Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PJOK

LEMPAR LEMBING, LEMPAR CAKRAM, DAN TOLAK PELURU

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Nama: Muh. Fauzan Ashari
Kelas: XI IPA 2
SMA NEGERI 10 GOWA
TA. 2024-2025
BAB I
PENDAHULUAN
 LEMPAR LEMBING

1.1. Latar Belakang


Lempar lembing merupakan salah satu cabang olahraga atletik yang membutuhkan kecekatan
dan kekuatan dalam melempar. Media yang digunakan dalam lempar lembing ialah lembing, yakni
sejenis tombak yang ringan dan kecil. Pada awal mulanya, lempar lembing identik dengan aktivitas
berburu nenek moyang manusia, dimana lempar lembing diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada
zaman tersebut. Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki
masa bercocok tanam dan beternak yang ditandai dengan mulai munculnya perkampungan atau
perkotaan.
Seiring berubahnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Aktivitas fisik seperti
melempar lembing sudah tidak lagi digunakan untuk berburu dan dialihkan menjadi suatu olahraga
yang dipertandingkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan prestasi. Sebagian ahli meyakini
lempar lembing telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik, yang pada kala itu termasuk dalam
olahraga yang populer.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas adalah
sebagai berikut :
1. Sejarah lempar lembing
2. Pengertian lempar lembing
3. Peraturan dalam permainan lempar lembing
4. Teknik-teknik dalam permainan lempar lembing
5. Media dalam permainan lempar lembing
6. Informasi lain seputar lempar lembing

1.3. Tujuan
Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah lempar lembing
2. Mengetahui pengertian lempar lembing
3. Mengetahui peraturan dalam permainan lempar lembing
4. Mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam permainan lempar lembing
5. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan lempar lembing
6. Mengetahui informasi lain seputar lempar lembing
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Lempar Lembing
Lempar Lembing bermula dari aktivitas berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga
atletik lainnya, lempar lembing diadopsi dari kebiasaan para kaum laki-laki pada zaman tersebut.
Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki masa bercocok
tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang kental dengan aktivitas berburu. Manusia
mulai menetap dengan membangun perkampungan atau perkotaan.
Seiring berkembangnnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Salah satunya adalah
aktivitas fisik seperti melempar lembing yang sudah tidak digunakan lagi sebagai aktivitas berburu.
Lempar lembing berubah menjadi suatu olahraga yang dipertandingkan dari yang sebelumnya untuk
memperoleh makanan (dengan cara berburu) menjadi pemenuhan akan hiburan dan prestasi.
Hingga sekarang belum dapat ditemukan catatan sejarah yang otentik mengenai lempar
lembing, namun sebagian ahli meyakini lempar lembing telah berkembang sejak zaman Yunani
klasik, yang pada kala itu termasuk salah satu olahraga yang tergolong populer, tak kalah dengan
olahraga jenis atletik lainnya, seperti lari, lompat, dan lempar cakram. Olahraga lainnya yang
bernuansa militer pun juga sama populernya, seperti gulat, tinju, memanah, dan balap kereta. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan militer Yunani juga turut berpengaruh pada perkembangan
olahraga bangsa Yunani.
Peradaban Yunani klasik merupakan tempat lahirnya olahraga atletik saat ini, dimana
pertandingan olimpiade pada zaman modern meniru olimpiade yang pertama kali digagas oleh bangsa
Yunani, termasuk masa dilangsungkannya, yakni tiap empat tahun sekali. Olimpiade pada masa
Yunani klasik merupakan perayaan akbar bangsa Yunani yang tak hanya berisikan pertandingan
olahraga, tetapi juga menjadi tempat diselenggarakannya berbagai acara seni dan budaya. Acara
tersebut merupakan ekspresi masyarakat Yunani untuk bersyukur dan menyembah para dewa
kepercayaannya. Nama olimpiade sendiri diambil dari Gunung Olympus, tempat hidupnya para dewa
mereka, sehingga olimpiade memiliki nilai sakral. Karena hal tersebut, perayaan berlangsung damai
sehingga para atlet yang bertanding dapat berkompetisi dalam suasana saling menghargai.
Selain dalam peradaban Yunani klasik, lempar lembing juga tercatat dilakukan di beberapa
peradaban klasik lainnya, seperti peradaban Cina dan Mesir klasik, namun tidak sepopuler seperti di
Yunani. Olahraga yang populer dalam peradaban Cina klasik adalah senam atau akrobat; sedangkan
dalam peradaban Mesir klasik adalah renang dan memancing karena sungai Nil adalah pusat
peradaban bangsa Mesir, sehingga menjadikan kedua olahraga tersebut lebih sering dilakukan oleh
mereka, termasuk untuk dipertandingkan.
Berdasarkan hal-hal sebelumnya, cukup tepat jika banyak ahli lebih memilih peradaban Yunani
klasik sebagai awal mulanya olahraga lempar lembing, mengingat ciri geografis daerahnya dan tradisi
masyarakat pada peradaban tersebut, misalnya aktivitas berburu leluhur manusia pada zaman purba.

