Anda di halaman 1dari 43

i

MODUL PEMBELAJARAN
INSTRUMEN ANESTESI
Semester Genap TA 2020/2021

PENYUSUN:

Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M

Nama : ……………..………………….……..

NIM : ……………..…………………..……..

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘ASIYIYAH YOGYAKARTA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

MODUL PEMBELAJARAN

INSTRUMEN ANESTESI

SEMESTER GENAP 2020/2021

Modul Pembelajaran Instrumen Anestesi ini digunakan sebagai


Modul pembelajaran pada Semester IV TA 2020/2021
Program Studi Keperawatan Anestesiologi
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Yogyakarta, 31 Januari 2021


Disetujui Oleh, Disusun Oleh,

dr. Joko Murdiyanto, Sp. An., MPH Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.

Alhamdulillahirobbil Alamin. Segala puji syukur bagi Allah atas segala nikmat yang
selalu dilimpahkan kepada hamba-hambaNya. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikut beliau yang
istiqomah sampai akhir nanti. Amin.
Modul Pembelajaran Instrumen Anestesi ini disusun sebagai acuan proses
pembelajaran praktikum MK Instrumen Anestesi di Prodi Keperawatan Anestesiologi.
Dalam modul ini dijelaskan mengenai berbagai prosedur keterampilan yang dibutuhkan untuk
pengenalan instrumen anestesi dan digunakan oleh mahasiswa di semester IV.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam modul praktikum ini, untuk itu
kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga modul
pembelajaran ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Prodi Keperawatan Anestesiologi
khususnya dan bagi pihak lain yang membutuhkan.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan modul pembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran Mata Kuliah Instrumen Anestesi serta dapat mendukung
tercapainya kompetensi dasar penata anestesi.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, 31 Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................ iv
BAB I. Visi, Misi dan Tujuan ......................................................................... 1
BAB II. Pendahuluan
A. Latar belakang ................................................................................ 2
B. Deskripsi Mata Kuliah .................................................................... 3
C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah................................................. 3
D. Bahan Kajian .................................................................................. 3
E. Topic Tree (Bahan Kajian) .............................................................. 4
F. Penilaian dan Evaluasi ..................................................................... 4
G. Tata Tertib ...................................................................................... 4
H. Tim Pengajar ................................................................................... 6
BAB III. Materi Pembelajaran
Meja Operasi dan Positioning .......................................................... 7
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Materi
C. Prosedur Pembelajaran
D. Prosedur
Alat Anestesi Umum dan Regional .................................................. 10
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Materi
C. Prosedur Pembelajaran
D. Prosedur
Mesin Anestesi .................................................................................... 18
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Materi
C. Prosedur Pembelajaran
D. Prosedur
Defibrilator ......................................................................................... 24
A. Capaian Pembelajaran

iv
B. Uraian Materi
C. Prosedur Pembelajaran
D. Prosedur
Bed Side Monitor ................................................................................ 26
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Materi
C. Prosedur Pembelajaran
D. Prosedur
Ventilator ............................................................................................ 29
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Materi
C. Prosedur Pembelajaran
D. Prosedur Penilaian
Alat Trakeostomi .............................................................................. 32
A. Capaian Pembelajaran
B. Uraian Materi
C. Prosedur Pembelajaran
D. Prosedur
Daftar Pustaka (Daftar Rujukan)

v
BAB I

VISI, MISI DAN TUJUAN


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

A. VISI : Menjadi Program Studi Keperawatan Anestesiologi Program Sarjana


Terapan, pilihan dan unggul dalam penerapan kesehatan bencana
berdasarkan nilai–nilai Islam Berkemajuan di tingkat Nasional pada
tahun 2035
B. MISI : 1. Menyelenggarakan pendidikan, penelitan, pengabdian kepada
masyarakat dalam bidang Keperawatan Anestesiologi dengan
keunggulan kesehatan bencana berdasarkan nilai-nilai Islam
Berkemajuan.
2. Menyelenggarakan kajian dan pemberdayaan perempuan bidang
Keperawatan anestesiologi dalam kerangka Islam Berkemajuan
C. TUJUAN : 1. Menghasilkan lulusan berakhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang keperawatan anestesi, unggul dalam
penerapan Kesehatan bencana, professional, berjiwa entrepreneur
dan menjadi kekuatan penggerak (driving force) dalam memajukan
kehidupan bangsa.
2. Menghasilkan karya-karya ilmiah di bidang keperawatan
anestesiologi yang menjadi rujukan dalam pemecahan masalah.
3. Menghasilkan karya inovatif dan aplikatif di bidang keperawatan
anestesiologi yang berkontribusi pada pemberdayaan dan
pencerahan.
4. Menerapkan model berbasis praksis pemberdayaan perempuan
berlandaskan nilai-nilai Islam Berkemajuan, khususnya di daerah
mitra rentan bencana.
5. Menghasilkan pemikiran Islam Berkemajuan dan sebagai penguat
moral spiritual dalam implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.

1
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instrumen Anestesi merupakan salah satu mata kuliah untuk mahasiswa di
Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi semester IV. Mata kuliah
ini membahas konsep tentang alat-alat yang digunakan untuk mendukung tindakan
anestesi sebagai dasar mahasiswa mengenal dan beradaptasi dengan instrumen anestesi
di lahan klinis. Mata kuliah ini terdiri dari 1 SKS teori dan 1 SKS praktikum yang
nantinya untuk praktikum akan diisi dengan 7 kali pertemuan materi dan 7 kali ujian
evaluasi praktikum. Materi yang ada dalam buku panduan praktikum ini berisi tentang
ranah kerja penata anestesi baik secara mandiri maupun asistensi.
Setelah mengikuti praktikum instrumentasi anestesi, mahasiswa diharapkan
mampu mengetahui, memahami, menguasai dan mengimplementasikan teori, konsep
dan prinsip dalam pengenalan instrumen anestesi sesuai dengan perkembangan ilmu
dan pengetahuan terkini. Praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran dalam
cara penyampaian bahan ajar kepada mahasiswa dengan memberikan kesempatan
berlatih untuk meningkatkan keterampilan sebagai penerapan bahan/pengetahuan yang
telah mereka pelajari sebelumnya. Selain itu mahasiswa dibekali kemampuan analisis
masalah berdasarkan critical thinking sehingga dapat mengikuti praktikum
instrumentasi anestesi dengan baik hingga selesai.
Beberapa firman Allah sebagai rujukan dalam melakukan asuhan keperawatan
anestesiologi:
1. Qs. Yunus : 57
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
2. Qs. Al-Isra’ : 82
“Dan Kami turunkan dari Alqur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Alqur’an itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain kerugian.”

2
B. Deskripsi Mata Kuliah
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah demonstrasi dan redemonstrasi
keterampilan dalam operasional instrumen anestesi. Adapun tujuan penggunaan
metode demonstrasi ini adalah mengajarkan proses atau prosedur kepada mahasiswa
serta membuat informasi menjadi lebih konkrit. Di awal sesi praktikum akan ada pre-
test baik secara lisan maupun tulisan yang akan dibimbing langsung oleh dosen
pengampu. Di akhir sesi praktikum, demonstrasi akan dilakukan oleh dosen pengampu
dan diharapkan mahasiswa mengulang prosedur/skill secara mandiri (redemonstrasi)
setelah demonstrasi dilakukan.

