Anda di halaman 1dari 99

i

PENGARUH STRES KERJA DAN KONFLIK KERJA


TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN DI
PT PERTAMINA RETAIL

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Richard Triwelth Abednego Aritonang
NIM 1412060051

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
P E R B A N A S
JAKARTA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2017
i
INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2017

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul


PENGARUH STRES KERJA DAN KONFLIK KERJA TERHADAP
SEMANGAT KERJA KARYAWAN DI PT PERTAMINA RETAIL

Oleh
Nama : Richard Triwelth Abednego Aritonang
NIM : 1412060051
Program Studi : Manajemen Karyawan

Telah disetujui untuk diujikan

Jakarta, Juli 2017


Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen Dosen Pembimbing Skripsi,

Nicodemus Simu, S.E., M.M. Sunarto, S.E., M.M


INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA
(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2017

PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul

PENGARUH STRES KERJA DAN KONFLIK KERJA TERHADAP


SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA DI PT PERTAMINA RETAIL

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi


pada
Hari : Senin
Tanggal : 24 Juli 2017
Waktu : 10.00
Oleh
Nama : Richard Triwelth Abednego
Aritonang
NIM : 1412060051

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS


Tim Penguji Skripsi
Ketua Sidang : Sunarto, S.E., M.M. .................... .................

Anggota : Dra. CH. Endah Winarti, M.M. .. .................


Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Manajemen

Nicodemus Simu,S.E., M.M


iv

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
JAKARTA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2017

PERNYATAAN

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab penyusun sepenuhnya.

Jakarta, Juli 2017


Penyusun

Richard Triwelth
Abednego Aritonang
1412060051
ii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Richard Triwelth Abednego Aritonang

NIM : 1412060051

Program Studi : Manajemen

Judul Skripsi : Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Kerja Terhadap


Semangat Kerja Karyawan PT Pertamina Retail
Menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil
karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan skripsi ini
merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di
ABFI Institute Perbanas.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaaan sadar dan tidak ada unsur
paksaan.

Jakarta, Juli 2017

Penulis

Materai Rp 6000

(Richard Triwelth)
1412060051

i
iii

ABSTRAK

Richard Triwelth, (1412060051), PENGARUH STRESS KERJA DAN KONFLIK


KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PT PERTAMINA
RETAIL. Skripsi. Jakarta: Perbanas Institute Jakarta, Mei 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Kerja
Terhadap Semangat Kerja Karyawan. Populasi penelitian ini adalah karyawan di
PT Pertamina Retail dengan sampel sebanyak 50 orang. Sumber data yang digunakan adalah
data primer. Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis
data menggunakan metode analisis regresi linier berganda, uji hipotesis menggunakan uji T,
uji F, dan R2. Adapun hasil uji t pada penelitian ini menyatakan bahwa uji t variabel X1
terhadap Y secara parsial berpengaruh secara positif dan signifikan dengan t hitung sebesar
1,696 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,128. Sedangkan uji t variabel X2 terhadap Y
secara parsial tidak berpengaruh secara positif dan signifikan dengan t hitung sebesar 1,677
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,116. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji F
kedua variabel secara simultan berpengaruh positif dan signifikan dengan F hitung sebesar
2,011 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,204. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
analisis determinasi diperoleh angka R2 atau R square sebesar 0,183 (18,3%). Dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa variabel stress kerja tidak berpengaruh signifikan
terhadap semangat kerja, variabel konflik kerja berpengaruh signifikan terhadap semangat
kerja, dan kedua variabel berpengaruh sigifikan terhadap semangat kerja.

Kata Kunci: Stres Kerja, Konflik Kerja, Semangat Kerja

i
ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena

anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

“Pengaruh Stress Kerja dan Konflik Kerja Terhadap Semangat Kerja Pekerja

PT Pertamina Retail” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi untuk jurusan manajemen di ABFI Institute Perbanas

Jakarta.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis tidak lepas dari hambatan dan tantangan.

Namun, skripsi ini tetap berjalan dan selesai dengan baik berkat doa, dukungan, bimbingan,

bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Sunarto, S.E., M.M., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, masukan pemikiran dan bantuan selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Nicodemus Simu, S.E. M.M., selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen

ABFI Institute Perbanas, Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, selaku Rektor ABFI Institute

Perbanas, Jakarta.

4. Seluruh dosen, staf dan pekerja ABFI Institute Perbanas.

5. Kedua orangtua, Martimbul Aritonang dan Rita Tiolina Nababan yang tidak pernah

putus memberikan doa, perhatian dan semangat untuk keberhasilan penulis. Kepada

ii
6. abang dan kakak tercinta yang selalu memberikan cinta, doa, dukungan dan

kesabaran yang luar biasa.

7. Semua keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan semangat serta doa

sehingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

8. Neva Kurnia Tambunan yang sangat sabar dan menyemangati agar penulis dapat

segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Keluarga Gengges, Ditria, Mulya. H, Mutiara, Sarah, Irham, Diar,

Steve, Erda, Zahra. Z untuk sharing ilmunya.

10. Seluruh pegawai PT Pertamina Retail yang telah meluangkan waktunya untuk

membantu proses penyelesaian tugas akhir ini.

11. Semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan

skripsi.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyelesaian skripsi ini masih terdapat

kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan data dan kemampuan penulis dalam tahap

belajar. Untuk ini penulis sangat menghargai setiap saran dan kritik untuk perbaikan dan

pengembangan skripsi ini

ii
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna untuk mahasiswa dan

mahasiswi ABFI Institute Perbanas, Jakarta pada khususnya dan pihak yang akan

menggunakan penelitian ini.

Jakarta, Juli 2017

Penulis

Richard Triwelth Abednego Aritonang

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
I. LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6
1.3 Batasan Masalah ........................................................................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian....................................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................................... 7
1.5.1 Manfaat Bagi Dunia Usaha.................................................................................... 7
1.5.2 Manfaat Bagi Dunia Akademik ............................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 8
2.1 Kajian Teori............................................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia .................................................... 8
2.1.2 Stres Kerja ............................................................................................................. 9
2.1.2.1 Pengertian Stres Kerja ........................................................................................... 9
2.1.2.2 Faktor Penyebab Stres Kerja ............................................................................... 10
2.1.2.3 Gejala Stres Kerja ................................................................................................ 12
2.1.2.4 Pendekatan Stres Kerja ........................................................................................ 12
2.1.3 Konflik Kerja ....................................................................................................... 14
2.1.3.1 Pengertian Konflik Kerja ..................................................................................... 14
2.1.3.2 Bentuk-Bentuk Konflik Kerja ............................................................................. 15
2.1.3.3 Faktor Penyebab Konflik Kerja ........................................................................... 16
2.1.3.4 Akibat Konflik Kerja ........................................................................................... 17
2.1.3.5 Cara Mengelola Konflik Kerja ............................................................................ 18
2.1.4 Semangat Kerja.................................................................................................... 20
2.1.4.1 Pengertian Semangat Kerja ................................................................................. 20
2.1.4.2 Menurunnya Semangat Kerja .............................................................................. 21
2.1.4.3 Mengukur Semangat kerja ................................................................................... 22
2.1.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja .......................................... 23
2.2 Penelitian Sebelumnya ............................................................................................ 26

iv
v

Tabel 2.1 ............................................................................................................................ 26


2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 27
2.3.1 Stres Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Semangat Karyawan ...................... 27
2.3.2 Konflik Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Semangat Karyawan ................. 28
2.3.3 Stres Kerja dan Konflik Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Semangat Kerja 30
2.4 Perumusan Hipotesis .............................................................................................. 32
III. METODE PENELITIAN................................................................................................. 33
3.1 Desain Penelitian ..................................................................................................... 33
3.1.1 Variabel Penelitian .............................................................................................. 33
3.1.2 Lingkup Penelitian ............................................................................................... 34
3.1.3 Unit Analisis ........................................................................................................ 34
3.2 Operasionalisasi Variabel ........................................................................................ 34
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................................... 35
3.3.1 Populasi ............................................................................................................... 36
3.3.2 Sampel ................................................................................................................. 36
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................................ 37
3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 37
3.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................................... 37
3.6.1 Uji Validitas ......................................................................................................... 37
3.6.2 Uji Reliabilitas ..................................................................................................... 40
3.7 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi ............................................................... 41
3.8 Metode Analisis Data .............................................................................................. 42
3.8.1 Frekuensi / Interval Penilaian .............................................................................. 42
IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ......................................................... 44
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................................... 44
4.1.1 Gambaran Umum PT Pertamina Retail ............................................................... 44
4.1.2 Visi dan Misi ....................................................................................................... 45
4.2 Analisis Data ........................................................................................................... 45
4.2.1 Distribusi Responden ........................................................................................... 45
4.2.1.1 Jenis Kelamin ...................................................................................................... 46
4.2.1.2 Usia ...................................................................................................................... 46
4.2.1.3 Lama Bekerja ....................................................................................................... 47
4.2.2 Analisis Deskriptif ............................................................................................... 47
4.2.2.1 Stress Kerja (X1) ................................................................................................. 47

v
vi

4.2.2.2 Konflik Kerja (X2) .............................................................................................. 49


4.2.2.3 Semangat Kerja (Y) ............................................................................................. 50
4.3 Interpretasi Hasil ..................................................................................................... 52
4.3.1 Hasil Uji Asumsi-asumsi Model Regresi ............................................................ 52
4.3.1.1 Uji Normalitas ..................................................................................................... 52
4.3.1.2 Uji Heteroskedastisitas ........................................................................................ 53
4.3.1.3 Uji Autokorelasi .................................................................................................. 54
4.3.1.4 Uji Multikolinearitas............................................................................................ 55
4.3.2 Koefisien Regresi ................................................................................................ 56
4.3.3 Koefisien Determinasi ......................................................................................... 58
4.3.4 Uji T (Parsial) ...................................................................................................... 58
4.3.4.1 Hasil Uji T (Parsial) Variabel Stress Kerja (X1) ................................................. 58
4.3.4.2 Hasil Uji T (Parsial) Variabel Konflik Kerja (X2) .............................................. 59
4.3.5 Uji F (Simultan) ................................................................................................... 60
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................................. 61
V. KESIMPULAN KETERBATASAN DAN REKOMENDASI ........................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi
1

I. LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Kekayaan yang paling utama bagi setiap bangsa adalah sumber daya manusia.

Nuansa pembangunan di masa mendatang terletak pada pembangunan sumber daya

manusia, dimana filosofi pembangunan bangsa sudah lama menempatkan manusia sebagai

subyek pembangunan dan bukan obyek pembangunan. Berpangkal pada peran sumber daya

manusia yang sangat penting bagi perkembangan perusahaan, Menjaga dan meningkatkan

peran aktif karyawan dalam pengoprasian perusahaan sebagai team pelaksana, semuanya

memang kembali kepada keseriusan pihak manager dalam mengantisipasi maupun mencari

solusi pemecahan atas berbagai permasalahan yang menimpa karyawan. Manajemen

sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur dan

memanfaatkan karyawan sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk tercapainya

tujuan perusahaan. Tenaga kerja atau karyawan merupakan sumber daya manusia yang

sangat penting dalam suatu perusahaan, karena tanpa karyawan perusahaan tidak dapat

berjalan dengan baik. Karyawan adalah sebagai modal utama bagi perusahaan. Sebagai,

modal karyawan perlu dikelola agar tetap menjadi produktif. Akan tetapi dalam

pengelolaannya bukanlah hal yang mudah, karena karyawan mempunyai pikiran, status,

serta latar belakang hetrogen. Oleh sebab itu pimpinan perusahaan harus bisa mendorong

mereka agar tetap produktif dalam mengerjakan tugasnya masing-masing, dengan cara

terus menerus meningkatkan semangat kerja karyawannya. Sehingga perusahaan dapat

mempertahankan loyalitas karyawan guna untuk mencapai tujuan perusahaan.

1
2

Menurut Afrizal (2014) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat

pengaruh yang signifikan secara simultan (bersama-sama) antara variabel bebas (Stres

Kerja dan Konflik Kerja) mempengaruhi variabel terkait (kepuasan kerja). Selain itu,

secara parsial diketahui bahwa stres kerja (X1) berpengaruh dan signifikan terhadap

Kepuasan Kerja (Y).

Berdasarkan informasi yang didapat dari sumber terpercaya, bahwa stres kerja

karyawan yang berada di PT Pertamina Retail yaitu, para karyawan cendrung lebih senstif,

mudah marah terhadap keadaan sekelilingnya apabila pihak pimpinan memberikan

tuntutan pekerjaan yang berlebih dengan memberikan waktu yang terbatas. Disamping itu

para karyawan terlihat cenderung menunda atau menghindari pekerjaan karena mengalami

kelelahan akibat stres terhadap banyaknya tugas yang dijalaninya. Adapun dari

permasalahan yang diuraikan di atas, maka dapat terlihat para karyawan di

PT Pertamina Retail selalu mengalami stres didalam melakukan pekerjaannya dan konflik

kerja yang terus menerus berkelanjutan yang membuat suasana di dalam lingkungan kerja

menjadi tidak kondusif, turunnya semangat kerja diantaranya penurunan tingkat kehadiran

dan banyaknya karyawan cenderung masuk kerja tidak tepat pada waktunya. Untuk itu

PT Pertamina Retail berusaha untuk mengatasi tingkat stres kerja karyawan serta

meminimalisir konflik-konflik yang dianggap merugikan perusahaan.

Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami

karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Stres kerja dipengaruhi oleh kondisi

organisasi, seperti penetapan arah dan kebijaksanaan organisasi, perubahan strategi

organisasi, dan keuangan, tuntutan kerja, tanggung jawab atas orang lain, perubahan waktu

kerja, hubungan yang kurang baik antar kelompok kerja dan konflik peran. Akibatnya

konsentrasi kerja terganggu, kinerja kurang memuaskan dan individu tidak dapat

2
3

memenuhi tuntutan pekerjaannya karena kurangnya dukungan sosial. Setiap aspek di

pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres. Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana

situasi yang dihadapi merupakan situasi stres atau tidak. Tenaga kerja dalam interaksinya

dipekerjaan, dipengaruhi pula oleh hasil interaksi di tempat lain, di rumah, di sekolah, di

perkumpulan, dan sebagainya.

Menurut Nur (2013) Hasil observasi awal terlihat konflik, stres kerja, dan kepuasan

kerja menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian:

(1) Konflik, Stres Kerja dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja karyawan; (2) Konflik berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan

artinya semakin tinggi tingkat konflik yang dimiliki akan memberikan dampak negatif

terhadap kinerja.

Dari uraian permasalahan dan informasi yang didapat dari para karyawan di

PT Pertamina Retail, yaitu turunnya semangat kerja karyawan dikarenakan oleh 2 (dua)

faktor dominan yakni konflik kerja dan stres kerja karyawannya. Konflik kerja adalah

ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota atau kelompok dalam suatu perusahaan

karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.

Selain itu konflik diartikan sebagai perbedaan, pertentangan dan perselisihan, konflik yang

bertentangan dengan tujuan kelompok disebut konflik disfungsional. Adapun konflik

kerja yang bersifat disfungsional yaitu, mendominasi diskusi, tidak senang bekerja dalam

kelompok, benturan kepribadian, perselisihan antar individu dan ketegangan. Berdasarkan

informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan beberapa orang karyawan di

PT Pertamina Retail, Konflik yang dominan terjadi di PT Pertamina Retail adalah konflik

antara rekan sekerja yaitu kurang adanya rasa saling mendukung dalam mengerjakan

pekerjaan sebagai team, disamping itu sifat saling menjatuhkan antara karyawan satu dan

3
4

karyawan lainnya demi menguatkan posisinya di depan pimpinan.

Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh

seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang

diharapkannya. Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), adanya ketegangan (the

presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain diantara dua belah pihak atau

lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada

tahap dimana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan

pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

Menurut Mahmudah (2014) berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa secara

simultan maupun parsial motivasi dan konflik peran berpengaruh terhadap semangat kerja

karyawan. Berpengaruhnya Kedua variabel bebas terhadap variabel terikat menandakan

bahwa tinggi atau rendahnya semangat kerja karyawan mendapatkan kontribusi dari faktor

motivasi dan konflik peran.

Semangat kerja dapat diartikan sebagai suatu iklim atau suasana kerja yang

terdapat di dalam suatu organisasi yang menunjukkan rasa kegairahan di dalam

melaksanakan pekerjaan dan mendorong mereka untuk bekerja secara lebih baik dan lebih

produktif. Semangat kerja merupakan hal penting yang harus dijalani oleh setiap karyawan

di perusahaan manapun karena semangat kerja menggambarkan perasaan senang individu

atau kelompok yang mendalam dan puas terhadap kebijakan, karir, kondisi kerja, kerja

sama, dan lingkungan kerja serta mendorong mereka untuk bekerja secara lebih baik dan

produktif. Adapun ciri-ciri dari turunya semangat kerja yaitu, naiknya produktivitas kerja,

tingkat absensi yang rendah, Labour turn over (tingkat perpindahan) yang menurun, tidak

atau berkurangnya kegelisahan. Berdasarakan informasi yang didapat dari hasil wawancara

bersama beberapa karyawan di PT Pertamina Retail bahwa permasalahan yang dominan

4
5

terhadap semangat kerja karyawan dapat terlihat dari, tingkat absensi yang tinggi

(ketidakhadiran, keterlambatan, cuti) dan tingkat labour turn-over (tingkat perpindahan)

yang tinggi, tingkat absensi dikarenakan beban kerja yang terlalu berat sehingga karyawan

cenderung tidak masuk kerja tanpa keterangan dan tingkat perpindahan yang tinggi akibat

dari perselisihan di antara karyawan yang terus menerus berkibat pada tidak betahnya

karyawan bekerja di dalam perusahaan.

Di dalam melaksanakan kegiatan kerja karyawan tidak akan terlepas dari semangat

kerja sehingga dengan demikian karyawan tersebut akan selalu mampu melaksanakan

pekerjaan dengan baik. Yang dimaksud dengan semangat kerja adalah dorongan yang

menyebabkan melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan

akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Semangat kerja dapat diartikan sebagai

semacam pernyataan ringkas dari kekuatan-kekuatan psikologis yang beraneka ragam yang

menekan sehubungan dengan pekerjaan mereka. Semangat kerja dapat diartikan juga

sebagai suatu iklim atau suasana kerja yang terdapat di dalam suatu organisasi yang

menunjukkan rasa kegairahan di dalam melaksanakan pekerjaan dan mendorong mereka

untuk bekerja secara lebih baik dan lebih produktif.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik menelaah

secara lebih mendalam, stres kerja dan konflik kerja yang berdampak pada semangat kerja

karyawan. Maka penulis mengambil judul “PENGARUH STRES KERJA DAN

KONFLIK KERJA KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN

DI PT PERTAMINA RETAIL”.

5
6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka peneliti mengidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Apakah stres kerja berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan di

PT Pertamina Retail?

2. Apakah stres kerja tidak berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan di

PT Pertamina Retail?

3. Apakah konflik kerja berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan di

PT Pertamina Retail.

4. Apakah konflik kerja tidak berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan di

PT Pertamina Retail.

5. Apakah stres kerja dan konflik kerja berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan

di PT Pertamina Retail.

6. Apakah stres kerja dan konflik kerja tidak berpengaruh terhadap semangat kerja

karyawan di PT Pertamina Retail.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah membahas bagaimana pengaruh stres

kerja dan konflik kerja terhadap semangat kerja karyawan di PT Pertamina Retail Periode

Januari 2017 s.d Maret 2017.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisis:

1. Untuk menganalisis stres kerja terhadap semangat kerja karyawan di PT Pertamina

Retail.

6
7

2. Untuk menganalisis konflik kerja terhadap semangat kerja karyawa di

PT Pertamina Retail.

3. Untuk menganalisis stres kerja dan konflik kerja terhadap semangat kerja karyawan

di PT Pertamina Retail.

1.5 Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian yang sudah dilaksanakan oleh penulis dapat memberikan banyak

manfaat bagi berbagai pihak yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak

langsung bagi mahasiswa dan perusahaan.

1.5.1 Manfaat Bagi Dunia Usaha

1. Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

2. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di perusahaan dan

mendapatkan solusi yang tepat dan benar berdasarkan landasan teori.

3. Sebagai bahan masukan apabila menghadapi kasus atau masalah yang serupa

di masa yang akan datang.

1.5.2 Manfaat Bagi Dunia Akademik

1. Mahasiswa dapat mengukur pemahaman tentang teori-teori yang sudah didapat

selama perkuliahan.

2. Mahasiswa dapat menemukan teori-teori baru yang didapatkan selama di

bangku perkuliahan.

3. Mahasiswa dapat mengetahui keterampilan-keterampilan dan standarisasi

kemampuan yang harus dikuasai untuk masuk ke dalam dunia kerja.

7
8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

SDM sebagai salah satu unsur penunjang organisasi, dapat diartikan sebagai

manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut personil, tenaga kerja,

pekerja/karyawan), atau potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam

mewujudkan eksistensinya, potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai

modal non-material dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi

nyata secara fisik dan nonfisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Mengingat

betapa pentingya peran SDM untuk kemajuan organisasi, maka organisasi dengan

model yang lebih moderat menekankan pada fungsi SDM dengan orientasi jangka

panjang. Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia menurut

para ahli.

Menurut Mangkunegara (2007:2): “Manajemen sumber daya manusia adalah

suatu perencanaan, pengoraganisasian, pengkordinasian, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa,

penginteregasian, pemeliharaan, dan pemisahaan tenaga kerja dalam rangka

mencapai tujuan organisasi”.

Menurut Hasibuan (Hasibuan 2003:10): “Manajemen Sumber Daya Manusia

adalah Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan

efesien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat”.

Berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa Manajemen Sumber

Daya Manusia adalah ilmu dan seni mendayagunakan manusia atau proses

8
9

memperoleh, memajukan, mengembangkan, dan memelihara tenaga kerja sampai

sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

2.1.2 Stres Kerja

2.1.2.1 Pengertian Stres Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:157), stres kerja merupakan “perasaan

tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini

tampak dari Sympton antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang,

suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, cemas, tegang,

gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan”.

Menurut Handoko (2012:200), stres merupakan “suatu kondisi ketegangan

yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang”.

Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam

kehidupan berkarya adalah stres yang harus diatasi, baik oleh karyawan

sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak lain. Para ahli

mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan

yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan

lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas

tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan

mengalami stres (Siagian, 2010:300).

Menurut Rivai dan Sagala (2009:1008), stres kerja adalah suatu

kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan

psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang

karyawan. Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang

untuk menghadapi lingkungan. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan

9
10

berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu

pelaksanaan kerja mereka.

Menurut Robbins (2008:368), stres kerja merupakan “sebuah

kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada suatu peluang,

tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan individu

tersebut dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting”. Dari uraian di

atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja terjadi dikarenakan adanya

ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan

karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi

pekerjaan.

2.1.2.2 Faktor Penyebab Stres Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:157), penyebab stres kerja antara lain

“beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak,

kualitas pengawasan yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, otoritas kerja

yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik

kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pemimpin yang frustasi dalam

kerja”.

Menurut Handoko (2012:201) “kondisi-kondisi yang menyebabkan

stres disebut dengan istilah stressors. Stres dapat disebabkan oleh satu

stressor, tetapi ada kalanya karyawan mengalami stres karena kombinasi

beberapa stressor. Terdapat dua kategori penyebab stres yaitu on the job dan

off the job”.

Stres on the job adalah stres yang disebabkan karena masalah yang

terjadi di dalam perusahaan. Beberapa kondisi kerja yang menyebabkan stres


10
11

bagi karyawan dinyatakan sebagai penyebab stres on the job antara lain:

1. Beban kerja yang berlebihan.

2. Tekanan atau desakan waktu.

3. Kualitas supervisi yang jelek.

4. Iklim politisi yang tidak aman.

5. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai.

6. Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan

tanggungjawab.

7. Kemenduaan peranan (role ambiguity).

8. Frustasi.

9. Konflik antar pribadi dan antar kelompok.

10. Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan.

11. Berbagai bentuk perubahan.

Stres kerja karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah

yang terjadi di luar perusahaan. Penyebab-penyebab stres off the job

antara lain:

1. Kekhawatiran finansial.

2. Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak.

3. Masalah-masalah fisik.

4. Masalah-masalah perkawinan.

5. Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal.

6. Masalah pribadi lain, seperti kematian sanak saudara.

11
12

2.1.2.3 Gejala Stres Kerja

Menurut Robbins (2008:375) indikator stres kerja dapat

dikelompokkan dalam tiga kategori umum:

1. Gejala fisiologis meliputi:

a. Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah.

b. Mudah lelah secara fisik.

c. Menimbulkan sakit kepala.

d. Problem tidur (kekurangan tidur).

2. Gejala psikologis meliputi:

a. Cepat tersinggung.

b. Tidak komunikatif.

c. Banyak melamun.

d. Lelah mental.

3. Gejala perilaku meliput:

a. Perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran

karyawan.

b. Perubahan dalam kebiasaan makan, merokok berlebihan, bicara

yang gagap, serta kegelisahan.

2.1.2.4 Pendekatan Stres Kerja

Menurut Rivai dan Sagala (2009:1008) terdapat dua pendekatan

stres kerja, yaitu:

1. Pendekatan individu meliputi:

a. Meningkatkan keimanan.

b. Melakukan meditasi dan pernapasan.

12
13

c. Melakukan kegiatan olahraga.

d. Melakukan relaksasi.

e. Dukungan sosial dari teman-teman dan keluarga.

f. Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan.

2. Pendekatan perusahaan meliputi:

a. Melakukan perbaikan iklim organisasi.

b. Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik.

c. Menyediakan sarana olahraga.

d. Melakukan analisis dan kejelasan tugas.

e. Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan.

f. Melakukan restrukturisasi tugas.

g. Menerapkan konsep Manajemen berdasarkan sasaran.

