SOAL
b. Distribusi Obat
Sesaat setelah obat dikonsumsi dan diserap oleh tubuh, obat tersebut akan
disalurkan lewat sirkulasi darah. Selama berada dalam sirkulasi darah, obat akan
masuk ke dalam jaringan-jaringan tubuh. Obat menembus jaringan yang berbeda
dengan kecepatan yang berbeda. Hal ini tergantung kemampuan obat untuk
menembus membran sel tubuh. Obat yang larut dalam lemak dapat menyeberangi
dan memasuki membran sel tubuh lebih cepat dibandingkan dengan obat yang
hanya larut dalam air. Hal ini akan menentukan juga seberapa cepat obat itu akan
bereaksi di dalam tubuh.Sebagai contoh, obat antibiotik jenis rifampisin tergolong
larut dalam lemak sehingga saat dikonsumsi oral dapat mudah didistribusikan ke
dalam jaringan tubuh. Berbeda halnya dengan penisilin yang cenderung larut dalam
air, antibiotik ini membutuhkan waktu lebih lama memasuki sel tubuh
.Selain itu, proses distribusi obat tergantung pada kondisi tubuh. Tubuh yang
menyimpan lemak lebih banyak memudahkan proses distribusi obat. Namun, efek
samping obat pun lebih cepat timbul pada orang dengan lemak berlebih daripada
orang yang mempunyai lemak lebih sedikit.
C. Metabolisme Obat
Proses kinetika obat selanjutnya adalah metabolisme obat. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, proses metabolisme akan mengubah struktur kimia obat agar
lebih mudah diserap tubuh.
Setelah pendistribusian obat selesai, hati akan mengubah zat sisa obat menjadi larut
air agar mudah dikeluarkan lewat urine.
Menurut buku Drug Metabolism (2022), metabolisme setiap obat dapat berbeda-
beda karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti:
a. kerja enzim,
b. interaksi obat,
c. dosis, dan
d. Jenis Obat yang dikonsumsi.
D. Excretion
Ekskresi adalah tahapan kinetika obat yang terakhir, yaitu proses pembuangan sisa
metabolisme secara alami. Proses pengeluaran zat kimia ini dilakukan oleh dua cara
utama, yaitu oleh ginjal melalui urine dan kelenjar empedu melalui usus halus
dalam bentuk feses. Sayangnya, proses ekskresi obat ini bisa terganggu apabila
fungsi ginjal Anda menurun. Selain itu, zat kimia yang dihasilkan oleh obat tersebut
juga akan dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui air liur, keringat, udara yang
diembuskan, serta ASI. Untuk alasan inilah ibu menyusui harus waspada
dengan obat yang diminum karena dikhawatirkan dapat terserap ke dalam ASI dan
membahayakan bayinya. Dengan mengetahui proses metabolisme obat, Anda
diharapkan lebih cermat dalam mengonsumsi obat-obatan. Sebaiknya
berkonsultasilah dengan dokter sebelum mengonsumsi obat dan patuhi aturan
konsumsi pada label kemasan atau petunjuk dari apoteker Anda.
Jawaban :
a. Rumus Young
b. Rumus Fried
Contoh soalnya: Apabila ada seorang bayi berusia 9 bulan mengalami demam
tinggi dalam sehari, kemudian diresepkan oleh dokter dengan obat penurun
panas (paracetamol) dosis dewasa 500 miligram. Lalu,
berapa obat penurun panas yang harus diberikan pada bayi tersebut untuk
menurunkan demam?
Begini cara pengerjaan dari soal tersebut:
Jadi jawabannya adalah pada bayi berusia 9 bulan yang mengalami demam tinggi tersebut
diberikan sebesar 30 miligram setiap kali pemberian.
5. Kasus :
- Tn. A masuk rumah sakit lewat ugd tgl 17 November 2023 dengan keluhan nyeri
kepala hebat, mual dan nyeri ulu hati serta gelisah. Setelah dokter menginstruksikan
pemberian obat selama 3 hari pasien membaik dan di perbolehkan pulang dengan
ketentuan wajib kontrol melalui poli interna setelah 3 hari keluar rumah sakit. Pada
tanggal 21 November 2023, Tn. A datang kontrol ke poli interna dan mendapatkan
resep :
-
R/ Paracetamol 650 mg Stok obat tersedian di Apotek RS
Dizepam 3 mg obat jumlah Ket Gol
Amitripilin ¼ tab Paracetamol 5.000 Bebas
Pulv No : X 500 tab
3 dd1 n.det Diazepam 5 500 tab Psikotropika
mg
Amitripilin 350 tab Psikotropika
R/ Ranitidin tab No. X
25 mg
2 dd 1 n.det
PCT 650 mg
Diazepam 3 mg
Amitripin ¼ Tab
Pulv No. X
" 3 𝑑𝑑 1
R/
Ranitidin No. X
" 2 𝑑𝑑 1
" 2 𝑑𝑑 1
R / PCT 600 mg
650 𝑚𝑔
= 500 𝑚𝑔 × 10 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑘𝑢𝑠
= 1,3 × 10
= 13 𝐶𝑎𝑝𝑠𝑢𝑙
Diazeapam 3 mg
= 0,6 × 10
= 6 𝑇𝑎𝑏
Amitripin ¼ Tab
1
= × 10
4
= 0,25 × 10
= 2,5 𝑇𝑎𝑏