0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
81 tayangan27 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan obat pada anak yang kompleks karena pertumbuhan dan perkembangan anak. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat pada anak serta dosis obat yang sesuai untuk berbagai kelompok umur anak.
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan obat pada anak yang kompleks karena pertumbuhan dan perkembangan anak. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat pada anak serta dosis obat yang sesuai untuk berbagai kelompok umur anak.
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan obat pada anak yang kompleks karena pertumbuhan dan perkembangan anak. Dokumen juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat pada anak serta dosis obat yang sesuai untuk berbagai kelompok umur anak.
kompleks daripada dewasa karena bayi dan anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dampak buruk pada janin dan anak yang dilahirkan pernah terjadi, akibat kesalahan pengobatan pada anak dan ibu hamil yaitu obat sulfanilamid dan talidomid pada wanita hamil. Profesionalisme dalam pemakaian obat : mencakup cara-cara pengobatan lege artis oleh pelaku profesi kesehatan Profesionalsme : mengandung unsur etika dan kejujuran dalam diri sendiri. Kebiasaan menggunakan obat tidak rasional, tidak efektif, kurang aman, memperpanjang penderitaan dan menambah biaya pengobatan Faktor pelaku Prescription writing behaviour
Faktor pasien
Sistem Pelayanan itu sendiri
Faktor sosiokultural masyarakat
Faktor tersedianya obat di pasaran dalam
jumlah besar Peningkatan Jumlah obat Peningkatan jumlah obat yang efek samping dipasaran diresepkan obat dan meningkat peningkatan Peresepan obat biaya yg tidak pengobatan bermanfaat Dosis dan aturan pakai tidak sesuai Farmakokinetik : membahas perubahan yang terjadi terhadap obat dan metabolisme di dalam tubuh, sejak obat diberikan / pengaruh tubuh terhadap obat Farmakodinamik : membahas efek terapi obat/ pengaruh obat terhadap tubuh Aplikasi klinik rencana pengobatan yang rasional , dosis yang lebih tepat , antisipasi terhadap variasi obat akibat penyakit pasien Sebagian besar obat diabsorpsi melalui sal cerna , kemudian melalui suntikan, inhalasi dan kulit.
Faktor yang mempengaruhi obat melalui
saluran cerna adalah : A. Intraluminal : Sifat obat ( BM, Kelarutan dlm lemak, pKa, konsistensi obat ), Keadaan lumen sal cerna : bakteri, interaksi obat lain, bahan tambahan obat, makanan dan pH sal cerna B. Dinding saluran cerna : Permukaannya, motilitasnya, aktivasi sekresinya, pH epitel intestin, penyakit saluran cerna dan aktivasi enzim (hidrolase , glukoronidase).
Setiap perubahan keadaan saluran cerna akan
mempengaruhi aabsorpsi obat Perbedaan pH lambung bayi dengan anak besar dan dewasa akan mempengaruhi absorpsi obat tertentu . Misalnya : Penisilin, ampisislin , eritromisin penyerapannya lebih tinggi pada bayi akibat pH lambung bayi yang tinggi . Sebaliknya fenitoin , parasetamol, rifampisin dan khloramfenikol lebih rendah . Kolonisasi bakteri usus juga mempengaruhi penyerapan obat mis Vit K Absorpsi obat melalui suntikan IM/SK dipengaruhi faktor lokal (vaskularisasi dan suplai darah tempat suntikan. Absorpsi obat melalui kulit tergantung pada tebalnya stratum corneum dan hidrasi permukaan kulit. Mis sabun (heksaklofen 3% ) mengakibatkan efek neurotoksik , dan pemakaian kamfer (naftalene) pada neonatus dapat menyebabkan gangguan pada penderita defisiensi enzim G6PD. Perbedaan distribusi pada berbagai kelompok umur bergantung: komposisi cairan tubuh , daya ikat protein plasma, spesifitas reseptor tubuh terhadap obat . Misalnya a. Komposisi cairan ekstraselular dan volume cairan tubuh pada neonatus lebih tinggi dibandingkan bayi dan anak, sehingga kadar obat terutama yang larut air di dalam plasma lebih rendah. b. Daya ikat protein plasma, pada anak dg malnutrisi dan hiperbilirubinemia ( hipoalbuminemia) akan mengurangi daya ikat protein plasma , kadar obat bebas di dalam plasma meningkat . C.Perkembangan sawar darah otak, pada neonatus belum sempurna akibatnya obat yang larut dalam lemak akan lebih mudah melewati sawar darah otak. D.Berat badan , umur , jenis kelamin, laju filtrasi glomerulus, asidosis, hipotermia, hipoglikemia dan lain lain Penelitian menunjukkan bahwa variasi kadar obat ditentukan oleh variasi volume cairan tubuh, berat badan, umur, jenis kelamin, dan fungsi klirens ginjal . Proses metabolisme dan detoksifikasi obat sebagian besar di hati sebagian lainnya di usus, ginjl dan kulit. Fase ke I : hidroksilasi, oksidasi, reduksi dan hidrolisis Fase ke 2 : konyugasi dg komponen endogen tubuh dg sulfat, glukoronide dsb Aktivitas enzimatik di hati lambat saat janin dan mulai berangsur meningkat segera sesudah lahir (fetus, neonatus, bayi dan anak) Ginjal merupakan organ eksresi utama obat peride post natal, menggantikan fungsi plasenta pada masa janin. Mekanisme utama melalui proses difusi pasif, transposrt aktif atau pinoisitosis. Daya eliminasi obat tergantung dari usia anak yang berhubungan dengan proses filtrasi di glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus maupun proses metabolisme di parenkim ginjal. Faktor utama besarnya laju filtrasi glomerulus (LFG) yaitu tekanan darah . Pada neonatus LFG rendah sejalan dengan rendahnya tekanan darah pada periode tersebut. Mekanisme eksresi obat pada ginjal
Filtrasi saja : inulin
bahan kontras pencitraan Filtrasi + sekresi aktif :
Filtrasi +reabsorpsi aktif : bahan endogen gula , as amino,
oksipurinol
Dimodifikasi dari Radde
1. Bioavailabilitas obat : kadar obat dlm serum diukur secara berkala, untuk menentukan kadar puncak obat, waktu untuk mencapai kadar puncak (peak drug concentration) dan area bawah kurva (area the time concentration curve : AUC) 2. Volume distribusi obat : kemampuan jaringan tubuh menyerap obat, 3. Waktu paruh obat : mencerminkan daya eliminasi obat oleh tubuh 4. Total body clearance (TBC) : jumlah obat yg keluar dari tubuh ( ginjal, hati, paru-paru dan kulit) paling akurat Interaksi obat dapat terjadi pada setiap peresepan, melalui mekanisme interaksi farmasetik, farmakokinetik, farmakodinamik dan interaksi obat-obatan. Kemungkinan dampak negatif dari interaksi obat adalah meningkatnya efek samping/ efek toksik dan berkurangnya efek terapi yg diharapkan. Tujuan : pengobatan yang rasional, efektif, aman, nyaman, dan ekonomis. Penuntun Pengobatan (guide to good prescribing) yang disusun WHO tahun 1994 memuat 4 pokok bahasan penggunaan obat yang baik : 1. Proses pengobatan rasional 2. Cara memilih personal drugs (P-drugs) 3. Cara mengobati pasien 4. Cara mendapatkan informasi terkini (up to date) Langkah 1. : menetapkan diagnosis dan mendefinisikan masalah pasien Langkah 2 : menetukan tujuan pengobatan, apa yang ingin dicapai dengan pengobatan tersebut Langkah 3: memastikan kecocokan obat pilihan, teliti efektifitas dan keamanannya Langkah 4 : memulai pengobatan Langkah 5 : memberikan informasi, petunjuk pemakaian serta peringatan akan efek samping yg mungkin timbul Langkah 6 : Memantau dan bila perlu menghentikan pengobatan Pada anak disesuaikan dengan gizi baik /gizi kurang / KEP/obesitas , disesuaikan dengan berat badan Pada anak dengan gizi lebih atau obesitas disesuaikan dengan berat badan ideal. Tetapkan terlebih dahulu status antropometri berdasarkan BB/U, BB/TB, TB/U Penentuan Status Gizi yang paling akurat adalah BB berdasarkan TB Kategory BB/U TB/U LLA/umur BB/TB LLA/TB
Gizi Baik 100-80 100-95 100-85 100-90 100-85
Gizi Kurang <80-60 <95-85 <85-70 <90-70 <85-75
Gizi Buruk < 60 < 85 < 70 < 70 < 75
Amoxicillin : 10-25 mg/kg 8H IV, IM and oral or 20 mg/kg 12H oral Ampicillin : 10-25 mg/kg 6H IV, IM or oral Chloramphenicol : 40 mg/kg (max 2 gr) IV, IM or oral : then 25 mg/kg (max 1 gr) daily Paracetamol oral or IV 20 mg/kg start then 15 mg/kg 4H (max 4gr/day) Ibuprofen : 5-10 mg/kg Seorang anak laki-laki 2 tahun dg BB : 13 kg , demam 3 hari disertai batuk pilek Dosis Amoksilin yang diberikan : 13 x 10 mg = 130 mg 375 mg setiap kali minum Puyer 3 x 130 mg po , amoksisilin sirup mengandung 125 mg/5 ml = 3 x 1 sdk po, amoksisilin forte sirup mengandung 250 mg/5 ml pemberian 3 x 1/2 sdk po Efek samping : mual , diare, hipersensitif obat Kontra Indikasi : alergi penisilin Nama Obat Dosis Pemberian Sediaan untuk anak
Acetaminofen/ 10-15 mg/ kgBB/ kali Tiap 6-8 jam
Parasetamol Adrenalin 0.01mg/kgbb/kali 5 -15 menit ( 1:1000) (1mg/ml) Difenhidramin 1-1,5 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam Ranitidin 0,5-1 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam Metil prednisolon 0,5 -2 mg/kgbb/hari Tiap 8 jam Diazepam 0.3-0,5mg/kgbb/hari Tiap 8 jam Fenitoin 5-7 mg/kgbb/hari Tiap 12 jam Fenobarbital 4-5 mg/kgbb/hari Tiap 12 jam Furosemid 1-2 mg/kgbb/ kali Tiap 8 jam Aminofilin 6-8 mg/kgbb loading 0,5- Tiap 8 jam 1 mg/kgbb Ibuprofen 5-10 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam Domperidon 0,2-0,4 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam Efedrin 0,25-1 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam Nama Obat Dosis Sediaan
Bromhexin 0,3 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam
chlorpheniramine 0,1 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam
Lactulosa 0,5 ml/kgbb/kali Tiap 12 jam
Salbutamol 0,1-0,15 mg/kgbb/kali Tiap 6-8 jam
Nystatin 100.000 ui <12 bln Tiap 8 jam
Amoksisilin 10-25 mg/ kgbb/kali Tiap 8 jam
Kotrimoksazol Trimetroprim 1,5-3 Tiap 12 jam mg/kgbb/kali Chloramphenicol 25-40 mg/kgbb/hari Tiap 12 jam Metronidazol 10-15 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam Cefotaksim 25-50/kgbb/ kali Tiap 12 jam Erytromisin 10 mg/kgbb/kali Tiap 6 jam Acyclovir 10 mg/kgbb/kali Tiap 8 jam