDYAISWARA BPSDM KEMENDAGRI
2024
Semangat Pagi Indonesia
Mari berkenalan…
HAK ASASI MANUSIA
HAM DI INDONESIA
SETARA INSTITUTE

Note: skala pengukuran ditetapkan dengan rentang nilai 1-7, dimana angka 1 menunjukkan pemenuhan HAM
yang paling rendah dan angka 7 menunjukkan pemenuhan HAM yang paling tinggi.
SETARA INSTITUTE

Note: skala pengukuran ditetapkan dengan rentang nilai 1-7, dimana angka 1 menunjukkan pemenuhan HAM
yang paling rendah dan angka 7 menunjukkan pemenuhan HAM yang paling tinggi.
SETARA INSTITUTE

Note: skala pengukuran ditetapkan dengan rentang nilai 1-7, dimana angka 1 menunjukkan pemenuhan HAM
yang paling rendah dan angka 7 menunjukkan pemenuhan HAM yang paling tinggi.
SETARA INSTITUTE

Note: skala pengukuran ditetapkan dengan rentang nilai 1-7, dimana angka 1 menunjukkan pemenuhan HAM
yang paling rendah dan angka 7 menunjukkan pemenuhan HAM yang paling tinggi.
SETARA INSTITUTE

Note: skala pengukuran ditetapkan dengan rentang nilai 1-7, dimana angka 1 menunjukkan pemenuhan HAM
yang paling rendah dan angka 7 menunjukkan pemenuhan HAM yang paling tinggi.
SETARA INSTITUTE

Note: skala pengukuran ditetapkan dengan rentang nilai 1-7, dimana angka 1 menunjukkan pemenuhan HAM
yang paling rendah dan angka 7 menunjukkan pemenuhan HAM yang paling tinggi.
SETARA INSTITUTE

Note: skala pengukuran ditetapkan dengan rentang nilai 1-7, dimana angka 1 menunjukkan pemenuhan HAM
yang paling rendah dan angka 7 menunjukkan pemenuhan HAM yang paling tinggi.
PERMENDAGRI 44 TAHUN 2010
KETENTRAMAN, KETERTIBAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT
DALAM RANGKA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA
PRINSIP UMUM DALAM PELAKSANAKAN TUGAS POL PP

1. menjunjung tinggi norma-norma hukum, norma agama, moralitas, adat istiadat dan
peraturan lain yang masih berlaku;
2. menjamin hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan individu, sebagai dijamin
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Konvenan Hak-hak Sipil dan
Politik;
3. mengayomi dan melayani masyarakat;
4. bertaqwa, berlaku jujur, dan profesional;
5. mengedepankan perencanaan yang matang serta dikoordinasikan dengan institusi
terkait; dan
6. mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan.
PRINSIP KHUSUS

1. meningkatkan semangat kerja dan profesionalisme secara terus menerus;


2. menghindari penggunaan kekerasan;
3. melaporkan setiap peristiwa yang mengganggu ketentraman dan ketertiban warga
masyarakat yang luka atau meninggal akibat kekerasan atau senjata api, secara cepat
kepada atasan untuk kemudian dilakukan langkah sesuai ketentuan yang berlaku;
4. penggunaan kekerasan dan senjata secara sewenang-wenang atau tidak tepat akan
dihukum sebagai suatu pelanggaran pidana berdasarkan hukum yang berlaku;
5. dalam melaksanakan tugas harus memperkenalkan diri; dan
6. dalam melakukan penertiban memberi peringatan tentang maksud penertiban dengan
waktu yang cukup untuk menaati peringatan itu, meliputi peringatan pertama selama 10
hari, peringatan kedua selama 7 hari, dan peringatan ketiga selama 3 hari.
PELAKSANAAN HAM

