METODOLOGI KHUSUS
i
TIM PENYUSUN
Dr.Andi Maryam,S.ST.,SKM.,M.Kes
Yurniati, S.ST.,M.Kes.,m.Keb
D IV BIDAN PENDIDIK
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR
2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Tim Penulis panjatkan kepada Sang Pencipta Allah SWT yang telah
Dalam penyusunan Bahan Ajar ini kami Tim Penulis memperoleh arahan,
bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu Tim penulis ingin mengucapkan
Tim Penulis menyadari bahan ajar ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
Tim Penulis dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati, mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan dan pengembangan bahan ajar
ini.
Akhir kata Tim Penulis berharap semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat
khususnya bagi Penulis dan umumnya bagi kita semua serta pengembangan ilmu
pengetahuan.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
TIM PENYUSUN.......................................................................................... ii
A. Preseptoring ........................................................................ 11
B. Preceptor ............................................................................ 22
C. Mentoring............................................................................. 34
BAB III. METODE PEMBELAJARAN KLINIK
A. BedsideTeaching ................................................................ 39
B. Case Presentation .............................................................. 47
C. Clinic Tour .......................................................................... 52
D. Case Study ......................................................................... 61
E. Coaching ............................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini membahas tentang konsep pembelajaran klinik dan cara
1
II. PENYAJIAN
pendidikan klinik.
Pasien
Mahasiswa
Pembimbing Klinik
2
Memberikan reward yang sesuai kepada pembimbing klinik
Pasien
Mahasiswa
cukup)
Pembimbing Klinik
bersemangat)
lingkungan klinik)
3
Membetuk konsep dan penerapan suatu teori (abstract
conceptualizing/theory)
cara mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan karakteristik individual
( 1972).
dan cara berfikir dlm memasuki system asuhan dlm pelayanan kesehatan.
4
semata tapi juga secara tidak langsung memperoleh teori –teori yg timbul saat
melakukan PKK.
- Untuk belajar
berdasar pada :
-Teori / pengetahuan
- Prinsip
- Peraturan / Per UU
5
F. Lingkungan Belajar dalam Praktek Klinik
Praktek klinik
• Pendekatan yg manusiawi
• Apa yang harus dipelajari oleh P/d diterangkan dan diajarkan dgn jelas
Persiapan
Pelaksanaan
Evaluasi.
Novice (pemula)
Competen (mampu)
Proficient (cakap)
Expert (Ahli)
Tahap Pembelajaran Ketrampilan Klinik (Payton 1986 cit Bond & Spurrit,
1999)
6
Mendefinisikan dan menjelaskan kompetensi klinik yang dipelajari
klinik melakukannnya
praktik klinik
tersebut.
7
Moderate readiness : diterima,melatih, menjelaskan, mengajak, meyakinkan
dan mengklarifikasi
memfasilitasi
On the job
Group supervision
Mengajar
Memecahkan maslah
Memotivasi
Mendorong otonomi
Memberikan informasi
Mengelola pelayanan
8
Menciptakan suasana yang mendukung
Mengadvokasi
Menegosisasi
Mengelola waktu
Mengorganisasi
seniornya
9. Training ward model : Suatu bangsal dibuat untuk menjadi tempat pembelajaran khusus
9
BAB II
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
10
II. PENYAJIAN
A. Preseptoring
1. Pengertian
yang akan menjadi bekal bagi mahasiswa setelah selesai dari institusi
pendidikan.
untuk membantu perawat baru untuk menyesuaikan diri dengan baik dan
11
mengorganisasi perawatan pasien dan mampu berkomunikasi dengan baik
kurangnya kepercayaan diri dari pembimbing klinik tersebut. Hal ini yang
diharapkan.
12
Preseptoring adalah suatu metode pengajaran dan pembelajaran
untuk membantu bidan baru untuk menyesuaikan diri dengan baik dan
menjalankan tugas yang baru sebagai seorang bidan. (CNA, 1995). Program
dan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya
(CNA, 2004)
13
tempat di mana pelaksanaan Preseptoring akan dilakukan. Seorang preceptor
preceptor.
kompetensi yang dibutuhkan dalam keamanan diri, etika dan praktek yang
kompeten.
kebidanan yang menerima mahasiswa dari unit lain tetapi ingin mendapatkan
yang pindah dari unit yang berbeda telah menjadi hal biasa saat ini.