C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


1. Mahasiswa mampu memahami dan mengoperasikan tentang instrumentasi anestesi
di pre, intra, dan post anestesi
2. Mahasiswa mampu menilai, menganalisis dan melakukan tindakan berkaitan
sistem pernafasan anestesi
3. Mahasiswa mampu menganalisis dan melakukan persiapan alat kanulasi vena
perifer & vena sentral, asistensi kateterisasi arteri pulmonal, monitor output kardial
dan endoskopi
4. Mahasiswa mampu memahami, mempraktikkan, dan mengoperasikan alat-alat
monitoring anestesi

D. Bahan Kajian Mata Kuliah


1. Meja operasi dan positioning
2. Alat-alat anestesi umum dan regional
3. Mesin anestesi
4. Defibrilator
5. Bedside monitor
6. Ventilator
7. Alat-alat trakeostomi dan krikotorotomi

3
E. Topic Tree (Bahan Kajian) Instrumen Anestesi

Alat Anestesi Umum


dan Regional

Mesin anestesi Defibrilator Bed side


monitor

Meja operasi dan Alat


Ventilator positioning Trakeostomi

F. Evaluasi dan Penilaian


Evaluasi dalam praktikum ini akan dilakukan pada pada akhir semester atau
setelah mahasiswa mendapatkan materi praktikum. Evaluasi dilakukan sebanyak 7 kali
yang akan di evaluasi langsung oleh dosen pengampu. Penilaian akhir praktikum
sebesar berkisar sebesar 40%.

G. Tata Tertib
Tata tertib selama melaksanakan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Praktikum wajib diikuti semua mahasiswa dengan syarat:
a. Terdaftar sebagai mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Prodi
Keperawatan Anestesiologi pada semester yang bersangkutan.
b. Membawa buku panduan praktikum dan alat tulis.
c. Berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan.
d. Wajib menggunakan jas laboratorium dan sepatu tertutup.

4
2. Hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai. Bila terlambat lebih dari 15 menit tanpa
alasan yang dapat diterima, maka dosen pengampu dapat menolak mahasiswa untuk
mengikuti praktikum.
3. Praktikum dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan atau sesuai
kesepakatan antara dosen pengampu-mahasiswa. Setiap mahasiswa wajib
mengikuti 100% kehadiran dari jumlah praktikum yang dilaksanakan dalam 1
semester.
4. Selama praktikum berlangsung diwajibkan:
a. Memelihara dan menjaga fasilitas peralatan yang ada di laboratorium.
b. Memelihara suasana yang nyaman dan tenang dengan tidak:
1) Makan dan minum yang dapat mengotori ruangan praktikum
2) Bersuara keras atau gaduh
3) Hilir mudik yang tidak perlu
4) Bertindak atau berbicara yang tidak ada hubungannya dengan materi
praktikum yang sedang dijalani
c. Menciptakan suasana ilmiah dengan cara:
1) Bertanya kepada dosen pengampu bila ada suatu masalah yang tidak
dimengerti, berkenaan dengan praktikum yang sedang dijalankan.
2) Mencatat hal-hal yang baru ditemui atau perlu dicatat untuk dipelajari
sebagai bahan referensi praktikum yang dijalaninya.
3) Berusaha secara maksimal untuk mendapatkan materi yang menunjang
teori.
d. Mencatat data-data praktikum dari hasil praktikum sendiri.
5. Praktikum yang melakukan perusakan atau menghilangkan alat-alat praktikum
selama praktikum berlangsung wajib mengganti dengan alat-alat yang sama
sebelum melanjutkan ke praktikum berikutnya.
6. Mahasiswa yang diperkenankan mengikuti ujian praktikum adalah mahasiswa yang
telah menyelesaikan praktikum dengan tingkat kehadiran 100% dan telah
menyelesaikan segala masalah yang berkaitan dengan administrasi laboratorium,
pengulangan materi dan tugas-tugas lainnya.
7. Semua hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian.

5
H. Tim Pengajar
Tim pengajar praktikum dalam Mata Kuliah ini adalah sebagai berikut:
Nama dosen No. HP/Telp
Nia Handayani, S.Tr.Kep., M.K.M 082133055176
Noor Kunto Aribowo, S.ST 08121584168
Anita Setyowati, S.Tr.Kep 085600934380
Istiqomah Rosidah, S.Tr.Kep 082326159828
Cahaya Nugraheni, S.Tr.Kep 087838152724

6
BAB III

MATERI PEMBELAJARAN
Meja Operasi Dan Positioning

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mengetahui dan mengoperasionalkan meja operasi dengan baik dan
benar sesuai tindakan pembedahan secara mandiri.

B. Uraian Materi
1. Pengertian
Meja operasi merupakan sebuah meja untuk berbaring pasien sesuai dengan posisi
yang dikehendaki dalam melakukan tindakan operasi atau pembedahan. Fungsi dari
meja operasi yaitu meringankan kinerja dokter dalam pembedahan, meningkatkan
tingkat efektifitas dan keberhasilan operasi, dan menjadi salah satu syarat prosedural
pelaksanaan sebuah operasi pembedahan.

Gambar 1. Meja operasi

Gambar 2. Ruang Operasi

7
2. Jenis meja operasi
a. Meja operasi yang digerakkan secara mekanik
b. Meja operasi yang digerakkan secara hidrolik
c. Meja operasi yang digerakkan secara elektro-hidrolik

2. Komponen alat
a. Matras
b. Pengatur posisi (remote)
c. Sistem hidrolik
d. Rema
e. Akesesoris

3. Prinsip Kerja
a. Pergerakan naik atau turun meja operasi digerakkan dengan sistem hidrolik
b. Pada meja operasi terdapat berbagai aksesoris yang ahrus disiapkan apabila akan
dilaksanakan kegiatan bedah, antara lain penyangga kepala sedang dilakukan
kegiatan bedah (tidak terjadi perubahan posisi).

C. Prosedur Pembelajaran
Materi ini akan diberikan dalam bentuk klasikal dan praktikum. Dalam bentuk klasikal
akan diberikan di ruang kelas yang akan diisi oleh pengajar yang berpengalaman dalam
materi ini. Praktikum akan dibagi menjadi 10 kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa per
kelompok 10-15 orang. Setiap kelompok akan dibimbing oleh dosen/asisten dosen yang
kompeten terkait materi tersebut.

D. Prosedur
Nilai
No Aspek yang Dinilai Ket
0 1 2
1 Sambungkan kabel meja operasi ke sumber listrik/stop
kontak
2 Tekan main switch yang terdapat disamping konektor
kabel power, maka dengan otomatis remote meja
operasi akan menyala. Tekan tombol ON pada remote
untuk menghidupkan alat
3 Untuk mengatur posisi yang diinginkan/sesuai jenis
tindakan lihat petunjuk pada remote control, sesuai

8
gambar yang tertera di remote control sehingga bias
membuat posisi yang diinginkan
4 Pada kasus tertentu atau operasi di bagian lumbal maka
dapat menggunkan bantalan meja (accessories
tambahan)
5 Untuk mendapatkan posisi meja operasi yang lebih
pendek, kita dapat memisahkan bagian demi bagian
dari meja operasi dengan cara menarik pengait kunci
yang tersedia disisi bawah meja kiri dan kanan
6 Untuk mengunci dan membuka meja operasi lihat
petunjuk pada remote kontrol
7 Setelah seselai menggunakan alat, kembalikan posisi
meja ke posisi normal dengan melihat petunjuj pada
remote kontrol. Bila meja sudah dalam posisi normal
dan roda dalam keadaan terkunci maka tekan tombol
OFF untuk mematikan alat
8 Untuk membersihkan atau memperbaiki meja operasi,
sebaiknya saklar listrik dari meja operasi harus dilepas
terlebih dahulu
9 Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Perlu diperhatikan agar kaki meja tidak tersentuh
oleh anggota tubuh
b. Pastikan alat-alat disekeliling meja operasi tidak
saling berdekatan untuk menghindari benturan pada
saat mengoperasikan atau memposisikan meja
c. Posisi meja harus selalu terkunci
10 Perawatan alat:
a. Setelah dipakai, meja operasi dibersihkan dengan
menggunkan cairan desinfektan lalu lap dengan lap
kering
b. Kabel meja operasi sebaiknya selalu tersambung ke
arus listrik
c. Posisi meja operasi harus pada posisi yang lebih
rendah. Apabila terjadi kerusakan lapor bagian
maintenance

9
MATERI PEMBELAJARAN

Alat Anestesi Umum dan Regional

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mengetahui dan dapat mengoperasionalkan alat-alat yang digunakan
untuk blok umum dan regional dalam anestesi.

