Dosen Pembimbing:
Putu Gde Ariastita, ST, MT
I Dewa Made Frendika Septanaya, ST, MT, MSc, PhD
Disusun oleh:
Maharani Galih Kartikasari 5015211053
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya yang telah melimpahkan berkah serta kekuatan dalam
menyelesaikan makalah ini, berjudul "Laporan Fakta Praktek Perencanaan Kota pada
Kecamatan Genteng Kota Surabaya," dengan baik. Makalah ini menjadi sebuah wadah bagi
penulis untuk menyajikan hasil kompilasi data hasil survei yang telah dilakukan di wilayah
studi yang mendalam.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Putu
Gde Ariastita, ST, MT dan Bapak I Dewa Made Frendika Septanaya, ST, MT, MSc, PhD,
yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam proses
penyusunan makalah ini. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan penghargaan kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, informasi, dan dukungan selama proses
pengumpulan data dan penelitian.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih memiliki potensi untuk penyempurnaan, baik
dalam hal penyusunan maupun materi. Oleh karena itu, penulis dengan tulus mengundang
pembaca untuk memberikan kritik, saran, dan tanggapan yang konstruktif demi
meningkatkan kualitas laporan ini. Akhir kata, penulis berharap laporan fakta ini dapat
memberikan wawasan dan manfaat yang berharga kepada pembaca serta menjadi kontribusi
kecil dalam pengembangan pemahaman tentang perencanaan kota. Semoga makalah ini dapat
memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi semua pihak yang tertarik dalam bidang ini.
Terima kasih.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
3.3.2.4 Garis Sempadan Bangunan (GSB) 128
3.3.3 Hak Guna Lahan 141
3.4 Aspek Kependudukan 155
3.4.1 Jumlah Penduduk 155
3.4.2 Persebaran Penduduk 155
3.4.3 Komposisi Penduduk 157
3.4.4 Pertumbuhan Penduduk 162
3.4.4.1 Angka Kelahiran 162
3.4.4.2 Angka Kematian 163
3.4.4.3 Migrasi 164
3.4.5 Karakteristik Masyarakat 166
3.5 Aspek Ekonomi 167
3.5.1 Produk Domestik Regional Bruto 167
3.5.1.1 PDRB ADHK 167
3.5.2 Investasi 173
3.5.2.1 PMA Kota Surabaya 174
3.5.2.2 PMDN Kota Surabaya 176
3.5.3 Kegiatan Ekonomi 177
3.5.3.1 Sektor Primer 178
3.5.3.2 Sektor Sekunder 178
3.5.3.3 Sektor Tersier 178
3.5.4 Kesejahteraan Masyarakat 178
3.5.4.1 Tingkat Kesejahteraan 179
3.5.4.2 Tingkat Kemiskinan 180
3.6 Aspek Sarana 180
3.6.1 Sarana Pendidikan 180
3.6.2 Sarana Kesehatan 190
3.6.3 Sarana Peribadatan 198
3.6.4 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Publik 208
3.6.5 Sarana Perdagangan dan Jasa 216
3.6.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi 222
3.6.7 Sarana RTH dan Olahraga 231
3.7 Aspek Prasarana 236
3.7.1 Jaringan Drainase 236
3.7.2 Jaringan Air Bersih 267
3.7.3 Jaringan Air Limbah 275
3.7.4 Jaringan Persampahan 281
3.7.5 Jaringan Listrik 287
3.7.6 Jaringan Telekomunikasi 295
3.8 Aspek Transportasi 302
3.8.1 Jaringan Jalan 302
3.8.2 Pola Pergerakan 306
5
3.8.3 Jenis dan Kondisi Perkerasan Jalan 307
3.8.4 Geometrik Jalan 308
3.8.5 Sarana dan Prasarana Transportasi 311
3.8.5.1 Jalur Pejalan Kaki 311
3.8.5.2 Parkir 315
3.8.5.3 Jembatan Penyebrangan 317
3.8.5.4 Halte 317
3.8.5.5 Rambu Lalu Lintas 322
3.8.5.6 Jalur Pesepeda 324
3.8.6 Karakteristik Angkutan Umum 325
3.9 Aspek Kelembagaan 332
3.9.1 Jumlah dan jenis kelembagaan 332
3.9.2 Peran Dan Fungsi Kelembagaan 333
3.9.3 Program dan Penanggung Jawab 342
4.1 Analisis Struktur Internal WP 343
4.1.1 Analisis Sistem Pusat Pelayanan WP 343
4.1.2 Analisis Jaringan Jalan 354
4.1.3 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang 356
4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan (Land Use) 356
4.2.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting 356
4.2.2 Analisis Run-Off/Limpasan Air Hujan 356
4.3 Analisis Kedudukan Dan Peran WP dalam Wilayah Yang Lebih Luas 359
4.3.1 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sosial Budaya dan Demografi BWP Pada
Wilayah yang Lebih Luas 359
4.3.1.1 Metode Pengumpulan Data 359
4.3.1.2 Metode Analisis 361
4.3.2 Analisis Kependudukan dan Keterkaitan Ekonomi BWP Pada Wilayah yang Lebih
Luas 372
4.3.3. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sistem Prasarana Wilayah Perencanaan
dengan Wilayah yang Lebih Luas 372
4.3.4. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Aspek Lingkungan 372
4.3.5. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Aspek Pendanaan WP 372
4.4 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik atau Lingkungan WP 372
4.4.1 Metode Pengumpulan Data 372
4.4.2 Metode Analisis 373
4.4.2.1 Analisis Sumber Daya Air 373
4.4.2.2 Analisis Sumber Daya Tanah 376
4.4.2.3 Analisis Topografi dan Kelerengan 380
4.4.2.4 Analisis Geologi Lingkungan 384
4.4.2.5 Analisis Klimatologi 390
4.4.2.6 Analisis Sumber Daya Alam (Zona Lindung) 395
4.4.2.7 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Wilayah Lainnya (Zona Budidaya) 399
1. Zona Perkebunan Rakyat (KR) 399
4.4.2.8 Analisis Kemampuan Lahan 402
6
4.5 Analisis Sosial Budaya 405
4.6 Analisis Kependudukan 406
4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan 415
4.7.1 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan 415
4.7.2 Analisis Ketenagakerjaan 415
4.8 Analisis Transportasi (Pergerakan) 415
4.8.1 Analisis Sistem Kegiatan 415
4.8.2 Analisis Sistem Jaringan 416
4.8.3 Analisis Sistem Pergerakan 426
4.8.3.1 Traffic Analysis Zone 426
4.8.3.2 Four Step Model Eksisting 430
4.8.3.3 Four Step Model Proyeksi 442
1. Moda Split 448
4.9 Analisis Sumber Daya Buatan 453
4.9.1 Analisis Kebutuhan Sarana 453
4.9.2 Analisis Kebutuhan Prasarana 488
4.10 Analisis Kebijakan 531
4.10.1 Kebijakan Non-Sektoral 531
4.10.2 Kebijakan Sektoral 535
4.11 Analisis Kelembagaan 535
4.11.1 Kelembagaan Formal 535
4.11.2 Kelembagaan Fungsional 540
4.11.3 Kelembagaan Kecamatan 543
4.11.4 Kelembagaan Masyarakat 550
4.11.5 Skema Kerjasama antar Kelembagaan Guna Potensi Utama Perdagangan dan
Jasa serta Budaya 550
4.12 Analisis Pembiayaan Pembangunan 552
4.12.1 Pendapatan Daerah Kota Surabaya 552
4.12.2 Belanja Daerah Kota Surabaya 557
4.12.3 Pengeluaran Daerah 561
4.12.4 Perhitungan Kerangka Pendapatan 564
4.12.4 Perhitungan Kerangka Pendapatan 573
7
DAFTAR PETA
8
Peta 3.3.20 Koefisien Dasar Hijau Blok VI WP 110
Peta 3.3.21 Koefisien Dasar Hijau Blok VII WP 112
Peta 3.3.22 Koefisien Lantai Bangunan Blok I WP 114
Peta 3.3.23 Koefisien Lantai Bangunan Blok II WP 116
Peta 3.3.24 Koefisien Lantai Bangunan Blok III WP 118
Peta 3.3.25 Koefisien Lantai Bangunan Blok IV WP 120
Peta 3.3.26 Koefisien Lantai Bangunan Blok V WP 122
Peta 3.3.27 Koefisien Lantai Bangunan Blok VI WP 124
Peta 3.3.28 Koefisien Lantai Bangunan Blok VII WP 126
Peta 3.3.29 Garis Sempadan Bangunan Blok I WP 129
Peta 3.3.30 Garis Sempadan Bangunan Blok II WP 131
Peta 3.3.31 Garis Sempadan Bangunan Blok III WP 132
Peta 3.3.32 Garis Sempadan Bangunan Blok IV WP 134
Peta 3.3.33 Garis Sempadan Bangunan Blok V WP 136
Peta 3.3.34 Garis Sempadan Bangunan Blok VI WP 138
Peta 3.3.35 Garis Sempadan Bangunan Blok VII WP 140
Peta 3.3.36 Hak Guna Lahan Blok I WP 142
Peta 3.3.37 Hak Guna Lahan Blok II WP 144
Peta 3.3.38 Hak Guna Lahan Blok III WP 146
Peta 3.3.39 Hak Guna Lahan Blok IV WP 148
Peta 3.3.40 Hak Guna Lahan Blok V WP 150
Peta 3.3.41 Hak Guna Lahan Blok VI WP 152
Peta 3.3.42 Hak Guna Lahan Blok VII WP 154
Peta 3.2.1 Kepadatan Penduduk Kecamatan Genteng Tahun 2022 156
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 157
b. Jumlah Penduduk Menurut Agama 157
c. Jumlah Penduduk Menurut Umur 158
e. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan 160
Peta 3.6.1 Persebaran Sarana Pendidikan Blok I 183
Peta 3.6.2 Persebaran Sarana Pendidikan Blok II 184
Peta 3.6.3 Persebaran Sarana Pendidikan Blok III 185
Peta 3.6.4 Persebaran Sarana Pendidikan Blok IV 186
Peta 3.6.5 Persebaran Sarana Pendidikan Blok V 187
Peta 3.6.6 Persebaran Sarana Pendidikan Blok VI 188
Peta 3.6.7 Persebaran Sarana Pendidikan Blok VII 189
Peta 3.6.8 Persebaran Sarana Kesehatan Blok I 192
Peta 3.6.9 Persebaran Sarana Kesehatan Blok II 193
Peta 3.6.10 Persebaran Sarana Kesehatan Blok III 194
Peta 3.6.11 Persebaran Sarana Kesehatan Blok IV 195
Peta 3.6.12 Persebaran Sarana Kesehatan Blok V 196
Peta 3.6.13 Persebaran Sarana Kesehatan Blok VII 197
9
Peta 3.6.14 Persebaran Sarana Peribadatan Blok I 200
Peta 3.6.15 Persebaran Sarana Peribadatan Blok II 202
Peta 3.6.16 Persebaran Sarana Peribadatan Blok III 203
Peta 3.6.17 Persebaran Sarana Peribadatan Blok IV 205
Peta 3.6.18 Persebaran Sarana Peribadatan Blok V 206
Peta 3.6.19 Persebaran Sarana Peribadatan Blok VII 207
Peta 3.6.20 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok I 210
Peta 3.6.21 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok II 211
Peta 3.6.22 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok III 212
Peta 3.6.23 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok IV 214
Peta 3.6.24 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok V 215
Peta 3.6.25 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok I 218
Peta 3.6.25 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok I 224
Peta 3.6.27 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok II 226
Peta 3.6.28 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok III 227
Peta 3.6.29 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok IV 228
Peta 3.7.1 Jaringan Prasarana Drainase Blok I 251
Peta 3.7.2 Jaringan Prasarana Drainase Blok II 253
Peta 3.7.3 Jaringan Prasarana Drainase Blok III 255
Peta 3.7.4 Jaringan Prasarana Drainase Blok IV 257
Peta 3.7.5 Jaringan Prasarana Drainase Blok V 259
Peta 3.7.6 Jaringan Prasarana Drainase Blok VI 261
Peta 3.7.7 Jaringan Prasarana Drainase Blok VII 263
Peta 3.7.8 Jaringan Air Bersih Blok 1 Kecamatan Genteng 269
Peta 3.7.9 Jaringan Air Bersih Blok 2 Kecamatan Genteng 270
Peta 3.7.10 Jaringan Air Bersih Blok 3 Kecamatan Genteng 271
Peta 3.7.11 Jaringan Air Bersih Blok 4 Kecamatan Genteng 273
Peta 3.7.12 Jaringan Prasarana Air Limbah Blok IV 277
Peta 3.7.13 Jaringan Prasarana Air Limbah Blok V 279
Peta 3.7.14 Jaringan Persampahan Blok 4 Kecamatan Genteng 283
Peta 3.7.15 Jaringan Persampahan Blok 3 dan 5 Kecamatan Genteng 285
Peta 3.7.16 Jaringan Listrik Blok 1-2 Kecamatan Genteng 289
Peta 3.7.17 Jaringan Listrik Blok 3-6 Kecamatan Genteng 291
Peta 3.7.18 Jaringan Listrik Blok 5-7 Kecamatan Genteng 293
Peta 3.7.19 Jaringan Telekomunikasi Blok 1 Kecamatan Genteng 296
Peta 3.7.20 Jaringan Telekomunikasi Blok 2-4 Kecamatan Genteng 298
Peta 3.7.21 Jaringan Telekomunikasi Blok 5 Kecamatan Genteng 300
Peta 3.8.1 Peta Jaringan Jalan WP 304
Peta 3.8.2 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok I WP 312
Peta 3.8.3 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok II WP 312
Peta 3.8.4 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok III WP 313
10
Peta 3.8.5 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok IV WP 313
Peta 3.8.6 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok V WP 314
Peta 3.8.7 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok VI WP 314
Peta 3.8.8 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok VII WP 315
Peta 3.8.9 Peta Sebaran Halte Blok I WP 318
Peta 3.8.10 Peta Sebaran Halte Blok II WP 319
Peta 3.8.11 Peta Sebaran Halte Blok III WP 319
Peta 3.8.12 Peta Sebaran Halte Blok IV WP 320
Peta 3.8.13 Peta Sebaran Halte Blok V WP 320
Peta 3.8.14 Peta Sebaran Halte Blok VI WP 321
Peta 3.8.15 Peta Sebaran Halte Blok VII WP 321
Peta 3.8.16 Peta Rute Suroboyo Bus (Koridor Purabaya-Rajawali) 328
Peta 3.8.17 Peta Rute Suroboyo Bus (Bus Tumpuk) 329
Peta 3.8.18 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD01) 329
Peta 3.8.19 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD02) 330
Peta 3.8.20 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD07) 330
Peta 3.8.21 Peta Rute Teman Bus (Trans Semanggi Suroboyo) 331
Peta 4.1.1 Pusat Pelayanan WP Genteng 353
Peta 4.4.1 Peta SKL Ketersediaan Air Kawasan Perencanaan 375
Peta 4.4.2 Peta SKL Drainase Kawasan Perencanaan 379
Sumber: Analisis Penulis 379
Peta 4.4.3 Peta SKL Morfologi Kawasan Perencanaan 383
Peta 4.4.4 Peta SKL Terhadap Erosi Kawasan Perencanaan 387
Peta 4.4.5 Peta SKL Kestabilan Lereng Kawasan Perencanaan 389
Peta 4.4.6 Peta SKL Pembuangan Limbah Kawasan Perencanaan 392
Peta 4.4.7 Peta SKL Terhadap Bencana Alam Kawasan Perencanaan 394
Peta 4.4.8 Peta SKL Kestabilan Pondasi Kawasan Perencanaan 398
Peta 4.4.9 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan 401
Peta X Traffic Analysis Zone 428
Peta X Bangkitan Eksisting 433
Peta 4.9.1 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan TK 456
Peta 4.9.2 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SD 458
Peta 4.9.3 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SMP 459
Peta 4.9.4 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SMA 461
Peta 4.9.5 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Puskesmas 467
Peta 4.9.6 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Apotek 469
11
DAFTAR GAMBAR
12
Gambar 4.9.1 Kebutuhan sarana pendidikan WP Genteng 455
Gambar 4.10.1 Kompilasi Kebijakan Non-Sektoral WP Genteng 534
Gambar 4.11.1 Bagan Organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya 536
Gambar 4.11.2 Struktur Organisasi Tingkat Kecamatan Genteng Kota
Surabaya 544
Gambar 4.11.3 Struktur Organisasi Tingkat Kecamatan Genteng Kota
Surabaya 2023 545
Gambar 4.11.3 Skema Kerjasama Kelembagaan Kecamatan Genteng 551
13
DAFTAR TABEL
14
Tabel 3.5.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah),
2018-2022 170
Tabel 3.5.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kota Surabaya Tahun
2018-2022 174
Tabel 3.5.3 PMA Sektor Kota Surabaya 176
Tabel 3.5.4 PMDN Sektor Kota Surabaya 178
Tabel 3.6.1 Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Genteng 182
Tabel 3.6.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Genteng 192
Tabel 3.6.3 Jumlah Sarana Peribadatan Kecamatan Genteng 200
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka dan Google Maps, 2023 200
Tabel 3.6.4 Jumlah Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Publik di
Kecamatan Genteng 210
Sumber: Google Maps, 2023 210
Tabel 3.6.5 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Genteng
218
Tabel 3.6.6 Jumlah Sarana Kebudayaan dan Rekreasi di Kecamatan
Genteng 224
Tabel 3.6.7 Jumlah Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga di
Kecamatan Genteng 233
Tabel 3.7.3 Jumlah Keluarga Pengguna PLN 290
Tabel 3.8.1 Klasifikasi Jaringan Jalan Menurut Fungsi Jalan 306
Tabel 3.8.2 Panjang Jalan Menurut Fungsi Jalan 307
Tabel 3.8.3 Kondisi Perkerasan Jalan Kecamatan Genteng 309
Tabel 3.8.4 Geometrik Jalan Kecamatan Genteng 311
Tabel 3.8.5 Rute Trayek Angkutan Umum yang Melewati Kecamatan
Genteng 328
Tabel 4.2.1. Koefisien Limpasan Air di Kawasan Perkotaan Genteng 360
Tabel 4.3.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044 364
Tabel 4.3.2 Proyeksi Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044 365
Tabel 4.3.3 Sex Ratio Wilayah Perencanaan Tahun 2022 366
Tabel 4.3.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur Wilayah
Perencanaan Tahun 2024-2044 367
Tabel 4.3.5 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Agama Wilayah
Perencanaan Tahun 2024-2044 369
Tabel 4.3.6 Angka Kelahiran Kecamatan Genteng Tahun 2021 370
Tabel 4.3.7 Angka Kematian Kecamatan Genteng Tahun 2021 371
Tabel 4.3.8 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
371
Tabel 4.3.9 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
373
Tabel 4.4.1 Karakteristik drainase tanah beserta nilai satuan kemampuan
lahan 379
Tabel 4.4.2 Persebaran jenis tanah di Kawasan Perkotaan Genteng 379
15
Tabel 4.4.3 Klasifikasi Kemiringan Lereng dengan Nilai Satuan
Kemampuan Lahan 382
Tabel 4.4.4 Persebaran topografi di Kawasan Perkotaan Genteng 383
Tabel 4.4.5 Kelas Kekerasan Batuan Geologi dengan Nilai Satuan
Kemampuan Lahan 387
Tabel 4.4.6 Persebaran Formasi Geologi Kawasan Perkotaan Genteng
387
Tabel 4.4.7 Kelas Curah Hujan dengan Nilai Satuan Kemampuan Lahan
392
Tabel 4.4.8 Persebaran Curah Hujan Kawasan Perkotaan Genteng 392
Tabel 4.4.9 Bobot dari tiap Satuan Kemampuan Lahan 404
Tabel 4.4.10 Persebaran Kemampuan Lahan Kawasan Perkotaan
Genteng 405
Tabel 4.6.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044 409
Tabel 4.6.2 Proyeksi Kepadatan Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044 410
Tabel 4.6.3 Sex Ratio Wilayah Perencanaan Tahun 2022 411
Tabel 4.6.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur Wilayah
Perencanaan Tahun 2024-2044 411
Tabel 4.6.5 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Agama Wilayah
Perencanaan Tahun 2024-2044 413
Tabel 4.6.6 Angka Kelahiran Kecamatan Genteng Tahun 2021 415
Tabel 4.6.7 Angka Kematian Kecamatan Genteng Tahun 2021 416
Tabel 4.6.8 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
416
Tabel 4.6.9 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
417
Tabel X Skala Pelayanan Sistem Kegiatan 417
Tabel X Standar Minimum Sistem Jaringan, Fungsi, dan Dimensi Jalan
421
Tabel X Sampel Kesesuaian Sistem Jaringan,Fungsi, dan Dimensi Jalan
dengan Standar Minimum Kecamatan Genteng 2023 422
Tabel XX Karakteristik Sampel Ruas Jalan dalam Analisis Volume Lalu
Lintas Kecamatan Genteng tahun 2023 422
Tabel X Hasil Traffic Counting Pukul 10.00-11.00 424
Tabel X Hasil Traffic Counting Pukul 13.00-14.00 424
Tabel X Data Trip Production 432
Tabel X Model Trip Production 433
Tabel X Data Trip Attraction 433
Tabel X Model Trip Production 434
Tabel 4.9.1 Standar pelayanan sarana pendidikan 455
Tabel 4.9.2 Kapasitas Sarana Pendidikan 457
Tabel 4.9.3 Kebutuhan Lahan Sarana Pendidikan 457
Tabel 4.9.4 Standar pelayanan sarana kesehatan 465
Tabel 4.9.5 Kapasitas Sarana Kesehatan 467
Tabel 4.9.6 Kebutuhan Lahan Sarana Kesehatan 467
16
Tabel 4.9.6 Kapasitas Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum 479
Tabel 4.9.7 Standar Jangkauan Sarana Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan SNI 03-1733-2004 480
Tabel 4.4.10 Analisis Proyeksi Kebutuhan Drainase tahun 2024-2044 490
Tabel 4.4.11 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Bersih tahun 2024-2044 495
Tabel 4.4.12 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Minum tahun 2024-2044 500
Tabel 4.4.13 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Limbah tahun 2024-2044
505
Tabel 4.4.14 Analisis Proyeksi Kebutuhan Listrik tahun 2024-2044 520
Tabel 4.4.15 Perbandingan Jumlah Kebutuhan Listrik tahun 2024-2044
525
Tabel 4.4.16 Analisis Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi tahun
2024-2044 528
Tabel 4.10.1 Kompilasi Kebijakan Non-Sektoral WP Genteng 532
Tabel 4.11.1 Tugas dari Pegawai Pemerintahan Kecamatan 547
Tabel x.x Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kota
Surabaya Tahun 2016-2020 554
Tabel x.x Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah Kota
Surabaya Tahun 2016-2020 558
Tabel x.x Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan
Daerah Kota Surabaya Tahun 2016-2020 562
Tabel x.x Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk
Mendanai Pembangunan Daerah Kota Surabaya Tahun 2021-2026 565
Tabel x.x Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
Daerah (Proyeksi Penerimaan Daerah) Kota Surabaya 567
Tabel x.x Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
2021 sampai dengan Tahun 2026 Kota Surabaya 568
Tabel x.x Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah 575
Tabel x.x Kriteria Penilaian Ketergantungan Daerah 576
Tabel x.x Perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan 577
Tabel x.x Kriteria Penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal 578
Tabel x.x Perhitungan Rasio Desentralisasi Fiskal 579
Tabel x.x Perhitungan Rasio Efektivitas PAD 580
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyusunan perencanaan perkotaan harus ditingkatkan untuk meningkatkan
produktivitas dan mendukung berbagai sektor, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 20 Tahun 2011. Di setiap wilayah perkotaan dan kawasan strategis
kabupaten/kota, perencanaan diatur melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
kabupaten/kota. RTRW kabupaten/kota adalah rencana tata ruang umum untuk wilayah
kabupaten/kota, yang merupakan rincian dari RTRW Provinsi. Dokumen ini mencakup
tujuan, kebijakan, strategi tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah
kabupaten/kota, rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota, penetapan kawasan strategis
kabupaten/kota, panduan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan aturan
pengendalian penggunaan ruang wilayah kabupaten/kota. Rencana Detail Tata Ruang
berfungsi sebagai pedoman untuk pembangunan di suatu daerah. Dengan perubahan
penggunaan lahan, akan terlihat sejauh mana rencana pemerintah setempat sesuai dengan
situasi di lapangan.