Menurut Mangkunegara (2013:157) ada empat pendekatan terhadap

stres kerja, yaitu:

1. Pendekatan Dukungan Sosial

Pendekatan ini dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan

memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya: bermain game dan

bergurau.

2. Pendekatan Melalui Meditasi

Pendekatan ini perlu dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi

ke alam pikiran, mengendorkan kerja otot, dan menenangkan emosi. Meditasi

ini dapat dilakukan selama 15-20 menit. Meditasi biasa dilakukan di

ruangan khusus. yaitu dengan berdoa.

13
14

3. Pendekatan Melalui Biofeedback

Pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. Melalui

bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan

dapat menghilangkan stres yang dialaminya.

4. Pendekatan Kesehatan Pribadi

Pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya

stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu

memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga

secara teratur.

2.1.3 Konflik Kerja

2.1.3.1 Pengertian Konflik Kerja

Setiap kelompok dalam suatu organisasi atau perusahaan, yang di

dalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki

kecenderungan timbulnya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan

perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai,

ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja.

Menurut Mangkunegara (2013:155), konflik kerja adalah “suatu pertentangan

yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya,

orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang diharapkannya”.

Konflik kerja adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih

anggota-anggota atau kelompok (dalam suatu organisasi/perusahaan) yang

harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja atau

karena kanyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, nilai atau

persepsi. Konflik kerja juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota

14
15

organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain.

Selain itu konflik diartikan sebagai perbedaan, pertentangan, dan perselisihan

(Rivai dan Sagala, 2009:999). Menurut Robbins (2008:173), konflik adalah

“suatu proses yang bermula ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain

merugikan”.

Dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu proses interaksi

yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat yang

berpengaruh pada pihak-pihak yang terlibat.

2.1.3.2 Bentuk-Bentuk Konflik Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:155) terdapat empat bentuk konflik

dalam organisasi, yaitu:

1. Konflik Hierarki (Hierarchical Conflict), yaitu konflik yang terjadi

pada tingkatan hierarki organisasi. Contohnya: konflik antara komisaris

dengan direktur utama, pimpinan dengan karyawan, pengurus dengan

manajer.

2. Konflik Fungsional (Functional Conflict), yaitu konflik yang terjadi

dari macam- macam fungsi departemen dalam organisasi. Contohnya:

konflik yang terjadi antara bagian produksi dengan bagian pemasaran.

3. Konflik Staf dengan Kepala Unit (Line Staff Conflict), yaitu

konflik yang terjadi antara pimpinan unit dengan stafnya terutama staf yang

berhubungan dengan wewenang/otoritas kerja. Contohnya: staf secara tidak

formal mengambil wewenang yang berlebihan.

4. Konflik Formal-Informal (Formal-Informal Conflict), yaitu konflik

yang terjadi yang berhubungan dengan norma yang berlaku di organisasi

15
16

informal dengan organisasi formal. Contoh: pemimpin yang menempatkan

norma yang salah pada organisasi.

2.1.3.3 Faktor Penyebab Konflik Kerja

Menurut Mangkunegara (2013:156) penyebab terjadinya konflik

dalam organisasi antara lain:

1. Koordinasi kerja yang tidak dilakukan.

2. Ketergantungan dengan pelaksanaan tugas.

3. Tugas yang tidak jelas (tidak ada deskripsi jabatan).

4. Perbedaan dalam orientasi kerja.

5. Perbedaan dalam memahami tujuan organisasi.

6. Perbedaan persepsi.

7. Sistem kompetensi insentif (reward).

8. Strategi pemotivasian yang tidak tepat.

Menurut Sule dan Saefullah (2005:291) sumber konflik dapat dibagi

menjadi 4 faktor yaitu:

1. Faktor komunikasi (communication factors): faktor komunikasi

dapat menjadi penyebab konflik ketika para anggota dalam sebuah organisasi

maupun antarorganisasi tidak dapat atau tidak mau untuk saling mengerti dan

saling memahami dalam berbagai hal dalam organisasi.

2. Faktor struktur tugas maupun struktur organisasi (job structure or

organization structure): struktur tugas dapat menyebabkan konflik ketika

sebagian anggota tidak bisa memahami pekerjaan mereka dari struktur tugas

yang ada, atau juga terjadi ketidaksesuaian dalam hal pembagian kerja,

maupun prosedur kerja yang tidak dipahami.

16
17

3. Faktor personal (Personal factors): faktor personal dapat menjadi

sumber konflik dalam organisasi ketika individu-individu dalam organisasi

tidak dapat saling memahami satu sama lain, sehingga terjadi berbagai

persoalan yang dapat mendorong terciptanya konflik antarindividu, baik di

dalam satu bagian tertentu maupun antarbagian tertentu dalam organisasi.

4. Faktor lingkungan (environmental factors): faktor lingkungan dapat

menjadi sumber konflik ketika lingkungan dimana setiap individu

bekerja tidak mendukung terwujudnya suasana kerja yang kondusif bagi

efektifitas pekerjaan yang dilakukan oleh setiap orang maupun setiap

kelompok kerja.

2.1.3.4 Akibat Konflik Kerja

Menurut Robbins (2008:185) jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak

yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Robbins membagi konflik

menjadi dua macam, yaitu:

1. Konflik Fungsional, dalam arti konflik tersebut menghasilkan

perbaikan kinerja kelompok. Indikasinya dapat berupa bersaing untuk meraih

prestasi, pergerakan positif menuju tujuan, merangsang kreativitas dan

inovasi, serta adanya dorongan untuk melakukan perubahan.

2. Konflik Disfungsional, dalam arti konflik tersebut menghambat

kinerja kelompok. Indikasinya dapat berupa mendominasi diskusi, tidak

senang bekerja dalam kelompok, benturan kepribadian, perselisihan antar

individu, dan terjadinya ketegangan. Keragaman disfungsional ini dapat

mengurangi efektivitas kelompok.

17
18

2.1.3.5 Cara Mengelola Konflik Kerja

Menurut Rivai dan Sagala (2009:1006) konflik dapat dikelola dengan

cara:

1. Metode Stimulasi Konflik.

Metode ini digunakan untuk menimbulkan rangsangan anggota,

karena anggota pasif yang disebabkan oleh situasi di mana konflik terlalu

rendah. Metode ini digunakan untuk merangsang konflik yang produktif.

Metode stimulasi konflik ini meliputi:

a. Pemasukan atau penempatan orang luar ke dalam kelompok.

b. Penyusunan kembali organisasi.

c. Penawaran bonus, pembayaran insentif dan penghargaan untuk

mendorong persaingan.

d. Pemilihan manajer-manajer yang tepat.

e. Perlakuan yang berbeda dengan kebiasaan.

2. Metode pengurangan konflik.

Metode ini mengurangi antagonisme (permusuhan) yang ditimbulkan

oleh konflik. Metode ini mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan

suasana” tetapi tidak menangani masalah-masalah yang semula menimbulkan

konflik. Metode ini ada dua. Pertama, mengganti tujuan yang menimbulkan

persaingan dengan tujuan yang lebih bisa diterima kelompok. Kedua,

mempersatukan kedua kelompok yang bertentangan untuk menghadapi

“ancaman” atau “musuh” yang sama.

18
19

3. Metode penyelesaian konflik.

Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu:

a. Dominasi atau penekanan. Dominasi atau penekanan dapat dilakukan

dengan beberapa cara, yaitu: kekerasan yang bersifat penekanan

otokratik, penanganan cara yang lebih diplomatis, penghindaran

dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas, dan

aturan mayoritas dengan mencoba untuk menyelesaikan konflik antar

kelompok dengan melakukan pemungutan suara melalui prosedur

yang adil.

b. Kompromi. Manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui jalan

tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai. Bentuk-bentuk

kompromi meliputi: pemisahan (separation), perwasitan (arbitrasi),

kembali ke peraturan-peraturan yang belaku, dan penyuapan

(bribing) salah satu pihak menerima kompensasi dalam pertukaran

untuk mencapai penyelesaian konflik.

c. Pemecahan masalah yang integratif (secara menyeluruh). Dalam hal

ini manajer perlu mendorong bawahannya bekerjasama untuk

mencapai tujuan bersama, melakukan pertukaran gagasan secara

bebas dan menekankan usaha- usaha pencarian penyelesaian

optimum agar tercapai penyelesaian integratif. Ada tiga macam

metode penyelesaian integratif, yaitu: konsensus (kedua belah pihak

bertemu bersama untuk mencari penyelesaian terbaik masalah

mereka), konfrontasi (kedua belah pihak menyatakan pendapatnya

19
20

secara langsung satu sama lain, dengan kepemimpinan yang

terampil), dan terakhir penggunaan tujuan-tujuan yang lebih tinggi

(dapat menjadi metode penyelesaian konflik bila tujuan tersebut

disetujui bersama).

2.1.4 Semangat Kerja

2.1.4.1 Pengertian Semangat Kerja

Semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya

untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di sebuah perusahaan.

Kondisi melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik merupakan gambaran

awal dari produktivitas karyawan dalam bekerja. Dengan kata lain,

terdapat kecenderungan hubungan langsung antara produktivitas yang tinggi

dan semangat yang tinggi (Badriyah, 2015:242).

Menurut Hasibuan (2013:94), semangat kerja adalah keinginan dan

kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta

berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja ini

akan merangsang seseorang untuk berkarya dan berkreativitas dalam

pekerjaannya. Indikasi turunnya semangat kerja dapat dilihat dari: rendahnya

produktivitas, tingkat absensi yang tinggi, tingkat perputaran karyawan yang

tinggi, tingkat kerusakan yang naik, kegelisahan dimana-mana, tuntutan yang

sering terjadi, dan pemogokan. Menurut Nitisemito (dalam Ananta, 2008),

semangat kerja adalah “melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga

pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik”.

Dapat disimpulkan bahwa semangat kerja merupakan gambaran

perasaan, keinginan atau kesungguhan individu/kelompok terhadap organisasi

20
21

yang akan mempengaruhi kedisiplinan dan kesediaan individu dalam kegiatan

organisasi untuk mengerjakan tugas dengan lebih baik dan lebih cepat.

2.1.4.2 Menurunnya Semangat Kerja

Semangat kerja tidak selalu ada dalam diri karyawan. Terkadang

semangat kerja dapat pula menurun. Indikasi-indikasi menurunnya

semangat kerja selalu ada dan memang secara umum dapat terjadi. Menurut

Nitisemito (dalam Darmawan, 2008), indikasi-indikasi tersebut antara lain:

1. Rendahnya produktivitas kerja

Menurunnya produktivitas dapat terjadi karena kemalasan, menunda

pekerjaan, dan sebagainya. Bila terjadi penurunan produktivitas, maka hal ini

berarti indikasi dalam organisasi tersebut telah terjadi penurunan semangat

kerja.

2. Tingkat absensi yang naik atau tinggi

Pada umumnya, bila semangat kerja menurun, maka karyawan

dihinggapi rasa malas untuk bekerja. Apalagi kompensasi atau upah yang

diterimanya tidak dikenakan potongan saat mereka tidak masuk bekerja.

Dengan demikian dapat menimbulkan penggunaan waktu luang untuk

mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi, meski hanya untuk sementara.

3. Labour turn over atau tingkat perpindahan karyawan yang tinggi

Keluar masuk karyawan yang meningkat terutama disebabkan

karyawan mengalami ketidaksenangan atau ketidaknyamanan saat mereka

bekerja, sehingga mereka berniat bahkan memutuskan untuk mencari

tempat pekerjaan lain yang lebih sesuai dengan alasan mencari kenyamanan

dalam bekerja. Manajer harus waspada terhadap gejala-gejala seperti ini.

21
22

4. Tingkat kerusakan yang meningkat

Meningkatnya tingkat kerusakan sebenarnya menunjukan bahwa

perhatian dalam pekerjaan berkurang. Selain itu dapat juga terjadi

kecerobohan dalam pekerjaan dan sebagainya. Dengan naiknya tingkat

kerusakan merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa semangat kerja telah

menurun.

5. Kegelisahan dimana-mana

Kegelisahan tersebut dapat berbentuk ketidaktenangan dalam bekerja,

keluh kesah serta hal-hal lain. Terusiknya kenyamanan karyawan

memungkinkan akan berlanjut pada perilaku yang dapat merugikan organsasi

itu sendiri.

6. Tuntutan yang sering terjadi

Tuntutan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, dimana pada

tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.

Organisasi harus mewaspadai tuntutan secara massal dari pihak karyawan.

7. Pemogokan

Pemogokan adalah wujud dari ketidakpuasan, kegelisahan dan

sebagainya. Jika hal ini terus berlanjut maka akan berujung ada munculnya

pemogokan.

2.1.4.3 Mengukur Semangat kerja

Menurut Nitisemito (dalam Darmawan, 2008), faktor-faktor untuk

mengukur semangat kerja adalah:

1. Absensi karena absensi menunjukkan ketidakhadiran karyawan

dalam tugasnya. Hal ini termasuk waktu yang hilang karena sakit,

22
23

kecelakaan, dan pergi meninggalkan pekerjaan karena alasan pribadi tanpa

diberi wewenang. Yang tidak diperhitungkan sebagai absensi adalah

diberhentikan untuk sementara, tidak ada pekerjaan, cuti yang sah atau

periode libur, dan pemberhentian kerja.

