Anda di halaman 1dari 11

Tolak peluru

Cabang olahraga atletik melempar


Tolak peluru merupakan suatu cabang olahraga yang melakukan suatu tolakan
dengan menggunakan tenaga semaksimal mungkin untuk mendapatkan jarak
tolakan yang jauh. Dengan mengandalkan gerakan tolakan atau dorongan
terhadap bola logam dengan bobot tertentu. Selain itu, gerakan tolak peluru hanya
boleh menggunakan kekuatan dari salah satu tangan saja.
Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong suatu alat
bundar(peluru) dengan berat tertentu yang terbuat dari logam, yang dilakukan dari
bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh jauhnya.
1. SEJARAH
Olahraga shot put kali pertama kali dimainkan pada
masa masyarakat Yunani Kuno. Pada saat itu,
masyarakat Yunani Kuno memanfaatkan batu sebagai
salah satu alat untuk berolahraga, yakni dengan cara
melemparkannya. Dalam perkembangannya atau lebih
tepatnya pada abad pertengahan, sekelompok tentara
perang memiliki kebiasaan untuk melemparkan bola
meriam. Kebiasaan itu yang pada akhirnya disebut
sebagai cikal bakal kelahiran olahraga tolak peluru
sampai populer sekarang ini.
Tolak peluru mulai dimainkan dengan bentuk yang modern pada sekitar abad ke-19. Pada saat itu, Highlands
Games Skotlandia menyelenggarakan lomba lempar batu atau logam berat. Para peserta akan saling
melemparkan bola untuk mendapatkan jarak terjauh. Selanjutnya, pemenang akan ditentukan berdasarkan
seberapa jauh jarak lemparan dengan posisi asli pelempar atau di belakang garis.
Tolak peluru menjadi semakin populer setelah ditetapkan sebagai salah satu cabang olahraga pada perhelatan
olahraga terbesar di dunia, yakni Olimpiade modern. Dalam kompetisi tersebut, cabang olahraga shot put sudah
menggunakan bola dengan berat atau massa yang sudah ditentukan dan termasuk cabang atletik.
Bahan yang digunakan untuk bola shot put sendiri menggunakan material besi atau kuningan. Cabang olahraga
tolak peluru mulai dipertandingkan untuk putra pada tahun 1896. Sementara itu, shot put untuk putri baru
dipertandingkan pada tahun 1948.
2. GAYA TOLAK PELURU
A. Gaya ortodoks
Sebagai gaya yang paling sederhana dan paling mudah, gaya ortodoks sangat cocok untuk seseorang
yang ingin belajar atau berkenalan dengan olahraga tolak peluru. Oleh sebab itu, tak heran apabila para
atlet profesional jarang menggunakan gaya ortodoks. Pelempar dapat melakukan tolakan peluru dengan
cara memosisikan tubuh menyamping dari area pendaratan. Selanjutnya, pelempar dapat meletakkan bola
logam antara kepala dan bahu untuk kemudian dilakukan tolakan.
B. Gaya o’brien
 Gaya O’brien sendiri digunakan pertama kali oleh seorang atlet yang berasal dari negara Amerika Serikat bernama
Parry O’brien.

Gaya ini sendiri biasa dikenal juga dengan gaya glide atau meluncur, tetapi sekarang lebih populer sebagai gaya
O’brien. Dalam cabang olahraga shot put, gaya O’Brien dilakukan dengan cara membelakangi arah tolakan
Pada saat menggunakan gaya O’brien, seorang atlet atau pelempar harus memiliki posisi membelakangi area
pendaratan. Kemudian, atlet tersebut akan melakukan gerakan setengah putaran atau 180 derajat terlebih dahulu
sebelum melakukan tolakan terhadap bola logam. Hal ini menjadikan pada saat persiapan, pelempar akan menghadap
ke belakang sebelum kemudian berbalik ke depan.
C. Gaya spin
Gaya ini kali pertama diperkenalkan oleh Aleksandr Baryshnikov, seorang atlet shot put yang berasal dari
Rusia.
Meskipun tidak sepopuler gaya O’brien, tetapi teknik ini juga sering digunakan atlet profesional pada saat
berlomba resmi olahraga shot put. Perlu diketahui, gaya spin membutuhkan keterampilan tinggi.
Hal ini dikarenakan seorang atlet harus melakukan putaran hingga 360 derajat dalam kecepatan tinggi
terlebih dahulu sebelum melempar bola logam ke depan. Maka dari itu, gerakan ini memiliki tujuan untuk
menghasilkan momentum sehingga dapat membuahkan jarak tolakan terjauh.
3. TEKNIK DASAR TOLAK PELURU
1. Bola logam dapat ditempatkan pada bagian pangkal jari, bukan telapak tangan. Lebarkan jari-jari
tangan sedikit, selanjutnya gunakan ibu jari untuk menahan bola logam agar tidak terjatuh.
2. Berikutnya, posisikan bola logam antara kepala dan bahu, tepat pada bagian bawah rahang.
3. Sembari menahan bola logam, pelempar dapat memastikan untuk menjaga kondisi siku lengan tetap
tinggi dan tampak lurus dengan bahu.
4. Posisikan tubuh menyamping dengan posisi bahu tangan yang bebas dari bola logam mengarah ke area
pendaratan.
5. Buka kedua kaki membentuk kuda-kuda lurus dan tekuk kaki yang berada jauh dari area pendaratan,
hal itu akan secara otomatis membuat tubuh condong ke belakang.
6. Putar pinggul sehingga berhadapan dengan arah yang berlawan dari area pendaratan.
7. Pada saat bersiap melakukan tolakan, pelempar dapat mendorong dengan kaki belakang dan putar
pinggul sehingga tubuh menghadap ke area pendaratan.
8. Buka agak lebar lengan yang memegang bola logam menghadap ke depan dengan sudut 45 derajat
sembari berusaha melakukan dorongan bola logam dengan sekuat tenaga.
9. Pada saat melakukan tolakan atau lemparan, tambahkan juga dengan dorongan pergelangan tangan
mirip seperti gerakan menembak bola basket.
4. PERALATAN TOLAK PELURU
1. Bola logam
IAAF telah memutuskan bahwa berat bola logam yang digunakan dalam cabang olahraga tolak
peluru yakni 7,26 kg untuk putra dan 4 kg untuk putri. Bahan atau material yang harus digunakan
pada bola logam biasanya terdiri dari unsur besi padat atau kuningan. Namun, tidak menutup
kemungkinan juga beberapa jenis logam lain yang tidak lebih lembut dari kuningan bisa digunakan.

2. Bentuk lapangan
Untuk ukuran lapangan yang digunakan dalam cabang olahraga tolak peluru harus berbentuk
lingkaran, dengan diameter 2,135 meter pada lapangan beton dan sektor pendaratan yang ditandai
busur pada lapangan rumput dengan sudut 34,92 derajat. Selain itu, lingkaran yang terdapat dalam
lapangan tolak peluru memiliki papan penghenti setinggi 10 cm pada bagian depan sebelum
memasuki sektor pendaratan.

5. PERATURAN TOLAK PELURU


1. Seorang atlet atau pelempar harus bersiap setelah namanya diumumkan. Para atlet hanya diberikan
waktu 60 detik untuk memulai gerakan.
2. Agar memenuhi tujuan keamanan, atlet harus memakai taping pada jari tangan tetapi tidak
diperbolehkan mengenakan sarung tangan.
3. Bola logam dapat diletakan di dekat leher sepanjang gerakan. Apabila bola logam terlepas dan tidak
menempel dekat leher selama melakukan gerakan, maka hasil tolakan dapat dianggap tidak sah.
4. Gerakan tolak peluru hanya boleh menggunakan satu tangan dan tembakan harus berada di atas
ketinggian bahu.
5. Seorang atlet bisa memakai seluruh lingkaran, tetapi bagian kaki tidak diperbolehkan melakukan
gerakan keluar lingkaran atau menapak pada papan penghenti di daerah depan lingkaran.
6. Tolakan dianggap sah apabila bola logam mendarat pada sektor pendaratan dengan sudut 34,92 derajat.
Wasit atau juri akan melakukan penghitungan titik pendaratan pertama bola logam.
7. Seorang atlet tidak bolehkan meninggalkan lingkaran sebelum bola logam atau lemparan mendarat di
sektor pendaratan, serta hanya boleh meninggalkan lingkaran dari belakang.

Anda mungkin juga menyukai