Anda di halaman 1dari 10

Vol.4 No.

3 Agustus 2023 555


……………………………………………………………………………………………………...
PERAN DINAS SOSIAL TERHADAP PENANGGULANGAN ANAK PENGEMIS DI
KOTA BAUBAU

Oleh
Dwi Ayu Destiani1,
Nastia2, Muh. Askal Basir3
1,2,3Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Muhammadiyah Buton

Jalan Betoambari No. 36 Telp. (0402)2822913 Fax. (0402) 2822913


Email: 1ayudestiani1299@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Dinas Sosial Terhadap Penanggulangan Anak
Pengemis Di Kota Baubau. Jenis metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dinas sosial Kota Baubau dalam pelaksanaan penanggulangan
anak pengemis di Kota Baubau yaitu melakukan pendataan, pembinaan, pembimbingan dan
sosialisasi. Untuk pendataan kepada anak pengemis belum mencapai hasil yang di harapkan,
pendataan hanya dilakukan saat terjadi kegiatan patroli saja. Pemantauan dilakukan dengan
kegiatan patroli. Adapun pembimbingan yang dilakukan Dinas Sosial Kota belum mencapai hasil
yang di harapkan biarpun secara pelaksanaan telah dilakukan dengan sebagaimana mestinya tetapi
hasil dari pembinaan khususnya bimbingan belum tercapai sebagaimana mestinya hal ini diketahui
bahwa masih banyaknya anak pengemis yang memilih kembali ke jalanan untuk mengemis.
Penanganan anak pengemis yang diberlakukan yaitu dengan cara mensosialisasikan atau larangan-
larangan belum terdapat sanksi-sanksi yang dapat membuat jerah anak pengemis.
Kata Kunci: Peran, Penanggulangan, Anak Pengemis, Dinas Sosial

PENDAHULUAN Masalah kemiskinan sepertinya hanya


Kemiskinan menjadi momok dalam dipahami sebagai sebuah persoalan kekurangan
masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk pendapatan, sehingga program penanggulangan
mengentaskan kemiskinan, tetapi angka yang dilakukan, khususnya yang dilakukan
kemiskinan tidak turun secara signifikan. pemerintah, berkutat pada pemberian bantuan
Berbagai upaya yang dilakukan ternyata masih di bidang permodalan, pemberian subsidi,
banyak masyarakat yang rawan miskin dan bantuan peralatan dan semacamnya (Al-Amin,
berpotensi kembali miskin sehingga 2022).
pengentasan kemiskinan tak kunjung selesai. Masalah kemiskinan tetap menjadi
Selama ini pendekatan dalam mengatasi masalah yang menarik untuk didiskusikan dan
kemiskinan, baik di tingkat nasional, regional dicarikan penyelesaiannya. Berbagai strategi
maupun lokal, umumnya adalah dengan dilakukan untuk mengatasi dan mengurangi
pendekatan ekonomi semata. Kebijakan kemiskinan, salah satu strategi mungkin adalah
pengurangan kemiskinan di Indonesia dengan peningkatan modal sosial kelompok
cenderung mengandalkan pendekatan ekonomi, miskin (Amalia, 2015). Dalam hal ini,
seperti pembangunan infrastruktur (modal kemiskinan merupakan masalah sosial yang
fisik), bantuan kredit (modal keuangan), dan bersifat global. Artinya kemiskinan merupakan
bantuan pendidikan dan kesehatan (modal masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian
manusia). Padahal, kemiskinan merupakan banyak orang di dunia. Kemiskinan merupakan
persoalan yang kompleks, melibatkan banyak problema kemanusiaan yang menghambat
sumber daya termasuk modal sosial (Nasution, kesejahteraan dan peradaban (Suharto, 2013).
2017).