14
2. Elemen-elemen di dalam Preseptoring
bidan klinik.
a. bidan baru
peran preceptee.
profesi.
yang konstruktif.
b. Preceptor
15
2) Ikut merumuskan dan terus menunjukkan pengembangan profesional.
5) Memiliki wawasan dan empati dengan praktisi bidan baru selama fase
transisi.
c. Bidan Klinik
1) Proses penjaminan kualitas.
3) Mempromosikan dan mendorong kultur kerja yang terbuka, jujur, dan
efisien.
3. Keuntungan Preceptoring
Mahasiswa yang telah secara formal diberikan pendidikan oleh preceptor
biaya melalui retensi bidan baru, peningkatan kualitas pelayanan, dan mendorong
16
pengembangan professional. Studi deskriptif yang dilakukan oleh (Kim, 2007)
ketika seorang pemula yang dibimbingnya menjadi lebih percaya diri (Neumanet.
meningkatkan kualitas dari praktik profesi kebidanan dan lebih menghemat biaya
17
b. Bagi institusi
Preseptoring ini.
18
5) Merasa diinvestasikan dan meningkatkan karir masa depan.
tujuan organisasi.
b. Pegawai
lebih lanjut.
c. Preceptor
pendukung.
19
2) Mengenali komitmen terhadap profesi mereka dan peraturan-
d. Profesi
20
preceptee dan preceptor maupun dengan koordinator program dan penasihat
fakultas adalah satu hal yang sangat penting untuk dilakukan dan harus tetap
21
yang terakhir yang harus disiapkan adalah menyediakan kursus orientasi,
B. Preceptor
1. Defiisi Preceptor
2008).
Definisi lain dari preceptor adalah bidan yang sudah terdaftar yang
dengan waktu yang terbatas dan dengan tujuan yang spesifik dari sosialisasi
lulusan baru untuk lebih memahami karakteristik tempat kerja dan membantu
yang staff kebidanan yang sudah berpengalaman dan sudah terdaftar yang
memberikan pengarahan dan supervisi secara formal dalam waktu yang sudah
22
ditentukan dan dengan tujuan khusus terhadap mahasiswa yang baru lulus dan
masuk dalam dunia kerja kebidanan agar lebih mudah beradaptasi dengan
2. Karakteristik Preceptor
Studi fenomena yang dilakukan oleh Ohrling dan Hellberg (2001) dimana
Kriteria Preceptor
23
• Bersedia memfasilitasi proses pembelajaran klinik sepanjang mahasiswa
praktik (3 bulan)
(antenatal,intrapartum,postpartum,BBL,KB)
(evidence based)
3. Kompetensi preceptor
menjelaskan ada lima kompetensi yang harus dimiliki seorang preceptor, yaitu
a. Kolaborasi
klien)
peningkatan praktik.
24
2) Menunjukan ketertarikan dalam kebutuhan dan perkembangan
pembelajaran preceptee.
universitas.
preceptor.
c. Fasilitasi belajar
dengan cara :
25
c) Mengkaji pengalaman preceptee sebelumnya dengan tanggung
tempat praktek.
26
3) Mengimplementasikan pembelajaran klinik dalam tempat praktek
praktek.
merencenakan kegiatan.
diinginkan.
cara :
27
c) Menjelaskan penilaian preceptor terhadap kegiatannya.
sasaran diri.
d. Praktik Profesional
kebidanan.
28
2) Bekerja.
pembelajaran klinik.
4. Peran Preceptor
29
Tugas atau peran seorang preceptor adalah menjembatani kesenjangan
antara apa yang preceptee pelajari ketika di kampus dengan kenyataan yang
ketika melakukan peran barunya sebagai bidan di klinik (Oerman & Heinrich,
2003)
profesional.
30
b. Skill Building (Pembangun kemampuan)
kerja.
praktik mahasiswa.
31
d. Socialization (Sosialisasi)
1) Bekerja dengan tim untuk menyambut anggota baru atau praktikan
di tempat kerja.
sumber daya.
mahasiswa.
32
Menurut Departemen Kesehatan Minessota (2005) peran seorang
preceptor adalah :
kebidanan.
33
i. Memberikan umpan balik mengenai kemajuan siswa,
menyelesaikan masalah.