2. Kerjasama dalam bentuk tindakan kolektif seseorang terhadap

orang lain. Kerja sama dapat dilihat dari kesediaan karyawan untuk bekerja

sama dengan rekan kerja atau dengan atasan mereka berdasarkan untuk

mencapai tujuan bersama. Selain itu, kerjasama dapat dilihat dari kesediaan

untuk saling membantu di antara rekan sekerja sehubungan dengan tugas-

tugasnya dan terlihat keaktifan dalam kegiatan organisasi.

3. Kepuasan kerja sebagai keadaan emosional yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan

mereka.

4. Kedisiplinan sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang sesuai

peraturan organasasi dalam bentuk tertulis maupun tidak. Dalam praktiknya

bila suatu organisasi telah mengupayakan sebagian besar dari peraturan-

peraturan yang ditaati oleh sebagian besar karyawan, maka kedisiplinan

telah dapat ditegakkan.

2.1.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Semangat kerja membutuhkan perhatian yang teratur, diagnosis

dan pengobatan yang layak seperti halnya dengan kesehatan. Semangat

kerja agak sukar diukur karena sifatnya abstrak. Semangat kerja merupakan

gabungan dari kondisi fisik, sikap, perasaan, dan sentimen karyawan.

Untuk melihat seberapa besar semangat kerja karyawan di perusahaan

23
24

diperlukan beberapa indikator.

Menurut Nitisemito (dalam Darmawan, 2008), ada beberapa cara

untuk meningkatkan semangat kerja karyawan. Caranya dapat bersifat

materi maupun non materi seperti:

1. Gaji yang sesuai dengan pekerjaan.

2. Memperhatikan kebutuhan rohani.

3. Sekali-kali perlu menciptakan suasana kerja yang santai yang

dapat mengurangi beban kerja.

4. Harga diri karyawan perlu mendapatkan perhatian.

5. Tempatkan para karyawan pada posisi yang tepat.

6. Berikan kesempatan pada mereka yang berprestasi.

7. Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan.

8. Usahakan para karyawan memiliki loyalitas dan keperdulian

terhadap organisasi.

9. Sekali-kali para karyawan perlu diajak berunding untuk

membahas kepentingan bersama.

10. Pemberian insentif yang terarah dengan aturan jelas.

11. Fasilitas kerja yang menyenangkan yang dapat membangkitkan

gairah kerja.

Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2002:285), secara umum

cara yang dapat ditempuh perusahaan untuk meningkatkan semangat kerja

karyawan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kompensasi kepada tenaga kerja dalam porsi yang

wajar tetapi tidak memaksakan kemampuan perusahaan.

24
25

2. Menciptakan kondisi kerja yang menggairahkan semua pihak.

3. Memperhatikan kebutuhan yang berhubungan dengan spiritual

tenaga kerja.

4. Sarana penyegaran sebagai media pengurangan ketegangan kerja

dan memperkokoh rasa setia kawan antara tenaga kerja maupun

perusahaan.

5. Penempatan tenaga kerja pada posisi yang tepat.

6. Memperhatikan hari esok tenaga kerja.

7. Peran tenaga kerja untuk menyumbangkan aspirasinya

mendapatkan tempat yang wajar.

Membina semangat kerja perlu dilakukan secara terus–menerus

agar mereka menjadi terbiasa mempunyai semangat kerja yang tinggi.

Dengan kondisi yang demikian, pekerja diharapkan dapat melaksanakan

pekerjaan dengan baik dan kreatif. Pembinaan semangat kerja dalam suatu

pekerjaan tentulah pimpinan sebagai atasan. Pembinaan semangat kerja

akan dapat berhasil jika pimpinan benar-benar menempatkan dirinya

bersama-sama dengan pekerja dan berusaha memperbaiki kondisi kerja

agar kondusif sehingga suasana kerja turut mendukung terbinanya

semangat kerja (Adnyani, 2008).

25
26

2.2 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya

Metode
Penulis Variabel Variabe Variabe Hasil
Judul Tahun Analisis
X1 l X2 lY Penelitian
Penelitian
Poundra Pengaruh 2014 Stres Konflik - Metode Stres Kerja
Konflik Kerja Kerja Kuesioner memiliki
Rizky Kerja dan pengaruh
Stres Kerja signifikan
Afrizal Terhadap terhadap
Kepuasan Kepuasan
Kerja Kerja.

Saina Konflik, 2013 - Konflik - Metode Konflik,


Stres Kerja Kerja Survey Stres Kerja
Nur dan dan
Kepuasan Kepuasan
Kerja Kerja secara
Pengaruhn simultan
ya berpengaruh
Terhadap signifikan
Kinerja terhadap
Pegawai kinerja
Pada pegawai
Universita Universitas
s Khairun Khairun
Ternate Ternate

Mahmu Pengaruh 2014 - - Semang Analisis Motivasi dan


Motivasi at Kerja Regresi konflik peran
dah dan Linier berpengaruh
Konflik Berganda terhadap
Peran semangat
Terhadap kerja
Semangat karyawan
Kerja bagian
Karyawan administrasi
RSUD RSUD Saras
Saras Husada
Husada Purworejo.
Purworejo

26
27

Research Gap

Dasar penulis melakukan penelitian Bahwa dalam penelitian sebelumnya menurut


Poundra Rizky Afrizal (2014) memberi kesimpulan
bahwa Konflik dan Stres Kerja berpengaruh
signifikan terhadap kepuasan kerja pada PT Taspen
(Persero). Pada penelitian Mahmudah (2014)
semangat kerja dipengaruhi oleh motovasi & konflik
peran.
Bagi peneliti selanjutnya Kesimpulan dari penelitian terdahulu memiliki
persamaan pada pengaruh yang signifikan stres kerja
dan konflik kerja terhadap semangat kerja.
Sumber: Dari Berbagai Jurnal (data diolah)

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Stres Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Semangat Karyawan

Stres Kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami

karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Beban kerja berlebihan akan membuat

karyawan merasa tertekan dengan pekerjaannya, mereka merasa pekerjaan yang

dibebankan terlalu berat sehingga kuantitas kerja yang dihasilkan karyawan tidak

maksimal. Selain itu waktu kerja yang terlalu pendek dan kurangnya rasa tanggung

jawab karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan menyebabkan karyawan tidak dapat

menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya sehingga karyawan sering melakukan

kerja lembur untuk meyelesaikan pekerjaan. Karyawan yang telah melakukan

pekerjaan ingin mendapatkan respon yang baik dari atasan maupun teman sekerja,

akan tetapi ketika mereka tidak mendapatkan respon tersebut maka karyawan akan

merasa pekerjaannya tidak dihargai dan akan menurunkan kualitas pekerjaannya.

Karyawan yang tidak cocok dengan pekerjaannya akan mengakibatkan pekerjaan

yang dihasilkan akan tidak sesuai dengan standar yang ditentukan. Karyawan yang

tidak cocok dengan pekerjaan ditambah lagi intimidasi dan tekanan dari atasan

27
28

ataupun rekan kerja akan mempengaruhi kualitas kerja. Risiko yang dihadapi oleh

setiap karyawan di berbagai divisi berbeda beda. Dengan risiko yang tinggi tersebut,

kinerja karyawan akan lebih berhati-hati dan ragu-ragu sehingga kualitas kerja

menurun. Selain itu, target dan harapan perusahaan yang tinggi membuat karyawan

yang tidak mampu akan menganggapnya sebagai tekanan dan tidak termotivasi untuk

mencapai target tersebut.

Indikator-indikator dari stress kerja menurut Stephen P.Robbins terjemahan

Benyamin Molan (2006: 796-797) yaitu:

1. Tuntutan tugas, merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang

seperti kondisi kerja, tata kerja letak fisik.

2. Tuntutan peran, berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang

sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam suatu organisasi.

3. Tuntutan antar pribadi, merupakan tekanan yang diciptakan oleh karyawan

lain.

4. Struktur organisasi.

5. Kepemimpinan organisasi.

Stres kerja yang dialami karyawan dalam melaksanakan tugasnya akan

mengakibatkan kondisi yang tidak menyenangkan bagi karyawan sehingga kepuasan

kerja karyawan akan mengalami penurunan. Dampak lebih jauh lagi stres kerja ini

akan mengakibatkan menurunnya kinerja karyawan.

2.3.2 Konflik Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Semangat Karyawan

Konflik kerja sering terjadi didalam lingkungan kerja. Karyawan yang sering

marah atau emosional akan membuat rekan sekerjanya merasa tidak nyaman. Jika

karyawan marah satu sama lain maka kinerja dan produktifitasnya akan menurun,

28
29

ketika mereka harus bekerja sama dalam tim mereka cenderung hanya akan

memfokuskan menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing daripada

mengonsentrasikan diri pada penyelesaian konflik. Dalam bekerja karyawan menjadi

tidak tenang dan timbul sikap was – was terhadap teman sekerja, mereka akan

cenderung lebih tertutup karena merasa teman sekerja tersebut tidaklah baik dan

menjadi sebuah ancaman bagi karirnya. Ketika karyawan merasa saling tertekan maka

konsentrasi pekerjaan akan menurun sehingga kualitas pekerjaan yang mereka

hasilkan akan menurun juga.

Tidak jarang karyawan juga mengalami perbedaan pendapat dalam

pengelolaan pekerjaan, menetukan penyebab atas permasalahan dan perbedaan dalam

menentukan solusi dalam menyelesaikan permasalahan hal tersebut secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap kualitas pekerjaan karyawan.

Permusuhan yang timbul dari cekcok yang berkepanjangan akan berpengaruh

kepada visi misi dan target perusahaan. Perusahaan akan lebih lambat menyelesaikan

pekerjaan karena karyawannya terlibat konflik. Tentunya hal itu akan berpengaruh

kepada eksistensi perusahaan dimata rekanan bisnisnya, oleh karenanya perusahaan

harus menjadikan ini sebagai fokus masalah yang dihadapi perusahaan.

Berdasarkan indikatornya, Robbins yang dialih bahasakan oleh Pujaatmaka

membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik fungsional (Functional Conflict),

yaitu konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok dan konflik disfungsional

(Dysfunctional Conflict), yaitu konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok,

berikut indikator konflik fungsional dan disfungsional sebagai berikut:

29
30

1. Konflik fungsional:

a. Bersaing untuk meraih prestasi.

b. Pergerakan positif menuju tujuan.

c. Merangsang kreatifitas dan Inovasi.

d. Dorongan melakukan perubahan.

2. Konflik Disfungsional:

a. Mendominasi diskusi.

b. Tidak senang bekerja dalam kelompok.

c. Benturan kepribadian.

d. Perselisihan antar individu.

e. Ketegangan.

2.3.3 Stres Kerja dan Konflik Kerja Berpengaruh Negatif Terhadap Semangat

Kerja

Stres kerja dapat terjadi didalam diri karyawan, hal itu dikarenakan tekanan

yang terus menerus dari atasan dan intimidasi rekan sekerja. Pekerjaan yang banyak

tidak jarang akan menimbulkan stres kerja, pekerjaan tidak akan selesai tepat waktu.

Stres kerja yang terus menerus akan menurunkan gairah kerja karyawan. Sehingga

semangat kerja dan produktifitas menurun.

Konflik yang terjadi dalam lingkungan pekerjaan merupakan pemicu sumber

stres, karyawan yang saling marah satu sama lain dan saling diam akan membuat

keadaan lingkungan menjadi tidak nyaman. Pekerjaan yang seharusnya dapat

dikerjakan secara tim dan bersama-sama menjadi terbengkalai karena masing masing

karyawan hanya fokusberkontribusi sesuai pekerjaan yang harus dia kerjakan tanpa

memperdulikan pekerjaan karyawan lain.

30
31

Jika antar karyawan tidak saling mendukung dalam pekerjaan maka

perusahaan tidak akan mencapai visi misi dan targetnya. Stres kerja yang disertai

dengan konflik kerja menciptakan suasana yang tidak kondusif dan kinerja menjadi

tidak optimal. Dengan demikian stres dan konflik kerja berpengaruh negatif terhadap

semangat kerja.

Berdasarkan penelitian di atas, maka rumusan paradigma keterkaitan stress

kerja dengan kepuasan kerja dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

Stres Kerja

 Gejala Fisiologis Semangat Kerja


 Psikologis
 Rendahnya Produktivitas Kerja
 Perilaku
 Tingkat absensi yang naik atau
tinggi
 Labour turn over atau tingkat
Stephen P. Robbins
perpindahan karyawan yang tinggi
(2008:375)  Tingkat Kerusakan yang Meningkat
Konflik Kerja  Kegelisahan dimana-mana
 Tunntutan yang sering terjadi
 Fungsional  Pemogokan
 Disfungsional
Darmawan (2008)

Stephen P. Robbins

(2008:185)

31
32

2.4 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjuan teoritis dan hasil temuan empiris di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah:

H01: Diduga stres kerja tidak berpengaruh terhadap semangat kerja.

Ha1: Diduga stres kerja berpengaruh terhadap semangat kerja.

H02: Diduga konflik kerja tidak berpengaruh terhadap semangat kerja.

Ha2: Diduga konflik kerja berpengaruh terhadap semangat kerja.

H03: Diduga stres kerja dan konflik kerja tidak berpengaruh terhadap semangat kerja.

Ha3: Diduga stres kerja dan konflik kerja berpengaruh terhadap semangat kerja.

32
33

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Sugiyono

(2013) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah

penelitian dimana peneliti tidak membuat perbandingan variabel (varibel mandiri, variabel

independen dan variabel dependen) pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel -

variabel tersebut dengan variabel lain.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh stres kerja

dan konflik kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Pertamina Retail. Metode yang

digunakan adalah metode dengan teknik survey kuesioner kepada responden. Selanjutnya

data yang diperoleh akan diolah dengan model-model statistik menggunakan program SPSS

versi 21.

3.1.1 Variabel Penelitian

Sugiyono (2013) mendefinisikan variabel penelitian merupakan segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, antara lain:

1. Variabel Bebas (Independent)

Menurut Sugiyono (2013:39), variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat

(dependent). Dalam penelitian ini variabel independent meliputi stres kerja (X1), dan

konflik kerja (X2).

33
34

2. Variabel Terikat (Dependent)

Menurut Sugiyono (2013:39), variabel terikat adalah suatu variabel yang akan

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian

ini variabel dependent adalah kinerja karyawan (Y).

3.1.2 Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Pertamina Retail yang terletak di Jakarta Pusat,

dengan elemen-elemen data yang menjadi tolok ukur stres kerja dan konflik kerja

terdhadap semangat kerja.

3.1.3 Unit Analisis

Unit analsis dilakukan kepada para karyawan PT Pertamina Retail, Jakarta

Pusat. Penelitian dilakukan selama bulan Maret 2017.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Erlina (2011:48), definisi operasional adalah “menjelaskan karakteristik

dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep

dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian”. Pengertian operasional variabel

ini kemudian diuraikan menjadi sebagai berikut:

34
35

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala


1. Fisiologis 1.1 Meningkatnya detak jantung
Suatu keadaan dimana
1.2 Mudah lelah secara fisik
karyawan mengalami
1.3 Menimbulkan sakit kepala
ketegangan
karena adanya kondisi- 2. Psikologis 2.1 Cepat tersinggung
kondisi yang 2.2 Tidak komunikatif
Stres mempengaruhi dirinya. 2.3 Banyak melamun
Kerja Kondisi-kondisi 2.4 Lelah mental Likert
(X1) tersebut ditimbulkan 3. Perilaku 3.1 Perubahan dalam tingkat produktivitas,
dari dalam diri kemangkiran, dan perputaran karyawan.
karyawan maupun dari 3.2 Perubahan dalam kebiasaan makan,
luar diri karyawan merokok berlebihan, bicara yang gagap,
serta kegelisahan
PT Pertamina Retail
1. Fungsional 1.1 Bersaing untuk meraih prestasi
Suatu pertentangan
1.2 Pergerakan positif menuju tujuan
yang terjadi antara apa
1.3 Merangsang kreativitas dan inovasi,
yang diharapkan oleh
serta adanya dorongan untuk melakukan
karyawan terhadap
Konflik perubahan
dirinya, orang lain,
Kerja organisasi dengan 2. Disfungsional 2.1 Mendominasi diskusi Likert
(X2) kenyataan apa yang 2.2 Tidak senang bekerja dalam kelompok
diharapkannya pada 2.3 Benturan kepribadian
karyawan 2.4 Perselisihan antar individu
2.5 Terjadinya ketegangan
PT Pertamina Retail.
1. Rendahnya 1.1 Kemalasan
Produktivitas Kerja 1.2 Menunda pekerjaan
2.1 Pegawai tidak dikenakan potongan saat
2. Tingkat Absensi mereka tidak masuk bekerja
yang naik atau tinggi 2.2 Tidak adanya reward dan punishment
untuk para karyawan
3. Labour Turn Over
Melakukan pekerjaan atau tingkat 3.1 Ketidaknyamanan pegawai saat bekerja
secara lebih giat perpindahan 3.2 Tidak adanya perhatian perusahaan
Semanga sehingga pekerjaan karyawan yang dengan karyawan
t Kerja dapat diharapkan lebih tinggi Likert
(Y) cepat dan lebih baik
pada karyawan PT 4. Tingkat Kerusakan 4.1 Perhatian dalam pekerjaan berkurang
Pertamina Retail yang meningkat 4.2 Kecerobohan dalam pekerjaan
5. Kegelisahan dimana- Ketidak tenangan dan ketidaknyamanan
mana pegawai saat bekerja
6.1 Ketidaknyamanan pegawai saat bekerja
6. Tuntutan yang sering
6.2 Tidak terpenuhinya kebutuhaan
terjadi
karyawan
7. Pemogokan Ketidakpuasan karyawan dengan perusahaan

35
36

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi menurut Ridwan dan Kuncoro (dalam Erlina, 2011:80) adalah

“wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pada

PT Pertamina Retail berjumlah 50 (lima puluh) orang.

3.3.2 Sampel

Sampel menurut Erlina (2011:81) adalah “bagian populasi yang digunakan

untuk memperkirakan karaktersitik populasi”. Untuk menghitung penentuan

jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan, maka digunakan rumus

Slovin sebagai berikut:

Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = taraf kesalahan, dalam penelitian ini digunakan α = 5%

Dalam menentukan jumlah sampel yang akan dipilih, peneliti

menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5%, maka jumlah sampel yang

digunakan adalah 50 orang, dengan perhitungan di atas maka:

50
n= = 44.444 = 44
2
1 + 50 (0.05)

36
37

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling

dikarenakan populasi yang dijadikan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi tersebut.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut

Sugiyono (2013:187), s u m b e r data primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

(kuesioner). Angket (Kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan memberikan sejumlah daftar pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab.

3.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan instrument (Arikunto, 2002:144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui kesahihan dari kuesioner

yang digunakan. Kesahihan disini artinya kuesioner yang dipergunakan mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat

dari hasil output SPSS pada nilai Corrected Item – Total Corellation > r – tabel.

37
38

Kuncoro (2013:151) menyatakan bahwa secara konseptual validitas dibedakan

menjadi 3 macam yaitu validitas isi (content validity), validitas yang berkaitan dengan

kriteria (criteion-related validity), validitas konstruk (contruct validity). Validitas isi

memastikan bahwa ukuran telah cukup memasukan sejumlah item dalam mewakili

semesta konsep yang diukur, maka semakin besar validitas isi. Dengan kata lain

validitas isi adalah sebuah fungsi yang menunjukan seberapa baik dimensi dan elemen

sebuah konsep digambarkan.

Validitas yang berkaitan dengan kriteria terjadi ketika sebuah ukuran

membedakan individual pada kriteria yang akan diperkirakan. Hal ini dapat dilakukan

dengan menetapkan concurrent validity atau predictive validity. Concurrent validity

terjadi ketika skala yang ditetapkan dapat memberdakan individual yang telah

diketahui berbeda, sehingga skor untuk masing-masing instrumen harus berbeda.

Validitas konstruk membuktikan seberapa bagus hasil yang diperoleh dari

penggunaan ukuran sesuai dengan teori dimana pengujian dirancang. Hal ini dinilai

dengan Convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity terjadi

ketika skor yang dihasilkan oleh dua buah instrumen yang mengukur konsep yang

sama memilki korelasi yang tinggi. Discriminant validityi terjadi ketika berdasarkan

teori, dua buah variabel diperkirakan tidak berkorelasi, dan skor pengukuran yang

dihasilkan juga menunjukan tidak berkorelasi secara empiris. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan perhitunga SPSS untuk menguji validitas setiap pernyataan

untuk masing-masing variabel, menurut Sufren dan Natanael (2013:55-56) butir

pernyataan dapat dikatakan valid apabila corrected item total correlation memenuhi

syarat di atas 0,2.

38
39

Karena skor butir angket berskala interval, maka pengujian validitas

menggukan korelasi product momment. Nilai rtabel dengan jumlah sampel (n – 50)

pada taraf signifikan (α – 0,05) didapat rtabel 0.279, artinya bila rhitung<rtabel maka butir

instrumen tersebut tidak valid dan apabila rhitung>rtabel, maka butir instrumen

tersebut dapat digunakan (valid). Nilai-nilai koefisien korelasi untuk uji validitas

instrumen setiap variabel, peneliti sajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.2.
Hasil Uji Validitas Variabel X1, X2, dan Y

r r r r r r
X1 Ket X2 Ket Y Ket
hitung tabel hitung table hitung tabel

Tidak
P1 0,220 0,279 P11 0,573 0,279 Valid P21 0,518 0,279 Valid
Valid

Tidak
P2 0,618 0,279 Valid P12 0,470 0,279 Valid P22 0,080 0,279
Valid

P3 0,370 0,279 Valid P13 0,669 0,279 Valid P23 0,608 0,279 Valid

P4 0,562 0,279 Valid P14 0,767 0,279 Valid P24 0,583 0,279 Valid

P5 0,659 0,279 Valid P15 0,279 0,279 Valid P25 0,626 0,279 Valid

P6 0,578 0,279 Valid P16 0,433 0,279 Valid P26 0,359 0,279 Valid

P7 0,586 0,279 Valid P17 0,435 0,279 Valid P27 0,644 0,279 Valid

P8 0,581 0,279 Valid P18 0,719 0,279 Valid P28 0,678 0,279 Valid

P9 0,799 0,279 Valid P19 0,759 0,279 Valid P29 0,491 0,279 Valid

P10 0,694 0,279 Valid P20 0,592 0,279 Valid P30 0,298 0,279 Valid

Sumber: Pengolahan data SPSS 21

39
40

3.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,

2002:154). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan

rumus alpha α, karena instrumen dalam penelitian ini berbentuk daftar pertanyaan

yang skornya merupakan rentangan antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item

total, dimana untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0,

misalnya daftar pertanyaan yang berbentuk uraian maka menggunakan rumus alpha α:

Rumus:

k ƩS2 j
α= 1-
k–1 S2 x

Keterangan :

α = koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item

Sj = varians responden untuk 1 item

S2x = jumlah varians skor total

Pada penelitian ini peneliti menggunakan perhitungan SPSS untuk menguji

reliabilitas pada setiap variabel, menurut Sufren dan Natanael (2013:55-56) butir

pernyataan baik apabila koefisien cronbach’s alpha minimal berada pada 0,6 – 0,8.

40
41

3.7 Pengujian Asumsi-Asumsi Model Regresi

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena

untuk melakukan uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak dipenuhi maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Erlina, 2011:100). Uji normalitas pada

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan histogram, grafik, dan

Kolmogorv-Smirnov dengan menggunakan tingkat signifikan 5%.

2. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasli digunakan untuk mengetahui apakah terjadinya korelasi antar

anggota sample yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari adanya

autokorelasi dalam model regresi adalah variabel sample tidak dapat menggambarkan

varian populasinya. Menurut Ghozali (2009:100) diagnosa adanya autokorelasi

dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (uji DW).

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah sebuah regresi terjadi ketidaksamaan

varians dan residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual

dari suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebuat homokedastistasis atau

tidak heterokedastistasis (Sufren dan Natanael, 2013:111).

4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan

adanya korelasi antarvariabel independen. Jika terjadi korelasi, terdapat masalah

multikolinearitas yang harus diatasi (Umar, 2008:177). Ketentuan untuk mendeteksi ada

41
42

tidaknya multikolinearitas menurut (Lubis dkk, 2007:32) yaitu:

a. Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 0 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.

Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.

b. Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang

dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika

lebih dari 0,7 maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel

independen sehingga terjadi multikolinieritas.

3.8 Metode Analisis Data

Analisis deskriptif adalah statistik yang menggambarkan fenomena atau

karakteristik data. Dalam suatu penelitian, analisis deskriptif perlu dilakukan karena

karakteristik dari suatu data akan menggambarkan fenomena dari data.