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) JurnalInovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
556 Vol.4 No.3 Agustus 2023
………………………………………………………………………………………………………
Kemiskinan adalah suatu situasi dimana Manusia akan selalu berusaha memenuhi
seseorang atau rumah tangga mengalami kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan primer
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, maupun sekunder, dalam memenuhi
sementara lingkungan penduduknya kurang kebutuhannya manusia harus bekerja, baik
memberikan peluang untuk meningkatkan pekerjaan yang layak seperti berdagang, guru,
kesejahteraan secara berkesinambungan atau polisi, ataupun petani, namun tak jarang juga
untuk keluar dari kerentanan (Adawiyah, karena minimnya sumber daya manusia (SDM)
2020). Kemiskinan dapat digolongkan dalam ataupun faktor ekonomi yang lemah
dua model sesuai dengan faktor penyebab dari mendorong manusia untuk melakukan
kemiskinan, kemiskinan struktural dan pekerjaan yang tidak layak seperti
kemiskinan kultural (Fadri, 2019); Kemiskinan gelandangan, pengemis, ataupun pengamen, tak
struktural disebabkan oleh perencanaan atau jarang pekerjaan ini dilakukan oleh anak-anak
dampak dari suatu kebijakan yang diturunkan dibawah umur yang dikenal dengan sebutan
oleh pemerintah hingga masyarakat miskin anak jalanan (Priyanto & Mulyono, 2017).
tidak berdaya untuk mengubah kehidupan Menurut (Apriliani & Yusuf, 2013),
mereka, sementara kemiskinan kultural Penyebab anak turun ke jalanan adalah
merupakan kemiskinan yang hadir karena kemiskinan, kemiskinan menyebabkan
faktor internal. Kemiskinan kultural sebagaian besar anak-anak harus membantu
dikategorikan sebagai kemiskinan yang orang tuanya untuk bekerja, bahkan ada yang
memerlukan upaya komprehensif dalam harus turun ke jalan untuk melakukan kegiatan
pemberantasan, karena kemiskinan ini sangat yang menghasilkan uang untuk
berhubungan erat dengan model kehidupan mempertahankan hidupnya, fenomena tersebut
yang telah menjadi rutinitas, kemiskinan ini menyebabkan anak turun ke jalan. Anak-anak
dihadirkan oleh sikap malas dan pasrah untuk yang ada disekitar lingkungan jalanan juga akan
menerima nasib, seperti yang banyak terjadi berbeda dengan anak-anak yang lainnya yang
pada kaum gelandangan dan pengemis. berada pada lingkungan normal, anak-anak
Kota Baubau merupakan daerah yang yang berada pada lingkungan jalanan akan
mengalami kemajuan dalam hal pembangunan, cenderung negatif karena lingkungan atau
namun disisi lain program pengentasan kultur yang tidak baik juga di lingkungan
kemiskinan masih belum begitu signifikan jalanan (Priyanto & Mulyono, 2017).
dalam penurunan angka kemiskinan. Dikutip Anak jalanan merupakan salah satu
dari https://publiksatu.co, terlihat angka bagian dari anak terlantar. Anak jalanan adalah
kemiskinan Kota Baubau berdasarkan data, contoh dari anak-anak yang terlantar, baik dari
tahun 2016 angka kemiskinan Kota Baubau pengasuh maupun pendidikannya. Keberadaan
sebesar 8,81 persen. Tahun 2017 (8,39 persen), dan berkembangnya anak jalanan merupakan
2018 (7,57 persen), 2019 (7,27 persen), 2020 persoalan yang perlu mendapat perhatian.
(7,15 persen). Dari angka tersebut tren Menurut (M. Ramadhani, Sarbaini, 2016), anak
kemiskinan Kota Baubau menurun. Masih jalanan adalah anak yang menghabiskan
berdasarkan data dari Bappeda, tahun 2021 sebagian waktunya untuk mencari nafkah atau
sebesar 7,08 persen. Sementara untuk tahun berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
2022 (7,01 persen). umum lainnya. Usia mereka berkisar dari 6
Manusia sebagai makhluk sosial akan tahun sampai 18 tahun. Selain itu, anak jalanan
selalu hidup berdampingan dan melakukan adalah anak yang sebagian besar waktunya
interaksi dengan orang lain. Sejak lahir sampai dihabiskan untuk mencari nafkah atau
akhir hidupnya, manusia selalu berada di berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
