Anda di halaman 1dari 15

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/ham.2020.11.

319-332
Tulisan Diterima: 05-06-2020; Direvisi: 22-07-2020; Disetujui Diterbitkan: 16-08-2020

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP JAMINAN KESEHATAN DALAM PERSPEKTIF


HAK ASASI MANUSIA
(State Responsibilities Of Health Guarantee In The Perspective Of Human Rights)

Mikho Ardinata
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Bengkulu
mikhoardinata@umb.ac.id

ABSTRACT

The role of the state in meeting the basic needs of people is very important, especially in the form of
comprehensive health services, where health is recognized as a human right, a set of rights that are inherent
in the nature and existence of people as God's, Almighty, Indwelling and a Gift That Must Be The purpose of
this research, which is respected, preserved and protected by the state, is to find out the form of state
responsibility towards health insurance with regard to human rights. The type of research used in this study
is normative legal research methods. The result of this study is that in fulfilling the basic rights of citizens to
health, the government is obliged to ensure adequate access for all citizens to adequate and optimal health
services. In an effort to respect, protect and meet government obligations through the implementation of
human rights standards on the right to health.

Keywords : the role of the state; health insurance; human rights.

ABSTRAK

Peranan negara dalam pemenuhan kebutuhan dasar rakyat sangat diperlukan terutama di dalam bentuk
pelayanan kesehatan secara menyeluruh, dengan diakui kesehatan sebagai salah satu hak asasi manusia yaitu
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, Tujuan
dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bentuk tanggung jawab negara terhadap jaminan kesehatan dalam
perspektif hak asasi manusia. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
hukum normatif. Hasil penelitian ini ialah Dalam pemenuhan hak dasar warga negara atas kesehatan,
pemerintah terikat tanggung jawab untuk menjamin akses yang memadai bagi setiap warga negara atas
pelayanan kesehatan yang layak dan optimal. Sebagai upaya untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi
kewajiban negara dengan mengimplementasikan norma-norma HAM pada hak atas kesehatan.

Kata Kunci: peranan negara; jaminan kesehatan; hak asasi manusia.

319
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

PENDAHULUAN terganggu, seseorang tidak akan mampu


memperoleh hak-haknya yang lain. Seseorang
Kesehatan merupakan salah satu yang tidak sehat dengan sendirinya akan
kebutuhan dasar manusia, karena itu kesehatan berkurang haknya atas hidup, tidak bisa
merupakan hak bagi setiap warga masyarakat memperoleh dan menjalani pekerjaan yang
yang dilindungi oleh undang-undang. Setiap layak, tidak bisa menikmati haknya untuk
negara mengakui bahwa kesehatan menjadi berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan
modal terbesar untuk mencapai kesejahteraan. pendapat, dan tidak bisa memperoleh
Oleh karena itu, perbaikan pelayanan kesehatan pendidikan demi masa depannya. Singkatnya,
pada dasarnya merupakan suatu investasi seseorang tidak bisa menikmati sepenuhnya
sumber daya manusia untuk mencapai kehidupan sebagai manusia. 4
masyarakat yang sejahtera. Di negara Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi
berkembang seperti Indonesia, untuk dapat manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka untuk terpenuhinya hak-hak lain telah diakui
diperlukan adanya peran pemerintah melalui secara internasioal. Hak atas kesehatan meliputi
layanan publik untuk dapat memenuhi hak untuk mendapatkan kehidupan dan
kebutuhan dasar rakyatnya seperti kesehatan, pekerjaan yang sehat, hak untuk mendapatkan
pendidikan, dan kebutuhan pokok lainnya. 1 pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus
Peranan negara dalam pemenuhan terhadap kesehatan ibu dan anak. Pasal 25
kebutuhan dasar rakyat sangat diperlukan Universal Declaration of Human Rights
terutama di dalam bentuk pelayanan kesehatan (UDHR) menyatakan5:
secara menyeluruh, dengan diakui kesehatan Everyone has the right to a standard of living
sebagai salah satu hak asasi manusia yaitu adequate for the health and well-being of
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan himself and of his family, including food,
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan clothing, housing and medical care and
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya necessary social services, and the right to
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan security in the event of unemployment, sickness,
dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintah, disability, widowhood, old age or other lack of
dan setiap orang demi kehormatan serta livelihood in circumstances beyond his control.
perlindungan harkat dan martabat manusia. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang
Dalam konteks asasi, kesehatan merupakan hak berhak atas taraf kehidupan yang memadai
setiap orang dengan negara yang wajib untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya
menghormati, menjunjung dan melindungi. 2 sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas
Kesehatan merupakan kondisi sejahtera pangan, sandang, papan, dan pelayanan
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkin kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan,
setiap orang produktif secara ekonomis Pasal 1 serta hak atas keamanan pada saat menganggur,
Angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya,
1992 Tentang Kesehatan. 3 Karena itu lanjut usia, atau keadaan-keadaan lain yang
kesehatan merupakan dasar dari diakuinya mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan
derajat kemanusiaan. Apabila kesehatan yang terjadi di luar kekuasaannya.
terganggu, seseorang menjadi tidak sederajat Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat
secara kondisional. Apabila kesehatan dalam Pasal 12 Ayat (1) Konvensi Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya yang
ditetapkan oleh Majelis Umum PBB 2200 A
1
Hubaib Alif Khariza, “Program Jaminan
Kesehatan Nasional : Studi Deskriptif Tentang
(XXI) tanggal 16 Desember 1966, yaitu bahwa
Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi negara peserta kovenan tersebut mengakui hak
Keberhasilan Implementasi Program Jaminan setiap orang untuk menikmati standar tertinggi
Kesehatan Nasional,” Kebijakan dan Manajemen yang dapat dicapai dalam hal kesehatan fisik
Publik 3 (2015): 1. dan mental. Perlindungan terhadap hak-hak ibu
2
Wiwik Afifah dan Deasy N Paruntu,
“Perlindungan Hukum Hak Kesehatan Warga
Negara Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 4
Refrensi Elsam, “Memahami Kesehatan Sebagai
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Hak Asasi Manusia, ” Refrensi HAM.
Jaminan Sosial, ” Mimbar Keadilan (2015). 5
Leilani Ismaniar Indar, Muh. Alwy Arifin, A.
3
Joni Afriko, Hukum Kesehatan (Teori dan Rizki Amelia, Hukum dan Bioetik Dalam
Aplikasinya Dilengkapi UU Kesehatan dan Perspektif Etika Dan Hukum (Yogyakarta:
Keperawatan. (Bogor: IN MEDIA, 2016), 21. DEEPUBLISH, n. d. ).
320
Tanggung Jawab Negara Terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM)
Mikho Ardinata

dan anak juga mendapat perhatian terutama juga ditegaskan dalam Pasal 8 UU HAM.
dalam Konvensi Hak Anak. Instrumen Dibidang kesehatan, Pasal 7 UU Kesehatan
internasional lain tentang hak atas kesehatan menyatakan bahwa pemerintah bertugas
juga terdapat pada Pasal 12 dan 14 Konvensi menyelenggarakan upaya kesehatan yang
Internasional tentang Penghapusan Semua merata dan terjangkau oleh masyarakat. Pasal 9
Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, dan UU Kesehatan menyatakan bahwa pemerintah
Ayat 1 Deklarasi Universal tentang bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat
Pemberantasan Kelaparan dan kekurangan Gizi. kesehatan masyarakat.
Pada lingkup nasional, Pasal 28 H Ayat Bentuk upaya Negara dalam memberikan
(1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang pelayanan kesehatan yaitu dengan meluncurkan
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan Program ini diselenggarakan oleh BPJS (Badan
hidup yang baik dan sehat serta berhak Penyelenggara Jaminan Sosial) yang
memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 9 UU merupakan lembaga yang dibentuk berdasarkan
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Manusia menyatakan bahwa: Setiap orang BPJS yang diamanatkan dalam Undang-
berhak untuk hidup, mempertahankan hidup Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
dan meningkatkan taraf kehidupannya. Setiap Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Jaminan
orang berhak hidup tenteram, aman, damai, Kesehatan Nasional (JKN) ini dijadikan
bahagia, sejahtera, lahir dan batin. Setiap orang sebagai upaya pemerintah untuk mengayomi
berhak atas lingkungan hidup yang baik dan masyarakat kecil yang selama ini kesulitan
sehat. Jaminan atas hak memperoleh derajat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
kesehatan yang optimal juga terdapat dalam Ketentuan bunyi Pasal 14 UU BPJS
pasal 4 UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang menyebutkan “Setiap orang, termasuk orang
kesehatan. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan
Landasan utama bahwa perlindungan di Indonesia, wajib menjadi Peserta program
HAM merupakan kewajiban pemerintah adalah Jaminan Sosial, “wajib” dalam Pasal 14 UU
prinsip demokrasi bahwa sesungguhnya BPJS ini memberi makna, setiap orang baik
pemerintah diberi amanah kekuasaan adalah anak-anak maupun dewasa, orang miskin, atau
untuk melindungi hak-hak warga negara. 6 orang kaya semuanya wajib ikut program
Terlebih lagi dengan konsep negara jaminan sosial kesehatan di BPJS. Hal ini
kesejahteraan sebagai konsep negara modern tentunya, Pasal 14 UU BPJS ini bertentangan
telah memberikan kekuasaan lebih besar pada dengan Pasal 34 ayat (3) UUD 1945, yang
pemerintah untuk bertindak. Kekuasaan ini menyebutkan negara bertanggung jawab atas
semata-mata adalah untuk memajukan dan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
mencapai pemenuhan hak asasi manusia. fasilitas pelayanan umum yang layak7
Pemerintah tidak lagi hanya menjaga agar
seseorang tidak melanggar atau dilanggar
haknya, namun harus mengupayakan
pemenuhan hak-hak tersebut. Demikian pula
dengan hak atas kesehatan, merupakan
kewajiban pemerintah untuk memenuhinya.
Kewajiban Pemerintah untuk memenuhi
hak atas kesehatan sebagai hak asasi manusia
memiliki landasan yuridis internasional dalam
Pasal 2 Ayat (1) Konvensi Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya. Pasal 28 I Ayat (4) UUD
1945 menyatakan bahwa perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak
asasi manusia adalah tanggung jawab negara, 7
Aida Mardatillah, “Seharusnya kewajiban
terutama pemerintah. Kewajiban pemerintah ini kepesertaan BPJS dititikberatkan pada
pemberdayaan masyarakat lemah dan tidak
mampu. , ” HukumOnline. Com, last modified
6
Refrensi Elsam, “Kesehatan Sebagai Hak Asasi 2019, https://www. hukumonline.
Manusia, ” Refrensi HAM, last modified 2015, com/berita/baca/lt5c35a640158bc/aturan-
https://referensi. elsam. or. id/2015/04/kesehatan- kewajiban-kepesertaan-bpjs-kesehatan-minta-
sebagai-hak-asasi-manusia. dibatalkan/.
321
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

Gambar 1. 2
Gambar 1. 1

Sumber : BPJS Kesehatan (2020) Sumber : BPS, Proyeksi Jumlah Penduduk 2020
Menurut Provinsi (SUPAS 2015)
Menurut Gambar 1. 1 BPJS Kesehatan,
tentang capaian kinerja pengelolaan program Berdasarkan gambar 1. 2 data dari Badan
jaminan kesehatan nasional – kartu Indonesia Pusat Statistik (BPS) tentang Penduduk Antar
sehat (JKN-KIS), daftar kepesertaan program Sensus (SUPAS) 2015 proyeksi jumlah
JKN terdaftar per tanggal 31 Mei 2020 220. penduduk Indonesia pada 2020 sebanyak 269, 6
687. 267 dengan rincian penerima bantuan juta jiwa. Di mana jumlah penduduk laki-laki
iuran APBN 95. 897. 122, penerima bantuan 135, 34 juta jiwa, lebih banyak dibanding
iuran APBD 34. 216. 520, pekerja penerima perempuan yang hanya 134, 27 juta jiwa.
upah PN 17. 727. 915, pekerja penerima upah Proyeksi jumlah penduduk 2020 269, 9 juta
BU 37. 613. 893, pekerja bukan penerima upah jiwa dan data kepesertaan program JKN per
30. 189. 487, bukan pekerja 5. 042. 330. 8 tanggal 31 Mei 2020 220. 687. 267 maka
Dilihat dari kepesertaan program JKN, berdasarkan data yang ada, masih banyak
perlindungan kesehatan dalam upaya negara penduduk Indonesia yang belum terdaftar
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada diprogram jaminan kesehatan. Masih banyak
masyarakat dengan ikut masuk di dalam penduduk yang dikategorikan tidak mampu atau
program kepesertaan jaminan kesehatan yang miskin belum tersentuh program jaminan
mewajibkan seluruh rakyat untuk terlibat dalam kesehatan
kepesertaan asuransi ini, dengan demikian Menurut BPJS Kesehatan, tentang
masyarakat yang mendapatkan pelayanan capaian kinerja pengelolaan program jaminan
kesehatan yaitu yang telah terdaftar di program kesehatan nasional – kartu Indonesia sehat
JKN dengan prinsip gotong royong yakni (JKN-KIS), kategori miskin di Indonesia sangat
prinsip saling tolong menolong, jadi peserta rendah yakni mereka yang pengeluarannya di
yang sehatlah yang memberikan kontribusi bawah Rp 425 250 per bulan ini mencakup
kepada peserta lain yang sedang sakit. Artinya, seluruh kota dan desa di seluruh wilayah
iuran peserta yang sehat akan menolong peserta Indonesia . 9 Dengan demikian rakyat kecil,
lain yang sakit dan membutuhkan biaya baik petani, nelayan, buruh, karyawan atau
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. siapa saja yang pengeluarannya lebih dari itu,
tidak masuk dalam kategori miskin versi
pemerintah, sehingga mereka wajib membayar
premi asuransi maka dari itu bentuk pelayanan
kesehatan masih dalam batas warga negara atau
orang yang mendaftarkan kepesertaan
dijaminan kesehatan, sedangkan orang yang
tidak terdaftar dianggap stateless belum masuk
dalam tanggung jawab negara.
Seharusnya Negara berkewajiban
menyediakan akses-akses untuk mendapatkan
8
BPJS kesehatan, “Peserta Program JKN, ” BPJS
Kesehatan, last modified 2020, https://faskes. 9
BPS, “Data dan Informasi Kemiskinan
bpjs-kesehatan. go. id/aplicares/#/app/peta. Kabupaten/ Kota Tahun 2019, ” BPS. go. id.
322
Tanggung Jawab Negara Terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM)
Mikho Ardinata

penghidupan yang layak bagi semua rakyat, Dibandingkan dengan penelitian yang
menyediakan lapangan pekerjaan yang sudah ada, penelitian ini adalah penelitian yang
terhormat, membuka kesempatan untuk ikut orisinal, dikarenakan fokus dalam penelitian ini
berperan dalam berbagai bentuk aktivitas membahas tentang tanggung jawab negara
ekonomi yang bisa memberikan keuntungan terhadap jaminan kesehatan dalam perspektif
dan kebaikan kepada mereka. Sehingga mereka hak asasi manusia yang berorientasi pada
bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya perspektif formell gesetz (undang-undang),
berupa pangan, sandang dan papan, kemudian yakni Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
meningkat kepada kebutuhan, kebutuhan yang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
bersifat pelengkap (tersier) sesuai dengan (BPJS) dengan sudut pandang (perspektif) Hak
tingkat kemampuan yang dimiliki. 10 Asasi Manusia .
Inilah yang menjadi latar belakang Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
masalah penyusun mengangkat tema ini, karena maka permasalahan yang akan dibahas adalah:
yang sifatnya Jaminan (tanggungan) Kesehatan Bagaimana bentuk dan tanggung jawab negara
Rakyat merupakan tanggung jawab negara terhadap jaminan kesehatan menurut Undang-
bukan rakyat, dan dalam Program Jaminan Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Kesehatan Nasional (JKN) merupakan asuransi Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)dalam
sosial, seharusnya ada pemerataan berkaitan perspektif Hak Asasi Manusia.
dengan pelayanan kesehatan. Selain itu, tulisan
ini menawarkan kebaruan dalam melihat METODE PENELITIAN
kesehatan sebagai bagian dari hak asasi manusia Jenis penelitian yang penulis gunakan
yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita hukum normatif. Metode penelitian normatif
bangsa Indonesia sebagaimana amanat meneliti hukum dari perspektif internal dengan
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Hal ini objek penelitiannya adalah norma hukum,
dibuktikan pada perubahan Kedua UUD NRI penelitian normatif juga berfungsi untuk
Tahun 1945 memuat jaminan konstitusional hak memberikan argumentasi yuridis ketika terjadi
memperoleh pelayanan kesehatan sebagai salah kekosongan, kekaburan dan konflik norma. 12
satu hak asasi manusia. Prosedur yang digunakan penulis
Adapun penelitian yang telah ada berupa metode studi kepustakaan dan metode
mengenai jaminan kesehatan yaitu tanggung dokumentasi. Bahan hukum primer merupakan
jawab negara terhadap perlindungan hak-hak bahan hukum yang bersifat autoratif artinya
anak di bidang kesehatan, tulisan ini membahas mempunyai otoritas. 13 Bahan hukum primer
bagaimana pengaturan hukum tanggung jawab dalam penelitian ini terdiri dari peraturan–
negara terhadap hak-hak anak di bidang peraturan tentang jaminan kesehatan dan
kesehatan, serta penyelarasan antara hukum peraturan lain terkait, yaitu:
internasional yaitu Konvensi Hak Anak yang a) Undang-Undang Dasar 1945
diratifikasi melalui Keppres Nomor 36 tahun b) Undang-undang nomor 36 tahun 2009
1990, dengan aturan Hukum Nasional seperti tentang kesehatan
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang c) Undang-Undang 39 tahun 1999 tentang
Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Hak Asasi Manusia
tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia agar d) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004
berkaitan dengan Konvensi Hak anak. 11 Tentang Sistem Jaminan Nasional
e) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
10
Fathul Hidayat Fajar Yanto, “TINJAUAN
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan
MASLAHAH MURSALAH TERHADAP Kesehatan
PENGELOLAAN DANA INVESTASI PADA f) Kovenan Internasional tentang Hak-hak
BPJS (BADAN PENYELENGGARA Ekonomi, Sosial dan Budaya
JAMINAN SOSIAL) DALAM PP. No. 87 (International Covenant on Economic,
TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN Social, and Cultural Rights) yang
ASET JAMINAN KESEHATAN, ” Digital
Library UIN Sunan Ampel, http://digilib. uinsby.
12
ac. id/815. I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian
11
An Nisa Fitriah Annashy, “Tanggung Jawab Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum
Negara terhadap Perlindungan Hak-Hak Anak di (Jakarta: Prenada Media, 2016).
Bidang Kesehatan, ” Lex Et Societatis VI, no. 1 13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum
(2018): 430–439. (Jakarta: Pranata Media, 2005).
323
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

diratifikasi menjadi Undang-undang adalah kegiatan memeriksa bahan-bahan yang


Nomor 11 Tahun 2005, telah dikumpulkan. Analisis bahan-bahan yang
g) Kovenan Internasional tentang Hak-hak telah dikumpul dilakukan dengan menggunakan
Sipil dan Politik (International Covenant metode kualitatif. Pendekatan kualitatif, yaitu
on Civil and Political Rights) 1966 yang dengan memusatkan perhatian pada prinsip-
diratifikasi Indonesia dan menjadi Undang- prinsip umum yang mendasari perwujudan
undang Nomor. 12 Tahun 2005. satuan-satuan gejala dalam kehidupan manusia.
Analisis bahan hukum yang dilakukan secara
a. Bahan Hukum Sekunder kualitatif untuk penarikan kesimpulan-
kesimpulan tersebut, tidak hanya bertujuan
Bahan Hukum Sekunder dalam penelitian mengetahui sejauh mana Tanggung jawab
ini yaitu bahan hukum yang memberikan negara terhadap jaminan kesehatan dalam
penjelasan mengenai bahan hukum primer, perspektif Hak Asasi Manusia, tetapi juga
antara lain: bertujuan untuk memahami kendala-kendala
1. Pendapat para ahli yang berkaitan dengan yang timbul dalam pelaksanaan.
judul penelitian;
2. Buku bacaan yang berkaitan dengan judul PEMBAHASAN
penelitian; dan
3. Hasil penelitian dan unsur-unsur literatur A. Tanggung jawab negara terhadap jaminan
lain yang relevan. kesehatan dalam perspektif HAM

b. Bahan Hukum Tersier Hak asasi manusia merupakan hak dasar


seluruh umat manusia tanpa ada perbedaan .
Bahan hukum tersier dalam penelitian ini Mengingat hak dasar merupakan anugerah dari
yaitu bahan hukum yang dapat memberikan Tuhan Yang Maha Esa, maka pengertian hak
penjelasan terhadap bahan hukum primer asasi manusia adalah hak sebagai anugerah
maupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri
tersier dalam penelitian ini adalah majalah, manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi,
surat kabar, internet dan kamus hukum. berkaitan dengan harkat dan martabat manusia.
Metode studi kepustakaan yaitu 14
mengambil data dari literatur yang digunakan Secara universal, Hak -hak Ekonomi,
untuk mencari konsep, teori-teori, pendapat- Sosial dan Budaya (International Covenant on
pendapat, maupun penemuan yang Economic, Social, and Cultural Rights),
berhubungan erat dengan pokok permasalahan Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil
penelitian ini. Metode dokumentasi merupakan dan Politik (International Covenant on Civil
salah satu cara pengumpulan data yang and Political Rights) 1966, hingga Undang-
digunakan peneliti untuk menginventarisasi Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor
catatan, transkrip buku, atau lain-lain yang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-
berhubungan dengan penelitian ini. Dokumen Undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
dapat digunakan karena merupakan sumber Manusia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun
yang stabil, kaya dan mendorong. 2004 tentang Sistem Jaminan Nasional dan
Penelusuran literatur hukum dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
informasi lainnya dilakukan dengan Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.
penelusuran offline (buku-buku) dan online The right to the highest attainable
(internet). Bahan pustaka offline dapat standard of health is a human right recognized
diperoleh dari koleksi pribadi dan perpustakaan in international human rights law. The
yang berupa buku, jurnal hukum dan lain-lain, International Covenant on Economic, Social
sedang kan bahan pustaka online dapat and Cultural Rights, widely considered as the
diperoleh dengan menggunakan akses internet. central instrument of protection for the right to
Setelah semua bahan hukum terkumpul health, recognizes “the right of everyone to the
kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan, enjoyment of the highest attainable standard of
pengeditan, dan analisis bahan hukum.
Pengelolaan bahan hukum dengan cara
14
meringkas dan mengulas bahan-bahan tersebut. Satya Arinanto, Indonesia, Hak Asasi Manusia
Pengelolaan bahan hukum dilakukan dengan dalam Transaksi Politik di Indonesia (Jakarta:
cara mengedit (editing) data. Mengedit data Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2018), 52.
324
Tanggung Jawab Negara Terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM)
Mikho Ardinata

physical and mental health. ” It is important to manusia menandakan bahwa manusia sebagai
note that the Covenant gives both mental makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan Yang
health, which has often been neglected, and Maha Kuasa, Allah SWT patut memperoleh
physical health equal consideration. 15 apresiasi secara positif. 18Maka dari itu Hak
Hak atas standar kesehatan tertinggi yang Asasi Manusia adalah hak-hak dasar yang
dapat dicapai adalah hak asasi manusia diakui terdapat dalam diri manusia dan tidak dapat
dalam hukum hak asasi manusia internasional. dicabut oleh siapa pun selama seseorang masih
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, hidup. 19
Sosial dan Budaya, yang secara luas dianggap Pemenuhan hak untuk hidup sehat
sebagai pusat instrumen perlindungan hak atas merupakan hak dasar yang harus dijamin,
kesehatan, mengakui “hak setiap orang untuk karena kesehatan merupakan bagian dari
menikmati standar fisik tertinggi yang dapat kebutuhan primer setiap manusia. Kondisi sehat
dicapai dan kesehatan mental. " Penting untuk badan dan jiwa akan memungkinkan setiap
dicatat bahwa Kovenan memberikan keduanya manusia untuk melakukan aktifitas dan
kesehatan mental, yang sering diabaikan, dan karyanya. Kesehatan merupakan pula bagian
kesehatan fisik setara pertimbangan. dari kebutuhan menuju hidup sejahtera. Hak
Subsequent international and regional semacam ini merupakan salah satu hak dasar
human rights instruments address the right to dalam pelayanan kesehatan.
health in various ways. Some are of general Sudah menjadi konsensus dalam
application while others address the human konstitusi Indonesia bahwa hak atas kesehatan
rights of specific groups, such as women or merupakan hak mendasar bagi manusia.
children. 16 Falsafah dasar dari jaminan hak atas kesehatan
Instrumen hak asasi manusia sebagai HAM merupakan raison d’etre
internasional dan regional berikutnya kemartabatan manusia (human dignity).
membahashak atas kesehatan dalam berbagai Kesehatan adalah hak fundamental setiap
cara. Beberapa aplikasi umum sementara yang manusia. 20
lainmenangani hak asasi manusia kelompok The International Covenant on Civil and
tertentu, seperti perempuan atau anak-anak. Political Rights (ICCPR) obligates each State
Selain itu HAM, dalam pengertian yang party to respect and to ensure all individuals
sederhana, merupakan hak yang secara alamiah within its territory and subject to its
dan kodrati melekat pada makhluk hidup yang jurisdiction, the rights recognized in the
bernama manusia semata-mata karena ia Covenant. For sure, this means a State is duty-
merupakan manusia (human being), bukan bound to respect, protect and fulfill human
makhluk lain selain manusia. Begitu benar- rights of all individuals within in its territory
benar ada pada manusia, maka melekat dalam and also under its jurisdiction, and it must do
dirinya hak tersebut. Hak-hak asasi tersebut so without discrimination. Moreover,
sangat berkaitan erat dengan harkat dan increasingly, the terms “within its territory and
martabat manusia (human dignity). Tanpa hak- subject to its jurisdiction” are being interpreted
hak dasar tersebut manusia tidak dapat hidup in their disjunctive, rather than conjunctive
sesuai dengan harkat dan martabatnya itu. sense, at least as concerns the State’s negative
Pemenuhan dan penghormatan terhadap HAM obligation to refrain from violating rights.
memungkinkan perseorangan dan masyarakat Thus, the State is bound by international human
untuk berkembang secara utuh. 17 rights law in relation to individuals outside of
Membicarakan hak asasi manusia
(HAM) berarti membicarakan dimensi
kehidupan manusia. HAM, ada bukan karena
diberikan oleh masyarakat dan kebaikan dari 18
Majda El Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam
negara, melainkan berdasarkan martabatnya Konstitusi Indonesia dari UUD 1945 sampai
sebagai manusia. Pengakuan atas eksistensi dengan Perubahan UUD 1945 Tahun 2002
(Jakarta: Kencana, 2005), 1.
15
R. L. Chong, “The Right to Health, ” Servir 19
Disca Betty Viviansari, “Tanggung Jawab
(Lisbon, Portugal) 34, no. 5–6 (1986): 9. Negara terhadap Hak Atas Pendidikan Anak
16
Chong, “The Right to Health. ” Buruh Migran Indonesia di Malaysia” 10, no. 3
17
Halili, “Hak Asasi Manusia: Dari Teori ke (2019): 179–194.
Pedagogi, ” in Buku Ajar (Yogyakarta: Fakultas 20
Majda El Muhtaj, Dimensi-dimensi HAM:
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, Mengurai hak ekonomi, sosial, dan budaya
2015). (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).
325
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

its territory but otherwise under its jurisdiction. d) Kualitas24.


21
Kewajiban negara dalam memenuhi hak
Instrumen utama lainnya yang kesehatan tersebut dijabarkan dalam Pasal 2. 1
mendefinisikan dan melindungi hak untuk ICESCR yang menyebutkan bahwa :
kesehatan, selain ICESCR, adalah Organisasi “Each State Party to the present Covenant
Kesehatan Dunia Konstitusi yang undertakes to take steps, individually and
mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan fisik through international assistance and co
yang lengkap, kesejahteraan mental dan sosial operation, especially economic and technical,
dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau to the maximum of its available resources, with
kelemahan. Hak atas kesehatan juga secara a view to achieving progressively the full
khusus diabadikandalam instrumen hak asasi realization of the rights recognized in the
manusia internasional lainnya. present Covenant by all appropriate means,
Pihak yang terikat secara hukum dalam including particularly the adoption of
pelaksanaan HAM berdasarkan hukum legislative measures. ”
internasional adalah negara. Dalam konteks ini, Selain itu, dikenal juga tiga bentuk
peran dan tanggung jawab negara merupakan kewajiban negara yang mengikat negara-
hal yang paling utama dalam menjalankan negaraperatifikasi perjanjian internasional hak-
kewajiban konstitusional, yaitu berjanji untuk hak asasi manusia. Ketiga kewajiban tersebut
mengakui, menghormati, melindungi, juga biasa disebut sebagai generic obligation,
memenuhi dan menegakkan HAM. 22 terdiri dari. 25 :
Negara sebagai pemangku kewajiban hak a. Obligation to Respect (Kewajiban Untuk
asasi manusia harus mewujudkan pemenuhan Menghormati): adalah kewajiban negara
hak asasi manusia terhadap semua warga untuk menahan diri untuk mencampuri baik
negara tanpa terkecuali. Terwujudnya secara langsung maupun tidak langsung
pemenuhan hak asasi manusia akan dapat pemenuhan hak atas kesehatan. Hal ini
menciptakan masyarakat yang adil dan termasuk juga kewajiban untuk menahan diri
sejahtera sehingga mengurangi segala bentuk dari menolak atau membatasi akses yang
permasalahan diskriminasi hak asasi manusia sama untuk semua orang terhadap
yang terjadi di Indonesia. 23 pengobatan yang bersifat preventif, kuratif,
Dalam perspektif pemenuhan hak dasar dan paliatif. Atau dengan kata lain, negara
warga negara atas kesehatan, pemerintah terikat tidak boleh mengganggu atau mengurangi
tanggung jawab untuk menjamin akses yang penikmatan hak atas kesehatan.
memadai bagi setiap warga negara atas b. Obligation to Protect (Kewajiban untuk
pelayanan kesehatan yang layak dan optimal. Melindungi): adalah kewajiban untuk
Sebagai upaya untuk menghormati, melindungi mengambil langkah-langkah yang mencegah
dan memenuhi kewajiban negara dengan pihak ketiga mengganggu jaminan dari Pasal
mengimplementasikan norma-norma HAM 12Kewajiban ini termasuk juga memastikan
pada hak atas kesehatan, harus memenuhi akses yang setara terhadap perawatan
prinsip-prinsip: kesehatan dari pihak ketiga, dan memastikan
a) Ketersediaan pelayanan kesehatan; privatisasi dari sektor kesehatan tidak
b) Aksesibilitas; mengancam ketersediaan, aksesibilitas,
c) Penerimaan; dan akseptabilitas dan kualitas dari fasilitas-
fasilitas kesehatan, produk dan jasa. 26
c. Obligation to Fulfill (Kewajiban untuk
21
Lauren Aarons dan Gabor Rona, “State
Responsibility to Respect, Protect and Fulfill
Memenuhi): adalah kewajiban untuk
Human Rights Obligations in Cyberspace, ” mengadopsi langkah-langkah legislatif,
Journal of National Security & Policy 8, no.
2015 (2016): 503–530. 24
Dedi Afandi, “Hak Atas Kesehatan Dalam
22
Hardiyanto Djanggih dan Yusuf Saefudin, “De Perspektif HAM, ” Jurnal Ilmu Kedokteran 2
Jure De Jure, ” Jurnal Penelitian Hukum 17, no. (2008).
25
3 (2017): 413–425. Gita Kartika, Adijaya Yusuf, dan Hadi Rahmat
23
Endang Wahyati Yustina, Odilia Esem, dan Purnama, “Penerapan International Covenant on
Rospita Adelina Siregar, “Prinsip-Prinsip Hak Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR)
Asasi Manusia daalam Pelayanan Kesehatan dan mengenai Hak Atas Kesehatan di Indonesia, ”
Perlindungan Hak Kesehatan bagi Orang dengan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (2009):
Gangguan Jiwa, ” Jurnal Kedokteran Indonesia 8.
26
Vol 6, no. 1 (2020): 10. Ibid.
326
Tanggung Jawab Negara Terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM)
Mikho Ardinata

administratif, penganggaran, hukum, Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945


peningkatan dan tindakan tepat lainnya merumuskan bahwa:
untuk realisasi penuh hak atas kesehatan, 1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir
salah satunya dengan membuat kebijakan dan batin, bertempat tinggal, dan
dan rencana kesehatan nasional yang mendapatkan lingkungan hidup yang baik
mencakup sektor publik dan privat. dan sehat serta berhak memperoleh
Kemudian, menurut Pasal 17 Undang- pelayanan kesehatan.
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang 2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan
Kesehatan, Pemerintah bertanggung jawab atas dan perlakuan khusus untuk memperoleh
ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, kesempatan dan manfaat yang sama guna
dan fasilitas pelayanan Kesehatan untuk mencapai persamaan dan keadilan
meningkatkan dan memelihara derajat 3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
kesehatan yang setinggi-tingginya. Penyediaan memungkinkan pengembangan dirinya
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas secara utuh sebagai manusia yang
pelayanan umum yang layak merupakan salah bermartabat.
satu hak atas kesehatan. 27 4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik
Jaminan kesehatan nasional merupakan pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
upaya negara dalam memberikan perlindungan diambil alih secara sewenang-wenang oleh
sosial, yang dimana telah diatur apa yang siapa pun.
menjadi kewajiban negara dalam pemenuhan Sebagaimana dalam Undang-undang
jaminan tersebut. Jaminan kesehatannasional dasar Negara Republik Indonesia 1945, yang
merupakan program negara yang bertujuan menjadi kewajiban Negara yaitu di dalam
memberikan kepastian perlindungan dan ketentuan pasal 34 Ayat (1) dan (3) yang
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat, dalam berbunyi:
konsep Negara Kesejahteraan, negara 1) Bahwa fakir miskin dan anak-anak yang
bertanggung jawab untuk mewujudkan terlantar dipelihara oleh negara, sedangkan
kesejahteraan rakyatnya, dengan mencampur ayat.
tangani urusan warganya mulai manusia lahir 2) Bahwa Negara bertanggung jawab atas
sampai manusia mati sehingga diibaratkan tak penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
ada satu sisi kehidupanpun dari kehidupan dan fasilitas umum yang layak.
warganya yang tidak dicampur tangani oleh Serta ketentuan-ketentuan Pasal 5
pemerintah. Paham asasi positif mengatakan Undang-Undang Kesehatan disebutkan
bahwa negara bukan tujuan pada dirinya bahwa,
sendiri, melainkan merupakan lembaga yang 1) Setiap orang mempunyai hak yang sama
diciptakan dan dipelihara oleh masyarakat dalam memperoleh akses atas sumber daya
untuk memberikan pelayanan-pelayanan di bidang kesehatan.
tertentu. Maka masyarakat dengan sendirinya 2) Setiap orang mempunyai hak dalam
berhak atas pelayanan itu dan negara wajib memperoleh pelayanan kesehatan yang
untuk memberikannya. 28 aman, bermutu, dan terjangkau.
Untuk menerima pelayanan-pelayanan
3) Setiap orang berhak secara mandiri dan
itu mereka yang menjalankan fungsi-fungsi
bertanggung jawab menentukan sendiri
kenegaraan diangkat dan dibayar oleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
masyarakat. Menurut paham ini pelayanan
dirinya.
negara terhadap masyarakat bukanlah suatu
Dalam ketentuan Undang-Undang 1945
anugerah yang harus dimohonkan oleh
Pasal 28H, Undang-Undang 1945 Pasal 34
masyarakat, melainkan masyarakat berhak
serta Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang Nomor
untuk menuntutnya, sebagaimana diatur dalam
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, sejalan
pasal hak asasi manusia di bidang kesehatan.
dengan prinsip kesetaraan dalam hak asasi
manusia yaitu hal yang sangat fundamental dari
hak asasi manusia kontemporer adalah ide yang
27
Siska Elvandari, Hukum Penyelesaian Sengketa meletakkan semua orang terlahir bebas dan
Medis (Yogyakarta: Thafa Media Cetakan 1, memiliki kesetaraan dalam hak asasi manusia
2015), 9. kesetaraan mensyaratkan adanya perlakuan
28
Aries Harianto Bambang Sunggono, Bantuan yang setara, di mana pada situasi sama harus
Hukum dan Hak Asasi Manusia (Bandung: diperlakukan dengan sama, dan dengan
Mandar Maju, 2009).
327
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