Rencana tata ruang menjadi landasan untuk penggunaan ruang dan program
pembangunan di suatu daerah. Selama proses implementasi penggunaan ruang, rencana tata
ruang memberikan arahan dan izin penggunaan ruang, sehingga penggunaan ruang selalu
sesuai dengan rencana tata ruang. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang mengatur tingkat penataan ruang baik dalam konteks wilayah administrasi (nasional,
provinsi, kota, dan kabupaten) maupun dalam tingkat kedetailan, termasuk rencana umum
dan rencana rinci.
Di Kota Surabaya, Rencana Tata Ruang Wilayah mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Rencana rinci kemudian
disusun dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Rencana Tata Ruang
Kawasan Strategis Kota. Kota Surabaya, terkenal sebagai pusat perdagangan dan jasa,
memiliki wilayah Kecamatan Genteng yang secara dominan digunakan untuk perdagangan
dan jasa. Wilayah ini dipenuhi dengan aktivitas perdagangan dan jasa, termasuk bangunan
perkantoran, pusat perbelanjaan, pasar, dan berbagai jenis toko. Kecamatan Genteng menjadi
salah satu kecamatan di Kota Surabaya yang memiliki kawasan strategis yang dapat
dikembangkan secara berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan Kota Surabaya di masa
depan. Namun, dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku saat ini (Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 2014) memiliki tingkat kedalaman peta 1:10.000, sehingga bersifat
umum dan tidak mencukupi untuk izin pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang yang lebih mendalam dan terperinci.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut adalah tiga rumusan masalah yang dapat
diidentifikasi:
1. Bagaimana tingkat kedalaman peta dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten/Kota di Kota Surabaya mempengaruhi proses izin pembangunan
dan penggunaan lahan di wilayah perkotaan?
2. Apa dampak kurangnya perencanaan perkotaan yang mendalam dan terperinci
terhadap pertumbuhan dan perkembangan Kota Surabaya, khususnya dalam hal
pengembangan kawasan strategis seperti Kecamatan Genteng?
3. Bagaimana koordinasi antara Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), dan Rencana Tata
Ruang lainnya berkontribusi pada upaya mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan
dan produktivitas dalam sektor perdagangan dan jasa?
1.3 Tujuan
Berikut adalah tiga tujuan yang sesuai dengan latar belakang dibuatnya laporan
perencanaan kota di Kecamatan Genteng, Surabaya:
1. Meningkatkan Produktivitas dan Pertumbuhan Ekonomi: Meningkatkan produktivitas
ekonomi dengan merancang penggunaan lahan yang mendukung sektor perdagangan
dan jasa. Dengan perencanaan yang lebih terperinci dan berkelanjutan, Kecamatan
Genteng diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
mendorong investasi, dan menciptakan lapangan kerja bagi warga setempat.
2. Pengembangan Kawasan Strategis: Salah satu tujuan utama adalah mengidentifikasi
dan mengembangkan kawasan strategis di Kecamatan Genteng. Dengan demikian,
akan mencakup penetapan kawasan-kawasan yang dapat dikembangkan secara
optimal untuk mendukung pertumbuhan Kota Surabaya di masa depan. Ini melibatkan
perencanaan struktur ruang wilayah yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi
setempat.
3. Kesesuaian dengan Regulasi dan Ketentuan: Untuk memastikan kesesuaian dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku, termasuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 20 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Dengan demikian, laporan ini akan memberikan dasar yang kuat untuk
memberikan arahan, rekomendasi, dan izin penggunaan lahan yang sesuai dengan
rencana tata ruang, sehingga penggunaan lahan selalu sesuai dengan peraturan yang
ada.
2
1.4 Sasaran
Terdapat tiga sasaran utama dalam laporan fakta mengenai kawasan strategis di
Kecamatan Genteng:
1. Membentuk Rencana Detail Tata Ruang yang lebih terperinci sebagai panduan bagi
Pemerintah Kota Surabaya dalam merencanakan, mengatur, mengawasi, dan
mengarahkan pembangunan di Kecamatan Genteng. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan tata ruang dan pembangunan yang terstruktur dan tertib.
2. Menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kota sebagai pedoman dalam penggunaan
lahan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan di Kecamatan Genteng.
Tujuannya adalah untuk mengatur dan mengawasi perkembangan wilayah ini agar
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan yang ada di Kecamatan Genteng,
sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai dasar evaluasi dan pertimbangan
dalam penyusunan kebijakan. Dengan demikian, kebijakan yang diambil dapat lebih
tepat sasaran dan efektif untuk mendukung perkembangan wilayah ini.
3
BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surabaya 2005 -
2025
RPJPD sebagai suatu dokumen rencana yang sangat penting bagi arah pembangunan
daerah, karena itu pemerintah daerah, DPRD, dan masyarakat memberikan perhatian penting
pada kualitas produk dan proses penyusunan dokumen, yang diikuti dengan pemantauan,
evaluasi, dan review berkala atas implementasinya. Penyusunan RPJPD telah dilakukan
melalui pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up dan top-down
process. Dengan demikian RPJPD disusun sesuai kaidah penyusunan rencana yang
sistematis, terpadu, transparan, akuntabel dan konsisten dengan rencana lainnya yang relevan.
Berikut beberapa kebijakan yang ditetapkan untuk Arah pembangunan lima tahunan Ke IV
(Tahun 2020-2024):
● Misi 1 : Mewujudkan tata pemerintahan kota yang baik, melalui pemanfaatan TIK
yang terintegrasi dan handal
● Misi 2 : Mewujudkan penataan ruang yang berbasis ekologi serta berorientasi pada
prinsip-prinsip berkeadilan dan berkelanjutan
● Misi 3 : Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana berbasis ekologi,
● Misi 4 : Mewujudkan perekonomian daerah berbasis potensi ekonomi lokal yang
mandiri,
● Misi 5 : Mewujudkan kerja sama yang sinergis dalam menciptakan perekonomian yang
berkeadilan dan beretika
● Misi 6 : Mengembangkan kearifan lokal sebagai modal sosial warga kota dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan,
● Misi 7 : Mewujudkan pemerataan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan yang
berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat
● Misi 8 : Pemberdayaan perempuan, kaum rentan sosial dan perlindungan anak,
Penanggulangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup.
Kota Surabaya sebagai salah satu kota di Jawa Timur memiliki peran strategis pada
skala nasional sebagai pusat pelayanan kegiatan Indonesia Timur, dan pada skala regional
sebagai kota perdagangan dan jasa yang pada simpul transportasi (darat, udara dan laut)
nasional dan internasional sehingga memberi peluang bagi Kota Surabaya untuk
meningkatkan perannya sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Dalam kaitannya dengan
kondisi tersebut, Kota Surabaya memiliki kawasan strategis yang dapat dikembangkan
secara berkelanjutan untuk mendukung eksistensi pengembangan wilayah di masa
mendatang, diantaranya adalah:
● Kawasan Segiempat Emas Tunjungan dan sekitarnya Sebagai kawasan pusat
perdagangan dan perkantoran, kawasan Segiempat Emas Tunjungan memerlukan
penanganan dan pengelolaan yang optimal untuk mendukung percepatan pertumbuhan
ekonomi Kota Surabaya.
● Kawasan Kota Lama Surabaya dan Kawasan Bangunan dan Lingkungan Cagar
Budaya
4
Lingkungan cagar budaya merupakan kawasan bangunan dan lingkungan pada
kawasan kampung lama Tunjungan di Kecamatan Tegalsari. Seiring dengan waktu,
pemanfaatan bangunan yang tidak serasi dengan karakter awal kawasan kota lama dan
kampung lama membuat kawasan ini terlihat kumuh dan cenderung ditinggalkan,
sehingga perlu penetapan sebagai kawasan cagar budaya yang berkarakter untuk
mengendalikan pembangunan di kawasan ini.
2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Surabaya Tahun 2021 –
2026
Sesuai amanat Pasal 263, Pasal 3 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, yang menyebutkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau
RPJMD merupakan visi, misi, dan program dari Direktur Wilayah dan Wakil Direktur
Wilayah Surabaya. Kota.
● Visi Misi Kota Surabaya
Tabel 2.2.1 Visi Misi Kota Surabaya
5
tangkas berbasis digital untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik.
6
efisiensi dan kualitas layanan publik, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan,
perizinan, dan administrasi kependudukan.
4. Pengembangan Sektor Ekonomi Unggulan: Identifikasi sektor ekonomi unggulan
yang ada di Kecamatan Genteng dan dorong pengembangannya. Berikan dukungan
kepada pelaku usaha lokal, koperasi, dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di
sektor-sektor tersebut melalui akses pendanaan, pelatihan, dan pemasaran. Ini akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja.
5. Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan: Memanfaatkan potensi pariwisata yang ada
di Kecamatan Genteng dengan mengembangkan objek wisata berkelanjutan. Fokus
pada pelestarian dan promosi warisan budaya, situs bersejarah, kuliner khas, serta
pengembangan infrastruktur pendukung seperti akomodasi, fasilitas rekreasi, dan
transportasi. Hal ini akan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.
6. Peningkatan Kualitas Lingkungan: Prioritaskan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan di Kecamatan Genteng. Lakukan penataan kawasan hijau, penghijauan,
pengelolaan sampah yang efektif, dan perlindungan terhadap sungai dan laut. Selain
itu, tingkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan.
7. Pemberdayaan Masyarakat: Dorong pemberdayaan masyarakat di Kecamatan
Genteng melalui program-program pelatihan, pendidikan.
2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034
Visi penataan ruang Kota Surabaya menurut Peraturan Daerah No 12 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034 adalah terwujudnya
kota perdagangan dan jasa internasional berkarakter lokal yang cerdas, manusiawi, dan
berbasis ekologi, yang kemudian ditranslasikan terhadap poin-poin misi perencanaan
wilayah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas penataan ruang kota dan infrastruktur kota yang menjamin
aksesibilitas publik berwawasan lingkungan dan nyaman;
2. Meningkatkan akses, kesadaran, partisipasi dan kontrol publik dalam pemanfaatan
ruang, penyusunan kebijakan dan penyelenggaraan pelayanan publik;
3. Mengembangkan aktualisasi dan kearifan budaya lokal warga kota dalam tata
pergaulan global;
4. Mewujudkan penegakan hukum yang berkeadilan secara konsisten meningkatkan
iklim usaha yang kondusif dan berkeadilan;
5. Mewujudkan masyarakat yang berdaya, kreatif dan sejahtera.
Berdasar pada RTRW Kota Surabaya Tahun 2014-2034, Kecamatan Genteng
termasuk ke dalam pusat lingkungan pada UP VI Tunjungan yang merupakan pusat
pelayanan kota dengan fungsi kegiatan utamanya sebagai berikut:
1. Permukiman
2. Pemerintahan
3. Perdagangan dan jasa
7
8
2.3.1 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kota Surabaya
Adapun kebijakan dan strategi pembangunan Kota Surabaya yang berkaitan dengan
UP VI Tunjungan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2.2 Kebijakan dan strategi pembangunan Kota Surabaya berdasarkan Peraturan
Daerah No 12 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun
2014-2034 pada UP VI Tunjungan.
KEBIJAKAN STRATEGI
9
Strategi pengembangan - Mengembangkan pusat perbelanjaan secara
kawasan perdagangan dan terintegrasi dalam skala unit pengembangan, koridor
jasa dan kawasan;
- Mengembangkan dan merevitalisasi pasar
tradisional;
- Mengembangkan toko modern dalam tingkat unit
lingkungan yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan yang mempertimbangkan kondisi sosial
ekonomi dan ketentuan yang berlaku;
- Mengembangkan pusat perdagangan dan jasa serta
usaha perdagangan maupun usaha jasa komersial
lainnya pada setiap unit pengembangan.
Sumber: RTRW Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034
10
2.3.2 Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang RTRW Kota Surabaya
Adapun rencana struktur ruang dan pola ruang Kota Surabaya yang berkaitan dengan
UP VI Tunjungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2.3 Rencana struktur ruang Kota Surabaya berdasarkan Peraturan Daerah No 12
Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034 pada UP
VI Tunjungan.
STRUKTUR RUANG
ARAHAN RENCANA
WILAYAH
11
Jaringan sumber daya air - pengembangan sistem penanganan sumber air
untuk meningkatkan kualitas baku mutu air,
pembangunan resapan air, dan pengoptimalan
penyediaan jaringan pelayanan hidran.
Jaringan jalan bagi pejalan Arahan pada kawasan CBD Rajawali-Kembang Jepun
kaki dan kendaraan tidak untuk dihubungkan langsung dengan kawasan CBD
bermotor Tunjungan melalui pengembangan jalan dan pedestrian
way yang menonjolkan aksen kesejarahan.
Sumber: RTRW Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034
12
Tabel 2.2.4 Rencana pola ruang Kota Surabaya berdasarkan Peraturan Daerah No 12 Tahun
2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya tahun 2014-2034 pada UP VI
Tunjungan.
POLA RUANG
ARAHAN RENCANA
WILAYAH
13
dilengkapi dengan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas
umum yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah;
- Meningkatkan peran masyarakat/pengembang untuk
memenuhi kewajiban dalam penyediaan dan/atau penyerahan
prasarana, sarana dan utilitas umum kepada Pemerintah
Daerah.
14
- Meningkatkan peran masyarakat/pengembang untuk
memenuhi kewajiban dalam penyediaan dan/atau penyerahan
prasarana, sarana dan utilitas umum kepada Pemerintah
Daerah
Arahan rencana
- Mengembangkan pariwisata secara terintegrasi antara obyek
wisata, event-event wisata, akomodasi wisata dan kemasan
wisata sebagai satu kesatuan wisata kota;
- Menjadikan Kota Surabaya sebagai salah satu tujuan
wisatawan nusantara dan mancanegara
- Melindungi wisata budaya, heritage dan religi
- Meningkatkan dan mengembangkan kualitas lingkungan
obyek wisata yang nyaman, aman dan terintegrasi dengan
jaringan transportasi dan infrastruktur perkotaan;
- Menyediakan prasarana dan sarana lingkungan, utilitas
umum
- Meningkatkan peran masyarakat/pengembang untuk
memenuhi kewajiban dalam penyediaan dan/atau penyerahan
prasarana, sarana dan utilitas umum kepada Pemerintah
Daerah
15
Pengembangan;
- Melakukan pemeliharaan sarana prasarana secara rutin di
seluruh tingkatan sarana pendidikan
Kawasan kesehatan
- Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan pendistribusian
sarana kesehatan secara berhirarki
- Mengembangkan sarana kesehatan yang telah ada dengan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan
- Mengembangkan sarana kesehatan yang memenuhi standar
Kawasan peribadatan
- Mengembangkan fasilitas peribadatan secara merata sesuai
kebutuhan masyarakat
- Mengembangkan fasilitas peribadatan pada tiap kawasan
budidaya (perjas, perkantoran, dan pelayanan umum) sesuai
kebutuhan masyarakat
Sumber: RTRW Kota Surabaya Tahun 2014 - 2034
16
Peta 2.1 Rencana Pusat Kegiatan Kota Surabaya
17
Peta 2.2 Rencana Struktur Ruang Kota Surabaya
18
Peta 2.3 Rencana Pola Ruang Kota Surabaya
19
2.4 Review Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan Tunjungan (RDTR UP)
Kota Surabaya Tahun 2011
Tujuan Pengembangan wilayah UP Tunjungan adalah untuk mendukung fungsi yang
telah ditetapkan dalam RTRW Surabaya yakni diarahkan fungsi utamanya sebagai kawasan
permukiman, pemerintahan, perdagangan dan jasa dengan pusat pertumbuhan berada di
Kawasan Tunjungan dan mengembangkan kawasan sesuai tema pengembangan yaitu
“Mewujudkan Kawasan UP Tunjungan sebagai Pusat Perdagangan Skala Nasional
yang Berkarakter, Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan.”
UP Tunjungan lebih banyak menunjukkan kegiatan ekonomi pada sektor perdagangan
dan jasa, hal ini dikarenakan UP Tunjungan merupakan pusat perkotaan Surabaya yang
memiliki kemudahan akses oleh jalan arteri dan berbagai jenis moda transportasi yang
dimilikinya. Kondisi ini tentunya mengikuti Kota Surabaya dimana sektor yang mempunyai
kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Perkembangan sektor produksi ini mengalami peningkatan yang terus menerus dalam kurun 3
tahun terakhir Pada tahun 2006 kontribusinya sebesar 36,24%, tahun 2007 kontribusinya
36,73%, dan tahun 2008 kontribusinya naik menjadi 37,81 %
Kawasan utama perdagangan UP Tunjungan saat ini masih bertumpu pada kawasan
Segiempat Emas Tunjungan (koridor Jl. Tunjungan - Jl. Embong Malang – Jl. Blauran – Jl.
Praban) yang menjadi Central Bisnis District (CBD) yang menjadi titik pemusatan berbagai
kegiatan perdagangan dan jasa, terutama dengan adanya Tunjungan Plaza di UD Tegalsari.
Fasilitas perdagangan modern tersebut tersebar merata di seluruh kawasan UP Tunjungan.
20
Tabel 2.2.5 Review RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011
1 Pusat Perbelanjaan dan Toko ● ITC dan Mall Kapas Krampung (East Point)
Modern di UD Simokerto;
● PGS, BG Junction dan Dupak Grosir di UD
Bubutan;
● Surabaya Plaza, Grand City dan Hi-Tech
Mall di UD Genteng;
● Tunjungan Plaza di UD Tegalsari.
21
2.4.1 Rencana Struktur Ruang Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan Tunjungan
(RDTR UP) Kota Surabaya Tahun 2011
RDTRK UP Tunjungan terdiri dari 4 Unit distrik yang terbagi menjadi beberapa unit
lingkungan. Berikut informasi detail terkait pembagian struktur ruang.
Pusat Unit Distrik (UD) Genteng berada di Kelurahan Embong Kaliasin. Pusat
kegiatan ditempatkan di koridor Jalan Basuki Rahmat dengan fungsi utama sebagai kegiatan
perdagangan jasa dan pemerintahan.Visualisasi rencana pengembangan pusat UD Genteng
dapat dilihat pada gambar 2.7 Unit Distrik Genteng ini terdiri dari 5 Unit Lingkungan (UL),
yaitu :
a. UL Kapasari;
b. UL Peneleh;
c. UL Ketabang;
d. UL Genteng; dan
e. UL Embong Kaliasin.
22
Gambar 2.2.1 Rencana Pengembangan Unit Distrik Genteng
Berikut informasi lebih detail terkait pusat unit lingkungan, fungsi utama, dan juga luasnya
Guna mengetahui permintaan akan kebutuhan maka diperlukan proyeksi penduduk. Berikut
proyeksi penduduk paa UP Tunjungan :
23
24
Di dalam rencana Sistem jaringan pergerakan dan Utilitas terdapat beberapa bidang yang
direncanakan. Informasi lebih detail terkait rencana tercantum pada tabel 2.7
25
Minum perkembangan pada kawasan perencanaan.