B. Uraian Materi
1. Pengertian
a. Anestesi Umum/General Anesthesia (GA)
Anestesi umum adalah anestesi dengan menggunakan kombinasi obat-
obatan yang membuat pasien dalam kondisi seperti tertidur sebelum operasi atau
prosedur medis lainnya sehingga pasien tidak merasa nyeri karena dalam kondisi
tidak sadar. Anestesi umum adalah teknik anestesi melalui 5 agen utama anestesi
yaitu: intravena, sedatif IV, narkotika sintetik, obat blok neuromuskuler ataupun
gas inhalasi secara total (Buttner, B., Mansur, A., Hinz, J., Erlenwein, J., Bauer, M.,
Bergmann, 2017; Smith, G., Goldman, 2019)
b. Anestesi Regional/Regional Anesthesia (RA)
Anestesi regional adalah sub-
spesialisasi anestesiologi yang berfokus
pada blok anestesi lokal saraf perifer dan
neuraxis (Neal, Joseph M, n.d.). Anestesi
regional dilakukan dengan cara blok syaraf
spinal, epidural maupun periferal
(Hausman, M. S., Elizabeth, S., Jewell.,
Engoren, 2015). Anestesi regional
berkaitan erat dengan anestesi bedah,
dengan contoh penerapan di blok pleksus
sederhana untuk operasi ringan dengan
rawat jalan, blok saraf femoralis untuk
operasi total knee replacement dan blok
epidural toraksis pada operasi kolon (Neal, Joseph M, n.d.).

10
2. Tujuan
a. Anestesi Umum /General Anesthesia (GA)
Anestesi jenis ini bertujuan untuk membuat pasien tidak sadar selama operasi
berlangsung dan biasanya untuk operasi besar seperti operasi open heart, operasi
otak atau transplantasi organ.
b. Anestesi Regional/Regional Anesthesia (RA)
Penggunaan anestesi regional dilakukan memiliki beberapa tujuan yaitu:
1) Menghindari komplikasi anestesi umum (trauma di area bibir, gigi, orofaring
dan pita suara; broncospasme; aspirasi; prolonged sedation).
2) Lebih aman (karena tidak memerlukan peralatan anestesi yang rumit)
3) Mengurangi mual dan muntah pos operasi
4) Mengurangi sedasi pos operasi (menurunkan konfusi pada lansia)
5) Kateter infus untuk anestesi dapat dilanjutkan hinggabeberapa hari periode
pasca operasi
6) Periode pemulihan fisik lebih cepat sehingga cost rumah sakit dapat
diminimalisir
7) Pada jenis blok regional subarachnoid menyebabkan penurunan trombosis vena,
sehingga akan meminimalisir kehilangan darah dan mengurangi respon stress
bedah
3. Indikasi/Kontraindikasi
a. Anestesi umum /General Anesthesia (GA) (Smith, G., Goldman, 2019)
1) Indikasi :
a) Pasien yang menjalani prosedur bedah yang membutuhkan relaksasi
mendalam untuk jangka waktu yang lama.
b) Pembedahan yang tidak dapat dibius secara adekuat dengan anestesi
lokal/regional
c) Operasi yang kemungkinan akan menyebabkan kehilangan darah yang
signifikan/mengganggu pernafasan
d) Pasien tidak kooperatif
e) Obat-obatan relaksasi yang dalam biasanya menyebabkan depresi
pernafasan sehingga harus diberikan general anestesi
2) Kontraindikasi :
Pasien dengan gangguan fungsi jantung, paru-paru dan status kehamilan yang
harus distabilkan kondisinya sebelum operasi jika memungkinkan. Sebagai

11
contoh : pasien dengan angina pectoris tidak stabil, harus menjalani kateterisasi
jantung sebelum dilakukan anestesi general dan operasi elektif.
b. Anestesi Regional/Regional Anesthesia (RA) (Hyndman, n.d.).
1) Kontraindikasi mutlak :
a) Penolakan pasien
b) Ahli anestesi tidak berpengalaman dan tidak kompeten
c) Gangguan koagulasi mayor dan pasien harus mengkonsumsi antikoagulan
d) Infeksi di tempat pemasangan jarum
2) Kontraindikasi relatif :
a) Pasien yang secara psikiatrik/psikologis tidak cocok dengan teknik regional
b) Ahli bedah yang tidak nyaman dengan pasien yang terjaga
c) Pasien syok hipovolemik berat
d) Penyakit neurologis
e) Durasi operasi tidak pasti
4. Persiapan Alat
a. Persiapan anestesi umum
2) Mesin anestesi, yang terdiri dari gas supply, katup reduksi, vaporizer, flow meter
dan sirkuit pernafasan
3) Ampul obat injeksi anestesi dan pelumpuh otot (sesuai kebutuhan)
4) STATICS
Hal yang perlu diingat sebelum dilakukan anestesi umum adalah STATICS:
S: Scope
 Stetoskop untuk mendengar suara paru dan jantung
 Laringoskop (Pilih bilah atau daun yang sesuai dengan usia pasien: magill
untuk anak-anak, machintos untuk dewasa) dan lampu harus cukup terang

Gambar 3. Laringoskop

12
T: Tubes
 LMA: Laryngeal Mask Airway (penggunaan LMA diukur berdasarkan
beratbadan)

Gambar 4. Laryngeal Mask Airway


 Pipa endotracheal tube/ ETT

Gambar 5. endotracheal tube


A: Airway
 Airwaydevice (OPA, NPA)

Gambar 6. OPA dan NPA


T: Tape
I: Introducer
C: Connector
S: Suction, Spuit
5) Peralatan intubasi tambahan (kateter Eschmann, C-mac/fiber-optic scope)

13
b. Persiapan anestesi regional (Irawan, 2013)
Set spinal/epidural:
1) Meja mayo
2) Spuit 3 cc/5 cc
3) Jarum spinal (jika injeksi spinal/sesuai permintaan)

Gambar 7. Jarum spinal anestesi


4) Injeksi
5) Alkohol swab
6) Handscoen steril
7) Doek steril
8) Ampul obat injeksi (contoh: lidokain, Khlorheksidin glukonat, midazolam,
fentanil)

C. Prosedur Pembelajaran
Materi ini akan diberikan dalam bentuk praktikum. Praktikum akan dibagi menjadi 10
kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa per kelompok 10-15 orang. Setiap kelompok
akan dibimbing oleh dosen/asisten dosen yang kompeten terkait materi tersebut.