1. Dalam pelaksanaan HAM, aparat Satpol PP dan Satlinmas


berkewajiban mengedepankan upaya preventif.
2. Dalam hal upaya sebagai mana dimaksud pada ayat (1) tidak
efektif baru dilanjutkan ke upaya represif dan atau kuratif
dengan tetap menjunjung tinggi hukum dan nilai-nilai
kemanusian.
PERAN APARAT SATPOL PP DAN SATLINMAS DALAM
PENEGAKAN HAM DAPAT DILAKUKAN MELALUI
KEGIATAN PERLINDUNGAN, PEMAJUAN, PENEGAKAN,
PEMENUHAN DAN PENGHORMATAN HAM.
PERLINDUNGAN HAM

Peran aparat Satpol PP dan Satlinmas dalam Bidang Perlindungan HAM,


antara lain:
a. melindungi masyarakat untuk mendapatkan hak-hak asasinya dan
menjalankan kewajiban dasarnya.
b. memberikan jaminan dan/atau membantu memfasilitasi masyarakat
untuk:
1. tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh siapapun;
2. tidak disiksa atau diperlakukan kejam atau merendahkan harkat
dan martabat manusia;
3. harta benda yang disita dan atau ditertibkan tetap terjamin
keutuhannya.
PERLINDUNGAN HAM

c. memberikan perlindungan terhadap tempat yang telah dan atau


diperkirakan akan terjadi pelanggaran HAM;
d. memberikan pertolongan kepada masyarakat dan harta bendanya
yang tertimpa bencana atau musibah ke tempat yang lebih aman
serta bantuan sandang, pangan, papan dan pengobatan;
e. memberikan perlindungan terhadap kehormatan, martabat, rasa
aman serta ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu; dan
f. memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok masyarakat
yang rentan terhadap pelanggaran HAM.
PEMAJUAN HAM

Peran aparat Satpol PP dan Satlinmas dalam Bidang Pemajuan HAM, antara lain:
a. membantu masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan dan akses informasi untuk
meningkatkan kesadaran hukum dan pemahaman HAM;
b. menggalang partisipasi masyarakat untuk kerjasama dalam mengatasi kasus-kasus
pelanggaran HAM dan bencana/musibah yang dihadapi masyarakat;
c. mengarahkan dan mendayagunakan masyarakat untuk senantiasa melakukan upaya
penegakan hukum dan HAM untuk menciptakan ketertiban dan ketentraman masyarakat;
d. membimbing, mengarahkan dan menggerakkan potensi masyarakat membantu upaya-upaya
pemajuan HAM; dan
e. memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang implikasi hukum terhadap pelanggaran
HAM yang dilakukan.
PENEGAKAN HAM
Peran aparat Satpol PP dan Satlinmas dalam Bidang Penegakan HAM, antara lain:
a. menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, HAM dan peraturan perundang-undangan
lainnya yang hidup dan berkembang dalam masyarakat;
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketentraman
dan ketertiban umum;
c. melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas ditemukannya atau patut diduga
terjadi tindak pidana;
d. memfasilitasi penanganan pelanggaran HAM untuk segera mendapatkan kepastian hukum;
e. menghindari perlakuan diskriminatif dengan dalih dan alasan apapun; dan
f. menyerahkan kepada PPNS atas temuan atau patut diduga terjadinya pelanggaran Peraturan
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah.
PEMENUHAN HAM