● Mengadakan perbaikan dan rehabilitasi jaringan lama
agar mampu menyalurkan air bersih sesuai dengan
program pemerintah.
2 Drainase
26
peningkatan kebutuhan daya listrik dan tumbuhnya pusat
beban yang baru.
● Untuk pekerjaan instalasi pada bangunan disarankan
pemasangan kawat pada pemakaian pipa yang tidak
melanggar ketentuan PUIL 1997.
● Perlu dikembangkan sumber energi listrik alternatif yang
ramah lingkungan, tersedia dalam jumlah banyak dan
dapat dibangun dengan teknologi sederhana, seperti :
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
2.4.2 Rencana Fasilitas dan Pola Ruang Rencana Detail Tata Ruang Unit Pengembangan
Tunjungan (RDTR UP) Kota Surabaya Tahun 2011
Terdapat beberapa aspek dalam rencana fasilitas pada RDTRK UP VI Tunjungan.
Informasi lebih detailnya akan terangkum pada tabel 2.4.
No Aspek Rencana
27
● Melakukan merger sekolah yang berdekatan
dan pembangunan baru pada lokasi yang
rendah tingkat pelayanannya dalam rangka
pemerataan persebaran fasilitas pendidikan
dan perluasan jangkauan pelayanannya.
● Mengintegrasikan fasilitas pendidikan dengan
rumah susun.
28
5 Rencana Ruang Terbuka Hijau ● Ruang terbuka hijau sebagai areal yang
(RTH) non-built-up area harus menjadi bagian yang
integral dengan kawasan terbangun (built-up
area).
● Penentuan kawasan terbuka hijau diarahkan
untuk lapangan olah raga, taman, ruang hijau
halaman rumah / kavling dan jalur hijau di
tepi jalan.
● Rancangan ruang terbuka hijau harus
mempertimbangkan aspek fungsional,
ekologis dan estetis.
Selanjutnya adalah terkait pola ruang berikut adalah perbandingan persentase antara kondisi
eksisting dan perencanaan.
29
Sumber : RDTRK UP Tunjungan Kota Surabaya Tahun 2011
2.5 Kebijakan Sektoral Wilayah Perencanaan
2.5.1 Master Plan Drainase Kota Surabaya Tahun 2018-2038
Penyusunan Surabaya Drainage Master Plan Tahun 2018-2038 ini dalam
rangka melakukan peningkatan/pengembangan dari sistem jaringan drainase Kota
Surabaya sesuai dengan perkembangan Kota Surabaya yang semakin pesat dan maju.
Isi dari dokumen ini adalah identifikasi dan analisa akan keberadaan, fungsi, kinerja,
dan kebutuhan saluran primer, sekunder, dan tersier sampai dengan saluran
pembuangan yang menuju ke laut. Disertai dengan analisa kebutuhan fasilitas-fasilitas
penunjang, seperti Pompa Banjir, Boezem, Pintu Air, Mechanical Screen, dsb.
a. Kondisi Eksisting Sistem Drainase Rayon Genteng
- Banyak bangunan yang ada dibangun di atas jembatan.
- Saluran primer darmo kali perlu pendalaman ± 1,5 - 2 meter.
- Intensitas hujan tinggi sehingga seringkali terjadi genangan.
- Apabila genangan tinggi jembatan-jembatan di wilayah kupang atau dinoyo
perlu ditinggikan.
- Beberapa kondisi saluran terlihat terdapat bangunan diatasnya.
- Crosing outlet perlu pelebaran dan pendalaman.
- Perlunya Pelebaran dan pendalaman saluran.
- Beberapa Saluran menuju rumah pompa tertutup.
b. Daerah Genangan Rayon Genteng
Pada rayon ini terdapat 36 titik pemantauan yang dilakukan survey wawancara
dan pantauan langsung. Dari hasil analisa data yang dilakukan, ranking prioritas
penanganan pertama merupakan titik pantauan di Jalan Ciliwung, Kelurahan Darmo,
Kecamatan Wonokromo dengan tinggi genangan ±50 cm dan lama genangan ±3 jam
dengan total luas daerah tergenang adalah sebesar 0,70 ha.
c. Permasalahan Drainase Rayon Genteng
No Lokasi Genangan Genangan Kondisi Saluran
30
3 Jl. Semarang Saluran tidak mampu Sisi utara penuh sampah
menampung debit air tinggi
10 Jl. Imam Bonjol Kontur jalan tidak rata, Saluran tidak mencukupi
saluran banyak sampah
16 Jl. Petemon Barat Saluran air banyak kotoran Debit air saluran terlalu
tinggi & saluran sempit
17 Jl. Tegal sari Jalan lebih rendah & saluran Saluran mengendap
air mengendap dan banyak
sampah
18 Jl. Basuki Rahmat Jalan agak miring & saluran Saluran agak mengendap
banyak kotoran & ada kotoran
31
19 Jl. Genteng Besar Banyak kotoran Saluran kotor
32
2.5.3 Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Ketersediaan air minum menjadi salah satu penentu dalam peningkatan kesehatan,
kesejahteraan, dan produktivitas masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan
prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Rencana Induk Pengembangan SPAM Kota Surabaya, selanjutnya disebut RISPAM Kota
Surabaya, diperlukan agar kebutuhan air minum dalam rangka pengembangan Kota
Surabaya dapat terpenuhi dengan rencana-rencana pembangunan yang terpadu. Berikut
gambaran kondisi atau arahan rencana yang terdapat pada wilayah perencanaan :
a. Gambaran Kondisi
33
Peta 2.4 Jangkauan Pelayanan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya
34
Peta 2.5 Pelayanan Instalasi Produksi PDAM Surya Sembada Kota Surabaya
35
b. Arahan Rencana
Berdasarkan dokumen RISPAM Kota Surabaya Tahun 2015. Arahan rencana
pengembangan sistem air minum yang berkaitan dengan Wilayah Pengembangan,
antara lain :
1) Alternatif air baku yang dimiliki oleh Kota Surabaya salah satunya berasal
dari Used Water Bozem Morokrembangan.
2) Pengembangan SPAM Kota Surabaya menggunakan skenario pengembangan
strategis yang didasari pada dua sasaran, yaitu:
- Peningkatan cakupan pelayanan menuju teraksesnya penduduk
terhadap air minum yang aman dan sehat.
- Meningkatkan kualitas sarana pendukung keberlanjutan Sistem
Penyediaan Air Minum.
3) Rencana pengembangan jaringan berupa penambahan jalur perpipaan baru
primer, sekunder dan tersier.
4) Rencana pengembangan kapasitas, berupa pengembangan dan peningkatan
sistem produksi, pengembangan dan peningkatan sistem transmisi dan
distribusi, dan penambahan sambungan serta peningkatan pelayanan
pelanggan.
5) Rencana pengembangan dan peningkatan sistem transmisi dan distribusi,
berupa :
- Perencanaan Rinci (DED-Detailed Engineering Design) penataan kawasan
dan pembangunan reservoir bersama IPAM Ngagel berdasarkan studi yang
telah dilakukan.
- Pelaksanaan DED pembangunan instalasi pengolahan lumpur IPAM Ngagel
- Pelaksanaan pembangunan reservoir pelayanan.
- Pelaksanaan pembangunan sistem monitoring on-line / SCADA sistem
distribusi
- Pelaksanaan peremajaan aset sistem distribusi
- Pembangunan Genset
36
penekanan pada infrastruktur dan strategi pengembangan yang tepat untuk memastikan
kawasan ini berkontribusi maksimal dalam menggairahkan pertumbuhan ekonomi kota.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
3.1 Kondisi Administrasi
3.1.1 Wilayah Delineasi
Peta 3.1.1 Delineasi Wilayah Perencanaan
38
3.1.2 Pembagian Blok Wilayah Perencanaan
Pembagian blok adalah tahap esensial dalam proses penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR). Skala RDTR yang harus tetap di bawah 1:5000 adalah parameter penting
yang harus diperhatikan, dan inilah mengapa pembagian blok memegang peran penting.
Melalui pembagian blok, kita dapat menghadirkan detail yang sesuai dan relevan dalam
perencanaan RDTR. Lebih dari itu, pendekatan ini juga membuka peluang untuk
menciptakan perencanaan wilayah yang lebih kompleks dengan mempertimbangkan struktur
dan pola ruang yang lebih mendalam di seluruh wilayah tersebut.
Pembagian blok ini mencakup pembagian menjadi tujuh blok yang di beberapa kasus
mungkin terpisah oleh elemen alam seperti sungai Kali Mas dan elemen geografis lainnya.
Dengan mengakomodasi fitur alami ini, RDTR dapat memberikan solusi perencanaan yang
lebih efektif, yang sesuai dengan karakteristik unik wilayah tersebut. Melalui pendekatan ini,
upaya perencanaan tata ruang dapat menjadi lebih holistik dan menghasilkan manfaat yang
lebih besar untuk perkembangan wilayah tersebut.
39
Peta 3.1.2 Pembagian Blok Wilayah Perencanaan
40
3.2 Aspek Fisik Dasar
3.2.1 Topografi Wilayah
Kondisi topografi merupakan salah satu kondisi fisik suatu wilayah
yang mana dapat mengetahui potensi dan kendala fisik perkembangan suatu
kawasan/wilayah. Kecamatan Genteng dan wilayah disekitarnya merupakan
dataran rendah dengan variasi ketinggian antara 0 - 40 m dengan rata-rata
tinggi 0-15 m diatas permukaan laut serta kemiringan antara 0 – 50% dengan
didominasi oleh dataran datar hingga landai 0-15%.
41
Peta 3.2.1 Kelerengan Kawasan Perencanaan
42
Peta 3.2.2 Ketinggian Kawasan Perencanaan
43
3.2.2 Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan RTRW Kota Surabaya Kecamatan Genteng termasuk ke
dalam dataran aluvium (alluvial) atau andosol alluvium yang memiliki
kandungan kerakal, kerikil, lempung, dan setempat pecahan cakangan fosil.
Berdasarkan RDTRK UP VI Tunjungan Kecamatan Genteng bersedimen
Aluvial kelabu atau sedimen miosen dengan karakteristik pantai terdiri dari
bongkahan batuan, pasir pantai, kantong pasir dan bangunan pantai.
44
Peta 3.2.3 Jenis Tanah Kawasan Perencanaan
45
Peta 3.2.4 Jenis Batuan Kawasan Perencanaan
46
3.2.3 Hidrologi
Hidrologi adalah salah satu kondisi fisik dasar yang terkait erat dengan
ekosistem air. Dengan demikian, sangat penting mengetahui kondisi hidrologi
sebagai pertimbangan siklus air di sebuah kawasan. Dalam wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng, Daerah Aliran Sungai yang dimaksud
adalah Brantas. Sesuai dengan kondisi kemiringan topografi dari arah selatan
ke Utara (laut) maka seluruh aliran drainase mengalir dari Selatan ke Utara,
kecuali saluran Gunungsari yang mengalir dari Timur ke Barat dan sebaliknya.
Kecamatan Genteng dilalui oleh aliran sungai yaitu Kali Mas. Saluran
drainase tersebut bermuara pada wilayah pesisir di sebelah utara dari
Kecamatan Pabean Cantikan.
47
Peta 3.2.5 Daerah Aliran Sungai Kawasan Perencanaan
48
3.2.4 Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim suatu
wilayah. Kondisi klimatologi Kecamatan Genteng secara makro tidak berbeda
dengan kondisi Kota Surabaya pada umumnya, maka data-data mengenai
klimatologi Surabaya dapat dianggap berlaku untuk wilayah survei.
49
Peta 3.2.6 Curah Hujan Kawasan Perencanaan
50
3.2.4.1 Suhu
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air di udara berubah-ubah
bergantung pada suhu atau temperatur udara. Semakin tinggi suhu (panas), semakin
banyak kandungan uap airnya. Sedangkan pengertian dari temperatur atau suhu udara
adalah suhu panas/ dinginnya udara di suatu tempat pada waktu tertentu, yang
dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya panas matahari yang diterima di bumi.
51
Tabel 3.2.2 Kecepatan Angin dan Tekanan Udara Kecamatan Genteng Tahun 2022
Tabel 3.2.3 Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan, dan Lama Penyinaran Kecamatan Genteng
Tahun 2022
52
April 119,6 13 57,6
3.2.3 Bencana
Bencana adalah peristiwa alam atau peristiwa yang disebabkan oleh aktivitas manusia
yang mengakibatkan kerusakan besar, penderitaan, dan gangguan serius terhadap kehidupan
manusia, hewan, dan lingkungan. Bencana dapat terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga, atau
dapat berkembang secara perlahan. Bencana dapat meliputi berbagai jenis, termasuk bencana
alam dan bencana buatan manusia. Bencana alam meliputi gempa bumi, tsunami, badai
tropis, banjir, tanah longsor, kekeringan, gunung berapi, dan cuaca ekstrem seperti tornado
dan siklon. Bencana buatan manusia meliputi kecelakaan industri, konflik bersenjata,
bencana nuklir, polusi lingkungan, kebakaran, dan ledakan. Tercatat dalam kurun waktu 5
tahun pada wilayah Kecamatan Genteng dan sekitarnya tidak terjadi bencana alam seperti
tsunami, gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor. Pasa kawasan perencanaan
terdapat beberapa kawasan yang memiliki risiko bencana tertentu namun tidak adanya risiko
bencana untuk tsunami dan abrasi karena kawasan yang jaraknya jauh dari pesisir pantai,
tidak adanya risiko longsor dan gunung berapi karena kawasan merupakan dataran rendah
dengan kemiringan serta ketinggian yang cenderung rendah serta tidak adanya gunung api
pada lokasi sekitar.
53
Peta 3.2.7 Risiko Gempa Bumi Kawasan Perencanaan
54
Peta 3.2.8 Risiko Kekeringan Kawasan Perencanaan
55
Peta 3.2.9 Risiko Cuaca Ekstrim Kawasan Perencanaan
56
Peta 3.2.10 Risiko Banjir Kawasan Perencanaan
57
Peta 3.2.11 Risiko Likuifaksi Kawasan Perencanaan
58
Peta 3.2.12 Risiko Multi Bencana Kawasan Perencanaan
59
3.3 Aspek Tata Guna Lahan dan Intensitas Pemanfaatan Ruang
3.3.1 Penggunaan Lahan Eksisting
Penggunaan lahan eksisting di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng, Kota
Surabaya cukup bervariatif. Penggunaan lahan di wilayah tersebut mencakup pemukiman,
sarana pelayanan umum, ruang terbuka hijau, area bercampur, kawasan perlindungan, sarana
pelayanan umum, dan lainnya. Jenis perumahan kepadatan tinggi dan perdagangan dan jasa
skala kota menjadi jenis penggunaan lahan yang paling di area tersebut. Hal tersebut sesuai
dengan arahan yang terdapat pada RTRW Kota Surabaya 2014-2034 yang menjadikan
Kecamatan Genteng sebagai pusat pelayanan perdagangan dan jasa serta area pemukiman
yang terstruktur.
Perumahan kepadatan tinggi yang berada di Kecamatan Genteng memiliki luas sekitar
102,4 ha atau sekitar 27,5 % dari total luas wilayah perencanaan. Terdapat blok-blok atau
area yang menjadi pusat-pusat area perumahan, seperti pada blok I, II, dan blok 7. Di sisi
lain, jenis penggunaan lahan perdagangan dan jasa skala kota menempati posisi ke-2 sebagai
jenis yang mendominasi di kecamatan ini. Luas jenis penggunaan lahan tersebut sekitar 74,51
ha atau sekitar 20% dari total luas wilayah perencanaan. Blok IV, V, dan blok VI menjadi area
yang memiliki karakteristik perdagangan dan jasa skala kota sehingga ketiga area tersebut
merupakan zona tarikan di Kota Surabaya. Kedua jenis penggunaan lahan tersebut diikuti
dengan perumahan kepadatan sedang, perumahan kepadatan rendah, perdagangan dan jasa
skala wilayah perencanaan, dan perdagangan dan jasa skala sub wilayah perencanaan.
Wilayah perencanaan genteng yang didominasi oleh area pemukiman dan perdagangan dan
jasa menjadikan wilayah ini memiliki intensitas kegiatan yang tinggi di Kota Surabaya.
60
Peta 3.3.1 Peta Penggunaan Lahan Blok I WP
61
Peta 3.3.2 Peta Penggunaan Lahan Blok II WP
62
Peta 3.3.3 Peta Penggunaan Lahan Blok III WP
63
Peta 3.3.4 Peta Penggunaan Lahan Blok IV WP
64
Peta 3.3.5 Peta Penggunaan Lahan Blok V WP
65
Peta 3.3.6 Peta Penggunaan Lahan Blok VI WP
66
Peta 3.3.7 Peta Penggunaan Lahan Blok VII WP
67
3.3.2 Intensitas Pemanfaatan Ruang
3.3.2.1 Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Koefisien Dasar Bangunan yang merupakan tingkat perbandingan antara lahan
terbangun dan tidak terbangun di wilayah perencanaan Kota Surabaya memiliki tingkat yang
beragam, yaitu 0-20%, 20-40%, 40-60%, 60-80%, dan 80-100%. Kecamatan Genteng
merupakan kecamatan yang memiliki tingkat area terbangun yang sangat tinggi dibandingkan
area lainnya. Hal tersebut menjadikan Koefisien Dasar Bangunan dengan rentang 80-100%
mendominasi di area tersebut dengan luas sebesar 187,30 ha atau sekitar 50% dari wilayah
perencanaan. KDB dengan rentang tersebut cenderung terdapat di jenis penggunaan lahan
perumahan kepadatan tinggi dan perdagangan dan jasa skala sub wilayah perencanaan yang
memiliki lahan terbatas. Area perdagangan dan jasa skala kota cenderung memiliki tingkat
KDB antara 40-60% atau 60-80% begitu pula dengan perumahan kepadatan rendah.
68
Peta 3.3.8 Koefisien Dasar Bangunan Blok I WP
69
Peta 3.3.9 Koefisien Dasar Bangunan Blok II WP
70
Peta 3.3.10 Koefisien Dasar Bangunan Blok III WP
71
Peta 3.3.11 Koefisien Dasar Bangunan Blok IV WP
72
Peta 3.3.12 Koefisien Dasar Bangunan Blok V WP
73
Peta 3.3.13 Koefisien Dasar Bangunan Blok VI WP
74
Peta 3.3.14 Koefisien Dasar Bangunan Blok VII WP
75
3.3.2.2 Koefisien Dasar Hijau (KDH)
Koefisien Dasar Hijau yang merupakan tingkat perbandingan antara lahan area hijau
atau vegetasi dan keseluruhan lahan di wilayah perencanaan Kota Surabaya memiliki tingkat
yang beragam, yaitu 0-20%, 20-40%, 40-60%, dan 80-100%. Koefisien Dasar Hijau dengan
rentang 0-20% memiliki luas yang sangat tinggi, yaitu sekitar 248,47 ha atau sekitar 70% dari
wilayah perencanaan, dan disusul oleh rentang 20-40% dengan luas 103ha. Di sisi lain, area
yang memiliki tingkat KDH 80-100% hanya seluas 17 ha. Disparitas antara kedua tingkatan
tersebut mengindikasikan bahwa area hijau di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng,
Kota Surabaya masih sangatlah kurang. Hal tersebut disebabkan karena adanya kebutuhan
atau permintaan lahan untuk digunakan sebagai area terbangun yang cukup tinggi di area
tersebut. Area yang memiliki KDH dengan rentang 80-100% hanya terdapat pada jenis-jenis
penggunaan lahan ruang terbuka hijau, pemakaman atau jalur hijau di wilayah perencanaan
tersebut.
Gambar 3.3.5 Ruang dengan KDH 0-20% Gambar 3.3.6 Ruang KDH 80-100%
76
Peta 3.3.15 Koefisien Dasar Hijau Blok I WP
77
Peta 3.3.16 Koefisien Dasar Hijau Blok II WP
78
Peta 3.3.17 Koefisien Dasar Hijau Blok III WP
79
Peta 3.3.18 Koefisien Dasar Hijau Blok IV WP
80
Peta 3.3.19 Koefisien Dasar Hijau Blok V WP
81
Peta 3.3.20 Koefisien Dasar Hijau Blok VI WP
82
Peta 3.3.21 Koefisien Dasar Hijau Blok VII WP
83
3.3.2.3 Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Wilayah perencanaan Kecamatan Genteng, Kota Surabaya yang memiliki jenis
penggunaan lahan yang beragam mengakibatkan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) di
kecamatan tersebut memiliki jumlah lantai bangunan yang beragam pula. KLB dengan 1 dan
2 lantai merupakan nilai yang mendominasi di kecamatan tersebut dan cenderung terdapat
pada penggunaan lahan perumahan kepadatan tinggi dan sedang serta perdagangan jasa skala
sub wilayah perencanaan dengan luas sekitar 128 ha dan 101 ha. Di samping itu, area yang
memiliki KLB dengan nilai yang tinggi atau lebih dari 4 lantai juga mendominasi kecamatan
tersebut. Hal itu dikarenakan kecamatan ini menjadi pusat perdagangan dan jasa di Kota
Surabaya sehingga mengakibatkan banyaknya gedung-gedung tinggi yang ada di wilayah
perencanaan. Area yang memiliki tingkat KLB >4 memiliki luas sekitar 71 ha di wilayah
perencanaan atau sekitar 20% dari total luas wilayah perencanaan.
