Anda di halaman 1dari 13

Volume (Issue), Year, Page-Page

Jurnal Pendidikan MIPA


e-ISSN: 2550-1313 | p-ISSN: 2087-9849
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/jpmipa/

Kemampuan Translasi Representasi Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan


Masalah Berbasis HOTS Di SMA Kabupaten Lamongan

Azizah Nur Laily Rahmawati1, Cholis Sa’dijah2, Lathiful Anwar3,


1,2,3
Department of Mathematics. State University of Malang. Indonesia

azizah.nur.2103118@students.um.ac.id1, cholis.sadijah.fmipa@um.ac.id2,
lathiful.anwar.fmipa@um.ac.id3

Abstrak: Translasi dinilai sebagai langkah dalam mentransformasikan informasi yang termuat
dari representasi sumber ke representasi tujuan. Kemampuan siswa dalam mentranslasi
representasi sangat penting dalam pembelajaran. Proses siswa dalam melakukan translasi
matematis terdapat empat tahapan aktivitas, Unpacking the Source (membongkar suatu masalah),
Preliminary Coordination (menghubungkan suatu masalah), Constructing the Target (melakukan
kontruksi target), dan Determining Equivalence (pengecekan kembali). Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis proses aktivitas yang dilakukan siswa dalam melakukan translasi representasi
dari grafik ke simbolik, tabel ke simbolik, dan verbal ke simbolik berbasis HOTS. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Kabupaten Lamongan dengan tiga siswa penelitian kelas XI yang telah
belajar mengenai konsep fungsi kuadrat. Instrumen yang digunakan adalah uji soal translasi dan
pedoman wawancara. Analisis data yang diterapkan, difokuskan pada empat tahapan aktivitas
translasi yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan (kategori tinggi, sedang, dan rendah).
Hasil penelitian menunjukkan translasi representasi verbal ke simbolik yang paling sulit
diselesaikan oleh siswa.

Kata Kunci: Translasi Matematika, Representasi, HOTS

Abstract: Translation is considered as a step in transforming the information contained from the
source representation to the destination representation. In the process of students doing
mathematical translation there are four stages of activity, Unpacking the Source, Preliminary
Coordination, Constructing the Target, and Determining Equivalence. This study aims to analyze
the activities carried out by students in translating representations from graphic to symbolic,
table to symbolic, and verbal to symbolic based on HOTS. This research was conducted at SMA
Lamongan Regency with three research students in class XI who had learned about the concept
of quadratic functions. The instruments used were translation questions and interview guidelines.
The applied data analysis focused on four stages of translation activity which were then grouped
according to (high, medium, and low categories). The results showed that the translation of verbal
representations into symbolic ones was the most difficult for students to complete.
Keywords: Mathematical Translation, Representation, HOTS

PENDAHULUAN
Menganalisis merupakan bagian dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini
sejalan dengan adanya penjelasan Marzuki, dkk. (2021) bahwa setiap jenjang terdapat
topik matematika dalam pengembangan analisis, penalaran kritis, pemecahan masalah,
dan keterampilan dalam berkomunikasi. Strategi belajar yang dapat digunakan dalam

First author et al. DOI: http://dx.doi.org/10.23960/jpmipa/v?i?.pp??-??


Email: xxx@yyy.ac.id Received: date month year
Accepted: date month year
2 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

menganalisis suatu masalah matematika yaitu melalui kemampuan translasi. Kemampuan


