TOLAK PELURU
Disusun oleh:
2019
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul “keadilan negara”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………
KESIMPULAN………………………………………………………………………………………..
SARAN………………………………………………………………………………………………. .
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….
3
BAB I
PEMBUKA
A. Latar Belakang
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang dilakukan
dengan cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh mungkin
dari titik lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu.
Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram, lempar lembing, dan lempar
martil, tolak peluru dapat dilakukan di lapangan indoor maupun outdoor. Hal ini disebabkan
tolak peluru tidak membutuhkan area pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.
Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong olahraga berat yang tidak dapat dilakukan
sembarangan. Ada dua faktor yang menentukan dalam olahraga tolak peluru, yaitu postur tubuh
atlet dan penguasaan tekniknya.
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu olahraga tolak peluru
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Atletik
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang dilakukan dengan
cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh mungkin dari titik
lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu.
Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram, lempar lembing, dan
lempar martil, tolak peluru dapat dilakukan di lapangan indoor maupun outdoor. Hal ini disebabkan
tolak peluru tidak membutuhkan area pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.
Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong olahraga berat yang tidak dapat
dilakukan sembarangan. Ada dua faktor yang menentukan dalam olahraga tolak peluru, yaitu postur
tubuh atlet dan penguasaan tekniknya.
Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar pula sehingga
cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan, para atlet juara dunia rata-rata memiliki
postur tubuh besar dan energi yang kuat untuk melakukan tolakan.
Meski demikian, ada juga atlet tolak peluru yang bertubuh sedang, bahkan kecil, tetapi
mampu melakukan tolakan dengan cukup jauh. Hal ini dimungkinkan jika atlet tersebut mampu
menguasai teknik-teknik dasar dengan baik dan memilih gaya tolak peluru yang paling tepat.
Tolak peluru (the shot put) telah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu, yaitu sejak masa
Kerajaan Yunani kuno, tetapi dengan tata cara dan peraturan yang berbeda. Menurut Homer, pada
zaman dahulu, tolak peluru dikenal dengan nama lempar beban atau weight throwing.
Sayangnya, tidak ditemukan catatan sejarah yang menjelaskan bentuk dan bahan yang
digunakan sebagai peluru pada waktu itu. Yang pasti, tolak peluru menjadi salah satu bentuk latihan
perang yang dilakukan para prajurit dari Troya dan kemudian dipertandingkan antar-prajurit.
Catatan sejarah tentang olahraga tolak peluru yang berhasil ditemukan adalah tentang
diadakannya kompetisi di Skotlandia pada abad pertama. Kemudian, pada abad ke-16, Raja Henry VII
dari Inggris menyelenggarakan pertandingan yang sama, yaitu lempar palu dan lempar beban.
Saat itu, kompetisi di kalangan masyarakat Inggris diadakan sebagai cara untuk menguji
kekuatan para pria. Peluru yang digunakan ketika itu masih terbuat dari batu, bukan logam seperti
sekarang.
Pertandingan pertama yang menggunakan alat seperti tolak peluru masa kini adalah kompetisi
yang diadakan pada era pertengahan. Pertandingan tersebut diselenggarakan oleh kalangan militer dan
diikuti para prajurit perang. Mereka berlomba melempar bola besi sejauh-jauhnya.
Ide tersebut berawal dari kebiasaan para tentara perang yang sering mengadakan lomba
melempar cannon balls sejauh mungkin. Saat itu, meriam besi dan cannon balls (peluru meriam)
merupakan salah satu senjata yang paling mematikan.
5
Pertandingan tolak peluru yang berhasil didokumentasikan pertama kali adalah kompetisi
yang diadakan pada tahun 1866 di Skotlandia. Namun, kejuaraan yang diadakan pada tahun 1866 itu
masih bersifat amatir dan menjadi salah satu dari The British Amateur Championships.
Sejak saat itu, tolak peluru makin digemari di negara-negara di daratan Eropa. Tiga puluh
tahun kemudian, barulah tolak peluru diperlombakan secara resmi di Olimipade Athena, Yunani.
Salah satu catatan penting dari sejarah tolak peluru terjadi pada tahun 1950, yaitu ketika Parry
O’Brien memperkenalkan teknik lemparan tolak peluru. Pada metode O’Brien, pelempar memulai
tolakan dengan menghadap bagian belakang ring.