(3) Identifikasi masalah
C. Mentoring
mentee.
a. Coach
b. Konselor
c. Guide
34
d. Role model
e. Sponsor
f. teacher
Peran Mentor
35
Kompetensi Mentor
Memiliki pengetahuan & pengalaman yg lebih agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dgn efektif dalam organisasi & mampu mengomentari & memberi
perhatian pada yg lain
Mampu membangun kekuatan mentee & memberi umpan balik yg terkonstruksi
terhadap keterbatasannya
Memiliki keterampilan yg berhubungan dgn interpersonal,komunikasi,konseling,
& keterampilan mengamati & memberikan instruksi
Mampu mempersiapkan sarana & informasi yang berhubungan
Mampu membuat penilaian yang baik
Tantangan dalam mentoring
Perbedaan presepsi tantangan mentoring
Tidak ada catatan tentang tujuan & fungsi mentor secara jelas
Kurangnya data (evidence)
Kebingungan terhadap peran pendukung yang lain
Perbedaan Preceptor dan Mentor
Mentor Preceptor
Memungkinkan hubungan yang Memungkinkan hubungan yang
bersifat personal bersifat fungsional
Membantu dalam dunia kerja yang Membantu dalam pengembangan
lebih luas kompetensi klinis dan praktik
36
Membantu dalam multiphase tetapi Peran spesifik dengan penekanan
tidak ada penilaian formal pada role model dan pengembangan
keterampilan
BAB III
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
37
Mata kuliah ini membahas tentang cara menggunakan berbagai metode
pembelajaran klinik dalam praktik kebidanan meliputi Bedside teaching,
Case Presentation, Clinic tour, Case study, dan Coaching. Mata kuliah ini
menggunakan competency based learning serta metode interaktif yang
membentuk mahasiswa terlibat aktif
B. Manfaat Mata Kuliah
II. PENYAJIAN
A. Bedside Teaching
Perkembangan metode pembelajaran di bidang kesehatan atau
an, metode yang ada belum banyak beranjak dari metode yang ada sejak
38
zaman Hipocrates yaitu pembelajaran didaktik l dan dijalankan atas
arahan para pendidik yang menjadi narasumber utama. Metode ini disebut
alternatif yang lebih menantang dan berhasil guna. Hanya sebagian kecil
bedside teaching.
konsep dan cara penggunaanya, maka hasilnya juga tidak akan lebih
efektif dari berbagai metode sebelumnya. Tiga puluh (30) tahun yang lalu
Sedangkan pada tahun 1978 menurun hingga 16 % dan pada tahun 2007
39
salah satu metode mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan
pengamatan langsung.
pasien.
40
mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif secara
seminimal mungkin.
yang dilakukan.
pernah
41
diperoleh peserta didik sebelumnya,atau apabila peserta didik
mahasiswa.
a. Perawatan
42
4. Tidak ada papan tulis.
1. Persiapan
4. Lingkungan/Keadaan
43
Pelaksanaan bedside teaching antara lain:
mereka.
pasien.
2. Perkenalan
pada pasien.
tidur.
3. Anamnesa
44
c. Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti
6. Diskusi
dilaksanakan.
junior.
45
d. “Saya tidak tahu” adalah jawaban yang tepat, setelah itu
tempat tidur.
telah dilakukan.
tidak stabil.
46
5. Pasien tidak terbuka.
B. Case Persentation
diarahkan oleh pengajar. Metode yang cocok antara lan adalah ceramah,
47
Unsur presentasi yaitu adanya penyaji, moderator, audience/
Gaya penyajian dimana isi bahan sajian ditulis dalam bentuk teks
48
Penyajian dengan kartu berisi uraian penyajian sesuai nalar pendengar,
berbentuk angka.
audiovisual.
Handouts merupakan media cetak tertulis berisi materi atau kasus yang
disampaikan
persuasi
presentation
49
demonstrasi.
Tersedia
memberikan presentasi
presentasi Anda
50
Langkah-langkah case presentation:
Tahap penutupan
Tahap Penyajian
Evaluasi
51
3. Penggunaan teknik presentasi kasus ini juga membantu mahasiswa
pengajaran.
ditemui.
kadang-kadang hal ini sulit dipenuhi seperti persiapan LCD, laptop ruang
dan listrik.