Gambar 3.3.7 Bangunan KLB >4 Gambar 3.3.8 Bangunan KLB 1-2
84
Peta 3.3.22 Koefisien Lantai Bangunan Blok I WP
85
Peta 3.3.23 Koefisien Lantai Bangunan Blok II WP
86
Peta 3.3.24 Koefisien Lantai Bangunan Blok III WP
87
Peta 3.3.25 Koefisien Lantai Bangunan Blok IV WP
88
Peta 3.3.26 Koefisien Lantai Bangunan Blok V WP
89
Peta 3.3.27 Koefisien Lantai Bangunan Blok VI WP
90
Peta 3.3.28 Koefisien Lantai Bangunan Blok VII WP
91
3.3.2.4 Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis sempadan bangunan yang ada di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng,
Kota Surabaya didominasi besar jarak 0 sampai 10 meter dari garis terluar bangunan ke ruas
jalan. GSB dengan rentang 0-10 meter mencakup area di wilayah perencanaan sekitar
298,005 ha atau lebih dari 80% di wilayah tersebut memiliki GSB di bawah 10 meter. Garis
sempadan bangunan dengan jarak 11-20 meter hanya terdapat 57 ha dan sisanya yaitu 17 ha
merupakan area yang tidak memiliki bangunan. Hal tersebut mengindikasikan sebagian besar
bangunan yang berada di wilayah perencanaan memiliki kerapatan yang sangat tinggi
sehingga tidak menyediakan ruang antara bangunan dengan ruas jalan. Semua jenis
penggunaan lahan, kecuali RTH, jalur hijau, dan perlindungan setempat memiliki Garis
Sempadan Bangunan yang rendah yaitu antara 0-10 meter.
Gambar 3.3.9 GSB Berjarak 0-10 meter Gambar 3.3.10 GSB Berjarak 11-20 meter
92
Peta 3.3.29 Garis Sempadan Bangunan Blok I WP
93
Peta 3.3.30 Garis Sempadan Bangunan Blok II WP
94
Peta 3.3.31 Garis Sempadan Bangunan Blok III WP
95
Peta 3.3.32 Garis Sempadan Bangunan Blok IV WP
96
Peta 3.3.33 Garis Sempadan Bangunan Blok V WP
97
Peta 3.3.34 Garis Sempadan Bangunan Blok VI WP
98
Peta 3.3.35 Garis Sempadan Bangunan Blok VII WP
99
3.3.3 Hak Guna Lahan
Berdasarkan data yang didapat, setidaknya terdapat 4 jenis hak guna lahan yang ada di
wilayah perencanaan Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, yaitu Hak Pakai dengan luas 55,55
ha, Hak Milik seluas 170,12 ha, Hak Guna Bangunan 142,081 dan berstatus kosong sekitar
5,4 ha. Wilayah yang memiliki status Hak Milik cenderung terdapat pada jenis penggunaan
lahan pemukiman dan Hak Guna Bangunan pada wilayah-wilayah perdagangan dan jasa
sedangkan Hak Pakai cenderung terdapat pada area-area fasilitas umum, seperti RTH,
perkantoran, sarana pelayanan umum, perlindungan setempat, dan yang lainnya.
100
Peta 3.3.36 Hak Guna Lahan Blok I WP
101
Peta 3.3.37 Hak Guna Lahan Blok II WP
102
Peta 3.3.38 Hak Guna Lahan Blok III WP
103
Peta 3.3.39 Hak Guna Lahan Blok IV WP
104
Peta 3.3.40 Hak Guna Lahan Blok V WP
105
Peta 3.3.41 Hak Guna Lahan Blok VI WP
106
Peta 3.3.42 Hak Guna Lahan Blok VII WP
107
3.4 Aspek Kependudukan
3.4.1 Jumlah Penduduk
Kecamatan Genteng mengalami perubahan jumlah penduduk tiap tahunnya dan pada
laporan ini akan dibahas perubahan jumlah penduduk mulai tahun 2017 hingga tahun 2021.
Data yang tertera diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya.
Berikut ini adalah tabel dan diagram jumlah penduduk di Kecamatan Genteng dari tahun
2017 hingga tahun 2021.
Tabel 3.4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Genteng dan Tegalsari Tahun 2017-2021
Jumlah Penduduk
Kelurahan
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Embong
14010 13191 13397 12020 11870 11928 11676
Kaliasin
Ketabang 8905 7546 7697 7223 7232 7328 7129
Genteng 10227 8562 8731 8337 8276 8372 8141
Peneleh 16586 15101 15429 14280 14108 14177 13884
Kapasari 20941 17534 17911 16601 16639 16796 16307
Kedungdor
14030 11748 12000 11123 11148 11253 15407
o
Jumlah 84.699 73.682 75.165 69.573 69.273 69.854 72532
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka
Tabel 3.4.2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Genteng dan Tegalsari Tahun 2022
108
Kapasari 0,35 16796 47988
109
Tabel 3.4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kecamatan Genteng dan Tegalsari
Tahun 2022
Tabel 3.4.4 Jumlah Penduduk Menurut Agama Kecamatan Genteng dan Tegalsari Tahun
2022
Embong
10354 984 362 212 12 4
Kaliasin
110
Jumlah 58967 9133 3430 2340 271 48
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2023
Tabel 3.4.5 Jumlah Penduduk Menurut Umur Kecamatan Genteng Tahun 2021
111
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka 2022
Tabel 3.4.6 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kecamatan Genteng Tahun 2021
Tidak/
Tidak/ Tamat Tamat Tamat D3/
Belum D1/
Kelurahan Belum SD/ SLTP/ SLTA/ Sarjana
Tamat SD/ D2
Sekolah Sederajat Sederajat Sederajat Muda
Sederajat
Embong
2852 1094 1708 1564 3568 55 135
Kaliasin
Tabel 3.4.7 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Kecamatan Genteng Tahun 2021
Embong
Jenis Pekerjaan Ketabang Genteng Peneleh Kapasari
Kaliasin
Mengurus Rumah
2213 1321 1529 2617 3225
Tangga
Pensiunan 36 30 24 49 43
TNI 16 12 12 8 11
112
POLRI 9 14 3 8 2
Perdagangan 3 9 2 3 10
Petani Pekebun 3 2 - 4 7
Peternak - - - - 1
Nelayan Perikanan - - - - 1
Industri 2 - - - 1
Konstruksi 1 - - 1 3
Transportasi - - 1 3 -
Karyawan BUMN 13 13 24 27 12
Karyawan BUMD 1 5 2 2 6
Karyawan Honorer 9 12 6 10 14
Pembantu Rumah
2 2 1 2 5
Tangga
Tukang Listrik 1 - - - 2
Tukang Batu 3 - - 2 10
Tukang Kayu 1 - - - 1
Tukang Jahit 1 - 2 3 13
Penata Rias - - 1 1 2
Mekanik - - - 1 6
Seniman - 1 - 2 2
Penterjemah 1 - - - -
113
Pendeta 10 12 10 3 4
Wartawan 2 - - 3 1
Ustadz Mubaligh - - - - 2
Juru Masak 1 - - - -
Dosen 8 16 12 27 6
Guru 49 39 34 103 82
Pengacara 1 1 2 4 -
Notaris - 2 - - 1
Konsultan 1 - - - -
Dokter 13 69 6 27 13
Bidan 1 - - 2 1
Perawat 5 17 3 14 9
Apoteker 1 2 3 1 2
Psikiater Psikolog - - - - 1
Penyiar Radio - - 1 - -
Pelaut 1 1 - - 1
Peneliti 1 - - - -
Sopir 10 2 3 8 37
Pialang - - - - 1
Pedagang 59 15 31 45 43
Lainnya 59 51 35 107 96
114
3.4.4 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk secara umum dipengaruhi oleh faktor demografis yang
meliputi kelahiran, kematian, dan migrasi, demikian juga yang terjadi pada kondisi penduduk
di Kecamatan Genteng. Berikut adalah penjelasan dan analisis lengkap terkait pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Genteng. Sebagai tambahan, data-data yang ada sebagian besar
diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Kelahiran
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ketabang 68 97 165
Genteng 55 65 120
115
116
Tabel 3.4.9 Angka Kematian Wilayah Perencanaan Tahun 2021
Kematian
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ketabang 76 53 129
Genteng 74 64 138
3.4.4.3 Migrasi
Salah satu faktor pertumbuhan penduduk lainnya adalah migrasi penduduk,
yang ditunjukkan dengan adanya penduduk datang ke Kecamatan Genteng dan pindah
dari Kecamatan Genteng ke daerah lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi niatan
untuk melakukan migrasi sangat kompleks. Diantara faktor tersebut yaitu, usia,
tingkat pendidikan, kepemilikan lahan, status pernikahan, pendapatan, kondisi
infrastruktur yang menjadi penentu seseorang untuk melakukan migrasi. Migrasi
banyak dilakukan oleh penduduk yang tidak memiliki lahan yang begitu luas dan
berpendapatan rendah, serta penduduk yang memiliki pendidikan tinggi. Arus migrasi
semakin lancar menuju kota dengan terus meningkatnya daya dukung infrastruktur
dan transportasi serta komunikasi kota yang semakin terus ditingkatkan, hal ini
memicu meningkatnya dorongan seseorang untuk terus melakukan migrasi. Untuk
melihat mobilitas penduduk di Kecamatan Genteng dapat dilihat pada tabel berikut.
Penduduk Pindah
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ketabang 30 47 77
Genteng 30 48 78
Peneleh 81 71 152
Kapasari 85 96 181
117
Kedungdoro 106 105 211
Penduduk Datang
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ketabang 43 55 98
Genteng 28 29 57
Peneleh 66 68 134
Kapasari 81 64 145
Kedungdoro 76 83 159
118
perbaikan kampung, misalnya dengan partisipasi dalam program PNPM Mandiri, Kompetisi
Green and Clean, dsb. Kampung Ketandan terletak di jalan Tunjungan yang merupakan
jantung Kota Surabaya, di Kampung Ketandan terdapat bangunan lawas yang merupakan
saksi sejarah kemerdekaan negara Indonesia. Selain bangunan lawas, di Kampung Ketandan
tumbuh dan berkembang budaya lokal yang masih dijaga dan dilestarikan oleh penduduk
setempat. Budaya lokal tersebut berupa kesenian daerah Tari Remo, Ludruk, Parikan, serta
budaya lokal lain berupa bahasa, sistem sosial, kebiasaan masyarakat setempat dan mata
pencaharian.
Terdapat berbagai organisasi masyarakat yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial,
budaya, dan keagamaan di Kecamatan Genteng. Beberapa di antaranya adalah Karang
Taruna, KPPD, LSM, dan sebagainya. Di Kecamatan Genteng, Surabaya, terdapat beberapa
tradisi dan budaya masyarakat yang masih dijaga dan dirayakan. Beberapa di antaranya
meliputi:
● Grebeg Sudiro: Salah satu tradisi terkenal di Genteng adalah Grebeg Sudiro. Acara ini
biasanya digelar dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh. Selama
Grebeg Sudiro, masyarakat dan pengunjung dapat menyaksikan parade barongsai,
musik tradisional, dan berbagai pertunjukan seni lainnya. Ini merupakan perayaan
multikultural yang menarik, yang mencerminkan toleransi dan keragaman budaya di
kawasan ini.
● Wayang Orang Genteng: Wayang orang merupakan salah satu seni pertunjukan
tradisional Jawa yang juga dijaga dan dilestarikan di Genteng. Pertunjukan wayang
orang di sini sering mengangkat cerita-cerita epik dari Mahabharata dan Ramayana.
Hal ini menjadi hiburan yang populer dan juga bagian dari budaya seni yang kaya di
daerah ini.
● Perayaan Agama: Genteng juga memiliki berbagai perayaan agama, seperti perayaan
Hari Raya Idul Fitri, Natal, Waisak, dan perayaan Tahun Baru Imlek. Masyarakat
dengan berbagai latar belakang agama merayakan perayaan-perayaan ini dengan
penuh semangat dan kebersamaan.
● Pertunjukan Seni dan Kesenian: Selain wayang orang, Genteng juga memiliki
berbagai kelompok seni dan kesenian tradisional yang aktif. Ada berbagai jenis
pertunjukan seperti tari tradisional, gamelan, dan teater yang sering mengisi
acara-acara budaya dan festival di wilayah ini.
119
kontribusi signifikan juga mengalami pertumbuhan yang positif atau sebaliknya. Terakhir,
evaluasi sektor unggulan harus dilakukan untuk memverifikasi. Ini akan melibatkan
membandingkan kontribusi ekonomi Kecamatan Genteng dengan Kota Surabaya, yang
setara.
Tabel 3.5.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar Harga Konstan
2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2018-2022
Pertanian,
A Kehutanan, dan 581,43 576,22 547,99 554,05 573,24
Perikanan
Pertambangan
B 20,76 20,78 19,46 19,48 19,09
dan Penggalian
Industri
C 73.322,75 77.271,87 76.384,52 79.366,60 84.567,58
Pengolahan
Pengadaan
D 1.546,27 1.546,27 1.449,67 1.538,15 1.661,67
Listrik dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E Sampah, 583,12 605,98 630,34 665,83 680
Limbah dan
Daur Ulang
120
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
G 109.848,22 116.305,50 106.340,87 114.183,33 122.122,63
Reparasi Mobil
dan Sepeda
Motor
Transportasi
H dan 19.046,86 20.497,98 19.477,42 19.874,94 22.684,94
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 58.411,74 62.886,69 56.053,24 57.221,63 62.076,39
Makan Minum
Informasi dan
J 25.613,46 27.531,90 29.511,28 31.281,79 32.264,42
Komunikasi
Jasa Keuangan
K 18.541,12 19.187,83 19.231,21 19.324,71 19.648,80
dan Asuransi
Administrasi
Pemerintahan,
O Pertahanan dan 4.697,03 4.867,86 4.754,53 4.748,92 4.756,35
Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Kesehatan
Q dan Kegiatan 3.023,59 3.254,59 3.539,30 3.722,15 3.782,45
Sosial
121
PDRB ADHK 387.303,94 410.879,31 390.936,42 407.725,83 434.268,34
Gambar 3.5.1 Grafik Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya Atas Dasar Harga
Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2018-2022
122
Gambar 3.5.2 Grafik Analisis Pola Persebaran Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2019 hingga 2020,
rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya mengalami penurunan sebesar -4.9%.
Penurunan tersebut diakibatkan oleh terjadinya pandemi COVID-19. Kemudian terjadi
pemulihan ekonomi pada tahun 2021, meningkat hingga mencapai nilai 4.3% atau dengan
kata lain terjadi kenaikan sebesar 9.2%. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
rata-rata penurunan laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur, dimana nilainya
mencapai 6.7% atau mengalami peningkatan hingga 8.7%.
Berbeda dengan penilaian secara umum, meskipun secara keseluruhan sama-sama
meningkat pada periode 2018-2019, mengalami penurunan pada 2020 dan kembali
meningkat pada 2021. Namun jika ditinjau nilai per lapangan usaha, tidak seluruhnya
mengalami peningkatan dan penurunan yang sama dari tahun 2018 hingga 2022. Secara lebih
rinci, pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
123
Tabel 3.5.2 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kota Surabaya Tahun 2018-2022
Lapangan
Kategori 2018-2019 2019-2020 2020-2021 2021-2022 Rata-Rata
Usaha
Pertanian,
A Kehutanan, dan -0,9% -4,9% 1,1% 3,5% -0,3%
Perikanan
Pertambangan
B 0,1% -6,4% 0,1% -2,0% -2,0%
dan Penggalian
Industri
C 5,4% -1,1% 3,9% 6,6% 3,7%
Pengolahan
Pengadaan
D 0,0% -6,2% 6,1% 8,0% 2,0%
Listrik dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E Sampah, 3,9% 4,0% 5,6% 2,1% 3,9%
Limbah dan
Daur Ulang
F Konstruksi 5,4% -5,4% 4,4% 6,4% 2,7%
Perdagangan
Besar dan
Eceran;
G 5,9% -8,6% 7,4% 7,0% 2,9%
Reparasi Mobil
dan Sepeda
Motor
Transportasi
H dan 7,6% -5,0% 2,0% 14,1% 4,7%
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 7,7% -10,9% 2,1% 8,5% 1,8%
Makan Minum
Informasi dan
J 7,5% 7,2% 6,0% 3,1% 6,0%
Komunikasi
Jasa Keuangan
K 3,5% 0,2% 0,5% 1,7% 1,5%
dan Asuransi
L Real Estat 6,1% 2,0% 1,6% 4,1% 3,4%
M,N Jasa Perusahaan 6,8% -7,1% 2,0% 5,7% 1,9%
Administrasi
Pemerintahan,
O Pertahanan dan 3,6% -2,3% -0,1% 0,2% 0,3%
Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 6,7% 2,8% 0,6% 0,1% 2,5%
Jasa Kesehatan
Q dan Kegiatan 7,6% 8,7% 5,2% 1,6% 5,8%
Sosial
124
R,S,T,U Jasa lainnya 5,9% -16,3% 2,8% 13,3% 1,4%
LAJU PERTUMBUHAN
6,1% 6,1% -4,9% 4,3% 6,5%
RATA-RATA
3.5.2 Investasi
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), investasi diartikan sebagai suatu kegiatan
penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang. Secara prinsip
investasi dibedakan menurut “investasi finansial” dan “investasi nonfinansial”. Investasi
finansial lebih ditujukan kepada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti
uang tunai, tabungan, deposito, modal dan penyertaan, surat berharga, obligasi dan sejenisnya
sedangkan investasi nonfinansial direalisasikan dalam bentuk investasi fisik (investasi riil)
yang berwujud “kapital” atau barang modal, termasuk pula didalamnya inventori
(persediaan). Meskipun demikian, investasi finansial pada saatnya juga dapat direalisasikan
menjadi investasi fisik.
125
Industri Logam Dasar, Barang
Logam, Bukan Mesin dan 7 45.969.291.218
Peralatannya
industri mineral non logam 2 30.683.170.000
Perumahan, Kawasan Industri dan
18 28.965.702.205
Perkantoran
industri karet dan plastik 1 19.902.015.000
Industri Mesin, Elektronik,
Instrumen Kedokteran, Peralatan 2 19.782.910.000
Listrik, Presisi, Optik dan Jam
kehutanan 1 8.829.198.433
industri lainnya 3 6.472.488.387
Industri Kendaraan Bermotor dan
3 2.046.685.000
Alat Transportasi Lain
Perikanan 3 772.030.000
Industri Barang dari Kulit dan Alas
1 70.315.000
Kaki
Total 340 2.538.962.173.432,95
Dari tabel diatas, diatas, dapat diketahui bahwa jumlah proyek PMA di Kota
Surabaya pada tahun 2022 adalah 340 proyek. Penyumbang proyek terbesar ada di
sektor Perdagangan dan Reparasi dengan total 130 proyek. Jumlah investasi terbesar
terdapat di sektor Listrik, Gas dan Air dengan total Rp. 1.038.136.400.000.
126
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan
218 2.415.668.090.543,00
Mesin dan Peralatannya
Konstruksi 2284 1.877.799.069.528,00
Kesehatan 68 745.481.551.426,00
Industri Mesin, Elektronik, Instrumen
Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan 41 603.669.370.766,00
Jam
Industri kimia dan farmasi 409 357.103.403.482,00
Listrik, Gas dan Air 154 330.742.549.814,00
Industri kertas dan percetakan 637 173.105.384.302,00
Industri Makanan 4168 143.735.397.057,00
Industri mineral non logam 49 128.045.000.000,00
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat
81 124.280.408.630,00
Transportasi Lain
Industri Karet dan Plastik 111 105.656.598.591,00
Industri tekstil 594 90.512.946.254,00
Industri lainnya 500 86.249.447.110,00
Perikanan 192 67.753.740.600,00
Tanaman Pangan, Perkebunan, dan peternakan 644 65.623.473.006,00
industri kayu 117 58.994.250.000,00
Industri Mesin, Elektronik, Instrumen
Kedokteran, Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan 201 48.677.299.999,00
Jam
Pertambangan 106 26.911.580.000,00
Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 50 19.524.027.274,00
Kehutanan 69 11.257.205.870,00
Total 63360 32.358.848.797.025,00
Dari tabel diatas, diatas, dapat diketahui bahwa jumlah proyek PMDN di Kota
Surabaya pada tahun 2022 adalah 63.360 proyek. Penyumbang proyek terbesar ada di
sektor Perdagangan dan Reparasi dengan total 39.518 proyek. Jumlah investasi
terbesar terdapat di sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran dengan total
Rp. 7.591.880.080.854.
127
3.5.3 Kegiatan Ekonomi
Industri adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan bahan baku, bahan mentah,
bahan setengah jadi, dan bahan jadi dengan tujuan meningkatkan nilainya. Produk yang
dihasilkan oleh industri tidak selalu barang, tetapi juga dapat berupa jasa.
128
Keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari 6 indikator Keluarga
Sejahtera I atau indikator “kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).
● Keluarga Sejahtera I (KS I)
Keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator KSI namun tidak
memenuhi salah satu dari 8 indikator KS II atau “indikator kebutuhan
psikologis” (psychological needs).
● Keluarga Sejahtera II (KS II)
Keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I dan
8 (delapan) indikator KS II,tetapi tidak memenuhi salah satu dari 5
(lima) indikator Keluarga Sejahtera III (KS III),atau indikator
”kebutuhan pengembangan” (developmental needs).
● Keluarga Sejahtera III (KS III)
Keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8
(delapan) indikator KS II, dan 5 (lima) indikator KS III, tetapi tidak
memenuhi salah satu dari 2 (dua) indikator Keluarga Sejahtera III Plus
(KS III Plus) atau indikator ”aktualisasi diri” (self esteem).
● Keluarga Sejahtera III+ (KS III+)
Keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan dari 6 (enam) indikator
tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, 5 (lima) indikator KS III,
serta 2 (dua) indikator tahapan KS III Plus.