Karena merupakan cabang olahraga atletik, induk organisasi tolak peluru menjadi satu dengan
induk olahraga atletik. International Amateur Athletic Federation (IAAF) adalah wadah olahraga
atletik (termasuk tolak peluru) seluruh dunia.
Indonesia mengenal olahraga tolak peluru melalui pemerintah kolonial Belanda yang
memasukkannya dalam kurikulum pelajaran di sekolah-sekolah milik Belanda. Namun, tolak peluru
hanya dimainkan oleh para siswa bagsawan Belanda sehingga kaum pribumi tidak terlalu mengenal
olahraga ini.
Seiring waktu, tolak peluru kemudian juga menjadi bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah
pribumi sehingga semakin dikenal di kalangan orang Indonesia. Karena belum memiliki wadah
sendiri, tolak peluru berada di bawah organisasi NIAU yang bertanggung jawab mengadakan
kejuaraan atletik.
Kepopuleran tola peluru kemudian melahirkan berbagai perkumpulan olahraga tolak peluru di
Jawa dan Sumatra. Sumatera Atletik Bond (SAB) di Medan menyelenggarakan kompetisi atletik yang
diikuti MULO, HBS, dan sekolah lainnya. Salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan adalah
tolak peluru.
Meski keberadaan tolak peluru (dan cabang olahraga atletik lainnya) sudah dikenal sejak
masa penjajahan Belanda, Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) baru terbentuk pada tanggal 3
September 1990. Dengan adanya PASI, olahraga atletik, termasuk tolak peluru, makin berkembang.
Kegiatan pertama yang dilaksanakan PASI adalah pemilihan duta-duta atletik yang akan
mewakili Indonesia di ajang SEA Games. Selanjutnya, Indonesia juga rutin mengirimkan delegasi
untuk mengikuti kejuaraan regional dan internasional serta terus melakukan pembinaan atlet tolak
peluru.
6
Teknik dasar tolak peluru sangat penting dikuasai para atlet tidak hanya agar bisa
menghasilkan lemparan yang jauh, tetapi juga untuk keselamatan atlet sendiri. Perlu diingat
bahwa kesalahan saat memegang dan melempar peluru besi yang berat dapat mengakibatkan
cedera serius.
Ada tiga teknik dasar tolak peluru yang harus Anda kuasai sebelum melakukan olahraga
yang satu ini, yaitu teknik memegang peluru, teknik meletakkan peluru di leher, dan teknik
melakukan tolakan. Penjelasan masing-masing teknik tersebut dapat Anda simak di bawah ini.
Peluru besi yang digunakan dalam olahraga tolak peluru memiliki bobot cukup berat,
yaitu antara 3 kg hingga 7 kg lebih. Karena itu, Anda harus menguasai cara memegang peluru
dengan benar agar jari tidak terluka atau bahkan patah. Teknik memegang peluru yang aman
dapat dilakukan dengan 3 cara berikut.
a. Letakkan peluru di telapak tangan. Pegang peluru dengan erat menggunakaan jari-jari
tangan dengan posisi jari-jari dikembangkan. Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis untuk meletakkan peluru. Letakkan jari kelingking di bagian samping peluru dalam
posisi menekuk, sementara ibu jari berada pada posisi biasa untuk menjaga keseimbangan
peluru. Berikan tenaga lebih pada ibu jari agar bisa menahan peluru lebih kuat sehingga
tidak jatuh.
b. Rapatkan jari-jemari, termasuk kelingking, dan tempelkan pada bagian belakang peluru.
Letakkan ibu jari di bagian samping peluru agar seimbang.
c. Cara ketiga hampir sama dengan cara kedua, yaitu dengan merapatkan jari-jari, tetapi
dengan posisi sedikit lebih renggang. Teknik ini cocok untuk Anda yang memiliki telapak
tangan kecil.
Sebelum meletakkan peluru di leher, Anda harus sudah memutuskan teknik memegang
peluru yang paling disukai, nyaman, dan bisa menghasilkan tenaga tolakan yang paling besar.
Penggunaan tangan kanan sangat dianjurkan untuk memegang peluru, kecuali bagi Anda yang
kidal.
Setelah peluru dipegang dengan teknik yang benar, tempelkan peluru pada leher samping
kanan. Ibu jari menempel di atas tulang yang ada di bagian bahu atau tulang selangka. Posisikan
siku lurus dan sejajar dengan bahu dan miringkan kepala ke arah peluru supaya kedudukan peluru
lebih stabil dan mantap.
Selain teknik memegang peluru dan meletakkannya di leher, teknik melempar atau
menolak peluru juga perlu diperhatikan agar menghasilkan lemparan sejauh mungkin. Berikut
penjelasannya.
7
a. Persiapan Tolak Peluru
Sikap tubuh yang terbaik ketika akan melempar peluru adalah berdiri dengan tegak dan
rileks dengan posisi menghadap ke samping lapangan. Untuk memudahkan menolak, kaki
direnggangkan selebar bahu dengan kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan menumpu di kaki
kanan.
Tangan kanan yang memegang peluru diletakkan menempel di bahu, tepat di bawah
rahang dengan siku membentuk sudut 90 0 dan tangan kiri ditekuk dengan siku menghadap arah
tolakan.
b. Gerakan Tubuh
Saat memegang peluru, kaki yang dekat dengan sektor lemparan digerakkan dengan cara
diayun sebagai persiapan untuk menolak peluru. Sementara itu, pinggang diputar ke sisi sektor
lemparan sehingga pinggul membantu mendorong, tubuh condong ke depan, dan pandangan
fokus ke arah lemparan.
Sebelum menolak, posisi tubuh harus siap dengan kaki kanan yang akan digerakkan ke
depan sebagai tumpuan, menggantikan kaki kiri yang digunakan untuk berisiap. Kaki kiri lurus ke
belakang dan tidak tegang, lutut kanan sedikit ditekuk agar lebih kuat mendorong lemparan, dan
pandangan tetap fokus.
Pada saat melakukan tolakan, putar badan ke arah sektor pendaratan. Kaki kanan menolak
dan melonjak agar tenaga yang cukup besar untuk mendorong peluru seluruhnya berada di tangan
kanan yang memegang peluru. Setelah itu, lontarkan peluru dengan sudut dolakan 40 derajat ke
arah atas.
Setelah peluru dilontarkan, kaki mendarat kembali ke tanah dengan posisi sedikit
menekuk. Sementara itu, posisi badan adalah ke arah depan dengan pandangan melihat ke posisi
jatuhnya peluru.
1. Atlet diperbolehkan memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya, para atlet
memilih untuk memasuki lingkaran dari samping dan belakang.
2. Atlet tolak peluru hanya diberi waktu selama 60 detik untuk menyelesaikan pertandingan,
dihitung sejak namanya dipanggil. Jika dalam waktu 3 menit belum juga melakukan
tolakan, atlet dikenakan diskualifikasi.
3. Atlet dilarang menggunakan sarung tangan, tetapi boleh menggunakan pelindung ruas jari
(taping) selama pertandingan.
4. Atlet boleh memegang bagian dalam wilayah lemparan berupa lingkaran besi.
5. Atlet harus menahan peluru menggunakan leher selama melakukan gerakan tolakan.
6. Atlet akan didiskualifikasi jika meletakkan peluru tidak sesuai dengan peraturan,
misalnya di belakang kepala atau di depan perut.
7. Peluru hanya boleh ditolak dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih tinggi
dari bahu.
8
8. Gerakan tolakan hanya boleh dilakukan di dalam lingkaran. Sedikit saja kakinya berada
di luar batas lingkaran, atlet tersebut dinyatakan didiskualifikasi.
9. Peluru harus mendarat di sektor area pendaratan yang disediakan (34,92 derajat). Atlet
akan didiskualifikasi jika peluru jatuh di luar sektor pendaratan atau tiga kali melakukan
kegagalan.
10. Pengukuran dilakukan mulai dari lokasi tempat peluru pertama kali jatuh sampai ke
tengah lingkaran.
11. Setelah melakukan lemparan, atlet harus meninggalkan lingkaran melelui sisi belakang
lingkaran.
12. Atlet baru boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
Memilih gaya tolak peluru yang paling sesuai dengan kemampuan atlet sangat penting
dilakukan karena akan memengaruhi jauhnya lontaran peluru. Agar Anda bisa menentukan gaya
yang paling sesuai, simak penjelasan mengenai masing-masing gaya tersebut di bawah ini.
Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali diperkenalkan.
Gaya ini sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama penemunya, Parry O’Brien dari
Amerika Serikat. Meski demikian, gaya ini bukanlah gaya yang paling populer.
Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu sebelum
melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah belakang, kemudian
mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera menghadap ke depan dan melontarkan peluru.
9
Dalam sejarah olahraga lempar peluru, lemparan terjauh dengan menggunakan gaya
meluncur ini adalah lemparan dari atlet Ulf Timmermann dari Jerman Timur, yaitu dengan jarak
lempar sejauh 23,06 meter.
Gaya berputar diperkenalkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Alexander Baryshnikov,
seorang atlet tolak peluru asal Rusia. Pada tahun tersebut, ia berhasil memecahkan rekor baru
untuk nomor putra dengan jarak 22 meter.
Ciri khas gaya spin adalah pelempar melakukan gerakan memutar sebesar 360 derajat
sebelum melakukan lemparan. Dengan cara ini, diharapkan atlet memiliki momentum untuk
melakukan lemparan sejauh mungkin.
Gaya berputar ini merupakan gaya yang paling sulit karena selain fokus pada tolakan,
atlet juga harus menguasai teknik berputar dengan benar. Gaya ini hampir sama dengan gaya
lempar cakram yang berputar dalam melakukan lemparan.
Untuk tolak peluru dengan gaya ini, berikut tahapan yang harus Anda lakukan.
Untuk awalan, posisikan tubuh sama seperti gaya glide, yaitu menghadap ke belakang,
tangan kanan memegang peluru dan menempelkannya ke leher kanan. Badan dalam
posisi tegak dan kepala miring.
Sejajarkan kedua kaki, jadikan kaki kiri sebagai tumpuan supaya kaki kanan bisa diayun
menuju tengah lingkaran.
Kaki kanan menuju area tengan lingkaran dengan tetap membelakangi area pendaratan
dan sudah bersiap menjadi poros.
Sebelum kaki kanan menapak tengah lapangan, kaki kiri yang sebelumnya menjadi poros
diangkat dan diayunkan dengan gerakan melingkar sehingga pada akhir putaran tubuh,
kaki kananlah yang menjadi poros.
Tapakkan kaki kiri di daerah belakang kaki kanan, sejajar dengan jarak sebahu lebih
sedikit dan posisi tubuh serong ke arah samping belakang.
Setelah kaki kiri menapak, tubuh dihadapkan ke sektor pendaratan, bersamaan dengan
tangan sebelah kanan melakukan tolakan ke arah depan dengan kekuatan penuh. Putaran
tumit, pinggul, lutut, dan dada ke arah depan akan memberikan tambahan daya dorong.
Setelah peluru terlempar, kemungkinan besar tubuh masih akan berputar karena energi
yang dilepaskan membentuk garis putaran tubuh.
Gaya samping atau klasik merupakan gaya tolak peluru yang paling tua dan tidak
diketahui penemunya. Pada gaya ini, atlet menggunakan awalan menyamping, yaitu tubuh
menghadap ke samping dalam posisi siap sebelum melakukan tolakan.
Tidak seperti gaya lainnya, peluru dipegang menggunakan kedua tangan. Tangan kanan
menyangga peluru di atas bahu, sedangkan tangan kiri memegang peluru bagian atas. Akan
tetapi, pada saat melempar, atlet hanya menggunakan satu tangan.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olah raga yang secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi lari, lempar, dan lompat. Atletik berasal dari bahasa Yunani "athlon" yang berarti "kontes".
Atletik merupakan cabang olah raga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM.
Induk organisasi untuk olah raga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia). Olah raga atletik dilakukan di lintasan dan lapangan. Lintasan digunakan untuk lari
sedangkan lapangan digunakan untuk lempar dan lompat.
Untuk dapat memahami pengertian tentang atletik, tidaklah lengkap kalau kita tidak mengetahui
sejarah atau riwayat istilah atletik dan perkembangannya sebagai suatu cabang olahraga mulai jaman
purba sampai jaman modern ini. Memahami sejarah tidak hanya sekedar untuk pengetahuan, karena
dengan mengetahui kejadian-kejadian masa lampau kita juga dapat mengambil hikmah dalam
menentukan langkah-langkah yang akan datang.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan–
kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca
yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aip Syarifuddin, 1996, Belajar Aktif Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, untuk Sekolah dasar kelas I
sampai kelas IV, Jakarta, Penerbit PT. Gramedia
Buku Pedoman Lomba Atletik, Seri 2 Nomor Lompat, Alih Bahasa Jakarta : PB PASI,
Momane, Fred. 1987, Dasar-Dasar Atletik. Bandung : Angkasa (Anggota IKAPI)
Panduan dan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif bagi SDLB/SLB Tingkat Dasar,
Dirjrn Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Luar Biasa
11