Anda di halaman 1dari 14

Raihan Akbar Yudhistira

PERTEMUAN 2

PENGANTAR PSIKOLOGI TERITORIAL

1. Psikologi Teritorial Sebagai Bagian Dari Psikologi Lingkungan


a. Definisi Psikologi Teritorial

Psikologi adalah Ilmu tentang tingkah laku manusia.


Teritorial adalah wilayah.
Psikologi teritorial adalah ilmu yang mengkaji tentang perilaku manusia terkait wilayah
(teritori)nya dan interaksi yang terjadi. .

Perbedaan manusia dengan hewan dalam interaksinya dengan lingkungan adalah sbb: bahwa
manusia :
- Mampu memberikan makna yang lebih bervariasi terhadap lingkungan.
- Mampu menciptakan lingkungannya.
- Memberikan struktur terhadap lingkungannya; Kedudukan, susunan organisasi, tugas,
fungsi, tata kerja dan lain-lain.
- Berusaha memperoleh keselarasan dengan lingkungannya.

2. Konsep dan Teori tentang Personal Space dan Territory (a sd b)

Paul Bell (1978) pada Iskandar (2012;4) mendefinisikan Psikologi lingkungan sebagai ilmu
yang mempelajari hubungan atau interelasi antara perilaku dengan lingkungan buatan dan
alam.

Iskandar, Z. (1995) pada Iskandar, Z. (2012;6) mendefinisikan Psikologi lingkungan sebagai


ilmu yang memelajari hubungan interelasi antara tingkah laku manusia dengan lingkungan
fisik (alam dan buatan) dan lingkungan sosial (manusia) sebagai suatu lingkungan yang utuh
dan tidak dipisahkan antara satu dengan lainnya, yaitu lingkungan fisik dan sosial.

a. Definisi Personal space


Kita mempertahankan personal space antara diri kita dengan orang lain untuk
menghindari stimulasi yang berlebihan menurut subjektifitas masing-masing.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata personal berarti 'bersifat pribadi atau perseorangan'.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kata personal adalah kata yang bersifat pribadi atau berkaitan
dengan orang.
Personal Space adalah area di sekitar diri individu yang ditetapkan sebagai batas nyaman
atau tidak nyaman ketika berinteraksi dengan individu lain.

Robert Sommer (Halim, 2005) mengemukakan bahwa Personal space itu seperti
gelembung atau bulatan yang tak terlihat, mengelilingi dan dibawa-bawa oleh suatu organisme
dan ada di antara dirinya dan orang lain, yaitu bufer zone atau jarak individu dengan yang
lain yang tidak terbagi. Personal space individu bersifat dinamis dan dimensi dapat berubah,
apabila ruang tersebut dimasuki oleh orang lain maka akan menimbulkan stress dan
kegelisahan.
Raihan Akbar Yudhistira

Karakteristik individu seperti kepribadian, suasana hati (mood), jenis kelamin, dan usia
bersama dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya berpengaruh terhadap personal
space seseorang. Misalnya personal space laki-laki menjadi besar ketika ia bergaul dengan
laki-laki dibandingkan ketika bergaul dengan perempuan.

b. Teori Personal space


Personal boundaries yang paling bisa kita lihat adalah batasan fisik. Personal space
atau ruang pribadi adalah bagaimana cara seseorang membatasi orang-orang untuk tidak
mudah menyentuhnya.

* Istilah personal space pertama kali dikemukakan oleh Katz (1937).

* Konsep personal space ada di ilmu : psikologi, biologi, antropologi dan arsitektur.

Scott (Halim, 2005) menyatakan bahwa terlalu dekat jarak kita dengan orang lain akan
menyebabkan kita terlalu banyak dihujani oleh stimulan sosial ataupun fisikal. Kita
mempertahankan personal space untuk menghindari berbagai macam penyebab stres yang
diasosiasikan dengan jarak yang terlalu dekat. Teori behavior-constraint menyarankan
personal space seseorang harus dijaga untuk mencegah kebebasan perilaku seseorang yang
terlalu dekat dengan kita.

* Antropolog Edward T. Hall (Halim, 2005) mengkonsepkan personal space sebagai bentuk
dari komunikasi nonverbal. Menurutnya jarak antar individu menentukan kualitas dan
kuantitas stimulasi yang dipertukarkan. Jarak tersebut juga menentukan jenis hubungan
antar individu dan jenis aktivasi yang dilakukan.

* Altman (Halim, 2005) mengemukakan bahwa melihat personal space sebagai mekanisme
pengaturan batasan untuk mencapai tingkat privasi pribadi yang diinginkan, privasi ialah
proses batasan interpersonal dimana orang mengatur interaksi dengan orang lain. Dengan
variasi luas ruang personalnya, Individu memastikan tingkat privasi yang mereka inginkan,
agar menjadi konsisten, Jika gagal mengatur pembatasan tersebut efek negatif dapat
muncul.

* Jika semua konsep tersebut digabungkan personal space dapat dianggap sebagai mekanisme
pengaturan batasan interpersonal yang mempunyai dua fungsi utama. pertama, fungsi
protektif sebagai penahan terhadap ancaman emosi dan fisik yang potensial dan kedua
menyangkut komunikasi. Jarak yang kita pertahankan dengan orang lain menentukan saluran
sensor komunikasi mana yang paling penting dan akan dipakai dalam interaksi kita.