C. Clinic Tour
Metode field trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak
peserta didik ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar kampus untuk mempelajari
atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, took
2001:85)
Menurut Syaiful Sagala (2006:214) metode field trip ialah pesiar (ekskursi)
yang dilakukan oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar
perlu diajak ke luar kampus, untuk meninjau tempat tertentu atau obyek yang
lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau memperdalam
peserta didik ke suatu tempat atau obyek tertentu di luar kampus untuk
yang digunakan pada metode karya wisata ini, seperti widya wisata, study tour,
dan sebagainya. Karya wisata ada yang dalam waktu singkat, dan ada pula yang
Metode karya wisata atau field trip mempunyai beberapa kelebihan antara lain (Syaiful
b. Membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan dan
kebutuhan masyarakat.
53
a. Peserta didik dapat mengamati kenyataan-kenyataan yang beraneka
secara langsung
berlangsung.
komprehensif
54
Suhardjono (2004:85) mengungkapkan bahwa metode karya wisata (field
studinya terabaikan
e. Sulit mengatur peserta didik yang banyak dalam perjalanan dan sulit
55
Sedangkan menurut Syaiful Sagala (2006:215) mengemukakan bahwa
instansi pendidikan.
d. Jika tempat yang dikunjungi itu sukar untuk diamati, akibatnya peserta
diharapkan.
Hambatan
a. Memakan waktu bila lokasi yang dikunjungi jauh dari pusat latihan
Peran pembimbing
56
b. Membantu dan membimbing peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran
Pelaksanaan
trip yang menakjubkan (the best field trip ever). Kelima langkah
utama)
lokasi yang akan dituju. Setelah menentukan tujuan dan lokasi field trip
57
dapat menetukan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada
rencana yang telah dibuat. Setelah kegiatan di lokasi field trip telah
58
pemberian tugas lain yang berhubungan dengan pelaksanaan field
mengajar
sekolah.
sistematis
59
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
penjelasan.
3. Tahap Akhir
60
field trip dengan memberikan tugas secara individu untuk
D. CASE STUDY
1. PENGERTIAN
pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. Studi ini dapat
didik
2. Peserta didik harus dibekali dengan bahan perujukan dengan yang cukup agar
3. Studi asuhan keperawatan itu harus dapt dilihat dan digunakan sebagi bagian
61
Studi kasus atau case incident study pada prinsipnya sama, yaitu
kasus ini pada prinsipnya pengelolaan kasus dengan mengambil satu pasien
atau keluarga.
Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi kasus adalah suatu
Pendapat serupa di sampaikan oleh Bimo Walgito (2010: 92) studi kasus
luas.Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode
lain.
Sedangkan W.S Winkel & Sri Hastuti (2006: 311) menyatakan bahwa
metode pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi aspek fisik dan
62
psikologis individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara
mendalam.
secara minimal.
3. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan
63
4. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan
Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis
pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut
pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-
temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci
lainnya.
organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau
suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang
belajar menggambar.
1. Mengenali Gejala
64
Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah mengamati adanya suatu
gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara
yaitu :
a) Konselor sekolah menemukan sendiri gejala itu pada siswa yang mempunyai
masalah.
2. Mendiskripsikan Kasus
Setelah deskripsinya dibuat, yang dipelajari lebih lanjut adalah aspek ataupun
65
yang lebih terrinci itu dapat membantu Konselor sekolah untuk membuat
5. Memperkirakan sebab
dan teknik atau alat yang digunakan dalam pengumpulan informasi atau data.
Langkah pengumpulan data itu terutama melihat jenis informasi atau data
minat. Data ini bisa didapat melalui teknik tes maupun nontes,
kasus itu tidak ditangani dan jenis bantuan yang dapat diberikan merupakan
6. Memberikan Bantuan
7. Kegiatan Evaluasi
Kegiatan evaluasi adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Hal ini dimaksudkan untuk menilai seberapa jauh keefektifan penerapan teori
konseling dalam mengatasi kasus yang dialami oleh siswa atau konseli.
66
8. Tindak Lanjut/ Follow Up
Langkah follow-up atau tindak lanjut adalah langkah yang akan diambil,
apabila dalam penanganan kasus masih belum tercapai hasil yang maksimal
dan belum mengalami perubahan yang berarti. Langkah ini dilakukan apabila
lainnya.
