Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA


DAN KESEHATAN
(PJOK)
TENTANG TOLAK PELURU

Di susun oleh : Erlina Putri Febrianti


Kelas : Xl TKJ 2
Guru Mapel : Rohmad Basuki

SMK NEGERI 1 KETAPANG


TOLAK PELURU
Pengertian,Sejarah,
Ukuran Lapangan & Teknik Dasar

Pengertian Tolak Peluru Atletik sering disebut sebagai induk dari semua cabang olahraga
(mother of sport) dan merupakan olahraga yang paling tua di dunia.
Ada beberapa jenis olahraga yang termasuk dalam cabang olahraga atletik, salah satunya
adalah tolak peluru

Pengertian Tolak Peluru

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga lempar dalam atletik yang dilakukan dengan
cara menolak atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh mungkin dari
titik lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu.
Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram, lempar lembing, dan
lempar martil, tolak peluru dapat dilakukan di lapangan indoor maupun outdoor. Hal ini
disebabkan tolak peluru tidak membutuhkan area pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25
meter.
Meski terlihat mudah dilakukan, tolak peluru tergolong olahraga berat yang tidak dapat
dilakukan sembarangan. Ada dua faktor yang menentukan dalam olahraga tolak peluru, yaitu
postur tubuh atlet dan penguasaan tekniknya.
Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar pula sehingga
cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan, para atlet juara dunia rata-rata
memiliki postur tubuh besar dan energi yang kuat untuk melakukan tolakan

Sejarah Tolak Peluru

Tolak peluru (the shot put) telah dikenal sejak dua ribu tahun yang lalu, yaitu sejak masa
Kerajaan Yunani kuno, tetapi dengan tata cara dan peraturan yang berbeda. Menurut Homer,
pada zaman dahulu, tolak peluru dikenal dengan nama lempar beban atau weight throwing.
Catatan sejarah tentang olahraga tolak peluru yang berhasil ditemukan adalah tentang
diadakannya kompetisi di Skotlandia pada abad pertama. Kemudian, pada abad ke-16, Raja
Henry VII dari Inggris menyelenggarakan pertandingan yang sama, yaitu lempar palu dan
lempar beban. Saat itu, kompetisi di kalangan masyarakat Inggris diadakan sebagai cara
untuk menguji kekuatan para pria. Peluru yang digunakan ketika itu masih terbuat dari batu,
bukan logam seperti sekarang.
Pertandingan pertama yang menggunakan alat seperti tolak peluru masa kini adalah
kompetisi yang diadakan pada era pertengahan. Pertandingan tersebut diselenggarakan oleh
kalangan militer dan diikuti para prajurit perang. Mereka berlomba melempar bola besi
sejauh-jauhnya.
Ide tersebut berawal dari kebiasaan para tentara perang yang sering mengadakan lomba
melempar cannon balls sejauh mungkin. Saat itu, meriam besi dan cannon balls (peluru
meriam) merupakan salah satu senjata yang paling mematikan.