129
manusia yang bermutu, kreatif, dan inovatif akan mendorong perkembangan
kawasan ke arah yang lebih maju. Jadi, dapat dikatakan bahwa kualitas penyediaan
sarana pelayanan pendidikan di sebuah kawasan akan ikut mempengaruhi kualitas
SDM yang dihasilkan. Apabila kualitas penyediaan sarana pendidikan di sebuah
kawasan baik, maka akan menghasilkan kualitas SDM yang baik juga dan dapat
mendorong pembangunan regional di kawasan tersebut. Sarana pendidikan di
Kecamatan Genteng tersedia dari PAUD/taman kanak-kanak, SD/sederajat,
SMP/sederajat, dan SMA/sederajat.
Pengamatan sarana pendidikan di Kecamatan Genteng dilakukan melalui
survei sekunder dengan mengambil data Dapodik tahun 2023 kemudian divalidasi
melalui google maps street views. Berikut disajikan tabel jumlah sarana pendidikan
di Kecamatan Genteng
1 Embong 5 3 1 0 2 1 2 14
Kaliasin
2 Ketabang 4 0 3 1 0 5 0 13
3 Genteng 3 6 4 2 2 0 2 19
4 Peneleh 3 0 1 0 1 0 1 6
5 Kapasari 4 0 1 1 0 1 3 10
Total 19 19 9 15 62
Sumber: Dapodik dan Google Maps, 2023
130
Gambar 3.6.1 Sarana Pendidikan Kecamatan Genteng
131
Peta 3.6.1 Persebaran Sarana Pendidikan Blok I
132
Peta 3.6.2 Persebaran Sarana Pendidikan Blok II
133
Peta 3.6.3 Persebaran Sarana Pendidikan Blok III
134
Peta 3.6.4 Persebaran Sarana Pendidikan Blok IV
135
Peta 3.6.5 Persebaran Sarana Pendidikan Blok V
136
Peta 3.6.6 Persebaran Sarana Pendidikan Blok VI
Sumber: Pemetaan
Penulis, 2023
137
Peta 3.6.7 Persebaran Sarana Pendidikan Blok VII
Sumber: Pemetaan
Penulis, 2023
138
3.6.2 Sarana Kesehatan
Dalam sebuah kawasan, sarana kesehatan diperlukan untuk meningkatkan
derajat hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui fungsinya untuk menyediakan
pelayanan di bidang kesehatan bagi kebutuhan individu maupun kelompok
masyarakat. Selain itu, sarana kesehatan juga menjadi unit pembantu dalam
pengendalian pertumbuhan penduduk. Adapun pada Kecamatan Genteng terdapat
sarana kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan apotek.
Pengamatan sarana kesehatan di Kecamatan Genteng dilakukan melalui survei
sekunder dengan mengambil data dari Kecamatan Genteng dalam Angka tahun
2023 kemudian divalidasi melalui google maps street views. Berikut disajikan tabel
jumlah sarana kesehatan di Kecamatan Genteng.
Rumah
No Kelurahan Puskesmas Poliklinik Apotek Posyandu
Sakit
1 Embong Kaliasin 0 0 5 0 0
2 Ketabang 1 1 2 1 2
3 Genteng 0 0 0 0 1
4 Peneleh 1 1 1 2 1
5 Kapasari 0 0 0 3 0
Total 2 2 7 6 4
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka dan Google Maps, 2023
139
Gambar 3.6.2 Sarana Kesehatan Kecamatan Genteng
140
Peta 3.6.8 Persebaran Sarana Kesehatan Blok I
141
Peta 3.6.9 Persebaran Sarana Kesehatan Blok II
142
Peta 3.6.10 Persebaran Sarana Kesehatan Blok III
143
Peta 3.6.11 Persebaran Sarana Kesehatan Blok IV
144
Peta 3.6.12 Persebaran Sarana Kesehatan Blok V
145
Peta 3.6.13 Persebaran Sarana Kesehatan Blok VII
146
3.6.3 Sarana Peribadatan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan rohani masyarakat, maka diperlukan
pembangunan fasilitas tempat ibadah yang memadai. Penyediaan fasilitas
peribadatan skala lokal diarahkan pada masing-masing wilayah pengembang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi eksisting wilayah tersebut. Sarana peribadatan di
Kecamatan Genteng meliputi masjid, mushola, vihara, dan gereja. Pengamatan
sarana peribadatan di Kecamatan Genteng dilakukan melalui survei sekunder
dengan mengambil data Kecamatan Genteng Dalam Angka tahun 2023 kemudian
divalidasi melalui google maps street views. Berikut disajikan tabel jumlah sarana
peribadatan di Kecamatan Genteng.
1 Embong 3 0 1 1
Kaliasin
2 Ketabang 2 2 4 1
3 Genteng 2 1 4 2
4 Peneleh 1 3 0 0
5 Kapasari 0 2 0 2
Total 8 8 9 6
Sumber: Kecamatan Genteng Dalam Angka dan Google Maps, 2023
147
Penyediaan sarana peribadatan tergantung pada kebutuhan masyarakat,
sistem kekerabatan/hierarki lembaga, dan kebiasaan masyarakat setempat.
Persebaran sarana peribadatan di Kecamatan Genteng sendiri sudah cukup merata
dimana setiap kelurahan masing-masing setidaknya memiliki dua jenis sarana
peribadatan yang berbeda. adapun jenis peribadatan yang mendominasi adalah
gereja, masjid, dan mushola. Berikut disajikan peta persebaran sarananya.
148
Peta 3.6.14 Persebaran Sarana Peribadatan Blok I
149
Peta 3.6.15 Persebaran Sarana Peribadatan Blok II
150
Peta 3.6.16 Persebaran Sarana Peribadatan Blok III
151
Peta 3.6.17 Persebaran Sarana Peribadatan Blok IV
152
Peta 3.6.18 Persebaran Sarana Peribadatan Blok V
153
Peta 3.6.19 Persebaran Sarana Peribadatan Blok VII
154
3.6.4 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Publik
Penyediaan sarana pemerintahan dan pelayanan umum dimaksudkan untuk
melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik informal (RT/RW) maupun
formal (kelurahan dan kecamatan). Sarana pemerintahan di wilayah studi ini
mencakup kantor kelurahan, kantor kecamatan, kantor polsek, KUA, dan kantor
pos. Pengamatan sarana pemerintahan dan pelayanan publik di Kecamatan Genteng
dilakukan melalui survei sekunder dengan mengambil data Kecamatan Genteng
Dalam Angka tahun 2023 kemudian divalidasi melalui google maps street views.
Berikut disajikan tabel jumlah sarana pemerintahan dan pelayanan publik di
Kecamatan Genteng.
Tabel 3.6.4 Jumlah Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Publik di Kecamatan Genteng
Jenis Kelurahan
No Sarana Embong Genten Penele Kapasar Total
Pemerintahan Ketabang
Kaliasin g h i
1 Pemerintahan 2 2 3 1 4 12
Lokal
2 Pemerintahan Kota 2 2 1 0 0 5
3 Pemerintahan 3 0 2 0 0 5
Provinsi
4 Pertahanan dan 0 1 0 0 0 1
Keamanan
Sumber: Google Maps, 2023
155
Gambar 3.6.4 Sarana Pemerintahan Kecamatan Genteng
156
Peta 3.6.20 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok I
157
Peta 3.6.21 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok II
158
Peta 3.6.22 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok III
159
Peta 3.6.23 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok IV
160
Peta 3.6.24 Persebaran Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum Blok V
161
3.6.5 Sarana Perdagangan dan Jasa
Dasar penyediaan sarana perdagangan dan jasa adalah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa yang berkualitas dan aman. Sarana
perdagangan dan jasa yang memenuhi standar dapat memberikan kenyamanan dan
keamanan bagi penggunanya, serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Menurut SNI 7019:2021 tentang Sarana Perdagangan dan
Jasa, sarana perdagangan dan jasa adalah bangunan atau konstruksi yang digunakan
untuk kegiatan perdagangan barang dan jasa. Sarana perdagangan dan jasa dapat
berupa pasar rakyat, gudang non sistem resi gudang, pusat distribusi, pusat promosi
produk unggulan daerah, dan pusat jajanan kuliner dan cinderamata. Sarana
perdagangan dan jasa, menurut Permendag Nomor 21 Tahun 2021, adalah fasilitas
yang digunakan untuk mendukung kegiatan perdagangan dan jasa, seperti pasar,
toko, pusat perbelanjaan, dan sarana perdagangan lainnya.
1 Embong 3 75 1 - 26
Kaliasin
2 Ketabang 4 150 1 1 6
3 Genteng - 75 - 1 6
4 Peneleh 5 105 - 1 5
5 Kapasari 5 52 - 1 2
Total 17 457 2 6 45
Sumber: Kecamatan Genteng dalam angka Tahun 2022
Jenis sarana perdagangan dan jasa yang terdapat pada kecamatan Genteng
sangat beragam. Untuk fasilitas perdagangan meliputi pasar, warung/kios,
restoran/rumah makan dan swalayan. Sedangkan untuk fasilitas jasa meliputi bank,
hotel, koperasi, SPBU, dll. Berbagai sarana perdagangan dan jasa ini telah tersebar
di beberapa titik dan mendominasi sepanjang jalan utama pusat kegiatan masyarakat
di Kecamatan Genteng. Akan tetapi pada blok VI wilayah perencanaan tidak
ditemukan adanya sarana perdagangan dan jasa, hal ini dapat menjadi bahan
masukan dalam perencanaan sarana perdagangan dan jasa. Pesatnya perkembangan
sarana perdagangan dan jasa ini perlu disertai dengan pengaturan tata letak
bangunan sehingga diharapkan dapat meningkatkan potensi dari adanya fasilitas ini
sekaligus meminimalisir kemungkinan dampak negatif yang timbul. Berikut
merupakan gambar dan peta persebaran sarana perdagangan dan jasa di Kecamatan
Genteng.
162
Gambar 3.6.5 Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Genteng
163
Peta 3.6.25 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok I
164
Peta 3.6.26 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok II
165
Peta 3.6.27 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok III
166
Peta 3.6.28 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok IV
167
Peta 3.6.29 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok V
168
Peta 3.6.29 Persebaran Sarana Perdagangan dan Jasa Blok VII
169
3.6.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi adalah fasilitas penunjang terselenggaranya
aktivitas kebudayaan dan rekreasi. Sarana kebudayaan dan rekreasi dapat berupa
gedung pertemuan, tempat peribadatan, taman kota, tempat rekreasi, gedung
olahraga/seni, komplek olahraga, dan lain-lain. Sarana kebudayaan dan rekreasi
dianggap sebagai bagian dari sarana lingkungan yang mencakup berbagai jenis
fasilitas yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan kebudayaan dan rekreasi.
Dapat disimpulkan bahwa sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bagian dari
sarana lingkungan yang mencakup berbagai jenis fasilitas yang dapat digunakan
untuk mendukung kegiatan kebudayaan dan rekreasi.
Sarana kebudayaan dan rekreasi di Kecamatan Genteng menurut data yang
tersedia adalah berupa balai warga dan balai serbaguna, gedung serbaguna, gedung
kesenian, museum sejarah, dan bioskop. Berikut merupakan tabel jenis sarana
kebudayaan dan rekreasi serta tabel nama dan lokasi persebaran sarana di
Kecamatan Genteng.
1 Embong 1 2 - 1 - -
Kaliasin
2 Ketabang - - - - - 1
3 Genteng - 2 1 2 6 3
4 Peneleh - - - - - -
5 Kapasari - - - - - -
Total 1 4 1 3 6 4
Sumber: Kecamatan Genteng dalam angka Tahun 2022
170
Gambar 3.6.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Kecamatan Genteng
171
Peta 3.6.30 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok I
172
Peta 3.6.31 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok II
173
Peta 3.6.32 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok III
174
Peta 3.6.33 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok IV
175
Peta 3.6.34 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok V
176
Peta 3.6.35 Persebaran Sarana Kebudayaan dan Rekreasi Blok VII
177
3.6.7 Sarana RTH dan Olahraga
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna
mendukung manfaat langsung dan tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH tersebut
berupa keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan kota tersebut.
Pengertian RTH menurut Undang-undang adalah ruang yang berfungsi sebagai
wadah untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta
wadah makhluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR
No. 26/ 2007). Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti pola ekologis (RTH
yang berbasis bentang alam) seperti, kawasan lindung, perbukitan, sempadan sungai,
sempadan danau, pesisir dan sebagainya, maupun pola planologis atau pola yang
mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan (RTH perumahan, RTH kelurahan,
RTH kecamatan, RTH kota maupun taman taman regional/nasional).
Tabel 3.6.7 Jumlah Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga di Kecamatan Genteng
1 Embong Kaliasin 3 1
2 Ketabang 2 1
3 Genteng 1 -
4 Peneleh - -
5 Kapasari - -
Total 6 2
Sumber: Kecamatan Genteng dalam angka Tahun 2022
178
Gambar 3.6.7 Sarana Ruang Terbuka Hijau dan Olahraga Kecamatan Genteng
179
Peta 3.6.36 Persebaran Sarana RTH dan Lapangan Olahraga Blok III
180
Peta 3.6.37 Persebaran Sarana RTH dan Lapangan Olahraga Blok IV
181
Peta 3.6.38 Persebaran Sarana RTH dan Lapangan Olahraga Blok V
182
3.7 Aspek Prasarana
Prasarana adalah semua elemen yang esensial untuk mendukung suatu proses tertentu.
Sebagai contoh, dalam konteks pendidikan, prasarana mencakup semua perangkat yang tidak
langsung digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti listrik, air bersih, dan fasilitas
lainnya. Prasarana juga berkaitan dengan sarana, prasarana dianggap sebagai peralatan atau
elemen yang mendukung dan memastikan kesuksesan sarana.
Dalam laporan ini, prasarana didefinisikan sebagai elemen-elemen seperti jaringan air
bersih, listrik, telepon, drainase, sistem persampahan, dan air limbah. Penelitian tentang
prasarana di Kecamatan Genteng dilakukan melalui survei sekunder dengan mengacu pada
data dari RTRW Kota Surabaya dan menggunakan Google Maps serta Google Street View.
Selain itu, survei primer juga dilakukan dengan mengunjungi lokasi-lokasi prasarana di
Kecamatan Genteng dan melakukan wawancara langsung dengan penduduk setempat untuk
mengevaluasi kualitas prasarana tersebut.
183
Tabel 3.7.1 Saluran Primer dan Sekunder Rayon Genteng Tahun 2018
2 Sistem Greges
184
No. Sub Nama Saluran Dimensi Penampang (m)
Sistem
Sal.Primer Sal.sekunder Panjang Lebar Tinggi
185
No. Sub Nama Saluran Dimensi Penampang (m)
Sistem
Sal.Primer Sal.sekunder Panjang Lebar Tinggi
5 Sistem Peneleh
186
187
Tabel 3.7.2 Saluran Tersier Rayon Genteng Tahun 2018
No Sub Sistem Nama Saluran Jenis Rayon Panjang Lebar Tinggi
RAYON GENTENG
1 Sub Sistem Sal. Tanjung Karang Tersier Genteng 76,50 3,50 2,00
Greges
2 Sub Sistem Sal. Tanjung Sadari Utara Tersier Genteng 470,20 2,00 1,50
Greges
3 Sub Sistem Sal. Tanjung Sadari Tersier Genteng 478,80 2,50 1,50
Greges Selatan
4 Sub Sistem Sal. Laksamana M. Nasir Tersier Genteng 428,80 1,50 1,50
Greges
5 Sub Sistem Sal. Tanjung Priuk Tersier Genteng 116,40 1,50 1,50
Greges
6 Sub Sistem Sal. Ikan Mungsing Barat Tersier Genteng 76,50 3,50 1,50
Greges
7 Sub Sistem Sal. Ikan Mungsing Tersier Genteng 355,10 1,50 1,50
Greges Tengah
8 Sub Sistem Sal. Ikan Mungsing Tersier Genteng 89,90 2,50 1,50
Greges Selatan
9 Sub Sistem Sal. Ikan Sepat Utara Tersier Genteng 288,90 2,00 1,50
Greges
10 Sub Sistem Sal. Ikan Sepat Selatan Tersier Genteng 290,60 3,00 2,00
Greges
11 Sub Sistem Sal. Ikan Tongkol Tersier Genteng 340,10 3,00 2,00
Greges
12 Sub Sistem Sal. Ikan Dorang Tersier Genteng 500,50 2,00 1,50
Greges
13 Sub Sistem Sal. Kalianak Utara Tersier Genteng 100,00 2,50 2,00
Greges
14 Sub Sistem Sal. Kalianak Timur Tersier Genteng 51,40 1,20 1,20
Greges
15 Sub Sistem Sal. Tambak Asri Utara Tersier Genteng 113,40 2,00 1,50
Greges
16 Sub Sistem Sal. Tambak Asri Tengah Tersier Genteng 270,10 1,50 1,20
Greges
188
17 Sub Sistem Sal. Bangunsari Tengah Tersier Genteng 228,20 2,50 1,50
Greges
18 Sub Sistem Sal. Tambak Asri Timur Tersier Genteng 163,30 4,00 2,00
Greges
19 Sub Sistem Sal. Bandarsari Selatan Tersier Genteng 369,90 2,00 1,50
Greges
20 Sub Sistem Sal. Bangunsari Selatan Tersier Genteng 252,00 2,00 1,20
Greges
21 Sub Sistem Sal. Mbah Ratu Tersier Genteng 413,60 1,50 1,50
Greges
22 Sub Sistem Sal. Purwodadi Utara Tersier Genteng 247,70 1,50 1,50
Greges
23 Sub Sistem Sal. Sedayu Barat Tersier Genteng 146,70 3,00 1,50
Greges
24 Sub Sistem Sal. Sedayu Selatan Tersier Genteng 184,60 2,00 1,50
Greges
25 Sub Sistem Sal. Sedayu Tengah Tersier Genteng 146,70 1,20 1,50
Greges
26 Sub Sistem Sal. Raya Jepara Tersier Genteng 333,70 1,20 1,50
Greges
27 Sub Sistem Sal. Gresik PPI Tersier Genteng 553,70 2,00 1,50
Greges
28 Sub Sistem Sal. Kembang Bhakti Tersier Genteng 378,80 2,00 1,50
Greges
30 Sub Sistem Sal. Parang Klitik Tersier Genteng 303,80 3,00 1,50
Greges
31 Sub Sistem Sal. Krembangan Makam Tersier Genteng 336,10 2,00 1,50
Greges
32 Sub Sistem Sal. Pesapen Selatan Tersier Genteng 941,10 2,00 1,20
Greges
33 Sub Sistem Sal. Belakang Penjara Tersier Genteng 331,40 1,20 1,50
Greges Selatan
34 Sub Sistem Sal. Belakang Penjara Tersier Genteng 268,80 2,00 1,50
189
Greges Utara
36 Sub Sistem Sal. Johor Selatan Tersier Genteng 66,60 1,50 1,50
Greges
37 Sub Sistem Sal. Johor Barat Tersier Genteng 98,40 2,00 1,20
Greges
38 Sub Sistem Sal. Johor Timur Tersier Genteng 80,90 1,20 1,20
Greges
39 Sub Sistem Sal. Tanjung Perak Timur Tersier Genteng 2,00 1,50
Greges 1.013,80
40 Sub Sistem Sal. Johor Utara Tersier Genteng 581,60 1,20 1,50
Greges
42 Sub Sistem Sal. Dapuan Baru Tersier Genteng 176,30 2,50 1,50
Greges
43 Sub Sistem Sal. Kebalen Timur Sisi Tersier Genteng 406,60 1,20 1,50
Greges Barat
44 Sub Sistem Sal. Kebalen Timur Sisi Tersier Genteng 406,60 2,00 1,20
Greges Timur
46 Sub Sistem Sal. Dupak Bandarejo Tersier Genteng 103,30 1,50 1,50
Greges Utara
47 Sub Sistem Sal. Purwodadi Selatan Tersier Genteng 395,50 1,20 1,50
Greges
48 Sub Sistem Sal. Dupak Bandarejo Tersier Genteng 94,60 1,50 1,20
Greges Selatan
49 Sub Sistem Sal. Tuban Selatan Tersier Genteng 283,40 1,50 1,50
Greges
50 Sub Sistem Sal. Dupak Baru Tersier Genteng 232,80 2,50 1,50
Greges
51 Sub Sistem Sal. Tuban Raya Tersier Genteng 258,50 1,50 1,50
Greges
190
52 Sub Sistem Sal. Jatijaya Tersier Genteng 835,20 3,00 1,50
Greges
54 Sub Sistem Sal. Kemayoran DKA Tersier Genteng 485,80 1,50 1,50
Greges
57 Sub Sistem Sal. Taman Kalongan Tersier Genteng 123,90 1,20 1,50
Greges
58 Sub Sistem Sal. Masjid Kemayoran Tersier Genteng 68,10 1,20 1,20
Greges
60 Sub Sistem Sal. Pasar Turi Tersier Genteng 304,00 2,50 1,50
Greges
63 Sub Sistem Sal. Raden Saleh Tersier Genteng 523,30 2,50 1,50
Greges
66 Sub Sistem Sal. Raya Dupak Tersier Genteng 582,60 3,00 1,50
Greges
67 Sub Sistem Sal. Sumber Mulyo Tersier Genteng 249,00 2,50 1,50
Greges
191
Greges
70 Sub Sistem Sal. Demak Utara Tersier Genteng 648,40 2,50 1,50
Greges
71 Sub Sistem Sal. Demak Timur 10 Tersier Genteng 279,50 1,50 1,50
Greges
72 Sub Sistem Sal. Demak Timur 5 Tersier Genteng 129,50 2,00 1,50
Greges
73 Sub Sistem Sal. Demak Selatan Tersier Genteng 483,30 2,00 1,50
Greges
74 Sub Sistem Sal. Demak Timur Tersier Genteng 258,50 2,00 1,50
Greges
75 Sub Sistem Sal. Dupak Rukun Tersier Genteng 214,00 2,00 1,50
Greges
76 Sub Sistem Sal. Dupak Barat Tersier Genteng 339,60 2,50 1,50
Greges
77 Sub Sistem Sal. Asem Jaya 9 Tersier Genteng 366,30 3,00 1,50
Greges
78 Sub Sistem Sal. Asem Rowo Sekolah Tersier Genteng 557,90 2,00 1,50
Greges
79 Sub Sistem Sal. Asem Rowo Masjid Tersier Genteng 544,60 2,00 1,50
Greges
80 Sub Sistem Sal. Asem Raya Tersier Genteng 424,40 3,00 1,50
Greges
81 Sub Sistem Sal. Asem Jaya Tersier Genteng 190,20 2,50 1,50
Greges
82 Sub Sistem Sal. Asem Mulya Tersier Genteng 257,30 2,50 1,50
Greges
192
No Sub Sistem Nama Saluran Jenis Rayon Panjang Lebar Tinggi
