PERTEMUAN 2
Perbedaan manusia dengan hewan dalam interaksinya dengan lingkungan adalah sbb: bahwa
manusia :
- Mampu memberikan makna yang lebih bervariasi terhadap lingkungan.
- Mampu menciptakan lingkungannya.
- Memberikan struktur terhadap lingkungannya; Kedudukan, susunan organisasi, tugas,
fungsi, tata kerja dan lain-lain.
- Berusaha memperoleh keselarasan dengan lingkungannya.
Paul Bell (1978) pada Iskandar (2012;4) mendefinisikan Psikologi lingkungan sebagai ilmu
yang mempelajari hubungan atau interelasi antara perilaku dengan lingkungan buatan dan
alam.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata personal berarti 'bersifat pribadi atau perseorangan'.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kata personal adalah kata yang bersifat pribadi atau berkaitan
dengan orang.
Personal Space adalah area di sekitar diri individu yang ditetapkan sebagai batas nyaman
atau tidak nyaman ketika berinteraksi dengan individu lain.
Robert Sommer (Halim, 2005) mengemukakan bahwa Personal space itu seperti
gelembung atau bulatan yang tak terlihat, mengelilingi dan dibawa-bawa oleh suatu organisme
dan ada di antara dirinya dan orang lain, yaitu bufer zone atau jarak individu dengan yang
lain yang tidak terbagi. Personal space individu bersifat dinamis dan dimensi dapat berubah,
apabila ruang tersebut dimasuki oleh orang lain maka akan menimbulkan stress dan
kegelisahan.
Raihan Akbar Yudhistira
Karakteristik individu seperti kepribadian, suasana hati (mood), jenis kelamin, dan usia
bersama dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya berpengaruh terhadap personal
space seseorang. Misalnya personal space laki-laki menjadi besar ketika ia bergaul dengan
laki-laki dibandingkan ketika bergaul dengan perempuan.
* Konsep personal space ada di ilmu : psikologi, biologi, antropologi dan arsitektur.
Scott (Halim, 2005) menyatakan bahwa terlalu dekat jarak kita dengan orang lain akan
menyebabkan kita terlalu banyak dihujani oleh stimulan sosial ataupun fisikal. Kita
mempertahankan personal space untuk menghindari berbagai macam penyebab stres yang
diasosiasikan dengan jarak yang terlalu dekat. Teori behavior-constraint menyarankan
personal space seseorang harus dijaga untuk mencegah kebebasan perilaku seseorang yang
terlalu dekat dengan kita.
* Antropolog Edward T. Hall (Halim, 2005) mengkonsepkan personal space sebagai bentuk
dari komunikasi nonverbal. Menurutnya jarak antar individu menentukan kualitas dan
kuantitas stimulasi yang dipertukarkan. Jarak tersebut juga menentukan jenis hubungan
antar individu dan jenis aktivasi yang dilakukan.
* Altman (Halim, 2005) mengemukakan bahwa melihat personal space sebagai mekanisme
pengaturan batasan untuk mencapai tingkat privasi pribadi yang diinginkan, privasi ialah
proses batasan interpersonal dimana orang mengatur interaksi dengan orang lain. Dengan
variasi luas ruang personalnya, Individu memastikan tingkat privasi yang mereka inginkan,
agar menjadi konsisten, Jika gagal mengatur pembatasan tersebut efek negatif dapat
muncul.
* Jika semua konsep tersebut digabungkan personal space dapat dianggap sebagai mekanisme
pengaturan batasan interpersonal yang mempunyai dua fungsi utama. pertama, fungsi
protektif sebagai penahan terhadap ancaman emosi dan fisik yang potensial dan kedua
menyangkut komunikasi. Jarak yang kita pertahankan dengan orang lain menentukan saluran
sensor komunikasi mana yang paling penting dan akan dipakai dalam interaksi kita.
b. Kesamaan (Similarity).
Berdasarkan pada penelitian telah terbukti bhw jarak yg lebih dekat akan
dipertahankan pada individu yang lebih sama usia, ras, subbudaya, agama, orientasi
seksual dan statusnya, dibandingkan yang tidak sama.
Bukti lain dalam militer ketika berinteraksi dengan atasan akan berbeda
dengan teman yang memiliki pangkat yang sama, semakin besar kesamaan yang ada
maka semakin kecil jarak interpersonal.
