azizah.nur.2103118@students.um.ac.id1, cholis.sadijah.fmipa@um.ac.id2,
lathiful.anwar.fmipa@um.ac.id3
Abstrak: Translasi dinilai sebagai langkah dalam mentransformasikan informasi yang termuat
dari representasi sumber ke representasi tujuan. Kemampuan siswa dalam mentranslasi
representasi sangat penting dalam pembelajaran. Proses siswa dalam melakukan translasi
matematis terdapat empat tahapan aktivitas, Unpacking the Source (membongkar suatu masalah),
Preliminary Coordination (menghubungkan suatu masalah), Constructing the Target (melakukan
kontruksi target), dan Determining Equivalence (pengecekan kembali). Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis proses aktivitas yang dilakukan siswa dalam melakukan translasi representasi
dari grafik ke simbolik, tabel ke simbolik, dan verbal ke simbolik berbasis HOTS. Penelitian ini
dilaksanakan di SMA Kabupaten Lamongan dengan tiga siswa penelitian kelas XI yang telah
belajar mengenai konsep fungsi kuadrat. Instrumen yang digunakan adalah uji soal translasi dan
pedoman wawancara. Analisis data yang diterapkan, difokuskan pada empat tahapan aktivitas
translasi yang kemudian dikelompokkan sesuai dengan (kategori tinggi, sedang, dan rendah).
Hasil penelitian menunjukkan translasi representasi verbal ke simbolik yang paling sulit
diselesaikan oleh siswa.
Abstract: Translation is considered as a step in transforming the information contained from the
source representation to the destination representation. In the process of students doing
mathematical translation there are four stages of activity, Unpacking the Source, Preliminary
Coordination, Constructing the Target, and Determining Equivalence. This study aims to analyze
the activities carried out by students in translating representations from graphic to symbolic,
table to symbolic, and verbal to symbolic based on HOTS. This research was conducted at SMA
Lamongan Regency with three research students in class XI who had learned about the concept
of quadratic functions. The instruments used were translation questions and interview guidelines.
The applied data analysis focused on four stages of translation activity which were then grouped
according to (high, medium, and low categories). The results showed that the translation of verbal
representations into symbolic ones was the most difficult for students to complete.
Keywords: Mathematical Translation, Representation, HOTS
PENDAHULUAN
Menganalisis merupakan bagian dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini
sejalan dengan adanya penjelasan Marzuki, dkk. (2021) bahwa setiap jenjang terdapat
topik matematika dalam pengembangan analisis, penalaran kritis, pemecahan masalah,
dan keterampilan dalam berkomunikasi. Strategi belajar yang dapat digunakan dalam
berbagai bentuk penilaian kelas (Ma’Rufi, dkk. 2020; Widana, 2017). Berdasarkan
informasi mengenai hasil Klieme (2016), maka masih perlunya peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia. Dengan demikian, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia khususnya dibidang kemampuan translasi representasi siswa
berpengaruh dalam penyelesaian masalah matematika. Penerapan translasi representasi
matematis itu dapat dikembangkan melalui HOTS, yaitu dengan meningkatkan cara
berpikir tingkat tinggi dan pola komunikasi siswa dalam pemecahan masalah secara
matematis. Pemecahan masalah (problem solving) tidak sekadar melalui proses mengingat
atau menghafal saja, namun juga dituntut untuk membuat suatu hubungan, melakukan
pengkategorian dan memberikan kesimpulan atas beberapa permasalahan matematika
yang telah disajikan.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terkait translasi antra representasi.
Bosse (2011) dalam penelitiannya menemukan empat aktivitas dalam melakukan
translasi dari grafik ke simbolik. Aktivitas tersebut adalah Unpacking the Source,
Preliminary Coordination, Constructing the Target, dan Determining Equivalence. Bosse
menyarankan bahwa penelitian lanjutan tentang translasi representasi matematis selain
dari grafik ke simbolik sangat diperlukan dalam melengkapi penelitiannya untuk
memeriksa lebih detail dalam proses translasi. Sebelumnya penelitian Bosse, dkk. (2011)
menyatakan bahwa translasi representasi verbal ke table, simbolik, grafik, maupun
translasi representasi table, simbolik, grafik ke verbal merupakan translasi yang paling
sulit.
Peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan melanjutkan penelitian
sebelumnya untuk memeriksa proses translasi representasi grafik ke simbolik, tabel ke
simbolik, dan verbal ke simbolik. Siswa menentukan persamaan secara simbolik untuk
memperoleh komponen pembentuk grafik. Kemudian berdasarkan persamaan maupun
pola hubungan dua variabel secara simbolik tersebut, siswa mengonstruksi ke simbolik
(Bosse, 2011). Berdasarkan pendapat Subanji & Nusantara (2013) menyatakan bahwa
dalam mengonstruksi grafik selain dilakukan dengan mengkaji rumus (persamaan) juga
dapat dilakukan dengan menghubungkan perubahan dua variabel secara langsung,
sehingga dengan menghubungkan perubahan dua variabel secara langsung, sehingga
peneliti menduga adanya proses translasi representasi grafik ke simbolik, tabel ke
simbolik, dan verbal ke simbolik secara langsung tanpa melalui perantara representasi
lain. Dalam penelitian ini fungsi kuadrat dipilih sebagai konsep materi yang nantinya akan
dipelajari, karena fungsi kuadrat dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk dan siswa
dituntut untuk dapat melakukan translasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
peneliti menetapkan fungsi kuadrat sebagai bahan untuk melakukan kajian yang lebih
mendalam berkaitan dengan kemampuan translasi matematis siswa dalam menyelesaikan
masalah berbasis HOTS.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nugrahani (2014) bahwa penelitian kualitatif merupakan metode untuk
mengeksplorasi makna yang berasal dari masalah sosial. Proses penelitian kualitatif ini
melibatkan banyak penugasan, seperti mengajukan pertanyaan dan prosedur untuk
mengumpulkan data, meringkas dan menganalisis data sekaligus menjelaskan suatu data.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksploratif, karena
peneliti berharap secara alami dapat memperoleh data yang mendalam dan rinci tentang
proses yang dialami siswa saat melakukan translasi representasi konsep fungsi kuadrat.
4 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page
Peneliti juga melengkapi informasi dengan mempelajari proses yang dilalui siswa dalam
melakukan translasi matematika. Melalui metode kualitatif, semua fakta lisan dan tertulis
yang diperoleh dari sumber yang diamati dan dokumen terkait lainnya dideskripsikan
sebagaimana adanya, kemudian diulas dan disajikan sesingkat mungkin untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2022 sampai 19 November 2022
dengan subjek siswa kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 4 di SMA Kabupaten Lamongan.
Pada saat perizinan, peneliti diberikan kesempatan untuk melakukan observasi secara
offline pada tanggal 19 September yang direkomendasikan oleh guru pendamping
peneliti. Masing-masing kelas didapati sebanyak 30-35 nama anak setiap kelasnya. Hal
ini didasarkan dari rekomendasi guru pendamping peneliti. Observasi ini dimaksud untuk
mempertimbangkan kemampuan komunikasi siswa. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
peneliti menetapkan subjek penelitian adalah siswa T1 dari kelompok tinggi, subjek S1
dari kelompok sedang, dan subjek R1 dari kelompok rendah.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mempersiapkan instrumen uji tes soal
berbasis HOTS berkaitan dengan translasi representasi yang diadaptasi dari penelitian
Bosse, dkk. (2014) yaitu dengan menganalisis proses translasi dilalui melalui 4 tahapan,
Unpacking the Source, Preliminary Coordination, Constructing the Target dan
Determining Equivalence. Soal dalam lembar tersebut terdiri atas 3 buah soal yaitu:
translasi dari grafik ke simbolik, tabel ke simbolik, dan verbal ke simbolik. Selain uji tes
soal, instrument pelengkap yang digunakan peneliti adalah wawancara yang bersifat semi
terstruktur guna tidak memberikan Batasan terhadap hasil dari jawaban subjek. Soal dan
wawancara yang disajikan telah dikaji oleh ahli dari dosen Matematika UM. Setelah
proses penyusunan dan revisi, hasil validasi instrumen uji proses translasi representasi
oleh validator dinyatakan instrumen valid dan dapat digunakan untuk penelitian.
