Anda di halaman 1dari 2

Jamaah Jumat yang berbahagia, Alhamdulillah ungkapan syukur pada Allah, yang telah

memberikan kita kesehatan dan juga kesempatan hingga bisa melaksanakan shalat Jumat secara
berjamaah. Shalawat dan salam kita haturkan pada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita semua dari alam kejahilan, menuju cahaya Islam.

Sebagai khatib, memiliki tanggung jawab untuk mengajak jamaah untuk meningkatkan iman dan
takwa. Iman dan takwa adalah dua hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama
dalam menghadapi dunia yang penuh tipu daya. Dengan iman dan takwa, manusia akan memiliki
pedoman hidup yang benar dan akan terhindar dari kebejatan dunia.

Jamaah Jumat yang berbahagia,


Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang sangat mulia, di mana Rasulullah Saw dilahirkan, tepatnya
12 Rabiul Awal tahun 571 Masehi, di Kota Makkah. Beliau adalah manusia yang sangat mulia
dan penuh keagungan. Nabi Muhammad Saw adalah teladan terbaik bagi umat manusia. Beliau
memiliki akhlak yang paling mulia, sehingga Allah Swt menyebutnya sebagai uswah hasanah
(teladan yang baik).
Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

Artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian,
yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
mengingat Allah." (QS. Al-Ahzab: 21).

Perjalanan dakwah yang beliau emban sungguh sangat besar tantangannya. Beliau memikul
tanggung jawab yang besar untuk seluruh umat manusia. Nabi Muhammad saw di beri tugas
yakni sebagaimana hadits dari Abu Hurairah ra yakni:

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-
Baihaqi)

Allah mempersiapkan Rasulullah menjadi insan yang kamil karena tanggung jawab yang
sedemikian besar. Rasulullah memiliki akhlak yang santun dan lembut, berkasih sayang, dan ini
hakikat dari akhlak Islam.

Allah memberikan pujian langsung kepada Rasulullah melalui firmanNya dalam Surat Al-Qalam
ayat 4:
Artinya: ”Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Berbagai rujukan sirah mengabadikan momen indah dan mengharukan tentang akhlaknya
Rasulullah, hingga fase hidup di Madinah dan wafatnya Rasulullah. Para sahabatnya mengambil
langsung teladan akhlak dari Rasulullah. Ada Sayyidina Abubakar yang bergelar siddiq, karena
kejujurannya, ada Umar bin Khattab yang memiliki garis hitam di wajahnya disebabkan
seringnya menangis mengingat kematian, ada Sayyidina Utsman yang santun dan pemalu, dan
sayyidina Ali yang berani dan memiliki tingkat kasih sayang yang tinggi kepada kaum mukmin.
Allah berfirman:

Artinya: “Telah datang seorang Rasul dari kalanganmu, berat menanggung penderitaanmu, ingin
kamu mendapatkan keamanan dan berkasih sayang kepada orang yang beriman.” (QS. At-
Taubah; 128)

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, Sebagai rujukan utama dalam akhlak, meneladani
Rasulullah dalam setiap aspek kehidupan bukanlah suatu yang mustahil, karena Rasul bukan
malaikat.
Beliau manusia biasa yang di dalam dirinya ada mutiara akhlak yang agung. Beliau senatiasa
menangis jika datang firman Allah yang menyebut umat Rasulullah banyak di neraka, lantas
beliau memohon kepada Allah agar umatnya banyak di surga. Rasulullah seorang yang rendah
hati, seorang penghulu segala Rasul, dipuji oleh Tuhan, tapi berjalan dimuka bumi tanpa
meninggikan kepala.
Bahkan ketika Fathul Makkah, beliau menundukkan kepalanya sebagai tanda penghormatan
kepada kota Makkah. Rasulullah tidak pernah menyimpan dendam kepada penduduk Makkah
yang telah mengusirnya, tidak ada terlintas amarah kepada penduduk Taif yang dulu melempari
dirinya tanpa ampun berdarah pelipis matanya sampai berdarah lututnya.

Nabi Muhammad bersabar atas apa yang menimpanya, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah
dalam menghadapi kaum Quraish yang kejam. Nabi Muhammad disakiti hingga beliau patah
hidungnya pada perang Uhud, dan luka di dahinya, dan telur pecah di kepalanya, hingga
pamannya Hamzah terbunuh, namun Nabi tidak berhenti dalam urusan berdakwah di jalan Allah,
dan bersabar atas semua itu.

Beliau memaafkan semuanya, dan maaf dalam Islam yang paling hebat itu adalah dengan “fa’fu
wasfahu” yakni maafkan dan lupakan semua kesalahan

Kita diingatkan bahwa akhlak merupakan warisan agama untuk kehidupan masa depan.
Rasulullah menjadi acuan utama dalam segala aspek kehidupan. Rasul sebagai ayah, suami,
masyarakat, panglima perang, pedagang, dan lain sebagainya. Semua teladan itu muaranya
adalah Rasulullah, semoga kita diberi kemudahan untuk terus mencoba meneladani akhlak dan
kehidupan Rasulullah saw. Amin ya Rabbal Alamin.

Anda mungkin juga menyukai