translasi menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap strategi solusi pemecahan
masalah matematika. Seperti pendapat Nurrahmawati, dkk. (2021) bahwa kemampuan
translasi memainkan peranan penting dalam pemecahan masalah matematika sehingga
berpengaruh terhadap strategi solusi dalam suatu pemecahan masalah. Sedangkan
menurut Bossé, Michael and Chandler (2014), kemampuan tanslasi diartikan sebagai
kemampuan kognitif dalam mentransformasikan informasi yang termuat dalam suatu
bentuk representasi (sumber) ke bentuk representasi lain (target).
Kemampun translasi berpengaruh terhadap strategi solusi pemecahan masalah
matematika melalui representasi. Secara umum, Moscovici (1988) menyebutkan bahwa
representasi merupakan suatu konfigurasi (bentuk) yang dapat menggambarkan atau
mewakili suatu hal dalam bentuk lain. Sejalan dengan pendapat tersebut, Caverly (2019)
mengungkapkan maksud dari konsep matematika yang dikembangkan oleh siswa dalam
proses pembelajaran. Peranan penting dalam representasi diungkapkan oleh Ahmad, dkk.
(2020) bahwa, kemampuan translasi sebagai suatu sarana dalam memahami konsep dan
berpikir matematis serta mengungkapkan pemahaman konsep. Sedangkan menurut
Sa’Dijah, dkk. (2020) sederhana menyatakan representasi siswa sebagai segala sesuatu
yang dapat dibuat siswa untuk memperlihatkan hasil kerjanya. Sejalan dengan pendapat
tersebut, Caverly (2019) mengungkapkan rencana kognitif yang dikembangkan oleh
siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut,
representasi merupakan perwujudan yang dapat menggambarkan ide-ide matematika
yang dikonstruksi dalam otak manusia.
Representasi juga merupakan salah satu dari tujuh kemampuan dasar yang
digunakan dalam kerangka kerja PISA (OECD, 2016). Beberapa peneliti mengatakan
bahwa siswa kesulitan dalam merumuskan representasi dalam bentuk model matematika
dalam menyelesaikan masalah PISA (Nurdin, 2013; Syafri, 2017; Aisyah & Madio, 2021;
Purnomo, dkk. 2021) Indonesia menduduki peringkat 69 dari 76 negara jika dilihat
berdasarkan hasil PISA tahun 2015 (OECD, 2016). Indonesia menduduki peringkat ke-
45 dari 50 negara dibidang matematika berdasarkan hasil studi Klieme (2016) dapat
disimpulkan bahwa hasil PISA dan TIMSS masih tergolong rendah. Dengan melihat hasil
tersebut, maka peran guru sebagai pengajar sangat dibutuhkan untuk melatih siswa
mampu berpikir dan menganalisis pada representasi yang tinggi. Guru dapat
memperkenalkan penggunaan representasi untuk memahami suatu konsep serta dapat
menghubungkan beberapa konsep dengan melibatkan beberapa representasi (Hutagaol,
2013).
Penilaian kemampuan siswa pada bidang matematika dan sains secara
internasional telah dilakukan TIMSS dan PISA yaitu penilaian HOTS (Susiswo, dkk.
2021). HOTS merupakan aspek penting dalam Pendidikan. HOTS telah menjadi fokus
utama dari beberapa orang yang peduli tentang pendidikan. Seperti yang dipaparkan
Purnomo, dkk. (2021), bahwa tujuan utama Lembaga Pendidikan adalah menanamkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Kurikulum yang diterapkan di Indonesia
juga telah menekankan pentingnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (High-Order
Thingking Skill) siswa (Sadijah, dkk. 2021).
Sejalan dengan usaha meningkatkan mutu pendidikan, soal-soal menuntut siswa
memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi sangat disarankan untuk dihadirkan dalam
suatu pembelajaran. Soal HOTS merupakan soal matematika non rutin yang mengandung
unsur menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Rahmawatiningrum, dkk. (2019)
mengungkapkan bahwa matematika bersifat HOTS sangat direkomendasikan dalam
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 3