Penelitian Ruang Personal


❖ Faktor Situasional
a) Ketertarikan (Attraction). Ketertarikan di antara orang yang berinteraksi
memengaruhi ukuran dan jarak interpersonal. Semakin kuat ketertarikan antar
individu semakin ingin dekat secara fisik. Seperti antar kekasih menginginkan
kedekatan fisik. Hasil penelitian membuktikan bahwa ketika laki-laki dan perempuan
berinteraksi, ketertarikan yang meningkat diasosiasikan dengan kedekatan fisik.
Raihan Akbar Yudhistira

Penelitian Byrne, dkk Menemukan bhw individu yg mempunyai kesamaan


kepribadian cenderung lebih tertarik dan jarak semakin dekat satu sama lain
dibandingkan sebaliknya.
Penelitian lain menemukan bahwa jarak yang semakin kecil di antara teman dekat yang
berlainan jenis terjadi karena perempuanlah yang mendekat kepada laki-laki yang
disukainya, perempuan merespon ketertarikan lebih secara spasial dibandingkan laki-
laki.
Penelitian juga menunjukkan dalam bbrp kasus bhw hubungan dyad (dua orang)
dalam interaksi akan meningkat pada jarak yang lebih dekat seiring dengan
meningkatnya persahabatan. Bell dkk mengemukakan bahwa ruang personal yang
semakin mengecil atau jarak yang mendekat merupakan hasil dari ketertarikan yang
meningkat.

b. Kesamaan (Similarity).
Berdasarkan pada penelitian telah terbukti bhw jarak yg lebih dekat akan
dipertahankan pada individu yang lebih sama usia, ras, subbudaya, agama, orientasi
seksual dan statusnya, dibandingkan yang tidak sama.
Bukti lain dalam militer ketika berinteraksi dengan atasan akan berbeda
dengan teman yang memiliki pangkat yang sama, semakin besar kesamaan yang ada
maka semakin kecil jarak interpersonal.
Alasan mengapa kesamaan dan ketertarikan mengarah pada jarak interpersonal
yang semakin dekat, hal tersebut karena salah satu fungsi ruang personal adalah
proteksi terhadap ancaman, maka orang lebih mau berinteraksi pada jarak yang lebih
dekat dengan orang lain berkarakter sama dengannya dibandingkan yang tidak
berkarakter sama, karena orang tersebut berasumsi bahwa ia lebih mampu mengenal
kondisi individu yang sama dengan dirinya.

c. Jenis Interaksi.
Berkaitan dengan kualitas hubungan interpersonal, khususnya ttg
menyenangkan ataukah tidak menyenangkan, orang-orang yang mendapatkan umpan
balik negatif akan penampilannya dalam sebuah kelompok akan membuat individu
tersebut berada jauh dari kelompok dibandingkan sebaliknya, hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa situasi yang negatif akan membuat orang mengarah pada jarak yang
lebih jauh.

❖ Faktor Perbedaan Individual


Ruang personal terkait budaya, norma dan nilai seseorang akan memengaruhi
kontak indera, pada fungsi protektif akan memengaruhi individual dalam nilai-nilai
yang dianut berkaitan dengan besar ruang yang diperlukan untuk melindungi diri dari
ancaman.
a) Faktor Budaya dan Ras. Individu yang dibesarkan dalam budaya yang
berbeda akan memiliki pengalaman belajar yang berbeda, perbedaan antar budaya
dalam jarak interpersonal termasuk didalamnya ketidaksamaan yang ada di antara
kelompok sub budaya dalam sebuah budaya besar, budaya cenderung untuk
berinteraksi pada jarak yang lebih dekat dengan anggota dari sub budaya mereka
sendiri daripada yang bukan anggota.
Raihan Akbar Yudhistira

b) Perbedaan Jenis Kelamin. Laki-laki dan perempuan menunjukkan perilaku


spasial yang berbeda terhadap orang yang disukai dan tidak disukainya, perempuan
berinteraksi pada jarak yang lebih dekat dengan orang yang disukainya, sedangkan
laki-laki tidak membedakan spasial sebagai fungsi dari ketertarikan.
Dalam hal jarak interpersonal dengan orang lain yang berjenis kelamin sama,
pasangan perempuan dengan perempuan mempertahankan jarak yang lebih dekat
daripada pasangan laki-laki dengan laki-laki. Perempuan lebih afiliatif dan lebih
berpengalaman dengan intimasi nonverbal.
c) Faktor Kepribadian. Duke dan Nowicki menemukan bahwa orang yang
mengalami schizophrenia membutuhkan ruang yang lebih luas, juga ditemukan bahwa
individu yang cemas akan lebih mempertahankan ruang personalnya daripada yang
tidak cemas.