kelompok sosial atau masyarakat (Inah, 2013). umum lainnya, usia mereka berkisar dari 6
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.3 Agustus 2023 557
……………………………………………………………………………………………………...
tahun sampain 18 tahun. Pada dasarnya anak hidup mandiri dengan modal sosial yang
jalanan menghabiskan waktunya di jalan demi dimiliki oleh anak jalanan, sehingga tidak lagi
mencari nafkah, baik dengan kerelaan hati meminta-minta di jalanan.
maupun dengan paksaan orang tuanya Permasalahan utama yang masih dihadapi
Anak jalanan adalah potret kehidupan oleh pihak pemerintah Kota Baubau yaitu Kota
anak-anak yang kesehariannya berada di jalan Baubau bebas anak jalanan yaitu kurangnya
dan dapat dengan mudah kita jumpai pemberian modal sosial yang nantinya akan
keberadaannya disetiap penjuru kota, seperti di dijadikan sebagai bekal anak tersebut dalam
Kota Baubau. Salah satu faktor penyebab menghadapi persaingan kerja yang semakin
munculnya anak jalanan di daerah perkotaan berkembang pesat. Dinas sosial Kota Baubau
didorong oleh faktor ekonomi dalam upaya adalah bagian kantor pemerintah yang
memenuhi kebutuhan hidup. Usia mereka yang mengurus pekerjaan tertentu yang berkenaan
relatif masih muda dan seharusnya masih dalam dengan masyarakat. Permasalahan tersebut
tahap belajar serta merasakan sebuah menarik untuk diteliti karena dapat
pendidikan selayaknya tidak hidup sebagai mewujudkan kesejahteraan masyarakat
anak jalanan (Herlina, 2014). khususnya kesejahteraan anak sesuai kebijan
Anak jalanan melakukan kegiatan atau pemerintah yang tertuang dalam Undang-
berkeliaran di jalanan, penampilannya Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 1
kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mengamanatkan kewajiban negara untuk
mobilitasnya tinggi (Walopka et al., 2018). memelihara fakir miskin dan anak terlantar.
Masalah anak jalanan masih merupakan Observasi yang dilakukan oleh peneliti
masalah kesejarteraan socsial yang serius dan masih banyaknya dijumpai anak jalanan di
perlu mendapat perhatian. Hal ini mengingat perempatan lampu lalulintas, warung-warung
bahwa anak-anak yang hidup di jalan sangatlah makan dan tempat-tempat umum lainnya,
rentan terhadap situasi buruk, perlakuan yang apalagi bulan Ramadhan anak jalanan seketika
salah dan eksploitasi baik itu secara fisik meningkat pesat. Jumlah anak jalanan
maupun mental (Hertanto et al., 2019). Hal ini didominasi anak-anak yang masih duduk di
akan sangat mengganggu perkembangan anak bangku sekolah dasar dan sekolah menengah
secara mental, fisik, sosial, maupun kognitif, pertama. Aksi anak jalanan berkedok pakaian
serta anak tidak mendapatkan hak dalam kusam, ada juga yang duduk di trotoar
memperoleh pendidikan dan penghidupan yang membawa karung, berpakaian badut meminta-
layak. Kondisi yang tidak kondusif di jalanan minta kepada pengendara mobil maupun motor,
dengan berbagai permasalahan yang dihadapi bahkan di area pantai kamali dan kota mara
anak akan berpengaruh pula pada kehidupan meminta-minta ke pengunjung yang sedang
anak di masa mendatang asyik bersantai.
Anak jalanan di Kota Baubau banyak Fenomena anak jalanan merupakan
ditemui di setiap lampu lalulintas, kawasan gambaran nyata bahwa pemenuhan terhadap
pantai kamali, kota mara dan biasa juga di hak-hak anak masih jauh dari harapan. Kondisi
jumpai kawasan rumah makan. Banyaknya anak jalanan yang harus bekerja di jalan secara
jumlah anak jalanan di Kota Baubau pada saat tidak langsung menghilangkan hak-hak yang
ini masih menjadi persoalan bagi pemerintah seharusnya diperoleh anak. Anak jalanan justru
Kota Baubau sendiri. Upaya pemerintah Kota harus berada di jalanan ketika seharusnya
Baubau dalam penanganan masalah anak bersekolah, mendapat pendidikan, bermain
jalanan dirasa hanya sekedar berorientasi pada dengan teman-teman seusianya dan melakukan
pengentasan aspek ekonomi, namun belum hal-hal lain yang dapat menunjang
memperhatikan bagaimana anak jalanan bisa pertumbuhannya sebagai manusia.