2.2. Pengertian Lempar Lembing


Secara harfiah, lempar lembing berasal dari dua kata, yakni lempar dan lembing. Lempar
berarti usaha membuang sejauh mungkin dan lembing artinya tongkat berujung runcing, maka jika
digabungkan lempar lembing berarti membuang tongkat berujung runcing sejauh mungkin. Lempar
lembing adalah olahraga atletik berjenis lintasan dan lapangan. Pada olahraga ini, atlet lempar
lembing harus berlari pada lintasan untuk ancang-ancang, lalu atlet melemparkan lembing pada
wilayah atau lapangan yang ukurannya sudah ditentukan. Ketentuan lintasan lempar lembing diatur
oleh Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF).
Olahraga lempar lembing membutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih
mengutamakan kekuatan. Oleh karena itu, lempar lembing memiliki hubungan yang cukup erat
dengan olahraga sprint. Lempar lembing dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Lempar
lembing juga merupakan salah satu bentuk olahraga dari banyak bentuk kompetisi yang
dipertandingkan di berbagai peradaban kuno yang melibatkan aktivitas melempar. Lempar lembing
juga termasuk salah satu bagian yang membentuk olimpiade kuno, termasuk olimpiade modern pada
tahun 1896. Lempar lembing juga termasuk dalam bagian dari acara dua tahunan Atletik Dunia
kejuaraan atletik dimana berbagai daerah bertemu untuk berkompetisi dan juga bagian dari National
Collegiate Athletic Association (NCAA) tahunan kejuaraan trek dan lapangan.

2.3. Peraturan Lempar Lembing


2.3.1 Ketentuan Umum
Ketentuan umum mengenai olahraga lembing adalah sebagai berikut.
1. Lembing harus dipegang pada tempat pegangan yang sudah ditentukan.
2. Lemparan sah bila lembing menancap atau menggores tanah.
3. Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar, lembing menyentuh tanah di depan lengkung lemparan.

2.3.2 Persyaratan Lemparan yang Sah


Lemparan yang terhitung sah dalam olahraga lempar lembing ialah lemparan yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
1. Lembing harus dipegang pada bagian pegangannya, dan harus dilempar lewat atas bahu atau bagian
teratas dari lengan si pelempar, serta harus tidak dilempar secara membandul.
2. Lemparan dianggap tidak sah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian lembing
lainnya.
3. Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis atau jalur
paralel.
4. Lemparan dianggap tidak sah apabila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau anggota
badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang siku-siku terhadap garis paralel, atau
menyentuh tanah di depan garis lempar dan garis-garis itu semua.
5. Sesudah membuat gerakan awalan lempar hingga lembingnya dilepaskan dan mengudara, pelempar
tidak diperbolehkan memutar tubuhnya penuh sehingga punggungnya membelakangi sektor lemparan.
6. Pelempar tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang dilemparkan jatuh ke
tanah.
7. Penilaian dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih untuk menandakan
bahwa lemparan yang dilakukan benar, serta bendera merah untuk menandakan bahwa lemparan yang
dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari tanda yang terdekat dengan kepala lembing sampai ke
bagian dalam ujung lingkaran, lalu mengukur antara tanda tersebut. Cara memegang lembing dan
pendaratan atau jatuhnya lembing juga turut mempengaruhi penilaian.

2.4. Teknik Lempar Lembing


Tujuan utama dari lempar lembing ialah melempar lembing sejauh mungkin dimana teknik
yang digunakan dipertimbangkan berbagai faktor fisik (aerodinamis), termasuk efek angin, sudut
dimana objek dilepaskan, ketinggian dimana objek dilepaskan, dan kecepatan objek pada saat dilepas.
Dalam olahraga lempar lembing terdapat beberapa teknik yang harus diperhatikan, diantaranya
mengenai cara memegang lembing, cara membawa lembing, gaya melempar, dan sikap ketika
melempar lembing.
2.4.1 Cara Memegang Lembing
Untuk memegang lembing, terdapat ketentuan khusus yang perlu diperhatikan. Cara
memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Jika
ditinjau dari struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai tempat pegangan
yang dianjurkan, karena terdapat titik berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk
memegang lembing. Cara memegang lembing dapat dibagi mejadi tiga macam sebagai berikut.
1. Cara Finlandia
Pertama, lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir
menuju ke arah badan. Kemudian, jari tengah memegang tepian atau pangkal ujung dari tali bagian
belakang, dilingkarkan, serta dibantu dengan ibu jari yang diletakkan pada tepi belakang dari
pegangan dan pada badan lembing. Jari telunjuk harus lemas ke belakang membantu menahan badan
lembing, sedangkan jari-jari yang lainnya turut memegang lilitan pegangan di atasnya dalam keadaan
lemas. Dengan cara Finlandia, jari tengah dan ibu jarilah yang memegang peranan penting untuk
mendorong tali pegangan pada saat melempar, namun cara ini sudah jarang dipakai karena dianggap
tidak menguntungkan.
2. Cara Amerika
Pertama, lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir
menuju ke arah badan. Kemudian, jari telunjuk memegang tepian atau pangkal dari ujung tali bagian
belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada
badan lembing, serta dalam keadaan lurus. Sedangkan ketiga jari lainnya, berimpit dan renggang
dengan jari telunjuk turut membantu dan menutupi lilitan tali lembing. Dengan cara Amerika, jari
telunjuk dan ibu jari memegang peranan mendorong tali pegangan lembing pada saat melempar.
3. Cara Menjepit
Caranya dengan menjepitkan lembing di antara dua jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan jari jari
lainnya memegang biasa.

2.4.2 Cara Membawa Lembing


Sebenarnya, cara apapun dapat dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak mengganggu
kecepatan berlari. Cara yang sering dilakukan adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu
dengan posisi mata lembing serong ke atas atau bawah agar otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa
rileks. Cara lainnya adalah membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan lurus
ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya, namun
akan sedikit mendapat hambatan untuk mendapatkan kecepatan awalan yang optimal. Ada juga yang
membawa lembing di bawah dengan lengan kanan lurus ke bawah, mata lembing menuju serong ke
atas, dan ekornya menuju serong ke bawah hampir mendekati tanah.

2.4.3 Cara Awalan Lempar Lembing


Awalan adalah gerakan permulaan dalam olahraga lempar lembing. Awalan dilakukan dengan
cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna
membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan. Pada awalan lari, pelempar berlari
sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan
telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian
terakhir awalan adalah langkah silang dengan beberapa cara, diantaranya dengan jingkat, langkah
silang di depan, atau langkah silang di belakang. Langkah silang, saat kaki kiri diturunkan, dilakukan
dengan kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau
diluruskan ke arah belakang agar titik pusat gravitasi turun. Perputaran bahu dan pelurusan lengan
yang membawa lembing ke arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga
melewati atas kaki kiri agar menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran
kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bawah serta meninggalkan
lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua mata selalu lurus kedepan.
Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk di akhir langkah silang, tumit
kanan diangkat saat lutut bergerak maju, dan kedua tungkai dibuka dengan cara melangkahkan kaki
kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke
samping dan lembing wajib dipegang dengan baik di belakang dengan tangan yang membawa
lembing tetap berada setinggi bahu. Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan
menghadap atas agar ekor lembing tidak menyentuh tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat
menyilang dada.
Ketika kaki kiri diturunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan
dimulai yang ditandai dengan sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut yang dilanjutkan dengan
pelurusan tungkai. Lalu bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas, dan lembing diluruskan
di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah, kemudian memutar kaki kanan ke dalam dan
meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi membusur
dari badan dan meregang kuat bagian otot depan.

2.4.4 Cara Melempar dan Melepaskan Lembing


Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa ke belakang dengan
tangan lurus diputar ke dalam, badan direbahkan ke belakang dengan lutut kaki kanan, lalu
membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya k eatas kepala, pinggul didorong ke depan
dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala ke depan sehingga tangan lurus dan dibantu
dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan ke depan, kemudian lembing
dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing.
Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, dimana
bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula, bahu melempar secara aktif dibawa ke
depan dan lengan pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas. Pelepasan lembing terjadi di
atas kaki kiri dan pada sudut lemparan kira-kira 45º dengan suatu gerakan seperti ketapel dari lengan
bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis
lurus dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala
dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk selama pelepasan
lembing
Saat melepas lembing, diperlukan keseimbangan badan agar tubuh tidak terbawa ke depan
yang dapat mengakibatkan diskualifikasi. Tubuh berpusat pada satu kaki tumpuan. Setelah kaki kanan
ditolakkan ke atas dan ke depan, kaki diangkat ke belakang dengan lemas, lalu badan agak miring dan
condong ke depan kaki kiri dan ke belakang dengan lemas. Kemudian, tangan kanan dengan siku agak
dibengkokkan berada di bawah dekat ke perut dan tangan kiri lemas ke belakang sehingga pandangan
ke arah lembing sampai jatuh.
2.5. Sarana dan Prasarana Lempar Lembing
2.5.1 Lembing
Lembing adalah sejenis tombak yang ringan dan kecil dengan ukuran panjang 2,6 – 2,7 m
untuk putra dan 2,2 -2,3 m untuk putri. Berat lembing yang digunakan 800 gram untuk putra dan 600
gram untuk putri. Lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda, yakni kepala (mata lembing) yang
terbuat dari logam ringan dan berbentuk runcing, batang (badan lembing) yang terbuat dari serat
karbon atau komposit lain bahan sintetis, dan tali pegangan sepanjang 20 cm yang melilit badan
lembing di titik pusat gravitasi dan tidak melibihi garis tengah badan lembing. Lilitan tali pegangan
lembing harus sama tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.

