Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ruang personal merupakan bagian dari individu begitu juga privasi, setiap
individu manusia pasti memiliki ruang personal dan privasi yang berbeda. Perbedaan
ruang personal dan privasi ini dipengaruhi beberapa faktor seperti, faktor budaya, tipe
kepribadian,umur ,dan jenis kelamin. Setiap individu pasti menginginkan interaksi yang
nyaman dimana itu dipengaruhi oleh ruang personal dan privasi itu sendiri.Ruang
personal dan privasi ini masih bersifat subjektif yang keakuratan datanya masih subjektif
juga.
Dengan kata lain hubungan dengan arsitektur ialah khususnya bagi arsitek yang
mendesain dan merencananakan suatu bangunan bisa mengasah kepekaan yang
dipengaruhi oleh ruang personal dan privasi itu sendiri.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini akan diuraikan
beberapa rumusan masalah yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam penulisan,
sehingga permasalahan itu terfokus. Adapun rumusan masalahnya adalah :
a.Pengertian ruang personal dan privasi ?
b.Faktor apa saja yang mempengaruhi ruang personal dan privasi ?
c. Apa pengaruh ruang personal pada desain ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan pelaporan dan penulisan makalah dari hasil observasi objek ini yaitu,
a. Mengetahui pengertian ruang personal dan privasi.
b. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi ruang personal dan privasi
c. Mengetahui pengaruh ruang personal pada desain

Arsitektur dan Prilaku 1


1.4 MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat yang dikemukakan dalam penulisan ini yaitu :
a. Sebagai dasar untuk menanamkan dan memberikan pemahamanruang personal
dan privasi.
b.Dapat dijadikan acuan sebagai sumber bacaan, khususnya mahasiswa arsitektur.

Arsitektur dan Prilaku 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN RUANG PERSONAL


Istilah personal space pertama kali digunakan oleh katz pada tahun 1973 dan
bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah psikologi, karna istilah ini juga dipakai
dalam bidang biologi, antropologi dan arsitektur. Ruang personal adalah batas-batas yang
tidak jelas antara seseorang dengan orang lain.
b. Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
c. Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri
kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
d. Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat
kecemasan, stres, dan bahkan perkelahian.
e. Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar
manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain: berhadapan, saling
membelakangi, dan searah.
Beberapa pengertian ruang personal menurut penelitian para ahli :
- Robert Sommer (1969) mendefinisikan ruang personal sebagai suatu area dengan
batas maya yang mengelilingi diri seseorang dan orang lain tidak diperkenankan
masuk ke dalamnya.v
- Ruang personal juga dikatakan sebagai teritori portabel yang dapat berpindah-
pindah. Teritori adalah tempat yang pintu masuknnya terkontrol.
- Edward Hall (1963) berpendapat bahwa ruang personal adalah suatu jarak
berkomunikasi, dimana jarak antar individu ini adalah juga jarak berkomunikasi.
Dalam pengendalian terhadap gangguan-gangguan yang ada, manusia mengatur
jarak personalnya dengan pihak lain.

Jadi, ruang personal ibarat balon atau tabung sebuah balon yang menyelubungi kita
membatasi orang lain dan tabung tersebut dapat membesar maupun mengecil tergantung
dengan siapa kita berhadapan.

Arsitektur dan Prilaku 3


Arsitektur dan Prilaku 4
Gambar ruang personal setiap individu. Gambar gangguang ruang personal
Sumber ( Wilson, 1984) binatang terhadap manusia.Sumber
( Wilson, 1984)

Gambar interaksi burung terhadap


ruang personal manusia
Sumber google.com

Sama seperti manusia, binatang juga dapat membatasi ruang personal yang
mereka miliki terhadap yang lainnya. Namun, lain halnya dengan binatang yang
melakukan reaksi terhadap sesuatu yang dirasa menggangunya berdasarkan naluri
(instinct), manusia melakukan reaksi berdasarkan rasio atau pemikiran dalam mengontrol
prilakunya.

Arsitektur dan Prilaku 5


2.2 MANFAAT DAN TUJUAN RUANG PERSONAL
Pengetahuan akan ruang personal dapat melengkapi informasi bagi seseorang
arsitek agar lebih peka terhadap kebutuhan ruang para pemakai ruang. Beberapa manfaat
ruang personal khususnya bagi arsitek seperti
- Arsitek dapat dengan mudah menentukan jarak antar individu
- Arsitek dapat mengambil keputusan untuk menentukan ruang apa saja yang
dibutuhkan.
- Membantu menentukan jenis ruang, karena setiap individu memiliki sifat yang
berbeda-beda.
Tujuan mengetahui ruang personal ini yaitu untuk membantuk nantinya para
arsitek dalam menentukan pemograman ruang, organisasi ruang, ukuran ruang dan jenis
ruang.

Arsitektur dan Prilaku 6


2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI RUANG PERSONAL

Faktor yang memperngaruhi besarnya ruang personal antara lain

1. Jenis kelamin
Heska dan Nelson (1972) mengatakan bahwa salah satu penentu perbedaan yang
bergantung pada diri individu itu sendiri adalah jenis kelamin. Wanita ataupun
pria sama-sama membuat jarak dengan lawan bicara. Semakin akrab
hubungannya dengan lawan bicaranya maka semakin kecil jarak ruang
personalnya.
Gifford (1982), pada pria keakraban sesama jenis tidak berpengaruh pada
ruang personalnya. Pada umumnya, hubungan pria dengan pria mempunyai jarak
ruang personal yang terbesar, diikuti hubungan antara wanita dan wanita, dengan
ruang personal terbesar adalah antara lawan jenis. Altman (1975) mengemukakan
bahwa salah satu kemungkinan perbedaan besarnya ruang personal dalam kaitan
dengan jenis kelamin ini lebih disebabkan oleh perbedaan dalam sosialisai antara
pria dan wanita daripada karena perbedaan biologis.
2. Umur
Pada umumya, semakin bertambah umur seseorang, semakin besar jarak ruang
personal yang akan dikenakannya pada orang-orang tertentu (Hayduk,1983).
Ruang personal pertama kali akan muncul pada usia remaja. Usia 12 tahun
merupakan usia yang menyerurapi ruang personal orang dewasa.
3. Tipe kepribadian
Tipe kepribadian berpengaruh pada ruang personal, orang dengan kepribadian
eksternal (merasa bahwa segala sesuatu lebih ditentukan oleh hal di luar dirinya.)
memerlukan ruang personal lebih dibandingkan dengan orang bertipe internal
( merasa bahwa segala sesuatu ditentukan oleh hal di dalam dirinya). Orang
dengan kepribadian introver (tidak mudah berteman dan pemalu) memerlukan
ruang personal lebih besar. Sedangkan ekstrover ( orang yang budah berteman )
memerlukan ruang personal lebih kecil.

Arsitektur dan Prilaku 7


4. Latar Belakang Budaya
Latar belakang suku bangsa dan kebudayaan seseorang juga mempengaruhi
besarnya ruang personal seseorang. Seperti orang bali memiliki ruang personal
yang lebih besar karena budaya setempat.
5. Rasa Aman/Ketakutan
Kita
tidakkeberatanberdekatandenganseseorangjikamerasaamandansebaliknya.Kadang
ketakutantersebutberasaldari stigma yangsalahpadapihak-
pihaktertentu,misalnyakitasering kali menjauhketikaberpapasandengan orang
cacat, atau orang yang terbelakang mental ataubahkan orang gemuk. Mungkin
rasatidaknyamantersebutmunculkarenafaktorketidakbiasaandanadan ada sesuatu
yang berbeda.
6. JarakSosial
Sesuaidenganteorijaraksosial Edward Hall (1966) yang
membedakanempatmacamjarak yang menggambarkanmacam-macamhubungan,
sepertijarakintim, jarakpribadi, jaraksosial, jarakpublik.
7. Trauma
Pengalaman yang tidak mengenakkan dapat mempengaruhi ruang personal
seseorang.
8. Gangguan Psikologi atau Kekerasan
Orang yang mempunyai masalah kejiwaan punya aturan sendiri tentang RP
ini. Sebuah penelitian pada pengidap skizoprenia memperlihatkan bahwa kadang-
kadang mereka membuat jarak yang besar dengan orang lain, tetapi di saat lain
justru menjadi sangat dekat
9. Kondisi Kecacatan
Beberapa penelitian memperlihatkan adanya hubungan antara kondisi kecatatan
dengan RP yang diterapkan. Beberapa anak autis memilih jarak lebih dekat ke
orang tuanya, sedangkan anak-anak dengan tipe autis tidak aktif, anak hiperaktif
dan terbelakang mental memilih untuk menjaga jarak dengan orang dewasa.
10. Persaingan/Kerjasama

Arsitektur dan Prilaku 8


Pada situasi berkompetisi, orang cenderung mengambil posisi saling berhadapan,
sedangkan pada kondisi bekerjasama kita cenderung mengambil posisi saling
bersisian. Tapi bisa juga sebaliknya, sepasang kekasih akan duduk berhadapan di
ketika makan di restoran yang romantis,sedangkan dua orang pria yang duduk
berdampingan di meja bar justru dalam kondisi saling bersaing mendapatkan
perhatian seorang wanita yang baru masuk.
11.Kekuasaan dan Status
Makin besar perbedaan status makin besar pula jarak antar personalnya.
12.Pengaruh Lingkungan Fisik
Ruang personal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik. Di ruang dengan
cahaya redup orang akan nyaman jika posisinya lebih berdekatan, demikian
halnya bila ruangannya sempit atau kecil. Orang juga cenderung memilih duduk
di bagian sudut daripada di tengah ruangan.

Arsitektur dan Prilaku 9


2.4 JENIS-JENIS RUANG PERSONAL
Gifford dan Price (1979) mengusulkan adanya 2 jenis ruang personal, yaitu ruang
personal alfa dan ruang personal beta.
1. Ruang Personal Alfa
Ruang personal alfa menurt Gifford dan Price merupakan jarak objektif
yang terukur antara individu yang berinteraksi dan ruang personal beta sebagai
suatu pengalaman subjektif dalam proses mengambil jarak.
2. Ruang Personal Beta
Ruang personal beta menurut Gifford dan Price merupakan kepekaan
seseorang terhadap jarak dalam bersosialisasi. Menurut penelitian Gifford dan
Price, jarak ruang personal beta ini 24% lebih besar dari pada ruang personal
alfa.
Beberapa Jarak Ruang Personal
Edward Hall (1963) membshi jarak-jarak ruang personal dalam empat jenis yaitu :
1. Jarak intim, fase dekat ( 0.00-0.15m) dan fase jauh (0.15-0.50m)
2. Jarak personal, fase dekat (0.50-0.75m) dan fase jauh (0.75-1.20m)
3. Jarak sosial, fase dekat (1.20-2.10m) dan fase jauh (2.10-3.60m)
4. Jarak publik, fase dekat (3.60-7.50m) dan fase jauh ( >7.50m)

Arsitektur dan Prilaku 10


2.5 RUANG PERSONAL DAN DESAIN ARSITEKTUR
Ruang personal dimiliki oleh setiap orang. Dengan kata lain, ruang personal ini
merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang. Berbagai rumusan menjelaskan
kurangnya ruang personal berarti kurangnya jarak interpersonal. Hal ini dapat
mengakibatkan rasa tidak nyaman, rasa tidak aman, stress, adanya ketidakseimbangan,
komunikasi yang buruk, den segala kendala pada rasa kebebasan. Jadi, ruang personal
berperan dalam menentukan kualitas hubungan seorang individu dengan individu lainnya.
Pengetahuan akan ruang personal dapat melengkapi informasi bagi seorang
arsitek agar lebih peka terhadap kebutuhan ruang para pemakai ruang. Terhadap sejumlah
penelitian yang memusatkan pengamatannya pada peran ruang personal dalam
lingkungan dan kebanyakan mencakup pengamatan pada tatanan perabot, terutama di
ruang-ruang public, seperti perpustakaan, bandara, sekolah, dan perkantoran.
Peran suatu ruang personal terhadap desain arsitektur dapat dibagi menjadi dua,
sebagai berikut:
a. Ruang Sosiopetal (Sociopetal)
Istilah sosiopetal merujuk pada suatu tatanan desain arsitektur yang mampu
memfasilitasi interaksi sosial. Tatanan sosiopetal yang paling umum adalah meja
makan, tempat anggota keluarga berkumpul mengelilingi meja makan dan saling
berhadapan satu sama lain.
Selain tata perabot, pembentukan ruang pun akan sangat berperan dalam
keberhasilan dalam keberhasilan membentuk ruang sosiopetal.
b. Ruang Sosiofugal (Sosiofugal)
Istilah sosiopetal merujuk pada suatu tatanan desain arsitektur yang mampu
mengurangi interaksi sosial. Tatanan sosiofugal biasanya sering ditemukan pada
ruang tunggu. Misalnya pada ruang tunggu stasiun kereta api atau bandara tempat
para pengunjung duduk saling membelakangi.

Arsitektur dan Prilaku 11


2.6 PENGERTIAN PRIVASI
Privasi adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak
diganggu kesendiriannya, dorongan untuk melindungi ego seseorang dari gangguan yang
tidak dikehendakinya.
Amos (1977) mengemukakan bahwa privasi adalah kemampuan seseorang atau
sekelompok orang untuk mengendalikan interaksi mereka dengan orang lain baik secara
visual, audio, maupun olfaktori untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Amos dapat disimpulkan bahwa ruang
privasi interaksi seseorang maupun sekelompok orang dapat dikendalikan langsung untuk
memproteksi diri dari orang lain dan untuk mendapatkan keinginan yang dingiinkan.
Irwin Altman (1975) seorang tokoh psikolog lingkungan mengemukakan bahwa
privasi sebagai control selektif dari akses pada diri sendiri ataupun kelompok.
Dapat diartikan inti dari privasi adalah adanya manajemen informasi dan
manajemen interaksi sosial sehingga akses pada dirinya sendiri dapat diartikan informasi
mengenai dirinya sendiri ataupun berarti interaksi sosial dengan dirinya.
Rapoport (dalam Soesilo, 1988) mendefinisikan privasi sebagai suatu kemampuan
untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan dan
kemampuan untuk mencapai interaksi yang diinginkan. Privasi jangan dipandang hanya
sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak-pihak lain dalam rangka
menyepi saja.
Marshall (dalam Wrightman & Deaux, 1981) dan ahli-ahli lain (seperti Bates,
1964; Kira, 1966 dalam Altman, 1975) mengatakan bahwa privasi menunjukkan adanya
pilihan untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan orang lain dan lingkungan
sosialnya. Sedangkan menurut Altman (1975) privasi adalah proses pengontrolan yang
selektif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain.

Arsitektur dan Prilaku 12


Gambar: Privasi untuk diri sendiri
Sumber : google.com

Gambar: Privasi kelompok di tengah keramaian


Sumber : google.com

Arsitektur dan Prilaku 13


2.7 JENIS PRIVASI
Menurut Holand (1982) jenis-jenis privasi dibedakan menjadi enam jenis privasi
yang dibagi menjadi dua golongan.
a. Golongan pertama adalah keinginan untuk tidak diganggu secara fisik.
Golongan ini terwujud pada tingkah laku menarik diri.
 Keinginan menyendiri (solitude). Privasi dapat diperoleh karena
dibatasi oleh elemen tertentu sehingga bebas melakukan apa saja
dan bebas dari perhatian orang lain.
 Keinginan menjauh (seclusion) dari pandangan dan gangguan suara
tetangga atau kebisingan lalulintas.
 Keinginan untuk dekat dengan orang-orang (intimacy). Misalnya,
dengan keluarga atau orang tartentu saja seperti kekasih, tetapi jauh
dari semua orang lainnya. Privasi dibangun bukan dari lingkungan,
tetapi terbangun ditengah kegiatan.
b. Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri
yang terwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang perlu
(controlofinformation), yaitu:
 Keinginan merahasiakan diri sendiri (anonimity). Privasi yang
diperoleh ketika berada di antara sesama, di daerah orang lain
sehingga seorang bebas berprilaku berbeda dengan yang biasa
dilakukannya, tapi tidak ingin diketahui identitasnya. Misalnya,
seperti presiden yang berkamuflase dengan pakaian penduduk dan
melihat langsung bagaimana keadaan rakyat sesungguhnya
berjalan.
 Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada
orang lain (reserve). Privasi ketika seseorang dapat mengontrol
sepenuhnya kondisi bahwa ia tidak dapat diganggu dan ia yakin
dan merasa aman karena sudah memiliki barrierpsikologis
terhadap adanya gangguan.
 Keinginan untuk tidak terlibat dengan tentangga (notneighboring).
Suatu privasi seseorang yang tidak suka kehidupan bertetangga.

Arsitektur dan Prilaku 14


2.8 TUJUAN DAN MANFAAT PRIVASI
1. Tujuan Privasi
Privasi adalah kehendak untuk mengontrol akses fisik maupun informasi terhadap
diri sendiri dari pihak orang lain. Semntara itu, ruang personal adalah perwujudan privasi
itu dalam bentuk ruang.
Dengan demikian, privasi juga mempunyai fungsi dan merupakan bagian dari
komunikasi. Didefinisikan bahwa privasi mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Memberikan perasaan berdirisendiri, mengembangkan identitas pribadi.
Privasi merupakan bagian penting dari ego seseorang atau identitas diri.
Solitude dan intimacykhususnya dapat digunakan seseorang untuk
mengevaluasi diri, merenung bagaimana hidupnya telah berjalan, bagaimana
hubungan dengan sesamanya, dan apa yang harus dilakukan.
b. Memberi kesempatan untuk melepas emosi.
Dalam kesendirian seseorang dapat berteriak sekeras-kerasnya, ,menangis,
memandangi wajahnya sendiri di cermin, dan berbicara dengan dirinya
sendiri. Masyarakan bisa membuat seseorang mampu menahan emosinya
sehingga tidak meledakannya di depan umum, kecuali dalam peristiwa
tertentu seperti kematian.
c. Membantu mengevaluasi diri, menilai diri.
Kurangnya control terhadap lingkungan fisik ataupun sosial menimbulkan
rasa kurangnya rasa berhak dan kemandirian diri seseorang. Apabila
seseorang berada di suatu lingkungan baru yang lebih privat, ia akan merasa
memiliki control yang lebih besar atas kehidupannya.
d. Membatasi dan melindungi diri sendiri dari komunikasi dengan orang lain.
Salah satu alasan seseorang mencari privasi adalah membatasi dan
melindungi percakapan yang dibuatnya. Banyak hal yang ingin disampaikan
akan tertahan apabila tempat untuk membicarakannya belum memenuhi
privasi yang diinginkan.

Arsitektur dan Prilaku 15


2. Manfaat Privasi
Altman (1975) menjabarkan beberapa manfaatprivasi :
a. Manfaat pertama privasi adalah pengatur dan pengontrol interaksi
interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain
diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama
dengan orang lain.
b. Manfaat kedua privasi adalah merencanakan dan membuat strategi untuk
berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman / jarak dalam
berhubungan dengan orang lain.
c. Manfaat ketiga privasi adalah memperjelas identitas diri.

Arsitektur dan Prilaku 16


2.9 FAKTOR-FAKTOR PENGARUH PRIVASI

1. Faktor Personal
Marshall mengatakan bahwa perbedaan dalam latar belakang pribadi akan
berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Dalam penelitiannya bahwa anak-
anak yang tumbuh dalam suasana rumah yang sesak akan lebih memilih keadaan
yang anonym dan reserve saat ia dewasa. Sedangkan orang yang menghabiskan
sebagian besar waktunya di kota akan lebih memilih keadaan anonym dan
intimacy. Selain itu Walden dkk menemukan adanya perbedaan jenis kelamin
dalam privasi.
2. Faktor Situasional
Kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa
besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk menyendiri.
Peneliti Marshall tentang privasi dalam rumah tinggal, menemukan bahwa tinggi
rendahnya privasi di dalam rumah antara lain disebabkan oleh seting rumah.
3. Faktor Budaya
Setiap budaya tidak ditemukanadanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang
diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan
privasi. Tidak ada keraguan bahwa perbedaan masyarakat menunjukan variasi
yang besar dalam jumlahprivasi yang dimilki anggotanya.

Arsitektur dan Prilaku 17


BAB III
STUDI KASUS PERSONAL SPACE DAN PRIVASI
2.1. Obyek
Obyek yang digunakan pada studi kasus mengenai personal space dan privasi yaitu
di daerah Ruang Kuliah Fakultas Teknik Universitas Udayana. Ruang lingkup yang
dibahas dalam pembahasan studi kasus ini yaitu privasi.

Gambar 3.1. Situasi Ruang Kelas


B 2.1

Tempat : Ruang Kuliah B.2.1, Fakultas Teknik, Kampus Sudirman


Waktu : 08.30 – 10.10 WITA
Dimensi : 8m x 8m
Privasi sendiri merupakan kegiatan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk
tidak diganggu kesendiriannya, dorongan untuk melindungi ego seseorang dari
gangguan yang tidak dikehendakinnya. Pada ruang kuliah ini privasi terbentuk dari
individunya sendiri. Privasi ini ada karena berbagai faktor.

Arsitektur dan Prilaku 18


2.2 Analisis Obyek Berdasarkan Faktor Pembentuk Privasi

Seorang mahasiswi
yang memiliki privasi
tersendiri dalam
kegiatan presentasi.
Hal ini ditunjukkan
dengan focus
pandangannya yang ke
arah laptop

Gambar 3.2.Perilaku personal


1. Faktor personal, Marshall mengatakan bahwa perbedaan dalam latar belakang
pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Pada ruang kelas ini
telihat latar belakang individu yang belajar disini berbeda beda, ada yang
memang ingin belajar ada yang sekedar mendengarkan ada juga yang mencatat.
Disini privasi terjadi karena adanya perbedaan latar belakang. Seperti pada
gambar, mahasiswi yang berbaju merah itu lebih memilih untuk melihat laptop
saat mahasiswa lainnya sedang presentasi didepan. Ini menunjukan perbedaan
latar belakang yang ada.

Mahasiswa ini
mendapatkan ruang
privasi yang lebih lebar
pula, ditunjukkan
dengan melebarkan
tangannya kearah
samping
Gambar 3.3.Seting Situasi Lingkungan

Arsitektur dan Prilaku 19


2. Faktor situasional, Kepuasan terhadap kebutuhan akan privasi sangat
berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di
dalamnya untuk menyendiri. Hal ini berkaitan dengan semakin besarnya situasi
lingkungan, ruang privasi seseorang juga akan semakin lebar. Dari contoh diatas
dapat dilihat bahwa seorang mahasiswa yang merasakan ruang situasi
lingkungan yang besar, menyebabkan dia merasakan memiliki sebuah ruang
privasi yang lebih nyaman dan lebar.

3. Faktor Budaya, Setiap budaya tidak ditemukanadanya perbedaan dalam


banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana
mereka mendapatkan privasi. Seperti gambar diatas, setiap mahasiswa memiliki
privasi dan cara mereka mendapatkan privasi, bisa dengan gestur tubuh, atau
degan cara tidak peduli akan lingkungan sekitar. Mahasiswa yang ditunjukkan
pada gambar di atas mendapatkanprivasi dar kegiata yang sedang berlangsung
dengan cara menundukkan kepalannya. Dengna demikian dia membatasi
pengelihatan akan kegiatan yang berlangsung disekitarnya, itu berarti dia sudah
memiliki privasi terhadap kegiatan disekitarnya.

Arsitektur dan Prilaku 20


Mahasiswa ini
menutup diri akan
lingkungan disekitar
yang sedang
melakukan kegiatan
presentasi dengan cara
menundukkan kepala.

Gambar 3.3. Seting Situasi Lingkungan

2.3 Analisis Privasi Berdasarkan Jenis Privasi


Menurut Holand (1982) jenis-jenis privasi dibedakan menjadi enam jenis privasi
yang dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan pertama yang tidak ingin
dinganggu secara fisik dan golongan kedua keingginan untuk menjaga rahasia diri
sendiri.
Golongan 1
 Keinginan menyendiri (solitude). Terlihat dalam gambar diatas tidak ada
yang termasuk dalam jenis privasi (solitude), karena tidak ada pembatas
fisik yang membatasi ruang gerak dalam mendapatkan privasi. Namun
untuk ruang lingkup kelompok, disini terjadi privasi (solitude), dimana
ruang kelas ini membatasi antara koridor dan ruang kelas disebelahnya dan
bebas dalam melakukan kegiatan karena adanya pembatas fisik berupa
tembok.
 Keinginan menjauh (seclusion). Dari hasil observasi yang dilakkukan, saat
kegiatan pembelajaran ini berlangsung tidak adanya jenis privasi ini,
dikarenakan jika ada motor yang lewat, suara mesin kendaraan akan
terdengan hingga ruang kelas ini, walaupun telah dibatasi tembok.
 Keinginan untuk dekat denga orang-orang (intimacy). Jenis privasi ini
maksudnya, privasi itu dibangun ditengah kegiatan. Dalam ruang kelas ini,

Arsitektur dan Prilaku 21


kegiatan yang berlangsung yaitu kegiatan pembelajaran dengan cara
presentasi, disini terjadi jenis privasi ini. Diman individu yang bertugas
melakukan presentasi akan lebih akrab dan dekat ketimbang dengan
mahasiswa yang tidak bertugas melakukan presentasi. Namun priavasi ini
akan hilang jika kegiatan yang berlangsung berubah seperti, jika fase
presentasi ini sudah sampai tahap diskusi maka interaksi antara mahasiswa
yg bertugas presentasi dengan pendengar akan terjalin kembali.