Pada tahap hasil uji proses translasi siswa, data yang diperoleh merupakan data
kualitatif dari hasil uji proses translasi setiap subjek. Jawaban subjek dianalisis
menggunakan kerangka aktivitas tahapan translasi yang telah disusun peneliti dengan
baik. Sedangkan pada tahap hasil wawancara dengan siswa, Data yang diperoleh adalah
kualitatif yang bersumber dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa atas
beberapa uji tes soal yang diberikan. Data ini digunakan untuk mendukung informasi
tentang proses translasi yang dilakukan oleh siswa. Objek penelitian berjumlah 3 siswa
yang berdasarkan pengelompokan proses translasi siswa, sehingga terbagi dalam 3
kategori, yaitu 1 siswa kelompok rendah, 1 siswa kelompok sedang dan 1 siswa kelompok
tinggi. Jika siswa dapat dengan benar mengubah informasi dalam representasi sumber
menjadi representasi target, yaitu melalui proses translasi siswa dengan benar. Proses
translasi dilalui melalui 4 tahapan, yaitu Unpacking the Source, Preliminary
Coordination, Constructing the Target dan Determining Equivalence. (Bosse, dkk. 2014)
Indikator uji tes soal berbasis HOTS yang digunakan peneliti adalah, pada soal
translasi representasi dari grafik ke simbolik, tabel ke simbolik, dan verbal ke simbolik
yaitu siswa mampu melengkapi 4 tahapan aktivitas translasi yang telah diadaptasi dari
penelitian Bosse, dkk (2014). Berikut (Tabel 1.) merupakan penjelasan indikator dalam
pemilihan subjek penelitian ini dan (Tabel 2.) merupakan uji soal translasi representasi
pada subjek.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 5
Analisis dan jelaskan nilai fungsi kuadrat yang menyatakan hubungan antarabanyak
kotak hadiah (x) dan biaya yang diperlukan untuk membuatnya P(x)!
Soal 3
Sebuah jembatan dengan permukaan jalan yang rata memiliki tiang kembar yang
berdiri tegak setinggi 75 meter di atas permukaan jalan dan terpisah sejauh 400 meter.
Untuk menambah keamanan dan memperindah jembatan, dipasang kawat pembatas
yang menggantung dari ujung atas tiang ke ujung atas tiang lainnya sehingga
membentuk parabola. Kawat pembatas menyentuh permukaan jalan tepat di tengah
jembatan. Bagaimana cara menyimpulkan fungsi kuadrat yang dapat
mengilustrasikan kawat pembatas jembatan tersebut!
Selain pengungkapan informasi yang disajikan oleh grafik, aktivitas Unpacking the
Source juga ditentukan oleh terbentuknya ide yang digunakan untuk membentuk
kerangka target. Aktivitas ini ditunjukkan dengan analisis subjek mengenai cukup atau
tidaknya informasi yang telah diidentifikasi sejauh ini. Dengan mengenali pemahaman
informasi, subjek sudah dapat menentukan ide yang akan digunakan untuk membentuk
suatu fungsi kuadrat. Berdasarkan hasil wawancara, hampir semua subjek menyatakan
bahwa semua informasi yang telah dipahami dan cukup untuk membentuk suatu fungsi
kuadrat. Hal ini bertentangan dengan hasil pengerjaan yang ditunjukkan oleh subjek
kelompok sedang dan rendah saat Constructing the Target. Pada saat proses konstruksi
terhenti, subjek tidak dapat menganalisis bahwa penyebab tidak berlanjutnya proses
tersebut adalah kurang informasi yang diidentifikasi kecuali subjek kelompok rendah.
Subjek kelompok sedang kemudian langsung beralih menggunakan teknik coba-coba dari
hasil pemahaman yang diperolehnya melalui informasi yang didapat.
dasar berdasarkan informasi yang dimiliki. Hal ini dikarenakan subjek kelompok tinggi
mampu mengaitkan informasi yang dimiliki dengan konsep yang dipahami sebelumnya.
Meskipun tidak melalui langkah subtitusi yang lebih mudah. Subjek T1 juga
menggunakan alternatif langkah yang baik dengan menggeser grafik untuk
mempermudah pengerjaan.