83 Sub Sistem Sal. Sawahan DKA Tersier Genteng 298,60 2,50 1,50
Greges
85 Sub Sistem Sal. Pasar Loak Timur Tersier Genteng 147,50 2,50 1,50
Greges
86 Sub Sistem Sal. Pasar Loak Tengah Tersier Genteng 161,90 1,20 1,20
Greges
87 Sub Sistem Sal. Pasar Loak Barat Tersier Genteng 558,50 2,50 1,50
Greges
88 Sub Sistem Sal. Jalan Semarang Tersier Genteng 323,90 1,50 1,50
Greges
89 Sub Sistem Sal. Makam Tembok Tersier Genteng 455,10 3,00 1,50
Greges
90 Sub Sistem Sal. Tembok Dukuh Utara Tersier Genteng 463,40 1,20 1,50
Greges
91 Sub Sistem Sal. Tembok Dukuh Tersier Genteng 421,20 2,00 1,50
Greges Selatan
92 Sub Sistem Sal. Dan Boscho Tersier Genteng 161,30 3,00 1,50
Greges
93 Sub Sistem Sal. Tangkuban Perahu Tersier Genteng 95,10 1,50 1,20
Greges
94 Sub Sistem Sal. Kalibutuh Barat Tersier Genteng 286,60 2,00 1,50
Greges
96 Sub Sistem Sal. STM Negeri 1 Tersier Genteng 200,40 2,50 1,50
Greges
97 Sub Sistem Sal. Anjas Moro Tersier Genteng 816,20 1,50 1,50
Greges
193
100 Sub Sistem Sal. Simorejo 10 Tersier Genteng 161,70 2,00 1,50
Greges
101 Sub Sistem Sal. Simorejo Timur 4 Tersier Genteng 161,70 3,00 1,50
Greges
102 Sub Sistem Sal. Simorejo 26 Tersier Genteng 382,90 2,50 1,50
Greges
103 Sub Sistem Sal. Simorejo 34 Tersier Genteng 681,10 2,00 1,50
Greges
104 Sub Sistem Sal. Simo Rukun Lapangan Tersier Genteng 134,70 1,20 1,20
Greges
105 Sub Sistem Sal. Petemon Barat 1 Tersier Genteng 218,20 2,50 1,50
Greges
106 Sub Sistem Sal. Simo Sidomulyo 10 Tersier Genteng 542,90 2,50 1,50
Greges
107 Sub Sistem Sal. Simo Sidomulyo 4 Tersier Genteng 342,40 3,00 1,50
Greges
108 Sub Sistem Sal. Simo Sidomulyo 6 Tersier Genteng 510,40 1,20 1,50
Greges
109 Sub Sistem Sal. Pacuan Kuda Tersier Genteng 45,70 1,20 1,20
Greges
110 Sub Sistem Sal. Petemon Sidomulyo Tersier Genteng 63,30 1,20 1,20
Greges
111 Sub Sistem Sal. Simo Kwagean Tersier Genteng 176,90 2,50 1,50
Greges
112 Sub Sistem Sal. Simo Katrungan Tersier Genteng 254,10 3,00 1,50
Greges
113 Sub Sistem Sal. Kinibalu Barat Tersier Genteng 427,80 2,00 1,20
Greges
114 Sub Sistem Sal. Kratau Tersier Genteng 180,20 1,20 1,20
Greges
115 Sub Sistem Sal. Petemon I Tersier Genteng 232,40 2,00 1,50
Greges
116 Sub Sistem Sal. Petemon V Tersier Genteng 151,40 2,00 1,20
Greges
117 Sub Sistem Sal. Petemon III Tersier Genteng 113,90 2,50 1,50
194
Greges
118 Sub Sistem Sal. Banyu Urip Lor Tersier Genteng 413,50 3,00 1,50
Greges
119 Sub Sistem Sal. Welirang Tersier Genteng 500,60 2,50 1,50
Greges
120 Sub Sistem Sal. Arjuna Raya Tersier Genteng 250,90 2,00 1,20
Greges
121 Sub Sistem Sal. Kedung Anyar 7 Tersier Genteng 631,90 2,00 1,50
Greges
122 Sub Sistem Sal. Petemon Kuburan Tersier Genteng 282,20 2,00 1,50
Greges
123 Sub Sistem Sal. Petemon Timur Tersier Genteng 229,20 1,20 1,20
Greges
124 Sub Sistem Sal. Kupang Krajon Barat Tersier Genteng 386,60 2,00 1,20
Greges
125 Sub Sistem Sal. Kupang Krajon Timur Tersier Genteng 392,80 2,50 1,50
Greges
126 Sub Sistem Sal. Kedung Anyar V Tersier Genteng 487,40 2,50 1,50
Greges
127 Sub Sistem Sal. Kedung Anyar I Tersier Genteng 244,80 1,50 1,50
Greges
128 Sub Sistem Sal. Kedung Doro Raya Tersier Genteng 306,70 1,50 1,50
Greges
129 Sub Sistem Sal. Kedung Klinter Tersier Genteng 253,00 2,50 1,50
Greges
130 Sub Sistem Sal. Plemehan Tersier Genteng 349,60 1,20 1,50
Greges
131 Sub Sistem Sal. Kaliasin Pompa Tersier Genteng 632,80 2,00 1,50
Greges
132 Sub Sistem Sal. Pregolan Bran Gong Tersier Genteng 642,60 3,00 1,50
Greges
133 Sub Sistem Sal. Kedung Sari Tersier Genteng 393,60 1,20 1,50
Greges
134 Sub Sistem Sal. Wonorejo Bran Gang 1 Tersier Genteng 627,10 2,50 1,50
Greges
195
135 Sub Sistem Sal. Wonorejo Bran Gang 2 Tersier Genteng 567,50 3,00 1,50
Greges
136 Sub Sistem Sal. Wonorejo 3 Tersier Genteng 353,80 1,20 1,20
Greges
137 Sub Sistem Sal. Tempel Sukarejo Tersier Genteng 270,60 1,20 1,20
Greges
138 Sub Sistem Sal. Kampung Malang Tersier Genteng 371,50 2,50 1,50
Greges
139 Sub Sistem Sal. Cempaka Tersier Genteng 962,90 3,00 1,50
Greges
140 Sub Sistem Sal. Kamp. Malang Utara Tersier Genteng 579,40 2,50 1,50
Greges Bran Gang
196
Peta 3.7.1 Jaringan Prasarana Drainase Blok I
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023
197
Peta 3.7.2 Jaringan Prasarana Drainase Blok II
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023
198
Peta 3.7.3 Jaringan Prasarana Drainase Blok III
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023
199
Peta 3.7.4 Jaringan Prasarana Drainase Blok IV
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023
200
Peta 3.7.5 Jaringan Prasarana Drainase Blok V
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023
201
Peta 3.7.6 Jaringan Prasarana Drainase Blok VI
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023
202
Peta 3.7.7 Jaringan Prasarana Drainase Blok VII
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & SDMP 2018, Tahun 2023
203
Peta infrastruktur drainase diatas memberikan gambaran tentang beragam konfigurasi
saluran di beberapa blok yang berbeda di daerah tersebut. Drainase primer menjadi pusat
perhatian di wilayah Blok I dan II, bertindak sebagai saluran utama yang mengumpulkan air
hujan dan air limbah dari wilayah tersebut. Selain itu, terlihat bahwa beberapa saluran berasal
langsung dari sistem drainase sekunder dan tersier, yang mengarahkan aliran air ke badan air
yang signifikan, terutama Sungai Kali Mas. Blok V, IV, dan III adalah contoh konkret dari
blok-blok yang menggunakan saluran seperti ini.
Selanjutnya, perlu dicatat bahwa terdapat fasilitas pompa air yang berlokasi di area
Blok 5, Kelurahan Embong Kaliasin. Fasilitas ini memiliki peran penting dalam mengatur
aliran air dalam sekitarnya. Fungsi utamanya adalah memompa air dari sistem drainase di
sekitar Blok 5, memastikan bahwa air limbah dan air hujan dapat dengan efisien dialirkan,
serta mengendalikan level air secara keseluruhan dalam wilayah tersebut. Hal ini
menunjukkan upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan manajemen air di lingkungan
tersebut dan menghadapi tantangan drainase yang beragam
Menurut SNI 03-1733-2004, jaringan drainase adalah infrastruktur yang bertujuan
untuk mengarahkan aliran air permukaan ke badan air atau ke sistem resapan buatan. Ini
merupakan bagian penting yang harus disediakan dalam lingkungan perumahan di kawasan
perkotaan. Komponen-komponen dari jaringan drainase termasuk:
204
Gambar 3.7.1 Bangunan Pelengkap Drainase Kecamatan Genteng
205
3.7.2 Jaringan Air Bersih
Air bersih merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting bagi makhluk
hidup, terutama masyarakat di kecamatan Genteng Kota Surabaya. Kehadiran air bersih
merupakan hal yang mendesak dan harus menjadi prioritas dalam menyediakan pelayanan
dasar kepada masyarakat. Setiap rumah tangga di wilayah ini harus memiliki akses yang
memadai terhadap pasokan air bersih yang memenuhi standar kualitas untuk keperluan
sehari-hari. Untuk memastikan ketersediaan air bersih yang memadai, sangat penting untuk
membangun dan menjaga infrastruktur jaringan air bersih yang sesuai dengan peraturan dan
undang-undang yang berlaku. Perencanaan dan pengembangan jaringan air bersih di
perumahan-perumahan di kawasan perkotaan harus mematuhi ketentuan teknis yang telah
ditetapkan.
Kehadiran sistem penyediaan air bersih yang handal di kecamatan Genteng adalah
suatu keharusan, mengingat populasi yang tinggi dan kepentingan air bersih dalam kehidupan
sehari-hari. Pemerintah harus terus berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap masyarakat
memiliki akses yang adil dan merata terhadap air bersih yang aman dan berkualitas. Selain
itu, perlu diperhatikan juga isu-isu terkait keberlanjutan dan pelestarian sumber air bersih di
wilayah ini. Langkah-langkah konservasi air dan pengelolaan sumber daya air harus diambil
untuk memastikan bahwa pasokan air bersih dapat dipertahankan dalam jangka panjang.
Upaya ini akan sangat penting untuk menjaga kualitas hidup masyarakat dan pembangunan
yang berkelanjutan di kecamatan Genteng, Kota Surabaya.
Menurut SNI, Setiap rumah harus memiliki akses terhadap pasokan air bersih yang
memenuhi standar untuk kebutuhan rumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan pengadaan
infrastruktur jaringan air bersih yang sesuai dengan ketentuan teknis yang telah diatur dalam
peraturan dan undang-undang yang berlaku, terutama dalam konteks perencanaan umum
jaringan air bersih di lingkungan perumahan perkotaan. Berikut merupakan prasyarat,
kriteria, dan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam prasarana air bersih menurut SNI:
A. Penyediaan kebutuhan air bersih
1. lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan
air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan
2. apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan
air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah
atau sambungan halaman.
B. Penyediaan jaringan air bersih
1. harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan
rumah;
2. pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass;
dan
3. pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP.
C. Penyediaan kran umum
1. satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2. radius pelayanan maksimum 100 meter;
3. kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan
206
4. ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991 tentang
Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
D. Penyediaan hidran kebakaran
1. untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
2. untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
3. jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
4. apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur
kebakaran; dan
5. perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989 tentang Tata
Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada
Bangunan Rumah dan Gedung.
Berdasarkan data dari PDAM Surya Sembada tahun 2014 yang terdapat dalam
RDTRK, wilayah UP VI Tunjungan memiliki kebutuhan air bersih sebesar 260 liter per hari
per orang. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan standar kebutuhan air bagi
kota metropolitan, yang sebesar 250 liter per hari per orang. Sistem penyediaan air minum di
Kecamatan Genteng bersumber dari PDAM, yang menerima pasokan air dari tiga IPAM,
yaitu IPAM Karang Pilang III, IPAM Ngagel II, dan IPAM Ngagel III. IPAM Karang Pilang
memanfaatkan air baku dari sumber air permukaan terdekat, yaitu Kali Surabaya, sementara
IPAM Ngagel mengambil air baku dari Kali Jagir yang juga merupakan sumber air
permukaan terdekat. Air baku ini kemudian diolah melalui berbagai fasilitas pengolahan air
seperti bangunan aerasi, prasedimentasi, clearator, bangunan koagulasi, flokulasi, dan lain
sebagainya.
207
Peta 3.7.8 Jaringan Air Bersih Blok 1 Kecamatan Genteng
208
Peta 3.7.9 Jaringan Air Bersih Blok 2 Kecamatan Genteng
209
Peta 3.7.10 Jaringan Air Bersih Blok 3 Kecamatan Genteng
210
Peta 3.7.11 Jaringan Air Bersih Blok 4 Kecamatan Genteng
211
3.7.3 Jaringan Air Limbah
Air limbah adalah jenis air yang telah mencapai tingkat ketidaklayakan untuk
dikonsumsi lagi karena kondisinya yang tidak memadai. Ini adalah konsekuensi dari berbagai
aktivitas manusia, termasuk rumah tangga, perdagangan, perkantoran, dan bahkan rumah
sakit, yang semuanya menghasilkan limbah domestik. Limbah domestik ini umumnya terdiri
dari tinja dan berbagai jenis cairan bekas cucian. Karakteristik air limbah domestik sangat
menonjol. Salah satu karakteristik utamanya adalah kemampuannya untuk terurai dengan
mudah karena kandungan bahan organik yang tinggi. Namun, sifat ini juga berarti bahwa air
limbah domestik ini dapat menghasilkan bau yang tidak sedap jika tidak segera diolah dengan
benar.
Ada sejumlah parameter kunci yang diperhatikan saat memeriksa kualitas air limbah
domestik. Beberapa di antaranya termasuk BOD (Biochemical Oxygen Demand) yang
mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi
bahan organik dalam air, COD (Chemical Oxygen Demand) yang mengukur jumlah oksigen
yang diperlukan untuk menguraikan senyawa kimia dalam air, DO (Dissolved Oxygen) yang
mengukur jumlah oksigen yang larut dalam air, pH yang mengindikasikan tingkat keasaman
atau kebasaan, NH3 (amonia) yang merupakan indikator polusi nitrogen, serta minyak dan
lemak, Phenol, dan deterjen. Penting untuk dicatat bahwa aktivitas manusia, seperti yang
disebutkan sebelumnya, berkontribusi sekitar 60% hingga 80% dari total produksi air limbah,
yang menunjukkan pentingnya pengelolaan yang efisien dan perhatian terhadap upaya
pengelolaan dan perlindungan lingkungan dalam menghadapi masalah air limbah.
Lingkungan perumahan di perkotaan harus mematuhi persyaratan teknis yang diatur
dalam peraturan yang berlaku, seperti SNI-03-2398-2002, dalam perencanaan jaringan air
limbah. Jika memungkinkan, harus dipasang tangki septik yang sesuai, tetapi jika tidak, harus
ada alternatif sistem pembuangan air limbah yang sesuai, termasuk penyambungan ke sistem
kota atau pengolahan lain. Dalam kasus di mana tidak ada cukup ruang, bidang resapan
bersama harus dibuat untuk melayani beberapa rumah guna menjaga pengelolaan air limbah
yang sesuai dengan regulasi dan mendukung keberlanjutan lingkungan.
212
Gambar 3.7.2 Kondisi Jaringan Air Limbah Kecamatan Genteng
213
Peta 3.7.12 Jaringan Prasarana Air Limbah Blok IV
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & Observasi Website & Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya, Tahun 2023
214
Peta 3.7.13 Jaringan Prasarana Air Limbah Blok V
Sumber : RTRW Kota Surabaya 2014-2034 & Observasi Website & Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya, Tahun 2023
215
Berdasarkan hasil peta peta pengamatan dari berbagai sumber sekunder, seperti
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya 2014-2034, laporan berita di situs web, dan
permintaan data dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya,
mengungkapkan eksistensi beberapa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Temuan dari
berbagai sumber sekunder ini telah dianalisis dan dikelompokkan menjadi beberapa kategori
yang relevan. Dalam penelitian ini, kami mengidentifikasi hanya empat IPAL yang dapat
diidentifikasi, dengan beberapa di antaranya sudah dibangun dan beberapa lainnya masih
dalam tahap perencanaan. Selain itu, ditemukan bahwa sistem sanitasi masih terintegrasi
dengan sistem drainase. Hal ini mengakibatkan terjadinya situasi di mana air limbah dan air
hujan dapat bercampur, terutama pada titik-titik tertentu. Pemahaman yang lebih mendalam
tentang integrasi ini menjadi penting dalam upaya meningkatkan manajemen air limbah di
kota ini, serta mengoptimalkan kualitas lingkungan hidupnya.
216
3.7.4 Jaringan Persampahan
Prasarana jaringan persampahan merujuk pada semua fasilitas fisik dan infrastruktur
yang diperlukan untuk mengelola, mengangkut, dan membuang sampah dengan aman dan
efisien. Berikut adalah beberapa komponen prasarana jaringan persampahan yang penting:
1. Tempat Pembuangan Sementara (TPS): adalah tempat sementara di mana sampah dari
berbagai sumber seperti rumah tangga, pasar, atau komersial dikumpulkan sebelum
diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir. TPS harus dirancang untuk mencegah
pencemaran lingkungan.
2. Depo Sampah: Depo sampah merupakan fasilitas penyimpanan sementara yang
digunakan untuk mengelola sampah dari industri dan lokasi lain yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar. Sampah biasanya dipilah di depo ini untuk memisahkan
sampah yang dapat didaur ulang dari yang tidak.
3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA): tempat di mana sampah akhirnya dibuang. TPA
harus mematuhi standar lingkungan yang ketat dan seringkali dilengkapi dengan
lapisan perlindungan bawah tanah dan sistem pengelolaan gas buang.
217
Gambar 3.7.3 Tempat Pembuangan Sementara Jl. Simpang Dukuh
218
Peta 3.7.14 Jaringan Persampahan Blok 4 Kecamatan Genteng
219
Peta 3.7.15 Jaringan Persampahan Blok 3 dan 5 Kecamatan Genteng
220
3.7.5 Jaringan Listrik
Listrik adalah elemen penting dalam jaringan infrastruktur yang menghubungkan
instansi atau masyarakat serta wilayah pengembangan yang telah direncanakan. Putusnya
pasokan listrik dapat berdampak serius, mengganggu fungsi dan operasional infrastruktur
lainnya. Ini mencakup komunikasi, transportasi, dan pelayanan publik yang sangat
bergantung pada daya listrik. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga keandalan
pasokan listrik agar berbagai aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan
lancar.
Pemasangan instalasi listrik dalam lingkungan perumahan dan bangunan hunian harus
diintegrasikan dengan baik sesuai dengan peraturan-peraturan dan persyaratan tambahan
yang berlaku. Hal ini penting untuk memastikan keamanan, efisiensi, dan keandalan pasokan
listrik. Dengan perencanaan yang terpadu dan mematuhi semua aturan yang berlaku, kita
dapat memastikan bahwa masyarakat mendapatkan akses listrik yang handal dan aman di
rumah mereka, serta menghindari potensi masalah teknis yang dapat muncul. Berikut
merupakan peraturan dan persyaratan instalasi listrik lingkungan perumahan:
a. Peraturan oleh PLN
b. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
c. Peraturan lain yang relevan dengan instalasi listrik di masing-masing wilayah.
Selain itu, terdapat persyaratan, kriteria, dan kebutuhan yang harus dipenuhi apabila akan
melakukan instalasi listrik seperti:
a. Kebutuhan Pasokan Listrik:
Dalam setiap lingkungan perumahan, pasokan listrik harus diperoleh dari PLN atau
sumber lainnya. Setiap unit rumah tangga harus menerima pasokan listrik minimal
450 VA per individu dan 40% dari total kebutuhan rumah tangga untuk fasilitas
lingkungan.
b. Penyediaan Jaringan Listrik:
Jaringan listrik lingkungan harus tersedia dengan tingkat layanan yang sesuai, di mana
kapasitas pasokannya dihitung berdasarkan jumlah unit hunian yang terhubung
dengan blok yang siap dibangun. Tiang listrik harus dipasang untuk penerangan jalan
di area damija (milik jalan) di sisi jalur hijau tanpa menghambat pejalan kaki di
trotoar. Gardu listrik harus disediakan setiap 200 KVA daya listrik pada lahan yang
tidak digunakan untuk kegiatan umum. Penerangan jalan harus memiliki intensitas
500 lux dengan ketinggian lebih dari 5 meter di atas permukaan tanah. Daerah dengan
tegangan tinggi tidak sebaiknya digunakan untuk tempat tinggal atau kegiatan
permanen karena berpotensi membahayakan keselamatan.