berbagai bentuk penilaian kelas (Ma’Rufi, dkk. 2020; Widana, 2017). Berdasarkan
informasi mengenai hasil Klieme (2016), maka masih perlunya peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia khususnya dibidang kemampuan translasi representasi siswa
berpengaruh dalam penyelesaian masalah matematika. Penerapan translasi representasi
matematis itu dapat dikembangkan melalui HOTS, yaitu dengan meningkatkan cara
berpikir tingkat tinggi dan pola komunikasi siswa dalam pemecahan masalah secara
matematis. Pemecahan masalah (problem solving) tidak sekadar melalui proses mengingat
atau menghafal saja, namun juga dituntut untuk membuat suatu hubungan, melakukan
pengkategorian dan memberikan kesimpulan atas beberapa permasalahan matematika
yang telah disajikan.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait translasi antra representasi.
Bosse (2011) dalam penelitiannya menemukan empat aktivitas dalam melakukan
translasi dari grafik ke simbolik. Aktivitas tersebut adalah Unpacking the Source,
Preliminary Coordination, Constructing the Target, dan Determining Equivalence. Bosse
menyarankan bahwa penelitian lanjutan tentang translasi representasi matematis selain
dari grafik ke simbolik sangat diperlukan dalam melengkapi penelitiannya untuk
memeriksa lebih detail dalam proses translasi. Sebelumnya penelitian Bosse, dkk. (2011)
menyatakan bahwa translasi representasi verbal ke table, simbolik, grafik, maupun
translasi representasi table, simbolik, grafik ke verbal merupakan translasi yang paling
sulit.
Peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan melanjutkan penelitian
sebelumnya untuk memeriksa proses translasi representasi grafik ke simbolik, tabel ke
simbolik, dan verbal ke simbolik. Siswa menentukan persamaan secara simbolik untuk
memperoleh komponen pembentuk grafik. Kemudian berdasarkan persamaan maupun
pola hubungan dua variabel secara simbolik tersebut, siswa mengonstruksi ke simbolik
(Bosse, 2011). Berdasarkan pendapat Subanji & Nusantara (2013) menyatakan bahwa
dalam mengonstruksi grafik selain dilakukan dengan mengkaji rumus (persamaan) juga
dapat dilakukan dengan menghubungkan perubahan dua variabel secara langsung,
sehingga dengan menghubungkan perubahan dua variabel secara langsung, sehingga
peneliti menduga adanya proses translasi representasi grafik ke simbolik, tabel ke
simbolik, dan verbal ke simbolik secara langsung tanpa melalui perantara representasi
lain. Dalam penelitian ini fungsi kuadrat dipilih sebagai konsep materi yang nantinya akan
dipelajari, karena fungsi kuadrat dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk dan siswa
dituntut untuk dapat melakukan translasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
peneliti menetapkan fungsi kuadrat sebagai bahan untuk melakukan kajian yang lebih
mendalam berkaitan dengan kemampuan translasi matematis siswa dalam menyelesaikan
masalah berbasis HOTS.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nugrahani (2014) bahwa penelitian kualitatif merupakan metode untuk
mengeksplorasi makna yang berasal dari masalah sosial. Proses penelitian kualitatif ini
melibatkan banyak penugasan, seperti mengajukan pertanyaan dan prosedur untuk
mengumpulkan data, meringkas dan menganalisis data sekaligus menjelaskan suatu data.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksploratif, karena
peneliti berharap secara alami dapat memperoleh data yang mendalam dan rinci tentang
proses yang dialami siswa saat melakukan translasi representasi konsep fungsi kuadrat.
4 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

Peneliti juga melengkapi informasi dengan mempelajari proses yang dilalui siswa dalam
melakukan translasi matematika. Melalui metode kualitatif, semua fakta lisan dan tertulis
yang diperoleh dari sumber yang diamati dan dokumen terkait lainnya dideskripsikan
sebagaimana adanya, kemudian diulas dan disajikan sesingkat mungkin untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2022 sampai 19 November 2022
dengan subjek siswa kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 4 di SMA Kabupaten Lamongan.
Pada saat perizinan, peneliti diberikan kesempatan untuk melakukan observasi secara
offline pada tanggal 19 September yang direkomendasikan oleh guru pendamping
peneliti. Masing-masing kelas didapati sebanyak 30-35 nama anak setiap kelasnya. Hal
ini didasarkan dari rekomendasi guru pendamping peneliti. Observasi ini dimaksud untuk
mempertimbangkan kemampuan komunikasi siswa. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
peneliti menetapkan subjek penelitian adalah siswa T1 dari kelompok tinggi, subjek S1
dari kelompok sedang, dan subjek R1 dari kelompok rendah.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mempersiapkan instrumen uji tes soal
berbasis HOTS berkaitan dengan translasi representasi yang diadaptasi dari penelitian
Bosse, dkk. (2014) yaitu dengan menganalisis proses translasi dilalui melalui 4 tahapan,
Unpacking the Source, Preliminary Coordination, Constructing the Target dan
Determining Equivalence. Soal dalam lembar tersebut terdiri atas 3 buah soal yaitu:
translasi dari grafik ke simbolik, tabel ke simbolik, dan verbal ke simbolik. Selain uji tes
soal, instrument pelengkap yang digunakan peneliti adalah wawancara yang bersifat semi
terstruktur guna tidak memberikan Batasan terhadap hasil dari jawaban subjek. Soal dan
wawancara yang disajikan telah dikaji oleh ahli dari dosen Matematika UM. Setelah
proses penyusunan dan revisi, hasil validasi instrumen uji proses translasi representasi
oleh validator dinyatakan instrumen valid dan dapat digunakan untuk penelitian.
Pada tahap hasil uji proses translasi siswa, data yang diperoleh merupakan data
kualitatif dari hasil uji proses translasi setiap subjek. Jawaban subjek dianalisis
menggunakan kerangka aktivitas tahapan translasi yang telah disusun peneliti dengan
baik. Sedangkan pada tahap hasil wawancara dengan siswa, Data yang diperoleh adalah
kualitatif yang bersumber dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa atas
beberapa uji tes soal yang diberikan. Data ini digunakan untuk mendukung informasi
tentang proses translasi yang dilakukan oleh siswa. Objek penelitian berjumlah 3 siswa
yang berdasarkan pengelompokan proses translasi siswa, sehingga terbagi dalam 3
kategori, yaitu 1 siswa kelompok rendah, 1 siswa kelompok sedang dan 1 siswa kelompok
tinggi. Jika siswa dapat dengan benar mengubah informasi dalam representasi sumber
menjadi representasi target, yaitu melalui proses translasi siswa dengan benar. Proses
translasi dilalui melalui 4 tahapan, yaitu Unpacking the Source, Preliminary
Coordination, Constructing the Target dan Determining Equivalence. (Bosse, dkk. 2014)
Indikator uji tes soal berbasis HOTS yang digunakan peneliti adalah, pada soal
translasi representasi dari grafik ke simbolik, tabel ke simbolik, dan verbal ke simbolik
yaitu siswa mampu melengkapi 4 tahapan aktivitas translasi yang telah diadaptasi dari
penelitian Bosse, dkk (2014). Berikut (Tabel 1.) merupakan penjelasan indikator dalam
pemilihan subjek penelitian ini dan (Tabel 2.) merupakan uji soal translasi representasi
pada subjek.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 5

