Disusun Oleh :
Dela Yesinta
Kelas XI MIPA 2
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat serta hidayah-nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “ Gerak Lari”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat dilakukan
perbaikan pada makalah.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4
C. TUJUAN................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN......................................................................................................................12
B. SARAN..................................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Untuk menciptakan suasana tersebut, maka guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan memegang peranan penting. Pihak guru seharusnya tidak hanya mengembangkan
kemampuan gerak sesuai kegiatan nomor cabang olahraga atletik, tetapi juga menanamkan
nilai-nilai seperti kejujuran (sportivitas atau fair play), disiplin, pantang menyerah, semangat
ksatria, saling menghormati dan percaya pada diri sendiri. Atletik merupakan wahana
pendidikan yang tidak hanya mengembangkan keterampilan, tetapi juga
mengembangkan nilai-nilai humaniora. Kemampuan gerak anak dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran atletik.
B.Rumusan Masalah
4
C.Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Lempar martil atau lontar martil (hammer throw) merupakan salah satu cabang
olahraga dalam atletik, ajang kompetisi kekuatan melontarkan martil untuk mendapatkan
jarak yang jauh. Dalam artikel ini kita akan membahas sejarah lontar martil, teknik dasarnya,
peraturan, ukuran lapangan dan lain-lain.
Pengertian lempar/lontar martil adalah salah satu dari 4 nomor lempar dalam kompetisi trek
dan lapangan, bersama dengan lempar cakram, lempar lembing, dan tolak peluru.
Lempar martil pertama kali diperlombakan pada olimpiade tahun 1900 di Paris,
Perancis (olimpiade kedua modern) dengan akarnya yang berasal dari abad ke 15 dan
menjadi salah satu perlombaan nomor tradisional putra.
Sejarah lempar martil kemudian berkembang, yang awalnya merupakan pertandingan
informal kemudian menjadi bagian dari permainan Highland Skotlandia pada akhir abad ke-
18, dimana versi asli dari permainan tersebut masih dipertahankan sampai sekarang.
Saat lontar martil pria telah berjalan sejak tahun 1900-an, Asosiasi Federasi Atletik
Internasional tidak memperlihatkan tanda-tanda diakomodirnya lempar martil untuk wanita
hingga tahun 1995.Pertandingan lontar martil wanita, baru ada/dimasukkan dalam olimpiade
pada pertandingan musim panas tahun 2000 di Sydney, Australia.
Pada akhir tahun 1960-an, lontar martil merupakan warisan sebelum masuk ke ajang
olimmkimpiade yang telah didominasi pengaruh Eropa dan Eropa Timur, yang telah
memengaruhi minat pada dibelahan dunia lainnya.Saat ini lempar martil merupakan salah
satu nomor yang sering diperlombakan pada event-event nasional maupun internasional.
Sayangnya dalam kurikulum pembelajaran penjas, lempar martil tidak diajakar baik untuk
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah Menengah Atas
(SMA). Untuk nomor lempar martil hanya sebatas dikenalkan dan belum dipraktikkan di
sekolah-sekolah.
6
C.Gerakan Lempar Martil
b. Tahap Ayunan
Berikut cara melakukan tahap ayunan lontar martil:
c. Tahap Melontar
Berikut petunjuk pelaksanaan melakukan tahap melontar:
a) Tahap melontar dimulai ketika martil mencapai titik tertinggi dalam putaran martil.
7
b) Ketika martil melampaui titik rendah, tubuh harus mulai berhenti berputar dan mulai
mengangkat ke atas.
c) Tenaga angkatan ini didapat dengan cara meluruskan kaki kiri sekuat tenaga, juga
punggung, lengan dibiarkan pasif.
d) Tarikan yang kuat oleh lengan kiri melengkapi pelepasan martil ini melalui bahu kiri.
e) Kedua kaki harus terpantang kokoh di atas tanah pada saat martil dilepaskan.
1. Posisi awalan dimulai dengan cara martil dipegang pada bagian handle dengan tangan
kiri kemudian ditutup dengan tangan kanan dan posisi kedua ibu jari menyilang.
2. Kepala martil boleh ditempatkan di atas tanah sebelah kanan atau dibelakang si
pelempar kemudian pelempar dapat mengayunkan martil sebagai ayunan permulaan.
3. Titik terendah dari ayunan permulaan adalah hanya ketika martil melewati bagian
kanan dan kaki kanan.
1. Saat martil mencapai titik terendah pelempar mulai pivot di atas tumit tungkai kiri dan
ujung telapak kaki kanan, putaran dibuat di atas tumit dan kaki kiri sampai
menghadap ke arah depan dari lingkaran dan kemudian dilanjutkan dengan
memutarnya kembali di atas telapak kaki bagian depan sampai kembali ke arah
semula.