Alasan mengapa kesamaan dan ketertarikan mengarah pada jarak interpersonal
yang semakin dekat, hal tersebut karena salah satu fungsi ruang personal adalah
proteksi terhadap ancaman, maka orang lebih mau berinteraksi pada jarak yang lebih
dekat dengan orang lain berkarakter sama dengannya dibandingkan yang tidak
berkarakter sama, karena orang tersebut berasumsi bahwa ia lebih mampu mengenal
kondisi individu yang sama dengan dirinya.
c. Jenis Interaksi.
Berkaitan dengan kualitas hubungan interpersonal, khususnya ttg
menyenangkan ataukah tidak menyenangkan, orang-orang yang mendapatkan umpan
balik negatif akan penampilannya dalam sebuah kelompok akan membuat individu
tersebut berada jauh dari kelompok dibandingkan sebaliknya, hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa situasi yang negatif akan membuat orang mengarah pada jarak yang
lebih jauh.
PERTEMUAN 3
Intimate Distance: Kontak yang intim (seperti Kesadaran yang intens terhadap
berjarak antara 0 -1,5 seseorang yang saling mencintai masukan sensoris (seperti bau dan
kaki/ 8 inci dan merasa nyaman), olahraga suhu tubuh) dari seseorang; sentuhan
(1 inchi = 2,54 cm) fisik (seperti gulat). yang mendahuluan vokalisasi sebagai
(1 kaki = 30,48 cm) model dasar komunikasi
Personal distance: Kontak antara teman dekat, Kesadaran terhadap masukan sensori
berjarak antara 1,5- 4 serta interaksi sehari-hari lebih kurang dibandingkan pada
kaki dengan kenalan. intimate distance; pandangan visual
124 cm = 1 m 24 cm normal dan menghasilkan umpan balik
yang detail; akses saluran verbal
untuk komunikasi dibandingkan
sentuhan
Social distance: berjarak Kontak impersonal (tidak Masukan sensori yang minimal;
antara 4-12 kaki pribadi) atau kontak bisnis informasi yang disediakan oleh
124 cm – 362 cm saluran visual kurang detail darpada
personal distance; level suara yang
normal dipertahankan (terdengar
pada jarak 20 kaki), tidak
memungkinkan ada sentuhan.
Public Distance: berjarak Kontak formal antar individu Tidak ada masukan sensori; tidak ada
lebih dari 12 kaki (seperti aktor dan politikus) masukan visual yang detail; tingkah
362 cm > dengan publik. laku nonverbal yang dilebih-lebihkan
untuk melengkapi komunikasi verbal;
bayangan suatu makna dapat hilang
pada jarak ini.
PERTEMUAN 4
a. Pada jarak yang tidak sesuai bisa memicu terjadinya penurunan kinerja.
b. Muncul respon-respon tertentu yang bertujuan untuk mengubah jarak menjadi lebih
optimal.
c. Dalam hubungannya dengan stress bisa terjadi reaksi emosional, perilaku, dan
fisiologis.
d. Konsep arousal berasumsi bahwa jarak yang terlalu dekat akan menyebabkan over-
arousal yang menimbulkan atribusi-atribusi tertentu.
e. Model Equilibrium dan Comfort berasumsi bahwa jarak terlalu dekat atau terlalu jauh
akan memunculkan reaksi kompensasi seperti perubahan orientasi tubuh dan
pandangan mata.
f. Model Pengaturan Privasi dari Altman berasumsi bahwa ruang personal yang tidak
mencukupi akan menopang mekanisme kontrol yang memastikan terciptanya privasi.
Raihan Akbar Yudhistira
Jika penanggulangan terhadap ketidaksesuaian jarak personal berhasil, maka akan terjadi
adaptasi (menyesuaikan diri), habituasi (jadi terbiasa), dan perubahan tingkat privasi (privasi
berubah bisa menurun atau meningkat), yang akhirnya meningkatkan ketertarikan.
Jika penanggulangan tidak berhasil maka akan menimbulkan stress, aurosal yang
berkelanjutan, yang pada akhirnya menyebabkan kinerja menurun.
Secara umum, jarak yang tidak sesuai (baik jarak yang dekat ataupun jauh) akan menimbulkan
konsekuensi berupa ketidaknyamanan sehingga muncul berbagai macam respon atas
ketidaknyamanan tersebut.
Resiprokasi → Jarak interpersonal yang tidak sesuai cenderung berakibat negatif, ternyata
bisa sebaliknya. Misalnya pada orang yang saling menyukai, jarak interpersonal akan semakin
kecil. Tetapi hal ini sangat bergantung pula pada situasi, perbedaan individual, dan efek yang
ditimbulkan.
i. Invasi akan menurun pada orang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi misalnya
birokrat, pengusaha, pemuka agama, dll.
Territoriality
Perbedaan istilah dari ”territory” dan “territoriality
Perbedaan istilah dari ”territory” dan “territoriality”. Istilah “territory” atau
“wilayah” menurut KBBI adalah (n) daerah (kekuasaan, pemerintahan, pengawasan, dsb);
lingkungan daerah (provinsi, kabupaten, kecamatan). Sedangkan menurut Storey (van
Efferink, 2015), istilah “territory” dapat dilihat sebagai ruang geografis terbatas yang
diklaim atau diduduki oleh seseorang, sekelompok orang, atau institusi. Sedangkan istilah
“territoriality” atau “territorial” menurut KBBI adalah (a) mengenai bagian wilayah (daerah
hukum) suatu negara. Menurut Storey (van Efferink, 2015), istilah “territoriality” merujuk
pada pengklaiman sebuah ruang oleh individu atau kelompok—lebih kepada hubungan sosial
dan wilayah, bagaimana cara mereka diproduksi, hasil dari praktek-praktek sosial dan proses-
prosesnya, muncul dalam kondisi tertentu, dan melayani tujuan-tujuan tertentu.
Teritorial adalah sesuatu hal yang cukup mirip dengan personal space, sama-sama
adalah ‘suatu’ mekanisme regulasi batasan interpersonal dengan karakteristik tertentu yang
berbeda-beda pada setiap individu. Bedanya, personal space adalah batasan yang tidak
terlihat, dapat dipindahkan (ikut berpindah dengan individunya), person centered, dan
meregulasikan seberapa dekat individu akan berinteraksi, sedangkan wilayah (territory)
adalah batasan yang dapat dilihat secara nyata, relatif tidak bergerak, tampak dibatasi,
biasanya home centered, serta meregulasi siapa yang akan berinteraksi (Sommer dalam Bell,
et al., 1996). Territory dapat dilihat sebagai sebuah tempat yang dimiliki atau dikontrol oleh
seorang indivdiu atau lebih. Selain itu, territory juga berperan dalam mengorganisir interaksi
antar individu dan kelompok, sebagai ‘kendaraan’ untuk memperlihatkan identitas seseorang,
dan dapat diasosiasikan dengan perasaan, value, atau rasa attachment pada suatu ruang.
Kata “teritorial” sendiri sulit untuk didefinisikan dan mengalami banyak kontroversi
di antara para peneliti. Menurut Bell, dkk (1996)—yang mendefinisikan “teritorial”
berdasarkan pandangan “mainstream”—human territoriality dapat dilihat sebagai sebuah set
perilaku dan kognisi seseorang atau sebuah kelompok perlihatkan, berdasarkan dari rasa
kepemilikan dari ruang fisik. Rasa kepemilikan di sini dapat mengacu pada sesuatu yang benar-
benar dimiliki (seperti rumah), atau sebuah kontrol pada suatu ruang (seperti kantor, dapat
dikontrol tapi tidak dimiliki). Gifford, dkk (2010) juga mendefinisikan teritorial pada
manusia adalah sebuah pola perilaku dan pengalaman yang berhubungan dengan sebuah kontrol
yang biasanya nonviolent (tanpa kekerasan) pada ruang fisik, objek, dan ide. Lalu Holahan
(dalam Latifadila, et al., 2014) menyatakan bahwa teritorial adalah suatu tingkah laku
diasosiasikan sebagai kepemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering
melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain.
Raihan Akbar Yudhistira
Perilaku teritorial bermanfaat pada motif dan kebutuhan yang penting untuk
organisme, termasuk juga pada saat menempati sebuah area, mendapatkan kontrol terhadap
area tersebut, mempersonalisasikannya, pemikiran, kepercayaan, atau perasaan mengenai
area tersebut, serta melindungi area tersebut. Konsep dari “territory” dan “territoriality”
mengilustrasikan sifat interdependent dari transaksi manusia-lingkungan. Tidak akan ada
teritorial tanpa wilayah, dan begitu juga sebaliknya (Carpenter dalam Bell, et al., 1996).
Ada tiga tipe dari territory yang digunakan oleh manusia menurut Altman dan koleganya
(1975), yaitu:
1. Primary Territory
Territory yang paling penting. Rasa kepemilikan seseorang atau sebuah kelompok
tinggi, biasanya dimiliki secara permanen. Pemiliknya juga memiliki kontrol secara penuh pada
area tersebut, dan gangguan (intrusi) adalah hal yang serius. Contoh: rumah, kantor.
2. Secondary Territory
Tidak dimiliki oleh seseorang atau sebuah kelompok, tetapi digunakan secara reguler oleh
individu atau sebuah kelompok serta berbagi area tersebut dengan orang lain. Rasa
kepemilikan akan tempat yang termasuk secondary territory termasuk sedang. Penghuni area
tersebut dilihat sebagai salah satu dari sejumlah pengguna yang berkualitas untuk menghuni
tempat tersebut. Dapat dipersonalisasi sampai batas tertentu selama periode waktu yang
sah untuk penghuni tersebut. Contoh: ruang kelas, kantin, perpustakaan (di mana dia/mereka
sering menempati tempat tersebut).
Goffman membaginya ke dalam tiga bentukuntuk secondary territory, yaitu:
- Stalls: territory objek yang ditentukan oleh jadwal tertentu seperti hotel, penginapan
dan ruang kuliah.
- Turns: territory yang menekankan intensitas giliran (antrian) lebih cepat seperti
telepon umum, karcis bioskop.
- Use-Space: territory yang digunakan bersama (kelompok tertentu) seperti museum,
lapangan tembak, dan pacuan kuda.
Public Territory
Tidak dimiliki oleh seseorang atau sebuah kelompok. Rasa kepemilikan akan area
tersebut rendah. Sangat susah untuk memegang kendali atas area tersebut. Area yang
termasuk public territory juga digunakan dan dihuni oleh individu dalam jumlah yang sangat
banyak dan sebanyak mungkin. Berbagi atas ruang dan semua orang memiliki hak yang sama
pada area atau ruang tersebut. Contohnya adalah pantai, mall, taman, ruang tunggu, dan lain-
lain.
Adalah hal yang mungkin jika territoral behavior manusia cenderung menuju arah instictive,
tetapi dari proses belajarlah yang menentukan intensitas dan bentuk dari perilaku
Perlu diketahui juga bahwa territories dapat membuat seseorang merasakan perasaan
istimewa, khas, privasi, dan sense of personal identity. Seseorang juga dapat mengalami self-
concept yang lebih tinggi dikarenakan territory yang mereka miliki, dan dengan cara mereka
mempersonalisasikannya. Maka ada orang yang dengan bangga mengatakan atau menyebutkan
diri mereka sebagai “seseorang yang tinggal di rumah hijau di daerah Tanjung” misalnya.
PERTEMUAN 5
PENGANTAR TERITORIAL 4
Temuan kami menunjukkan bahwa amigdala dapat memediasi gaya tolak yang
membantu untuk menjaga jarak minimal antara orang-orang. Selanjutnya, temuan kami
konsisten pada monyet dengan lesi amigdala bilateral, yang tinggal dalam jarak dekat dengan
monyet atau orang lainnya, suatu efek kami sarankan muncul dari tidak adanya respon
emosional yang kuat untuk pelanggaran ruang pribadi (Kennedy, Gläscher, Tyszka & Adolphs,
2009).
Penelitian selanjutnya melihat personal space dalam collaborative virtual
environments (CVEs). Manusia saat ini mulai menghabiskan lebih banyak waktu dalam
lingkungan virtual kolaboratif (CVEs) sehingga menjadi penting untuk mempelajari interaksi
mereka dalam lingkungan tersebut. Salah satu aspek dari interaksi tersebut adalah personal
space. Peneliti telah melakukan penyelidikan empiris dalam suatu lingkungan virtual. Peneliti
melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh ruang pribadi pada gender avatar, dan
penelitian observasional untuk lebih mengeksplorasi keberadaan ruang pribadi.
Hasil penelitian memberikan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa gender avatar
memiliki pengaruh terhadap ruang pribadi meskipun peserta tidak memiliki kecemasan invasi
personal space yang tinggi. Hal ini bertentangan dengan kecemasan invasi personal space yang
tinggi yang biasa dirasakan dari invasi personal space di dunia fisik. Meskipun demikian,
keberadaan avatar dengan gender yang tidak ditentukan memiliki kemungkinan lain. Hal itu
dapat menjadi faktor yang mungkin mempengaruhi ruang pribadi di CVE tersebut, termasuk
dapat menyebabkan tidak adanya kecemasan dalam invasi personal space.
Studi observasional menunjukkan bahwa ruang pribadi tidak ada dalam CVEs,
sebagaimana pengguna cenderung untuk mempertahankan jarak ketika mereka berinteraksi
satu sama lain dengan cara yang serupa pada dunia fisik, Studi kami memberikan pemahaman
lebih baik dari ruang pribadi di CVEs dan hasilnya dapat digunakan untuk lebih meningkatkan
kegunaan dari lingkungan tersebut (Nassiri N., Powell N., & Moore D., 2010).
kesehatan individu manusia dan status fungsional atau mendeteksi efek samping dan tren
(Austin, Daniel; Cross, Robin M; Hayes, Tamara; Kaye, Jeffrey, 2014).
Penelitian-penelitian mengenai personal space di UI oleh Prihatin Ningrum thd.
sekelompok mahasiswa di Kantin Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi interaksi antar invidu yang yang menitik beratkan pada
adanya hubungan antara norma dan jenis kelamin terhadap pengambilan jarak interaksi. Lebih
jauh penelitian tersebut juga ingin melihat ada atau tidaknya hubungan antara jenis kelamin,
hubungan, topik dan agama terhadap pengambilan jarak interaksi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa teori Personal Space khususnya mengenai besar
jarak interaksi intim, personal, dan sosial dari Edward T. Hall tidak sepenuhnya berlaku di
Indonesia. Pada jarak intim subyek ditemukan jarak yang lebih jauh dibandingkan yang
diutarakan Hall (lebih dari 45,7cm). Sedangkan jarak sosial subyek lebih kecil daripada jarak
yang dikemukakan Hall (jaraknya kurang dari 1,2 m - 3,7 m). Ada kemungkinan pengambilan
jarak saat berinteraksi dengan orang lain dipengaruhi juga oleh jenis kelamin, agama, jenis
hubungan dengan lawan bicara dan topik yang dibicarakan.
Fenomena terakhir yang cukup banyak akhir-akhir ini adalah pembangunan perumahan-
perumahan real estate di kota-kota, termasuk di Makassar. Perumahan-perumahan mewah
tersebut menjadi suatu fenomena permukiman yang individualis di kawasan urban. Berangkat
dari konsep-konsep pengembangan dalam pembangunan kawasan permukiman dengan tema-
tema yang menarik bagi konsumen yang umumnya berasal dari golongan ekonomi menegah ke
atas. Namun konsep yang ditawarkan cenderung memisahkan diri dengan lingkungan
permukiman disekitarnya dengan alasan keamanan dan kenyaman (Setiawan, 2010).
Pembangunan perumahan mewah seringkali dilakukan di daerah yang awalnya merupakan
kampung yang dihuni oleh masyarakat menengah ke bawah. Dengan adanya pembangunan
perumahan yang disertai dengan pembatas menunjukkan bahwa kawasan tersebut adalah
territori bagi kalangan borjuis yang tertutup bagi masyarakat yang tidak segolongan dengan
mereka. Hal ini semakin mengundang kesenjangan sosial.
Perancangan permukiman yang mengakomodasi interaksi sosial merupakan suatu salah
satu konsep dalam melibatkan masyarakat dalam pembangunan kawasan permukiman. Konsep
juga ternyata mampu meningkatkan pengawasan bersama terhadap lingkungan. Membangun
pagar tinggi di halaman rumah dan membentengi kawasan permukiman bukan solusi yang tepat.
Justru efek yang ditimbulkan akan semakin memperlebar kesenjangan sosial antara
masyarakat permukiman baru dan masyarakat di sekitar permukiman (kampung) yang pada
akhirnya akan meningkat vandalisme (Setiawan, 2010).
Hasil penelitian :
a. Tinggi Rendahnya Moril Dalam Mempertahankan Wilayah Negara Ditentukan Oleh Semakin
Positifnya Persepsi Tentang Lingkungan Penugasan.
Raihan Akbar Yudhistira
PERTEMUAN 6
RUANG LINGKUP
a. Pendahuluan
B. Ketentuan Pokok Gar Teritorial
C. Konsepsi Dasar Gar Teritorial
D. Pembinaan Teritorial
E. Penggunaan Teritorial
F. Tataran Kewenangan
G. Penutup
FUNGSI BINTER
1. Meningkatkan kesadaran berbangsa & bernegara
2. Meningkatkan kesadaran berbangsa & bernegara
3. Meningkatkan kesadaran bela Negara & cinta tanah air
4. Wujudkan kemanunggalan TNI - rakyat
STRATEGI
Raihan Akbar Yudhistira
KEDALAM → - BANGUN CITRA TNI AD MELALUI SIKAP TER, 8 WJB TNI DAN BAIK’S
DGN RAKYAT. -KAITKAN PROF & KUALITAS UTK TBH INTEGRITAS, MORALITAS,
PROF & PUAN BERINTERAKSI
KELUAR→ - WUJUDKAN MANUNGGAL TNI-RAKYAT,-KATKAN TAH LINGK &
BANGUN DGN DAYA TANGKAL WIL, - CEGAH ANCAMAN DISINTEGRASI BGS