Anda di halaman 1dari 552

1

MATA KULIAH PRAKTEK PERENCANAAN KOTA


LAPORAN FAKTA KAWASAN STRATEGIS KECAMATAN GENTENG

Dosen Pembimbing:
Putu Gde Ariastita, ST, MT
I Dewa Made Frendika Septanaya, ST, MT, MSc, PhD

Disusun oleh:
Maharani Galih Kartikasari 5015211053

Willy Wafa Dwijaya 5015211059

Resia Pritasari 5015211121

Sayyid Maulana Nuramadhan 5015211122

Ahmad Zaky Mubaarok Mauludi 5015211119

Hilmy Halim Hibatullah Adhya 5015211131

Fadil Handika Prasetyo 5015211133

Melody Talitha Nabilla Maulida 5015211136

Srikandi Belapertiwi 5015211137

Grace Eirene Sinaga 5015211139

Masyitha Fridamevia 5015211148

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2023

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya yang telah melimpahkan berkah serta kekuatan dalam
menyelesaikan makalah ini, berjudul "Laporan Fakta Praktek Perencanaan Kota pada
Kecamatan Genteng Kota Surabaya," dengan baik. Makalah ini menjadi sebuah wadah bagi
penulis untuk menyajikan hasil kompilasi data hasil survei yang telah dilakukan di wilayah
studi yang mendalam.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Putu
Gde Ariastita, ST, MT dan Bapak I Dewa Made Frendika Septanaya, ST, MT, MSc, PhD,
yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam proses
penyusunan makalah ini. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan penghargaan kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, informasi, dan dukungan selama proses
pengumpulan data dan penelitian.

Penulis sadar bahwa laporan ini masih memiliki potensi untuk penyempurnaan, baik
dalam hal penyusunan maupun materi. Oleh karena itu, penulis dengan tulus mengundang
pembaca untuk memberikan kritik, saran, dan tanggapan yang konstruktif demi
meningkatkan kualitas laporan ini. Akhir kata, penulis berharap laporan fakta ini dapat
memberikan wawasan dan manfaat yang berharga kepada pembaca serta menjadi kontribusi
kecil dalam pengembangan pemahaman tentang perencanaan kota. Semoga makalah ini dapat
memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi semua pihak yang tertarik dalam bidang ini.
Terima kasih.

Surabaya, 10 September 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang 15


1.2 Rumusan Masalah 16
1.3 Tujuan 16
1.4 Sasaran 17
1.5 Ruang Lingkup 17
1.5.1 Lingkup Kawasan Perencanaan 17
1.5.2 Ruang Lingkup Perencanaan 17
2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surabaya 2005 - 2025
18
2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Surabaya Tahun 2021 – 2026
19
2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034 21
2.3.1 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota Surabaya 23
2.3.2 Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang RTRW Kota Surabaya 25
2.4 Review Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan Tunjungan (RDTR UP)
Kota Surabaya Tahun 2011 35
2.4.1 Rencana Struktur Ruang Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan
Tunjungan (RDTR UP) Kota Surabaya Tahun 2011 37
2.4.2 Rencana Fasilitas dan Pola Ruang Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan
Tunjungan (RDTR UP) Kota Surabaya Tahun 2011 42
2.5 Kebijakan Sektoral Wilayah Perencanaan 45
2.6 Sintesis Kebijakan 51
3.1 Kondisi Administrasi 52
3.1.1 Wilayah Delineasi 52
3.1.2 Pembagian Blok Wilayah Perencanaan 54
3.2 Aspek Fisik Dasar 57
3.2.1 Topografi Wilayah 57
3.2.2 Geologi dan Jenis Tanah 60
3.2.3 Hidrologi 63
3.2.4 Klimatologi 65
3.2.4.1 Suhu 68
3.2.4.2 Kecepatan Angin 68
3.2.4.3 Curah Hujan 69
3.2.3 Bencana 70
3.3 Aspek Tata Guna Lahan dan Intensitas Pemanfaatan Ruang 79
3.3.1 Penggunaan Lahan Eksisting 79
3.3.2 Intensitas Pemanfaatan Ruang 88
3.3.2.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 88
3.3.2.2 Koefisien Dasar Hijau (KDH) 101
3.3.2.3 Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 113

4
3.3.2.4 Garis Sempadan Bangunan (GSB) 128
3.3.3 Hak Guna Lahan 141
3.4 Aspek Kependudukan 155
3.4.1 Jumlah Penduduk 155
3.4.2 Persebaran Penduduk 155
3.4.3 Komposisi Penduduk 157
3.4.4 Pertumbuhan Penduduk 162
3.4.4.1 Angka Kelahiran 162
3.4.4.2 Angka Kematian 163
3.4.4.3 Migrasi 164
3.4.5 Karakteristik Masyarakat 166
3.5 Aspek Ekonomi 167
3.5.1 Produk Domestik Regional Bruto 167
3.5.1.1 PDRB ADHK 167
3.5.2 Investasi 173
3.5.2.1 PMA Kota Surabaya 174
3.5.2.2 PMDN Kota Surabaya 176
3.5.3 Kegiatan Ekonomi 177
3.5.3.1 Sektor Primer 178
3.5.3.2 Sektor Sekunder 178
3.5.3.3 Sektor Tersier 178
3.5.4 Kesejahteraan Masyarakat 178
3.5.4.1 Tingkat Kesejahteraan 179
3.5.4.2 Tingkat Kemiskinan 180
3.6 Aspek Sarana 180
3.6.1 Sarana Pendidikan 180
3.6.2 Sarana Kesehatan 190
3.6.3 Sarana Peribadatan 198
3.6.4 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Publik 208
3.6.5 Sarana Perdagangan dan Jasa 216
3.6.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi 222
3.6.7 Sarana RTH dan Olahraga 231
3.7 Aspek Prasarana 236
3.7.1 Jaringan Drainase 236
3.7.2 Jaringan Air Bersih 267
3.7.3 Jaringan Air Limbah 275
3.7.4 Jaringan Persampahan 281
3.7.5 Jaringan Listrik 287
3.7.6 Jaringan Telekomunikasi 295
3.8 Aspek Transportasi 302
3.8.1 Jaringan Jalan 302
3.8.2 Pola Pergerakan 306

5
3.8.3 Jenis dan Kondisi Perkerasan Jalan 307
3.8.4 Geometrik Jalan 308
3.8.5 Sarana dan Prasarana Transportasi 311
3.8.5.1 Jalur Pejalan Kaki 311
3.8.5.2 Parkir 315
3.8.5.3 Jembatan Penyebrangan 317
3.8.5.4 Halte 317
3.8.5.5 Rambu Lalu Lintas 322
3.8.5.6 Jalur Pesepeda 324
3.8.6 Karakteristik Angkutan Umum 325
3.9 Aspek Kelembagaan 332
3.9.1 Jumlah dan jenis kelembagaan 332
3.9.2 Peran Dan Fungsi Kelembagaan 333
3.9.3 Program dan Penanggung Jawab 342
4.1 Analisis Struktur Internal WP 343
4.1.1 Analisis Sistem Pusat Pelayanan WP 343
4.1.2 Analisis Jaringan Jalan 354
4.1.3 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang 356
4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan (Land Use) 356
4.2.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting 356
4.2.2 Analisis Run-Off/Limpasan Air Hujan 356
4.3 Analisis Kedudukan Dan Peran WP dalam Wilayah Yang Lebih Luas 359
4.3.1 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sosial Budaya dan Demografi BWP Pada
Wilayah yang Lebih Luas 359
4.3.1.1 Metode Pengumpulan Data 359
4.3.1.2 Metode Analisis 361
4.3.2 Analisis Kependudukan dan Keterkaitan Ekonomi BWP Pada Wilayah yang Lebih
Luas 372
4.3.3. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sistem Prasarana Wilayah Perencanaan
dengan Wilayah yang Lebih Luas 372
4.3.4. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Aspek Lingkungan 372
4.3.5. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Aspek Pendanaan WP 372
4.4 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan WP 372
4.4.1 Metode Pengumpulan Data 372
4.4.2 Metode Analisis 373
4.4.2.1 Analisis Sumber Daya Air 373
4.4.2.2 Analisis Sumber Daya Tanah 376
4.4.2.3 Analisis Topografi dan Kelerengan 380
4.4.2.4 Analisis Geologi Lingkungan 384
4.4.2.5 Analisis Klimatologi 390
4.4.2.6 Analisis Sumber Daya Alam (Zona Lindung) 395
4.4.2.7 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Wilayah Lainnya (Zona Budidaya) 399
1. Zona Perkebunan Rakyat (KR) 399
4.4.2.8 Analisis Kemampuan Lahan 402

6
4.5 Analisis Sosial Budaya 405
4.6 Analisis Kependudukan 406
4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan 415
4.7.1 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan 415
4.7.2 Analisis Ketenagakerjaan 415
4.8 Analisis Transportasi (Pergerakan) 415
4.8.1 Analisis Sistem Kegiatan 415
4.8.2 Analisis Sistem Jaringan 416
4.8.3 Analisis Sistem Pergerakan 426
4.8.3.1 Traffic Analysis Zone 426
4.8.3.2 Four Step Model Eksisting 430
4.8.3.3 Four Step Model Proyeksi 442
1. Moda Split 448
4.9 Analisis Sumber Daya Buatan 453
4.9.1 Analisis Kebutuhan Sarana 453
4.9.2 Analisis Kebutuhan Prasarana 488
4.10 Analisis Kebijakan 531
4.10.1 Kebijakan Non-Sektoral 531
4.10.2 Kebijakan Sektoral 535
4.11 Analisis Kelembagaan 535
4.11.1 Kelembagaan Formal 535
4.11.2 Kelembagaan Fungsional 540
4.11.3 Kelembagaan Kecamatan 543
4.11.4 Kelembagaan Masyarakat 550
4.11.5 Skema Kerjasama antar Kelembagaan Guna Potensi Utama Perdagangan dan
Jasa serta Budaya 550
4.12 Analisis Pembiayaan Pembangunan 552
4.12.1 Pendapatan Daerah Kota Surabaya 552
4.12.2 Belanja Daerah Kota Surabaya 557
4.12.3 Pengeluaran Daerah 561
4.12.4 Perhitungan Kerangka Pendapatan 564
4.12.4 Perhitungan Kerangka Pendapatan 573

7
DAFTAR PETA

Peta 2.1 Rencana Pusat Kegiatan Kota Surabaya 31


Peta 2.2 Rencana Struktur Ruang Kota Surabaya 32
Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Kota Surabaya 33
Peta 2.4 Jangkauan Pelayanan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya 48
Peta 2.5 Pelayanan Instalasi Produksi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya 49
Peta 3.1.1 Delineasi Wilayah Perencanaan 52
Peta 3.1.2 Pembagian Blok Wilayah Perencanaan 55
Peta 3.2.1 Kelerengan Kawasan Perencanaan 58
Peta 3.2.2 Ketinggian Kawasan Perencanaan 59
Peta 3.2.3 Jenis Tanah Kawasan Perencanaan 61
Peta 3.2.4 Jenis Batuan Kawasan Perencanaan 62
Peta 3.2.5 Daerah Aliran Sungai Kawasan Perencanaan 64
Peta 3.2.6 Curah Hujan Kawasan Perencanaan 66
Peta 3.2.7 Risiko Gempa Bumi Kawasan Perencanaan 72
Peta 3.2.8 Risiko Kekeringan Kawasan Perencanaan 73
Peta 3.2.9 Risiko Cuaca Ekstrim Kawasan Perencanaan 74
Peta 3.2.10 Risiko Banjir Kawasan Perencanaan 75
Peta 3.2.11 Risiko Likuifaksi Kawasan Perencanaan 76
Peta 3.2.12 Risiko Multi Bencana Kawasan Perencanaan 77
Peta 3.3.1 Peta Penggunaan Lahan Blok I WP 80
Peta 3.3.2 Peta Penggunaan Lahan Blok II WP 81
Peta 3.3.3 Peta Penggunaan Lahan Blok III WP 83
Peta 3.3.4 Peta Penggunaan Lahan Blok IV WP 84
Peta 3.3.5 Peta Penggunaan Lahan Blok V WP 85
Peta 3.3.6 Peta Penggunaan Lahan Blok VI WP 86
Peta 3.3.7 Peta Penggunaan Lahan Blok VII WP 87
Peta 3.3.8 Koefisien Dasar Bangunan Blok I WP 89
Peta 3.3.9 Koefisien Dasar Bangunan Blok II WP 90
Peta 3.3.10 Koefisien Dasar Bangunan Blok III WP 92
Peta 3.3.11 Koefisien Dasar Bangunan Blok IV WP 94
Peta 3.3.12 Koefisien Dasar Bangunan Blok V WP 96
Peta 3.3.13 Koefisien Dasar Bangunan Blok VI WP 98
Peta 3.3.14 Koefisien Dasar Bangunan Blok VII WP 100
Peta 3.3.15 Koefisien Dasar Hijau Blok I WP 102
Peta 3.3.16 Koefisien Dasar Hijau Blok II WP 104
Peta 3.3.17 Koefisien Dasar Hijau Blok III WP 105
Peta 3.3.18 Koefisien Dasar Hijau Blok IV WP 107
Peta 3.3.19 Koefisien Dasar Hijau Blok V WP 108

8
Peta 3.3.20 Koefisien Dasar Hijau Blok VI WP 110
Peta 3.3.21 Koefisien Dasar Hijau Blok VII WP 112
Peta 3.3.22 Koefisien Lantai Bangunan Blok I WP 114
Peta 3.3.23 Koefisien Lantai Bangunan Blok II WP 116
Peta 3.3.24 Koefisien Lantai Bangunan Blok III WP 118
Peta 3.3.25 Koefisien Lantai Bangunan Blok IV WP 120
Peta 3.3.26 Koefisien Lantai Bangunan Blok V WP 122
Peta 3.3.27 Koefisien Lantai Bangunan Blok VI WP 124
Peta 3.3.28 Koefisien Lantai Bangunan Blok VII WP 126
Peta 3.3.29 Garis Sempadan Bangunan Blok I WP 129
Peta 3.3.30 Garis Sempadan Bangunan Blok II WP 131
Peta 3.3.31 Garis Sempadan Bangunan Blok III WP 132
Peta 3.3.32 Garis Sempadan Bangunan Blok IV WP 134
Peta 3.3.33 Garis Sempadan Bangunan Blok V WP 136
Peta 3.3.34 Garis Sempadan Bangunan Blok VI WP 138
Peta 3.3.35 Garis Sempadan Bangunan Blok VII WP 140
Peta 3.3.36 Hak Guna Lahan Blok I WP 142
Peta 3.3.37 Hak Guna Lahan Blok II WP 144
Peta 3.3.38 Hak Guna Lahan Blok III WP 146
Peta 3.3.39 Hak Guna Lahan Blok IV WP 148
Peta 3.3.40 Hak Guna Lahan Blok V WP 150
Peta 3.3.41 Hak Guna Lahan Blok VI WP 152
Peta 3.3.42 Hak Guna Lahan Blok VII WP 154
Peta 3.2.1 Kepadatan Penduduk Kecamatan Genteng Tahun 2022 156
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 157
b. Jumlah Penduduk Menurut Agama 157
c. Jumlah Penduduk Menurut Umur 158
e. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 160
Peta 3.6.1 Persebaran Sarana Pendidikan Blok I 183
Peta 3.6.2 Persebaran Sarana Pendidikan Blok II 184
Peta 3.6.3 Persebaran Sarana Pendidikan Blok III 185
Peta 3.6.4 Persebaran Sarana Pendidikan Blok IV 186
Peta 3.6.5 Persebaran Sarana Pendidikan Blok V 187
Peta 3.6.6 Persebaran Sarana Pendidikan Blok VI 188
Peta 3.6.7 Persebaran Sarana Pendidikan Blok VII 189
Peta 3.6.8 Persebaran Sarana Kesehatan Blok I 192
Peta 3.6.9 Persebaran Sarana Kesehatan Blok II 193
Peta 3.6.10 Persebaran Sarana Kesehatan Blok III 194
Peta 3.6.11 Persebaran Sarana Kesehatan Blok IV 195
Peta 3.6.12 Persebaran Sarana Kesehatan Blok V 196
Peta 3.6.13 Persebaran Sarana Kesehatan Blok VII 197

9
Peta 3.6.14 Persebaran Sarana Peribadatan Blok I 200
Peta 3.6.15 Persebaran Sarana Peribadatan Blok II 202
Peta 3.6.16 Persebaran Sarana Peribadatan Blok III 203
Peta 3.6.17 Persebaran Sarana Peribadatan Blok IV 205
Peta 3.6.18 Persebaran Sarana Peribadatan Blok V 206
Peta 3.6.19 Persebaran Sarana Peribadatan Blok VII 207
Peta 3.6.20 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok I 210
Peta 3.6.21 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok II 211
Peta 3.6.22 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok III 212
Peta 3.6.23 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok IV 214
Peta 3.6.24 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok V 215
Peta 3.6.25 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok I 218
Peta 3.6.25 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok I 224
Peta 3.6.27 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok II 226
Peta 3.6.28 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok III 227
Peta 3.6.29 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok IV 228
Peta 3.7.1 Jaringan Prasarana Drainase Blok I 251
Peta 3.7.2 Jaringan Prasarana Drainase Blok II 253
Peta 3.7.3 Jaringan Prasarana Drainase Blok III 255
Peta 3.7.4 Jaringan Prasarana Drainase Blok IV 257
Peta 3.7.5 Jaringan Prasarana Drainase Blok V 259
Peta 3.7.6 Jaringan Prasarana Drainase Blok VI 261
Peta 3.7.7 Jaringan Prasarana Drainase Blok VII 263
Peta 3.7.8 Jaringan Air Bersih Blok 1 Kecamatan Genteng 269
Peta 3.7.9 Jaringan Air Bersih Blok 2 Kecamatan Genteng 270
Peta 3.7.10 Jaringan Air Bersih Blok 3 Kecamatan Genteng 271
Peta 3.7.11 Jaringan Air Bersih Blok 4 Kecamatan Genteng 273
Peta 3.7.12 Jaringan Prasarana Air Limbah Blok IV 277
Peta 3.7.13 Jaringan Prasarana Air Limbah Blok V 279
Peta 3.7.14 Jaringan Persampahan Blok 4 Kecamatan Genteng 283
Peta 3.7.15 Jaringan Persampahan Blok 3 dan 5 Kecamatan Genteng 285
Peta 3.7.16 Jaringan Listrik Blok 1-2 Kecamatan Genteng 289
Peta 3.7.17 Jaringan Listrik Blok 3-6 Kecamatan Genteng 291
Peta 3.7.18 Jaringan Listrik Blok 5-7 Kecamatan Genteng 293
Peta 3.7.19 Jaringan Telekomunikasi Blok 1 Kecamatan Genteng 296
Peta 3.7.20 Jaringan Telekomunikasi Blok 2-4 Kecamatan Genteng 298
Peta 3.7.21 Jaringan Telekomunikasi Blok 5 Kecamatan Genteng 300
Peta 3.8.1 Peta Jaringan Jalan WP 304
Peta 3.8.2 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok I WP 312
Peta 3.8.3 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok II WP 312
Peta 3.8.4 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok III WP 313

10
Peta 3.8.5 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok IV WP 313
Peta 3.8.6 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok V WP 314
Peta 3.8.7 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok VI WP 314
Peta 3.8.8 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok VII WP 315
Peta 3.8.9 Peta Sebaran Halte Blok I WP 318
Peta 3.8.10 Peta Sebaran Halte Blok II WP 319
Peta 3.8.11 Peta Sebaran Halte Blok III WP 319
Peta 3.8.12 Peta Sebaran Halte Blok IV WP 320
Peta 3.8.13 Peta Sebaran Halte Blok V WP 320
Peta 3.8.14 Peta Sebaran Halte Blok VI WP 321
Peta 3.8.15 Peta Sebaran Halte Blok VII WP 321
Peta 3.8.16 Peta Rute Suroboyo Bus (Koridor Purabaya-Rajawali) 328
Peta 3.8.17 Peta Rute Suroboyo Bus (Bus Tumpuk) 329
Peta 3.8.18 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD01) 329
Peta 3.8.19 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD02) 330
Peta 3.8.20 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD07) 330
Peta 3.8.21 Peta Rute Teman Bus (Trans Semanggi Suroboyo) 331
Peta 4.1.1 Pusat Pelayanan WP Genteng 353
Peta 4.4.1 Peta SKL Ketersediaan Air Kawasan Perencanaan 375
Peta 4.4.2 Peta SKL Drainase Kawasan Perencanaan 379
Sumber: Analisis Penulis 379
Peta 4.4.3 Peta SKL Morfologi Kawasan Perencanaan 383
Peta 4.4.4 Peta SKL Terhadap Erosi Kawasan Perencanaan 387
Peta 4.4.5 Peta SKL Kestabilan Lereng Kawasan Perencanaan 389
Peta 4.4.6 Peta SKL Pembuangan Limbah Kawasan Perencanaan 392
Peta 4.4.7 Peta SKL Terhadap Bencana Alam Kawasan Perencanaan 394
Peta 4.4.8 Peta SKL Kestabilan Pondasi Kawasan Perencanaan 398
Peta 4.4.9 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan 401
Peta X Traffic Analysis Zone 428
Peta X Bangkitan Eksisting 433
Peta 4.9.1 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan TK 456
Peta 4.9.2 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SD 458
Peta 4.9.3 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SMP 459
Peta 4.9.4 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SMA 461
Peta 4.9.5 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Puskesmas 467
Peta 4.9.6 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Apotek 469

11
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.1 Rencana Pengembangan Unit Distrik Genteng 39


Gambar 2.2.2 Perbandingan Persentase Kondisi Eksisting dan Perencanaan 46
Gambar 3.3.1 Penggunaan Lahan Eksisting Wilayah Perencanaan 80
Gambar 3.3.2 Bangunan KDB 40-60% 89
Gambar 3.3.3 Bangunan KDB 80-100% 89
Gambar 3.3.4 Bangunan KDB 0-20% 89
Gambar 3.3.5 Ruang dengan KDH 0-20% 102
Gambar 3.3.6 Ruang KDH 80-100% 102
Gambar 3.3.7 Bangunan KLB >4 114
Gambar 3.3.8 Bangunan KLB 1-2 114
Gambar 3.3.9 GSB Berjarak 0-10 meter 129
Gambar 3.3.10 GSB Berjarak 11-20 meter 129
Grafik 3.5.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2018-2022
171
Grafik 3.5.2 Analisis Pola Persebaran Pertumbuhan Ekonomi 172
Gambar 3.6.1 Sarana Pendidikan Kecamatan Genteng 182
Gambar 3.6.2 Sarana Kesehatan Kecamatan Genteng 192
Gambar 3.6.3 Sarana Peribadatan Kecamatan Genteng 199
Gambar 3.6.4 Sarana Pemerintahan Kecamatan Genteng 210
Gambar 3.6.5 Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Genteng 218
Gambar 3.6.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Kecamatan Genteng 223
Gambar 3.6.7 Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga Kecamatan Genteng
233
Gambar 3.7.1 Bangunan Pelengkap Drainase Kecamatan Genteng 267
Gambar 3.7.2 Kondisi Jaringan Air Limbah Kecamatan Genteng 277
Gambar 3.7.3 Tempat Pembuangan Sementara Jl. Simpang Dukuh 283
Gambar 3.7.4 Tempat Pembuangan Sementara Jl. Kayoon 283
Gambar 3.8.1 Jalur Pejalan Kaki di Jl. Jimerto 312
Gambar 3.8.2 Off Street Parking di Jalan Embong Malang 317
Gambar 3.8.3 On Street Parking di Jalan Wijaya Kusuma 317
Gambar 3.8.4 Jembatan Penyeberangan Orang di Jalan Gubernur Suryo 318
Gambar 3.8.5 Halte di Jalan Kusuma Bangsa 319
Gambar 3.8.6 Rambu Peringatan di Jl. Panglima Sudirman 324
Gambar 3.8.7 Rambu Perintah di Jl. Tunjungan 324
Gambar 3.8.8 Rambu Petunjuk di Jl. Tunjungan 325
Gambar 3.8.9 Rambu Petunjuk di Jl. Ambengan 325
Gambar 4.3.1 Piramida Penduduk Kecamatan Genteng Tahun 2022 367
Gambar 4.6.1 Piramida Penduduk Kecamatan Genteng Tahun 2022 412
Gambar X Ilustrasi Pola Jaringan Jalan di Kecamatan Genteng 419

12
Gambar 4.9.1 Kebutuhan sarana pendidikan WP Genteng 455
Gambar 4.10.1 Kompilasi Kebijakan Non-Sektoral WP Genteng 534
Gambar 4.11.1 Bagan Organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya 536
Gambar 4.11.2 Struktur Organisasi Tingkat Kecamatan Genteng Kota
Surabaya 544
Gambar 4.11.3 Struktur Organisasi Tingkat Kecamatan Genteng Kota
Surabaya 2023 545
Gambar 4.11.3 Skema Kerjasama Kelembagaan Kecamatan Genteng 551

13
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2.1 Visi Misi Kota Surabaya 21


Tabel 2.2.2 Kebijakan dan strategi pembangunan Kota Surabaya
berdasarkan Peraturan Daerah No 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034 pada UP VI Tunjungan.
25
Tabel 2.2.3 Rencana struktur ruang Kota Surabaya berdasarkan Peraturan
Daerah No 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Surabaya tahun 2014-2034 pada UP VI Tunjungan. 27
Tabel 2.2.4 Rencana pola ruang Kota Surabaya berdasarkan Peraturan
Daerah No 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Surabaya tahun 2014-2034 pada UP VI Tunjungan. 29
Tabel 2.2.5 Review RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011 38
Tabel 2.2.6 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan dan Utilitas 42
Tabel 2.2.7 Rencana Fasilitas pada RDTRK UP VI Tunjungan 44
Tabel 3.1.1 Luas Pembagian Blok Wilayah Perencanaan 56
Tabel 3.2.1 Kelembapan dan Temperatur Kecamatan Genteng Tahun 2022
70
Sumber : BPS Kecamatan Genteng 2022 70
Tabel 3.2.2 Kecepatan Angin dan Tekanan Udara Kecamatan Genteng
Tahun 2022 71
Sumber : BPS Kecamatan Genteng 2022 71
Tabel 3.2.3 Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan, dan Lama Penyinaran
Kecamatan Genteng Tahun 2022 72
Sumber : BPS Kecamatan Genteng 2022 72
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Genteng dan Tegalsari Tahun
2017-2021 157
Tabel 3.2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Genteng dan Tegalsari Tahun
2022 157
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Genteng
dan Tegalsari Tahun 2022 159
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama Kecamatan Genteng dan
Tegalsari Tahun 2022 160
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kecamatan Genteng Tahun
2021 160
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kecamatan Genteng
Tahun 2021 161
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kecamatan Genteng
Tahun 2021 162
Tabel 3.2 Angka Kelahiran Kecamatan Genteng Tahun 2021 165
Tabel 3.2 Angka Kematian Kecamatan Genteng Tahun 2021 165
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Pindah Kecamatan Genteng Tahun 2021 166
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021 168

14
Tabel 3.5.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah),
2018-2022 170
Tabel 3.5.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kota Surabaya Tahun
2018-2022 174
Tabel 3.5.3 PMA Sektor Kota Surabaya 176
Tabel 3.5.4 PMDN Sektor Kota Surabaya 178
Tabel 3.6.1 Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Genteng 182
Tabel 3.6.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Genteng 192
Tabel 3.6.3 Jumlah Sarana Peribadatan Kecamatan Genteng 200
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka dan Google Maps, 2023 200
Tabel 3.6.4 Jumlah Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Publik di
Kecamatan Genteng 210
Sumber: Google Maps, 2023 210
Tabel 3.6.5 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Genteng
218
Tabel 3.6.6 Jumlah Sarana Kebudayaan dan Rekreasi di Kecamatan
Genteng 224
Tabel 3.6.7 Jumlah Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga di
Kecamatan Genteng 233
Tabel 3.7.3 Jumlah Keluarga Pengguna PLN 290
Tabel 3.8.1 Klasifikasi Jaringan Jalan Menurut Fungsi Jalan 306
Tabel 3.8.2 Panjang Jalan Menurut Fungsi Jalan 307
Tabel 3.8.3 Kondisi Perkerasan Jalan Kecamatan Genteng 309
Tabel 3.8.4 Geometrik Jalan Kecamatan Genteng 311
Tabel 3.8.5 Rute Trayek Angkutan Umum yang Melewati Kecamatan
Genteng 328
Tabel 4.2.1. Koefisien Limpasan Air di Kawasan Perkotaan Genteng 360
Tabel 4.3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044 364
Tabel 4.3.2 Proyeksi Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044 365
Tabel 4.3.3 Sex Ratio Wilayah Perencanaan Tahun 2022 366
Tabel 4.3.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur Wilayah
Perencanaan Tahun 2024-2044 367
Tabel 4.3.5 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Agama Wilayah
Perencanaan Tahun 2024-2044 369
Tabel 4.3.6 Angka Kelahiran Kecamatan Genteng Tahun 2021 370
Tabel 4.3.7 Angka Kematian Kecamatan Genteng Tahun 2021 371
Tabel 4.3.8 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
371
Tabel 4.3.9 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
373
Tabel 4.4.1 Karakteristik drainase tanah beserta nilai satuan kemampuan
lahan 379
Tabel 4.4.2 Persebaran jenis tanah di Kawasan Perkotaan Genteng 379

15
Tabel 4.4.3 Klasifikasi Kemiringan Lereng dengan Nilai Satuan
Kemampuan Lahan 382
Tabel 4.4.4 Persebaran topografi di Kawasan Perkotaan Genteng 383
Tabel 4.4.5 Kelas Kekerasan Batuan Geologi dengan Nilai Satuan
Kemampuan Lahan 387
Tabel 4.4.6 Persebaran Formasi Geologi Kawasan Perkotaan Genteng
387
Tabel 4.4.7 Kelas Curah Hujan dengan Nilai Satuan Kemampuan Lahan
392
Tabel 4.4.8 Persebaran Curah Hujan Kawasan Perkotaan Genteng 392
Tabel 4.4.9 Bobot dari tiap Satuan Kemampuan Lahan 404
Tabel 4.4.10 Persebaran Kemampuan Lahan Kawasan Perkotaan
Genteng 405
Tabel 4.6.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044 409
Tabel 4.6.2 Proyeksi Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044 410
Tabel 4.6.3 Sex Ratio Wilayah Perencanaan Tahun 2022 411
Tabel 4.6.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur Wilayah
Perencanaan Tahun 2024-2044 411
Tabel 4.6.5 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Agama Wilayah
Perencanaan Tahun 2024-2044 413
Tabel 4.6.6 Angka Kelahiran Kecamatan Genteng Tahun 2021 415
Tabel 4.6.7 Angka Kematian Kecamatan Genteng Tahun 2021 416
Tabel 4.6.8 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
416
Tabel 4.6.9 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
417
Tabel X Skala Pelayanan Sistem Kegiatan 417
Tabel X Standar Minimum Sistem Jaringan, Fungsi, dan Dimensi Jalan
421
Tabel X Sampel Kesesuaian Sistem Jaringan,Fungsi, dan Dimensi Jalan
dengan Standar Minimum Kecamatan Genteng 2023 422
Tabel XX Karakteristik Sampel Ruas Jalan dalam Analisis Volume Lalu
Lintas Kecamatan Genteng tahun 2023 422
Tabel X Hasil Traffic Counting Pukul 10.00-11.00 424
Tabel X Hasil Traffic Counting Pukul 13.00-14.00 424
Tabel X Data Trip Production 432
Tabel X Model Trip Production 433
Tabel X Data Trip Attraction 433
Tabel X Model Trip Production 434
Tabel 4.9.1 Standar pelayanan sarana pendidikan 455
Tabel 4.9.2 Kapasitas Sarana Pendidikan 457
Tabel 4.9.3 Kebutuhan Lahan Sarana Pendidikan 457
Tabel 4.9.4 Standar pelayanan sarana kesehatan 465
Tabel 4.9.5 Kapasitas Sarana Kesehatan 467
Tabel 4.9.6 Kebutuhan Lahan Sarana Kesehatan 467

16
Tabel 4.9.6 Kapasitas Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum 479
Tabel 4.9.7 Standar Jangkauan Sarana Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 480
Tabel 4.4.10 Analisis Proyeksi Kebutuhan Drainase tahun 2024-2044 490
Tabel 4.4.11 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Bersih tahun 2024-2044 495
Tabel 4.4.12 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Minum tahun 2024-2044 500
Tabel 4.4.13 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Limbah tahun 2024-2044
505
Tabel 4.4.14 Analisis Proyeksi Kebutuhan Listrik tahun 2024-2044 520
Tabel 4.4.15 Perbandingan Jumlah Kebutuhan Listrik tahun 2024-2044
525
Tabel 4.4.16 Analisis Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi tahun
2024-2044 528
Tabel 4.10.1 Kompilasi Kebijakan Non-Sektoral WP Genteng 532
Tabel 4.11.1 Tugas dari Pegawai Pemerintahan Kecamatan 547
Tabel x.x Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kota
Surabaya Tahun 2016-2020 554
Tabel x.x Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah Kota
Surabaya Tahun 2016-2020 558
Tabel x.x Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan
Daerah Kota Surabaya Tahun 2016-2020 562
Tabel x.x Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk
Mendanai Pembangunan Daerah Kota Surabaya Tahun 2021-2026 565
Tabel x.x Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
Daerah (Proyeksi Penerimaan Daerah) Kota Surabaya 567
Tabel x.x Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
2021 sampai dengan Tahun 2026 Kota Surabaya 568
Tabel x.x Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah 575
Tabel x.x Kriteria Penilaian Ketergantungan Daerah 576
Tabel x.x Perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan 577
Tabel x.x Kriteria Penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal 578
Tabel x.x Perhitungan Rasio Desentralisasi Fiskal 579
Tabel x.x Perhitungan Rasio Efektivitas PAD 580

17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyusunan perencanaan perkotaan harus ditingkatkan untuk meningkatkan
produktivitas dan mendukung berbagai sektor, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 20 Tahun 2011. Di setiap wilayah perkotaan dan kawasan strategis
kabupaten/kota, perencanaan diatur melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
kabupaten/kota. RTRW kabupaten/kota adalah rencana tata ruang umum untuk wilayah
kabupaten/kota, yang merupakan rincian dari RTRW Provinsi. Dokumen ini mencakup
tujuan, kebijakan, strategi tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah
kabupaten/kota, rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota, penetapan kawasan strategis
kabupaten/kota, panduan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan aturan
pengendalian penggunaan ruang wilayah kabupaten/kota. Rencana Detail Tata Ruang
berfungsi sebagai pedoman untuk pembangunan di suatu daerah. Dengan perubahan
penggunaan lahan, akan terlihat sejauh mana rencana pemerintah setempat sesuai dengan
situasi di lapangan.
Rencana tata ruang menjadi landasan untuk penggunaan ruang dan program
pembangunan di suatu daerah. Selama proses implementasi penggunaan ruang, rencana tata
ruang memberikan arahan dan izin penggunaan ruang, sehingga penggunaan ruang selalu
sesuai dengan rencana tata ruang. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang mengatur tingkat penataan ruang baik dalam konteks wilayah administrasi (nasional,
provinsi, kota, dan kabupaten) maupun dalam tingkat kedetailan, termasuk rencana umum
dan rencana rinci.
Di Kota Surabaya, Rencana Tata Ruang Wilayah mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Rencana rinci kemudian
disusun dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kota. Kota Surabaya, terkenal sebagai pusat perdagangan dan jasa,
memiliki wilayah Kecamatan Genteng yang secara dominan digunakan untuk perdagangan
dan jasa. Wilayah ini dipenuhi dengan aktivitas perdagangan dan jasa, termasuk bangunan
perkantoran, pusat perbelanjaan, pasar, dan berbagai jenis toko. Kecamatan Genteng menjadi
salah satu kecamatan di Kota Surabaya yang memiliki kawasan strategis yang dapat
dikembangkan secara berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan Kota Surabaya di masa
depan. Namun, dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku saat ini (Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2014) memiliki tingkat kedalaman peta 1:10.000, sehingga bersifat
umum dan tidak mencukupi untuk izin pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang yang lebih mendalam dan terperinci.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut adalah tiga rumusan masalah yang dapat
diidentifikasi:
1. Bagaimana tingkat kedalaman peta dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota di Kota Surabaya mempengaruhi proses izin pembangunan
dan penggunaan lahan di wilayah perkotaan?
2. Apa dampak kurangnya perencanaan perkotaan yang mendalam dan terperinci
terhadap pertumbuhan dan perkembangan Kota Surabaya, khususnya dalam hal
pengembangan kawasan strategis seperti Kecamatan Genteng?
3. Bagaimana koordinasi antara Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), dan Rencana Tata
Ruang lainnya berkontribusi pada upaya mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan
dan produktivitas dalam sektor perdagangan dan jasa?

1.3 Tujuan
Berikut adalah tiga tujuan yang sesuai dengan latar belakang dibuatnya laporan
perencanaan kota di Kecamatan Genteng, Surabaya:
1. Meningkatkan Produktivitas dan Pertumbuhan Ekonomi: Meningkatkan produktivitas
ekonomi dengan merancang penggunaan lahan yang mendukung sektor perdagangan
dan jasa. Dengan perencanaan yang lebih terperinci dan berkelanjutan, Kecamatan
Genteng diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
mendorong investasi, dan menciptakan lapangan kerja bagi warga setempat.
2. Pengembangan Kawasan Strategis: Salah satu tujuan utama adalah mengidentifikasi
dan mengembangkan kawasan strategis di Kecamatan Genteng. Dengan demikian,
akan mencakup penetapan kawasan-kawasan yang dapat dikembangkan secara
optimal untuk mendukung pertumbuhan Kota Surabaya di masa depan. Ini melibatkan
perencanaan struktur ruang wilayah yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi
setempat.
3. Kesesuaian dengan Regulasi dan Ketentuan: Untuk memastikan kesesuaian dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku, termasuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Dengan demikian, laporan ini akan memberikan dasar yang kuat untuk
memberikan arahan, rekomendasi, dan izin penggunaan lahan yang sesuai dengan
rencana tata ruang, sehingga penggunaan lahan selalu sesuai dengan peraturan yang
ada.

Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, laporan perencanaan kota di Kecamatan Genteng,


Surabaya, akan berkontribusi secara positif untuk pertumbuhan dan pembangunan wilayah
tersebut serta memastikan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan yang lebih baik di masa
depan.

2
1.4 Sasaran
Terdapat tiga sasaran utama dalam laporan fakta mengenai kawasan strategis di
Kecamatan Genteng:
1. Membentuk Rencana Detail Tata Ruang yang lebih terperinci sebagai panduan bagi
Pemerintah Kota Surabaya dalam merencanakan, mengatur, mengawasi, dan
mengarahkan pembangunan di Kecamatan Genteng. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan tata ruang dan pembangunan yang terstruktur dan tertib.
2. Menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kota sebagai pedoman dalam penggunaan
lahan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan di Kecamatan Genteng.
Tujuannya adalah untuk mengatur dan mengawasi perkembangan wilayah ini agar
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang ada di Kecamatan Genteng,
sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai dasar evaluasi dan pertimbangan
dalam penyusunan kebijakan. Dengan demikian, kebijakan yang diambil dapat lebih
tepat sasaran dan efektif untuk mendukung perkembangan wilayah ini.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Lingkup Kawasan Perencanaan
Ruang lingkup wilayah studi merupakan batas wilayah perencanaan secara
fisik. Ruang lingkup wilayah studi perencanaan sistem transportasi adalah
Kecamatan Genteng yang terdapat lima kelurahan yaitu Kelurahan Kapasari,
Kelurahan Ketabang, Kelurahan Peneleh, Kelurahan Genteng, dan Kelurahan
Embong Kaliasin. Adapun batas administrasi dari wilayah studi tersebut adalah:
● Sebelah Utara : Kecamatan Simokerto
● Sebelah Selatan : Kecamatan Tegalsari
● Sebelah Timur : Kecamatan Tambaksari
● Sebelah Barat : Kecamatan Bubutan

1.5.2 Ruang Lingkup Perencanaan

Lingkup Perencanaan wilayah yang memiliki pola pemanfaatan ruang


secara dominan berfungsi sebagai perdagangan dan jasa :
- Kecamatan Genteng

3
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surabaya 2005 -
2025
RPJPD sebagai suatu dokumen rencana yang sangat penting bagi arah pembangunan
daerah, karena itu pemerintah daerah, DPRD, dan masyarakat memberikan perhatian penting
pada kualitas produk dan proses penyusunan dokumen, yang diikuti dengan pemantauan,
evaluasi, dan review berkala atas implementasinya. Penyusunan RPJPD telah dilakukan
melalui pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up dan top-down
process. Dengan demikian RPJPD disusun sesuai kaidah penyusunan rencana yang
sistematis, terpadu, transparan, akuntabel dan konsisten dengan rencana lainnya yang relevan.
Berikut beberapa kebijakan yang ditetapkan untuk Arah pembangunan lima tahunan Ke IV
(Tahun 2020-2024):
● Misi 1 : Mewujudkan tata pemerintahan kota yang baik, melalui pemanfaatan TIK
yang terintegrasi dan handal
● Misi 2 : Mewujudkan penataan ruang yang berbasis ekologi serta berorientasi pada
prinsip-prinsip berkeadilan dan berkelanjutan
● Misi 3 : Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana berbasis ekologi,
● Misi 4 : Mewujudkan perekonomian daerah berbasis potensi ekonomi lokal yang
mandiri,
● Misi 5 : Mewujudkan kerja sama yang sinergis dalam menciptakan perekonomian yang
berkeadilan dan beretika
● Misi 6 : Mengembangkan kearifan lokal sebagai modal sosial warga kota dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan,
● Misi 7 : Mewujudkan pemerataan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan yang
berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat
● Misi 8 : Pemberdayaan perempuan, kaum rentan sosial dan perlindungan anak,
Penanggulangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup.
Kota Surabaya sebagai salah satu kota di Jawa Timur memiliki peran strategis pada
skala nasional sebagai pusat pelayanan kegiatan Indonesia Timur, dan pada skala regional
sebagai kota perdagangan dan jasa yang pada simpul transportasi (darat, udara dan laut)
nasional dan internasional sehingga memberi peluang bagi Kota Surabaya untuk
meningkatkan perannya sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Dalam kaitannya dengan
kondisi tersebut, Kota Surabaya memiliki kawasan strategis yang dapat dikembangkan
secara berkelanjutan untuk mendukung eksistensi pengembangan wilayah di masa
mendatang, diantaranya adalah:
● Kawasan Segiempat Emas Tunjungan dan sekitarnya Sebagai kawasan pusat
perdagangan dan perkantoran, kawasan Segiempat Emas Tunjungan memerlukan
penanganan dan pengelolaan yang optimal untuk mendukung percepatan pertumbuhan
ekonomi Kota Surabaya.
● Kawasan Kota Lama Surabaya dan Kawasan Bangunan dan Lingkungan Cagar
Budaya

4
Lingkungan cagar budaya merupakan kawasan bangunan dan lingkungan pada
kawasan kampung lama Tunjungan di Kecamatan Tegalsari. Seiring dengan waktu,
pemanfaatan bangunan yang tidak serasi dengan karakter awal kawasan kota lama dan
kampung lama membuat kawasan ini terlihat kumuh dan cenderung ditinggalkan,
sehingga perlu penetapan sebagai kawasan cagar budaya yang berkarakter untuk
mengendalikan pembangunan di kawasan ini.

2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Surabaya Tahun 2021 –
2026
Sesuai amanat Pasal 263, Pasal 3 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, yang menyebutkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau
RPJMD merupakan visi, misi, dan program dari Direktur Wilayah dan Wakil Direktur
Wilayah Surabaya. Kota.
● Visi Misi Kota Surabaya
Tabel 2.2.1 Visi Misi Kota Surabaya

Visi Pokok - Pokok Misi


Visi

Misi 1: Mewujudkan perekonomian


inklusif untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dan pembukaan
lapangan kerja baru melalui penguatan
Maju kemandirian ekonomi lokal, kondusifitas
iklim investasi, penguatan daya saing
Surabaya sebagai pusat penghubung
perdagangan dan jasa antar pulau serta
internasional.

Misi 2: Membangun Sumber Daya


Gotong Royong Menuju Manusia (SDM) unggul berkarakter,
Surabaya Kota Dunia yang sehat jasmani rohani, produktif, religius,
Maju, Humanis, dan berbudaya dalam bingkai kebhinekaan
Berkelanjutan melalui peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan, pendidikan serta
Humanis kebutuhan dasar lainnya.

Misi 3: Memantapkan penataan ruang


kota yang terintegrasi melalui
ketersediaan infrastruktur dan utilitas
kota yang modern berkelas dunia serta
berkelanjutan.

Misi 4: Memantapkan transformasi


Berkelanjutan
birokrasi yang bersih, dinamis dan

5
tangkas berbasis digital untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Misi 5: Menciptakan ketertiban,


keamanan, kerukunan sosial dan
kepastian hukum yang berkeadilan.
Sumber : RPJM Kota Surabaya Tahun 2021-2026
● Potensi Pengembangan Wilayah Kecamatan Genteng
Kawasan Jalan Tunjungan dan Kawasan Alun-alun Kota Surabaya tercakup dalam
wilayah Kecamatan Genteng. Kecamatan ini memiliki peran strategis sebagai pusat
perdagangan dan perkantoran. Selain itu, Kecamatan Genteng juga memiliki lebih dari 70
cagar budaya yang bernilai tinggi dan perlu dilestarikan.Karena potensi menjadi tempat
perkantoran, Kecamatan Genteng diberikan prioritas dalam program pelayanan publik dan
penyelenggaraan pemerintahan. Wilayah ini juga menjadi tempat campuran antara
perdagangan dan cagar budaya tinggi, yang menghasilkan bangunan-bangunan campuran
seperti Hotel Majapahit yang berfungsi sebagai pelestarian cagar budaya.
Namun, masih banyak masyarakat yang kurang memahami fungsi campuran antara
perdagangan dan cagar budaya tersebut. Oleh karena itu, banyak program pembangunan yang
dilakukan untuk memberdayakan masyarakat di Kecamatan Genteng. Program-program ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
menjaga dan memanfaatkan potensi campuran antara perdagangan dan cagar budaya secara
berkelanjutan.Dengan adanya pembangunan yang berkelanjutan dan pemberdayaan
masyarakat, diharapkan Kecamatan Genteng dapat terus berkembang sebagai pusat
perdagangan dan perkantoran yang menghargai serta memanfaatkan warisan budaya yang
ada.

● Arahan Kebijakan Pembangunan Kecamatan Genteng


Sebagai bagian dari RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kota
Surabaya, berikut adalah beberapa arahan strategis yang dapat menjadi panduan dalam
pengembangan Kecamatan Genteng:
1. Pembangunan Infrastruktur yang Terintegrasi: Fokus pada pengembangan
infrastruktur yang terintegrasi di Kecamatan Genteng. Hal ini meliputi pemeliharaan
dan perbaikan jalan, jembatan, saluran drainase, sistem air bersih, serta peningkatan
aksesibilitas transportasi umum. Upaya ini akan meningkatkan konektivitas dalam
kecamatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Pengembangan Kawasan Pusat Kota yang Berkelanjutan: Perhatikan pengembangan
kawasan pusat kota Genteng dengan pendekatan berkelanjutan. Prioritaskan
penggunaan lahan yang efisien, tata ruang yang terencana dengan baik, serta integrasi
antara ruang publik, fasilitas komersial, hunian, dan area hijau. Hal ini akan
menciptakan lingkungan yang nyaman, berkelanjutan, dan ramah bagi penduduk dan
pengunjung.
3. Peningkatan Pelayanan Publik: Tingkatkan pelayanan publik di Kecamatan Genteng
melalui reformasi administratif dan teknologi informasi. Fokus pada pemangkasan
birokrasi, peningkatan transparansi, dan penggunaan teknologi untuk meningkatkan

6
efisiensi dan kualitas layanan publik, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan,
perizinan, dan administrasi kependudukan.
4. Pengembangan Sektor Ekonomi Unggulan: Identifikasi sektor ekonomi unggulan
yang ada di Kecamatan Genteng dan dorong pengembangannya. Berikan dukungan
kepada pelaku usaha lokal, koperasi, dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di
sektor-sektor tersebut melalui akses pendanaan, pelatihan, dan pemasaran. Ini akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja.
5. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan: Memanfaatkan potensi pariwisata yang ada
di Kecamatan Genteng dengan mengembangkan objek wisata berkelanjutan. Fokus
pada pelestarian dan promosi warisan budaya, situs bersejarah, kuliner khas, serta
pengembangan infrastruktur pendukung seperti akomodasi, fasilitas rekreasi, dan
transportasi. Hal ini akan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
6. Peningkatan Kualitas Lingkungan: Prioritaskan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan di Kecamatan Genteng. Lakukan penataan kawasan hijau, penghijauan,
pengelolaan sampah yang efektif, dan perlindungan terhadap sungai dan laut. Selain
itu, tingkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan.
7. Pemberdayaan Masyarakat: Dorong pemberdayaan masyarakat di Kecamatan
Genteng melalui program-program pelatihan, pendidikan.

2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034
Visi penataan ruang Kota Surabaya menurut Peraturan Daerah No 12 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034 adalah terwujudnya
kota perdagangan dan jasa internasional berkarakter lokal yang cerdas, manusiawi, dan
berbasis ekologi, yang kemudian ditranslasikan terhadap poin-poin misi perencanaan
wilayah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas penataan ruang kota dan infrastruktur kota yang menjamin
aksesibilitas publik berwawasan lingkungan dan nyaman;
2. Meningkatkan akses, kesadaran, partisipasi dan kontrol publik dalam pemanfaatan
ruang, penyusunan kebijakan dan penyelenggaraan pelayanan publik;
3. Mengembangkan aktualisasi dan kearifan budaya lokal warga kota dalam tata
pergaulan global;
4. Mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan secara konsisten meningkatkan
iklim usaha yang kondusif dan berkeadilan;
5. Mewujudkan masyarakat yang berdaya, kreatif dan sejahtera.
Berdasar pada RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034, Kecamatan Genteng
termasuk ke dalam pusat lingkungan pada UP VI Tunjungan yang merupakan pusat
pelayanan kota dengan fungsi kegiatan utamanya sebagai berikut:
1. Permukiman
2. Pemerintahan
3. Perdagangan dan jasa

7
8
2.3.1 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota Surabaya
Adapun kebijakan dan strategi pembangunan Kota Surabaya yang berkaitan dengan
UP VI Tunjungan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2.2 Kebijakan dan strategi pembangunan Kota Surabaya berdasarkan Peraturan
Daerah No 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun
2014-2034 pada UP VI Tunjungan.

KEBIJAKAN STRATEGI

Strategi pengembangan - Mengembangkan pusat pelayanan Kota Surabaya


pusat pelayanan kota - Mengembangkan pusat pelayanan regional

Strategi pengembangan - Mengembangkan sistem jaringan transportasi darat,


sistem prasarana kota perkeretaapian, laut dan udara secara terpadu dan
(transportasi, energi, terkoneksi sebagai satu kesatuan sistem.
telekomunikasi, sumber - Mengembangka jaringan gas kota dan sumber energi
daya air, dan infrastruktur alternatif, serta meningkatkan pelayanan dan
lainnya) perluasan jaringan listrik
- Meningkatkan pelayanan jaringan telepon nirkabel
dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi,
serta perluasan penggunaan teknologi informasi
yang didukung dengan penyediaan jaringan internet
nirkabel
- Mengembangkan prasarana sumber daya air melalui
pengoptimalan pemanfaatan sumber air permukaan
dan meningkatkan resapan air melalui
pengoptimalan fungsi resapan air.

Strategi pengembangan - Mengembangkan dan menata kepadatan perumahan


kawasan perumahan dan dan permukiman kepadatan tinggi, sedang dan
permukiman rendah secara proporsional dalam memenuhi
kebutuhan seluruh masyarakat;
- Meningkatkan kualitas lingkungan kawasan
perumahan dan permukiman, dan memperluas
penyediaan perumahan vertikal;
- Mengembangkan kawasan perumahan dan
permukiman baru yang terintegrasi dengan kawasan
sekitarnya;
- Mewujudkan pembangunan kawasan perumahan dan
permukiman dengan hunian berimbang yang
meliputi pembangunan rumah sederhana, rumah
menengah dan rumah mewah secara proporsional
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

9
Strategi pengembangan - Mengembangkan pusat perbelanjaan secara
kawasan perdagangan dan terintegrasi dalam skala unit pengembangan, koridor
jasa dan kawasan;
- Mengembangkan dan merevitalisasi pasar
tradisional;
- Mengembangkan toko modern dalam tingkat unit
lingkungan yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan yang mempertimbangkan kondisi sosial
ekonomi dan ketentuan yang berlaku;
- Mengembangkan pusat perdagangan dan jasa serta
usaha perdagangan maupun usaha jasa komersial
lainnya pada setiap unit pengembangan.
Sumber: RTRW Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034

10
2.3.2 Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang RTRW Kota Surabaya
Adapun rencana struktur ruang dan pola ruang Kota Surabaya yang berkaitan dengan
UP VI Tunjungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2.3 Rencana struktur ruang Kota Surabaya berdasarkan Peraturan Daerah No 12
Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034 pada UP
VI Tunjungan.

STRUKTUR RUANG
ARAHAN RENCANA
WILAYAH

Penetapan struktur ruang - Kawasan UP VI Tunjungan diarahkan sebagai


pusat pelayanan regional Gerbangkertasusila
maupun lingkup kota.
- UP VI Tunjungan diarahkan untuk perdagangan
dan jasa, pariwisata, pendidikan dan kesehatan
dengan unit pengembangan di kawasan Tunjungan.

Jaringan transportasi Transportasi udara


- Penetapan kawasan di sekitar Bandar Udara Juanda
sebagai KKOP.

Rencana pusat pelayanan - Jalan Tunjungan di Kecamatan Genteng diarahkan


wilayah darat sebagai perdagangan barang eksklusif

Rencana pengembangan Arahan pengembangan saluran pematusan Rayon Genteng


saluran pematusan untuk normalisasi bozem Morokrembangan, meliputi
- Pengerukan bozem
- Pembuatan lining pasangan batu tepi bozem
- Pembuatan saluran baru shortcut boezem
Morokrembangan bagian Utara-Selatan
- Pembangunan rumah pompa dan pompa air Kali
Greges

Rencana pengembangan Pengembangan angkutan sungai sebagai angkutan umum


sistem transportasi sungai dan/atau angkutan pariwisata yang dilengkapi dengan
dan penyeberangan dermaga pada pusat-pusat pelayanan di Sungai Kalimas,
Kali Wonokromo, dan Kali Surabaya.

Jaringan telekomunikasi - Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi


dengan memperluas jaringan pelayanan telepon
kabel, mendukung kemudahan prasarana
telekomunikasi, mengembangkan penggunaan
menara telekomunikasi, dan meningkatkan sistem
teknologi pada kawasan budidaya.

11
Jaringan sumber daya air - pengembangan sistem penanganan sumber air
untuk meningkatkan kualitas baku mutu air,
pembangunan resapan air, dan pengoptimalan
penyediaan jaringan pelayanan hidran.

Infrastruktur lainnya (SPAM, - Pengoptimalan pengembangan sumber air baku dan


pengelolaan limbah, sampah, kemampuan instalasi pengolahan air minum
drainase, jaringan jalan, dan - Pengembangan sistem drainase melalui
jalur evakuasi bencana) pembangunan pintu air dan rumah pompa,
pelaksanaan kegiatan normalisasi dan perawatan
saluran serta pengembangan area retensi dan
detensi waduk/bozem.
- Rayon Genteng, meliputi: sistem Pompa Air
Darmokali, Pompa Air Ciliwung, Pompa Air
Dinoyo, Pompa Air Keputran, Pompa Air Gubeng,
Kayon-Grahadi, Pompa Air Kenari-Embong
Malang, Pompa Air Flores, Peneleh, Kalimas,
Pelabuhan Barat, Pelabuhan Timur dan Greges.

Jaringan jalan bagi pejalan Arahan pada kawasan CBD Rajawali-Kembang Jepun
kaki dan kendaraan tidak untuk dihubungkan langsung dengan kawasan CBD
bermotor Tunjungan melalui pengembangan jalan dan pedestrian
way yang menonjolkan aksen kesejarahan.
Sumber: RTRW Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034

12
Tabel 2.2.4 Rencana pola ruang Kota Surabaya berdasarkan Peraturan Daerah No 12 Tahun
2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034 pada UP VI
Tunjungan.

POLA RUANG
ARAHAN RENCANA
WILAYAH

Kawasan sempadan - Menetapkan dan mengoptimalkan kawasan sempadan sungai


sungai sebagai ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau;
- Mengembangkan penyediaan vegetasi di sepanjang
sempadan sungai untuk menunjang kegiatan wisata dan
olahraga;
- Memanfaatkan sempadan sungai untuk pendirian bangunan
pendukung utilitas kota;
- Melakukan perlindungan kawasan sempadan sungai dengan
mengikuti ketentuan mengenai jarak sempadan sungai sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kawasan Beberapa bangunan dan/atau lingkungan di UP VI Tunjungan masuk


pelestarian alam ke dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, sehingga
dan cagar budaya harus dikelola melalui:
- Melestarikan dan mengendalikan pembangunan di kawasan
yang terdapat lingkungan dan/atau bangunan cagar budaya
- Melakukan penataan dan mendorong pengembangan
kawasan kota lama Surabaya sesuai dengan karakter kawasan
- Mengembangkan pemanfaatan kawasan untuk kegiatan
pariwisata dan ilmu pengetahuan

Kawasan Kecamatan Genteng diarahkan untuk pengembangan perumahan dan


perumahan dan permukiman kepadatan tinggi.
permukiman - Mengembangkan kawasan perumahan dan permukiman
kepadatan tinggi, sedang dan rendah yang dilakukan secara
proporsional;
- Meningkatkan kualitas perumahan dan permukiman yang
sudah ada;
- Meningkatkan kualitas perkampungan secara terpadu baik
fisik maupun sosial ekonomi melalui perbaikan lingkungan,
penyediaan prasarana dan sarana perumahan, peremajaan dan
perbaikan kawasan perumahan dan permukiman;
- Mengembangkan perumahan dan permukiman vertikal yang
dilakukan secara terpadu dengan lingkungan sekitarnya pada
kawasan perumahan dan permukiman baru, kawasan padat
hunian dan pusat – pusat pelayanan kota;
- Mengembangkan perumahan dan permukiman baru yang

13
dilengkapi dengan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas
umum yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah;
- Meningkatkan peran masyarakat/pengembang untuk
memenuhi kewajiban dalam penyediaan dan/atau penyerahan
prasarana, sarana dan utilitas umum kepada Pemerintah
Daerah.

Kawasan Kawasan Tunjungan merupakan perdagangan yang memiliki aspek


perdagangan dan historis dan merupakan perdagangan eksklusif dengan karakter
jasa berbelanja yang berbeda. Arahan pengembangannya adalah sebagai
berikut:
- Mengembangkan pusat perbelanjaan yang terpadu dengan
pusat jasa melalui konsep wisata belanja; b
- Melakukan pengembangan dan revitalisasi pasar tradisional;
- Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa dengan
konsep superblok dan/atau multi fungsi;
- Mengembangkan usaha perdagangan maupun usaha jasa
komersial lainnya yang tersebar di Kota Surabaya;
- Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang
terpadu yang dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas umum
yang penyediaannya menjadi kewajiban
pengembang/pelaksana pembangunan yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah; dan
- Meningkatkan peran masyarakat/pengembang untuk
memenuhi kewajiban dalam penyediaan dan/atau penyerahan
prasarana, sarana dan utilitas umum kepada Pemerintah
Daerah.

Kawasan Kawasan perkantoran pemerintah


perkantoran - UP VI Tunjungan diarahkan sebagai kawasan perkantoran
Pemerintah daerah.

Kawasan perkantoran swasta


- Pengembangan pada pusat pelayanan kota dan sub kota
menyatu dengan perdagangan dan fasilitas sosial lain;
- Pengembangan secara koridor sepanjang jalan utama kota;
- Pengembangan kawasan multifungsi antara perkantoran,
perdagangan dan jasa, fasilitas umum pada satu lokasi
dan/atau satu bangunanyang dilengkapi prasarana, sarana dan
utilitas umum yang penyediaannya menjadi kewajiban
pengembang/pelaksana pembangunan yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah;

14
- Meningkatkan peran masyarakat/pengembang untuk
memenuhi kewajiban dalam penyediaan dan/atau penyerahan
prasarana, sarana dan utilitas umum kepada Pemerintah
Daerah

Kawasan pariwisata Kawasan, gedung, monumen, dan tempat ibadah di Kecamatan


Genteng yang termasuk kedalam rencana kawasan wisata meliputi:
- Kawasan Tunjungan
- Hotel Majapahit
- Gedung Grahadi
- Balai Pemuda
- Monumen Kapal Selam
- Monumen Suryo
- Monumen Bambu Runcing
- Masjid Muhammad Cheng Hoo

Arahan rencana
- Mengembangkan pariwisata secara terintegrasi antara obyek
wisata, event-event wisata, akomodasi wisata dan kemasan
wisata sebagai satu kesatuan wisata kota;
- Menjadikan Kota Surabaya sebagai salah satu tujuan
wisatawan nusantara dan mancanegara
- Melindungi wisata budaya, heritage dan religi
- Meningkatkan dan mengembangkan kualitas lingkungan
obyek wisata yang nyaman, aman dan terintegrasi dengan
jaringan transportasi dan infrastruktur perkotaan;
- Menyediakan prasarana dan sarana lingkungan, utilitas
umum
- Meningkatkan peran masyarakat/pengembang untuk
memenuhi kewajiban dalam penyediaan dan/atau penyerahan
prasarana, sarana dan utilitas umum kepada Pemerintah
Daerah

Kawasan ruang - Meningkatkan kualitas lingkungan dengan menyediakan


terbuka non hijau perabot jalan dan penyediaan tanaman;
- Mempertahankan proporsi antara ketinggian bangunan
dengan jarak antar bangunan yang nyaman untuk digunakan;
- Penyediaan dan penataan ruang terbuka non hijau.

Kawasan Kawasan pendidikan


peruntukan lainnya - Meningkatkan ketersediaan jumlah sarana pendidikan di
seluruh tingkatan pendidikan;
- Meningkatkan penyebaran prasarana pendidikan prasekolah,
dasar dan menengah yang berkualitas di tiap Unit

15
Pengembangan;
- Melakukan pemeliharaan sarana prasarana secara rutin di
seluruh tingkatan sarana pendidikan
Kawasan kesehatan
- Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan pendistribusian
sarana kesehatan secara berhirarki
- Mengembangkan sarana kesehatan yang telah ada dengan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan
- Mengembangkan sarana kesehatan yang memenuhi standar
Kawasan peribadatan
- Mengembangkan fasilitas peribadatan secara merata sesuai
kebutuhan masyarakat
- Mengembangkan fasilitas peribadatan pada tiap kawasan
budidaya (perjas, perkantoran, dan pelayanan umum) sesuai
kebutuhan masyarakat
Sumber: RTRW Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034

16
Peta 2.1 Rencana Pusat Kegiatan Kota Surabaya

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034

17
Peta 2.2 Rencana Struktur Ruang Kota Surabaya

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034

18
Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Kota Surabaya

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034

19
2.4 Review Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan Tunjungan (RDTR UP)
Kota Surabaya Tahun 2011
Tujuan Pengembangan wilayah UP Tunjungan adalah untuk mendukung fungsi yang
telah ditetapkan dalam RTRW Surabaya yakni diarahkan fungsi utamanya sebagai kawasan
permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa dengan pusat pertumbuhan berada di
Kawasan Tunjungan dan mengembangkan kawasan sesuai tema pengembangan yaitu
“Mewujudkan Kawasan UP Tunjungan sebagai Pusat Perdagangan Skala Nasional
yang Berkarakter, Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan.”
UP Tunjungan lebih banyak menunjukkan kegiatan ekonomi pada sektor perdagangan
dan jasa, hal ini dikarenakan UP Tunjungan merupakan pusat perkotaan Surabaya yang
memiliki kemudahan akses oleh jalan arteri dan berbagai jenis moda transportasi yang
dimilikinya. Kondisi ini tentunya mengikuti Kota Surabaya dimana sektor yang mempunyai
kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Perkembangan sektor produksi ini mengalami peningkatan yang terus menerus dalam kurun 3
tahun terakhir Pada tahun 2006 kontribusinya sebesar 36,24%, tahun 2007 kontribusinya
36,73%, dan tahun 2008 kontribusinya naik menjadi 37,81 %
Kawasan utama perdagangan UP Tunjungan saat ini masih bertumpu pada kawasan
Segiempat Emas Tunjungan (koridor Jl. Tunjungan - Jl. Embong Malang – Jl. Blauran – Jl.
Praban) yang menjadi Central Bisnis District (CBD) yang menjadi titik pemusatan berbagai
kegiatan perdagangan dan jasa, terutama dengan adanya Tunjungan Plaza di UD Tegalsari.
Fasilitas perdagangan modern tersebut tersebar merata di seluruh kawasan UP Tunjungan.

20
Tabel 2.2.5 Review RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011

No Fasilitas Perdagangan Lokasi

1 Pusat Perbelanjaan dan Toko ● ITC dan Mall Kapas Krampung (East Point)
Modern di UD Simokerto;
● PGS, BG Junction dan Dupak Grosir di UD
Bubutan;
● Surabaya Plaza, Grand City dan Hi-Tech
Mall di UD Genteng;
● Tunjungan Plaza di UD Tegalsari.

2 Super Block ● Pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza (TP).

3 Mini Market Tersebar secara merata

4 Pasar Tradisional ● Pasar Krempyeng


● Pasar Sore
● Pedagang Kaki Lima (PKL).

5 Pasar Tradisional Berkarakter ● Koridor Jalan Gembong (jeans, pakaian dan


Khusus barang - barang bekas, spare part sepeda
motor) di UD Simokerto.
● Koridor Jalan Semarang (buku bekas);
Koridor Jalan Blauran (perdagangan emas);
● Koridor Jalan Gemblongan & Kramat
Gantung (perdagangan mebel dari logam,
busa,plastik);
● Koridor Jalan Praban (perdagangan sepatu)
di UD Bubutan.
● Pasar Genteng (perdagangan khusus
elektronik) di UD Genteng.
● Koridor Jalan Kedungdoro (perdagangan
onderdil kendaraan dan jasa
● pemasangannya); Pasar Keputran
(sayur-sayuran); Pasar Bunga Kayoon di UD
Tegalsari.
Sumber : RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011

21
2.4.1 Rencana Struktur Ruang Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan Tunjungan
(RDTR UP) Kota Surabaya Tahun 2011
RDTRK UP Tunjungan terdiri dari 4 Unit distrik yang terbagi menjadi beberapa unit
lingkungan. Berikut informasi detail terkait pembagian struktur ruang.

Pusat Unit Distrik (UD) Genteng berada di Kelurahan Embong Kaliasin. Pusat
kegiatan ditempatkan di koridor Jalan Basuki Rahmat dengan fungsi utama sebagai kegiatan
perdagangan jasa dan pemerintahan.Visualisasi rencana pengembangan pusat UD Genteng
dapat dilihat pada gambar 2.7 Unit Distrik Genteng ini terdiri dari 5 Unit Lingkungan (UL),
yaitu :
a. UL Kapasari;
b. UL Peneleh;
c. UL Ketabang;
d. UL Genteng; dan
e. UL Embong Kaliasin.

22
Gambar 2.2.1 Rencana Pengembangan Unit Distrik Genteng

Sumber : RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011

Berikut informasi lebih detail terkait pusat unit lingkungan, fungsi utama, dan juga luasnya

Guna mengetahui permintaan akan kebutuhan maka diperlukan proyeksi penduduk. Berikut
proyeksi penduduk paa UP Tunjungan :

23
24
Di dalam rencana Sistem jaringan pergerakan dan Utilitas terdapat beberapa bidang yang
direncanakan. Informasi lebih detail terkait rencana tercantum pada tabel 2.7

Tabel 2.2.6 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan dan Utilitas

No Bidang Arahan Pengembangan

Sistem Jaringan Pergerakan

1 Pola Pergerakan ● Penataan distribusi dan lokasi pusat-pusat kegiatan


transportasi lokal maupun regional
● sekaligus dengan penataan rute yang disesuaikan dengan
hirarki dan fungsinya.
● Untuk mendukung berfungsinya pusat-pusat pelayanan,
perlu peningkatan daya dukung
● antar unit lingkungan dengan peningkatan kondisi
ruas-ruas jalan tertentu.

2 Dimensi Jalan ● Perlu dilakukan pembatasan penggunaan kendaraan


pribadi terutama yang melintasi ruas-ruas jalan utama.
● Penyediaan dan peremajaan sistem angkutan massal yang
memadai sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi.
● Peningkatan kapasitas jalan dengan mengurangi /
menghilangkan hambatan di Ruang
● Milik Jalan (Rumija) melalui penataan parkir off-street
pada beberapa ruas jalan utama yang mengalami
penurunan kinerja jalan seperti Jalan Pemuda, Jalan
Embong Malang,
● Jalan Basuki Rahmat, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan
Panglima Sudirman dan Jalan Diponegoro.

3 Angkutan Umum ● Peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum terkait


dengan waktu tunggu penumpang, kecepatan perjalanan,
frekuensi pelayanan, kapasitas angkutan dan kenyamanan
penumpang.
● Penyediaan jalur pedestrian, jalur sepeda dan halte yang
terintegrasi dengan sistem angkutan massal perkotaan.
● Pengembangan sistem angkutan massal berupa monorail
di jalur timur-barat dan tramway jalur utara -selatan.

Sistem Jaringan Utilitas

1 Penyediaan dan ● Memasang jaringan distribusi baru untuk memenuhi


Pengelolaan Air kebutuhan air bersih pelanggan baru sejalan dengan

25
Minum perkembangan pada kawasan perencanaan.
● Mengadakan perbaikan dan rehabilitasi jaringan lama
agar mampu menyalurkan air bersih sesuai dengan
program pemerintah.

2 Drainase

3 Air Limbah Limbah domestik


● Pengembangan sistem air limbah terpusat (off-site)
● Pengembangan intermediate
● Pengembangan sistem air limbah setempat (on-site).
Kawasan industri
● Penyediaan fasilitas IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah).
Pusat perbelanjaan
● Sistem reaktor lumpur tinja aktif yang tersedia di
tiap-tiap gedung.
Hotel
● Menggunakan pra-pengolahan anaerob di sebuah ABR
(Anaerobic Baffled Reactor) diikuti dengan RBC
(Rotating Biological Contactor).

