Anda di halaman 1dari 16

TP.

FISIOLOGI OLAHRAGA
STRUKTUR DAN FUNGSI OTOT RANGKA
“TIPE SERABUT OTOT”

DOSEN PENGAMPU :

I Putu Darmayasa, S.Pd., M.For

Di Susun Oleh :

Nama : Oka Ananta Yogiswara

NIM : 2116011009

Kelas : III A

PRODI S1 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2022
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Tipe Serabut Otot” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah TP.
Fisiologi Olahraga yang diberikan oleh Bapak I Putu Darmayasa, S.Pd.,M.For.
selaku dosen pengampu Mata Kuliah TP. Fisiologi Olahraga di Universitas
Pendidikan Ganesha. Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam
rangka menambah pengetahuan dan juga wawasan yang menyangkut dengan
pembelajaran fisiologi olahraga.

Meski makalah ini sudah disusun dengan maksimal, tentu makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Dengan demikian, kami berharap makalah ini
dapat dijadikan sumber referensi bagi pembaca sekalian dalam pembuatan
makalah yang sama untuk selanjutnya. Walaupun penulis menyadari masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk perbaikan
yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata, penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Singaraja, 9 September 2022

Oka Ananta Yogiswara

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Tipe Serabut Otot...........................................................................................3
2.2 Distribusi Serabut Otot...................................................................................7
2.3 Perbedaan Fungsional Tipe Serabut Otot.......................................................8
2.4 Hubungan Serabut Otot dengan Unjuk Kerja.................................................9
2.5 Pengaruh Latihan Terhadap Tipe Serabut Otot..............................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Serabut Merah/ST................................................................................4

Gambar 2. Serabut Putih/FT..................................................................................5

Gambar 3. Serabut Otot Polos...............................................................................6

Gambar 4. Serabut Otot Jantung...........................................................................7

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengetahuan mengenai tipe serabut otot sangat perlu oleh seorang pelatih
ataupun seorang guru PJOK, karena dalam merencanakan suatu program yang
adekuat untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan flexibilitas otot.
Pengetahuan tentang sistem otot sangat dibutuhkan, yaitu pengetahuan tentang
struktur otot, secara mikroskopis dan makrokopis. Tidak semua serabut otot (sel
otot) mempunyai kemampuan metabolisme dan fungsional yang sama. Sebagai
contoh, ada otot yang mempunyai kemampuan bekerja secara anaerobic da nada
yang aerobic.

Bagaimana otot rangka menyesuaikan diri dengan stimulus yang berulang-


ulang diterima, sebagian besar tergantung pada karakteristik otot itu sendiri.
Secara spesifik, jenis serabut yang membentuk otot seseorang sangat
mempengaruhi cara seorang atlet itu beradaptasi dengan program latihan mereka.
Ada alasannya mengapa beberapa atlet dapat berlari lebih cepat dan mendapatkan
pembesaran otot lebih mudah daripada yang lain atau mengapa beberapa atlet
dapat berjalan dalam jangka waktu yang panjang tanpa merasa kelelahan.

Salah satu factor yang berpengaruh untuk terjadinya prestasi seorang atlet
adalah ototnya. Persentase yang lebih banyak dari suatu tipe serabut otot dapat
menentukan tipe olahraga apa yang dapat dijalaninya. Karena tipe serabut otot
memperngaruhi bagaimana respon otot terhadap latihan atau aktivitas fisik. Maka
dari itu penulis ingin membahas tantang tipe serabut otot di pembahasan dalam
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, di dapat rumusan masalah yang akan di bahas
sebagai berikut :

1) Apa saja tipe serabut otot?

1
2) Bagaimana distribusi serabut otot?
3) Bagaimana perbedaan fungsional tipe serabut otot?
4) Bagaimana hubungan serabut otot dengan unjuk kerja?
5) Bagaimana pengaruh latihan terhadap tipe serabut otot?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui tipe serabut otot.