perdebatan, di mana pada situasi yang berbeda manusia sering kali dihadapi dengan
diperlakukan dengan berbeda pula. 29Dalam kemalangan atau keberuntungan. 30
prinsip kesetaraan dalam Hak Asasi Manusia Dalam menjamin hak atas jaminan sosial
dan Undang-Undang terkait bertolak belakang negara bertanggung jawab untuk memenuhi
dengan pemberlakuan jaminan kesehatan yang dan menjamin terwujudnya hak tersebut dan
diberikan oleh negara, Jika melihat pada juga berkewajiban untuk memelihara dan
Undang-undang BPJS (Badan Penyelenggara meningkatkan pelayanan kesehatan yang
Jaminan Sosial) dalam ketentuan Pasal 17 bermutu, merata dan terjangkau oleh seluruh
menyebutkan bahwa setiap peserta Badan lapisan masyarakat. Maka tanggung jawab
Penyelenggara Jaminan Sosial diwajib kan yang harus dipikul oleh pemerintah dalam
untuk membayar iuran. Artinya di sini sektor kesehatan adalah menjamin pemerataan
rakyat/peserta jaminan sosial seakan bagi seluruh masyarakat sesuai kebutuhan serta
dimandirikan dan Negara melepaskan tanggung segala bentuk upaya pelayanan kesehatan untuk
jawab untuk memberikan jaminan sosial terpenuhinya hak masyarakat atas kesehatan.
kepada masyarakat.
Dalam ketentuan Badan Penyelenggara B. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
Jaminan Sosial atas pembayaran iuran sesuai (BPJS)
dengan premi yang dibayarkan, apalagi dengan Sejak 1 Januari 2014 Indonesia telah
dikeluarkannya Peraturan Presiden nomor 64 memulai sistem jaminan kesehatan nasional,
tahun 2020 tentang perubahan kedua atas dimana sistem ini dimaksudkan untuk
peraturan presiden Nomor 82 tahun 2018 memberikan perlindungan sosial khususnya
tentang jaminan kesehatan berkaitan dengan bidang kesehatan untuk seluruh penduduk
kenaikan iuran BPJS kesehatan, dalam Indonesia. Sistem ini dilaksanakan melalui
ketentuan Pasal 34 iuran bagi peserta mandiri skema jaminan sosial yang diselenggarakan
kelas II menjadi 100 ribu per orang, iuran oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
peserta mandiri kelas I yaitu sebesar 150 ribu, (BPJS). 31
namun iuran peserta kelas III baru naik menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
42. 000 per orang bulan 2021, jadi pelayanan merupakan sebuah badan hukum untuk
kesehatan yang diberikan tergantung kelas menyelenggarakan program jaminan sosial
yang terdaftar di kepesertaan jaminan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
kesehatan, sedangkan setiap orang mempunyai memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak
hak yang sama dalam memperoleh akses atas (Pemerintah Republik Indonesia, 2011). BPJS
sumber daya di bidang kesehatan diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan,
Pengakuan jaminan kesehatan atau manfaat, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
jaminan sosial sebagai salah satu bagian dari Indonesia dengan tujuan untuk mewujudkan
Hak Asasi Manusia telah diejawantahkan oleh pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak
negara Republik Indonesia. Hal ini terbukti bagi setiap rakyat Indonesia yang sudah
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 menjadi hak dasar manusia.
tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 41 Ayat (1) Salah satu misi Badan Penyelenggara
undang-undang ini menentukan, bahwa: Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah
“Setiap warga negara berhak atas jaminan memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup
sosial yang dibutuhkan untuk hidup layak serta seluruh Indonesia paling lambat 1 Januari 2019
untuk perkembangan pribadinya secara utuh”. melalui peningkatan kemitraan dengan seluruh
Hak atas jaminan sosial muncul karena pemangku kepentingan dan mendorong
sudah merupakan kodrati bahwa manusia partisipasi masyarakat serta meningkatkan
dalam kehidupannya di dunia ini selalu fana kepatuhan kepesertaan. Upaya mendorong
atau tidak abadi. Dalam kefanaannya itu partisipasi masyarakat dalam rangka mencapai
universal health coverage artinya seluruh
29
Eko Riyadi Rhona K. M Smith, Njal
30
Hostmaelingen, Christian Ranheim, Satya Zaeni Asyhadie, Aspek-Aspek Hukum Jaminan
Arianto, Fajrul Falaakh, Enny Soeprapto, Ifdhal Sosial Tenaga Kerja (Jakarta: Rajawali Pers,
Kasim, Rudi M. Rizki, Suparman Marzuki, 2008), 21–22.
Fadilah Agus, Agung Yudhawiranata, Andrey 31
Hartini Retnaningsih, “Prinsip Portabilitas dalam
Sudjatmoko, Antonio Pradjasto, Sri Wiyanti Program Jaminan Kesehatan Nasional, ” Jurnal
Eddyono, Hukum Hak Asasi Manusia (HAM) Masalah-Masalah Sosial Vol 6, no. 2 (2018):
(Yogyakarta: PUSHAM UII, 2008). 154.
328
Tanggung Jawab Negara Terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM)
Mikho Ardinata

Warga Negara Indonesia wajib terdaftar 2 (dua) BPJS yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
sebagaipeserta JKN-KIS. 32 Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan
Namun dalam praktiknya sebenarnya menyelenggarakan program jaminan kesehatan
masih banyak ditemukan persoalan dalam dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan
pelaksanaan BPJS dengan adanya perbedaan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan
signifikan kualitas pelayanan berdasarkan kelas hari tua, jaminan pensiun dan jaminan
sesuai dengan premi yang dibayar dan serta kematian. Terbentuknya dua BPJS ini
kepuasan pasien antara pasien kelas 1 dan kelas diharapkan secara bertahap akan memperluas
3 yang di bayar oleh pemerintah. Dari jangkauan kepesertaan program jaminan sosial.
34
perbedaan tersebut diketahui hingga sampai
saat ini masih terdapat kekurangan yang harus Maka dari itu Persoalan kepesertaan dan
dievaluasi dan diperharui oleh pemerintah guna disinsentif dalam BPJS Kesehatanamat berkait
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang dengan isu defisit anggaran BPJS Kesehatan
menjadi kewajiban negara. 33 Artinya, untuk menggalang kepesertaan seluruh
Pada masa prapembentukan BPJS, secara masyarakat, regulasi BPJS Kesehatan haruslah
legal formal, Indonesia telah memiliki membuat masyarakat Indonesia mau dan
instrumen hukum berupa peraturan perundang- mampu menjadi peserta BPJS Kesehatan, serta
undangan yang mendukung pembentukan BPJS yang menjadi dasar menurut CESCR General
sebagaimana dimaksud, yakni Undang-Undang comment 3dalam ketentuanPasal 2 (1)
Nomor40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial mewajibkan setiap Negara Pihak untuk
Nasional, dan Undang-Undang Nomor 11Tahun mengambil langkah-langkah yang diperlukan
2005 tentang Pengesahan Internasional "untuk memaksimalkan sumber daya yang
Covenant Economis Social and Cultural Rights tersedia". Agar suatu Negara Pihak dapat
(Kovenan Internasional tentang Hak-Hak mengaitkan kegagalannya untuk memenuhi
Ekonomi Sosial dan Budaya). Termasuk pula setidaknya kewajiban inti minimumnya dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang kurangnya sumber daya yang tersedia, negara
Hak Asasi Manusia, dimana dalam Undang- tersebut harus menunjukkan bahwa setiap
Undang Nomor 39 Tahun 1999, dalam upaya telah dilakukan untuk menggunakan
ketentuan Pasal 8 dinyatakan secara eksplisit semua sumber daya yang ada dalam disposisi
bahwa “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dalam upaya untuk memuaskan, sebagai
dan pemenuhan hak asasi manusia terutama prioritas, kewajiban minimum tersebut.
menjadi tanggung jawab Pemerintah. Adapun kewajiban inti yang harus
Landasan terbentuknya BPJS menurut dilakukan oleh Negara peserta untuk memenuhi
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang tingkat pemenuhan minimum dari setiap hak
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Undang- yang terdapat dalam ICESCR, setidaknya
undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 mencakup. 35
ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor (a) To ensure the right of access to health
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial facilities, goods and services on a non-
Nasional yang mengamanatkan pembentukan discriminatory basis, especially for
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan vulnerable or marginalized groups;
transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), (b) To ensure access to the minimum essential
PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero) food which is nutritionally adequate and
dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Transformasi 34
Trisna Widada, Agus Pramusinto, dan Lutfan
tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, Lazuardi, “Peran Badan Penyelenggara Jaminan
program, aset dan liabilitas, pegawai serta hak Sosial (Bpjs) Kesehatan Dan Implikasinya
dan kewajiban. Undang-Undang ini membentuk Terhadap Ketahanan Masyarakat (Studi Di Rsud
Hasanuddin Damrah Manna Kabupaten
32
Wahyu Kurniawati dan Riris Diana Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu), ” Jurnal
Rachmayanti, “Identifikasi Penyebab Rendahnya Ketahanan Nasional 23, no. 2 (2017): 75.
Kepesertaan JKN pada Pekerja Sektor Informal 35
CESCR, “CESCR General Comment No. 14:
di Kawasan Pedesaan, ” Jurnal Administrasi The Right to the Highest Attainable Standard of
Kesehatan Indonesia Vol 6, no. 1 (2018): 33. Health (Art. 12), ” Adopted at the Twenty-second
33
S Solechan, “Badan Penyelenggara Jaminan Session of the Committee on Economic, Social
Sosial (BPJS) Kesehatan Sebagai Pelayanan and Cultural Rights, on 11 August 2000
Publik, ” Administrative Law & Governance (Contained in Document E/C. 12/2000/4) 2000,
Journal 2, no. 4 (2019): 686–696. no. 14 (2000): 13.
329
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

safe, to ensure freedom from hunger to kesehatan, Undang-Undang 39 tahun 1999


everyone; tentang Hak Asasi Manusia, Undang-undang
(c) To ensure access to basic shelter, housing Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
and sanitation, and an adequate supply of Nasional, dan Undang-Undang Nomor 24
safe and potable water;36 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
d) To provide essential drugs, as from time to Jaminan Kesehatan. Hal ini merupakan bentuk
time defined under the WHO Action kebutuhan pokok rakyat yang dipenuhi oleh
Programme on Essential Drugs; Negara dalam menyejahterakan rakyatnya.
(e) To ensure equitable distribution of all health Penerapan hak atas kesehatan
facilities, goods and services; berdasarkan ICESCR di Indonesia belum
f) To adopt and implement a national public terlaksana secara maksimal. Hal ini terlihat dari
health strategy and plan of action, penerapan dalam hal fasilitas dan tenaga
“Berbicara soal jaminan kesehatan kesehatan, penerapan dalam hal sistem jaminan
artinya kita harus berbicara dalam bingkai kesehatan nasional. Dalam hal fasilitas dan
perspektif HAM”. 37 Sehingga untuk mencapai tenaga kesehatan, permasalahan yang terjadi
cita-cita keadilan sosial, layanan BPJS harus adalah aspek ketersediaan, keterjangkauan,
sesuai dengan kebutuhan warga negara pemerataan, dan kualitas. Hal ini tidak sejalan
(adaptable), kepesertaan BPJS Kesehatan harus dengan ketentuan pasal 12. 1 ICESCR serta
mudah diakses dan tersedia setiap saat komponen-komponen hak atas kesehatan
(accessible), layanan kesehatan harus sebagaimana dijabarkan oleh CESCR. Sistem
memastikan cultural gap dan diskriminasi tidak jaminan kesehatan di Indonesia juga belum
menghambat seseorang untuk mengakses mencapai target yang diharapkan karena masih
layanan kesehatan (available), dan layanan banyak masyarakat yang belum ikut dalam
kesehatan harus menciptakan kepuasan individu program jaminan kesehatan, dan sistem
(acceptable)”. 38 kepesertaan yang seharusnya hanya melibatkan
Sehingga setiap warga negara terjamin masyarakat miskin dan mendekati miskin malah
dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan dapat diikuti oleh masyarakat yang tergolong
yang disediakan oleh negara tanpa adanya menengah, menengah atas bahkan teratas
pembedaan yang bersifat diskriminatif atas Seharusnya program JKN bisa dinikmati
dasar apa pun. 39 seluruh masyarakat, dan harusnya diwacanakan
penghapusan kelas berdasarkan pembayaran
KESIMPULAN premi ini bertentangan dengan prinsip
Bentuk tanggung jawab penuh negara kesetaraan dalam Hak Asasi Manusia, regulasi
terhadap Jaminan kesehatan dimulai dengan ke depannya dibuat harus mengedepankan
diterbitkannya berbagai peraturan internasional beberapa aspek karena pelayanan kesehatan
berupa Kovenan Internasional tentang Hak-hak merupakan kebutuhan pokok masyarakat.
Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Selain itu, kehadiran Badan Penyelenggara
Covenant on Economic, Social, and Cultural Jaminan Kesehatan yang menjadi wadah bagi
Rights), Kovenan Internasional tentang Hak- masyarakat agar mendapatkan pelayanan
hak Sipil dan Politik (International Covenant kesehatan harus diartikulasi dalam bingkai Hak
on Civil and Political Rights) 1966, hingga Asasi Manusia.
peraturan nasional Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, SARAN
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Diharapkan agar dilakukan upaya
reformulasi dalam aspek tanggung jawab
36
CESCR, “CESCR General Comment No. 14: negara terhadap jaminan kesehatan nasional
The Right to the Highest Attainable Standard of dengan prioritas perspektif hak asasi manusia,
Health (Art. 12). ” dimulai dengan penguatan instrumen hukum
37
Abby Gina, “Regulasi BPJS Kesehatan Harus (regulasi) oleh pemangku kewenangan
Diartikulasikan Dalam Bingkai Hak Asasi pembentukan peraturan perundang-undangan,
Manusia, ” Jurnal Perempuan. hingga pada evaluasi atas kekurangan-
38
Ibid. kekurangan dalam tataran
39
Hernadi Affandi, “Implementasi Hak atas Implementasi jaminan kesehatan nasional
Kesehatan Menurut Undang-Undang Dasar
yang diselenggarakan, agar program JKN dapat
1945: antara Pengaturan dan Realisasi Tanggung
Jawab Negara, ” Jurnal Hukum Positum 4, no. 1
benar-benar dinikmati seluruh masyarakat
(2019): 38. sebagaimana yang dicita-citakan, sehingga
330
Tanggung Jawab Negara Terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM)
Mikho Ardinata

perwujudan tanggung jawab negara dalam Anak di Bidang Kesehatan.” Lex Et


perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan Societatis VI, no. 1 (2018): 430–439.
hak atas kesehatan menjadi paripurna. Arinanto, Satya. Indonesia, Hak Asasi Manusia
dalam Transaksi Politik di Indonesia.
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara
UCAPAN TERIMA KASIH
Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Ucapan terima kasih saya sampaikan
2018.
kepada rekan-rekan Fakultas Hukum
Asyhadie, Zaeni. Aspek-Aspek Hukum Jaminan
Universitas Muhammadiyah Bengkulu terutama
Sosial Tenaga Kerja. Jakarta: Rajawali
ketua bagian pidana, ketua bagian perdata yang
Pers, 2008.
memberikan dukungan baik moril maupun
Bambang Sunggono, Aries Harianto. Bantuan
materiil, dan saya ucapkan kepada rekan-rekan
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Bandung:
Kanwil Kementerian Hukum dan HAM yang
Mandar Maju, 2009.
banyak memberikan masukan sehingga dapat
BPJS kesehatan. “PESERTA PROGRAM
menyelesaikan penelitian dan juga keluarga
JKN.” BPJS Kesehatan. Last modified
yang selalu men-support dan mendukung
2020. https://faskes.bpjs-
sehingga penelitian ini selesai tepat pada
kesehatan.go.id/aplicares/#/app/peta.
waktunya.
BPS. “Data dan Informasi Kemiskinan
Kabupaten/ Kota Tahun 2019.” BPS.go.id.
DAFTAR PUSTAKA
CESCR. “CESCR General Comment No. 14:
The Right to the Highest Attainable
Aarons, Lauren, dan Gabor Rona. “State
Standard of Health (Art. 12).” Adopted at
Responsibility to Respect, Protect and
the Twenty-second Session of the
Fulfill Human Rights Obligations in
Committee on Economic, Social and
Cyberspace.” Journal of National Security
Cultural Rights, on 11 August 2000
& Policy 8, no. 2015 (2016): 503–530.
(Contained in Document E/C.12/2000/4)
Afandi, Dedi. “Hak Atas Kesehatan Dalam
2000, no. 14 (2000): 13.
Perspektif HAM.” Jurnal Ilmu
Chong, R. L. “The Right to Health.” Servir
Kedokteran 2 (2008).
(Lisbon, Portugal) 34, no. 5–6 (1986):
Affandi, Hernadi. “Implementasi Hak atas
264–266.
Kesehatan Menurut Undang-Undang
Diantha, I Made Pasek. Metodologi Penelitian
Dasar 1945: antara Pengaturan dan
Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
Realisasi Tanggung Jawab Negara.”
Hukum. Jakarta: Prenada Media, 2016.
Jurnal Hukum Positum 4, no. 1 (2019):
Djanggih, Hardiyanto, dan Yusuf Saefudin.
36.
“Pertimbangan Hakim Pada Putusan
Afifah, Wiwik, dan Deasy N Paruntu.
Praperadilan: Studi Putusan Nomor:
“Perlindungan Hukum Hak Kesehatan
09/PID.PRA/2016/PN.Lwk Tentang
Warga Negara Berdasarkan Undang-
Penghentian Penyidikan Tindak Pidana
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Politik Uang.” Jurnal Penelitian Hukum
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial.”
17, no. 3 (2017): 413–425.
Mimbar Keadilan (2015).
Elsam, Refrensi. “Kesehatan Sebagai Hak Asasi
Afriko, Joni. Hukum Kesehatan (Teori dan
Manusia.” Refrensi HAM. Last modified
Aplikasinya Dilengkapi UU Kesehatan
2015.
dan Keperawatan. Bogor: IN MEDIA,
https://referensi.elsam.or.id/2015/04/keseh
2016.
atan-sebagai-hak-asasi-manusia.
Aida Mardatillah. “Seharusnya kewajiban
———. “Memahami Kesehatan Sebagai Hak
kepesertaan BPJS dititikberatkan pada
Asasi Manusia.” Refrensi HAM.
pemberdayaan masyarakat lemah dan
Elvandari, Siska. Hukum Penyelesaian
tidak mampu.” HukumOnline.Com. Last
Sengketa Medis. Yogyakarta: Thafa Media
modified 2019.
Cetakan 1, 2015.
https://www.hukumonline.com/berita/baca
Gina, Abby. “Regulasi BPJS Kesehatan Harus
/lt5c35a640158bc/aturan-kewajiban-
Diartikulasikan dalam Bingkai Hak Asasi
kepesertaan-bpjs-kesehatan-minta-
Manusia.” Jurnal Perempuan.
dibatalkan/.
Halili. “Hak Asasi Manusia: Dari Teori ke
Annashy, An Nisa Fitriah. “Tanggung Jawab
Pedagogi.” In Buku Ajar. Yogyakarta:
Negara terhadap Perlindungan Hak-Hak
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
331
JURNAL HAM
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020

Yogyakarta, 2015. Lazuardi. “Peran Badan Penyelenggara


Indar, Muh. Alwy Arifin, A. Rizki Amelia, Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dan
Leilani Ismaniar. Hukum dan Bioetik Implikasinya Terhadap Ketahanan
Dalam Perspektif Etika Dan Hukum. Masyarakat (Studi Di Rsud Hasanuddin
Yogyakarta: Deepublish, n.d. Damrah Manna Kabupaten Bengkulu
Kartika, Gita, Adijaya Yusuf, dan Hadi Rahmat Selatan, Provinsi Bengkulu).” Jurnal
Purnama. “Penerapan International Ketahanan Nasional 23, no. 2 (2017): 75.
Covenant on Economic, Social, and Yanto, Fathul Hidayat Fajar. “Tinjauan
Cultural Rights (ICESCR) mengenai Hak Maslahah Mursalah terhadap Pengelolaan
Atas Kesehatan di Indonesia.” Fakultas Dana Investasi pada BPJS (Badan
Hukum Universitas Indonesia (2009): 8. Penyelenggara Jaminan Sosial) dalam PP.
Khariza, Hubaib Alif. “Program Jaminan NO. 87 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Kesehatan Nasional : Studi Deskriptif Aset Jaminan Kesehatan.” Digital Library
Tentang Faktor-Faktor Yang Dapat UIN Sunan Ampel.
Mempengaruhi Keberhasilan http://digilib.uinsby.ac.id/815.
Implementasi Program Jaminan Kesehatan Yustina, Endang Wahyati, Odilia Esem, dan
Nasional.” Kebijakan dan Manajemen Rospita Adelina Siregar. “Prinsip-Prinsip
Publik 3 (2015): 1. Hak Asasi Manusia daalam Pelayanan
Kurniawati, Wahyu, dan Riris Diana Kesehatan dan Perlindungan Hak
Rachmayanti. “Identifikasi Penyebab Kesehatan bagi Orang dengan Gangguan
Rendahnya Kepesertaan JKN pada Jiwa.” Jurnal Kedokteran Indonesia Vol
Pekerja Sektor Informal di Kawasan 6, no. 1 (2020): 10.
Pedesaan.” Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia Vol 6, no. 1 (2018): 33.
Majda El Muhtaj. Dimensi-dimensi HAM:
Mengurai hak ekonomi, sosial, dan
budaya. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum.
Jakarta: Pranata Media, 2005.
Muhtaj, Majda El. Hak Asasi Manusia dalam
Konstitusi Indonesia dari UUD 1945
sampai dengan Perubahan UUD 1945
Tahun 2002. Jakarta: Kencana, 2005.
Retnaningsih, Hartini. “Prinsip Portabilitas
dalam Program Jaminan Kesehatan
Nasional.” Jurnal Masalah-Masalah
Sosial Vol 6, no. 2 (2018): 154.
Rhona K.M Smith, Njal Hostmaelingen,
Christian Ranheim, Satya Arianto, Fajrul
Falaakh, Enny Soeprapto, Ifdhal Kasim,
Rudi M.Rizki, Suparman Marzuki,
Fadilah Agus, Agung Yudhawiranata,
Andrey Sudjatmoko, Antonio Pradjasto,
Sri Wiyanti Eddyono, Eko Riyadi. Hukum
Hak Asasi Manusia (HAM). Yogyakarta:
PUSHAM UII, 2008.
Solechan, S. “Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan Sebagai
Pelayanan Publik.” Administrative Law &
Governance Journal 2, no. 4 (2019): 686–
696.
Viviansari, Disca Betty. “Tanggung Jawab
Negara terhadap Hak Atas Pendidikan
Anak Buruh Migran Indonesia di
Malaysia” 10, no. 3 (2019): 179–194.
Widada, Trisna, Agus Pramusinto, dan Lutfan
332
Tanggung Jawab Negara Terhadap Jaminan Kesehatan dalam Perspektif Hak Asasi Manusia (HAM)
Mikho Ardinata

333

Anda mungkin juga menyukai