Dalam melakukan observasi terhadap jaringan listrik di Kecamatan Genteng,
kami merujuk pada RTRW Kota Surabaya. Pendekatan survei sekunder kami
didasarkan pada data RTRW Kota Surabaya dan laporan Kecamatan Genteng dalam
Angka tahun 2022 yang bersumber dari BPS. Kami juga melakukan survei lapangan
atau langsung mengunjungi wilayah studi di Kecamatan Genteng serta memanfaatkan
Google Maps dan Google Street View sebagai sumber data tambahan dalam
penelitian ini. Perluasan dan penyediaan daya listrik di wilayah Kecamatan Genteng
melibatkan dua gardu induk, dan salah satunya terletak di Jalan Undaan Kulon 3-5,
221
Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng. Data dari "Kecamatan Genteng dalam
Angka 2022" menunjukkan bahwa 100% penduduk Kecamatan Genteng telah
menggunakan jaringan listrik yang disediakan oleh PLN. Untuk tabel jumlah keluarga
yang menggunakan prasarana jaringan listrik dari PLN adalah sebagai berikut :
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, terdapat Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dan Saluran Utama Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV
yang melayani hampir semua jalan utama yang ada di Kecamatan Genteng, serta ada saluran
utama tegangan rendah (SUTR) yang digunakan untuk melayani kebutuhan listrik untuk
perumahan atau hunian. Untuk detail persebaran jaringan listrik di Kecamatan Genteng
adalah sebagai berikut :
222
Peta 3.7.16 Jaringan Listrik Blok 1-2 Kecamatan Genteng
223
Peta 3.7.17 Jaringan Listrik Blok 3-6 Kecamatan Genteng
224
Peta 3.7.18 Jaringan Listrik Blok 5-7 Kecamatan Genteng
225
3.7.6 Jaringan Telekomunikasi
Penyediaan jaringan telekomunikasi di daerah perkotaan harus mematuhi regulasi dan
persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Infrastruktur jaringan telekomunikasi terbagi
menjadi dua jenis, yakni jaringan kabel dan nirkabel. Jaringan telekomunikasi nirkabel adalah
jenis jaringan seluler yang umum digunakan di sebagian besar perangkat elektronik saat ini.
Seiring dengan peningkatan penggunaan ponsel, pembangunan jaringan telekomunikasi fokus
pada infrastruktur pendukung jaringan nirkabel. Infrastruktur ini mencakup menara
telekomunikasi dan menara BTS. Menara BTS berfungsi untuk mengoperasikan dan
menyebarkan jaringan nirkabel.
Sedangkan, Jaringan telekomunikasi kabel berupa jaringan telepon rumah yang
dikelola oleh PT. Telkom. Pada dasarnya, kebutuhan akan jaringan telekomunikasi kabel di
Kecamatan Genteng sudah terpenuhi. Namun, dengan semakin populer digunakannya
perangkat telekomunikasi nirkabel saat ini, permintaan akan jaringan kabel di rumah tangga
berkurang. Jaringan telekomunikasi kabel lebih diperlukan di daerah perkantoran dan sektor
jasa perdagangan.
Dalam penelitian kami terhadap telekomunikasi di Kecamatan Genteng, kami
menggunakan metode survei sekunder dengan merujuk pada RTRW Kota Surabaya dan
dokumen resmi Kecamatan Genteng tahun 2022. Kami juga melakukan kunjungan langsung
ke lokasi studi serta memanfaatkan Google Maps dan Google Street View. Berbeda dengan
jaringan kabel yang hanya disediakan oleh satu penyedia layanan, jaringan telekomunikasi
nirkabel di Kecamatan Genteng dikelola oleh berbagai penyedia, baik milik pemerintah
maupun swasta. Secara keseluruhan, kebutuhan akan telekomunikasi nirkabel di Kecamatan
Genteng sudah terpenuhi, dan tidak ada wilayah yang tidak terjangkau oleh jaringan nirkabel,
seperti visualisasi peta distribusi jaringan telekomunikasi di Kecamatan Genteng berikut ini:
226
Peta 3.7.19 Jaringan Telekomunikasi Blok 1 Kecamatan Genteng
227
Peta 3.7.20 Jaringan Telekomunikasi Blok 2-4 Kecamatan Genteng
228
Peta 3.7.21 Jaringan Telekomunikasi Blok 5 Kecamatan Genteng
229
3.8 Aspek Transportasi
Transportasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Hal tersebut
berperan dalam menunjang mobilitas atau pergerakan manusia ataupun barang dari suatu
wilayah ke wilayah lainnya. Transportasi dapat mempermudah menghubungkan antar pusat
kegiatan. Jaringan transportasi di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng, Kota Surabaya,
berupa transportasi darat. Terdapat beberapa pokok bahasan mengenai aspek transportasi,
antara lain:
a. Jaringan Jalan
b. Pola Pergerakan
c. Jenis dan Kondisi Perkerasan Jalan
d. Geometrik Jalan
e. Sarana dan Prasarana Transportasi
f. Karakteristik Angkutan Umum
230
kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua. Kecepatan yang didesain di jalan arteri sekunder paling
rendah adalah 30 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter.
Lalu, lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
ii. Jalan Kolektor
1. Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara
berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal. Kecepatan yang didesain di jalan kolektor primer paling rendah
adalah 40 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
2. Jalan Kolektor Sekunder
Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar
kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga. Kecepatan yang didesain di jalan kolektor sekunder paling
rendah adalah 20 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter dan
lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
iii. Jalan Lokal
1. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarousat kegiatan lokal,
atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan. Kecepatan yang didesain di jalan lokal primer paling
rendah adalah 20 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter dan
tidak boleh terputus di kawasan perdesaan.
2. Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Kecepatan yang didesain di jalan lokal sekunder paling rendah adalah 10 km
per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter dan tidak boleh terputus
di kawasan perdesaan.
iv. Jalan Lingkungan
1. Jalan Lingkungan Primer
Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat
kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan
perdesaan. Kecepatan yang didesain di jalan lingkungan primer paling rendah
adalah 15 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter untuk
kendaraan bermotor roda tiga atau lebih, sedangkan jalan selain kendaraan
roda tiga atau lebih harus memiliki lebar badan jalan minimal 3,5 meter.
2. Jalan Lingkungan Sekunder
231
Jalan lingkungan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antar
persil dalam kawasan perkotaan. Kecepatan yang didesain di jalan lingkungan
sekunder paling rendah adalah 10 km per jam dengan lebar jalan minimal 6,5
meter untuk kendaraan bermotor roda tiga atau lebih, sedangkan jalan selain
kendaraan roda tiga atau lebih harus memiliki lebar badan jalan minimal 3,5
meter.
Berikut merupakan peta dan klasifikasi jalan menurut fungsinya di wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng menurut RTRW Kota Surabaya. Adapun data
panjang jalan dengan sampel jalan menurut fungsinya.
232
Peta 3.8.1 Peta Jaringan Jalan WP
233
Tabel 3.8.1 Klasifikasi Jaringan Jalan Menurut Fungsi Jalan
Fungsi Jalan Nama Jalan
Jalan Arteri Primer Jalan Kapasari, Jalan Kusuma Bangsa
Jalan Raya Darmo, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Ambengan,
Jalan Ambengan, Jalan Embong Malang, Jalan Blauran, Jalan
Praban, Jalan Ngaglik, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Raya
Jalan Arteri Sekunder Darmo, Jalan Pemuda, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Basuki
Rahmat, Jalan Sulawesi, Jalan Genteng Kali, Jalan Tunjungan,
Jalan Gubernur Suryo, Jalan Simpang Dukuh, Jalan Ngaglik,
Jalan Kalianyar, Jalan Urip Sumoharjo
234
235
Menurut RTRW Kota Surabaya 2014-2034, terdapat rencana pembangunan jalan bebas hambatan di salah satu ruas jalan arteri sekunder, yaitu
Jalan Kalianyar-Jalan Ngaglik
Peta 3.8.2 Peta Rencana Jalan Bebas Hambatan Blok I WP
236
3.8.2 Pola Pergerakan
Pergerakan manusia, barang, dan kendaraan dipengaruhi oleh tata guna lahan
di suatu wilayah. Perubahan penggunaan lahan akan berdampak pada pola pergerakan
tersebut. Pola pergerakan dipengaruhi oleh dua jenis daerah, yaitu daerah pembangkit
dan daerah penarik. Daerah pembangkit pergerakan biasanya berupa kawasan
permukiman, sementara daerah penarik pergerakan meliputi sekolah, pusat
perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, dan kawasan obyek wisata.
Dalam rangka mendukung pengembangan kawasan, wilayah perencanaan
Kecamatan Genteng diberikan arahan sebagai kawasan perdagangan dan jasa menurut
RTRW Kota Surabaya 2014-2034, maka dalam penelitian ini pola pergerakan akan
dianalisis berdasarkan penggunaan lahan sebagai perdagangan dan jasa. Adapun
data-data yang diperlukan untuk mengetahui tarikan adalah melalui jumlah rumah di
setiap zona, sedangkan untuk mengetahui bangkitan adalah melalui luas bangunan
perdagangan dan jasa di setiap zona.
a. Bangkitan
Pada bangkitan pergerakan di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng,
dilakukan pengumpulan data berupa pendapatan masyakarat per bulan, jumlah
kendaraan dalam satu kartu keluarga (KK), dan jumlah perjalanan belanja yang
dilakukan dalam seminggu. Diketahui bahwa rata-rata pendapatan masyarakat di
Wilayah Perencanaan Kecamatan Genteng sebesar Rp4,4 Juta per bulan, rata-rata
jumlah kendaraan yang dimiliki dalam satu KK sebanyar 3 kendaraan, dan rata-rata
perjalanan belanja yang dilakukan dalam seminggu sebanyak 2 kali.
b. Tarikan
Pada tarikan pergerakan di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng,
dilakukan pengumpulan data berupa total luas lantai suatu bangunan perdagangan dan
jasa, serta jumlah pengunjung suatu perdagangan dan jasa. Tarikan dilakukan dengan
memfokuskan penggunaan lahan berupa perdagangan dan jasa karena wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng memiliki dominansi pemanfaatan lahan sebagai
perdagangan dan jasa, serta menurut kebijakan yang telah ada, wilayah perencanaan
Kecamatan Genteng diarahkan sebagai pusat perdagangan dan jasa. Maka dari itu,
diketahui bahwa rata-rata total luas lantai perdagangan dan jasa di wilayah
perencanaan Kecamatan Genteng sebesar 16.514 m², serta rata-rata pengunjung
perdagangan dan jasa per harinya sebesar 688 orang.
237
dengan aspal. Sebagian besar jalan di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng
dalam kondisi baik karena terletak di pusat Kota Surabaya sehingga perawatan jalan
dan infrastruktur umum lainnya lebih diperhatikan.
Jl. Panglima
Arteri Sekunder Aspal Baik
Sudirman
Jl. Embong
Lokal Sekunder Aspal Baik
Tanjung
238
Tabel 3.8.4 Geometrik Jalan Kecamatan Genteng
Nama Jalan Fungsi Jalan Dimensi Jalan Dokumentasi
239
3.8.5 Sarana dan Prasarana Transportasi
240
Peta 3.8.2 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok I WP
241
Peta 3.8.3 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok II WP
242
Peta 3.8.4 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok III WP
243
Peta 3.8.5 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok IV WP
244
Peta 3.8.6 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok V WP
245
Peta 3.8.7 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok VI WP
246
Peta 3.8.8 Peta Sarana Pejalan Kaki Blok VII WP
247
Berdasarkan Peta Sarana Pejalan Kaki diatas terdapat blok yang tidak
memiliki pedestrian yaitu blok 2 hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi lalu
lintas di Kecamatan Genteng, tidak memiliki jaminan keselamatan dan dapat
mengurangi keinginan warga sekitar untuk berjalan kaki. Pada jalan-jalan besar
seperti blok 5 memiliki pedestrian yang memadai dan sering digunakan oleh warga
sekitar, hal ini berbanding terbalik dengan beberapa jalan kecil di blok 1 yang
memiliki pedestrian kurang memadai seperti rusaknya trotoar, jalan yang tidak merata
hingga tidak memiliki rambu penyebrangan.
3.8.5.2 Parkir
Tempat parkir merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia di dalam
struktur bangunan, terutama jika bangunan tersebut menjadi pusat aktivitas.
Fasilitas parkir ini berperan sebagai area berhenti sementara bagi pengunjung atau
peserta kegiatan yang menggunakan berbagai jenis kendaraan. Di Kecamatan
Genteng, beberapa area parkir telah disiapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Secara keseluruhan, terdapat dua tipe tempat parkir yang dapat ditemui di
Kecamatan Genteng, yakni parkir di luar bangunan (parkir off-street) dan parkir di
pinggir jalan (parkir on-street).
b. Parkir On Street
248
Parkir On Street adalah pemanfaatan badan jalan sebagai area parkir,
dan biasanya terjadi di kawasan perdagangan dan jasa yang tidak memiliki
fasilitas parkir tersendiri. Di Kecamatan Genteng, lokasi parkir on-street dapat
ditemukan di sekitar kawasan perdagangan dan jasa di Jalan Walikota
Mustajab, serta tersedia juga parkir berbayar di sekitar Balai Kota Surabaya.
249
3.8.5.4 Halte
Halte merupakan lokasi yang digunakan sebagai tempat berhenti bagi
angkutan umum yang mengambil dan mengantarkan penumpang. Di Kecamatan
Genteng, halte-halte terletak di sepanjang jalan-jalan utama, terutama di
jalan-jalan arteri dan jalan-jalan penghubung.
250
Peta 3.8.9 Peta Sebaran Halte Blok I WP
251
Peta 3.8.10 Peta Sebaran Halte Blok II WP
252
Peta 3.8.11 Peta Sebaran Halte Blok III WP
253
Peta 3.8.12 Peta Sebaran Halte Blok IV WP
254
Peta 3.8.13 Peta Sebaran Halte Blok V WP
255
Peta 3.8.14 Peta Sebaran Halte Blok VI WP
256
Peta 3.8.15 Peta Sebaran Halte Blok VII WP
257
Berdasarkan peta sebaran halte diatas terlihat bahwa penyebaran halte yang
tidak merata di setiap blok, hal ini menyebabkan transportasi umum seperti bis tidak
tersebar dengan rata.
258
Sumber: Google Street View
c. Rambu Petunjuk
Rambu petunjuk terdiri dari rambu petunjuk pendahulu jurusan, rambu
petunjuk jurusan serta rambu penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah
untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah atau wilayah serta rambu yang
menyatakan nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang
dan/atau tulisan warna putih. Berikut contoh rambu petunjuk yang berada di
Kecamatan Genteng,
d. Rambu Larangan
Rambu larangan digunakan untuk melarang pengguna jalan melakukan
suatu hal. Rambu ini memiliki warna dasar putih, garis tepi merah, dan
lambang berwarna hitam. Beberapa contoh rambu larangan adalah rambu
dilarang berhenti, dilarang mausk, dan dilarang parkir.
259
Sumber: Google Street View
260
Blok 7 Jl basuki rahmat Memiliki jalur pesepeda
namun sedikit pudar
a. Lyn/Mikrolet
Tabel 3.8.5 Rute Trayek Angkutan Umum yang Melewati Kecamatan Genteng
Kode Lyn Rute Warna Angkot
a. Berangkat : Pangkalan Sedayu – Demak –
Dupak – Bubutan (Sisi Utara) – Pasar
Turi – Semarang – Stasiun Pasar Turi –
Semarang – Kranggan – (D. Blauran) –
Praban – Siola – Genteng Kali –
Ngemplak – Ondomohen – Walikota
Mustajab (Balaikota) – Jaksa Agung
(Jagung) Suprapto – Ambengan –
Kusuma Bangsa – Ngaglik – Tambaksari
C (Blauran) – Residen Sudirman – Pacar Keling –
Kalasan – Jolotundo – Tambang Boyo –
Karang Menjangan
b. Kembali : Karang Menjangan – Airlangga
– Kedung Sroko – Pacar Keling – Residen
Sudirman – Ambengan – Ngemplak –
Genteng Kali – Praban – Bubutan –
Pirngadi – Pawiyatan – Semarang –
Dupak – Pasar Loak – Dupak – Demak –
Purwodadi – Pangkalan Sedayu
a. Berangkat : Pangkalan Sedayu – Demak
Pasar Loak – Demak – Gresik Gadukan –
C (Indra Pura)
Gresik – Rajawali – JMP – Veteran –
Stasiun Kota – Pasar Atom – Gembong –
261
Gembong Tebasan – Kapasari - Ngaglik –
Tambaksari – Residen Sudirman – Pacar
Keling – Kalasan – Jolotundo – Tambang
Boyo – Karang Menjangan
b. Kembali : Karang Menjangan – Airlangga
– Kedung Sroko – Pacar Keling – Residen
Sudirman – Ambengan – Kusuma Bangsa
– Kapasari – Gembong Tebasan –
Pengampon – Stasiun Kota – Pahlawan –
Tugu Pahlawan – Bubutan (Sisi Utara) –
Indrapura – Gresik – Gresik Gadukan –
Pangkalan Sedayu - Demak
a. Berangkat : Pangkalan Dharma Husada –
Prof Moestopo – Karang Menjangan –
Airlangga – Prof Moestopo – Gubeng
Pojok – Pemuda – Panglima Sudirman
(Bambu Runcing) – Basuki Rahmat –
Embong Malang – Tidar – Pasar Tidar –
Tembok Sayuran – Kalibutuh – Asem
Raya – Asem Mulya – Tambak Mayor –
Tanjungsari – Tandes – Balongsari Tama
– Balongsari
E
b. Kembali : Balongsari – Tandes –
Tanjungsari – Tambak Mayor – Asem
Mulya – Asem Raya – Kalibutuh –
Tembok Sayuran – Tidar – Blauran –
Praban – Siola – Genteng Kali –
Ngemplak – Simpang Dukuh – Gubernur
Suryo – Balai Pemuda – Yos Sudarso –
Balai Kota – Prof Moestopo – Pangkalan
Dharma Husada
262
Simomulyo I – Petemon IV – Simo
Kwagean – Petemon III – Petemon Kali –
Merapi – Argopuro - Widodaren – Tidar –
Blauran – Praban – Siola – Genteng Kali
– Ngemplak – Simpang Dukuh –
Gubernur Suryo – Balai Pemuda – Yos
Sudarso – Balai Kota – Prof Moestopo –
Pangkalan Dharma Husada
a. Berangkat : Pangkalan Dharma Husada –
Prof Moestopo – Karang Menjangan –
Airlangga – Prof Moestopo – Gubeng
Pojok – Pemuda – Panglima Sudirman
(Bambu Runcing) – Basuki Rahmat –
Embong Malang – Tidar – Pasar Tidar –
Pangkalan Sawahan
E
b. Kembali : Pangkalan Sawahan – Tidar –
Blauran – Praban – Siola – Genteng Kali
– Ngemplak – Simpang Dukuh –
Gubernur Suryo – Balai Pemuda – Yos
Sudarso – Balai Kota – Prof Moestopo –
Pangkalan Dharma Husada
263
b. Suroboyo Bus
Peta 3.8.16 Peta Rute Suroboyo Bus (Koridor Purabaya-Rajawali)
264
Peta 3.8.17 Peta Rute Suroboyo Bus (Bus Tumpuk)
265
c. Wirawiri Suroboyo
Peta 3.8.18 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD01)
266
Peta 3.8.19 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD02)
267
Peta 3.8.20 Peta Rute Wirawiri Suroboyo (FD07)
268
d. Trans Semanggi
Peta 3.8.21 Peta Rute Teman Bus (Trans Semanggi Suroboyo)
269
Dari peta rute Transportasi umum kecamatan Genteng yang telah disajikan diatas,
seperti rute angkutan umum, bus surabaya dan wira-wiri sudah memadahi di setiap blok yang
berada di Kecamatan genteng. Penggunaan transportasi umum yang telah merata di setiap
bloknya dapat memudahkan warga sekitar yang bermayoritas kegiatan bekerja dan
pendidikan untuk mencapai lokasi, namun dengan adanya transportasi umum ini tidakk
terlepas dari sarana prasarana transportasi umum. Sarana dan Prasarana transportasi umum
yang berada di kecamatan Genteng akan dijelaskan lebih lanjut di aspek berikutnya.
● Kelembagaan Pemerintahan
- Bappeko
- PU Bina marga
- PU SDA
- Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
- Dinas Perdagangan
- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
- Dinas Koperasi dan Usaha Mikro
- Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah
- Dinas Lingkungan Hidup
- Dinas penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Atap
● Kelembagaan Non Pemerintahan ( BUMN )
❖ Pengadaan Listrik
- PT. Perusahaan Listrik Negara ( Persero )
❖ Jasa Keuangan dan Administrasi
- PT. Bank Negara Indonesia
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
- PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero)
- PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero)
- PT Asuransi Jasa Raharja (Persero)
- PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
- PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero)
- PT Bahana PUI (Persero)
- PT PANN Multi Finance (Persero)
PT Pegadaian(Persero)
- PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
- PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)
270
- PT Taspen (Persero)
❖ Konstruksi
- PT Waskita Karya ( Persero ) Tbk
- PT PP Tbk,Plant 3 ( PT Pembangunan Perumahan )
- Nindya Karya PT - Surabaya
- Amarta Karya , PT ( Persero )
- PT Bina Karya ( Persero ) Cabang Surabaya
❖ Pertambangan dan Pengendalian
- PT Pertamina
❖ Pertanian,Kehutanan,dan Perikanan
- PT Pertanian ( Persero )
- PT Perikanan Nusantara ( Persero )
- Perum Perhutani
- PT Perkebunan Nusantara ( PTPN ) XI Surabaya
- PT Perkebunan Nusantara ( II ) Surabaya
❖ Transportasi
- PT Kereta Api Indonesia ( Persero )
PT Pelabuhan Indonesia
❖ Pengadaan Air,Pengelolaan Sampah,Dan Daur Ulang
- Perum Jasa Tirta I
- PT PDAM Surabaya
A. Kelembagaan Pemerintahan
Kelembagaan yang berperan sangat penting untuk mengatur sumber daya dan
distribusi untuk itu adanya unsur dari kelembagaan sangat diperlukan guna
untuk memperhatikan dan mengupayakan peningkatan potensi guna untuk
menunjang suatu pembangunan.
