Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang
dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil
Disonansi kognitif
Situasi yang mengacu pada konflik mental, yang terjadi ketika keyakinan, sikap, dan
perilaku seseorang tidak selaras. Sebagai contoh, seorang perokok tetap merokok,
meski tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatannya. Situasi tersebut dapat
1. Mengubah Tindakan. Ubah tindakanmu agar sejalan dengan prinsip (yang bersifat
positif)
3. Ubah Perspektif
4. Konsultasi Psikolog.
Beberapa contoh disonansi kognitif
Saat seseorang tetap merokok walau ia tahu bahwa merokok tidak baik bagi
kesehatannya, atau saat seseorang tahu bahwa olahraga dan konsumsi makanan sehat
Disonansi kognitif tidak terjadi secara otomatis. Artinya, tidak semua orang akan
melakukan perubahan saat ada keyakinan dan perilaku yang berlawanan. Biasanya,
seseorang harus menyadari bahwa ada perasaan tidak nyaman dalam dirinya akibat
tersebut.
Adapun perasaan tidak nyaman ini bisa berupa kecemasan, malu, atau perasaan
bersalah dan menyesal. Perasaan ini pun bisa memengaruhi perilaku, pikiran,
Anda ambil.
3. Merasa malu akan tindakan yang Anda ambil atau kecenderungan untuk
menyembunyikannya.
4. Merasa bersalah atau menyesal tentang sesuatu yang pernah Anda lakukan.
6. Melakukan sesuatu karena tekanan sosial meski itu bukan hal yang Anda
inginkan.
Terdapat beberapa faktor yang menimbulkan konflik dan disonansi kognitif. Faktor tersebut
termasuk:
Disonansi kognitif seringkali muncul akibat paksaan atau tekanan yang sulit dihindari.
Misalnya, seorang karyawan tetap pergi bekerja ke kantor di tengah pandemi Covid-19.
penghasilannya.
Kasus lain yakni peer pressure dari orang terdekat. Misalnya, seorang karyawan yang
tengah berhemat “terpaksa” ikut memesan makanan secara online agar bisa berbaur
2. Informasi baru
kognitif dan rasa tidak nyaman dalam dirinya. Misalnya, seorang pria memiliki teman
laki-laki yang baru saja melela atau coming out sebagai pria homoseksual. Kondisi
Sebagai manusia, kita akan terus menciptakan beragam keputusan. Saat dihadapkan
dengan dua pilihan yang sama-sama kuat, kita akan mengalami kondisi disonansi.
Misalnya, seseorang menerima dua tawaran pekerjaan, yakni satu pekerjaan di dekat
rumah orangtuanya dan satu pekerjaan di luar kota namun dengan gaji lebih tinggi. Ia
mungkin bingung dengan dua pilihan tersebut karena menurutnya faktor kedekatan
Dari pengamatan kepada orang tua siswa/I SD Negeri 1 Tarogong Gentra Masekdas
Garut berdasarkan tingkat emosionalnya dalam mengambil keputusan membeli gadget untuk
anaknya, orang tua merasa telah membuat sesuatu yang salah karena sudah membelikan
gadget untuk anaknya mengingat akan dampak yang ditimbulkan dari gadget seperti
membahayakan bagi kesehatan anak, sebagian besar orang tua yang diteliti merasakan putus
asa, menyesal, kecewa dengan diri sendiri, takut, marah, khawatir, kesal dengan diri sendiri
frustasi, sakit hati, depresi, marah dengan diri sendiri karena telah membuat keputusan
membelikan gadget untuk anaknya, menurut orang tua bahwa dengan membelikan gadget
untuk anaknya mereka akan merasa mendapat masalah yang mengancam kesehatan anaknya,
meskipun notabennya anak sekolah dasar belum diperbolehkan menggunakan gadget karena
banyaknya dampak gadget tersebut. Akan tetapi disisi lain orang tua ingin memberikan
konsumen tidak hanya sampai pada pembelian gadget saja, tetapi perilaku orang tua setelah
pembelian bahwa setelah membeli gadget untuk anak ada kalanya orang tua dihadapkan pada
kondisi dimana perasaan yang diharapkan tidak sesuai dengan yang didapat sehingga
Disonansi yang terjadi dalam diri seseorang, membuat seseorang merasa tidak
nyaman dengan keadaannya. Perasaan disonansi yang dirasakan pada akhirnya akan
tersebut. Cara yang ditempuh dapat dilakukan dengan berbagi upaya untuk mencari informasi
agar dapat mengurangi disonansi yang dirasakan, salah satunya adalah melalui komunikasi
interpersonal, sehingga dari komunikasi tersebut dapat ditemukan siapa saja yang menjadi
teman atau lawan bicara yang dapat membantu mengurangi disonansi yang dirasakan.
disonan telah dilakukan oleh setiap informan, upaya ini dilakukan dengan seleksi
terhadap setiap informasi yang ada meskipun informan menerima seluruh informasi
yang mereka dapatkan tetapi hanya informasi yang dapat mengurangi disonansi
mereka saja yang pada akhirnya dianut dan dilakukan sehingga dapat membantu
konsonan juga telah dilakukan oleh setiap informan, upaya tersebut terlihat dari
adanya komunikasi interpersonal yang telah mereka lakukan dengan teman dan
c. Upaya pengurangan disonansi dengan cara menghapus disonansi dengan cara tertentu
telah dilakukan oleh setiap informan. Informan pertama adalah dengan mencoba
mengubah mindset, informan kedua belajar dengan lebih tekun agar dapat
diri agar memiliki kemampuan yang lebih baik untuk menjadi seorang Public
Relations.