Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ATLETIK TOLAK PELURU

DOSEN PENGAMPU

Dr. I Gusti Lanang Agung Parwata, S.Pd.,M.Kes.

DISUSUN OLEH

Oka Ananta Yogiswara

2116011009

2A

PRODI PENJASKESREK

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS OLAHRAGA DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cabang olahraga atletik adalah ibu dari semua cabang olahraga (mother of
sport ), dimana gerakan-gerakan yang ada di dalam atletik seperti jalan, lari,
lompat, dan lempar. Olahraga atletik merupakan salah satu aktifitas fisik yang
ada hubungannya dengan anggota tubuh dalam melakukan gerakan secara
teratur dan mempunyai tujuan. Secara alamiah setiap manusia normal dengan
sendirinya mampu melakukan gerakan-gerakan dalam atletik secara khusus.
Pengembangan lanjutan ke arah prestasi merupakan upaya memaksimalkan
potensi dasar yang dimiliki ke arah yang lebih spesifik sehingga kemampuan
yang dimilikinya dapat berkembang melebihi kemampuan manusia secara
umum, untuk mencapai hal tersebut melibatkan berbagai unsur dan masing-
masing unsur tidak dapat berjalan sendiri.
Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan
yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik juga
merupakan sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan
kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, dan
sebagainya. Dalam cabang olahraga atletik dibagi menjadi beberapa nomor
yaitu nomor lari, lompat, lempar dan lontar martil. Lontar martil mulai
berkembang sejak zaman Yunani Kuno dan dikenal dalam Olimpiade Kuno,
tetapi lontar martil pada zaman itu hanya diberlakukan untuk kaum lelaki,
karena pada zaman itu mengira kaum wanita adalah kaum lemah, yang tidak
cocok untuk pengerahan tenaga besar, dan karena tidak ingin membebani
wanita dengan hal-hal seperti itu.
Sesuai dengan perkembangan zaman, maka terjadilah emansipasi wanita,
bahwa wanita juga mampu melakukan olahraga seperti lontar martil,
walaupun lontar martil merupakan nomor lempar dengan teknik yang sangat
sulit dibandingkan dengan nomor lempar yang lain. Lontar martil yaitu
olahraga melemparkan bola logam yang memiliki berat tertentu yang diberi
pegangan berupa kawat dan dilempar sejauh-jauhnya.
Berdasarkan uraian diatas, diperlukan suatu bentuk realisasi nyata untuk dapat
menunjang sekaligus meningkatkan kualitas belajar siswa. Bentuk usaha yang
dimaksudkan dapat berupa pengoptimalan teori-teori dan praktik langsung
terkait dengan pendidikan jasmani. Menyimak lebih dalam mengenai hal yang
dipaparkan diatas, penulis bermaksud memberikan sebuah gagasan berupa
pembuatan karya tulis (makalah) yang berjudul “Lontar Martil”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang didapat yaitu
sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian lontar martil?
2. Apa saja sarana dan prasarana lontar martil?
3. Apa saja teknik-teknik dalam lontar martil?
4. Bagaimana peraturan perlombaan lontar martil?
5. Apa saja hal yang harus diperhatikan dalam lontar martil?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang didapat yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian lontar martil.
2. Untuk mengetahui sarana dan prasarana lontar martil.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam lontar martil.
4. Untuk mengetahui peraturan perlombaan lontar martil.
5. Untuk mengatahui hal yang harus diperhatikan dalam lontar martil.
1.4 Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, makalah ini dapat memerikan sumbangan
konseptual dan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan lonta rmartil.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, makalah ini dapat dapat memberikan sumbangan
bagi kalangan berikut.
1) Bagi Lembaga, khususnya Universitas Pendidikan Ganesha dapat
membentuk mahasiswa yang terampil dalam berkontribusi di dunia
pendidikan.
2) Bagi pendidik, sekiranya dapat bermanfaat sebagai bahan atau sumber
pengetahuan untuk mendidik dan membimbing mahasiswa dalam
pembelajaran atletik lontar martil.
3) Bagi mahasiswa, dapat memudahkan mahasiswa dalam belajar menulis
makalah seperti memahami materi khususnya yang berkaitan dengan
materi atletik lontar martil.
4) Bagi masyarakat umum, bermanfaat sebagai sumber informasi yang
dapat menambah wawasan pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lontar Martil


