Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENJAS

“LEMPAR LEMBING”

DISUSUN OLEH:

Senia Gustiana(Xll IPA)

Guru Mata Pelajaran :

Taufik Abdul Zabbar, S.Pd

MADRASAH ALIYAH MADANI CIHAMPELAS


KABUPATEN BANDUNG BARAT
Cihampelas – 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Lempar Lembing”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Cihampelas, 06 Maret

Senia Gustiana
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lempar Lembing ............................................................................... 3
2.2 Pengertian Lempar Lembing .......................................................................... 4
2.3 peraturan Lempar Lembing............................................................................. 5
2.3.1 ketentuan umum ......... ................................................................................. 6
2.3.2 persyaratan Teknik lemparan yang sah......................................................... 8
2.4 Teknik Lempar Lembing 8................................................................................ 8
2.4.1 Cara memegang Lembing.............................................................................. 9
2.4.2 Cara membawa Lembing............................................................................... 9
2.4.3 Cara Awalan Lempar Lembing ..................................................................... 10
2.4.4 Cara melempar dan melepaskan Lembing..................................................... 10
2.5 Sarana dan prasana lempar lembing................................................................ 10
2.5.1 Lembing ........................................................................................................ 11
2.5.2 Lapangan Lempar Lembing.......................................................................... 11
2.6 Informasi lain tentang lempar lembing..............................................................11
2.6.1 Hal-Hal yang harus diperhatikan dalam bermain lempar lembing................ 11
2.6.2 perbedaan lempar lembing dengan tolak peluru dan lempar cakra................ 12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lempar lembing merupakan salah satu cabang olahraga atletik yang membutuhkan kecekatan
dan kekuatan dalam melempar. Media yang digunakan dalam lempar lembing ialah lembing, yakni
sejenis tombak yang ringan dan kecil. Pada awal mulanya, lempar lembing identik dengan aktivitas
berburu nenek moyang manusia, dimana lempar lembing diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada
zaman tersebut. Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki
masa bercocok tanam dan beternak yang ditandai dengan mulai munculnya perkampungan atau
perkotaan.
Seiring berubahnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Aktivitas fisik seperti
melempar lembing sudah tidak lagi digunakan untuk berburu dan dialihkan menjadi suatu olahraga
yang dipertandingkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan prestasi. Sebagian ahli meyakini
lempar lembing telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik, yang pada kala itu termasuk dalam
olahraga yang populer.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas adalah
sebagai berikut :
1. Sejarah lempar lembing
2. Pengertian lempar lembing
3. Peraturan dalam permainan lempar lembing
4. Teknik-teknik dalam permainan lempar lembing
5. Media dalam permainan lempar lembing
6. Informasi lain seputar lempar lembing