4 Persampahan ● Optimalisasi Tempat Pembuangan Semetara (TPS) yang


ada
● Penyediaan container bin di lokasi tertentu yang
disepakati oleh penyedia sarana persampahan dan
masyarakat yang sewaktu-waktu dapat diangkut oleh
armada roll truck keliling jika sudah penuh.

5 Jaringan Listrik ● Peremajaan jaringan dan mengganti jaringan distribusi


hantaran udara kawat terbuka menjadi jaringan distribusi
kabel udara tertutup yang disesuaikan dengan kondisi
lahan.
● Penambahan kapasitas gardu distribusi lama yang
melayani beban lama dan juga untuk beban yang baru.
● Penambahan gardu baru yang disesuaikan dengan

26
peningkatan kebutuhan daya listrik dan tumbuhnya pusat
beban yang baru.
● Untuk pekerjaan instalasi pada bangunan disarankan
pemasangan kawat pada pemakaian pipa yang tidak
melanggar ketentuan PUIL 1997.
● Perlu dikembangkan sumber energi listrik alternatif yang
ramah lingkungan, tersedia dalam jumlah banyak dan
dapat dibangun dengan teknologi sederhana, seperti :
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

6 Jaringan Penerapan sistem menara bersama


Telekomunikasi

7 Hidran dan PMK ● Menyediakan prasarana dan sarana penanggulangan


kebakaran sebagai sistem proteksi kebakaran
● Pos-pos pemadam kebakaran diarahkan tidak melebihi
radius 7,5 km.
● Prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran yang
disediakan harus dirawat secara berkala termasuk
penjadwalan penggantian sarana dan komponennya.

Sumber : RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011

2.4.2 Rencana Fasilitas dan Pola Ruang Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan
Tunjungan (RDTR UP) Kota Surabaya Tahun 2011
Terdapat beberapa aspek dalam rencana fasilitas pada RDTRK UP VI Tunjungan.
Informasi lebih detailnya akan terangkum pada tabel 2.4.

Tabel 2.2.7 Rencana Fasilitas pada RDTRK UP VI Tunjungan

No Aspek Rencana

1 Rencana Fasilitas Pendidikan ● Perbaikan kualitas fasilitas pendidikan yang


ada, sesuai standar yang telah ditetapkan.
● Karena keterbatasan lahan di wilayah
perencanaan, maka pembangunan baru
fasilitas pendidikan diarahkan untuk
pengembangan secara vertikal.
● Penonjolan karakteristik khusus yang dimiliki
fasilitas pendidikan khusus (seperti
keberadaan SMA kompleks) tetap
dipertahankan, sehingga mampu membentuk
fasilitas pendidikan yang bercitra dan
berkarakter.

27
● Melakukan merger sekolah yang berdekatan
dan pembangunan baru pada lokasi yang
rendah tingkat pelayanannya dalam rangka
pemerataan persebaran fasilitas pendidikan
dan perluasan jangkauan pelayanannya.
● Mengintegrasikan fasilitas pendidikan dengan
rumah susun.

2 Rencana Fasilitas Kesehatan ● Pemerataan fasilitas kesehatan terutama


puskesmas, posyandu dan klinik agar dapat
menjangkau seluruh masyarakat di wilayah
UP Tunjungan.
● Penambahan fasilitas baru dilakukan pada
lokasi yang memiliki tingkat pelayanan
rendah, serta diarahkan untuk pengembangan
secara vertikal mengingat keterbatasan lahan
di wilayah perencanaan.
● Mengintegrasikan fasilitas kesehatan skala
lingkungan dengan rumah susun.

3 Rencana Fasilitas Peribadatan ● Peningkatan fungsi tempat ibadah sebagai


tempat kegiatan masyarakat/sosial berbasis
keagamaan.
● Pemerataan keberadaan fasilitas ibadah sesuai
tingkat pelayanan agar mampu menjangkau
semua pemeluknya.
● Peningkatan kualitas fisik dan lingkungan
fasilitas yang telah ada.

4 Rencana Fasilitas Perdagangan ● Penyediaan dan penataan area perparkiran


dan Jasa baik off-street (berupa tempat parkir
komunal) maupun on-street.
● Mengintegrasikan kawasan perdagangan jasa
dengan penghubung antar moda sarana dan
prasarana transportasi terkait dengan
kepentingan wisata belanja.
● Pengembangan kawasan perdagangan jasa ke
depannya mengarah ke superblok.
● Revitalisasi pasar – pasar tradisional menjadi
pasar kering yang tertata agar dapat
memberikan kenyamanan pengunjung.
● Menghidupkan kembali kawasan
perdagangan jasa lama di koridor Jalan
Tunjungan.

28
5 Rencana Ruang Terbuka Hijau ● Ruang terbuka hijau sebagai areal yang
(RTH) non-built-up area harus menjadi bagian yang
integral dengan kawasan terbangun (built-up
area).
● Penentuan kawasan terbuka hijau diarahkan
untuk lapangan olah raga, taman, ruang hijau
halaman rumah / kavling dan jalur hijau di
tepi jalan.
● Rancangan ruang terbuka hijau harus
mempertimbangkan aspek fungsional,
ekologis dan estetis.

6 Rencana Ruang Terbuka non ● Meningkatkan Kualitas Lingkungan dengan


Hijau menyediakan perabot jalan dan penyediaan
tanaman
● Mempertahankan proporsi antara ketinggian
bangunan dengan jarak antar bangunan yang
nyaman untuk digunakan
● Penyediaan dan penataan RTNH

7 Rencana Informal ● Sentra PKL yang sudah saat ini tetap


dipertahankan dan dilakukan penataan seperti
sentra PKL di Jl. Urip Sumoharjo dan sentra
PKL di sekitar Taman Prestasi (UD Genteng)
● Penertiban titik-titik PKL yang menempati
badan jalan dan mengganggu kelancaran lalu
lintas
● Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
di sentra PKL
● Mengembangkan sentra PKL dengan konsep
wisata kuliner yang terintegrasi dengan
perkantoran,perdagangan jasa, fasilitas
pelayanan umum dan taman taman kota
Sumber : RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011

Selanjutnya adalah terkait pola ruang berikut adalah perbandingan persentase antara kondisi
eksisting dan perencanaan.

Gambar 2.2.2 Perbandingan Persentase Kondisi Eksisting dan Perencanaan


Pola Ruang eksisting Rencana Pola Ruang

29
Sumber : RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011
2.5 Kebijakan Sektoral Wilayah Perencanaan
2.5.1 Master Plan Drainase Kota Surabaya Tahun 2018-2038
Penyusunan Surabaya Drainage Master Plan Tahun 2018-2038 ini dalam
rangka melakukan peningkatan/pengembangan dari sistem jaringan drainase Kota
Surabaya sesuai dengan perkembangan Kota Surabaya yang semakin pesat dan maju.
Isi dari dokumen ini adalah identifikasi dan analisa akan keberadaan, fungsi, kinerja,
dan kebutuhan saluran primer, sekunder, dan tersier sampai dengan saluran
pembuangan yang menuju ke laut. Disertai dengan analisa kebutuhan fasilitas-fasilitas
penunjang, seperti Pompa Banjir, Boezem, Pintu Air, Mechanical Screen, dsb.
a. Kondisi Eksisting Sistem Drainase Rayon Genteng
- Banyak bangunan yang ada dibangun di atas jembatan.
- Saluran primer darmo kali perlu pendalaman ± 1,5 - 2 meter.
- Intensitas hujan tinggi sehingga seringkali terjadi genangan.
- Apabila genangan tinggi jembatan-jembatan di wilayah kupang atau dinoyo
perlu ditinggikan.
- Beberapa kondisi saluran terlihat terdapat bangunan diatasnya.
- Crosing outlet perlu pelebaran dan pendalaman.
- Perlunya Pelebaran dan pendalaman saluran.
- Beberapa Saluran menuju rumah pompa tertutup.
b. Daerah Genangan Rayon Genteng
Pada rayon ini terdapat 36 titik pemantauan yang dilakukan survey wawancara
dan pantauan langsung. Dari hasil analisa data yang dilakukan, ranking prioritas
penanganan pertama merupakan titik pantauan di Jalan Ciliwung, Kelurahan Darmo,
Kecamatan Wonokromo dengan tinggi genangan ±50 cm dan lama genangan ±3 jam
dengan total luas daerah tergenang adalah sebesar 0,70 ha.
c. Permasalahan Drainase Rayon Genteng
No Lokasi Genangan Genangan Kondisi Saluran

1 Jl. Ikan Duyung & Saluran Kecil Saluran tidak mencukupi


Sekitarnya dan banyak sampah

2 Jl. Bromo Saluran tertutup bangunan Saluran terhambat


PKL dan kontur jalan landai sampah
(depan pom bensin)

30
3 Jl. Semarang Saluran tidak mampu Sisi utara penuh sampah
menampung debit air tinggi

4 Jl. Radensaleh Saluran tidak mampu Saluran tertutup sampah


menampung debit air tinggi

5 Jl. Pasar Krembangan Mesin pompa berfungsi 1 Saluran banyak sampah


dari 3 pompa yang tersedia

6 Jl. Prapanca Saluran banyak sampah dan Saluran tidak mencukupi


inlet saluran tertutup serta & banyak sampah
jalan bergelombang

7 Jl. Petemon 3 Dimensi saluran kecil, Saluran lama &


banyak sampah dan inlet pendangkalan karena
kecil sampah

8 Jl. Petemon 4 Inlet ke saluran kecil, Sebagian saluran lama


dimensi saluran kecil dan
banyak sampah

9 Jl. Jl. Polisi Istimewah Saluran tertutup, banyak Saluran tertutup


sampah, inlet sedikit dan
kecil

10 Jl. Imam Bonjol Kontur jalan tidak rata, Saluran tidak mencukupi
saluran banyak sampah

11 Jl. Mangkonegoro Banyak sampah di saluran, Saluran tidak mencukupi


saluran dangkal & banyak sampah

12 Jl. Kedondong Banyak sampah di saluran & Saluran tidak mencukup


lubang saluran kecil & banyak sampah

13 Jl. Cisedane Saluran sempit dan kotor Saluran mampet

14 Jl. Wr.Supratman Jalan lebih rendah & saluran Saluran mengendap


air mengendap dan banyak
sampah

15 Jl. Teuku Umar Jalan bergelombang dan Saluran mengendap


endapan di saluran

16 Jl. Petemon Barat Saluran air banyak kotoran Debit air saluran terlalu
tinggi & saluran sempit

17 Jl. Tegal sari Jalan lebih rendah & saluran Saluran mengendap
air mengendap dan banyak
sampah

18 Jl. Basuki Rahmat Jalan agak miring & saluran Saluran agak mengendap
banyak kotoran & ada kotoran

31
19 Jl. Genteng Besar Banyak kotoran Saluran kotor

d. Arahan Kebijakan SDMP 2018 Rayon Genteng yang terkait WP


Arahan kebijakan SDMP 2018 Rayon Tandes terkait WP berdasarkan hasil
dari Surabaya Drainase Master Plan 2018(SDMP) adalah sebagai berikut:
- Pada Rayon Genteng, saluran tidak banyak yang meluber. Namun pada
pertemuan saluran Simo ke arah saluran Greges terjadi hambatan dikarenakan
adanya belokan saluran dan aliran air hulu terlalu cepat sementara bagian hilir
tertahan. Sehingga saluran sepanjang Simo dan Bukit Barisan meluap dan
terjadi genangan. Jika saluran Simo masuk ke sistem Gunungsari dan dipasang
pompa pada pertemuan saluran tersebut akan lebih baik dibandingkan dengan
memperbesar saluran, akan tetapi Saluran Gunungsari dan Simo belum siap.
Sementara dilakukan dengan pompa estafet untuk masuk ke saluran Greges.
- Muka air Kalimas yang tinggi pada bagian atas rubber dam diharapkan dapat
turun sehingga saluran-saluran pada rayon Genteng dan Gubeng dapat
terbantu. Jika Kalimas tidak mau turun elevasi muka airnya maka penambahan
pompa akan terus berjalan.

2.5.2 Rencana Induk Pariwisata Kota Surabaya


Terdapat 2 peran Kota Surabaya, yaitu sebagai pusat distribusi dan etalase Jawa Timur
dimana sasaran pengembangan ekonomi untuk meningkatkan pendapat masyarakat dan
pendapatan asli daerah. Oleh karena itu dibuatlah pembagian 4 zonasi wisata, yaitu zona
utara, zona barat, zona timur, dan zona tengah. Wilayah perencanaan berada pada zona tengah
dengan strategi pengembangan zona wisata centrum. Tema pengembangannya sebagai MICE
dan wisata belanja yang memiliki beberapa kekuatan unggulan, yaitu :
- Potensi Surabaya menjadi kota penyelenggara event dengan skala nasional dan
bahkan internasional.
- Tempat penyelenggaraan: Convention Hall Tunjungan Plaza, Hotel-hotel bintang 4
dan 5 yang tersebar di pusat kota, Jatim Expo, AJBS, Shangri La Hotel.
- Kekuatan citra bisnis di pusat kota.
- Kerjasama pemasaran dengan pelaku industri pusat perbelanjaan modern yang
tersebar di Surabaya Pusat
Selain keunggulan zona pengembangan wilayah, terdapat juga beberapa kendala yang harus
diatasi :
- Belum adanya dinas khusus yang menangani MICE termasuk diantaranya untuk maju
tender pengadaan event internasional di Surabaya.
- Tidak adanya koordinasi dan perencanaan untuk kepentingan wisata yang dapat
membuat wisatawan nusantara datang ke Surabaya untuk belanja sekaligus mengikuti
kegiatan Surabaya City Tour yang bisa ditawarkan pada saat ada event dari wisata
belanja.

32
2.5.3 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Ketersediaan air minum menjadi salah satu penentu dalam peningkatan kesehatan,
kesejahteraan, dan produktivitas masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan
prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Surabaya, selanjutnya disebut RISPAM Kota
Surabaya, diperlukan agar kebutuhan air minum dalam rangka pengembangan Kota
Surabaya dapat terpenuhi dengan rencana-rencana pembangunan yang terpadu. Berikut
gambaran kondisi atau arahan rencana yang terdapat pada wilayah perencanaan :

a. Gambaran Kondisi

33
Peta 2.4 Jangkauan Pelayanan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

Sumber: RISPAM Kota Surabaya Tahun 2015

34
Peta 2.5 Pelayanan Instalasi Produksi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya

Sumber: RISPAM Kota Surabaya Tahun 2015

35
b. Arahan Rencana
Berdasarkan dokumen RISPAM Kota Surabaya Tahun 2015. Arahan rencana
pengembangan sistem air minum yang berkaitan dengan Wilayah Pengembangan,
antara lain :
1) Alternatif air baku yang dimiliki oleh Kota Surabaya salah satunya berasal
dari Used Water Bozem Morokrembangan.
2) Pengembangan SPAM Kota Surabaya menggunakan skenario pengembangan
strategis yang didasari pada dua sasaran, yaitu:
- Peningkatan cakupan pelayanan menuju teraksesnya penduduk
terhadap air minum yang aman dan sehat.
- Meningkatkan kualitas sarana pendukung keberlanjutan Sistem
Penyediaan Air Minum.
3) Rencana pengembangan jaringan berupa penambahan jalur perpipaan baru
primer, sekunder dan tersier.
4) Rencana pengembangan kapasitas, berupa pengembangan dan peningkatan
sistem produksi, pengembangan dan peningkatan sistem transmisi dan
distribusi, dan penambahan sambungan serta peningkatan pelayanan
pelanggan.
5) Rencana pengembangan dan peningkatan sistem transmisi dan distribusi,
berupa :
- Perencanaan Rinci (DED-Detailed Engineering Design) penataan kawasan
dan pembangunan reservoir bersama IPAM Ngagel berdasarkan studi yang
telah dilakukan.
- Pelaksanaan DED pembangunan instalasi pengolahan lumpur IPAM Ngagel
- Pelaksanaan pembangunan reservoir pelayanan.
- Pelaksanaan pembangunan sistem monitoring on-line / SCADA sistem
distribusi
- Pelaksanaan peremajaan aset sistem distribusi
- Pembangunan Genset

2.6 Sintesis Kebijakan


Mayoritas kebijakan yang telah dievaluasi memberikan pedoman yang jelas mengenai
peran penting Kecamatan Genteng dalam upaya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi
kota Surabaya. Fokus utama pengembangan terletak pada Kawasan Segi Empat Emas
Tunjungan dan lingkungannya, yang telah ditetapkan sebagai pusat perdagangan jasa dan
perkantoran. Pentingnya wilayah ini sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi kota Surabaya
ditekankan dalam berbagai kebijakan. Selain itu, terdapat kebutuhan yang mendesak untuk
mengelola dan merawat Kawasan Segi Empat Emas Tunjungan dengan optimal guna
mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi kota Surabaya. Inisiatif ini mencerminkan

36
penekanan pada infrastruktur dan strategi pengembangan yang tepat untuk memastikan
kawasan ini berkontribusi maksimal dalam menggairahkan pertumbuhan ekonomi kota.

37
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Kondisi Administrasi
3.1.1 Wilayah Delineasi
Peta 3.1.1 Delineasi Wilayah Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana

38
3.1.2 Pembagian Blok Wilayah Perencanaan

Tabel 3.1.1 Luas Pembagian Blok Wilayah Perencanaan


Kode Blok Luas (ha)
I 88,45
II 57,79
III 78,09
IV 52,48
V 101,35
VI 29,41
VII 27,71

Sumber: Analisis Perencana

Pembagian blok adalah tahap esensial dalam proses penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR). Skala RDTR yang harus tetap di bawah 1:5000 adalah parameter penting
yang harus diperhatikan, dan inilah mengapa pembagian blok memegang peran penting.
Melalui pembagian blok, kita dapat menghadirkan detail yang sesuai dan relevan dalam
perencanaan RDTR. Lebih dari itu, pendekatan ini juga membuka peluang untuk
menciptakan perencanaan wilayah yang lebih kompleks dengan mempertimbangkan struktur
dan pola ruang yang lebih mendalam di seluruh wilayah tersebut.
Pembagian blok ini mencakup pembagian menjadi tujuh blok yang di beberapa kasus
mungkin terpisah oleh elemen alam seperti sungai Kali Mas dan elemen geografis lainnya.
Dengan mengakomodasi fitur alami ini, RDTR dapat memberikan solusi perencanaan yang
lebih efektif, yang sesuai dengan karakteristik unik wilayah tersebut. Melalui pendekatan ini,
upaya perencanaan tata ruang dapat menjadi lebih holistik dan menghasilkan manfaat yang
lebih besar untuk perkembangan wilayah tersebut.

39
Peta 3.1.2 Pembagian Blok Wilayah Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

40
3.2 Aspek Fisik Dasar
3.2.1 Topografi Wilayah
Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik suatu wilayah
yang mana dapat mengetahui potensi dan kendala fisik perkembangan suatu
kawasan/wilayah. Kecamatan Genteng dan wilayah disekitarnya merupakan
dataran rendah dengan variasi ketinggian antara 0 - 40 m dengan rata-rata
tinggi 0-15 m diatas permukaan laut serta kemiringan antara 0 – 50% dengan
didominasi oleh dataran datar hingga landai 0-15%.

41
Peta 3.2.1 Kelerengan Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

42
Peta 3.2.2 Ketinggian Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

43
3.2.2 Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan RTRW Kota Surabaya Kecamatan Genteng termasuk ke
dalam dataran aluvium (alluvial) atau andosol alluvium yang memiliki
kandungan kerakal, kerikil, lempung, dan setempat pecahan cakangan fosil.
Berdasarkan RDTRK UP VI Tunjungan Kecamatan Genteng bersedimen
Aluvial kelabu atau sedimen miosen dengan karakteristik pantai terdiri dari
bongkahan batuan, pasir pantai, kantong pasir dan bangunan pantai.

44
Peta 3.2.3 Jenis Tanah Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

45
Peta 3.2.4 Jenis Batuan Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

46
3.2.3 Hidrologi
Hidrologi adalah salah satu kondisi fisik dasar yang terkait erat dengan
ekosistem air. Dengan demikian, sangat penting mengetahui kondisi hidrologi
sebagai pertimbangan siklus air di sebuah kawasan. Dalam wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng, Daerah Aliran Sungai yang dimaksud
adalah Brantas. Sesuai dengan kondisi kemiringan topografi dari arah selatan
ke Utara (laut) maka seluruh aliran drainase mengalir dari Selatan ke Utara,
kecuali saluran Gunungsari yang mengalir dari Timur ke Barat dan sebaliknya.
Kecamatan Genteng dilalui oleh aliran sungai yaitu Kali Mas. Saluran
drainase tersebut bermuara pada wilayah pesisir di sebelah utara dari
Kecamatan Pabean Cantikan.

47
Peta 3.2.5 Daerah Aliran Sungai Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

48
3.2.4 Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim suatu
wilayah. Kondisi klimatologi Kecamatan Genteng secara makro tidak berbeda
dengan kondisi Kota Surabaya pada umumnya, maka data-data mengenai
klimatologi Surabaya dapat dianggap berlaku untuk wilayah survei.

49
Peta 3.2.6 Curah Hujan Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

50
3.2.4.1 Suhu
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air di udara berubah-ubah
bergantung pada suhu atau temperatur udara. Semakin tinggi suhu (panas), semakin
banyak kandungan uap airnya. Sedangkan pengertian dari temperatur atau suhu udara
adalah suhu panas/ dinginnya udara di suatu tempat pada waktu tertentu, yang
dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya panas matahari yang diterima di bumi.

Tabel 3.2.1 Kelembapan dan Temperatur Kecamatan Genteng Tahun 2022

Suhu (°C) Kelembaban (%)


Bulan
Minimum Rata-Rata Maksimum Minimum Rata-Rata Maksimum

Januari 22,8 26,7 33,4 60,0 86,8 100,0

Februari 21,0 27,0 33,2 58,0 85,0 100,0

Maret 21,9 27,7 34,6 53,0 83,1 100,0

April 20,0 28,6 34,3 46,0 78,0 97,0

Mei 23,8 29,2 33,6 54,0 76,8 94,0

Juni 23,3 28,5 33,2 56,0 80,4 99,0

Juli 21,2 27,7 33,8 46,0 75,0 95,0

Agustus 22,0 28,4 34,0 45,0 73,1 94,0

September 23,4 28,6 35,2 44,0 74,0 97,0

Oktober 23,6 29,3 36,0 43,0 72,2 94,0

November 22,6 27,6 35,2 47,0 83,6 98,0

Desember 23,2 27,8 34,0 50,0 83,5 100,0


Sumber : BPS Kecamatan Genteng 2022

3.2.4.2 Kecepatan Angin


Kecepatan angin adalah ukuran seberapa cepat udara bergerak di sekitar suatu lokasi.
Kecepatan angin dapat diukur dalam berbagai satuan, seperti kilometer per jam (km/jam),
meter per detik (m/s), atau mil per jam (mph). Kecepatan angin dapat berubah-ubah
sepanjang waktu dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tekanan atmosfer, suhu,
topografi, dan perubahan cuaca. Kecepatan angin yang rendah biasanya dianggap sebagai
angin yang tenang, sedangkan kecepatan angin yang tinggi dapat dianggap sebagai angin
yang kencang atau badai tergantung pada intensitasnya.

51
Tabel 3.2.2 Kecepatan Angin dan Tekanan Udara Kecamatan Genteng Tahun 2022

Kecepatan Angin (m/det) Tekanan Udara (mb)


Bulan
Minimum Rata-Rata Maksimum Minimum Rata-Rata Maksimum

Januari Calm 5,6 27,0 1003,3 1007,6 1011,1

Februari Calm 7,2 31,0 1002,2 1008,4 1012,2

Maret Calm 4,2 26,0 1002,1 1008,5 1012,7

April Calm 4,5 28,0 1002,5 1009,5 1013,1

Mei Calm 5,0 14,0 998,7 1008,9 1012,4

Juni Calm 4,5 22,0 1004,7 1010,4 1013,2

Juli Calm 4,9 20,0 1006,2 1010,2 1013,6

Agustus Calm 5,6 19,0 1006,2 1010,6 1014,0

September Calm 5,7 26,0 1003,4 1010,0 1014,5

Oktober Calm 5,0 19,0 1004,4 1009,2 1014,1

November Calm 3,9 25,0 1003,0 1007,8 1012,2

Desember Calm 4,5 20,0 1004,0 1008,6 1012,8


Sumber : BPS Kecamatan Genteng 2022

3.2.4.3 Curah Hujan


Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh ke permukaan bumi dalam suatu
wilayah atau lokasi tertentu dalam jangka waktu tertentu. Ini adalah salah satu parameter
penting dalam ilmu cuaca dan iklim, serta memiliki dampak besar dalam kehidupan
sehari-hari, pertanian, lingkungan, dan sektor lainnya.Berdasarkan Data BPS pada
Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022, curah hujan yang turun di Kecamatan Genteng
tidak menentu pada setiap bulannya, dibuktikan dari tabel curah hujan berikut:

Tabel 3.2.3 Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan, dan Lama Penyinaran Kecamatan Genteng
Tahun 2022

Jumlah Curah Jumlah Hari Lama Penyinaran


Bulan
Hujan (mm) Hujan (Hari) Matahari (Jam)

Januari 551,8 25 20,9

Februari 433,2 24 35,7

Maret 261,9 21 44,9

52
April 119,6 13 57,6

Mei 10,2 3 63,0

Juni 154,8 11 60,6

Juli 17,1 3 66,9

Agustus 1,5 1 74,4

September 47,0 5 59,6

Oktober 15,0 3 62,0

November 365,6 20 34,0

Desember 436,4 22 37,6


Sumber : BPS Kecamatan Genteng 2022

3.2.3 Bencana
Bencana adalah peristiwa alam atau peristiwa yang disebabkan oleh aktivitas manusia
yang mengakibatkan kerusakan besar, penderitaan, dan gangguan serius terhadap kehidupan
manusia, hewan, dan lingkungan. Bencana dapat terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga, atau
dapat berkembang secara perlahan. Bencana dapat meliputi berbagai jenis, termasuk bencana
alam dan bencana buatan manusia. Bencana alam meliputi gempa bumi, tsunami, badai
tropis, banjir, tanah longsor, kekeringan, gunung berapi, dan cuaca ekstrem seperti tornado
dan siklon. Bencana buatan manusia meliputi kecelakaan industri, konflik bersenjata,
bencana nuklir, polusi lingkungan, kebakaran, dan ledakan. Tercatat dalam kurun waktu 5
tahun pada wilayah Kecamatan Genteng dan sekitarnya tidak terjadi bencana alam seperti
tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor. Pasa kawasan perencanaan
terdapat beberapa kawasan yang memiliki risiko bencana tertentu namun tidak adanya risiko
bencana untuk tsunami dan abrasi karena kawasan yang jaraknya jauh dari pesisir pantai,
tidak adanya risiko longsor dan gunung berapi karena kawasan merupakan dataran rendah
dengan kemiringan serta ketinggian yang cenderung rendah serta tidak adanya gunung api
pada lokasi sekitar.

53
Peta 3.2.7 Risiko Gempa Bumi Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

54
Peta 3.2.8 Risiko Kekeringan Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

55
Peta 3.2.9 Risiko Cuaca Ekstrim Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

56
Peta 3.2.10 Risiko Banjir Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

57
Peta 3.2.11 Risiko Likuifaksi Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

58
Peta 3.2.12 Risiko Multi Bencana Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana

59
3.3 Aspek Tata Guna Lahan dan Intensitas Pemanfaatan Ruang
3.3.1 Penggunaan Lahan Eksisting
Penggunaan lahan eksisting di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng, Kota
Surabaya cukup bervariatif. Penggunaan lahan di wilayah tersebut mencakup pemukiman,
sarana pelayanan umum, ruang terbuka hijau, area bercampur, kawasan perlindungan, sarana
pelayanan umum, dan lainnya. Jenis perumahan kepadatan tinggi dan perdagangan dan jasa
skala kota menjadi jenis penggunaan lahan yang paling di area tersebut. Hal tersebut sesuai
dengan arahan yang terdapat pada RTRW Kota Surabaya 2014-2034 yang menjadikan
Kecamatan Genteng sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa serta area pemukiman
yang terstruktur.
Perumahan kepadatan tinggi yang berada di Kecamatan Genteng memiliki luas sekitar
102,4 ha atau sekitar 27,5 % dari total luas wilayah perencanaan. Terdapat blok-blok atau
area yang menjadi pusat-pusat area perumahan, seperti pada blok I, II, dan blok 7. Di sisi
lain, jenis penggunaan lahan perdagangan dan jasa skala kota menempati posisi ke-2 sebagai
jenis yang mendominasi di kecamatan ini. Luas jenis penggunaan lahan tersebut sekitar 74,51
ha atau sekitar 20% dari total luas wilayah perencanaan. Blok IV, V, dan blok VI menjadi area
yang memiliki karakteristik perdagangan dan jasa skala kota sehingga ketiga area tersebut
merupakan zona tarikan di Kota Surabaya. Kedua jenis penggunaan lahan tersebut diikuti
dengan perumahan kepadatan sedang, perumahan kepadatan rendah, perdagangan dan jasa
skala wilayah perencanaan, dan perdagangan dan jasa skala sub wilayah perencanaan.
Wilayah perencanaan genteng yang didominasi oleh area pemukiman dan perdagangan dan
jasa menjadikan wilayah ini memiliki intensitas kegiatan yang tinggi di Kota Surabaya.

Gambar 3.3.1 Penggunaan Lahan Eksisting Wilayah Perencanaan

Sumber: Analisis Perencana, 2023

60
Peta 3.3.1 Peta Penggunaan Lahan Blok I WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

61
Peta 3.3.2 Peta Penggunaan Lahan Blok II WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

62
Peta 3.3.3 Peta Penggunaan Lahan Blok III WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

63
Peta 3.3.4 Peta Penggunaan Lahan Blok IV WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

64
Peta 3.3.5 Peta Penggunaan Lahan Blok V WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

65
Peta 3.3.6 Peta Penggunaan Lahan Blok VI WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

66
Peta 3.3.7 Peta Penggunaan Lahan Blok VII WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

67
3.3.2 Intensitas Pemanfaatan Ruang
3.3.2.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Dasar Bangunan yang merupakan tingkat perbandingan antara lahan
terbangun dan tidak terbangun di wilayah perencanaan Kota Surabaya memiliki tingkat yang
beragam, yaitu 0-20%, 20-40%, 40-60%, 60-80%, dan 80-100%. Kecamatan Genteng
merupakan kecamatan yang memiliki tingkat area terbangun yang sangat tinggi dibandingkan
area lainnya. Hal tersebut menjadikan Koefisien Dasar Bangunan dengan rentang 80-100%
mendominasi di area tersebut dengan luas sebesar 187,30 ha atau sekitar 50% dari wilayah
perencanaan. KDB dengan rentang tersebut cenderung terdapat di jenis penggunaan lahan
perumahan kepadatan tinggi dan perdagangan dan jasa skala sub wilayah perencanaan yang
memiliki lahan terbatas. Area perdagangan dan jasa skala kota cenderung memiliki tingkat
KDB antara 40-60% atau 60-80% begitu pula dengan perumahan kepadatan rendah.

Gambar 3.3.2 Bangunan KDB 40-60% Gambar 3.3.3 Bangunan KDB


80-100%

Sumber: Google Street View


Sumber: Google Street View

Gambar 3.3.4 Bangunan KDB 0-20%

Sumber: Google Street View

68
Peta 3.3.8 Koefisien Dasar Bangunan Blok I WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

69
Peta 3.3.9 Koefisien Dasar Bangunan Blok II WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

70
Peta 3.3.10 Koefisien Dasar Bangunan Blok III WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

71
Peta 3.3.11 Koefisien Dasar Bangunan Blok IV WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

72
Peta 3.3.12 Koefisien Dasar Bangunan Blok V WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

73
Peta 3.3.13 Koefisien Dasar Bangunan Blok VI WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

74
Peta 3.3.14 Koefisien Dasar Bangunan Blok VII WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

75
3.3.2.2 Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Koefisien Dasar Hijau yang merupakan tingkat perbandingan antara lahan area hijau
atau vegetasi dan keseluruhan lahan di wilayah perencanaan Kota Surabaya memiliki tingkat
yang beragam, yaitu 0-20%, 20-40%, 40-60%, dan 80-100%. Koefisien Dasar Hijau dengan
rentang 0-20% memiliki luas yang sangat tinggi, yaitu sekitar 248,47 ha atau sekitar 70% dari
wilayah perencanaan, dan disusul oleh rentang 20-40% dengan luas 103ha. Di sisi lain, area
yang memiliki tingkat KDH 80-100% hanya seluas 17 ha. Disparitas antara kedua tingkatan
tersebut mengindikasikan bahwa area hijau di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng,
Kota Surabaya masih sangatlah kurang. Hal tersebut disebabkan karena adanya kebutuhan
atau permintaan lahan untuk digunakan sebagai area terbangun yang cukup tinggi di area
tersebut. Area yang memiliki KDH dengan rentang 80-100% hanya terdapat pada jenis-jenis
penggunaan lahan ruang terbuka hijau, pemakaman atau jalur hijau di wilayah perencanaan
tersebut.

Gambar 3.3.5 Ruang dengan KDH 0-20% Gambar 3.3.6 Ruang KDH 80-100%

Sumber: Google Street View Sumber: Google Street View

76
Peta 3.3.15 Koefisien Dasar Hijau Blok I WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

77
Peta 3.3.16 Koefisien Dasar Hijau Blok II WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

78
Peta 3.3.17 Koefisien Dasar Hijau Blok III WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

79
Peta 3.3.18 Koefisien Dasar Hijau Blok IV WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

80
Peta 3.3.19 Koefisien Dasar Hijau Blok V WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

81
Peta 3.3.20 Koefisien Dasar Hijau Blok VI WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

82
Peta 3.3.21 Koefisien Dasar Hijau Blok VII WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

83
3.3.2.3 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Wilayah perencanaan Kecamatan Genteng, Kota Surabaya yang memiliki jenis
penggunaan lahan yang beragam mengakibatkan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) di
kecamatan tersebut memiliki jumlah lantai bangunan yang beragam pula. KLB dengan 1 dan
2 lantai merupakan nilai yang mendominasi di kecamatan tersebut dan cenderung terdapat
pada penggunaan lahan perumahan kepadatan tinggi dan sedang serta perdagangan jasa skala
sub wilayah perencanaan dengan luas sekitar 128 ha dan 101 ha. Di samping itu, area yang
memiliki KLB dengan nilai yang tinggi atau lebih dari 4 lantai juga mendominasi kecamatan
tersebut. Hal itu dikarenakan kecamatan ini menjadi pusat perdagangan dan jasa di Kota
Surabaya sehingga mengakibatkan banyaknya gedung-gedung tinggi yang ada di wilayah
perencanaan. Area yang memiliki tingkat KLB >4 memiliki luas sekitar 71 ha di wilayah
perencanaan atau sekitar 20% dari total luas wilayah perencanaan.

Gambar 3.3.7 Bangunan KLB >4 Gambar 3.3.8 Bangunan KLB 1-2

Sumber: Google Street View Sumber: Google Street View

84
Peta 3.3.22 Koefisien Lantai Bangunan Blok I WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

85
Peta 3.3.23 Koefisien Lantai Bangunan Blok II WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

86
Peta 3.3.24 Koefisien Lantai Bangunan Blok III WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

87
Peta 3.3.25 Koefisien Lantai Bangunan Blok IV WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

88
Peta 3.3.26 Koefisien Lantai Bangunan Blok V WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

89
Peta 3.3.27 Koefisien Lantai Bangunan Blok VI WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

90
Peta 3.3.28 Koefisien Lantai Bangunan Blok VII WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

91
3.3.2.4 Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis sempadan bangunan yang ada di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng,
Kota Surabaya didominasi besar jarak 0 sampai 10 meter dari garis terluar bangunan ke ruas
jalan. GSB dengan rentang 0-10 meter mencakup area di wilayah perencanaan sekitar
298,005 ha atau lebih dari 80% di wilayah tersebut memiliki GSB di bawah 10 meter. Garis
sempadan bangunan dengan jarak 11-20 meter hanya terdapat 57 ha dan sisanya yaitu 17 ha
merupakan area yang tidak memiliki bangunan. Hal tersebut mengindikasikan sebagian besar
bangunan yang berada di wilayah perencanaan memiliki kerapatan yang sangat tinggi
sehingga tidak menyediakan ruang antara bangunan dengan ruas jalan. Semua jenis
penggunaan lahan, kecuali RTH, jalur hijau, dan perlindungan setempat memiliki Garis
Sempadan Bangunan yang rendah yaitu antara 0-10 meter.

Gambar 3.3.9 GSB Berjarak 0-10 meter Gambar 3.3.10 GSB Berjarak 11-20 meter

Sumber: Google Street View Sumber: Google Street View

92
Peta 3.3.29 Garis Sempadan Bangunan Blok I WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

93
Peta 3.3.30 Garis Sempadan Bangunan Blok II WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

94
Peta 3.3.31 Garis Sempadan Bangunan Blok III WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

95
Peta 3.3.32 Garis Sempadan Bangunan Blok IV WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

96
Peta 3.3.33 Garis Sempadan Bangunan Blok V WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

97
Peta 3.3.34 Garis Sempadan Bangunan Blok VI WP

Sumber: Observasi Google Earth, 2023

98
Peta 3.3.35 Garis Sempadan Bangunan Blok VII WP

Sumber: Observasi Google Earth, 202

99
3.3.3 Hak Guna Lahan
Berdasarkan data yang didapat, setidaknya terdapat 4 jenis hak guna lahan yang ada di
wilayah perencanaan Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, yaitu Hak Pakai dengan luas 55,55
ha, Hak Milik seluas 170,12 ha, Hak Guna Bangunan 142,081 dan berstatus kosong sekitar
5,4 ha. Wilayah yang memiliki status Hak Milik cenderung terdapat pada jenis penggunaan
lahan pemukiman dan Hak Guna Bangunan pada wilayah-wilayah perdagangan dan jasa
sedangkan Hak Pakai cenderung terdapat pada area-area fasilitas umum, seperti RTH,
perkantoran, sarana pelayanan umum, perlindungan setempat, dan yang lainnya.

100
Peta 3.3.36 Hak Guna Lahan Blok I WP

Sumber: ATR/BPN 2023

101
Peta 3.3.37 Hak Guna Lahan Blok II WP

Sumber: ATR/BPN 2023

102
Peta 3.3.38 Hak Guna Lahan Blok III WP

Sumber: ATR/BPN 2023

103
Peta 3.3.39 Hak Guna Lahan Blok IV WP

Sumber: ATR/BPN 2023

104
Peta 3.3.40 Hak Guna Lahan Blok V WP

Sumber: ATR/BPN 2023

105
Peta 3.3.41 Hak Guna Lahan Blok VI WP

Sumber: ATR/BPN 2023

106
Peta 3.3.42 Hak Guna Lahan Blok VII WP

Sumber: ATR/BPN 2023

107
3.4 Aspek Kependudukan
3.4.1 Jumlah Penduduk
Kecamatan Genteng mengalami perubahan jumlah penduduk tiap tahunnya dan pada
laporan ini akan dibahas perubahan jumlah penduduk mulai tahun 2017 hingga tahun 2021.
Data yang tertera diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya.
Berikut ini adalah tabel dan diagram jumlah penduduk di Kecamatan Genteng dari tahun
2017 hingga tahun 2021.

Tabel 3.4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Genteng dan Tegalsari Tahun 2017-2021

Jumlah Penduduk
Kelurahan
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Embong
14010 13191 13397 12020 11870 11928 11676
Kaliasin
Ketabang 8905 7546 7697 7223 7232 7328 7129
Genteng 10227 8562 8731 8337 8276 8372 8141
Peneleh 16586 15101 15429 14280 14108 14177 13884
Kapasari 20941 17534 17911 16601 16639 16796 16307
Kedungdor
14030 11748 12000 11123 11148 11253 15407
o
Jumlah 84.699 73.682 75.165 69.573 69.273 69.854 72532
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka

3.4.2 Persebaran Penduduk


Persebaran penduduk meliput data kepadatan penduduk di Kecamatan Genteng.
Seperti yang diketahui dalam Kecamatan Genteng Dalam Angka, luas yang dimiliki oleh
Kecamatan Genteng sebesar 3,41 km2. Dengan mengetahui luas wilayah dan jumlah
penduduk dapat diketahui pula kepadatan penduduk di Kecamatan Genteng. Data lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel kepadatan penduduk dibawah ini:

Tabel 3.4.2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Genteng dan Tegalsari Tahun 2022

Luas Jumlah Kepadatan


Kelurahan
(km2) Penduduk Penduduk

Embong Kaliasin 1,1 11928 10843

Ketabang 0,98 7328 7477

Genteng 0,53 8372 15769

Peneleh 0,45 14177 31504

108
Kapasari 0,35 16796 47988

Kedungdoro 0,29 15589 53755

Jumlah 3,7 74190 135832


Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2023

Peta 3.2.1 Kepadatan Penduduk Kecamatan Genteng Tahun 2022

Sumber: Analisis Penulis, 2023

3.4.3 Komposisi Penduduk


a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di tiap desa di Kecamatan Genteng juga dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin. Sex ratio atau rasio jenis kelamin adalah perbandingan
banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu
daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya laki-laki per 100
perempuan. Sex Ratio = Dengan k =100. Dengan menggunakan rumus ini,
didapatkan nilai rasio jenis kelamin penduduk Kecamatan Genteng sebagai berikut
:

109
Tabel 3.4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Genteng dan Tegalsari
Tahun 2022

Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

Embong Kaliasin 5911 6017 11928

Ketabang 3523 3805 7328

Genteng 4086 4286 8372

Peneleh 6877 7300 14177

Kapasari 8336 8460 16796

Kedungdoro 7653 7935 15589

Jumlah 36135 37578 73714


Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2023

b. Jumlah Penduduk Menurut Agama


Komposisi penduduk Kecamatan Genteng berdasarkan agama
dikelompokkan menjadi Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan lainnya.
Menurut Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022, jumlah penganut terbesar adalah
Islam sebesar 44.320 jiwa kemudian diikuti Kristen sebesar 8.090 jiwa dan Katolik
sebesar 3.097 jiwa. Sedangkan jumlah penganut terendah ada pada agama
Konghucu sebesar 43 jiwa.

Tabel 3.4.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama Kecamatan Genteng dan Tegalsari Tahun
2022

Jumlah Penduduk Menurut Agama


Kelurahan
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu

Embong
10354 984 362 212 12 4
Kaliasin

Ketabang 4522 1553 779 461 9 4

Genteng 6273 1361 357 371 10 0

Peneleh 10121 2296 927 720 95 17

Kapasari 13806 1765 634 566 8 14

Kedungdoro 13888 1174 371 10 137 9

110
Jumlah 58967 9133 3430 2340 271 48
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2023

c. Jumlah Penduduk Menurut Umur


Komposisi penduduk menurut usia dapat digunakan untuk menentukan
angka ketergantungan (dependency ratio) suatu wilayah. Penghitungan dependency
ratio ini dilakukan dengan penggolongan jumlah penduduk usia produktif yang
berusia antara 15-64 tahun dan jumlah penduduk usia non produktif yang dengan
usia 14 tahun kebawah dan 65 tahun keatas. Angka ketergantungan ini digunakan
untuk mengetahui tingkat perekonomian suatu daerah.

Tabel 3.4.5 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kecamatan Genteng Tahun 2021

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 Tahun 1703 1660 3363

5-9 Tahun 2250 2077 4327

10-14 Tahun 2309 2289 4598

15-19 Tahun 2266 2251 4517

20-24 Tahun 2263 2108 4371

25-29 Tahun 2215 2052 4267

30-34 Tahun 1978 1940 3918

35-39 Tahun 2295 2360 4655

40-44 Tahun 2217 2240 4457

45-49 Tahun 2094 2151 4245

50-54 Tahun 1842 1999 3841

55-59 Tahun 1609 1765 3374

60-64 Tahun 1331 1514 2845

65-69 Tahun 933 1295 2228

70-74 Tahun 591 819 1410

> 74 Tahun 586 1123 1709

Jumlah 28482 29643 58125

111
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan


Komposisi penduduk kecamatan Genteng berdasarkan tingkat Pendidikan
dibagi menjadi 9 kelompok yaitu : Tidak/Belum Sekolah, Tidak/Belum Tamat
SD/Sederajat, Tamat SD/Sederajat, Tamat SLTP/Sederajat, Tamat SLTA/Sederajat,
D1/D2, D3/Sarjana Muda.

Tabel 3.4.6 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kecamatan Genteng Tahun 2021

Tidak/
Tidak/ Tamat Tamat Tamat D3/
Belum D1/
Kelurahan Belum SD/ SLTP/ SLTA/ Sarjana
Tamat SD/ D2
Sekolah Sederajat Sederajat Sederajat Muda
Sederajat

Embong
2852 1094 1708 1564 3568 55 135
Kaliasin

Ketabang 1415 600 646 793 2297 44 72

Genteng 1764 658 813 1127 2911 36 100

Peneleh 3213 1114 1727 1753 4447 81 169

Kapasari 3958 1561 2844 2313 4589 82 137

Jumlah 13202 5027 7738 7550 17812 298 613


Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

e. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Tabel 3.4.7 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kecamatan Genteng Tahun 2021
Embong
Jenis Pekerjaan Ketabang Genteng Peneleh Kapasari
Kaliasin

Belum/Tidak Bekerja 3161 1584 1962 3589 4372

Mengurus Rumah
2213 1321 1529 2617 3225
Tangga

Pelajar Mahasiswa 2082 1316 1466 2373 2834

Pensiunan 36 30 24 49 43

PNS 79 82 75 112 102

TNI 16 12 12 8 11

112
POLRI 9 14 3 8 2

Perdagangan 3 9 2 3 10

Petani Pekebun 3 2 - 4 7

Peternak - - - - 1

Nelayan Perikanan - - - - 1

Industri 2 - - - 1

Konstruksi 1 - - 1 3

Transportasi - - 1 3 -

Karyawan Swasta 3211 2066 2606 4159 4804

Karyawan BUMN 13 13 24 27 12

Karyawan BUMD 1 5 2 2 6

Karyawan Honorer 9 12 6 10 14

Buruh Harian Lepas 10 - 1 11 38

Buruh Tani Perkebunan - 1 2 1 1

Pembantu Rumah
2 2 1 2 5
Tangga

Tukang Listrik 1 - - - 2

Tukang Batu 3 - - 2 10

Tukang Kayu 1 - - - 1

Tukang Sol Sepatu - - - - 3

Tukang Las Pandai Besi - - - - 2

Tukang Jahit 1 - 2 3 13

Penata Rias - - 1 1 2

Mekanik - - - 1 6

Seniman - 1 - 2 2

Penterjemah 1 - - - -

113
Pendeta 10 12 10 3 4

Wartawan 2 - - 3 1

Ustadz Mubaligh - - - - 2

Juru Masak 1 - - - -

Anggota DPRD Provinsi - 1 - - -

Dosen 8 16 12 27 6

Guru 49 39 34 103 82

Pengacara 1 1 2 4 -

Notaris - 2 - - 1

Konsultan 1 - - - -

Dokter 13 69 6 27 13

Bidan 1 - - 2 1

Perawat 5 17 3 14 9

Apoteker 1 2 3 1 2

Psikiater Psikolog - - - - 1

Penyiar Radio - - 1 - -

Pelaut 1 1 - - 1

Peneliti 1 - - - -

Sopir 10 2 3 8 37

Pialang - - - - 1

Pedagang 59 15 31 45 43

Wiraswasta 782 535 417 768 813

Lainnya 59 51 35 107 96

Total 11866 7277 8276 14106 16639


Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

114
3.4.4 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk secara umum dipengaruhi oleh faktor demografis yang
meliputi kelahiran, kematian, dan migrasi, demikian juga yang terjadi pada kondisi penduduk
di Kecamatan Genteng. Berikut adalah penjelasan dan analisis lengkap terkait pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Genteng. Sebagai tambahan, data-data yang ada sebagian besar
diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

3.4.4.1 Angka Kelahiran


Kelahiran atau fertilitas merupakan salah satu faktor alami yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Besar kecilnya jumlah kelahiran dalam suatu
penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya struktur umur, tingkat
pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status
pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepsi dan pendapatan atau kekayaan. Salah
satu komponen yang dapat mempengaruhi perubahan jumlah dan komposisi
penduduk dalam suatu negara adalah fertilitas. Mempelajari masalah fertilitas berarti
mempelajari tentang suatu tingkah laku fertilitas. Tingkah laku fertilitas, seperti
halnya tingkah laku seorang individu pada umumnya dengan faktor eksternal meliputi
lingkungan dan budaya. Untuk melihat pertumbuhan penduduk berdasarkan angka
kelahiran di Kecamatan Genteng, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4.8 Angka Kelahiran Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Kelahiran
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Embong Kaliasin 132 144 276

Ketabang 68 97 165

Genteng 55 65 120

Peneleh 154 152 306

Kapasari 253 242 495

Kedungdoro 188 213 401

Jumlah 850 913 1.763

Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

3.4.4.2 Angka Kematian


Kematian atau mortalitas adalah salah satu dari tiga komponen proses
demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk. Tinggi rendahnya tingkat
mortalitas penduduk di suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan
penduduk tetapi juga merupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat di daerah tersebut. Untuk melihat pertumbuhan penduduk berdasarkan
angka kematian di Kecamatan Genteng, dapat dilihat pada tabel berikut:

115
116
Tabel 3.4.9 Angka Kematian Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Kematian
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Embong Kaliasin 95 83 178

Ketabang 76 53 129

Genteng 74 64 138

Peneleh 146 149 295

Kapasari 147 131 278

Kedungdoro 141 119 260

Jumlah 679 599 1.278

Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

3.4.4.3 Migrasi
Salah satu faktor pertumbuhan penduduk lainnya adalah migrasi penduduk,
yang ditunjukkan dengan adanya penduduk datang ke Kecamatan Genteng dan pindah
dari Kecamatan Genteng ke daerah lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi niatan
untuk melakukan migrasi sangat kompleks. Diantara faktor tersebut yaitu, usia,
tingkat pendidikan, kepemilikan lahan, status pernikahan, pendapatan, kondisi
infrastruktur yang menjadi penentu seseorang untuk melakukan migrasi. Migrasi
banyak dilakukan oleh penduduk yang tidak memiliki lahan yang begitu luas dan
berpendapatan rendah, serta penduduk yang memiliki pendidikan tinggi. Arus migrasi
semakin lancar menuju kota dengan terus meningkatnya daya dukung infrastruktur
dan transportasi serta komunikasi kota yang semakin terus ditingkatkan, hal ini
memicu meningkatnya dorongan seseorang untuk terus melakukan migrasi. Untuk
melihat mobilitas penduduk di Kecamatan Genteng dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4.10 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021

Penduduk Pindah
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Embong Kaliasin 78 69 147

Ketabang 30 47 77

Genteng 30 48 78

Peneleh 81 71 152

Kapasari 85 96 181

117
Kedungdoro 106 105 211

Jumlah 410 436 846

Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

Tabel 3.4.11 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021

Penduduk Datang
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Embong Kaliasin 62 56 118

Ketabang 43 55 98

Genteng 28 29 57

Peneleh 66 68 134

Kapasari 81 64 145

Kedungdoro 76 83 159

Jumlah 356 355 711

Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

Berdasarkan data migrasi penduduk di wilayah perencanaan, terlihat bahwa ada


pergerakan signifikan dari dan ke kecamatan tersebut. Jumlah penduduk yang datang
mencapai 711 orang, menandakan adanya aliran masuk penduduk baru ke wilayah tersebut.
Sebaliknya, jumlah penduduk yang pindah sebanyak 846 orang menunjukkan bahwa terdapat
sejumlah besar penduduk yang meninggalkan kecamatan tersebut. Dengan selisih lebih tinggi
pada penduduk yang pindah, dapat disimpulkan bahwa terdapat netto migrasi negatif di
wilayah perencanaan ini.
Hal ini mungkin memicu pertanyaan tentang faktor-faktor yang menyebabkan
perpindahan penduduk, seperti perubahan ekonomi, peluang pekerjaan, atau faktor lainnya.
Analisis lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memahami dampak dari pergerakan
penduduk ini terhadap komunitas lokal, ekonomi, dan infrastruktur wilayah perencanaan.
Data ini bisa menjadi dasar untuk kebijakan atau tindakan yang dibutuhkan untuk memahami
dan mengatasi tren ini agar dapat mendukung perkembangan berkelanjutan kecamatan
tersebut.

3.4.5 Karakteristik Masyarakat


Pada Kecamatan Genteng terdapat dua kelompok masyarakat yaitu Kampung
Plampitan, Kampung Ketandan dan Kampung Peneleh. Kampung Peneleh merupakan salah
satu kawasan kuno. Warganya cukup partisipatif dalam mempertahankan dan memelihara
kondisi lingkungan tempat tinggal mereka sebagai kawasan cagar budaya. Memiliki
karakteristik khas warga kampung, yaitu rasa kebersamaan yang tinggi dan masih adanya
sifat gotong royong, sehingga menimbulkan partisipasi masyarakat yang tinggi dalam upaya

118
perbaikan kampung, misalnya dengan partisipasi dalam program PNPM Mandiri, Kompetisi
Green and Clean, dsb. Kampung Ketandan terletak di jalan Tunjungan yang merupakan
jantung Kota Surabaya, di Kampung Ketandan terdapat bangunan lawas yang merupakan
saksi sejarah kemerdekaan negara Indonesia. Selain bangunan lawas, di Kampung Ketandan
tumbuh dan berkembang budaya lokal yang masih dijaga dan dilestarikan oleh penduduk
setempat. Budaya lokal tersebut berupa kesenian daerah Tari Remo, Ludruk, Parikan, serta
budaya lokal lain berupa bahasa, sistem sosial, kebiasaan masyarakat setempat dan mata
pencaharian.
Terdapat berbagai organisasi masyarakat yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial,
budaya, dan keagamaan di Kecamatan Genteng. Beberapa di antaranya adalah Karang
Taruna, KPPD, LSM, dan sebagainya. Di Kecamatan Genteng, Surabaya, terdapat beberapa
tradisi dan budaya masyarakat yang masih dijaga dan dirayakan. Beberapa di antaranya
meliputi:
● Grebeg Sudiro: Salah satu tradisi terkenal di Genteng adalah Grebeg Sudiro. Acara ini
biasanya digelar dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh. Selama
Grebeg Sudiro, masyarakat dan pengunjung dapat menyaksikan parade barongsai,
musik tradisional, dan berbagai pertunjukan seni lainnya. Ini merupakan perayaan
multikultural yang menarik, yang mencerminkan toleransi dan keragaman budaya di
kawasan ini.
● Wayang Orang Genteng: Wayang orang merupakan salah satu seni pertunjukan
tradisional Jawa yang juga dijaga dan dilestarikan di Genteng. Pertunjukan wayang
orang di sini sering mengangkat cerita-cerita epik dari Mahabharata dan Ramayana.
Hal ini menjadi hiburan yang populer dan juga bagian dari budaya seni yang kaya di
daerah ini.
● Perayaan Agama: Genteng juga memiliki berbagai perayaan agama, seperti perayaan
Hari Raya Idul Fitri, Natal, Waisak, dan perayaan Tahun Baru Imlek. Masyarakat
dengan berbagai latar belakang agama merayakan perayaan-perayaan ini dengan
penuh semangat dan kebersamaan.
● Pertunjukan Seni dan Kesenian: Selain wayang orang, Genteng juga memiliki
berbagai kelompok seni dan kesenian tradisional yang aktif. Ada berbagai jenis
pertunjukan seperti tari tradisional, gamelan, dan teater yang sering mengisi
acara-acara budaya dan festival di wilayah ini.

3.5 Aspek Ekonomi


3.5.1 Produk Domestik Regional Bruto
Untuk membuat strategi pembangunan ekonomi kota, evaluasi ekonomi kota dan
sektor yang menjadi andalan sangat penting. Tujuan utamanya adalah untuk memaksimalkan
potensi lokal dan membuat kontribusi yang signifikan di tingkat lokal, regional, dan nasional.
Metode analisis ini melihat Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surabaya
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Selain itu, kita juga melakukan analisis struktur
ekonomi dengan menghitung kontribusi sektor-sektor dalam PDRB. Ini membantu kita
memahami fungsi yang dimainkan oleh masing-masing sektor.
Tetapi penilaian ini tidak lengkap tanpa menganalisis pertumbuhan sektor-sektor
selanjutnya. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah sektor-sektor yang memberikan

119
kontribusi signifikan juga mengalami pertumbuhan yang positif atau sebaliknya. Terakhir,
evaluasi sektor unggulan harus dilakukan untuk memverifikasi. Ini akan melibatkan
membandingkan kontribusi ekonomi Kecamatan Genteng dengan Kota Surabaya, yang
setara.

3.5.1.1 PDRB ADHK


Analisis struktur ekonomi untuk tahun 2018–2022 didasarkan pada PDRB
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) yang dijabarkan per lapangan usaha. PDRB
ADHK dipilih karena dapat mengurangi bias dalam perbandingan dengan menghitung
pertambahan nilai menggunakan harga acuan yang sama untuk setiap tahun. Dalam
perhitungan PDRB ADHK, dasar harga setiap tahun analisis yang dibandingkan
adalah yang sama, yaitu tahun 2010. Tabel perbandingan PDRB ADHK Kota
Surabaya dan grafiknya dapat dilihat di sini.

Tabel 3.5.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar Harga Konstan
2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2018-2022

Kategor Lapangan 2018 2019 2020 2021 2022


i Usaha

Pertanian,
A Kehutanan, dan 581,43 576,22 547,99 554,05 573,24
Perikanan

Pertambangan
B 20,76 20,78 19,46 19,48 19,09
dan Penggalian

Industri
C 73.322,75 77.271,87 76.384,52 79.366,60 84.567,58
Pengolahan

Pengadaan
D 1.546,27 1.546,27 1.449,67 1.538,15 1.661,67
Listrik dan Gas

Pengadaan Air,
Pengelolaan
E Sampah, 583,12 605,98 630,34 665,83 680
Limbah dan
Daur Ulang

F Konstruksi 38.480,42 40.576,45 38.387,74 40.070,07 42.633,58

120
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
G 109.848,22 116.305,50 106.340,87 114.183,33 122.122,63
Reparasi Mobil
dan Sepeda
Motor

Transportasi
H dan 19.046,86 20.497,98 19.477,42 19.874,94 22.684,94
Pergudangan

Penyediaan
I Akomodasi dan 58.411,74 62.886,69 56.053,24 57.221,63 62.076,39
Makan Minum

Informasi dan
J 25.613,46 27.531,90 29.511,28 31.281,79 32.264,42
Komunikasi

Jasa Keuangan
K 18.541,12 19.187,83 19.231,21 19.324,71 19.648,80
dan Asuransi

L Real Estat 10.165,86 10.784,96 11.000,30 11.179,68 11.634,82

M,N Jasa Perusahaan 8.867,97 9.474,54 8.801,22 8.974,26 9.490,09

Administrasi
Pemerintahan,
O Pertahanan dan 4.697,03 4.867,86 4.754,53 4.748,92 4.756,35
Jaminan Sosial
Wajib

P Jasa Pendidikan 9.064,16 9.668,10 9.934,44 9.993,04 10.001,20

Jasa Kesehatan
Q dan Kegiatan 3.023,59 3.254,59 3.539,30 3.722,15 3.782,45
Sosial

R,S,T,U Jasa lainnya 5.495,45 5.821,77 4.872,89 5.007,19 5.671,10

121
PDRB ADHK 387.303,94 410.879,31 390.936,42 407.725,83 434.268,34

Sumber: BPS Kota Surabaya, 2023

Gambar 3.5.1 Grafik Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2018-2022

Sumber: Hasil analisis penulis, 2023

Setelah dilakukannya analisis perkembangan, kita dapat melihat sektor dengan


pendapatan tertinggi di setiap tahunnya, yaitu sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan banyaknya sektor
perdagangan yang bernaung di salah satu tujuan wisata di Kota Surabaya, yaitu Jalan
Tunjungan.

122
Gambar 3.5.2 Grafik Analisis Pola Persebaran Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: Hasil analisis penulis, 2023

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 hingga 2020,
rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya mengalami penurunan sebesar -4.9%.
Penurunan tersebut diakibatkan oleh terjadinya pandemi COVID-19. Kemudian terjadi
pemulihan ekonomi pada tahun 2021, meningkat hingga mencapai nilai 4.3% atau dengan
kata lain terjadi kenaikan sebesar 9.2%. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata penurunan laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur, dimana nilainya
mencapai 6.7% atau mengalami peningkatan hingga 8.7%.
Berbeda dengan penilaian secara umum, meskipun secara keseluruhan sama-sama
meningkat pada periode 2018-2019, mengalami penurunan pada 2020 dan kembali
meningkat pada 2021. Namun jika ditinjau nilai per lapangan usaha, tidak seluruhnya
mengalami peningkatan dan penurunan yang sama dari tahun 2018 hingga 2022. Secara lebih
rinci, pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

123
Tabel 3.5.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kota Surabaya Tahun 2018-2022

Lapangan
Kategori 2018-2019 2019-2020 2020-2021 2021-2022 Rata-Rata
Usaha
Pertanian,
A Kehutanan, dan -0,9% -4,9% 1,1% 3,5% -0,3%
Perikanan
Pertambangan
B 0,1% -6,4% 0,1% -2,0% -2,0%
dan Penggalian
Industri
C 5,4% -1,1% 3,9% 6,6% 3,7%
Pengolahan
Pengadaan
D 0,0% -6,2% 6,1% 8,0% 2,0%
Listrik dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E Sampah, 3,9% 4,0% 5,6% 2,1% 3,9%
Limbah dan
Daur Ulang
F Konstruksi 5,4% -5,4% 4,4% 6,4% 2,7%
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
G 5,9% -8,6% 7,4% 7,0% 2,9%
Reparasi Mobil
dan Sepeda
Motor
Transportasi
H dan 7,6% -5,0% 2,0% 14,1% 4,7%
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 7,7% -10,9% 2,1% 8,5% 1,8%
Makan Minum
Informasi dan
J 7,5% 7,2% 6,0% 3,1% 6,0%
Komunikasi
Jasa Keuangan
K 3,5% 0,2% 0,5% 1,7% 1,5%
dan Asuransi
L Real Estat 6,1% 2,0% 1,6% 4,1% 3,4%
M,N Jasa Perusahaan 6,8% -7,1% 2,0% 5,7% 1,9%
Administrasi
Pemerintahan,
O Pertahanan dan 3,6% -2,3% -0,1% 0,2% 0,3%
Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 6,7% 2,8% 0,6% 0,1% 2,5%
Jasa Kesehatan
Q dan Kegiatan 7,6% 8,7% 5,2% 1,6% 5,8%
Sosial

124
R,S,T,U Jasa lainnya 5,9% -16,3% 2,8% 13,3% 1,4%
LAJU PERTUMBUHAN
6,1% 6,1% -4,9% 4,3% 6,5%
RATA-RATA

Sumber: Hasil analisis penulis, 2023

3.5.2 Investasi
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), investasi diartikan sebagai suatu kegiatan
penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang. Secara prinsip
investasi dibedakan menurut “investasi finansial” dan “investasi nonfinansial”. Investasi
finansial lebih ditujukan kepada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti
uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya
sedangkan investasi nonfinansial direalisasikan dalam bentuk investasi fisik (investasi riil)
yang berwujud “kapital” atau barang modal, termasuk pula didalamnya inventori
(persediaan). Meskipun demikian, investasi finansial pada saatnya juga dapat direalisasikan
menjadi investasi fisik.

3.5.2.1 PMA Kota Surabaya


Menurut UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, penanaman modal
adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam
negeri (PMDN) maupun penanam modal asing (PMA) untuk melakukan usaha di
wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman modal asing (PMA) adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Tabel 3.5.3 PMA Sektor Kota Surabaya


PMA SEKTOR 2022
JUMLAH
SEKTOR NILAI INVESTASI
PROYEK
Listrik, Gas dan Air 2 1.038.136.400.000
Perdagangan dan Reparasi 130 442.151.757.492
Transportasi, Gudang dan
43 365.895.066.052
Telekomunikasi
jasa lainnya 23 158.070.171.054
hotel dan restoran 74 137.831.743.606
industri makanan dan minuman 8 77.844.426.638
industri kimia dan farmasi 6 60.912.034.285
kesehatan 9 47.413.834.063
industri kayu 4 47.212.935.000

125
Industri Logam Dasar, Barang
Logam, Bukan Mesin dan 7 45.969.291.218
Peralatannya
industri mineral non logam 2 30.683.170.000
Perumahan, Kawasan Industri dan
18 28.965.702.205
Perkantoran
industri karet dan plastik 1 19.902.015.000
Industri Mesin, Elektronik,
Instrumen Kedokteran, Peralatan 2 19.782.910.000
Listrik, Presisi, Optik dan Jam
kehutanan 1 8.829.198.433
industri lainnya 3 6.472.488.387
Industri Kendaraan Bermotor dan
3 2.046.685.000
Alat Transportasi Lain
Perikanan 3 772.030.000
Industri Barang dari Kulit dan Alas
1 70.315.000
Kaki
Total 340 2.538.962.173.432,95

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Dari tabel diatas, diatas, dapat diketahui bahwa jumlah proyek PMA di Kota
Surabaya pada tahun 2022 adalah 340 proyek. Penyumbang proyek terbesar ada di
sektor Perdagangan dan Reparasi dengan total 130 proyek. Jumlah investasi terbesar
terdapat di sektor Listrik, Gas dan Air dengan total Rp. 1.038.136.400.000.

3.5.2.2 PMDN Kota Surabaya


Dalam UU No. 25 Tahun 2007, Penanaman modal dalam negeri (PMDN)
adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan
modal dalam negeri.

Tabel 3.5.4 PMDN Sektor Kota Surabaya


PMDN SEKTOR 2022
JUMLAH
SEKTOR NILAI INVESTASI
PROYEK
Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 353 7.591.880.080.854,00
Hotel dan Restoran 2330 4.599.817.239.100,00
Perdagangan dan reparasi 39518 4.400.813.277.279,00
Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi 1397 3.202.838.908.446,00
Jasa lainnya 9005 2.614.788.871.476,00
Industri makanan dan minuman 64 2.467.919.625.618,00

126
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan
218 2.415.668.090.543,00
Mesin dan Peralatannya
Konstruksi 2284 1.877.799.069.528,00
Kesehatan 68 745.481.551.426,00
Industri Mesin, Elektronik, Instrumen
Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan 41 603.669.370.766,00
Jam
Industri kimia dan farmasi 409 357.103.403.482,00
Listrik, Gas dan Air 154 330.742.549.814,00
Industri kertas dan percetakan 637 173.105.384.302,00
Industri Makanan 4168 143.735.397.057,00
Industri mineral non logam 49 128.045.000.000,00
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat
81 124.280.408.630,00
Transportasi Lain
Industri Karet dan Plastik 111 105.656.598.591,00
Industri tekstil 594 90.512.946.254,00
Industri lainnya 500 86.249.447.110,00
Perikanan 192 67.753.740.600,00
Tanaman Pangan, Perkebunan, dan peternakan 644 65.623.473.006,00
industri kayu 117 58.994.250.000,00
Industri Mesin, Elektronik, Instrumen
Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan 201 48.677.299.999,00
Jam
Pertambangan 106 26.911.580.000,00
Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 50 19.524.027.274,00
Kehutanan 69 11.257.205.870,00
Total 63360 32.358.848.797.025,00

Sumber: Dinas Penanaman Modal dan PTSP

Dari tabel diatas, diatas, dapat diketahui bahwa jumlah proyek PMDN di Kota
Surabaya pada tahun 2022 adalah 63.360 proyek. Penyumbang proyek terbesar ada di
sektor Perdagangan dan Reparasi dengan total 39.518 proyek. Jumlah investasi
terbesar terdapat di sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran dengan total
Rp. 7.591.880.080.854.

127
3.5.3 Kegiatan Ekonomi
Industri adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan bahan baku, bahan mentah,
bahan setengah jadi, dan bahan jadi dengan tujuan meningkatkan nilainya. Produk yang
dihasilkan oleh industri tidak selalu barang, tetapi juga dapat berupa jasa.

3.5.3.1 Sektor Primer


Industri primer adalah industri yang mengolah bahan mentah yang dihasilkan
oleh sektor primer, seperti pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan
pertambangan. Industri ini biasanya berfokus pada bahan mentah dan ditempatkan.
Meskipun Kecamatan Genteng merupakan wilayah yang memiliki laju pertumbuhan
ekonomi yang cukup besar, namun tidak memiliki industri primer.

3.5.3.2 Sektor Sekunder


Industri Sekunder adalah sektor industri yang melakukan pengolahan lebih
lanjut terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh industri primer. Bahan baku
dalam industri sekunder biasanya berupa barang jadi atau setengah jadi yang telah
diproduksi oleh industri lain. Secara umum, industri sekunder seringkali ditempatkan
dekat dengan industri-industri yang memproduksi bahan baku mereka, sehingga
memudahkan proses produksi dan rantai pasok secara efisien.
Kecamatan Genteng memiliki berbagai macam industri sekunder, antara lain
adalah manufaktur mesin, industri Zinc Oxide, industri gula, industri tekstil, industri
kosmetik, dan industri parfum.

3.5.3.3 Sektor Tersier


Industri tersier didefinisikan sebagai industri yang produk atau barangnya
terdiri dari layanan atau jasa. Kecamatan Genteng memiliki berbagai macam industri
tersier, antara lain adalah pemasok peralatan industri, pemasok elektronik, pemasok
kantong plastik, bengkel mobil/motor, pemasok peralatan telekomunikasi, dan
pemasok balok es.

3.5.4 Kesejahteraan Masyarakat


Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial,
kesejahteraan penduduk adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial
warga negara agar dapat hidup layak dan mengembangkan diri sehingga dapat menjalankan
fungsi sosialnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejahtera secara umum mengacu
pada keadaan manusia yang baik, dimana orang-orang sejahtera, dalam keadaan sehat, dan
dalam keadaan damai. Kemakmuran dalam ekonomi terkait dengan keuntungan materi.

3.5.4.1 Tingkat Kesejahteraan


Untuk menentukan kesejahteraan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) menyelenggarakan program pendataan keluarga. Data
kebahagiaan keluarga menurut tahapan keluarga sejahtera meliputi beberapa tahapan
diantaranya:
● Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS)

128
Keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 indikator Keluarga
Sejahtera I atau indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).
● Keluarga Sejahtera I (KS I)
Keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator KSI namun tidak
memenuhi salah satu dari 8 indikator KS II atau “indikator kebutuhan
psikologis” (psychological needs).
● Keluarga Sejahtera II (KS II)
Keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan
8 (delapan) indikator KS II,tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5
(lima) indikator Keluarga Sejahtera III (KS III),atau indikator
”kebutuhan pengembangan” (developmental needs).
● Keluarga Sejahtera III (KS III)
Keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8
(delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak
memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus
(KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self esteem).
● Keluarga Sejahtera III+ (KS III+)
Keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator
tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III,
serta 2 (dua) indikator tahapan KS III Plus.