Table 1. Indikator Uji Tes Soal Translasi Representasi pada Subjek


Capaian Translasi
Tahap Aktivitas Keterangan
Representasi
Memahami Mengungkapkan • Menyebutkan
Masalah representasi sumber informasi yang
(Unpacking the Source) diketahui pada masalah
• Menyebutkan apa yang
ditanyakan pada
masalah
Merencanakan Koordinasi pemahaman • Menentukan langkah
Penyelesaian awal (Preliminary awal pembentukan
Masalah Coordination) representasi target
Melaksanakan Mengonstruksi target • Membentuk
Penyelesaian representasi representasi target
Masalah (Contructing the untuk menyelesaikan
Target) masalah
Memeriksa Menentukan kesesuaian • Memeriksa apakah
Kembali representasi hasil representasi target
(Determining sesuai dengan
Equivalence) representasi awal

Table 2. Uji Soal Translasi Representasi pada Subjek


Soal 1
Diberikan gambar grafik fungsi seperti berikut.

Gambar 1. Grafik Fungsi


Diketahui terdapat banyak grafik fungsi kuadrat yang melewati titik (5,6) dan
memiliki titik puncak (2,b) tergantung pada nilai b. Namun, semua grafik tersebut
pasti melewati titik yang sama, selain (5,6). Tentukan nilai titik tersebut!
Soal 2
Berikut ini diberikan tabel yang menyatakan hubungan antara banyak kotak hadiah (x)
yang dapat dibuat dari lembaran karton dan biaya yang diperlukan untuk membuatnya
P(x)
x P(x) (dalam Rupiah)
60 720.000
70 735.000
90 675.000
6 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

Analisis dan jelaskan nilai fungsi kuadrat yang menyatakan hubungan antarabanyak
kotak hadiah (x) dan biaya yang diperlukan untuk membuatnya P(x)!
Soal 3
Sebuah jembatan dengan permukaan jalan yang rata memiliki tiang kembar yang
berdiri tegak setinggi 75 meter di atas permukaan jalan dan terpisah sejauh 400 meter.
Untuk menambah keamanan dan memperindah jembatan, dipasang kawat pembatas
yang menggantung dari ujung atas tiang ke ujung atas tiang lainnya sehingga
membentuk parabola. Kawat pembatas menyentuh permukaan jalan tepat di tengah
jembatan. Bagaimana cara menyimpulkan fungsi kuadrat yang dapat
mengilustrasikan kawat pembatas jembatan tersebut!