2.5.2 Lapangan Lempar Lembing


Ukuran Lapangan Lempar lembing telah ditentukan secara internasional menurut standar IAAF
(Federasi Atletik Amatir Internasional) atau PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Ketentuan
lapangan lembing adalah sebagai berikut.
1. Lintasan awal dibatasi oleh garis 5 cm dan terpisah 4 meter. Panjang lintasan minimal 30 m dan
maksimal 36,5 m.
2. Lengkung lemparan dengan lebar 7 cm dan panjang 75 cm dibuat dari kayu atau logam dan dicat
berwarna putih. Lengkungan ini datar dengan tanah dan merupakan busur dari lingkaran yang berjari-
jari 8 meter. Lengkungan ini diperpanjang ke arah kanan dan kiri dengan dibuat siku-siku atau tegak
lurus dengan garis paralel 4 m dan dicat putih.
3. Sudut lemparan dengan sudut 29º hingga 30º dibentuk dari dua garis yang dibuat dari titik pusat
lengkung-lemparan memotong kedua ujung lengkung lemparan, dengan tebal garis sektor 5 cm.

2.6. Informasi Lain tentang Lempar Lembing


2.6.1 Hal-Hal yang Patut Diperhatikan dalam Bermain Lempar Lembing
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan harus dihindari saat sedang bermain olahraga
lempar lembing guna mempermudah permainan atau menghindari terdiskualifikasi. Hal-hal yang
patut dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Memegang lembing sepanjang jalur lengan.
2. Melebarkan langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan.
3. Berlari lurus selama melakukan awalan.
4. Membawa berat badan melewati tungkai belakang.
5. Meluruskan lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap ke atas.
6. Melangkahkan tungkai kiri jauh ke depan.
7. Membusungkan badan ketika dalam posisi lempar dan membawa sikut ke atas sewaktu melakukan
lemparan.

Sedangkan hal-hal yang harus dihindari adalah sebagai berikut.


1. Memegang lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
2. Meloncat ke atas pada langkah terakhir
3. Melakukan dua kali atau lebih langkah silang
4. Membawa kedua bahu menghadap ke depan
5. Pinggul ditekuk sehingga badan membungkuk ke depan
6. Membengkokkan lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
7. Penempatan kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
8. Melempar berputar melalui samping kanan badan

2.6.2 Perbedaan Lempar Lembing dengan Tolak Peluru dan Lempar Cakram
Tolak peluru, lempar cakram, dan lempar lembing termasuk dalam cabang olahraga atletik.
Perbedaan dari ketiga cabang olahraga tersebut terlihat jelas pada media yang digunakan dalam
permainan, dimana tolak peluru menggunakan bola besi yang berat (peluru), lempar cakram
menggunakan cakram, sedangkan lempar lembing menggunakan tombang yang ringan dan kecil
(lembing). Selain itu, pada olahraga lempar lembing, gaya yang digunakan saat melempar lembing
sudah ditentukan sehingga pemain tidak boleh menggunakan gaya lain. Dalam olahraga lempar
lembing dibutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih mengutamakan kekuatan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lempar lembing merupakan olahraga
melempar tongkat berujung runcing sejauh mungkin yang melibatkan tubuh bagian atas dan bawah,
mulai dari otot, sendi, hingga sumbu dan bidang. Koordinasi dari bagian-bagian tubuh tersebut
menghasilkan gerakan lempar lembing yang baik. Dalam olahraga lempar lembing, juga diperlukan
penguasaan beragam teknik-teknik guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai harapan
(lemparan yang baik), serta terdapat beberapa peraturan yang harus dipatuhi dan hal-hal yang patut
diperhatikan atau dihindari agar tidak terdiskualifikasi.

3.2. Saran
Olahraga lempar lembing harus diperkenalkan kepada anak didik untuk menghasilkan bibit-
bibit atlet berpotensi. Saat ini, pengenalan akan olahraga lempar lembing kepada peserta didik di
sekolah masih minim dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Oleh karena itu, pemerintah dan
pihak sekolah perlu menambah fasilitas lapangan yang memadai agar peserta didik dapat mengenal
sekaligus berlatih olahraga lempar lembing. Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam
olahraga lempar lembing yang dapat mengangkat nama baik bangsa Indonesia dan membuat olahraga
lempar lembing terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2011). Tolak Peluru, Lempar cakram ,dan Lempar Lembing.
Dari http://yukitamari.blogspot.co.id/2011/12/tolak-pelurulempar-cakramdan-lempar.html, 28 Juli
2017
Musran (2013). Pengertian dan Teknik Lempar Lembing. Dari
http://musranaceh.blogspot.co.id/2013/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html, 27 Juli
2017
Nur, Siti (2016). Ukuran Lapangan Lempar Lembing Standar Internasional.
Dari https://aturanpermainan.blogspot.co.id/2016/04/ukuran-lapangan-lempar-lembing-standar-
internasional.html, 28 Juli 2017
Padoe, Bayu (2013). Pengertian dan Teknik Lempar Lembing.
Dari http://coretankuliahku.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-dan-teknik-lempar-lembing.html,
28 Juli 2017
Raika, Tika (2012). Contoh Makalah Olahraga : Lempar Lembing Olah Raga Atletik.
Dari http://inforingankita.blogspot.co.id/2012/03/makalah-lempar-lembing-olah-raga.html, 27
Juli 2017
Wibowo, Hermanto (2016). Contoh Makalah Lempar Lembing. Dari http://blog-contoh-
makalah.blogspot.co.id/2016/11/contoh-makalah-lempar-lembing.html, 27 Juli 2017
 lempar cakram
BAB I
PENGERTIAN LEMPAR CAKRAM

Olahraga Lempar Cakram adalah salah satu nomor perlombaan lempar yang utama
dalam atletik. Namun dalam perlombaan atletik indoor, nomor Lempar Cakram tidak
diperlombakan. Olahragaini telah ada sejak olimpiade kuno. Dalam perlombaan Lempar
Cakram, atlet berlombamelemparkan objek berbentuk cakram sejauh mungkin dengan
mengikuti peraturan yang berlaku.
Dalam perlombaan atletik resmi, diberi kesempatan melempar sebanyak tiga kali.
Kemudian darisejumlah atlet babak awal, akan dipilih delapan atlet terbaik, yang akan diberi
kesempatan tigakali lagi. Lempar Cakram diperlombakan bagi laki-laki maupun perempuan.
Lempar Cakram juga merupakan salah satu perlombaan atletik yang dapat
menimbulkan bahayadalam perlombaan atletik tingkat professional, para atlet mampu
melemparkan Cakram dengansangat jauh, tentu saja hal ini dapat menimbulkan akibat yang
fatal jika Cakram mengenaiseseorang. Untuk itu, diperlukan semacam pagar khusus di
sekeliling lapangan Lempar Cakram.Pagar berupa jaring tersebut dipasang dengan tinggi 4 m.
dari segi bentuk dan ukuran,sebenarnya lapangan Lempar Cakram sama persis dengan
lapangan lempar martil.
Permainan dan olahraga atletik untuk nomor lempar yakni Lempar Cakram sangat
menarik danmenantang bagi anak-anak terutama berkaitan dengan seberapa jauh ia mampu
melemparCakram itu. Anak-anak sangat senang dengan kompetesi dengan teman yang lain,
apalagimereka selalu ingin membuktikan siapa yang mampu melempar terjauh.
Untuk dapat mendapatkan hasil lemparan yang jauh dengan teknik yang benar, anak-
anakmelakukan teknik latihan cara melempar yang baik dan benar. Adapun dalam
memperaktikkanLempar Cakram meliputi beberapa tahapan yakni:
A. Cara Awalan Yang Baik dan Benar
B. Cara Melemparkan Cakram
C. Cara Mengukur Hasil Lemparan Lempar Cakram
D. Peraturan Keselamatan dalam Melakukan Lempar Cakram

BAB II

BENTUK CAKRAM

Cakram berbentuk piringan yang terbuat dari kayu atau logam. Untuk melemparkannya, atlet
memegang cakram dengan satu tangan. Ia harus menentangkan lengannya dan telapak tangan
menelungkup. Sembari memutarkan tubuhnya beberapa kali menuju kedalam lingkaran
berdiameter 2,5 m, ia segera melemparkan cakramnya.

Untuk laki-laki, diameter cakram berkisar antara 219 mm sampai 221 mm, tebal 44 mm
hingga 46 mm, dan berat 2 kg. Adapun diameter cakram untuk perempuan pada semua kelas
adalah sekitar 180 mm sampai 182 mm, tebal 37 mm hingga 39 mm, dan berat 1 kg.
Ditingkat pelajar, anak laki-laki memakai cakram yang berdiameter 180 mm sampai 182 mm,
tebal 37 mm hingga 39 mm, dan berat 1,25 kg. Adapun anak perempuan menggunakan
cakram dengan diameter 145 mm sampai 170 mm, tebal 25 mm hingga 35 mm, dan berat
0,75 kg.
BAB III

CARA AWALAN YANG BAIK DAN BENAR DALAM BERMAIN LEMPAR


CAKRAM

Awalan yang baik dalam melakukan lemparan cakram adalah diawali dengan bagaiman posisi
pertama ketika akan melempar. Posisi awal ketika akan melakukan lemparan adalah berdiri
tegak dengan melangkahkan kaki kiri ke depan kemudian posisi kaki kanan berada di
belakang, setelah itu diikuti dengan posisi badan yang menghadap ke arah lemparan atau
dimana cakram itu nantinya akan jatuh setelah dilempar. Tangan kanan memegang cakram
dengan baik dan benar serta tidak kaku, sedangkan tangan kiri menjaga keseimbangan badan
dan ini dapat dilakukan sebaliknya apabila pelempar cakram kidal. Cara melakukan awalan
lemparan cakram adalah:

1. Mencondongkan badan ke depan;


2. Kaki kiri melangkah ke depan kemudian lutut kaki kiri ditekuk;
3. Perlahan namun pasti ayunkan cakram ke depan dan ke belakang dengan tangan kanan dan
tangan kiri menjaga keseimbangan badan dengan baik;
4. Apabila hasil ayunan lengan sudah maksimal artinya cakram siap dilemparkan dimulai dari
posisi cakram berada di belakang, setelah itu diikuti dengan putaran badan ke kiri dimana
hasil dari putaran itu badan akan menghadap ke arah lemparan, posisi tangan terus
mengayunkan cakram dari belakang, ke samping, ke atas, ke depan.

BAB IV

CARA DAN TEKHNIK MELEMPAR CAKRAM

Cara melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan caranya yaitu: memegang
cakram ada 3 cara, berdiri membelakangi arah lemparan, lengan memegang cakram
diayunkan ke belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk, berat badan
sebagian besar ada dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan kendor dan tumit diangkat,
lemparan cakram 30 derajat lepas dari pegangan, ayunan cakram jangan mendahului putaran
badan, lepasnya cakram diikuti badan condong ke depan.

Pada posisi terakhir si pelempar akan melepaskan cakram ketika cakram sudah diayunkan
dari belakang ke depan beberpa kali dan cakram terakhir berada di depan wajah si pelempar.
Adapun cara melempar cakram adalah Lepas cakram dari tangan pada saat ayunan lengan
maksimal yakni cakram berada di depan muka si pelempar.

1. Cakram lepas dari tangan dengan posisi telapak tangan menghadap ke tanah;
2. Cakram sudah terlepas dari tangan;
Memegang cakram pada saat mengayunkan sampai melempar sehingga terlepas harus dengan
pegangan yang kuat dan benar, cara memegang cakram adalah

1. Cakram diawali dengan tangan kanan;


2. Tangan kanan diletakkan di atas cakram dengan posisi jari-jari tangan terbuka selebar-
selebarnya sehingga mampu memegang pinggiran cakram dengan baik, diperkirakan kalau
diayunkan cakram tidak terlepas dari pegangan;
3. Ruas-ruas jari tangan siap memegang bagian pinggir cakram.

Setelah tahu cara melempar dan posisi akhir dari si pelempar harus diikuti dengan beberapa
gerakan yakni gerakan lengan dan badan. Gerakan itu antara lain melakukan lompatan kecil
ke depan yakni kaki kanan mendarat dan kaki kiri sebagai penahan keseimbangan badan yang
baik dimana badan tidak sampai keluar dari tempat melempar cakram.

BAB V

CARA MENGUKUR HASIL LEMPARAN LEMPAR CAKRAM

Sebelum melakukan pengukuran terhadap hasil lemparan lempar cakram ada beberapa bagian
penting yang harus dipahami oleh anak-anak yakni, si pelempar tidak boleh keluar dari
tempat dimana ia diberikan kesempatan untuk melempar. Kedua, hasil lemparan tidak keluar
dari garis tepi kanan dan tepi kiri atau garis pembatas pinggir dari lapangan lempar cakram.

Apabila sudah melakukan dengan cara melempar yang benar, tidak keluar dari tempat
lemparan dan tidak keluar dari area melempar pengukuran dapat dilakukan dari tempat
dimana cakram jatuh pertama kali di tanah kemudian ditarik ke garis terdepan bagian pinggir
dari lapangan lempar cakram maka akan diperoleh berapa meter hasil lemparan tersebut.

Setiap diberi kesempatan sampai tiga kali untuk melakukan lemparan cakram, lemparan
terjauh dapat diukur artinya itulah lemparan terbaik yang dapat dilakukan oleh anak-anak.

BAB VI

PERATURAN KESELAMATAN DALAM MELAKUKAN LEMPAR CAKRAM

Melakukan aktivitas gerak atletik khusus untuk lempar cakram membutuhkan beberapa
aturan keselamatan, aturan keselamatan ini penting diketahui dan diperaktikkan sehingga
antar siswa dapat memperaktikkan dengan baik, benar dan aman. Adapun beberapa aturan
tersebut adalah

1. Aturan keselamatan sebelum melakukan aktivitas gerak lempar cakram;

a. Melakukan pemanasan yang cukup khususnya untuk lengan dan pergelangan tangan;

b. Cakram kondisi baik dan siap digunakan;


c. Kondisi lapangan tidak dalam keadaan becek atau basah;

d. Setiap anak mengikuti semua instruksi dari guru;

2. Aturan keselamatan pada saat melakukan aktivitas gerak lempar cakram;

1. Setiap anak yang akan melakukan lempar cakram harus masuk ke dalam tempat untuk
melempar dan tidak boleh ada dua orang yang bersamaan;
2. Ketika ada satu anak yang melempar cakram, anak-anak yang lain harus berada di
belakang si pelempar dengan jarak yang cukup aman;
3. Para pelempar sudah memperoleh pengetahuan yang memadai cara atau teknik melempar
yang benar;
4. Pada saat cakram terlepas dari pegangan tidak ada satupun anak yang berlari ke arah
dimana cakram itu akan jatuh;

http://dfmirdianto.blogspot.com/2009/11/lempar-cakram.html
 TOLAK PELURU

Pengertian Tolak Peluru

Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga atletik dalam nomor lempar. Atlet tolak
peluru melemparkan bola besi yang berat sejauh mungkin. Peluru ini merupakan peralatan
utama dalam olahraga ini. Bentuknya bulat seperti bola dan terbuat dari besi. yang telah
dipertandingkan nasional maupun internasional. Oleh karena itu, tolak peluru sudah mulai
diajarkan dalam beberapa sekolah.

Sejarah Tolak Peluru di Dunia

Dalam sejarahnya ternyata tolak peluru telah ada sejak 2000 tahun lalu. Olahraga tolak peluru
populer di kalangan pria Britania atau Inggris untuk menguji kekuatan para pria. Peluru yang
digunakan masih berupa batu bukan bola besi seperti halnya sekarang ini. Di zaman
pertengahan, meriam adalah salah satu senjata paling mematikan. Dari peluru meriam inilah
inspirasi dari tolak peluru modern, yakni perlombaan melempat peluru meriam sejauh
mungkin. Pada tahun 1866 tolak peluru mulai diperlombakan dalam kejuaraan amator.
Barulah pada tahun 1896 olahraga tolak peluru dimasukkan dalam perlombaan olahraga skala
besar yakni di Olimpiade Athena, Yunani.

Kemajuan terbesar dalam olahraga tolak peluru terjadi di tahun1950, ketika Parry O'Brien
memulai tolakannya menghadap bagian belakang ring, metode ini dikenal sebagai metode
O'Brien atau lebih di kenal dengan teknik meluncur. Teknik yang mendapat popularitas
adalah teknik berputar yang menggunakan lemparan cakram melintasi ring tolak peluru
bukan bergerak ke arah belakang yang telah dilakukan oleh O'Brien dan kedua teknik ini
sama-sama mencapai keberhasilan.

Lapangan Tolak Peluru

Lapangan tolak peluru berbentuk lingkaran yang berdiameter 2,135 m. Lingkaran tolak
peluru harus dibuat dari besi, baja atau bahan lain yang cocok dilengkungkan, bagian atasnya
harus rata dengan permukaan tanah luarnya. Bagian dalam lingkaran tolak dibuat dari semen,
aspal atau bahan lain yang padat tetapi tidak licin. Permukaan dalam lingkaran tolak harus
datar antara 20 mm-6 mm lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi. Garis lebar 5 cm harus
dibuat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang 0,75 m pada kanan kiri lingkaran garis ini
dibuat dari cat atau kayu. Diameter bagian dalam lingkaran tolak adalah 2,135 m.

Tebal besi lingkaran tolak minimum 6 mm dan harus dicat putih. Balok penahan dibuat dari
kayu atau bahan lain yang sesuai dalam sebuah busur/lengkungan sehingga tepi dalam
berhimpit dengan tepi dalam lingkaran tolak, sehingga lebih kokoh. Lebar balok 11,2-30 cm,
panjangnya 1,21-1,23 m di dalam, tebal 9,8-10,2 cm.

Bola Lempar Peluru

Adapun Ukuran dan berat olahraga tolak peluru yaitu disesuaikan dengan kebutuhan yaitu:
Untuk senior putra = 7,257 kg
Untuk senior putri = 4 kg
Untuk junior putra = 5 kg
Untuk junior putri = 3 kg

Teknik Dasar Tolak Peluru

Dalam Permainan olahraga tolak peluru terdapat beberapa teknik dasar, yaitu: teknik
memegang peluru, teknik meletakan peluru pada bahu dan teknik menolak peluru.

Teknik Memegang Peluru

Langkah langkah yang dapat dilakukan dalam memegang peluru yaitu:

Jari-jari renggang.

Jari kelingking ditekuk berada disamping peluru,sehingga dapat membantu untuk menahan
supaya peluru tidak mudah tergeser dari tempatnya.Untuk menggunakan cara ini penolak
harus memiliki jari jari yang kuat dan panjang.

Jari-jari agak rapat

Ibu jari di samping, jari kelingking berada di samping belakang peluru.Jari kelingking selain
berfungsi untuk menahan jangan sampai peluru mudah bergeser,juga membantu menekan
pada waktu peluru ditolakkan. Cara ini lebih banyak dipakai oleh atlit.

Jari-jari agak renggang

Bagi mereka yang tangannya agak kecil dan jari jarinya pendek, dapat menggunakan cara
ketiga ini, yaitu jari jari seperti pada cara kedua tetapi lebih renggang, kelingking di belakang
peluru sehingga dapat ikut menolak peluru, ibu jari untuk menahan geseran ke samping,
karena tangan pelempar kecil dan berjari jari pendek, peluru diletakkan pada seluruh lekuk
tangan.

Teknik Meletakan Peluru Pada Bahu

Peluru dipegang dengan salah satu cara di atas, letakkan peluru pada bahu dan menempel
pada leher bagian samping. Siku yang memegang peluru agak dibuka ke samping dan tangan
satunya rileks di samping kiri badan.
Teknik Menolak Peluru

Untuk menyiapkan kondisi fisik dapat dilakukan dengan cara seperti dibawah ini:

Menolak Peluru Dengan Dua Tangan

1. Pegang peluru dengan kedua tangan didepan dada, kedua kaki dalam keadaan sejajar, lalu
dorong/tolakkan peluru kedepan-atas sejauh mungkin

2. Pegang peluru dengan kedua tangan , kemudian simpan dibawah perut dengan lengan
diluruskan,kedua kaki dalam keadaan sejajar. Kemudian ayun dan lemparkan peluru kedepan.

3. Pegang peluru dengan kedua tangan , kemudian simpan dibawah perut dengan lengan
diluruskan,kedua kaki dalam keadaan sejajar. Posisi ini dilakukan dengan membelakangi arah
lemparan. Kemudian ayunkan dan lempar peluru kearah belakang atau sektor lemparan.

4. Pada tahap berikutnya doronglah peluru dengan bantuan putaran pinggang. Tolakan masih
dengan kedua tangan tetapi beben diutamakan pada tangan tolak atau tangan terkuat. Kaki
masih sejajar. Tahapan ini depersiapkan untuk melakukan tolakan yang sebenarnya.

5. Lakukan seperti diatas, hanya sekarang satu kaki berada di depan. Tolakan dilakukan
dengan koordinasi bantuan dorong kaki belakang.

Menolak Peluru Dengan Satu Tangan

1. Peganglah peluru dengan tangan kanan dan letakkan dileher. Lanjurkan /rentangkan lengan
kiri kedepan dan abadan menghadap depan. Tolakkan peluru dengan sudut parabola beberapa
meter kedepan sambil melangkahkan kaki kiri kedepan. Jangan lupa kai kanan dihentakkan
untuk membantu melakukan tolakan, sesaat sebelum peluru dilepaskan (Carr,1991)

2. Lakukan gerakkan seperti diatas, hanya pada saat akan melakukan tolakan, badan diputar
ke kanan untuk mengambil ancang-ancang (Carr,1991)

3. Lakukan gerakan menolak peluru dengan awalan membelakang gunakan bantuan putaran/
pilin tubuh saat melakukan tolakan (carr,1991)
Tips dan Trik dalam Tolak Peluru

Berikut ini adalah tips dan trik dalam melakukan tolak peluru agar hasilnya dapat maksimal.

Lakukan Hal ini :

1. Bawalah tungkai kiri merndah


2. Dapatkan keseimbangan gerak dari kedua tungkai, dengan tungkai kiri memimpin
dibelakang
3. Menjaga agar bagian atas badan tetap rileks ketika bagian bawah badan bergerak
4. Hasilkan rangkaian gerak yang cepat dan jauh pada tungkai kanan
5. Putar kaki kanan kearah dalam sewaktu melakukan luncuran
6. Pertahankan pinggul kiri dan bahu menghadap kebelakang selama mungkin. Bawalah
tangan kiri dalm sebuah posisi mendekati badan
7. Tahanlah sekuat-kuatnya dengan tungkai kiri

Dan Hindari ini :

1. Tidak memiliki keseimbangan dalam sikap permulaan


2. Melakukan lompatan ketika meluncur dengan kaki kanan
3. Mengangkat badan tinggi ketika melakukan luncuran
4. Tidak cukup jauh menarik kaki kanan dibawah badan
5. Mendarap dengan kaki kaana menghadap ke belakang
6. Menggerakkkan tungkai kiri terlalu banyak kesamping
7. Terlalu awal membuka badan
8. Mendarat dengan badan menghadap kesamping atau depan

Peraturan Tolak Peluru

Adapun berikut ini adalah peraturan dalam permainan olah raga cabang tolak peluru,

Sarana Prasarana

Sarana dan Prasarana yang harus ada dalam melakukan tolak peluru :

1. Sektor lemparan/lapangan dibatasi oleh 2 garis yang menuju ke pusat lingkaran, lewat
tepi balok lemparan yang panjangnya 1,22 m; tinggi 10 cm; dan tebalnya 11,4 cm.
2. Berat peluru: pria 7,26 kg dan wanita 4 kg. (sesuai Kebutuhan)
3. Sepatu yang dipergunakan mempunyai alas yang keras dan tanpa paku.
Peraturan Tolak Peluru

Tolakan peluru yang dilakukan oleh peserta dianggap gagal jika (ketentuan pemain di
diskualifikasi dalam tolak peluru jika melakukan) :

1. menyentuh balok batas sebelah atas dan menyentuh tanah di luar lingkaran
2. keluar masuk lingkaran dari muka garis tengah
3. berjalan keluar lingkaran di daerah lemparan
4. peluru jatuh di luar sektor lingkaran
5. peluru diletakkan di muka dada atau belakang kepala
6. dipanggil sudah 2 menit belum melempar
7. peserta gagal melempar setelah 3 kali lemparan

Teknik memegang peluru, yaitu :

1. Jari-jari direnggangkan sementara jari kelingking agak ditekuk dan


berada di samping peluru, sedang ibu jari dalam sikap sewajarnya.
(Untuk orang yang berjari kuat dan panjang)
2. Jari-jari agak rapat, ibu jari di samping, jari kelingking berada di
samping belakang peluru. Biasa dipakai oleh para juara.
3. Sama seperti cara nomor 2, hanya saja sikap jari-jari lebih
direnggangkan lagi, sedangkan letak jari kelingking berada di
belakang peluru. (cocok untuk orang yang tangannya pendek dan
jari-jarinya kecil)

Anda mungkin juga menyukai