3.5.4.2 Tingkat Kemiskinan


Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan Garis kemiskinan atau batas
kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk
memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Berikut adalah tabel
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Kota Surabaya pada tahun 2018-2022.

3.6 Aspek Sarana


Sarana merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan
pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya. Adapun sarana yang akan
dianalisis dalam sub bab ini terdiri atas sarana pendidikan; sarana kesehatan; sarana
peribadatan; sarana pemerintahan dan pelayanan publik; sarana perdagangan dan jasa;
sarana sosial, budaya, dan rekreasi; serta sarana berupa RTH dan olahraga. Proses
pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu survei primer dan survei sekunder.
Survei sekunder dilakukan dengan cara survei melalui literatur, Kecamatan Genteng
dalam Angka, dan data dari instansi terkait untuk melihat jumlah sarana pada
masing-masing kelurahan. Kemudian data hasil survei sekunder divalidasi dengan
melakukan survei primer berupa observasi lapangan baik secara langsung maupun
melalui google citra satelit.

3.6.1 Sarana Pendidikan


Pendidikan merupakan hal yang penting dalam upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia pada sebuah kawasan. Dengan kompetensi sumber daya

129
manusia yang bermutu, kreatif, dan inovatif akan mendorong perkembangan
kawasan ke arah yang lebih maju. Jadi, dapat dikatakan bahwa kualitas penyediaan
sarana pelayanan pendidikan di sebuah kawasan akan ikut mempengaruhi kualitas
SDM yang dihasilkan. Apabila kualitas penyediaan sarana pendidikan di sebuah
kawasan baik, maka akan menghasilkan kualitas SDM yang baik juga dan dapat
mendorong pembangunan regional di kawasan tersebut. Sarana pendidikan di
Kecamatan Genteng tersedia dari PAUD/taman kanak-kanak, SD/sederajat,
SMP/sederajat, dan SMA/sederajat.
Pengamatan sarana pendidikan di Kecamatan Genteng dilakukan melalui
survei sekunder dengan mengambil data Dapodik tahun 2023 kemudian divalidasi
melalui google maps street views. Berikut disajikan tabel jumlah sarana pendidikan
di Kecamatan Genteng

Tabel 3.6.1 Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Genteng

Taman SD/Mi SMP/MTs SMA/SMK/MA


No Kelurahan Kanak- Negeri Swast Negeri Swast Negeri Swasta Total
Kanak a a

1 Embong 5 3 1 0 2 1 2 14
Kaliasin

2 Ketabang 4 0 3 1 0 5 0 13

3 Genteng 3 6 4 2 2 0 2 19

4 Peneleh 3 0 1 0 1 0 1 6

5 Kapasari 4 0 1 1 0 1 3 10

Total 19 19 9 15 62
Sumber: Dapodik dan Google Maps, 2023

Terlihat pada tabel di atas bahwa sarana pendidikan yang tersedia di


Kecamatan Genteng sudah lengkap dan beragam mulai dari taman kanak-kanak, sd,
smp, hingga sma. Masing-masing kelurahan juga sudah terakomodasi kebutuhan
pendidikannya dari tiap jenjang pendidikan. Namun, di Kecamatan Genteng sendiri
memang tidak ada sarana pendidikan berupa perguruan tinggi. Melalui tabel di atas
juga terlihat bahwa Kelurahan Genteng memiliki jumlah sarana pendidikan paling
banyak, sedangkan Kecamatan Peneleh memiliki jumlah sarana pendidikan paling
sedikit. Adapun kondisi pada masing-masing sarana di Kecamatan Genteng dapat
dikatakan layak, berikut disajikan hasil dokumentasi sampel pada tiap jenjang
pendidikan.

130
Gambar 3.6.1 Sarana Pendidikan Kecamatan Genteng

Sumber: Google Citra Satelit, 2023

Berdasarkan pedoman SNI 03-1733-2004, sarana pendidikan harus dapat


dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Untuk jenjang TK dan SD harus berada
di tengah kelompok warga, tidak menyebrang jalan raya, dan bergabung dengan
taman. Adapun hasil observasi menunjukkan bahwa sarana pendidikan jenjang TK
dan SD di Kecamatan Genteng sendiri masih kurang sesuai dengan SNI dimana
masih ada yang berada di jalan raya dan tidak bergabung dengan taman. Sedangkan
untuk jenjang SMP dan SMA menurut SNI harus dapat dijangkau dengan kendaraan
umum, disatukan dengan lapangan olahraga, dan tidak harus berada di pusat
lingkungan. Melalui hasil observasi diketahui bahwa penempatan SMP dan SMA di
Kecamatan Genteng sudah cukup sesuai dengan standar nasional yang ditetapkan.
Berikut disajikan peta persebaran sarana pendidikan di Kecamatan Genteng
berdasarkan blok.

131
Peta 3.6.1 Persebaran Sarana Pendidikan Blok I

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

132
Peta 3.6.2 Persebaran Sarana Pendidikan Blok II

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

133
Peta 3.6.3 Persebaran Sarana Pendidikan Blok III

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

134
Peta 3.6.4 Persebaran Sarana Pendidikan Blok IV

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

135
Peta 3.6.5 Persebaran Sarana Pendidikan Blok V

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

136
Peta 3.6.6 Persebaran Sarana Pendidikan Blok VI

Sumber: Pemetaan
Penulis, 2023

137
Peta 3.6.7 Persebaran Sarana Pendidikan Blok VII

Sumber: Pemetaan
Penulis, 2023

138
3.6.2 Sarana Kesehatan
Dalam sebuah kawasan, sarana kesehatan diperlukan untuk meningkatkan
derajat hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui fungsinya untuk menyediakan
pelayanan di bidang kesehatan bagi kebutuhan individu maupun kelompok
masyarakat. Selain itu, sarana kesehatan juga menjadi unit pembantu dalam
pengendalian pertumbuhan penduduk. Adapun pada Kecamatan Genteng terdapat
sarana kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan apotek.
Pengamatan sarana kesehatan di Kecamatan Genteng dilakukan melalui survei
sekunder dengan mengambil data dari Kecamatan Genteng dalam Angka tahun
2023 kemudian divalidasi melalui google maps street views. Berikut disajikan tabel
jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Genteng.

Tabel 3.6.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Genteng

Rumah
No Kelurahan Puskesmas Poliklinik Apotek Posyandu
Sakit

1 Embong Kaliasin 0 0 5 0 0

2 Ketabang 1 1 2 1 2

3 Genteng 0 0 0 0 1

4 Peneleh 1 1 1 2 1

5 Kapasari 0 0 0 3 0

Total 2 2 7 6 4
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka dan Google Maps, 2023

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Genteng sudah


memiliki beragam jenis sarana kesehatan untuk menunjang kebutuhan masyarakat,
diantaranya adalah rumah sakit, puskesmas, poliklinik, apotek, dan posyandu.
Meskipun begitu, tidak semua kelurahan memiliki semua jenis fasilitas kesehatan,
misalnya saja di Kelurahan Genteng yang hanya terdapat satu posyandu dan
Kelurahan Kapasari yang hanya terdapat tiga apotek.
Jika mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2020 tentang
klasifikasi dan perizinan rumah sakit, Kecamatan Genteng memiliki 1 rumah sakit
umum dan 1 rumah sakit khusus. Adapun rumah sakit umum yang dimaksud adalah
Rumah Sakit Umum kelas B Adi Husada yang terletak di Kelurahan Ketabang,
sedangkan rumah sakit khusus yang dimaksud adalah Rumah Sakit Mata Undaan
kelas B yang berlokasi di Kelurahan Peneleh.Berikut disajikan hasil dokumentasi
sampel setiap jenis sarana kesehatan dan peta persebaran sarana kesehatan per blok.

139
Gambar 3.6.2 Sarana Kesehatan Kecamatan Genteng

Sumber: Google Citra Satelit

140
Peta 3.6.8 Persebaran Sarana Kesehatan Blok I

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

141
Peta 3.6.9 Persebaran Sarana Kesehatan Blok II

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

142
Peta 3.6.10 Persebaran Sarana Kesehatan Blok III

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

143
Peta 3.6.11 Persebaran Sarana Kesehatan Blok IV

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

144
Peta 3.6.12 Persebaran Sarana Kesehatan Blok V

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

145
Peta 3.6.13 Persebaran Sarana Kesehatan Blok VII

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

146
3.6.3 Sarana Peribadatan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani masyarakat, maka diperlukan
pembangunan fasilitas tempat ibadah yang memadai. Penyediaan fasilitas
peribadatan skala lokal diarahkan pada masing-masing wilayah pengembang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi eksisting wilayah tersebut. Sarana peribadatan di
Kecamatan Genteng meliputi masjid, mushola, vihara, dan gereja. Pengamatan
sarana peribadatan di Kecamatan Genteng dilakukan melalui survei sekunder
dengan mengambil data Kecamatan Genteng Dalam Angka tahun 2023 kemudian
divalidasi melalui google maps street views. Berikut disajikan tabel jumlah sarana
peribadatan di Kecamatan Genteng.

Tabel 3.6.3 Jumlah Sarana Peribadatan Kecamatan Genteng

No Kelurahan Masjid Mushola Gereja Vihara

1 Embong 3 0 1 1
Kaliasin

2 Ketabang 2 2 4 1

3 Genteng 2 1 4 2

4 Peneleh 1 3 0 0

5 Kapasari 0 2 0 2

Total 8 8 9 6
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka dan Google Maps, 2023

Berdasarkan tabel di atas, sarana peribadatan di Kecamatan Genteng sudah


cukup beragam. Namun memang belum ditemukan tempat ibadah berupa klenteng
di kecamatan ini. Adapun kondisi masing-masing sarana peribadatan dapat
dikatakan layak, berikut disajikan hasil dokumentasi sampel pada masing-masing
jenis sarana peribadatan di Kecamatan Genteng.

Gambar 3.6.3 Sarana Peribadatan Kecamatan Genteng

Sumber: Google Citra Satelit

147
Penyediaan sarana peribadatan tergantung pada kebutuhan masyarakat,
sistem kekerabatan/hierarki lembaga, dan kebiasaan masyarakat setempat.
Persebaran sarana peribadatan di Kecamatan Genteng sendiri sudah cukup merata
dimana setiap kelurahan masing-masing setidaknya memiliki dua jenis sarana
peribadatan yang berbeda. adapun jenis peribadatan yang mendominasi adalah
gereja, masjid, dan mushola. Berikut disajikan peta persebaran sarananya.

148
Peta 3.6.14 Persebaran Sarana Peribadatan Blok I

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

149
Peta 3.6.15 Persebaran Sarana Peribadatan Blok II

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

150
Peta 3.6.16 Persebaran Sarana Peribadatan Blok III

Sumber: Pemetaan Penulis, 2

151
Peta 3.6.17 Persebaran Sarana Peribadatan Blok IV

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

152
Peta 3.6.18 Persebaran Sarana Peribadatan Blok V

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

153
Peta 3.6.19 Persebaran Sarana Peribadatan Blok VII

Sumber: Pemetaan Penulis,


2023

154
3.6.4 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Publik
Penyediaan sarana pemerintahan dan pelayanan umum dimaksudkan untuk
melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik informal (RT/RW) maupun
formal (kelurahan dan kecamatan). Sarana pemerintahan di wilayah studi ini
mencakup kantor kelurahan, kantor kecamatan, kantor polsek, KUA, dan kantor
pos. Pengamatan sarana pemerintahan dan pelayanan publik di Kecamatan Genteng
dilakukan melalui survei sekunder dengan mengambil data Kecamatan Genteng
Dalam Angka tahun 2023 kemudian divalidasi melalui google maps street views.
Berikut disajikan tabel jumlah sarana pemerintahan dan pelayanan publik di
Kecamatan Genteng.

Tabel 3.6.4 Jumlah Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Publik di Kecamatan Genteng

Jenis Kelurahan
No Sarana Embong Genten Penele Kapasar Total
Pemerintahan Ketabang
Kaliasin g h i

1 Pemerintahan 2 2 3 1 4 12
Lokal

2 Pemerintahan Kota 2 2 1 0 0 5

3 Pemerintahan 3 0 2 0 0 5
Provinsi

4 Pertahanan dan 0 1 0 0 0 1
Keamanan
Sumber: Google Maps, 2023

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa di Kecamatan Genteng


sendiri tidak hanya terdapat sarana pemerintahan tingkat lokal saja, tetapi kantor
pemerintahan tingkat kota dan provinsi juga terdapat di kecamatan ini. Adapun
sarana kantor kecamatan berlokasi di kelurahan Ketabang. Masing-masing
kelurahan pun sudah memiliki kantor kelurahan dalam kondisi yang layak. Berikut
disajikan dokumentasi hasil sampel masing-masing jenis sarana pemerintahan dan
peta persebarannya per blok.

155
Gambar 3.6.4 Sarana Pemerintahan Kecamatan Genteng

Sumber: Google Citra Satelit

156
Peta 3.6.20 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok I

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

157
Peta 3.6.21 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok II

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

158
Peta 3.6.22 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok III

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

159
Peta 3.6.23 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok IV

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

160
Peta 3.6.24 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok V

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

161
3.6.5 Sarana Perdagangan dan Jasa
Dasar penyediaan sarana perdagangan dan jasa adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa yang berkualitas dan aman. Sarana
perdagangan dan jasa yang memenuhi standar dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi penggunanya, serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Menurut SNI 7019:2021 tentang Sarana Perdagangan dan
Jasa, sarana perdagangan dan jasa adalah bangunan atau konstruksi yang digunakan
untuk kegiatan perdagangan barang dan jasa. Sarana perdagangan dan jasa dapat
berupa pasar rakyat, gudang non sistem resi gudang, pusat distribusi, pusat promosi
produk unggulan daerah, dan pusat jajanan kuliner dan cinderamata. Sarana
perdagangan dan jasa, menurut Permendag Nomor 21 Tahun 2021, adalah fasilitas
yang digunakan untuk mendukung kegiatan perdagangan dan jasa, seperti pasar,
toko, pusat perbelanjaan, dan sarana perdagangan lainnya.

Tabel 3.6.5 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Genteng

No Kelurahan Minimarket Toko Pusat Pasar Hotel


Perbelanjaa
n

1 Embong 3 75 1 - 26
Kaliasin

2 Ketabang 4 150 1 1 6

3 Genteng - 75 - 1 6

4 Peneleh 5 105 - 1 5

5 Kapasari 5 52 - 1 2

Total 17 457 2 6 45
Sumber: Kecamatan Genteng dalam angka Tahun 2022

Jenis sarana perdagangan dan jasa yang terdapat pada kecamatan Genteng
sangat beragam. Untuk fasilitas perdagangan meliputi pasar, warung/kios,
restoran/rumah makan dan swalayan. Sedangkan untuk fasilitas jasa meliputi bank,
hotel, koperasi, SPBU, dll. Berbagai sarana perdagangan dan jasa ini telah tersebar
di beberapa titik dan mendominasi sepanjang jalan utama pusat kegiatan masyarakat
di Kecamatan Genteng. Akan tetapi pada blok VI wilayah perencanaan tidak
ditemukan adanya sarana perdagangan dan jasa, hal ini dapat menjadi bahan
masukan dalam perencanaan sarana perdagangan dan jasa. Pesatnya perkembangan
sarana perdagangan dan jasa ini perlu disertai dengan pengaturan tata letak
bangunan sehingga diharapkan dapat meningkatkan potensi dari adanya fasilitas ini
sekaligus meminimalisir kemungkinan dampak negatif yang timbul. Berikut
merupakan gambar dan peta persebaran sarana perdagangan dan jasa di Kecamatan
Genteng.

162
Gambar 3.6.5 Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Genteng

Sumber: Google Citra Satelit

163
Peta 3.6.25 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok I

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

164
Peta 3.6.26 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok II

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

165
Peta 3.6.27 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok III

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

166
Peta 3.6.28 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok IV

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

167
Peta 3.6.29 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok V

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

168
Peta 3.6.29 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok VII

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

169
3.6.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi adalah fasilitas penunjang terselenggaranya
aktivitas kebudayaan dan rekreasi. Sarana kebudayaan dan rekreasi dapat berupa
gedung pertemuan, tempat peribadatan, taman kota, tempat rekreasi, gedung
olahraga/seni, komplek olahraga, dan lain-lain. Sarana kebudayaan dan rekreasi
dianggap sebagai bagian dari sarana lingkungan yang mencakup berbagai jenis
fasilitas yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan kebudayaan dan rekreasi.
Dapat disimpulkan bahwa sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bagian dari
sarana lingkungan yang mencakup berbagai jenis fasilitas yang dapat digunakan
untuk mendukung kegiatan kebudayaan dan rekreasi.
Sarana kebudayaan dan rekreasi di Kecamatan Genteng menurut data yang
tersedia adalah berupa balai warga dan balai serbaguna, gedung serbaguna, gedung
kesenian, museum sejarah, dan bioskop. Berikut merupakan tabel jenis sarana
kebudayaan dan rekreasi serta tabel nama dan lokasi persebaran sarana di
Kecamatan Genteng.

Tabel 3.6.6 Jumlah Sarana Kebudayaan dan Rekreasi di Kecamatan Genteng

No Kelurahan Bioskop Balai Balai Gedung Museum Gedung


Warga Serbaguna Kesenian Sejarah Serbaguna

1 Embong 1 2 - 1 - -
Kaliasin

2 Ketabang - - - - - 1

3 Genteng - 2 1 2 6 3

4 Peneleh - - - - - -

5 Kapasari - - - - - -

Total 1 4 1 3 6 4
Sumber: Kecamatan Genteng dalam angka Tahun 2022

Berdasarkan data sarana kebudayaan dan rekreasi di Kecamatan Genteng, total


persebaran sarana yang tersedia yaitu 19 fasilitas. Selain itu, melihat kondisi dari
tiap fasilitas yang ada, sarana sudah tergolong dalam kondisi yang baik dan berupa
sebuah gedung atau rumah warga yang dijadikan balai perkumpulan. Berikut
merupakan contoh gambar dari Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Kecamatan
Genteng Tahun 2023.

170
Gambar 3.6.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Kecamatan Genteng

Sumber: Google Citra Satelit, 2023

Di Kecamatan Genteng sendiri, Jumlah sarana kebudayaan dan rekreasinya


terbatas. Tidak semua RT dan RW pada tiap kelurahan terdapat balai RT/RW.
Kualitas dari sarana ini tergolong masih standar namun mudah dijangkau oleh warga
setempat karena terletak diantara rumah warga/permukiman. Untuk sarana
kebudayaan, dapat dikatakan sudah cukup mengakomodasi kebutuhan
masyarakatnya. Hal ini dapat dilihat dari dijumpai situs-situs bersejarah di
Kecamatan Genteng. Namun di samping itu, fasilitas-fasilitas yang tersedia saat ini
seperti gedung serbaguna, gedung bioskop dan sebagainya sebagian besar memiliki
kualitas yang sangat baik sehingga masyarakat dapat menikmati fasilitas ini dengan
nyaman dan memberi kepuasan tersendiri bagi siapa saja yang menggunakannya.
Berikut merupakan peta persebaran dari sarana kebudayaan dan rekreasi di
Kecamatan Genteng.

171
Peta 3.6.30 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok I

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

172
Peta 3.6.31 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok II

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

173
Peta 3.6.32 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok III

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

174
Peta 3.6.33 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok IV

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

175
Peta 3.6.34 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok V

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

176
Peta 3.6.35 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok VII

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

177
3.6.7 Sarana RTH dan Olahraga
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna
mendukung manfaat langsung dan tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH tersebut
berupa keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan kota tersebut.
Pengertian RTH menurut Undang-undang adalah ruang yang berfungsi sebagai
wadah untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta
wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR
No. 26/ 2007). Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (RTH
yang berbasis bentang alam) seperti, kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai,
sempadan danau, pesisir dan sebagainya, maupun pola planologis atau pola yang
mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan (RTH perumahan, RTH kelurahan,
RTH kecamatan, RTH kota maupun taman taman regional/nasional).

Tabel 3.6.7 Jumlah Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga di Kecamatan Genteng

No Kelurahan Taman Lapangan


Olahraga

1 Embong Kaliasin 3 1

2 Ketabang 2 1

3 Genteng 1 -

4 Peneleh - -

5 Kapasari - -

Total 6 2
Sumber: Kecamatan Genteng dalam angka Tahun 2022

Berdasarkan hasil survey sekunder dan primer, pada kecamatan Genteng


sendiri hanya dijumpai RTH yang tersebar di kelurahan Embong kaliasin, Ketabang,
Genteng, Peneleh, Kapasari. Kondisi taman sudah cukup terawat dan digunakan
masyarakat setempat untuk tempat berkumpul dan berolahraga. Hal ini
membuktikan bahwa keberadaan sarana ruang terbuka hijau dan lapangan olahraga
sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Kecamatan Genteng. Sedangkan untuk
fasilitas olahraga, di Kecamatan Genteng telah tersebar berbagai jenis fasilitas
olahraga meliputi lapangan voli, lapangan futsal dan lapangan basket. Kondisi dari
fasilitas olahraga ini tergolong baik namun tetap perlu ditingkatkan kualitasnya demi
keamanan dan kenyamanan bagi para penggunanya.

178
Gambar 3.6.7 Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga Kecamatan Genteng

Sumber: Google Citra Satelit

179
Peta 3.6.36 Persebaran Sarana RTH dan Lapangan Olahraga Blok III

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

180
Peta 3.6.37 Persebaran Sarana RTH dan Lapangan Olahraga Blok IV

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

181
Peta 3.6.38 Persebaran Sarana RTH dan Lapangan Olahraga Blok V

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

182
3.7 Aspek Prasarana
Prasarana adalah semua elemen yang esensial untuk mendukung suatu proses tertentu.
Sebagai contoh, dalam konteks pendidikan, prasarana mencakup semua perangkat yang tidak
langsung digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti listrik, air bersih, dan fasilitas
lainnya. Prasarana juga berkaitan dengan sarana, prasarana dianggap sebagai peralatan atau
elemen yang mendukung dan memastikan kesuksesan sarana.
Dalam laporan ini, prasarana didefinisikan sebagai elemen-elemen seperti jaringan air
bersih, listrik, telepon, drainase, sistem persampahan, dan air limbah. Penelitian tentang
prasarana di Kecamatan Genteng dilakukan melalui survei sekunder dengan mengacu pada
data dari RTRW Kota Surabaya dan menggunakan Google Maps serta Google Street View.
Selain itu, survei primer juga dilakukan dengan mengunjungi lokasi-lokasi prasarana di
Kecamatan Genteng dan melakukan wawancara langsung dengan penduduk setempat untuk
mengevaluasi kualitas prasarana tersebut.

3.7.1 Jaringan Drainase


Jaringan Drainase adalah komponen penting dalam infrastruktur lingkungan
perkotaan. Dengan berfungsinya jaringan ini, air hujan dapat dialirkan dengan efisien,
mencegah genangan air, serta menjaga kualitas lingkungan dan kebersihan. Selain itu,
jaringan drainase juga berperan dalam pengelolaan air kotor yang dihasilkan dalam
lingkungan perkotaan, yang tidak selalu memerlukan pemrosesan lebih lanjut sebelum
dibuang. Salah satu fungsi utama jaringan drainase adalah mengalirkan air hujan yang dapat
menjadi penyebab banjir jika tidak dikelola dengan baik. Drainase yang berfungsi dengan
baik adalah yang mampu mengalirkan air dengan lancar, tanpa hambatan, dan dengan
efisiensi maksimal.
Dalam konteks perumahan perkotaan, penting untuk mematuhi peraturan dan
ketentuan teknis yang telah ditetapkan untuk perencanaan jaringan drainase. Salah satu
pedoman yang berlaku adalah SNI 02-2406-1991, yang mengatur tata cara perencanaan
umum drainase perkotaan. Ini membantu memastikan bahwa jaringan drainase dibangun dan
dikelola sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Menurut SNI 03-1733-2004, jaringan drainase harus ada dalam lingkungan
perumahan perkotaan. Ini mencakup berbagai komponen seperti saluran air, saluran air
utama, bangunan resapan buatan, dan lainnya. Semua elemen ini bekerja sama untuk
memastikan pengelolaan air hujan yang efisien dan menjaga kelestarian lingkungan
perkotaan. Dengan mematuhi ketentuan ini, lingkungan perumahan dapat lebih baik
beradaptasi dengan tuntutan air hujan dan meminimalkan dampak negatif yang dapat
ditimbulkan.

183
Tabel 3.7.1 Saluran Primer dan Sekunder Rayon Genteng Tahun 2018

No. Sub Nama Saluran Dimensi Penampang (m)


Sistem
Sal.Primer Sal.sekunder Panjang Lebar Tinggi

1 Sistem Darmo & Ciliwung

Sal. Darmo 1.582,00

1 Sal. Brawijaya 941,51

2 Sal. Gajah Mada 305,86

3 Sal. Hayam Wuruk 765,64

4 Sal. Ciliwung 334,54

2 Sistem Greges

Sal. Greges 3.188,00 12,26 2,50

1 Sal. Surabayan 308,00 2,50 2,00

2 Sal. Tempel Sukorejo 1.186,00 4,38 2,46

3 Sal. Kedung Anyar Wetan 1.679,00 6,30 2,50

4 Sal. Kedung Anyar 1.480,50 3,75 2,39

5 Sal. Genie Pelajar 410,00 3,12 2,19

6 Sal. Petemon V 1.018,00 3,40 2,50

7 Sal. Petemon Sidomulyo 863,00 3,00 2,30

8 Sal. Pacuan Kuda 1.176,00 2,75 2,00

9 Sal. Asem Bagus 555,00 2,00 1,50

10 Sal. Pasar Loak 502,00 3,00 1,90

11 Sal. Tembok Gede 308,00 3,14 1,50

12 Sal. Semarang 599,00 3,14 1,50

13 Sal. Dupak Timur 749,00 3,36 1,69

184
No. Sub Nama Saluran Dimensi Penampang (m)
Sistem
Sal.Primer Sal.sekunder Panjang Lebar Tinggi

14 Sal. Dupak 1.175,00 5,44 1,78

15 Sal. Rembang 905,00 4,11 1,94

16 Sal. Petemon Kali 1.433,56

17 Sal. Kedung Doro 545,17

18 Sal. Margorukun 1.692,00 6,50 3,06

19 Sal. Pasar Turi 673,00 2,50 1,50

Sal. Simo 1.406,00 7,34 3,29

1 Sal. Krembangan Baru 864,00 3,00 1,50

2 Sal. Indrapura I 740,00 3,43 2,18

3 Sal. Jepara 831,00 5,34 1,76

4 Sal. Pesapen Kali 499,00 2,74 1,74

5 Sal. Moro Krembangan 1.187,36 2,74 1,74

6 Sal. Ikan Mungsing 1.724,00 3,26 1,77

7 Sal. Johar 384,00 2,50 1,50

8 Sal. Indrapura II 677,00 3,13 1,90

9 Sal. Pesapen Selatan 342,00 2,34 1,61

10 Sal. Ikan Mungsing selatan 1.045,00 5,33 2,20

3 Sistem Dinoyo & Keputran

Sal. Kupang 1.342,23

1 Sal. Keputran 1.305,19

2 Sal. Kupang Panjaan 579,78

185
No. Sub Nama Saluran Dimensi Penampang (m)
Sistem
Sal.Primer Sal.sekunder Panjang Lebar Tinggi

3 Sal. Ir Anwari 407,82

4 Sal. Kartini 471,70

5 Sal. Sambas-UntungSuropati 1.076,50

6 Sal. Dr Wahidin 251,27

7 Sal. Jenggolo 923,69

8 Sal. Sriwijaya 427,50

9 Sal. Dinoyo 319,33

4 Sistem Kayun & Grahadi

1 Sal. Embong Sawo Barat 650,63

2 Sal. Grahadi 346,80

3 Sal. Grahadi-Sal. RRI 535,93

4 Sal. Embong Ploso Barat 309,96

5 Sal. Embong Tanjung Timur 247,90

6 Sal. Kenongo Timur 113,75

7 Sal. Embong Malang sisi 657,17


Utara

8 Sal. Embong Malang sisi 928,30


Selatan

5 Sistem Peneleh

1 Sal Peneleh 1.492,20

Sumber : SDMP 2018

186
187
Tabel 3.7.2 Saluran Tersier Rayon Genteng Tahun 2018
No Sub Sistem Nama Saluran Jenis Rayon Panjang Lebar Tinggi

RAYON GENTENG

1 Sub Sistem Sal. Tanjung Karang Tersier Genteng 76,50 3,50 2,00
Greges

2 Sub Sistem Sal. Tanjung Sadari Utara Tersier Genteng 470,20 2,00 1,50
Greges

3 Sub Sistem Sal. Tanjung Sadari Tersier Genteng 478,80 2,50 1,50
Greges Selatan

4 Sub Sistem Sal. Laksamana M. Nasir Tersier Genteng 428,80 1,50 1,50
Greges

5 Sub Sistem Sal. Tanjung Priuk Tersier Genteng 116,40 1,50 1,50
Greges

6 Sub Sistem Sal. Ikan Mungsing Barat Tersier Genteng 76,50 3,50 1,50
Greges

7 Sub Sistem Sal. Ikan Mungsing Tersier Genteng 355,10 1,50 1,50
Greges Tengah

8 Sub Sistem Sal. Ikan Mungsing Tersier Genteng 89,90 2,50 1,50
Greges Selatan

9 Sub Sistem Sal. Ikan Sepat Utara Tersier Genteng 288,90 2,00 1,50
Greges

10 Sub Sistem Sal. Ikan Sepat Selatan Tersier Genteng 290,60 3,00 2,00
Greges

11 Sub Sistem Sal. Ikan Tongkol Tersier Genteng 340,10 3,00 2,00
Greges

12 Sub Sistem Sal. Ikan Dorang Tersier Genteng 500,50 2,00 1,50
Greges

13 Sub Sistem Sal. Kalianak Utara Tersier Genteng 100,00 2,50 2,00
Greges

14 Sub Sistem Sal. Kalianak Timur Tersier Genteng 51,40 1,20 1,20
Greges

15 Sub Sistem Sal. Tambak Asri Utara Tersier Genteng 113,40 2,00 1,50
Greges

16 Sub Sistem Sal. Tambak Asri Tengah Tersier Genteng 270,10 1,50 1,20
Greges

188
17 Sub Sistem Sal. Bangunsari Tengah Tersier Genteng 228,20 2,50 1,50
Greges

18 Sub Sistem Sal. Tambak Asri Timur Tersier Genteng 163,30 4,00 2,00
Greges

19 Sub Sistem Sal. Bandarsari Selatan Tersier Genteng 369,90 2,00 1,50
Greges

20 Sub Sistem Sal. Bangunsari Selatan Tersier Genteng 252,00 2,00 1,20
Greges

21 Sub Sistem Sal. Mbah Ratu Tersier Genteng 413,60 1,50 1,50
Greges

22 Sub Sistem Sal. Purwodadi Utara Tersier Genteng 247,70 1,50 1,50
Greges

23 Sub Sistem Sal. Sedayu Barat Tersier Genteng 146,70 3,00 1,50
Greges

24 Sub Sistem Sal. Sedayu Selatan Tersier Genteng 184,60 2,00 1,50
Greges

25 Sub Sistem Sal. Sedayu Tengah Tersier Genteng 146,70 1,20 1,50
Greges

26 Sub Sistem Sal. Raya Jepara Tersier Genteng 333,70 1,20 1,50
Greges

27 Sub Sistem Sal. Gresik PPI Tersier Genteng 553,70 2,00 1,50
Greges

28 Sub Sistem Sal. Kembang Bhakti Tersier Genteng 378,80 2,00 1,50
Greges

29 Sub Sistem Sal. Kawung Tersier Genteng 378,80 1,20 1,50


Greges

30 Sub Sistem Sal. Parang Klitik Tersier Genteng 303,80 3,00 1,50
Greges

31 Sub Sistem Sal. Krembangan Makam Tersier Genteng 336,10 2,00 1,50
Greges

32 Sub Sistem Sal. Pesapen Selatan Tersier Genteng 941,10 2,00 1,20
Greges

33 Sub Sistem Sal. Belakang Penjara Tersier Genteng 331,40 1,20 1,50
Greges Selatan

34 Sub Sistem Sal. Belakang Penjara Tersier Genteng 268,80 2,00 1,50

189
Greges Utara

35 Sub Sistem Sal. Pesapen Tersier Genteng 153,00 1,50 1,50


Greges

36 Sub Sistem Sal. Johor Selatan Tersier Genteng 66,60 1,50 1,50
Greges

37 Sub Sistem Sal. Johor Barat Tersier Genteng 98,40 2,00 1,20
Greges

38 Sub Sistem Sal. Johor Timur Tersier Genteng 80,90 1,20 1,20
Greges

39 Sub Sistem Sal. Tanjung Perak Timur Tersier Genteng 2,00 1,50
Greges 1.013,80

40 Sub Sistem Sal. Johor Utara Tersier Genteng 581,60 1,20 1,50
Greges

41 Sub Sistem Sal. Kelantan Tersier Genteng 346,10 2,00 1,50


Greges

42 Sub Sistem Sal. Dapuan Baru Tersier Genteng 176,30 2,50 1,50
Greges

43 Sub Sistem Sal. Kebalen Timur Sisi Tersier Genteng 406,60 1,20 1,50
Greges Barat

44 Sub Sistem Sal. Kebalen Timur Sisi Tersier Genteng 406,60 2,00 1,20
Greges Timur

45 Sub Sistem Sal. Bangunsari Tersier Genteng 259,10 2,50 1,50


Greges

46 Sub Sistem Sal. Dupak Bandarejo Tersier Genteng 103,30 1,50 1,50
Greges Utara

47 Sub Sistem Sal. Purwodadi Selatan Tersier Genteng 395,50 1,20 1,50
Greges

48 Sub Sistem Sal. Dupak Bandarejo Tersier Genteng 94,60 1,50 1,20
Greges Selatan

49 Sub Sistem Sal. Tuban Selatan Tersier Genteng 283,40 1,50 1,50
Greges

50 Sub Sistem Sal. Dupak Baru Tersier Genteng 232,80 2,50 1,50
Greges

51 Sub Sistem Sal. Tuban Raya Tersier Genteng 258,50 1,50 1,50
Greges

190
52 Sub Sistem Sal. Jatijaya Tersier Genteng 835,20 3,00 1,50
Greges

53 Sub Sistem Sal. Sidoluhur Tersier Genteng 462,00 2,50 1,50


Greges

54 Sub Sistem Sal. Kemayoran DKA Tersier Genteng 485,80 1,50 1,50
Greges

55 Sub Sistem Sal. Jagaraga Tersier Genteng 89,60 2,50 1,50


Greges

56 Sub Sistem Sal. Gatotan Tersier Genteng 89,60 1,50 1,50


Greges

57 Sub Sistem Sal. Taman Kalongan Tersier Genteng 123,90 1,20 1,50
Greges

58 Sub Sistem Sal. Masjid Kemayoran Tersier Genteng 68,10 1,20 1,20
Greges

59 Sub Sistem Sal. Kepajen Tersier Genteng 233,50 3,00 1,50


Greges

60 Sub Sistem Sal. Pasar Turi Tersier Genteng 304,00 2,50 1,50
Greges

61 Sub Sistem Sal. Tembaan Tersier Genteng 578,20 2,50 1,50


Greges

62 Sub Sistem Sal. Penghela Tersier Genteng 192,60 1,20 1,20


Greges

63 Sub Sistem Sal. Raden Saleh Tersier Genteng 523,30 2,50 1,50
Greges

64 Sub Sistem Sal. Powiyatan Tersier Genteng 190,80 2,00 1,20


Greges

65 Sub Sistem Sal. Pringadi Tersier Genteng 243,10 3,00 1,50


Greges

66 Sub Sistem Sal. Raya Dupak Tersier Genteng 582,60 3,00 1,50
Greges

67 Sub Sistem Sal. Sumber Mulyo Tersier Genteng 249,00 2,50 1,50
Greges

68 Sub Sistem Sal. Gundih 4 Tersier Genteng 293,40 2,00 1,50


Greges

69 Sub Sistem Sal. Gundih 2 Tersier Genteng 293,40 1,50 1,50

191
Greges

70 Sub Sistem Sal. Demak Utara Tersier Genteng 648,40 2,50 1,50
Greges

71 Sub Sistem Sal. Demak Timur 10 Tersier Genteng 279,50 1,50 1,50
Greges

72 Sub Sistem Sal. Demak Timur 5 Tersier Genteng 129,50 2,00 1,50
Greges

73 Sub Sistem Sal. Demak Selatan Tersier Genteng 483,30 2,00 1,50
Greges

74 Sub Sistem Sal. Demak Timur Tersier Genteng 258,50 2,00 1,50
Greges

75 Sub Sistem Sal. Dupak Rukun Tersier Genteng 214,00 2,00 1,50
Greges

76 Sub Sistem Sal. Dupak Barat Tersier Genteng 339,60 2,50 1,50
Greges

77 Sub Sistem Sal. Asem Jaya 9 Tersier Genteng 366,30 3,00 1,50
Greges

78 Sub Sistem Sal. Asem Rowo Sekolah Tersier Genteng 557,90 2,00 1,50
Greges

79 Sub Sistem Sal. Asem Rowo Masjid Tersier Genteng 544,60 2,00 1,50
Greges

80 Sub Sistem Sal. Asem Raya Tersier Genteng 424,40 3,00 1,50
Greges

81 Sub Sistem Sal. Asem Jaya Tersier Genteng 190,20 2,50 1,50
Greges

82 Sub Sistem Sal. Asem Mulya Tersier Genteng 257,30 2,50 1,50
Greges

192
No Sub Sistem Nama Saluran Jenis Rayon Panjang Lebar Tinggi

83 Sub Sistem Sal. Sawahan DKA Tersier Genteng 298,60 2,50 1,50
Greges

84 Sub Sistem Sal. Simorejo 4 Tersier Genteng 492,30 3,50 1,50


Greges

85 Sub Sistem Sal. Pasar Loak Timur Tersier Genteng 147,50 2,50 1,50
Greges

86 Sub Sistem Sal. Pasar Loak Tengah Tersier Genteng 161,90 1,20 1,20
Greges

87 Sub Sistem Sal. Pasar Loak Barat Tersier Genteng 558,50 2,50 1,50
Greges

88 Sub Sistem Sal. Jalan Semarang Tersier Genteng 323,90 1,50 1,50
Greges

89 Sub Sistem Sal. Makam Tembok Tersier Genteng 455,10 3,00 1,50
Greges

90 Sub Sistem Sal. Tembok Dukuh Utara Tersier Genteng 463,40 1,20 1,50
Greges

91 Sub Sistem Sal. Tembok Dukuh Tersier Genteng 421,20 2,00 1,50
Greges Selatan

92 Sub Sistem Sal. Dan Boscho Tersier Genteng 161,30 3,00 1,50
Greges

93 Sub Sistem Sal. Tangkuban Perahu Tersier Genteng 95,10 1,50 1,20
Greges

94 Sub Sistem Sal. Kalibutuh Barat Tersier Genteng 286,60 2,00 1,50
Greges

95 Sub Sistem Sal. Tidor Tersier Genteng 928,20 3,00 1,50


Greges

96 Sub Sistem Sal. STM Negeri 1 Tersier Genteng 200,40 2,50 1,50
Greges

97 Sub Sistem Sal. Anjas Moro Tersier Genteng 816,20 1,50 1,50
Greges

98 Sub Sistem Sal. Argopuro Tersier Genteng 525,10 2,00 1,50


Greges

99 Sub Sistem Sal. Widodaren Tersier Genteng 284,60 2,00 1,20


Greges

193
100 Sub Sistem Sal. Simorejo 10 Tersier Genteng 161,70 2,00 1,50
Greges

101 Sub Sistem Sal. Simorejo Timur 4 Tersier Genteng 161,70 3,00 1,50
Greges

102 Sub Sistem Sal. Simorejo 26 Tersier Genteng 382,90 2,50 1,50
Greges

103 Sub Sistem Sal. Simorejo 34 Tersier Genteng 681,10 2,00 1,50
Greges

104 Sub Sistem Sal. Simo Rukun Lapangan Tersier Genteng 134,70 1,20 1,20
Greges

105 Sub Sistem Sal. Petemon Barat 1 Tersier Genteng 218,20 2,50 1,50
Greges

106 Sub Sistem Sal. Simo Sidomulyo 10 Tersier Genteng 542,90 2,50 1,50
Greges

107 Sub Sistem Sal. Simo Sidomulyo 4 Tersier Genteng 342,40 3,00 1,50
Greges

108 Sub Sistem Sal. Simo Sidomulyo 6 Tersier Genteng 510,40 1,20 1,50
Greges

109 Sub Sistem Sal. Pacuan Kuda Tersier Genteng 45,70 1,20 1,20
Greges

110 Sub Sistem Sal. Petemon Sidomulyo Tersier Genteng 63,30 1,20 1,20
Greges

111 Sub Sistem Sal. Simo Kwagean Tersier Genteng 176,90 2,50 1,50
Greges

112 Sub Sistem Sal. Simo Katrungan Tersier Genteng 254,10 3,00 1,50
Greges

113 Sub Sistem Sal. Kinibalu Barat Tersier Genteng 427,80 2,00 1,20
Greges

114 Sub Sistem Sal. Kratau Tersier Genteng 180,20 1,20 1,20
Greges

115 Sub Sistem Sal. Petemon I Tersier Genteng 232,40 2,00 1,50
Greges

116 Sub Sistem Sal. Petemon V Tersier Genteng 151,40 2,00 1,20
Greges

117 Sub Sistem Sal. Petemon III Tersier Genteng 113,90 2,50 1,50

194
Greges

118 Sub Sistem Sal. Banyu Urip Lor Tersier Genteng 413,50 3,00 1,50
Greges

119 Sub Sistem Sal. Welirang Tersier Genteng 500,60 2,50 1,50
Greges

120 Sub Sistem Sal. Arjuna Raya Tersier Genteng 250,90 2,00 1,20
Greges

121 Sub Sistem Sal. Kedung Anyar 7 Tersier Genteng 631,90 2,00 1,50
Greges

122 Sub Sistem Sal. Petemon Kuburan Tersier Genteng 282,20 2,00 1,50
Greges

123 Sub Sistem Sal. Petemon Timur Tersier Genteng 229,20 1,20 1,20
Greges

124 Sub Sistem Sal. Kupang Krajon Barat Tersier Genteng 386,60 2,00 1,20
Greges

125 Sub Sistem Sal. Kupang Krajon Timur Tersier Genteng 392,80 2,50 1,50
Greges

126 Sub Sistem Sal. Kedung Anyar V Tersier Genteng 487,40 2,50 1,50
Greges

127 Sub Sistem Sal. Kedung Anyar I Tersier Genteng 244,80 1,50 1,50
Greges

128 Sub Sistem Sal. Kedung Doro Raya Tersier Genteng 306,70 1,50 1,50
Greges

129 Sub Sistem Sal. Kedung Klinter Tersier Genteng 253,00 2,50 1,50
Greges

130 Sub Sistem Sal. Plemehan Tersier Genteng 349,60 1,20 1,50
Greges

131 Sub Sistem Sal. Kaliasin Pompa Tersier Genteng 632,80 2,00 1,50
Greges

132 Sub Sistem Sal. Pregolan Bran Gong Tersier Genteng 642,60 3,00 1,50
Greges

133 Sub Sistem Sal. Kedung Sari Tersier Genteng 393,60 1,20 1,50
Greges

134 Sub Sistem Sal. Wonorejo Bran Gang 1 Tersier Genteng 627,10 2,50 1,50
Greges

195
135 Sub Sistem Sal. Wonorejo Bran Gang 2 Tersier Genteng 567,50 3,00 1,50
Greges

136 Sub Sistem Sal. Wonorejo 3 Tersier Genteng 353,80 1,20 1,20
Greges

137 Sub Sistem Sal. Tempel Sukarejo Tersier Genteng 270,60 1,20 1,20
Greges

138 Sub Sistem Sal. Kampung Malang Tersier Genteng 371,50 2,50 1,50
Greges

139 Sub Sistem Sal. Cempaka Tersier Genteng 962,90 3,00 1,50
Greges

140 Sub Sistem Sal. Kamp. Malang Utara Tersier Genteng 579,40 2,50 1,50
Greges Bran Gang

Sumber : SDMP 2018

196
Peta 3.7.1 Jaringan Prasarana Drainase Blok I

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023

197
Peta 3.7.2 Jaringan Prasarana Drainase Blok II

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023

198
Peta 3.7.3 Jaringan Prasarana Drainase Blok III

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023

199
Peta 3.7.4 Jaringan Prasarana Drainase Blok IV

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023

200
Peta 3.7.5 Jaringan Prasarana Drainase Blok V

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023

201
Peta 3.7.6 Jaringan Prasarana Drainase Blok VI

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023

202
Peta 3.7.7 Jaringan Prasarana Drainase Blok VII

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023

203
Peta infrastruktur drainase diatas memberikan gambaran tentang beragam konfigurasi
saluran di beberapa blok yang berbeda di daerah tersebut. Drainase primer menjadi pusat
perhatian di wilayah Blok I dan II, bertindak sebagai saluran utama yang mengumpulkan air
hujan dan air limbah dari wilayah tersebut. Selain itu, terlihat bahwa beberapa saluran berasal
langsung dari sistem drainase sekunder dan tersier, yang mengarahkan aliran air ke badan air
yang signifikan, terutama Sungai Kali Mas. Blok V, IV, dan III adalah contoh konkret dari
blok-blok yang menggunakan saluran seperti ini.
Selanjutnya, perlu dicatat bahwa terdapat fasilitas pompa air yang berlokasi di area
Blok 5, Kelurahan Embong Kaliasin. Fasilitas ini memiliki peran penting dalam mengatur
aliran air dalam sekitarnya. Fungsi utamanya adalah memompa air dari sistem drainase di
sekitar Blok 5, memastikan bahwa air limbah dan air hujan dapat dengan efisien dialirkan,
serta mengendalikan level air secara keseluruhan dalam wilayah tersebut. Hal ini
menunjukkan upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan manajemen air di lingkungan
tersebut dan menghadapi tantangan drainase yang beragam
Menurut SNI 03-1733-2004, jaringan drainase adalah infrastruktur yang bertujuan
untuk mengarahkan aliran air permukaan ke badan air atau ke sistem resapan buatan. Ini
merupakan bagian penting yang harus disediakan dalam lingkungan perumahan di kawasan
perkotaan. Komponen-komponen dari jaringan drainase termasuk:

a) Badan Penerima Air


● Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)
● Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)
b) Bangunan Pelengkap
● Gorong-gorong
● Pertemuan saluran
● Bangunan terjuanan
● Jembatan
● Street Inlet
● Pompa
● Pintu Air

204
Gambar 3.7.1 Bangunan Pelengkap Drainase Kecamatan Genteng

Rumah Pompa Kenari

Inlet Kecamatan Genteng Manhole Kecamatan Genteng

Sumber : Observasi Google Earth , Tahun 2023

205
3.7.2 Jaringan Air Bersih
Air bersih merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting bagi makhluk
hidup, terutama masyarakat di kecamatan Genteng Kota Surabaya. Kehadiran air bersih
merupakan hal yang mendesak dan harus menjadi prioritas dalam menyediakan pelayanan
dasar kepada masyarakat. Setiap rumah tangga di wilayah ini harus memiliki akses yang
memadai terhadap pasokan air bersih yang memenuhi standar kualitas untuk keperluan
sehari-hari. Untuk memastikan ketersediaan air bersih yang memadai, sangat penting untuk
membangun dan menjaga infrastruktur jaringan air bersih yang sesuai dengan peraturan dan
undang-undang yang berlaku. Perencanaan dan pengembangan jaringan air bersih di
perumahan-perumahan di kawasan perkotaan harus mematuhi ketentuan teknis yang telah
ditetapkan.
Kehadiran sistem penyediaan air bersih yang handal di kecamatan Genteng adalah
suatu keharusan, mengingat populasi yang tinggi dan kepentingan air bersih dalam kehidupan
sehari-hari. Pemerintah harus terus berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap masyarakat
memiliki akses yang adil dan merata terhadap air bersih yang aman dan berkualitas. Selain
itu, perlu diperhatikan juga isu-isu terkait keberlanjutan dan pelestarian sumber air bersih di
wilayah ini. Langkah-langkah konservasi air dan pengelolaan sumber daya air harus diambil
untuk memastikan bahwa pasokan air bersih dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Upaya ini akan sangat penting untuk menjaga kualitas hidup masyarakat dan pembangunan
yang berkelanjutan di kecamatan Genteng, Kota Surabaya.
Menurut SNI, Setiap rumah harus memiliki akses terhadap pasokan air bersih yang
memenuhi standar untuk kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan pengadaan
infrastruktur jaringan air bersih yang sesuai dengan ketentuan teknis yang telah diatur dalam
peraturan dan undang-undang yang berlaku, terutama dalam konteks perencanaan umum
jaringan air bersih di lingkungan perumahan perkotaan. Berikut merupakan prasyarat,
kriteria, dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam prasarana air bersih menurut SNI:
A. Penyediaan kebutuhan air bersih
1. lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan
air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
2. apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan
air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah
atau sambungan halaman.
B. Penyediaan jaringan air bersih
1. harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan
rumah;
2. pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass;
dan
3. pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
C. Penyediaan kran umum
1. satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2. radius pelayanan maksimum 100 meter;
3. kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan

206
4. ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang
Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
D. Penyediaan hidran kebakaran
1. untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
2. untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
3. jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
4. apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur
kebakaran; dan
5. perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata
Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Gedung.

Berdasarkan data dari PDAM Surya Sembada tahun 2014 yang terdapat dalam
RDTRK, wilayah UP VI Tunjungan memiliki kebutuhan air bersih sebesar 260 liter per hari
per orang. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan standar kebutuhan air bagi
kota metropolitan, yang sebesar 250 liter per hari per orang. Sistem penyediaan air minum di
Kecamatan Genteng bersumber dari PDAM, yang menerima pasokan air dari tiga IPAM,
yaitu IPAM Karang Pilang III, IPAM Ngagel II, dan IPAM Ngagel III. IPAM Karang Pilang
memanfaatkan air baku dari sumber air permukaan terdekat, yaitu Kali Surabaya, sementara
IPAM Ngagel mengambil air baku dari Kali Jagir yang juga merupakan sumber air
permukaan terdekat. Air baku ini kemudian diolah melalui berbagai fasilitas pengolahan air
seperti bangunan aerasi, prasedimentasi, clearator, bangunan koagulasi, flokulasi, dan lain
sebagainya.

207
Peta 3.7.8 Jaringan Air Bersih Blok 1 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

208
Peta 3.7.9 Jaringan Air Bersih Blok 2 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

209
Peta 3.7.10 Jaringan Air Bersih Blok 3 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

210
Peta 3.7.11 Jaringan Air Bersih Blok 4 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

211
3.7.3 Jaringan Air Limbah
Air limbah adalah jenis air yang telah mencapai tingkat ketidaklayakan untuk
dikonsumsi lagi karena kondisinya yang tidak memadai. Ini adalah konsekuensi dari berbagai
aktivitas manusia, termasuk rumah tangga, perdagangan, perkantoran, dan bahkan rumah
sakit, yang semuanya menghasilkan limbah domestik. Limbah domestik ini umumnya terdiri
dari tinja dan berbagai jenis cairan bekas cucian. Karakteristik air limbah domestik sangat
menonjol. Salah satu karakteristik utamanya adalah kemampuannya untuk terurai dengan
mudah karena kandungan bahan organik yang tinggi. Namun, sifat ini juga berarti bahwa air
limbah domestik ini dapat menghasilkan bau yang tidak sedap jika tidak segera diolah dengan
benar.
Ada sejumlah parameter kunci yang diperhatikan saat memeriksa kualitas air limbah
domestik. Beberapa di antaranya termasuk BOD (Biochemical Oxygen Demand) yang
mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi
bahan organik dalam air, COD (Chemical Oxygen Demand) yang mengukur jumlah oksigen
yang diperlukan untuk menguraikan senyawa kimia dalam air, DO (Dissolved Oxygen) yang
mengukur jumlah oksigen yang larut dalam air, pH yang mengindikasikan tingkat keasaman
atau kebasaan, NH3 (amonia) yang merupakan indikator polusi nitrogen, serta minyak dan
lemak, Phenol, dan deterjen. Penting untuk dicatat bahwa aktivitas manusia, seperti yang
disebutkan sebelumnya, berkontribusi sekitar 60% hingga 80% dari total produksi air limbah,
yang menunjukkan pentingnya pengelolaan yang efisien dan perhatian terhadap upaya
pengelolaan dan perlindungan lingkungan dalam menghadapi masalah air limbah.
Lingkungan perumahan di perkotaan harus mematuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam peraturan yang berlaku, seperti SNI-03-2398-2002, dalam perencanaan jaringan air
limbah. Jika memungkinkan, harus dipasang tangki septik yang sesuai, tetapi jika tidak, harus
ada alternatif sistem pembuangan air limbah yang sesuai, termasuk penyambungan ke sistem
kota atau pengolahan lain. Dalam kasus di mana tidak ada cukup ruang, bidang resapan
bersama harus dibuat untuk melayani beberapa rumah guna menjaga pengelolaan air limbah
yang sesuai dengan regulasi dan mendukung keberlanjutan lingkungan.

212
Gambar 3.7.2 Kondisi Jaringan Air Limbah Kecamatan Genteng

Visualisasi google citra satelit Keadaan jamban komunal Keputran


Panjunan

Sumber: Google, 2023

Warga di RW 13 Keputran Panjunan, Kelurahan Embong Kaliasin, Kecamatan


Genteng, tinggal di kawasan padat penduduk tanpa jamban pribadi. Mereka menggunakan
jamban komunal yang dibagi oleh 4-6 rumah, dengan penduduk mencapai 20-30 jiwa per
jamban. Situasi ini berlangsung selama 20-25 tahun. Di RW 13, terdapat 12 RT dengan total
populasi 4-6 ribu jiwa. Ada 52 jamban komunal di RW 13 karena warga tidak dapat
membangun jamban sendiri akibat masalah status tanah yang dikuasai oleh pihak swasta atau
pemerintah kota. Warga hanya memiliki surat persaksian yang tidak memberikan jaminan
yang jelas. Akibatnya, warga memilih menambah ruangan dalam rumah daripada
membangun sarana air limbah. Beberapa kamar mandi komunal tidak memadai, dan ada yang
tidak membedakan antara ruang buang air besar dan mandi. Kurangnya akses air limbah
mempengaruhi kesehatan dan kebersihan warga di RW 13.

213
Peta 3.7.12 Jaringan Prasarana Air Limbah Blok IV

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & Observasi Website & Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya, Tahun 2023

214
Peta 3.7.13 Jaringan Prasarana Air Limbah Blok V

Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & Observasi Website & Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya, Tahun 2023

215
Berdasarkan hasil peta peta pengamatan dari berbagai sumber sekunder, seperti
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya 2014-2034, laporan berita di situs web, dan
permintaan data dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya,
mengungkapkan eksistensi beberapa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Temuan dari
berbagai sumber sekunder ini telah dianalisis dan dikelompokkan menjadi beberapa kategori
yang relevan. Dalam penelitian ini, kami mengidentifikasi hanya empat IPAL yang dapat
diidentifikasi, dengan beberapa di antaranya sudah dibangun dan beberapa lainnya masih
dalam tahap perencanaan. Selain itu, ditemukan bahwa sistem sanitasi masih terintegrasi
dengan sistem drainase. Hal ini mengakibatkan terjadinya situasi di mana air limbah dan air
hujan dapat bercampur, terutama pada titik-titik tertentu. Pemahaman yang lebih mendalam
tentang integrasi ini menjadi penting dalam upaya meningkatkan manajemen air limbah di
kota ini, serta mengoptimalkan kualitas lingkungan hidupnya.

216
3.7.4 Jaringan Persampahan
Prasarana jaringan persampahan merujuk pada semua fasilitas fisik dan infrastruktur
yang diperlukan untuk mengelola, mengangkut, dan membuang sampah dengan aman dan
efisien. Berikut adalah beberapa komponen prasarana jaringan persampahan yang penting:

1. Tempat Pembuangan Sementara (TPS): adalah tempat sementara di mana sampah dari
berbagai sumber seperti rumah tangga, pasar, atau komersial dikumpulkan sebelum
diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir. TPS harus dirancang untuk mencegah
pencemaran lingkungan.
2. Depo Sampah: Depo sampah merupakan fasilitas penyimpanan sementara yang
digunakan untuk mengelola sampah dari industri dan lokasi lain yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar. Sampah biasanya dipilah di depo ini untuk memisahkan
sampah yang dapat didaur ulang dari yang tidak.
3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA): tempat di mana sampah akhirnya dibuang. TPA
harus mematuhi standar lingkungan yang ketat dan seringkali dilengkapi dengan
lapisan perlindungan bawah tanah dan sistem pengelolaan gas buang.

Pengelolaan sampah di wilayah perencanaan melibatkan dua sumber utama, yaitu


sampah dari perumahan dan industri. Proses pengolahan sampah ini terdiri dari beberapa
tahap, yang mencakup:
1. Pembuangan Sampah dari Perumahan:
● Pengelolaan sampah dari perumahan telah dilakukan.
● Proses pengelolaan persampahan dapat dibagi menjadi tiga tahap utama:
a. Pengumpulan Sampah: Ini melibatkan pengumpulan sampah dari berbagai
sumber seperti rumah tangga, daerah komersil, pasar, terminal, dan tempat
lainnya. Sampah ini kemudian diangkut ke Lokasi Pembuangan Sampah
Sementara (TPS).
b. Pengangkutan Sampah: Kegiatan ini melibatkan pengangkutan sampah dari
Lokasi Pembuangan Sampah Sementara (TPS) atau Depo Sampah menuju
Lokasi Pembuangan Sampah Terakhir (TPS).
c. Pembuangan Sampah: Tahap terakhir adalah pembuangan atau penimbunan
sampah di Lokasi Pembuangan Sampah Terakhir (TPA). Proses ini merupakan
tanggung jawab penuh Dinas Kebersihan Kota Surabaya.
2. Pembuangan Sampah dari Industri:
● Sampah padat yang dihasilkan oleh industri umumnya telah dipilah menjadi
dua kategori: sampah yang dapat didaur ulang atau dijual kembali, dan sampah
yang harus dibuang.
● Sampah yang dapat didaur ulang atau memiliki nilai ekonomis dikumpulkan
dalam lokasi pabrik.
● Sampah yang tidak dapat didaur ulang kemudian dikumpulkan dan dibuang ke
tempat pembuangan sampah akhir (TPA).

217
Gambar 3.7.3 Tempat Pembuangan Sementara Jl. Simpang Dukuh

Sumber: Survei Primer

Gambar 3.7.4 Tempat Pembuangan Sementara Jl. Kayoon

Sumber: Survei Primer

218
Peta 3.7.14 Jaringan Persampahan Blok 4 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

219
Peta 3.7.15 Jaringan Persampahan Blok 3 dan 5 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

220
3.7.5 Jaringan Listrik
Listrik adalah elemen penting dalam jaringan infrastruktur yang menghubungkan
instansi atau masyarakat serta wilayah pengembangan yang telah direncanakan. Putusnya
pasokan listrik dapat berdampak serius, mengganggu fungsi dan operasional infrastruktur
lainnya. Ini mencakup komunikasi, transportasi, dan pelayanan publik yang sangat
bergantung pada daya listrik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga keandalan
pasokan listrik agar berbagai aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan
lancar.
Pemasangan instalasi listrik dalam lingkungan perumahan dan bangunan hunian harus
diintegrasikan dengan baik sesuai dengan peraturan-peraturan dan persyaratan tambahan
yang berlaku. Hal ini penting untuk memastikan keamanan, efisiensi, dan keandalan pasokan
listrik. Dengan perencanaan yang terpadu dan mematuhi semua aturan yang berlaku, kita
dapat memastikan bahwa masyarakat mendapatkan akses listrik yang handal dan aman di
rumah mereka, serta menghindari potensi masalah teknis yang dapat muncul. Berikut
merupakan peraturan dan persyaratan instalasi listrik lingkungan perumahan:
a. Peraturan oleh PLN
b. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
c. Peraturan lain yang relevan dengan instalasi listrik di masing-masing wilayah.

Selain itu, terdapat persyaratan, kriteria, dan kebutuhan yang harus dipenuhi apabila akan
melakukan instalasi listrik seperti:
a. Kebutuhan Pasokan Listrik:
Dalam setiap lingkungan perumahan, pasokan listrik harus diperoleh dari PLN atau
sumber lainnya. Setiap unit rumah tangga harus menerima pasokan listrik minimal
450 VA per individu dan 40% dari total kebutuhan rumah tangga untuk fasilitas
lingkungan.
b. Penyediaan Jaringan Listrik:
Jaringan listrik lingkungan harus tersedia dengan tingkat layanan yang sesuai, di mana
kapasitas pasokannya dihitung berdasarkan jumlah unit hunian yang terhubung
dengan blok yang siap dibangun. Tiang listrik harus dipasang untuk penerangan jalan
di area damija (milik jalan) di sisi jalur hijau tanpa menghambat pejalan kaki di
trotoar. Gardu listrik harus disediakan setiap 200 KVA daya listrik pada lahan yang
tidak digunakan untuk kegiatan umum. Penerangan jalan harus memiliki intensitas
500 lux dengan ketinggian lebih dari 5 meter di atas permukaan tanah. Daerah dengan
tegangan tinggi tidak sebaiknya digunakan untuk tempat tinggal atau kegiatan
permanen karena berpotensi membahayakan keselamatan.
Dalam melakukan observasi terhadap jaringan listrik di Kecamatan Genteng,
kami merujuk pada RTRW Kota Surabaya. Pendekatan survei sekunder kami
didasarkan pada data RTRW Kota Surabaya dan laporan Kecamatan Genteng dalam
Angka tahun 2022 yang bersumber dari BPS. Kami juga melakukan survei lapangan
atau langsung mengunjungi wilayah studi di Kecamatan Genteng serta memanfaatkan
Google Maps dan Google Street View sebagai sumber data tambahan dalam
penelitian ini. Perluasan dan penyediaan daya listrik di wilayah Kecamatan Genteng
melibatkan dua gardu induk, dan salah satunya terletak di Jalan Undaan Kulon 3-5,

221
Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng. Data dari "Kecamatan Genteng dalam
Angka 2022" menunjukkan bahwa 100% penduduk Kecamatan Genteng telah
menggunakan jaringan listrik yang disediakan oleh PLN. Untuk tabel jumlah keluarga
yang menggunakan prasarana jaringan listrik dari PLN adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7.3 Jumlah Keluarga Pengguna PLN


Jumlah Keluarga Pengguna Listrik PLN

No. Kelurahan Jumlah Keluarga PLN Non PLN

1 Embong Kaliasin 3,931 3,931 0


2 Ketabang 2,472 2,472 0
3 Genteng 2,908 2,908 0
4 Peneleh 5,012 5,012 0
5 Kapasari 5,617 5,617 0
Jumlah 19,940 19,940 0

Sumber: BPS Kecamatan dalam Angka, 2022

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, terdapat Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dan Saluran Utama Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV
yang melayani hampir semua jalan utama yang ada di Kecamatan Genteng, serta ada saluran
utama tegangan rendah (SUTR) yang digunakan untuk melayani kebutuhan listrik untuk
perumahan atau hunian. Untuk detail persebaran jaringan listrik di Kecamatan Genteng
adalah sebagai berikut :

222
Peta 3.7.16 Jaringan Listrik Blok 1-2 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

223
Peta 3.7.17 Jaringan Listrik Blok 3-6 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

224
Peta 3.7.18 Jaringan Listrik Blok 5-7 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

225
3.7.6 Jaringan Telekomunikasi
Penyediaan jaringan telekomunikasi di daerah perkotaan harus mematuhi regulasi dan
persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Infrastruktur jaringan telekomunikasi terbagi
menjadi dua jenis, yakni jaringan kabel dan nirkabel. Jaringan telekomunikasi nirkabel adalah
jenis jaringan seluler yang umum digunakan di sebagian besar perangkat elektronik saat ini.
Seiring dengan peningkatan penggunaan ponsel, pembangunan jaringan telekomunikasi fokus
pada infrastruktur pendukung jaringan nirkabel. Infrastruktur ini mencakup menara
telekomunikasi dan menara BTS. Menara BTS berfungsi untuk mengoperasikan dan
menyebarkan jaringan nirkabel.
Sedangkan, Jaringan telekomunikasi kabel berupa jaringan telepon rumah yang
dikelola oleh PT. Telkom. Pada dasarnya, kebutuhan akan jaringan telekomunikasi kabel di
Kecamatan Genteng sudah terpenuhi. Namun, dengan semakin populer digunakannya
perangkat telekomunikasi nirkabel saat ini, permintaan akan jaringan kabel di rumah tangga
berkurang. Jaringan telekomunikasi kabel lebih diperlukan di daerah perkantoran dan sektor
jasa perdagangan.
Dalam penelitian kami terhadap telekomunikasi di Kecamatan Genteng, kami
menggunakan metode survei sekunder dengan merujuk pada RTRW Kota Surabaya dan
dokumen resmi Kecamatan Genteng tahun 2022. Kami juga melakukan kunjungan langsung
ke lokasi studi serta memanfaatkan Google Maps dan Google Street View. Berbeda dengan
jaringan kabel yang hanya disediakan oleh satu penyedia layanan, jaringan telekomunikasi
nirkabel di Kecamatan Genteng dikelola oleh berbagai penyedia, baik milik pemerintah
maupun swasta. Secara keseluruhan, kebutuhan akan telekomunikasi nirkabel di Kecamatan
Genteng sudah terpenuhi, dan tidak ada wilayah yang tidak terjangkau oleh jaringan nirkabel,
seperti visualisasi peta distribusi jaringan telekomunikasi di Kecamatan Genteng berikut ini:

226
Peta 3.7.19 Jaringan Telekomunikasi Blok 1 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

227
Peta 3.7.20 Jaringan Telekomunikasi Blok 2-4 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

228
Peta 3.7.21 Jaringan Telekomunikasi Blok 5 Kecamatan Genteng

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya

229
3.8 Aspek Transportasi
Transportasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Hal tersebut
berperan dalam menunjang mobilitas atau pergerakan manusia ataupun barang dari suatu
wilayah ke wilayah lainnya. Transportasi dapat mempermudah menghubungkan antar pusat
kegiatan. Jaringan transportasi di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng, Kota Surabaya,
berupa transportasi darat. Terdapat beberapa pokok bahasan mengenai aspek transportasi,
antara lain:
a. Jaringan Jalan
b. Pola Pergerakan
c. Jenis dan Kondisi Perkerasan Jalan
d. Geometrik Jalan
e. Sarana dan Prasarana Transportasi
f. Karakteristik Angkutan Umum

3.8.1 Jaringan Jalan


Jalan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 adalah
suatu prasarana transportasi yang melingkupi segala bagian jalan, termasuk bangunan
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada di atas
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau air, serta
di atas permukaan air, kecuali kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Adapun klasifikasi jalan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, yaitu:
a. Sistem Jaringan Jalan
i. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang
menghubungkan antarkawasan perkotaan yang diatur secara berjenjang sesuai
dengan peran perkotaan yang dihubungkannya.
ii. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan yang
menghubungkan antarkawasan di dalam perkotaan yang diatur secara
berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang dihubungkannya.
b. Sistem Jaringan Jalan
i. Jalan Arteri
1. Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat
kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
wilayah. Kecepatan yang didesain di jalan arteri primer paling rendah adalah
60 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter. Lalu, lalu lintas
jarak jauh tidak boleh terganggu lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal dan
kegiatan lokal, jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi, serta tidak
boleh terputus di kawasan perkotaan.
2. Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan

230
kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua. Kecepatan yang didesain di jalan arteri sekunder paling
rendah adalah 30 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter.
Lalu, lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
ii. Jalan Kolektor
1. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal. Kecepatan yang didesain di jalan kolektor primer paling rendah
adalah 40 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
2. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga. Kecepatan yang didesain di jalan kolektor sekunder paling
rendah adalah 20 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter dan
lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
iii. Jalan Lokal
1. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarousat kegiatan lokal,
atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan. Kecepatan yang didesain di jalan lokal primer paling
rendah adalah 20 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter dan
tidak boleh terputus di kawasan perdesaan.
2. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Kecepatan yang didesain di jalan lokal sekunder paling rendah adalah 10 km
per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter dan tidak boleh terputus
di kawasan perdesaan.
iv. Jalan Lingkungan
1. Jalan Lingkungan Primer
Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat
kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan
perdesaan. Kecepatan yang didesain di jalan lingkungan primer paling rendah
adalah 15 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter untuk
kendaraan bermotor roda tiga atau lebih, sedangkan jalan selain kendaraan
roda tiga atau lebih harus memiliki lebar badan jalan minimal 3,5 meter.
2. Jalan Lingkungan Sekunder

231
Jalan lingkungan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar
persil dalam kawasan perkotaan. Kecepatan yang didesain di jalan lingkungan
sekunder paling rendah adalah 10 km per jam dengan lebar jalan minimal 6,5
meter untuk kendaraan bermotor roda tiga atau lebih, sedangkan jalan selain
kendaraan roda tiga atau lebih harus memiliki lebar badan jalan minimal 3,5
meter.
Berikut merupakan peta dan klasifikasi jalan menurut fungsinya di wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng menurut RTRW Kota Surabaya. Adapun data
panjang jalan dengan sampel jalan menurut fungsinya.

232
Peta 3.8.1 Peta Jaringan Jalan WP

Sumber: RTRW Kota Surabaya 2014-2034

233
Tabel 3.8.1 Klasifikasi Jaringan Jalan Menurut Fungsi Jalan
Fungsi Jalan Nama Jalan
Jalan Arteri Primer Jalan Kapasari, Jalan Kusuma Bangsa
Jalan Raya Darmo, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Ambengan,
Jalan Ambengan, Jalan Embong Malang, Jalan Blauran, Jalan
Praban, Jalan Ngaglik, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Raya
Jalan Arteri Sekunder Darmo, Jalan Pemuda, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Basuki
Rahmat, Jalan Sulawesi, Jalan Genteng Kali, Jalan Tunjungan,
Jalan Gubernur Suryo, Jalan Simpang Dukuh, Jalan Ngaglik,
Jalan Kalianyar, Jalan Urip Sumoharjo

Jalan Undaan Kulon, Jalan Kayun, Jalan Yos Sudarso, Jalan


Undaan Wetan, Jalan Walikota Mustajab, Jalan Pecindilan, Jalan
Jalan Kolektor Sekunder
Sono Kembang, Jalan Kalisari Iii, Jalan Jaksa Agung Suprapto,
Jalan Kombes Pol M Duryat

Jalan Achmad Jais, Jalan Embong Tanjung, Jalan Gembong


Tebasan, Jalan Plampitan Kalimir, Jalan Embong Wungu, Jalan
Grogol Kalimir, Jalan Ngemplak, Jalan Peneleh, Jalan Wijaya
Kusuma, Jalan Genteng Besar, Jalan Ketabang Kali, Jalan
Jalan Lokal Sekunder
Kamboja, Jalan Embong Trengguli, Jalan Embong Gayam, Jalan
Panglima Besar Sudirman, Jalan Embong Ploso, Jalan Taman
Apsari, Jalan Embong Kenongo, Jalan Embong Sawo, Jalan
Mawar, Jalan Embong Kemiri, Jalan Embong Cerme

Sumber: RTRW Surabaya 2014-2034

Tabel 3.8.2 Panjang Jalan Menurut Fungsi Jalan


Nama Jalan Panjang Jalan (Meter)
Jalan Arteri Primer
Jalan Kapasari 492.73
Jalan Kusuma Bangsa 1,728.74
Jalan Arteri Sekunder
Jalan Ambengan 1,178.76
Jalan Panglima Sudirman 1,165.27
Jalan Kolektor Sekunder
Jalan Undaan Kulon 929.88
Jalan Kayun 955.42
Jalan Lokal Sekunder
Jalan Achmad Jais 827.84
Jalan Embong Tanjung 451.03
Sumber: Analisis Penulis

234
235
Menurut RTRW Kota Surabaya 2014-2034, terdapat rencana pembangunan jalan bebas hambatan di salah satu ruas jalan arteri sekunder, yaitu
Jalan Kalianyar-Jalan Ngaglik
Peta 3.8.2 Peta Rencana Jalan Bebas Hambatan Blok I WP

Sumber: RTRW Kota Surabaya 2014-2034

236
3.8.2 Pola Pergerakan

Pergerakan manusia, barang, dan kendaraan dipengaruhi oleh tata guna lahan
di suatu wilayah. Perubahan penggunaan lahan akan berdampak pada pola pergerakan
tersebut. Pola pergerakan dipengaruhi oleh dua jenis daerah, yaitu daerah pembangkit
dan daerah penarik. Daerah pembangkit pergerakan biasanya berupa kawasan
permukiman, sementara daerah penarik pergerakan meliputi sekolah, pusat
perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan kawasan obyek wisata.
Dalam rangka mendukung pengembangan kawasan, wilayah perencanaan
Kecamatan Genteng diberikan arahan sebagai kawasan perdagangan dan jasa menurut
RTRW Kota Surabaya 2014-2034, maka dalam penelitian ini pola pergerakan akan
dianalisis berdasarkan penggunaan lahan sebagai perdagangan dan jasa. Adapun
data-data yang diperlukan untuk mengetahui tarikan adalah melalui jumlah rumah di
setiap zona, sedangkan untuk mengetahui bangkitan adalah melalui luas bangunan
perdagangan dan jasa di setiap zona.

a. Bangkitan
Pada bangkitan pergerakan di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng,
dilakukan pengumpulan data berupa pendapatan masyakarat per bulan, jumlah
kendaraan dalam satu kartu keluarga (KK), dan jumlah perjalanan belanja yang
dilakukan dalam seminggu. Diketahui bahwa rata-rata pendapatan masyarakat di
Wilayah Perencanaan Kecamatan Genteng sebesar Rp4,4 Juta per bulan, rata-rata
jumlah kendaraan yang dimiliki dalam satu KK sebanyar 3 kendaraan, dan rata-rata
perjalanan belanja yang dilakukan dalam seminggu sebanyak 2 kali.

b. Tarikan
Pada tarikan pergerakan di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng,
dilakukan pengumpulan data berupa total luas lantai suatu bangunan perdagangan dan
jasa, serta jumlah pengunjung suatu perdagangan dan jasa. Tarikan dilakukan dengan
memfokuskan penggunaan lahan berupa perdagangan dan jasa karena wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng memiliki dominansi pemanfaatan lahan sebagai
perdagangan dan jasa, serta menurut kebijakan yang telah ada, wilayah perencanaan
Kecamatan Genteng diarahkan sebagai pusat perdagangan dan jasa. Maka dari itu,
diketahui bahwa rata-rata total luas lantai perdagangan dan jasa di wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng sebesar 16.514 m², serta rata-rata pengunjung
perdagangan dan jasa per harinya sebesar 688 orang.

3.8.3 Jenis dan Kondisi Perkerasan Jalan

Kualitas jaringan jalan di Kecamatan Genteng dapat dinilai berdasarkan bahan


dan jenis perkerasan yang digunakan. Di wilayah perencanaan ini, terdapat tiga jenis
perkerasan jalan yang umum digunakan, yaitu aspal, paving, dan beton. Mayoritas
jalan di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng berfungsi sebagai jalur utama dan
penghubung antara area primer dan sekunder sehingga kebanyakan jalan diperkeras

237
dengan aspal. Sebagian besar jalan di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng
dalam kondisi baik karena terletak di pusat Kota Surabaya sehingga perawatan jalan
dan infrastruktur umum lainnya lebih diperhatikan.

Tabel 3.8.3 Kondisi Perkerasan Jalan Kecamatan Genteng


Nama Jalan Fungsi Jalan Jenis Perkerasan Kondisi Jalan Dokumentasi

Jl. Kapasari Arteri Primer Aspal Baik

Jl. Panglima
Arteri Sekunder Aspal Baik
Sudirman

Jl. Undaan Kolektor


Aspal Baik
Kulon Sekunder

Jl. Embong
Lokal Sekunder Aspal Baik
Tanjung

Jl. Peneleh III Lingkungan Aspal Cukup Baik

Sumber: Analisis Penulis


3.8.4 Geometrik Jalan

Untuk mendapatkan ukuran jalan secara menyeluruh, pengamatan dilakukan


pada titik yang mewakili tiap-tiap fungsi jalan. Berikut dimensi jalan yang ada di
wilayah studi.

238
Tabel 3.8.4 Geometrik Jalan Kecamatan Genteng
Nama Jalan Fungsi Jalan Dimensi Jalan Dokumentasi

Jl. Basuki Rahmat Arteri Sekunder

Jl. Jaksa Agung Suprapto Kolektor Sekunder

Jl. Achmad Jais Lokal Sekunder

239
3.8.5 Sarana dan Prasarana Transportasi

Fasilitas transportasi merupakan komponen penting dalam mendukung


operasional sistem transportasi di suatu daerah. Fasilitas transportasi memainkan
peran yang signifikan dalam mengatur aliran transportasi. Di Kecamatan Genteng,
terdapat beberapa fasilitas transportasi seperti lampu lalu lintas, penerangan jalan,
tanda-tanda lalu lintas, jalur pejalan kaki, area parkir, dan jalur sepeda. Semua ini
berperan dalam mengatur dan memfasilitasi pergerakan kendaraan dan pejalan kaki di
wilayah tersebut.

3.8.5.1 Jalur Pejalan Kaki


Jalur pejalan kaki, atau yang sering disebut pedestrian/trotoar, adalah area
yang disediakan khusus bagi pejalan kaki untuk berjalan. Selain itu, fungsi
utamanya adalah untuk memberikan perlindungan kepada pejalan kaki dari
potensi bahaya tabrakan dengan kendaraan bermotor. Sebagian besar jalan di
wilayah perencanaan sudah memiliki trotoar, terutama jalan-jalan utama dan jalan
penghubung. Meskipun demikian, masih banyak jalan, terutama jalan-jalan kecil
dan jalan lingkungan, yang belum dilengkapi dengan jalur pejalan kaki.

Gambar 3.8.1 Jalur Pejalan Kaki di Jl. Jimerto

Sumber: Google Street View, 2023

240
Peta 3.8.2 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok I WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

241
Peta 3.8.3 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok II WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

242
Peta 3.8.4 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok III WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

243
Peta 3.8.5 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok IV WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

244
Peta 3.8.6 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok V WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

245
Peta 3.8.7 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok VI WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

246
Peta 3.8.8 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok VII WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

247
Berdasarkan Peta Sarana Pejalan Kaki diatas terdapat blok yang tidak
memiliki pedestrian yaitu blok 2 hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi lalu
lintas di Kecamatan Genteng, tidak memiliki jaminan keselamatan dan dapat
mengurangi keinginan warga sekitar untuk berjalan kaki. Pada jalan-jalan besar
seperti blok 5 memiliki pedestrian yang memadai dan sering digunakan oleh warga
sekitar, hal ini berbanding terbalik dengan beberapa jalan kecil di blok 1 yang
memiliki pedestrian kurang memadai seperti rusaknya trotoar, jalan yang tidak merata
hingga tidak memiliki rambu penyebrangan.

3.8.5.2 Parkir
Tempat parkir merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia di dalam
struktur bangunan, terutama jika bangunan tersebut menjadi pusat aktivitas.
Fasilitas parkir ini berperan sebagai area berhenti sementara bagi pengunjung atau
peserta kegiatan yang menggunakan berbagai jenis kendaraan. Di Kecamatan
Genteng, beberapa area parkir telah disiapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Secara keseluruhan, terdapat dua tipe tempat parkir yang dapat ditemui di
Kecamatan Genteng, yakni parkir di luar bangunan (parkir off-street) dan parkir di
pinggir jalan (parkir on-street).

a. Parkir Off Street


Parkir Off Street adalah penggunaan area parkir yang tidak menyusut
lebar badan jalan, dan umumnya merupakan bagian penting dari fasilitas
transportasi di pusat-pusat kegiatan seperti sekolah, kantor kelurahan, pasar,
bangunan multifungsi, dan lain sebagainya. Di Kecamatan Genteng, bisa
menemukan tempat parkir off-street di Siola Lorong dan juga dalam bentuk
parkir bawah tanah di Gedung Balai Pemuda.

Gambar 3.8.2 Off Street Parking di Jalan Embong Malang

Sumber: Google Street View, 2023

b. Parkir On Street

248
Parkir On Street adalah pemanfaatan badan jalan sebagai area parkir,
dan biasanya terjadi di kawasan perdagangan dan jasa yang tidak memiliki
fasilitas parkir tersendiri. Di Kecamatan Genteng, lokasi parkir on-street dapat
ditemukan di sekitar kawasan perdagangan dan jasa di Jalan Walikota
Mustajab, serta tersedia juga parkir berbayar di sekitar Balai Kota Surabaya.

Gambar 3.8.3 On Street Parking di Jalan Wijaya Kusuma

Sumber: Google Street View, 2023


3.8.5.3 Jembatan Penyebrangan
Jembatan penyeberangan adalah struktur jembatan yang dirancang khusus
untuk digunakan oleh pejalan kaki. Jembatan penyeberangan dan terowongan
adalah fasilitas yang memungkinkan orang untuk menyeberang jalan dengan
aman. Keberadaan fasilitas ini sangat berguna saat ditempatkan di jalan-jalan
dengan volume pejalan kaki yang tinggi dan kendaraan yang bergerak cepat,
terutama pada jalan-jalan yang memiliki lalu lintas kendaraan bermotor yang
padat. Jembatan penyebrangan di Kecamatan Genteng terdapat di Jalan Gubernur
Suryo

Gambar 3.8.4 Jembatan Penyeberangan Orang di Jalan Gubernur Suryo

Sumber: Google Street View.2023

249
3.8.5.4 Halte
Halte merupakan lokasi yang digunakan sebagai tempat berhenti bagi
angkutan umum yang mengambil dan mengantarkan penumpang. Di Kecamatan
Genteng, halte-halte terletak di sepanjang jalan-jalan utama, terutama di
jalan-jalan arteri dan jalan-jalan penghubung.

Gambar 3.8.5 Halte di Jalan Kusuma Bangsa

Sumber: Google Street View.2023

250
Peta 3.8.9 Peta Sebaran Halte Blok I WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

251
Peta 3.8.10 Peta Sebaran Halte Blok II WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

252
Peta 3.8.11 Peta Sebaran Halte Blok III WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

253
Peta 3.8.12 Peta Sebaran Halte Blok IV WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

254
Peta 3.8.13 Peta Sebaran Halte Blok V WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

255
Peta 3.8.14 Peta Sebaran Halte Blok VI WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

256
Peta 3.8.15 Peta Sebaran Halte Blok VII WP

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

257
Berdasarkan peta sebaran halte diatas terlihat bahwa penyebaran halte yang
tidak merata di setiap blok, hal ini menyebabkan transportasi umum seperti bis tidak
tersebar dengan rata.

3.8.5.5 Rambu Lalu Lintas


Rambu lalu lintas adalah salah satu bagian dari fasilitas jalan umum
berupa lambang, huruf, angka yang digunakan untuk memberikan peringatan,
larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan.
a. Rambu Peringatan
Rambu peringatan berfungsi untuk mengingatkan kemungkinan adanya
bahaya atau tempat berbahaya di depan pengguna jalan. Berikut contoh rambu
peringatan yang berada pada Kecamatan Genteng.

Gambar 3.8.6 Rambu Peringatan di Jl. Panglima Sudirman

Sumber: Google Street View


b. Rambu Perintah
Rambu perintah berfungsi menginformasikan apa yang harus
dilakukan oleh pengguna jalan. Bentuknya bundar dengan warna latar biru dan
gambar merah dan putih. Berikut contoh rambu perintah yang berada di
Kecamatan Genteng.
Gambar 3.8.7 Rambu Perintah di Jl. Tunjungan

258
Sumber: Google Street View

c. Rambu Petunjuk
Rambu petunjuk terdiri dari rambu petunjuk pendahulu jurusan, rambu
petunjuk jurusan serta rambu penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah
untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah atau wilayah serta rambu yang
menyatakan nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang
dan/atau tulisan warna putih. Berikut contoh rambu petunjuk yang berada di
Kecamatan Genteng,

Gambar 3.8.8 Rambu Petunjuk di Jl. Tunjungan

Sumber: Google Street View

d. Rambu Larangan
Rambu larangan digunakan untuk melarang pengguna jalan melakukan
suatu hal. Rambu ini memiliki warna dasar putih, garis tepi merah, dan
lambang berwarna hitam. Beberapa contoh rambu larangan adalah rambu
dilarang berhenti, dilarang mausk, dan dilarang parkir.

Gambar 3.8.9 Rambu Petunjuk di Jl. Ambengan

259
Sumber: Google Street View

3.8.5.6 Jalur Pesepeda


Jalur pesepeda merupakan jalur yang digunakan untuk memisahkan
jalan untuk para pesepeda dengan motor dan mobil, hal ini dilakukan untuk
keselematan pesepeda. Jalur pesepeda biasanya lebih banyak digunakan pada
jalan-jalan besar. Pada Kecamatan Genteng terdapat jalur pesepeda sebagai
berikut,

Tabel 3.8.6 Tabel Klasifikasi Jalur Pesepeda


Nomor Nama Jalan Keterangan Gambar
Blok

Blok 1 Jl. Kalianyar Pada Blok 1 tidak


memiliki jalur pesepeda

Blok 2 Jl. Genteng Kali Pada blok 2 tida


memiliki jalur pesepeda
di jalan arterinya

Blok 3 Jl Wijaya Memiliki jalur pesepada


Kusuma di setiap ruas jalannya

Blok 4 Jl Tunjungan Memiliki beberapa jalur


pesepeda di ruas
jalannya

Blok 5 Jl Embong Memiliki jalur pesepeda


di ruas jalannya

Blok 6 Jl Tegalsari Tidak Memiliki jalur


pesepeda

260
Blok 7 Jl basuki rahmat Memiliki jalur pesepeda
namun sedikit pudar

Sumber : Analisis Penulis

3.8.6 Karakteristik Angkutan Umum


Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam
Trayek, Angkutan Umum atau Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum
dalam Trayek adalah angkutan yang melayani penumpang dengan mobil penumpang
umum dan mobil bus umum dari suatu tempat ke tempat lain, mempunyai asal-tujuan
dan lintasan, waktu yang tetap dan teratur, serta dipungut biaya. Pada wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng terdapat angkutan umum berupa lyn/mikrolet,
Suroboyo Bus, dan Trans Semanggi dengan rute trayek sebagai berikut.

a. Lyn/Mikrolet

Tabel 3.8.5 Rute Trayek Angkutan Umum yang Melewati Kecamatan Genteng
Kode Lyn Rute Warna Angkot
a. Berangkat : Pangkalan Sedayu – Demak –
Dupak – Bubutan (Sisi Utara) – Pasar
Turi – Semarang – Stasiun Pasar Turi –
Semarang – Kranggan – (D. Blauran) –
Praban – Siola – Genteng Kali –
Ngemplak – Ondomohen – Walikota
Mustajab (Balaikota) – Jaksa Agung
(Jagung) Suprapto – Ambengan –
Kusuma Bangsa – Ngaglik – Tambaksari
C (Blauran) – Residen Sudirman – Pacar Keling –
Kalasan – Jolotundo – Tambang Boyo –
Karang Menjangan
b. Kembali : Karang Menjangan – Airlangga
– Kedung Sroko – Pacar Keling – Residen
Sudirman – Ambengan – Ngemplak –
Genteng Kali – Praban – Bubutan –
Pirngadi – Pawiyatan – Semarang –
Dupak – Pasar Loak – Dupak – Demak –
Purwodadi – Pangkalan Sedayu
a. Berangkat : Pangkalan Sedayu – Demak
Pasar Loak – Demak – Gresik Gadukan –
C (Indra Pura)
Gresik – Rajawali – JMP – Veteran –
Stasiun Kota – Pasar Atom – Gembong –

261
Gembong Tebasan – Kapasari - Ngaglik –
Tambaksari – Residen Sudirman – Pacar
Keling – Kalasan – Jolotundo – Tambang
Boyo – Karang Menjangan
b. Kembali : Karang Menjangan – Airlangga
– Kedung Sroko – Pacar Keling – Residen
Sudirman – Ambengan – Kusuma Bangsa
– Kapasari – Gembong Tebasan –
Pengampon – Stasiun Kota – Pahlawan –
Tugu Pahlawan – Bubutan (Sisi Utara) –
Indrapura – Gresik – Gresik Gadukan –
Pangkalan Sedayu - Demak
a. Berangkat : Pangkalan Dharma Husada –
Prof Moestopo – Karang Menjangan –
Airlangga – Prof Moestopo – Gubeng
Pojok – Pemuda – Panglima Sudirman
(Bambu Runcing) – Basuki Rahmat –
Embong Malang – Tidar – Pasar Tidar –
Tembok Sayuran – Kalibutuh – Asem
Raya – Asem Mulya – Tambak Mayor –
Tanjungsari – Tandes – Balongsari Tama
– Balongsari
E
b. Kembali : Balongsari – Tandes –
Tanjungsari – Tambak Mayor – Asem
Mulya – Asem Raya – Kalibutuh –
Tembok Sayuran – Tidar – Blauran –
Praban – Siola – Genteng Kali –
Ngemplak – Simpang Dukuh – Gubernur
Suryo – Balai Pemuda – Yos Sudarso –
Balai Kota – Prof Moestopo – Pangkalan
Dharma Husada

a. Berangkat : Pangkalan Dharma Husada –


Prof Moestopo – Karang Menjangan –
Airlangga – Prof Moestopo – Gubeng
Pojok – Pemuda – Panglima Sudirman
(Bambu Runcing) – Basuki Rahmat –
E Embong Malang – Tidar – Widodaren –
Argopuro – Merapi – Petemon Kali –
Petemon III – Simo Kwagean – Petemon
IV – Simomulyo I – Pangkalan
Simorukun
b. Kembali : Pangkalan Simorukun –

262
Simomulyo I – Petemon IV – Simo
Kwagean – Petemon III – Petemon Kali –
Merapi – Argopuro - Widodaren – Tidar –
Blauran – Praban – Siola – Genteng Kali
– Ngemplak – Simpang Dukuh –
Gubernur Suryo – Balai Pemuda – Yos
Sudarso – Balai Kota – Prof Moestopo –
Pangkalan Dharma Husada
a. Berangkat : Pangkalan Dharma Husada –
Prof Moestopo – Karang Menjangan –
Airlangga – Prof Moestopo – Gubeng
Pojok – Pemuda – Panglima Sudirman
(Bambu Runcing) – Basuki Rahmat –
Embong Malang – Tidar – Pasar Tidar –
Pangkalan Sawahan
E
b. Kembali : Pangkalan Sawahan – Tidar –
Blauran – Praban – Siola – Genteng Kali
– Ngemplak – Simpang Dukuh –
Gubernur Suryo – Balai Pemuda – Yos
Sudarso – Balai Kota – Prof Moestopo –
Pangkalan Dharma Husada

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya

263
b. Suroboyo Bus
Peta 3.8.16 Peta Rute Suroboyo Bus (Koridor Purabaya-Rajawali)

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

264
Peta 3.8.17 Peta Rute Suroboyo Bus (Bus Tumpuk)

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

265
c. Wirawiri Suroboyo
Peta 3.8.18 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD01)

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

266
Peta 3.8.19 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD02)

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

267
Peta 3.8.20 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD07)

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

268
d. Trans Semanggi
Peta 3.8.21 Peta Rute Teman Bus (Trans Semanggi Suroboyo)

Sumber: Pemetaan Penulis, 2023

269
Dari peta rute Transportasi umum kecamatan Genteng yang telah disajikan diatas,
seperti rute angkutan umum, bus surabaya dan wira-wiri sudah memadahi di setiap blok yang
berada di Kecamatan genteng. Penggunaan transportasi umum yang telah merata di setiap
bloknya dapat memudahkan warga sekitar yang bermayoritas kegiatan bekerja dan
pendidikan untuk mencapai lokasi, namun dengan adanya transportasi umum ini tidakk
terlepas dari sarana prasarana transportasi umum. Sarana dan Prasarana transportasi umum
yang berada di kecamatan Genteng akan dijelaskan lebih lanjut di aspek berikutnya.

3.9 Aspek Kelembagaan


merupakan sebuah komponen yang penting dalam suatu wilayah, di samping itu mempunyai
fungsi ataupun peranan sebagai agen sosialisasi perubahan terencana yang tumbuh dari
masyarakat dan atau diprakarsai oleh pemerintah/stakeholder terkait

3.9.1 Jumlah dan jenis kelembagaan

● Kelembagaan Pemerintahan
- Bappeko
- PU Bina marga
- PU SDA
- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
- Dinas Perdagangan
- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
- Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
- Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah
- Dinas Lingkungan Hidup
- Dinas penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Atap
● Kelembagaan Non Pemerintahan ( BUMN )
❖ Pengadaan Listrik
- PT. Perusahaan Listrik Negara ( Persero )
❖ Jasa Keuangan dan Administrasi
- PT. Bank Negara Indonesia
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
- PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
- PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)
- PT Asuransi Jasa Raharja (Persero)
- PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
- PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero)
- PT Bahana PUI (Persero)
- PT PANN Multi Finance (Persero)
PT Pegadaian(Persero)
- PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
- PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)

270
- PT Taspen (Persero)
❖ Konstruksi
- PT Waskita Karya ( Persero ) Tbk
- PT PP Tbk,Plant 3 ( PT Pembangunan Perumahan )
- Nindya Karya PT - Surabaya
- Amarta Karya , PT ( Persero )
- PT Bina Karya ( Persero ) Cabang Surabaya
❖ Pertambangan dan Pengendalian
- PT Pertamina
❖ Pertanian,Kehutanan,dan Perikanan
- PT Pertanian ( Persero )
- PT Perikanan Nusantara ( Persero )
- Perum Perhutani
- PT Perkebunan Nusantara ( PTPN ) XI Surabaya
- PT Perkebunan Nusantara ( II ) Surabaya
❖ Transportasi
- PT Kereta Api Indonesia ( Persero )
PT Pelabuhan Indonesia
❖ Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah,Dan Daur Ulang
- Perum Jasa Tirta I
- PT PDAM Surabaya

3.9.2 Peran Dan Fungsi Kelembagaan

A. Kelembagaan Pemerintahan

Kelembagaan yang berperan sangat penting untuk mengatur sumber daya dan
distribusi untuk itu adanya unsur dari kelembagaan sangat diperlukan guna
untuk memperhatikan dan mengupayakan peningkatan potensi guna untuk
menunjang suatu pembangunan.
1. Bappeko Surabaya
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya adalah unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan tugas dan mengkoordinasi
A. pelaksanaan koordinasi penyusunan perencanaan program, anggaran, dan
perundang-undangan
B. pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan administrasi umum
C. pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain;
D. pelaksanaan urusan rumah tangga, dokumentasi, kehumasan, dan
keprotokolan Badan;
E. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian
F. pelaksanaan pengelolaan administrasi Keuangan
G. pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Daerah
H. pelaksanaan pengelolaan kearsipan dan perpustakaan;
I. pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan;

271
J. pelaksanaan pengawasan, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas di bidang administrasi umum dan kepegawaian,
kelembagaan dan ketatalaksanaan, sarana dan prasarana, serta keuangan
Badan;
K. pelaksanaan penyusunan petunjuk pelaksanaan penyusunan dokumen
RPJPD, RPJMD, dan RKPD;
L. pelaksanaan penyusunan petunjuk pelaksanaan penyusunan dokumen
Renstra PD dan Renja PD serta pelaksanaan koordinasi evaluasi proses
penyusunannya;
M. pelaksanaan koordinasi dan kompilasi penyusunan dokumen RPJPD,
RPJMD, dan RKPD;
N. pelaksanaan penyusunan, pemantauan, dan pengendalian proses
penyusunan dan pelaksanaan dokumen Renstra,Renja, dan RKA Badan;
O. pelaksanaan koordinasi dan kompilasi hasil pengendalian proses
penyusunan dokumen Renstra PD dan Renja PD;
P. pelaksanaan koordinasi perumusan kebijakan umum dan analisis pagu
anggaran program skala kota;
Q. pelaksanaan pemantauan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan terhadap
pelaksanaan tugas, kinerja dan anggaran Badan;
R. pelaksanaan pengembangan, integrasi, dan pengendalian pemanfaatan
sistem informasi perencanaan;
S. pelaksanaan integrasi sistem informasi perencanaan dengan sistem
informasi lainnya yang dikembangkan Badan;
2. PU Bidang Bina Marga
Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, dan membina pembangunan,
peningkatan, dan pemeliharaan jalan dan jambatan.
Bidang Bina Marga mempunyai fungsi sebagai berikut :
- penyusunan rencana kerja Bidang Bina Marga;
- perumusan kebijakan teknis perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan
pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jalan dan jembatan kota;
- perencanaan pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan kota;
- pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan kota;
- pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan pemeliharaan jalan dan jembatan
kota; dan
- evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Bidang Bina Marga.

3. Dinas PU. Sumber Daya Air


Mempunyai fungsi terdiri dari sebagai berikut :
- penyusunan perencanaan bidang sumber daya air;
- pelaksanaan pelayanan umum bidang sumber daya air;
- perumusan kebijakan teknis di bidang sumber daya air;
- pelaksanaan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) dan Standar
Pelayanan Minimal(SPM)urusan pemerintahan di bidang sumber daya air;

272
- pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya air;
- pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya air;
- pelaksanaan administrasi dinas di bidang sumber daya air;
- pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait dengan tugas
dan fungsinya.
4. Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan
Mempunyai tugas membantu walikota melaksanakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan di bidang ketahanan
pangan, pertanian dan perikanan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Dinas Ketahanan
Pangan , Pertanian dan Perikanan menyelenggarakan fungsi :

- Perumusan kebijakan daerah di bidang ketersediaan pangan, kerawanan


pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi
dan keamanan pangan;
- Pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketersediaan pangan, kerawanan
pangan, distribusi pangan, cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi
dan keamanan pangan;
- Perumusan kebijakan di bidang prasarana dan sarana, tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan dan kesehatan hewan, penyuluhan
pertanian dan perikanan;
- Penyusunan programa penyuluhan pertanian;
- Pengembangan prasarana ketahanan pangan, pertanian dan perikanan;
- Pengawasan mutu, peredaran dan pengendalian penyediaan benih tanaman,
benih/bibit ternak dan hijauan pakan ternak;
- Pengawasan penggunaan sarana pertanian dan perikanan;
- Pembinaan produksi di bidang pertanian dan perikanan;
- Pengendalian dan penanggulangan hama penyakit tanaman dan penyakit
hewan;
- Pengendalian dan penanggulangan bencana alam;
- Pembinaan, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian dan perikanan;
- Pelaksanaan penyuluhan pertanian;
- Pemberian izin usaha/rekomendasi teknis pertanian
- Perumusan kebijakan pemberdayaan usaha kecil pembudidayaan ikan,
rekomendasi penerbitan siup di bidang pembudidayaan ikan, dan
pengelolaan pembudidayaan ikan;
- Pelaksanaan kebijakan pemberdayaan usaha kecil pembudidayaan ikan,
rekomendasi penerbitan siup di bidang pembudidayaan ikan, dan
pengelolaan pembudidayaan ikan;
- Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kebijakan pemberdayaan usaha kecil
pembudidayaan ikan, rekomendasi penerbitan siup di bidang
pembudidayaan ikan, dan pengelolaan pembudidayaan ikan;
- Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang ketahanan pangan pertanian
dan perikanan;

273
- Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang ketahanan pangan,
pertanian dan perikanan;
- Pelaksanaan administrasi dinas ketahanan pangan, pertanian dan perikanan;
dan
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya

5. Dinas perdagangan
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan bidang Perdagangan dan
Pengelolaan Pasar.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Perdagangan menyelenggarakan
fungsi :
- Perumusan kebijakan teknis dibidang Perdagangan dan Pengelolaan Pasar
- Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
Perdagangan dan Pasar;
- Pembinaan dan Pelaksanaan tugas dibidang Perdagangan, dan Pasar;
- Penyelenggaraan Kesekretariatan dinas;
- Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan, pengelolaan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dinas;
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

6. Dinas Perdagangan Kota Surabaya dalam melaksanakan tugas sesuai


perwali yaitu :
- Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum;
- Pembinaan dan pelaksanaan tugas;
- Pengelolaan ketatausahaan dinas; dan
- Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Fungsi Dinas Perdagangan :


- Pelaksanaan urusan ketatausahaan dinas;
- Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;
- Penyusunan kebijakan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata di kota;
- Pembinaan teknis di bidang kebudayaan dan pariwisata kota Surabaya;
- Pemberian rekomendasi perizinan di bidang kebudayaan dan pariwisata
lintas kota Surabaya;
- Pelaksanaan tugas penyiapan rancangan peraturan dan produk hukum di
bidang kebudayaan dan pariwisata;
- Pengawasan dan pengendalian di bidang kebudayaan dan pariwisata;
- Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD);
- Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan/atau lembaga terkait lainnya
dibidang kebudayaan dan pariwisata

274
7. Dinas Koperasi dan usaha mikro
Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan
fungsi :
- perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya

Fungsi Dinas koperasi dan Usaha Mikro Kota surabaya :


- Perumusan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan usaha, Mikro Kecil
dan Menengah, Bidang pemberdayaan Koperasi, Bidang Pembiayaan serta
Bidang Pengawasan dan Akuntabilitas.
- Penyusunan rencana program dan rencana kerja anggaran Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
- Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Dinas Koperasi dan Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah.
- Pengelolaan urusan administrasi keuangan, koordinasi penyusunan
program, pengolahan data dan informasi di bidang perkoperasian, usaha
mikro, kecil dan menengah, fasilitasi pembiayaan serta hubungan
masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan.
- Penyusunan, perumusan dan penjabaran teknis, pemberian bimbingan di
bidang Koperasi dan Usaha mikro, kecil dan menengah.
- Pelaksanaan kebijakan teknis, pemberian bimbingan di bidang koperasi
usaha mikro, kecil dan menengah serta fasilitasi pembiayaan di lingkungan
Kota Surabaya
- Pelaksanaan pertanggungjawaban terhadap kajian teknis/ rekomendasi
perijinan dan / atau non perizinan di bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
- Pengelolaan urusan kesekretariatan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah.
- Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian serta
monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan bidang
tugasnya.

8. Dinas Pengolahan Bangunan dan Tanah Kota Surabaya


dalam melaksanakan tugas yaitu :
- perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;

275
- pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
- pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas
dan fungsinya.

Fungsi dinas Pengelolaan bangunan dan tanah kota surabaya yaitu :


- pelaksanaan koordinasi penyusunan perencanaan program, anggaran dan
perundang-undangan;
- Pelayanan Izin Pemakaian Tanah :
- Pelayanan Izin Pemakaian Rumah
- Pelayanan Pemakaian Rumah Susun Atau Perjanjian Sewa Menyewa
Rumah Susun

9. Dinas Lingkungan hidup


dalam melaksanakan tugasnya yaitu :
- perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

Fungsi dari dinas lingkungan hidup sebagai berikut :


- pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang penataan dan penaatan
lingkungan hidup, pengelolaan sampah, limbah bahan berbahaya dan
beracun, dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
- pelaksanaan kebijakan di bidang penataan dan penaatan lingkungan hidup,
- pengelolaan sampah, limbah bahan berbahaya dan beracun, dan
- pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup;
- pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan pelaporan di
bidang penataan dan penaatan lingkungan
- pengelolaan sampah, limbah bahan berbahaya dan beracun, dan
- pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
- pelaksanaan fungsi kesekretariatan dinas;

10. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu


Mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
penanaman modal serta penyelenggaraan pelayanan administrasi penanaman
modal, perizinan dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi,
integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan, kepastian dan transparansi.
Fungsi dari dinas penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu sebagai
berikut :
- Penyusunan perencanaan bidang penanaman modal, pelayanan perizinan
dan non perizinan secara terpadu

276
- Perumusan kebijakan di bidang penanaman modal, pelayanan perizinan dan
non perizinan secara terpadu
- Pembinaan, pengendalian, koordinasi, fasilitasi dan penyelenggaraan
penanaman modal, pelayanan perizinan dan non perizinan secara terpadu.
- Pelaksanaan administrasi pelayanan di bidang penanaman modal, pelayanan
perizinan dan non perizinan secara terpadu
- Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penanaman modal, pelayanan
perizinan dan non perizinan secara terpadu

B. Kelembagaan Masyarakat
- Karang Taruna
Tugas Pokok Karang Taruna adalah:
Secara bersama sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya
untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang
dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun
pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.
Fungsi Karang Taruna adalah :
1. Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.
2. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat.
3. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda secara
komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.
4. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi
muda di lingkungannya.
5. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
jawab sosial generasi muda.
6. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa
kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik indonesia.
7. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan
tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis
produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala
sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya.
8. Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial
9. Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan
kemitraan dengan berbagai sektor lainnya.
10. Penyelenggara Usaha usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual.

- PKK Kota
Program Pokok Gerakan PKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
1. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila;
2. Gotong Royong;
3. Pangan;
4. Sandang;

277
5. Perumahan dan tata laksana rumah tangga;
6. Pendidikan dan keterampilan;
7. Kesehatan;
8. Pengembangan kehidupan koperasi;
9. Kelestarian lingkungan hidup; dan
10. Perencanaan sehat
- Karang Werda
Karang Werda mempunyai tugas sebagai berikut :
1. membantu pelaksanaan program pelayanan bagi Lansia baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat dan lembaga non-pemerintah;
2. menggerakkan para Lansia di wilayah kerjanya untuk melaksanakan segala
aktivitas yang mendukung tercapainya kesejahteraannya di bidang
ekonomi, sosial dan budaya; dan
3. membantu Pemerintah Desa/Kelurahan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan Desa/Kelurahan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Karang


Werda mempunyai fungsi :
1. ikut memelihara keimanan dan ketakwaan Lansia usia kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing;
2. membantu Lansia menerima pelayanan kesehatan melalui Posyandu Lansia
maupun kegiatan kesehatan lainnya;
3. menumbuhkan kegiatan ekonomis produktif guna peningkatan pendapatan
dan memperluas kesempatan kerja;
4. memberikan bantuan dan perlindungan terhadap Lansia yang menghadapi
kasus hukum, kekerasan dalam rumah tangga, keterlantaran serta masalah
sosial lainnya; dan
5. menumbuhkan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersumber pada budaya dan
kearifan lokal.

- Dharma Wanita
Tugas Pokok Dharma Wanita Persatuan :

1. Membina anggota dalam memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan,


meningkat kan kemampuan, dan pengetahuan, menjalin hubungan
kerjasama dengan berbagai pihak serta meningkatkan kepedulian
2. Melakukan pembinaan mental dan spiritual anggota agar menjadi manusia
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian, serta berbudi
pekerti luhur
Fungsi
Sebagai wadah untuk melakukan pembinaan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan Tugas Pokok
Organisasi
- Modin

278
Tugas kaur kesra/modin
pembinaan di bidang agama, kesehatan, pendidikan, olahraga, dan kesenian di
wilayahnya. Selain itu juga membantu kepala desa dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan program
keagamaan serta melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan sosial
kemasyarakatan.
Fungsi KAUR Kesra/Modin
1. penyiapan dan pelaksanaan program perkembangan kehidupan beragama.
Penyiapan bahan dan pelaksanaan program
2. pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan, termasuk juga
pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepala desa.

Peranan yang paling penting dan sering terlihat bagi seorang Modin adalah
dalam hal keagamaan, hal tersebut meliputi mulai dari acara jama’ah atau yang
biasa disebut dengan yasinan dimana hal itu dilakukan secara rutin setiap
minggunya oleh warga, tahlilan memperingati meninggalnya salah satu warga,
dan termasuk segala bentuk selamatan warga.
- Lembaga Ketahanan/LPMK
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau Kelurahan
(LPMD/LPMK)/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan
(LKMD/LKMK) atau sebutan nama lain dalam melaksanakan tugasnya
mempunyai fungsi :

1. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan


2. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam
rangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3.peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat;
4. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan
hasil-hasil pembangunan secara partisipatif;
5. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotong royong masyarakat; dan
6. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam
serta keserasian lingkungan hidup.

279
3.9.3 Program dan Penanggung Jawab

Program-program oleh Pemerintahan Kecamatan bersinergi dengan para pihak


swasta dan stakeholder lain
1. Genteng TRENGGINAS (Tim Gerak Cepat Tangan! Anak Putus Sekolah):
Selain fokus pada anak putus sekolah, program ini dapat diperluas untuk
melibatkan upaya pencegahan putus sekolah. Mengintegrasikan program ini
dengan inisiatif pendidikan lainnya, seperti beasiswa, bimbingan belajar, dan
pelatihan keterampilan, akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih
kondusif bagi pendidikan anak-anak.
2. Genteng TIPIKOR (Tim Penggerak Ekonomi Kerakyatan): Program ini bisa
lebih efektif dengan fokus pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama
masyarakat berpenghasilan rendah. Dengan menyediakan pelatihan, akses ke
modal usaha, dan dukungan teknis, program ini dapat berkontribusi lebih besar
pada peningkatan ekonomi komunitas.
3. Batik Shibori (Batik Peneleh): Program seni dan kerajinan, seperti Batik
Shibori, dapat ditingkatkan dengan memperluas akses ke pasar dan pelatihan
seni dan kerajinan. Ini akan membantu para seniman dan pengrajin lokal untuk
meningkatkan pendapatan mereka dan mempromosikan budaya dan warisan
lokal.
4. Surabaya EMAS (Eliminasi Masalah Stunting): Untuk program ini, lebih
banyak pendekatan pencegahan stunting bisa diterapkan, seperti program gizi,
kesehatan ibu dan anak, serta pendidikan gizi. Ini dapat membantu mencegah
stunting sejak dini dan meningkatkan kesehatan generasi mendatang.
5. KRG (Kecamatan Responsif Gender): Upaya pengarusutamaan gender dapat
ditingkatkan dengan menyediakan pelatihan gender dan kesetaraan bagi staf di
berbagai departemen pemerintah kota. Langkah-langkah ini akan memastikan
bahwa prinsip-prinsip kesetaraan gender terintegrasi dalam semua kebijakan
dan program, menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil.

280
BAB IV
ANALISIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERENCANAAN GENTENG

4.1 Analisis Struktur Internal WP


Analisis struktur internal pada wilayah perencanaan dilakukan untuk merumuskan kegiatan
fungsional sebagai pusat dan jaringan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam
Kecamatan Genteng dari RTRW Kota Surabaya kedalam RDTR Kecamatan Genteng.
Analisis struktur internal kawasan perencanaan Genteng didasarkan pada kegiatan fungsional
yang ada di dalamnya, pusat-pusat kegiatan, dan sistem jaringan yang melayaninya.
Disamping itu, analisis ini juga didasarkan pada homogenitas kondisi fisik, ekonomi, sosial
budaya, dan menggambarkan arahan garis besar intensitas ruang serta arahan
pengembangannya di masa mendatang.

4.1.1 Analisis Sistem Pusat Pelayanan WP


Adanya interaksi keruangan atau hubungan timbal balik antar dua/lebih
wilayah akan memunculkan pusat-pusat pengembangan. Identifikasi
pusat-pusat pengembangan pada wilayah perencanaan bertujuan untuk
menentukan lokasi yang memiliki potensi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
dan wilayah pendukungnya. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan
adalah analisis skalogram. Analisis ini akan mengelompokan wilayah
perencanaan ke dalam beberapa hierarki berdasarkan jumlah sarana yang
tersedia dan angka kependudukannya. Analisis ini akan mengasumsikan lokasi
dengan ranking nilai tertinggi merupakan lokasi yang dapat ditetapkan
menjadi pusat pertumbuham. Berikut disajikan tabel analisis skalogram WP
Genteng.

281
Tabel 4.1.1 Kompilasi sarana di WP Genteng
BLOK 1 2 3 4 5 6 7 Total
TK 4 2 3 2 2 0 3 16
SD 5 2 2 0 2 1 1 13
SMP 1 1 1 4 1 0 1 9
SMA 5 1 4 2 3 0 0 15
Mushola 2 3 1 1 1 0 0 8
Masjid 1 1 1 2 2 0 0 7
Sarana peribadahan lain 3 0 4 6 1 0 1 15
RS 1 1 0 0 0 0 0 2
Puskesmas 0 1 1 0 0 0 0 2
Poliklinik 1 1 0 0 4 0 1 7
Apotek 3 2 1 0 0 0 0 6
Posyandu 0 2 2 1 0 0 0 5
Sarana pemerintahan lokal 5 1 2 3 2 0 0 13
Sarana pemerintahan kota 0 0 2 1 2 0 0 5

Sarana pemerintahan provinsi 0 0 0 2 3 0 0 5

Sarana pertahanan dan keamanan 1 0 0 0 0 0 0 1

Pertokoan 118 95 81 69 52 0 42 457


Minimarket 4 7 4 4 1 0 1 21

282
Pasar 1 1 1 3 0 0 0 6

Pusat Perbelanjaan dan Jasa (Mall+Hotel) 1 2 4 2 3 5 0 17

Balai Warga/Balai Pertemuan 2 0 0 2 0 0 0 4

Balai Serbaguna 0 0 0 1 0 0 0 1

Gedung Serbaguna, Gedung Kesenian, Museum


1 4 2 5 1 0 0 13
Sejarah
Gedung Bioskop 0 0 0 0 1 0 0 1
Taman/Tempat Main 0 0 1 1 3 0 0 5
Lapangan Olahraga 0 0 1 0 1 0 0 2
Sumber: Open Street Map, 2023

283
1. Analisis Indeks Fasilitas (Kapasitas)

Fij = Jumlah fasilitas j di wilayah i


Pi = Jumlah penduduk

Tabel 4.1.2 Analisis Indeks Fasilitas


BLOK 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Penduduk 2024 17914 13697 4855 7916 9143 15226 2286
TK 0.22 0.15 0.62 0.25 0.22 0.00 1.31
SD 0.28 0.15 0.41 0.00 0.22 0.07 0.44
SMP 0.06 0.07 0.21 0.51 0.11 0.00 0.44
SMA 0.28 0.07 0.82 0.25 0.33 0.00 0.00
Mushola 0.11 0.22 0.21 0.13 0.11 0.00 0.00
Masjid 0.06 0.07 0.21 0.25 0.22 0.00 0.00
Sarana peribadahan lain 0.17 0.00 0.82 0.76 0.11 0.00 0.44
RS 0.06 0.07 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Puskesmas 0.00 0.07 0.21 0.00 0.00 0.00 0.00
Poliklinik 0.06 0.07 0.00 0.00 0.44 0.00 0.44
Apotek 0.17 0.15 0.21 0.00 0.00 0.00 0.00
Posyandu 0.00 0.15 0.41 0.13 0.00 0.00 0.00
Sarana pemerintahan lokal 0.28 0.07 0.41 0.38 0.22 0.00 0.00

284
Sarana pemerintahan kota 0.00 0.00 0.41 0.13 0.22 0.00 0.00

Sarana pemerintahan provinsi 0.00 0.00 0.00 0.25 0.33 0.00 0.00

Sarana pertahanan dan keamanan 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Pertokoan 6.59 6.94 16.68 8.72 5.69 0.00 18.37


Minimarket 0.22 0.51 0.82 0.51 0.11 0.00 0.44
Pasar 0.06 0.07 0.21 0.38 0.00 0.00 0.00
Pusat Perbelanjaan dan Jasa
0.06 0.15 0.82 0.25 0.33 0.33 0.00
(Mall+Hotel)

Balai Warga/Balai Pertemuan 0.11 0.00 0.00 0.25 0.00 0.00 0.00

Balai Serbaguna 0.00 0.00 0.00 0.13 0.00 0.00 0.00


Gedung Serbaguna, Gedung Kesenian,
0.06 0.29 0.41 0.63 0.11 0.00 0.00
Museum Sejarah
Gedung Bioskop 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11 0.00 0.00
Taman/Tempat Main 0.00 0.00 0.21 0.13 0.33 0.00 0.00
Lapangan Olahraga 0.00 0.00 0.21 0.00 0.11 0.00 0.00
Sumber: Hasil Analisis, 2023

285
2. Indeks Bobot Penciri

Aij = Indeks fasilitas j pada wilayah I per 1000 penduduk


n = Jumlah wilayah
f = Wilayah yang memiliki fasilitas

Tabel 4.1.3 Analisis Indeks Bobot Penciri


BLOK 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Penduduk 2024 17914 13697 4855 7916 9143 15226 2286
TK 0.26 0.17 0.72 0.29 0.26 0.00 1.53
SD 0.33 0.17 0.48 0.00 0.26 0.08 0.51
SMP 0.07 0.09 0.24 0.59 0.13 0.00 0.51
SMA 0.39 0.10 1.15 0.35 0.46 0.00 0.00
Mushola 0.16 0.31 0.29 0.18 0.15 0.00 0.00
Masjid 0.08 0.10 0.29 0.35 0.31 0.00 0.00
Sarana peribadahan lain 0.23 0.00 1.15 1.06 0.15 0.00 0.61
RS 0.20 0.26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Puskesmas 0.00 0.26 0.72 0.00 0.00 0.00 0.00
Poliklinik 0.10 0.13 0.00 0.00 0.77 0.00 0.77
Apotek 0.39 0.34 0.48 0.00 0.00 0.00 0.00
Posyandu 0.00 0.34 0.96 0.29 0.00 0.00 0.00

286
Sarana pemerintahan lokal 0.39 0.10 0.58 0.53 0.31 0.00 0.00
Sarana pemerintahan kota 0.00 0.00 0.96 0.29 0.51 0.00 0.00

Sarana pemerintahan provinsi 0.00 0.00 0.00 0.88 1.15 0.00 0.00

Sarana pertahanan dan keamanan 0.39 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Pertokoan 7.68 8.09 19.46 10.17 6.64 0.00 21.43


Minimarket 0.26 0.60 0.96 0.59 0.13 0.00 0.51
Pasar 0.10 0.13 0.36 0.66 0.00 0.00 0.00
Pusat Perbelanjaan dan Jasa
0.07 0.17 0.96 0.29 0.38 0.38 0.00
(Mall+Hotel)

Balai Warga/Balai Pertemuan 0.39 0.00 0.00 0.88 0.00 0.00 0.00

Balai Serbaguna 0.00 0.00 0.00 0.88 0.00 0.00 0.00


Gedung Serbaguna, Gedung Kesenian,
0.08 0.41 0.58 0.88 0.15 0.00 0.00
Museum Sejarah
Gedung Bioskop 0.00 0.00 0.00 0.00 0.77 0.00 0.00
Taman/Tempat Main 0.00 0.00 0.48 0.29 0.77 0.00 0.00
Lapangan Olahraga 0.00 0.00 0.72 0.00 0.38 0.00 0.00
Sumber: Hasil Analisis, 2023

287
3. Nilai Indeks Baku Hirarki (Standarisasi)

Iij = Nilai bobot penciri wilayah i dan ciri j


min (I)j = Nilai minimum indeks ada ciri ke j
Sj = Nilai standar deviasi

Tabel 4.1.4 Indeks Baku Hirarki (Standarisasi)


BLOK 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Penduduk 2024 17914 13697 4855 7916 9143 15226 2286
TK 0.50 0.33 1.39 0.57 0.49 0.00 2.95
SD 1.68 0.88 2.48 0.00 1.32 0.40 2.64
SMP 0.28 0.37 1.04 2.55 0.55 0.00 2.21
SMA 0.97 0.25 2.88 0.88 1.15 0.00 0.00
Mushola 1.28 2.51 2.36 1.45 1.26 0.00 0.00
Masjid 0.52 0.68 1.91 2.34 2.03 0.00 0.00
Sarana peribadahan lain 0.48 0.00 2.36 2.17 0.31 0.00 1.25
RS 1.75 2.29 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Puskesmas 0.00 0.93 2.64 0.00 0.00 0.00 0.00
Poliklinik 0.27 0.36 0.00 0.00 2.16 0.00 2.15
Apotek 1.78 1.55 2.19 0.00 0.00 0.00 0.00
Posyandu 0.00 0.96 2.70 0.83 0.00 0.00 0.00

288
Sarana pemerintahan lokal 1.61 0.42 2.38 2.19 1.26 0.00 0.00
Sarana pemerintahan kota 0.00 0.00 2.59 0.79 1.38 0.00 0.00

Sarana pemerintahan provinsi 0.00 0.00 0.00 1.76 2.29 0.00 0.00

Sarana pertahanan dan keamanan 2.65 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Pertokoan 1.02 1.08 2.59 1.35 0.88 0.00 2.85


Minimarket 0.79 1.82 2.93 1.80 0.39 0.00 1.55
Pasar 0.39 0.51 1.45 2.66 0.00 0.00 0.00
Pusat Perbelanjaan dan Jasa
0.20 0.53 3.02 0.92 1.20 1.20 0.00
(Mall+Hotel)

Balai Warga/Balai Pertemuan 1.14 0.00 0.00 2.58 0.00 0.00 0.00

Balai Serbaguna 0.00 0.00 0.00 2.65 0.00 0.00 0.00


Gedung Serbaguna, Gedung Kesenian,
0.23 1.21 1.71 2.63 0.45 0.00 0.00
Museum Sejarah
Gedung Bioskop 0.00 0.00 0.00 0.00 2.65 0.00 0.00
Taman/Tempat Main 0.00 0.00 1.57 0.96 2.50 0.00 0.00
Lapangan Olahraga 0.00 0.00 2.52 0.00 1.34 0.00 0.00
Sumber: Hasil Analisis, 2023

289
4. Hirarki wilayah dengan menjumlah seluruh indeks baku hirarki yang terbentuk serta
jumlah fasilitas yang terdapat pada masing-masing wilayah.

Adapun ketentuan hirarki yang digunakan dalam perencanaan ini mengacu pada BPS,
yaitu:
1) Kelas I (Tinggi) : > r + sd
2) Kelas II (Sedang) : (r = sd) - (< - sd)
3) Kelas III (Rendah) : <r - sd

Tabel 4.1.5 Hirarki Pusat Pelayanan

Blok IPD Jumlah Fasilitas Hirarki

I 17.57102503 18 Hierarki 2

II 16.69231036 17 Hierarki 2

III 42.68763059 19 Hierarki 1

IV 31.09424271 18 Hierarki 3

V 23.59468291 18 Hierarki 3

VI 1.597853151 2 Hierarki 2

VII 15.6083566 7 Hierarki 2


Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka diketahui pusat pelayanan berdasarkan


indeks sentralitas di WP Genteng adalah sebagaimana berikut

Tabel 4.1.6 Pusat Pelayanan WP Genteng

Hirarki Blok Jenis Kegiatan

Hirarki 1 Blok III Pusat Pemerintahan

Hirarki 2 Blok I Pusat Permukiman


Blok II
Blok VI
Blok VII

Hirarki 3 Blok IV Pusat Perdagangan dan Jasa


Blok V
Sumber: Hasil Analisis dan Identifikasi Peneliti, 2023

290
Peta 4.1.1 Pusat Pelayanan WP Genteng

Sumber: Analisis Peneliti, 2023

291
4.1.2 Analisis Jaringan Jalan
Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 2 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas
UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, istilah "Jalan" merujuk pada prasarana
transportasi darat yang mencakup semua elemen jalan, termasuk bangunan
penghubung, bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang ditujukan untuk lalu
lintas. Jalan ini dapat berada di permukaan tanah, di atas atau di bawah permukaan
tanah, dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali untuk jalan rel, jalan lori, dan
jalan kabel.
Sementara itu, "sistem jaringan jalan" diartikan sebagai kumpulan ruas jalan
yang saling terhubung dan terikat satu sama lain, menghubungkan pusat kegiatan atau
pertumbuhan dengan simpul transportasi. Sistem ini membentuk suatu hubungan
hierarkis dengan wilayah yang berada dalam lingkup pelayanannya.
Menurut Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Timur yang mengenai
Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi Jawa Timur yang menetapkan
Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kecamatan Genteng, status jalan di Kawasan Genteng
terbagi menjadi Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten. Di samping itu, berdasarkan
evaluasi kondisi jaringan jalan yang ada dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Surabaya tahun 2024-2034 , fungsi jalan di Kecamatan Genteng dibagi menjadi
Jalan arteri sekunder, jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan kolektor
sekunder, jalan lokal primer, jalan lokal sekunder Dibawah ini adalah perincian
struktur jaringan jalan yang membentuk tata ruang Kecamatan Genteng

Tabel 4.1.7 Fungsi Jalan di Kecamatan Genteng

Fungsi Jalan Nama Jalan

Arteri Sekunder Jl. Genteng Kali

Jl. Ambengan

Jl. Kalianyar

Jl. Simpang Dukuh

Jl. Jagalan

Jl. Praban

Jl. Pemuda

Kolektor Sekunder Jl. Karimun Jawa

Jl. Kombes Pol M Duryat

292
Jl. Yos Sudarso

Jl. Gubeng Pojok

Jl. Jaksa Agung Suprapto

Jl. Keputran

Jl. Kayun

Lokal Sekunder Jl. Embong Cerme

Jl. Taman Apsari

Jl. Kamboja

Jl. Embong Kenongo

Jl. Ngemplak

Jl. Mawar

Jl. Embong Sawo

Jl. Wijaya Kusuma

Jl. Embong Kemiri

Jl. Gembong Tebasan

Jl. Achmad Jais

Jalan Lingkungan Jl. Kapasari VI

Jl. Jagalan I

Jl. Kaca Piring

Jl.Gembong Asih

Jl. Kampung Malang Utara VIII

293
Jl. Kapasari VIII

Jl. Ngaglik II

Jl. Kapasari I

Jl. Genteng Dalam

Jl. Gembong II

Jl. Kebangsren Satu

Jl. BKR Pelajar

Jl. Kampung Malang Utara VII

Sumber : Analisis Penulis,2023

Terlihat bahwa antar pusat pelayanan di Kecamatan Genteng dilayani oleh jaringan
kolektor primer dan merupakan jalan provinsi. Dengan adanya akses jalan yang sudah
bisa menjadi alternatif untuk menghubungkan antar pusat pelayanan dan antar desa di
kecamatan genteng seharusnya dapat membantu kegiatan yang terpusat pada
kecamatan ini,tetapi hal ini tidak sesuai dengan realita nya yang terdapat beberapa
jaringan jalan yang mengalami kemacetan di peak hour maupun tidak dalam peak
hour.

4.1.3 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang


4.1.3.1 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok I
Blok I memiliki intesitas pemanfaatan ruang cukup bercampur.
Pemukiman menjadi penggunaan lahan yang memiliki dominasi di blok
tersebut mulai dari pemukiman kepadatan rendah, sedang, dan tinggi. Selain
itu, perdagangan dan jasa skala sub wilayah perencanaan dan wilayah
perencanaan masih banyak ditemukan pada blok ini. Blok I juga merupakan
satu-satunya blok yang memiliki ruang kawasan peruntukan industri pada
wilayah perencanaan.
4.1.3.2 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok II
Blok II merupakan intensitas blok yang memiliki intensitas kegiatan
berupakan perumahan kepadatan tinggi sebagai dominasi dari belok tersebut.
Di sekitar jaringan jalan dari blok tersebut didominasi oleh kawasan
perdagangan dan jasa sub wilayah perencanaan dan di blok tersebut terdapat
area pemakaman.

294
4.1.3.3 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok III
Intensitas kegiatan pada blok III didominasi oleh kegiatan perdagangan
dan jasa meskipun area pemukiman merupakan fungsi lahan yang memiliki
luas terbesar di area tersebut. Hal tersebut dikarenakan adanya kawasan
perdagangan dan jasa skala kota di wilayah tersebut sehingga menghasilkan
intensitas kegiatan perdagangan dan jasa cukup besar. Selain itu, blok tersebut
memiliki intensitas kegiatan sarana pelayanan umum tingkat kota yang tinggi
dikarenakan adanya komplek sekolah tingkat atas di wilayah tersebut.
4.1.3.4 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok IV
Blok IV pada wilayah perencanaan merupakan area yang memiliki
identitas sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Surabaya.
Dengan fungsi adanya kawasan perdagangan dan jasa skala kota di wilayah
tersebut, blok IV menjadi salah satu blok di wilayah perencanaan yang
memiliki area dengan intensitas kegiatan yang masif serta bercampur. Selain
itu, intensitas kegiatan di area tersebut juga didukung oleh pemukiman berupa
perumahan kepadatan tinggi di wilayah tersebut.
4.1.3.5 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok V
Blok V pada wilayah perencanaan merupakan area yang memiliki
didominasi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Surabaya.
Dengan fungsi adanya kawasan perdagangan dan jasa skala kota di wilayah
tersebut, blok V menjadi salah satu blok di wilayah perencanaan yang
memiliki area dengan intensitas kegiatan yang masif serta bercampur. Selain
itu, intensitas kegiatan di area tersebut juga didukung oleh sarana pelayanan
umum.
4.1.3.6 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok VI
Blok VI pada wilayah perencanaan merupakan area yang memiliki
didominasi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta perumahan
kepadatan sedang di Kota Surabaya. Dengan fungsi adanya kawasan
perdagangan dan jasa skala kota di wilayah tersebut, blok V menjadi salah
satu blok di wilayah perencanaan yang memiliki area dengan intensitas
kegiatan yang masif serta bercampur. Selain itu, intensitas kegiatan di area
tersebut juga didukung oleh sarana pelayanan umum.
4.1.3.7 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok VII
4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan (Land Use)
4.2.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting
Analisis simpangan merupakan analisis yang melihat kesesuaian antara
penggunaan lahan eksisting dengan arahan rencana pola ruang yang tercantum pada
RTRW Kota Surabaya 2014-2034. Analisis ini melihat kesesuai tersebut secara spasial
lalu menumpang tindihkan kedua layer tersebut sehingga menghasilkan area-area
yang masih belum sesuai dengan arahan yang telah ada.
Hasil analisis simpangan dari wilayah perencanaan Kecamatan Genteng
menggambarkan bahwa di wilayah tersebut masih terdapat beberapa area yang belum
sesuai dengan arahan yang terdapat di RTRW Kota Surabaya 2014-2034. Berdasarkan

295
hasil analisis, setidaknya sekitar 24,607 Ha atau sekitar 6,59% dari luas total wilayah
area di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng belum sesuai dengan arahan rencana
pola ruang yang telah diatur pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Surabaya 2014-2034.

296
Peta 4.2.1 Simpangan Penggunaan Lahan wilayah perencanaan

Sumber: Hasil Analisis, 2023

297
Berdasarkan perbandingan yang dilakukan dengan penggunaan lahan eksisting pada
hierarkir 3 dan arahan pola ruang orde 2, simpangan terbesar berada di arahan penggunaan
lahan perdagangan dan jasa sekitar 11,318 Ha atau sekitar 7,65% masih berupa eksisting.
Kawasan tersebut pada kondisi eksisting masih didominasi oleh perumahan kepadatan tinggi
sekitar 8,653 Ha. Penggunaan lahan kawasan peruntukan industri (KPI) tidak memiliki
simpangan atau 0 Ha, hal tersebut dapat disebabkan kawasan peruntukan industri sendiri
hanya memiliki luas yang kecil, yaitu sekitar 1,036 Ha. Hasil analisis menunjukan bahwa
wilayah perencanaan Kecamatan Genteng yang merupakan peruntukan kawasan perdagangan
jasa, tetapi dalam kondisi pada lapangan sejumlah area arahan perdagangan dan jasa di
Kecamatan Genteng masih belum dapat diimplementasikan.

Luas Luas Simpangan


Penggunaan Lahan
Rencana Eksisting Eksisting Persentase
RTRW (Orde 2) Luas (Ha)
(Ha) (Ha) (%)
Perumahan Kepadatan
93,268
Rendah (R-4)
Perumahan Kepadatan
23,092
Sedang (R-3)
Perumahan Kepadatan
44,180
Tinggi (R-2)
Kawasan Perumahan 170,243 Perlindungan Setempat 8,624 5,07%
0,899
(PS)
Perkantoran (KT) 5,421
Perdagangan dan Jasa
0,617
Skala Kota (K-1)
Campuran Intensitas
1,687
Tinggi (C-1)
Perdagangan dan Jasa
73,868
Skala Kota (K-1)
Perdagangan dan Jasa
43,553
Skala WP (K-2)
Perdagangan dan Jasa
20,206
Skala SWP (K-3)
Campuran Intensitas
0,888
Kawasan Perdagangan Tinggi (C-1)
147,884 11,318 7,65%
dan Jasa Perlindungan Setempat
0,578
(PS)
Perumahan Kepadatan
8,653
Tinggi (R-2)
Perumahan Kepadatan
0,108
Sedang (R-3)
SPU Skala Kota (SPU-1) 0,635

298
SPU Skala Kecamatan
0,457
(SPU-2)
Perkantoran (KT) 8,997
Kawasan Perkantoran 9,322 Perlindungan Setempat 0,326 3,49%
0,326
(PS)
SPU Skala Kota (SPU-1) 17,539
SPU Skala Kecamatan
8,425
(SPU-2)
SPU Skala Kelurahan
Sarana Pelayanan 1,242
28,158 (SPU-3) 0,677 2,41%
Umum
Perlindungan Setempat
0,220
(PS)
Perumahan Kepadatan
0,458
Tinggi (R-2)
Jalur Hijau (RTH-8) 4,064
Pemakaman (RTH-7) 1,167
Taman Kecamatan
0,777
(RTH-3)
Taman Kota (RTH-2) 2,686
Taman RW (RTH-5) 0,027
Perdagangan dan Jasa
0,034
Skala Kota (K-1)
Jalur Hijau atau
12,498 Perdagangan dan Jasa 3,613 28,91%
Taman 0,192
Skala SWP (K-3)
Perlindungan Setempat
1,922
(PS)
Perumahan Kepadatan
0,080
Rendah (R-4)
Perumahan Kepadatan
0,150
Sedang (R-3)
Perumahan Kepadatan
0,068
Tinggi (R-2)
Kawasan Peruntukan Kawasan Peruntukan
1,036 1,036 0 0,00%
Industri Industri (KPI)
Pemakaman (RTH-7) 4,412
Makam 4,461 Perumahan Kepadatan 0,049 1,09%
0,049
Tinggi (R-2)
Total 373,603 24,607 6,59%
Persentase
Luas (Ha)
(%)
Sumber: Hasil Analisis, 2023

299
4.2.2.1 Proyeksi Penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan Kecamatan Genteng 2044
Analisis proyeksi merupakan prediksi pertumbuhan atau tren penggunaan lahan suatu
wilayah dalam waktu 20 tahun ke depan. Analisi ini berfungsi untuk menghitung
pertumbuhan dan memproyeksikan kebutuhan, baik lahan maupun yang lain dalam suatu
wilayah. Analisis proyeksi penggunaan lahan wilayah perencanaan Kecamatan Genteng
menggunakan bantuan tool LanduseSim dengan kebutuhan beberapa data seperti batas
wilayah, penggunaan lahan eksisting, data pertumbuhan penggunaan lahan dalam kurun
waktu 10 tahun ke belakang, driving factors atau faktor pendorong dan constraint.
Berdasarkan hasil proyeksi, wilayah perencanaan Kecamatan Genteng mengalami
perubahan penggunaan lahan dari tahun 2013-2044 yang tidak terlalu signifikan. Penggunaan
lahan perumahan kepadatan tinggi (R-2) mengalami penurunan luas, tetapi hanya -1,25 Ha.
Hal tersebut beriringan dengan analisis proyeksi penduduk pada tahun 2044 yang mengalami
penurunan dan menunjukan bahwa tren kawasan pemukiman atau bertempat tinggal di
wilayah perencanaan Kecamatan Genteng cenderung menurun. Kawasan perdagangan dan
jasa yang merupakan fungsi prioritas pada wilayah perencanaan mengalami kenaikan pada
semua skala pelayanannya. Kawasan perdagangan dan jasa skala wilayah perencanaan (K-2)
mengalami pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu sekitar 1,69 Ha disusul oleh perdagangan
dan jasa skala kota sekitar 1,46 Ha dan kawasan perdagangan dan jasa skala sub wilayah
perencanaan sekitar 0,40. Nilai pertumbuhan pada kawasan perdagangan dan jasa tersebut
membuktikan kecenderungan fungsi penggunaan lahan pada kecamatan Genteng merupakan
kawasan komersial. Selain itu, taman kota mengalami perubahan yang paling signifikan
diantara fungsi yang lain, yaitu sekitar mengalami peningkatan luas sekitar 2,15 ha dan
kawasan perlindungan setempat yang paling terdampak oleh perubahan penggunaan lahan di
tahun 2044, yaitu menurun sebesar -1,83 Ha.

300
Peta 4.2.2 Proyeksi Penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan 2024

Sumber: Hasil Analisis, 2023

301
Gambar 4.2.1 Diagram Perubahan penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan Genteng
2013-2043

Sumber: Hasil Analisis, 2023

4.2.2 Analisis Run-Off/Limpasan Air Hujan


Limpasan permukaan merupakan aliran air yang tidak dapat ditahan oleh
tanah, vegetasi, cekungan maupun tutupan lahan sehingga air akan langsung dialirkan
ke sungai maupun laut. Limpasan terjadi akibat intensitas hujan yang jatuh di suatu
daerah melebihi kapasitas infiltrasi atau permeabilitas dari tanah. Karakteristik daerah
yang berpengaruh terhadap besarnya limpasan air permukaan adalah topografi, jenis
tanah, kapasitas penyimpanan air permukaan dan tata guna lahan (Cook, 2002). Air
hujan yang menjadi run off sangat bergantung kepada intensitas hujan, penutupan
tanah, dan kadar air tanah.
Kondisi tutupan lahan mempunyai pengaruh terhadap besarnya air larian (run
off), yang dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien limpasan. Koefisien limpasan
tersebut dipengaruhi oleh perubahan tutupan lahan. Perkembangan penduduk yang
akan berdampak terhadap permintaan kebutuhan lahan untuk pengembangan sarana
dan prasarana akan berdampak semakin tingginya nilai koefisien limpasan.
Dalam menentukan estimasi potensi limpasan permukaan (Run-off)
menggunakan pedoman Permen LH Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Dari

302
hasil perhitungan koefisien limpasan, maka akan diketahui besarnya ketersediaan air
di Kawasan Perkotaan Sapuran. Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan
metode koefisien limpasan berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah
hujan tahunan. Ketersediaan air dapat dihitung dengan rumus berikut:
C = Σ (ci x Ai)/ΣAi
SA = 10 x C x R x A
DA = N X KAHL
Keterangan :
● SA =Ketersediaan Air (m3/ tahun)
● KAHL=Kebutuhan Air untuk Hidup Layak 2 x 800 m3 air/kapita/tahun (di
mana 800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air untuk keperluan
domestic dan menghasilkan pangan serta nilai 2 merupakan faktor koreksi
untuk memperhitungkan kebutuhan hidup layak yang mencakup kebutuhan
pangan, domestic dan lainnya)
● C = Koefisien Limpasan Tertimbang
● Ai = Luas Penggunaan Lahan I (ha)
● R = Rata-Rata Aljabar Curah Hujan
● A = Luas Wilayah (ha)
● 10 = Faktor Konversi dari mm/ha menjadi m3
● DA = Total Kebutuhan Air (m3/ tahun) : 1.600 m3 air/kapita/tahun
● N = Jumlah Penduduk (Jiwa)
● Ci = Koefisien Limpasan Penggunaan Lahan i

303
Sebelum menghitung ketersediaan air, perlu dihitung koefisien limpasan. Koefisien
limpasan Perkotaan Genteng dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2.1. Koefisien Limpasan Air di Kawasan Perkotaan Genteng

Koefisien
Koefisien Limpasan
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Limpasan (Ci) Tertimbang
(C)

1 Taman Kota 1,226 0,10 0,123

2 Taman Kecamatan 0,776 0,10 0,078

3 Taman Kelurahan 0,861 0,10 0,086

4 Taman RW 0,026 0,10 0,002

5 Pemakaman 5,578 0,10 0,558

6 Jalur Hijau 4,389 0,10 0,439

7 Perdagangan dan Jasa Skala Kota 74,519 0,70 52,163

8 Perdagangan dan Jasa Skala WP 43,552 0,70 30,486

9 Perdagangan dan Jasa Skala SWP 20,398 0,70 14,279

10 Perumahan Kepadatan Rendah 44,259 0,50 22,130

11 Perumahan Kepadatan Sedang 23,349 0,50 11,675

12 Perumahan Kepadatan Tinggi 102,403 0,50 51,202

13 SPU Skala Kota 18,174 0,50 9,087

14 SPU Skala Kecamatan 8,881 0,50 4,441

15 SPU Skala Kelurahan 1,242 0,50 0,621

16 Perlindungan Setempat 5,376 0,50 2,688

17 Perkantoran 14,417 0,70 10,092

18 Kawasan Peruntukan Industri 1,035 0,70 0,725

19 Campuran Intensitas Tinggi 2,574 0,70 1,801

Jumlah Total 373,035 212,676


Sumber : Analisis Penulis, 2023

304
Dari perhitungan di atas didapatkan bahwa nilai koefisien tertimbang (C) adalah sebagai
berikut :
C = Σ (ci x Ai)/ΣAi
= 212,676/373,035
= 0,570

Kemudian dari perhitungan koefisien limpasan tertimbang diperoleh ketersediaan air (SA) di
Kawasan Perkotaan Genteng:
SA = 10 x C x R x A
= 10 x 0,570 x 212,676 x 373,035
= 79.341,2917 m3/tahun

Ketersediaan air di Kawasan Perkotaan Genteng sebanyak 79.341,2917 m3/tahun.


Sedangkan, kebutuhan air (DA) di Perkotaan Sapuran berdasarkan jumlah penduduk adalah
sebagai berikut:
DA = N x KAHL
= 72.532 jiwa x 1.600 m3
= 116.051.200 m3/tahun

Maka : SA < DA , daya dukung air dinyatakan defisit

Diketahui dari perhitungan di atas, bahwa ketersediaan air tanah di Kawasan


Perkotaan Genteng kurang dari kebutuhan air di Perkotaan Sapuran, yang artinya bahwa
Perkotaan Genteng tidak dapat memenuhi kebutuhan air para penduduknya. Oleh karena itu,
guna memenuhi kebutuhan air, fungsi lingkungan yang terkait dengan sistem tata air harus
dilestarikan dan perlu peningkatan terhadap perlindungan kawasan-kawasan resapan air dan
kawasan lindung lainnya.

4.3 Analisis Kedudukan Dan Peran WP dalam Wilayah Yang Lebih Luas
4.3.1 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sosial Budaya dan Demografi BWP Pada
Wilayah yang Lebih Luas
Pentingnya dan hubungan aspek demografis dalam lingkup wilayah yang lebih besar
dapat diamati melalui sumbangan jumlah penduduk di WP Genteng dan Tegalsari
terhadap Kota Surabaya. Jumlah penduduk di setiap kecamatan di Kota Surabaya
diuraikan sebagai berikut:

305
Tabel 4.3.1 Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 2022

Kecamatan Jumlah Penduduk

Karangpilang 74.877

Jambangan 50.616

Gayungan 41.317

Wonocolo 75.442

Tenggilis Mejoyo 61.290

Gunung Anyar 62.649

Rungkut 123.965

Sukolilo 110.655

Mulyorejo 86.639

Gubeng 124.096

Wonokromo 145.038

Dukuh Pakis 56.802

Wiyung 71.725

Lakarsantri 59.710

Sambikerep 63.822

Tandes 87.606

Sukomanunggal 101.409

Sawahan 189.874

Tegalsari 92.079

Genteng 53.435

Tambaksari 215.457

Kenjeran 182.569

Bulak 44.564

306
Simokerto 87.280

Semampir 173.853

Pabean Cantian 70.885

Bubutan 90.683

Krembangan 109.254

Asemrowo 45.651

Benowo 72.228

Pakal 61.753

Jumlah 2.887.223
Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka 2023

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa jumlah penduduk di Kota Surabaya


dengan jumlah total yaitu 2.880.284 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk pada wilayah
perencanaan yaitu Kecamatan Genteng ditambah satu kelurahan di Kecamatan Tegalsari
(Kelurahan Kedungdoro) yaitu sebanyak 69.024 jiwa dengan persentase 2,39% dengan
total jumlah penduduk di Kota Surabaya.

307
Gambar 4.3.1 Grafik Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 2022

Sumber : Analisis Penulis, 2023

Dari diagram tersebut, terlihat bahwa penyebaran penduduk di Kota Surabaya dapat
dianggap merata. Meskipun demikian, terdapat beberapa kecamatan yang memiliki
jumlah penduduk yang signifikan, seperti Tambaksari, Sawahan, Kenjeran, dan
Semampir. Wilayah Pembagian Genteng, jika dibandingkan dengan total jumlah
penduduk di Kota Surabaya, berada di peringkat ketujuh dalam hal kepadatan penduduk.

Sementara itu, aspek sosial dan budaya di wilayah perencanaan umumnya dipengaruhi
oleh faktor geografis, terutama karena lokasinya yang berada di daerah perkotaan. Pada
WP Genteng terdapat tiga kelompok masyarakat yaitu Kampung Plampitan, Kampung
Ketandan dan Kampung Peneleh. Kampung Peneleh merupakan salah satu kawasan kuno.
Warganya cukup partisipatif dalam mempertahankan dan memelihara kondisi lingkungan
tempat tinggal mereka sebagai kawasan cagar budaya.

4.3.2 Analisis Kependudukan dan Keterkaitan Ekonomi BWP Pada Wilayah yang Lebih Luas
Kota Surabaya tumbuh menjadi kota perdagangan dan jasa. Begitu pula dengan
Wilayah Perencanaan Kecamatan Genteng yang merupakan bagian dari Kawasan Kota Lama
Surabaya pada Unit Pengembangan VI Tunjungan (Kecamatan Genteng). Kawasan ini
merupakan kawasan yang pada era kolonial terdelienasi sebagai kawasan eropa, kawasan
arab dan kawasan cina. Dimana dengan adanya ciri khas kawasan tersebut bisa menarik
aktivitas perekonomian di sekitarnya berupa perdagangan jasa. Pada kawasan ini banyak

308
berkembang jenis pasar, pertokoan, serta pusat perbelanjaan, yang diantaranya seperti
minimarket, supermarket, dan mall.
Tenaga kerja tidak hanya berasal dari dalam wilayah perencanaan saja, melainkan
juga banyak yang berasal dari dalam hingga luar Kota Surabaya. Dengan berkembangnya
kegiatan perdagangan dan jasa, hotel, restoran di WP Genteng, pendapatan yang diperoleh
dapat turut memberikan kontribusi dalam meningkatkan PDRB Kota Surabaya. Sebagaimana
diketahui, berdasarkan data PDRB Kota Surabaya Tahun 2022 terhadap WP Genteng,
kontribusi terbesar berupa Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
sebesar 28,12%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian
di wilayah perencanaan sebagai salah satu daerah yang berkontribusi besar terhadap PDRB
Kota Surabaya.

4.3.3. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sistem Prasarana Wilayah Perencanaan dengan
Wilayah yang Lebih Luas
Sistem prasarana yang ada di Wilayah Perencanaan Genteng memiliki hubungan
dengan tingkat yang lebih luas dalam penyediaannya. Berikut beberapa penjelasan mengenai
letak dan keterkaitan sistem infrastruktur di Wilayah Perencanaan Genteng dengan wilayah
yang lebih luas.
a. Listrik:
Sistem prasarana di Wilayah Perencanaan Genteng memiliki keterkaitan dengan
tingkat yang lebih luas, yaitu kecamatan di sekitarnya. Keterkaitan tersebut mencakup
letak geografis, fungsi, peran, dan pemanfaatan prasarana. Analisis kebutuhan listrik
menunjukkan penurunan dari 15.136 KWh pada 2023 menjadi 7.162 KWh pada 2044,
disebabkan penurunan jumlah penduduk. Rekomendasi mencakup analisis potensi dan
permasalahan, serta koordinasi dengan pemangku kepentingan untuk meningkatkan
sinergi dalam pembangunan prasarana di Wilayah Perencanaan Genteng dan
sekitarnya.
b. Telekomunikasi:
Sistem prasarana di Wilayah Perencanaan Genteng memiliki keterkaitan erat dengan
wilayah sekitarnya, terutama dalam penyediaan jaringan telekomunikasi. Hal ini
terlihat dari letak geografisnya di tengah Kota Surabaya, memudahkan pembangunan
infrastruktur dan layanan telekomunikasi. Pertumbuhan wilayah yang pesat, regulasi,
dan persyaratan teknis turut mempengaruhi. Keterkaitan ini memainkan peran penting
dalam pembangunan wilayah sekitarnya, meningkatkan keterhubungan, daya saing,
dan kualitas hidup masyarakat. Diperlukan analisis holistik yang mempertimbangkan
berbagai aspek, serta koordinasi dan evaluasi periodik untuk kebijakan dan strategi
pembangunan prasarana yang berkelanjutan.
c. Sumber Daya Air:
Sistem prasarana Wilayah Perencanaan Genteng memiliki kedudukan sebagai bagian
dari wilayah metropolitan Kota Surabaya. Keterkaitannya dengan wilayah lebih luas,
termasuk Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur, tercermin dalam aspek teknis,
ekonomi, dan sosial. Analisis kebutuhan air menunjukkan keterkaitan penting dengan
sistem prasarana air di wilayah sekitarnya, dengan proyeksi menunjukkan penurunan.

309
Rekomendasi melibatkan koordinasi, peningkatan kualitas prasarana air, efisiensi
penggunaan air, teknologi, dan partisipasi masyarakat untuk memastikan ketersediaan
air bersih yang efisien dan berkelanjutan di Wilayah Perencanaan Genteng.
d. Persampahan:
Sistem prasarana di Wilayah Perencanaan Genteng memiliki keterkaitan dengan
tingkat yang lebih luas, terutama dalam pengelolaan sampah. Proyeksi kebutuhan
persampahan hingga 2044 menunjukkan penurunan volume sampah, dipengaruhi oleh
kesadaran masyarakat, infrastruktur yang lebih baik, dan teknologi seperti PPST.
Kedudukan Wilayah Perencanaan Genteng sebagai bagian penting dari Kota Surabaya
menegaskan perannya dalam mendukung perekonomian dan pembangunan nasional.
Keterkaitan sistem prasarana terlihat dalam perluasan pengelolaan sampah yang
terintegrasi dengan Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur. Rekomendasi
melibatkan peningkatan kesadaran masyarakat, infrastruktur, dan penerapan teknologi
terkini untuk mendukung keberlanjutan lingkungan di tingkat yang lebih luas.
e. Air Limbah:
Sistem Prasarana Air Limbah pada Kecamatan Genteng memiliki sebuah kebutuhan
Septic Tank sekitar 800-an. Hal ini tapi tidak sesuai hal yang mana diharuskan
memiliki Septic Tank, adanya IPAL adalah hal yang perlu dibutuhkan karena
Kecamatan Genteng sendiri menjadi bagian sentral perdagangan dan jasa yang
semestinya jarang memiliki permukiman sederhana yang membutuhkan Septic Tank.
Berdasarkan RP2KPKP area termasuk zona tengah yang memiliki pembuangan
setempat daripada tersebar. Area Surabaya yang semestinya membutuhkan Septic
Tank adalah wilayah sampingan dari area Surabaya sendiri karena masih
menggunakan perumahan sederhana.
f. Drainase:
Data kebutuhan air bersih maksimum, debit air kotor per sektor, dan total debit air
kotor untuk setiap kelurahan di Kecamatan Genteng menjadi landasan krusial dalam
Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sistem Prasarana Wilayah Perencanaan dengan
Wilayah yang Lebih Luas. Informasi ini tidak hanya mendukung perencanaan
infrastruktur yang memadai untuk distribusi air bersih dan pengelolaan limbah di
setiap kelurahan, tetapi juga memberikan wawasan penting untuk pengelolaan
lingkungan dan pengembangan wilayah secara berkelanjutan, menjadikan dasar utama
dalam membangun sistem terintegrasi yang menghubungkan kebutuhan sumber daya
air dengan kondisi wilayah yang lebih luas di luar kecamatan tersebut.

4.3.4. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Aspek Lingkungan


4.3.5. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Aspek Pendanaan WP
Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Aspek Pendanaan WP Berdasarkan UU Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa, pendapatan desa bersumber dari:
A. Pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi,
gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli Desa;
B. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang bersumber dari Belanja
Pusat dengan mengefektifkan program yang berbasis desa secara merata dan
berkeadilan;

310
C. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, paling sedikit
10% dari pajak dan retribusi daerah;
D. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota, paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus;
E. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
F. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
G. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.
Terkait dengan pendanaan di Kawasan Perkotaan Sapuran, didapat dari sumber pendapatan
desa yang terdiri atas:
A. Pendapatan Asli Desa, yakni pendapatan yang berasal dari kewenangan Desa
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal Desa meliputi:
a. Hasil usaha desa;
b. Hasil pengelolaan kekayaan desa;
c. Hasil swadaya dan partisipasi;
d. Hasil gotong royong; dan
e. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
f. Hibah
g. Sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat, meliputi:
i. Hadiah, donasi, wakaf, dan atau lain-lain sumbangan, serta pemberian
sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak
penyumbang kepada Desa;
ii. Barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat
sebagai barang inventaris milik Desa sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
iii. Uang yang dicantumkan di dalam APBDes.

4.4 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan WP


4.4.1 Analisis Sumber Daya Air
Pemanfaatan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mencakup dua
jenis utama, yaitu air tanah dan air permukaan. Air tanah, sebagaimana dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, merujuk pada air yang terdapat di dalam lapisan
batuan di bawah permukaan tanah. Ketersediaan air tanah sangat bergantung pada kondisi
geologi dan hidrogeologi suatu wilayah. Proses akumulasi air di dalam lapisan batuan dan
tingkat pemulihannya mempengaruhi ketersediaan air tanah untuk kebutuhan konsumsi dan
keperluan lainnya. Di sisi lain, air permukaan mencakup segala bentuk air yang terdapat pada
permukaan tanah, seperti sungai, danau, dan waduk. Ketersediaan air permukaan seringkali
dipengaruhi oleh faktor-faktor cuaca, tata guna lahan, dan aktivitas manusia. Sumber daya air

311
permukaan menjadi penting karena seringkali menjadi sumber air utama untuk keperluan
pertanian, industri, dan pemukiman.
Kedua jenis sumber daya air ini memiliki peran kritis dalam pemenuhan kebutuhan air
masyarakat. Perencanaan yang bijaksana dalam pengelolaan sumber daya air, termasuk upaya
pelestarian kualitas air dan pengaturan pemanfaatan yang berkelanjutan, diperlukan untuk
memastikan ketersediaan air yang memadai di masa depan. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam tentang karakteristik, distribusi, dan perubahan potensi kedua sumber daya air ini
menjadi esensial dalam mengembangkan kebijakan air yang berkelanjutan dan berdaya
dukung tinggi.
Pada masa lalu, air tanah dianggap sebagai barang bebas yang dapat dimanfaatkan
tanpa batas dan belum memerlukan pengawasan pemanfaatan. Kondisi ini mencerminkan
sudut pandang masyarakat terhadap ketersediaan air tanah yang melimpah sebagai sumber
daya yang tidak terbatas. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin meningkatnya
tingkat pembangunan yang sejalan dengan pertumbuhan populasi, paradigma terhadap air
tanah telah berubah. Saat ini, air tanah telah menjadi barang ekonomis yang memiliki nilai
dan ketersediaannya tidak lagi tanpa batas. Perubahan ini terjadi karena peningkatan
intensitas pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan, seperti irigasi pertanian, industri,
dan pemukiman. Pembangunan yang pesat seringkali mengakibatkan penurunan tingkat air
tanah, merusak kualitas air, dan meningkatkan risiko kekurangan air. Oleh karena itu,
pengelolaan air tanah kini memerlukan pengawasan yang ketat untuk mencegah eksploitasi
berlebihan dan menjaga keberlanjutan sumber daya tersebut. Pentingnya pengawasan
pemanfaatan air tanah sebagai barang ekonomis menuntut adanya kebijakan yang dapat
mengatur distribusi dan akses, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti
pemerintah, masyarakat, dan sektor industri. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan
antara kebutuhan manusia dan pelestarian sumber daya air tanah yang krusial bagi
keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, pemahaman yang lebih holistik terhadap nilai
ekonomis dan dampak pemanfaatan air tanah menjadi esensial dalam merancang kebijakan
pengelolaan air yang berkelanjutan.
Mengingat kebutuhan air tanah yang semakin meningkat dan sumber air tanah yang
terbatas, maka diperlukan perhatian terhadap hal-hal berikut:
● Perlu dilakukan pengelolaan air tanah yang didasarkan pada keseimbangan dan
kelestarian air tanah itu sendiri atau dikenal dengan istilah “pemanfaatan air tanah
berwawasan lingkungan”

312
● Perlu dilakukan pengelolaan terhadap air permukaan sebagai sumber air utama lain
yang diprediksi akan sangat digantungkan penggunaannya akibat penurunan kuantitas
dan kualitas air tanah.
Sumber air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng dipengaruhi oleh
lokasinya yang berada pada DAS, yakni DAS Bengawan Solo. Berikut merupakan rincian
kondisi kuantitas dan kualitas mata air di Kawasan Perkotaan Genteng berdasarkan SKL
Ketersediaan Air.

313
Peta 4.4.1 Peta SKL Ketersediaan Air Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis

314
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan
air dan kemampuan penyediaan air pada masing‐masing tingkatan, guna pengembangan
kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan,
peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta pola ruang eksisting dengan
keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan penjelasannya. Berdasarkan peta diatas, Kawasan
Perkotaan genteng diketahui memiliki 2 klasifikasi ketersediaan air di seluruh wilayah
desa/kelurahan dengan didominasi oleh ketersediaan air tinggi hampir pada seluruh wilayah
dan ketersediaan air sedang yang berada pada sepanjang sisi timur kawasan perencanaan.
4.4.2 Analisis Sumber Daya Tanah
Jenis tanah di Kawasan Perkotaan Genteng tersusun atas tanah aluvial. Salah satu
faktor yang mempengaruhi Jenis tanah tersebut adalah kandungan mineral kekerasan batuan
yang bersifat keras dan tahan terhadap pelapukan cenderung menghasilkan sedimen yang
kasar dan berukuran besar. Kandungan mineral, beberapa mineral tertentu dalam batuan,
seperti kuarsa atau feldspar, dapat memberikan kontribusi terhadap kandungan mineral dalam
tanah aluvial. Karakteristik pecahan batuan, karakteristik pecahan bentuk dan ukuran pecahan
batuan yang tertransportasi oleh sungai akan mempengaruhi jenis tanah aluvial yang
terbentuk. Pecahan yang lebih kecil dapat membentuk tanah aluvial yang lebih halus.
Kemampuan pelapukan, susceptibility terhadap pelapukan batuan yang mudah mengalami
pelapukan akan lebih mudah menghasilkan sedimen yang mudah tererosi oleh air sungai,
yang kemudian dapat membentuk tanah aluvial. Sifat hidrologis batuan permeabilitas sifat
hidrologis batuan, seperti permeabilitas, akan mempengaruhi sejauh mana air dapat meresap
ke dalam tanah aluvial atau sebaliknya, membentuk pola drainase. jenis batuan jenis batuan
umum misalnya, batuan sedimen seperti batupasir dan batulempung dapat memberikan
kontribusi signifikan terhadap tanah aluvial dengan kandungan pasir atau lempung yang
tinggi.
Berdasarkan 118 klasifikasi tanah modifikasi 1978/1982 diperoleh jenis tanah di
Kawasan Perkotaan Genteng meliputi tanah aluvial, Tanah lain yang berkembang dari bahan
aluvium muda (resen), mempunyai susunan berlapis atau kadar C organik tidak teratur dan
yang tidak mempunyai horison diagnostik (kecuali tertimbun oleh ≥ 50 cm bahan baru) selain
horison A okrik, horison Hhistik, dengan tekstur lebih halus dari pasir berlempung pada
kedalaman antara 25- 100 cm dari permukaan tanah mineral. Macam tanah Aluvial yang
terdapat di Kawasan Perkotaan Sapuran adalah Aluvial Distrik. Membahas terkait sumber
daya tanah dan jenis tanah erat kaitannya terhadap SKL Drainase yang mana Tujuan analisis

315
SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mengalirkan
air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun meluas
dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta
kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif
tanah, dan pola ruang eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya.
Karakteristik drainase tanah/tingkat kelulusan air pada jenis tanah di Kawasan
Perkotaan Sapuran didominasi oleh karakteristik drainase yang baik. Berikut tabel
karakteristik drainase tanah beserta nilai satuan kemampuan lahan dan persebaran jenis tanah
di Kawasan Perkotaan Genteng.

Tabel 4.4.1 Karakteristik drainase tanah beserta nilai satuan kemampuan lahan

No Karakteristik Drainase Tanah Nilai SKL

1 Sangat Terhambat 1

2 Terhambat 2

3 Sedang 3

4 Baik 4

5 Sangat Baik 5
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Tabel 4.4.2 Persebaran jenis tanah di Kawasan Perkotaan Genteng

No Desa/Kelurahan Jenis Tanah Drainase Tanah Nilai SKL

1 Embong Kaliasin

2 Ketabang

3 Genteng
Alluvial Kurang/Terhambat 2
4 Peneleh

5 Kapasari

6 Kedungdoro
Sumber: Analisis Penulis

Karakteristik drainase tanah mempengaruhi tingkat kemampuan lahan, nilai SKL pada
tabel tersebut berdasarkan tingkat kelulusan air/drainase tanah. Drainase tanah yang buruk
atau tidak dapat meluluskan air diberi nilai rendah, dan semakin dapat meluluskan
air/drainase yang baik diberi nilai tinggi. Pada tabel diatas karakteristik drainase tanah di

316
Kawasan perkotaan Genteng memiliki drainase tanah Kurang/Terhambat dikarenakan
memang kawasan tersebut memiliki jenis tanah alluvial dan berada pada morfologi datar.

317
Peta 4.4.2 Peta SKL Drainase Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis, 2023

318
4.4.3 Analisis Topografi dan Kelerengan
Kawasan Perkotaan Genteng menunjukkan karakteristik morfologi yang beragam,
berkisar dari landai hingga bergelombang, dengan ketinggian mencapai 0-40 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Salah satu aspek penting dari morfologi ini adalah kemiringan lereng
yang dapat ditemui di berbagai kawasan. Secara umum, kawasan ini memiliki kemiringan
lereng yang relatif seragam, berkisar antara 0-15 %. Analisis kemiringan lereng menjadi
faktor kunci dalam menentukan potensi pemanfaatan lahan di kawasan ini. Kelerengan datar
dan landai, yang dominan dalam wilayah ini, memberikan peluang yang baik untuk
dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya. Keberlanjutan lahan untuk pertanian dan kegiatan
budidaya lainnya di kawasan dengan kemiringan rendah ini lebih memungkinkan karena
mengurangi risiko erosi dan mempermudah aksesibilitas lahan. Namun, seiring dengan
meningkatnya kemiringan lereng, terutama pada kelerengan agak curam, potensi
pemanfaatan lahan untuk budidaya mulai dibatasi. Pada kelerengan yang lebih curam,
kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai lahan lindung. Hal ini mencerminkan kebijakan
yang mengarah pada pelestarian lingkungan dan pengelolaan risiko bencana. Keputusan ini
didukung oleh penilaian kelas kemiringan lereng dengan nilai satuan kemampuan lahan yang
mengidentifikasi batasan dan rekomendasi untuk pemanfaatan lahan di berbagai jenis
kemiringan. Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang morfologi dan kemiringan
lereng Kawasan Perkotaan Genteng menjadi landasan penting dalam perencanaan
penggunaan lahan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap kondisi alamiah kawasan tersebut.

Tabel 4.4.3 Klasifikasi Kemiringan Lereng dengan Nilai Satuan Kemampuan Lahan

No Sudut Lereng Nilai SKL

1 0-2% 5

2 2-15% 4

3 15-25% 3

4 25-40% 2

5 >40% 1
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Pada tabel tersebut, semakin miring lereng maka semakin rendah nilai satuan
kemampuan lahannya. karena kurang cocok untuk dikembangkan, dan semakin landai lereng
semakin tinggi nilai satuan kemampuan lahannya, karena semakin cocok untuk
dikembangkan secara umum. Adapun kemiringan lereng yang paling dominan atau tersebar

319
di seluruh Kawasan Perkotaan Genteng yaitu 0-2%. Berikut tabel persebaran kelerengan
beserta nilai satuan kemampuan lahan di Kawasan Perkotaan Genteng.

Tabel 4.4.4 Persebaran topografi di Kawasan Perkotaan Genteng

No Desa/Kelurahan Kelerengan Luas (Ha) Morfologi Nilai SKL

0-2% 80,241 Landai 5


1 Embong Kaliasin
2-15% 49,101 Bergelombang 4

0-2% 97,643 Landai 5


2 Ketabang
2-15% 11,962 Bergelombang 4

3 Genteng 0-2% 52,881 Landai 5

4 Peneleh 0-2% 58,176 Landai 5

0-2% 53,447 Landai 5


5 Kapasari
2-15% 3,699 Bergelombang 4

6 Kedungdoro 0-2% 29,138 Landai 5


Sumber: Analisis Penulis

Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada
wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa peta morfologi
dan peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan penjelasannya. SKL
Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi
morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa
gunung, pegunungan, perbukitan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan
pengembangannnya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak
dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau
budi daya yang tak berkaitan dengan manusia, contohnya untuk wisata alam. Sedangkan
kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks.

320
Peta 4.4.3 Peta SKL Morfologi Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis, 2023

321
4.4.4 Analisis Geologi Lingkungan
Geologi lingkungan, sebagai cabang dari disiplin geologi, fokus pada studi keadaan
dan sifat fisik tanah serta batuan baik di permukaan maupun di bawah permukaan tanah.
Lebih dari itu, geologi lingkungan juga memperhatikan proses-proses geologi yang terjadi di
lingkungan tersebut, dengan penekanan pada hubungannya dengan perencanaan fisik
pengembangan wilayah dan upaya pengendalian lingkungan. Pada tahun 1998, Soetrisno S
mendefinisikan geologi lingkungan sebagai kajian yang penting dalam konteks pengelolaan
sumber daya alam dan pengembangan wilayah. Melalui analisis geologi lingkungan,
informasi penting dapat dihasilkan, terutama sehubungan dengan kualitas fisik tanah dan
batuan di suatu wilayah. Hasil analisis ini memberikan wawasan yang dapat dikembangkan
atau dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dan pengembangan wilayah. Sebaliknya,
informasi tersebut juga memberikan arahan tentang area yang perlu dilindungi atau dijaga
dari segi geologi. Dengan pemahaman mendalam tentang aspek geologi, pengambilan
keputusan terkait penggunaan lahan dan pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan
lebih tepat dan berkelanjutan. Pentingnya analisis geologi lingkungan dalam konteks
perencanaan fisik dan pengelolaan lingkungan membuka peluang untuk pemanfaatan sumber
daya alam secara berkelanjutan dan pemeliharaan keberlanjutan ekosistem. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang keadaan geologi suatu wilayah menjadi landasan esensial dalam
mengambil langkah-langkah strategis guna mencapai keseimbangan antara pembangunan dan
pelestarian lingkungan.
Kawasan Perkotaan Genteng tersusun atas formasi geologi yaitu Batuan Alluvium.
Formasi geologi diatas memiliki susunan litologi yang berbeda, berikut susunan litologi pada
tiap formasi geologi yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng:
● Pasir, fraksi pasir pada batuan alluvium dapat menjadi komponen utama. Pasir dapat
memiliki variasi ukuran butirannya, mulai dari halus hingga kasar, tergantung pada
sifat aliran air yang membawanya.
● Kerikil, batuan alluvium juga seringkali mengandung kerikil, yang merupakan
batuan atau mineral berukuran lebih besar daripada pasir. Kerikil ini dapat terdiri dari
berbagai jenis batuan, seperti batu sungai, batu granit, atau batu sedimen lainnya.
● Lempung, fraksi lempung pada batuan alluvium dapat memberikan kekentalan dan
karakteristik lain pada endapan tersebut. Lempung cenderung didepositokan di
daerah dengan kecepatan aliran air yang lebih rendah.

322
● Endapan Organik, batuan alluvium dapat mencakup endapan organik seperti serpih
atau bahan organik terdekomposisi. Ini bisa berasal dari tanaman, mikroorganisme,
atau material organik lain yang ikut terbawa oleh aliran air.
● Batu Sungai, batuan alluvium dapat mencakup batuan sungai yang telah mengalami
proses pelapukan dan diseret oleh air sungai. Batuan ini dapat memberikan
kontribusi pada litologi secara keseluruhan.
Jenis litologi dari formasi geologi yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng
didominasi oleh batuan alluvium. Berikut tabel kelas peta geologi berdasarkan kekerasan
batuan dan tabel sebaran formasi geologi beserta tingkat kekerasan batuan di Kawasan
Perkotaan Genteng.

Tabel 4.4.5 Kelas Kekerasan Batuan Geologi dengan Nilai Satuan Kemampuan Lahan

No Kekerasan Batuan Nilai SKL

1 Sangat Rendah 1

2 Rendah 2

3 Sedang 3

4 Tinggi 4

5 Sangat Tinggi 5
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Tabel 4.4.6 Persebaran Formasi Geologi Kawasan Perkotaan Genteng

Formasi
No Desa/Kelurahan Kekerasan Batuan Nilai SKL
Geologi

1 Embong Kaliasin

2 Ketabang

3 Genteng
Batuan
Rendah 2
4 Peneleh Alluvium

5 Kapasari

6 Kedungdoro
Sumber: Analisis Penulis

Tingkat kekerasan batuan pada tabel diatas diperoleh dari perhitungan tingkat
kekerasan formasi batuan dan tingkat kekerasan umur formasi batuan. Nilai SKL pada tabel

323
diatas berdasarkan tingkat kekerasan batuan, semakin tinggi nilai semakin keras batuan dan
tahan terhadap longsor. Batuan yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng didominasi oleh
batuan dengan tingkat kekerasan rendah. Kondisi geologi juga erat kaitannya dengan SKL
kestabilan lereng dan terhadap erosi yang mana kedua SKL tersebut dipengaruhi oleh kondisi
batuan dan jenis tanah.
Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah‐daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap
erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta
hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah hujan dan peta pola ruang eksisting dengan
keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya. Erosi berarti mudah atau tidaknya
lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan
terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan
air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah.

324
Peta 4.4.4 Peta SKL Terhadap Erosi Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis

325
Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan
lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta
hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan bencana gunung berapi dan
kerentanan gerakan tanah) dan peta pola ruang eksisting, dengan keluaran peta SKL
Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat
dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan
tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya
tidak stabil.

326
Peta 4.4.5 Peta SKL Kestabilan Lereng Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis, 2023

327
4.4.5 Analisis Klimatologi
Kondisi geografis Kawasan Perkotaan Genteng mempengaruhi kondisi iklim
setempat. Kawasan Perkotaan Genteng memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu
penghujan dan kemarau. Kelas curah hujan di Kawasan Perkotaan Genteng yaitu 1500
mm/tahun sehingga tergolong dalam curah hujan yang sedang hingga kurang. Berikut tabel
kelas curah hujan beserta skor kemampuan lahan.

Tabel 4.4.7 Kelas Curah Hujan dengan Nilai Satuan Kemampuan Lahan

No Curah Hujan (mm/tahun) Keterangan Nilai SKL

1 0-500 Sangat Kurang 1

2 500-1500 Kurang 2

3 1500-3000 Sedang 3

4 3000-4500 Tinggi 4

5 >4500 Sangat Tinggi 5


Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Semakin besar nilai curah hujan semakin besar juga nilai satuan kemampuan
lahannya. Nilai satuan kemampuan lahan yang semakin besar menunjukan potensi
kekeringan yang kecil. Nilai satuan kemampuan lahan terhadap curah hujan di Kawasan
Perkotaan Genteng cenderung kurang hingga sedang dengan nilai 2 dan 3. Untuk melihat
sebaran curah hujan dan skor kemampuan lahan di Kawasan Perkotaan Genteng dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 4.4.8 Persebaran Curah Hujan Kawasan Perkotaan Genteng

Curah Hujan
No Desa/Kelurahan Keterangan Nilai SKL
(mm/tahun)

1 Embong Kaliasin

2 Ketabang

3 Genteng
1500 Kurang-Sedang 2-3
4 Peneleh

5 Kapasari

6 Kedungdoro
Sumber: Analisis Penulis

328
Membahas mengenai curah hujan juga erat kaitannya dengan SKL pembuangan
limbah dan bencana khususnya kekeringan, karena kedua SKL tersebut memerlukan variabel
curah hujan dalam proses analisisnya. Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah
untuk mengetahui mengetahui daerah‐ daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi
penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis
ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan, peta topografi, peta jenis
tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta pola ruang eksisting dengan keluaran peta
SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya. SKL pembuangan limbah adalah tingkatan
untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan.
Analisis ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi. Kedua peta ini penting, tapi
biasanya tidak ada data rinci yang tersedia. SKL pembuangan limbah kurang berarti wilayah
tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.

329
Peta 4.4.6 Peta SKL Pembuangan Limbah Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis

330
Selanjutnya tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui
tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi,
peta jenis tanah, peta tekstur tanah, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan gunung
berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta pola ruang eksisting dengan keluaran peta
SKL Terhadap Bencana Alam dan penjelasannya. Jadi, morfologi gunung dan perbukitan
dinilai tinggi ada peta rawan bencana gunung api dan longsor. Sedangkan lereng data yang
dialiri sungai dinilai tinggi pada rawan bencana banjir. Penentuan kelas pada rawan bencana
ini ada lima. Kelas 1 artinya rawan bencana alam dan kelas 5 artinya tidak/kurang rawan
bencana alam.

331
Peta 4.4.7 Peta SKL Terhadap Bencana Alam Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis, 2023

332
4.4.6 Analisis Sumber Daya Alam (Zona Lindung)
Keanekaragaman hayati menjadi bagian integral dari sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Ketersediaan dan potensi sumber daya alam hayati ini sangat beragam,
dipengaruhi oleh letak geografis suatu kawasan dan kondisi lingkungannya. Sumber daya
alam hayati mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari keanekaragaman flora dan fauna
hingga elemen-elemen bentang alam dan aspek sosial budaya masyarakat yang menghuni
kawasan tersebut. Ketika kita berbicara tentang sumber daya alam hayati, kita merujuk pada
kekayaan ekosistem dan organisme yang menjadi bagian dari lingkungan alam. Tumbuhan
dan hewan yang hidup di suatu kawasan menciptakan jaringan kehidupan yang kompleks,
memberikan manfaat ekologis, ekonomis, dan sosial. Bentang alam, termasuk topografi dan
karakteristik fisik lainnya, juga merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam
pembentukan ekosistem dan mempengaruhi ketersediaan sumber daya alam hayati.
Pentingnya pengertian istilah sumber daya alam hayati tidak hanya mencakup aspek biologis
semata, tetapi juga mencakup aspek sosial budaya. Tradisi, pengetahuan lokal, dan praktik
kehidupan sehari-hari masyarakat setempat turut berkontribusi pada keragaman hayati suatu
kawasan. Selain itu, bentang alam dan keragaman hayati memberikan nilai estetika yang
memperkaya pengalaman manusia dan memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan
sosial. Melindungi dan mengelola sumber daya alam hayati menjadi tantangan yang
kompleks dan memerlukan pendekatan holistik. Penyelidikan lebih lanjut dan pemahaman
mendalam terhadap keanekaragaman hayati dalam konteks geografis dan budaya suatu
kawasan dapat membantu dalam pengembangan kebijakan yang berkelanjutan, yang
menggabungkan perlindungan lingkungan, keberlanjutan ekonomi, dan keadilan sosial.
Nilai-nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati terdiri atas:
1. Nilai Ekologis
Setiap sumber daya alam merupakan unsur ekosistem alam. Sebagai misal,
suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai pelindung tata air dan kesuburan tanah.
Suatu jenis satwa dapat menjadi spesies kunci (key species) yang menjadi kunci
keseimbangan alam.
2. Nilai Komersial
Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak
kepada sumber daya alam hayati. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai
komersial yang sangat tinggi.
3. Nilai Sosial dan Budaya

333
Keanekaragaman hayati mempunyai nilai sosial dan budaya yang sangat
besar. Suku-suku pedalaman tidak dapat tinggal di perkotaan karena bagi mereka
tempat tinggal adalah hutan dan isinya. Sama halnya dengan suku-suku yang
tinggal dan menggantungkan hidup dari laut. Selain itu keanekaragaman hayati
suatu negara lain didunia. Konstribusi-konstribusi ini tentunya memberikan makna
sosial dan budaya yang tidak kecil.
4. Nilai Rekreasi
Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai untuk
menjernihkan pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang menikmatinya.
5. Nilai Penelitian dan Pendidikan
Alam sering kali menimbulkan gagasan-gagasan dan ide cemerlang bagi
manusia. Nilai ini akan memberikan dorongan untuk mengamati fenomena alam
dalam bentuk penelitian. Selain itu alam juga dapat menjadi media pendidikan ilmu
pengetahuan alam, maka sangat diperlukan bahan untuk penelitian maupun
penghayatan berbagai pengertian dan konsep suatu ilmu pengetahuan.

Kawasan Perkotaan Genteng memiliki beraneka ragam sumber daya alam yang
mengandung nilai-nilai seperti yang telah dijelaskan di atas. Sumber daya alam tersebut
meliputi :
1. Sumber Daya Air
Sumber daya air di Kawasan Perkotaan Genteng meliputi air permukaan dan
air tanah. Air Permukaan di Kawasan Perkotaan Genteng berupa air sungai yaitu
sungai Kalimas. Sumber air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng
adalah berupa sumur-sumur galian yang dikelola oleh masing-masing rumah tangga.
Sumber air tanah tersebut memiliki akuifer produktif dan penyebaran yang luas.
Sedangkan, sumber air permukaan di Kawasan Perkotaan Genteng dipengaruhi oleh
lokasinya yang berada pada DAS Bengawan Solo.
2. Sumber Daya Lahan
Berdasarkan penggunaan lahan eksisting, Kecamatan Genteng mungkin
memiliki lahan yang digunakan untuk perkotaan, perumahan, perkantoran, dan
pusat bisnis. Pemanfaatan lahan ini dapat mencakup zona komersial, residensial,
dan fasilitas umum.
3. Sumber Daya Hutan

334
Adanya taman kota, ruang terbuka hijau, atau vegetasi di sekitar kecamatan
dapat memberikan keuntungan ekologis, rekreasi, dan peningkatan kualitas udara.

Stabilitas pondasi sebuah struktur dapat sangat dipengaruhi oleh sumber daya alam di
sekitarnya. Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta
jenis‐jenis pondasi yang sesuai untuk masing‐masing tingkatan. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman
efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrogeologi dan peta pola ruang eksisting dengan
keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya. Kestabilan pondasi artinya kondisi
lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun.
SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Kestabilan
pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau
untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil
untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil,
namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam.
Lahan yang dapat dikembangkan sebagai peruntukan pelabuhan adalah kestabilan pondasi
tinggi.

335
Peta 4.4.8 Peta SKL Kestabilan Pondasi Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis, 2023

336
4.4.7 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Wilayah Lainnya (Zona Budidaya)
Rencana kawasan budidaya Kawasan Perkotaan Genteng didasarkan pada rencana
kawasan budidaya yang terdapat dalam Draft Revisi RTRW Kota Surabaya Tahun
2021-2041, mempertimbangkan kondisi eksisting pada saat ini dan berdasarkan Permen
ATR/BPN No. 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi,
dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten,
Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang. Adapun zona budidaya teridentifikasi adalah sebagai
berikut.
1. Zona Perkebunan Rakyat (KR)
2. Zona Pertanian (P), yang meliputi:
a. Tanaman Pangan (P-1)
b. Hortikultura (P-2)
c. Perkebunan (P-3)
d. Peternakan (P-4)
3. Zona Perikanan (IK), yakni berupa Perikanan Budi Daya (IK-2)
4. Zona Kawasan Peruntukkan Industri (KPI)
5. Zona Pariwisata (W)
6. Zona Perumahan (R), yang meliputi:
a. Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2)
b. Perumahan Kepadatan Sedang (R-3)
c. Perumahan Kepadatan Rendah (R-4)
7. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU), yang meliputi:
a. Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU-1)
b. Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU-2)
c. Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan (SPU-3)
d. Sarana Pelayanan Umum Skala RW (SPU-4)
8. Zona Terbuka Non Hijau (RTNH)
9. Zona Perdagangan dan Jasa (K)
a. Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K-1)
b. Perdagangan dan Jasa Skala WP (K-2)
c. Perdagangan dan Jasa Skala SWP (K-3)
10. Zona Perkantoran (KT)
11. Zona Pengelolaan Persampahan (PP)
12. Zona Transportasi (TR)

337
13. Zona Pertahanan dan Keamanan (HK)
14. Zona Peruntukkan Lainnya (PL), yakni berupa Tempat Evakuasi Sementara
(PL-1)
15. Badan Jalan (BJ)

Zona budidaya dan satuan kemampuan lahan merupakan konsep-konsep penting


dalam pengelolaan lahan dan pertanian. Pengetahuan tentang satuan kemampuan lahan yang
mudah dikerjakan dapat menjadi dasar dalam perencanaan tata guna lahan. Ini dapat
membantu pemerintah dan pengelola lahan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan sesuai
dengan karakteristik dan potensinya. Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah
untuk mengetahui tingkat kemudahan lahan pada suatu kawasan untuk digali/dimatangkan
dalam proses pembangunan atau pengembangan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan
berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta
penggunaan lahan eksisting.

338
Peta 4.4.9 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis, 2023

339
4.4.8 Analisis Kemampuan Lahan
Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai kawasan pengembangan, sebagai acuan bagi arahan‐arahan
kesesuaian lahan pada kawasan budidaya dan kawasan lindung di WP Genteng. Data‐data
yang dibutuhkan meliputi peta‐peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi
peta klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan, dan potensi
dan kendala fisik pengembangan lahan. Langkah pelaksanaan:
a. Analisis satuan‐satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan pada masing‐masing satuan kemampuan lahan.
b. Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing‐masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
c. Mengalikan nilai‐nilai tersebut dengan bobot dari masing‐masing satuan
kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan
kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan.
d. Melakukan superimpose semua satuan‐satuan kemampuan lahan, dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan‐satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah perencanaan.
e. Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas‐kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona‐zona kemampuan lahan dengan
nilai 1 ‐ 5 yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah
perencanaan dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan
untuk perencanaan ruang.

Tabel 4.4.9 Bobot dari tiap Satuan Kemampuan Lahan

Satuan Kemampuan
No Bobot
Lahan (SKL)

1 SKL Morfologi 5

2 SKL Kemudahan Dikerjakan 1

3 SKL Kestabilan Lereng 5

4 SKL Kestabilan Pondasi 3

5 SKL Ketersediaan Air 5

340
6 SKL Drainase 5

7 SKL Terhadap Erosi 3

8 SKL Pembuangan Limbah 0

9 SKL Bencana Alam 5


Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007

Berikut merupakan tabel dan peta hasil analisis kemampuan lahan untuk Wilayah
Perencanaan Genteng.

Tabel 4.4.10 Persebaran Kemampuan Lahan Kawasan Perkotaan Genteng

No Desa/Kelurahan Kelas Keterangan Luas (Ha)

C Kemampuan Pengembangan Sedang 48,722


1 Embong Kaliasin
Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi
D 80,060

C Kemampuan Pengembangan Sedang 11,719


2 Ketabang
D Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi 97,590

3 Genteng D Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi 52,752

4 Peneleh D Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi 57,936

C Kemampuan Pengembangan Sedang 3,644


5 Kapasari
D Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi 53,111

Kedungdoro Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi


6 D 28,804

Sumber: Analisis Penulis

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Wilayah Perencanaan Genteng


memiliki dua kelas kemampuan pengembangan lahan yaitu didominasi oleh kemampuan
pengembangan agak tinggi dengan luas lahan sebesar 914,25 Ha dan sebagian kemampuan
pengembangan sangat rendah dengan luas lahan sebesar 41,28 Ha.

341
Peta 4.4.10 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan

Sumber: Analisis Penulis, 2023

342
4.5 Analisis Sosial Budaya
Pada Kecamatan Genteng terdapat dua kelompok masyarakat yaitu Kampung
Plampitan, Kampung Ketandan dan Kampung Peneleh. Kampung Peneleh merupakan salah
satu kawasan kuno. Warganya cukup partisipatif dalam mempertahankan dan memelihara
kondisi lingkungan tempat tinggal mereka sebagai kawasan cagar budaya. Memiliki
karakteristik khas warga kampung, yaitu rasa kebersamaan yang tinggi dan masih adanya
sifat gotong royong, sehingga menimbulkan partisipasi masyarakat yang tinggi dalam upaya
perbaikan kampung, misalnya dengan partisipasi dalam program PNPM Mandiri, Kompetisi
Green and Clean, dsb. Kampung Ketandan terletak di jalan Tunjungan yang merupakan
jantung Kota Surabaya, di Kampung Ketandan terdapat bangunan lawas yang merupakan
saksi sejarah kemerdekaan negara Indonesia. Selain bangunan lawas, di Kampung Ketandan
tumbuh dan berkembang budaya lokal yang masih dijaga dan dilestarikan oleh penduduk
setempat. Budaya lokal tersebut berupa kesenian daerah Tari Remo, Ludruk, Parikan, serta
budaya lokal lain berupa bahasa, sistem sosial, kebiasaan masyarakat setempat dan mata
pencaharian.
Terdapat berbagai organisasi masyarakat yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial,
budaya, dan keagamaan di Kecamatan Genteng. Beberapa di antaranya adalah Karang
Taruna, KPPD, LSM, dan sebagainya. Di Kecamatan Genteng, Surabaya, terdapat beberapa
tradisi dan budaya masyarakat yang masih dijaga dan dirayakan. Beberapa di antaranya
meliputi:
1) Grebeg Sudiro: Salah satu tradisi terkenal di Genteng adalah Grebeg Sudiro. Acara ini
biasanya digelar dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh. Selama
Grebeg Sudiro, masyarakat dan pengunjung dapat menyaksikan parade barongsai,
musik tradisional, dan berbagai pertunjukan seni lainnya. Ini merupakan perayaan
multikultural yang menarik, yang mencerminkan toleransi dan keragaman budaya di
kawasan ini.
2) Wayang Orang Genteng: Wayang orang merupakan salah satu seni pertunjukan
tradisional Jawa yang juga dijaga dan dilestarikan di Genteng. Pertunjukan wayang
orang di sini sering mengangkat cerita-cerita epik dari Mahabharata dan Ramayana.
Hal ini menjadi hiburan yang populer dan juga bagian dari budaya seni yang kaya di
daerah ini.
3) Perayaan Agama: Genteng juga memiliki berbagai perayaan agama, seperti perayaan
Hari Raya Idul Fitri, Natal, Waisak, dan perayaan Tahun Baru Imlek. Masyarakat
dengan berbagai latar belakang agama merayakan perayaan-perayaan ini dengan
penuh semangat dan kebersamaan.
4) Pertunjukan Seni dan Kesenian: Selain wayang orang, Genteng juga memiliki
berbagai kelompok seni dan kesenian tradisional yang aktif. Ada berbagai jenis
pertunjukan seperti tari tradisional, gamelan, dan teater yang sering mengisi
acara-acara budaya dan festival di wilayah ini.

4.6 Analisis Kependudukan


4.6.1 Jumlah Penduduk
Proyeksi penduduk merupakan perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari
komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi.

343
Ketiga komponen tersebut akan menentukan jumlah dan struktur umur penduduk di masa
depan. Untuk menentukan masing-masing asumsi diperlukan data yang menggambarkan tren
di masa lampau hingga saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi tiap-tiap komponen, dan
hubungan antara satu komponen dengan yang lain, termasuk target yang diharapkan dicapai
pada masa mendatang.
Salah satu cara dalam teknik perhitungan jumlah penduduk adalah metode proyeksi.
Penggunaan metode proyeksi dikarenakan metode ini dianggap metode yang paling tepat dan
cukup akurat dalam perhitungannya. Ada beberapa macam cara proyeksi yaitu mathematical
method dan component method. Dalam mathematical method terdapat beberapa rumus yakni
Arithmetical Rate of Growth, Geometric Rate of Growth, dan Exponential Rate of Growth.
Dari ketiga rumus dapat dipergunakan untuk menghitung proyeksi penduduk lima tahun
kedepan di Kecamatan Genteng dan Kelurahan Kedungdoro wilayah perencanaan. Dalam
mathematical method dapat digunakan beberapa perumusan, antara lain:
● Arithmetical Rate of Growth
Pertumbuhan penduduk dengan jumlah sama setiap tahun.
Rumus : Pn = P0 (1+rn)
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal
R = Angka pertumbuhan penduduk
N = Periode waktu dalam tahun

● Geometric Rate of Growth


Pertumbuhan penduduk yang menggunakan dasar bunga berganda (bunga majemuk)
dimana angka pertumbuhan sama setiap tahun. Rumus tersebut dapat dilihat berikut:
Rumus : Pn = P0 (1+r)n
Keterangan:
P = jumlah penduduk pada tahun n
P0 = jumlah penduduk pada tahun awal
r = angka pertumbuhan penduduk
n = periode waktu dalam tahun

● Exponential Rate of Growth


Pertumbuhan penduduk secara terus-menerus setiap hari dengan angka pertumbuhan
yang konstan.
Rumus : Pn = P0 ern
Keterangan: Pn = jumlah penduduk pada tahun n atau t
P0 = jumlah penduduk pada tahun awal
r = angka pertumbuhan penduduk
n = periode waktu dalam tahun
e = bilangan pokok dalam sistem logaritma natural yang besarnya = 2,7182818

344
Setelah dilakukan perhitungan, ditemukan standar deviasi yang paling kecil dari
ketiga metode proyeksi yaitu Exponential Rate of Growth. Dengan menggunakan rumus
Exponential Rate of Growth, didapatkan angka proyeksi penduduk wilayah perencanaan
hingga tahun 2044 kedepan sebagai berikut:
Tabel 4.6.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun 2024-2044
PROYEKSI JUMMLAH PENDUDUK
Kelurahan
2024 2029 2034 2039 2044
Embong Kaliasin 11,429 10,270 9,228 8,293 7,452
Ketabang 6,936 6,045 5,269 4,592 4,002
Genteng 7,916 6,882 5,983 5,201 4,521
Peneleh 13,597 12,248 11,033 9,938 8,952
Kapasari 15,833 13,661 11,786 10,169 8,774
Kedungdoro 15,226 14,357 13,537 12,763 12,034
Jumlah 70,937 63,462 56,835 50,956 45,736
Sumber : Analisis Penulis, 2023

Gambar 4.6.1 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk 2024-2044

Sumber : Analisis Penulis, 2023

Dari diagram tersebut, dapat diproyeksikan bahwa pertumbuhan penduduk di wilayah


perencanaan akan menurun setiap tahunnya. Dengan laju pertumbuhan yang bernilai negatif
sebesar -2.26%, sehingga di tahun 2024 diproyeksikan mencapai 70.937 jiwa dan di tahun

345
2044 mencapai 45.736 jiwa di wilayah perencanaan. Hal ini menunjukkan bahwa migrasi
pindah lebih tinggi dibandingkan dengan migrasi yang masuk ke wilayah perencanaan. Selain
itu berdampak juga dengan peruntukan wilayah perencanaan yang dijadikan perdagangan dan
jasa sehingga tidak ada penduduk yang menetap.

4.6.2 Kepadatan Penduduk


Metode analisis data yang digunakan adalah analisis proyeksi kepadatan penduduk
guna mendapatkan persebaran penduduk Kecamatan Genteng dan Kecamatan Tegalsari
wilayah perencanaan dalam 20 tahun mendatang.

Tabel 4.6.2 Proyeksi Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan


PROYEKSI KEPADATAN PENDUDUK
Kelurahan
2024 2028 2033 2038 2044
Embong Kaliasin 10,390 9,336 8,389 7,539 6,774
Ketabang 7,078 6,169 5,376 4,686 4,084
Genteng 14,936 12,984 11,288 9,813 8,531
Peneleh 30,215 27,217 24,517 22,085 19,894
Kapasari 45,238 39,030 33,675 29,054 25,068
Kedungdoro 52,505 49,506 46,678 44,012 41,498
Jumlah 19,165 17,117 15,287 13,653 12,194
Sumber : Analisis Penulis, 2023

Gambar 4.6.2 Grafik Proyeksi Kepadatan Penduduk 2024-2044

Sumber : Analisis Penulis, 2023

346
Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa seluruh kelurahan di wilayah
perencanaan memiliki kepadatan penduduk menurun hingga tahun 2050. Hal ini dibuktikan
dari luas wilayah sebesar 3.7 km2 dihuni oleh penduduk yang sebesar 45.118 jiwa sehingga
didapatkan angka rata-rata kepadatan penduduk sebesar 12.194 jiwa/Ha pada tahun 2044.
Penting untuk memahami bahwa penurunan kepadatan penduduk tidak hanya dipengaruhi
oleh jumlah penduduk yang berkurang, tetapi juga oleh luas wilayah kecamatan. Jika
kepadatan penduduk menurun, ini bisa mengindikasikan bahwa wilayah tersebut memiliki
pertumbuhan penduduk yang lebih lambat atau adanya redistribusi penduduk ke wilayah lain.
Pada tingkat praktis, penurunan kepadatan penduduk dapat memiliki implikasi pada
infrastruktur, layanan publik, dan ekonomi lokal. Misalnya, dapat mendorong perubahan
dalam kebijakan pengembangan wilayah dan perencanaan kota.

4.6.3 Komposisi Penduduk


Metode analisis data yang digunakan adalah analisis proyeksi penduduk berdasarkan
alamiah. Komposisi penduduk meliputi Sex Ratio yakni perbandingan banyaknya penduduk
laki–laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Sex
Ratio digunakan untuk melihat perubahan dari segi jenis kelamin. Selain itu, dibutuhkan
perbandingan banyaknya penduduk dari beberapa jenis seperti agama, umur, pendidikan, dan
pekerjaan.

a. Jenis Kelamin
Tabel 4.6.3 Sex Ratio Wilayah Perencanaan Tahun 2022

Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

Embong Kaliasin 5911 6017 11928 98,24

Ketabang 3523 3805 7328 92,59

Genteng 4086 4286 8372 95,33

Peneleh 6877 7300 14177 94,21

Kapasari 8336 8460 16796 98,53

Kedungdoro 7653 7935 15589 96.45

Jumlah 36135 37578 73714 96.16

Sumber: Analisis Penulis, 2023

347
Gambar 4.6.3 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber : Analisis Penulis, 2023

Berdasarkan tabel dan grafik di atas, pada tahun 2022 wilayah perencanaan
memiliki rata-rata sex ratio sebesar 96.16 yang berarti setiap 100 penduduk
perempuan terdapat kurang lebih 96 penduduk laki-laki. Sex ratio yang mendekati
100 (1:1) menunjukkan keseimbangan relatif antara jumlah laki-laki dan perempuan.
Dengan angka 96.16, terlihat ada kecenderungan sedikit lebih banyak perempuan
dibandingkan laki-laki. Pada proyeksi jumlah penduduk wilayah perencanaan juga
terlihat bahwa jumlah penduduk mengalami penurunan.
b. Umur
Tabel 4.6.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044
Umur 2024 2029 2034 2039 2044
0-4 Tahun 3702 3187 2745 2366 2040
5-9 Tahun 5341 5539 5774 6046 6355
10-14 Tahun 5808 6256 6749 7289 7883
15-19 Tahun 5199 4836 4510 4215 3948
20-24 Tahun 5193 5063 4936 4812 4692
25-29 Tahun 5138 5183 5236 5296 5362
30-34 Tahun 4032 3087 2364 1810 1386
35-39 Tahun 5038 4219 3544 2985 2521
40-44 Tahun 5046 4506 4031 3612 3242
45-49 Tahun 4648 3940 3344 2841 2417

348
50-54 Tahun 4103 3331 2715 2220 1821
55-59 Tahun 3610 2963 2439 2013 1665
60-64 Tahun 3040 2519 2094 1746 1459
65-69 Tahun 2411 2090 1815 1579 1376
70-74 Tahun 1508 1334 1189 1065 959
>75 Tahun 1370 777 450 264 156
Sumber : Analisis Penulis, 2023

Gambar 4.6.3 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur

Sumber : Analisis Penulis, 2023

349
Gambar 4.6.4 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur Tahun 2044

Sumber : Analisis Penulis, 2023

Seiring dengan proyeksi jumlah penduduk yang menurun, proyeksi jumlah


penduduk umur juga mengalami penurunan dan peningkatan di setiap umur. Pada
beberapa umur yang meningkat adalah umur 5-9 tahun, 10-14 tahun, 25-29 tahun.
Selain umur tersebut mengalami penurunan. Peningkatan jumlah anak usia 5-14 tahun
dapat menunjukkan adanya peningkatan tingkat kelahiran. Ini bisa disebabkan oleh
faktor-faktor seperti kebijakan keluarga, perubahan budaya terkait kelahiran, atau
peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan. Peningkatan
penduduk dalam kelompok usia 25-29 tahun bisa mencerminkan migrasi atau imigrasi
yang signifikan ke wilayah tersebut. Pada umumnya, kelompok usia ini sering kali
terkait dengan orang dewasa muda yang mencari pekerjaan, pendidikan, atau tempat
tinggal. Pertumbuhan kelompok usia 25-29 tahun dapat memiliki dampak signifikan
pada pasar tenaga kerja dan ekonomi lokal. Dapat mendorong perkembangan sektor
ekonomi tertentu dan meningkatkan kontribusi pada pembangunan wilayah.
Untuk umur yang mengalami penduduk, Jika terjadi penurunan proyeksi
penduduk pada kelompok usia 0-4 tahun, ini dapat mengindikasikan penurunan
tingkat kelahiran. Ini bisa disebabkan oleh perubahan dalam kebijakan keluarga,
peningkatan akses terhadap kontrasepsi, atau perubahan budaya terkait dengan ukuran
keluarga.Penurunan penduduk pada kelompok usia produktif seperti 15-19 tahun,
20-24 tahun, 30-34 tahun, dan seterusnya, mungkin mencerminkan migrasi atau
imigrasi yang mengurangi jumlah penduduk dalam kelompok usia tersebut. Hal ini
bisa disebabkan oleh faktor ekonomi, pendidikan, atau pekerjaan. Penurunan pada
kelompok usia 45 tahun ke atas dapat menunjukkan adanya proses penuaan penduduk.
Hal ini dapat memiliki dampak signifikan pada sistem kesehatan dan kebijakan sosial,
mengingat populasi yang menua memerlukan perhatian khusus dalam bidang
kesehatan dan pelayanan sosial.

350
Gambar 4.6.5 Piramida Penduduk Kecamatan Genteng Tahun 2022

Sumber : Analisis Penulis, 2023

Pada analisis piramida penduduk Kecamatan Genteng, didapatkan bahwa


piramida berbentuk piramida stasioner. Bentuk piramida yang menyerupai stasioner
menunjukkan bahwa tingkat kelahiran dan kematian di kecamatan tersebut relatif
seimbang. Jumlah kelahiran dan kematian cenderung tetap, yang mencerminkan
stabilitas pertumbuhan penduduk distribusi umur yang relatif stabil dapat
mencerminkan kestabilan ekonomi dan sosial di kecamatan tersebut. Penduduk
mungkin memiliki akses yang baik terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan
kesehatan. Meskipun piramida stasioner menunjukkan stabilitas, ada potensi
tantangan penuaan penduduk. Dengan umur harapan hidup yang tinggi, perlu
diperhatikan bagaimana kecamatan ini merespon kebutuhan populasi lanjut usia
dalam hal kesehatan, layanan sosial, dan kebijakan pensiun. Selain distribusi umur,
perhatikan juga keseimbangan jenis kelamin dalam piramida penduduk. Jika terdapat
ketidakseimbangan, ini dapat memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang perlu
dipertimbangkan.

c. Agama
Tabel 4.6.5 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Agama Wilayah Perencanaan
2024
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 10730 724 327 153 4 5
Ketabang 4163 1571 751 491 5 4
Genteng 6257 1113 326 347 6 0

351
Peneleh 10093 2076 888 598 59 16
Kapasari 16435 2028 608 625 8 15
Kedungdoro 13222 1056 356 117 7 6
Jumlah 60899 8568 3257 2329 89 45
2029
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 11729 337 254 67 0 8
Ketabang 3384 1618 686 574 1 4
Genteng 6217 673 259 293 2 0
Peneleh 10023 1613 798 376 18 13
Kapasari 25395 2869 549 799 9 18
Kedungdoro 11694 812 321 77 4 2
Jumlah 68443 7920 2868 2186 35 45
2034
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 12822 157 198 29 0 13
Ketabang 2752 1665 627 672 0 4
Genteng 6178 407 206 247 1 0
Peneleh 9954 1253 717 236 6 10
Kapasari 39240 4058 496 1022 10 22
Kedungdoro 10343 624 290 51 2 1
Jumlah 81288 8164 2533 2258 19 50
2039
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 14017 73 154 13 0 20
Ketabang 2237 1715 573 786 0 4
Genteng 6139 246 164 209 0 0
Peneleh 9885 973 644 148 2 9
Kapasari 60634 5741 447 1307 11 26
Kedungdoro 9147 479 261 34 1 0
Jumlah 102058 9227 2243 2498 14 59
2044
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 15323 34 120 6 0 33
Ketabang 1819 1765 524 920 0 4
Genteng 6100 149 130 176 0 0
Peneleh 9816 756 579 93 1 7

352
Kapasari 93691 8121 404 1672 12 32
Kedungdoro 8090 368 236 23 1 0
Jumlah 134839 11194 1991 2890 14 76
Sumber : Analisis Penulis, 2023

Dari analisis yang telah dilakukan bahwa terjadi peningkatan dan penurunan
jumlah penduduk menurut agama. Untuk jumlah penduduk yang mengalami
peningkatan adalah agama Islam, Kristen, Buddha, Konghucu. Dan yang mengalami
penurunan adalah agama Katholik dan Hindu. Jika proyeksi penduduk menunjukkan
penurunan jumlah penganut agama Katolik dan Hindu, ini bisa menunjukkan adanya
penurunan dalam komunitas Katolik dan Hindu di wilayah tersebut. Faktor seperti
tingkat kelahiran yang rendah, migrasi keluar, atau perubahan agama dapat
memainkan peran dalam penurunan ini.

4.6.4 Mobilitas Penduduk


Komponen data yang dibutuhkan berupa data kelahiran, kematian, serta migrasi neto
dan bruto. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis fertilitas, mortalitas, pola
migrasi serta mobilitas non-permanen.
● Angka Kelahiran dan Kematian
Tabel 4.6.6 Angka Kelahiran Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Kelahiran
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Embong Kaliasin 132 144 276

Ketabang 68 97 165

Genteng 55 65 120

Peneleh 154 152 306

Kapasari 253 242 495

Kedungdoro 188 213 401

Jumlah 850 913 1.763

Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

353
Tabel 4.6.7 Angka Kematian Wilayah Perencanaan Tahun 2021

Kematian
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Embong Kaliasin 95 83 178

Ketabang 76 53 129

Genteng 74 64 138

Peneleh 146 149 295

Kapasari 147 131 278

Kedungdoro 141 119 260

Jumlah 679 599 1.278

Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

Angka kelahiran dan kematian di WP Genteng pada tahun 2021 yang mencapai 1.763
kelahiran dan 1.278 kematian mencerminkan dinamika demografi di wilayah tersebut.
Tingginya angka kelahiran dapat mengindikasikan pertumbuhan populasi yang relatif cepat.
Faktor-faktor seperti peningkatan kesejahteraan, perbaikan akses terhadap pelayanan
kesehatan, dan perkembangan infrastruktur mungkin berkontribusi pada meningkatnya
jumlah kelahiran.

Sementara itu, angka kematian sebesar 1.278 menunjukkan adanya sejumlah individu yang
meninggal dalam periode tersebut. Faktor-faktor seperti kualitas layanan kesehatan, kondisi
lingkungan, dan gaya hidup masyarakat dapat mempengaruhi angka kematian. Pemantauan
dan analisis lebih lanjut terhadap penyebab kematian dapat memberikan wawasan tambahan
tentang tantangan kesehatan yang mungkin dihadapi oleh komunitas di WP Genteng.

Kombinasi antara tingginya angka kelahiran dan relatif rendahnya angka kematian bisa
menciptakan pertumbuhan populasi yang signifikan jika tidak diimbangi dengan faktor-faktor
seperti migrasi. Ini dapat memiliki dampak pada struktur demografi, perekonomian, dan
kebutuhan layanan dasar di wilayah tersebut. Oleh karena itu, data ini penting untuk
perencanaan pembangunan dan kebijakan populasi di WP Genteng.

● Migrasi

354
Tabel 4.6.8 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021

Penduduk Pindah
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Embong Kaliasin 78 69 147

Ketabang 30 47 77

Genteng 30 48 78

Peneleh 81 71 152

Kapasari 85 96 181

Kedungdoro 106 105 211

Jumlah 410 436 846

Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

Tabel 4.6.9 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021

Penduduk Datang
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan

Embong Kaliasin 62 56 118

Ketabang 43 55 98

Genteng 28 29 57

Peneleh 66 68 134

Kapasari 81 64 145

Kedungdoro 76 83 159

Jumlah 356 355 711

Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022

Berdasarkan data migrasi penduduk di wilayah perencanaan, terlihat bahwa ada


pergerakan signifikan dari dan ke kecamatan tersebut. Jumlah penduduk yang datang
mencapai 711 orang, menandakan adanya aliran masuk penduduk baru ke wilayah tersebut.
Sebaliknya, jumlah penduduk yang pindah sebanyak 846 orang menunjukkan bahwa terdapat
sejumlah besar penduduk yang meninggalkan kecamatan tersebut. Dengan selisih lebih tinggi
pada penduduk yang pindah, dapat disimpulkan bahwa terdapat netto migrasi negatif di
wilayah perencanaan ini.

355
4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
4.7.1 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
Setelah pelaksanaan otonomi daerah, setiap daerah harus mampu mengidentifikasi
potensi, peluang, dan masalah ekonominya. Sayangnya, banyak daerah masih kesulitan untuk
melakukannya, meskipun pengetahuan tentang potensi, peluang, dan masalah ekonomi suatu
daerah sangat penting untuk mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara
efektif dan efisien. Salah satu bentuknya adalah melalui pengetahuan terkait sektor unggulan
yang memiliki ciri-ciri menurut Sambodo (dalam de fretes, 2017) sebagai berikut:

● Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi;


● Sektor tersebut memiliki angka penyebaran yang relatif besar;
● Sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik keterkaitan
kedepan maupun kebelakang;
● Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Analisis Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share adalah dua contoh
pendekatan kuantitatif yang dapat digunakan untuk menentukan potensi, peluang, dan
masalah perekonomian suatu wilayah.
A. Analisis Location Quotient (LQ)
Untuk menilai struktur ekonomi unggulan, metode perhitungan Location
Quotient, juga dikenal sebagai LQ, digunakan. LQ merupakan perbandingan antara
peran sektor ekonomi di suatu daerah terhadap peran sektor ekonomi yang sama di
seluruh negeri atau terhadap daerah dengan cakupan administratif yang lebih besar
(Tarigan, 2014). LQ statis (LQS) dan LQ dinamis (LQD) adalah dua kategori LQ.

a. LQ statis (LQS) merupakan rasio sederhana yang digunakan untuk


menentukan tingkat konsentrasi atau dominasi suatu entitas, dalam hal ini
lapangan usaha, di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah acuan atau
patokan yang lebih tinggi tingkatannya. Pada perhitungan ini pendapatan per
lapangan usaha yang ada di Kota Surabaya dibandingkan dengan yang ada
pada tingkat Provinsi Jawa Timur.
b. Seperti halnya LQ statis, LQ dinamis (LQD) menilai tingkat konsentrasi
dengan melihat laju pertumbuhan lapangan usaha pada PDRB pada suatu
wilayah berdasarkan laju di wilayah acuan. Menurut Suyatno (2000) dalam
Muta'ali (2015), munculnya LQD bertujuan untuk mengatasi kelemahan

356
metode LQ yang bersifat statis, yang hanya memberikan gambaran pada titik
tertentu. LQD juga dimaksudkan untuk menyempurnakan LQ untuk
mengidentifikasi reposisi atau perubahan sektor.

Untuk keduanya, data dasar yang digunakan adalah PDRB ADHK tahun
2018–2022. Sama seperti analisis struktur ekonomi dari tahun ke tahun dan laju
pertumbuhan ekonomi yang telah dilakukan sebelumnya, nilai PDRB ADHK tersebut
dipilih karena dapat menunjukkan perbandingan dengan dasar yang konstan untuk
mengurangi bias perhitungan. Berikut adalah rumus untuk menghitung LQS dan
LQD:

Rumus LQS Rumus LQD

Keterangan: Keterangan:

Kriteria: Kriteria:

● Jika LQS > 1 maka lapangan ● Jika LQD > 1 maka potensi perkembangan
usaha merupakan lapangan usaha lapangan usaha di Kota Surabaya lebih cepat
basis, artinya lapangan usaha di dibandingkan dengan lapangan usaha di
Kota Surabaya memiliki tingkat Provinsi Jawa Timur.
spesialisasi lebih tinggi ● Jika LQD = 1 maka potensi perkembangan
dibandingkan Provinsi Jawa lapangan usaha di Kota Surabaya sama
Timur sehingga dapat melakukan dengan lapangan usaha di Provinsi Jawa
kegiatan ekspor ke daerah Timur.

357
lainnya. Lapangan usaha basis ● Jika LQD < 1 maka lapangan usaha di Kota
juga dapat memberikan efek Surabaya lebih lambat dibandingkan dengan
multiplier bagi lapangan usaha lapangan usaha di Provinsi Jawa Timur.
lainnya.
● Jika LQS = 1 maka tingkat
spesialisasi Kota Surabaya sama
dengan Provinsi Jawa Timur
sehingga terjadi self-sufficient
atau daerah memenuhi
kebutuhannya sendiri dan tidak
melakukan ekspor dan impor.
● Jika LQS < 1 maka lapangan
usaha merupakan lapangan usaha
non-basis, artinya lapangan usaha
di Kota Surabaya memiliki
tingkat spesialisasi leih rendah
dibandingkan Provinsi Jawa
Timur sehingga harus melakukan
kegiatan impor dari daerah
lainnya.

Berdasarkan pada rumus dan ketentuan perhitungan tersebut, pada PDRB ADHK
Kota Surabaya tahun 2018-2022 diperoleh hasil perhitungan seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.7.1 Hasil Perhitungan LQ Statis Kota Surabaya Tahun 2018-2022


Nilai LQ Statis
Lapangan
Kategori Kesimpulan
Usaha 2018 2019 2020 2021 2022

A Pertanian, 0,014 0,014 0,013 0,013 0,013 Non Basis,


Kehutanan, dan mengimpor
Perikanan

B Pertambangan 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 Non Basis,


dan Penggalian mengimpor

358
C Industri 0,634 0,622 0,645 0,643 0,638 Non Basis,
Pengolahan mengimpor

D Pengadaan 1,387 1,361 1,342 1,336 1,328 Basis,


Listrik dan Gas mengekspor

E Pengadaan Air, 1,553 1,534 1,559 1,547 1,528 Basis,


Pengelolaan mengekspor
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang

F Konstruksi 1,070 1,060 1,064 1,076 1,065 Basis,


mengekspor

G Perdagangan 1,528 1,519 1,513 1,497 1,482 Basis,


Besar dan mengekspor
Eceran;
Reparasi Mobil
dan Sepeda
Motor

H Transportasi dan 1,646 1,698 1,847 1,826 1,725 Basis,


Pergudangan mengekspor

I Penyediaan 2,766 2,755 2,765 2,720 2,669 Basis,


Akomodasi dan mengekspor
Makan Minum

J Informasi dan 1,144 1,139 1,141 1,124 1,096 Basis,


Komunikasi mengekspor

K Jasa Keuangan 1,878 1,862 1,912 1,878 1,846 Basis,


dan Asuransi mengekspor

L Real Estat 1,530 1,523 1,534 1,513 1,489 Basis,


mengekspor

M,N Jasa Perusahaan 2,908 2,898 2,978 2,946 2,930 Basis,


mengekspor

359
O Administrasi 0,562 0,559 0,562 0,556 0,549 Non Basis,
Pemerintahan, mengimpor
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib

P Jasa Pendidikan 0,892 0,882 0,895 0,886 0,869 Non Basis,


mengimpor

Q Jasa Kesehatan 1,164 1,159 1,192 1,186 1,165 Basis,


dan Kegiatan mengekspor
Sosial

R,S,T,U Jasa lainnya 0,997 0,988 0,985 0,950 0,947 Non Basis,
mengimpor

Sumber: Hasil analisis penulis, 2023

360
Tabel 4.7.2 Hasil Perhitungan LQ Dinamis Kota Surabaya Tahun 2018-2022
Lapangan Nilai LQ Dinamis
Kategori Kesimpulan
Usaha 2018 2019 2020 2021

A Pertanian, 1,013 1,136 0,967 0,903 Lebih lambat


Kehutanan, dari Provins
dan
Perikanan

B Pertambanga 1,088 1,140 0,905 0,890 Lebih lambat


n dan dari Provins
Penggalian

C Industri 1,044 0,974 0,987 0,994 Lebih lambat


Pengolahan dari Provins

D Pengadaan 1,009 1,092 0,960 0,954 Lebih lambat


Listrik dan dari Provins
Gas

E Pengadaan 1,008 1,015 0,987 0,990 Lebih lambat


Air, dari Provins
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang

F Konstruksi 1,008 1,064 0,944 0,993 Lebih lambat


dari Provins

G Perdagangan 0,980 1,069 0,988 0,975 Lebih lambat


Besar dan dari Provins
Eceran;
Reparasi
Mobil dan
Sepeda
Motor

361
H Transportasi 0,919 0,861 1,038 1,175 Lebih cepat
dan dari Provinsi
Pergudangan

I Penyediaan 0,970 1,041 1,001 0,996 Lebih lambat


Akomodasi dari Provins
dan Makan
Minum

J Informasi dan 0,963 1,040 0,991 1,006 Lebih cepat


Komunikasi dari Provinsi

K Jasa 0,994 0,984 1,019 1,004 Lebih cepat


Keuangan dari Provinsi
dan Asuransi

L Real Estat 0,977 1,036 0,997 0,992 Lebih lambat


dari Provins

M,N Jasa 0,998 1,000 1,015 0,988 Lebih lambat


Perusahaan dari Provins

O Administrasi 0,984 1,041 0,993 0,984 Lebih lambat


Pemerintahan dari Provins
, Pertahanan
dan Jaminan
Sosial Wajib

P Jasa 0,996 1,014 0,989 1,002 Lebih cepat


Pendidikan dari Provinsi

Q Jasa 0,996 0,993 0,993 1,019 Lebih cepat


Kesehatan dari Provinsi
dan Kegiatan
Sosial

R,S,T,U Jasa lainnya 0,972 1,053 1,051 0,943 Lebih lambat


dari Provinsi
Sumber: Hasil analisis penulis, 2023

362
Sehubungan dengan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data PDRB
ADHK Kota Surabaya tahun 2018–2022, terdapat lapangan usaha basis dan nonbasis, serta
lapangan usaha yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari provinsi. Selain itu, tidak
ada lapangan usaha yang mencapai tingkat kemandirian atau setara dengan provinsi.
Dari 17 lapangan usaha, terdapat 11 lapangan usaha basis dan 6 nonbasis. Sedangkan,
dari sisi potensi perkembangan lapangan usaha, terdapat 5 lapangan usaha dengan kelajuan
pertumbuhan lebih cepat dari provinsi dan 12 lapangan usaha dengan kelajuan pertumbuhan
lebih lambat dari provinsi. Dari seluruhnya, terdapat 4 lapangan usaha yang merupakan
lapangan usaha basis dengan kelajuan lebih tinggi dari provinsi, yaitu lapangan usaha (1)
Transportasi dan Pergudangan, (2) Informasi dan Komunikasi, (3) Jasa Keuangan dan
Asuransi, dan (4) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Apabila ditipologikan untuk analisis
LQ, keempat lapangan usaha tersebut dapat dikategorikan sebagai lapangan usaha unggulan
Kota Surabaya.
Sebaliknya, terdapat terdapat 5 lapangan usaha yang sekaligus merupakan non-basis
dengan pertumbuhan lebih lambat dari provinsi, yaitu (1) Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan (5) Jasa lainnya. Kelimanya apabila
ditipologikan untuk analisis LQ dapat dikategorikan sebagai lapangan usaha terbelakang Kota
Surabaya.

B. Analisis Shift Share


Analisis shift-share merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kinerja perekonomian daerah beserta pertumbuhan atau pergeseran
strukturnya. Berbeda dengan LQD yang hanya membandingkan nilai PDRB ADHK
di Kabupaten Wonosobo dengan Provinsi Jawa Timur, analisis shift-share cenderung
lebih kompleks karena mempertimbangkan tiga jenis komponen pertumbuhan
perekonomian.
Komponen pertumbuhan tersebut meliputi Komponen Pertumbuhan Nasional
(KPN), Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP), dan Komponen Pertumbuhan
Pangsa Wilayah (KPPW). Akan tetapi, dalam hal ini untuk konteks perhitungan
perekonomian pada level kabupaten nilai KPN konstan (yaitu pada kasus ini bernilai
0.23), sehingga dapat diasumsikan tidak perlu dimasukkan ke dalam perhitungan dan
menghasilkan nilai Pertumbuhan Ekonomi Bersih atau biasa disebut shift share.
Perhitungan shift-share dilakukan berdasarkan rumus berikut:

363
Kemudian, diasumsikan KPN tidak dihitung sehingga rumus
tersebut berubah menjadi berikut:

Keterangan:
PE : Pertumbuhan Ekonomi
PEB : Pertumbuhan Ekonomi Bersih (shift-share)
𝑌𝑡 : PDRB Provinsi Jawa Timur akhir tahun analisis
𝑌0 : PDRB Provinsi Jawa Timur awal tahun analisis
𝑌𝑖𝑡 : PDRB Provinsi Jawa Timur sektor i akhir tahun analisis
𝑌𝑖0 : PDRB Provinsi Jawa Timur sektor i awal tahun analisis
𝑦𝑖𝑡 ` : PDRB Kota Surabaya sektor i akhir tahun analisis
𝑦𝑖0 : PDRB Kota Surabaya sektor i awal tahun analisis

Kriteria :
● KPP < 0 artinya lapangan usaha di Kota Suwabaya memiliki
pertumbuhan lambat.
● KPPW ≥ 0 artinya lapangan usaha i di Kota Surabaya
mempunyai daya saing yang tinggi dibandingkan dengan
lapangan usaha i di wilayah lainnya di Provinsi Jawa Timur.
● KPPW < 0 artinya lapangan usaha i di Kota Surabaya
mempunyai daya saing yang rendah dibandingkan dengan
lapangan usaha i di wilayah lainnya di Provinsi Jawa Timur.
● Shift-share ≥ 0 artinya lapangan usaha memiliki pertumbuhan
atau mengalami pergeseran progresif.

364
● Shift-share < 0 artinya lapangan usaha merupakan sektor yang
mengalami kemunduran dan lambat laun tertinggal.

Berdasarkan rumus dan dasar interpretasi tersebut, diperoleh


hasil sebagai berikut:

365
Tabel 4.7.3 Hasil Perhitungan Shift-Share Kota Surabaya Tahun 2018-2022

Kategori Lapangan Dasar Perhitungan KPP KKPW Shift Share


Usaha/Industry
Yit/Yio Yt/Yo yit/yio Hasil Kesimpulan Hasil Kesimpulan Hasil Kesimpulan

A Pertanian, Kehutanan, 1,060 1,12 0,986 -0,064 Pertumbuhan -0,074 Daya Saing -0,138 Pergeseran Tidak
dan Perikanan
Lambat Rendah Progresif

B Pertambangan dan 0,870 0,920 0,870 Pertumbuhan 0,050 Daya Saing 0,920 Pergeseran Progresif
Penggalian
Cepat Tinggi

C Industri Pengolahan 1,149 1,153 1,149 Pertumbuhan 0,004 Daya Saing 1,153 Pergeseran Progresif
Cepat Tinggi

D Pengadaan Listrik dan 1,126 1,075 1,126 Pertumbuhan -0,051 Daya Saing 1,075 Pergeseran Progresif
Gas
Cepat Rendah

E Pengadaan Air, 1,188 1,166 1,188 Pertumbuhan -0,022 Daya Saing 1,166 Pergeseran Progresif
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Cepat Rendah
Ulang

F Konstruksi 1,116 1,108 1,116 Pertumbuhan -0,008 Daya Saing 1,108 Pergeseran Progresif
Cepat Rendah

G Perdagangan Besar 1,150 1,112 1,150 Pertumbuhan -0,038 Daya Saing 1,112 Pergeseran Progresif
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Cepat Rendah
Motor

366
H Transportasi dan 1,139 1,191 1,139 Pertumbuhan 0,052 Daya Saing 1,191 Pergeseran Progresif
Pergudangan
Cepat Tinggi

I Penyediaan 1,105 1,063 1,105 Pertumbuhan -0,042 Daya Saing 1,063 Pergeseran Progresif
Akomodasi dan
Makan Minum
Cepat Rendah

J Informasi dan 1,317 1,260 1,317 Pertumbuhan -0,058 Daya Saing 1,260 Pergeseran Progresif
Komunikasi
Cepat Rendah

K Jasa Keuangan dan 1,081 1,060 1,081 Pertumbuhan -0,021 Daya Saing 1,060 Pergeseran Progresif
Asuransi
Cepat Rendah

L Real Estat 1,179 1,144 1,179 Pertumbuhan -0,034 Daya Saing 1,144 Pergeseran Progresif
Cepat Rendah

M,N Jasa Perusahaan 1,065 1,070 1,065 Pertumbuhan 0,005 Daya Saing 1,070 Pergeseran Progresif
Cepat Tinggi

O Administrasi 1,039 1,013 1,039 Pertumbuhan -0,026 Daya Saing 1,013 Pergeseran Progresif
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Cepat Rendah
Jaminan Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 1,135 1,103 1,135 Pertumbuhan -0,032 Daya Saing 1,103 Pergeseran Progresif
Cepat Rendah

Q Jasa Kesehatan dan 1,253 1,251 1,253 Pertumbuhan -0,002 Daya Saing 1,251 Pergeseran Progresif
Kegiatan Sosial
Cepat Rendah

367
R,S,T,U Jasa lainnya 1,089 1,032 1,089 Pertumbuhan -0,057 Daya Saing 1,032 Pergeseran Progresif
Cepat Rendah

Sumber: Hasil analisis penulis, 2023

368
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 16
lapangan usaha yang memiliki nilai shift-share lebih dari atau sama
dengan nol, artinya lapangan-lapangan usaha tersebut bersifat progresif
atau bergerak maju. Pada dasarnya, semakin besar nilai KPP atau
pertumbuhan proporsional lapangan usaha, serta semakin besar nilai
KPPW atau pertumbuhan pangsa wilayah yang menunjukkan adanya
daya saing, maka semakin besar pula kemungkinan nilai shift-share
menjadi positif, sebab shift-share merupakan hasil penjumlahan
keduanya.
Dengan begitu dapat diartikan pula bahwa 16 lapangan usaha
yang memiliki nilai shift-share lebih dari atau sama dengan nol
dimungkinkan merupakan lapangan usaha yang paling memiliki
pertumbuhan dengan kecenderungan lebih cepat serta berdaya saing
lebih besar. Atau setidaknya, apabila pertumbuhannya lambat maka
daya saingnya sangat unggul sehingga dapat mendorong hasil
keduanya, dan sebaliknya. Rincian 16 lapangan usaha tersebut, yaitu:

● Pertambangan dan Penggalian


● Industri Pengolahan
● Pengadaan Listrik dan Gas
● Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
● Konstruksi
● Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor
● Transportasi dan Pergudangan
● Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
● Informasi dan Komunikasi
● Jasa Keuangan dan Asuransi
● Real Estat
● Jasa Perusahaan
● Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
● Jasa Pendidikan
● Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

369
● Jasa lainnya

C. Analisis Sektor Unggulan

Penetapan sektor unggulan dilakukan berdasarkan analisis-analisis yang telah


dilakukan sebelumnya dengan metode Tipologi Klassen. Melalui metode tersebut
dilakukan penginteraksian kesimpulankesimpulan dari analsisi LQS, LQD, dan
shift-share, kemudian dikategorisasikan menjadi empat, yaitu lapangan usaha
unggulan, potensial, berkembang dan terbelakang dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 4.7.4 Kriteria Tipologi Klassen Sektor Unggulan Kota Surabaya


No. Tipologi Klassen LQS LQD Shift Share
1 Unggulan >1 >1 >0
2 Potensial >1 >1 <0
3 Berkembang >1 <1 <0/>0
<1 >1 <0/>0
4 Terbelakang <1 <1 >0
<1 <1 <0
Sumber: Hasil olahan data, 2023

Berdasarkan standar tersebut maka diperoleh hasil Tipologi Klassen sebagai berikut:

Tabel 4.7.5 Kuadran Sektor Unggulan Kota Surabaya Tahun 2018-2022

Kuadran II – Lapangan Usaha Potensial Kuadran I – Lapangan Usaha Unggulan

● Transportasi dan Pergudangan


● Informasi dan Komunikasi
● Jasa Keuangan dan Asuransi
● Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Kuadran III – Lapangan Usaha Berkembang Kuadran IV – Lapangan Usaha


Terbelakang

370
● Pengadaan Listrik dan Gas ● Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
● Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, ● Pertambangan dan Penggalian
Limbah dan Daur Ulang ● Industri Pengolahan
● Konstruksi ● Administrasi Pemerintahan,
● Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Mobil dan Sepeda Motor ● Jasa lainnya
● Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
● Real Estat
● Jasa Perusahaan
● Jasa Pendidikan

Sumber: Hasil analisis penulis, 2023

Berdasarkan kuadran tersebut, terlihat bahwa Kota Surabaya memiliki 4


lapangan usaha unggulan yang menjadi sektor basis dengan laju pertumbuhan lebih
cepat dari provinsi dan memiliki perkembangan yang progresif, yaitu lapangan usaha
Transportasi dan Pergudangan, Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan
Asuransi, dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Sementara itu, untuk tidak ada lapangan usaha yang masuk ke dalam kuadran
II yang berarti tidak ada Lapangan Usaha Potensial. Kemudian di kuadran III terdapat
8 lapangan usaha yang masuk di dalamnya dan menjadi lapangan usaha berkembang
di Kota Surabaya. Sedangkan untuk lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan Jasa lainnya termasuk ke
dalam kuadran IV dan menjadi sektor terbelakang di Kota Surabaya.

4.7.2 Analisis Ketenagakerjaan

Tabel 4.7.6 Angka Tenaga Kerja Kecamatan Genteng tahun 2022

Kelompok
Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur

15-19 TH 2,266 2,251 4,517


20-24 TH 2,263 2,108 4,371
25-29 TH 2,215 2,052 4,267
30-34 TH 1,978 1,940 3,918
35-39 TH 2,295 2,360 4,655
40-44 TH 2,217 2,240 4,457

371
45-49 TH 2,094 2,151 4,245
50-54 TH 1,842 1,999 3,841
55-59 TH 1,609 1,765 3,374
60-64 TH 1,331 1,514 2,845
Sumber: Kecamatan Genteng dalam Angka 2022

Tabel 4.7.7 Angka Tenaga Kerja Per Kelurahan Kecamatan Genteng tahun 2022

Tenaga Kerja Genteng Per Kelurahan

Kelurah 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
an Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu
n n n n n n n n n n

Embong
1,001 908 878 776 991 960 886 782 654 540
Kaliasin

Ketaban
524 515 489 440 540 590 566 508 411 387
g

Genteng 623 625 613 562 636 636 593 579 516 445

Peneleh 1,056 1,027 1,029 999 1,143 992 981 914 843 725

Kapasari 1,313 1,296 1,258 1,141 1,345 1,279 1,219 1,058 950 748

Jumlah 4,517 4,371 4,267 3,918 4,655 4,457 4245 3,841 3,374 2,845
Sumber: Kecamatan Genteng dalam Angka 2022

Dari informasi tenaga kerja yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan
Genteng memiliki jumlah tenaga kerja yang signifikan. Namun, mayoritas dari kelompok
usia produktif, khususnya usia 15-19 tahun, masih berstatus sebagai pelajar dan tidak bekerja.

4.8 Analisis Transportasi (Pergerakan)


4.8.1 Analisis Sistem Kegiatan
Karakteristik sistem kegiatan dapat dibedakan menurut skala pelayanannya, seperti
aktivitas dengan skala pelayanan utama, skala pelayanan kota, serta skala pelayanan lokal
(lingkungan). Secara umum, kegiatan dengan skala pelayanan utama berupa aktivitas tingkat
internasional, nasional, maupun tingkat regional provinsi. Kegiatan skala pelayanan kota
dapat berupa aktivitas yang melayani suatu wilayah administrasi perkotaan, seperti dalam
lingkup kecamatan dan wilayah administrasi di bawahnya. Menurut RTRW Kota Surabaya
Tahun 2014-2034, Kecamatan Genteng menjadi pusat perdagangan dan jasa yang
pelayanannya berskala regional atau perdagangan grosir, serta diarahkan menjadi kegiatan
perdagangan yang memiliki spesifikasi tertentu. Meskipun demikian, Kecamatan Genteng

372
pun memiliki ragam kegiatan dengan skala pelayanan yang berbeda. Adapun ragam kegiatan
yang berkembang di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng sebagai berikut.

Tabel 4.8.1 Skala Pelayanan Sistem Kegiatan

Bentuk Aktivitas Skala Pelayanan Gambar

Perdagangan dan Jasa

Perkantoran

Peribadatan

Pendidikan

Sumber: Analisis Penulis, 2023

373
4.8.2 Analisis Sistem Jaringan
Analisis sistem jaringan seharusnya sesuai dengan sistem kegiatan terbentuk di suatu
wilayah. Ketersediaan sistem jaringan mempengaruhi berlangsung atau tidaknya sebuah
sistem kegiatan. Sistem jaringan memiliki posisi penting dalam pelayanan transportasi dan
menjadi prasyarat untuk terjadinya suatu sistem pergerakan. Dengan penekanan bahwa sistem
kegiatan tidak dapat menghasilkan suatu pergerakan tanpa adanya sistem jaringan itu sendiri.
Sebagai upaya pembentukan sistem pelayanan transportasi, maka perlu telaah lebih lanjut
terkait sarana dan prasarana pendukung kegiatan serta pergerakan yang keseluruhannya dapat
dilakukan dengan analisis sistem jaringan. Analisis sistem jaringan jalan meliputi kajian
terhadap jaringan jalan yang meliputi pola jaringan jalan, sistem jaringan, fungsi, dan dimensi
jalan, volume lalu lintas, kapasitas jalan, derajat kejenuhan, tingkat pelayanan jalan, serta
optimalisasi ruas jalan. Analisis Pola jaringan jalan berhubungan dengan morfologi sebuah.
Analisis terhadap sistem jaringan, fungsi, dan dimensi jalan dalam hal ini dilakukan untuk
mengukur kesesuaian jalan berdasarkan standar yang ditetapkan kemudian menentukan
analisis untuk volume lalu lintas dengan melihat banyaknya kendaraan. Untuk analisis
kapasitas jalan, secara definitif merupakan arus lalu lintas maksimum dalam satuan skr/jam
(smp) yang dapat derajat kejenuhan berkaitan dengan ukuran utama yang digunakan untuk
menentukan tingkat kinerja segmen jalan. Setelah mendapatkan hasil dari volume lalu lintas,
kapasitas jalan, dan derajat kejenuhan secara berurutan maka didapatkan hasil dari analisis
level of service (LoS) atau tingkat pelayanan jalan dan selanjutnya menganalisis optimalisasi
ruas jalan. Mengenai sistem jaringan yang dapat dilihat dari jaringan jalan, maka dapat
dijabarkan sistem jaringan jalan di Kecamatan Genteng antara lain sebagai berikut.

a. Pola Jaringan Jalan


Dasarnya, pola atau tipe jaringan jalan fokus pada bentuk atau morfologi
suatu jalan. Morlok (1978:62) mengelompokkan pola ideal jaringan jalan ke
dalam kategori grid, radial, cincin radial, spinal, heksagonal, dan delta. Dari
pengamatan melalui Google Earth, terlihat bahwa pola jaringan jalan di
Kecamatan Genteng membentuk pola Grid dan Spinal. Pola grid sendiri
memiliki ciri jalur utamanya relatif lurus dan rute rute paralel bertemu dengan
interval yang teratur dan saling bersilang dengan kelompok rute lainnya yang
memiliki karakteristik serupa. Pola grid memiliki keuntungan yaitu persil dan
bloknya sekilas terlihat tersusun rapi dan teratur tentunya hal ini memiliki nilai
tambah secara visual. Pola grid memberikan kemudahan pergerakan menujuu
beberapa titik kegiatan tanpa perlu melalui pusat-pusat kegiatan. Pada Pola
Grid tidak selalu memiliki potensi saja tetapi juga permasalahan, karena jalan
yang terbentuk membuat potensi kepadatan lalu lintas lebih tinggi karena
banyaknya persimpangan jalan melintang. Selain pola jaringan jalan grid, pola
jaringan jalan Spinal juga terdapat pada sebagian kecil di Kecamatan Genteng.

374
Gambar 4.8.1 Ilustrasi Pola Jaringan Jalan di Kecamatan Genteng

Sumber : Analisis Penulis, 2023

375
b. Sistem Jaringan, Fungsi, dan dimensi Jalan
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan yang terdiri dari sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang saling terhubung
dalam suatu hierarki, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah
No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan. Fungsi jalan, yang mencakup jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, merupakan kegunaan atau
manfaat dari jalan, sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Undang - Undang No. 38
Tahun 2004 Tentang Jalan.
Sementara itu, dimensi atau geometri jalan, yang dijelaskan oleh
Ruslam dan Idham (2020), mencakup aspek seperti penampang melintang,
penampang memanjang, dan elemen fisik lainnya yang terkait dengan bentuk
jalan. Konsep geometri jalan juga melibatkan ruang pemanfaatan jalan
(Rumaja), ruang milik jalan (Rumija), dan ruang pengawasan jalan (Ruwasja),
sesuai dengan Pasal 34, 39, dan 44 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan. Standar minimum untuk sistem jaringan, fungsi, dan dimensi
jalan dapat ditemukan dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan.

Tabel 4.8.2 Standar Minimum Sistem Jaringan, Fungsi, dan Dimensi Jalan

Standar Minimal Standar Minimal


Sistem Jaringan dan Fungsi
No. Lebar Badan Kecepatan
Jalan
Jalan (m) (km/jam)

1 Arteri Primer 11 60

2 Arteri Sekunder 11 30

3 Kolektor Primer 9 40

4 Kolektor Sekunder 9 20

5 Lokal Primer 7,5 20

6 Lokal Sekunder 7,5 10

7 Lingkungan 6,5 10-15


Sumber: Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 Tentang jalan

Berdasarkan standar di atas dan hasil survei, maka dapat dijabarkan


kesesuaian kondisi eksisting sistem jaringan,fungsi,dan dimensi jalan terhadap
standar minimum di Kecamatan Genteng antara lain sebagai berikut.

Tabel 4.8.3 Sampel Kesesuaian Sistem Jaringan,Fungsi, dan Dimensi Jalan dengan Standar
Minimum Kecamatan Genteng 2023

No Nama Ruas Jalan Sistem Jaringan Standar Lebar Badan Kesesuaian

376
dan Fungsi Jalan Lebar Badan Jalan
Jalan (m) Eksisting (m)

1 Jl.Kusuma bangsa Arteri Primer 11 23 Sesuai

2 Jl. Simpang Dukuh Arteri Sekunder 11 18 Sesuai

3 Jl. Urip Sumoharjo Arteri Sekunder 11 11 Sesuai

4 Jl. Ngaglik Arteri Sekunder 11 14 Sesuai

Jl. Kombes Pol M.


5 Kolektor Sekunder 9 7 Tidak Sesuai
Duryat

Jl. Plampitan
6 Lokal Sekunder 7,5 5 Tidak Sesuai
Kalimir

Jl. Embong
7 Lokal Sekunder 7,5 6 Tidak Sesuai
Tanjung

8 Jl. Keputran Pasar Lingkungan 6,5 6,5 Sesuai


Kecil
Sumber : Analisis Penulis, 2023

c. Volume Lalu Lintas


Analisis terhadap volume lalu lintas melibatkan pemeriksaan jumlah
kendaraan yang melewati suatu titik atau garis tertentu dalam satuan skr/jam
(smp). Dalam konteks ini, ruas jalan yang menjadi fokus analisis adalah yang
memiliki fungsi utama atau terletak di kawasan industri. Pemilihan ini
didasarkan pada struktur kegiatan di Kecamatan Rungkut, di mana salah satu
pusat kegiatan berlokasi di kawasan industri. Konsentrasi kegiatan di kawasan
industri berpotensi menyebabkan peningkatan kepadatan lalu lintas di
sekitarnya. Beberapa contoh ruas jalan yang diambil sebagai sampel termasuk
Jl Walikota Mustajab, Jl.Sonokembang, Jl.Ngaglik, Jl.Jaksa Agung,
Jl.Pengampon dengan karakteristik khusus untuk masing-masing sampel ruas
jalan tersebut.

Tabel 4.8.4 Karakteristik Sampel Ruas Jalan dalam Analisis Volume Lalu Lintas Kecamatan
Genteng tahun 2023

Lebar Lebar
Sistem Jaringan
Tipe Lebar Median Trotoar dan
No Nama Ruas Jalan dan Fungsi
Jalan Jalur (m) Jalan RTH Tepi
Jalan
(m) Jalan (m)

1 Jl Walikota Mustajab Kolektor 3/1T 2 2 1,5


Sekunder

377
2 Jl. SonoKembang Kolektor 4/2T 2 1,5 2
Sekunder

3 Jl. Ngaglik Arteri Sekunder 4/1T 3 2 2

4 Jl. Jaksa Agung Kolektor 6/2T 4 2 1,5


Suprapto Sekunder

5 Jl Pengampon Kolektor 6/2T 3 1.5 1


Sekunder
Sumber: Analisis Penulis, 2023

Untuk melakukan analisis volume lalu lintas, digunakan data yang


diperoleh dari hasil traffic counting, yaitu pencatatan volume kendaraan yang
melintas di setiap ruas jalan. Dalam proses traffic counting, kendaraan
diklasifikasikan ke dalam 3 kelas, termasuk sepeda motor (SM), Kendaraan
Ringan (LV), Kendaraan Berat(HV). Sepeda motor dalam konteks ini
mencakup kendaraan bermotor roda 2 dan 3 dengan panjang tidak lebih dari
2,5 m. Kendaraan ringan melibatkan mobil penumpang (sedan, jeep, station
wagon, opelet, minibus, mikrobus), pickup, dan truk kecil, dengan panjang
kendaraan tidak lebih dari atau sama dengan 5,5 m. Kendaraan sedang
mencakup bus dan truk 2 sumbu dengan panjang tidak lebih dari atau sama
dengan 12 m. Kendaraan berat melibatkan truk 3 sumbu dan truk kombinasi
(truk gandengan atau truk tempelan) dengan panjang lebih dari 12 m.
Untuk menghitung volume setiap jenis kendaraan, data dikonversi ke
dalam satuan skr/jam menggunakan nilai ekivalen kendaraan ringan (ekr)
sesuai Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia (PKJI) Tahun 2023. Nilai ekivalen
kendaraan ringan (ekr) untuk setiap jenis jalan dan volume kendaraan dapat
ditemukan dalam analisis tersebut.

Tabel 4.8.5 Ekivalensi Kendaraan Ringan untuk Jalan Terbagi dan Satu Arah
Arus Lalu Ekivalensi Kendaraan Ringan
Lintas Per (ekr)
Tipe Jalan
Lajur
(Kend/Jam) KB SM

2/1 dan 4/2 T < 1050 1,3 0,4

≥ 1050 1,2 0,25

3/1 dan 6/2 D < 1100 1,3 0,4

≥ 1100 1,2 0,25


Sumber : Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia, 2023

Berdasarkan nilai ekivalen kendaraan ringan (ekr), maka volume


kendaraan berat (KB) dan sepeda motor (SM) akan dikonversi ke dalam

378
satuan kendaran ringan (skr) per jam menggunakan nilai tersebut. Sedangkan
untuk kendaraan ringan (KR) dan kendaraan sedang (KS) tidak dilakukan
konversi dan dianggap sudah dalam satuan skr/jam, mengingat tidak adanya
pedoman yang mengatur nilai konversi untuk kedua jenis kendaraan tersebut.
Adapun dalam hal ini, kendaraan tak bermotor tidak diikutsertakan dalam
perhitungan volume lalu lintas. Adapun hasil perhitungan volume lalu lintas di
sampel ruas jalan Kecamatan Genteng 2023 antara lain sebagai berikut.

Tabel 4.8.6 Hasil Traffic Counting Pukul 10.00-11.00


Pagi (10.00-11.00)
No. Nama Jalan
KR SM KB
1 Jl Kalianyar 480 576 26
Jl Undaan Kulon (Taman Buah Undaan -
324 421 8
Soto Ayam Hartono)
2
Jl Undaan Kulon (Soto Ayam Hartono - PT.
378 431 16
Buana)
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Utara) 90 120 7
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Selatan) 162 190 12
4 Jl Tunjungan 2,640 1,312 36
5 Jl Panglima Sudirman 1,168 1,254 3
6 Jl Basuki Rahmat (Wyndham-Tunjungan) 1,624 2,005 36
7 Jl Basuki Rahmat (BRI Tower-Wyndham) 1,548 1,902 26
Sumber : Analisis Penulis

Tabel 4.8.7 Hasil Traffic Counting Pukul 13.00-14.00


Siang (13.00-14.00)
No. Nama Jalan
KR SM KB
1 Jl Kalianyar 344 334 130
Jl Undaan Kulon (Taman Buah Undaan -
390 333 65
Soto Ayam Hartono)
2
Jl Undaan Kulon (Soto Ayam Hartono - PT.
403 363 91
Buana)
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Utara) 102 115 14
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Selatan) 234 235 20
4 Jl Tunjungan 1,404 774 26
5 Jl Panglima Sudirman 1,136 837 104
6 Jl Basuki Rahmat (Wyndham-Tunjungan) 1,354 864 21

379
7 Jl Basuki Rahmat (BRI Tower-Wyndham) 1,124 779 26
Sumber : Analisis Penulis

Berdasarkan nilai ekivalen kendaraan ringan (ekr), maka volume


kendaraan berat (KB) dan sepeda motor (SM) akan dikonversi ke dalam
satuan kendaran ringan (skr) per jam menggunakan nilai tersebut. Sedangkan
untuk kendaraan ringan (KR) dan kendaraan sedang (KS) tidak dilakukan
konversi dan dianggap sudah dalam satuan skr/jam, mengingat tidak adanya
Setelah mendapatkan data traffic counting, maka dapat dihitung q
(volume lalu lintas) berupa SMP/Jam. Adapun hasil q dalam wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng sebagai berikut.

Tabel 4.8.8 Volume Lalu Lintas (SMP/Jam)


No. Nama Jalan q (SMP/Jam)
1 Jl Kalianyar 945
Jl Undaan Kulon (Taman Buah Undaan - Soto Ayam
770
Hartono)
2
Jl Undaan Kulon (Soto Ayam Hartono - PT. Buana) 841

3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Utara) 224


3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Selatan) 426
4 Jl Tunjungan 3,096
5 Jl Panglima Sudirman 2,251
6 Jl Basuki Rahmat (Wyndham-Tunjungan) 2,952
7 Jl Basuki Rahmat (BRI Tower-Wyndham) 2,703
Sumber : Analisis Penulis

Menurut hasil analisis, volume lalu lintas (SMP/Jam) dengan nilai


paling banyak adalah Jalan Tunjungan dan Jalan Basuki Rahmat. Jalan
Tunjungan dan Jalan Basuki Rahmat merupakan pusat perdagangan dan jasa,
terdapat pusat kuliner di Jalan Tunjungan, serta pusat perbelanjaan di Jalan
Basuki Rahmat (Tunjungan Plaza). Hal ini menyebabkan pergerakan
masyarakat menuju pusat-pusat kegiatan perdagangan dan jasa tersebut
semakin banyak.

d. Kapasitas Jalan

Kapasitas jalan merupakan jumlah maksimum kendaraan yang dapat


melintasi sebuah ruas jalan. Berdasarkan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia
(PKJI) 2023, untuk mendapatkan nilai kapasitas jalan dapat dihitung melalui
rumus berikut.

380
C = C0 × FCLJ × FCPA × FCHS × FCUK
Keterangan:
C : Kapasitas segmen jalan yang dapat diamati dengan satuan SMP/Jam.
C0 : Kapasitas dasar kondisi segmen jalan yang ideal dengan satuan
SMP/Jam.
FCLJ : Faktor koreksi kapasitas akibat perbedaan lebar jalur atau jalur lalu
lintas dari kondisi idealnya.
FCPA : Faktor koreksi kapasitas akibat Pemisahan Arah lalu lintas (PA) dan
hanya berlaku untuk tipe jalan tak terbagi.
FCHS : Faktor koreksi kapasitas akibat kondisi KHS pada jalan yang
dilengkapi bahu atau dilengkapi kereb dan trotoar dengan ukuran
yang tidak ideal.
FCUK : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota yang berbeda dengan
ukuran kota ideal.

Adapun hasil perhitungan kapasitas jalan menurut Pedoman Kapasitas


Jalan Indonesia (PKJI) 2023 sebagai berikut.

Tabel 4.8.9 Kapasitas Jalan (SMP/Jam)


No. Nama Jalan C0 FCLJ FCPA FCHS FCUK C
1 Jl Kalianyar 1700 0.92 1 0.89 1.04 1448
Jl Undaan Kulon (Taman Buah
1700 0.96 1 0.82 1.04 1392
Undaan - Soto Ayam Hartono)
2
Jl Undaan Kulon (Soto Ayam
1700 0.96 1 0.82 1.04 1392
Hartono - PT. Buana)
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Utara) 1700 1 1 0.96 1.04 1697
Jl Jaksa Agung Suprapto
3 1700 1 1 0.96 1.04 1697
(Selatan)
4 Jl Tunjungan 1700 1.08 1 0.82 1.04 1566
5 Jl Panglima Sudirman 1700 0.92 1 0.92 1.04 1496
Jl Basuki Rahmat
6 1700 1.08 1 0.92 1.04 1757
(Wyndham-Tunjungan)
Jl Basuki Rahmat (BRI
7 1700 1.08 1 0.92 1.04 1757
Tower-Wyndham)
Sumber : Analisis Penulis

Menurut hasil analisis, kapasitas jalan (SMP/Jam) dengan nilai paling


tinggi adalah Jalan Basuki Rahmat. Jalan Basuki Rahmat merupakan jalan
yang berada pada zona vital, yaitu pusat perdagangan dan jasa, serta beberapa
penggunaan lahan lainnya, sehingga terjadi banyakanya pergerakan yang
melalui jalan tersebut. Banyaknya pergerakan akan dibandingkan dengan
kapasitas segmen jalan sehingga dapat ditentukan tingkat pelayanan suatu
jalan pada tahap selanjutnya.

381
e. Derajat Kejenuhan

Untuk menentukan tingkat pelayanan jalan (Level of Services, LoS),


perlu dilakukan perhitungan derajat kejenuhan atau degree of saturation (DS).
Derajat kejenuhan merupakan perbandingan arus terhadap kapasitas untuk
menjadi faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpang dan segmen
jalan. Nilai DS menunjukkan kualitas kinerja suatu arus lalu lintas. Apabila
nilai mendekat nol, maka arus tersebut tidak jenuh, sedangkan nilai yang
mendekati satu menunjukkan bahwa kondisi arus memiliki kepadatan tertentu.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung derajat kejenuhan suatu
ruas jalan.

DS = q/C

Keterangan:
q : Volume lalu lintas (SMP/Jam)
C : Kapasitas segmen jalan yang dapat diamati dengan satuan SMP/Jam.

Adapun hasil perhitungan tingkat kejenuhan dapat diklasifikasikan


menjadi enam kategori LoS sebagai berikut.

Tabel 4.8.10 Klasifikasi Level of Service


Tingkat Nilai
Karakteristik Lalu Lintas
Pelayanan DS
Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, pengemudi 0,00 -
A
dapat memilih kecepatan yang diinginkan tanpa hambatan. 0,20
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi oleh
0,20 -
B kondisi lalu lintas. Pengemudi memiliki kebebasan yang
0,44
cukup untuk memilih kecepatan.
Arus stabil tetapi kecepatan dan gerak kendaraan 0,45 -
C
dikendalikan, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan. 0,74
0,75 -
D Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih dikendalikan.
0,84
Volume lalu lintas mendekati/berada pada kapasitas, arus 0,85 -
E
tidak stabil, kecepatan terkadang terhenti. 1,00
Arus yang dipaksakan atau macet, kecepatan rendah, dalam
F >1,00
keadaan antrian kecepatan turun sampai 0.
Sumber : PKJI 2023

Analisis LoS yang telah dilakukan akan menghasilkan nilai DS yang


dapat mengklasifikasikan ruas jalan tersebut menurut tingkat pelayanannya.
Berikut merupakan hasil perhitungan DS, serta klasifikasi jalan menurut
tingkat pelayanannya.

382
Tabel 4.8.11 Klasifikasi Level of Service Eksisting
Derajat Tingkat Pelayanan
No. Nama Jalan
Kejenuhan Jalan
1 Jl Kalianyar 0.65 C
Jl Undaan Kulon (Taman Buah Undaan -
0.55 C
Soto Ayam Hartono)
2
Jl Undaan Kulon (Soto Ayam Hartono - PT.
0.60 C
Buana)
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Utara) 0.13 A
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Selatan) 0.25 B
4 Jl Tunjungan 1.98 F
5 Jl Panglima Sudirman 1.50 F
6 Jl Basuki Rahmat (Wyndham-Tunjungan) 1.68 F
7 Jl Basuki Rahmat (BRI Tower-Wyndham) 1.54 F
Sumber : Analisis Penulis

4.8.3 Analisis Sistem Pergerakan


Dalam Pola Pergerakan terdapat dua tipe yang akan di analisis, seperti Analisis Pola
pergerakan manusia/orang dan pergerakan barang. Analisis Pola Pergerakan Manusia
menggunakan Four Step Mode yang diperlukan untuk menentukan tempat yang padat
kegiatan dalam tahun sekarang hinga proyeksi 20 tahun kedepan dan menentukan bagaimana
solusi dari hasil tersebut.
Tahap yang pertama menggunakan Trip Generation, dalam Trip generation ini
merupakan tahapan yang digunakan untuk memperkirakan atau mengetahui jumlah
pergerakan tiap zona, dalam analisis ini adalah jumlah pergerakan menuju sekolah atau
tempat pendidikan di Kecamatan Genteng. Trip Generation bertujuan untuk mengetahui
banyaknya pergerakan yang dihasilkan oleh suatu wilayah atau zona yang telah ditentukan.
Sebelum menganalisis pergerakan menggunakan Four Step Model, perlu adanya pembagian
zona terhadap Wilayah Perencanaan Kecamatan Genteng.

4.8.3.1 Traffic Analysis Zone


Pada penelitian kali, pembagian zona di Kecamatan Genteng didasarkan pada 3 hal,
jumlah penduduk, penggunaan lahan, batas jalan atau fisik. Berdasarkan hal-hal yang telah
disebutkan sebelumnya, Kecamatan Genteng terbagi menjadi 7 zona berdasarkan
pertimbangan ketiga hal tersebut. Zona terbagi berdasarkan karakteristik penggunaan lahan
yang homogen di setiap zona, jumlah penduduk yang masuk ke dalam klasifikasi medium
scale range dan juga dibatasi oleh jaringan jalan serta batas fisik berupa Sungai Kalimas yang
membelah Kecamatan Genteng.
Terdapat beberapa komponen yang ada di dalam TAZ penelitian ini, zona, centroid
zona, link berupa jaringan jalan arteri dan kolektor, serta connector link berupa jalan lokal.
Penentuan centroid didasarkan pada persimpangan yang berada di dalam zona serta minimal
harus terletak di fungsi jalan lokal.

383
Peta 4.8.1 Traffic Analysis Zone

Sumber : Analisis Penulis, 2023

384
4.8.3.2 Four Step Model Eksisting

a. Trip Generation
Analisis Trip Generation membutuhkan data-data seperti data jumlah
penduduk, jenis penggunaan lahan, luas bangunan, karakteristik sosial ekonomi,
aksesibilitas, jumlah rumah, dan lain-lain. Data-data tersebut merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi adanya suatu pergerakan perjalanan dari suatu wilayah atau zona.
Analisis Trip Generation di Kecamatan Genteng ini terdapat 7 zona yang
menghasilkan pergerakan perjalanan. Sebelum melakukan analisis Trip Generation,
dibutuhkan data-data dari faktor yang mempengaruhi adanya perjalanan menuju
sekolah sehingga dilakukan sebuah wawancara dan observasi lapangan. Berikut
merupakan analisis Trip Generation.

1. Trip Production (Bangkitan)


Dalam Analisis Trip Generation, terdapat 2 tipe pergerakan yaitu Bangkitan
dan Tarikan. Pergerakan bangkitan adalah aktivitas yang memproduksi suatu
pergerakan dari suatu wilayah atau zona. Pergerakan bangkitan dipengaruhi oleh
Jumlah Perjalanan, Pendapatan perzona dan jumlah kendaraan. Pada tahap ini penulis
menggunakan metode regresi linear berganda, dikarenakan faktor yang
mempengaruhi bangkitan Perjalanan Perdagangan dan Jasa setiap zona lebih dari satu
yakni, Pendapatan dan kepemilikan kendaraan pribadi. Dengan menggunakan aplikasi
SPSS didapat hasil sebagai persamaan atau model trip production dan hasil trip
production pada tabel berikut :

Y = Z(-0.531+0.068X1+0.49X2)

Tabel 4.8.12 Data Trip Production

Jumlah Perjalanan Belanja


Zona Pendapatan (Juta) Jumlah Kendaraan
(Dalam 1 Minggu)

1 75 66 29
2 30 21 10
3 59 53 30
4 83 47 26
5 75 67 44
6 44 32 22
7 182 87 55
Total 548 373 216
Sumber : Analisis Penulis

385
Tabel 4.8.13 Model Trip Production
Mean
Mean Kendaraan Per
Zona Jumlah Rumah (Z) Pendapatan Per Bangkitan
Zona (X)
Zona (X)
1 3689 2.6 2.3 2,804
2 2777 3.0 2.1 1,949
3 1635 2.0 1.8 766
4 1628 4.0 2.2 1,359
5 1868 3.4 3.0 2,229
6 3081 4.0 2.9 3,594
7 467 7.3 3.5 780
Total 15,145 26 18 13,480
Sumber : Analisis Penulis

2. Trip Attraction (Tarikan)


Dalam Analisis Trip Generation, terdapat 2 tipe pergerakan yaitu Bangkitan
dan Tarikan. Trip Attraction atau tarikan merupakan adanya suatu aktivitas dalam hal
ini adalah sekolah yang menarik adanya bangkitan di tiap zona atau wilayah.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi pergerakan tarikan adalah jumlah rumah dan
rata-rata kendaraan yang melakukan perjalan menuju Lokasi Perdagangan dan Jasa.
Trip Attraction (tarikan) bertujuan untuk mengetahui jumlah perjalanan yang terjadi
dari pusat-pusat kegiatan dalam hal ini adalah perdagangan dan jasa yang merupakan
tarikan perjalanan. Untuk melakukan analisis tarikan membutuhkan data-data seperti
luas perdagangan dan jasa, jumlah pergerakan perdagangan dan jasa, dan lain-lain.
Untuk mengetahui tarikan yang dihasilkan, harus dilakukan analisis regresi linear
menggunakan software SPSS dengan memasukkan variabel-variabel yang merupakan
faktor pengaruh adanya tarikan seperti Luas Lokasi Perdagangan dan Jasa, serta
jumlah pengunjung per zona. Hasil dari analisis teknik regresi ini akan merumuskan
persamaan yang akan digunakan untuk mengidentikan jumlah pergerakan sekolah di
tiap zona. Berikut merupakan rumus persamaan hasil analisis Trip Attraction.

Y = 191.554+ 0.038 X

Tabel 4.8.14 Data Trip Attraction

Zona Luas Perjas (m) Per Zona (X) Jumlah Pengunjung (Y)

386
1 15,551 3500
2 820 737
3 148,499 2078
4 51,122 1181
5 287,924 19918
6 304,750 10693
7 264,765 3653
Total 1,073,432 41,760
Sumber : Analisis Penulis

Tabel 4.8.15 Model Trip Production

Luas Perjas
Zona Total Tarikan Persentase Tarikan
(m2)

1 15,551 782.5 1.86% 250


2 820 222.7 0.53% 71
3 148,499 5834.5 13.85% 1,867
4 51,122 2134.2 5.07% 683
5 287,924 11132.7 26.42% 3,562
6 304,750 11772.1 27.94% 3,767
7 264,765 10252.6 24.33% 3,280
Total 1,073,432 42131.3 1 13,480
Sumber : Analisis Penulis

387
Peta 4.8.2 Bangkitan Eksisting

Sumber: Analisis Penulis, 2023

388
Peta 4.8.3 Tarikan Eksisting

Sumber : Analissi Penulis

389
b. Trip Distribution
Setelah melakukan analisis Trip generation selanjutnya melakukan analisis
Trip Distribution yang digunakan untuk mencari sebaran perjalanan yang
memperkirakan distribusi jumlah pergerakan dari zona asal ke zona tujuan.
Pendistribusian perjalanan dilakukan dengan membuat matriks asal-tujuan (MAT).
Dalam penelitian ini, digunakan Gravity Model (Doubly Constraint) untuk menyusun
MAT. MAT memuat ukuran aksesibilitas dalam fungsi waktu yang direalisasikan
dalam matriks waktu (Cid). Matriks waktu didapatkan dengan menghitung waktu
yang ditempuh suatu kendaraan dari suatu zona menuju zona lainnya dalam satuan
menit. Berikut merupakan hasil dari analisis Trip Distribution di Kecamatan Genteng.
Setelah mendapatkan matriks waktu, dilakukan pencarian beta (𝛃) untuk
menyusun matriks impedansi waktu f(Cid). Adapun untuk menemukan nilai beta (𝛃)
adalah menggunakan rumus sebagai berikut.

2,5
𝛃 = Σ𝐶𝑖𝑑
2
Σ𝑍𝑜𝑛𝑎

Keterangan:

𝛃 : Beta
ΣCid : Jumlah Cid
2
Σ𝑍𝑜𝑛𝑎 : Jumlah zona dipangkat dua

Berdasarkan rumus di atas, didapatkan hasil beta (𝛃) sebesar 0.39644. Hasil
tersebut didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut. Nilai beta (𝛃) yang telah
diperoleh digunakan untuk membuat matriks impedansi waktu f(Cid) dengan rumus
sebagai berikut.

f(Cid) = exp(-(𝛃)*C

390
Tabel 4.8.16 Matriks Waktu (Menit)
Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 2 7 8 10 12 15 15 69
2 4 2 7 8 9 12 11 53
3 7 7 1 8 3 6 5 37
4 10 8 8 2 6 6 6 46
5 7 5 3 6 2 5 4 32
6 10 7 6 6 4 3 5 41
7 9 5 5 6 3 2 1 31
Total 49 41 38 46 39 49 47 309
Sumber : Analisis Penulis, 2023

Tabel 4.8.17 Matriks Asal Tujuan Trip Distribution


Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total Oi
1 221 23 974 239 674 338 335 2,804 2,804
2 27 45 392 143 599 300 442 1,949 1,949
3 0 0 172 6 262 132 194 766 766
4 0 1 35 205 261 430 426 1,359 1,359
5 1 1 179 30 901 452 665 2,229 2,229
6 0 1 101 55 756 1,851 830 3,594 3,594
7 0 0 14 5 108 264 388 780 780
Total 250 71 1,867 683 3,562 3,767 3,280
13,480
Dd 250 71 1,867 683 3,562 3,767 3,280
Sumber : Analisis Penulis, 2023

391
Peta 4.8.4 Desire Lines Eksisting

Sumber : Analissi Penulis, 2023

392
c. Moda Split
Moda Split atau pemilihan moda bertujuan untuk mengalokasikan hasil
perhitungan trip distribution ke dalam berbagai jenis moda perjalanan. Analisis ini
dapat digunakan untuk memprediksi proporsi penggunaan moda berdasarkan tujuan
pergerakan. Pada laporan ini analisis berdasarkan tujuan pergerakan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa. Untuk moda perjalan yang dimaksud dalam laporan ini
berdasarkan hasil Home Based Interview terkait pemilihan moda yang digunakan
dalam perjalanan bersekolah yaitu motor dan mobil. Pada analisis ini menggunakan
metode Agregat Trip Interchanges Model. Untuk mendapatkan hasil matriks
pergerakan kendaraan, digunakan data matriks asal tujuan hasil Trip Distribution dan
hasil perhitungan probabilitas motor dan mobil. Menurut hasil moda split, pergerakan
terbesar menggunakan motor dijumpai dari zona 6 menuju zona 6 sebesar 422,21
SMP/Jam, sedangkan pergerakan terbesar menggunakan mobil dijumpai dari zona 1
menuju zona 1 sebesar 737,33 SMP/Jam.

Tabel 4.8.18 Matriks Pergerakan Motor


Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 47.45 5.22 235.22 57.79 162.85 86.07 76.37 670.97
2 6.18 9.64 99.77 36.44 136.73 72.60 106.90 468.26
3 0.09 0.06 36.77 1.40 56.26 30.01 49.34 173.93
4 0.08 0.13 8.91 43.92 59.60 98.16 97.24 308.04
5 0.18 0.31 38.44 6.76 193.16 103.04 142.60 484.49
6 0.11 0.26 24.45 13.27 162.08 422.21 189.27 811.65
7 0.02 0.06 3.09 1.20 24.57 63.69 83.23 175.85
Total 54.10 15.68 446.64 160.79 795.25 875.78 744.94 3093.18
Sumber : Analisis Penulis, 2023

Tabel 4.8.19 Matriks Pergerakan Mobil


Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 737.33 167.44 162.23 94.45 31.33 10.36 15.69 1218.84
2 110.40 471.19 79.04 68.41 39.90 13.26 25.23 807.43
3 4.52 11.15 173.20 11.86 73.92 24.68 39.71 339.03
4 3.73 15.93 21.05 373.22 51.88 61.45 78.67 605.92
5 15.17 59.66 222.50 80.70 311.92 104.15 214.04 1008.13
6 8.98 62.10 132.96 171.06 324.66 529.36 306.67 1535.79
7 1.48 13.95 23.54 18.86 45.42 73.71 164.35 341.31
Total 881.60 801.41 814.51 818.56 879.03 816.98 844.36 5856.46
Sumber : Analisis Penulis, 2023

393
Tabel 4.8.20 Matriks Pergerakan Motor dan Mobil
Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 785 173 397 152 194 96 92 1890
2 117 481 179 105 177 86 132 1276
3 5 11 210 13 130 55 89 513
4 4 16 30 417 111 160 176 914
5 15 60 261 87 505 207 357 1493
6 9 62 157 184 487 952 496 2347
7 1 14 27 20 70 137 248 517
Total 936 817 1261 979 1674 1693 1589 8950
Sumber : Analisis Penulis, 2023
Setelah menggabungkan kedua tabel perhitungan SMP motor dan
mobil. Maka dari itu, dapat dilihat hasil bahwa proyeksi pergerakan yang
paling banyak adalah pergerakan dari zona 6 menuju zona 6 yaitu 952
SMP/Jam.

d. Trip Assignment
Pemilihan rute atau Trip Assignment pada penelitian ini menggunakan
pendekatan All or Nothing yang berarti semua orang memiliki persepsi yang sama
dengan pemilihan rute dengan jarak terdekat dan waktu tempuh yang tercepat. Input
data pada tahapan kali ini menggunakan 3 jenis data, yaitu shapefile jaringan jalan
Kecamatan Genteng, node centroid zona, serta output mode split eksisting.
Pemodelan ini mempertimbangkan restriction serta impedance agar hasil model
mendekati keadaan eksisting yang ada. Restriction digunakan untuk
mengklasifikasikan jalan yang hanya memiliki 1 arah dan impedance digunakan untuk
menambahkan batasan atau limitasi kecepatan kendaraan dari masing-masing ruas
jalan berdasarkan fungsi jalan tersebut. Berikut, merupakan hasil Trip Assignment
Eksisting

394
Peta 4.8.5 Trip Assignment Eksisting

Sumber : Analisis Penulis, 2023

395
4.8.3.3 Four Step Model Proyeksi

a. Trip Generation
Analisis proyeksi trip generation di Kecamatan Genteng merupakan sebuah
penilaian mendalam terhadap potensi jumlah perjalanan yang akan dihasilkan oleh
penduduk dan kegiatan di daerah tersebut. Melalui penggunaan metode dan model
statistik yang relevan, data demografis, karakteristik wilayah, dan informasi tentang
pola pergerakan penduduk, proyeksi trip generation dapat memberikan pemahaman
yang komprehensif tentang mobilitas di Kecamatan Genteng. Analisis ini mencakup
perjalanan tarikan dan bangkitan pada wilayah tersebut. Informasi ini penting dalam
perencanaan transportasi dan pengembangan infrastruktur, serta dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengoptimalkan rancangan jaringan transportasi yang efisien dan
berkelanjutan di Kecamatan Genteng.

Tabel 4.8.21 Matriks Pergerakan Mobil


2023 2044
Zona
Bangkitan Tarikan Bangkitan Tarikan
1 2,804 1,925 1,542 157
2 1,949 1,923 1,257 44
3 766 1,924 273 1,178
4 1,359 1,926 741 430
5 2,229 1,932 1,395 2,248
6 3,594 1,926 2,797 2,377
7 780 1,925 501 2,070
Total 13,480 13,481 8,504 8,504
Sumber : Analisis Penulis, 2023
Berdasarkan hasil proyeksi Trip Generation yang menggunakan input data
proyeksi penduduk tahun 2044 ditemukan bangkitan dan tarikan yang tertinggi. Dari
analisis proyeksi Trip Generation pada tahun 2044 ditemukan bahwa bangkitan
tertinggi berada di zona 6 sebesar 2.797 pergerakan. Bangkitan tertinggi pada
perjalanan perdagangan dan jasa merujuk pada wilayah studi yang memiliki jumlah
perjalanan masyarakat yang paling tinggi. Hal ini menandakan bahwa wilayah
tersebut menjadi pusat atau sumber utama perjalanan masyarakat dari wilayah
sekitarnya. Untuk bangkitan terendah pada tahun 2044 berada di zona 3 sebesar 273
pergerakan. Hal ini menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki populasi
masyarakat yang lebih kecil.
Sedangkan untuk proyeksi tarikan tertinggi pada tahun 2044 sebesar 2.377
yang berada di zona 6. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki
wilayah perdagangan dan jasa dengan ukruran yang luas atau menarik perhatian di
sekitarnya. Misalnya, jika wilayah studi memiliki kegiatan perdagangan dan jasa yang
terkenal dengan berbagai produk/jasa yang ditawarkan sehingga hasil analisis

396
proyeksi trip generation menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki tarikan
tertinggi. Maka wilayah tersebut menjadi tujuan utama perjalanan masyarakat dari
zona atau area lainnya. Untuk proyeksi tarikan terendah pada tahun 2044 sebesar 44
berada di zona 2. Hal ini menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki wilayah
perdagangan dan jasa yang ukurannya jauh lebih sempit, kuantitas yang lebih sedikit,
serta kurang menarik.

397
Peta 4.8.6 Bangkitan Proyeksi

Sumber : Analissi Penulis

398
Peta 4.8.7 Tarikan Proyeksi

Sumber : Analissi Penulis

399
b. Trip Generation
Analisis proyeksi trip distribution digunakan untuk menghitung perkiraan
sebaran pergerakan pada masa yang akan datang. Data yang dibutuhkan untuk
melakukan analisis trip distribution untuk kebutuhan proyeksi sama dengan ketika
menghitung analisis trip distribution untuk kebutuhan eksisting. Dengan
menggunakan matriks waktu (Cid) dan matriks impedansi waktu (f(Cid)) yang sama,
sehingga nilai beta (𝛃) sama dengan trip distribution eksisting. Namun, dalam analisis
proyeksi, trip distribution menggunakan data bangkitan dan tarikan proyeksi yang
telah didapatkan melalui tahap proyeksi trip generation.
Pada tahap proyeksi trip distribution, tetap perlu dilakukan iterasi hingga nilai
Ai mencapai konvergen untuk mendapatkan matriks Tid. Dalam analisis proyeksi,
nilai Ai yang konvergen juga didapatkan pada iterasi ke-24. Setelah mendapatkan
nilai Ai yang konvergen, dapat dihitung persebaran pergerakan antarzona. Sama
seperti analisis trip distribution eksisting, luaran dari tahap ini adalah persebaran
pergerakan bersekolah di Kecamatan Genteng dalam bentuk peta desire lines dan
tabel matriks asal tujuan.
Dalam peta desire lines, semakin merah warna garis, maka semakin padat
pergerakan perjalanannya. Terdapat penambahan zona-zona yang memiliki interaksi
yang kuat karena nilai bangkitan dan tarikan yang meningkat pada tahun 2044 dan
dapat diklasifikasikan sebagai zona dengan pergerakan yang tinggi.

Tabel 4.8.22 Matriks Asal Tujuan Trip Distribution (Proyeksi)


Zona 1 2 3 4 5 6 7 SUM Oi
1 136 12 574 135 355 160 171 1,542 1,542
2 20 29 281 98 383 172 274 1,257 1,257
3 0 0 68 2 93 42 67 273 273
4 0 0 22 123 147 217 232 741 741
5 1 1 128 20 575 259 411 1,395 1,395
6 0 1 93 48 623 1,368 662 2,797 2,797
7 0 0 11 4 73 160 254 501 501

SUM 157 44 1,178 430 2,248 2,377 2,070


8,504
Dd 157 44 1,178 430 2,248 2,377 2,070
Sumber : Analisis Penulis, 2023

400
Peta 4.8.8 Desire Line Proyeksi

Sumber : Analissi Penulis, 2023

401
c. Moda Split
Dalam melakukan analisis moda split, data input yang digunakan adalah
Matriks pergerakan penumpang. Proses proyeksi moda split memiliki
langkah-langkah yang serupa dengan analisis moda split. Dalam proyeksi ini,
dilakukan untuk periode 20 tahun ke depan, yaitu tahun 2044, dan menggunakan input
proyeksi distribusi perjalanan untuk tahun 2044.
Pada tahap analisis moda split ini, terdapat dua jenis kendaraan yang
digunakan oleh masyarakat, yaitu sepeda motor dan mobil. Oleh karena itu,
perhitungan bagi probabilitas pemilihan moda dilakukan terpisah antara kendaraan
bermotor dan mobil. Asumsi bahwa persentase pemilihan moda di setiap zona tetap
sama seperti pada saat melakukan analisis moda split.

Tabel 4.8.23 Matriks Pergerakan Motor


Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 25.16 1.95 106.58 21.33 56.18 23.19 29.33 263.73
2 3.47 5.05 44.44 14.21 65.81 27.29 43.38 203.65
3 0.02 0.02 9.94 0.35 17.33 7.22 9.70 44.57
4 0.03 0.05 3.48 22.83 25.20 37.24 39.83 128.68
5 0.10 0.13 23.81 3.48 106.75 44.48 76.36 255.10
6 0.06 0.14 16.06 7.67 115.62 235.21 113.83 488.60
7 0.01 0.02 1.73 0.65 12.48 25.28 47.09 87.26
Total 28.85 7.37 206.05 70.54 399.37 399.90 359.52 1471.59
Sumber : Analisis Penulis, 2023

Tabel 4.8.24 Matriks Pergerakan Mobil


Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 62.90 4.88 266.46 53.33 140.45 57.97 73.33 659.33
2 8.66 11.64 111.10 35.53 164.53 68.22 108.46 508.14
3 0.05 0.03 24.85 0.88 43.31 18.05 24.26 111.42
4 0.09 0.15 8.71 57.09 63.00 93.11 99.57 321.71
5 0.25 0.30 59.53 8.70 266.88 111.19 190.89 637.73
6 0.15 0.42 40.16 19.18 289.04 588.02 284.58 1221.56
7 0.02 0.06 4.32 1.63 31.21 63.19 117.72 218.15
Total 72.12 17.49 515.11 176.34 998.42 999.75 898.80 3678.04
Sumber : Analisis Penulis, 2023

Tabel 4.8.25 Matriks Pergerakan Motor dan Mobil


Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 88.07 6.83 373.04 74.67 196.64 81.16 102.66 923.06

402
2 12.13 16.69 155.53 49.75 230.34 95.51 151.84 711.79
3 0.07 0.05 34.78 1.23 60.64 25.26 33.96 155.99
4 0.12 0.20 12.20 79.92 88.20 130.35 139.40 450.39
5 0.35 0.44 83.34 12.18 373.63 155.67 267.25 892.84
6 0.21 0.56 56.22 26.86 404.66 823.23 398.41 1710.16
7 0.03 0.09 6.04 2.29 43.69 88.47 164.80 305.41
Total 100.97 24.86 721.16 246.88 1397.79 1399.65 1258.32 5149.63
Sumber : Analisis Penulis, 2023
Setelah menggabungkan kedua tabel perhitungan SMP motor dan
mobil. Maka dari itu, dapat dilihat hasil bahwa proyeksi pergerakan yang
paling banyak adalah pergerakan dari zona 6 menuju zona 6 yaitu 823,23
SMP/Jam.

d. Trip Assignment
Pemilihan rute atau Trip Assignment pada penelitian ini menggunakan
pendekatan All or Nothing yang berarti semua orang memiliki persepsi yang sama
dengan pemilihan rute dengan jarak terdekat dan waktu tempuh yang tercepat. Input
data pada tahapan kali ini menggunakan 3 jenis data, yaitu shapefile jaringan jalan
Kecamatan Genteng, node centroid zona, serta output mode split proyeksi. Pembuatan
model network menggunakan software ArcMap 10.4. Pemodelan ini
mempertimbangkan restriction serta impedance agar hasil model mendekati keadaan
eksisting yang ada. Restriction digunakan untuk mengklasifikasikan jalan yang hanya
memiliki 1 arah dan impedance digunakan untuk menambahkan batasan atau limitasi
kecepatan kendaraan dari masing-masing ruas jalan berdasarkan fungsi jalan tersebut.

403
Peta 4.8.9 Trip Assignment Proyeksi

Sumber : Analissi Penulis, 2023

404
4.8.3.4 Analisis Sarana Transportasi (Halte)
Analisis keterjangkauan halte menggunakan service area unntuk bus suroboyo didapatkan bahwa ada 3 zona yang memiliki halte dan
berikut merupakan peta keterjangkauannya :
Peta 4.8.10 Keterjangkauan Halte Pada Zona 4

Sumber : Analissi Penulis, 2023

405
Peta 4.8.11 Keterjangkauan Halte Pada Zona 5

Sumber : Analissi Penulis, 2023

406
Peta 4.8.12 Keterjangkauan Halte Pada Zona 6

Sumber : Analissi Penulis, 2023

407
Terlihat bahwa keterjangkauan halte sudah sesuai dengsan standart PKJI yaitu
400-800 meter di setiap rute nya, namun ada beberapa halte yang memiliki keterjangkauan
lebih dari itu terlihat pada service area yang luas, maka dari itu perlu adanya perbaikan
keterjangkauan halte di kecamatan genteng

4.9 Analisis Sumber Daya Buatan


4.9.1 Analisis Kebutuhan Sarana
Terdapat tiga analisis kebutuhan sarana, yaitu jangkauan pelayanan masing-masing
sarana, kapasitas, dan proyeksi.
1) Analisis jangkauan pelayanan digunakan untuk mengukur seberapa jauh sebuah sarana
mampu melayani daerahnya. Analisis ini menggunakan tools buffer pada ArcGIS dan
berpedoman pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan.
2) Analisis kapasitas (supply-demand) untuk mengetahui perbandingan ketersediaan
sarana eksisting dengan kebutuhan idealnya. Analisisi ini juga berpedoman pada SNI
03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
untuk menghitung demand penduduk pendukung
3) Analisis proyeksi digunakan untuk mengetahui kebutuhan sarana di wilayah
perencanaan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang. Analisisis ini akan
membandingkan jumlah proyeksi penduduk dan standar kebutuhan sarana yang akan
berpedoman pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan.

4.9.1.1 Sarana Pendidikan


Sarana pendidikan yang terdapat di WP Genteng terdiri dari
taman-kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan
sekolah menengah atas (SMA). Dalam analisis ini, kebutuhan penduduk pendukung
yang diperhitungkan adalah penduduk usia sekolah (5-19 tahun). Berikut merupakan
standar pelayanan saran pendidikan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
Tabel 4.9.1 Standar pelayanan sarana pendidikan

Jenis Sarana Penduduk Jangkauan Kebutuhan


Pendidikan Pendukung Pelayanan Luas Lahan
(m2)

TK 1250 500 500

SD 1600 1000 2000

SMP 4800 1000 9000

SMA 4800 3000 12500


Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan
di Perkotaan

408
Untuk mengetahui kondisi ketersediaan dan kebutuhan sarana pendidikan yang ada,
digunakan data jumlah penduduk berdasarkan usia sekolah di WP Genteng tahun
2023 sedangkan untuk mengetahui proyeksi kebutuhannya digunakan penduduk usia
sekolah tahun 2044.

Gambar 4.9.1 Diagram Kebutuhan sarana pendidikan WP Genteng

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan analisis kapasitas, sarana pendidikan di WP Genteng cukup


memenuhi kapasitas jumlah penduduk yang terdapat di wilayah perencanaan.
Dikarenakan proyeksi penduduk yang cenderung menurun dari tahun ke tahun,
menyebabkan kebutuhan sarana di tahun 2024 juga ikut menurun. Namun,
mengingat kondisi eksisting WP Genteng yang saat ini telah mencukupi kebutuhan
sarana akan pendidikanya dari berbagai tingkat pendidikan sehingga penurunan
kebutuhan sarana pada tahun 2044 dapat dihiraukan. Oleh karena itu, kebutuhan
lahan sarana pendidikan pada tahun 2044 dapat diasumsikan sama dengan kebutuhan
lahan di tahun 2023, yaitu sebesar 187.500 m2.
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis jangkauan pelayanan sarana pendidikan
telah cukup melayani wilayah perencanaan bahkan sampai ke wilayah sekitar. Pada
Blok IV tidak ditemukan sarana pendidikan SD, namun persebaran SD pada wilayah
di sekitarnya sudah mampu menjangkau wilayah blok IV secara keseluruhan. Sama
halnya dengan Blok VI yang tidak ditemukan SMA dan TK, namun ketersediaan TK
dan SMA pada daerah disekitarnya telah mampu menjangkau daerah tersebut. Begitu
juga dengan ketersediaan SMA di blok VII yang tidak ada namun terjangkau oleh
SMA yang ada di daerah sekitarnya.
Dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan terlengkap dan terbanyak berada
di Blok I yang memiliki total 15 sarana pendidikan meliputi 4 TK, 5 SD, 1 SMP, dan
5 SMA. Oleh karena itu, sub wilayyah perencanaan dapat dijadikan sebagai pusat
PSU bidang pendidikan.

409
Tabel 4.9.2 Kapasitas Sarana Pendidikan
Kebutuhan 2023 EKSISTING 2023 Proyeksi 2044
BLOK
TK SD SMP SMA TK SD SMP SMA TK SD SMP SMA
1 1 1 1 1 4 5 1 5 0 0 0 0
2 1 1 1 1 2 2 1 1 0 0 0 0
3 1 1 1 1 3 2 1 4 0 0 0 0
4 1 1 1 1 2 0 4 2 0 0 0 0
5 1 2 1 1 2 2 1 3 0 0 0 0
6 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
7 1 1 1 1 3 1 1 0 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Tabel 4.9.3 Kebutuhan Lahan Sarana Pendidikan
Eksisting Sarana Pendidikan 2023 Kebutuhan Lahan 2023
BLOK
TK SD SMP SMA TK SD SMP SMA
1 4 5 1 5 2000 10000 9000 62500
2 2 2 1 1 1000 4000 9000 12500
3 3 2 1 4 1500 4000 9000 50000
4 2 0 4 2 1000 0 36000 25000
5 2 2 1 3 1000 4000 9000 37500
6 0 1 0 0 0 2000 0 0
7 3 1 1 0 1500 2000 9000 0
Total 16 13 9 15 8000 26000 81000 187500
Sumber: Hasil Analisis, 2023

410
Peta 4.9.1 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan TK

Sumber: Hasil Analisis, 2023

411
Peta 4.9.2 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SD

Sumber: Hasil Analisis, 2023

412
Peta 4.9.3 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SMP

Sumber: Hasil Analisis, 2023

413
Peta 4.9.4 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SMA

Sumber: Hasil Analisis, 2023

414
4.9.1.2 Sarana Kesehatan
Analisis jangkauan pelayanan, kapasitas, dan proyeksi sarana
kesehatan terdiri atas puskesmas, apotek, dan posyandu dengan
berpedomanpada SNI. Berikut merupakan standar pelayanan saran kesehatan
berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan.

Tabel 4.9.4 Standar pelayanan sarana kesehatan

Jenis Sarana Penduduk Jangkauan Kebutuhan


Kesehatan Pendukung Pelayanan Luas Lahan
(m2)

Puskesmas 120000 300 1000

Apoek 30000 1500 250

Posyandu 1250 500 60


Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan

Untuk mengetahui kondisi ketersediaan dan proyeksi kebutuhan sarana


kesehatan digunakan jumlah penduduk eksisting di WP Genteng tahun 2023
dan proyeksi penduduk tahaun 2044.

Gambar 4.9.2 Diagram Kebutuhan sarana kesehatan WP Genteng

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan analisis kapasitas, sarana kesehatan di WP Genteng


ketersediaan puskesmas dan apotek telah memenuhi kebutuhan penduduk.

415
Namun, untuk ketersediaan posyandu masih sangat jauh dari kebutuhan ideal
sesuai standar yang ditetapkan. Sementara itu, berdasarkan hasil proyeksi,
kebutuhan sarana 2044 diperlukan penambahan sarana posyandu sebanyak 37
unit dengan total kebutuhan lahannya sebesar 2400 m2.
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis jangkauan pelayanan dapat
diketahui bahwa sarana kesehatan di WP Genteng yang telah mampu
menjangkau secara keseluruhan wilayah hanya puskesmas. Sementara itu
untuk sarana apotek hanya menjangkau wilayah bagian utara sehingga bagian
selatan utamanya blok VII tidak terkena jangkauannya. Kemudian untuk
sarana posyandu memang belum tersebar merata sehingga jangkauann
pelayanannya juga masih sangat kurang dan cenderung memusat di blok IV,
III, dan II.
Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana kesehatan di WP
Genteng perlu ditingkatkan. Meskipun beberapa sarana telah menjangkau
hampir secara keseluruhan wilayah perencanaan, namun ketersediaannya perlu
ditambah mengingat persebarannya yang tidak merata. Misalnya untuk sarana
apotek, meskipun sudah hampir mengjangkau secara keseluruhan namun
persebarannya cenderung memusat pada blok I dan blok II. Sementara itu,
untuk sarana posyandu perlu ditambah mengingat ketersediaan dan
keterjangkauannya yang masih sangat kurang dari kebutuhan ideal.

416
Tabel 4.9.5 Kapasitas Sarana Kesehatan
Kebutuhann 2023 Eksisting 2023 Proyeksi 2044
BLOK
Puskesmas Apotek Posyandu Puskesmas Apotek Posyandu Puskesmas Apotek Posyandu
1 1 1 15 0 3 0 0 0 8
2 1 1 12 1 2 2 0 0 8
3 1 1 4 1 1 2 0 0 3
4 1 1 7 0 0 1 0 0 4
5 1 1 8 0 0 0 0 0 5
6 1 1 9 0 0 0 0 0 10
7 1 1 2 0 0 0 0 0 2
Total 7 7 57 2 6 5 0 0 40
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 4.9.6 Kebutuhan Lahan Sarana Kesehatan


Proyeksi 2044 Kebutuhan Lahan 2044
BLOK
Puskesmas Apotek Posyandu Puskesmas Apotek Posyandu
1 0 0 8 0 0 480
2 0 0 8 0 0 480
3 0 0 3 0 0 180
4 0 0 4 0 0 240
5 0 0 5 0 0 300
6 0 0 10 0 0 600
7 0 0 2 0 0 120
Total 0 0 40 0 0 2400
Sumber: Hasil Analsisi, 2023

417
Peta 4.9.5 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Puskesmas

Sumber: Hasil Analsisi, 2023

418
Peta 4.9.6 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Apotek

Sumber: Hasil Analisis, 2023

419
Peta 4.9.7 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Posyandu

Sumber: Hasil Analisis, 2023

420
4.9.1.3 Sarana Peribadahan
Sarana peribadahhan yang tersedia di WP Genteng meliputi masjid,
mushola, gereja, dan Vihara. Adapun yang dianalisis adalah sarana
peribadahan islam berupa mushola dan masjid. Berikut merupakan standar
pelayanan saran kesehatan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.

Tabel 4.9.7 Standar pelayanan sarana kesehatan

Jenis Sarana Penduduk Jangkauan Kebutuhan


Peribadahan Pendukung Pelayanan Luas Lahan
(m2)

Mushola 250 100 45

Masjid 30000 1000 300


Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan

Untuk mengetahui kondisi ketersediaan dan proyeksi kebutuhan sarana


peribadahan digunakan jumlah penduduk eksisting di WP Genteng tahun 2023
dan proyeksi penduduk tahaun 2044.

Gambar 4.9.3 Diagram Kebutuhan Sarana Peribadahan WP Genteng

Sumber, Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan hasil analisis kapasitas, kebutuhan sarana peribadahan


islam baik masjid maupun musholaa masih jauh belum memenuhi kebutuhan
ideal sesuai dtandar SNI. Namun, meskipun ketersediaannya masih sangat
kurang dari kebutuhan ideal, persebaran untuk sarana masjid sudah cukup

421
merata dan ketika dianalisis menggunakan buffer sudah mampu menjangkau
hampir keseluruhan wilayah. Persebaran sarana masjid yang sudah cukup
merata ini telah mampu memenuhi kebutuhan sarana peribadatan umat muslim
meskipun ketersediaan musholanya juga masih sangat kurang. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa penyediaan sarana peribadatan islam pada WP
Genteng meskipun ketersediaannya kurang, namun sudah dapat melayani dan
menjangkau kebutuhan religi penduduk islamnya. Disamping hal itu, WP
Genteng juga memiliki sarana peribadatan gereja dan vihara yang tersebar
pada setiap blok. Adapun penyediaan sarana peribadatan gereja dan vihara ini
bergantung pada sistem kekerabatan atau hirarki lembaga dan adat setempat.

422
Tabel 4.9.8 Kapasitas Sarana Peribadahan
Kebutuhan 2023 Eksisting 2023 Proyeksi 2044
Blok
Masjid Mushola Masjid Mushola Masjid Mushola
1 7 66 1 2 38 377
2 5 41 1 3 4 40
3 2 13 1 1 0 6
4 3 26 2 1 3 25
5 4 34 2 1 5 50
6 4 4 0 0 3 22
7 1 9 0 0 2 13
Total 26 193 7 8 55 533
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 4.9.9 Kebutuhan Lahan Sarana Peribadahan


Proyeksi 2044 Kebutuhan Lahan 2044
Blok
Masjid Mushola Masjid Mushola
1 38 377 11400 16965
2 4 40 1200 1800
3 0 6 0 270
4 3 25 900 1125
5 5 50 1500 2250
6 3 22 900 990
7 2 13 600 585
Total 55 533 16500 23985

423
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Peta 4.9.8 Jangkauan Pelayanan Sarana Peribadahan Masjid

Sumber: Hasil Analisis, 2023

424
Peta 4.9.9 Jangkauan Pelayanan Sarana Peribadahan Mushola

Sumber: Hasil Analisis, 2023

425
4.9.1.4 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Ketersediaan dan proyeksi kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum
diukur melalui data jumlah penduduk eksisting WP Genteng tahun 2023 dan proyeksi
penduduk tahun 2044.

Tabel 4.9.10 Kapasitas Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Jumlah Jumlah Proyeksi
Jenis Sarana Eksisting Kebutuhan
Penduduk Penduduk Kebutuhan Kebutuhan
Pemerintahan 2023 Lahan (m2)
2023 2044 2044
Kantor
1 1 0 2500
Kecamatan
Kantor
5 5 0 5000
Kelurahan
67,460 45,734
Kantor Polsek 1 1 0 1000
Kantor Pos 3 1 0 1500
KUA 1 1 0 -
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan hasil analisis kapasitas, sarana pemerintahan dan pelayanan umum pada
WP Genteng telah terpenuhi. Kemudian, untuk proyeksi kebutuhan tahun 2044 tidak terjadi
peningkatan. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum
di Kecamatan Genteng sudah terpenuhi. Untuk proyeksi kebutuhan lahannya menggunakan
data ketersediaan sarana eksisting.

4.9.1.5 Sarana Perdagangan dan Jasa


Keberadaan fasilitas perdagangan dan jasa ditujukan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan penduduk Sebagaimana fasilitas umum lainnya, pengembangan fasilitas
perdagangan dan jasa di Kecamatan Genteng juga dilakukan seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan penduduk. Sarana perdagangan dan jasa yang terdapat di wilayah perencanaan
adalah toko atau warung, pertokoan, bank, hotel, dan pusat perbelanjaan. Berikut adalah tabel
radius jangkauan masing-masing jenis sarana perdagangan dan jasa yang terdapat di wilayah
perencanaan menurut standar SNI 03-7733-2004.

Tabel 4.9.11 Standar Jangkauan Sarana Perdagangan dan Jasa

Jenis Sarana Penduduk Jangkauan Kebutuhan


Pendukung Pelayanan Lahan (m2)

Toko/Warung 250 300 100

Pertokoan 6000 2000 3000

Pasar Lingkungan 3000 - -

426
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan

Berdasarkan standar tersebut, maka dapat dihitung jumlah kebutuhan sarana


perdagangan dan jasa di Kawasan Perencanaan hingga akhir tahun rencana, yaitu tahun 2044
dan selanjutnya akan dilakukan perbandingan dengan jumlah sarana perdagangan dan jasa
saat ini pada dilihat pada tabel di bawah ini.

Gambar 4.9.4 Diagram Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa WP Genteng

Sumber: Analisis penulis, 2023

Berdasarkan diagram di atas, sampai tahun 2044 sarana perdagangan dan jasa yang
dibutuhkan di Kawasan Perencanaan Genteng adalah 183 unit Toko/Warung, 7 unit
Pertokoan, 3 unit Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan, serta 0 unit Pusat Perbelanjaan dan
Niaga. Sarana perdagangan dan niaga di Kawasan Perencanaan Genteng membutuhkan luas
keseluruhan mencapai 4,83 Ha. Ketika dilakukan perhitungan secara menyeluruh, jumlah
sarana perdagangan dan jasa di wilayah perencanaan sudah cukup memenuhi standar, akan
tetapi jika ditinjau per blok, maka ditemukan pada blok VI wilayah perencanaan tidak
terdapat sarana perdagangan dan jasa.
Sementara itu, menurut standar pedoman yang digunakan untuk menilai radius
pencapaian pelayanan dan dengan menggunakan analisis buffer pada GIS pada
masing-masing lokasi sarana perdagangan dan jasa, dapat diketahui bahwa jangkauan sarana
perdagangan dan jasa berupa minimarket atau pertokoan sudah dapat menjangkau hampir
seluruh wilayah. Namun, untuk sarana perdagangan dan jasa berupa warung/toko kelontong
masih jangkauan pelayanannya masih belum dapat memenuhi Wilayah Perencanaan
Kecamatan Genteng. Berikut perbandingan jumlah kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
dengan jumlah sarana perdagangan dan jasa yang saat ini sudah ada di Kawasan Perencanaan
Genteng.

427
Tabel 4.9.12 Kapasitas Sarana Perdagangan dan Jasa

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 4.9.13 Kebutuhan Lahan Sarana Perdagangan dan Jasa

Sumber: Hasil Analisis, 2023

428
Peta 4.9.10 Jangkauan Pelayanan Sarana Toko/Warung

Sumber: Hasil Analisis, 2023

429
Peta 4.9.11 Jangkauan Pelayanan Sarana Pertokoan

Sumber: Hasil Analisis, 2023

430
4.9.1.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk
mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung pertemuan,
gedung serbaguna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan dapat sekaligus
berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga penggunaan
dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu
yang berbeda. Penetapan jenis/macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah
sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu menyangkut faktor-faktor:
a) tata kehidupan penduduknya
b) struktur sosial penduduknya.
Berikut ini merupakan radius minimal untuk pelayanan sarana kebudayaan dan rekreasi
berdasarkan SNI 03-7733-2004.

Tabel 4.9.14 Standar Jangkauan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

Jenis Sarana Penduduk Jangkauan Kebutuhan


Pendukung Pelayanan Lahan (m2)

Balai Warga/Balai 2.500 100 300


Pertemuan

Balai Serbaguna 30.000 100 500

Gedung Serbaguna 120.000 100 3.000

Gedung Bioskop 120.000 100 2.000


Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan
Berdasarkan hasil analisis proyeksi kebutuhan sarana kebudayaan dan rekreasi
dibawah menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan sarana kebudayaan dan rekreasi di
Kecamatan Genteng saat ini ada yang belum memenuhi kebutuhan penduduk di tahun 2044.
Dimana diperlukan penambahan sarana kebudayaan dan rekreasi berupa balai warga
sebanyak 19 unit. Untuk balai serbaguna, gedung serbaguna, dan bioskop sudah memenuhi
kebutuhan dari masyarakat di wilayah perencanaan.

431
Gambar 4.9.5 Diagram Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi WP
Genteng

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Setelah dilakukan analisis kapasitas, sarana kebudayaan dan rekreasi yang terdapat di
Wilayah Perencanaan Genteng, balai warga belum memenuhi kebutuhan sehingga dibutuhkan
sebanyak 27 unit, balai serbaguna sudah memenuhi standar sebanyak 1 unit, gedung
serbaguna mengalami surplus sebanyak 19 unit, dan gedung bioskop mengalami surplus juga
sebanyak 1 unit. Sarana balai warga merupakan sarana tempat pertemuan yang dimanfaatkan
penduduk pada tingkat RW yang berada ditengah permukiman. Sarana kebudayaan dan
rekreasi lain yaitu gedung serbaguna telah memenuhi kebutuhan penduduk di WP Genteng.
Kebutuhan lahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sarana kebudayaan dan
rekreasi adalah 6,2 Ha untuk memenuhi sarana balai warga yang defisit.

432
Tabel 4.9.15 Kapasitas Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 4.9.16 Kebutuhan Lahan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi

Sumber: Hasil Analisis, 2023

433
Peta 4.9.12 Jangkauan Pelayanan Sarana Balai Serbaguna

Sumber: Hasil Analisis, 2023

434
Peta 4.9.13 Jangkauan Pelayanan Sarana Bioskop

Sumber: Hasil Analisis, 2023

435
Peta 4.9.14 Jangkauan Pelayanan Sarana Gedung Serbaguna

Sumber: Hasil Analisis, 2023

436
4.9.1.7 Sarana RTH dan Lapangan Olahraga
Sarana RTH dan olahraga merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat
untuk berkumpul, berolahraga dan melakukan aktivitas lain yang dapat berinteraksi dengan
masyarakat juga dapat berfungsi sebagai daerah resapan air (catchment area). Sarana ruang
terbuka hijau dan olahraga yang terdapat di wilayah perencanaan adalah taman/tempat
bermain, taman dan lapangan olahraga, serta pemakaman. Berikut adalah tabel radius
jangkauan masing-masing jenis sarana kebudayaan dan rekreasi yang terdapat di wilayah
studi menurut standar SNI 03-7733-2004.

Tabel 4.9.17 Standar Jangkauan Sarana RTH dan Lapangan Olahraga

Jenis Sarana Penduduk Jangkauan Kebutuhan


Pendukung Pelayanan Lahan (m2)

Taman 2.500 1000 1.250

Lapangan Olahraga 30.000 - 9.000


Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan

Fasilitas ruang terbuka dan olahraga yang terdapat pada Kecamatan Genteng berupa
lapangan olahraga dan taman. Jika meninjau dari proyeksi kebutuhan sarana olahraga dan
ruang terbuka hijau di yang telah dihitung pada diagram dibawah, maka Kecamatan Genteng
pada tahun 2044 membutuhkan 27 Taman dan 1 Unit Lapangan Olahraga. Untuk sarana
pemakaman tidak dimasukkan kedalam analisis dikarenakan belum dibutuhkan oleh
masyarakat Kecamatan Genteng dan sarana pemakaman umum pada kecamatan lainnya
masih bisa untuk menampung. Proyeksi kebutuhan fasilitas RTH dan lapangan olahraga di
Kecamatan Genteng untuk 20 tahun ke depan dapat dilihat pada diagram berikut ini.

437
Gambar 4.9.6 Diagram Kebutuhan Sarana RTH dan Lapangan Olahraga WP
Genteng

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Jika ditinjau dari analisis kapasitas, sarana taman belum memenuhi kebutuhan di
tahun 2023, sehingga dibutuhkan 27 unit taman padahal ketersediaan taman hanya sebanyak
5 unit. Untuk sarana lapangan olahraga sudah memenuhi dari kebutuhan bahkan surplus 1
unit. Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa pada tahun 2044, sarana lapangan olahraga
dan ruang terbuka hijau di WP Genteng perlu dilakukan penambahan sesuai dengan tingginya
jumlah penduduk pada tahun 2044. Penambahan ini dapat difokuskan pada penambahan
taman karena berfungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan
Persebaran sarana olahraga dan RTH pada Kecamatan Genteng dapat dilihat melalui
peta di bawah, sarana lapangan dan taman masih kurang tersebar merata dan belum melayani
seluruh wilayah khususnya blok I dan blok VII wilayah perencanaan Genteng.

438
Tabel 4.9.18 Kapasitas Sarana RTH dan Lapangan Olahraga

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 4.9.19 Kebutuhan Lahan Sarana RTH dan Lpangan Olahraga

Sumber: Hasil Analisis, 2023

439
Peta 4.9.15 Jangkauan Pelayanan Sarana Taman

Sumber: Hasil Analisis, 2023

440
4.9.2 Analisis Kebutuhan Prasarana
Analisis kebutuhan prasarana kawasan menjadi metode kunci dalam menghitung
kebutuhan prasarana umum di Wilayah Perencanaan (WP) berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk pada tahun tertentu. Menurut RTRW Kota Surabaya, Prasarana Energi/Kelistrikan,
Prasarana Telekomunikasi, Sumber Daya Air, Air Minum, Drainase, dan Persampahan adalah
aspek penting di Wilayah Perencanaan Genteng. Fasilitas ini mendukung perkembangan
kawasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses analisis serupa dapat diaplikasikan di
kecamatan Genteng untuk memproyeksikan kebutuhan prasarana umum sesuai dengan
pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut. Ini merupakan langkah strategis untuk
memastikan infrastruktur yang memadai dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan
jumlah penduduk.

4.9.2.1 Jaringan Drainase


Jaringan Drainase merupakan prasarana yang memiliki fungsi untuk mengalirkan air
permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus
disediakan masyarakat perumahan di perkotaan. Drainase memiliki fungsi tidak hanya
digunakan untuk masyarakat setempat untuk menampung dan mengalirkan limbah hasil dari
aktivitas rumah tangga saja. Namun prasarana drainase juga mengalirkan limpasan air hujan,
sehingga ketersediaan prasarana drainase sangat memiliki urgensitas yang cukup penting
dalam upaya menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Prasarana Drainase
juga memiliki fungsi guna mencegah genangan dan bencana banjir. Oleh karena itu, analisis
proyeksi kebutuhan terhadap jaringan drainase ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
sistem drainase yang berada pada wilayah perencanaan. Dalam menganalisis kebutuhan ini
menggunakan ketentuan SNI yang berlaku SNI 02-2406-1991 tentang tata cara perencanaan
umum drainase perkotaan.

Asumsi Besaran Debit


No Jenis Aliran Air Kotor dalam
Jaringan Drainase

1 Air buangan drainase domestik 70% dari total air bersih

2 60% dari produksi


Fasilitas Sosial
domestik
Non-Domestik
3 60% dari produksi
Komersial
domestik

441
Tabel 4.9.20 Analisis Proyeksi Kebutuhan Drainase tahun 2024-2044

Kebutuhan Air Debit Air Kotor per Sektor (L/hari)


Total Debit Air
No Kecamatan Kelurahan Bersih Non Domestik
Domestik Kotor
Maksimum Fasilitas Sosial Komersial
Embong
1 Genteng 29601143 20720800 12432480 12432480 45585760
Kaliasin
2 Genteng Ketabang 17964766 12575336 7545202 7545202 27665740 2024
3 Genteng Genteng 20503135 14352195 8611317 8611317 31574828
4 Genteng Peneleh 35216727 24651709 14791025 14791025 54233760
5 Genteng Kapasari 41009235 28706465 17223879 17223879 63154222
6 Genteng Kedungduro 39437738 27606417 16563850 16563850 60734117
Jumlah 183732744 128612921 77167752 77167752 282948426

Kebutuhan Air Debit Air Kotor per Sektor (L/hari)


Total Debit Air
No Kecamatan Kelurahan Bersih Non Domestik
Domestik Kotor
Maksimum Fasilitas Sosial Komersial
Embong
1 Genteng 26599564 18619695 11171817 11171817 40963329
Kaliasin 2029
2 Genteng Ketabang 15657618 10960333 6576200 6576200 24112732
3 Genteng Genteng 17824274 12476992 7486195 7486195 27449382
4 Genteng Peneleh 31723021 22206115 13323669 13323669 48853452

442
5 Genteng Kapasari 35382220 24767554 14860532 14860532 54488619
6 Genteng Kedungduro 37185010 26029507 15617704 15617704 57264915
Jumlah 164371707 115060195 69036117 69036117 253132429

Kebutuhan Air
Total Debit Air
No Kecamatan Kelurahan Bersih Non Domestik
Domestik Kotor
Maksimum Fasilitas Sosial Komersial
Embong
1 Genteng 23902347 16731643 10038986 10038986 36809614
Kaliasin
2 Genteng Ketabang 13646769 9552738 5731643 5731643 21016024 2034
3 Genteng Genteng 15495422 10846795 6508077 6508077 23862950
4 Genteng Peneleh 28575910 20003137 12001882 12001882 44006901
5 Genteng Kapasari 30527307 21369115 12821469 12821469 47012053
6 Genteng Kedungduro 35060961 24542673 14725604 14725604 53993880
Jumlah 147208716 103046101 61827661 61827661 226701423

Kebutuhan Air Debit Air Kotor per Sektor (L/hari)


Total Debit Air
No Kecamatan Kelurahan Bersih Non Domestik
Domestik Kotor
Maksimum Fasilitas Sosial Komersial
Embong 2039
1 Genteng 21478630 15035041 9021025 9021025 33077090
Kaliasin
2 Genteng Ketabang 11894166 8325916 4995550 4995550 18317016

443
3 Genteng Genteng 13470849 9429594 5657757 5657757 20745107
4 Genteng Peneleh 25741012 18018708 10811225 10811225 39641158
5 Genteng Kapasari 26338553 18436987 11062192 11062192 40561372
6 Genteng Kedungduro 33058240 23140768 13884461 13884461 50909690
Jumlah 131981450 92387015 55432209 55432209 203251433

Kebutuhan Air Debit Air Kotor per Sektor (L/hari)


Total Debit Air
No Kecamatan Kelurahan Bersih Non Domestik
Domestik Kotor
Maksimum Fasilitas Sosial Komersial
Embong
1 Genteng 19300680 13510476 8106286 8106286 29723047
Kaliasin
2 Genteng Ketabang 10366643 7256650 4353990 4353990 15964630 2044
3 Genteng Genteng 11710799 8197559 4918536 4918536 18034630
4 Genteng Peneleh 23187352 16231146 9738688 9738688 35708522
5 Genteng Kapasari 22724552 15907186 9544312 9544312 34995810
6 Genteng Kedungduro 31169917 21818942 13091365 13091365 48001672
Jumlah 118459943 82921960 49753176 49753176 182428312
Sumber: Hasil Analisis, 2023

444
4.9.2.2 Jaringan Air Bersih
Ketersediaan air bersih sangat penting dalam kehidupan manusia. Perlu perencanaan
efisien dan mematuhi peraturan untuk memastikan pasokan air berkualitas di lingkungan
perkotaan. Contoh di Kota Surabaya menunjukkan pengelolaan air bersih yang baik oleh
PDAM. Penting mematuhi standar kualitas air minum. PDAM di Kecamatan Genteng juga
berhasil menyediakan air bersih dengan menggunakan Sungai Kalimas sebagai sumber air.
Distribusi air bersih sudah memadai, sesuai dengan informasi dari warga setempat.
Dalam analisis jaringan air bersih, kami merujuk pada standar yang diperoleh dari
data PDAM Surya Sembada 2014. Penggunaan air bersih per orang per hari di Kecamatan
Genteng sebesar 260 liter, sedikit lebih tinggi daripada rata-rata kota metropolitan lainnya
yang mencapai 250 liter. Dengan asumsi kebutuhan air bersih tetap stabil hingga tahun 2044,
kami menggunakan data ini untuk memproyeksikan kebutuhan air bersih berdasarkan
perkiraan jumlah penduduk hingga tahun 2044.

1. Analisis Kebutuhan Air Bersih


a. Air Bersih Domestik

Σ𝑃 × 𝑞
𝑄𝑑𝑜𝑚 = 86.400 𝑑𝑡

b. Air Bersih Non Domestik

𝑄 𝑁𝑜𝑛 𝑑𝑜𝑚 = 20% × 𝑄 𝑑𝑜𝑚


c. Jumlah Kehilangan Air Bersih

20% × (Q dom + Q non dom)


d. Kapasitas Produksi menggunakan Air Bersih

15% × (Q dom + Q non dom)


Keterangan:
Q dom : Kebutuhan Air Bersih Domestik (1/detik)
Q non dom : Kebutuhan Air Bersih Non Domestik (1/detik)
q : Standar kebutuhan air (150 liter/orang/hari)
Σ𝑃 : Jumlah penduduk (Jiwa)

445
Hasil analisis proyeksi kebutuhan air bersih di Kecamatan Genteng tahun 2024-2044 disajikan dalam tabel, memvisualisasikan
pertumbuhan permintaan dan rencana pengembangan jaringan air bersih. Data ini penting untuk merencanakan infrastruktur yang memadai
sesuai dengan kebutuhan warga.

Tabel 4.9.21 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Bersih tahun 2024-2044

KEBUTUHAN PER KELURAHAN

Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari)


Non Domestik
Jumlah Air
Jumlah Saran Air
Desa/Keluraha Non Kebocor Bersih
No. Pendud a PMK Bersih Tahun
n Domestik Komersia Industr Domesti an Maksim
uk Pelaya Kantor Harian
l i k um
nan
Umum
Embong 257.14 17.142. 18.085.8 3.960.01 1.980.01 25.740.1 29.601.1
1 11.429 1.714.294 257.144 428.573
Kaliasin 4 940 02 9 0 24 43
156.05 10.403. 10.976.1 2.403.31 1.201.65 15.621.5 17.964.7
2 Ketabang 6.936 1.040.395 156.059 260.099
9 953 70 3 7 35 66
178.11 11.874. 12.527.0 2.742.89 1.371.44 17.828.8 20.503.1
3 Genteng 7.916 1.187.400 178.110 296.850
0 002 72 4 7 13 35 2024
305.92 20.395. 21.516.8 4.711.26 2.355.63 30.623.2 35.216.7
4 Peneleh 13.597 2.039.510 305.926 509.877
6 099 29 8 4 41 27
356.24 23.749. 25.055.9 5.486.18 2.743.09 35.660.2 41.009.2
5 Kapasari 15.833 2.374.972 356.246 593.743
6 720 54 5 3 04 35

446
342.59 22.839. 24.095.7 5.275.95 2.637.97 34.293.6 39.437.7
6 Kedungdoro 15.226 2.283.962 342.594 570.990
4 617 96 2 6 85 38
10.640.53 1.596.0 1.596.08 106.405 112.257. 24.579.6 12.289.8 159.767. 183.732.
Jumlah 70.937 2.660.133
3 80 0 .330 623 31 16 603 744
Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari)
Non Domestik
Jumlah Air
Jumlah Saran Air
Desa/Keluraha Non Kebocor Bersih
No. Pendud a PMK Bersih Tahun
n Domestik Komersia Industr Domesti an Maksim
uk Pelaya Kantor Harian
l i k um
nan
Umum
Embong 231.06 15.404. 16.251.8 3.558.47 1.779.23 23.130.0 26.599.5
1 10.270 1.540.463 231.069 385.116
Kaliasin 9 632 87 0 5 55 64
136.01 9.067.8 9.566.54 2.094.66 1.047.33 13.615.3 15.657.6
2 Ketabang 6.045 906.781 136.017 226.695
7 12 2 5 2 20 18
154.83 10.322. 10.890.3 2.384.51 1.192.25 15.499.3 17.824.2
3 Genteng 6.882 1.032.259 154.839 258.065
9 590 32 8 9 68 74
275.57 18.371. 19.382.2 4.243.88 2.121.94 27.585.2 31.723.0 2029
4 Peneleh 12.248 1.837.179 275.577 459.295
7 785 33 2 1 35 21
307.36 20.490. 21.617.9 4.733.40 2.366.70 30.767.1 35.382.2
5 Kapasari 13.661 2.049.094 307.364 512.274
4 941 43 7 4 48 20
323.02 21.534. 22.719.4 4.974.58 2.487.29 32.334.7 37.185.0
6 Kedungdoro 14.357 2.153.499 323.025 538.375
5 993 17 3 2 92 10

447
1.427.8 1.427.89 95.192. 100.428. 21.989.5 10.994.7 142.931. 164.371.
Jumlah 63.462 9.519.275 2.379.819
91 1 753 355 26 63 919 707
Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari)
Non Domestik
Jumlah Air
Jumlah Saran Air
Desa/Keluraha Non Kebocor Bersih
No. Pendud a PMK Bersih Tahun
n Domestik Komersia Industr Domesti an Maksim
uk Pelaya Kantor Harian
l i k um
nan
Umum
Embong 207.63 13.842. 14.603.9 3.197.63 1.598.81 20.784.6 23.902.3
1 9.228 1.384.259 207.639 346.065
Kaliasin 9 590 33 8 9 50 47
118.54 7.903.2 8.337.94 1.825.65 11.866.7 13.646.7
2 Ketabang 5.269 790.327 118.549 197.582 912.827
9 67 7 5 56 69
134.60 8.973.8 9.467.44 2.072.96 1.036.48 13.474.2 15.495.4
3 Genteng 5.983 897.388 134.608 224.347
8 79 3 6 3 80 22
248.23 16.549. 17.459.4 3.822.86 1.911.43 24.848.6 28.575.9
4 Peneleh 11.033 1.654.920 248.238 413.730 2034
8 196 02 4 2 18 10
265.19 17.679. 18.651.6 4.083.92 2.041.96 26.545.4 30.527.3
5 Kapasari 11.786 1.767.931 265.190 441.983
0 310 72 1 0 84 07
304.57 20.304. 21.421.6 4.690.43 2.345.21 30.487.7 35.060.9
6 Kedungdoro 13.537 2.030.489 304.573 507.622
3 890 59 0 5 92 61
1.278.7 1.278.79 85.253. 89.942.0 19.693.4 9.846.73 128.007. 147.208.
Jumlah 56.835 8.525.313 2.131.328
97 7 133 56 74 7 580 717

448
Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari)
Non Domestik
Jumlah Air
Jumlah Saran Air
Desa/Keluraha Non Kebocor Bersih
No. Pendud a PMK Bersih Tahun
n Domestik Komersia Industr Domesti an Maksim
uk Pelaya Kantor Harian
l i k um
nan
Umum
Embong 186.58 12.438. 13.123.0 2.873.39 1.436.69 18.677.0 21.478.6
1 8.293 1.243.894 186.584 310.974
Kaliasin 4 941 83 5 8 70 30
103.32 6.888.2 7.267.13 1.591.19 10.342.7 11.894.1
2 Ketabang 4.592 688.828 103.324 172.207 795.596
4 80 6 3 53 66
117.02 7.801.3 8.230.46 1.802.12 11.713.7 13.470.8
3 Genteng 5.201 780.139 117.021 195.035 901.060
1 86 3 0 82 49
223.61 14.907. 15.727.3 3.443.61 1.721.80 22.383.4 25.741.0
4 Peneleh 9.938 1.490.742 223.611 372.685 2039
1 418 26 4 7 89 12
228.80 15.253. 16.092.4 3.523.55 1.761.77 22.903.0 26.338.5
5 Kapasari 10.169 1.525.347 228.802 381.337
2 473 14 2 6 90 53
287.17 19.145. 20.198.0 4.422.50 2.211.25 28.746.2 33.058.2
6 Kedungdoro 12.763 1.914.505 287.176 478.626
6 052 30 7 4 96 40
1.146.5 1.146.51 76.434. 80.638.4 17.656.3 8.828.19 114.766. 131.981.
Jumlah 50.956 7.643.455 1.910.864
18 8 551 51 81 1 478 450
Jumlah Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari) Air
Desa/Keluraha Jumlah Kebocor Air
No. Pendud PMK Bersih Tahun
n Domestik Non Domestik Non an Bersih
uk Harian

449
Saran Domesti Maksim
a k um
Komersia Industr
Pelaya Kantor
l i
nan
Umum
Embong 167.66 11.177. 11.792.3 2.582.03 1.291.01 16.783.2 19.300.6
1 7.452 1.117.762 167.664 279.441
Kaliasin 4 623 92 1 5 00 80
6.003.6 6.333.84 1.386.84 9.014.47 10.366.6
2 Ketabang 4.002 600.364 90.055 90.055 150.091 693.421
44 5 2 2 43
101.73 6.782.0 7.155.10 1.566.66 10.183.3 11.710.7
3 Genteng 4.521 678.209 101.731 169.552 783.331
1 87 2 2 04 99
201.42 13.428. 14.167.0 3.101.98 1.550.99 20.162.9 23.187.3
4 Peneleh 8.952 1.342.851 201.428 335.713 2044
8 515 83 7 3 15 52
197.40 13.160. 13.884.3 3.040.07 1.520.03 19.760.4 22.724.5
5 Kapasari 8.774 1.316.049 197.407 329.012
7 493 20 4 7 80 52
270.77 18.051. 19.044.2 4.169.88 2.084.94 27.104.2 31.169.9
6 Kedungdoro 12.034 1.805.147 270.772 451.287
2 466 96 9 4 76 17
1.029.0 1.029.05 68.603. 72.377.0 15.847.4 7.923.74 103.008. 118.459.
Jumlah 45.736 6.860.383 1.715.096
57 7 827 37 84 2 646 943

Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2023

Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan air bersih di Kecamatan Genteng Kota Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan air
bersih akan terus menurun pada tahun 2024. Faktor-faktor seperti penurunan penduduk yang signifikan, penurunn aktivitas ekonomi, dan
kesadaran masyarakat yang lebih tinggi terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan menjadi penyebab utama penurunan tersebut. Pada tahun

450
2024, Kecamatan Genteng memiliki kebutuhan air bersih mencapai 183.732.744 liter per hari, dan terus menurun hingga tahun 2044 akan
membutuhkan air bersih sebanyak 118.459.943 liter per hari. Kebutuhan air bersih di Kecamatan Genteng Kota Surabaya akan mengalami
penurunan sebesar 37,7% dari tahun 2024 hingga tahun 2044.

451
Tabel 4.9.22 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Minum tahun 2024-2044

KEBUTUHAN PER KELURAHAN

Kebutuhan Air Minum


Jumlah Fasilitas Air Minum (Unit)
(Liter/orang/hari)
Jumlah Non Kebocor Jumlah
No. Desa/Kelurahan Non Domestik Terminal Tahun
Penduduk Domesti an Akhir Hidran Kran
Domestik Komersi Fasilitas k Air (Uk.
Umum Umum
al Umum 3-4m3)
1 Embong Kaliasin 11.429 1.714.294 342.859 171.429 514.288 222.858 2.965.729 190 190 57
2 Ketabang 6.936 1.040.395 208.079 104.040 312.119 135.251 1.799.884 116 116 35
3 Genteng 7.916 1.187.400 237.480 118.740 356.220 154.362 2.054.202 132 132 40
4 Peneleh 13.597 2.039.510 407.902 203.951 611.853 265.136 3.528.352 227 227 68
2024
5 Kapasari 15.833 2.374.972 474.994 237.497 712.492 308.746 4.108.702 264 264 79
6 Kedungdoro 15.226 2.283.962 456.792 228.396 685.189 296.915 3.951.254 254 254 76
10.640.53 3.192.16 18.408.12
Jumlah 70.937 2.128.107 1.064.053 1.383.269 1.182 1.182 355
3 0 2
Kebutuhan Air Minum
Jumlah Fasilitas Air Minum (Unit)
Jumlah (Liter/orang/hari)
Non Kebocor Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Non Domestik Terminal Tahun
Domesti an Akhir Hidran Kran
k Domestik Komersi Fasilitas Air (Uk.
k Umum Umum
al Umum 3-4m3)
1 Embong Kaliasin 10.270 1.540.463 308.093 154.046 462.139 200.260 2.665.001 171 171 51
2 Ketabang 6.045 906.781 181.356 90.678 272.034 117.882 1.568.732 101 101 30 2029

452
3 Genteng 6.882 1.032.259 206.452 103.226 309.678 134.194 1.785.808 115 115 34
4 Peneleh 12.248 1.837.179 367.436 183.718 551.154 238.833 3.178.319 204 204 61
5 Kapasari 13.661 2.049.094 409.819 204.909 614.728 266.382 3.544.933 228 228 68
6 Kedungdoro 14.357 2.153.499 430.700 215.350 646.050 279.955 3.725.554 239 239 72
2.855.78 16.468.34
Jumlah 63.462 9.519.275 1.903.855 951.928 1.237.506 1.058 1.058 317
3 6
Kebutuhan Air Minum
Jumlah Fasilitas Air Minum (Unit)
Jumlah (Liter/orang/hari)
Non Kebocor Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Non Domestik Terminal Tahun
Domesti an Akhir Hidran Kran
k Domestik Komersi Fasilitas Air (Uk.
k Umum Umum
al Umum 3-4m3)
1 Embong Kaliasin 9.228 1.384.259 276.852 138.426 415.278 179.954 2.394.768 154 154 46
2 Ketabang 5.269 790.327 158.065 79.033 237.098 102.742 1.367.265 88 88 26
3 Genteng 5.983 897.388 179.478 89.739 269.216 116.660 1.552.481 100 100 30
4 Peneleh 11.033 1.654.920 330.984 165.492 496.476 215.140 2.863.011 184 184 55
2034
5 Kapasari 11.786 1.767.931 353.586 176.793 530.379 229.831 3.058.521 196 196 59
6 Kedungdoro 13.537 2.030.489 406.098 203.049 609.147 263.964 3.512.746 226 226 68
2.557.59 14.748.79
Jumlah 56.835 8.525.313 1.705.063 852.531 1.108.291 947 947 284
4 2
Jumlah
Jumlah
Kebutuhan Air Minum Non Kebocor Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Fasilitas Air Minum (Unit) Tahun
(Liter/orang/hari) Domesti an Akhir
k
k

453
Non Domestik Terminal
Hidran Kran
Domestik Komersi Fasilitas Air (Uk.
Umum Umum
al Umum 3-4m3)
1 Embong Kaliasin 8.293 1.243.894 248.779 124.389 373.168 161.706 2.151.937 138 138 41
2 Ketabang 4.592 688.828 137.766 68.883 206.648 89.548 1.191.672 77 77 23
3 Genteng 5.201 780.139 156.028 78.014 234.042 101.418 1.349.640 87 87 26
4 Peneleh 9.938 1.490.742 298.148 149.074 447.223 193.796 2.578.983 166 166 50
2039
5 Kapasari 10.169 1.525.347 305.069 152.535 457.604 198.295 2.638.851 169 169 51
6 Kedungdoro 12.763 1.914.505 382.901 191.451 574.352 248.886 3.312.094 213 213 64
2.293.03 13.223.17
Jumlah 50.956 7.643.455 1.528.691 764.346 993.649 849 849 255
7 7
Kebutuhan Air Minum
Jumlah Fasilitas Air Minum (Unit)
Jumlah (Liter/orang/hari)
Non Kebocor Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Non Domestik Terminal Tahun
Domesti an Akhir Hidran Kran
k Domestik Komersi Fasilitas Air (Uk.
k Umum Umum
al Umum 3-4m3)
1 Embong Kaliasin 7.452 1.117.762 223.552 111.776 335.329 145.309 1.933.729 124 124 37
2 Ketabang 4.002 600.364 120.073 60.036 180.109 78.047 1.038.630 67 67 20
3 Genteng 4.521 678.209 135.642 67.821 203.463 88.167 1.173.301 75 75 23
4 Peneleh 8.952 1.342.851 268.570 134.285 402.855 174.571 2.323.133 149 149 45 2044
5 Kapasari 8.774 1.316.049 263.210 131.605 394.815 171.086 2.276.765 146 146 44
6 Kedungdoro 12.034 1.805.147 361.029 180.515 541.544 234.669 3.122.904 201 201 60

454
2.058.11 11.868.46
Jumlah 45.736 6.860.383 1.372.077 686.038 891.850 762 762 229
5 2
Sumber: Hasil Analisis, 2023

455
Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan air minum di Kecamatan Genteng Kota
Surabaya, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air minum akan terus mengalami penurunan
pada tahun 2024. Penurunan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti penurunan jumlah
penduduk, aktivitas ekonomi yang menurun, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
kebersihan dan kesehatan lingkungan. Pada tahun 2024, proyeksi kebutuhan air minum
Kecamatan Genteng mencapai 16.468.346 liter per hari, mengalami penurunan yang
signifikan hingga mencapai 11.868.462 liter per hari pada tahun 2044.
Proyeksi kebutuhan air minum di Kecamatan Genteng Kota Surabaya pada tahun
2024 adalah 16.468.346 liter per hari. Pada tahun 2044, proyeksi kebutuhan air minum
tersebut menurun menjadi 11.868.462 liter per hari. Persentase penurunan kebutuhan air
minum tersebut adalah sebesar 27,3%. Persentase penurunan tersebut mencerminkan adaptasi
kecamatan terhadap perubahan kondisi sosial dan ekonomi, mengindikasikan perlunya
penyusunan rencana pengelolaan sumber daya air minum yang lebih efisien.
Berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum yang menurun di Kecamatan Genteng
Kota Surabaya hingga tahun 2044, diperlukan penyesuaian dalam pengembangan prasarana
air. Mengingat penurunan ini dipicu oleh faktor demografis dan perubahan perilaku
masyarakat, langkah pertama yang dapat diambil adalah melakukan evaluasi kapasitas
instalasi pengolahan air. Seiring dengan penurunan kebutuhan, perlu fokus pada pemeliharaan
infrastruktur yang ada dan penyesuaian kapasitas sesuai proyeksi. Selain itu, penggunaan
teknologi canggih dalam monitoring dan manajemen distribusi air dapat meningkatkan
efisiensi. Melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam program konservasi air juga perlu
dipertimbangkan. Dengan menyusun rencana pengelolaan yang adaptif, Kecamatan Genteng
dapat memastikan pemenuhan kebutuhan air yang efisien dan berkelanjutan.

4.9.2.3 Jaringan Air Limbah


Analisis perhitungan debit air limbah domestik didasarkan pada jumlah pemakaian air
minum. Volume air limbah domestik adalah 80% volume air minum domestik. Hal tersebut
berdasarkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
04/PRT/M/2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik. Pada
pedoman tersebut juga dijelaskan bahwa debit buangan air limbah non-domestik pada
fasilitas umum, perkantoran, dan perdagangan dan jasa juga berkisar 80% dari konsumsi air
bersih non- domestik tersebut. Untuk limbah non-domestik industri, merujuk pada Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 40/M-IDN/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Kawasan
Industri. Pada pedoman tersebut juga tertera bahwa perkiraan volume dan kapasitas limbah
cair yang dihasilkan industri sebanyak 80% dari konsumsi air bersih perhari.

456
Tabel 4.9.23 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Limbah tahun 2024-2044
Jumlah Penduduk yang
Kebutuhan Sarana Produksi Lumpur Tinja
Mendapatkan
(Unit) (L/Hari)
Jumlah Pelayanan (Jiwa)
No Kecamatan Kelurahan
Penduduk Tanki MCK Tanki MCK
Septik (Komunal/ Septik (Komunal/ Domestik Non-Domestik
Keluarga SPALDS) Keluarga SPALDS)
Embong
1 Genteng 11429 10286 1143 206 6 1143 229
Kaliasin 2024
2 Genteng Ketabang 6936 6242 694 125 3 694 139
3 Genteng Genteng 7916 7124 792 142 4 792 158
4 Genteng Peneleh 13597 12237 1360 245 7 1360 272
5 Genteng Kapasari 15833 14250 1583 285 8 1583 317
6 Genteng Kedungduro 15226 13704 1523 274 8 1523 305
Jumlah 70937 63843 7094 1277 35 7094 1419

Jumlah Penduduk yang


Produksi Lumpur Tinja
Mendapatkan Pelayanan Kebutuhan Sarana (Unit)
(L/Hari)
Jumlah (Jiwa)
No Kecamatan Kelurahan
Penduduk Tanki MCK Tanki MCK
Non-Domesti
Septik (Komunal/ Septik (Komunal/ Domestik 2029
k
Keluarga SPALDS) Keluarga SPALDS)
Embong
1 Genteng 10270 9243 1027 185 5 1027 205
Kaliasin

457
2 Genteng Ketabang 6045 5441 605 109 3 605 121
3 Genteng Genteng 6882 6194 688 124 3 688 138
4 Genteng Peneleh 12248 11023 1225 220 6 1225 245
5 Genteng Kapasari 13661 12295 1366 246 7 1366 273
6 Genteng Kedungduro 14357 12921 1436 258 7 1436 287
Jumlah 63462 57116 6346 1142 32 6346 1269

Jumlah Penduduk yang


Kebutuhan Sarana Produksi Lumpur Tinja
Mendapatkan
(Unit) (L/Hari)
Jumlah Pelayanan (Jiwa)
No Kecamatan Kelurahan
Penduduk Tanki MCK Tanki MCK
Septik (Komunal/ Septik (Komunal/ Domestik Non-Domestik
Keluarga SPALDS) Keluarga SPALDS)
Embong
1 Genteng 9228 8306 923 166 5 923 185
Kaliasin 2034
2 Genteng Ketabang 5269 4742 527 95 3 527 105
3 Genteng Genteng 5983 5384 598 108 3 598 120
4 Genteng Peneleh 11033 9930 1103 199 6 1103 221
5 Genteng Kapasari 11786 10608 1179 212 6 1179 236
6 Genteng Kedungduro 13537 12183 1354 244 7 1354 271
Jumlah 56835 51152 5684 1023 28 5684 1137

458
Jumlah Penduduk yang
Kebutuhan Sarana Produksi Lumpur Tinja
Mendapatkan
(Unit) (L/Hari)
Jumlah Pelayanan (Jiwa)
No Kecamatan Kelurahan
Penduduk Tanki MCK Tanki MCK
Non-Domesti
Septik (Komunal/ Septik (Komunal/ Domestik
k
Keluarga SPALDS) Keluarga SPALDS)
Embong
1 Genteng 8293 7463 829 149 4 829 166
Kaliasin 2039
2 Genteng Ketabang 4592 4133 459 83 2 459 92
3 Genteng Genteng 5201 4681 520 94 3 520 104
4 Genteng Peneleh 9938 8944 994 179 5 994 199
5 Genteng Kapasari 10169 9152 1017 183 5 1017 203
6 Genteng Kedungduro 12763 11487 1276 230 6 1276 255
Jumlah 50956 45861 5096 917 25 5096 1019

Jumlah Penduduk yang


Kebutuhan Sarana Produksi Lumpur Tinja
Mendapatkan
(Unit) (L/Hari)
Jumlah Pelayanan (Jiwa)
No Kecamatan Kelurahan
Penduduk Tanki MCK Tanki MCK
Non-Domesti
Septik (Komunal/ Septik (Komunal/ Domestik 2044
k
Keluarga SPALDS) Keluarga SPALDS)
Embong
1 Genteng 7452 6707 745 134 4 745 149
Kaliasin

459
2 Genteng Ketabang 4002 3602 400 72 2 400 80
3 Genteng Genteng 4521 4069 452 81 2 452 90
4 Genteng Peneleh 8952 8057 895 161 4 895 179
5 Genteng Kapasari 8774 7896 877 158 4 877 175
6 Genteng Kedungduro 12034 10831 1203 217 6 1203 241
Jumlah 45736 41162 4574 823 23 4574 915
Sumber: Hasil Analsis, 2023

460
Kebutuhan Septic Tank untuk memenuhi kebutuhan pembuangan air limbah di
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, sangat tinggi. Berdasarkan proyeksi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kepadatan Penduduk dan Kawasan Permukiman
(RP2KPKP) Kota Surabaya, kebutuhan Septic Tank di Genteng pada tahun 2044
mencapai 823 unit. Namun, dengan penyesuaian kebijakan pada RP2KPKP,
kebutuhan Septic Tank di Genteng tidak lagi dibutuhkan sebesar itu. Hal ini
dikarenakan pengembangan sanitasi di Genteng akan diarahkan pada sanitasi
terpusat, seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sanitasi terpusat adalah
sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara kolektif dan terpusat di satu
lokasi. Sistem ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sanitasi
setempat, seperti:

1. Pelayanan lebih nyaman


2. Menampung semua air limbah domestik
3. Pencemaran air tanah dan lingkungan dapat dihindari
4. Cocok untuk daerah dengan tingkat kepadatan tinggi
5. Masa/umur pemakaian relatif lebih lama

Pengembangan sanitasi terpusat di Genteng akan dilakukan secara bertahap.


Pada tahap awal, IPAL akan dibangun di beberapa titik yang tersebar di kecamatan
tersebut. Selanjutnya, IPAL akan dibangun di titik-titik lainnya secara bertahap
hingga seluruh kebutuhan sanitasi di Genteng terpenuhi.

461
4.9.2.4 Jaringan Persampahan
Analisis kebutuhan persampahan dilakukan untuk meramalkan jumlah sampah yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia, memungkinkan pengembangan penanganan yang efektif
dengan penyediaan prasarana pendukung untuk mengelola jumlah sampah tersebut. Proyeksi
ini mengacu pada asumsi yang tercantum dalam SNI-3242-2008 tentang pengelolaan sampah
di permukiman. Dalam konteks Kecamatan Genteng Kota Surabaya, prasarana persampahan
menjadi elemen krusial dalam manajemen limbah. Fasilitas ini mencakup tempat
pembuangan sampah, daur ulang, dan sistem pengelolaan yang terorganisir. Dengan
pertumbuhan penduduk yang signifikan, peran prasarana persampahan menjadi semakin
penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di Kecamatan Genteng. Oleh
karena itu, perlu adanya evaluasi dan peningkatan prasarana persampahan guna memenuhi
kebutuhan yang terus berkembang seiring waktu.

462
Tabel 4.9.24 Analisis Volume Timbulan Sampah tahun 2024-2044
Volume Timbulan Sampah (L/Orang/Hari)
Jumlah Non Domestik Jumlah Non
No. Desa/Kelurahan Tahun
Penduduk Domestik Perdagangan Perdagangan Domestik
Jalan Lain-Lain
(Selain Pasar) (Pasar)
1 Embong Kaliasin 11.429 34.286 8.571 1.714 3.429 1.714 15.429
2 Ketabang 6.936 20.808 5.202 1.040 2.081 1.040 9.364
3 Genteng 7.916 23.748 5.937 1.187 2.375 1.187 10.687
4 Peneleh 13.597 40.790 10.198 2.040 4.079 2.040 18.356 2024

5 Kapasari 15.833 47.499 11.875 2.375 4.750 2.375 21.375


6 Kedungdoro 15.226 45.679 11.420 2.284 4.568 2.284 20.556
Jumlah 70.937 212.811 53.203 10.641 21.281 10.641 95.765

Volume Timbulan Sampah (L/Orang/Hari)


Jumlah Non Domestik Jumlah Non
No. Desa/Kelurahan Tahun
Penduduk Domestik Perdagangan Perdagangan Domestik
Jalan Lain-Lain
(Selain Pasar) (Pasar)
1 Embong Kaliasin 10.270 30.809 7.702 1.540 3.081 1.540 13.864
2 Ketabang 6.045 18.136 4.534 907 1.814 907 8.161
3 Genteng 6.882 20.645 5.161 1.032 2.065 1.032 9.290 2029

4 Peneleh 12.248 36.744 9.186 1.837 3.674 1.837 16.535

463
5 Kapasari 13.661 40.982 10.245 2.049 4.098 2.049 18.442
6 Kedungdoro 14.357 43.070 10.767 2.153 4.307 2.153 19.381
Jumlah 63.462 190.386 47.596 9.519 19.039 9.519 85.673
Volume Timbulan Sampah (L/Orang/Hari)
Jumlah Non Domestik Jumlah Non
No. Desa/Kelurahan Tahun
Penduduk Domestik Perdagangan Perdagangan Domestik
Jalan Lain-Lain
(Selain Pasar) (Pasar)
1 Embong Kaliasin 9.228 27.685 6.921 1.384 2.769 1.384 12.458
2 Ketabang 5.269 15.807 3.952 790 1.581 790 7.113
3 Genteng 5.983 17.948 4.487 897 1.795 897 8.076
4 Peneleh 11.033 33.098 8.275 1.655 3.310 1.655 14.894 2034

5 Kapasari 11.786 35.359 8.840 1.768 3.536 1.768 15.911


6 Kedungdoro 13.537 40.610 10.152 2.030 4.061 2.030 18.274
Jumlah 56.835 170.506 42.627 8.525 17.051 8.525 76.728

Volume Timbulan Sampah (L/Orang/Hari)


Jumlah Non Domestik Jumlah Non
No. Desa/Kelurahan Tahun
Penduduk Domestik Perdagangan Perdagangan Domestik
Jalan Lain-Lain
(Selain Pasar) (Pasar)
1 Embong Kaliasin 8.293 24.878 6.219 1.244 2.488 1.244 11.195
2 Ketabang 4.592 13.777 3.444 689 1.378 689 6.199 2039

464
3 Genteng 5.201 15.603 3.901 780 1.560 780 7.021
4 Peneleh 9.938 29.815 7.454 1.491 2.981 1.491 13.417
5 Kapasari 10.169 30.507 7.627 1.525 3.051 1.525 13.728
6 Kedungdoro 12.763 38.290 9.573 1.915 3.829 1.915 17.231
Jumlah 50.956 152.869 38.217 7.643 15.287 7.643 68.791

Volume Timbulan Sampah (L/Orang/Hari)


Jumlah Non Domestik Jumlah Non
No. Desa/Kelurahan Tahun
Penduduk Domestik Perdagangan Perdagangan Domestik
Jalan Lain-Lain
(Selain Pasar) (Pasar)
1 Embong Kaliasin 7.452 22.355 5.589 1.118 2.236 1.118 10.060
2 Ketabang 4.002 12.007 3.002 600 1.201 600 5.403
3 Genteng 4.521 13.564 3.391 678 1.356 678 6.104
4 Peneleh 8.952 26.857 6.714 1.343 2.686 1.343 12.086 2044

5 Kapasari 8.774 26.321 6.580 1.316 2.632 1.316 11.844


6 Kedungdoro 12.034 36.103 9.026 1.805 3.610 1.805 16.246
Jumlah 45.736 137.208 34.302 6.860 13.721 6.860 61.743

Sumber: Hasil Analisis, 2023

465
Berdasarkan hasil interpretasi analisis pada tahun 2024-2044 yang menunjukkan
penurunan volume timbulan sampah sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah
di Kota Surabaya mengalami kemajuan positif. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab
penurunan tersebut melibatkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
sampah yang baik, ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang lebih
memadai, dan penerapan teknologi, seperti sistem pengelolaan sampah terpadu (PPST) di
tingkat RT/RW. Meskipun penurunan volume timbulan sampah dianggap positif, masih
diperlukan peningkatan lebih lanjut karena volume sampah Kota Surabaya masih tinggi,
mencapai 1,37 L/orang/hari pada tahun 2024. Untuk mencapai target penurunan volume
timbulan sampah sebesar 0,5 L/orang/hari pada tahun 2044, perlu dilakukan upaya-upaya
intensif serta rekomendasi berikut ini.

a. Upaya Intensif untuk Penurunan Volume Sampah (2024 - 2044):


i. Peningkatan edukasi dan sosialisasi berkelanjutan.
ii. Investasi lebih lanjut dalam sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
iii. Penerapan teknologi yang tepat guna.
b. Rekomendasi untuk Meningkatkan Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya:
i. Pemerintah perlu menyusun strategi terintegrasi, melibatkan edukasi,
pembangunan sarana-prasarana, dan penerapan teknologi.
ii. Kerja sama antara pemerintah, masyarakat, swasta, dan akademisi perlu
ditingkatkan melalui kampanye, pelatihan, dan penelitian.
iii. Partisipasi aktif masyarakat dengan pemilahan sampah, penggunaan kembali,
dan pengurangan barang tidak ramah lingkungan.

Dengan kerjasama dari berbagai pihak, diharapkan Kota Surabaya dapat mencapai
pengelolaan sampah yang lebih baik, menurunkan volume sampah, dan mencapai target yang
telah ditetapkan.

466
Tabel 4.9.25 Analisis Kebutuhan Prasarana Pengelolaan Persampahan tahun 2024-2044

KEBUTUHAN PER KELURAHAN

Kebutuhan Prasarana Pengelolaan Sampah


Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Truk TPS Tahun
Waduk Komposter Gerobak TPS
k Kontaine TPS RW Kecamat Jumlah
Komunal Komunal Sampah Kelurahan
r an
1 Embong Kaliasin 11.429 88 114 18 4 5 0 0 229
2 Ketabang 6.936 53 69 11 2 3 0 0 139
3 Genteng 7.916 61 79 12 2 3 0 0 158
4 Peneleh 13.597 105 136 21 4 5 0 0 272 2024
5 Kapasari 15.833 122 158 25 5 6 1 0 317
6 Kedungdoro 15.226 117 152 24 5 6 1 0 305
Jumlah 70.937 546 709 111 22 28 2 0 1.419

Kebutuhan Prasarana Pengelolaan Sampah


Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Truk TPS Tahun
Waduk Komposter Gerobak TPS
k Kontaine TPS RW Kecamat Jumlah
Komunal Komunal Sampah Kelurahan
r an
1 Embong Kaliasin 10.270 79 103 16 3 4 0 0 205
2 Ketabang 6.045 47 60 9 2 2 0 0 121
2029
3 Genteng 6.882 53 69 11 2 3 0 0 138

467
4 Peneleh 12.248 94 122 19 4 5 0 0 245
5 Kapasari 13.661 105 137 21 4 5 0 0 273
6 Kedungdoro 14.357 110 144 22 4 6 0 0 287
Jumlah 63.462 488 635 99 20 25 2 0 1.269

Kebutuhan Prasarana Pengelolaan Sampah


Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Truk TPS Tahun
Waduk Komposter Gerobak TPS
k Kontaine TPS RW Kecamat Jumlah
Komunal Komunal Sampah Kelurahan
r an
1 Embong Kaliasin 9.228 71 92 14 3 4 0 0 185
2 Ketabang 5.269 41 53 8 2 2 0 0 105
3 Genteng 5.983 46 60 9 2 2 0 0 120
4 Peneleh 11.033 85 110 17 3 4 0 0 221 2034
5 Kapasari 11.786 91 118 18 4 5 0 0 236
6 Kedungdoro 13.537 104 135 21 4 5 0 0 271
Jumlah 56.835 437 568 89 18 23 2 0 1.137

Kebutuhan Prasarana Pengelolaan Sampah


Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Truk TPS Tahun
Waduk Komposter Gerobak TPS
k Kontaine TPS RW Kecamat Jumlah
Komunal Komunal Sampah Kelurahan
r an
1 Embong Kaliasin 8.293 64 83 13 3 3 0 0 166
2 Ketabang 4.592 35 46 7 1 2 0 0 92 2039

468
3 Genteng 5.201 40 52 8 2 2 0 0 104
4 Peneleh 9.938 76 99 16 3 4 0 0 199
5 Kapasari 10.169 78 102 16 3 4 0 0 203
6 Kedungdoro 12.763 98 128 20 4 5 0 0 255
Jumlah 50.956 392 510 80 16 20 2 0 1.019

Kebutuhan Prasarana Pengelolaan Sampah


Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Truk TPS Tahun
Waduk Komposter Gerobak TPS
k Kontaine TPS RW Kecamat Jumlah
Komunal Komunal Sampah Kelurahan
r an
1 Embong Kaliasin 7.452 57 75 12 2 3 0 0 149
2 Ketabang 4.002 31 40 6 1 2 0 0 80
3 Genteng 4.521 35 45 7 1 2 0 0 90
4 Peneleh 8.952 69 90 14 3 4 0 0 179 2044
5 Kapasari 8.774 67 88 14 3 4 0 0 175
6 Kedungdoro 12.034 93 120 19 4 5 0 0 241
Jumlah 45.736 352 457 71 14 18 2 0 915

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan analisis tabel, terlihat adanya penurunan signifikan kebutuhan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kecamatan Genteng,
Kota Surabaya, dari 30 unit pada tahun 2024 menjadi 20 unit pada tahun 2044. Penurunan ini dapat dihubungkan dengan perubahan jumlah

469
penduduk yang turun sepanjang periode tersebut. Dinamika sosial dan populasi yang terjadi memberikan peluang untuk mengembangkan
strategi manajemen sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan mengikuti kondisi masa depan. Dalam rangka ini, disarankan untuk
memfokuskan upaya pada peningkatan efisiensi pengelolaan sampah dan memanfaatkan teknologi terkini guna mendukung keberlanjutan
lingkungan di Kecamatan Genteng.

470
4.9.2.5 Jaringan Listrik
Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dan Surat Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001, dapat dilakukan perhitungan analisis proyeksi
kebutuhan jaringan listrik dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
1. Lingkungan perumahan harus dirancang dengan mempertimbangkan perencanaan
penyediaan jaringan listrik yang sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang
berlaku. Pemasangan instalasi listrik di seluruh area perumahan, baik di dalam
bangunan maupun di lingkungannya, harus diintegrasikan dengan mematuhi peraturan
dan persyaratan tambahan yang berlaku. Hal ini mencakup Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL), peraturan yang berlaku di wilayah PLN setempat, dan aturan-aturan
lain seperti AVE. Dengan mematuhi ketentuan ini, lingkungan perumahan dapat
memastikan keandalan dan keamanan penyediaan listrik, serta memastikan kepatuhan
terhadap standar dan regulasi yang berlaku dalam pengaturan instalasi listrik di
wilayah tersebut.
2. Penyediaan kebutuhan daya listrik memiliki beberapa aspek penting. Pertama, setiap
lingkungan perumahan harus memperoleh pasokan daya listrik, baik dari PLN
maupun sumber energi alternatif. Kedua, setiap unit rumah tangga diwajibkan
menerima pasokan daya listrik minimum sebesar 450 VA per rumah tangga. Selain
itu, sarana lingkungan harus mendapatkan pelayanan sebesar 40% dari total
kebutuhan rumah tangga.
3. Terkait dengan alokasi kebutuhan daya listrik di sarana lingkungan, terdapat
pembagian yang jelas. Bagian komersial diharapkan dapat memenuhi 15% dari
kebutuhan rumah tangga, sedangkan pemerintah dan pelayanan umum diharapkan
menyumbang sebanyak 15%. Selain itu, terdapat alokasi cadangan sebesar 10% dari
kebutuhan rumah tangga, memberikan ketangguhan dalam penyediaan daya listrik.
Dengan demikian, kebijakan ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif
untuk memastikan penyediaan daya listrik yang memadai di setiap unit dan
lingkungan perumahan.
4. Penyediaan infrastruktur listrik memiliki beberapa aspek penting. Pertama, diperlukan
jaringan listrik lingkungan yang mengikuti hierarki pelayanan, di mana pasokannya
diprediksi berdasarkan jumlah unit hunian dalam blok siap bangun. Selanjutnya, tiang
listrik dijadikan sebagai penerangan jalan, ditempatkan di area damija pada sisi jalur
hijau agar tidak menghambat sirkulasi pejalan kaki di trotoar.
5. Selain itu, gardu listrik diperlukan setiap 200 KVA daya listrik, ditempatkan pada
lahan bebas dari kegiatan umum. Untuk penerangan jalan, intensitasnya diatur sebesar
500 lux dengan ketinggian lebih dari 5 meter dari muka tanah. Namun, daerah di
bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau
kegiatan permanen karena dapat membahayakan keselamatan. Dengan demikian,
penyediaan infrastruktur listrik ini harus memperhatikan aspek keamanan,
ketersediaan daya, dan keberlanjutan lingkungan.

471
Tabel 4.9.26 Analisis Proyeksi Kebutuhan Listrik tahun 2024-2044

KEBUTUHAN PER KELURAHAN

Kebutuhan Listrik (kVA)


Kebutuhan
Jumlah Non Domestik Total
Jumlah Gardu
No. Desa/Kelurahan Pendudu Pemerintah Kebutuhan Tahun
KK Domestik Listriik
k Komersial dan Pelayanan Cadangan Daya (kVA)
(Unit)
Umum
1 Embong Kaliasin 11.429 2.286 914 343 343 229 1829 9
2 Ketabang 6.936 1.387 555 208 208 139 1110 6
3 Genteng 7.916 1.583 633 237 237 158 1267 6
4 Peneleh 13.597 2.719 1088 408 408 272 2175 11 2024

5 Kapasari 15.833 3.167 1267 475 475 317 2533 13


6 Kedungdoro 15.226 3.045 1218 457 457 305 2436 12
Jumlah 70.937 14.187 5.675 2.128 2.128 1.419 11.350 57
Kebutuhan Listrik (kVA)
Kebutuhan
Jumlah Non Domestik Total
Jumlah Gardu
No. Desa/Kelurahan Pendudu Pemerintah Kebutuhan Tahun
KK Domestik Listriik
k Komersial dan Pelayanan Cadangan Daya (kVA)
(Unit)
Umum
1 Embong Kaliasin 10.270 2.054 822 308 308 205 1643 8
2 Ketabang 6.045 1.209 484 181 181 121 967 5 2029

472
3 Genteng 6.882 1.376 551 206 206 138 1101 6
4 Peneleh 12.248 2.450 980 367 367 245 1960 10
5 Kapasari 13.661 2.732 1093 410 410 273 2186 11
6 Kedungdoro 14.357 2.871 1149 431 431 287 2297 11
Jumlah 63.462 12.692 5.077 1.904 1.904 1.269 10.154 51
Kebutuhan Listrik (kVA)
Kebutuhan
Jumlah Non Domestik Total
Jumlah Gardu
No. Desa/Kelurahan Pendudu Pemerintah Kebutuhan Tahun
KK Domestik Listriik
k Komersial dan Pelayanan Cadangan Daya (kVA)
(Unit)
Umum
1 Embong Kaliasin 9.228 1.846 738 277 277 185 1477 7
2 Ketabang 5.269 1.054 422 158 158 105 843 4
3 Genteng 5.983 1.197 479 179 179 120 957 5
4 Peneleh 11.033 2.207 883 331 331 221 1765 9 2034

5 Kapasari 11.786 2.357 943 354 354 236 1886 9


6 Kedungdoro 13.537 2.707 1083 406 406 271 2166 11
Jumlah 56.835 11.367 4.547 1.705 1.705 1.137 9.094 45
Kebutuhan Listrik (kVA)
Kebutuhan
Jumlah Non Domestik Total
Jumlah Gardu
No. Desa/Kelurahan Pendudu Pemerintah Kebutuhan Tahun
KK Domestik Listriik
k Komersial dan Pelayanan Cadangan Daya (kVA)
(Unit)
Umum

473
1 Embong Kaliasin 8.293 1.659 663 249 249 166 1327 7
2 Ketabang 4.592 918 367 138 138 92 735 4
3 Genteng 5.201 1.040 416 156 156 104 832 4
4 Peneleh 9.938 1.988 795 298 298 199 1590 8 2039

5 Kapasari 10.169 2.034 814 305 305 203 1627 8


6 Kedungdoro 12.763 2.553 1021 383 383 255 2042 10
Jumlah 50.956 10.191 4.077 1.529 1.529 1.019 8.153 41
Kebutuhan Listrik (kVA)
Kebutuhan
Jumlah Non Domestik Total
Jumlah Gardu
No. Desa/Kelurahan Pendudu Pemerintah Kebutuhan Tahun
KK Domestik Listriik
k Komersial dan Pelayanan Cadangan Daya (kVA)
(Unit)
Umum
1 Embong Kaliasin 7.452 1.490 596 224 224 149 1192 6
2 Ketabang 4.002 800 320 120 120 80 640 3
3 Genteng 4.521 904 362 136 136 90 723 4
4 Peneleh 8.952 1.790 716 269 269 179 1432 7 2044

5 Kapasari 8.774 1.755 702 263 263 175 1404 7


6 Kedungdoro 12.034 2.407 963 361 361 241 1925 10
Jumlah 45.736 9.147 3.659 1.372 1.372 915 7.318 37
Sumber: Hasil Analisis, 2023

474
Berdasarkan tabel hasil analisis, kebutuhan listrik di Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, akan mengalami penurunan dari tahun 2023
hingga 2044. Pada hasil analisis kebutuhan listrik kecamatan Genteng pada tahun 2023 membutuhkan listrik sebanyak 15.136 KWh per tahun,
namun pada tahun 2044, hasil analisis proyeksi menunjukkan adanya penurunan menjadi 7.162 KWh per tahun akibat adanya penurunan jumlah
penduduk.

475
Penurunan kebutuhan listrik tersebut dapat dilihat dari data jumlah penduduk
Kecamatan Genteng yang mengalami penurunan dari tahun 2023 hingga 2044. Pada tahun
2023, jumlah penduduk Kecamatan Genteng adalah 120.000 jiwa, namun pada tahun 2044,
jumlah penduduk Kecamatan Genteng diperkirakan akan turun menjadi 70.000 jiwa.
Penurunan jumlah penduduk tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Penurunan laju pertumbuhan penduduk.
2. Peningkatan migrasi keluar.
3. Penurunan angka kelahiran.
4. Penurunan jumlah penduduk akan berdampak pada penurunan konsumsi
listrik.

Hal ini dikarenakan konsumsi listrik dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Semakin
banyak jumlah penduduk, semakin besar pula konsumsi listrik. Oleh karena itu, penurunan
kebutuhan listrik di Kecamatan Genteng merupakan hal yang wajar dan sesuai dengan
kondisi yang ada. Penurunan kebutuhan listrik tersebut dapat diantisipasi dengan melakukan
beberapa langkah, antara lain:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan energi listrik yang ada.
2. Melakukan efisiensi penggunaan listrik.
3. Mendorong penggunaan energi terbarukan.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan kebutuhan listrik di Kecamatan


Genteng dapat tetap terpenuhi, bahkan jika terjadi penurunan jumlah penduduk di masa
mendatang. Berikut adalah beberapa rekomendasi untuk mengantisipasi penurunan
kebutuhan listrik di Kecamatan Genteng:
1. Pemerintah daerah perlu melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya
efisiensi penggunaan listrik.
2. Pemerintah daerah perlu mendorong penggunaan energi terbarukan, seperti
energi surya dan energi angin.
3. Pemerintah daerah perlu meningkatkan investasi dalam pembangunan
infrastruktur ketenagalistrikan, seperti jaringan listrik dan pembangkit listrik.

Dengan kerjasama yang solid dari berbagai pihak, diharapkan kebutuhan listrik di
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, tetap terpenuhi, meskipun terjadi penurunan jumlah
penduduk di masa mendatang. Analisis menunjukkan bahwa perubahan demografis dapat
memengaruhi kebutuhan listrik, namun dengan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan
listrik, dan masyarakat, dapat diimplementasikan strategi efisiensi dan konservasi energi.
Investasi dalam teknologi terbarukan juga dapat menjadi solusi, mengingat tujuan global
menuju energi berkelanjutan. Dengan begitu, keberlanjutan pasokan listrik di Kecamatan
Genteng dapat dijaga, mendukung perkembangan wilayah ini bahkan dalam perubahan
dinamika populasi.

476
Dari data tabel yang tertera, dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 2044, kebutuhan total daya listrik di Wilayah Perencanaan Genteng
mencapai 7.318 kVA. Penyediaan prasarana energi atau kelistrikan di wilayah tersebut didukung, antara lain, oleh Gardu Induk (GI) Genteng
yang memiliki kapasitas daya sebesar 50 MVA, seperti yang tercatat dalam Buku Pintar Kondisi Sistem Transmisi di Unit Transmisi Jawa
Bagian Timur dan Bali tahun 2016. Perbandingan dilakukan antara total kebutuhan daya listrik dengan kapasitas daya yang tersedia dalam Gardu
Induk (GI) Genteng untuk memastikan ketersediaan daya yang memadai sesuai dengan proyeksi kebutuhan.

Tabel 4.9.27 Perbandingan Jumlah Kebutuhan Listrik tahun 2024-2044


Perbandingan Jumlah Kebutuhan Daya Listrik Total dengan Kapasitas Daya yang Tersedia dalam Gardu Induk
Total Kebutuhan Daya Kapasitas Daya GI Beban Penyediaan Daya GI
Tahun Kemampuan Penyediaan Daya
(kVA) Genteng Genteng
2024 11.350 100% 22,70%
2029 10.154 100% 20,31%
2034 9.094 50.000 100% 18,19%
2039 8.153 100% 16,31%
2044 7.318 100% 14,64%
Sumber: Hasil Analisis, 2023

477
4.9.2.6 Jaringan Telekomunikasi
Wilayah perencanaan di Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, mengalami penurunan
kebutuhan jaringan telekomunikasi sepanjang rentang waktu 2024 hingga 2044, seperti yang
terrefleksikan dalam proyeksi analisis. Kepentingan memenuhi kebutuhan jaringan
telekomunikasi di lingkungan perumahan menjadi imperatif, sesuai dengan regulasi dan
persyaratan teknis yang telah ditetapkan dalam perundangan yang berlaku. Terutama, hal ini
berlaku untuk prosedur perencanaan umum jaringan telepon di lingkungan perumahan di
kawasan perkotaan.
Fasilitas dan utilitas jaringan telepon yang wajib disediakan di lingkungan perumahan
perkotaan mencakup kebutuhan sambungan telepon dan jaringan telepon. Oleh karena itu,
pengembangan infrastruktur telekomunikasi di Kecamatan Genteng harus tetap mematuhi
standar dan ketentuan yang berlaku, guna memastikan ketersediaan layanan telepon yang
memadai sejalan dengan perubahan dan evolusi kebutuhan komunikasi di tengah masyarakat.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-2004 mengenai Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, persiapan prasarana dan fasilitas jaringan
telepon dalam lingkungan perumahan perkotaan melibatkan pemenuhan kebutuhan
sambungan telepon dan jaringan telepon. Untuk memenuhi persyaratan, kriteria, serta
kebutuhan yang spesifik, langkah-langkah berikut perlu diikuti:
1. Setiap lingkungan perumahan harus menyediakan layanan sambungan telepon rumah
dan telepon umum dengan rasio 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa.
2. Diperlukan minimal satu sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk
(unit RT) yang ditempatkan di pusat-pusat kegiatan di lingkungan RT tersebut.
3. Prioritas penempatan pesawat telepon umum sebaiknya di area publik seperti ruang
terbuka umum, pusat lingkungan, atau dekat dengan bangunan sarana lingkungan.
4. Penempatan pesawat telepon harus dilindungi dari cuaca (hujan dan panas matahari)
dan dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan pengguna telepon umum.

Selain itu, diatur juga tentang Penyediaan Infrastruktur Telekomunikasi:


1. Setiap lingkungan perumahan perlu memiliki jaringan telepon internal dan jaringan
telepon yang menghubungkannya dengan unit hunian.
2. Integrasi jaringan telepon ini dapat dilakukan dengan jaringan pergerakan, seperti
jaringan jalan, dan juga dengan jaringan prasarana/utilitas lain yang ada.
3. Penempatan tiang listrik di area damija pada sisi jalur hijau dirancang sedemikian
rupa sehingga tidak menghambat pergerakan pejalan kaki di trotoar.
4. Untuk setiap kisaran 3.000 - 10.000 sambungan, diperlukan Stasiun Telepon Otomat
(STO) dengan radius layanan 3 - 5 km dari pusat tembaga, berfungsi sebagai pusat
pengendali jaringan dan tempat pengaduan pelanggan.
5. Jarak jangkauan menara Base Transceiver Station (BTS) dirancang mencapai luas 6-7
km.

478
Tabel 4.9.28 Analisis Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi tahun 2024-2044

KEBUTUHAN PER KELURAHAN

Sambungan Telepon (Unit)


Jumlah
No. Desa/Kelurahan Jumlah (Unit) Tahun
Penduduk Rumah Umum

1 Embong Kaliasin 11.429 352 46 397


2 Ketabang 6.936 213 28 241
3 Genteng 7.916 244 32 275
4 Peneleh 13.597 418 54 473 2024

5 Kapasari 15.833 487 63 551


6 Kedungdoro 15.226 469 61 529
Jumlah 70.937 2.183 284 2.466
Sambungan Telepon (Unit)
Jumlah
No. Desa/Kelurahan Jumlah (Unit) Tahun
Penduduk Rumah Umum

1 Embong Kaliasin 10.270 316 41 357


2 Ketabang 6.045 186 24 210
3 Genteng 6.882 212 28 239
4 Peneleh 12.248 377 49 426 2029

5 Kapasari 13.661 420 55 475


6 Kedungdoro 14.357 442 57 499

479
Jumlah 63.462 1.953 254 2.207

Sambungan Telepon (Unit)


Jumlah
No. Desa/Kelurahan Jumlah (Unit) Tahun
Penduduk Rumah Umum

1 Embong Kaliasin 9.228 284 37 321


2 Ketabang 5.269 162 21 183
3 Genteng 5.983 184 24 208
4 Peneleh 11.033 339 44 384 2034

5 Kapasari 11.786 363 47 410


6 Kedungdoro 13.537 417 54 471
Jumlah 56.835 1.749 227 1.976
Sambungan Telepon (Unit)
Jumlah
No. Desa/Kelurahan Jumlah (Unit) Tahun
Penduduk Rumah Umum

1 Embong Kaliasin 8.293 255 33 288


2 Ketabang 4.592 141 18 160
3 Genteng 5.201 160 21 181
4 Peneleh 9.938 306 40 346 2039

5 Kapasari 10.169 313 41 354


6 Kedungdoro 12.763 393 51 444
Jumlah 50.956 1.568 204 1.772

480
Sambungan Telepon (Unit)
Jumlah
No. Desa/Kelurahan Jumlah (Unit) Tahun
Penduduk Rumah Umum

1 Embong Kaliasin 7.452 229 30 259


2 Ketabang 4.002 123 16 139
3 Genteng 4.521 139 18 157
4 Peneleh 8.952 275 36 311 2044

5 Kapasari 8.774 270 35 305


6 Kedungdoro 12.034 370 48 418
Jumlah 45.736 1.407 183 1.590

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Berdasarkan data analisis yang terdapat dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan telekomunikasi di Kecamatan Genteng, Kota
Surabaya, akan mengalami penurunan dari tahun 2024 hingga 2044. Analisis kebutuhan telekomunikasi untuk Kecamatan Genteng pada tahun
2024 menunjukkan kebutuhan sambungan telekomunikasi sebanyak 2.466 unit, namun pada tahun 2044, proyeksi analisis menunjukkan
penurunan menjadi 1.590 unit sebagai hasil dari menurunnya jumlah penduduk. Kebutuhan telekomunikasi di Kecamatan Genteng, Kota
Surabaya, akan mengalami penurunan sebesar 42,6% dari tahun 2024 hingga 2044.

481
Penurunan kebutuhan telekomunikasi di Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, sejalan
dengan perencanaan pembangunan di wilayah tersebut. Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surabaya Tahun 2019-2024 menyebutkan bahwa salah satu
tujuan pembangunan di Kota Surabaya adalah mewujudkan kota yang ramah lingkungan.
Salah satu indikatornya adalah penurunan jumlah penduduk. Penurunan jumlah penduduk di
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Penurunan laju pertumbuhan penduduk: Laju pertumbuhan penduduk di Kota


Surabaya secara umum mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
keluarga berencana, meningkatnya biaya hidup, dan meningkatnya angka urbanisasi.
2. Peningkatan migrasi penduduk: Migrasi penduduk dari Kecamatan Genteng, Kota
Surabaya, ke wilayah lain juga dapat menyebabkan penurunan jumlah penduduk. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti meningkatnya kesempatan kerja di
wilayah lain, meningkatnya biaya hidup di Kota Surabaya, dan meningkatnya polusi
udara di Kota Surabaya.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat direkomendasikan beberapa hal untuk meningkatkan


kesesuaian antara kebutuhan telekomunikasi dengan perencanaan pembangunan di
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, antara lain:

1. Pemerintah Kota Surabaya perlu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada


masyarakat tentang pentingnya penggunaan teknologi komunikasi yang ramah
lingkungan. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti kampanye,
pelatihan, dan penelitian.
2. Pemerintah Kota Surabaya perlu bekerja sama dengan operator telekomunikasi untuk
mengembangkan teknologi telekomunikasi yang lebih hemat energi. Teknologi
telekomunikasi yang hemat energi dapat membantu mengurangi dampak negatif
teknologi telekomunikasi terhadap lingkungan.

Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan kebutuhan telekomunikasi di Kecamatan


Genteng, Kota Surabaya, dapat tetap terpenuhi dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan.

482
4.10 Analisis Kebijakan
4.10.1 Kebijakan Non-Sektoral
Tabel 4.10.1 Kompilasi Kebijakan Non-Sektoral WP Genteng

ARAHAN PENGEMBANGAN DALAM RTRW KOTA SURABAYA TAHUN 2014-2034

Rencana Dokumen Kriteria dan Kebijakan

Jalan Tunjungan di Kecamatan Genteng diarahkan sebagai perdagangan barang


Sistem Pusat Pelayanan pada Wilayah
eksklusif
Darat

Kecamatan Genteng termasuk unit pengembangan VI Tunjungan yang ditujukan


Fungsi Kegiatan Utama pada Wilayah
sebagai pusat pelayanan kota serta fungsi kegiatan utama di pusat lingkungan :
Darat
permukiman, pemerintahan, dan perdagangan dan jasa;

Sistem IPA Karang Pilang IV dipasok dari sumber air baku baru dari Genteng atau Dam
Struktur Penyediaan Air Beng atau Mata Air Umbulan.
Ruang Pengembangan Minum
Sistem Infrastruktur Pengembangan Sistem Pematusan rayon Genteng, meliputi sistem Pompa Air (PA).
Perkotaan Darmokali, Ciliwung, PA. Dinoyo, PA. Keputran, Gubeng-Kayon Grahadi, PA.
Sistem Drainase
Kenari-Embong Malang, PA. Flores, Peneleh, Kali Mas, Pelabuhan Barat,
Pelabuhan Timur dan Greges;

Sistem Jaringan Unit Pengembangan VI Tunjungan menetapkan kawasan di sekitar Bandar Udara
Jaringan Transportasi Transportasi Juanda sebagai Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
Udara

Pola Ruang Kawasan Kecamatan Genteng termasuk kawasan sempadan Sungai Kalimas yang termasuk
Rencana Kawasan
Sempadan rencana penetapan kawasan sempadan sungai Kota Surabaya
Lindung
Sungai

483
Kawasan Unit Pengembangan VI Tunjungan termasuk kawasan cagar budaya dan ilmu
Pelestarian pengetahuan meliputi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya
ALam dan Cagar
Budaya

Kawasan Adanya rencana pemantapan fungsi kawasan perdagangan dan jasa. Kawasan
Perdagangan dan Tunjungan; merupakan Perdagangan yang memiliki aspek historis dan merupakan
Jasa Perdagangan eksklusif dengan karakter berbelanja yang berbeda.Pasar Genteng;
merupakan Perdagangan khusus elektronik.

Kawasan Kecamatan Genteng termasuk kawasan pengembangan perumahan dan


Rencana Kawasan Perumahan dan permukiman kepadatan tinggi
Budidaya Permukiman

Peruntukan Kecamatan Genteng memiliki jumlah PKL terbanyak sebanyak 2.864 PKL.Terkait
Ruang Kegiatan dengan perencanaan tata ruang, sektor informal perlu ditata dan diarahkan untuk
Sektor Informal bisa selaras,serasi dan saling mendukung aktivitas utama Kota Surabaya

Kawasan Area Genteng memiliki kawasan kota lama Surabaya seperti peneleh dan jalan
Pariwisata tunjungan sebagai pengembangan kawasan daya tarik budaya

ARAHAN PENGEMBANGAN DALAM RPJP KOTA SURABAYA TAHUN 2005-2025

Rencana Dokumen Kriteria dan Kebijakan

Arahan Pengembangan di Kawasan Segiempat Emas Tunjungan dan sekitarnya Sebagai kawasan pusat perdagangan dan
Kecamatan Genteng yang sesuai perkantoran, kawasan Segiempat Emas Tunjungan memerlukan penanganan dan pengelolaan yang
dengan visi Kota Surabaya optimal untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya.

Kawasan Kota Lama Surabaya dan Kawasan Bangunan dan Lingkungan Cagar Budaya. Seiring dengan
waktu, pemanfaatan bangunan yang tidak serasi dengan karakter awal kawasan kota lama dan kampung
lama membuat kawasan ini terlihat kumuh dan cenderung ditinggalkan, sehingga perlu

484
ARAHAN PENGEMBANGAN DALAM RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2021-2026

Rencana Dokumen Kriteria dan Kebijakan

Pembangunan Infrastruktur yang Terintegrasi

Pengembangan Kawasan Pusat Kota yang Berkelanjutan

Peningkatan Pelayanan Publik


Program pembangunan Kecamatan
Genteng berdasarkan RPJMD Kota Pengembangan Sektor Ekonomi Unggulan
Surabaya
Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan

Peningkatan Kualitas Lingkungan

Pemberdayaan Masyarakat

Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2023

485
Gambar 4.10.1 Kompilasi Kebijakan Non-Sektoral WP Genteng

Sumber : Hasil Analisis, 2023

486
4.10.2 Kebijakan Sektoral
Tabel 4.10.2 Kompilasi Kebijakan Sektoral WP Genteng

MASTER PLAN DRAINASE KOTA SURABAYA TAHUN 2018-2038

Rencana Kebijakan

Rencana Rehabilitasi Sistem Saat ini, sistem drainase di Kecamatan Genteng masih belum memenuhi standar. Hal ini
Drainase menyebabkan terjadinya genangan air di beberapa wilayah kelurahan. Sehingga dilakukan evaluasi
timbulnya genangan pada catchment area sistem pematusan greges yang dilayani oleh rumah pompa
greges di rayon Genteng Surabaya, dan melakukan pembagian rayon atau sistem drainase, rehabilitasi
saluran, dan pengalihan arus aliran ke saluran lintas.

Rencana Rumah Pompa Baru Kapasitas rumah pompa baru akan disesuaikan dengan kebutuhan drainase di wilayah tersebut.
Kapasitas rumah pompa yang memadai dapat membantu mengatasi genangan air dengan lebih cepat
dan efektif.

RENCANA INDUK PARIWISATA KOTA SURABAYA

Rencana Kebijakan

Rencana Wisata Belanja Melakukan pembangunan dan melengkapi fasilitas internal gedung sesuai dengan standar
nasional/internasional. Hal ini dimulai dengan integrasi pengembangan wisata.

RISPAM KOTA SURABAYA TAHUN 2015

Rencana Kebijakan

Rencana Pengembangan Spam Kota Menggunakan skenario pengembangan strategis yang didasari pada dua sasaran, yaitu:
Surabaya • Peningkatan cakupan pelayanan menuju teraksesnya penduduk terhadap air minum yang aman dan
sehat.
• Meningkatkan kualitas sarana pendukung keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Minum.

Rencana Pengembangan Jaringan Penambahan jalur perpipaan baru primer, sekunder dan tersier.

487
Rencana Pengembangan Kapasitas Pengembangan dan peningkatan sistem produksi, pengembangan dan peningkatan sistem transmisi
dan distribusi, dan penambahan sambungan serta peningkatan pelayanan pelanggan.

Rencana Pengembangan Dan • Kajian optimalisasi sistem distribusi serta rencana pengembangan dan peningkatan sistem transmisi
Peningkatan Sistem Transmisi Dan dan distribusi (pemanfaatan kapasitas idle IPAM Karangpilang III dan Sistem Umbulan).
Distribusi • Perencanaan Rinci (DED-Detailed Engineering Design) jaringan distribusi utama untuk pemanfaatan
kapasitas idle IPAM Karangpilang III.
• Pemasangan jaringan sistem distribusi utama (primer dan sekunder) pengembangan sistem transmisi
dan distribusi untuk pemanfaatan kapasitas idle IPAM Karangpilang III.
• Perencanaan Rinci (DED-Detailed Engineering Design) pembangunan reservoir pelayanan.
• Pelaksanaan pembangunan reservoir pelayanan.
• Pelaksanaan pembangunan sistem monitoring on-line / SCADA sistem distribusi
• Pelaksanaan peremajaan aset sistem distribusi
• Pembangunan Genset

488
Gambar 4.10.2 Kompilasi Kebijakan Sektoral WP Genteng

Sumber : Hasil Analisis, 2023

489
490
4.11 Analisis Kelembagaan
4.11.1 Kelembagaan Formal
Lembaga formal pemerintahan merupakan organisasi/lembaga perangkat
daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi bertanggung jawab pada aspek
penataan ruang. Dalam hal ini, kelembagaan formal pemerintahan terkait
perencanaan/penataan ruang yang terdapat di Kota Surabaya yaitu Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang
yang telah diatur berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 51 Tahun
2016 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya, dengan rincian
sebagai berikut:
Struktur Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman,
Cipta Karya dan Tata Ruang terdiri atas:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat;
c. Bidang Penataan Ruang;
d. Bidang Bangunan Gedung;
e. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
f. Bidang Pengadaan Tanah dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas
g. UPTD;

491
Gambar 4.11.1 Bagan Organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman,
Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya

Sumber : Rencana Strategis Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta
Karya dan Tata Ruang Tahun 2021-2026

Tugas Pokok dan Fungsi:


1) Dinas
Dinas memiliki tugas melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas, Dinas
menyelenggarakan fungsi:
a) Perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
b) Pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
c) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
d) Pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
e) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan
fungsinya.
2) Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang
kesekretariatan yang meliputi menyusun dan melaksanakan rencana program dan
petunjuk teknis, melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi
lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian, melaksanakan evaluasi dan

492
pelaporan, dan melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretariat mempunyai fungsi:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana program kerja dan petunjuk teknis di bidang
sekretariat;
b) Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di bidang sekretariat;
c) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan instansi lain;
d) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Bidang;
e) Pelaksanaan koordinasi penyusunan peraturan perundang– undangan dan
penanganan masalah hukum;
f) Pelaksanaan koordinasi penyusunan dokumen perencanaan berbasis gender
dan risiko;
g) Pelaksanaan koordinasi penyelesaian rekomendasi hasil pengawasan;
h) Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian;
i) Pelaksanaan pengelolaan kearsipan dan perpustakaan;
j) Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah;
k) Pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokoler;
l) Pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan;
m) Pelaksanaan pengelolaan keuangan;
n) Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi;
o) Pelaksanaan koordinasi pelaporan indikator kinerja perangkat daerah;
p) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di Sekretariat;
q) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang tertuang dalam
dokumen perencanaan strategis; dan
r) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
3) Bidang Penataan ruang
Bidang Penataan Ruang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
di bidang penataan ruang yang meliputi menyusun dan melaksanakan rencana
program dan petunjuk teknis, melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan
lembaga dan instansi lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian,
melaksanakan evaluasi dan pelaporan, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.Bidang Penataan
Ruang mempunyai fungsi:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana program kerja dan petunjuk teknis di Bidang
Penataan Ruang;
b) Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di Bidang Penataan Ruang;
c) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan instansi lain;
d) Pelaksanaan pemrosesan teknis perizinan/non perizinan/rekomendasi sesuai
Bidangnya;
e) Pelaksanaan penyusunan rencana penataan ruang dan kebijakan teknis serta
peraturan penataan ruang;
f) Pelaksanaan penyusunan peraturan teknis dan/atau pendukung pelaksanaan
peraturan penataan ruang;
g) Pelaksanaan sosialisasi perencanaan penataan ruang;
h) Pelaksanaan pelayanan pemanfaatan tata ruang;

493
i) Pelaksanaan pembaharuan peta pemanfaatan tata ruang;
j) Pelaksanaan pemrosesan perizinan bangunan;
k) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang;
l) Pelaksanaan sosialisasi penataan bangunan;
m) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di Bidang Penataan Ruang;
n) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang tertuang dalam
dokumen perencanaan strategis; dan
o) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya
4) Bidang Bangunan Gedung
Bidang Bangunan Gedung mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas di bidang bangunan gedung yang meliputi menyusun dan melaksanakan
rencana program dan petunjuk teknis, melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan
lembaga dan instansi lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian,
melaksanakan evaluasi dan pelaporan, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Bangunan Gedung mempunyai fungsi: melaksanakan pengawasan dan
pengendalian, melaksanakan evaluasi dan pelaporan, dan melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5) Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang perumahan dan kawasan permukiman
yang meliputi menyusun dan melaksanakan rencana program dan petunjuk teknis,
melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain,
melaksanakan pengawasan dan pengendalian, melaksanakan evaluasi dan pelaporan,
dan melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai
fungsi:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana program kerja dan petunjuk teknis di Bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
b) Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
c) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan instansi lain;
d) Pelaksanaan pemrosesan teknis perizinan/non perijinan/rekomendasi sesuai
Bidangnya;
e) Pelaksanaan penyusunan kebijakan penataan perumahan dan kawasan
permukiman;
f) Pelaksanaan penyusunan rencana teknis perbaikan rumah tidak layak huni;
g) Pelaksanaan perbaikan rumah tidak layak huni;
h) Pelaksanaan penataan dan peningkatan kualitas infrastruktur kawasan
permukiman kumuh/prioritas;
i) Pelaksanaan monitoring dalam rangka pencegahan kawasan permukiman
kumuh;
j) Pelaksanaan rencana teknis pembangunan rumah susun dan rumah khusus;

494
k) Pelaksanaan pembangunan rumah susun dan rumah khusus;
l) Pelaksanaan pemeliharaan rumah susun dan rumah khusus;
m) Pelaksanaan penyusunan kebijakan pengelolaan rumah susun;
n) Pelaksanaan perumusan penetapan harga sewa rumah susun;
o) Pelaksanaan inventarisasi dan pendataan wajib retribusi atau pihak yang
menyewa rumah susun;
p) Pelaksanaan pengelolaan rumah susun;
q) Pelaksanaan penagihan dan pengumpulan pembayaran uang sewa, rekening
listrik, air dan gas;
r) Pelaksanaan pembukuan, penyetoran dan pelaporan hasil penerimaan uang
sewa, rekening listrik, air dan gas;
s) Pelaksanaan pengawasan rumah susun serta sarana dan prasarana
penunjangnya;
t) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
u) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang tertuang dalam
dokumen perencanaan strategis;
v) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
6) Bidang Pengadaan Tanah dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas
Bidang Pengadaan Tanah dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang pengadaan tanah dan
penyelenggaraan prasarana sarana utilitas yang meliputi menyusun dan melaksanakan
rencana program dan petunjuk teknis, melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan
lembaga dan instansi lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian,
melaksanakan evaluasi dan pelaporan, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pengadaan
Tanah dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas mempunyai fungsi:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana program kerja dan petunjuk teknis di Bidang
Pengadaan Tanah Dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas;
b) Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di bidang Pengadaan Tanah
Dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas;
c) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan instansi lain;
d) Pelaksanaan pemrosesan teknis perizinan/non perizinan/rekomendasi sesuai
Bidangnya;
e) Pelaksanaan perumusan kebijakan teknis pengadaan tanah dan/atau bangunan
untuk kepentingan umum non infrastruktur;
f) Pelaksanaan penyiapan dokumen tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan
tahap penyerahan hasil pengadaan tanah non infrastruktur;
g) Pelaksanaan pengajuan proses penetapan lokasi pengadaan tanah dan/atau
bangunan non infrastruktur;
h) Pelaksanaan pembiayaan pengadaan tanah dan/atau bangunan non
infrastruktur;

495
i) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pengadaan tanah dan/atau
bangunan untuk kepentingan umum non infrastruktur;
j) Pelaksanaan perumusan kebijakan penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas
(PSU);
k) Pelaksanaan verifikasi atas penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU);
l) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang pengadaan tanah dan
penyelenggaraan prasarana sarana utilitas;
m) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang tertuang dalam
dokumen perencanaan strategis;
n) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya

4.11.2 Kelembagaan Fungsional


Dalam upaya pembangunan daerah, dari aspek kelembagaan daerah telah dibentuk
Organisasi Perangkat Daerah untuk mendukung program perencanaan ruang di Kota
Surabaya telah terdapat Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kota Surabaya
sesuai dengan Keputusan Walikota Surabaya Nomor 188.45/473/436.1.2/2010. Susunan
keanggotaan BKPRD Kota Surabaya adalah:
• Penanggung jawab : Walikota Surabaya
• Penanggung jawab : Wakil Walikota Surabaya
• Ketua : Sekretaris Daerah Kota Surabaya
• Sekretaris : Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya
• Anggota :
1. Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya
2. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya
3. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya
4. Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya
5. Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya

Tugas dari BKPRD adalah:


1. Perencanaan Tata Ruang, meliputi:
A. Mengkoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata ruang Kota
Surabaya;
B. Memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah dengan
rencana tata ruang Kota Surabaya serta mempertimbangkan pengarusutamaan
pembangunan berkelanjutan melalui instrumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS);
C. Mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan rencana tata ruang
Kota Surabaya dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang
pulau/kepulauan, rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang
wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
D. Mensinergikan penyusunan rencana tata ruang Kota Surabaya dengan provinsi dan
antar kabupaten/kota yang berbatasan;

496
E. Mengkoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan daerah tentang
rencana tata ruang Kota Surabaya kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah Provinsi dan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
F. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang Kota Surabaya ke
provinsi;
G. Mengkoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang Kota Surabaya; dan
H. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang Kota Surabaya.
2. Pemanfaatan Ruang, meliputi:
A. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam
pemanfaatan ruang baik di Kota Surabaya dan memberikan pengarahan serta saran
pemecahannya;
B. Memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
pemanfaatan ruang;
C. Memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait rencana tata ruang
Kota Surabaya;
D. Menjaga akuntabilitas public sebagai bentuk layanan pada jajaran pemerintah,
swasta, dan masyarakat;
E. Melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota;
dan
F. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.
3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang, meliputi:
A. Mengkoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem Kota Surabaya;
B. Memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang Kota Surabaya;
C. Melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang Kota Surabaya dengan provinsi dan dengan
kabupaten/kota terkait;
D. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
penyelenggaraan penataan ruang;
E. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjaga
konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; dan
F. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Badan secara berkala kepada Walikota
Surabaya.
Selain susunan keanggotaan diatas terdapat pula susunan keanggotaan Kelompok
Kerja Perencanaan Tata Ruang sebagai berikut:
● Ketua : Kepala Bidang Fisik dan Prasarana pada Badan Perencanaan
Pembangunan Kota Surabaya
● Wakil Ketua : Kepala Bidang Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kota Surabaya
● Sekretaris : Kepala Sub Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Wilayah
pada Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya
● Anggota :
1) Kepala Bidang Perancangan dan Pemanfaatan pada Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya

497
2) Kepala Bidang Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya
3) Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan pada Dinas Pertanian Kota
Surabaya

Tugas dari Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang, yaitu:


1. Memberikan masukan kepada Badan dalam rangka pelaksanaan kebijakan penataan
ruang Kota Surabaya;
2. Melakukan fasilitasi penyusunan rencana tata ruang dengan mempertimbangkan
instrumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);
3. Melakukan fasilitasi penyusunan program dan pembiayaan dalam rangka penerapan
rencana tata ruang;
4. Melakukan fasilitasi pengintegrasian program pembangunan yang tertuang dalam
rencana tata ruang dengan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah;
5. Menyiapkan bahan dalam rangka memperoleh persetujuan substansi teknis rencana
tata ruang Kota Surabaya;
6. Menginventarisasi dan mengkaji permasalahan dalam perencanaan serta memberikan
alternatif pemecahannya untuk dibahas dalam sidang pleno Badan.

Dalam koordinasi tata ruang daerah juga terdapat Kelompok Kerja Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, dengan susunan sebagai berikut:
● Ketua : Kepala Bidang Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota
Surabaya
● Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Surabaya
● Sekretaris : Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kota Surabaya
● Anggota :
1) Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan pada Badan Lingkungan
Hidup Kota Surabaya
2) Kepala Bidang Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya
3) Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan pada Dinas Pertanian Kota Surabaya

Tugas dari Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang, yaitu:


1. Memberikan masukan kepada Ketua Badan dalam rangka perumusan kebijakan
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang Kota Surabaya;
2. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan terhadap penegakan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang;
3. Melakukan fasilitasi pelaksanaan evaluasi terhadap penegakan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang;
4. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pelaporan terhadap penegakan peraturan daerah
tentang rencana tata ruang;
5. Melakukan fasilitasi pelaksanaan perizinan pemanfaatan ruang;
6. Melakukan fasilitasi pelaksanaan penertiban pemanfaatan ruang; dan

498
7. Menginventarisasi dan mengkaji permasalahan dalam pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang serta memberikan alternatif pemecahannya untuk dibahas dalam
sidang pleno Badan.

4.11.3 Kelembagaan Kecamatan


Selain lembaga pemerintahan dan fungsional tingkat kota, terdapat kelembagaan
pemerintah dan fungsional di tingkat kecamatan yang mempunyai peran dalam proses
penataan ruang. Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya No. 2 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Walikota Surabaya No. 73 Tahun 2016 Tentang Susunan
Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota
Surabaya, Kecamatan Bulak termasuk dalam Kecamatan Tipe A yang mewadahi pelaksanaan
tugas kecamatan dengan beban kerja yang besar. Untuk susunan organisasi Kecamatan Tipe
A sebagai berikut:
a. Kecamatan
b. Sekretariat Kecamatan, membawahi;
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
2. Sub Bagian Keuangan.
c. Seksi Pemerintahan dan Pelayanan Publik
d. Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Perekonomian
e. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum.
f. Seksi Pembangunan.
g. Kelurahan.
h. Sekretariat Kelurahan
i. Kelompok Jabatan Fungsional
j. Seksi Pemerintahan dan Pelayanan Publik
k. Seksi Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Pembangunan
l. Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Perekonomian

499
Gambar 4.11.2 Struktur Organisasi Tingkat Kecamatan Genteng Kota Surabaya

Sumber: Peraturan Walikota Surabaya Nomor 94 Tahun 2021

500
Gambar 4.11.3 Struktur Organisasi Tingkat Kecamatan Genteng Kota Surabaya 2023

Sumber : Website Kecamatan Genteng, 2023

• Tugas Pokok:
Adapun uraian tugas dan fungsi serta susunan organisasi Kecamatan dalam
rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan
publik dan pemberdayaan masyarakat dan Kelurahan mempunyai tugas:
1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan umum;
2. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
3. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum;
4. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Daerah dan
Peraturan Walikota;

501
5. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;
6. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang
dilakukan oleh Perangkat Daerah di tingkat kecamatan;
7. Membina dan mengawasi kegiatan di Kelurahan;
8. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja daerah yang ada di Kecamatan;
9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undangan;
10. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

• Fungsi:
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kecamatan
mempunyai fungsi:
1) Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis;
2) Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis;
3) Pelaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi
lain;
4) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian;
5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan
pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas
dan fungsinya

Berdasarkan susunan organisasi kecamatan tipe A dapat ditemukan bahwa yang


terkait dalam pelaksanaan dalam penataan ruang tingkat kecamatan memiliki tugas sebagai
berikut:

Tabel 4.11.1 Tugas dari Pegawai Pemerintahan Kecamatan

No Jabatan Tugas

Camat Mempunyai tugas untuk bertanggung jawab atas


terlaksananya tugas kecamatan serta mengkoordinasikan
pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum dan
yang bersifat wajib merupakan pelimpahan kewenangan
1 sebagian urusan pemerintahan di bidang pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan
rakyat dan kawasan pemukiman, sosial, administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil.

Sekretariat Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kecamatan


2 Kecamatan di bidang kesekretariatan yang meliputi menyusun dan
melaksanakan rencana program dan petunjuk teknis,

502
melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan
instansi lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian,
melaksanakan evaluasi dan pelaporan dan melaksanakan
tugas-tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Seksi Pemerintahan A. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program kerja


dan Pelayanan dan petunjuk teknis di Seksi Pemerintahan dan
Publik Pelayanan Publik;
B. Menyiapkan bahan program kerja dan petunjuk teknis
di Seksi Pemerintahan dan Pelayanan Publik;
C. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama
denganlembaga dan instansi lain;
D. Melaksanakan pemantauan dan pengoordinasian di
bidang pertanahan dan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil;
E. Melaksanakan fasilitasi dan pembinaan Organisasi
Kemasyarakatan;
3 F. Melaksanakan administrasi kependudukan;
G. Melaksanakan administrasi pertanahan;
H. Melaksanakan fasilitasi administrasi pajak daerah dan
retribusi;
I. Melaksanakan pemrosesan teknis perizinan/non
perizinan yang menjadi kewenangan kecamatan;
J. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian di Seksi
Pemerintahan dan Pelayanan Publik;
K. Menyiapkan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kinerja yang tertuang dalam dokumen
perencanaan strategis; dan
L. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Seksi Ketentraman A. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program kerja


dan Ketertiban dan petunjuk teknis di Seksi Ketentraman dan
Umum Ketertiban Umum;
B. Menyiapkan bahan program kerja dan petunjuk teknis
di Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum;
C. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan
4
lembaga dan instansi lain;
D. Membantu pelaksanaan penegakan Peraturan Daerah
dan Peraturan Walikota;
E. Melaksanakan pemantauan dan pelaporan di bidang
ketentraman dan ketertiban umum;
F. Melaksanakan pengawasan tanah/bangunan yang

503
merupakan aset/Barang Milik Daerah di wilayah
kerjanya;
G. Melaksanakan pengawasan perizinan bangunan di
wilayah kerjanya;
H. Melaksanakan koordinasi penanggulangan bencana dan
perlindungan masyarakat;
I. Melaksanakan deteksi dini di bidang penanggulangan
bencana dan perlindungan masyarakat,serta
ketentraman dan ketertiban umum;
J. Melaksanakan pemrosesan teknis perizinan /non
perizinan yang menjadi kewenangan kecamatan;
K. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian di Seksi
Ketentraman dan Ketertiban Umum;
L. Menyiapkan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kinerja yang tertuang dalam dokumen
perencanaan strategis; dan
M. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5 Seksi Kesejahteraan A. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program kerja


Rakyat dan dan petunjuk teknis di Seksi Kesejahteraan Rakyat dan
Perekonomian Perekonomian;
B. Menyiapkan bahan program kerja dan petunjuk teknis
di Seksi Kesejahteraan Rakyat dan Perekonomian;
C. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan
lembaga dan instansi lain;
D. Melaksanakan fasilitasi pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak;
E. Melaksanakan pemantauan dan pengoordinasian di
bidang kesehatan, pendidikan, sosial, kepemudaan dan
olahraga, kebudayaan dan pariwisata, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, pengendalian
penduduk dan keluarga berencana, ketahanan pangan
dan pertanian, koperasi dan usaha mikro, perdagangan,
penanaman modal dan perindustrian, kelautan dan
perikanan, tenaga kerja;
F. Melaksanakan pengoordinasian dan pemantauan
pemberian bantuan sosial dari Pemerintah kepada
keluarga miskin;
G. Melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
program pemberdayaan ekonomi keluarga miskin;
H. Melaksanakan pemrosesan teknis perizinan /non
perizinan yang menjadi kewenangan Kecamatan;

504
I. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian di Seksi
Kesejahteraan Rakyat dan Perekonomian;
J. Menyiapkan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kinerja yang tertuang dalam dokumen
perencanaan strategis;
K. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6 Seksi Pembangunan A. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program kerja


dan petunjuk teknis di Seksi Pembangunan;
B. Menyiapkan bahan pelaksanaan program kerja dan
petunjuk teknis di Seksi Pembangunan;
C. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan
lembaga dan instansi lain;
D. Melaksanakan monitoring, pemantauan dan
pengoordinasian di bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang, lingkungan hidup, komunikasi dan
informatika, perhubungan serta perumahan rakyat dan
kawasan permukiman;
E. Melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) tingkat Kecamatan;
F. Melaksanakan pemrosesan teknis perizinan/non
perizinan yang menjadi kewenangan Kecamatan;
G. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian di Seksi
Pembangunan;
H. Menyiapkan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kinerja yang tertuang dalam dokumen
perencanaan strategis; dan
I. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7 Kelompok Jabatan sebagai unsur pelaksana teknis, membantu Camat dalam


Fungsional memutuskan dan menentukan keebijakan teknis sesuai
dengan peran, fungsi dan tugasnya masing-masing
Sumber : Hasil Analisis. 2023

4.11.4 Kelembagaan Masyarakat


A. LPMK Desa
LPMK memiliki tugas utama untuk membantu Lurah dalam menyusun
rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong
masyarakat, melaksanakan, dan mengendalikan pembangunan. Dalam melaksanakan
tugas tersebut, LPMK memiliki tugas sebagai berikut:

505
❖ Menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan,
sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
❖ Memfasilitasi dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
❖ Menggali dan mengembangkan potensi masyarakat untuk pembangunan.
❖ Mengelola swadaya gotong royong masyarakat.
❖ Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan.
LPMK berperan penting dalam mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan dan berpihak pada masyarakat. LPMK dapat menjadi jembatan antara
masyarakat dan pemerintah dalam menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat.
4.11.5 Skema Kerjasama antar Kelembagaan Guna Potensi Utama Perdagangan dan Jasa
serta Budaya
Pengembangan kawasan Genteng untuk menjadi daerah pusat kegiatan Perdagangan
dan Jasa merupakan bentuk kerjasama berbagai stakeholder pemerintah Kota Surabaya,
Kecamatan, Kelurahan, dan swasta. Banyak hal kerja sama yang harus ada sinergi dari
Kecamatan Genteng sebagai penengah antara kebutuhan warga Kelurahan yang memang
diberi dakel(Dana Kelurahan) sebagai penanganan permasalahan kelurahan diselaraskan
kepada Pemerintahan Kota Surabaya. Ada beberapa point kerja sama seperti berikut
1. Untuk memberikan pemberdayaan kepada masyarakat Kecamatan Genteng terutama
usia produktif kerja guna mengurangi angka pengangguran maka Pemerintahan
Kecamatan Genteng berkoordinasi dengan para stakeholder Pemerintahan
Kelurahan-kelurahan, Disnaker Kota Surabaya, Perhotelan Surabaya dan
Pemerintahan Kota Surabaya mengadakan pelatihan bartender untuk memberikan
pengoptimalan juga pada Kecamatan Genteng sebagai daerah pusat perdagangan dan
jasa Kota Surabaya
2. Dalam rangka menjaga eksistensi perdagangan dan jasa serta penataan ruang menjadi
lebih terstruktur pada PKL-PKL area Kecamatan Genteng yang sangat banyak maka
dilakukan generalisasi tempat layaknya Sentra Wisata Kuliner (SWK). Pembuatan
SWK ini adanya kerja sama antara Pemerintahan Kota Surabaya, Pemerintahan
Kecamatan Genteng, dan CSR Jatim.
3. Kecamatan Genteng memiliki sebuah daerah budaya yang perlu dijaga keasliannya.
Dalam hal ini sesuai pengarahan kebijakan penataan ruang, wilayah Kelurahan
Peneleh menjadi daerah budaya dikarenakan adanya kampung kelahiran presiden
pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno serta tempat budaya lainya. Dengan adanya ini
ada unsur kerjasama antara Pemerintahan Kelurahan Peneleh, Pemerintahan
Kecamatan Genteng, Disbudparpora Surabaya, dan Pemerintahan Kota Surabaya

Gambar 4.11.3 Skema Kerjasama Kelembagaan Kecamatan Genteng

506
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2023

4.12 Analisis Pembiayaan Pembangunan

Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi jumlah


pengeluaran yang terjadi dalam wilayah perencanaan. Sumber-sumber dana untuk
pembangunan dapat berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dukungan pemerintah,
alokasi dana dari pemerintah provinsi, serta investasi yang berasal dari sektor swasta dan
masyarakat. Hasil dari analisis ini mencakup estimasi kebutuhan dana untuk melaksanakan
rencana pembangunan kota, yang nantinya akan menjadi dasar pertimbangan dalam
menyusun rencana pemanfaatan ruang. Rencana ini mencakup usulan program utama untuk
jangka menengah dan jangka panjang.

4.12.1 Pendapatan Daerah Kota Surabaya

Uraian pertumbuhan pada masing-masing kelompok pendapatan daerah Kota


Surabaya pada tahun 2016 hingga tahun 2020 disajikan pada tabel berikut:

507
Tabel 4.12.1 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Surabaya Tahun 2016-2020

Rata—Rata
2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan
No Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) 5 Tahun
Terakhir

Pendapatan

1 Pendapatan 4.090.206.769.387,53 5.161.844.571.171,67 4.973.031.004.727,10 5.381.920.253.809,67 4.289.960.292.372,98 2,62%


Asli Daerah

Pajak Daerah 3.000.152.384.487,00 3.595.670.492.734,31 3.817.402.592.324,00 4.018.722.251.948,00 3.277.053.240.709,00 3,21%

Retribusi 339.453.230.305,87 557.966.574.669,78 346.798.583.544,80 396.244.802.735,94 301.268.032.272,33 4,20%


Daerah

Hasil 131.847.096.407,00 134.668.941.611,95 140.036.260.032,70 268.575.571.840,77 48.541.103.496,40 4,00%


Pengelolaan
Kekayaan
Daerah yang
Disahkan

Lain-Lain 618.754.058.187,66 873.538.562.155,63 668.793.568.825,60 698.377.627.284,96 663.097.915.895,25 4,28%


PAD yang Sah

508
2. Pendapatan 2.730.547.506.504,00 2.821.706.827.498,00 2.971.893.970.892,00 3.104.324.585.538,00 2.725.829.859.924,00 0,23%
Transfer

Transfer 1.941.019.526.654,00 1.965.635.624.698,00 2.088.869.968.843,00 2.001.327.643.447,00 2.045.481.662.469,00 1,39%


Pemerintah
Pusat-Dana
Perimbangan

Dana Bagi 393.908.771.611,00 358.835.507.237,00 410.894.374.246,00 317.363.050.361,00 377.105.658.618,00 0,42%


Hasil Pajak

Dana Bagi 18.880.139.043,00 16.587.434.797,00 67.464.332.495,00 49.236.626.815,00 44.873.086.335,00 64,67%


Hasil Bukan
Pajak

Dana Alokasi 1.233.380.404.000,00 1.211.713.876.000,00 1.211.713.876.000,00 1.254.344.402.000,00 1.203.461.956.000,00 -0,57%


Umum

Dana Alokasi 294.850.212.000,00 378.498.806.664,00 398.797.386.102,00 380.383.564.271,00 420.040.961.516,00 9,89%


Khusus

Transfer - - - - - -
Pemerintah
Pusat Lainnya

Dana Otonomi - - - - - -
Khusus

509
Dana - - - - - -
Penyesuaian

Transfer 789.527.979.850,00 856.071.202.800,00 883.024.002.049,00 1.102.996.942.091,00 680.348.197.455 -0,46%


Pemerintah
Provinsi

Pendapatan 786.702.579.850,00 853.167.802.800,00 880.120.602.049,00 1.099.625.542.091,00 677.024.797.455,00 -0,47%


Bagi Hasil
Pajak dari
Provinsi

Pendapatan - - - - - -
Bagi Hasil
Lainnya

Bantuan 2.825.400.000,00 2.903.400.000,00 2.903.400.000,00 3.371.400.000,00 3.323.400.000,00 4,36%


Keuangan
Provinsi
Lainnya

3. Lain-Lain 5.000.000.000,00 50.021.765.000,00 230.294.145.050,00 278.908.181.435,00 529.626.841.878,99 342,96%


Pendapatan
Daerah
yang Sah

510
Pendapatan - - 181.544.145.050,00 193.272.300.435,00 406.930.962.878,99 0,00%
Hibah

Pendapatan - - - - - 0,00%
Dana
Darurat

Pendapatan - - - - - 0,00%
Lainnya

Lain-Lain 5.000.000.000,00 50.021.765.000,00 48.750.000.000,00 85.635.881.000,00 122.695.879.000,00 254,21%


Pendapatan
Daerah yang
Sah

JUMLAH 6.825.754.275.891,53 8.033.573.163.669,67 8.175.219.120.669,10 8.765.153.020.782,67 7.545.416.994.175,97 3,19%

Sumber: RPJMD Kota Surabaya Tahun 2021-2026

Dari data yang tertera dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa pendapatan daerah Pemerintah Kota Surabaya mengalami
pertumbuhan selama lima tahun terakhir di hampir semua aspek pendapatan daerah, kecuali pada tahun 2020 yang mencatatkan
penurunan hampir di seluruh sektornya. Hanya komponen pendapatan daerah lain-lain yang sah yang mencatatkan peningkatan
yang signifikan pada tahun tersebut.

4.12.2 Belanja Daerah Kota Surabaya

Uraian pertumbuhan belanja daerah Kota Surabaya pada tahun 2016 hingga tahun 2020 disajikan pada tabel berikut:

511
Tabel 4.12.2 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah Kota Surabaya Tahun 2016-2020

Rata—Rata
2016 2017 2018 2019 2020
No Uraian Pertumbuhan (%) 5
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Tahun Terakhir

Belanja Daerah

1. Belanja 5.362.267.504.603 5.394.517.494.011 5.731.527.814.355 6.404.557.852.974 6.439.039.886.246 4,78%


Operasi

Belanja 2.540.955.293.099 2.396.243. 239.235 2.341.438.673.530 2.558.554.756.011 2.399.681. 325.080 -1,23%


Pegawai

Belanja 2.586.690.389.712 2.885.392. 981.721 3.306.763.333.391 3.747.642.075.280 3.689.879. 143.903 9,49%


Barang dan
Jasa

Belanja 0 - - - - 0,00%
Bunga

Belanja 19.005.40 8.000 - - - - 0,00%


Subsidi

Belanja Hibah 214.488.1 43.792 111.504.4 10.055 81.167.51 7.434 96.586.05 3.683 340.851.5 16.728 49,17%

512
Belanja 0 - - - - 0,00%
Bantuan
Sosial

Belanja 1.128.270. 000 1.376.863. 000 2.158.290. 000 1.774.968. 000 8.627.900. 535 111,78%
Bantuan
Keuangan

2. Belanja 1.789.394.044.827 2.517.891. 658.246 2.430.061.039.309 2.754.304.824.082 1.583.663.159.605 2,02%


Modal

Belanja Tanah 260.881.2 30.581 733.007.9 17.033 451.951.7 90.061 657.676.4 08.325 299.284.7 78.936 33,41%

Belanja 291.820.5 86.629 514.721.3 64.936 540.722.7 86.920 527.897.4 91.678 204.643.0 54.890 4,46%
Peralatan
dan Mesin

Belanja 604.614.2 90.149 577.147.3 75.916 759.324.4 70.024 735.791.3 16.962 605.850.2 97.517 1,57%
Gedung dan
Bangunan

Belanja Jalan, 629.706.5 19.468 687.870.7 07.690 671.323.9 05.021 819.894.4 83.911 453.938.7 06.031 -3,92%
Irigasi,
dan Jaringan

513
Belanja Aset 410.713.0 00 2.642.716. 710 5.396.119. 683 12.110.23 3.206 18.765.23 0.254 206,75%
Tetap
Lainnya

Belanja Aset 1.960.705. 000 2.501.575. 961 1.341.967. 600 934.890.0 00 1.181.091. 977 -5,69%
Lainnya

3. Belanja 0 - 6.085.899. 644 1.574.969. 146 9.977.942. 214 229,71%


Tidak
Terduga

Belanja Tidak 0 - 6.085.899. 644 1.574.969. 146 9.977.942. 214 229,71%


Terduga

4. Transfer 0 - 9.254.742. 990 2.218.293. 630 - -88,02%

Transfer Bagi 0 - - - - 0,00%


Hasil
Pajak

Transfer Bagi 0 - 9.254.742. 990 2.218.293. 630 - -88,02%


Hasil
Retribusi

Transfer Bagi 0 - - - - 0,00%


Hasil

514
Pendapatan
Lainnya

JUMLAH 7.151.661.549.430,4 8 7.912.409.152.257,09 8.176.929.496.298,63 9.162.655.939.831,57 8.032.680.988.065,47 3,43%

Sumber: RPJMD Kota Surabaya Tahun 2021-2026

Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa selama periode tahun 2016 hingga 2020, terjadi peningkatan
setiap tahun dalam realisasi belanja operasional, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 4,78%. Begitu juga, belanja modal juga
mengalami kenaikan rata-rata tahunan sebesar 2,02%. Belanja tak terduga mencatat pertumbuhan yang signifikan dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 229,71%, diikuti oleh belanja bantuan keuangan sebesar 111,78%, dan belanja hibah yang meningkat sekitar 49,17%. Pada sektor
belanja modal, terlihat perlambatan pertumbuhan dalam realisasi belanja tanah pada tahun 2020, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 33,41%.
Sementara itu, belanja modal untuk pengadaan peralatan dan mesin juga mengalami perlambatan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,46%.
Proses realisasi belanja dan rata-rata pertumbuhan belanja tersebut mencerminkan dampak pandemi Covid-19, yang mendorong Pemerintah
Kota Surabaya untuk lebih memprioritaskan kebijakan anggaran dalam rangka pemulihan ekonomi.

515
4.12.3 Pengeluaran Daerah
Informasi realisasi pengeluaran pembiayaan digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana pengeluaran pemerintah yang bersifat mengikat
dapat dipenuhi oleh surplus anggaran yang ada. Pengeluaran pembiayaan termasuk dalam komponen pengeluaran daerah. Berikut adalah
deskripsi terkait data realisasi pengeluaran pembiayaan Pemerintah Kota Surabaya selama lima tahun terakhir dan perkembangannya.

Tabel 4.12.3 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kota Surabaya Tahun 2016-2020

Rata—Rata
2016 2017 2018 2019 2020
No Uraian Pertumbuhan(%) 5
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Tahun Terakhir

1. Total 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00%


Realisasi
Pengeluaran
Pembiayaan

Pembentukan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00%


Dana
Cadangan

Penyertaan 20.000.000.0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00%


Modal 00

516
Pemerintah
Daerah

Pembayaran 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00%


Pokok
Pinjaman
Dalam Negeri

Pemberian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00%


Pinjaman

Pembayaran 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00%


Hutang
Kepada
Pihak Ketiga

Sumber: RPJMD Kota Surabaya Tahun 2021-2026

Berdasarkan data dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa selama 5 tahun terakhir, Pemerintah Kota Surabaya tidak mengimplementasikan
kebijakan terkait alokasi anggaran untuk pengeluaran pembiayaan, terutama terkait penyertaan modal. Hal ini berbeda dengan kebanyakan
Pemerintah Daerah di Indonesia yang umumnya mengalokasikan anggaran untuk kebijakan penyertaan modal. Selain itu, kebijakan alokasi
anggaran untuk penyertaan modal pada Bank Daerah atau BUMD lainnya juga belum diterapkan karena masih ada proses penataan regulasi
terkait kebijakan pengelolaan BUMD dan organisasi BUMD.

517
4.12.4 Perhitungan Kerangka Pendapatan

Perhitungan kerangka pendanaan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan total kapasitas keuangan daerah yang akan digunakan
untuk mendukung belanja atau pengeluaran berkala yang bersifat wajib dan mengikat. Selain itu, perhitungan ini juga mencakup penentuan
alokasi dana untuk prioritas utama dan program-program pembangunan jangka menengah daerah selama periode lima tahun mendatang.

Tabel 4.12.4 Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Surabaya Tahun 2021-2026
2016 2017 2018 2019 2020
No Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Pendapatan 8.417.080.094.018 8.883.179.772.151, 9.342.705.510.774,4 9.850.353.215.426,9 10.264.423.767.76
1.
Daerah ,00 69 8 0 0,70

Pencairan Dana
2. Cadangan 0 0 0 0 0
(Sesuai Perda)

Sisa Lebih
(Riil) 871.750.667.162,0 1.111.506.817.422, 1.096.604.314.233,6 1.103.936.395.729,2 1.095.690.576.710,
3,
Perhitungan 0 32 3 5 49
Anggaran
Total 9.288.830.761.180 9.994.686.589.574, 10.439.309.825.008, 10.954.289.611.156, 11.360.114.344.47
Penerimaan ,00 01 10 10 1,20

518
Dikurangi:

Pengeluaran
1. 10.000.000.000,00 8.754.996.387,00 0 0 0
Pembiayaan
Kapasitas Rill
9.288.830.761.180 9.994.686.589.574, 10.439.309.825.008, 10.954.289.611.156, 11.360.114.344.47
Kemampuan
,00 01 10 10 1,20
Keuangan

Sumber: RPJMD Kota Surabaya Tahun 2021-2026

Kapasitas riil Pemerintah Kota Surabaya selama 5 tahun yang akan datang, dipergunakan untuk membiayai 3 kelompok prioritas sebagai
berikut:
1. Prioritas Pertama untuk membiayai belanja wajib yang ketentuannya diatur didalam peraturan Perundang-undangan, antara lain:
a. Belanja fungsi pendidikan
b. Belanja fungsi kesehatan
c. Belanja infrastructure
2. Prioritas Kedua digunakan untuk memenuhi belanja dalam rangka menjalankan visi misi Walikota Surabaya terpilih tahun
2022-2026.
3. Prioritas Ketiga untuk mempunyai prioritas penyelenggaraan Pemerintah Daerah lainnya.

519
Berikut rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah Kota Surabaya berdasarkan prioritas anggaran disajikan pada tabel
berikut:

Tabel 4.12.5 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah (Proyeksi Penerimaan Daerah) Kota Surabaya

No Uraian Proyeksi

2022 2023 2024 2025 2026

1. Prioritas I 3.578.743.693.66 3.671.525.389.145 3.759.775.669.578 4.086.719.124.641 4.281.258.484.537


0

2. Prioritas II 2.489.878.660.01 2.868.043.780.761 2.914.870.055.110 3.164.041.365.784 3.274.073.785.098


5

3 Prioritas III 3.210.208.407.50 3.446.362.423.280 3.764.664.100.320 3.703.529.120.731 3.804.782.074.836


5

Total 9.278.830.761.18 9.985.931.593.187 10.439.309.825.008 10.954.289.611.156 11.360.114.344.471


0
Sumber: RPJMD Kota Surabaya Tahun 2021-2026
Rincian pendapatan, belanja dan pembiayaan Kota Surabaya target tahun 2021 serta Proyeksi Tahun 2022-2026 disajikan dalam tabel berikut:

520
Tabel 4.12.6 Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2021 sampai dengan Tahun 2026 Kota Surabaya
No. Uraian Rata-Rata Proyeksi
Pertumbuhan 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1. PENDAPA 3,51% 8.660.402.684 8.417.080.094 8.883.179.772 9.342.705.510. 9.850.353.215. 10.264.423.767
TAN .341 .018 .152 774 427 .761
1.1 Pendapatan 2,39% 5.561.555.949 5.273.455.822 5.429.488.185 5.681.342.275. 5.956.514.920. 6.235.092.136.
Asli Daerah .381 .848 .117 941 328 512
1.1.2 Pajak 2,28% 4.442.976.688 4.043.985.365 4.250.018.419 4.466.769.358. 4.694.574.595. 4.933.997.900.
Daerah .357 .437 .053 425 705 086
1.1.3 Retribusi 0,62% 332.030.853.5 362.262.126.6 335.071.429.7 336.729.756.54 338.396.290.69 340.042.375.11
Daerah 90 43 37 2 5 2
1.1.4 Hasil 11,57% 172.056.350.0 167.501.717.5 215.512.698.8 241.198.135.13 269.944.837.07 291.578.683.87
Pengelolaan 58 12 94 1 6 7
Kekayaan
Daerah yang
Disahkan
1.1.5 Lain-Lain 2,01% 614.492.057.3 699.706.613.2 628.885.637.4 636.645.025.84 653.599.196.85 669.473.177.43
PAD yang 76 57 32 3 2 7
Sah
1.2 Pendapatan 4,64% 2.891.701.734 2.936.479.271 3.163.891.320 3.318.586.811. 3.488.401.551. 3.623.894.887.
Transfer .960 .170 .918 820 553 703

521
1.2.1 Transfer 4,32% 2.021.185.078 1.995.962.614 2.192.719.754 2.292.544.991. 2.292.544.991. 2.489.439.045.
Pemerintah .000 .210 .809 380 380 507
Pusat-Dana

Perimbanga
n
1.2.1. Dana Bagi 12,91% 341.915.069.0 341.915.069.0 476.512.925.1 520.451.547.29 568.441.691.22 606.872.957.77
1 Hasil Pajak 00 00 84 4 1 3
1.2.1. Dana Bagi 29,82% 39.968.092.00 39.968.092.00 70.235.033.09 91.867.537.265 120.162.887.82 134.320.531.46
2 Hasil Bukan 0 0 3 8 8
Pajak
1.2.1. Dana 0,90% 1.221.563.157 1.221.563.157 1.234.408.358 1.248.691.050. 1.263.139.000. 1.277.177.010.
3 Alokasi .000 .000 .663 752 385 913
Umum
1.2.1. Dana 2,53% 417.738.760.0 392.516.296.2 411.563.437.8 431.534.856.06 452.475.402.01 471.068.545.35
4 Alokasi 00 10 68 9 2 3
Khusus
1.2.2 Transfer 0,00% 48.197.603.00 48.197.603.00 48.197.603.00 48.197.603.000 48.197.603.000 48.197.603.000
Pemerintah 0 0 0
Pusat
Lainnya

522
1.2.2. Dana 0,00% 0 0 0 0 0 0
1 Otonomi
Khusus
1.2.2. Dana 0,00% 0 0 0 0 0 0
2 Penyesuaian
1.2.2. Dana 0,00% 48.197.603.00 48.197.603.00 48.197.603.00 48.197.603.000 48.197.603.000 48.197.603.000
3 Insentif 0 0 0
Daerah
1.2.3 Transfer 5,74% 822.319.053.9 892.319.053.9 922.973.963.1 977.844.217.44 1.035.984.967. 1.086.258.239.
Pemerintah 60 60 08 0 108 195
Provinsi
1.2.3. Pendapatan 5,76% 818.613.653.9 888.613.653.9 919.177.181.6 974.000.903.66 1.032.094.550. 1.082.322.134.
1 Bagi Hasil 60 60 99 1 670 116
Pajak dari
Provinsi
1.2.3. Pendapatan 0,00% 0 0 0 0 0 0
2 Bagi Hasil
Lainnya
1.2.3. Bantuan 1,22% 3.705.400.000 3.705.400.000 3.796.781.409 3.843.313.779 3.890.416.438 3.936.105.079
3 Keuangan

523
Provinsi
Lainnya
1.3 Lain-Lain 15,29% 207.145.000.0 207.145.000.0 289.800.266.1 342.776.423.01 405.436.743.54 405.436.743.54
Pendapatan 00 00 18 3 6 6
Daerah yang
Sah
1.3.1 Pendapatan 0,00% 0 0 0 0 0 0
Hibah
1.3.2 Pendapatan 0,00% 0 0 0 0 0 0
Dana
Darurat
1.3.3 Pendapatan 0,00% 0 0 0 0 0 0
Lainnya
1.3.4 Lain-Lain 15,29% 207.145.000.0 207.145.000.0 289.800.266.1 342.776.423.01 405.436.743.54 405.436.743.54
Pendapatan 00 00 18 3 6 6
Daerah
yang Sah

2 BELANJA 5,28% 9.828.392.793 9.278.830.761 9.985.931.593 10.439.309.825 10.954.289.611 11.360.114.344


DAERAH .866 .180 .187 .008 .156 .471

524
2.1 Belanja 3,73% 7.442.236.820 7.481.485.187 7.954.731.865 8.341.353.023. 8.644.749.222. 8.938.397.380.
Operasi .643 .643 .369 312 271 571
2.1.1 Belanja 2,12% 2.651.970.819 2.637.351.536 2.707.787.222 2.784.082.764. 2.862.467.831. 2.943.335.915.
Pegawai .266 .085 .125 994 456 234
2.1.2 Belanja 4,91% 4.535.628.975 4.620.935.629 5.013.742.253 5.130.419.704. 5.545.234.028. 5.758.014.103.
Barang dan .383 .026 .872 898 939 461
Jasa
2.1.3 Belanja 6,14% 254.572.466.1 223.198.022.5 233.202.389.3 426.850.553.42 237.047.361.87 237.047.361.87
Hibah 94 32 72 0 6 6
2.1.4 Belanja 0,00% 64.559.800 0 0 0 0 0
Bantuan
Sosial
2.2 Belanja 3,04% 2.369.905.973 1.781.095.573 2.014.949.727 2.081.706.801. 2.293.290.388. 2.405.466.963.
Modal .223 .537 .818 696 885 90
2.2.1 Belanja 3,66% 337.183.109.8 237,608,552,7 318.796.354.7 317.695.111.57 352.569.928.74 363.594.415.11
Modal 64 31 38 6 6 5
Tanah
2.2.2 Belanja 6,89% 302.271.132.5 290,527,262,1 353.166.450.7 368.340.324.22 408.824.560.37 414.592.891.01
Modal 10 20 76 6 3 4
Peralatan
dan Mesin

525
2.2.3 Belanja 4,50% 657.307.577.4 413,840,698,4 598.227.342.4 651.215.239.66 672.468.470.95 706.120.490.59
Modal 03 07 28 0 5 3
Gedung
dan
Bangunan
2.2.4 Belanja 1,54% 1.053.744.116 821,633,314,9 725.350.016.6 724.891.224.19 838.999.376.67 900.626.730.05
Modal Jalan, .364 02 46 2 4 0
Irigasi, dan
Jaringan
2.2.5 Belanja 1,30% 19.400.037.08 17,485,745,37 19.409.563.23 19.564.902.042 20.428.052.137 20.532.437.128
Modal Aset 2 7 0
Tetap
Lainnya
2.3 Belanja 0,00% 15.000.000.00 15.000.000.00 15.000.000.00 15.000.000.000 15.000.000.000 15.000.000.000
Tidak 0 0 0
Terduga
2.3.1 Belanja 0,00% 15.000.000.00 15.000.000.00 15.000.000.00 15.000.000.000 15.000.000.000 15.000.000.000
Tidak 0 0 0
Terduga
2.4 Belanja 0,00% 1.250.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000
Transfer

526
2.4.1 Belanja Bagi 0,00% 750.000.000 750.000.000 750.000.000 750.000.000 750.000.000 750.000.000
Hasil
2.4.2 Belanja 0,00% 500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000
Bantuan
Keuangan
3. PEMBIAY 0,58% 1.167.990.109 861.750.667.1 1.102.751.821 1.096.604.314. 1.103.936.395. 1.095.690.576.
AAN .525 62 .035 234 729 710
3.1 Penerimaan 0,37% 1.177.990.109 871.750.667.1 1.111.506.817 1.096.604.314. 1.103.936.395. 1.095.690.576.
Pembiayaan .525 62 .422 234 729 710
3.2 Pengeluaran 0,00% 10.000.000.00 10.000.000.00 8.754.996.387 0 0 0
Pembiayaan 0 0
Sumber: RPJMD Kota Surabaya Tahun 2021-2026

4.12.4 Perhitungan Kerangka Pendapatan


Analisis kemampuan keuangan daerah adalah analisis yang menilai atau membandingkan kemampuan keuangan daerah
dalam pelaksanaan pembangunan di sektor-sektor yang ada di daerah tersebut. Rumus perhitungan yang digunakan dalam analisis
ini adalah sebagai berikut.

● Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Kemampuan keuangan daerah dalam menjalankan otonomi daerah dapat diukur melalui kemandirian keuangan.
Kemandirian keuangan suatu daerah mengindikasikan sejauh mana daerah tersebut mampu mengelola keuangannya
sendiri tanpa bergantung pada transfer dana dari pemerintah pusat. Tingkat kemandirian keuangan daerah menjadi tolok

527
ukur yang mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam mendanai kegiatan pemerintahan, menyediakan layanan
masyarakat, dan mendukung pembangunan tanpa mengandalkan dana dari instansi pusat.
Rasio kemandirian keuangan daerah diukur dengan membandingkan jumlah pendapatan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan total pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan Provinsi, serta pinjaman
daerah. Semakin tinggi nilai rasio ini, semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan daerah. Formula yang digunakan
untuk mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12.7 Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah

Sumber: Halim, 2004

Tabel 4.12.8 Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Persentase Rasio
Tahun Realisasi PAD Pendapatan Transfer Kemampuan Pola Hubungan
Kemandirian
2016 4.090.206.769.387,53 2.730.547.506.504,00 150% Tinggi Delegatif
2017 5.161.844.571.171,67 2.821.706.827.498,00 183% Tinggi Delegatif
2018 4.973.031.004.727,10 2.971.893.970.892,00 167% Tinggi Delegatif

528
2019 5.381.920.253.809,67 3.104.324.585.538,00 173% Tinggi Delegatif
2020 4.289.960.292.372,98 2.725.829.859.924,00 157% Tinggi Delegatif
RATA-RATA 166% Tinggi Delegatif

Sumber: Analisis Data, 2023


Berdasarkan tabel tersebut, rasio kemandirian keuangan Kota Surabaya rata-rata dalam tahun 2016 hingga tahun
2020 adalah tinggi dengan pola hubungan delegatif, yakni campur tangan pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah
telah benar-benar mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerah.

● Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah


Dalam implementasi otonomi daerah, diharapkan pemerintah daerah mampu mengidentifikasi serta memanfaatkan
potensi yang ada di wilayahnya guna meningkatkan pendapatan asli daerah. Tujuannya adalah untuk mengurangi
ketergantungan keuangan terhadap pemerintah pusat. Rasio ketergantungan keuangan daerah mencerminkan sejauh mana
suatu daerah mampu membiayai kegiatan pembangunan melalui optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin
tinggi rasio ini, maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap penerimaan dari pemerintah pusat
dan/atau pemerintah provinsi. Rumus dari rasio ini dapat dinyatakan sebagai berikut.

529
Tabel 4.12.9 Kriteria Penilaian Ketergantungan Daerah

Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM, 1991

Tabel 4.12.10 Perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan


Tahun Pendapatan Transfer Jumlah Pendapatan Persentase Rasio Kemandirian Ketergantungan Keuangan Daerah

2016 2.730.547.506.504,00 6.825.754.275.891,53 40% Tinggi


2017 2.821.706.827.498,00 8.033.573.163.669,67 35% Cukup
2018 2.971.893.970.892,00 8.175.219.120.669,10 36% Cukup
2019 3.104.324.585.538,00 8.765.153.020.782,67 35% Cukup
2020 2.725.829.859.924,00 7.545.416.994.175,97 36% Cukup
RATA-RATA 37% Cukup

Sumber: Analisis Data, 2023

530
Rata-rata persentase rasio ketergantungan keuangan daerah Kota Surabaya selama lima tahun tergolong cukup.
Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan pemerintah Kota Surabaya sudah tidak sepenuhnya
bergantung pada pemerintah pusat.

● Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah


Tingkat desentralisasi fiskal mengacu pada kapasitas pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) guna mendukung kegiatan pembangunan. Perhitungan tingkat desentralisasi dilakukan dengan
membandingkan jumlah PAD dengan total penerimaan daerah. Rasio ini mencerminkan proporsi kontribusi PAD terhadap
penerimaan keseluruhan daerah, dan semakin tinggi rasio tersebut, semakin besar kemampuan pemerintah daerah dalam
melaksanakan desentralisasi. Rumus rasio ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.12.11 Kriteria Penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal

Sumber: Tim Litbang Depdagri – Fisipol UGM, 1991

531
Tabel 4.12.12 Perhitungan Rasio Desentralisasi Fiskal
Persentase Rasio
Tahun Realisasi PAD Jumlah Pendapatan Keterangan
Kemandirian
2016 4.090.206.769.387,53 6.825.754.275.891,53 60% Sangat Baik
2017 5.161.844.571.171,67 8.033.573.163.669,67 64% Sangat Baik
2018 4.973.031.004.727,10 8.175.219.120.669,10 61% Sangat Baik
2019 5.381.920.253.809,67 8.765.153.020.782,67 61% Sangat Baik
2020 4.289.960.292.372,98 7.545.416.994.175,97 57% Sangat Baik
RATA-RATA 61% Sangat Baik

Sumber: Analisis Data, 2023

Rata-rata rasio desentralisasi fiskal Kota Surabaya pada tahun 2016 hingga 2020 berada pada kategori sangat baik,
artinya tingkat kontribusi PAD Kota Surabaya dalam menyelenggarakan desentralisasi tergolong sangat tinggi.

● Rasio Efektivitas Keuangan Daerah


Keberhasilan suatu pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahnya dapat dinilai melalui efektivitas
pelaksanaan anggaran. Efektivitas ini dapat diukur melalui rasio efektivitas, yang digunakan untuk mengevaluasi sejauh
mana tujuan anggaran tercapai. Penilaian efektivitas ini melibatkan data aktual pendapatan yang diperoleh dan
perbandingannya dengan target pendapatan yang ditetapkan. Rasio efektivitas ini dirumuskan dengan cara sebagai berikut:

532
Tabel 4.12.3 Kriteria Penilaian Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Sumber: Mahmudi, 2010

Tabel 4.12.4 Perhitungan Rasio Efektivitas PAD

Tahun Realisasi PAD Anggaran PAD Persentase Rasio Kemandirian Kriteria

2016 4.090.206.769.387,53 3.944.467.129.125,00 104% Sangat Efektif

2017 5.161.844.571.171,67 4.709.645.546.043,00 110% Sangat Efektif

2018 4.973.031.004.727,10 4.758.967.236.960,00 104% Sangat Efektif

2019 5.381.920.253.809,67 5.234.687.226.266,00 103% Sangat Efektif

533
Tahun Realisasi PAD Anggaran PAD Persentase Rasio Kemandirian Kriteria

2020 4.289.960.292.372,98 5.035.094.239.075,00 85% Cukup Efektif

RATA-RATA 101% Sangat Efektif

Sumber: Analisis Data, 2023

Rata-rata persentase rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya pada tahun 2016 hingga 2020 menunjukkan nilai di atas
100%. Hal ini menyebabkan nilai rasio efektivitas PAD-nya sangat efektif dengan rata-rata 101%, yang menunjukkan kemampuan daerahnya
sangat baik.

534
535

Anda mungkin juga menyukai