Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS DIMENSI RESPON DAN DIMENSI TINDAKAN

Dosen Tutor : Dr. Sujono Riyadi, M.Kes

Disusun Oleh :

No NPM Nama Mahasiswa

1 212201059 Lies Fatma Khuzaemi

2 212201060 Luthfi Dwi Nugraha

3 212201070 Nadia Puspita Sari

4 212201071 Nazihah

5 212201080 Popong Nur Rohmah

6 212201081 Purwati

7 212201091 Reikha Hafizha Balqis

8 212201092 Reza Maharani

9 212201101 Shabrina Revita BellaDonna

10 212201102 Sherly Eka Puspita Sari

11 2122010111 Titin Prasetiyawati


PRODI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 1 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I 4

PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 4

B. TUJUAN 4

C. RUMUSAN MASALAH 5

BAB II 5

TINJAUAN TEORI 5

A. PENGERTIAN 5

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 7

BAB III 8

ANALISIS JURNAL 8

A. Kasus 8

B. Analisis masalah dalam kasus 8

C. Dimensi respon yang harus dimiliki perawat 9

D. Dimensi tindakan yang harus dimiliki perawat 10

BAB IV 12

PENUTUP 12

A. KESIMPULAN 12

B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan
dalam bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat perlu
mengetahui fungsi komunikasi dan sikap serta keterampilan yang perlu
dikembangkan dalam komunikasi dengan klien. Adapun fungsi komunikasi dalam
pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan Morgen (1973, dikutip dalam
cornier, dkk : 2-3) yaitu komunikasi dapat membina hubungan saling percaya
dengan klien, komunikasi dapat menetapkan peran dan tanggung jawab antar
perawat-klien, selanjutnya komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat
data yang tepat dan akurat dari klien.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami membahas tentang komunikasi
terapeutik, dimana akan membahas “Dimensi respon dan tindakan”.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari dimensi respon dan dimensi tindakan
dalam komunikasi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi respon dan
dimensi tindakan dalam komunikasi
3. Untuk mengetahui dimensi respon dan dimensi tindakan yang sebaiknya
dilakukan oleh perawat
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari dimensi respon dan dimensi tindakan dalam
komunikasi?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi respon dan
dimensi tindakan dalam komunikasi?
3. Bagaimana cara menjelaskan dimensi respon dan dimensi tindakan yang
sebaiknya dilakukan oleh perawat?

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
1. Dimensi respon
Dimensi respon merupakan sikap perawat secara psikologis dalam
berkomunikasi dengan pasien. Dimensi ini digunakan untuk membina
hubungan saling percaya dan komunikasi terbuka. Dalam dimensi ini
berupa respon perawat seperti ikhlas, menghargai, empati dan konkrit.
Respon tersebut harus tetap dipertahankan sampai hubungan antar
perawat-klien berakhir. Dimensi respon dapat berupa :
a) Keikhlasan, perawat menyatakan keikhlasan melalui
keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan aktif dalam
membina hubungan dengan klien.
b) Menghargai, dapat diwujudkan dengan diam dan
memperhatikan mendengarkan saat klien bercerita, meminta
maaf atas hal yang tidak disukai klien.
c) Empati, perawat merasakan melalui perasaan klien dan
kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien
mengatasi masalah tersebut.
d) Konkrit, mempertahankan respon perawat terhadap perasaan
klien, memberikan penjelasan yang akurat dan mendorong
klien memikirkan masalah yang spesifik.
2. Dimensi tindakan
Dimensi tindakan adalah ekspresi perawat terhadap perilaku pasien
yang kurang tepat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
pasien terhadap perilaku dan sikap yang kurang tepat itu. Dimensi ini
terdiri dari :
a) Konfrontasi, perasaan perawat tentang perilaku klien yang
tidak sesuai, hal ini berguna untuk meningkatkan kesadaran
klien akan kesesuaian perasaan, sikap, kepercayaan dan
perilaku. Konfrontasi diperlukan klien yang telah mempunyai
kesadaran tetapi belum merubah perilakunya.
b) Kesegeraan, perawat sensitif terhadap perasaan klien dan
berkeinginan membantu dengan segera.
c) Keterbukaan perawat, perawat membuka diri tentang
pengalaman yang sama dengan pengalaman klien. Keterbukaan
dari klien ini memberikan keuntungan pada klien untuk
mendukung kerjsama dan memberikan sokongan.
d) Emotional Chatarsis, terjadi jika klien diminta untuk bicara
tentang hal yang mengganggu dirinya. Perawat mengkaji
kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien
mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya,
perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya
jika berada pada situasi yang klien alami.
e) Bermain peran, melakukan peran pada situasi tertentu ini
berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan
dan kemampuan melihat situasi dari pandangan orang lain.
Bermain peran dilakukan agar klien merasa bebas
mempraktekan perilaku baru pada lingkungan yang nyaman.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
A. Kemampuan komunikator
Kemampuan ini meliputi, berbicara, mendengar dan melihat (Baradero
et al, 2000)
B. Persepsi
Setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain.
Karenanya persepsi dan interpretasi terhadap pesan yang diterima bisa
tidak sama (Perry & Potter, 2005)
C. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang berbeda akan membuat komunikasi menjadi
sulit ( Stuart & Sundeen, 1995).
D. Emosi
Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan
benar. Maka ada baiknya apabila perawat mendengarkan dulu pasien
dan penjelasan diberikan setelahnya (Baedero et al, 2000).
E. Sikap
Sikap peduli, hangat, menghargai, menerima dapat memperlancar
terjadinya komunikasi.
F. Lingkungan
Lingkungan yang tenang, bebas dari kebisingan, ventilasi yang baik,
suhu kamar yang tidak terlalu panas/dingin, adanya privacy akan
memperlancar komunikasi (Baradero et al, 2000).
G. Waktu
BAB III

ANALISIS JURNAL

A. Kasus
Seorang pasien laki-laki 75 tahun di rawat dibangsal dalam sebuah Rumah Sakit

dengan diagnosa stroke. Pasien sering marah kepada keluarga dan perawat karena

merasa tidak diperhatikan. Pasien mengalami penurunan fungsi pendengaran.

B. Analisis masalah dalam kasus

1. Dimensi respon
Perawat lebih sabar dalam menghadapi pasien, lebih peduli dan
memperhatikan pasien seperti menanyakan keluhan hari ini, apa yang dia
rasakan. Memberikan penjelasan yang mudah dipahami apalagi pasien
mengalami penurunan fungsi pendengaran. Tidak mencela atau mengejek
perasaan klien.
2. Dimensi tindakan
Perawat mendorong klien untuk membicarakan hal-hal yang sangat
mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Kesegeraan perawat
dalam merespon klien bahwa sebagai perawat mereka berusaha agar selalu
peduli terhadap klien, mengedukasi keluarga agar lebih perhatian pada
klien.

C. Dimensi respon yang harus dimiliki perawat

Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 :

1. Kesejatian

Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri
kita yang sebenarnya. Kesejatian dipengaruhi oleh : Kepercayaan diri, Persepsi
terhadap orang lain, dan Lingkungan.

2. Empati

Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain,
bahwa kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut.

3. Respek/Hormat

Respek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan


kepedulian/perhatian, rasa suka, dan menghargai klien,. Perawat menghargai klien
seorang yang bernilai dan menerima klien tanpa syarat. (Stuart dan Sundeen,
1995).

Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain
untuk dipenuhi, dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki
oleh perawat.
Perilaku respek dapat ditunjukkan dengan (Smith, 1992)

● Melihat ke arah klien

● Memberikan perhatian yang tidak terbagi

● Memelihara kontak mata

● Senyum pada saat yang tidak tepat

● Bergerak ke arah klien

● Menentukan sapaan yang disukai

● Jabat tangan atau sentuhan yang lembut

4. Konkret

Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada


saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah
lakunya.

D. Dimensi tindakan yang harus dimiliki perawat

1. Konfrontasi

Pengertian konfrontasi : proses interpersonal yang digunakan oleh perawat untuk


memfasilitasi, memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain (Smith
[1992] dikutip Intan [2005])

2. Kesegeraan

Kesegaraan mempunyai konotasi sebagai sensitivitas perawat pada perasaan klien


dan kesediaan untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya (Stuart dan
Sundeen, 1995)
3. Membuka diri

Membuka diri adalah membuat orang lain tahu tentang pikiran, perasaan, dan
pengalaman pribadi kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan :

a. Mendengar ; mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan mengerti dan


bukan untuk menjawab

b. Empati

c. Membuka diri

d. Mengecek

4. Emosional Katarsis

Kegiatan terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakan hal- hal yang
sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik (Stuart dan sundeen,
1995).

5. Bermain peran
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi
tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien ke dalam hubungan manusia dan
memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan
juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan
yang aman (Stuart dan Sundeen , 1995)
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hubungan perawat-klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar
bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai
dirinya secara terpeutik dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar
perilaku klien berubah ke arah yang positif seoptimal mungkin.

Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa


dirinya: kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggung jawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal
atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.

Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi


perkembangan hubungan dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat
dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip di sini dan saat
ini (here and now). Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada
anak agar anak bebas mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
B. Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien
dengan menerima klien apa adanya.Sikap perawat sebaiknya tidak
menghakimi,tidak mengkritik,tidak mengejek ataupun menghina.Menghargai
dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf
atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak
menanyakan pengalaman tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Catur, M. N., Sarah, U., & Kp, S. (2018). Gambaran Komunikasi
Terapeutik Perawat Jiwa (Doctoral dissertation, Medicine Faculty).

Astuti, D. R. (2019). Motif Perawat sebagai Profesi dan Pelaku Komunikasi


Terapeutik. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2), 189-210.

Anda mungkin juga menyukai