Peran aparat Satpol PP dan Satlinmas dalam Pemenuhan HAM, antara lain:
a. memberikan layanan untuk menerima laporan dan pengaduan masyarakat tentang
pelanggaran HAM;
b. menjaga kerahasian terhadap informasi yang peka atau rawan menimbulkan pelanggaran
HAM;
c. memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat untuk mendapatkan hak-haknya,
menjamin kebebasannya secara langsung kepada masyarakat yang memerlukan; dan
d. memberikan pertolongan secara langsung kepada masyarakat yang memerlukan bantuan
karena musibah atau kecelakaan untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
PENGHORMATAN HAM
Peran aparat Satpol PP dan Satlinmas dalam penghormatan HAM, antara lain:
a. menjunjung tinggi azas praduga tak bersalah sebelum ada kepastian hukum terhadap
warga yang diduga atau patut diduga melakukan pelanggaran HAM;
b. menghindari pelanggaran HAM berupa:
1. penggunaan tindakan yang menyimpang dari prosedur tetap;
2. salah sasaran penindakan;
3. merusak atau mengambil harta orang lain;
4. melakukan penganiayaan terhadap pelanggar;
5. melakukan tindakan pemerasan atau memperkaya diri sendiri;
6. melakukan penahanan di luar kewenangan;
7. melakukan pelecehan seksual; dan
8. membiarkan orang menderita tanpa pertolongan.
DISKUSI KELOMPOK
Konsep dan Analisis Gender
Perhatikan gambar berikut!
APA ITU
GENDER
KONSEP
GENDER
Kata „GENDER‟ dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi,
status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai
hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat
proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dengan demikian GENDER adalah hasil kesepakatan antar manusia
yang tidak bersifat kodrati.

Oleh karenanya gender bervariasi dari satu tempat ke tempat lain


dan dari satu waktu ke waktu berikutnya. GENDER tidak bersifat
kodrati, dapat berubah dan dapat dipertukarkan pada manusia satu
ke manusia lainnya tergantung waktu dan budaya setempat.
SEKS GENDER
Perbedaan organ biologis Perbedaan peran, fungsi dan
laki-laki dan perempuan tanggung jawab antara laki-laki dan
khususnya pada perempuan sebagai hasil
bagian reproduksi. konstruksi sosial

- Ciptaan Tuhan - Buatan manusia


- Bersifat Kodrat - Tidak bersifat Kodrat
- Tidak dapat berubah - Dapat berubah
- Tidak dapat ditukar - Dapat ditukar
- Berlaku kapan dan dimana sj - Tergantung waktu & budaya lokal
PRO dan Kontra
Konsep gender menjadi persoalan yang
menimbulkan pro dan kontra baik di kalangan
masyarakat, akademisi, maupun
pemerintahan sejak dahulu dan bahkan
sampai sekarang. Pada umumnya sebagian
masyarakat merasa terancam dan terusik
pada saat mendengar kata ‟gender‟.
Sempitnya pemahaman terhadap perspektif gender. Gender sering
dipahami hanya sebagai isu perempuan, dan pemahaman seperti ini
sesungguhnya adalah simplifikasi dari konstruksi sosial terhadap peran,
perilaku, ekspresi, serta identitas gender yang merupakan keyakinan diri
secara fisik, sosial dan budaya, baik biner, laki-laki dan perempuan,
maupun nonbiner (genderqueer).

Padahal perspektif gender dalam riset sebenarnya dimaksudkan agar


peneliti membangun analisis yang lebih komprehensif terhadap fenomena
yang diteliti dengan mengenali berbagai tantangan atau dampak berbeda
yang dialami laki-laki, perempuan, dan nonbiner dari suatu kebijakan
ataupun intervensi
Simplifikasi pemahaman tentang gender ini kemudian
menghasilkan anggapan bahwa isu-isu yang menjadi
perhatian organisasi hanya relevan terhadap gender
tertentu. Misalnya, ada isu yang dianggap maskulin,
seperti pertahanan, keamanan, regionalisme, dan
persaingan global, dan ada isu yang dianggap feminin,
seperti kesehatan ibu dan anak
PERAN GENDER
Peran produktif Peran reproduktif Peran sosial
(menghasilkan (berhubungan (memiliki nilai
sesuatu yang dengan per kemasyatakatan dan
memiliki nilai sosial)
kembangan
ekonomi) generasi) Aspek penyediaan dan
pemeliharaan sumber
Aspek ekonomi Aspek SDM daya

Kebutuhan Gender
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER

Kesetaraan gender adalah satu kondisi dimana perempuan dan


laki-laki menikmati status yang setara dan memiliki kondisi yang
sama untuk mewujudkan secara penuh hak-hak asasi dan potensinya
bagi pembangunan di segala bidang kehidupan.