D. Prosedur

Nilai
No Aspek yang Dinilai Ket
0 1 2
Anestesi Umum
Tahap preinteraksi
1 Mempersiapkan obat-obatan
a. Obat-obat premedikasi
b. Obat-obat emergensi
c. Obat-obat induksi
d. Obat-obat pelumpuh otot
2 Mempersiapkan alat-alat:
d. Sarung tangan

14
e. Laringoskopi dengan berbagai ukuran blide
f. OPA berbagai ukuran
g. ETT berbagai ukuran
h. Spuit 3cc, 5cc, dan 10cc
i. Plester
j. Gunting
k. Magil forcep
l. Jelly
m. Stilet (pengantar)
n. Stetoskop
o. Spuit cuff
p. Spray anestesi local bila ada
q. Mesin anestesi dengan agen inhalasi yang tidak
iritatif (missal: fluothane dan sevoflurane)
r. Obat dan alat regional anestesi: Bufivacain, jarum
spinal, spuit 3 cc dan 5 cc, sarung tangan steril
s. Obat vasokostriktor: efedein HCl
3 Melakukan tes kelengkapan dan fungsi alat:
a. Cek persiapan air way dengan 3 ukuran sesuai umur
b. Cek persiapan endotracheal tube sesuai umur 3
ukuran tes kebocoran cuff/balon
c. Cek face mask sesuai bentuk dan ukuran
d. Tes sirkuit mesin anestesi dengan mengalirkan
oksigen ke sirkuit/ atau tekan flas oksigen, tes
fungsi valf kebocoran sirkuit dan rebreathing bag
e. Cek fungsi elektrik/bedside monitor dan monitor
manual (stetoskop dan tensometer)
3 Membaca rekam medis pasien meliputi asesmen pre
anestesi, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium, dan data
pendukung lainnya
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Memberi salam
6 Memperkenalkan diri
7 Menjelaskan tujuan tindakan
8 Menjelaskan durasi tindakan
Tahap kerja
9 Memberikan obat premedikasi bila diperlukan
10 Memberikan obat induksi anestesi, pelumpuhan otot
sebagai fasilitas intubasi sesuai tahapan, dengan
bantuan asisten (induksi anestesi dengan prinsip smooth
induction)
11 Memberi oksigenasi 100% dengan ventilasi positif dan
hiperventilasi secukupnya dengan rebreating bag
anestesi
12 Setelah rileks lakukan intubasi secara smooth dan
kembangkan cuff ETT secukupnya (Bila diperlukan
intubasi)

15
13 Memonitor suara paru setelah induksi/intubasi,
mengidentifikasi kelainan suara paru terutama adanya
wheezing, mengecek suara paru kiri dan kanan
sekaligus untuk memastikan kedalaman endothrakeal
tube
14 Memfiksasi ETT dengan dengan plaster, kalau perlu
pasang mayo/ air way sesuai ukuran
15 Memberikan pemeliharaan anestesi dengan kedalaman
anestesi yang cukup sesuai dengan tingkat manipulasi
operasi
16 Melaksanakan monitoring perubahan hemodinamik,
saturasi oksigen perifer. Memonitor perubahan
hemodinamik setiap 5-10 menit dari bedside monitor
dan mencatat pada laporan anestesi
17 Memberikan obat-obat sisipan selama anestesi (bisa
dengan bantuan asisten)
18 Mencatat keadaan jalannya anestesi pada laporan
anestesi
19 Pengakhiran anestesi dengan smooth, ekstubasi dalam
20 Memberikan oksigenasi post ekstubasi sampai stabil
dan sadar
21 Serah terima dengan petugas post anestesi care
Tahap terminasi
20 Mengecek TTV dan saturasi O2 hingga hingga di ruang
pemulihan
21 Ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar.
22 Penderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal
setelah memenuhi kriteria (Aldrete score > 8 untuk
penderita dewasa atau Stewart Score > 5 untuk
penderita bayi / anak).
23 Apabila post-operasi diperlukan pengawasan
hemodinamik secara ketat maka dilakukan di ruang
intensif (ICU).
Tahap Dokumentasi
24 Dokumentasi tindakan dengan menggunakan format
SOAP
Anestesi Regional (Contoh : insersi spinal/epidural)
Tahap preinteraksi
1 Persiapan alat dan obat sesuai permintaan dokter
anestesi
2 Penata melakukan eksplorasi perasaan
3 Membaca rekam medis pasien meliputi anamnesa
umum, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium

Kaji kebutuhan pasien untuk diberikan anestesi regional


4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Memberi salam
6 Memperkenalkan diri

16
7 Menjelaskan tujuan tindakan
8 Menjelaskan durasi tindakan
9 Melakukan informed consent
10 Pasang alat monitor untuk observasi TTV dan saturasi
O2
11 Posisikan pasien duduk/berbaring lateral dengan
punggung fleksi maksimal untuk anesgesik spinal
12 Memakai handscoen steril
Membaca Basmallah
Tahap Kerja
13 Identifikasi lumbal 3-4
14 Aspirasi obat ampul ke dalam spuit
15 Memasang doek atau kain steril pada area tindakan
16 Melakukan desinfaksi area penyuntikan dengan
menggunakan isodine atau alkohol swab
17 Meminta ijin pasien untuk memulai tindakan
18 Memasukkan jarum pada area tindakan dan mendorong
masuk ke area bawah kulit sepanjang area tindakan
19 Aspirasi spuit dan lakukan barbotage yakni:
Jika keluar darah, maka tarik sedikit jarum tetapi jangan
sampai tercabut kemudian jarum dibelokkan kembali
jarum sepanjang area tindakan.
Jika tidak keluar darah, maka insersi obat anestesi.
20 Mencabut jarum dan menekan area penusukan dengan
alkohol swab
21 Memberitahu pasien bahwa tindakan selesai dan pasien
diposisikan terlentang kembali
22 Melakukan observasi sekitar 2-3 menit terhadap reaksi
anestesi
23 merapikan alat blok anestesi regional
Tahap Terminasi
24 menanyakan kondisi pasien setelah dilakukan anestesi
regional
25 Menanyakan hal yang kurang jelas pada pasien
26 Mendoakan pasien
27 Salam penutup
Tahap Dokumentasi
28 Dokumentasi tindakan dengan menggunakan format
SOAP

17
MATERI PEMBELAJARAN
Mesin Anestesi

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menilai, menganalisis dan memnjalankan fungsi mesin anestesi
dan komponennya.

B. Uraian Materi
1. Pengertian
Mesin Anestesi menerima gas medis dari suplai gas, mengontrol aliran yang
diinginkan dan menurunkan tekanan, jika diperlukan sampai ke batas aman,
menguapkan volatile anesthetics ke campuran gas akhir yang terhubung dengan jalan
nafas pasien. Semua mesin anestesi memiliki sumber gas berupa oxygen, nitrous oxide,
dan udara.Semua mesin anestesi memiliki sumber gas (oxygen, nitrous oxide, dan
udara), badan mesin (vaporizer, flowmeter, Adjustable Pressure-Limiting Valve (APL)
valve, atau yang sering disebut sebagai katup pelepas tekanan, bellow, bedside monitor,
ventilator, absorben), corugated (sirkuit yang disambungkan dari mesin ke pasien) dan
sistem pembuangan (Morgan, J. G., Mikhail, M., Murray, 2013).

Gambar 8. Mesin Anestesi

18
a. Vaporizer (alat penguap)
Tekanan sirkuit merupakan bagian dari mesin anestesi yang berfungsi sebagai alat
penguap anestetik volatil (spt halothan, isoflurane, desflurane atau sevoflurane)
yang harus diuapkan sebelum dikirimkan ke pasien. Vaporizer mempunyai knob
yang dikalibrasikan untuk konsentrasi yang secara tepat menambahkan anestetik
volatil ke campuran aliran gas dari seluruh flowmeter.

Gambar 9. Vaporizer
b. Flowmeter
Pada mesin anestesi terdapat flow meter (rotameter) untuk oksigen, udara dan
nitrogen oksida yang digunakan oleh ahli anestesi untuk dapat mengatur campuran
gas secara akurat.Flowmeter pada mesin anestesi diklasifikasikan sebagai constant-
pressure variable-orifice atau electronic flowmeter. Pada constant-pressure
variable-orifice flowmeter, sebuah bola indikator, bobbin atau float yang
diapungkan oleh aliran gas melalui tabung (Thorpe tube) yang dindingnya (bore)
diberi penanda angka. Beberapa flowmeter mempunyai dua tabung kaca, satu untuk
aliran lambat dan satu lagi untuk aliran cepat. Kedua tabung tersusun serial dan
tetap dikontrol oleh satu katup. Desain dual taper memungkinkan sebuah flowmeter
untuk dapat mengukur aliran lambat dan cepat. Beberapa mesin anestesi
mempunyai pengontrol aliran dan pengukuran secara elektronik (cth Datex-
Ohmeda S/5 Avance). Pada keadaan ini terdapat cadangan flowmeter konvensional
untuk oksigen. Model lain memiliki flowmeter konvensional tetapi pengukuran
elektronik (Draeger 6400) dan tampilan digital (Draeger Fabius GS) atau tampilan
digital/grafis (Datex-Ohmeda S/5 ADU,) (Morgan, J. G., Mikhail, M., Murray,
2013).