2. Tubuh bagian bawah membawa tubuh bagian atas bergerak ke depan, dengan tangan
kiri menutup dada, dan selama tungkai bergerak, martil pun terus bergerak.
3. Kaki kanan meninggalkan tanah ketika kaki kiri selesai dengan gerakan tumitnya,
berat badan dipindahkan ke tungkai kiri dan seterusnya.
8
c. Fase Akhir
Beberapa saat sebelum putaran berakhir atau sebelum martil mencapai titik terendah,
pelempar sudah mulai menarik martilnya, mempercepat jalannya martil saat bergerak
ke arah bawah dan mencoba untuk mempercepat gerakan kedua tangkai dalam upaya
mempercepat putaran tubuh bagian bawah.
d. Lemparan
Teknik lontar martil pada tahap lemparan dilakukan dengan meluruskan kedua
tungkai dengan kuat, badan lebih dibusungkan lagi dengan kepala direbahkan ke arah
belakang atau dengan posisi tertengadah, ketika martil telah ditempatkan pada sudut
trayektorinya, pelempar harus melhiat ke arah lemparan, kemudian mengangkat kedua
lengan di akhir gerakannya dan pandangnan kedua matanya mengikuti jalannya martil
sebelum mengganti posisi kedua tungkainya.
9
2. Ukuran Lapangan Lontar Martil
Fasilitas lapangan lontar martil terdiri dari lingkaran lempar, kandang pelindung, dan sektor
pendaratan. Biasanya lapangan lempar martil ini dipadukan dengan fasilitas lempar cakram.
Namun demikian, lingkaran lontar untuk lempar martil sedikit lebih kecil dari lempar cakram.
Permukaan akhir ke lingkaran beton sedikit lebih halus untuk lempar martil daripada lempar
cakram.
Selain lapangan lontar martil, keamanan penonton juga harus diperhatikan. Oleh sebab itu
maka lontar martil boleh dilakukan pada lapangan yang telah diberi jaring untuk menjamin
keamanan penonton, atlet, dan lain-lain.
Kandangan yang ditentukan dalam manual ditujukan untuk digunakan dalam stadion utama
dalam kompetisi kelas tinggi saat acara berlangsung di luar arena dengan hadirnya penonton
atau saat cara berlangsung di arena dan acara lainnya berlangsung bersamaan.
10
Berikut ini ukuran lapangan lontar martil yang telah menjadi standar:
Lingkaran yang melengkung berdiameter 2.135 m.
Dalam kompetisi internasional, sektor pendaratan ditandai oleh dua jari yang
dipisahkan oleh 34,92 derajat.
Garis perpanjangan 90 m dari pusat lingkaran lempar.
Sektor pendaratan ditandai dengan garis putih berukuran 5 cm, bagian dalamnya
merupakan batas untuk lemparan yang wajar.
Sebuah kandang pelindung harus mengelilingi lingkaran lempar.
3. Ukuran Martil
Martil sendiri terdiri dari kepala logam, kawat, dan gagangnya. Kepala adalah besi padat
(atau logam lain yang tidak lebih lembut dari pada kuningan). Logam campuran diizinkan.
Kawat berdiameter tidak lebih dari 3 mm, terbuat dari baja, dan tidak bisa meregang saat
dilempar.
Pegangannya harus kaku dan tanpa sendi engsel apapun. Pegangan bisa maksimal 110 mmm.
Berapa berat lontar martil? Untuk kompetisi internasional terbuka, tembakan pria berbobot
7,260 kg dan harus memiliki diameter antara 110 mm dan 130 mm. Bagi wanita, bobotnya
4.000 kg dengan diameter antara 95 mm dan 110 mm.
11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Lontar martil atau lempar martil adalah salah satu dari empat kompetisi trek dan
lapangan selain lempar cakram, tolak peluru, dan lempar lembing. Olahraga individu ini
dilakukan dengan cara kedua tangan memegang martil dalam lingkaran area melempar.
Ada tiga hal yang paling esensial dalam melakukan lontar martil, yaitu kekuatan,
keseimbangan, dan juga pengaturan waktu yang tepat. Apabila atlet menginjak lingkaran atau
sampai keluar garis, maka lemparannya dinyatakan gagal.
B.Saran
Melalui latihan gerak dasar lontar martil yang dilakukan berupa gerakan memegang,
menekuk, menarik,mengayunkan,memutar, melontar, dan memindahkan berat
tubuh/keseimbangan dapat merangsang anak untuk bergerak secara teratur dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam melakukan gerakan nonlokmotor.
12