3.8.1 Frekuensi / Interval Penilaian

Mengevaluasi hasil kuesioner dari variabel Stress Kerja dan Konflik Kerja

terhadap Semangat Kerja ke dalam bentuk. Adapun interprestasi hasil tabel ditentukan

berdasarkan rentang kriteria penilaian yang dapat dihitung melalui nilai tertinggi dan

terendah.

a. Bila semua responden menjawab dengan skala terendah (1) maka total nilai

adalah 50 x 1 = 50

b. Bila semua responden menjawab dengan skala tertinggi (5) maka total nilai

adalah 50 x 5 = 250

42
43

Dari hasil perhitungan nilai tertinggi dan terendah akan dapat ditentukan

interval atau jaraknya. Namun sebelum langkah tersebut dilakukan, maka akan

dilakukan tabulasi hasil kuesioner terlebih dahulu rentang tiap kriteria penilaian

diperoleh dengan rumus :

Jarak =

Jarak =

= 40

Setelah diketahui rentang tiap kriteria, maka dapat ditentukan

pengelompokan skala penilaian sebagai berikut :

Tabel 3.3.
Skala Penilaian

Range Nilai Kategori Penilaian

210-250 Sangat Baik

169-209 Baik

128-168 Cukup Baik

87-127 Tidak Baik

40-86 Sangat Tidak Baik

43
44

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum PT Pertamina Retail

PT Pertamina Retail (selanjutnya disebut Perusahaan) merupakan anak

Perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang usaha retail produk

Pertamina.Perusahaan didirikan pada tanggal 17 Juni 1997, dan awalnya bernama

PT Pertajaya Lubrindo yang bergerak di bidang usaha Pelumas. Pada tanggal 1

September 2005, Perusahaan berganti nama menjadi PT Pertamina Retail. Perubahan

ini bertujuan untuk menghadapi perubahan pasar retail khususnya Stasiun Pengisian

Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia menuju pasar bebas dunia. Pada tanggal 1

Februari 2006 ditetapkan oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum dan Umum,

Kementrian Hukum dan Ham Republik Indonesia. Terhitung sejak Maret 2006,

Perusahaan mulai mengelola dan mengoperasikan SPBU.

PT Pertamina Retail terus berupaya mencapai rencana jangka panjangnya yang

bertujuan untuk menjadi Perusahaan ritel global yang berkelas dengan memberikan

nilai dari diversifikasi bisnis Ritel Bahan Bakar dan Non-Bahan Bakar melalui produk

dan jasa yang terintegrasi. Di tahun 2013, inisiasi-inisiasi bisnis baru, pengukuhan

kemitraan-kemitraan baru dan hasil sinergi penjualan antar antar unit bisnis dengan

pelanggan PT Pertamina Retail telah membantu memberikan keuntungan yang

berkesinambungan dan terus bertumbuh. Di masa mendatang, PT Pertamina Retail

akan mengoptimalkan dan terus mengembangkan aset dan infrastruktur yang dimiliki

demi mempertahankan keunggulan kompetitif untuk menjadi Perusahaan yang

memberikan kontribusi lebih bagi Perusahaan Induk dan Negara, dan tetap terus

berpegang kepada komitmennya sebagai Perusahaan yang menjunjung


44
45

profesionalisme, akuntabilitas dan berorientasi pada kenyamanan dan kepuasan

pelanggan.

4.1.2 Visi dan Misi

Visi:

Menjadi perusahaan retail terdepan.

Misi:

1. Mengelola dan mengembangkan ritel outlet Pertamina secara terintegrasi, profesional,

dan menguntungkan.

2. Meningkatkan citra Pertamina melalui jaminan kualitas produk dan layanan prima.

3. Menjadi role model pengelolaan bisnis SPBU dan SPBG.

4. Memperluas Jaringan di pasar regional.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Distribusi Responden

Setelah mengumpulkan data dari responden sebanyak 50 orang karyawan pada

PT Pertamina Retail, kemudian data tersebut diolah. Responden yang telah mengisi

kuesioner kemudian diolah datanya berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama bekerka

seperti berikut.

45
46

4.2.1.1 Jenis Kelamin

Tabel 4.1
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki – laki 10 20

Perempuan 40 80

Total 50 100

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui karyawan yang berada di PT

Pertamina Retail yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 orang (20%), yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 40 orang (80%).

4.2.1.2 Usia

Tabel 4.2
Profil Responden Berdasarkan Jenis Usia

Usia Jumlah Persentase (%)

18 – 25 28 56

26 – 33 13 26

34 – 41 9 18

Total 50 100

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui karyawan di PT Pertamina

Retail yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah yang berusia di

bawah 18 – 25 tahun sebanyak 28 orang (56%), yang berusia 26 – 33 tahun

46
47

sebanyak 13 orang (26%), yang berusia 34 – 41 tahun sebanyak 9 orang

(18%).

4.2.1.3 Lama Bekerja

Tabel 4.3
Profil Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Frequency Percent

< 3 tahun 12 24.0

3-5 tahun 25 50.0

5-10 tahun 13 26.0

Total 50 100.0

Sumber: data primer yang diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diperoleh informasi bahwa

sebagian besar frekuensi Lama Bekerja responden lebih banyak terdapat 3-5

tahun mencapai 50.0 persen, diikuti dengan 5-10 tahun yang presentasenya

26.0 persen, dan lebih sedikit terdapat < 3 tahun mencapai 24.0 persen.

4.2.2 Analisis Deskriptif

4.2.2.1 Stress Kerja (X1)

Dalam variabel stress kerja terdapat 9 (sembilan) indikator yaitu:

meningkatnya detak jantung, mudah lelah secara fisik, menimbulkan sakit

kepala kekurangan tidur, cepat tersinggung, tidak komunikatif, banyak

melamun, lelah mental, perubahan dalam tingkat produktivitas,

kemangkiran, dan perputaran karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan,

merokok berlebihan, bicara yang gagap, serta kegelisahan.

47
48

Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis lakukan, maka

diperoleh hasil deskripsi Stress Kerja sebagai berikut:

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Stress Kerja (X1)

Dimensi Pernyataan Nilai Keterangan

Fisiologis Tidak ada peningkatan atau penurunan detak


jantung sebelum dan sesusdah bekerja 188 Baik
Psikologis Ketika mendapat teguran atau kritikan terhadap
hasil pekerjaan saya, saya dapat menerimanya 193
Baik
Psikologis Saya tidak merasa tertekan dalam menyelesaikan
194 Baik
pekerjaan
Fisiologis Beban kerja yang berlebihan tidak membuat
197 Baik
saya sakit kepala
Psikologis Saya merasa bahwa diri saya tidak mudah marah
186 Baik
karena hal-hal sepele
Fisiologis Saat bekerja saya berkonsentrasi dalam
171 Baik
menyelesaikan pekerjaan
Perilaku Saya selalu masuk setelah mengerjakan lembur
168 Cukup Baik
Perilaku Pekerjaan dan tugas saya tidak membosankan
158 Cukup Baik
Perilaku Nafsu makan saya tidak menurun akibat beban
168 Cukup Baik
kerja yang lebih.
Fisiologis Saya tidak merasa letih dengan beban kerja yang
172 Baik
diberikan
Jumlah
1795
Baik
Nilai Rata-Rata
179,5

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Stres Kerja pada PT Pertamina

Retail memiliki rata-rata 179.5, dimana nilai ini termasuk pada kategori baik.

Hal ini berarti Stress Kerja pada PT Pertamina Retail berada pada predikat

baik.

48
49

4.2.2.2 Konflik Kerja (X2)

Dalam variabel konflik kerja terdapat 8 (delapan) indikator yaitu:

bersaing untuk meraih prestasi, pergerakan positif menuju tujuan,

merangsang kreativitas dan inovasi, serta adanya dorongan untuk melakukan

perubahan, mendominasi diskusi, tidak senang bekerja dalam kelompok,

benturan kepribadian, perselisihan antar individu, terjadinya ketegangan.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis lakukan, maka

diperoleh hasil deskripsi Konflik Kerja sebagai berikut :

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Konflik Kerja (X2)

Dimensi Pernyataan Nilai Keterangan

Disfungsional Saya merasakan koordinasi kerja


160 Cukup Baik
yang baik di kantor
Fungsional Pembagian tugas dan pekerjaan yang
165 Cukup Baik
jelas
Disfungsional
Dalam melaksanakan pekerjaan,
163
terkadang saya berselisih pendapat
Cukup Baik
dengan rekan kerja
Disfungsional Saya merasa pendapat saya tidak
179 Baik
selalu benar
Disfungsional Ketidaksesuaian pendapat dengan
rekan kerja tidak membuat beban 185
Baik
pekerjaan saya semakin berat
Fungsional Saya merasa tertantang dalam
197 Baik
mencapai target kerja
Fungsional Tidak ada tugas dari atasan yang tidak
187 Baik
dapat saya selesaikan
Disfungsional Saya melakukan tugas dari atasan
187 Baik
yang sesuai dengan hati nurani saya
Fungsional Hal baru merupakan tantangan untuk
224 Sangat Baik
meningkatkan potensi diri
Fungsional Saya selalu menyelesaikan pekerjaan
183 Baik
tepat waktu
Jumlah
1830
Baik
Nilai Rata-Rata
183,0

49
50

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa Konflik Kerja pada

PT Pertamina Retail memiliki rata-rata 183.0, dimana nilai ini termasuk pada

kategori baik. Hal ini berarti Konflik Kerja pada PT Pertamina Retail berada

pada predikat baik.

4.2.2.3 Semangat Kerja (Y)

Dalam variabel semangat kerja terdapat 12 (dua belas) indikator yaitu:

kemalasan, menunda pekerjaan, karyawan tidak dikenakan potongan saat

mereka tidak masuk bekerja, tidak adanya reward dan punishment untuk para

karyawan, ketidaknyamanan karyawan saat bekerja, tidak adanya perhatian

perusahaan dengan karyawan, perhatian dalam pekerjaan berkurang,

kecerobohan dalam pekerjaan, ketidak tenangan dan ketidaknyamanan

karyawan saat bekerja, ketidakpuasan dan kegelisahan karyawan dengan

kantor, tidak terpenuhinya kebutuhaan karyawan, ketidakpuasan karyawan

dengan perusahaan.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang penulis lakukan, maka

diperoleh hasil deskripsi Semangat Kerja sebagai berikut :

50
51

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Semangat Kerja (Y)

Dimensi Pernyataan Nilai Keterangan

Labour Turn Over atau Kinerja saya dihargai oleh


tingkat perpindahan atasan baik secara kualitas 160
Cukup Baik
karyawan yang tinggi maupun kuantitas
Labour Turn Over atau
Terkadang saya merasa jenuh
tingkat perpindahan
terhadap pekerjaan yang saya 204
karyawan yang tinggi
tangani Sangat Baik
Tingkat absensi yang
Saya sering terlambat atau tidak
naik atau tinggi 187
masuk kerja Baik
Labour Turn Over atau
Saya merasakan tidak ada
tingkat perpindahan 187
karyawan yang tinggi pembagian tugas yang jelas Baik
Tingkat absensi yang
Tidak adanya reward untuk
naik atau tinggi 181
karyawan yang rajin datang pagi Baik
Kegelisahan dimana-
Saya merasa aman selama
mana 187
bekerja di perusahaan Baik
Tingkat kerusakan yang
Saya sering membuat kesalahan
meningkat 174
saat bekerja Baik
Kegelisahan dimana-
Lingkungan kerja yang nyaman
mana
serta fasilitas memadai membuat 186
gairah saya untuk bekerja Baik
Tingkat absensi yang
Terkadang saya tidak mendapat
naik atau tinggi
benefit yang sesuai dengan apa 172
yang saya kerjakan Baik
Tingkat absensi yang
Kebijakan terkait kompensasi
naik atau tinggi 179
dan benefit tidak jelas Baik
Jumlah
1817
Baik
Nilai Rata-Rata
181,7

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa Semangat Kerja pada

PT Pertamina Retail memiliki rata-rata 181.7, dimana nilai ini termasuk pada

kategori baik. Hal ini berarti Semangat Kerja pada PT Pertamina Retail berada

pada predikat baik.

51
52

4.3 Interpretasi Hasil

4.3.1 Hasil Uji Asumsi-asumsi Model Regresi

4.3.1.1 Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah veriabel bebas dan

variabel terikat mempunyai distribusi normal. Berikut hasil dari masing-

masing variabel:

Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 10

Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 7.67365368

Absolute .232

Most Extreme Differences Positive .177

Negative -.232

Kolmogorov-Smirnov Z .734

Asymp. Sig. (2-tailed) .653

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


Sumber: Pengolahan data SPSS 21
Berdasarkan hasil SPSS di atas, dapat diketahui bahwa data telah

terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikan untuk

variabel independen (stress kerja dan konflik kerja) dan dependen (semangat

kerja) sebesar 0,653 yang berada di atas tingkat signifikan 0.05.

52
53

4.3.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji adatidaknya kesamaan varians

dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Berikut hasil dari

uji heteroskedastisitas sebagai berikut:

Tabel 4.9
Hasil Uji teroskedastisitas

Sumber : Pengolahan data SPSS 21


Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa titik-titik yang ada tidak

membentuk suatu pola tertentu, titik-titik tersebut menyebar di atas dan di

bawah angka nol sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

model regresi tidak mengalami heteroskedasitisitas.

53
54

4.3.1.3 Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apkah model regresi

mempunyai korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada

periode sebelumnya.

Tabel 5.0
Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Std. Error
Adjusted R of the Durbin-
Model R R Square Square Estimate Watson
1 .604a ,365 ,183 8,701 2,381

a. Predictors: (Constant), konflik_kerja, stres_kerja

b. Dependent Variable: semangat_kerja

Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Dari hasil tabel Model Summary di atas, dapat diperoleh nilai DW sebesar

2,381

Nilai dL = 1,2837

Nilai dU = 1,5666

DW = 2,381

4-dU = 4-1,5666 = 2,7163

4-dL = 4-1,2837 = 2,9334

Dengan demikian, DW berada di antara dU dan 4-dU, yaitu 1,5666 <

2,381 < 2,7163. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

54
55

Tabel 5.1
Durbin Waston

DW Keterangan

Kurang dari 1,10 Terdapat Autokolerasi

1,10 – 1,54 Tanpa Kesimpulan

1,55 - 2,46 Tidak Ada Autokolerasi

2,47 – 2,90 Tanpa Kesimpulan

Lebih dari 2,90 Terdapat Autokolerasi

Berdasarkan tabel diatas, nilai Durbin-Waston yaitu sebesar 2,381.