19
Gambar 10. Flowmeter mesin anestesi
c. Sumber Gas
Sumber gas yang disambungkan ke mesin anestesi tersimpan dalam tabung-tabung
khsus di bawah tekanan tinggi dapat disimpan dalam bentuk gas (O2, udara)
maupun dalam bentuk cairan (N2O, CO2, C6H6). Masing-masing dari gas tersebut
pada tabungnya memiliki alat pengukur tekanan (regulator) khusus. Regulator ini
menunjukkan tekanan gas di dalam tabung dan dapat menurunkan tekanan pada
pressure reducting valve (katup penurun tekanan). Sebelum membuka tabung gas,
pastikan bahwa regulator sudah benar-benar terpasang dan sudah ada hubungan
antara regulator dan flowmeter. Pada rumah sakit besar didapatkan tabung-tabung
gas tersebut telah dibuat dengan sistem sentral.
d. Canester
Canester merupakan bagian dari mesin anestesi yang berisi sodalyme dan berfungsi
sebagai penampung kapur penyerap gas CO2 atau CO2 absorber.

Gambar 11. Absorber


Ada dua jenis canester, single canester dan double canester.
1) Single canester memiliki kelebihan lebih murah dan ringan, kekurangannya
yang didapat pada single canester efisiensi penyerapan rendah yang dapat
memperlambat induksi dan pemulihan serta meningkatkan konsumsi anestesi.

20
Dimana sodalime cenderung menetap yang memungkinkan penyaluran gas
tidak maksimal yang menyebabkan rebreathing.
2) Double canester
Kelebihan dari double canester adalah penyerapan CO2 lebih lengkap dimana
aliran gas ekspirasi masuk ke tabung canester bagian atas dan sebagian besar
CO2 diabsorbsi. CO2 yang tersisa kemudian diabsorbsi oleh tabung bagian
bawah. Ketika tabung bagian atas itu habis atau berubah warna, tabung bagian
bawah dipindahkan ke atas kemudian canester yang telah berubah warna dapat
diganti yang baru dan dipasang di bawah. Kekurangannya yaitu lebih berat dan
mahal, tidak stabil jika digunakan secara close system, perubahan lambat dalam
konsentrasi anestesi yang terinspirasi dengan aliran rendah.

Gambar 12. Sodalime


e. Sirkuit nafas
Aliran gas dari sumber gas berupa campuran O2 dan gas anestesi akan mengalir
melalui vaporizer dan bersama campuran zat anestesi cair tersebut keluar.
Campuran O2, zat anestesi (gas dan uap) ini lazim disebut aliran gas segar (AGS)
atau Fresh Gas Flow (FGF). FGF ini selanjutnya masuk ke sirkuit nafas pasien.
1) Sistem Lingkar (terjadi rebreathing)
Komponen sistem lingkar antara lain sungkup muka, konektor Y, katup searah,
canister, katup ekspirasi, kantong cadangan (reservoir bag), pipa berlekuk
(kurogeted).

Gambar 13. Sistem aliran anfas

21
2) Sirkuit nafas untuk anak
Pada anak sirkuit nafas yang dipakai hendaknya memiliki resistensi yang rendah
dan ruang rugi sekecil mungkin terutama pada anak dengan BB 20 kg atau
kurang. Dapat berupa sistem lingkar dengan desain sendiri (dengan diameter
dan panjang pipa berlekuk lebih kecil dan katup searah dan katup eksprasi lebih
ringan). Yang lazim dipakai adalah sistem T pice atau modifikasinya (Jackson
Rees). Jenis yang lain umumnya merupakan pengembangan dari Jackson Rees
(misal dengan memasang katup ekspirasi), tetapi secara klinis perbedaan
pemakaiannya tidak banyak. Aliran FGF yang digunakan 2,5-3 kali volume
semenit.

Gambar 14. Jackson Rees


2. Tujuan
Fungsi mesin anestesi (mesin gas) ialah menyalurkan gas atau campuran gas
anestetik yang aman kerangkaian sirkuit anestetik yang kemudian dihisap oleh pasien
dan membuang sisa campuran gas dari pasien (Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan,
2002).

C. Prosedur Pembelajaran
Materi ini akan diberikan dalam bentuk klasikal dan praktikum. Dalam bentuk klasikal akan
diberikan di ruang kelas yang akan diisi oleh pengajar yang berpengalaman dalam materi
ini. Praktikum akan dibagi menjadi 10 kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa per
kelompok 10-15 orang. Setiap kelompok akan dibimbing oleh dosen/asisten dosen yang
kompeten terkait materi tersebut.

22
D. Prosedur (Morgan, J. G., Mikhail, M., Murray, 2013).

Nilai
No Aspek yang Dinilai Ket
0 1 2
1 Persiapan alat dan bahan:
1.1 Mesin anestesi lengkap
2 Persiapan Mesin Anestesi:
2.1 Mesin diatur lengkap (siap pakai)
2.2 Central gas diatur lengkap
3 Pelaksanaan:
3.1.Sambungkan mesin dengan central gas oksigen,
N2O dan udara yang disesuaikan tempatnya
3.2.Atur posisi mesin yang mudah dijangkau
3.3.Lengkapi peralatan yang menunjang mesin
anestetesi:
a Selang corrugated
b Sodalime
c Face mask sesuai ukuran
d Monitor
3.4.Melakukan evaluasi mesin:
a Isi volatile agent dan kencangkan tutup
vaporizer
b Periksa kebocoran:
1) Atur semua aliran gas ke nol (atau
minimum).
2) Tutup katup APL (pop-off) dan sumbat Y-
piece.
3) Beri tekanan pada sistem pernapasan
hingga sekitar 30 cm H2O dengan siraman
O2.
4) Pastikan tekanan tetap stabil setidaknya
selama 10 detik.
5) Buka katup APL (pop-off) dan pastikan
tekanan menurun
3.5. Periksa status akhir mesin:
a Alat penguap mati
b Katup APL terbuka
c Selector beralih ke mode Bag
d Semua flowmeters ke nol (atau minimum)
e Sistem pernapasan siap digunakan
4 Evaluasi:
4.1.Kebocoran mesin
4.2.Kebocoran valve
4.3.Kebocoran sirkuit
4.4.Kebocoran vaporizer
5 Dokumentasi:
5.1. Cantumkan hasil kalibrasi alat sesuai dengan
fungsinya
5.2. Waktu, paraf, dan nama jelas dicantumkan pada
catatan pasien

23
MATERI PEMBELAJARAN
Defibrilator

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mengetahui cara kerja defibrilator dan ranah kerja penata anestesi
dalam mengoperasionalkan peralatan defibrilator di lahan klinis.

B. Uraian Materi
1. Pengertian
Defibrilator merupakan alat yang digunakan dalam kondisi darurat untuk
menghentikan fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel. Defibrilator akan memberikan
kejutan listrik ke jantung agar detak jantung dapat normal kembali (National Heart,
Lung, 2019; Shah, 2018). Tujuan dari alat ini untuk mencegah dan memperbaiki aritmia,
detak jantung tidak merata baik terlalu cepat (takikardi) maupun terlalu lambat
(bradikardi) atau mengembalikan detak jantung jika tiba-tiba berhenti berdetak
(National Heart, Lung, 2019).
2. Indikasi/Kontraindikasi
Indikasi defibrilator adalah :
a. Pasien dengan takikardi ventrikular tanpa nadi (Pulseless Ventricular
tachycardia/VT)
b. Ventricular fibrilation (VF)
c. henti jantung, karena atau mengakibatkan VF
3. Persiapan Alat
a. Alat defibrilator
b. Jelly
c. Elektroda
d. Obat sedasi (dormikum, analgesik) jika diperlukan

C. Prosedur Pembelajaran
Materi ini akan diberikan dalam bentuk klasikal dan praktikum. Dalam bentuk klasikal
akan diberikan di ruang kelas yang akan diisi oleh pengajar yang berpengalaman dalam
materi ini. Praktikum akan dibagi menjadi 10 kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa per
kelompok 10-15 orang. Setiap kelompok akan dibimbing oleh dosen/asisten dosen yang
kompeten terkait materi tersebut.