1.3. Tujuan
Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah lempar lembing
2. Mengetahui pengertian lempar lembing
3. Mengetahui peraturan dalam permainan lempar lembing
4. Mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam permainan lempar lembing
5. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan lempar lembing
6. Mengetahui informasi lain seputar lempar lembing
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Lempar Lembing
Lempar Lembing bermula dari aktivitas berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga
atletik lainnya, lempar lembing diadopsi dari kebiasaan para kaum laki-laki pada zaman tersebut.
Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki masa bercocok
tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang kental dengan aktivitas berburu. Manusia
mulai menetap dengan membangun perkampungan atau perkotaan.
Seiring berkembangnnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Salah satunya adalah
aktivitas fisik seperti melempar lembing yang sudah tidak digunakan lagi sebagai aktivitas berburu.
Lempar lembing berubah menjadi suatu olahraga yang dipertandingkan dari yang sebelumnya untuk
memperoleh makanan (dengan cara berburu) menjadi pemenuhan akan hiburan dan prestasi.
Hingga sekarang belum dapat ditemukan catatan sejarah yang otentik mengenai lempar
lembing, namun sebagian ahli meyakini lempar lembing telah berkembang sejak zaman Yunani klasik,
yang pada kala itu termasuk salah satu olahraga yang tergolong populer, tak kalah dengan olahraga
jenis atletik lainnya, seperti lari, lompat, dan lempar cakram. Olahraga lainnya yang bernuansa militer
pun juga sama populernya, seperti gulat, tinju, memanah, dan balap kereta. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kebudayaan militer Yunani juga turut berpengaruh pada perkembangan olahraga bangsa
Yunani.
Peradaban Yunani klasik merupakan tempat lahirnya olahraga atletik saat ini, dimana
pertandingan olimpiade pada zaman modern meniru olimpiade yang pertama kali digagas oleh bangsa
Yunani, termasuk masa dilangsungkannya, yakni tiap empat tahun sekali. Olimpiade pada masa
Yunani klasik merupakan perayaan akbar bangsa Yunani yang tak hanya berisikan pertandingan
olahraga, tetapi juga menjadi tempat diselenggarakannya berbagai acara seni dan budaya. Acara
tersebut merupakan ekspresi masyarakat Yunani untuk bersyukur dan menyembah para dewa
kepercayaannya. Nama olimpiade sendiri diambil dari Gunung Olympus, tempat hidupnya para dewa
mereka, sehingga olimpiade memiliki nilai sakral. Karena hal tersebut, perayaan berlangsung damai
sehingga para atlet yang bertanding dapat berkompetisi dalam suasana saling menghargai.
Selain dalam peradaban Yunani klasik, lempar lembing juga tercatat dilakukan di beberapa
peradaban klasik lainnya, seperti peradaban Cina dan Mesir klasik, namun tidak sepopuler seperti di
Yunani. Olahraga yang populer dalam peradaban Cina klasik adalah senam atau akrobat; sedangkan
dalam peradaban Mesir klasik adalah renang dan memancing karena sungai Nil adalah pusat
peradaban bangsa Mesir, sehingga menjadikan kedua olahraga tersebut lebih sering dilakukan oleh
mereka, termasuk untuk dipertandingkan.
Berdasarkan hal-hal sebelumnya, cukup tepat jika banyak ahli lebih memilih peradaban Yunani
klasik sebagai awal mulanya olahraga lempar lembing, mengingat ciri geografis daerahnya dan tradisi
masyarakat pada peradaban tersebut, misalnya aktivitas berburu leluhur manusia pada zaman purba.

2.2. Pengertian Lempar Lembing


Secara harfiah, lempar lembing berasal dari dua kata, yakni lempar dan lembing. Lempar
berarti usaha membuang sejauh mungkin dan lembing artinya tongkat berujung runcing, maka jika
digabungkan lempar lembing berarti membuang tongkat berujung runcing sejauh mungkin. Lempar
lembing adalah olahraga atletik berjenis lintasan dan lapangan. Pada olahraga ini, atlet lempar
lembing harus berlari pada lintasan untuk ancang-ancang, lalu atlet melemparkan lembing pada
wilayah atau lapangan yang ukurannya sudah ditentukan. Ketentuan lintasan lempar lembing diatur
oleh Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF).
Olahraga lempar lembing membutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih
mengutamakan kekuatan. Oleh karena itu, lempar lembing memiliki hubungan yang cukup erat
dengan olahraga sprint. Lempar lembing dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Lempar
lembing juga merupakan salah satu bentuk olahraga dari banyak bentuk kompetisi yang
dipertandingkan di berbagai peradaban kuno yang melibatkan aktivitas melempar. Lempar lembing
juga termasuk salah satu bagian yang membentuk olimpiade kuno, termasuk olimpiade modern pada
tahun 1896. Lempar lembing juga termasuk dalam bagian dari acara dua tahunan Atletik Dunia
kejuaraan atletik dimana berbagai daerah bertemu untuk berkompetisi dan juga bagian dari National
Collegiate Athletic Association (NCAA) tahunan kejuaraan trek dan lapangan.

2.3. Peraturan Lempar Lembing


2.3.1 Ketentuan Umum
Ketentuan umum mengenai olahraga lembing adalah sebagai berikut.
1. Lembing harus dipegang pada tempat pegangan yang sudah ditentukan.
2. Lemparan sah bila lembing menancap atau menggores tanah.
3. Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar, lembing menyentuh tanah di depan lengkung
lemparan.