Pada kasus yang tidak mampu atau diluar kewenangan Konselor sekolah,
maka diadakan konferensi kasus atau alih tangan kasus kepada tenaga-
3. Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail
diteliti
4. Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam
menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada
penelitian berikutnya
67
5. Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi
deskriotif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu
pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini,
kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian
kuantitatif.
3. Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang
yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi
4. Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi
yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk
mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang
besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian
orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-
penelitian kuantitatif.
6. Karena fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih
68
E. COACHING
A. PENGERTIAN
catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek. Metode ini meliputi
Studi kasus
Proses pencatatan
Pembuatan makalah dan cacatan kerja peserta didik tentang hasil observasi di
Pemeriksaan payudara
Katerisasi urine
Pemberian injeksi
69
Proses coaching sering diartikan sebagai sarana untuk membantu
bantuan yang nyata dapat diberikan dari dukungan individu atau organisasi.
melakukan bimbingan:
Perubahan apa yang diperlukan untuk memenuhi harapan atau hasil yang
diinginkan
harapan atau hasil yang diinginkan. Terkait dengan waktu dan usaha yang
B. TUJUAN COACHING
diri yang lebih baik, pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan
70
1) Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual
C. PROSES COACHING
mencapai tujuan. Selain itu dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal
proses coaching akan membantu untuk menciptakan visi yang terbaik dan
71
terbaru yang dimiliki dalam rangka mencapai suatu keberhasilan. Dimana
berbeda dengan peran coach yang tidak memberikan nasihat, tetapi lebih
72
Pelatihan Lebih kepelatihan membangun Lebih kepelatihan
hubungan. manajemen.
Umumnya coach memiliki latar Umumnya mentor memiliki
belakang psikologi, psikoterapi latar belakang di manajemen
atau SDM. senior.
Fokus Fokus ganda. Fokus tunggal.
Umumnya ada dua fokus yaitu Umumnya fokus pada
kebutuhan individu dan kebutuhan individu.
kebutuhan organisasi.
membahas secara terperinci dimulai dari tujuan evaluasi pekerjaan saat itu, siapa
dan bagaimana keberadaan coachee, apa dan dimana yang menjadi prioritas dan
coachee akan diarahkan untuk menyadari untuk membuat satu keputusan tentang
masa depan. Melalui bantuan seorang personal coach maka seorang coachee akan
semakin mempertajam kehidupan personalnya dan dia akan lebih efektif di dalam
pendekatan hasil (result oriented) yang produktif, seorang coach akan melibatkan si
apakah itu sudah ditanyakan atau belum ditanyakan. Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran, tetapi coach bukanlah seorang guru dan tidak perlu untuk mengetahui
73
coachee. Tetapi yang terpenting adalah seorang coach akan lebih mengobservasi
mengenai pola, menetapkan tahap-tahap tindakan atau action yang lebih baik yang
1) Mendengarkan
3) Seorang coach akan menolong coachee untuk menjadi seorang yang mampu
mengoreksi dirinya sendiri dan membangkitkan diri sendiri. Sehingga dia dapat
yang dibimbing
3) Mengamati secara saksama simulasi ulang oleh peserta pada tatanan seperti
kondisi nyata
74
3) Instrumen evaluasi disampaikan dan dibahas bersama dengan peserta
materi yang akan dilatihkan berupa keterampilan dalam bidang kesehatan maka
nyata di lapangan
5) Pelajari kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap peserta, sehingga
yang telah dimiliki agar bimbingan berjalan secara efektif dan efisien
setiap peserta
8) Umpan balik harus disampaikan sesegera mungkin dan lebih sering dilakukan
pada awal latihan kemudian berkurang secara bertahap sesuai dengan tingkat
9) Setelah peserta dinilai kompeten yaitu dapat melakukan prosedur secara mandiri
75
10)Apabila bimbingan berupa manajemen, maka setelah pembelajaran laboratorium
keperawatan
keterampilan
13)Hasil evaluasi penampilan peserta digunakan sebagai salah satu bahan untuk
C. TEKNIK COACHING
yang akan dipecahkan diuraikan sehingga jelas mana permasalahan utama dan
76
4. Tahap Penutup : Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah
dicapai coachee dari proses coaching. Hal-hal yang pada tahap pendahuluan
disepakati untuk diubah atau diperbaiki akan dinilai apakah tujuan tersebut telah
teknik yang terbaik adalah dengan memiliki koneksi dengan coachee dan dengan
dalam coaching.