Sedangkan Keadilan gender adalah suatu upaya untuk


membuat kondisi adil untuk perempuan dan laki-laki melalui
kebijakan dan kegiatan serta proses budaya yang menghilangkan
hambatan-hambatan terhadap akses, peran, kontrol dan manfaat
bagi perempuan dan laki-laki.
WUJUD KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER

a. Akses: Kesempatan yang sama yang diberikan kepada perempuan dan laki-laki pada
sumber daya pembangunan. Contoh: memberikan akses yang sama bagi anak
perempuan dan anak laki-laki untuk dapat mengikuti pendidikan sesuai dengan jenjang
usianya, tana ada penegecualian
b. Partisipasi: Perempuan dan laki-laki dapat berpartisipasi dalam seluruh proses
pembangunan melaui darap persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
pembangunan.
c. Kontrol: perempuan dan laki-laki diikutkan dalam proses pengambilan keputusan
untuk penguasaan sumber daya pembangunan. Contoh: memberikan kesempatan yang
sama peserta perempuan dan laki-laki untuk mengemukakan pendapatnya dan
membnerikan kesempatan yang sama untuk duduk dalam posisi pimpinan organisasi.
d.Manfaat: pembangunan harus dapat memberikan manfaat yang sama bagi perempuan
dan laki-laki. Contoh: Program pendidikan dan latihan (Diklat) harus memberikan
manfaat yang sama bagi PNS laki-laki dan perempuan.
The Committee on the Elimination
of Discrimination Against
Women (CEDAW)
APA ITU
CEDAW

59
Prinsip-prinsip dalam CEDAW UU Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi
tentang Penghapusan Segala Tindak Diskriminatif terhadap Perempuan
M OV I E T I M E KEKERASAN SEKSUAL

6
Disabilitas dan Difabel
Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik
dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat
menemui hambatan yang menyulitkan untuk
berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan
hak (Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang
Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas)
Sementara itu, difabel adalah istilah yang
lebih halus untuk menggambarkan
kondisi seseorang yang mengalami
disabilitas. Difabel mengacu pada
keterbatasan peran penyandang
disabilitas dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari karena
ketidakmampuan yang mereka miliki.
Disabilitas dan difabel merupakan istilah
yang menggambarkan keterbatasan
seseorang untuk melakukan aktivitas
tertentu. Meski secara garis besar sama,
ada sedikit perbedaan di antara
keduanya.
DISABILITAS
M OV I E T I M E KOMISI NASIONAL DISABILTAS

26
Cacat Fisik

Jenis – jenis Disabilitas Cacat Mental

Cacat Ganda

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997


tentang Penyandang Cacat
1. Mental Tinggi;
Disabilitas
2. Mental Rendah;
Mental
3. Berkesulitan Belajar Spesifik

Jenis – jenis 1. Kelainan Tubuh (Tuna


Disabilitas Daksa);
2. Kelainan Indera Penglihatan
(Tuna Netra)
3. Kelainan Pendengaran
Disabilitas (Tunarungu);
Fisik 4. Kelainan Pendengaran
(Tunarungu);
5. Kelainan Bicara
Menurut Reefani (Tunawicara);
Derajat cacat 1: Mampu
melaksanakan aktivitas atau
mempertahankan sikap dengan
kesulitan

Derajat cacat 2: Mampu melaksanakan


kegiatan atau mempertahankan sikap
dengan bantuan alat bantu

Derajat cacat 3: Dalam melaksanakan


aktivitas, sebagian memerlukan
Derajat Kecacatan bantuan orang lain dengan atau tanpa
Pasal 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik alat bantu
Indonesia Nomor: 104/MENKES/PER/II/1999
tentang Rehabilitasi Medik
Derajat cacat 4: Dalam melaksanakan
aktivitas tergantung penuh terhadap
pengawasan orang lain

Derajat cacat 5: Tidak mampu


melakukan aktivitas tanpa bantuan
penuh orang lain dan tersedianya
lingkungan khusus.