2.3.2 Persyaratan Lemparan yang Sah


Lemparan yang terhitung sah dalam olahraga lempar lembing ialah lemparan yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
1. Lembing harus dipegang pada bagian pegangannya, dan harus dilempar lewat atas bahu atau
bagian teratas dari lengan si pelempar, serta harus tidak dilempar secara membandul.
2. Lemparan dianggap tidak sah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian
lembing lainnya.
3. Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis atau jalur
paralel.
4. Lemparan dianggap tidak sah apabila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau
anggota badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang siku-siku terhadap garis
paralel, atau menyentuh tanah di depan garis lempar dan garis-garis itu semua.
5. Sesudah membuat gerakan awalan lempar hingga lembingnya dilepaskan dan mengudara,
pelempar tidak diperbolehkan memutar tubuhnya penuh sehingga punggungnya membelakangi sektor
lemparan.
6. Pelempar tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang dilemparkan jatuh ke
tanah.
7. Penilaian dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar, serta bendera merah untuk menandakan bahwa
lemparan yang dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari tanda yang terdekat dengan kepala
lembing sampai ke bagian dalam ujung lingkaran, lalu mengukur antara tanda tersebut. Cara
memegang lembing dan pendaratan atau jatuhnya lembing juga turut mempengaruhi penilaian.

2.4. Teknik Lempar Lembing


Tujuan utama dari lempar lembing ialah melempar lembing sejauh mungkin dimana teknik
yang digunakan dipertimbangkan berbagai faktor fisik (aerodinamis), termasuk efek angin, sudut
dimana objek dilepaskan, ketinggian dimana objek dilepaskan, dan kecepatan objek pada saat dilepas.
Dalam olahraga lempar lembing terdapat beberapa teknik yang harus diperhatikan, diantaranya
mengenai cara memegang lembing, cara membawa lembing, gaya melempar, dan sikap ketika
melempar lembing.

2.4.1 Cara Memegang Lembing


Untuk memegang lembing, terdapat ketentuan khusus yang perlu diperhatikan. Cara
memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Jika
ditinjau dari struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai tempat pegangan
yang dianjurkan, karena terdapat titik berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk
memegang lembing. Cara memegang lembing dapat dibagi mejadi tiga macam sebagai berikut.
1. Cara Finlandia
Pertama, lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir
menuju ke arah badan. Kemudian, jari tengah memegang tepian atau pangkal ujung dari tali bagian
belakang, dilingkarkan, serta dibantu dengan ibu jari yang diletakkan pada tepi belakang dari
pegangan dan pada badan lembing. Jari telunjuk harus lemas ke belakang membantu menahan badan
lembing, sedangkan jari-jari yang lainnya turut memegang lilitan pegangan di atasnya dalam keadaan
lemas. Dengan cara Finlandia, jari tengah dan ibu jarilah yang memegang peranan penting untuk
mendorong tali pegangan pada saat melempar, namun cara ini sudah jarang dipakai karena dianggap
tidak menguntungkan.
2. Cara Amerika
Pertama, lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir
menuju ke arah badan. Kemudian, jari telunjuk memegang tepian atau pangkal dari ujung tali bagian
belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada
badan lembing, serta dalam keadaan lurus. Sedangkan ketiga jari lainnya, berimpit dan renggang
dengan jari telunjuk turut membantu dan menutupi lilitan tali lembing. Dengan cara Amerika, jari
telunjuk dan ibu jari memegang peranan mendorong tali pegangan lembing pada saat melempar.
3. Cara Menjepit
Caranya dengan menjepitkan lembing di antara dua jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan jari jari
lainnya memegang biasa.

2.4.2 Cara Membawa Lembing


Sebenarnya, cara apapun dapat dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak mengganggu
kecepatan berlari. Cara yang sering dilakukan adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu
dengan posisi mata lembing serong ke atas atau bawah agar otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa
rileks. Cara lainnya adalah membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan lurus
ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya, namun
akan sedikit mendapat hambatan untuk mendapatkan kecepatan awalan yang optimal. Ada juga yang
membawa lembing di bawah dengan lengan kanan lurus ke bawah, mata lembing menuju serong ke
atas, dan ekornya menuju serong ke bawah hampir mendekati tanah.

2.4.3 Cara Awalan Lempar Lembing


Awalan adalah gerakan permulaan dalam olahraga lempar lembing. Awalan dilakukan dengan
cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna
membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan. Pada awalan lari, pelempar berlari
sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan
telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian
terakhir awalan adalah langkah silang dengan beberapa cara, diantaranya dengan jingkat, langkah
silang di depan, atau langkah silang di belakang. Langkah silang, saat kaki kiri diturunkan,
dilakukan dengan kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau
diluruskan ke arah belakang agar titik pusat gravitasi turun. Perputaran bahu dan pelurusan lengan
yang membawa lembing ke arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga
melewati atas kaki kiri agar menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran
kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bawah serta meninggalkan
lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua mata selalu lurus kedepan.
Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk di akhir langkah silang, tumit
kanan diangkat saat lutut bergerak maju, dan kedua tungkai dibuka dengan cara melangkahkan kaki
kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke
samping dan lembing wajib dipegang dengan baik di belakang dengan tangan yang membawa
lembing tetap berada setinggi bahu. Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan
menghadap atas agar ekor lembing tidak menyentuh tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat
menyilang dada.
Ketika kaki kiri diturunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan
dimulai yang ditandai dengan sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut yang dilanjutkan dengan
pelurusan tungkai. Lalu bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas, dan lembing diluruskan
di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah, kemudian memutar kaki kanan ke dalam dan
meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi membusur
dari badan dan meregang kuat bagian otot depan.

2.4.4 Cara Melempar dan Melepaskan Lembing


Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa ke belakang dengan
tangan lurus diputar ke dalam, badan direbahkan ke belakang dengan lutut kaki kanan, lalu
membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya k eatas kepala, pinggul didorong ke depan
dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala ke depan sehingga tangan lurus dan dibantu
dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan ke depan, kemudian lembing
dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing.
Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, dimana
bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula, bahu melempar secara aktif dibawa ke
depan dan lengan pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas. Pelepasan lembing terjadi di
atas kaki kiri dan pada sudut lemparan kira-kira 45º dengan suatu gerakan seperti ketapel dari lengan
bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis
lurus dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala
dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk selama pelepasan
lembing
Saat melepas lembing, diperlukan keseimbangan badan agar tubuh tidak terbawa ke depan
yang dapat mengakibatkan diskualifikasi. Tubuh berpusat pada satu kaki tumpuan. Setelah kaki kanan
ditolakkan ke atas dan ke depan, kaki diangkat ke belakang dengan lemas, lalu badan agak miring dan
condong ke depan kaki kiri dan ke belakang dengan lemas. Kemudian, tangan kanan dengan siku agak
dibengkokkan berada di bawah dekat ke perut dan tangan kiri lemas ke belakang sehingga pandangan
ke arah lembing sampai jatuh.

2.5. Sarana dan Prasarana Lempar Lembing


2.5.1 Lembing
Lembing adalah sejenis tombak yang ringan dan kecil dengan ukuran panjang 2,6 – 2,7 m
untuk putra dan 2,2 -2,3 m untuk putri. Berat lembing yang digunakan 800 gram untuk putra dan 600
gram untuk putri. Lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda, yakni kepala (mata lembing) yang
terbuat dari logam ringan dan berbentuk runcing, batang (badan lembing) yang terbuat dari serat
karbon atau komposit lain bahan sintetis, dan tali pegangan sepanjang 20 cm yang melilit badan
lembing di titik pusat gravitasi dan tidak melibihi garis tengah badan lembing. Lilitan tali pegangan
lembing harus sama tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.
2.5.2 Lapangan Lempar Lembing
Ukuran Lapangan Lempar lembing telah ditentukan secara internasional menurut standar IAAF
(Federasi Atletik Amatir Internasional) atau PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Ketentuan
lapangan lembing adalah sebagai berikut.
1. Lintasan awal dibatasi oleh garis 5 cm dan terpisah 4 meter. Panjang lintasan minimal 30 m dan
maksimal 36,5 m.
2. Lengkung lemparan dengan lebar 7 cm dan panjang 75 cm dibuat dari kayu atau logam dan dicat
berwarna putih. Lengkungan ini datar dengan tanah dan merupakan busur dari lingkaran yang berjari-
jari 8 meter. Lengkungan ini diperpanjang ke arah kanan dan kiri dengan dibuat siku-siku atau tegak
lurus dengan garis paralel 4 m dan dicat putih.
3. Sudut lemparan dengan sudut 29º hingga 30º dibentuk dari dua garis yang dibuat dari titik pusat
lengkung-lemparan memotong kedua ujung lengkung lemparan, dengan tebal garis sektor 5 cm.