Gambar 2. Jembatan Tiang Kembar

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada penelitian ini, terkumpul 51 data siswa kelas XI di SMA Kabupaten
Lamongan mengerjakan sebanyak 3 soal yang telah disiapkan oleh peneliti. Melalui data
yang telah terkumpul, sebanyak 78,85% siswa mengalami kesulitan dalam melakukan
translasi representasi matematis siswa dari grafik ke simbolik pada materi fungsi kuadrat
hal ini dibuktikan dengan adanya kesalahan interpretasi dan implementasi yang dilakukan
siswa, sebanyak 3,846% siswa mengalami kesulitan tingkat sedang dalam melakukan
translasi representasi dari grafik ke simbolik, hal ini dikarenakan ada beberapa tahapan
yang kurang lengkap sehingga menyebabkan kesalahan implementasi saat
mengontruksikan target. Dan 17,31% siswa yang hanya bisa memanfaatkan
kemampuannya dalam mentranslasikan representasi dari grafik ke simbolik. Hal ini,
peneliti mengambil keputusan untuk memaparkan hasil studi pendahuluan pada salah satu
siswa dari 78,85% yang tergolong mengalami kesulitan dalam melakukan translasi
representasi matematis pada materi fungsi kuadrat. Sedangkan melalui hasil presentase
translasi representasi dari tabel ke simbolik diperoleh 3,85% siswa yang berhasil dengan
lengkap menyelesaikan sajian soal yang diberikan. 96,15% lainnya tidak memenui syarat
untuk melakukan proses translasi representasi dari tabel ke simbolik. Untuk sajian verbal
ke simbolik, terhitung 1,92% siswa mampu menyelesaikan soal dengan baik, 3,85% siswa
berhenti sampai pada proses kontruksi target, dan 94,23% siswa tidak berhasil
menyelesaikan soal dengan baik dan lengkap.

1) Proses Translasi Subjek dari Grafik ke Simbolik


Proses pengungkapan informasi (Unpacking the Source) pada translasi dari grafik
ke simbolik berbeda-beda pada tiap kelompok. Subjek kelompok tinggi cenderung
mampu menganalisis dan membongkar beragam informasi dari representasi yang
disajikan dan mengidentifikasi komponen lain meskipun tidak dituliskan secara eksplisit.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 7

Kelompok sedang hanya mengidentifikasikan informasi berupa titik yang tersedia.


Sedangkan kelompok rendah kurang mampu dalam mengidentifikasi satu komponen
tambahan. Pada aktivitas Unpacking the Source salah satu subjek kelompok rendah
melakukan kesalahan dan mengidentifikasi titik yang diberikan. Kesalahan yang
dilakukan oleh subjek kelompok rendah ini termasuk dalam kesalahan interpretasi (Adu-
Gyamfi, dkk. 2012). Kesalahan interpretasi merupakan kesalahan yang muncul dalam
menyatakan atribut atau sifat yang terdapat pada representasi sumber maupun target.
Namun, kesalahan saat identifikasi yang dilakukan oleh Subjek R1 tidak digunakan pada
proses selanjutnya.

Gambar 3. Tahap Unpacking the Source pada Grafik ke Simbolik Subjek T1

Selain pengungkapan informasi yang disajikan oleh grafik, aktivitas Unpacking the
Source juga ditentukan oleh terbentuknya ide yang digunakan untuk membentuk
kerangka target. Aktivitas ini ditunjukkan dengan analisis subjek mengenai cukup atau
tidaknya informasi yang telah diidentifikasi sejauh ini. Dengan mengenali pemahaman
informasi, subjek sudah dapat menentukan ide yang akan digunakan untuk membentuk
suatu fungsi kuadrat. Berdasarkan hasil wawancara, hampir semua subjek menyatakan
bahwa semua informasi yang telah dipahami dan cukup untuk membentuk suatu fungsi
kuadrat. Hal ini bertentangan dengan hasil pengerjaan yang ditunjukkan oleh subjek
kelompok sedang dan rendah saat Constructing the Target. Pada saat proses konstruksi
terhenti, subjek tidak dapat menganalisis bahwa penyebab tidak berlanjutnya proses
tersebut adalah kurang informasi yang diidentifikasi kecuali subjek kelompok rendah.
Subjek kelompok sedang kemudian langsung beralih menggunakan teknik coba-coba dari
hasil pemahaman yang diperolehnya melalui informasi yang didapat.

Gambar 4. Tahap Contructing the Target pada Grafik ke Simbolik Subjek S1

Selanjutnya, subjek melakukan aktivitas Preliminary Coordination yang


ditunjukkan dengan aktivitas menghubungkan keterangan yang dimiliki tersebut dengan
target yang dikonstruksi. Pada aktivitas ini subjek mengembangkan suatu kerangka target
dari ide dasar yang telah dibentuk pada aktivitas sebelumnya dengan mempertimbangkan
informasi yang telah dikumpulkan dan konsep yang telah dipahami sebelumnya. Subjek
kelompok tinggi menunjukkan kemampuan yang baik dalam membentuk konstruksi
8 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

dasar berdasarkan informasi yang dimiliki. Hal ini dikarenakan subjek kelompok tinggi
mampu mengaitkan informasi yang dimiliki dengan konsep yang dipahami sebelumnya.
Meskipun tidak melalui langkah subtitusi yang lebih mudah. Subjek T1 juga
menggunakan alternatif langkah yang baik dengan menggeser grafik untuk
mempermudah pengerjaan.