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) JurnalInovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
558 Vol.4 No.3 Agustus 2023
………………………………………………………………………………………………………
Berdasarkan uraian di atas, penulis c) Peran juga dapat diartikan sebagai
tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam perilaku seseorang yang penting dalam
penelitian yang berjudul “Peran Dinas Sosial struktur sosial masyarakat.
Terhadap Penanggulangan Anak Pengemis Di Soraya (2017: 11), peran juga merupakan
Kota Baubau”. suatu kedudukan hukum yang meliputi tugas,
fungsi, dan kewenangan aparatur penegak
LANDASAN TEORI hukum dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.
KONSEP PERAN Peran dalam hal ini terbagi menjadi:
Soerjono (2002:221), peran merupakan 1) Peran Normatif adalah peran yang
sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dilakukan oleh suatu lembaga yang
dengan suatu posisi tertentu. Selain itu, peran didasarkan pada seperangkat norma yang
yang berbeda juga terlihat dari tingkah laku berlaku dalam kehidupan masyarakat.
yang berbeda juga. Di samping itu, sesuatu 2) Peran Ideal adalah peran yang
yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam dilaksanakan oleh sebuah lembaga
suatu situasi, tetapi tidak sesuai dalam situasi dengan didasarkan pada nilai-nilai ideal
lain relatif bebas pada seseorang yang atau yang seharusnya dilakukan sesuai
melakukan peran tersebut (Soraya, 2017:10). dengan kedudukannya di dalam suatu
Misalnya, seseorang petugas dalam melakukan sistem.
perannya selalu terlihat bijak dalam melakukan 3) Peran Faktual adalah peran yang
arahan, tetapi tergantung dengan kondisi dan dilaksanakan oleh seseorang atau
tingkah lakunya. lembaga yang berdasarkan pada
Soraya (2017:10), peran merupakan kenyataan di lapangan atau kehidupan
aspek dinamis yang berupa tindakan atau sosial yang terjadi secara nyata.
perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang Soraya (2017:11), peran suatu lembaga
yang menduduki suatu posisi dalam berkaitan dengan pelaksana tugas, dan fungsi,
melaksanakan hak-hak dan kewajiban yang seperti dua hal yang tidak dapat dipisahkan
sesuai dengan kedudukannya. Misalnya, jika dalam pelaksanaan pekerjaan oleh seseorang
seseorang menjalankan peran tersebut dengan atau lembaga. Tugas merupakan seperangkat
baik, maka dengan sendirinya akan terlihat bidang pekerjaan yang harus dituntaskan
berdampak baik seperti yang dijalankan pada seseorang atau lembaga sesuai dengan fungsi
keinginan lingkungannya. Peran diartikan yang dimilikinya. Fungsi yang berarti sesuatu
sebagai tugas atau pemberian tugas kepada yang mengandung kegunaan atau manfaat.
seseorang atau sekumpulan orang, peran Fungsi suatu lembaga atau institusi formal
memiliki aspek-aspek sebagai berikut: adalah adanya kekuasaan berupa hak, tugas dan
a) Peran meliputi norma-norma yang tanggungjawab yang dimiliki oleh seseorang
berkaitan dengan posisi atau kedudukan dalam kedudukannya masing-masing. Fungsi
seseorang dalam masyarakat. Peran sebuah lembaga atau institusi disusun
dalam hal ini merupakan seikat peraturan berdasarkan pedoman atau haluan bagi
yang membimbing seseorang dalam organisasi tersebut dalam melaksanakan
kehidupan masyarakat. kegiatan dan mencapai tujuan organisasi.
b) Peran merupakan suatu konsep perihal Menurut Prajudi (2001) dalam Soraya (2017),
yang berkaitan dengan apa yang secara organisasional fungsi merupakan
dilakukan oleh individu dalam kemampuan yang berdasarkan pada hukum
masyarakat sebagai organisasi. publik, seperti wewenang, hak dan kewajiban.
Selain itu, agar wewenang tidak semata-mata

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.3 Agustus 2023 559
……………………………………………………………………………………………………...
diartikan sebagai hak berdasarkan hukum gelandangan berasal dari kata gelandangan,
publik, maka dibedakan sebagai berikut: yang artinya selalu berkeliaran atau tidak
a) Pemberian wewenang adalah pemberian pernah mempunyai tempat kediaman tetap.
hak kepada, dan pembebanan kewajiban Pada umumnya para gelandangan adalah kaum
terhadap badan (atribusi/mandat). urban yang berasal dari desa dan mencoba nasib
b) Pelaksanaan wewenang adalah dan peruntungannya di kota, namun tidak
menjalankan hak dan kewajiban publik didukung oleh tingkat pendidikan yang cukup,
yang berarti mempersiapkan dan keahlian pengetahuan spesialisasi dan tidak
mengambil keputusan. mempunyai modal uang. Sebagai akibatnya,
c) Akibat hukum dari pelaksanaan mereka bekerja serabutan dan tidak tetap,
wewenang merupakan seluruh hak atau terutama di sektor informal) (Miftachul Huda,
kewajiban yang terletak rakyat/burger, 2009:29).
kelompok rakyat dan badan. Pengemis pada dasarnya dapat dibagi
Berdasarkan pengertian di atas dapat menjadi dua, yaitu mereka yang masuk dalam
dikatakan bahwa peran merupakan seperangkat kategori menggelandang dan mengemis untuk
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh bertahan hidup, dan mereka yang
seseorang yang berkedudukan di dalam menggelandang dan mengemis karena malas
lembaga, organisasi maupun komunitas di dalam bekerja. pengemis pada umumnya tidak
tengah-tengah masyarakat. Selain itu, tugas dan memiliki kartu identitas karena takut atau malu
fungsi berkaitan erat dengan hukum publik, dikembalikan ke daerah asalnya, sementara
kemampuan untuk melaksanakan suatu pemerintah kota tidak mengakui dan tidak
tindakan hak dan tanggungjawab, atau secara mentolerir warga kota yang tidak mempunyai
wewenang merupakan kemampuan tindakan kartu identitas. Sebagai akibatnya perkawinan
yang diberikan oleh peraturan perundang- dilakukan tanpa menggunakan aturan dari
undangan yang berlaku serta melakukan pemerintah, yang sering disebut dengan istilah
hubungan-hubungan hukum. kumpul kebo (living together out of
Konsep Pengemis wedlock).Praktek ini mengakibatkan anak-anak
Persoalan gelandangan dan pengemis keturunan mereka menjadi generasi yang tidak
telah menjadi isu nasional kesejahteraan sosial. jelas, karena tidak mempunyai akte
Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No. kelahiran.Sebagai generasi yang frustasi karena
40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial putus hubungan dengan kerabatnya di desa
Nasional dan Undang-Undang No.11 Tahun (Muhammad Suud, 2008).
2009 Tentang Kesejahteraan Sosial yang Pengemis adalah salah satu kelompok
memberikan ruang bagi terbukanya pemenuhan yang terpinggirkan dari pembangunan, dan di
kesejahteraan tak terkecuali gelandangan dan sisi lain memiliki pola hidup yang berbeda
pengemis (Yusrizal & Asmara, 2020). Menurut dengan masyarakat secara umum. Mereka
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia hidup terkonsentrasi di sentra-sentra kumuh di
Nomor 31 Tahun 1980 Tentang perkotaan.Sebagai kelompok marginal,
Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis, pengemis tidak jauh dari berbagai stigma yang
pengemis adalah orang-orang yang melekat pada masarakat sekitarnya. Stigma ini
mendapatkan penghasilan dengan meminta- mendeskripsikan pengemis dengan citra yang
minta di muka umum dengan berbagai cara dan negatif. Pengemis dipersepsikan sebagai orang
alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari yang merusak pemandangan dan ketertiban
orang lain. umum seperti kotor, sumber kriminal, tanpa
Pengemis kebanyakan adalah orang norma, tidak dapat dipercaya, tidak teratur,
orang yang hidup mengelandang. Istilah penipu, pencuri kecil-kecilan, malas, apatis,

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) JurnalInovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
560 Vol.4 No.3 Agustus 2023
………………………………………………………………………………………………………
bahkan disebut sebagai sampah masyarakat Visi : Terwujudnya kesejahteraan
(Edi Suharto, 2009:12) sosial masyarakat
Pandangan semacam ini mengisyaratkan Misi : a) Melaksanakan pelayanan
bahwa pengemis, dianggap sulit memberikan yang berkualitas di bidang
sumbangsih yang berarti terhadap rehabilitasi sosial anak,
pembangunan kota karena mengganggu rehabilitasi sosial
keharmonisan, keberlanjutan, penampilan, dan penyandang disabilitas dan
konstruksi masyarakat kota. Hal ini berarti lajut usia.
bahwa pengemis, tidak hanya menghadapi b) Melaksanakan pelayanan
kesulitan hidup dalam konteks ekonomi, tetapi yang berkualitas dibidang
juga dalam konteks hubungan sosial budaya perlindungan dan jaminan
dengan masyarakat kota. Akibatnya komunitas sosial, yakni perlindungan
pengemis harus berjuang menghadapi kesulitan sosial korban bencana alam,
ekonomi, sosial psikologis dan budaya.Namun perlindungan sosial korban
demikian, pengemis memiliki potensi dan bencana sosial dan PPSDBS.
kemampuan untuk tetap mempertahankan c) Melaksanakan pelayanan
hidup dan memenuhi kebutuhan yang berkualitas dibidang
keluarganya.Indikasi ini menunjukkan bahwa penanganan kemiskinan,
pengemis mempunyai sejumlah sisi positif kepahlawanan,
yang bisa dikembangkan lebih lanjut. pemberdayaan keluarga serta
Pengemis merupakan jenis pekerjaan pemberdayaan kelembagaan
yang dilakukan banyak orang yang latar sosial.
pendidikannya sangat rendah dan termasuk Tujuan Dinas Sosial Kota Baubau adalah:
sebagai orang-orang miskin, berpakaian Meningkatkan taraf hidup bagi penyandang
bolong-bolong dan sedikit kumuh merupakan masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan
ciri-cirinya. peran serta lembaga-lembaga sosial
Penanggulangan Anak Pengemis Di Kota
METODE PENELITIAN Baubau
Dalam penelitian ini menggunakan 1. Pendataan
metode deskriptif kualitatif. Menurut Maleong Pendataan merupakan salah satu langkah
(2017) Penelitian deskriptif kualitatif adalah pertama Dinas Sosial Kota Baubau untuk
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan mengetahui jumlah pengemis yang ada di Kota
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau Baubau. Dinas Sosial memiliki peran penting
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial
diamati. Nantinya ini diarahkan untuk dapat seperti masalah anak pengemis.
menjelaskan sesuai dengan fokus masalah Dalam penanganan anak pengemis, Dinas
penelitian. Dalam pendekatan ini, peneliti Sosial Kota Baubau melakukan patroli di lampu
berusaha mengungkap realitas yang terjadi di merah dan tempat-tempat umum dan
lapangan berkaitan dengan peran Dinas Sosial berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan.
terhadap penanggulangan anak pengemis di Dinas Sosial Kota Baubau menanyakan tempat
Kota Baubau. tinggal, latar belakang keuangan, asal daerah,
pekerjaan, status keluarga, dan yang terpenting
HASIL DAN PEMBAHASAN mengumpulkan data tentang berbagai
Dinas Sosial Kota Baubau permasalahan.
Visi dan misi Dinas Sosial Kota Baubau, Dinas Sosial Kota Baubau saat
yaitu sebagai berikut: melakukan penangkapan dan selanjutnya
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.3 Agustus 2023 561
……………………………………………………………………………………………………...
dibawah kekantor untuk melakukan pendataan menuju kondisi yang lebih baik sosial dan
dan diberikan pengarahan-pengarahan tentang ekonominya. Dalam pemberian bimbingan ini
larangan melakukan kegiatan mengemis di dilakukan secara persuasif agar pengemis tidak
lampu merah. merasa di paksa untuk pembetukan karakter dan
Dari hasil penelitian tentang pendataan perilakunya. Bimbingan berguna untuk
menurut penulis belum mencapai hasil yang di memberikan ajakan kepada anak pengemis
harapkan, dikarenakan belum ada data terkait untuk merubah perilaku dan pola pikir kearah
anak pengemis di Kota Baubau. Pendataan yang lebih maju serta perubahan karakter, cara
hanya dilakukan saat terjadi kegiatan patroli pandang dan cara hidup kedepannya.
saja, seharusnya hasil pendataan menjadi Program pembinaan khususnya
rujukan Dinas Sosial Kota Baubau terhadapa bimbingan sosial kepada anak pengemis
naik turunnya angka anak pengemis di Kota tersebut berupa program pengembangan
Baubau perilaku, pembentukan karakter, agama, dan
2. Pemantauan pola pikir dengan tujuan pembentukan
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh karakteristik dan watak yang lebih baik dan
Dinas Sosial Kota Baubau setelah melakukan maju. Pembimbingan dilakukan dengan cara
pendataan yaitu menggelar kegiatan mengajak perilaku kearah yang lebih baik
pemantauan, pengendalian, dan pengawasan kemudian dengan mengarahkan kepada
yang di lakukan dengan cara kegiatan patroli ke perilaku dan pola pikir lebih maju, perilaku dan
tempat-tempat umum dan tempat menurut hasil pola pikir anak pengemis yang dibina menjadi
pendataan sebagai tempat atau kawasan lebih matang dan baik, dan di tujukan kepada
aktivitas menjadi anak pengemis tersebut. kondisi kehidupan mereka baik sosial maupun
Pemantauan merupakan kegiatan yang ekonomi yang lebih baik juga. Tahap
dilakukan untuk mengamati perkembangan dan pembimbingan yang dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah-masalah anak mengubah perilaku malas dari para pengemis
pengemis, dengan cara melakukan patroli di kemudian pola pikir untuk tidak merasa
tempat umum yang dilakukan oleh Tim. nyaman hidup di jalanan.
Bahwa usaha pemantauan yang dilakukan Program pembinaan anak pengemis yang
Oleh Dinas Sosial Kota Baubau yaitu dengan dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Baubau
cara menelusuri jalan-jalan yang ada di kota belum mencapai hasil yang di harapkan biarpun
baubau, setelah melakukan patroli lantas secara pelaksanaan telah dilakukan dengan
ternyata masih ada yang tertangkap sedang sebagaimana mestinya tetapi hasil dari
melakukan aktivitasnya, maka akan dijaring pembinaan khususnya bimbingan belum
atau ditangkap untuk selanjutnya ditindak tercapai sebagaimana mestinya hal ini diketahui
lanjuti. bahwa masih banyaknya anak pengemis yang
Dinas Sosial Kota Baubau melakukan memiliki keinginan dan mindset untuk kembali
pemantauan pada anak pengemis dengan kepada kehidupan di jalan dapat lebih
berpatroli di jalan umum kota, bila menemukan menjanjikan dibandingkan dengan penyaluran
anak pengemis akan di tindak lanjuti dengan hasil pembinaan. Hal ini tidak dapat serta merta
mendata dan memberikan peringatan agar tidak menyalahkan pihak Dinas Sosial karena
mengemis. memang kondisi sosial dan psikologi dari
3. Pembimbingan idividu juga dapat mempengaruhi hasil dari
Selain pemantauan, pemberian pembimbingan, maka dari hasil penelitian
bimbingan adalah usaha yang dilakukan oleh mengenai bimbingan secara keseluruhan
Dinas Sosial Kota Baubau untuk mengajak diketahui bahwa Dinas Sosial Kota Baubau
serta mendorong agar anak pengemis dapat telah melakukan fungsi pelayanan kepada

