Anda di halaman 1dari 2

R.

P Soeroso
Raden Pandji Soeroso (EYD: Suroso) adalah mantan Gubernur Jawa Tengah, mantan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, dan mantan anggota BPUPKI/PPKI. Ia juga bertugas
sebagai wakil ketua BPUPKI yang dipimpin oleh K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat. Ia lahir di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, 3 November 1893 – meninggal di Indonesia, 16 Mei 1981 pada
umur 87 tahun.

Soeroso adalah salah satu Pahlawan Nasional yang pernah memperjuangkan kesejahteraan
pegawai negeri dalam hal ini para pegawai negeri dapat membeli rumah dinas dengan cara
mengangsur. Ia juga dikenal sebagai Pendiri Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia,
sehingga ia juga dijuluki Bapak Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia.

Raden Pandji Soeroso menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah di tahun 1945 setelah
keputusan PPKI dalam sidang pleno tanggal 19 Agustus 1945 yang menghasilkan keputusan
penting yaitu menteri dan pembagian wilayah menjadi delapan provinsi yang salah satunya
adalah provinsi Jawa Tengah.

Pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia ke-4 pada
masa kepemimpinan Presiden Soekarno dengan masa jabatan periode 6 September 1950–3
April 1951, kemudian menjabat sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia ke-10 dan masih
pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno dengan masa jabatan 30 Juli 1953–12 Agustus
1955, di lanjutkan dengan menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia ke-
12 dengan masa jabatan 12 Agustus 1955–24 Maret 1956 di era kepemimpinan Presiden
Soekarno juga.

Masa Muda
Pada 1912, Soeroso pernah memimpin aksi pemogokan siswa yang protes terhadap kepala
sekolah mereka (seorang Belanda). Sang kepala sekolah dianggap telah menghina bangsa
Indonesia. Akibatnya, Soeroso dipecat dari sekolah tersebut. Kemudian pada 1917, Soeroso
telah berhasil memperjuangkan nasib para pemilik warung pribumi di pinggir Jalan Probolinggo
agar tidak dibongkar.

Kiprah
Tidak berhenti di situ, pada 1921, Soeroso dipilih menjadi Ketua Personil Pabrik Bon Daerah
Mojokerto. Di sana ia memimpin pemogokan buruh di Pabrik Gula di Mojokerto milik seorang
Belanda. Pada 1921 sampai 1923, Soeroso juga berhasil memperjuangkan kaum tani sebagai
pengolah tanah dalam melawan tindakan semena-mena dari pabrik gula tersebut. Memasuki
tahun 1924, Soeroso sudah mulai aktif dalam dunia politik. Pada tahun yang sama, Soeroso
diangkat menjadi anggota volksraad atau Dewan Rakyat. Menjabat sebagai Dewan Rakyat,
Soeroso berhasil menolak pajak Landrente di Sumatera Barat. Sewaktu pejabat Jepang di
Magelang mengumpulkan 400 orang Bekasi untuk dijadikan perawat dalam, PMI dibubarkan.
Pada dasarnya pengumpulan 400 orang ini untuk mempersiapkan kekuatan bersenjata untuk
menyerang Republik Indonesia. Ketika rakyat menaikkan bendera merah putih di Gunung
Tidar, Jepang berusaha menahan. Keadaan pun mulai memanas dan semakin menegangkan
saat Jepang mulai menembak hingga dua pemuda menjadi korban. Emosi rakyat semakin
memuncak. Soeroso yang mengetahui hal ini segera menenangkan rakyat yang akan
menyerang markas Jepang. Lalu, Soeroso pergi menemui Jenderal Tanaka untuk memintanya
menghukum Kempetai atau polisi tentara Jepang. Jenderal Tanaka mengabulkan permintaan
Soeroso. Setelah itu, pada 1945, Soeroso ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk menjadi
Gubernur Jawa Tengah pertama pasca kemerdekaan. Empat tahun kemudian, 1949, setelah
Agresi Militer Belanda II, Soeroso ditunjuk menjadi Menteri Dalam Negeri. Karier politik masih
berlanjut. Pada 1958, RP Soeroso diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi anggota
Pertimbangan Penghargaan Perintis Kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya, pada 1956, Soeroso
terpilih menjadi Ketua Badan Koordinasi Pusat Koperasi Pegawai Negeri Seluruh Indonesia.

Akhir Hidup
Raden Pandji Soeroso meninggal pada 16 mei 1981, pemerintah Indonesia telah mengangkat
Raden Pandji Soeroso sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 23
Oktober 1986, melalui Surat Keputusan Presiden No. 81/TK/1986.

Anda mungkin juga menyukai