Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENELITIAN KUALITATIF

TUGAS : FENOMENA DALAM BIDANG KEPERAWATAN


NAMA MAHASISWA : GUNAWAN SUSANTO
NIM : I2B023007
DOSEN : MEKAR DWI ANGGRAENI, M.Kep., Ph.D
SOAL :

Silahkan mahasiswa memilih satu fenomena dalam bidang keperawatan yang akan dibuat
menjadi mini proposal. Fenomena merupakan masalah yang nyata terjadi dan dialami oleh
perawat, klien, atau keluarga. Fenomena membutuhkan penelitian lebih lanjut menggunakan
metode penelitian kualitatif. Jelaskan fenomena yang ada dan berikan justifikasi perlunya
penelitian dengan pendekatan metode kualitatif, Essay dibuat dengan jumlah 500-1000 kata.
File diupload ke Eldiru dalam bentuk PDF.

FENOMENA DI UNIT HEMODIALISA RSUD AJIBARANG

Penyakit Ginjal Tahap Akhir atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius, dan kejadian serta prevalensinya meningkat
secara global1. Diperkirakan 2,5 juta orang di seluruh dunia menerima bantuan hidup Terapi
Pengganti Ginjal (TPG) dikarenakan gagal ginjal, dimana sekitar 60% diantaranya dilakukan
dengan terapi hemodialisa2. Prevalensi penyakit ginjal kronis di Indonesia mencapai sekitar
0,2 persen. Menurut data Persatuan Nefrologi Indonesia (PENEFRI), diperkirakan penderita
penyakit ginjal kronis Indonesia pada tahun 2016 mencapai 70.000 orang dan terus
meningkat sebesar 10% per tahun3.
Hemodialisa merupakan salah satu metode pengobatan gagal ginjal tahap akhir yang
dapat menyelamatkan jiwa pasien. Hemodalisa adalah salah satu tindakan terbaik saat ini
untuk pasien yang terkena Cronic Kidney Desease (CKD) untuk meningkatkan kualitas
hidupnya4. Pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisis memerlukan akses vaskular. Ada
tiga jenis akses utama: arteriovenous fistula (AVF), arteriovenous graft, dan central venous
catheter (CVC).
AVF adalah akses terbaik dalam hal memperpanjang umur dan memiliki hubungan
paling rendah dengan morbiditas dan mortalitas 5. Pembuatan AVF bertujuan untuk
memudahkan terapi hemodialisis secara jangka panjang, hal ini dikarenakan dengan AVF
akan mengurangi secara signifikan tingkat komplikasi seperti trombus, infeksi, dan
perdarahan. Hal ini tidak didapati pada akses vaskular lainnya 3. Selain itu, AV Fistula
menciptakan tekanan yang tinggi sehingga darah mengalir ke dalam vena dengan tekanan
yang tinggi. Hal ini menyebabkan vena tumbuh besar dan kuat sehingga tersedia akses yang
mudah dan andal dari pembuluh darah. Dilaporkan juga dalam beberapa penelitian bahwa
dengan AVF maka adekuasi dialisis menjadi meningkat atau lebih baik7.
Jenis akses HD yang kedua adalah central venous catheter (CVC). CVC merupakan
pilihan yang baik, terutama ketika tindakan HD darurat. CVC diperlukan baik pada saat
inisiasi terapi penggantian ginjal atau ketika ketika terjadi disfungsi pada akses permanen.
Keunggulan lain CVC adalah tersedia secara universal, dapat dimasukkan ke berbagai tempat
di tubuh, dan tidak diperlukan waktu pematangan, sehingga HD dapat segera dilakukan.
Akan tetapi akses CVC memiliki komplikasi yang tinggi. Komplikasi terdiri dari cedera
vaskular (tusukan arteri, pseudoaneurisma, dan AVF), hematoma, emboli udara,
pneumotoraks, dan malposisi5.
Jenis akses HD yang ketiga adalah fistula arteriovenosa (AVG. AVG menyebabkan
adanya trombosis akibat stenosis vena yang disebabkan oleh hiperplasia neointimal.
Peningkatan produksi sel otot polos, miofibroblas, dan vaskularisasi di dalam neointima
merupakan penyebab utama trombosis. Ada juga angiogenesis dan sejumlah makrofag di
jaringan sekitar cangkok5. Dari perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa bagi pasien
CKD yang menjalani terapi hemodialisis, fistula arteriovenosa (AVF) dianggap sebagai akses
vaskular pilihan dan terus direkomendasikan di pedoman praktik klinis National Kidney
Foundation (NKF)10.
Meskipun banyak keuntungan dan manfaat dari AFV terhadap pasien CKD yang
menjalani terapi hemodialisa seperti mengurangi secara signifikan tingkat komplikasi dan
menciptakan tekanan yang tinggi sehingga darah mengalir ke dalam vena dengan tekanan
yang tinggi sehingga menyediakan akses yang mudah dan andal dari pembuluh darah akan
tetapi banyak dari pasien yang enggan untuk memasang AVF. Studi pendahuluan di Unit
Hemodialisa RSUD Ajibarang pada tanggal 28 Agustus 2023, didapakan hasil bahwa dari 40
pasien CKD yang dilakukan tindakan hemodialisa rutin, 85% (34 pasien) belum terpasang
AV Shunt dan hanya 15% (6 pasien) yang sudah terpasang AVF. Pada saat wawancara
terhadap pasien yang belum terpasang AVF, Rata-rata menyampaikan beberapa alasan yang
menghalangi pasien untuk melakukan pemasangan AVF adalah pasien takut untuk
melakukan operasi, prosedur operasi AVF dirasa sangat merepotkan kondisi pasien, dan
pasien merasa terbatasi aktivitasnya ketika sudah terpasang AVF ditangannya. Alasan-alasan
inilah yang menjadi barrier dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pemasangan
AVF walaupun pasien sudah diedukasi tentang manfaat dari pemasangan AVF untuk
meningkatkan adekuasi tindakan hemodialisa dan juga meningkatkan kualitas hidup pasien
CKD yang menjalani terapi hemodialisa.
Pasien yang menolak untuk pemasangan AVF bertahan dengan menggunakan akses
femoral yang menyebabkan adekuasi tindakan hemodialisa sebagian besar pasien CKD yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUD Ajibarang tidak mencapai target (Kt/V > 1,8). Capaian
adekuasi pasien HD yang memenuhi target dari bulan Januari sampai dengan Juli 2023
hanya berkisar antara 40-50 % saja. Adapun pada pasien yang sudah terpasang AFV yang
berjumlah 15% (6 pasien), mereka mampu untuk melewati barrier tersebut sehingga mereka
memutuskan untuk melakukan operasi pemasasangan AVF. Dari fenomena permasalahan ini
peneliti merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam tentang pengalaman pasien dalam
pengambilan keputusan untuk pemasangan akses arteriovenous fistula (AVF) pada pasien
CKD yang menjalani terapi hemodialisa.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ho YF, Chen YC, Li IC. A qualitative study on shared decision-making of patients
with chronic kidney disease. Nurs Open. 2021;8(6):3430-3440. doi:10.1002/nop2.891
2. Elliott MJ, Ravani P, Quinn RR, et al. Patient and Clinician Perspectives on Shared
Decision Making in Vascular Access Selection: A Qualitative Study. Am J Kidney Dis.
2023;81(1):48-58.e1. doi:10.1053/j.ajkd.2022.05.016
3. Nafisah S, Irawati M, Hidayati W. Anxiety of Hemodialysis Patient With Access
Arteriovenous Fistula (Av-Shunt): a Qualitative Study. Nurse Heal J Keperawatan.
2021;10(2):240-248. doi:10.36720/nhjk.v10i2.240
4. Marianna S, Astutik S. Hubungan Dampak Terapi Hemodialisa Terhadap Kualitas
Hidup Pasien Dengan Gagal Ginjal. Indones J Nurs Sci Pract. Published online
2018:41-52.
5. Santoro D, Benedetto F, Mondello P, et al. Vascular access for hemodialysis: Current
perspectives. Int J Nephrol Renovasc Dis. 2014;7:281-294.
doi:10.2147/IJNRD.S46643
6. Sciences E, Bin HE, Maochuan HU, Sciences E. 贺 斌 , 胡 茂 川 1 2, 3 * 1.
2022;31(4):771-776.
7. Momeni A, Mardani S, Kabiri M, Amiri M. Comparison of Complications of
Arteriovenous Fistula with Permanent Catheter in Hemodialysis Patients: A Six-month
Follow-up. Adv Biomed Res. 2017;6(1):106. doi:10.4103/2277-9175.213666
8. Maksum M. The Relations Between Hemodialysis Adequacy and The Life Quality of
Patients. J Major. 2015;4(1):39.
9. Ladesvita F, Syifa N. Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Berdasarkan Akses Vaskular. Indones J Heal Dev. 2022;4(2):85-95.
doi:10.52021/ijhd.v4i2.106
10. Harwood L, Wilson B, Goodman M. Arteriovenous fistula for hemodialysis : A
scoping review. Contin Nurs Educ. 2017;44(5):411-427.
11. Shamasneh AO, Atieh AS, Gharaibeh KA, Hamadah A. Perceived barriers and
attitudes toward arteriovenous fistula creation and use in hemodialysis patients in
Palestine. Ren Fail. 2020;42(1):343-349. doi:10.1080/0886022X.2020.1748650

Anda mungkin juga menyukai