Lempar martil atau lontar martil, atau dalam Bahasa Iggris yaitu Hammer
throw dapat didefinisikan sebagai salah satu cabang olahraga dalam atletik,
ajang kompetisi kekuatan melontarkan martil untuk memperoleh  jarak yang
jauh. Martil yang digunakan dalam olahraga ini berupa bola logam yang diberi
pegangan kawat baja. Lontar martil adalah olahraga untuk arti atletik dalam
even lintaan dan lapangan (track and field) yang populer di mana atlet harus
melemparkan benda bulat berat ke jarak yang ditentukan, dengan memutarnya
di udara dengan bantuan kawat atau tali yang melekat padanya. Lontar martil
termasuk olahraga yang membutuhkan kekuatan, keseimbangan, dan proyeksi.
Karakteristik martil yang digunakan, yaitu:
1. Berupa bola logam dengan bobot berbeda untuk wanita dan pria.
2. Memiliki pegangan.
3. Kepala martil harus memiliki diameter 110 hingga 130 milimeter.
4. Pusat gravitasi palu harus enam milimeter dari pusat dan disatukan oleh
rantai atau kawat.
5. Pegangannya berbentuk seperti segitiga
Adapun definisi lontar martil menurut para ahli, antara lain:
1. Cambridge Dictionary, Lontar martil adalah olahraga di mana bola logam
berat yang diberi pegangan berupa kawat dilemparkan sejauh mungkin.
2. Encyclopedia Britannica, Definisi lempar martil adalah olahraga atletik
(lintasan dan lapangan) di mana martil dilemparkan pada jarak tertentu
menggunakan dua tangan dalam lingkaran lemparan.
2.2 Sarana dan Prasarana Lontar Martil
1. Martil
Martil terdiri dari tiga bagian yaitu kepala logam dan spindle, kawat, dan
pegangan (handle).
a. Kepala Martil, Kepala Martil terbuat dari besi padat (kerang baja
yang diisi dengan timah) berbentuk bola dengan titik berat
gravitasi tidak lebih dari 6 mm dari titik pusat bola. Berat martil
putra yaitu, 7,26 kg (16 pon), diameter 110 - 130 mm. Berat martil
putri 4 kg atau 8,82 pon. Diameter 95 - 110 mm.
b. Kawat, yang menghubungkan martil dan pegangan. Kawat harus
panjang dan lurus, tidak boleh ada sambungan, terbuat dari kawat
baja pegas. Diameter tidak lebih dari 3 mm. pada kedua ujung
kawat dibuat lilitan berbentuk lingkaran panjang kawat 965 mm.
Panjang kawat putra 121,3 cm, panjang kawat putri 119,4 cm.
c. Pegangan (handle), harus kaku dan tanpa pengait disetiap
ujungnya. Handle harus memiliki desain simetris dengan panjang
maksimum dalam 110 mm.
2. Lapangan Martil

K
eterangan Ukuran Lapangan Lontar Martil:
a. Jari-jari lingkaran pada area lempar martil (Throwing Circle) = 106,75
cm.
b. Diameter lingkaran pada area lempar martil (Throwing Circle) = 2,135
m.
c. Panjang garis kanan kiri pada area lingkaran = 75 cm.
d. Panjang area pendaratan (Landing Sector) = 90 m.
e. Lebar area pendaratan (Landing Sector) dari (Throwing Circle) = 0,75
cm.
f. Besar sudut lebar pada area pendaratan = 34,92° dari pusat area
lemparan.
g. Lebar atau ketebalan garis lapangan = 5 cm.

K
eterangan Gambar Lapangan Lontar Martil:
1. Throwing Circle
Throwing Circle adalah sebuah area yang dipakai para atlet untuk
melakukan lemparan martil. Lingkaran untuk lontar martil sedikit lebih
kecil dari lempar cakram karena ukurannya sama dengan area
lingkaran tolak peluru. Permukaan akhir lingkaran beton sedikit lebih
halus untuk lontar palu daripada lempar cakram. Ukuran area lingkaran
ini memiliki diameter 2,135 meter. Bagian luar Throwing Circle juga
diberi garis sepanjang 75 cm pada sisi kanan dan kirinya yang sejajar
dengan titik pusat lingkaran. 
2. Landing Sector
Landing Sector merupakan sebuah area pendaratan martil yang telah
dilontarkan. Bentuk landing sector yaitu sebuah busur lingkaran, dan
ukuran area pendaratan ini akan terus melebar sesuai dengan panjang
landing sector yang diukur dari titik pusat Throwing Circle yang
memiliki besar sudut 34,92°. Jadi apabila kedua garis landing sektor
diukur dari panjang 40 meter maka lebar area pendaratan tersebut yaitu
24 meter. Umumnya panjang landing sector pada lapangan lempar
martil yaitu 90 meter.
3. Safety Cage
Sama seperti olahraga lempar cakram, olahraga lempar martil juga
menggunakan fasilitas sebuah kandang pengaman untuk menjamin
keselamatan para penonton dan atlet (biasa disebut sangkar). Sangkar
martil harus direncanakan berbentuk huruf “U”. lebar mulut sangkar 6
m, dan diletakkan 7m di depan dari pusat lingkaran lempar. Tinggi
untuk jarring-jaring panel minimal 7 m. jarring-jaring terbuat dari tali
rajut alami atau dari rajut fiber sintesis.
2.3 Teknik – Teknik Lontar Martil
1. Cara Memegang Martil
Tahap memegang martil merupakan tahap pertama dari serangkaian
gerakan dalam cabang Lontar Martil. Petunjuk pelaksanaan :
1) Martil dipegang dengan dua tangan.
2) Tungkai martil terletak pada sendi jari-jari tangan kiri dan jari-jari
tangan kanan diatasnya.
3) Ibu jari saling silang dengan ibu jari kiri ada di bawah jari kanan atau
paralel, berdekatan satu sama lain.
4) Untuk melindungi tangan, biasanya tangan kiri pelontar menggunakan
sarung tangan.
2. Posisi awal (starting position) dan cara mengangkat martil.
Pelempar berdiri di sisi belakang lingkaran lontar dengan
punggung menghadap ke arah lontaran. Kedua kaki terpisah selebar bahu
sedikit guna menambah kestabilan sewaktu mengayun. Kedua kaki
ditekuk. Kedua tangan memegang martil dengan posisi badan tegak di
depan badan setinggi pinggang atau dengan badan bagian atas
dibengkokkan ke arah kanan.
Cara mengangkat martil yakni Ada dua cara untuk
mengakselerasikan martil lewat ayunan lengan-lengan, yaitu:
a. Martil diletakkan pada sisi tangan kanan pelontar ke belakang baik di
dalam atau di luar lingkaran lontar. Pelontar memulai mengayun
lengannya dengan meluruskan badan bagian atas yang kuat yang mula-
mula dibengkokkan ke kanan.

b. Sebelum memulai mengayunkan lengan, martil pertama kali berayun


seperti suatu bandul melalui/ di antara kedua kaki yang berdiri sedikit
kangkang dan selanjutnya diayunkan ke kanan dari mana ayunan
lengan dimulai.
3. Ayunan Lengan
a. Ayunan pendahuluan dimulai dari suatu posisi di belakang lingkaran
dengan punggung menghadap kelingkaran untuk melempar.
b. Kaki hendaknya dibuka secukup nya dengan kepala martil terletak
ditanah dibelakang sebelah kanan.
c. Gerakan melingkar dimulai dengan memutar tubuh menghadap kekiri
dan pada saat itu juga mengangkat lengan dan punggung.
d. Kedua lengan mengayun kan martil selebar mungkin, lengan harus
tetap lurus sampai suatu titik tinggi di atas bahu kiri.
e. Setelah mencapai titik tertingi tadi, siku ditekukan dan punggung
diputar kebelakang begitu gerakan kebawah martil dimulai.
f. Selama gerakan mengayun, titik tertinggi martil dibiarkan terletak
dikiri belakang dan titik terendah didepan kanan.
g. Berat badan atlet dipindahkan dari satu kaki kekaki lain, mendahului
perpindahan arah martil.
h. Gerakan berpindah yang kuat diaksentuasikan dengan gerakan pinggul,
dibantu juga dengan sedikit menjatuhkan bahu kiri ketika berat badan
tetap terletak di atas kaki kiri.
4. Masuk ke dalam gerak putaran ( Entry into turn )
Tahap ini dimulai dengan menekuk kedua lutut, badan tegak, dan
lengan diluruskan. Selanjutnya, gerakan kaki dimulai pada saat martil
mencapai titik terendah dari orbit putarannya serta poros putaran ada pada
tumit kaki kiri, dorongan berasal dari kaki kanan, mata terfokus pada
martil, dan sikap kanan badan diputar secara aktif melingkari sisi kiri yang
ditetapkan.

5. Gerak Berputar dan Gerakan kaki (Turn and footwok)


Pada tahap ini terdiri dari tiga tahap putaran, yaitu:
a. Tahap putaran pertama
Tahap ini terkenal dengan putaran tumit – telapak kaki. Poros gerakan
pada tumit kaki kiri, dorongan gerakan dari kaki kanan; selanjutnya,
terjadi perubahan dari tumit ke telapak kaki dari kaki kiri (pada
pinggiran sepatu) terus dengan putar poros yang cepat pada telapak
kaki; dekat, gerakan memutar rendah dari kaki/tungkai kanan,
melingkari kaki kiri, dan tempatkan kaki kanan di tanah segera dengan
lancar.

b. Tahap putaran kedua


Pada tahap ini, putaran tumit – telapak kaki (⅓ putaran tumit, ⅔
putaran telapak kaki); berat badan ada pada kaki kiri yang terus
ditekuk. Selanjutnya, posisi badan nampak duduk melawan tarikan
martil; sedangkan, poros bahu dan lengan membentuk satu segitiga.
Pada posisi ini, pinggang bergerak mendahului bahu selama kaki
kanan sentuh tanah yang menyebabkan pra tegangan.

c. Tahap Putaran Ketiga


Pada tahap ini, putaran terjadi di tumit dan telapak kaki, titik tinggi
dari titik rendah pada orbit berkurang dari putaran ke putaran namun
kecepatan putaran meningkat dari putaran ke putaran.
6. Tahap melontar/Pelepasan Martil
a. Tahap melempar dimulai ketika martil mencapai titik tinggi dalam
putaran terakhir. Pada tahap ini, martil harus terletak sejauh mungkin
di sisi kanan atlet dan berat badan pelempar jatuh di atas kaki kanan.
b. Ketika martil melampau titik terendah, tubuh harus mulai berhenti
berputar dan mulai mengangkat keatas.
c. Tenaga angkatan ini didapat dengan cara meluruskan kaki kiri sekuat
tenaga, dan juga punggung, sementara lengan dibiarkan pasif.
d. Tarikan yang kuat oleh lengan kiri melengkapi pelepasan martil ini
melalui bahu kiri.
e. kedua kaki harus terpancang kokoh diatas tanah pada saat martil
dilepaskan.
7. Tahap Pemulihan (Recovery)
Setelah martil lepas ada resiko yang sering dilakukan pelontar dengan
menginjak sisi atas lingkaran lempar. Ini berlaku, terutama pada pelempar
dengan kaki yang lebar. Oleh karena itu harus ada pemulihan setelah
pelepasan martil. Untuk menghindari kesalahan ini, si pelontar pertama
kali mengangkat kaki kirinya dari tanah dalam rangka tukar kaki. Berikut
cara-caranya
a. Gerakan kembali keposisi biasa dimulai sesaat setelah martil
dilemparkan dan lepas dari tangan.
b. Gerakan kembali keposisi biasa sama sekali tidak boleh dilakukan
sebelum martil lepas dari tangan.
c. Gerakan kembali keposisi biasa terdiri atas gerakan kaki kanan
kedepan dan mengambil langkah lari untuk menjaga agar tubuh tetap
lurus.
d. Berat badan sekarang langsung dipindahkan kekaki kanan yang
ditekuk untuk mengurangi gerakan momentum kedepan.
8. Keterangan Umun
Beberapa keterangan umum dalam pelatihan cabang lempar martil antara
lain sebagai berikut:
a. Jarak lemparan yang diperoleh dalam lempar martil sangat tergantung
pada kecepatan gerak dan sudut saat martil terlepas dari tangan.
b. Untuk mendapatkan kecepatan gerak maksimum dari martil, atlet
hendaknya menggunakan gerakan rotasional dengan kaki kiri sebagai
sumbuh menyilang lingkaran.
c. Biasa nya dapat dilakukan tiga rotasi yang di sebut putaran.
d. Pola rotasi martil ditentukan pada saat ayunan pendahuluan dilakukan.
e. Pada waktu terputar, martil dan pelemparnya berputar dengan sumbuh
yang melintasi bagian tubuh atlet yang kontak dengan bumi.
f. Martil berputar dalam bentuk spiral dengan menyilang lingkaran.
g. Untuk meningkatkan kecepatan linier martil,atlet harus menambah
jarak sumbuh, dengan cara merentangkan tangan selurus mungkin.
h. Pada saat itu, atlet harus memberikan reaksi terhadap kekuatan gerak
sentrifugal dari martil dengan cara memindahkan pinggul kebelakang.
i. Dalam setiap putaran, martil digerakan keatas dan kebawah dengan
menggunakan tenaga putaran tubuh.
j. Tenaga putaran tubuh ini di timbulkan oleh gerakan tubuh bagian
bawah kemuka ke arah martil dan gerakan tubuh bagian atas tepat di
atas titik terendah (dan dibawh titik tertinggi) martil tadi.
k. Kecepatan di tingkatkan dengan meninggikan kedataran lintasan martil
sehabis melakukan setiap putaran .
l. Peningkatan kecepatan gerak martil di dapat pada saat akan di lakukan
lemparan, dengan cara melakukan gerak serentak mengankat martil
dan mengurangi radius rotasinya.
m. Sudut yang di anjurkan untuk melempar martil adalah 45°.
2.4 Peraturan Lontar Martil
a. Seorang atlet ada dalam posisi persiapan sebelum melakukan ayunan
pendahuluan atau putaran diijinkan meletakkan kepala martil yang akan
dilontarkannya di tanah, baik didalam ataupun di luar lingkaran.
b. Hendaklah tidak dipertimbangkan sebagai lontaran yang gagal, bial kepala
martil menyentuh tanah didalam ataupun di luar lingkaran, atau
menyentuh bagian atas besi lengkung. Atlet boleh berhenti dan akan
memulai melontar lagi, asalkan tidak ada peraturan lain yang
dilanggarnya.
c. Bila martil itu patah sewaktu dilontarkan atau sedang di udara, hal ini
tidak dihitung sebagai lontaran martil yang salah, asalkan cara
melontarnya dilakukan sesuai peraturan. Bila si atlet kehilangan
keseimbangan dan akhirnya melanggar sebagai peraturan, hal ini
hendaklah tidak dihitung sebagai lontaran martil yang gagal, dan si atlet
itu diberi satu kesempatan yang baru.
d. Pelempar boleh menyentuh bagian dalam lingkaran lontar (throw cyrcle)
tapi tidak boleh menyentuh bagian atas lingkaran saat melempar.
e. Pelempar tidak boleh menyentuh tanah di luar lingkaran lempar saat
mencoba, dan juga tidak bisa meninggalkan lingkaran sampai kepala
martil menyentuh tanah.
f. Lingkaran itu terletak di dalam kandang untuk memastikan keamanan para
penonton ataupun atlet lainnya.
2.5 Hal Yang Harus Di Hindari Dalam Lontar Martil
a. Menarik dengan tangan di ayunan membungkuk lengan.
b. Mengambil tangan di belakang kepala.
c. Aksi kaki kaku pivot tidak lengkap kaki kiri dan kaki kanan yang diambil
terlalu lebar. gerakan di luar garis melempar.
d. Tidak menyertai palu di akhir, atau mengangkat kaki kanan.
e. Jatuh ke belakang pada awalan berputar.
f. Melakukan putaran seperti gasing (Berputar ditempat).
g. Badan bungkuk ke depan.
h. Melompat terlalu tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lontar Martil adalah salah satu cabang atletik nomor lempar. Lontar martil
dilakukan dengan cara melontarkan bola baja berukuran khusus untuk putra
dan putri dengan jarak sejauh-jauhnya. Perbedaan dengan nomor lempar
lainnya, lontar martil menggunakan alat bola baja yang disambung
menggunakan kawat dan ujung satunya di sambungkan pada pegangan. Untuk
dapat melakukan lontaran dengan semaksimal mungkin, para atlet harus
menguasai teknik lontar martil yaitu, memegang martil, cara mengayun martil,
cara melakukan putaran dengan mengayun martil dan gerakan kaki, hingga
cara melontar martil. Lapangan lontar martil tidak jauh berbeda dengan
lapangan tolak peluru dan lempar cakram, sama-sama menggunakan
pelindung area. Sebagai atlet yang baik dan disiplin, maka sebaiknya
memahami peraturan lontar martil dan untuk menghindri diskualifikasi
hendaknya memahami hal-hal yang harus dihindari dalam lontar martil
3.2 Saran
Kepada pembaca, diharapkan benar-benar membaca dan memahami
pengertian, teknik-teknik, dan peraturan dalam lontar martil, sehingga
makalah ini dapat bermanfaat. Disamping itu, para pembaca maupun yang
ingin menjadi atlet dapat mempraktikkannya dalam kegiatan olahraga atletik
khususnya lontar martil.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo Eddy dan Dapan. 2017. Dasar-Dasar Gerak Atletik.
Yogyakarta:Alfamedia.
Sukendro dan Ely Yuliawan. Dasar-Dasar Atletik. Jambi:Media Salim Indonesia.
https://www.vuiral.com/2020/10/gambar-dan-ukuran-lapangan-lontar-
martil.html.html [Diakses 12 Maret 2022]
https://fdokumen.com/download/buku-lontar-martil-dan-road-race [Diakses 12
Maret 2022]

Anda mungkin juga menyukai