Pertandingan tolak peluru yang berhasil didokumentasikan pertama kali


adalah kompetisi yang diadakan pada tahun 1866 di Skotlandia. Namun,
kejuaraan yang diadakan pada tahun 1866 itu masih bersifat amatir dan
menjadi salah satu dari The British Amateur Championships.
Sejak saat itu, tolak peluru makin digemari di negara-negara di daratan Eropa.
Tiga puluh tahun kemudian, barulah tolak peluru diperlombakan secara resmi
di Olimipade Athena, Yunani.
Salah satu catatan penting dari sejarah tolak peluru terjadi pada tahun 1950,
yaitu ketika Parry O’Brien memperkenalkan teknik lemparan tolak peluru.
Pada metode O’Brien, pelempar memulai tolakan dengan menghadap bagian
belakang ring.
Karena merupakan cabang olahraga atletik, induk organisasi tolak peluru menjadi satu
dengan induk olahraga atletik. International Amateur Athletic Federation (IAAF) adalah
wadah olahraga atletik (termasuk tolak peluru) seluruh dunia.
Indonesia mengenal olahraga tolak peluru melalui pemerintah kolonial Belanda yang
memasukkannya dalam kurikulum pelajaran di sekolah-sekolah milik Belanda. Namun, tolak
peluru hanya dimainkan oleh para siswa bagsawan Belanda sehingga kaum pribumi tidak
terlalu mengenal olahraga ini.
kemudian juga menjadi bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah pribumi sehingga semakin
dikenal di kalangan orang Indonesia. Karena belum memiliki wadah sendiri, tolak peluru
berada di bawah organisasi NIAU yang bertanggung jawab mengadakan kejuaraan atletik.
Meski keberadaan tolak peluru (dan cabang olahraga atletik lainnya) sudah dikenal sejak
masa penjajahan Belanda, Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) baru terbentuk pada
tanggal 3 September 1990. Dengan adanya PASI, olahraga atletik, termasuk tolak peluru,
makin berkembang.
Kegiatan pertama yang dilaksanakan PASI adalah pemilihan duta-duta atletik yang akan
mewakili Indonesia di ajang SEA Games. Selanjutnya, Indonesia juga rutin mengirimkan
delegasi untuk mengikuti kejuaraan regional dan internasional serta terus melakukan
pembinaan atlet tolak peluru.

Teknik Tolak Peluru

1. Teknik Memegang Peluru


2. Teknik Meletakkan Peluru di Leher
3. Teknik Menolak Peluru
a. Persiapan Tolak Peluru
Sikap tubuh yang terbaik ketika akan melempar peluru adalah berdiri dengan tegak dan rileks dengan
posisi menghadap ke samping lapangan. Untuk memudahkan menolak, kaki direnggangkan selebar
bahu dengan kaki kanan sedikit ditekuk dan berat badan menumpu di kaki kanan.
Tangan kanan yang memegang peluru diletakkan menempel di bahu, tepat di bawah rahang dengan
siku membentuk sudut 900 dan tangan kiri ditekuk dengan siku menghadap arah tolakan.
b. Gerakan Tubuh
Saat memegang peluru, kaki yang dekat dengan sektor lemparan digerakkan dengan cara diayun
sebagai persiapan untuk menolak peluru. Sementara itu, pinggang diputar ke sisi sektor lemparan
sehingga pinggul membantu mendorong, tubuh condong ke depan, dan pandangan fokus ke arah
lemparan.
c. Akhir Tolak Peluru
Sebelum menolak, posisi tubuh harus siap dengan kaki kanan yang akan digerakkan ke depan
sebagai tumpuan, menggantikan kaki kiri yang digunakan untuk berisiap. Kaki kiri lurus ke
belakang dan tidak tegang, lutut kanan sedikit ditekuk agar lebih kuat mendorong lemparan,
dan pandangan tetap fokus.

Peraturan Tolak Peluru

1. Atlet diperbolehkan memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya, para
atlet memilih untuk memasuki lingkaran dari samping dan belakang.
2. Atlet tolak peluru hanya diberi waktu selama 60 detik untuk menyelesaikan
pertandingan, dihitung sejak namanya dipanggil. Jika dalam waktu 3 menit belum juga
melakukan tolakan, atlet dikenakan diskualifikasi.
3. Atlet dilarang menggunakan sarung tangan, tetapi boleh menggunakan pelindung ruas
jari (taping) selama pertandingan.
4. Atlet boleh memegang bagian dalam wilayah lemparan berupa lingkaran besi.
5. Atlet harus menahan peluru menggunakan leher selama melakukan gerakan tolakan.
6. Atlet akan didiskualifikasi jika meletakkan peluru tidak sesuai dengan peraturan,
misalnya di belakang kepala atau di depan perut.
7. Peluru hanya boleh ditolak dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih tinggi
dari bahu.
8. Gerakan tolakan hanya boleh dilakukan di dalam lingkaran. Sedikit saja kakinya berada
di luar batas lingkaran, atlet tersebut dinyatakan didiskualifikasi.
9. Peluru harus mendarat di sektor area pendaratan yang disediakan (34,92 derajat). Atlet
akan didiskualifikasi jika peluru jatuh di luar sektor pendaratan atau tiga kali melakukan
kegagalan.
10. Pengukuran dilakukan mulai dari lokasi tempat peluru pertama kali jatuh sampai ke
tengah lingkaran.
11. Setelah melakukan lemparan, atlet harus meninggalkan lingkaran melelui sisi belakang
lingkaran.
12. Atlet baru boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.