Aktivitas Unpacking the Source juga ditentukan oleh performa subjek dalam
memasukkan tabel sebagai titik koordinat. Semua subjek kecuali subjek S1 dan R1
mampu memasukkan tabel sebagai titik koordinat dengan pasangan (x, P(x)). Ndlovu &
Ndlovu (2020) menyebutkan tahaapan ini sebagai “fitting” yaitu penyesuaian. Dalam
penelitian ini, pembentukan kerangka target ditunjukkan dengan pemilihan bentuk umum
fungsi kuadrat. Berikut merupakan hasil pekerjaan subjek kelompok tinggi, sedang, dan
rendah.
Gambar 15. Tahap Unpacking the Source dan Preliminary Coordination Verbal ke Simbolik Subjek S1
KESIMPULAN
Berdasarkan Bentuk umum fungsi kuadrat yang banyak digunakan oleh subjek
untuk menyatakan fungsi kuadrat dalam bentuk simbolik adalah f(x) = ax2 + bx + c.
Hanya subjek kelompok tinggi yang mampu menyebutkan alternatif representasi
simbolik lain dari fungsi kuadrat yang dapat digunakan dan menyesuaikan keterangan
yang diperlukan untuk menggunakannya seperti halnya rumus fungsi kuadrat f(x) = a(x-
xp) + yp. Sedangkan kelompok sedang dan rendah cenderung menggunakan satu
representasi saja. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada pembaca
atau penelitian selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian mengenai proses
translasi representasi matematis siswa dalam menyelesaikan masalah fungsi kuadrat guna
sebagai bahan ajar melalui metode scaffolding.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa translasi dari grafik ke simbolik yang
paling mudah dianalisis dan dicoba untuk dikonstruksi oleh subjek. Meskipun beberapa
12 Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J., Rahmawati, D., & Anwar, R. B. (2020). Proses Translasi Representasi Siswa
Dalam Menyelesaikan Permasalahan Matematika Yang Berorientasi Pada High
Order Thinking Skills. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika
Volume, 9(3), 631-640.
Aisyah, A. S. N., & Madio, S. S. (2021). Peningkatan Kemampuan Representasi
Matematis Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah Melalui Pendekatan
Konstekstual dan Matematika Realistik. Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika,
1(2), 363-372.
Rahmawati, D. (2017, July). Translasi representasi matematis verbal ke grafik pada
materi fungsi. In Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika Dan
Nilai-Nilai Islami) (Vol. 1, No. 1, pp. 557-563).
Adu-Gyamfi, K., Bossé, M. J., & Chandler, K. (2015). Situating Student Errors:
Linguistic-to-Algebra Translation Errors. International Journal for Mathematics
Teaching & Learning.
Bossé, M. J., Adu-Gyamfi, K., & Chandler, K. (2014). Students’ differentiated
translation processes. International Journal for Mathematics Teaching and
Learning, 828, 1-28.
Bossé, M. J., Adu-Gyamfi, K., & Chandler, K. (2014). Students’ differentiated
translation processes. International Journal for Mathematics Teaching and
Learning, 828, 1-28.
Bossé, M. J., Adu-Gyamfi, K., & Cheetham, M. R. (2011). Assessing the difficulty of
mathematical translations: Synthesizing the literature and novel findings.
International Electronic Journal of Mathematics Education, 6(3), 113-133.
Caverly, R. H. (2019). Theory Into Practice [From the Editor's Desk]. IEEE Microwave
Magazine, 20(9), 6-10.
Cuoco, A. A., & Curcio, F. R. (2001). The roles of representation in school
mathematics. National Council of Teachers of.
Hutagaol, K. (2013). Pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan
representasi matematis siswa sekolah menengah pertama. Infinity Journal, 2(1), 85-
99.
Klieme, E. (2016). TIMSS 2015 and PISA 2015: How are they related on the country
level. Deutsches Institut für Internationale Pädagogische Forschung.
Ma’rufi, M. R., Ilyas, M., & Fabrika Pasandaran, R. Artikel: Higher order thinking
skills (HOTS) first middle school of class viii students in completing the problem
of polyhedron. In The 7th South East Asia Design Research International
Conference (SEADRIC 2019). IOP Publishing.
Jurnal Pendidikan MIPA, Volume (Issue), Year, Page-Page 13