Anda di halaman 1dari 16

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian dengan judul pengaruh latihan lutut isometrik terhadap

penurunan nyeri pada pasien dengan osteoartritis lutut ini dilakukan di

Ruang Kenari Bawah RSUD Ajibarang. Ruang Kenari Bawah merupakan

ruang rawat inap penyakit saraf. Kapasitas ruang tersebut adalah 18 TT

(tempat tidur), terdiri dari 2 TT kelas 1 dan 16 TT kelas 3. BOR rata-rata

di Ruang Kenari Bawah adalah 60%-80%. Kasus penyakit terbanyak

adalah stroke dan disusul oleh kasus nyeri diantaranya adalah osteoartritis

(OA) lutut.

2. Karakteristik Responden

Karakterisitik responden dalam penelitian ini meliputi : usia, jenis

kelamin, pekerjaan, obat analgesik yang diberikan kepada responden, dan

Indeks Massa Tubuh (IMT) responden.

Secara rinci hasil penelitian dijelaskan dalam tabel 4.1 berikut :

61
62

Variabel n %
Jenis Kelamin :

Laki-laki 8 33,3
Perempuan 16 66,6

Usia :
Minimum 51 tahun
Maximum 82 tahun
Median 67,5 tahun

Pekerjaan :
Pegawai 5 20,8
Buruh 7 29,2
IRT 8 33,3
Wiraswasta 4 16,7

Terapi Analgetik :
Oral 24 100
Injeksi 24 100

IMT
Kurus (< BB Tingkat Berat) 0 0
Kurus (< BB Tingkat Ringan) 0 0
Normal 7 29,2
Gemuk (> BB Tingkat Ringan) 13 54,2
Gemuk (> BB Tingkat Berat) 4 16,7

Sumber data primer 2019

62
63

Karakteristik responden menurut jenis kelamin, mayoritas

responden adalah perempuan yaitu 16 orang (66,6%), sedangkan laki-

laki hanya 8 orang (33,3%). Karakteristik responden berdasarkan usia

rata-rata responden diketahui bahwa rata-rata usia responden adalah

66,96 tahun, usia termuda adalah 51 tahun dan usia tertua adalah 82

tahun.

Karakteristik responden menurut pekerjaan, paling banyak

responden bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 8 orang

(33,3%), selanjutnya responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 7

orang (29,2%), sedangkan yang bekerja sebagai pegawai sebanyak 5

orang ( 20,8%), responden paling sedikit adalah dengan pekerjaan

sebagai wiraswasta sebanyak 4 orang (16,7%).

Pemberian obat analgesik kepada responden berupa analgesik oral

dan analgesik injeksi, semua responden sebanyak 24 orang (100%)

diberikan obat analgesik oral (paracetamol tablet) dan injeksi (ketorolak

injeksi). Karakteristik responden menurut IMT adalah kategori normal

sebanyak 7 orang (29,2%), kategori gemuk (kelebihan BB tingkat ringan)

adalah 13 orang (54,2%) dan kategori gemuk dengan kelebihan BB

tingkat berat adalah 4 orang (16,7%).

63
64

3. Hasil Uji Analisis

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh

latihan lutut isometrik terhadap penurunan nyeri pada pasien dengan

osteoartritis lutut. Sampel penelitian sebanyak 24 responden.

a. Uji normalitas data

Sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan

analisa Shapiro-Wilk Test. Cara menguji normalitas adalah dengan

membandingkan probabilitas (p) yang diperoleh dengan taraf

signifikan (α) 0,05. Apabila p>α maka data terdistribusi normal atau

sebaliknya.

Berdasarkan hasil uji normalitas data, memberikan informasi

bahwa skala nyeri setelah latihan lutut isometrik dari hari pertama

sampai ketiga dilakukan tindakan latihan lutut isometrik mengalami

penurunan 1 poin, dan diperoleh nilai signifikan (nilai p) sesudah

dilakukan latihan lutut isometrik selama 3 hari berturut-turut, yaitu

hari pertama, kedua dan ketiga adalah 0.000, maka disimpulkan

bahwa data tidak terdistribusi normal (p<0,005).

Secara rinci uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2 : Hasil uji normalitas penelitian di RSUD Ajibarang

Tingkat nyeri
latihan lutut isometrik p-value
median max min
sesudah hr 1 6 7 5
sesudah hr 2 5 6 4  0,000
sesudah hr 3 4 5 3
Sumber : Data Primer 2019

64
65

b. Uji Beda

Tabel 4.3 : Tabel Hasil Uji beda

nyeri nyeri nyeri


sesudah sesudah sesudah
hr 2 - hr 3 - hr 3 -
nyeri nyeri nyeri
sesudah sesudah sesudah
hr 1 hr 1 hr 2
Z -3.500a -4.448a -4.344a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
Sig. .000 .000 .000
Monte
Carlo Lower
95% .000 .000 .000
Sig. (2- Bound
Confidenc
tailed) Upper
e Interval .000 .000 .000
Bound
Lower
Monte 95% .000 .000 .000
Bound
Carlo Confidenc
e Interval Upper
Sig. (1- .000 .000 .000
Bound
tailed)
Sig. .000 .000 .000

Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 4.3, maka nilai z yang didapat pada uji 1 adalah -

3,500, uji 2 adalah -4,448 dan uji 3 didapat sebesar -4,344 dengan p

value (Asymp.sig 2 tailed) pada uji 1 sampai uji 3 sebesar 0,000

dimana kurang dari 0,005, sehingga kesimpulannya adalah terdapat

perbedaan bermakna antara uji 1, 2 dan 3.

65
66

c. Uji Friedman Test

Tabel 4.4 : Tabel Hasil Uji Statistik dengan Menggunakan uji

Friedman Test

Asymp
N df Chi square
sig

Nyeri postest 24 5 95.713 0.000


Latihan lutut
isometrik
Hari 1-3

Sumber : Data Primer 2019


.

Berdasarkan analisis uji statistik Friedman Test yang ditunjukkan tabel

diatas menunjukkan nilai chi-square 95.713 dan signifikan p value 0.000 dari

nilai < 0,05. Maka dengan nilai p value 0.000 lebih kecil dari < 0,05, artinya

pada penelitian ini ada perbedaan tingkat nyeri sesudah dilakukan latihan lutut

isometrik hari 1-3.

B. PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas hasil hasil penelitian yang meliputi interpretasi

hasil dan diskusi hasil penelitian berdasarkan teori serta hasil hasil penelitian

sebelumnya. Selain itu akan dipaparkan pula keterbatasan penelitian dan

implikasi penelitian bagi profesi keperawatan.

66
67

1. Interpretasi dan diskusi hasil penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh

latihan isometrik terhadap penurunan skala nyeri dan pada pasien

osteoartritis lutut. Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut

pembahasan akan difokuskan pada karakteristik responden yang meliputi

usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan pemberian obat analgesik, IMT,

serta hasil pengukuran terhadap skala nyeri.

2. Karakterisitik responden

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa mayoritas responden pada

kelompok penelitian adalah wanita. Hal ini sesuai dengan penelitian–

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa OA lebih sering terjadi

pada wanita (Lawrence, et al, 2010 dalam sheila, Dunican & Lynch 2010,

Walker 2010). Price dan Wilson, (2013) dalam teorinya menyatakan

bahwa OA lutut lebih dominan pada perempuan disebabkan penurunan

hormone estrogen terutama yang berumur lebih dari 45 tahun dan pada

perempuan yang telah menopause.

Pada kondisi tersebut terjadi penurunan estrogen dimana estrogen

berpengaruh pada osteoblast dan sel endotel. Apabila terjadi penurunan

estrogen maka TGF- β (Transforming Growth Factor- β) yang dihasilkan

osteoblast dan Nitric Oxide (NO) yang dihasilkan oleh sel endotel akan

menurun juga sehingga menyebabkan diferensiasi dan maturasi

osteoklast meningkat. Estrogen juga berpengaruh pada absorbsi kalsium

dan rearbsorbsi kalsium ke ginjal sehingga terjadi hipokalsemia. Keadaan

67
68

hipokalsemia akan menyebabkan mekanisme umpan balik sehingga

meningkatkan hormon paratiroid. Hormon paratiroid akan meningkatkan

reabsorbsi tulang dan mendorong terjadinya OA (Ganong, 2013).

Karakteristik responden berdasarkan pada usia, menunjukkan

bahwa responden pada kedua kelompok berada pada kisaran umur 51 –

82 tahun. Menurut Altman, et al (2010) usia 50 tahun merupakan batas

minimal yang digunakan sebagai salah satu kriteria untuk

mengklasifikasikan OA pada sendi lutut berdasarkan pada manifestasi

klinisnya. Sehingga ACR (American College of Rheumatology)

menggunakannya didalam algoritme diagnosis OA khususnya pada sendi

lutut (Brandt, et al, 2010).

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di Universitas

California menemukan bahwasalah satu faktor resiko OA adalah usia

dengan rentang antara 50 – 79 dan rata-rata usia adalah 63.2

(Osteoarthritis Risk Factors, 2010). is. Insidensi OA meningkat dengan

peningkatan usia (Walker, 2009). Dua Puluh Tujuh persen orang yang

berusia 63–70 tahun memiliki bukti radiografik menderita OA lutut dan

akan meningkat 40 % pada usia 80 tahun atau, lebih (Felson, et al, 2010).

Sudo, et al (2010), juga menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara usia menua dengan peningkatan resiko OA sendi lutut.

Penelitian yang dilakukan pada pasien laki-laki menunjukkan

seseorang yang berumur minimal 65 tahun beresiko 19 kali menderita

OA lutut dibandingkan yang berusia 35 tahun (Knee Osteoarthritis,

68
69

2010). Sementara itu, Wright, et all (2013) dan Chen (2013), melaporkan

kejadian OA lutut pada wanita post menopause, bahwa wanita resiko OA

pada usia 70 – 79 tahun meningkat 2,69 kali jika dibanding dengan usia

50 – 59 tahun.

Berdasarkan tabel 4.1 tentang karakteriktik responden menujukkan

bahwa semua responden mendapatkan terapi analgesik oral dan injeksi

(100%). Obat analgesik oral yang diberikan yaitu paracetamol tablet,

sedangkan analgesik injeksi berupa injeksi ketorolac.

Keseragaman penggunaan analgesik pada responden dalam

penelitian ini diharapkan dapat mengurangi bias faktor lain yang

mempengaruhi penurunan nyeri. Penatalaksanaan OA secara farmakologi

masih menjadi pilihan utama pasien baik dengan pemberian analgetik

maupun pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS). Penggunaan

jangka lama obat tersebut dapat menyebabkan efek samping berupa

perdarahan gastrointestinal dan gangguan pada ginjal (Isbagio, 2010).

Latihan isometric quadriceps dapat dilakukan bersama sama

dengan minum obat, dan secara bertahap dosis dan frekuensi obat

dapat dikurangi sehingga apabila latihan isometric quadriceps

dilakukan secara teratur maka nyeri dan kekakuan sendi berkurang

tanpa harus tergantung dengan obat. Adapun paling banyak

responden (54,2%) memiliki indeks massa tubuh yang dikategorikan

dalam gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan (IMT =

25,1-27).

69
70

Sebagaimana disebutkan dalam tinjauan teoritis bahwa

perempuan atau laki-laki yang mengalami obesitas (IMT = 25,1–27

kg/m3) memiliki resiko dua kali lipat terjadinya osteoarthritis lutut

dibanding individu dengan berat badan normal. Penelitian yang

dilakukan oleh Wright (2008), Seed, Dunican, & Lynch (2009)

menemukan bahwa berat badan yang meningkat akan meningkatkan

beban pada sendi, khususnya sendi lutut. Peningkatan tekanan dan

beban pada sendi lutut akan mempercepat kerusakan tulang rawan.

Keadaan obesitas akan memperbesar tekanan pada daerah sendi lutut

(Baertlett, 2010).

Meskipun penelitian awal menunjukkan bahwa dengan

menurunkan berat badan dapat mencegah timbulnya penyakit

osteoarthritis lutut, namun mekanismenya juga belum jelas (Felson,

2007). Sebab pada beberapa penelitian, selain berhubungan dengan

osteoarthritis lutut, obesitas juga berhubungan dengan osteoarthritis

pada sendi sendi tangan (Cicuttini, Baker, & Spector. 2010).

3. Pengaruh latihan isometrik terhadap penurunan nyeri

Nyeri karena OA lutut dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti

adanya inflamasi pada memberan sinovium, regangan pada kapsul sendi

dan ligament, iritasi ujung saraf osteum yang mengalami osteofit dan

sebagainya (Smeltzer, et al, 2013). Namun penyebab paling sesuai

dengan pathogenesis adalah karena adanya inflamasi memberan sinovium

akibat masuknya bahan-bahan matriks kedalam cairan synovial akibat

70
71

destruksi matriks celluler. Nyeri biasanya bertambah berat dengan

aktivitas atau akibat berat badan yang berlebihan.

Penelitian ini menunjukkan ada perbedaan skala nyeri yang

signifikan (ρ value < 0,05) antara sebelum dan setelah dilakukan latihan

isometrik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Shahnawaz dan Ahamad (2015)

yang telah melakukan penelitian selama 5 minggu dengan memberikan

latihan isometric quadriceps dengan frekuensi 2 kali sehari pada minggu

1-3 dan 3 kali sehari pada minggu 4-5. Demikian juga penelitian oleh

Huang (2017) yang memberikan latihan isometric quadriceps selama 3

minggu dengan frekuensi 3 kali sehari. Kedua penelitian tersebut

menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunkan nyeri sendi lutut.

Latihan lutut apabila dilakukan secara teratur akan meningkatkan

peredaran darah sehingga metabolisme meningkat dan terjadi

peningkatan difusi cairan sendi melalui matriks tulang. Kontraksi otot

quadriceps akan mempermudah mekanisme “pumping action”

(memompa kembali cairan untuk sirkulasi) sehingga proses metabolisme

sirkulasi lokal dapat berlangsung dengan baik karena vasodilatasi dan

relaksasai setelah otot melakukan kontraksi. Dengan demikian

pengangkutan sisa metabolisme (substansi-P) dan acetabolic yang

diproduksi melalui proses inflamasi dapat berjalan lancar sehingga rasa

nyeri dapat berkurang (Zhang,Shao-lan, 2013; Dolenio, 2014; Hochman ,

2010; Lee,2013).

71
72

Latihan isometrik dapat menurunkan MMP-3, TNF- α dan CRP.

MMP-3 adalah enzim yang berfungsi dalam degradasi matrik tulang. Jika

kadarnya turun maka degradasi matrik tulang terhambat dengan cara

meningkatkan produksi kolagen dan proteoglikan. Kadar MMP-3 yang

rendah juga bermanfaat untuk menghambat proses inflamasi synovial

dengan cara menghambat sitokin seperti IL dan TNF-α. Jika proses

inflamasi tidak terjadi maka tidak ada stimulus noxious yang

menyebabkan nyeri.

Dalam penelitian ini frekuensi latihan adalah tiga kali selama tiga

hari. Peneliti mengacu dari Arthritis care and Research, yang

merekomendasikan bahwa latihan regangan otot yang dilakukan dua

sampai tiga kali seminggu dapat mendorong pelepasan hormon

endorphin, dan apabila latihan peregangan otot dilaksanakan secara

teratur dapat memperbaiki kesehatan pasien dengan arthritis temasuk

osteoarthritis lutut.

Tamsuri (2013) menjelaskan bahwa nyeri sendi pada penderita OA

termasuk dalam nyeri somatic dimana reseptor terletak pada otot dan

tulang penyokong tubuh. Tubuh memiliki neuromodulator yang dapat

menghambat transmisi impuls nyeri dan salah satunya endorphin.

Endorphin berperan untuk mengurangi sensasi nyeri dengan memblokir

proses pelepasan substansi dari neuron sensorik sehingga proses transmisi

impuls nyeri di medulla spinalis menjadi terhambat dan sensai nyeri

berkurang.

72
73

Pada penelitian ini berdasar uji statistik Friedman Test terhadap

variabel skala nyeri sesudah terapi latihan lutut isometrik didapat nilai

chisquare 95.713 dengan signifikan p value 0.000 dari nilai < 0,05. Hasil

ini dapat membuktikan ada pengaruh terapi latihan lutut isometrik

terhadap intensitas nyeri pada pasien OA lutut. Hasil penelitian ini

menguatkan penelitian-penelitian sebelumnya atau pendapat-pendapat

yang menyatakan bahwa latihan lutut isometrik dapat mengurangi rasa

nyeri pada penderita OA lutut.

Penelitian ini juga dapat mengaplikasikan teori adaptasi Roy,

dimana dalam metode adaptasi Roy terdapat mode fungsi fisiologis yang

menjelaskan fungsi saraf, peredaran darah dan endokrin. Dalam proses

latihan maka akan menstimulasi fungsi neurologis untuk melepaskan

hormon endorphin kedalam tubuh yang mempunyai peran signifikan

mengurangi nyeri dan merupakan bagian dari mekanisme koping

regulator (Phillips, 2010).

Dari beberapa penelitian dan teori didapatkan hasil bahwa latihan

isometrik sangat bermanfaat untuk menurunkan nyeri sendi lutut. Latihan

isometrik pada pasien OA lutut menjadi salah satu terapi non farmakologi

yang direkomendasikan.

73
74

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan yaitu sebagai berikut :

a. Jumlah responden

Jumlah responden dalam penelitian ini masih dalam jumlah kecil,

hal ini dikarenakan sesuai perhitungan jumlah sample pasien

osteoartritis yang ada di Ruang Kenari Bawah RSUD Ajibarang.

b. Karakterisitik responden penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini yang diambil yaitu

data usia, pekerjaan, jenis kelamin dan pemberian obat analgesik,

sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri seperti pengalaman

nyeri sebelumnya, tingkat nyeri, kebudayaan, dan dukungan keluarga

belum dilakukan analisa dalam penelitian ini.

c. Pengukuran skala nyeri responden

Sebagian besar responden dalam penelitian adalah lanjut usia,

sehingga pengukuran skala nyeri menggunakan visual analog scale

(VAS), kadang memerlukan penjelasan yang berulang-ulang untuk

mendapatkan skala nyeri sesuai yang dirasakan oleh responden.

D. IMPLIKASI TERHADAP PELAYANAN ASUHAN

KEPERAWATAN

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi perawat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien OA lutut dengan

latihan lutut isometrik sebagai salah satu bentuk pengobatan non

farmakologis untuk mengurangi nyeri.

74
75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 66%, rata-rata usia

adalah 66 tahun, pekerjaan paling banyak adalah ibu rumah tangga

sebesar 33%, terapi analgetik diberikan kepada semua pasien yaitu total

sebesar 100%, dan kategori IMT paling banyak adalah kategori gemuk

dengan kelebihan berat badan tingkat ringan yaitu 54,2 %.

2. Ada pengaruh latihan lutut isometrik terhadap penurunan nyeri pada

pasien dengan OA lutut di Ruang Kenari Bawah RSUD Ajibarang

dengan nilai p- value sebesar 0,000 %

B. SARAN

1. Dikarenakan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga penulis

menyarankan untuk peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah sampel

penelitian, dan menganalisa faktor-faktor lain yang mempengaruhi nyeri.

2. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat membandingkan terapi-terapi non

farmakologi lain yang berpengaruh dalam penurunan tingkat nyeri pada

pasien OA lutut.

75
76

76

Anda mungkin juga menyukai