24
D. Prosedur
Nilai
No Aspek yang Dinilai Ket
0 1 2
1 Memberikan penjelasan kapada keluarga tentang
tindakan yang akan dilakukan
2 Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan
3 Memberikan sedative, atau analgesik, bila perlu
4 Memasang elektrode dan menyalakan EKG monitor
5 Cek ulang gambaran EKG dan print gambaran EKG
tersebut untuk mencegah kekeliruan
6 Set kebutuhan joule sesuai indikasi (untuk defibrilasi
mulai dengan 150 joule, untuk cardioversi mulai dengan
50 joule)
7 Pegang peddle 1 dengan tangan kiri, letakkan pada
daerah mid sternum dan paddle 2 dengan tangan kanan
pada daerah mid aksila
8 Sambil mengatur letak kedua paddle, beri aba-aba agar
staff yang lain tidak ada yang menyentuh pasien
ataupun bad pasien
9 Bila terdengar tanda ready dan mesin defibrilator, tekan
tombol DC shock dengan jempol agar arus masuk
dengan baik.
10 Amati EKG monitor, bila tidak ada perubahan lanjutkan
dengan meningkatkan tekanan joule yang lebih tinggi
11 Bila gambaran EKG sudah sinus dan stabil, hentikan
tindakan.

25
MATERI PEMBELAJARAN
Bedside Monitor

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mengetahui dan mengoprasionalkan alat Bedside Monitor dengan baik
dan benar secara mandiri. Mahasiswa juga mampu menginterpretasikan hasil monitoring
yang terdapat di alat Bedside Monitor.

B. Uraian Materi
1. Pengertian Bedside Monitor
Suatu alat yang digunakan di pelayanan
kesehatan untuk memantau tanda-tanda
vital pasien berupa detak jantung, nadi,
tekanan darah, temperatur secara
kontinu. Alat Bedside Monitor salah
satunya terdapat di ruang Intensive Care
Unit (ICU) yang seringnya digunakan
untuk memantau detak dan ritme jantung
(EKG), tekanan darah, temperatur tubuh,
respiratory rate dan saturasi oksigen (indikasi jumlah O2 dalam darah) (Intensive
Care Hotline., 2019). Parameter adalah bagian-bagian fisiologis dari pasien yang
diperiksa melalui bedside monitor pasien. Terdapat beberapa jenis bedside monitor
berdasarkan jumlah parameternya yaitu :
a. Bedside Monitor Vital Sign
Monitor ini bersifat pemeriksaan stándar, yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi,
Tekanan darah atau NIBP, dan Kadar oksigen dalam darah/saturasi darah/SpO2.
b. Bedside Monitor 5 Parameter
Monitor ini bisa melakukan pemeriksaan seperti ECG, Respirasi, Tekanan darah
atau NIBP, kadar oksigen dalam darah/saturasi darah/SpO2, dan Temperatur.
c. Bedside Monitor 7 Parameter
Monitor ini biasanya dipakai di ruangan operasi, karena ada satu parameter
tambahan yang biasa dipakai pada saat operasi, yaitu “ECG, Respirasi, Tekanan
darah atau NIBP (Non Invasive Blood Pressure), kadar oksigen dalam
darah/Saturasi darah/SpO2, temperatur, dan sebagai tambahan adalah IBP

26
(Invasive Blood Pressure) pengukuran tekanan darah melalui pembuluh darah
langsung, EtCo2 (End Tidal CO2) yaitu pengukuran kadar karbondioksida dari
sistem pernafasan pasien.
2. Indikasi/Kontraindikasi
Indikasi bedside monitor (Mugi, 2019)
1) Pasien dengan kondisi fisiologis yang tidak stabil seperti pasien dengan pola
nafas tidak teratur, pasien yang berada di bawah pengaruh anestesi atau pasien
akibat overdosis obat-obatan
2) Pasien dengan kondisi yang mengancam nyawa seperti pasien dengan tanda dan
gejala serangan jantung
3) Pasien dengan kondisi yang beresiko mengancam nyawa seperti pasien yang
baru saja menjalani operasi jantung atau bayi yang lahir prematur
4) Pasien dengan kondisi yang kritis seperti pasien syok sepsis
3. Prinsip Kerja
a. Power supply board berfungsi untuk :
1) Penyearah dan filter input tegangan AC
2) Penstabil dan menghasilkan tegangan DC untuk semua rangkaian
3) Baterai charger
4) Menghasilkan perintah power fail ke main board
5) Memilih ON/OFF DC power supply dari front panel
6) Mematikan DC power supply, jika terjadi kerusakan pada power
b. LCD Display:
Menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil pengukuran yang telah
diolah dan didapatkan dari main prosessor board.
c. Backligth:
Tampilan bagi belakang layar dua tegangan anoda (200 v dan 6 KV), heater current
kontrol grid voltage, arus katoda.
d. Main Prosessor Board
Fungsinya untuk : afirmware programed micro-computer, system timing, interface,
pada rangkaian lainnya seperti display monitor, speaker front-end dan keyboard,
alarm, recorder serta interface pada keluaran dan mini recorder.

27
e. Keypad
Fungsinya keypad board adalah untuk mengetik dan mengisi data-data pasien yang
sedang diperiksa dan memberikan perintah-perintah untuk melakukan program
yang akan dilakukan.
f. Main Conector Board
Terdiri dari 3 fungsi blok: ECG/Defib syn, Unity, Auxilary port, Expansion and
docking port.
g. Auxilary parameter board dibagi dalam 3 daerah operasi utama:
Input channel (2 pressure dan 2 temperatur), Control dan A/D konversion dari front
panel dan semua input channel (pressure, temperatur, ECG, peripheral pulse dan
respiration).

C. Prosedur Pembelajaran
Materi ini akan diberikan dalam bentuk klasikal dan praktikum. Dalam bentuk klasikal
akan diberikan di ruang kelas yang akan diisi oleh pengajar yang berpengalaman dalam
materi ini. Praktikum akan dibagi menjadi 10 kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa per
kelompok 10-15 orang. Setiap kelompok akan dibimbing oleh dosen/asisten dosen yang
kompeten terkait materi tersebut.

D. Prosedur
Nilai
No Aspek yang Dinilai Ket
0 1 2
1 Set rentang nilai (range) untuk parameter yang
diinginkan (bisa berupa temperatur, tekanan darah,
nadi, saturasi oksigen, maupun kadar CO2 sesuai
kebutuhan pasien)
2 Beritahu pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan
3 Hubungkan kabel, stap dan elektrode ke pasien dan
pastikan sudah terhubung baik
4 Lakukan monitoring
5 Lakukan pemantauan display terhadap heart rate,
gelombang EKG, nadi, tempperatur, saturasi oksigen
(SpO2), CO2, NiBP, tekanan hemodinamik lainnya

28
MATERI PEMBELAJARAN
VENTILATOR

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu menilai, menganalisis dan melakukan tindakan berkaitan
alat ventilator.