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) JurnalInovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
562 Vol.4 No.3 Agustus 2023
………………………………………………………………………………………………………
masyarakat yaitu pembimbingan sosial dengan KESIMPULAN
cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian Peran Dinas
4. Sosialisasi Sosial Terhadap Penanggulangan Anak
Dinas Sosial Kota Baubau, setelah Pengemis Di Kota Baubau adalah melakukan
melakukan pemantauan, pengelolaan dan pendataan, pemantauan, pembimbingan dan
pemantauan terus menerus kegiatan patroli, sosialisasi. Dinas Sosial Kota Baubau
harus melakukan kampanye dan sosialisasi melakukan pendataan kepada anak pengemis
tentang keberadaan peraturan sebagai pengikat belum mencapai hasil yang di harapkan,
dan larangan masyarakat untuk tidak pendataan hanya dilakukan saat terjadi kegiatan
memberikan uang di jalan. Kegiatan kampanye patroli saja. Pemantauan dilakukan dengan
dilakukan melalui pertunjukan, orasi dan kegiatan patroli. Adapun pembimbingan yang
pemasangan spanduk dan baliho untuk dilakukan Dinas Sosial Kota belum mencapai
menghindari pemberian uang kepada anak hasil yang di harapkan biarpun secara
pengemis. Sosialisasi dapat dilakukan melalui pelaksanaan telah dilakukan dengan
media atau secara tertulis. sebagaimana mestinya tetapi hasil dari
Sosialisasi yang digunakan dalam pembinaan khususnya bimbingan belum
menangani anak pengemis adalah melalui tercapai sebagaimana mestinya hal ini diketahui
media informasi cetak atau melalui bahwa masih banyaknya anak pengemis yang
pemasangan spanduk dan plakat yang memilih kembali ke jalanan untuk mengemis.
menghimbau kepada masyarakat untuk tidak Penanganan anak pengemis yang diberlakukan
memberikan uang kepada pengemis jalanan. yaitu dengan cara mensosialisasikan atau
Penerapan sosialisasi untuk mengurangi atau larangan-larangan belum terdapat sanksi-sanksi
mengatasi fenomena kehadiran mengemis juga yang dapat membuat jerah anak pengemis agar
dapat dilakukan melalui transmisi lisan, bahwa tidak mengemis lagi dan sanksi bagi pemberi.
harus dihadirkan peraturan yang mengikat
terkait larangan anak pengemis dan SARAN
mengedukasi anak pengemis tentang Beberapa hal yang dapat disarankan
penanggulangan anak jalanan oleh Dinas Sosial untuk mendukung penelitian ini adalah:
Kota Baubau yaitu pelarangan aktivitas di dekat 1. Dinas Sosial Kota Baubau bekerjasama
jalan fly over dan di bahu jalan untuk dengan Satpo PP untuk melakukan
memberikan kesadaran dan pemahaman kepada pendataan maupun pemantauan anak
anak pengemis. pengemis
Salah satu penanganan anak pengemis 2. Dinas Sosial Kota Baubau untuk dapat
yang diberlakukan yaitu dengan cara melakukan pengerahan dan
mensosialisasikan atau larangan-larangan pembimbingan lebih intensif dan terarah
belum terdapat sanksi-sanksi yang dapat kepada anak pengemis yang akan di bina
membuat jerah anak pengemis agar tidak sehingga mereka tidak kembali lagi
mengemis lagi. Seharusnya ada sanksi yang melakukan aksi meminta-minta dan
diberikan kepada anak pengemis bila kedapatan hidup sebagai pengemis kembali.
mengemis lagi. Sanksi tersebut seharusnya 3. Dinas Sosial Kota Baubau agar bekerja
diterapkan sesuai dengan yang telah ditentukan sama dengan Dinas Pendidikan untuk
dalam Peraturan Daerah dalam penaggulangan memudahkan anak pengemis dapat
anak pengemis yang ada di Kota Baubau. bersekolah
4. Mmembuat semacam
kampanye/sosialisasi larangan
memberikan uang kepada anak jalanan
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.4 No.3 Agustus 2023 563
……………………………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA Pamungkas, L. A., Prasetyo, H., & Ibriza,
[1] Adawiyah, E. (2020). B. (2019). Street Children Behavior in
Kemiskinan_Dan_Penyebabnya. Criminology Perspective (Study of
1(April), 43–50. Salatiga City). Law Research Review
[2] Al-Amin, T. (2022). Peran Modal Sosial Quarterly, 5(2), 255–278.
Dalam Program Penanggulangan https://doi.org/10.15294/snh.v5i2.31160
Kemiskinan Di Kelurahan Betet [11] Miftachul Huda, Pekerjaan Sosial dan
Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta:
Realita : Jurnal Penelitian Dan Pustaka Pelajar, 2009)
Kebudayaan Islam, 14(1), 49–64. [12] Moleong J Lexy.(2017). Metodologi
https://doi.org/10.30762/realita.v14i1.23 Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda
4 karya Bandung.
[3] Amalia, A. D. (2015). Modal Sosial Dan [13] M. Ramadhani, Sarbaini, H. M. (2016).
Kemiskinan. Sosio Informa, 1(3), 310– PERAN DINAS SOSIAL DALAM
323. PENANGGULANGAN ANAK
https://doi.org/10.33007/inf.v1i3.166 JALANAN DI KOTA BANJARMASIN.
[4] Apriliani, W., & Yusuf, A. (2013). Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,
Kebiasaan Belajar Anak Jalanan di 6(11), 947–954.
Kawasan Simpang Lima Kota Semarang http://repository.upstegal.ac.id/3373/1/sk
Binaan Komunitas Satoe Atap. Journal of ripsi ok.pdf
Non Formal Education and Communitu [14] Muhammad Suud, 3 Orientasi
Empowerment, 2(2), 1–8. Kesejahteraan Sosial, (Surabaya: Presatsi
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/j Pustaka, 2008)
nfc/article/view/8038 [15] Nasution, A. (2017). Kebijakan
[5] Arikunto. 2015. Prosedur Penelitian Pembentukan Modal Sosial Dan
Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Pengurangan Kemiskinan Di Rumah
Rineka Cipta. Tangga Perdesaan Indonesia. Jurnal
[6] Bungin, Burhan. 2017. Metodologi Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 7(2),
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 171.
[7] Edi Suharto, Membangun Masyarakat, https://doi.org/10.22212/jekp.v7i2.672
Memberdayakan Rakyat, (Bandung :PT. [16] Priyanto, B., & Mulyono, S. E. (2017).
Refika Aditama, 2009) Interaksi Sosial Anak Jalanan Dengan
[8] Fadri, Z. (2019). Upaya Penanggulangan Teman Sebaya Di Yayasan Setara Kota
Gelandangan Dan Pengemis (Gepeng) Semarang. Jurnal Eksistensi Pendidikan
Sebagai Penyandang Masalah Luar Sekolah (E-Plus), 2(2), 164–172.
Kesejahteraan Sosial (Pmks) Di [17] Soekanto, Soerjono. (2002). Sosiologi
Yogyakarta. Komunitas, 10(1), 1–19. Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
https://doi.org/10.20414/komunitas.v10i1 [18] Soraya, Ira. (2017). Peran Dinas Sosial
.1070 Kota Makassar Dalam Penanganan
[9] Herlina, A. (2014). Kehidupan anak Pengemis di Kecamatan Penaklukan Kota
jalanan di Indonesia : faktor penyebab, Makassar. Fakultas Dakwah Dan
tatanan hidup dan kerentanan berperilaku Komunikasi, (UIN) Alauddin: Makassar.
menyimpang. Pusat Pengkajian, [19] Sugiyono. 2018. Metode Penelitian
Pengolahan Data Dan Informasi (P3DI) Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Sekretariat, 5, 145–155. Bandung: Alfabeta.
[10] Hertanto, H. B., Radhiyastama, C.,

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) JurnalInovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
564 Vol.4 No.3 Agustus 2023
………………………………………………………………………………………………………
[20] Suharto, Edi. (2013). Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial di Indonesia
Menggagas Model Jminan Sosial
Universal Bidang Kesehatan. Bandung:
Alfabeta.
[21] Walopka, Y., Ndoen, M. L., &
Suwartiningsih, S. (2018). Faktor-Faktor
Penyebab Anak Jalanan Di Kota
Jayapura, Distrik Jayapura Selatan. Kritis,
27(2), 92–106.
https://doi.org/10.24246/kritis.v27i2p92-
106

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai