Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDIDIKAN JASMANI SD DAN KEPRAMUKAAN

“TEORI TOLAK PELURU DAN LEMPAR CAKRAM”

Disusun Oleh :

Ade Yulis Harahap Mariana Olandri Simbolon Yoseva Ir


(1193311012) (1193311028) (1195011004)

DOSEN PENGAMPU : Drs. Wesly Y Silalahi, M.Pd.

MATA KULIAH : Pendidikan Jasmani Sd dan Kepramukaan

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


A. Pengertian Tolak Peluru

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang dilakukan dengan cara
menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh mungkin dari titik
lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu.

Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram, lempar lembing, dan lempar
martil, tolak peluru dapat dilakukan di lapangan indoor maupun outdoor. Hal ini disebabkan
tolak peluru tidak membutuhkan area pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.

Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong olahraga berat yang tidak dapat
dilakukan sembarangan. Ada dua faktor yang menentukan dalam olahraga tolak peluru, yaitu
postur tubuh atlet dan penguasaan tekniknya.

Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar pula sehingga
cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan, para atlet juara dunia rata-rata
memiliki postur tubuh besar dan energi yang kuat untuk melakukan tolakan.

Meski demikian, ada juga atlet tolak peluru yang bertubuh sedang, bahkan kecil, tetapi mampu
melakukan tolakan dengan cukup jauh. Hal ini dimungkinkan jika atlet tersebut mampu
menguasai teknik-teknik dasar dengan baik dan memilih gaya tolak peluru yang paling tepat.

B. Sejarah Tolak Peluru

Tolak peluru (the shot put) telah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu, yaitu sejak masa
Kerajaan Yunani kuno, tetapi dengan tata cara dan peraturan yang berbeda. Menurut Homer,
pada zaman dahulu, tolak peluru dikenal dengan nama lempar beban atau weight throwing.

Sayangnya, tidak ditemukan catatan sejarah yang menjelaskan bentuk dan bahan yang digunakan
sebagai peluru pada waktu itu. Yang pasti, tolak peluru menjadi salah satu bentuk latihan perang
yang dilakukan para prajurit dari Troya dan kemudian dipertandingkan antar-prajurit.

Catatan sejarah tentang olahraga tolak peluru yang berhasil ditemukan adalah tentang
diadakannya kompetisi di Skotlandia pada abad pertama. Kemudian, pada abad ke-16, Raja
Henry VII dari Inggris menyelenggarakan pertandingan yang sama, yaitu lempar palu dan
lempar beban.

Saat itu, kompetisi di kalangan masyarakat Inggris diadakan sebagai cara untuk menguji
kekuatan para pria. Peluru yang digunakan ketika itu masih terbuat dari batu, bukan logam
seperti sekarang.

Pertandingan pertama yang menggunakan alat seperti tolak peluru masa kini adalah kompetisi
yang diadakan pada era pertengahan. Pertandingan tersebut diselenggarakan oleh kalangan
militer dan diikuti para prajurit perang. Mereka berlomba melempar bola besi sejauh-jauhnya
Tolak peluru (the shot put) telah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu, yaitu sejak masa
Kerajaan Yunani kuno, tetapi dengan tata cara dan peraturan yang berbeda. Menurut Homer,
pada zaman dahulu, tolak peluru dikenal dengan nama lempar beban atau weight throwing.

Sayangnya, tidak ditemukan catatan sejarah yang menjelaskan bentuk dan bahan yang digunakan
sebagai peluru pada waktu itu. Yang pasti, tolak peluru menjadi salah satu bentuk latihan perang
yang dilakukan para prajurit dari Troya dan kemudian dipertandingkan antar-prajurit.

Catatan sejarah tentang olahraga tolak peluru yang berhasil ditemukan adalah tentang
diadakannya kompetisi di Skotlandia pada abad pertama. Kemudian, pada abad ke-16, Raja
Henry VII dari Inggris menyelenggarakan pertandingan yang sama, yaitu lempar palu dan
lempar beban.

Saat itu, kompetisi di kalangan masyarakat Inggris diadakan sebagai cara untuk menguji
kekuatan para pria. Peluru yang digunakan ketika itu masih terbuat dari batu, bukan logam
seperti sekarang.

Pertandingan pertama yang menggunakan alat seperti tolak peluru masa kini adalah kompetisi
yang diadakan pada era pertengahan. Pertandingan tersebut diselenggarakan oleh kalangan
militer dan diikuti para prajurit perang. Mereka berlomba melempar bola besi sejauh-jauhnya.

Ide tersebut berawal dari kebiasaan para tentara perang yang sering mengadakan lomba
melempar cannon balls sejauh mungkin. Saat itu, meriam besi dan cannon balls (peluru meriam)
merupakan salah satu senjata yang paling mematikan.