Jika dilihat dari ketentuan uji DW yang digunakan, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada autokorelasi, karena diantara nilai 1,55 – 2,46.

4.3.1.4 Uji Multikolinearitas

Tabel 5.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 188,149 77,569 2,426 ,046

stres_kerja ,245 ,253 ,335 ,968 ,365 ,758 1,320

konflik_kerja -,260 ,248 -,364 -1,052 ,328 ,758 1,320

a. Dependent Variable: semangat_kerja


Sumber: Pengolahan data SPSS 21

55
56

Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika nilai VIF < 10 maka tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara variabel

bebas.

2. Jika nilai VIF > 10 maka terjadi gejala multikolinearits diantara variabel

bebas.Dapat diketahui bahwa nilai VIF X1 sebesar 1,320 dan nilai VIF X2

sebesar 1,320. Artinya, nilai VIF < 10. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas.

4.3.2 Koefisien Regresi

Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

model regresi telah bebas dari masalah normalitas data, tidak terjadi multikolinearitas

dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Selanjutnya dilakukan uji estimasi linier berganda

dan diinterpretasikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.3
Hasil Analisis Persamaan Garis Regresi
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 188,149 77,569 2,426 ,046

stres_kerja ,245 ,253 ,335 ,968 ,365

konflik_kerja -,260 ,248 -,364 -1,052 ,328

a. Dependent Variable: semangat_kerja


Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Berdasarkan output regresi linier di atas, model analisis regresi berganda yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

56
57

Y= 188,149 + 0,245 X1 - 0,260 X2

Keterangan:

Y = Variabel Y (Semangat Kerja)

a = intercept atau konstanta

B1 = Koefisien regresi variabel X1

B2 = Koefisien regresi variebel X2

X1 = Variabel Independen (Stress Kerja)

X2 = Variabel Independen (Konflik Kerja)

Angka konstanta atau intercept sebesar 188,149 menunjukkan bahwa nilai Y

sebesar 188,149 apabila nilai X dinyatakan nol. Koefisien regresi pada variabel stress

kerja adalah sebesar 0,245 tanda positif pada koefisien regresi menandakan hubungan

yang searah antara variabel independen terhadap variabel dependen atau dengan kata

lain kenaikan stress kerja sebanyak satu-satuan menaikan kinerja karyawan sebanyak

0,245 satuan. tanda negatif pada koefisien regresi menandakan hubungan yang tidak

searah antara variabel independen terhadap variabel dependen atau dengan kata lain

kenaikan servant leadership sebanyak satu-satuan menurunkan kinerja karyawan

sebanyak 0,018 satuan.

Koefisien regresi pada variabel motivasi adalah sebesar -0,260 tanda negatif

pada koefisien regresi menandakan hubungan yang tidak searah antara variabel

independen terhadap variabel dependen atau dengan kata lain kenaikan konflik kerja

sebanyak satu-satuan menurunkan semangat kerja sebanyak 0,260 satuan.

57
58

4.3.3 Koefisien Determinasi

Analisa ini dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel independen

berpengaruh terhadap variabel dependen yang dinyatakan dalam presentase. Berikut

adalah hasil dari pengolahan menggunakan SPSS.

Tabel 5.4
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary

Std. Error
Adjusted R of the
Model R R Square Square Estimate
1 .604
a
,365 ,183 8,701

a. Predictors: (Constant), konflik_kerja, stres_kerja

Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Tabel di atas menunjukan bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar 0,183

yang artinya variabel independen mampu menjelaskan 18,3% variasi dependen,

sedangkan sisanya 81,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen.

4.3.4 Uji T (Parsial)

4.3.4.1 Hasil Uji T (Parsial) Variabel Stress Kerja (X1)

Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil SPSS

dari Uji T Stress Kerja:

58
59

Tabel 5.5
Hasil Uji T (Parsial) Stress Kerja (X1)
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 117,987 39,842 2,961 ,018

stres_kerja ,377 ,222 ,514 1,696 ,128

a. Dependent Variable: semangat_kerja


Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai t hitung dari Stress Kerja (X1) adalah sebesar 1,696 > t table yaitu dengan

N-2 = 50-2 = 48 dengan alpha 5% maka idapat t table sebesar 1,677. Karena t

hitung > t table yaitu 1,696 > 1,677 dengan sig = 0,128 > 0,05 maka hipotesis

diterima artinya terdapat pengaruh yang positif antara stress kerja terhadap

semangat kerja karyawan di PT Pertamina Retail.

4.3.4.2 Hasil Uji T (Parsial) Variabel Konflik Kerja (X2)

Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil SPSS

dari uji t Konflik Kerja:

59
60

Tabel 5.6
Hasil Uji T (Parsial) Konflik Kerja (X2)
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 253,227 38,572 6,565 ,000

konflik_kerja -,378 ,215 -,529 -1,763 ,116

a. Dependent Variable: semangat_kerja


Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Nilai t hitung dari Konflik Kerja (X2) adalah sebesar -1,763 < t table yaitu

dengan N-2 = 50-2 = 48 dengan alpha 5% maka idapat t table sebesar 1,677. Karena t

hitung < t table yaitu 1,763 < 1,677 dengan sig = 0,116 > 0,05 maka hal ditolak

artinya konflik kerja tidak berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan di PT

Pertamina Retail.

4.3.5 Uji F (Simultan)

Tabel 5.7
Hasil Uji F (Simultan)
ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 304,435 2 152,218 2,011 .204b

Residual 529,965 7 75,709


Total 834,400 9

Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Berdasarkan tabel hasil uji F diatas didapat F hitung sebesar 2,011 < F table

yaitu dengan N-k-1 = 50-3-1 = 46 sebagai penyebut dan pembilang 2 dengan alpha 5%

maka didapat F table sebesar 3,20. Karena F hitung < F table yaitu 2,011 < 3,20 dan sig

60
61

= 0,204 > 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima artinya stress kerja dan konflik kerja

tidak berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan PT Pertamina Retail.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Diduga

adanya pengaruh antara stress kerja terhadap semangat kerja”. Dari hasil penelitian

diperoleh dari hasil t hitung stress kerja adalah sebesar 1,696 dengan tingkat signifikan

sebesar 0,128 (>0.05) maka secara parsial stress kerja (X1) berpengaruh signifikan

terhadap semangat kerja (Y) karyawan di PT Pertamina Retail. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian terdahulu oleh Poundra Rizky Afrizal (2014) yang menyatakan

bahwa Konflik dan Stres Kerja berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pada PT

Taspen (Persero).

Berdasarkan hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “Diduga

adanya pengaruh antara konflik kerja terhadap semangat kerja”. Dari hasil penelitian

diperoleh nilai t hitung konflik kerja (X2) adalah sebesar -1,763 dengan tingkat signifikan

sebesar 0,116 (>0.05), maka secara parsial konflik kerja tidak berpengaruh terhadap

semangat kerja (Y). Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Mahmudah

(2014) yang mengemukakan bahwa variabel semangat kerja secara signifikan dipengaruhi

oleh motivasi & konflik peran di RSUD Saras Husada Purworejo.

Pada table koefisien determinasi ditunjukan bahwa nilai adjusted R square adalah

sebesar 0,183 yang artinya variabel independen mampu menjelaskan 18,3% peningkatan

atau penurunan variabel semangat kerja dapat dijelaskan oleh variabel stress kerja dan

konflik kerja, sedangkan sisanya 81,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang

diteliti, misalnya kepuasan kerja, kinerja pegawai, motivasi kerja dan lain sebagainya.

61
62

Menurut Afrizal (2014) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat

pengaruh yang signifikan secara simultan (bersama-sama) antara variabel bebas (Stres

Kerja dan Konflik Kerja) mempengaruhi variabel terkait (kepuasan kerja). Selain itu,

secara parsial diketahui bahwa stres kerja (X1) berpengaruh dan signifikan terhadap

Kepuasan Kerja (Y).

Menurut Nur (2013) Hasil observasi awal terlihat konflik, stres kerja, dan kepuasan

kerja menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Hasil penelitian: (1)

Konflik, Stres Kerja dan kepuasan kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja pegawai; (2) Konflik berpengaruh negatif terhadap kinerja pegawai artinya semakin

tinggi tingkat konflik yang dimiliki akan memberikan dampak negatif terhadap kinerja.

Menurut Mahmudah (2014) berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan

maupun parsial motivasi dan konflik peran berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

Berpengaruhnya Kedua variabel bebas terhadap variabel terikat menandakan bahwa tinggi

atau rendahnya semangat kerja karyawan mendapatkan kontribusi dari faktor motivasi dan

konflik peran.

62
63

V. KESIMPULAN KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Stres Kerja dan Konflik Kerja Terhadap

Semangat Kerja Karyawan di PT Pertamina Retail dapat ditarik beberapa poin kesimpulan

sebagai jawaban dari rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa Stres Kerja (X1) pada PT Pertamina Retail

termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 179,5.

2. Hasil penelitian menunjukan bahwa Konflik Kerja (X2) pada PT Pertamina Retail

termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 183,0.

3. Hasil penelitian menunjukan bahwa Semangat Kerja (Y) pada PT Pertamina Retail

termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata 181,7.

4. Stres kerja secara parsial berpengaruh positif terhadap semangat kerja karyawan

PT Pertamina Retail.

5. Konflik kerja secara parsial berpengaruh negatif terhadap semangat kerja karyawan

PT Pertamina Retail.

6. Stres kerja dan konflik kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap semangat kerja

karyawan PT Pertamina Retail.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan, yaitu

penelitian ini terbatas pada satu perusahaan, yaitu:

63
64

1. Variabel yang diteliti masih dirasa belum cukup untuk mengukur variabel yang dapat

mempengaruhi semangat kerja karyawan, maka diharapkan penelitian yang selanjutnya

menambah variabel yang benar – benar dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan.

2. Penelitian ini hanya dilakukan dengan metode survey melalui kuesioner sehingga

peneliti tidak dapat mengontrol jawaban responden, dimana responden bisa saja tidak jujur

dalam responnya.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian maka untuk mencapai tujuan dalam upaya meningkatkan

semangat kerja pada PT Pertamina Retail, maka rekomendasi yang dapat diberikan kepada

pihak perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Dilihat dari tabel rekapitulasi variabel stress kerja dengan kategori baik, maka perlu

diusahakan agar meningkatkan kategorinya dengan memperhatikan butir poin terendah

sebesar 158 poin yaitu pekerjaan dan tugas saya tidak membosankan. Maka dari itu untuk

meningkatkan kategorinya dengan cara cari hal yang menyenangkan saat bekerja, misalnya

dengan mendengar musik (bila memungkinkan), gunakan makan siang ke tempat

menyenangkan.

2. Dilihat dari tabel rekapitulasi variabel konflik kerja dengan kategori baik, maka perlu

diusahakan agar meningkatkan kategorinya dengan memperhatikan butir poin terendah

sebesar 160 poin yaitu saya merasakan koordinasi yang baik di kantor. Maka dari itu untuk

meningkatkan kategorinya dengan cara ciptakan semangat kerjasama, tingkatkan

komunikasi, ciptakan langkah-langkah koordinasi secara berkelanjutan.

3. Dilihat dari tabel rekapitulasi variabel semangat kerja dengan kategori baik, maka

perlu diusahakan agar meningkatkan kategorinya dengan memperhatikan dengan

64
65

memperhatikan butir poin terendah sebesar 160 poin yaitu tidak adanya reward untuk

karyawan yang rajin datang pagi. Maka dari itu untuk meningkatkan kategorinya,

perusahaan perlu memberikan reward dalam berupa materi atau non materi yang bertujuan

untuk memicu semangat kerja karyawan lain untuk rajin datang pagi.

65
66

DAFTAR PUSTAKA
AA. Anwar Prabu Mangkunegara. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Ke
Tujuh, Bandung: Remaja Rosdakarya.

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Afrizal, Poundra Rizky; Mochammad Al Musadieq; dan Ika Ruhana. 2014. Pengaruh
Konflik Kerja dan Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja: Studi Pada Karyawan PT.
TASPEN (PERSERO) Cabang Malang. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 8 (1), h: 1-10.
Universitas Brawijaya Malang.

Alek, S. Nitisemito. (2008). Manajemen Personalia. Edisi Kedua, Ghalia Indonesia.

Badriyah, Mila. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia.

B. Siswanto Sastrohadiwiryo. (2002). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan


Administrasi dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmawan. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Handoko, T. Hani. (2012). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE.

Hasibuan, Malayu S.P. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi, Jakarta:
Bumi Aksara.

Nur, Saina. (2013). Konflik, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Pegawai Pada Universitas Khairun Ternate. Jurnal EMBA, Vol 1, No 3, Agustus.
739-749. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Perusahaan. Edisi Kedua, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, Stephen P. (2008). Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Drs Benyamin Molan.
Jakarta: Indeks.

66
67

Sule, E.T dan Saefullah, Kurniawan. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada
Media

Mahmudah. (2014). Pengaruh Motivasi dan Konflik Peran Terhadap Semangat Kerja
Karyawan RSUD Saras Husada Purworejo, Vol 10, No 2b.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=284979&val=617&title=PENGARUH
%20MOTIVASI%20DAN%20KONFLIK%20PERAN%20%20TERHADAP%20SEMAN
GAT%20KERJA%20KARYAWAN%20%20RSUD%20SARAS%20HUSADA%20PURW
OREJO

67
68

LAMPIRAN
Lampiran 1

No. Kuesioner:
KUESIONER
PENGARUH STRES KERJA DAN KONFLIK KERJA
TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN
PADA PT PERTAMINA RETAIL

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak-Bapak untuk mengisi kuesioner

yang diberikan. Informasi yang diberikan merupakan bantuan yang sangat berarti

dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas bantuan dan perhatiannya saya ucapkan

terima kasih.

A. IDENTITAS RESPONDEN

Lingkari pada jawaban yang paling sesuai:

Jenis Kelamin : 1) Laki-laki 2) Perempuan

Usia : 1) Kurang dari30 tahun 2) 30-40 tahun


3) Lebih dari 40 tahun

Tingkat Pendidikan : 1) D3 2) S1 3) S2

Lama Bekerja : 1) Kurang dari 4 tahun 2) 5-9 tahun


3) Lebih dari 9 tahun

B. PETUNJUK PENILAIAN

Dalam skala ini tidak ada penilaian benar atau salah, jawaban yang paling

baik adalah yang sesuai dengan diri Anda.

68
69

No. Pilihan jawaban Skor


1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Berikan centang () pada jawaban yang paling sesuai dengan pendapat Anda.

I. Variabel Stres Kerja (X1)

No. Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S KS TS STS

1. Tidak ada peningkatan atau penurunan detak jantung


sebelum dan sesusdah bekerja

2. Ketika mendapat teguran atau kritikan terhadap hasil


pekerjaan saya, saya dapat menerimanya

3. Saya tidak merasa tertekan dalam menyelesaikan


pekerjaan

4. Beban kerja yang berlebihan tidak membuat saya sakit


kepala

5. Saya merasa bahwa diri saya tidak mudah marah


karena hal-hal sepele

6. Saat bekerja saya berkonsentrasi dalam menyelesaikan


pekerjaan

7. Saya selalu masuk setelah mengerjakan lembur

8. Pekerjaan dan tugas saya tidak membosankan

9. Nafsu makan saya tidak menurun akibat beban kerja


yang lebih.

10. Saya tidak merasa letih dengan beban kerja yang


diberikan

69
70

II. Variabel Konflik Kerja (X2)

No. Pernyataan Alternatif Jawaban


SS S KS TS ST
S
1. Saya merasakan koordinasi kerja yang baik di
kantor
2. Pembagian tugas dan pekerjaan yang jelas

3. Dalam melaksanakan pekerjaan,


terkadang saya berselisih pendapat dengan rekan
kerja
4. Saya merasa pendapat saya tidak selalu benar
5. Ketidaksesuaian pendapat dengan rekan
kerja tidak membuat beban pekerjaan saya
semakin berat

6. Saya merasa tertantang dalam mencapai target


kerja
7. Tidak ada tugas dari atasan yang tidak dapat saya
selesaikan

8. Saya melakukan tugas dari atasan yang sesuai


dengan hati nurani saya

9. Hal baru merupakan tantangan untuk


meningkatkan potensi diri

10. Saya selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu

70
lxxi

III. Variabel Semangat Kerja (Y)

No. Pernyataan Alternatif Jawaban


SS S KS TS STS

1. Kinerja saya dihargai oleh atasan baik secara


kualitas maupun kuantitas
2. Terkadang saya merasa jenuh terhadap
pekerjaan yang saya tangani
3. Saya sering terlambat atau tidak masuk kerja

4. Saya merasakan tidak ada pembagian

5. tugas
Tidakyang jelas
adanya reward untuk karyawan yang rajin
datang pagi

6. Saya merasa aman selama bekerja di perusahaan

7. Saya sering membuat kesalahan saat bekerja

8. Lingkungan kerja yang nyaman serta fasilitas


memadai membuat gairah saya untuk bekerja
9. Terkadang saya tidak mendapat benefit yang
sesuai dengan apa yang saya kerjakan
10. Kebijakan terkait kompensasi dan benefit tidak
Jelas
lxxii

Lampiran 2

Stress Kerja (X1)


No Nilai Keterangan
SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1)
6 30 10 4 0 Baik
1 188
30 120 30 8 0
5 33 8 3 1 Baik
2 193
30 132 24 6 1
4 36 10 0 0 Baik
3 194
20 144 30 0 0
10 27 13 0 0 Baik
4 197
50 108 39 0 0
7 27 13 1 2 Baik
5 186
35 108 39 2 2
6 17 19 8 0 Baik
6 171
30 68 57 16 0
4 20 16 10 0 Cukup Baik
7 168
20 80 48 20 0
5 15 14 15 1 Cukup Baik
8 158
25 60 42 30 1
6 17 16 11 0 Cukup Baik
9 168
30 68 48 22 0
4 22 16 8 0 Baik
10 172
20 88 48 16 0
Rata-Rata 179,5 Baik
lxxiii

Konflik Kerja (X2) Keterangan


No Nilai
SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1)
2 17 21 9 1 Cukup Baik
1 160
10 68 63 18 1
1 22 18 9 0 Cukup Baik
2 165
5 88 54 18 0
3 18 18 11 0 Cukup Baik
3 163
15 72 54 22 0
3 27 16 4 0 Baik
4 179
15 108 48 8 0
4 30 13 3 0 Baik
5 185
20 120 39 6 0
5 37 8 0 0 Baik
6 197
25 148 24 0 0
2 37 7 4 0 Baik
7 187
10 148 21 8 0
1 38 8 3 0 Baik
8 187
5 152 24 6 0
32 10 8 0 0 Sangat Baik
9 224
160 40 24 0 0
1 33 14 2 0 Baik
10 183
5 132 42 4 0
Rata-Rata 183,0 Baik
lxxiv

Semangat Kerja (Y) Keterangan


No Nilai
SS (5) S (4) KS (3) TS (2) STS (1)
12 26 12 0 0 Cukup Baik
1 160
30 104 26 0 0
13 28 6 3 0 Sangat Baik
2 204
65 112 18 6 0
6 25 19 0 0 Baik
3 187
30 100 57 0 0
8 22 19 1 0 Baik
4 187
40 88 57 2 0
9 15 24 2 0 Baik
5 181
45 60 72 4 0
9 21 18 2 0 Baik
6 187
45 84 54 4 0
6 14 28 2 0 Baik
7 174
30 56 84 4 0
11 16 21 2 0 Baik
8 186
55 64 63 4 0
4 22 16 8 0 Baik
9 172
20 88 48 16 0
3 27 16 4 0 Baik
10 179
15 108 48 8 0
Rata-Rata 181,7 Baik
lxxv

Lampiran 3

STRES KERJA
NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3
4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
5 5 5 4 5 5 3 4 5 5 5
6 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
7 5 5 5 3 4 2 3 2 3 3
8 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
9 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4
10 5 5 5 4 5 5 5 3 5 4
11 4 4 4 5 5 4 3 2 3 3
12 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4
13 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4
14 4 4 4 3 3 2 3 2 2 2
15 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4
16 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4
17 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4
18 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4
19 5 4 4 5 5 4 3 3 2 3
20 4 3 3 4 4 5 5 3 3 4
21 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3
22 5 5 4 5 3 3 4 4 4 4
23 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3
24 4 4 4 5 4 3 2 2 2 2
25 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3
26 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4
27 4 4 4 4 4 2 2 2 3 4
lxxvi

28 3 4 4 4 4 3 4 3 5 5
29 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3
30 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4
31 4 3 4 4 3 2 2 2 2 2
32 2 2 3 3 3 2 3 1 2 2
33 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
34 2 1 4 4 3 5 2 5 5 4
35 4 4 4 4 4 4 4 2 3 3
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
37 4 3 4 3 4 2 2 3 3 3
38 4 4 3 4 3 2 2 2 2 2
39 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2
40 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3
41 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3
42 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3
43 4 4 4 5 4 3 2 2 2 2
44 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4
45 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4
46 4 4 4 3 3 2 3 2 2 2
47 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4
48 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3
49 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
50 4 4 4 4 4 4 2 2 2 3
lxxvii

KONFLIK KERJA
NO
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4
2 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4
3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3
4 2 2 3 4 3 4 4 3 4 3
5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3
6 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4
7 3 4 5 3 5 5 4 4 3 4
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
10 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
11 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3
12 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 2 4 2 2 4 4 4 4 2 4
15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
17 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
18 3 4 4 5 5 5 4 4 4 4
19 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4
20 4 5 5 5 4 4 4 3 3 5
21 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3
22 4 4 4 3 3 3 3 4 2 4
23 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4
24 1 4 2 4 4 4 4 4 4 4
25 3 2 2 3 4 4 2 4 4 4
26 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
27 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4
28 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
lxxviii

29 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
30 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
31 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3
32 4 2 3 4 4 4 4 4 2 2
33 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4
34 4 2 3 3 5 5 4 2 2 3
35 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4
36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
37 2 3 2 3 4 4 3 4 4 4
38 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4
39 2 4 4 4 4 4 4 4 2 2
40 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3
41 3 2 2 3 4 4 2 4 4 4
42 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3
43 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
44 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4
45 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4
46 2 4 2 2 4 4 4 4 2 3
47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
48 3 2 4 4 4 4 4 4 3 3
49 5 3 5 5 5 3 3 3 4 4
50 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3
lxxix

Lampiran 4

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 10

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 7.67365368

Most Extreme Differences Absolute .232

Positive .177

Negative -.232

Kolmogorov-Smirnov Z .734

Asymp. Sig. (2-tailed) .653

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Hasil Uji Heteroskedastisitas


lxxx

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R R Square Square the Estimate Watson
1 .604a ,365 ,183 8,701 2,381
a. Predictors: (Constant), konflik_kerja, stres_kerja
b. Dependent Variable: semangat_kerja
Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 188,149 77,569 2,426 ,046

stres_kerja ,245 ,253 ,335 ,968 ,365 ,758 1,320

konflik_ke
-,260 ,248 -,364 -1,052 ,328 ,758 1,320
rja

Hasil Uji T (Parsial) Stress Kerja (X1)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 117,987 39,842 2,961 ,018

stres_kerja ,377 ,222 ,514 1,696 ,128

a. Dependent Variable: semangat_kerja


Sumber : Pengolahan data SPSS 21
lxxxi

Hasil Uji T (Parsial) Konflik Kerja (X2)


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 253,227 38,572 6,565 ,000

konflik_kerja -,378 ,215 -,529 -1,763 ,116

a. Dependent Variable: semangat_kerja


Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Hasil Analisis Persamaan Garis Regresi


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 188,149 77,569 2,426 ,046

stres_kerja ,245 ,253 ,335 ,968 ,365


konflik_kerja -,260 ,248 -,364 -1,052 ,328

a. Dependent Variable: semangat_kerja


Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Hasil Uji F (Simultan)


ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 304,435 2 152,218 2,011 .204b

Residual 529,965 7 75,709


Total 834,400 9

Sumber: Pengolahan data SPSS 21


lxxxii

Hasil Koefisien Determinasi (R2)


Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
a
1 .604 ,365 ,183 8,701

a. Predictors: (Constant), konflik_kerja, stres_kerja

Sumber: Pengolahan data SPSS 21

Hasil Uji Reliabilitas

Stres Kerja (X1)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


,827 10

Konflik Kerja (X2)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


,800 10

Semangat Kerja (Y)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


,824 10
lxxxiii

Tabel F
lxxxiv

Tabel T
lxxxv

Tabel R
lxxxvi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Richard Triwelth Abednego Aritonang

Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 19 November 1992

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Alamat : Taman Yasmin VI, Jl. Pinang Perak III No. 20, Kota Bogor Kec.

Bogor Barat

Email : richardtriwelthabednego_a@yahoo.co.id

B. PENDIDIKAN FORMAL

1998 – 2000 : SD Kristen Kristus Raja Jayapura

2000 – 2003 : SD Kesatuan Bogor

2003 – 2007 : SMP Kristen Satu Bakti Bogor

2007 – 2010 : SMA Kornita Bogor

2010 – 2013 : D3 Manajemen Industri Institut Pertanian Bogor

2014 – 2017: S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Perbanas Institute


lxxxvii

C. PENGALAMAN BEKERJA

1. Pernah PKL di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten selama

3 bulan.

2. Pernah bekerja sebagai Admin General Service di Koperasi Pertamina

Retail selama 2 tahun.

3. Pernah bekerja sebagai General Service di PT Pertamina Retail selama

1 tahun.

Anda mungkin juga menyukai