Derajat cacat 6: Tidak mampu penuh


melaksanakan kegiatan sehari-hari
meskipun dibantu penuh orang lain
Asas kemudahan, yaitu setiap orang
dapat mencapai semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam
suatu lingkungan

Asas kegunaan, yaitu semua orang


dapat mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan

Asas Penyandang Disabilitas


Asas keselamatan, yaitu setiap
bangunan dalam suatu lingkungan
terbangun harus memperhatikan
keselamatan bagi semua orang
termasuk disabilitas.

Asas kemandirian, yaitu setiap orang


harus bisa mencapai dan masuk
untuk mempergunakan semua
tempat atau bangunan dalam suatu
lingkungan dengan tanpa
membutuhkan bantuan orang lain

Menurut Rahayu, dkk


Menurut Pasal 41 ayat (2) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia mengatur bahwa setiap penyandang
cacat/disabilitas, orang yang berusia lanjut, wanita hamil, dan anak-anak,
berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus.

Berdasarkan hal tersebut maka penyandang cacat/disabilitas berhak


atas penyediaan sarana aksesibilitas yang menunjang kemandiriannya,
kesamaan kesempatan dalam pendidikan, kesamaan kesempatan dalam
ketenagakerjaan, rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial.

Dalam hal ini yang dimaksud rehabilitasi meliputi rehabilitasi medik,


rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi pelatihan, dan rehabilitasi sosial
Pendidikan pada semua
satuan, jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan

Pekerjaan dan penghidupan yang


layak sesuai dengan jenis dan
derajat kecacatan, pendidikan, dan
kemampuannya

Perlakuan yang sama untuk


berperan dalam pembangunan
Hak Penyandang Disabilitas dan menikmati hasil-hasilnya
Pasal 6 Undang-undang Nomor 4
Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

Aksesibilitas dalam
rangka kemandiriannya

Rehabilitasi, bantuan sosial,


dan pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial.

Hak yang sama untuk menumbuh


kembangkan bakat, kemampuan, dan
kehidupan sosialnya, terutama bagi
penyandang cacat anak dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat
KONVENSI & PERATURAN
▶ Konvensi PBB untuk Hak-Hak Penyandang Disabilitas the United Nations
• Dimaksudkan untuk melindungi hak dan martabat penyandang disabilitas.
• Para Pihak Konvensi diharuskan untuk memajukan, melindungi, dan memastikan penikmatan
penuh hak asasi manusia oleh para penyandang disabilitas dan memastikan bahwa mereka
menikmati kesetaraan penuh di bawah hukum.
• Konvensi tersebut telah berfungsi sebagai katalisator utama dalam gerakan global untuk merubah
pandangan penyandang disabilitas sebagai objek amal, perawatan medis, dan
perlindungan sosial menjadi pandangan sebagai anggota masyarakat yang seutuhnya dan
setara, dengan hak asasi manusia.
Indonesia meratifikasi konvensi ini pada tanggal 30 Nov 2011.

▶ Undang-Undang (UU) Penyandang Disabilitas No. 8 Tahun 2016 dan 9 peraturan turunan yang
hamper semua disahkan pada tahun ini, termasuk Unit Layanan Disabilitas untuk Ketenagakerjaan.
▶ Sustainable Development Goal #8, indicator 8.5.1 dan 8.5.2


A dvancing social justice, promoting decent work
SISI PEKERJA: TANTANGAN PEKERJA DENGAN DISABILITAS

SEKTOR PENGHASI-
PERTANIAN/ LAN TIDAK
PEDESAAN STABIL

BEKERJA DI Peningkatan gaji


DEKAT TPAK vs pendidkan
tidak signifikan
RUMAH
44%

Rata-rata jam BEKERJA


kerja dan gaji per SENDIRI/ PARUH
jam lebih rendah WAKTU
SISI PENGUSAHA: TANTANGAN DALAM MEREKRUT

