Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


Jalan Budi Utomo 10 Telp : 0352-481124 Ponorogo 63471

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020


Jurusan : S1 Keperawatan Hari / Tanggal : Kamis, 16 Mei 2020
Mata Kuliah : Teori Komplemeter Waktu : 16-17 Mei 2020
Semester :8 Dosen : Dianita Rifqia Putri, M.Sc., Apt

NAMA : Hafis Amanattyasadi


NIM : 16631583

PETUNJUK :
a) Bacalah Bismillah sebelum dikerjakan.
b) Jawaban ditulis di selembar kertas pada lembar jawaban yang telah disediakan. Jika terdapat
kesamaan jurnal dengan teman sekelas untuk soal nomor 3, maka lembar jawaban tidak akan
dinilai.
c) Jawaban paling lambat dikumpulkan Pada tanggal 17 MEI 2020 Pukul 12.00 WIB Forum
Google Classroom

SOAL :
1. Carilah dan Ringkaslah 2 jurnal tentang Pengaruh Terapi Komplementer tertentu
Terhadap suatu Penyakit atau Gangguan Kesehatan tertentu. (Dua Jurnal tersebut
dengan Penyakit yang Berbeda)
Pembagian Tugas Untuk Jurnal :
Absen 1 -6 = Terapi Komplementer Akupuntur
Absen 7-12 = Terapi Komplementer Akupresur
Absen 13-18 = Terapi Komplementer Refleksi
Absen 19-24 = Terapi Komplementer Sentuhan
Absen 25-30 = Terapi Komplementer Massage
Absen 31-36 = Terapi Komplementer Meditasi
Absen 37-44 = Terapi Komplementer Hipnoterapi
Meditasi
Dalam Ringkasan :
1. Sebutkan Alamat Http Jurnal/Sumber Jurnal
Jurbal 1 :
https://doi.org/10.37341/jkf.v2i1.83 atau
http://www.jurnalketerapianfisik.com/index.php/jpt/article/view/83
Jurnal 2 :
https://doi.org/10.34035/jk.v9i1.261 atau
http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/261
2. Sebutkan Judul Jurnal
Jurnal 1 :
Pengaruh Terapi Akupunktur Jin’s 3 Needle Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
Pasien Nyeri Lutut Di Dusun Sidorejo Desa Ngargorejo Kecamatan Ngemplak
Boyolali
Jurnal 2 :
Pengaruh Terapi Akupunktur Pada Titik BL 56 (Chengjin) Dan SP 6 (Sanyinjiao)
Terhadap Penurunan Nyeri Di Otot Gastrocnemius

3. Sebutkan dan Jelaskan Metode Penelitian yang digunakan.


Jurnal 1 :
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sidorejo Desa Ngargorejo Kecamatan
Ngemplak Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental design
dengan rancangan One-Group Pre-test Post-test Design. Dan uji analisis bivariat
pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon. Populasi dalam penelitian ini adalah
warga di Dusun Sidorejo Desa Ngargorejo Kecamatan Ngemplak Boyolali yang
mengalami nyeri lutut dan dari hasil studi pendahuluan jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 27 orang. Namun yang bersedia menjadi responden penelitian
dan masuk kriteria inklusi sebanyak 17 orang. Sehingga dapat disimpulkan jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 17 orang. Variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pengaruh terapi akupunktur Jin’s 3 Needle. Sedangkan variabel
terikat pada penelitian ini adalah penurunan skala nyeri lutut.
Jurnal 2 :
Penelitian ini merupakan penelitian “pre-eksperimental” dengan rancangan penelitian
”one group pretest-postest design” yaitu penelitian yang memanipulasi variabel bebas
untuk memberikan pengaruh terhadap variabel terikat tanpa adanya variable kontrol,
dengan membandingkan antara sebelum diberikan perlakukan dengan sesudah
diberikan perlakukan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengayuh becak di
Pusat Grosir Solo (PGS). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 45 orang,
diambil dari seluruh pengayuh becak di Pusat Grosir Solo (PGS) yang mengalami
nyeri otot di gastrocnemius.