2) Untuk mengetahui distribusi serabut otot.
3) Untuk mengetahui perbedaan fungsional tipe serabut otot.
4) Untuk mengetahui hubungan serabut otot dengan unjuk kerja.
5) Untuk mengetahui pengaruh latihan terhadap tipe serabut otot.

1.4 Manfaat

Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat :

1) Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai tipe serabut


otot, distribusi serabut otot, perbedaan fungsional tipe serabut otot, hubungan
serabut otot dengan unjuk kerja, pengaruh latihan terhadap tipe serabut otot.
2) Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai tipe
serabut otot, distribusi serabut otot, perbedaan fungsional tipe serabut otot,
hubungan serabut otot dengan unjuk kerja, pengaruh latihan terhadap tipe
serabut otot.
3) Dapat digunakan sebagai sumber referensi pada mata kuliah Fisiologi
Olahraga, khususnya tentang tipe serabut otot.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tipe Serabut Otot

Tubuh kita memiliki sistem otot yang berfungsi untuk mengontrol pergerakan
tubuh dan organ-organ di dalamnya. Masing-masing otot tubuh mempunyai
jaringan yang terdiri dari serabut otot atau serat otot. Serabut otot terdiri dari satu
sel otot. Serabut ini berfungsi untuk mengendalikan kekuatan fisik dari tubuh kita.
Ketika berbagai serabut otot dikelompokkan bersama, bagian tubuh ini berperan
dalam membuat gerakan yang terorganisir dari anggota badan dan jaringan tubuh
kita. Masing-masing serabut otot memiliki diameter yang beragam, mulai dari
0,02 hingga 0,08 milimeter (mm). Dalam beberapa otot tertentu, serabut otot
berukuran sepanjang keseluruhan otot dan ukurannya bisa mencapai puluhan
centimeter (cm). Ada tiga jenis jaringan otot di dalam tubuh kita, yaitu otot
rangka, otot polos, dan otot jantung. Masing-masing jaringan otot ini memiliki
serabut otot yang berbeda.

1. Otot Rangka
Setiap otot rangka di dalam tubuh kita terdiri dari ratusan sampai ribuan
serabut otot yang dibungkus dengan rapat oleh jaringan ikat. Masing-masing
serabut otot berisi unit-unit kecil yang terdiri dari filamen-filamen tebal dan
tipis. Inilah yang menyebabkan penampilan jaringan otot menjadi lurik atau
seperti bergaris. Ada dua (2) tipe serabut otot rangka yakni serabut otot tipe I,
serabut lambat, serabut merah, atau serabut oksidatif lambat (slow-twitch
muscle fiber) dan serabut otot tipe II, serabut cepat, serabut putih, atau serabut
otot anaerobik (fast-twitch muscle fiber). Pada serabut tipe II masih dibagi
menjadi dua macam, yaitu tipe IIa dan tipe IIb. Sehingga dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis serabut otot, yaitu tipe I (slow twitch
oxidative), tipe IIa (fast twitch oxidative), dan tipe IIb (fast twitch glycolytic).
a. Serabut Otot Tipe I, Serabut Lambat, Serabut Merah/Otot Merah atau
serabut oksidatif lambat (slow-twitch muscle fiber)

3
(Gambar 1. Serabut Merah/ST)