23 Tidak ada yang melamar ketika membuka lowongan

20 Kurang nya support dan insentif dari pemerintah

17 Keterampilan pelamar tidak cukup

15 Infrastruktur perusahaan tidak memadai

13 Sarana publik seperti transportasi, belum mendukung

13 Kurangnya informasi mengenai cara merekrut karyawan dengan Disabilitas

3 Kurangnya support dari manajemen perusahaan

3 Kekhawatiran turunnya tingkat produktivitas perusahaan

Advancing social justice, promoting decent work


ASSESSMENT TERHADAP PERUSAHAAN
Sikap dan
Gambaran umum Komitmen Rekrutmen Aksesibilitas
Pengetahuan Staff
• Jumlah pekerja • Apakah ada • terstruktur untuk • Pernah audit • Sikap positif untuk
• Jumlah pekerja komitmen dari PD? aksesibilitas? merekrut PD?
dengan disabilitas CEO? • Proaktif • Akses untuk kursi • Apakah ada
• Type disabilitas • Apakah pernah rekrutmen? roda? training material/
melakukan • Apakah bersedia • Bersedia merubah guide?
penilaian situasi merekrut infrastruktur fisik? • Awareness raising
saati ini? penyandang untuk staff non-
disabilitas PD?
pendengaran/
mental?
• Job ad dengan
PD?
• Anti discrimination
policy?
• Perencanaan
khusus dengan
prioritas dan
budget?
• Reasonable
accomodations?
HASIL TEMUAN PENELITIAN
▶ Penggunaan istilah disabilitas yang tidak tepat
▶ Kebanyakan perusahaan hanya melakukan rekrutmen pasif
▶ Merekaberminat merekrut lebih banyak penyandang disabilitas tetapi tidak mau
mengubah infrastruktur fisik
▶ Hanya 50% yang mendapat dukungan dari manajemen

▶ Tidak ada yang memiliki materi pelatihan / panduan menangani disabilitas di tempat
kerja
▶ Kesadaran di antara staf tentang penyandang disabilitas sangat rendah

Advancing social justice, promoting decent work


FAKTOR KUNCI KESUKSESAN & TANTANGAN

FAKTOR KUNCI YANG DIBUTUHKAN TANTANGAN

• Komitmen manajemen • Materi panduan / pelatihan • Pemahaman tentang PwD


untuk merekrut untuk penyandang • Akses fisik - akomodasi
penyandang disabilitas disabilitas di tempat kerja yang wajar
• Proses rekrutmen • Membentuk tim perencana
terstruktur dan proaktif oleh • Peningkatan kesadaran / satuan tugas khusus /
departemen HR untuk staf non-disabilitas alokasi anggaran
• Pelatihan keterampilan • Proses rekrutmen yang
sebelum penempatan inklusif
• Perencanaan dan alokasi • Kekurangan pasokan (tidak
anggaran banyak aplikasi dari PwD)
• Kebijakan non-diskriminasi • Lokasi PwD
• Proses rekrutmen

Advancing social justice, promoting decent work


KEUNTUNGAN MEMPEKERJAKAN PENYANDANG DISABILITAS

Increased Improved
innovations shareholder value

Improved Improved market


productivity share

Enhanced
reputation
Advancing social justice, promoting decent work
UCAPAN PERINGATAN HARI DISABILITAS NASIONAL
Pasal 10 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2021 Tentang Pengadaan Pegawai
Negeri Sipil

1) Instansi Pemerintah wajib mengalokasikan paling sedikit 2% (dua persen)


untuk kebutuhan khusus penyandang disabilitas dari total alokasi
kebutuhan PNS yang ditetapkan oleh Menteri.
2) Instansi Pemerintah dapat mengalokasikan kebutuhan khusus
penyandang disabilitas kurang dari 2% (dua persen) dengan
menyampaikan usulan kepada Menteri untuk mendapatkan persetujuan
dan ditembuskan kepada Ketua Panselnas.

Anda mungkin juga menyukai