4. Jelaskan Hasil dan pembahasan dari Penelitian yang dilakukan.


Jurnal 1 :
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa Pada pembahasan
univariat berdasarkan usia pada tabel 1 didapatkan hasil bahwa distribusi frekuensi
subyek penelitian berdasarkan usia adalah pada kelompok usia 48 - 60 tahun yaitu
sebesar 11 orang (64,7%) dan kelompok usia 35 - 47 tahun sebesar 6 orang (35,3%)
dan nilai maksimum berada pada usia 59 tahun sedangkan nilai minimum pada usia
36 tahun dengan hasil rata-rata usia 49,53. Muttaqin (2012) menyebutkan salah satu
faktor resiko yang dapat menyebabkan nyeri lutut adalah usia yang umumnya
ditemukan pada usia lanjut (diatas 60 tahun), karena pada lansia telah terjadi
perubahan-perubahan fisik, serta berkurangnya pembentukkan substansi dasar tulang
rawan. Pada penelitian ini dihasilkan jumlah responden terbanyak yang mengalami
nyeri lutut adalah pada kelompok usia 48 – 60 tahun. berdasarkan jenis kelamin pada
tabel 2 didapatkan hasil bahwa distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan
jenis kelamin adalah pada jenis kelamin laki-laki ada 4 orang (23,5%) dan jenis
kelamin perempuan ada 13 orang (76,5%), sehingga dapat disimpulkan hasil
distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah
jenis kelamin perempuan sebesar 76,5%. Hal tersebut juga diperjelas oleh Nadler, et
al. (2013) bahwa sebagian besar jumlah penderita nyeri lutut lebih banyak terjadi
pada wanita dikarenakan banyak terjadi perubahan fisiologi pada tubuh wanita
dibanding. berdasarkan pekerjaan pada tabel 3 didapatkan hasil bahwa distribusi
frekuensi subyek penelitian berdasarkan pekerjaan adalah pada pekerjaan IRT ada 6
orang (35,3%), wiraswasta ada 4 orang (23,5%), petani ada 2 orang (11,8%), buruh
pabrik ada 4 orang (23,5%), dan tambak waduk ada 1 orang (5,9%), sehingga hasil
terbanyak distribusi frekuensi subyek penelitian berdasarkan pekerjaan adalah pada
pekerjaan IRT (Ibu Rumah Tangga) sebesar 35,3%. berdasarkan penurunan skala
nyeri pada tabel 4 skala nyeri sebelum dilakukan terapi diketahui dari responden total
berjumlah 17 orang dengan kategori skala nyeri sebelum dilakukan terapi akupunktur
Jin’s 3 Needle pertama, kategori skala nyeri lutut terbanyak adalah nyeri berat
terkontrol dengan skala nyeri 7 – 9 diderita sebanyak 9 orang dengan presentase
52,9% dan sebelum terapi dilakukan nilai maksimum skala nyeri adalah 8 sedangkan
nilai minimum skala nyeri adalah 4 dengan rata-rata skala nyeri 6,35. Skala nyeri
setelah dilakukan terapi akupunktur Jin’s 3 Needle ke 12 diketahui dari responden
total berjumlah 17 orang dengan kategori skala nyeri setelah dilakukan terapi,
kategori skala nyeri lutut terbanyak adalah nyeri ringan dengan skala nyeri 1 - 3
diderita sebanyak 11 orang dengan presentase 64,7% dan setelah terapi dilakukan
nilai maksimum skala nyeri adalah 5, sedangkan nilai minimum skala nyeri adalah 0
dengan rata-rata skala nyeri 2,53. Sehingga dilihat dari tabel 4 terjadi penurunan skala
nyeri sebelum dilakukan terapi dan setelah dilakukan terapi karena kategori nyeri
berat terkontrol dengan skala nyeri 7 – 9 yang awalnya diderita sebanyak 9 orang
tetapi setelah terapi ke 12 kategori nyeri berat terkontrol 0 orang. Kategori nyeri
sedang dengan skala nyeri 4 – 6 yang awalnya diderita oleh 8 orang setelah terapi ke
12 yang menderita skala nyeri sedang ada 5 orang, kemudian setelah terapi ke 12 ada
11 orang yang tinggal mengalami nyeri ringan dengan skala nyeri 1 – 3 dan ada 1
orang yang sudah sembuh tidak mengalami nyeri lagi. Kemudian dilihat dari rata-rata
skala nyeri sebelum terapi dilakukan adalah 6,35 dan rata-rata skala nyeri setelah
terapi dilakukan adalah 2,53 menunjukkan adanya penurunan skala nyeri lutut.
Berdasarkan hasil pembahasan bivariat pada penelitian ini menunjukkan hasil
penelitian tentang pengaruh terapi akupunktur Jis’s 3 Needle terhadap penurunan
skala nyeri pada pasien nyeri lutut di Dusun Sidorejo Desa Ngargorejo Kecamatan
Ngemplak Boyolali menggunakan uji wilcoxon didapatkan hasil nilai signifikansi p
value 0,000 (p < 0,05) yang berarti terapi akupunktur Jin’s 3 Needle berpengaruh
terhadap penurunan skala nyeri pada pasien nyeri lutut. Beberapa faktor yang yang
mempengaruhi signifikansi hasil penelitian ini adalah karena responden belum masuk
usia lanjut lebih dari 60 tahun dan kebanyakan bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Penurunan skala nyeri lutut menggunakan terapi akupunktur Jin’s 3 Needle dengan
melakukan penusukan pada titik Xiyan (extra), Xuehai (SP 10) dan Liangqiu (ST 34)
menimbulkan reaksi deqi (rasa baal, berat, kemeng) yang pada akhirnya akan
merangsang pelepasan neurotransmitter penghambat nyeri melalui mekanisme kerja
akupunktur analgesia. Rangsangan jarum akupunktur akan ditangkap oleh ujung
bebas saraf sensorik C atau tipe I diteruskan ke medula spinalis di kornu posterior
lamina II dan V, dimana terjadi sinaps sebagai antero lateral tract (ALT) menuju
hypothalamus pituitary complex. Cabang kolateral segmental pendek ke sel M (sel
marginal) di tepi lamina II yang akan merangsang stalked cells di dalam lamina II
melepaskan enkefalin, dinorfin yang menyebabkan gerbang untuk nyeri menutup,
sehingga tidak memberi kesempatan rangsangan nyeri dari tempat lain untuk
diteruskan ke otak. ALT naik dan memberi kolateral yang menuju ke mesensefalon
dan komplek pituitari hipothalamus. Dalam perjalanannya di level mesensofalon
memberikan cabang ke sel PAG (yang akan melepas β endorfin), sel nukleus rafe
magnus (yang ada di ujung kaudal medula oblongata melepas serotonin) serta ke
nukleus retikularis paragigantoselularis (yang akan melepas noradrenalin). Ketiga
transmitter tersebut yang akan menghambat implus saraf yang membawa pesan nyeri
yang berasal dari tempat lain. Dalam perjalanan naik ke thalamus, masih ada lagi
kolateral yang menuju ke komplek pituitari hipothalamus di nukleus arcuatus
hipothalami (yang melepas β endorfin) serta ke pituitari melepas β endorfin yang
akan masuk ke sirkulasi darah dan beredar keseluruh tubuh (Saputra, 2009).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sumanto(2013) yang menemukan bahwa
terapi akupunktur pada titik Zusanli (ST36), Yinlingquan (SP9), Shenshu (BL23), dan
Taixi (KI3) berpengaruh terhadap pengurangan intensitas sakit nyeri sendi lutut
dengan nilai signifikan sebesar 0,000 dan penelitian Keristianto, et al.(2013) yang
meneliti pada titik Dubi (ST35), titik Zusanli(ST36), titik Yanglingquan(GB34), dan
titik Xiyan (Extra) dengan hasil tingkat kepercayaan 95 %. Sedangkan dalam
penelitian yang penulis lakukan untuk mengurangi skala nyeri pada pasien nyeri lutut
hanya menggunakan 3 titik saja yaitu titik Xiyan (extra), Xuehai (SP 10) dan
Liangqiu (ST 34) dan pada penelitian ini penulis tidak menggunakan modalitas terapi
lain. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini terdiri dari 17
responden yang sebelum dilakukan terapi kategori nyeri berat terkontrol diderita
sebanyak 9 orang dan nyeri sedang sebanyak 8 orang. Setelah terapi akupunktur
terjadi penurunan skala nyeri lutut yang awalnya nyeri berat terkontrol ada 9 orang
setelah diterapi nyeri berat terkontrol menjadi 0 orang, nyeri sedang yang awalnya 8
orang menjadi 5 orang, kemudian ada 11 orang mengalami nyeri ringan dan ada 1
orang yang sudah sembuh tidak mengalami nyeri lagi. Terapi akupunktur Jin’s 3
Needle berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri pada pasien nyeri lutut dengan
hasil uji statistik nilai p value 0,000 (p < 0,05) dimana H0 ditolak dan Ha diterima
Jurnal 2 :
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
penurunan skala nyeri pada responden penelitian ini adalah sebesar 3,30 dengan
standar deviasi 0,57 , CI 95% lower bound 3,03 dan CI 95% upper bound 3,56. Hasil
untuk uji sampel adalah p = 0,000 < α 0,05, maka ada penurunan skala nyeri sebelum
terapi akupunktur dan sesudah 10x terapi akupunktur pada titik Bl 56 (Chengjin) dan
Sp 6 (Sanyinjiao) terhadap penurunan nyeri di otot gastrocnemius. Ada beberapa
skala nyeri yang digunakan untuk mengetahui seberapa derajat nyeri yang dirasakan.
Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan menggunakan Numeric Rating
Scale (NRS). Numeric Rating Scale (NRS) digunakan untuk menilai intensitas dan
memberi kebebasan penuh klien untuk mengidentifi kasi keparahan nyeri. Dalam
kategori skor NRS 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan), 4-6 (nyeri sedang), dan 7-10
(nyeri berat) (Corwin, 2009). Sebelum dilakukan perlakuan dengan terapi akupunktur
pada titik Bl 56 (Chengjin) dan Sp 6 (Sanyinjiao) berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
bahwa responden yang diteliti rata-rata memiliki skala nyeri 5,70 (Skala Nyeri
sedang). Untuk mengetahui pengaruh dari terapi akupunktur pada titik Bl 56
(Chengjin) dan Sp 6 (Sanyinjiao), maka setelah selesai sesi terapi yang terdiri dari 10
kali pertemuan dalam 5 minggu, peneliti melakukan pengukuran ulang pada
responden sehingga didapatkan data posttest. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui
skala nyeri responden sesudah diberi perlakuan terapi akupunktur pada titik Bl 56
(Chengjin) dan Sp 6 (Sanyinjiao) selama 10x terapi, skala nyeri responden rata-rata
menurun menjadi skala nyeri 2,40 (Skala Nyeri ringan). Pada tabel 4 dapat kita
ketahui bahwa rata-rata penurunan skala nyeri pada responden adalah menjadi skala
nyeri 3,30 (Skala Nyeri Ringan) yang didapatkan dari hasil pengurangan mean skala
nyeri pre dan post tindakan terapi akupunktur. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada -
Januari 2018 69 Dari hasil uji statistik diketahui bahwa tindakan terapi akupunktur
pada titik Bl 56 (Chengjin) dan Sp 6 (Sanyinjiao) berpengaruh terhadap penurunan
skala nyeri di otot gastrocnemius pada pengayuh becak di sekitar wilayah Pusat
Grosir Solo, Kelurahan Kedung Lumbu, Surakarta yang dipaparkan pada tabel 4
dapat diketahui bahwa rata-rata penururnan skala nyeri pada responden adalah
menjadi skala nyeri 3,30 (Skala Nyeri ringan) yang didapatkan dari hasil pengurangan
mean skala nyeri pre dan post tindakan terapi akupunktur. Selain itu berdasarkan
tabel 4 dapat dilihat hasil untuk uji sampel adalah p < 0,05, maka dapat ditarik
kesimpulan ada penurunan skala nyeri sebelum terapi akupunktur dan sesudah
perlakuan 10x terapi akupunktur pada titik Bl 56 (Chengjin) dan Sp 6 (Sanyinjiao)
terhadap nyeri di otot gastrocnemius.Jarum yang ditusukkan pada titik akupunktur
tubuh yang merupakan sel aktif listrik yang mempunyai sifat tahanan listrik rendah
dan konduktivitas listrik tinggi sehingga titik akupunktur akan lebih cepat
menghantarkan listrik dibandingkan sel-sel lain (Saputra & Sudirman 2009). Reaksi
penusukan jarum pada titik akupunktur dapat menimbulkan tiga reaksi yaitu reaksi
lokal, segmental, dan reaksi umum yang melibatkan hipotalamus, talamus, sistem
limbik dan koteks serebri (Kiswojo, 2013). Ketiga reaksi tersebut yang menyebabkan
efek penusukan jarum akupunktur bisa sampai ke target organ yang dituju. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Zeliha, dkk (2010) dengan judul Acupuncture for
depression and myalgia in patients with hepatitis: an observational study yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keampuhan dari pengobatan akupunktur
pada gejala depresi dan mialgia pada pasien dengan hepatitis. Dengan menggunakan
28 pasien hepatitis yang mengalami depresi dan myalgia yang diberi perlakuan terapi
akupunktur selama 6 minggu yang dibagi menjadi 3 kelompok. Hasilnya ada
penurunan skala nyeri yang signifi kan pada kelompok yg menerima terapi
akupunktur dan pengobatan IFN (P < 0,023) dibanding dengan kelompok pasien yang
tidak menggunakan IFN. Selain itu pada penelitian yang lain yang pernah dilakukan
oleh Itoh, et all (2011) dengan menggunakan 22 responden yang dibagi dalam 4
kelompok yaitu kelompok kontrol, kelompok kulit, kelompok otot dan kelompok non
segmental. Menunjukan adanya perbedaan yang signifi kan hanya ditemukan pada
kelompok otot (P < 0,001) dan kelompok kulit (P = 0,020). Setelah menjalani terapi
akupunktur menunjukan bahwa rangsangan terapi akupunktur sangat efektif.
Penelitian ini menunjukan bahwa rangsangan terapi akupunktur sangat efektif untuk
menghilangkan nyeri ototDari banyak titik yang terdapat pada tubuh, hanya 2 titik
akupunktur yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini, karena tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh terapi akupunktur
pada titik Bl 56 (Chengjin) dan Sp 6 (Sanyinjiao) terhadap penurunan nyeri di otot
gastrocnemius. Dan hasil penelitian mennjukan ada pengaruh terapi akupunktur pada
titik Bl 56 (Chengjin) dan Sp 6 (Sanyinjiao) terhadap penurunan nyeri di otot
gastrocnemius.

NB : Dimohon untuk tidak ada kesamaan jurnal antar mahasiswa.

*SELAMAT MENGERJAKAN & SEMOGA SUKSES*

Anda mungkin juga menyukai