Anda di halaman 1dari 6

JURNAL SHARING

PICO TENTANG IBU HAMIL DENGAN COVID 19

KELOMPOK 2

1. ARI DWI KAMALUDIN ( C1120002 )


2. DENNY SUCI SARASWATI ( C1120004)
3. MOCH CHAMDAN ( C1120011)
4. NOVA NINA ROSYANA (C1120014)
5. YUNIAR ARIANI ( C1120025)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS (PROGRAM


TRANSFER)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA

SLAWI, 2021
PRESENTASI JURNAL SHARING MATERNITAS

EBP

Pemberian therapi heparin subcutan vs intravena untuk pasien covid 19 dengan koagulopati.

KASUS

Sinopsis cerita ikatan cinta antara suami dan istri yang mana suami adalah seorang perawat
yang tidak ingin istrinya ada cacat ditubuhnya. Dan istri adalah seorang bakul jamu gendong
yang sedang hamil dan terkonfirmasi covid 19. Namanya Ny.T berusia 26 tahun masuk
kerumah sakit RSUD Dr.Soeselo Slawi dengan indikasi hamil 38 minggu G2P1A0 dengan
swab PCR reaktif. Dari hasil laboratorium didapatkan hasil laboratorium D-Dmer 2500
ng/ml. PPT 90 detik (normal 60-70 detik) dan APTT 60 detik (normal 30-40 detik). Untuk
mengatasi koagulasi pada pasien dokter menginstruksikan kepada perawat untuk memberikan
heparin 5000 ui extra secara SC. Perawat yang jaga kebetulan suaminya sendiri yang ingin
mengusulkan pada dokter bagaimana bila heparin disuntikan secara intravena karena pasien
sedang hamil sehingga pasien merasa nyaman dan tidak terdapat bekas suntikan heparin,
namun perawat belum mengetahui evidence based pratice dari tindakan ini. Perawat ingin
mengetahui apakah heparin yang diberikan secara subcutan lebih efektif untuk mengatasi
koagulasi dibandingkan intravena.

FORMAT JURNAL SHARING


1 Judul Jurnal Perbandingan Pemberian Heparin Subkutan dan
Intravena terhadap Studi Koagulasi dan D-Dimer
Pasien dengan Risiko Trombosis Vena Dalam

2 PICO Population:

Pasien covid 19 dengan nilai laboratorium D-Dmer,


PPT dan APTT yang tinggi yang menyebabkan
koagulopati/ trombosis arteri atau vena yang bisa
mengakibatkan DVT ( Deep Vein Trombosit ) yang
berdampak pada kematian. Kasus peningkatan
koagualopati sangat berbahaya contoh pada ibu
hamil (Kardiomiopati), penderita covid 19 dengan
faktor komorbid yang berat seperti jantung, diabetes,
penyakit ginjal kronis dan hipertensi.

Intervensi

Pemberian intervensi kolaborasi medis ( heparin )


untuk mengatasi koagulopati pada pasien tentunya
dengan peresepan dokter penanggungjawab pasien
dan pemberian instruksi rute yang disarankan oleh
DPJP. Pemberian yang lazim diberikan adalah
dengan rute subcutan dimana secara teori heparin
mudah terserap dengan lemak. Sedangkan secara
onset lebih cepat dengan pemberian intravena.

Comparison :

Pemberian heparin rute intravena

Outcome:

Harapan yang ingin dicapai dari pemberian heparin secara


intarvena dibandingkan secara subcutan adalah
pengurangan trauma diinjeksi secara subcutan, bekas
injeksi yang lama menghilang akibat pemberian obat
heparin, masa onset yang lebih cepat dibandingkan
pemberian subcutan.

Dengan pemberian rute heparin yang mempunyai onset


yang tinggi harapannya angka kematian pasien dengan
koagulopati dapat teratasi dengan maksimal dan harapan
hidupnya meningkat.

3 Referensi Terakreditasi Jurnal Anestisiologi Indonesi ( JAI ) Volume IV,Nomor 3,


Tahun 2012

4 Relevansi dengan Hubungan dengan peningkatan pasien ibu hamil dengan


fenomena masalah covid 19 ataupun pasien covid 19 dengan faktor komorbid
sebagai faktor pemberat. Sangat efisien untuk menjawab
bagaimana sistematis pemberian heparin yang
mempunyai onset yang cepat untuk mengatasi masalah
koagulopati.

5 Kemuhtahiran Terbatasnya pengetahuan dan keingintahuan yang dimiliki


oleh petugas kesehatan untuk mengembangkan diri
dalam memberikan pelayanan yang safety dan baik.

6 Kelengkapan aspek Pemberian injeksi dengan subcutan, intavena dan


intamuscular pada dasarnya disesuaikan dengan rute
yang memang diindikasikan oleh jenis obat yang ada.

7 Besarnya manfaat untuk Manfaat dari keefektifan yang didapatkan dari penelitian
mengatasi masalah tentang pemberian heparin rute subcutan lebih mudah
keperawatan untuk diserap oleh lemak sedangkan yang rute intravena
onsetnya lebih cepat dibandingkan lewat subcutan.
8 Keamananan untuk Tingkat keamanan untuk diterapkan pada pasien
diterapkan pada pasien berdasarkan penelitian sebenarnya untuk pemberian
heparin secara subcutan dan intravena tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna. Keduanya aman untuk
diberikan pada pasien dengan koagulopati. Tergantung
onset yang diharapkan dokter dan tingkat kenyamanan
pasien dari penelitian ini adalah intravena.

Jurnal Anestesiologi Indonesia


Volume IV, Nomor 3, Tahun 2012
PENELITIAN
Perbandingan Pemberian Heparin Subkutan dan Intravena terhadap
Studi Koagulasi dan D-Dimer Pasien dengan Risiko Trombosis Vena
Dalam
Sigit Kusdaryono*, Danu Soesi lowat i**, Himawan Sasongko**
ABSTRACT
Backgrounds: Thrombosis is the leading cause of death in the United States. About 2
millions of people died every year because of arterial and venous thrombosis. About 80-
90% is for known cause. Thrombosis also cause significant morbidity, one of them is
Deep Vein Thrombosis (DVT) that may be followed by pulmonary embolism. Without
thromboprophylaxis, the incidence of acquired DVT in hospitals is 10-40% on all medical
and surgical patient, objectively and 40-60% on major orthopaedics operation.
Objectives: To compare the effectivity of subcutaneous and intravenous heparin
prophylaxis dose on D-Dimer, PPT, and aPTT levels in patients with the risk of deep
vein thrombosis.
Methods: This is a pre and post test group design study, conducted on 20 patients who
have the risk of developing deep vein thrombosis. Blood sample was taken 1 hour after
heparin injection, and put into a EDTA containing bottle. Sample sent to laboratorium for
examination. Subject divided into two groups by random sampling. Group A received
heparin intravenously and group B received heparin subcutaneously. Statistical analysis
will be conducted to test the difference between groups using SPSS version 15.
Result : The test resulted in no significant difference in aPTT and PPT between
intravenous group and subcutaneous group (p > 0,05). Test results in D-Dimer between
groups also showed no significant difference (p > 0.05)
Conclusion : No significant differences produced in PPT, aPTT and D-Dimer levels
between intravenously and subcutaneously administered heparin for prevention of deep
vein thrombosis.
Keyword : heparin intravenous , heparin subcutaneous , aPTT levels and D-Dimer levels

ABSTRAK
Latar Belakang: Trombosis di Amerika Serikat adalah penyebab kematian terbanyak.
Sekitar 2 juta orang meninggal setiap tahun karena trombosis arteri dan vena. Dengan
80-90% thrombosis diketahui penyebabnya. Trombosis juga menyebabkan morbiditas
yang signifikan, salah satunya adalah trombosis vena dalam (Deep Vein Thrombosis,
DVT) yang dapat berlanjut menjadi emboli paru. Tanpa tromboprofilaksis, kejadian DVT
nosokomial adalah 10-40% dari keseluruhan pasien medis dan bedah dan 40-60% pada
pasien pasca bedah ortopedi mayor.
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Universitas Mataram/ RSUP NTB
**Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang
165
Jurnal Anestesiologi Indonesia
Volume IV, Nomor 3, Tahun 2012
PENDAHULUAN
Trombosis di Amerika Serikat merupakan
penyebab kematian terbanyak. Sekitar 2
juta orang meninggal setiap tahunnya
baik karena trombosis arteri maupun
vena. Sekitar 80-90% thrombosis dapat
diketahui penyebabnya. Lebih dari 50%
pasientersebutdidapatkan
trombositopenia atau defisiensi protein
koagulasi, baik kongenital atau didapat,
yang menyebabkan kejadian trombosis.
Trombosis juga menyebabkan morbiditas
yang bermakna, salah satunya adalah
trombosis vena dalam (Deep Vein
Trombosis, DVT) yang berlanjut menjadi
emboli paru. Insiden DVT di Amerika
Serikat adalah 159 per 100 ribu atau
sekitar 398 ribu per tahun. Data mengenai
insiden di Asia masih terbatas.1,2
DVT merupakan penyakit yang sulit
Tujuan: Untuk membandingkan efektivitas dosis profilaksis heparin subkutan dan
intravena terhadap nilai D-Dimer, PPT dan aPTT pada pasien dengan risiko trombosis
vena dalam.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kelompok pre dan post test dan dilakukan
pada 20 pasien dengan risiko trombosis vena dalam. Sampel darah diambil setelah 1
jam injeksi heparin, kemudian disimpan dalam botol yang mengandung EDTA. Sampel
dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan. Subyek dibagi menjadi dua kelompok secara
random sampling. Grup A menerima heparin intravena dan kelompok B menerima
heparin subkutan. Analisis statistik dilakukan untuk menguji perbedaan antar kelompok
dengan SPSS versi 15.
Hasil: Hasil pemeriksaan aPTT dan PPT antara kelompok intravena dan subkutan tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan (p> 0,05). Hasil pengujian pada D-Dimer
intravena dan subkutan juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p> 0,05).
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pemberian heparin intravena
dan subkutan dalam nilai aPTT, PPT dan D-Dimer sebagai pencegahan risiko trombosis
vena dalam.
Kata Kunci: heparin intravena, heparin subkutan, aPTT , D-Dimer

Anda mungkin juga menyukai