B. Uraian Meteri
1. Pengertian
Ventilator adalah alat yang menghasilkan
aliran gas dengan menciptakan perbedaan
gradien tekanan antara jalan nafas proximal dan
alvoli. Ventilator terdahulu mengandalkan dari
pemberian tekanan negatif disekitar (dan
didalam) dada (cth. Iron lung), dimana
ventilator modern menciptakan tekanan positif
dan aliran gas pada jalan nafas atas (Morgan, J.
G., Mikhail, M., Murray, 2013). Alat bantu
nafas mekanik berperan sebagai alat pengganti
fungsi pompa dada yang mengalami kelelahan
dan kegagalan. Pada perkembangannya dewasa
ini, alat bantu napas mekanik bukan saja sebagai
pengganti fungsi pompa dada, namun lebih luas lagi yaitu mengatasi gangguan
ventilasi-perfusi paru, sehingga dengan demikian alat bantu napas ini disepakati
sebagai alat penyelamat kehidupan pasien kritis yang memerlukan terapi intensif.
Tujuan utama tunjangan ventilasi mekanik adalah untuk menjamin ventilasi-
oksigenasi yang adekuat, mengurangi kerja napas, dan memperbaiki gangguan
pertukaran oksigen di alveoli. Beberapa jenis mode ventilator antara lain:
1) ACV (Assisted Controlled Ventilation)
Dirangsang oleh inspirasi pasien, namun pada keadaan tidak ada inspirasi, akan
berputar sesuai kecepatan yang telah diatur. Manfaatnya untuk meningkatkan
pernafasan spontan, tidak ada penurunan tonus oto, baik untuk meningkatkan
kadar CO2, VT (Volume tidal), mekanik penuh.

29
2) AV (Assusted Ventilation)
Pasien mencetuskan ventilator, yang menyediakan nafas bertekanan positif.
Volume tidal diprogram namun pasien memilih frekuensi.
3) CV (Controled Ventilation)
Ventilator menyalurkan pernafasan yang telah diprogram tanpa
mempertimbangkan perjuangan nafas pasien.
4) IMV (Intermittent Mandatory Ventilation)
Menggabungkan impulsif dan CV, pasien sanggup bernafas impulsif diantara
nafas ventilasi yang diberikan. Pada mode ini pasien menerima volume dan
frekuensi pernafasan sesuai dengan yang diatur pada ventilator. Diantara
pernafasan pemberian ventilator tersebut pasien bebas bernafas.
5) PSV (Pressure Support Ventilation)
Menyediakan napas bertekanan positif yang levelnya sudah diset sebelumnya,
hanya selama siklus inspirasi. Digunakan sebagai cadangan SIMV, lebih
nyaman karena kecepatan pemberian ditentukan oleh pasien, paling baik untuk
melatih pernapasan mandiri (weaning).
6) SIMV (Synchronous Intermitten Mandatory Ventilation)
SIMV sama dengan mode IMV, hanya saja ventilator tidak memberikan bantuan
ketika pasien sedang bernafas mandiri. Sehingga benturan terhindarkan.
7) PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
8) CPAP (Countinous Positive Airway Pressure)
Tekanan positif selama inspirasi dan ekspirasi tanpa bantuan ventilator.
Menggunakan napas pasien seluruhnya, berguna untuk weaning atau sebelum
ekstubasi.
2. Tujuan
Ventilasi bermanfaat sebagai alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama (Smeltzer,
C. S., Bare, 2002).

C. Prosedur Pembelajaran
Materi ini akan diberikan dalam bentuk klasikal dan praktikum. Dalam bentuk
klasikal akan diberikan di ruang kelas yang akan diisi oleh pengajar yang berpengalaman
dalam materi ini. Praktikum terbagi menjadi 10 kelompok kecil dengan jumlah mahasiswa

30
per kelompok 10-15 orang. Setiap kelompok akan dibimbing oleh dosen/asisten dosen yang
kompeten terkait materi tersebut.

D. Prosedur

Nilai
No Aspek yang Dinilai Ket
0 1 2
Mengoprasikan Ventilator
1 Hubungkan ventilator dengan sumber listrik
2 Hubungkan ventilator dengan sumber O2 dan udara tekan
3 Isi humidifier dengan air steril (lihat batas air)
4 Perhatikan ‘’breathing circuit’’ apakah ada kebocoran
5 Perhatikan baik-baik konektor yang menghubungkan pasien
dengan sirkuit pernapasan atau ‘’breathing circuit’
6 Sebelum dihubungkan ke pasien harus disetting terlebih
dahulu yaitu :
a. M.V = Tidal Volume (T.V) X Respiratory rate (R.R)
b. Normal T.V = 10-15 cc / kg BB
c. Normal R.R = 10-12 X/mt (pada orang dewasa)
d. Tentukan FiO (Fresentase Oksigen)
Pada permulaan di berikan 50% selanjutnya lihat
analisa gas darah pada pasien dengan pasca ‘’cardiac
arrest’’ FiO2 harus diberikan 100.
e. Tentukan PEEP (Positive End Ekspiratory Pressure)
b. Setting pengaturan alarm

31
MATERI PEMBELAJARAN
Alat Trakeostomi

A. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan persiapan alat-alat trakeostomi secara mandiri.

B. Uraian Materi
1. Pengertian
Trakeostomi adalah prosedur pembukaan trakea melalui leher untuk
menghasilkan fistula yang lebih permanen (Cheung, N. H., Napolitano, 2014). Menurut
Clinical Guideline (Nursing) (2018) bahwa trakeostomi merupakan pembukaan bedah
ke dalam trakea di bawah laring melalui penempatan tube untuk mengatasi obstruksi
jalan nafas, memfasilitasi dukungan ventilator mekanik dan atau penghapusan sekresi
trakeo-bronkial. Ukuran trakeostomi standar adalah 0 –12 atau 24 –44 French.
Trakeostomi umumnya dibuat dari plastik, namun ada juga terbuat dari perak. Tabung
dari plastik mempunyai lumen lebih besar dan lebih lunak dari yang besi. Tabung dari
plastik melengkung lebih baik kedalam trakea sehingga iritasi lebih sedikit dan lebih
nyaman bagi klien.

2. Indikasi/Kontraindikasi
Indikasi umum trakeostomi adalah:
a. Kegagalan pernafasan akut dan kebutuhan untuk ventilasi mekanik yang
berkepanjangan
b. Kegagalan menyapih dari ventilasi mekanis
c. Obstruksi jalan nafas atas dan sekresi berlebih
3. Persiapan Alat
a. Spuit yang berisi obat analgesia
b. Pisau bedah
c. Pinset
d. Sepasang pengait tumpul
e. Benang bedah
f. Klem arteri, gunting kecil yang tajam
g. Serta kanul trakea dengan ukuran yag sesuai
h. Tali pengikat trakeostomi

32
i. Kom/mangkuk steril, cairan Nacl, Hydrogen Peroksida (H2O2), spuit 10cc.
j. Stetoskop
k. Suction set
l. Set balut steril
m. Handscon bersih dan handscon steril
n. Kapas apus (swab), alkohol 70%
o. Sikat pembersih
p. Handuk, perlak, dan kantung plastik
q. Tromol kasa, kaca mata pelindung, masker, gaun/skort (kalau perlu)

C. Prosedur Pembelajaran
Materi ini akan diberikan dalam bentuk klasikal dan praktikum. Dalam bentuk
klasikal akan diberikan di ruang kelas yang akan diisi oleh pengajar yang berpengalaman
dalam materi ini. Praktikum akan dibagi menjadi 10 kelompok kecil dengan jumlah
mahasiswa per kelompok 10-15 orang. Setiap kelompok akan dibimbing oleh dosen/asisten
dosen yang kompeten terkait materi tersebut.