2.6. Informasi Lain tentang Lempar Lembing


2.6.1 Hal-Hal yang Patut Diperhatikan dalam Bermain Lempar Lembing
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan harus dihindari saat sedang bermain olahraga
lempar lembing guna mempermudah permainan atau menghindari terdiskualifikasi. Hal-hal yang
patut dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Memegang lembing sepanjang jalur lengan.
2. Melebarkan langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan.
3. Berlari lurus selama melakukan awalan.
4. Membawa berat badan melewati tungkai belakang.
5. Meluruskan lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap ke atas.
6. Melangkahkan tungkai kiri jauh ke depan.
7. Membusungkan badan ketika dalam posisi lempar dan membawa sikut ke atas sewaktu melakukan
lemparan.

Sedangkan hal-hal yang harus dihindari adalah sebagai berikut.


1. Memegang lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
2. Meloncat ke atas pada langkah terakhir
3. Melakukan dua kali atau lebih langkah silang
4. Membawa kedua bahu menghadap ke depan
5. Pinggul ditekuk sehingga badan membungkuk ke depan
6. Membengkokkan lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
7. Penempatan kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
8. Melempar berputar melalui samping kanan badan

2.6.2 Perbedaan Lempar Lembing dengan Tolak Peluru dan Lempar Cakram
Tolak peluru, lempar cakram, dan lempar lembing termasuk dalam cabang olahraga atletik.
Perbedaan dari ketiga cabang olahraga tersebut terlihat jelas pada media yang digunakan dalam
permainan, dimana tolak peluru menggunakan bola besi yang berat (peluru), lempar cakram
menggunakan cakram, sedangkan lempar lembing menggunakan tombang yang ringan dan kecil
(lembing). Selain itu, pada olahraga lempar lembing, gaya yang digunakan saat melempar lembing
sudah ditentukan sehingga pemain tidak boleh menggunakan gaya lain. Dalam olahraga lempar
lembing dibutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih mengutamakan kekuatan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lempar lembing merupakan olahraga
melempar tongkat berujung runcing sejauh mungkin yang melibatkan tubuh bagian atas dan bawah,
mulai dari otot, sendi, hingga sumbu dan bidang. Koordinasi dari bagian-bagian tubuh tersebut
menghasilkan gerakan lempar lembing yang baik. Dalam olahraga lempar lembing, juga diperlukan
penguasaan beragam teknik-teknik guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai harapan
(lemparan yang baik), serta terdapat beberapa peraturan yang harus dipatuhi dan hal-hal yang patut
diperhatikan atau dihindari agar tidak terdiskualifikasi.

3.2. Saran
Olahraga lempar lembing harus diperkenalkan kepada anak didik untuk menghasilkan bibit-
bibit atlet berpotensi. Saat ini, pengenalan akan olahraga lempar lembing kepada peserta didik di
sekolah masih minim dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Oleh karena itu, pemerintah dan
pihak sekolah perlu menambah fasilitas lapangan yang memadai agar peserta didik dapat mengenal
sekaligus berlatih olahraga lempar lembing. Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam
olahraga lempar lembing yang dapat mengangkat nama baik bangsa Indonesia dan membuat olahraga
lempar lembing terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2011). Tolak Peluru, Lempar cakram ,dan Lempar Lembing.
Dari http://yukitamari.blogspot.co.id/2011/12/tolak-pelurulempar-cakramdan-lempar.html, 28 Juli
2017
Musran (2013). Pengertian dan Teknik Lempar Lembing. Dari
http://musranaceh.blogspot.co.id/2013/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html, 27 Juli
2017
Nur, Siti (2016). Ukuran Lapangan Lempar Lembing Standar Internasional.
Dari https://aturanpermainan.blogspot.co.id/2016/04/ukuran-lapangan-lempar-lembing-standar-
internasional.html, 28 Juli 2017
Padoe, Bayu (2013). Pengertian dan Teknik Lempar Lembing.
Dari http://coretankuliahku.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-dan-teknik-lempar-lembing.html,
28 Juli 2017
Raika, Tika (2012). Contoh Makalah Olahraga : Lempar Lembing Olah Raga Atletik.
Dari http://inforingankita.blogspot.co.id/2012/03/makalah-lempar-lembing-olah-raga.html, 27
Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai