Anda di halaman 1dari 4

TAKEHOME ASSIGNMENT UNTUK NILAI UAS

TEMPLATE HASIL EKSEGESIS (TAFSIRAN)

Fakultas : Ilmu Teologi


Program Studi : Teologi
Semester : Gasal
Tahun Akademik : 2023 / 2024
Nama Matakuliah : Tafsir Perjanjian Baru: Surat-surat dan Apokaliptik
Kode Matakuliah : MKB 04 Th
Dosen Pengampu : Dr. Bernhardt Siburian, M.Th.
Nama Mahasiswa : Indrayanto Tambun
NIM : 210201055
Semester Berjalan : (Lima)
Group : C
Nama Dosen Wali : Dr. Bestian Simangunsong,M.Th

HASIL EKSEGESIS (TAFSIRAN)


Teks : Kitab Yudas Pasal 1 Ayat 5

Baca : Gordon D. Fee, hlm. 43-46; John Hayes | Carl Holladay, hlm. 161-173; Hasan
Sutanto, hlm. 332-339.

I. Pendahuluan
Surat Yudas adalah salah satu surat singkat di dalam Perjanjian Baru yang memuat
nasihat, teguran, dan peringatan dari Yudas, saudara Yesus Kristus, kepada jemaat
yang sedang mengalami tantangan dan ancaman dari ajaran-ajaran palsu. Dalam surat
ini, Yudas membangun argumennya dengan mengingatkan pembacanya untuk
memelihara iman yang telah disampaikan kepada mereka sekali untuk selamanya.

Pendahuluan Surat Yudas menghadirkan kontras antara kebaikan dan kesetiaan


Allah yang telah diberikan kepada jemaat, dengan ancaman dari pengajar-pengajar
palsu yang ingin merusak fondasi iman mereka. Yudas secara tegas menyerukan
perlindungan terhadap iman dan mengingatkan jemaat untuk berpegang teguh pada
kebenaran yang telah mereka terima.

Dalam pasal 1 ayat 5, Yudas memulai dengan menyatakan inti dari pesannya,
"Padahal saya ingin mengingatkan kamu, sekalipun kamu sudah sekali untuk
selamanya mengetahuinya, bahwa Tuhan, setelah menyelamatkan bangsa Israel dari
Mesir, kemudian membinasakan orang-orang yang tidak percaya." Di sini, Yudas
menunjukkan bahwa walaupun para pembaca sudah mengerti hal ini sebelumnya,
penting untuk diingat kembali bahwa Tuhan mempunyai kuasa untuk menyelamatkan
dan juga menghakimi. Pesan ini menggarisbawahi pentingnya ketaatan dan iman yang
benar, serta peringatan akan konsekuensi bagi mereka yang menolak kebenaran.

1
II. Pembahasan

II.1. Kekuasaan Allah dan Konsekuensi Ketidakpercayaan

Surat Yudas, meskipun singkat, memberikan pesan yang penting bagi jemaatnya dan
juga bagi pembaca saat ini. Ayat 5 dari Surat Yudas mengarah pada dua hal utama:

 Pengingat akan Kekuasaan Allah dalam Sejarah


Yudas mengawali ayat dengan mengingatkan pembacanya akan peristiwa
penyelamatan bangsa Israel dari Mesir. Ini adalah sebuah pengingat akan kekuatan
dan kasih Allah yang terbukti dalam sejarah umat-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa
Allah adalah sosok yang berkuasa dalam menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan
dan membimbing mereka menuju kebebasan.

 Konsekuensi Ketidakpercayaan
Namun, Yudas tidak hanya mengingatkan tentang penyelamatan, tapi juga peringatan
akan hukuman Allah terhadap mereka yang tidak percaya. Dia menunjukkan bahwa
setelah menyelamatkan bangsa Israel, Allah juga membinasakan orang-orang yang
tidak percaya. Ini menjadi peringatan bahwa tidak percaya pada kebenaran dan
otoritas Allah akan berujung pada hukuman.

Relevansi untuk Kehidupan Spiritual


Dalam konteks spiritual, ayat ini mengingatkan kita akan dua hal penting:
kekuatan penyelamatan Allah dan konsekuensi ketidakpercayaan. Pesan ini mengajak
kita untuk mempertimbangkan bagaimana kita memandang kuasa dan kasih Allah
dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu, ini juga menjadi panggilan untuk
mempertahankan iman yang benar, karena menolak kebenaran akan membawa akibat
yang serius.

Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari


Ayat ini menegaskan pentingnya iman yang hidup dan berbuah dalam tindakan kita
sehari-hari. Kita diingatkan untuk tidak hanya memiliki keyakinan, tetapi juga
mengekspresikannya dalam kehidupan kita. Ini menegaskan bahwa iman yang benar
harus tercermin dalam perilaku dan sikap kita.

III. Kesimpulan
Ayat 5 dari Surat Yudas memperlihatkan dualitas penting dalam iman: kekuatan
penyelamatan Allah yang terbukti dalam sejarah dan konsekuensi yang tak
terhindarkan atas ketidakpercayaan. Ini menjadi pengingat akan kuasa Allah dalam
menyelamatkan umat-Nya dari kesulitan serta peringatan keras bahwa menolak
kebenaran akan berujung pada hukuman. Dalam konteks spiritual, pesan ini
mendorong kita untuk menghargai kasih dan kuasa Allah dalam hidup kita sehari-hari,
sambil juga mempertimbangkan bagaimana kita mengekspresikan iman tersebut
melalui tindakan kita. Ini bukan sekadar memahami sejarah, tetapi juga menggugah
kita untuk hidup dalam kesadaran akan implikasi dari kepercayaan atau
ketidakpercayaan kita terhadap Allah, menjadikannya dasar penting dalam
pembentukan karakter dan perilaku kita dalam hidup.

2
3
4

Anda mungkin juga menyukai