Lapangan Tolak Peluru


 Lapangan tolak peluru terdiri dari dua bagian, yaitu lingkaran tolakan dan sektor
pendaratan.
 Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring besi dengan
ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran. Bagian depan lingkaran
tolakan dipasangi balok atas tolakan dengan panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan tebal
11,4 cm.
 Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector line) sekaligus garis ukur
standar yang terletak di tengah sektor pendaratan. Panjang sektor pendaratan minimal 25 meter
dengan sudut 40 derajat.
Peralatan Tolak Peluru

Dalam sebuah pertandingan tolak peluru, diperlukan beberapa peralatan yang wajib
disediakan penyelenggara, yaitu
1. alat pengukur;
2. bendera;
3. peluit; dan
4. Bola Peluru

Untuk peluru yang digunakan, terdapat beberapa ketentuan sebagai berikut.


1. Peluru dapat dibuat dari besi, pasir, logam solid, stainless steel, material sintetis, atau
polivinil.
2. Ukuran peluru disesuaikan dengan jenis lapangan yang digunakan. Untuk pertandingan
yang diadakan di lapangan indoor, ukuran peluru yang digunakan sedikit lebih besar
dari pertandingan
3. Ketentuan untuk berat peluru adalah sebagai berikut.
 Untuk senior putra : 7,257 kg
 Untuk senior putri : 4 kg
 Untuk junior putra : 5 kg
 Untuk junior putri : 3 kg

Gaya Tolak Peluru

Dalam sejarahnya, dikenal tiga gaya tolak peluru, yaitu gaya meluncur (glide), gaya samping
atau klasik, dan gaya berputar (spin). Namun, hanya gaya meluncur dan berputar yang
masih tetap digunakan hingga saat ini.

1. Gaya Meluncur (Glide)


Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali diperkenalkan. Gaya
ini sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama penemunya, Parry O’Brien dari Amerika
Serikat. Meski demikian, gaya ini bukanlah gaya yang paling populer.
Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu sebelum
melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah belakang, kemudian
mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera menghadap ke depan dan melontarkan
peluru.
2. Gaya Berputar (Spin)
Gaya berputar diperkenalkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Alexander Baryshnikov,
seorang atlet tolak peluru asal Rusia. Pada tahun tersebut, ia berhasil memecahkan rekor baru
untuk nomor putra dengan jarak 22 meter.
Ciri khas gaya spin adalah pelempar melakukan gerakan memutar sebesar 360 derajat
sebelum melakukan lemparan. Dengan cara ini, diharapkan atlet memiliki momentum untuk
melakukan lemparan sejauh mungkin.
Gaya berputar ini merupakan gaya yang paling sulit karena selain fokus pada tolakan, atlet
juga harus menguasai teknik berputar dengan benar. Gaya ini hampir sama dengan gaya
lempar cakram yang berputar dalam melakukan lemparan.
3. Gaya Samping (Klasik)
Gaya samping atau klasik merupakan gaya tolak peluru yang paling tua dan tidak diketahui
penemunya. Pada gaya ini, atlet menggunakan awalan menyamping, yaitu tubuh menghadap
ke samping dalam posisi siap sebelum melakukan tolakan.
Tidak seperti gaya lainnya, peluru dipegang menggunakan kedua tangan. Tangan kanan
menyangga peluru di atas bahu, sedangkan tangan kiri memegang peluru bagian atas. Akan
tetapi, pada saat melempar, atlet hanya menggunakan satu tangan.

Anda mungkin juga menyukai