D. Prosedur
Nilai
No Aspek yang Dinilai Ket
0 1 2
Tahap Preinteraksi
1 Kaji pernapasan pasien, termasuk kebutuhan pasien akan
pengisapan dan pembersihan trakeostomi
2 Persiapkan alat
3 Eksplorasi perasaan penata anestesi
4 Cuci tangan
Tahap Orientasi
5 Berikan salam
6 Perkenalkan diri penata anestesi
7 Jelaskan tujuan dan prosedur
8 Meminta persetujuan pasien untuk memulai tindakan
9 Membaca Basmallah
Tahap Kerja
10 Atur posisi pasien supinasi atau semi fowler
11 Jika diperlukan, hubungkan selang pengisap ke
aparatuspenghisap. Letakkan ujung selang di tempat yang
mudahdi jangkau dan hidupkan penghisap
12 Letakkan handuk melintang di dada pasien
13 Menjagaprivasi pasien
14 Mendekatkan alat yang dibutuhkan

33
15 Mencuci tangan dan memakai handscoen bersih
16 Membuka set peralatan dan bungkus alat-alat yang
dibutuhkan untuk pembersihan trakeostomi
17 Meletakkan perlak di bawah pasien
18 Menuangkan 50 ml hidrogen peroksida ke mangkuk,
jangan sampai menetes ke perlak
19 Membuka sikat steril dan letakkan disebelah
mangkukyang berisi hidrgen peroksida
20 Membuka bungkusan kasa, tuangkan hidrogen
peroksidadiatas kasa pertama, dan normal salin pada kasa
kedua, sedangkan kasa ketiga dibiarkan kering
21 Jika trakeostomi menggunakan kanule dalam sekali pakai
(disposible), buka bungkusnya sehingga dapat
denganmudah diambil. Pertahankan sterilisasi kanule
dalam
22 Menentukan panjang tali pengikat trakeostomi yang
diperlukan dengan menggandakan lingkar leher dan
menambah 5 cm dan gntung tali pada panjang tersebut
23 Melakukan prosedur penghisapan. Pastikan telah
mengguanakan skort, kaca mata pelindung, dan handscoen
steril
24 Melepaskan handscoen yang sudah basah dan
kenakanhandscoen steril yang baru. Pertahankan agar
tangandominan tetap steril sepanjang prosedur dilakukan.
25 Membersihkan kanule dalam
26 Mengganti kanule dalam sekali pakai (disposible inner-
canule)
27 Buka dan lepaskan kanul dalam dengan menggunakan
tangan yang tidak dominan dengan hati-hati
28 Lakukan suction dengan teknik steril
29 Mengeluarkan kanul baru steril dari bungkus nya dan
dicuci di normal salin steril
30 Memasang kanul dalam dengan cermat dan terkunci pada
tempatnya
31 Menghubungkan kembali dengan oksigen
32 Membersihkan bagian luar kanul dan kulit sekitarnya
dengan menggunakan H2O2 lalu bilas dengan NaCl dan
kering kan dengan kasa
33 Pertahankan tali trakeostomi yang lama pada tempatnya
sementara memasang tali trakeostomi yang baru
34 Menyisipkan tali yang baru pada sisi faceplate.
Melingkarkan kedua ujung bebasnya mengelilingi bagian
belakang leher pasienke sisi lainnya faceplate dan ikat
dengan kuat tetapi tidak ketat. Gunting tali trakeostomi
yang lama
35 Memasang kasa mengelilingi kanul luar dibawah tali
pengikat dan faceplate. Periksa kembali tali pengikat tidak
terlalu ketat tetapi pipa trakeostomi dapat tetap stabil pada
tempatnya

34
36 Mengempiskan dan mengembangkan balon (cuff)
trakeostomi
37 Jika terdapat klem, maka pada pipa cuff lepaskan klem dan
sambungkan ke spuit
38 Meminta pasien menghirup nafas dalam. Amati adanya
kesulitan bernafas pada pasien
39 Mengatur kembali posisi pasien dan hand rail pasien
40 Merapikan alat
41 Lepas handscoen
Tahap Terminasi
42 Tanya kondisi pasien setelah perawatan trakeostomi
43 Berikan kontrak waktu tindakan perawatan selanjutnya
44 Mendoakan pasien, memberikan motivasi/semangat
45 Salam penutup
46 Cuci tangan
Tahap Dokumentasi
47 Dokumentasi menggunakan SOAP

35
DAFTAR PUSTAKA

Afzal, M. (2007). Airway Management In Pediatric Anesthesia: Laryngeal Mask Airway Vs


Endotracheal Tube. The Internet Journal of Anesthesiology. The Internet Journal of
Anesthesiology, 13(11).
Arrigo, R. T. (2018). End-tidal capnography. Retrieved September 13, 2019, from
https://emedicine.medscape.com/article/2116444-overview
Buttner, B., Mansur, A., Hinz, J., Erlenwein, J., Bauer, M., Bergmann, I. (2017). Combination
of general anesthesia and peripheral nerve block with low-dose ropivacaine reduces
postoperative pain for several days after outpatient arthroscopy. Medicine, 96(6), 1–5.
Chadha, M., Kuishretha, M., Biyan, A. (2015). Anesthesia for bronchoscopy. Indian Journal
of Anesthesia, 59(9), 566.
Cheung, N. H., Napolitano, L. M. (2014). Tracheostomy : Epidemiology, Indications, Timing,
Technique , and Outcomes. Respiratory Care, 59(6), 895–919.
https://doi.org/10.4187/respcare.02971
Gomillion, M. C., J. H. H. (2008). Magnetic resonance imaging a case of 2 years old boy:
Anesthesiology problem-oriented patient management Yao & Artusio’s (6th ed.).
Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Hausman, M. S., Elizabeth, S., Jewell., Engoren, M. (2015). Regional versus general anesthesia
in surgical patients with chronic obstructive pulmonary disease: Does avoiding general
anesthesia reduce the risk of postoperative complications? Regional Anesthesia, 120(6),
1405–1412. https://doi.org/10.1213/ANE.0000000000000574
Hyndman, J. (n.d.). Twenty regional anesthesia blocks-chapter 1 A manual for medical and
anesthetic practitioners.
Intensive Care Hotline. (2019). Bed Side Monitor. Retrieved from
https://intensivecarehotline.com/bedside-monitors-2/
Irawan, H. (2013). Peripheral Nerve Block. Research Gate, 40(12).
John Hopkins Medicine. (2019). Pulse Oxymetri. Retrieved September 13, 2019, from
https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment-tests-and-therapies/pulse-oximetry
Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan, M. R. (2002). Petunjuk praktis anestesiologi. jakarta:
Bagian Anestesiologi dan Terapi Insentif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mangku, G., Senapathi, T. G. A. (2010). Buku ajar anestesi dan reanimasi (8th ed.). jakarta:
EGC.
Morgan, J. G., Mikhail, M., Murray, M. (2013). Clinical Anesthesiology (5th ed.). New York,
NY, USA: McGraw-Hill Companies.
Mugi, W. (2019). 3 Kegunaan Alat Patient Monitor. Retrieved September 13, 2019, from
https://www.medicalogy.com/blog/tiga-kegunaan-alat-patient-monitor/
National Heart, Lung, and B. I. (2019). Defibrillators. Retrieved from
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/defibrillators
Neal, Joseph M. (n.d.). Regional Anesthesia. In ASA guide to anethesiology for medical
students (pp. 41–42). USA.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. (2018). Pendoman Laboratorium
Kateterisasi Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta. Retrieved from
http://www.inaheart.org/upload/file/Buku_Pedoman_Cathlab.pdf
Prasenohadi. (2010). Manajemen Jalan Napas; Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat
Napas. Jakarta: FK UI.
Shah, S. N. (2018). Defibrillation and Cardioversion. Retrieved from
https://emedicine.medscape.com/article/80564-overview
Smeltzer, C. S., Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (8th ed.). Jakarta: EGC.

36
Smith, G., Goldman, J. (2019). General Anesthesia for Surgeons. NCBI. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493199/
The Royal Children’s Hospital Melbourne. (2018). Tracheostomy management. Retrieved
from
https://www.rch.org.au/rchcpg/hospital_clinical_guideline_index/Tracheostomy_manag
ement/

37

Anda mungkin juga menyukai