Pertandingan tolak peluru yang berhasil didokumentasikan pertama kali adalah kompetisi yang
diadakan pada tahun 1866 di Skotlandia. Namun, kejuaraan yang diadakan pada tahun 1866 itu
masih bersifat amatir dan menjadi salah satu dari The British Amateur Championships.
Sejak saat itu, tolak peluru makin digemari di negara-negara di daratan Eropa. Tiga puluh tahun
kemudian, barulah tolak peluru diperlombakan secara resmi di Olimipade Athena, Yunani.

Salah satu catatan penting dari sejarah tolak peluru terjadi pada tahun 1950, yaitu ketika Parry
O’Brien memperkenalkan teknik lemparan tolak peluru. Pada metode O’Brien, pelempar
memulai tolakan dengan menghadap bagian belakang ring.

Karena merupakan cabang olahraga atletik, induk organisasi tolak peluru menjadi satu dengan
induk olahraga atletik. International Amateur Athletic Federation (IAAF) adalah wadah olahraga
atletik (termasuk tolak peluru) seluruh dunia.

Indonesia mengenal olahraga tolak peluru melalui pemerintah kolonial Belanda yang
memasukkannya dalam kurikulum pelajaran di sekolah-sekolah milik Belanda. Namun, tolak
peluru hanya dimainkan oleh para siswa bagsawan Belanda sehingga kaum pribumi tidak terlalu
mengenal olahraga ini.

Seiring waktu, tolak peluru kemudian juga menjadi bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah
pribumi sehingga semakin dikenal di kalangan orang Indonesia. Karena belum memiliki wadah
sendiri, tolak peluru berada di bawah organisasi NIAU yang bertanggung jawab mengadakan
kejuaraan atletik.

Kepopuleran tola peluru kemudian melahirkan berbagai perkumpulan olahraga tolak peluru di
Jawa dan Sumatra. Sumatera Atletik Bond (SAB) di Medan menyelenggarakan kompetisi atletik
yang diikuti MULO, HBS, dan sekolah lainnya. Salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan adalah tolak peluru.

Meski keberadaan tolak peluru (dan cabang olahraga atletik lainnya) sudah dikenal sejak masa
penjajahan Belanda, Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) baru terbentuk pada tanggal 3
September 1990. Dengan adanya PASI, olahraga atletik, termasuk tolak peluru, makin
berkembang.

Kegiatan pertama yang dilaksanakan PASI adalah pemilihan duta-duta atletik yang akan
mewakili Indonesia di ajang SEA Games. Selanjutnya, Indonesia juga rutin mengirimkan
delegasi untuk mengikuti kejuaraan regional dan internasional serta terus melakukan pembinaan
atlet tolak peluru.

Teknik Tolak Peluru


Pada dasarnya, hakikat tolak peluru adalah memegang, lalu menolakkan peluru agar terlempar
jauh. Karena itu, untuk dapat melempar peluru sejauh mungkin, Anda harus memperhatikan
beberapa teknik dasar tolak peluru yang benar saat berlatih.

Teknik dasar tolak peluru sangat penting dikuasai para atlet tidak hanya agar bisa menghasilkan
lemparan yang jauh, tetapi juga untuk keselamatan atlet sendiri. Perlu diingat bahwa kesalahan
saat memegang dan melempar peluru besi yang berat dapat mengakibatkan cedera serius.

Ada tiga teknik dasar tolak peluru yang harus Anda kuasai sebelum melakukan olahraga yang
satu ini, yaitu teknik memegang peluru, teknik meletakkan peluru di leher, dan teknik melakukan
tolakan. Penjelasan masing-masing teknik tersebut dapat Anda simak di bawah ini.

1. Teknik Memegang Peluru

Peluru besi yang digunakan dalam olahraga tolak peluru memiliki bobot cukup berat, yaitu
antara 3 kg hingga 7 kg lebih. Karena itu, Anda harus menguasai cara memegang peluru dengan
benar agar jari tidak terluka atau bahkan patah. Teknik memegang peluru yang aman dapat
dilakukan dengan 3 cara berikut.

1. Letakkan peluru di telapak tangan. Pegang peluru dengan erat menggunakaan jari-jari
tangan dengan posisi jari-jari dikembangkan. Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis untuk meletakkan peluru. Letakkan jari kelingking di bagian samping peluru dalam
posisi menekuk, sementara ibu jari berada pada posisi biasa untuk menjaga keseimbangan
peluru. Berikan tenaga lebih pada ibu jari agar bisa menahan peluru lebih kuat sehingga
tidak jatuh.

1. Rapatkan jari-jemari, termasuk kelingking, dan tempelkan pada bagian belakang peluru.
Letakkan ibu jari di bagian samping peluru agar seimbang.
2. Cara ketiga hampir sama dengan cara kedua, yaitu dengan merapatkan jari-jari, tetapi
dengan posisi sedikit lebih renggang. Teknik ini cocok untuk Anda yang memiliki
telapak tangan kecil.

2. Teknik Meletakkan Peluru di Leher


Sebelum meletakkan peluru di leher, Anda harus sudah memutuskan teknik memegang peluru
yang paling disukai, nyaman, dan bisa menghasilkan tenaga tolakan yang paling besar.
Penggunaan tangan kanan sangat dianjurkan untuk memegang peluru, kecuali bagi Anda yang
kidal.

Setelah peluru dipegang dengan teknik yang benar, tempelkan peluru pada leher samping kanan.
Ibu jari menempel di atas tulang yang ada di bagian bahu atau tulang selangka. Posisikan siku
lurus dan sejajar dengan bahu dan miringkan kepala ke arah peluru supaya kedudukan peluru
lebih stabil dan mantap.

3. Teknik Menolak Peluru

Selain teknik memegang peluru dan meletakkannya di leher, teknik melempar atau menolak
peluru juga perlu diperhatikan agar menghasilkan lemparan sejauh mungkin. Berikut
penjelasannya.

1. Persiapan Tolak Peluru

Sikap tubuh yang terbaik ketika akan melempar peluru adalah berdiri dengan tegak dan rileks
dengan posisi menghadap ke samping lapangan. Untuk memudahkan menolak, kaki
direnggangkan selebar bahu dengan kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan menumpu di kaki
kanan.

Tangan kanan yang memegang peluru diletakkan menempel di bahu, tepat di bawah rahang
dengan siku membentuk sudut 900 dan tangan kiri ditekuk dengan siku menghadap arah tolakan

1. Gerakan Tubuh

Saat memegang peluru, kaki yang dekat dengan sektor lemparan digerakkan dengan cara diayun
sebagai persiapan untuk menolak peluru. Sementara itu, pinggang diputar ke sisi sektor lemparan
sehingga pinggul membantu mendorong, tubuh condong ke depan, dan pandangan fokus ke arah
lemparan.

1. Akhir Tolak Peluru

Sebelum menolak, posisi tubuh harus siap dengan kaki kanan yang akan digerakkan ke depan
sebagai tumpuan, menggantikan kaki kiri yang digunakan untuk berisiap. Kaki kiri lurus ke
belakang dan tidak tegang, lutut kanan sedikit ditekuk agar lebih kuat mendorong lemparan, dan
pandangan tetap fokus.

Pada saat melakukan tolakan, putar badan ke arah sektor pendaratan. Kaki kanan menolak dan
melonjak agar tenaga yang cukup besar untuk mendorong peluru seluruhnya berada di tangan
kanan yang memegang peluru. Setelah itu, lontarkan peluru dengan sudut dolakan 40 derajat ke
arah atas.
Setelah peluru dilontarkan, kaki mendarat kembali ke tanah dengan posisi sedikit menekuk.
Sementara itu, posisi badan adalah ke arah depan dengan pandangan melihat ke posisi jatuhnya
peluru.

Peraturan Tolak Peluru

Setiap cabang olahraga tentu memiliki peraturan sendiri, termasuk tolak peluru. Ada sembilan
poin peraturan dalam cabang olah raga tolak peluru yang wajib ditaati para atlet.

1. Atlet diperbolehkan memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya, para atlet
memilih untuk memasuki lingkaran dari samping dan belakang.
2. Atlet tolak peluru hanya diberi waktu selama 60 detik untuk menyelesaikan pertandingan,
dihitung sejak namanya dipanggil. Jika dalam waktu 3 menit belum juga melakukan
tolakan, atlet dikenakan diskualifikasi.
3. Atlet dilarang menggunakan sarung tangan, tetapi boleh menggunakan pelindung ruas
jari (taping) selama pertandingan.
4. Atlet boleh memegang bagian dalam wilayah lemparan berupa lingkaran besi.
5. Atlet harus menahan peluru menggunakan leher selama melakukan gerakan tolakan.
6. Atlet akan didiskualifikasi jika meletakkan peluru tidak sesuai dengan peraturan,
misalnya di belakang kepala atau di depan perut.
7. Peluru hanya boleh ditolak dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih tinggi
dari bahu.
8. Gerakan tolakan hanya boleh dilakukan di dalam lingkaran. Sedikit saja kakinya berada
di luar batas lingkaran, atlet tersebut dinyatakan didiskualifikasi.
9. Peluru harus mendarat di sektor area pendaratan yang disediakan (34,92 derajat). Atlet
akan didiskualifikasi jika peluru jatuh di luar sektor pendaratan atau tiga kali melakukan
kegagalan.
10. Pengukuran dilakukan mulai dari lokasi tempat peluru pertama kali jatuh sampai ke
tengah lingkaran.
11. Setelah melakukan lemparan, atlet harus meninggalkan lingkaran melelui sisi belakang
lingkaran.
12. Atlet baru boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.

3. Lapangan Tolak Peluru


Sekilas, lapangan untuk tolak peluru mirip dengan lapangan untuk cabang olahraga lempar
cakram. Perbedaannya terletak pada papan batas tolakan yang terdapat pada lingkaran tolak
peluru. Adapun ketentuan untuk lapangan tolak peluru adalah sebagai berikut.

 Lapangan tolak peluru terdiri dari dua bagian, yaitu lingkaran tolakan dan sektor
pendaratan.
 Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring besi dengan
ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran. Bagian depan lingkaran
tolakan dipasangi balok atas tolakan dengan panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal
11,4 cm.
 Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector line) sekaligus garis
ukur standar yang terletak di tengah sektor pendaratan. Panjang sektor pendaratan
minimal 25 meter dengan sudut 40 derajat.

4. Peralatan Tolak Peluru

Dalam sebuah pertandingan tolak peluru, diperlukan beberapa peralatan yang wajib disediakan
penyelenggara, yaitu

1. alat pengukur;
2. bendera;
3. peluit; dan
4. Bola Peluru

Untuk peluru yang digunakan, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut.

1. Peluru dapat dibuat dari besi, pasir, logam solid, stainless steel, material sintetis, atau
polivinil.
2. Ukuran peluru disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan. Untuk pertandingan
yang diadakan di lapangan indoor, ukuran peluru yang digunakan sedikit lebih besar dari
pertandingan
3. Ketentuan untuk berat peluru adalah sebagai berikut.

 Untuk senior putra : 7,257 kg


 Untuk senior putri : 4 kg
 Untuk junior putra : 5 kg
 Untuk junior putri : 3 kg

5. Gaya Tolak Peluru


Dalam sejarahnya, dikenal tiga gaya tolak peluru, yaitu gaya meluncur (glide), gaya samping atau
klasik, dan gaya berputar (spin). Namun, hanya gaya meluncur dan berputar yang masih tetap
digunakan hingga saat ini.

1. Gaya Meluncur (Glide)


Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali diperkenalkan. Gaya ini
sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama penemunya, Parry O’Brien dari Amerika
Serikat. Meski demikian, gaya ini bukanlah gaya yang paling populer.

Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu sebelum
melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah belakang, kemudian
mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera menghadap ke depan dan melontarkan
peluru.

Gaya meluncur dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

 Posisikan tubuh menghadap ke arah belakang atau membelakangi sektor pendaratan.


 Pegang peluru dan tempelkan ke bagian leher kanan dengan posisi kepala sedikit miring
sesuai posisi peluru.
 Posisikan badang sedikit menunduk dan condong ke sisi kanan sehingga bahu kiri lebih
tinggi.
 Tempatkan lengan kiri di depan wajah.
 Tekuk kaki kanan untuk memberikan daya tolakan dan posisikan kaki kiri di daerah
belakang, bisa sedikit ditekuk atau lurus dengan ujung kaki menyentuh lantai/tanah.
 Saat akan melakukan tolakan 180 derajat, condongkan badan sedikit ke depan sehingga
ujung kaki kiri terangkat dari lantai, kaki kanan melakukan tolakan, dan kaki kiri
terdorong sampai balok batas lempar.
 Bersamaan dengan gerakan tersebut, lakukan dorongan tangan dengan cara memutar
badan ke arah sektor pendaratan dan tangan kanan melakukan tolakan sekuat tenaga.
 Saat tangan kanan melakukan tolakan, geser posisi kepala supaya tidak menghalangi
peluru menuju sektor pendaratan.
 Untuk atlet kidal, lakukan cara di atas dengan menggunakan anggota tubuh yang
berlawanan.

2. Gaya Berputar (Spin)

Gaya berputar diperkenalkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Alexander Baryshnikov,
seorang atlet tolak peluru asal Rusia. Pada tahun tersebut, ia berhasil memecahkan rekor baru
untuk nomor putra dengan jarak 22 meter.

Ciri khas gaya spin adalah pelempar melakukan gerakan memutar sebesar 360 derajat sebelum
melakukan lemparan. Dengan cara ini, diharapkan atlet memiliki momentum untuk melakukan
lemparan sejauh mungkin.

Gaya berputar ini merupakan gaya yang paling sulit karena selain fokus pada tolakan, atlet juga
harus menguasai teknik berputar dengan benar. Gaya ini hampir sama dengan gaya lempar
cakram yang berputar dalam melakukan lemparan.

Untuk tolak peluru dengan gaya ini, berikut tahapan yang harus Anda lakukan.
 Untuk awalan, posisikan tubuh sama seperti gaya glide, yaitu menghadap ke belakang,
tangan kanan memegang peluru dan menempelkannya ke leher kanan. Badan dalam
posisi tegak dan kepala miring.
 Sejajarkan kedua kaki, jadikan kaki kiri sebagai tumpuan supaya kaki kanan bisa diayun
menuju tengah lingkaran.
 Kaki kanan menuju area tengan lingkaran dengan tetap membelakangi area pendaratan
dan sudah bersiap menjadi poros.
 Sebelum kaki kanan menapak tengah lapangan, kaki kiri yang sebelumnya menjadi poros
diangkat dan diayunkan dengan gerakan melingkar sehingga pada akhir putaran tubuh,
kaki kananlah yang menjadi poros.
 Tapakkan kaki kiri di daerah belakang kaki kanan, sejajar dengan jarak sebahu lebih
sedikit dan posisi tubuh serong ke arah samping belakang.
 Setelah kaki kiri menapak, tubuh dihadapkan ke sektor pendaratan, bersamaan dengan
tangan sebelah kanan melakukan tolakan ke arah depan dengan kekuatan penuh. Putaran
tumit, pinggul, lutut, dan dada ke arah depan akan memberikan tambahan daya dorong.
 Setelah peluru terlempar, kemungkinan besar tubuh masih akan berputar karena energi
yang dilepaskan membentuk garis putaran tubuh.

3. Gaya Samping (Klasik)

Gaya samping atau klasik merupakan gaya tolak peluru yang paling tua dan tidak
diketahui penemunya. Pada gaya ini, atlet menggunakan awalan menyamping, yaitu
tubuh menghadap ke samping dalam posisi siap sebelum melakukan tolakan

PENGERTIAN LEMPAR CAKRAM

Lempar cakram merupakan salah satu dari cabang olahraga atletik nomor lempar. Yang dimana
sang atlet harus melemparkan cakram sebanyak maksimal 3 kali dalam setiap perlombaan.

Untuk memperoleh jarak lempar terjauh pada lapangan khusus lempar cakram dengan beberapa
peraturan yang mengikat.

Sementara cakram itu sendiri ialah sebuah benda yang terbuat dari bahan dasar kayu berbentuk
piring berbingkai sabuk besi (Didi Sugandi, 1986 : 51).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa lempar cakram ini adalah salah satu dari nomor lomba atletik
lempar yang menggunakan sebuah benda kayu berbentuk piring bersabuk besi. Atau bahan lain
yang berbentuk bulat pipih yang dilemparkan.

SEJARAH LEMPAR CAKRAM

Menurut catatan sejarah, lempar cakram merupakan salah satu dari nomor atletik lempar. Yang
mana dapat kita jumpai dalam sebuah buku karangan Homerus berjudul “Odyssy” pada zaman
purba. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa gerakan dasar dari atletik adalah jalan, lari,
lompat dan lempar yang telah diketahui sejak zaman kuno. Tak lain, manusia pada zaman kuno
tersebut melakukan gerakan jalan, lari, lompat dan juga lempar. Yang semata-mata hanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya di alam liar.

Sebab, dimasa itu hidup mereka sangatlah tergantung dengan efesiensi jasmaninya.

Jika mereka kurang tanggap dalam berjalan, berlari, melompat, atau bahkan melempar. Maka
mereka nantinya akan tewas karena kelaparan atau menjadi mangsa hewan buas. Atau juga dapat
menjadi salah satu korban bencana alam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia sejak zaman dahulu sudah menyadari akan manfaat
ketahanan dari:

 berjalan jauh
 kecepatan lari
 ketangkasan
 melempar.

Sehingga sebagian orang berpendapat bahwa atletik merupakan cabang olahraga yang tertua di
dunia.

Bangsa Belanda pun menyebut atletik sebagai “Atletik is a moerder der sporten” yang berarti
atletik adalah induk dari seluruh cabang olahraga.

Meski gerakan dasar atletik telah dikenal semenjak adanya manusia di muka bumi. Namun untuk
perlombaan atletik sendiri khususnya lempar cakram baru terjadi pada zaman purba. Kurang
lebih 1000 tahun sebelum masehi.

Hal tersebut dikuatkan dengan adanya bukti di dalampujangga Yunani yang ditulis Homeros
mengenai hal yang berkaitan dengan atletik.

Di dalam bukunya juga menceritakan tentang petualangan Odysseus yang terdampar disebuah
kepulauan yang bernama Phaeacia, dengan rajanya yang bernama Alcinaus.

Dalam pulau itu, Odysseus dibawa untuk menghadap sang raja, sehingga diadakan penyambutan
yang meriah.
Dalam penyambutan itulah diadakan serangkaian perlombaan yang diikuti oleh para pemuda
Phaeacia. Dengan mempertujukan kemahirannya pada lomba lari cepat, gulat, lompat, tinju,serta
lempar cakram.

Lalu kemudian masuk gelanggang mengambil cakram yang terberat dan menggunakan gaya
termanis melempar cakram itu. Cakram melucur dan jatuh jauh berdasarkan jarak yang dicapai
atlet-atlet dari Phaeacia (Sunaryo Basuki, 1979 : 24).

Dari kutipan buku tersebut dapat diketaui bahwa bangsa Yunani purba telah mengenal atletik.
Disini terlihat adanya nomor lari, lompat,serta lempar cakram yang merupakan nomor atletik
yang kita kenal hingga sekarang.

a. Gaya Lempar Cakram

Gaya yang digunakan pada saat melakukan lempar cakram ditentukan pada

awalan yang akan digunakan. Awalan tersebut ditandai dengan posisi tubuh pelempar
saat melakukan persiapan. Dan dalam posisi awalan tersebut terdapat dua gaya dalam
melempar cakram, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Lempar Cakram Gaya Samping

Gaya samping adalah dimana gaya dari sang atlet pada waktu persiapan menghadap ke
arah samping / searah dengan tangan yang nantinya akan digunakan untuk memegang
cakram.
Pada umumnya, samping yang digunakan adalah samping kanan, karena sebagian besar,
atlet lempar cakram menggunakan tangan kanan untuk melempar.

Dengan menggunakan gaya ini, atlet dapat mengambil ancang-ancang dengan dua cara.
Yaitu membuat ayunan dari arah samping ke depan beberapa kali.

Untuk mengukur sudut kemudian pada ayunan kesekian ia akan melepaskan cakram
sejauh mungkin ke depan.

2. Lempar Cakram Gaya Belakang

Pada dasarnya, gaya cakram belakang ini hampir sama degan yang digunakan oleh gaya
samping. Hanya saja yang membedakan kedua gaya tersebut adalah dalam posisi tubuh
saat memulai awalan.
Menggunakan gaya ini tentunya mempunyai keuntungan sendiri. Dimana jarak untuk
menciptakan momentum lempar lebih luas. Sehingga akan secara teoritis akan
memperoleh lemparan yang lebih jauh.

Meski demikian, gaya ini lebih sulit dilakukan daripada gaya sebelumnya. Serta
cenderung mempunyai resiko yang lebih besar.
Karena pada saat atlet menghadap ke belakang ia tidak dapat menentukan titik lempar
sebaik yang ada pada gaya sisi samping.

Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk melakukan gaya belakang, yaitu:

1. Sang atlet akan membuat gerakan setengah lingkaran kemudian melepaskan cakramnya,
dan
2. Atlet membuat satu putaran penuh kemudian melepaskan cakramnya.

Sebagaimana yang ada pada gaya samping. Para atlet profesional cenderung akan menggunakan
cara kedua guna mendapatkan hasil dari jarak lempar yang jauh dan tentu saja cara tersebut
sangatlah sulit.

B. Teknik Dasar Lempar Cakram


1. Teknik Memegang Cakram

Teknik dasar dalam lempar cakram yang pertama di pelajari yaitu teknik memegang cakram
dengan tepat dan benar. Berikut adalah cara untuk melakukannya:

 Letakkan cakram di telapak tangan kiri agar lebih mudah untuk memegangnya.
Kemudian, pemegangan menggunakan tangan kiri ini berguna untuk pelempar kanan.
 Letakkan tangan kanan di atas cakram di bagian tengah. Buka keempat jari dengan
sedikit renggang. Hal ini berfungsi sebagai penutup pada bagian pinggir cakram.
 Lalu letakan ibu jari bebas dimana saja pada cakram.

2. Teknik Awalan Lempar Cakram


Teknik ini sangat wajib dipelajari untuk semua pelempar cakram dalam mengawali sebuah
lemparan. Dengan awalan yang sempurna maka akan menghasilkan hasil yang optimak. Lempar
cakram diawali dengan posisi badan yang memutar.

Putaran dapat dilakukan dengan 1, 1¼ ataupun 1¾ putaran. Teknik awalan ini memang sangat
berpengaruh kepada hasil dari lemparannya.

Berikut merupakan cara melakukan teknik awalan lempar cakram yang baik dan benar:

 Posisi badan berdiri kearah samping atas pada lemparan. Lalu, kedua kaki dibuka selebar
bahu. Upayakan kaki serileks mungkin dan tekuk sedikit.
 Fokuskan gerakan pada awalan berjalan dengan baik kemudian diikuti dengan ayunan
cakram kearah samping kanan, belakang dan kiri secara berulang-ulang. Ulangi gerakan
tersebut sebanyak 2 sampai 3 kali.
 Kemudian putar badan.
Perlu kalian ketahui, dalam teknik awalan ini seringkali terjadi kegagalan yang
disebabkan oleh pegangan cakram yang kurang atau tidak kuat. Serta tidak melakukan
ayunan dengan benar ataupun tidak disertai dengan gerakan lanjutan.
 Putaran badan dilakukan secara cepat. Putaran terhadap bagian bawah tubuh mendahului
bagian atas tubuh.

3. Teknik Melempar Cakram

Teknik dasar selanjutnya ialah teknik dalam melempar cakram yang baik dan benar. Berikut
penjelasan lengkapnya:

 Tolakkan pada kaki kanan agar panggul dapat diangkat keatas. Selepas itu dorong kaki
kanan ke arah depan dan atas.
 Badan dicondongkan ke arah kanan dan putar ke arah kiri diikuti dengan putaran gerakan
panggul ke kiri juga.
 Tumpukan badan kepada kaki kiri. Letakan badan kearah lemparan penuh kemudian
lempar cakram kearah depan atas.
 Cakram dilemparkan setinggi dagu dengan sudut sebesar 90 derajat. Lemparan tersebut
dilepaskan dengan putaran searah dengan jarum jam. Lepaskan cakram pada saat berada
dimuka bahu dan dorong menggunakan jari telunjuk.
 Jika cakram telah dilemparkan sebelum mencapai muka bahu maka lemparan akan gagal
serta akan membuat lemparan jarak dekat dan tidak keluar di daerah yang telah
ditentukan. Tetapi jika pelepasan cakram terlambat maka hasil dari lemparannya akan
keluar dari daerah lemparan serta hasilnya tidak memuaskan.
 Cakram dilepaskan dengan posisi badan condong kearah depan. Fokus pandangan kearah
lemparan atau depan.

4. Sikap Akhir Lempar Cakram

eknik dasar terakhir yang harus kalian pelajari adalah sikap akhir pada saat melakukan lempar
cakram, diantaranya adalah sebagai berikut:

 Pindahkan kaki kanan ke arah depan dan kaki sedikit ditekuk. Hal tersebut mencegah
agar badan tidak keluar daerah lingkaranyang telah ditetapkan. Arahkan pandangan fokys
menuju jatuhnya cakram serta letakkan kaki kiri di belakang.
 Posisikan badan berdiri seperti semula serta keluar dari lingkaran hingga melewati bagian
belakang. Upayakan tidak keluar lingkaran dengan cara lari maupun melompat.

Cakram

Seperti yang telah kita ketahui, dalam bahasa inggris, lempar cakram disebut sebagai Discus
Throw.

Pada umumnya, cakram yang dilempar memiliki garis tengah sepanjang 220 serta berat dua kg
untuk pira. Serta seberat 1 kg untuk wanita.

Berikut lebih jelasnya:

 Berat cakram untuk putra 2 kg dengan garis tengah 219 – 221 mm.
 Berat cakram untuk putri 1 kg menggunakan garis tengah 180 – 182 mm.

Cakram ini dapat terbuat dari bahan dasar kayu yang dibentuk menyerupai piring berbingkai
sabuk besi. Namun, adapula cakram yang berbahan dasar karet padat, dan biasanya cakram
seperti ini hanya digunakan pada saat latihan saja.
C. Lapangan Lempar Cakram

Lapangan untuk lempar cakram memiliki bentuk lingkaran, dimana lingkaran tersebut
merupakan tempat para atlet untuk melempar cakram.

Jika ditarik dari garis tengah, ukuran lapangannya memiliki panjang 2 garis keluar ke arah depan
dengan membentuk sudut 40 derajat.

Permukaan dari lapangannya pun haruslah datar, serta tidak licin, dan dapat terbuat dari semen,
aspal, atau bahan lainnya yang tidak licin.

Lingkaran lemparan dikelilingi dengan sangkar atau pagar kawat untuk menjamin keselamatan
para petugas, peserta, dan juga penonton.

Untuk lebih jelasnya, ukuran dari lapangan lempar cakram adalah sebagai berikut:

 Garis tengah lapangan berukuran 2,50 m. Lingkaran untuk melempar pada pertandingan
resmi terbuat dari metal ataupun baja.
 Perpanjangan dari garis tengah sepanjang 0,75 m.
 Sudut lempar sebesar 40 derajat .
 Garis batas lempar (lebar garis lima 5 cm).
Peraturan Lempar Cekram

. 1. Untuk Juri

 Juri 1-, Untuk juri satu, tugas utamanya merupakan memanggil para peserta. Sekaligus menjadi
pengawas gerakan-gerakan kaki yang mengalami kesalahan.
Kesalah tersebut dilakukan sewaktu berada di lingkaran pada waktu pelempar melakukan
gerakan putaran. Seperti halnya terdapat di belakang lingkaran lempar.
 Juri 2-, Untuk juri dua, tugas utamanya merupakan sebagai pengawas gerakan kaki peserta yang
salah pada sisi lingkaran.
Seperti halnya pada saat cakram tengah dilepaskan oleh tangan si peserta yang melempar.
Juri satu harus selalu siap dan sigap dengan pengeras suara maupun megaphone. Serta
sebaiknya agar selalu memegangnya agar mampu memberitahukan kepada seluruh peserta
yang menjadi pelempar supaya bersiap. Juri dua perlu memegang bendera yang menjadi
pertanda / sebagai isyarat. Bahwa apakah sah atau tidak lemparan yang dilakukan oleh peserta.
 Juri 3-,  Tugas utama untuk juri tiga ialah menempatkan alat pengukur sesudah bendera
penanda tempat jatuhnya cakram disematkan.
Alat pengukur ini pada umumnya disebut sebagai ujung pita meteran.
 Juri 4 dan Juri 5-.  Keduanya memiliki tugas yang sama, yaitu sebagai pengamat dan setia
melihat tempat jatuhnya cakram paling dekat alias jatuhnya cakram pertama.
Untuk peserta yang kidal, posisi juri ataupun wasit perlu untuk mengalami perubahan. Agar
tetap mampu sinkron dengan keadaan selama pertandingan berlangsung.

2.Aturan dalam bermain

Adapun peraturan yang berlaku ketika perlombaan lempar cakram berlangsung yang harus
peserta pahami, diantaranya adalah sebagai berikut:

 Pelemparan cakram harus diawali dengan sikap berdiri serta pelempar tidak diperbolehkan
untuk menginjak garis lingkaran. Terlebih lagi meninggalkan lingkaran sebelum posisi berdirinya
dianggap absah lewat 1/2 lingkaran bagian dalam oleh juri atau panitia.
 Pengukuran dalam pelemparan akan dilakukan dengan lemparan yang ditarik dengan sumber
menurut bekas dari tempat jatuhnya cakram. Persis dimana paling dekat dengan tepi pada
balok.
Bila pelempar terdapat 8 orang lebih, maka pelempar biasanya akan diberikan hak untuk
melempar 3 kali. Dan juri selanjutnya memilih 8 pelempar yang paling baik untuk masuk final.
Kesempatan melempar menjadi 6 kali dan akan langsung masuk final bila peserta lomba
berjumlah di bawah 8 orang.

Prinsip Dasar Lempar Cakram

Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, bahwa dalam lempar cakram terdapat berbagai gaya
dan juga teknik dalam melakukannya.

Sehingga dapat kita tarik kesimpulan adapun prinsip dari lempar cakram yaitu:

 teknik memegang cakram, teknik awalan, teknik melempar cakram, serta sikap akhir.

Hal Penting Pada Saat Bertanding

 Sangat dianjurkan untuk melakukan putaran secara sempurna guna untuk melakukan
putaran besar antara tubuh bagian bawah dan juga bagian atas.
 Cakram perlu didorong untuk melewati lingkaran.
 Pelempar harus dapat mencapai jarak yang cukup pada waktu cakram melayang melintasi
lingkaran.
 Pelempar harus mendarat dengan jari-jari kanan kemudian diikuti dengan gerakan
memutar secara progresif.
 Pelempar harus mendarat dengan menggunakan kaki kanan serta wajib tepat di titik pusat
lingkaran dan juga kaki kiri yang sedikit ke arah kiri dari garis lemparan.
Hal Yang Harus Dihindari Saat Bertanding

 Pelempar pada awal putaran jatuh kearah belakang.


 Tubuh terlalu membungkuk ke arah depan.
 Tubuh hanya berputar di tempat yang sama.
 Pelempar melompat terlalu tinggi di atas udara.
 Pelempar menumpukan berat badan pada bagian kaki depan dan membiarkannya hingga
jatuh.
 Kaki pelempar tidak rileks atau terlalu tegang sehingga pada akhirnya penempatan
menjadi tidak sempurna atau bahkan salah.
 Pelempar melakukan lemparan sebelum waktunya, pada banyak kasus, pelempar
melempar terlalu dini atau terlalu cepat dari waktu diumumkan.

Anda mungkin juga menyukai