210201055, Indrayanto Tambun, UAS
210201055, Indrayanto Tambun, UAS
Baca : Gordon D. Fee, hlm. 43-46; John Hayes | Carl Holladay, hlm. 161-173; Hasan
Sutanto, hlm. 332-339.
I. Pendahuluan
Surat Yudas adalah salah satu surat singkat di dalam Perjanjian Baru yang memuat
nasihat, teguran, dan peringatan dari Yudas, saudara Yesus Kristus, kepada jemaat
yang sedang mengalami tantangan dan ancaman dari ajaran-ajaran palsu. Dalam surat
ini, Yudas membangun argumennya dengan mengingatkan pembacanya untuk
memelihara iman yang telah disampaikan kepada mereka sekali untuk selamanya.
Dalam pasal 1 ayat 5, Yudas memulai dengan menyatakan inti dari pesannya,
"Padahal saya ingin mengingatkan kamu, sekalipun kamu sudah sekali untuk
selamanya mengetahuinya, bahwa Tuhan, setelah menyelamatkan bangsa Israel dari
Mesir, kemudian membinasakan orang-orang yang tidak percaya." Di sini, Yudas
menunjukkan bahwa walaupun para pembaca sudah mengerti hal ini sebelumnya,
penting untuk diingat kembali bahwa Tuhan mempunyai kuasa untuk menyelamatkan
dan juga menghakimi. Pesan ini menggarisbawahi pentingnya ketaatan dan iman yang
benar, serta peringatan akan konsekuensi bagi mereka yang menolak kebenaran.
1
II. Pembahasan
Surat Yudas, meskipun singkat, memberikan pesan yang penting bagi jemaatnya dan
juga bagi pembaca saat ini. Ayat 5 dari Surat Yudas mengarah pada dua hal utama:
Konsekuensi Ketidakpercayaan
Namun, Yudas tidak hanya mengingatkan tentang penyelamatan, tapi juga peringatan
akan hukuman Allah terhadap mereka yang tidak percaya. Dia menunjukkan bahwa
setelah menyelamatkan bangsa Israel, Allah juga membinasakan orang-orang yang
tidak percaya. Ini menjadi peringatan bahwa tidak percaya pada kebenaran dan
otoritas Allah akan berujung pada hukuman.
III. Kesimpulan
Ayat 5 dari Surat Yudas memperlihatkan dualitas penting dalam iman: kekuatan
penyelamatan Allah yang terbukti dalam sejarah dan konsekuensi yang tak
terhindarkan atas ketidakpercayaan. Ini menjadi pengingat akan kuasa Allah dalam
menyelamatkan umat-Nya dari kesulitan serta peringatan keras bahwa menolak
kebenaran akan berujung pada hukuman. Dalam konteks spiritual, pesan ini
mendorong kita untuk menghargai kasih dan kuasa Allah dalam hidup kita sehari-hari,
sambil juga mempertimbangkan bagaimana kita mengekspresikan iman tersebut
melalui tindakan kita. Ini bukan sekadar memahami sejarah, tetapi juga menggugah
kita untuk hidup dalam kesadaran akan implikasi dari kepercayaan atau
ketidakpercayaan kita terhadap Allah, menjadikannya dasar penting dalam
pembentukan karakter dan perilaku kita dalam hidup.
2
3
4