❖ Faktor Fisikal Ruangan


Penelitian menunjukkan bbrp faktor fisik untuk penentuan ruang antar personal
diantaranya :
1) Fitur arsitektur memengaruhi ruang personal:
- Savinar menemukan bahwa laki-laki lebih banyak membutuhkan ruang bila tinggi plafon
ruangan rendah daripada plafon yang tinggi.
- White (Halim, 2005) mengemukakan bahwa ruang personal meningkat seiring dengan
berkurangnya ukuran ruang.
- Gergen dan Bartong (Halim, 2005) mengemukakan bahwa kita cenderung menyentuh
orang lain, yang membuat kita merasa tidak nyaman ketika gelap daripada dalam
kondisi pencahayaan yang lebih terang.
2) Posisi orang dalam ruangan.
- Ruang personal lebih besar bila berada di pojok ruangan drpd bila berada di tengah
ruangan.
- Orang menjaga jarak yang lebih dekat ketika berdiri drpd ketika duduk.
- Ketika seseorang tahu dirinya dapat menghindari, biasanya cukup puas dengan ruang
personal yang kecil saja.
Raihan Akbar Yudhistira

PERTEMUAN 3

PENGANTAR PSIKOLOGI TERITORIAL II

Zona Personal Space

Hubungan yang Sesuai dan


Zona Kualitas Sensori
Aktivitas

Intimate Distance: Kontak yang intim (seperti Kesadaran yang intens terhadap
berjarak antara 0 -1,5 seseorang yang saling mencintai masukan sensoris (seperti bau dan
kaki/ 8 inci dan merasa nyaman), olahraga suhu tubuh) dari seseorang; sentuhan
(1 inchi = 2,54 cm) fisik (seperti gulat). yang mendahuluan vokalisasi sebagai
(1 kaki = 30,48 cm) model dasar komunikasi

Personal distance: Kontak antara teman dekat, Kesadaran terhadap masukan sensori
berjarak antara 1,5- 4 serta interaksi sehari-hari lebih kurang dibandingkan pada
kaki dengan kenalan. intimate distance; pandangan visual
124 cm = 1 m 24 cm normal dan menghasilkan umpan balik
yang detail; akses saluran verbal
untuk komunikasi dibandingkan
sentuhan
Social distance: berjarak Kontak impersonal (tidak Masukan sensori yang minimal;
antara 4-12 kaki pribadi) atau kontak bisnis informasi yang disediakan oleh
124 cm – 362 cm saluran visual kurang detail darpada
personal distance; level suara yang
normal dipertahankan (terdengar
pada jarak 20 kaki), tidak
memungkinkan ada sentuhan.
Public Distance: berjarak Kontak formal antar individu Tidak ada masukan sensori; tidak ada
lebih dari 12 kaki (seperti aktor dan politikus) masukan visual yang detail; tingkah
362 cm > dengan publik. laku nonverbal yang dilebih-lebihkan
untuk melengkapi komunikasi verbal;
bayangan suatu makna dapat hilang
pada jarak ini.

Zona Ruang Yang Memudahkan Tujuan


1. Jarak Optimal dalam Lingkungan Belajar :
Penelitian skeen (1976) : Subjek diberi tugas pada jarak 15 cm dan 45 cm dari
gurunya, dan murid tersebut mengerjakan tugas lebih baik pada jarak intim 15 cm
dibandingkan jarak personal yang 45 cm, semakin kecil jarak antar siswa semakin baik
pembelajaran yang dihasilkan.
Kinarthy (1975) menyarankan : posisi duduk di bagian tengah baris depan, krn
mendorong tingkat komunikasi yg lebih tinggi, verbalisasi dan peningkatan atensi.
Biasanya siswa yang duduk di tengah depan memiliki self esteem tinggi dan
mendapatkan nilai baik di kelas.
Raihan Akbar Yudhistira

2. Jarak Optimal dalam Interaksi Profesional


- Brokeman dan Moller (1975) : jarak yang paling baik untuk konseling adalah jarak menengah.
- Eksperimen Stone dan Morden : para mahasiswa lebih suka mendiskusikan topik pribadi
dengan konselornya pada jarak 1,5 m ketimbang pada jarak 0,3 m atau 2,7 m.

3. Jarak Optimal Interaksi Kelompok.


Untuk menciptakan interaksi kelompok, maka ruangan perlu dirancang dalam konfigurasi
sociopetal yaitu penataan perabot yang membuat orang ingin berkumpul, misalnya menaruh
sofa set di ruang keluarga. Sommer dan rose (Halim, 2005) juga mengemukkaan bahwa
dekorasi yang terlalu bagus di rumah sakit dapat menumbuhkan depresi dan efek isolasi
pasien.
Posisi duduk yang berhadapan dan melingkar lebih menimbulkan interaksi dibandingkan
yang saling berdampingan menghadap tembok.
Pada kelompok kecil, orang lebih suka berbicara pada orang yang posisinya berhadapan
dengannya atau yang paling dekat dengan pandangannya dan orang yang berada pada posisi di
pusat kelompok biasanya orang yang paling banyak memulai komunikasi.
Oleh sebab itu orang yang memilih untuk duduk di pojok tengah meja segi empat atau
meja lonjong biasanya menjadi pemimpin kelompok dan mendominasi interaksi dalam
kelompok.

PERTEMUAN 4

PSIKOLOGI TERITORIAL III

Ukuran Ruang Personal


Persepsi ruang personal yang optimal atau tidak optimal pada jarak tertentu
tergantung pada kondisi situasional dan perbedaan individual. Jika persepsi terhadap ruang
personal adalah optimal maka keseimbangan akan terjaga. Sebaliknya jika persepsi terhadap
ruang personal tidak optimal akan muncul bermacam respon yang terjadi. Oleh sebab itu perlu
diprediksi jarak yang tidak sesuai, apa konsekuensinya, serta bagaimana resiprokasi
(pendekatan) bisa terjadi.

Memprediksi Efek Jarak yang Tidak Sesuai dan Konsekuensinya :

a. Pada jarak yang tidak sesuai bisa memicu terjadinya penurunan kinerja.
b. Muncul respon-respon tertentu yang bertujuan untuk mengubah jarak menjadi lebih
optimal.
c. Dalam hubungannya dengan stress bisa terjadi reaksi emosional, perilaku, dan
fisiologis.
d. Konsep arousal berasumsi bahwa jarak yang terlalu dekat akan menyebabkan over-
arousal yang menimbulkan atribusi-atribusi tertentu.
e. Model Equilibrium dan Comfort berasumsi bahwa jarak terlalu dekat atau terlalu jauh
akan memunculkan reaksi kompensasi seperti perubahan orientasi tubuh dan
pandangan mata.
f. Model Pengaturan Privasi dari Altman berasumsi bahwa ruang personal yang tidak
mencukupi akan menopang mekanisme kontrol yang memastikan terciptanya privasi.
Raihan Akbar Yudhistira

g. Pendekatan Behavior-Constraint menyatakan bahwa ketidakcukupan ruang personal


akan menghasilkan perasaan menentang yang menuntut kebebasan ruang.
h. Model Properti Komunikasi oleh Hall menyatakan bahwa ketika ruang personal dirasa
tidak cukup akan timbul komunikasi dan kesimpulan yang negatif.
i. Model Etiologi Evan dan Howard menyatakan bahwa ketidakcukupan ruang personal
menimbulkan perasaan takut, terancam, dan agresi.

Jika penanggulangan terhadap ketidaksesuaian jarak personal berhasil, maka akan terjadi
adaptasi (menyesuaikan diri), habituasi (jadi terbiasa), dan perubahan tingkat privasi (privasi
berubah bisa menurun atau meningkat), yang akhirnya meningkatkan ketertarikan.

Jika penanggulangan tidak berhasil maka akan menimbulkan stress, aurosal yang
berkelanjutan, yang pada akhirnya menyebabkan kinerja menurun.

Secara umum, jarak yang tidak sesuai (baik jarak yang dekat ataupun jauh) akan menimbulkan
konsekuensi berupa ketidaknyamanan sehingga muncul berbagai macam respon atas
ketidaknyamanan tersebut.

Resiprokasi → Jarak interpersonal yang tidak sesuai cenderung berakibat negatif, ternyata
bisa sebaliknya. Misalnya pada orang yang saling menyukai, jarak interpersonal akan semakin
kecil. Tetapi hal ini sangat bergantung pula pada situasi, perbedaan individual, dan efek yang
ditimbulkan.

Efek dari Menginvasi (Mendekati) Ruang Personal Orang Lain


a. Bisa muncul perilaku menghindari pada orang yang terinvasi
b. Sebagai respon, arousal fisiologis bisa menyebabkan stress pada orang yang terinvasi.
c. Menurunkan kemampuan memproses informasi pada orang terinvasi, contohnya saat
sedang membaca buku di perpustakaan lalu ada seseorang yang mendekat, seringkali
orang terinvasi akan terganggu dalam memproses informasi dari buku yang sedang
dibaca
d. Dapat menurunkan kinerja pada orang yang terinvasi. Tetapi hal ini juga bergantung
pada kompleksitas pekerjaan. Jika pekerjaan tidak terlampau sulit, kinerja tidak
terlalu terlihat negatif, namun jika pekerjaan adalah pekerjaan sulit invasi menjadi
sangat menurunkan kinerja.
e. Jika penginvasi adalah anak usia dini, hal itu bisa direspon positif oleh orang dewasa.
Berbeda jika penginvasi adalah anak usia 10 tahun ke atas, hal itu bisa respon negatif
oleh orang dewasa. Namun hal ini tidak selalu sama pada setiap orang –karena
perbedaan individual.
f. Sebuah hasil penelitian menunjukkan, ada efek perbedaan jenis kelamin, di mana
wanita berespon lebih negatif pada posisi bersebelahan sementara pria berespon lebih
negatif pada posisi berhadapan. Dalam proses sosialisasi, pria bersifat lebih
kompetitif dibandingkan Wanita.
g. Bagi orang yang menginvasi, invasi terhadap ruang personal orang lain juga dapat
dirasakan sebagai situasi yang mengancam bagi ruang personalnya sendiri dan ingin
dihindari sebisa mungkin.
h. Wanita lebih mudah menginvasi orang yang tersenyum dibandingkan orang dengan
wajah masam. Laki-laki lebih mudah menginvasi orang yang membelakangi dirinya.
Raihan Akbar Yudhistira

i. Invasi akan menurun pada orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi misalnya
birokrat, pengusaha, pemuka agama, dll.

Kelompok juga akan menghasilkan respon kompensasi berupa kelompok juga


akan mempertahankan jarak personalnya. Menghindar ketika ruang mereka
terganggu. Bahkan mereka bisa saja berpindah secara bersamaan. Hal ini menunjukkan
bahwa kelompok akan mempertahankan ruang personal walau dihadapkan pada
kondisi terinvasi.

Territoriality
Perbedaan istilah dari ”territory” dan “territoriality
Perbedaan istilah dari ”territory” dan “territoriality”. Istilah “territory” atau
“wilayah” menurut KBBI adalah (n) daerah (kekuasaan, pemerintahan, pengawasan, dsb);
lingkungan daerah (provinsi, kabupaten, kecamatan). Sedangkan menurut Storey (van
Efferink, 2015), istilah “territory” dapat dilihat sebagai ruang geografis terbatas yang
diklaim atau diduduki oleh seseorang, sekelompok orang, atau institusi. Sedangkan istilah
“territoriality” atau “territorial” menurut KBBI adalah (a) mengenai bagian wilayah (daerah
hukum) suatu negara. Menurut Storey (van Efferink, 2015), istilah “territoriality” merujuk
pada pengklaiman sebuah ruang oleh individu atau kelompok—lebih kepada hubungan sosial
dan wilayah, bagaimana cara mereka diproduksi, hasil dari praktek-praktek sosial dan proses-
prosesnya, muncul dalam kondisi tertentu, dan melayani tujuan-tujuan tertentu.

Teritorial adalah sesuatu hal yang cukup mirip dengan personal space, sama-sama
adalah ‘suatu’ mekanisme regulasi batasan interpersonal dengan karakteristik tertentu yang
berbeda-beda pada setiap individu. Bedanya, personal space adalah batasan yang tidak
terlihat, dapat dipindahkan (ikut berpindah dengan individunya), person centered, dan
meregulasikan seberapa dekat individu akan berinteraksi, sedangkan wilayah (territory)
adalah batasan yang dapat dilihat secara nyata, relatif tidak bergerak, tampak dibatasi,
biasanya home centered, serta meregulasi siapa yang akan berinteraksi (Sommer dalam Bell,
et al., 1996). Territory dapat dilihat sebagai sebuah tempat yang dimiliki atau dikontrol oleh
seorang indivdiu atau lebih. Selain itu, territory juga berperan dalam mengorganisir interaksi
antar individu dan kelompok, sebagai ‘kendaraan’ untuk memperlihatkan identitas seseorang,
dan dapat diasosiasikan dengan perasaan, value, atau rasa attachment pada suatu ruang.

Kata “teritorial” sendiri sulit untuk didefinisikan dan mengalami banyak kontroversi
di antara para peneliti. Menurut Bell, dkk (1996)—yang mendefinisikan “teritorial”
berdasarkan pandangan “mainstream”—human territoriality dapat dilihat sebagai sebuah set
perilaku dan kognisi seseorang atau sebuah kelompok perlihatkan, berdasarkan dari rasa
kepemilikan dari ruang fisik. Rasa kepemilikan di sini dapat mengacu pada sesuatu yang benar-
benar dimiliki (seperti rumah), atau sebuah kontrol pada suatu ruang (seperti kantor, dapat
dikontrol tapi tidak dimiliki). Gifford, dkk (2010) juga mendefinisikan teritorial pada
manusia adalah sebuah pola perilaku dan pengalaman yang berhubungan dengan sebuah kontrol
yang biasanya nonviolent (tanpa kekerasan) pada ruang fisik, objek, dan ide. Lalu Holahan
(dalam Latifadila, et al., 2014) menyatakan bahwa teritorial adalah suatu tingkah laku
diasosiasikan sebagai kepemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering
melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain.
Raihan Akbar Yudhistira

Perilaku teritorial bermanfaat pada motif dan kebutuhan yang penting untuk
organisme, termasuk juga pada saat menempati sebuah area, mendapatkan kontrol terhadap
area tersebut, mempersonalisasikannya, pemikiran, kepercayaan, atau perasaan mengenai
area tersebut, serta melindungi area tersebut. Konsep dari “territory” dan “territoriality”
mengilustrasikan sifat interdependent dari transaksi manusia-lingkungan. Tidak akan ada
teritorial tanpa wilayah, dan begitu juga sebaliknya (Carpenter dalam Bell, et al., 1996).

Ada tiga tipe dari territory yang digunakan oleh manusia menurut Altman dan koleganya
(1975), yaitu:
1. Primary Territory
Territory yang paling penting. Rasa kepemilikan seseorang atau sebuah kelompok
tinggi, biasanya dimiliki secara permanen. Pemiliknya juga memiliki kontrol secara penuh pada
area tersebut, dan gangguan (intrusi) adalah hal yang serius. Contoh: rumah, kantor.
2. Secondary Territory
Tidak dimiliki oleh seseorang atau sebuah kelompok, tetapi digunakan secara reguler oleh
individu atau sebuah kelompok serta berbagi area tersebut dengan orang lain. Rasa
kepemilikan akan tempat yang termasuk secondary territory termasuk sedang. Penghuni area
tersebut dilihat sebagai salah satu dari sejumlah pengguna yang berkualitas untuk menghuni
tempat tersebut. Dapat dipersonalisasi sampai batas tertentu selama periode waktu yang
sah untuk penghuni tersebut. Contoh: ruang kelas, kantin, perpustakaan (di mana dia/mereka
sering menempati tempat tersebut).
Goffman membaginya ke dalam tiga bentukuntuk secondary territory, yaitu:
- Stalls: territory objek yang ditentukan oleh jadwal tertentu seperti hotel, penginapan
dan ruang kuliah.
- Turns: territory yang menekankan intensitas giliran (antrian) lebih cepat seperti
telepon umum, karcis bioskop.
- Use-Space: territory yang digunakan bersama (kelompok tertentu) seperti museum,
lapangan tembak, dan pacuan kuda.