Golongan 2
 Keinginan merahasiakan diri sendiri (anonimity). Privasi yang diperoleh
ketika berada di antara sesama, di daerah orang lain sehingga seorang
bebas berprilaku berbeda dengan yang biasa dilakukannya, tapi tidak ingin
diketahui identitasnya. Dalam objek studi yang kami lakukan, tidak ada
jenis privasi ini dalam kegiatan presentasi yang berlangsung. Karena
memang semua mahasiswa telah mengenal satusama lain.

Mahasiswa ini
menutup diri akan
lingkungan disekitar
yang sedang
melakukan kegiatan
presentasi dengan cara
duduk menyendiri

 Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang


lain (reserve). Privasi ketika seseorang dapat mengontrol sepenuhnya
kondisi bahwa ia tidak dapat diganggu dan ia yakin dan merasa aman
karena sudah memiliki barrierpsikologis terhadap adanya gangguan.
 Keinginan untuk tidak terlibat dengan tentangga (notneighboring). Suatu
privasi seseorang yang tidak suka kehidupan bertetangga.Dalam objek
studi yang kami lakukan, tidak ada jenis privasi ini dalam kegiatan

Arsitektur dan Prilaku 22


presentasi yang berlangsung. Karena objek merupakan ruang kelas,
bukanlah sebuah perumahan bertetaangga.

Arsitektur dan Prilaku 23


BAB IV
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari ke 2 hal teresebut semua saling berhubungan semua ini adalah contoh yang
ada dalam setiap diri masing masing individu ke 2 hal ini membentuk karakter individu
dan mempengaruhi prilaku seseorang yang menjadi ke arah positif maupun negatif semua
tergantung bagaimana individu menyikapinya, antara privasi maupun ruang personal. Hal
ini juga dapat menggambarkan hubungan antara individu dengan dunia luar, bagaimana
cara dia berinteraksi dengan orang lain dan dapat menjalani hubungan baik. Dari 2 hal ini
karakter setiap individu akan terlihat secara natural karena secara tidak langsung mereka
menceritakan hal apa saja yang di bagikan kepada publik dan yang tidak, bagaimana
ruang gerak mereka dalam ruang personalnya. Jadi, ruang personal sebagai media
penghubung antar individu yang sekaligus menjadi batas tak nyata, sedangkan ruang
privasi adalah keinginan dari individu itu sendiri yang ingin membatasi individu antara
individu atau sekelompok orang untuk membatasi diri dari lingkungan sekitar.
Dari hasil studi objek mengenai hubunganprivasi terhadap prilaku individu pada
kondisi perkuliahan presentasi didapatkan bahwa banyak mahasiswa yang nyaman
dengan privasi masing-masing disaat pelaksanaan presentasi. Dimana saat kegiatan
presentasi mahasiswa dapat menentukan privasi tersendiri, seperti pada keingiinan untuk
duduk menyendiri dengan tujuan untuk mendapatkan barrierprrivasi yang nyaman.

3.2 SARAN
Dari penjabaran materi diatas, dapat disimpulkan ruang personal dan privasi
sangat penting dalam mendesain sebuah lingkungan yang berarsitektur. Seorang
arsitektur yang professional setidaknya dapat mewadahi suatu ruang personal sesuai
prilaku manusia umumnya. Dari hal teersebutlah seorang arsitek dapat memberikan rasa
nyaman pada pengguna ruang tersebut.
Privasi seseorang dapat dijadikan panduan khusus untuk membangun lingkungan
yang sesuai, mendesain bangunan yang dapat memenuhi kaidah arsitektur dan prilaku.

Arsitektur dan Prilaku 24


Arsitektur dan Prilaku 25
DAFTAR PUSTAKA

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_34502_Inf_Policy_Privacy.pdf

http://yulierizkiutami.blogspot.co.id/2011/04/privasi-ruang-personal-personal-
space.html

Helmi, Avin Fadillah. 1999. Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Buletin


Psikologi. 2

Laurencs, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur Prilaku Manusia. Jakarta, PT


Grasindo.

Arsitektur dan Prilaku 26

Anda mungkin juga menyukai