Otot/serabut ini disebut otot merah atau serabut merah disebabkan


mioglobin yang lebih banyak terkumpul di dalam serabut ini, karena
mengandung pigmen mioglobin (seperti hemoglobin) di dalamnya. Otot
ini memiliki karakteristik bekerja secara aerobik, tidak mudah lelah,
kontraksinya yang lambat, aktivitasnya memerlukan waktu yang lama
serta mengandung hemoglobin dan enzim oksidasi. Serabut-serabut otot
ini mengandung lebih banyak mitokondria, suplai pembuluh darah, dan
mioglobin sehingga dapat secara efisien dalam menggunakan oksigen
untuk menghasilkan energi, membuatnya resisten terhadap kelelahan
namun tidak dapat menghasilkan energi atau daya sebagaimana serabut
otot tipe cepat. Otot ini juga digunakan untuk aktivitas yang memerlukan
daya tahan seperti marathon, jalan cepat dan lari jarak jauh, bersepeda,
jogging, dan swimming endurance. Ketika tubuh melakukan aktivitas tipe
ketahanan, maka serabut otot tipe lambat ini akan lebih banyak digunakan
untuk pergerakan sebab serabut otot jenis ini akan memenuhi kebutuhan
energi dari otot yang bekerja.
b. Serabut Otot Tipe II, Serabut Cepat, Serabut Putih/Otot Putih, atau Serabut
Otot Anaerobik (fast-twitch muscle fiber)
Dikatakan serabut cepat karena Fast twitch fiber melepaskan kalsium
dengan cepat dari retikulum sarkoplasma, dengan cepat memecah ATP
menjadi ADP pada kepala miosin. Hasil ini menyebabkan laju ayunan
jembatan silang menjadi cepat. Serabut fast twitch dapat bergantung

4
terutama pada fosfolirasi oksidatif atau glikolisis anaerob untuk energi,
bergantung pada jenis kerja yang biasanya dilakukan.

(Gambar 2. Serabut Otot Putih/ST)

Otot putih ini memiliki karakteristik bekerja secara anaerobic,


intensitasnya tinggi, mudah mencapai kelelahan dan kontraksinya dua kali
lipat lebih kuat. Konsumsi energi berasal dari glikolisis. Otot putih ini
banyak terdapat pada otot yang digunakan untuk beraktivitas yang kuat
dan berat. Contohnya ketika melakukan aktivitas anaerobic. Serabut fast
twitch yang sering menghasilkan energi dalam jumlah yang besar untuk
letupan cepat tegangan memiliki banyak simpanan enzim glikolitik dan
menghasilkan banyak ATP dari glikolisis anaerob. Serabut fast twitch
biasanya adalah serabut yang besar. Serabut ini kurang memerlukan
vaskularisasi karena kurang mengandalkan fosforilasi oksidatif. Oleh
karena itu, serabut ini tampak berwarna putih. Serabut ini disebut serabut
glikolitik-cepat. Serabut glikolisis-cepat ini cepat letih dan dominan pada
otot atlet angkat berat dan pelari cepat jarak dekat.
a) Tipe IIa (fast twitch oxidative glycolytic), Disebut juga pink muscle
karena berasal dari dua macam serabut yaitu serabut otot tipe 1 yang
kelelahannya lambat dan serabut tipe 2B yang kelelahannya sangat
cepat. Otot tipe 2A memiliki kelelahan rata-rata intermediate (sedang),
serabut ototnya kecil-besar, metabolisme dengan aerobik-anaerobik
(oxidative glycolytic), kekuatan motor unit tinggi, dan myofibril
ATPase tinggi.

5
b) Tipe IIb (fast twitch glycolytic) atau otot phasik. Disebut juga white
muscle karena berwarna lebih pucat, durasi kontraksi yang singkat,
serabut ototnya besar, sedikit mengandung mitokondria sehingga cepat
mengalami kelelahan, metabolisme dengan anaerob (glycolytic),
berfungsi sebagai mobilisasi (bergerak) dan berfungsi khusus untuk
gerakan halus dan terampil. Patologi pada tipe otot ini cenderung
lemah dan atrofi diantaranya adalah otot-otot perut, otot
gastroknemius, otot gluteus maksimus dan minimus, otot peroneal, otot
tibialis anterior, otot extra ocular, dan otot-otot tangan.
2. Otot Polos

(Gambar 3. Serabut Otot Polos)

Berbeda dengan otot rangka, otot polos bentuknya tidak lurik atau


bergaris. Penampilannya yang seragam membuat otot ini dinamakan otot
polos. Otot ini bergerak dengan tidak disengaja sehingga kita tidak bisa
mengendalikannya. Beberapa contoh otot polos adalah pembuluh darah dan
saluran napas. Serabut otot polos memiliki bentuk lonjong, yang mirip seperti
bola rugby. Serabut otot polos juga ukurannya ribuan kali lebih pendek dari
serabut otot rangka.
3. Otot Jantung
Mirip dengan otot rangka, otot jantung bentuknya lurik. Otot yang hanya
ditemukan di dalam jantung ini memiliki serabut otot dengan sejumlah ciri
khas. Serabut otot jantung mempunyai irama sendiri. Sel-sel spesial
bernama pacemaker menghasilkan impuls yang menyebabkan otot jantung
berkontraksi.

6
(Gambar 4. Serabut Otot Jantung)

Proses ini umumnya terjadi pada kecepatan yang konstan, tetapi juga bisa
menjadi lebih cepat atau melambat jika diperlukan. Selain itu, serabut otot jantung
bentuknya bercabang dan saling berhubungan. Impuls yang dihasilkan sel-
sel pacemaker menyebar dalam pola seperti gelombang yang terorganisir, dan
inilah yang menciptakan detak jantung anda.

2.2 Distribusi Serabut Otot

Otot manusia selalu terdiri kedua tipe serabut otot, yaitu tipe I dan tipe II,
tetapi setiap otot di seluruh tubuh mempunyai persentase kedua tipe itu berlain-
lainan. Otot yang sama pada orang yang berlainan mempunyai persentase yang
berlain-lainan juga. Umumnya, otot lengan dan kaki seseorang mempunyai
komposisi yang mirip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan
komposisi utama serabut otot tipe I pada otot kaki, akan juga mempunyai
komposisi utama yang sama pada otot lengannya. Pengecualian terjadi pada otot
Soleus di betis, otot ini mempunyai persentase serabut tipe I yang sangat tinggi
pada semua orang (Wilmore, Costill, Kenney, 2008). Penentuan komposisi tipe
serabut ditentukan secara genetic, tetapi rata-rata setiap orang memiliki kurang
lebih 50 persen serabut otot tipe I dan 50 persen serabut otot tipe II, walaupun
masih dapat terjadi variasi yang lain (Quinn, 2007). Menurut Wilmore, Costill dan
Kenney (2008), Secara rata-rata, otot bergaris mempunyai komposisi serabut otot
tipe I sebanyak 50%, 25% tipe lla, dan sisanya terutama tipe IIx, sedangkan tipe
IIc hanya sejumlah 1-3% saja. Secara tepatnya, persentase tipe serabut otot sangat
bervariasi pada masing-masing otot dan masing-masing individu.

7
Seorang sprinter Olimpiade dilaporkan mempunyai komposisi serabut otot
cepat sebesar 80% dan atlit marathon Olimpiade mempunyai 80% tipe serabut
otot lambat (Quinn, 2007). Seseorang yang secara genetik mempunyai persentase
yang tinggi dari suatu tipe serabut otot, akan unggul dalam olahraga yang sesuai
dengan tipe serabut ototnya. Suatu studi menyatakan bahwa semakin tua
seseorang , dapat terjadi perubahan distribusi serabut otot tipe I dan II, yaitu
kecenderungan penurunan motor unit tipe II, dan peningkatan persentase serabut
otot tipe I (Wilmore, Costill, Kenney , 2008).

2.3 Perbedaan Fungsional Tipe Serabut Otot

a. Serabut Otot Tipe I, Serabut Lambat, Serabut Merah/Otot Merah atau serabut
oksidatif lambat (slow-twitch muscle fiber)
Serabut otot ini berfungsi untuk mengikat oksigen pada serat otot karena
mengandung banyak myoglobin sejenis protein. Serabut otot ini juga
berfungsi sebagai daya tahan di dalam tubuh seseorang. Ketika tubuh
melakukan aktivitas tipe ketahanan, maka serabut otot tipe lambat ini akan
lebih banyak digunakan untuk pergerakan sebab serabut otot jenis ini akan
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi dari otot yang bekerja
b. Serabut Otot Tipe II, Serabut Cepat, Serabut Putih/Otot Putih, atau Serabut
Otot Anaerobik (fast-twitch muscle fiber)
Serabut otot ini berfungsi dalam aktivitas yang memerlukan pengeluaran
energy yang besar dalam waktu singkat seperti lari cepat dan angkat beban.
Kemudian, tipe IIa dapat berfungsi menggunakan kedua metabolisme aerobic
dan anaerobic untuk menghasilkan energy, secara hamper sama. Sedangkan,
tipe IIb berfungsi sebagai mobilisasi (bergerak) dan berfungsi khusus untuk
gerakan halus dan terampil. Patologi pada tipe otot ini cenderung lemah dan
atrofi diantaranya adalah otot-otot perut, otot gastroknemius, otot gluteus
maksimus dan minimus, otot peroneal, otot tibialis anterior, otot extra ocular,
dan otot-otot tangan.

8
2.4 Hubungan Serabut Otot dengan Unjuk Kerja

Serabut otot FT yang memiliki sifat kontraksi yang cepat , karena memiliki
aktivitas m ATPase (myosin-ATPase), sedangkan serabut otot ST sebaliknya.
Perbandingan kecepatan waktu kontraksi antara serabut otot FT dan ST, yaitu 2 :
1 (0.05 detik : 0.10 detik) dan waktu relaksasinya kedua-duanya proposional.
Tetapi ST di dalam penggunaan energi lebih efisien, sehingga sangat baik untuk
kegiatan yang memerlukan waktu lama, lebih efisien didalam aktifitas isometrik.

Serabut otot ST memiliki lebih banyak kolagen sehingga serabut otot ST


kurang elastis dan lebih kaku dari pada serabut otot FT. Keadaan yang demikian
bukan berarti menghambat fungsi serabut ST, tetapi karena memang sifat dari
serabut otot ST yang lamban. Elastisitas yang lebih baik pada serabut otot FT
banyak membantu fungsi serabut otot FT di dalam menghasilkan tenaga (force)
kontraksi yang cepat dan kuat tanpa mengalami hembatan yang berarti , karena
serabut otot FT memiliki sifat "komplayen yang lebih tinggi" (higer compliance)

2.5 Pengaruh Latihan Terhadap Tipe Serabut Otot

Menurut Nawawi (2008) efek latihan yang terjadi mengalami perbedaan


tingkat pada masing-masing tipe serabut otot. Efek latihan terhadap keduanya
dipengaruhi oleh tipe latihan, intesitas latihan dan durasi latihan. Berikut adalah
spesifiksi perubahan tersebut:

a. Meningkatnya kapasitas aerobic. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa


tipe serabut otot fast twitch memiliki kapasitas oksidatif lebih rendah
dibandingkan dengan tipe serabut otot slow twitch, namun dengan melakukan
latihan keras, kapasitas kedua tipe serabut otot tersebut sama-sama
meningkatkan. Ini menunjukan bahwa karakteristik kedua tipe serabut otot ini
tidak berubah, dengan kata lain walau sama-sama meningkat namun kapasitas
oksidatif otot slow twitch tetap lebih tinggi jika dibandingkan dengan otot fast
twitch.
b. Hipertropi yang tergantung pada bentuk latihan. Hipertropi adalah
peningkatan massa otot. Hipertropi pada fast twitch diperoleh dengan latihan
kekuatan dan slow twitch dengan latihan daya tahan. Hipertropi biasa terjadi

9
pada latihan kekuatan namun akibat latihan daya tahan, otot juga akan
mengalami sedikit hipertropi. Apabila melakukan latihan daya tahan dalam
waktu yang lama, yang terlihat banyak perubahan adalah otot daya tahan
terhadap kelelahan dan disertai oleh meningkatnya kapasitas otot untuk
menghasilkan ATP melalui oksidasi fosforasi. Sehingga, serabut otot ST
menempati daerah terbesar pada otot atlet daya tahan daripada serabut otot FT.
Begitu juga sebaliknya, serabut otot FT menempati daerah terbesar pada atlet
lari cepat, tolak peluru, lempar cakram dll.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Serabut otot merupakan jaringan yang terdapat dalam otot. Serabut otot terdiri
dari satu sel otot. Serabut ini berfungsi untuk mengendalikan kekuatan fisik dari
tubuh kita. Ketika berbagai serabut otot dikelompokkan bersama, bagian tubuh ini
berperan dalam membuat gerakan yang terorganisir dari anggota badan dan
jaringan tubuh kita. Tubuh manusia memiliki 3 otot yaitu otot rangka, otot polos
dan otot jantung. Setiap otot-otot ini memiliki serabut otot dengan karakteristik
mereka masing-masing. Pada otot rangka, serabut otot dibagi menjadi 2 yaitu
serabut lambat (slow-twitch) dan serabut cepat (fast-twitch). Serabut cepat (fast-
twitch) dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu tipe IIa dan IIb. Serabut otot ST
memiliki tipe yang cocok untuk aktivitas ketahanan seperti lari jarak jauh,
marathon, jogging dan bersepeda. Sedangkan serabut otot FT memiliki tipe yang
cocok untuk aktivitas anaerobik seperti lari sprint dan angkat beban. Serabut otot
ST dan FT juga memiliki distribusi sesuai dengan karakteristik dan fungsinya.
Begitu juga dengan unjuk kerja serabut otot ST dan FT ini, keduanya saling
berkaitan dalam suatu kegiatan, saling memback-up kekurangan serta kelebihan
masing-masing tipe serabut otot ini. Latihan juga berpengaruh pada tipe serabut
otot, seperti hipertropi dan meningkatkan kapasitas aerobic.

3.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan yaitu penting bagi kita
untuk mengetahui tipe-tipe serabut otot yang bekerja untuk membantu menunjang
aktifitas manusia. Bagaimana hubungannya dengan unjuk kerja dan dampak
latihan yang dilakukan terhadap serabut otot. Selain itu, pembaca juga dapat
memahami dan mengetahui dan menambah wawasan mengenai tipe serabut otot
ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Jasudhiar Hu Or Dhiar, 2015. Hubungan Serabut Otot Dengan Unjuk Kerja.


Scribd.com. https://www.scribd.com/doc/259839022/Hubungan-Serabut-
Otot-Dengan-Unjuk-Kerja [diakses 9 September 2022]

Lesmana, Heru Syarli, 2018. BAHAN AJAR FISIOLOGI OLAHRAGA SPORT


PHYSIOLOGY. Universitas Negeri Padang.

Nethy Akal, 2017. OTOT LAMBAT, OTOT CEPAT DAN PERBEDAANNYA.


Academia.
https://www.academia.edu/36119269/OTOT_LAMBAT_OTOT_CEPAT_
DAN_PERBEDAANNYA_Abstrak [diakses 9 September 2022]

Rachman, Aby, 2021. Seputar Serabut Otot, Mulai dari Tipe Hingga Potensi
Masalah. Ensiklopedia.
https://www-sehatq-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.sehatq.com/artikel/
seputar-serabut-otot-mulai-dari-tipe-hingga-potensi-masalahnya/amp?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16626963960777&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.sehatq.com
%2Fartikel%2Fseputar-serabut-otot-mulai-dari-tipe-hingga-potensi-
masalahnya [Diakses 9 September 2022]

12

Anda mungkin juga menyukai