Gambar 5. Tahap Preliminary Coordination pada Grafik ke Simbolik Subjek T1

Gambar 6. Tahap Preliminary Coordination pada Grafik ke Simbolik Subjek T1

Sedangkan subjek kelompok sedang menunjukkan adanya kesalahan interpretasi


dalam menentukan bentuk umum fungsi kuadrat. Subjek S1 melakukan kesalahan dengan
menuliskan bentuk umum fungsi kuadrat yang kurang sempurna, yaitu f(x) = (x-x1) (x-
x2). Kesalahan interpretasi yang dilakukan oleh subjek S1 dimungkinkan karena subjek
hanya menghafalkan fungsi kuadrat tanpa memahami makna dari masing-masing simbol.
Subjek tidak memahami makna f(x) = y. Hasil pengerjaan yang ditunjukkan oleh subjek
S1 menunjukkan bahwa subjek kurang memahami konsep fungsi kuadrat dengan baik..
Aktivitas Determining Equivalence yang ditunjukkan oleh semua hampir
menunjukkan hasil yang sama, yakni subjek menggunakan substitusi kembali dengan titik
koordinasi yang dilewati oleh grafik. Subjek kelompok tinggi dari T1 yang telah
membentuk fungsi kuadrat yang benar cukup mengecek dengan melakukan substitusi satu
titik untuk memastikan kesesuaian dari fungsi kuadrat dengan grafik. Sedangkan subjek
yang menggunakan langkah coba-coba dalam substitusikan kedua titik untuk menentukan
kesesuaian fungsi karena fungsi yang ditebak harus memenuhi kedua titik tersebut.
Dengan demikian, aktivitas Determining Equivalence pada subjek kelompok sedang dan
kelompok rendah tidak dilakukan seiring dengan aktivitas Constructing the Target.
Berikut merupakan hasil pekerjaan subjek kelompok tinggi, sedang, dan rendah.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 9

Gambar 7. Tahap Contructing the Target pada Grafik ke Simbolik Subjek R1

2) Proses Translasi Subjek dari Tabel ke Simbolik


Pada translasi dari tabel ke simbolik, translasi dimulai dengan menganalisis
hubungan antar kolom pada tabel, di mana P(x) merupakan fungsi yang menyatakan harga
yang harus dibayar untuk membuat x kotak hadiah. Semua subjek penelitian melakukan
aktivitas Unpacking the Source dengan menganalisis hubungan antar kolom ini, dan
hanya subjek dari kelompok rendah yang belum memahami makna hubungan dari P(x)
dan x. Proses pengungkapan informasi pada translasi dari tabel ke simbolik tidak
menunjukkan banyak perbedaan pada kelompok tinggi dan sedang. Kedua kelompok
tersebut cukup memahami informasi yang terdapat pada tabel dengan baik, dan
memahami hubungan data antara kolom x dan kolom P(x). Hal ini menunjukkan subjek
R1 melakukan kesalahan interpretasi dengan salah memahami makna yang termuat dalam
representasi tabel (Adu-Gyamfi, dkk. 2012).

Gambar 8. Tahap Unpacking the Source Tabel ke Simbolik Subjek Tinggi

Gambar 9. Tahap Preliminary Coordination Tabel ke Simbolik Subjek

Gambar 10. Tahap Constructing the Target Tabel ke Simbolik Subjek

Gambar 11. Tahap Determining Equivalence Tabel ke Simbolik Subjek


10 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

Aktivitas Unpacking the Source juga ditentukan oleh performa subjek dalam
memasukkan tabel sebagai titik koordinat. Semua subjek kecuali subjek S1 dan R1
mampu memasukkan tabel sebagai titik koordinat dengan pasangan (x, P(x)). Ndlovu &
Ndlovu (2020) menyebutkan tahaapan ini sebagai “fitting” yaitu penyesuaian. Dalam
penelitian ini, pembentukan kerangka target ditunjukkan dengan pemilihan bentuk umum
fungsi kuadrat. Berikut merupakan hasil pekerjaan subjek kelompok tinggi, sedang, dan
rendah.

Gambar 12. Tahap Aktivitas Translasi Tabel ke Simbolik Subjek S1

Gambar 13. Tahap Aktivitas Translasi Tabel ke Simbolik Subjek R1

3) Proses Translasi Subjek dari Verbal ke Simbolik


Pada translasi dari verbal ke simbolik, translasi dimulai dengan membuat sketsa
berdasarkan keterangan verbal pada representasi sumber. Dengan pemahaman semua
informasi yang tersaji pada keterangan verbal yang disajikan maka semua subjek
melakukan aktivitas Unpacking the Source dengan cukup baik.

Gambar 14. Tahap Unpacking the Source Verbal ke Simbolik Subjek


Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 11

Selanjutnya subjek melakukan aktivitas Preliminary Coordination dengan


menyesuaikan sketsa grafik ke bidang koordinat. Stylianou (2011) menyebutkan aktivitas
ini sebagai “curve fitting” di mana subjek meletakkan titik yang sesuai pada grafik ke
bidang koordinat untuk kemudian disesuaikan dengan formula (fungsi). Secara umum,
subjek kelompok sedang dan rendah belum mampu mengaitkan sketsa ke bidang
koordinat dengan baik kecuali subjek S1. Subjek kelompok tinggi membuat beberapa
penempatan yang berbeda pada bidang koordinat, namun semua penempatan tersebut
benar dan dapat membentuk fungsi kuadrat yang sesuai jika dikonstruksi dengan baik.

Gambar 15. Tahap Unpacking the Source dan Preliminary Coordination Verbal ke Simbolik Subjek S1

Pada proses mengonstruksi target, hanya subjek kelompok tinggi yang


menunjukkan aktivitas Constructing the Target yang cukup baik. Aktivitas Determining
Equivalence pada transisi dari verbal ke simbolik hampir tidak dilakukan oleh subjek dari
kelompok sedang dan rendah. Berikut merupakan hasil pekerjaan subjek kelompok
tinggi, sedang, dan rendah.

Gambar 16. Tahap Aktivitas Translasi Verbal ke Simbolik Subjek R1

KESIMPULAN
Berdasarkan Bentuk umum fungsi kuadrat yang banyak digunakan oleh subjek
untuk menyatakan fungsi kuadrat dalam bentuk simbolik adalah f(x) = ax2 + bx + c.
Hanya subjek kelompok tinggi yang mampu menyebutkan alternatif representasi
simbolik lain dari fungsi kuadrat yang dapat digunakan dan menyesuaikan keterangan
yang diperlukan untuk menggunakannya seperti halnya rumus fungsi kuadrat f(x) = a(x-
xp) + yp. Sedangkan kelompok sedang dan rendah cenderung menggunakan satu
representasi saja. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada pembaca
atau penelitian selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian mengenai proses
translasi representasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah fungsi kuadrat guna
sebagai bahan ajar melalui metode scaffolding.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa translasi dari grafik ke simbolik yang
paling mudah dianalisis dan dicoba untuk dikonstruksi oleh subjek. Meskipun beberapa
12 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page

subjek menunjukkan langkah coba-coba dalam proses konstruksi, semua subjek


memahami sumber dan target dengan baik. Translasi dari tabel ke simbolik juga belum
dapat dikonstruksi dengan sempurna oleh kelompok sedang, sedangkan kelompok rendah
belum dapat memahami dengan baik terkait representasi sumber. Translasi dari verbal ke
simbolik merupakan translasi yang paling sedikit dipahami dan dikonstruksi oleh
kelompok sedang dan rendah. Meskipun semua kelompok telah membuat representasi
transisi berupa sketsa grafik, subjek kelompok sedang dan rendah tetap kesulitan
mengonstruksi target dari representasi verbal. Temuan penelitian ini juga mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Adu-Gyamfi, dkk. (2012) yang menyajikan urutan
performa translasi yang dilakukan oleh subjek.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J., Rahmawati, D., & Anwar, R. B. (2020). Proses Translasi Representasi Siswa
Dalam Menyelesaikan Permasalahan Matematika Yang Berorientasi Pada High
Order Thinking Skills. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika
Volume, 9(3), 631-640.
Aisyah, A. S. N., & Madio, S. S. (2021). Peningkatan Kemampuan Representasi
Matematis Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan
Konstekstual dan Matematika Realistik. Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika,
1(2), 363-372.
Rahmawati, D. (2017, July). Translasi representasi matematis verbal ke grafik pada
materi fungsi. In Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan
Nilai-Nilai Islami) (Vol. 1, No. 1, pp. 557-563).
Adu-Gyamfi, K., Bossé, M. J., & Chandler, K. (2015). Situating Student Errors:
Linguistic-to-Algebra Translation Errors. International Journal for Mathematics
Teaching & Learning.
Bossé, M. J., Adu-Gyamfi, K., & Chandler, K. (2014). Students’ differentiated
translation processes. International Journal for Mathematics Teaching and
Learning, 828, 1-28.
Bossé, M. J., Adu-Gyamfi, K., & Chandler, K. (2014). Students’ differentiated
translation processes. International Journal for Mathematics Teaching and
Learning, 828, 1-28.
Bossé, M. J., Adu-Gyamfi, K., & Cheetham, M. R. (2011). Assessing the difficulty of
mathematical translations: Synthesizing the literature and novel findings.
International Electronic Journal of Mathematics Education, 6(3), 113-133.
Caverly, R. H. (2019). Theory Into Practice [From the Editor's Desk]. IEEE Microwave
Magazine, 20(9), 6-10.
Cuoco, A. A., & Curcio, F. R. (2001). The roles of representation in school
mathematics. National Council of Teachers of.
Hutagaol, K. (2013). Pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan
representasi matematis siswa sekolah menengah pertama. Infinity Journal, 2(1), 85-
99.
Klieme, E. (2016). TIMSS 2015 and PISA 2015: How are they related on the country
level. Deutsches Institut für Internationale Pädagogische Forschung.
Ma’rufi, M. R., Ilyas, M., & Fabrika Pasandaran, R. Artikel: Higher order thinking
skills (HOTS) first middle school of class viii students in completing the problem
of polyhedron. In The 7th South East Asia Design Research International
Conference (SEADRIC 2019). IOP Publishing.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 13

Sitompul, N. C. (2019). Exploring the Implementation of Weblog-Based Flipped


Classroom in Teaching Civics: Is It Feasible and Effective?. International Journal
of Instruction, 12(4), 239-250.
Moscovici, S. (1988). Notes towards a description of social representations. European
journal of social psychology, 18(3), 211-250.
Muhamad, N. (2017). Pengaruh metode discovery learning untuk meningkatkan
representasi matematis dan percaya diri siswa. Jurnal Pendidikan UNIGA, 10(1),
9-22.
Nugrahani, F. (2014). dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. 信阳师范学院. 1 (1), 305.
Nurrahmawati, C. S. D., Sa'dijah, C., Sudirman, S., & Muksar, M. (2021). Assessing
students’ errors in mathematical translation: From symbolic to verbal and graphic
representations. Int J Eval & Res Educ, 10(1), 115-125.
Purnomo, H., Sa’dijah, C., Cahyowati, E. T. D., Nurhakiki, R., Anwar, L., Hidayanto,
E., & Sisworo. (2021, March). Gifted students in solving HOTS mathematical
problems. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2330, No. 1, p. 040008). AIP
Publishing LLC.
Prahastuti, S., Hidayat, M., Hasianna, S. T., Widowati, W., Amalia, A., Yusepany, D.
T., ... & Kusuma, H. S. W. (2019, November). Antioxidant potential ethanolic
extract of Glycine max (l.) Merr. Var. Detam and daidzein. In Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 1374, No. 1, p. 012020). IOP Publishing.
Sa'dijah, C., & Sa'diyah, M. Sisworo, & Anwar, L.(2021). Disposisi matematika siswa
untuk memecahkan masalah HOTS berdasarkan gaya kognitif FI dan FD. Proses
Konferensi AIP, 2215 (1), 60025.
Sa'dijah, C., Murtafiah, W., Anwar, L., Nurhakiki, R., & Cahyowati, E. T. D. (2021).
Teaching Higher-Order Thinking Skills in Mathematics Classrooms: Gender
Differences. Journal on Mathematics Education, 12(1), 159-180.
Subanji, S., & Nusantara, T. (2013). Karakterisasi kesalahan berpikir siswa dalam
mengonstruksi konsep matematika. Jurnal Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang, 19(2), 102613.
Susiswo, Sa’dijah, C., Nurjanah, M. T., & Anwar, L. (2021, March). Schematic
representation: Solving TIMSS problems in algebra content. In AIP Conference
Proceedings (Vol. 2330, No. 1, p. 040001). AIP Publishing LLC.
Syafri, F. S. (2017). Kemampuan representasi matematis dan kemampuan pembuktian
matematika. JURNAL e-DuMath, 3(1).
Widana, I. W. (2017). Modul penyusunan soal higher order thinking skill (HOTS).

Anda mungkin juga menyukai