apa yang kau katakan. Coach tidak bisa meminta coachee untuk datang tepat
waktu, apabila dia sendiri selalu datang terlambat. Orang-orang akan mengikuti
instruksi kita atau rekomendasi kita jika kita telah menjadi contoh yang baik.
tentang kehidupan, tentang karir mereka, tentang anak-anak mereka dan mereka
dengan menjadi seorang pendengar yang aktif yang mau memberikan perhatian
pada saat mereka berbicara. Dengan perlakuan ini orang-orang akan merasa
77
pembicaraan-pembicaraan yang tidak relevan sehingga pembicaraan menjadi
produktif.
mendengarkan instruksi saja? Kalau saya terus terang tidak bisa. Seseorang
dengan menggunakan alat-alat peraga yang bisa langsung dilihat seperti ilustrasi,
4. Dibuat Sederhana (Keep it Simple) : Pada suatu program coaching, tidak perlu
5. Langsung kepada Sasaran (Get Straight to the Point) : Bagian ini sangat
waktu.
D. KEUNTUNGAN COACHING
termasuk observasi
78
5. Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk melakukan
dan personal
Para coach harus mampu menunjukkan bahwa adanya keterbukaan, jujur dan
2. Menjadi efektif
Para coach harus memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja dengan para
3. Melakukan coaching
Para coach harus mampu berpegang pada metodelogi yang jelas, cakap dalam
Kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan coaching yaitu sebagai berikut:
setiap peserta
79
3. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang tinggi terhadap
KESIMPULAN
Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada
dan orang yang dicoaching disebut coachee. Proses coaching akan sangat
satu titik dimana dia tidak hanya dapat mengetahui keberadaannya saat itu tetapi
yang melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik dengan
coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin satu kedekatan dan saling
80
individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dengan
kehidupan, motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri yang lebih baik,
guru. Hal ini berbeda dengan peran coach yang tidak memberikan nasihat, tetapi
dapat menjadi penasihat bagi dirinya sendiri. Teknik yang efektif bisa digunakan
memiliki koneksi dengan coachee dan dengan teknik yang sederhana seperti
81
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat 2 semester III yang sedang menjalankan
Ruang Dewi Khunti dan mempunyai target memberikan asuhan masa nifas
dengan kebutuhan pemantauan pada ibu masa nifas. Mahasiswa tersebut belum
ditekankan dalam tindakan nanti. Pada pre conference ini pembimbing juga bisa
dengan target yang akan dicapai peserta bimbingan, yaitu berupa ruangan,
perlengkapan alat-alat yang diperlukan dan alat peraga pasien berupa boneka
atau phantom. Semua diatur sehingga menyerupai atau semirip mungkin dengan
82
balik harus disampaikan sesegera mungkin dan lebih sering dilakukan pada awal
belajar atau check list yang telah disiapkan. Setelah peserta dinilai kompeten
83
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching). Pusdiklat SDM Kesehatan
bekerja sama dengan Dit. Bina Pelayanan Keperawatan
Mercurio, N. 2008. Mastering Individual Effectiveness Through the Coaching Process.
Toronto: The Canadian Manager
Murwani, A. 2009. Pengaruh Metode Coaching dan Motovasi terhadap Kompetensi
Melakukan Pemasangan Endotrakeal Tube pada Mahasiswa STIKES Suya
Global. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 10 Februari 2015 dari
http://pasca.uns.ac.id
Palimirma. 2009. Coaching – Metode Bimbingan yang Efektif. Diakses pada tanggal 10
Februari 2015 dari www.manajementfile.com/journal
Passmore. 2010. Excellence in Coaching. Jakarta: PPM Manajemen
Pohan, S.I. 2008. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Riandi, Widodo, dan Supriatno, 2008. Developing of Video – Based Coaching Package.
Result the Second Year Research Project. Jakarta: PMIPA UPI
Swanburg, 2008. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan untuk Perawat
Klinis. Jakarta: EGC
Thorne, K. 2009. Peran Pelatih dalam Perubahan Manusia dan Organisasi. Jakarta:
Gramedia
World Health Organization. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching): Pelatihan
Keterampilan Manajerial SPMK
Sunarto, 2013 bahan ajar Metode Pembimbingan dan Pembelajaran Klinik,
Semarang
84