Public Territory
Tidak dimiliki oleh seseorang atau sebuah kelompok. Rasa kepemilikan akan area
tersebut rendah. Sangat susah untuk memegang kendali atas area tersebut. Area yang
termasuk public territory juga digunakan dan dihuni oleh individu dalam jumlah yang sangat
banyak dan sebanyak mungkin. Berbagi atas ruang dan semua orang memiliki hak yang sama
pada area atau ruang tersebut. Contohnya adalah pantai, mall, taman, ruang tunggu, dan lain-
lain.

The Origin of Territorial Functioning


Ada yang mengatakan bahwa human territoriality bersifat instictive, ada juga yang
mengatakan bahwa hal itu adalah hasil belajar, dan ada juga yang berpendapat bahwa hal
tersebut adalah sebuah interaksi antar keduanya. Menurut pandangan instictive, manusia dan
hewan sama-sama memiliki dorongan untuk mengklaim dan mempertahankan territory-nya.
Sedangkan pandangan bahwa teritorial adalah hasil belajar menyatakan bahwa hal tersebut
adalah hasil dari pengalaman masa lalu dan dari budaya manusia. Lalu dari perspektif yang
lain, dimana berpendapat bahwa teritorial adalah hasil dari interaksi antara insting dan hasil
belajar, melihat bahwa kedua proses tersebut berkontribusi terhadap tindakan teritorial.
Raihan Akbar Yudhistira

Adalah hal yang mungkin jika territoral behavior manusia cenderung menuju arah instictive,
tetapi dari proses belajarlah yang menentukan intensitas dan bentuk dari perilaku

Fungsi dari Territoriality


Ada banyak fungsi dari teritorial. Dibandingkan dengan hewan, manusia memiliki fungsi
teritorial yang lebih fleksibel. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1. Sebagai “organizers” dalam berbagai dimensi, contohnya adalah membuat “map”
mengenai tipe-tipe perilaku, dapat mengantisipasi beberapa tempat, siapa yang akan
kita temui, apa status seseorang, dan lain-lain.
2. Membantu untuk merencanakan dan mengatur kehidupan sehari-hari kita
3. Berkontribusi dalam mengatur, berhubungan dengan peran sosial.
Intinya, bagaimana territories berfungsi dalam “mengorganisasikan sesuatu”
bergantung pada ruang tertentu. Contohnya adalah saat seseorang berada pada ruang tidur,
maka ruang tersebut diatur agar dapat menyediakan sebuah tempat yang cocok untuk
sendirian, memperbolehkan keintiman, dan dapat mengekspresikan identitas personal. Contoh
lain adalah tempat umum seperti perpustakaan, maka teritori mengatur ruang sedemikan rupa
untuk menyediakan sebuah tempat yang memiliki mekanisme jarak interpersonal.

Perlu diketahui juga bahwa territories dapat membuat seseorang merasakan perasaan
istimewa, khas, privasi, dan sense of personal identity. Seseorang juga dapat mengalami self-
concept yang lebih tinggi dikarenakan territory yang mereka miliki, dan dengan cara mereka
mempersonalisasikannya. Maka ada orang yang dengan bangga mengatakan atau menyebutkan
diri mereka sebagai “seseorang yang tinggal di rumah hijau di daerah Tanjung” misalnya.

PERTEMUAN 5

PENGANTAR TERITORIAL 4

Territory and Aggression


Sering tidak disadari, tetapi territory dapat menjadi sebuah pemicu agresi atau
menjadi stabilisator untuk mencegah agresi, tergantung dari situasinya. Salah satu faktor
yang memengaruhi mengenai hubungan teritorial dan agresi adalah status dari territory
tertentu, apakah tidak tetap/jelas, terjadi sengketa, atau tetap/jelas. Agresi menjadi lebih
sering ditemukan pada territory yang terjadi sengketa atau ketidakjelasan/ketidaktetapan
(territory menjadi pemicu). Kebalikannya, territory yang sudah tetap atau jelas beserta
batasan-batasannya biasanya stabil dan kurangnya ditemukan rasa permusuhan di area
tersebut (territory menjadi stabilisator).

Temuan dalam Jurnal


Salah satu hasil penelitian menunjukkan kaitan aspek biologis dengan personal space.
Peneliti menemukan bahwa amygdala diaktivasi secara berbeda oleh kedekatan dengan orang
lain. Kerusakan bilateral lengkap untuk struktur ini pada subjek SM mengakibatkan tidak
adanya batas ruang pribadi yang terdeteksi dan preferensi jarak interpersonal yang kecil
secara abnormal.
Raihan Akbar Yudhistira

Temuan kami menunjukkan bahwa amigdala dapat memediasi gaya tolak yang
membantu untuk menjaga jarak minimal antara orang-orang. Selanjutnya, temuan kami
konsisten pada monyet dengan lesi amigdala bilateral, yang tinggal dalam jarak dekat dengan
monyet atau orang lainnya, suatu efek kami sarankan muncul dari tidak adanya respon
emosional yang kuat untuk pelanggaran ruang pribadi (Kennedy, Gläscher, Tyszka & Adolphs,
2009).
Penelitian selanjutnya melihat personal space dalam collaborative virtual
environments (CVEs). Manusia saat ini mulai menghabiskan lebih banyak waktu dalam
lingkungan virtual kolaboratif (CVEs) sehingga menjadi penting untuk mempelajari interaksi
mereka dalam lingkungan tersebut. Salah satu aspek dari interaksi tersebut adalah personal
space. Peneliti telah melakukan penyelidikan empiris dalam suatu lingkungan virtual. Peneliti
melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh ruang pribadi pada gender avatar, dan
penelitian observasional untuk lebih mengeksplorasi keberadaan ruang pribadi.
Hasil penelitian memberikan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa gender avatar
memiliki pengaruh terhadap ruang pribadi meskipun peserta tidak memiliki kecemasan invasi
personal space yang tinggi. Hal ini bertentangan dengan kecemasan invasi personal space yang
tinggi yang biasa dirasakan dari invasi personal space di dunia fisik. Meskipun demikian,
keberadaan avatar dengan gender yang tidak ditentukan memiliki kemungkinan lain. Hal itu
dapat menjadi faktor yang mungkin mempengaruhi ruang pribadi di CVE tersebut, termasuk
dapat menyebabkan tidak adanya kecemasan dalam invasi personal space.
Studi observasional menunjukkan bahwa ruang pribadi tidak ada dalam CVEs,
sebagaimana pengguna cenderung untuk mempertahankan jarak ketika mereka berinteraksi
satu sama lain dengan cara yang serupa pada dunia fisik, Studi kami memberikan pemahaman
lebih baik dari ruang pribadi di CVEs dan hasilnya dapat digunakan untuk lebih meningkatkan
kegunaan dari lingkungan tersebut (Nassiri N., Powell N., & Moore D., 2010).

Penelitian selanjutnya menyelidiki keteraturan dan prediktabilitas mobilitas manusia


di ruang pribadi. Hukum dasar yang mengatur mobilitas manusia memiliki banyak aplikasi
penting seperti peramalan dan pengendalian epidemi atau mengoptimalkan sistem
transportasi. Pola mobilitas tersebut, dipelajari dalam konteks di luar kegiatan rumah selama
perjalanan atau interaksi sosial dengan pengamatan yang direkam dari penggunaan ponsel atau
difusi uang. Hal ini menunjukkan bahwa pada manusia, ruang ekstra-personal mengikuti suatu
tingkat tinggi dari keteraturan temporal dan spasial - paling sering dalam bentuk hukum
waktu-independen yang memiliki skala universal ((Austin, Daniel; Cross, Robin M; Hayes,
Tamara; Kaye, Jeffrey, 2014).
Di sini ditunjukkan bahwa pola mobilitas orang yang lebih tua di rumah mereka juga
menunjukkan tingkat tinggi prediktabilitas dan keteraturan, meskipun dengan cara yang
berbeda dari yang telah dilaporkan untuk mobilitas luar rumah. Pada penelitian ini dipelajari
satu set data dari hampir 15 juta pengamatan terhadap 19 orang dewasa yang meliputi
pengamatan longitudinal pada aktivitas rumah hingga 5 tahun. Peneliti menemukan bahwa
mobilitas di rumah tidak diwakili hukum skala universal, tetapi struktur yang signifikan
(prediktabilitas dan keteraturan) terungkap ketika secara perhitungan yang eksplisit untuk
data kontekstual dalam model mobilitas di rumah. Hasil ini menunjukkan bahwa mobilitas
manusia dalam ruang pribadi sangat stereotip, dan diskontinuitas monitoring dalam pola
mobilitas tingkat ruangan yang rutin dapat memberikan kesempatan untuk memprediksi
Raihan Akbar Yudhistira

kesehatan individu manusia dan status fungsional atau mendeteksi efek samping dan tren
(Austin, Daniel; Cross, Robin M; Hayes, Tamara; Kaye, Jeffrey, 2014).
Penelitian-penelitian mengenai personal space di UI oleh Prihatin Ningrum thd.
sekelompok mahasiswa di Kantin Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi interaksi antar invidu yang yang menitik beratkan pada
adanya hubungan antara norma dan jenis kelamin terhadap pengambilan jarak interaksi. Lebih
jauh penelitian tersebut juga ingin melihat ada atau tidaknya hubungan antara jenis kelamin,
hubungan, topik dan agama terhadap pengambilan jarak interaksi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa teori Personal Space khususnya mengenai besar
jarak interaksi intim, personal, dan sosial dari Edward T. Hall tidak sepenuhnya berlaku di
Indonesia. Pada jarak intim subyek ditemukan jarak yang lebih jauh dibandingkan yang
diutarakan Hall (lebih dari 45,7cm). Sedangkan jarak sosial subyek lebih kecil daripada jarak
yang dikemukakan Hall (jaraknya kurang dari 1,2 m - 3,7 m). Ada kemungkinan pengambilan
jarak saat berinteraksi dengan orang lain dipengaruhi juga oleh jenis kelamin, agama, jenis
hubungan dengan lawan bicara dan topik yang dibicarakan.
Fenomena terakhir yang cukup banyak akhir-akhir ini adalah pembangunan perumahan-
perumahan real estate di kota-kota, termasuk di Makassar. Perumahan-perumahan mewah
tersebut menjadi suatu fenomena permukiman yang individualis di kawasan urban. Berangkat
dari konsep-konsep pengembangan dalam pembangunan kawasan permukiman dengan tema-
tema yang menarik bagi konsumen yang umumnya berasal dari golongan ekonomi menegah ke
atas. Namun konsep yang ditawarkan cenderung memisahkan diri dengan lingkungan
permukiman disekitarnya dengan alasan keamanan dan kenyaman (Setiawan, 2010).
Pembangunan perumahan mewah seringkali dilakukan di daerah yang awalnya merupakan
kampung yang dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah. Dengan adanya pembangunan
perumahan yang disertai dengan pembatas menunjukkan bahwa kawasan tersebut adalah
territori bagi kalangan borjuis yang tertutup bagi masyarakat yang tidak segolongan dengan
mereka. Hal ini semakin mengundang kesenjangan sosial.
Perancangan permukiman yang mengakomodasi interaksi sosial merupakan suatu salah
satu konsep dalam melibatkan masyarakat dalam pembangunan kawasan permukiman. Konsep
juga ternyata mampu meningkatkan pengawasan bersama terhadap lingkungan. Membangun
pagar tinggi di halaman rumah dan membentengi kawasan permukiman bukan solusi yang tepat.
Justru efek yang ditimbulkan akan semakin memperlebar kesenjangan sosial antara
masyarakat permukiman baru dan masyarakat di sekitar permukiman (kampung) yang pada
akhirnya akan meningkat vandalisme (Setiawan, 2010).

Pengaruh Lingkungan Penugasan Dan Dukungan Sosial Terhadap Tingkah Laku


Mempertahankan Wilayah Negara Melalui Moril Sebagai Mediator Pada Prajurit Penjaga
Perbatasan Kalimantan Barat – Suyanto, Unpad-Bandung 2018
(The Influence Of Environmental Assignment And Social Support On Behavior Defending
National Territory Through Morale As A Mediator Of The Guard Forces Of West
Kalimantan Border)

Hasil penelitian :
a. Tinggi Rendahnya Moril Dalam Mempertahankan Wilayah Negara Ditentukan Oleh Semakin
Positifnya Persepsi Tentang Lingkungan Penugasan.
Raihan Akbar Yudhistira

b. Prajurit yang mempersepsi Lingkungan mendukung tugas mereka akan menunjukkan


keoptimalan yang lebih tinggi pada Tingkah Laku Mempertahankan Wilayah Negara jika
dimediasi oleh Moril yang tinggi.
c. Prajurit yang merasakan adanya Dukungan Sosial yang semakin besar dengan dimediasi oleh
Moril tidak menunjukkan keoptimalan yang lebih tinggi pada Tingkah Laku Mempertahankan
Wilayah Negara.

PERTEMUAN 6

PEMBINAAN TERITORIAL TNI AD

RUANG LINGKUP
a. Pendahuluan
B. Ketentuan Pokok Gar Teritorial
C. Konsepsi Dasar Gar Teritorial
D. Pembinaan Teritorial
E. Penggunaan Teritorial
F. Tataran Kewenangan
G. Penutup

KETENTUAN POKOK GAR BINTER TNI AD


PERAN → Merupakan sarana utama utk merebut hati dan pikiran rakyat bagi ter-wujudnya
kemanungggalan TNI- rakyat guna dukung tupok TNI AD

FUNGSI BINTER
1. Meningkatkan kesadaran berbangsa & bernegara
2. Meningkatkan kesadaran berbangsa & bernegara
3. Meningkatkan kesadaran bela Negara & cinta tanah air
4. Wujudkan kemanunggalan TNI - rakyat

SIFAT & LINGKUP BINTER


SIFAT → BINTER TNI AD MRPKN TUGAS TERKANDUNG UTK WUJUDKAN
MANUNGGAL TNI-RAKYAT DLM RANGKA DUKUNG TUPOK TNI AD.
LINGKUP
➢ BID BIN SADAR BER BGS & BER NEG
➢ BID BIN WAWASAN KEBANGSAAN
➢ BID BIN KES BEL NEG & CINTA TANAH AIR
➢ BID BIN KEMANUNGGALAN TNI - RKYT

KONSEPSI DASAR GAR BINTER TNI AD


KEBIJAKSANAAN
1. BINTER DISELENGGARAKAN SEPANJANG MASA
2. BINTER DIGARKAN SCR RUTIN, TERUS MENERUS & BERKELANJUTAN
DLM BENTUK GIAT TER.
3. BINTER PD ESKALASI YG MENINGKAT DILAKUKAN DLM BENTUK OPS
BINTER.

STRATEGI
Raihan Akbar Yudhistira

KEDALAM → - BANGUN CITRA TNI AD MELALUI SIKAP TER, 8 WJB TNI DAN BAIK’S
DGN RAKYAT. -KAITKAN PROF & KUALITAS UTK TBH INTEGRITAS, MORALITAS,
PROF & PUAN BERINTERAKSI
KELUAR→ - WUJUDKAN MANUNGGAL TNI-RAKYAT,-KATKAN TAH LINGK &
BANGUN DGN DAYA TANGKAL WIL, - CEGAH ANCAMAN DISINTEGRASI BGS

Anda mungkin juga menyukai