1. Bappeko Surabaya
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya adalah unsur perencana
penyelenggaraan pemerintahan yang melaksanakan tugas dan mengkoordinasi
A. pelaksanaan koordinasi penyusunan perencanaan program, anggaran, dan
perundang-undangan
B. pelaksanaan pengelolaan dan pelayanan administrasi umum
C. pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain;
D. pelaksanaan urusan rumah tangga, dokumentasi, kehumasan, dan
keprotokolan Badan;
E. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian
F. pelaksanaan pengelolaan administrasi Keuangan
G. pelaksanaan penatausahaan Barang Milik Daerah
H. pelaksanaan pengelolaan kearsipan dan perpustakaan;
I. pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan;
271
J. pelaksanaan pengawasan, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan
pelaksanaan tugas di bidang administrasi umum dan kepegawaian,
kelembagaan dan ketatalaksanaan, sarana dan prasarana, serta keuangan
Badan;
K. pelaksanaan penyusunan petunjuk pelaksanaan penyusunan dokumen
RPJPD, RPJMD, dan RKPD;
L. pelaksanaan penyusunan petunjuk pelaksanaan penyusunan dokumen
Renstra PD dan Renja PD serta pelaksanaan koordinasi evaluasi proses
penyusunannya;
M. pelaksanaan koordinasi dan kompilasi penyusunan dokumen RPJPD,
RPJMD, dan RKPD;
N. pelaksanaan penyusunan, pemantauan, dan pengendalian proses
penyusunan dan pelaksanaan dokumen Renstra,Renja, dan RKA Badan;
O. pelaksanaan koordinasi dan kompilasi hasil pengendalian proses
penyusunan dokumen Renstra PD dan Renja PD;
P. pelaksanaan koordinasi perumusan kebijakan umum dan analisis pagu
anggaran program skala kota;
Q. pelaksanaan pemantauan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan terhadap
pelaksanaan tugas, kinerja dan anggaran Badan;
R. pelaksanaan pengembangan, integrasi, dan pengendalian pemanfaatan
sistem informasi perencanaan;
S. pelaksanaan integrasi sistem informasi perencanaan dengan sistem
informasi lainnya yang dikembangkan Badan;
2. PU Bidang Bina Marga
Mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, dan membina pembangunan,
peningkatan, dan pemeliharaan jalan dan jambatan.
Bidang Bina Marga mempunyai fungsi sebagai berikut :
- penyusunan rencana kerja Bidang Bina Marga;
- perumusan kebijakan teknis perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan
pembangunan, peningkatan, dan pemeliharaan jalan dan jembatan kota;
- perencanaan pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan dan
jembatan kota;
- pelaksanaan pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan kota;
- pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan pemeliharaan jalan dan jembatan
kota; dan
- evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan kerja Bidang Bina Marga.
272
- pelaksanaan kebijakan di bidang sumber daya air;
- pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya air;
- pelaksanaan administrasi dinas di bidang sumber daya air;
- pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota terkait dengan tugas
dan fungsinya.
4. Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan
Mempunyai tugas membantu walikota melaksanakan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan di bidang ketahanan
pangan, pertanian dan perikanan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Dinas Ketahanan
Pangan , Pertanian dan Perikanan menyelenggarakan fungsi :
273
- Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang ketahanan pangan,
pertanian dan perikanan;
- Pelaksanaan administrasi dinas ketahanan pangan, pertanian dan perikanan;
dan
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya
5. Dinas perdagangan
Mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan bidang Perdagangan dan
Pengelolaan Pasar.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Perdagangan menyelenggarakan
fungsi :
- Perumusan kebijakan teknis dibidang Perdagangan dan Pengelolaan Pasar
- Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
Perdagangan dan Pasar;
- Pembinaan dan Pelaksanaan tugas dibidang Perdagangan, dan Pasar;
- Penyelenggaraan Kesekretariatan dinas;
- Penyelenggaraan pembinaan, pengawasan, pengelolaan Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dinas;
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
274
7. Dinas Koperasi dan usaha mikro
Melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan
fungsi :
- perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup tugasnya;
- pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya
275
- pelaksanaan administrasi Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
- pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas
dan fungsinya.
276
- Perumusan kebijakan di bidang penanaman modal, pelayanan perizinan dan
non perizinan secara terpadu
- Pembinaan, pengendalian, koordinasi, fasilitasi dan penyelenggaraan
penanaman modal, pelayanan perizinan dan non perizinan secara terpadu.
- Pelaksanaan administrasi pelayanan di bidang penanaman modal, pelayanan
perizinan dan non perizinan secara terpadu
- Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penanaman modal, pelayanan
perizinan dan non perizinan secara terpadu
B. Kelembagaan Masyarakat
- Karang Taruna
Tugas Pokok Karang Taruna adalah:
Secara bersama sama dengan Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya
untuk menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang
dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif maupun
pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.
Fungsi Karang Taruna adalah :
1. Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.
2. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat.
3. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda secara
komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.
4. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi
muda di lingkungannya.
5. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggung
jawab sosial generasi muda.
6. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa
kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan
dalam bingkai Negara Kesatuan Republik indonesia.
7. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan
tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis
produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala
sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya.
8. Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi
penyandang masalah kesejahteraan sosial
9. Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan
kemitraan dengan berbagai sektor lainnya.
10. Penyelenggara Usaha usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual.
- PKK Kota
Program Pokok Gerakan PKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
1. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila;
2. Gotong Royong;
3. Pangan;
4. Sandang;
277
5. Perumahan dan tata laksana rumah tangga;
6. Pendidikan dan keterampilan;
7. Kesehatan;
8. Pengembangan kehidupan koperasi;
9. Kelestarian lingkungan hidup; dan
10. Perencanaan sehat
- Karang Werda
Karang Werda mempunyai tugas sebagai berikut :
1. membantu pelaksanaan program pelayanan bagi Lansia baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat dan lembaga non-pemerintah;
2. menggerakkan para Lansia di wilayah kerjanya untuk melaksanakan segala
aktivitas yang mendukung tercapainya kesejahteraannya di bidang
ekonomi, sosial dan budaya; dan
3. membantu Pemerintah Desa/Kelurahan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat dan pembangunan Desa/Kelurahan.
- Dharma Wanita
Tugas Pokok Dharma Wanita Persatuan :
278
Tugas kaur kesra/modin
pembinaan di bidang agama, kesehatan, pendidikan, olahraga, dan kesenian di
wilayahnya. Selain itu juga membantu kepala desa dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan program
keagamaan serta melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dan sosial
kemasyarakatan.
Fungsi KAUR Kesra/Modin
1. penyiapan dan pelaksanaan program perkembangan kehidupan beragama.
Penyiapan bahan dan pelaksanaan program
2. pemberdayaan masyarakat dan sosial kemasyarakatan, termasuk juga
pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepala desa.
Peranan yang paling penting dan sering terlihat bagi seorang Modin adalah
dalam hal keagamaan, hal tersebut meliputi mulai dari acara jama’ah atau yang
biasa disebut dengan yasinan dimana hal itu dilakukan secara rutin setiap
minggunya oleh warga, tahlilan memperingati meninggalnya salah satu warga,
dan termasuk segala bentuk selamatan warga.
- Lembaga Ketahanan/LPMK
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau Kelurahan
(LPMD/LPMK)/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Kelurahan
(LKMD/LKMK) atau sebutan nama lain dalam melaksanakan tugasnya
mempunyai fungsi :
279
3.9.3 Program dan Penanggung Jawab
280
BAB IV
ANALISIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERENCANAAN GENTENG
281
Tabel 4.1.1 Kompilasi sarana di WP Genteng
BLOK 1 2 3 4 5 6 7 Total
TK 4 2 3 2 2 0 3 16
SD 5 2 2 0 2 1 1 13
SMP 1 1 1 4 1 0 1 9
SMA 5 1 4 2 3 0 0 15
Mushola 2 3 1 1 1 0 0 8
Masjid 1 1 1 2 2 0 0 7
Sarana peribadahan lain 3 0 4 6 1 0 1 15
RS 1 1 0 0 0 0 0 2
Puskesmas 0 1 1 0 0 0 0 2
Poliklinik 1 1 0 0 4 0 1 7
Apotek 3 2 1 0 0 0 0 6
Posyandu 0 2 2 1 0 0 0 5
Sarana pemerintahan lokal 5 1 2 3 2 0 0 13
Sarana pemerintahan kota 0 0 2 1 2 0 0 5
282
Pasar 1 1 1 3 0 0 0 6
Balai Serbaguna 0 0 0 1 0 0 0 1
283
1. Analisis Indeks Fasilitas (Kapasitas)
284
Sarana pemerintahan kota 0.00 0.00 0.41 0.13 0.22 0.00 0.00
Sarana pemerintahan provinsi 0.00 0.00 0.00 0.25 0.33 0.00 0.00
Sarana pertahanan dan keamanan 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Balai Warga/Balai Pertemuan 0.11 0.00 0.00 0.25 0.00 0.00 0.00
285
2. Indeks Bobot Penciri
286
Sarana pemerintahan lokal 0.39 0.10 0.58 0.53 0.31 0.00 0.00
Sarana pemerintahan kota 0.00 0.00 0.96 0.29 0.51 0.00 0.00
Sarana pemerintahan provinsi 0.00 0.00 0.00 0.88 1.15 0.00 0.00
Sarana pertahanan dan keamanan 0.39 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Balai Warga/Balai Pertemuan 0.39 0.00 0.00 0.88 0.00 0.00 0.00
287
3. Nilai Indeks Baku Hirarki (Standarisasi)
288
Sarana pemerintahan lokal 1.61 0.42 2.38 2.19 1.26 0.00 0.00
Sarana pemerintahan kota 0.00 0.00 2.59 0.79 1.38 0.00 0.00
Sarana pemerintahan provinsi 0.00 0.00 0.00 1.76 2.29 0.00 0.00
Sarana pertahanan dan keamanan 2.65 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Balai Warga/Balai Pertemuan 1.14 0.00 0.00 2.58 0.00 0.00 0.00
289
4. Hirarki wilayah dengan menjumlah seluruh indeks baku hirarki yang terbentuk serta
jumlah fasilitas yang terdapat pada masing-masing wilayah.
Adapun ketentuan hirarki yang digunakan dalam perencanaan ini mengacu pada BPS,
yaitu:
1) Kelas I (Tinggi) : > r + sd
2) Kelas II (Sedang) : (r = sd) - (< - sd)
3) Kelas III (Rendah) : <r - sd
I 17.57102503 18 Hierarki 2
II 16.69231036 17 Hierarki 2
IV 31.09424271 18 Hierarki 3
V 23.59468291 18 Hierarki 3
VI 1.597853151 2 Hierarki 2
290
Peta 4.1.1 Pusat Pelayanan WP Genteng
291
4.1.2 Analisis Jaringan Jalan
Berdasarkan Pasal 1 UU Nomor 2 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas
UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, istilah "Jalan" merujuk pada prasarana
transportasi darat yang mencakup semua elemen jalan, termasuk bangunan
penghubung, bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang ditujukan untuk lalu
lintas. Jalan ini dapat berada di permukaan tanah, di atas atau di bawah permukaan
tanah, dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali untuk jalan rel, jalan lori, dan
jalan kabel.
Sementara itu, "sistem jaringan jalan" diartikan sebagai kumpulan ruas jalan
yang saling terhubung dan terikat satu sama lain, menghubungkan pusat kegiatan atau
pertumbuhan dengan simpul transportasi. Sistem ini membentuk suatu hubungan
hierarkis dengan wilayah yang berada dalam lingkup pelayanannya.
Menurut Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Timur yang mengenai
Penetapan Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Provinsi Jawa Timur yang menetapkan
Status Ruas Jalan Sebagai Jalan Kecamatan Genteng, status jalan di Kawasan Genteng
terbagi menjadi Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten. Di samping itu, berdasarkan
evaluasi kondisi jaringan jalan yang ada dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kota Surabaya tahun 2024-2034 , fungsi jalan di Kecamatan Genteng dibagi menjadi
Jalan arteri sekunder, jalan arteri primer, jalan kolektor primer, jalan kolektor
sekunder, jalan lokal primer, jalan lokal sekunder Dibawah ini adalah perincian
struktur jaringan jalan yang membentuk tata ruang Kecamatan Genteng
Jl. Ambengan
Jl. Kalianyar
Jl. Jagalan
Jl. Praban
Jl. Pemuda
292
Jl. Yos Sudarso
Jl. Keputran
Jl. Kayun
Jl. Kamboja
Jl. Ngemplak
Jl. Mawar
Jl. Jagalan I
Jl.Gembong Asih
293
Jl. Kapasari VIII
Jl. Ngaglik II
Jl. Kapasari I
Jl. Gembong II
Terlihat bahwa antar pusat pelayanan di Kecamatan Genteng dilayani oleh jaringan
kolektor primer dan merupakan jalan provinsi. Dengan adanya akses jalan yang sudah
bisa menjadi alternatif untuk menghubungkan antar pusat pelayanan dan antar desa di
kecamatan genteng seharusnya dapat membantu kegiatan yang terpusat pada
kecamatan ini,tetapi hal ini tidak sesuai dengan realita nya yang terdapat beberapa
jaringan jalan yang mengalami kemacetan di peak hour maupun tidak dalam peak
hour.
294
4.1.3.3 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok III
Intensitas kegiatan pada blok III didominasi oleh kegiatan perdagangan
dan jasa meskipun area pemukiman merupakan fungsi lahan yang memiliki
luas terbesar di area tersebut. Hal tersebut dikarenakan adanya kawasan
perdagangan dan jasa skala kota di wilayah tersebut sehingga menghasilkan
intensitas kegiatan perdagangan dan jasa cukup besar. Selain itu, blok tersebut
memiliki intensitas kegiatan sarana pelayanan umum tingkat kota yang tinggi
dikarenakan adanya komplek sekolah tingkat atas di wilayah tersebut.
4.1.3.4 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok IV
Blok IV pada wilayah perencanaan merupakan area yang memiliki
identitas sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Surabaya.
Dengan fungsi adanya kawasan perdagangan dan jasa skala kota di wilayah
tersebut, blok IV menjadi salah satu blok di wilayah perencanaan yang
memiliki area dengan intensitas kegiatan yang masif serta bercampur. Selain
itu, intensitas kegiatan di area tersebut juga didukung oleh pemukiman berupa
perumahan kepadatan tinggi di wilayah tersebut.
4.1.3.5 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok V
Blok V pada wilayah perencanaan merupakan area yang memiliki
didominasi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Surabaya.
Dengan fungsi adanya kawasan perdagangan dan jasa skala kota di wilayah
tersebut, blok V menjadi salah satu blok di wilayah perencanaan yang
memiliki area dengan intensitas kegiatan yang masif serta bercampur. Selain
itu, intensitas kegiatan di area tersebut juga didukung oleh sarana pelayanan
umum.
4.1.3.6 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok VI
Blok VI pada wilayah perencanaan merupakan area yang memiliki
didominasi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa serta perumahan
kepadatan sedang di Kota Surabaya. Dengan fungsi adanya kawasan
perdagangan dan jasa skala kota di wilayah tersebut, blok V menjadi salah
satu blok di wilayah perencanaan yang memiliki area dengan intensitas
kegiatan yang masif serta bercampur. Selain itu, intensitas kegiatan di area
tersebut juga didukung oleh sarana pelayanan umum.
4.1.3.7 Analisis Intensitas Pengembangan Ruang Blok VII
4.2 Analisis Sistem Penggunaan Lahan (Land Use)
4.2.1 Analisis Simpangan Antara Pola Ruang RTRW dan Kondisi Eksisting
Analisis simpangan merupakan analisis yang melihat kesesuaian antara
penggunaan lahan eksisting dengan arahan rencana pola ruang yang tercantum pada
RTRW Kota Surabaya 2014-2034. Analisis ini melihat kesesuai tersebut secara spasial
lalu menumpang tindihkan kedua layer tersebut sehingga menghasilkan area-area
yang masih belum sesuai dengan arahan yang telah ada.
Hasil analisis simpangan dari wilayah perencanaan Kecamatan Genteng
menggambarkan bahwa di wilayah tersebut masih terdapat beberapa area yang belum
sesuai dengan arahan yang terdapat di RTRW Kota Surabaya 2014-2034. Berdasarkan
295
hasil analisis, setidaknya sekitar 24,607 Ha atau sekitar 6,59% dari luas total wilayah
area di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng belum sesuai dengan arahan rencana
pola ruang yang telah diatur pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Surabaya 2014-2034.
296
Peta 4.2.1 Simpangan Penggunaan Lahan wilayah perencanaan
297
Berdasarkan perbandingan yang dilakukan dengan penggunaan lahan eksisting pada
hierarkir 3 dan arahan pola ruang orde 2, simpangan terbesar berada di arahan penggunaan
lahan perdagangan dan jasa sekitar 11,318 Ha atau sekitar 7,65% masih berupa eksisting.
Kawasan tersebut pada kondisi eksisting masih didominasi oleh perumahan kepadatan tinggi
sekitar 8,653 Ha. Penggunaan lahan kawasan peruntukan industri (KPI) tidak memiliki
simpangan atau 0 Ha, hal tersebut dapat disebabkan kawasan peruntukan industri sendiri
hanya memiliki luas yang kecil, yaitu sekitar 1,036 Ha. Hasil analisis menunjukan bahwa
wilayah perencanaan Kecamatan Genteng yang merupakan peruntukan kawasan perdagangan
jasa, tetapi dalam kondisi pada lapangan sejumlah area arahan perdagangan dan jasa di
Kecamatan Genteng masih belum dapat diimplementasikan.
298
SPU Skala Kecamatan
0,457
(SPU-2)
Perkantoran (KT) 8,997
Kawasan Perkantoran 9,322 Perlindungan Setempat 0,326 3,49%
0,326
(PS)
SPU Skala Kota (SPU-1) 17,539
SPU Skala Kecamatan
8,425
(SPU-2)
SPU Skala Kelurahan
Sarana Pelayanan 1,242
28,158 (SPU-3) 0,677 2,41%
Umum
Perlindungan Setempat
0,220
(PS)
Perumahan Kepadatan
0,458
Tinggi (R-2)
Jalur Hijau (RTH-8) 4,064
Pemakaman (RTH-7) 1,167
Taman Kecamatan
0,777
(RTH-3)
Taman Kota (RTH-2) 2,686
Taman RW (RTH-5) 0,027
Perdagangan dan Jasa
0,034
Skala Kota (K-1)
Jalur Hijau atau
12,498 Perdagangan dan Jasa 3,613 28,91%
Taman 0,192
Skala SWP (K-3)
Perlindungan Setempat
1,922
(PS)
Perumahan Kepadatan
0,080
Rendah (R-4)
Perumahan Kepadatan
0,150
Sedang (R-3)
Perumahan Kepadatan
0,068
Tinggi (R-2)
Kawasan Peruntukan Kawasan Peruntukan
1,036 1,036 0 0,00%
Industri Industri (KPI)
Pemakaman (RTH-7) 4,412
Makam 4,461 Perumahan Kepadatan 0,049 1,09%
0,049
Tinggi (R-2)
Total 373,603 24,607 6,59%
Persentase
Luas (Ha)
(%)
Sumber: Hasil Analisis, 2023
299
4.2.2.1 Proyeksi Penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan Kecamatan Genteng 2044
Analisis proyeksi merupakan prediksi pertumbuhan atau tren penggunaan lahan suatu
wilayah dalam waktu 20 tahun ke depan. Analisi ini berfungsi untuk menghitung
pertumbuhan dan memproyeksikan kebutuhan, baik lahan maupun yang lain dalam suatu
wilayah. Analisis proyeksi penggunaan lahan wilayah perencanaan Kecamatan Genteng
menggunakan bantuan tool LanduseSim dengan kebutuhan beberapa data seperti batas
wilayah, penggunaan lahan eksisting, data pertumbuhan penggunaan lahan dalam kurun
waktu 10 tahun ke belakang, driving factors atau faktor pendorong dan constraint.
Berdasarkan hasil proyeksi, wilayah perencanaan Kecamatan Genteng mengalami
perubahan penggunaan lahan dari tahun 2013-2044 yang tidak terlalu signifikan. Penggunaan
lahan perumahan kepadatan tinggi (R-2) mengalami penurunan luas, tetapi hanya -1,25 Ha.
Hal tersebut beriringan dengan analisis proyeksi penduduk pada tahun 2044 yang mengalami
penurunan dan menunjukan bahwa tren kawasan pemukiman atau bertempat tinggal di
wilayah perencanaan Kecamatan Genteng cenderung menurun. Kawasan perdagangan dan
jasa yang merupakan fungsi prioritas pada wilayah perencanaan mengalami kenaikan pada
semua skala pelayanannya. Kawasan perdagangan dan jasa skala wilayah perencanaan (K-2)
mengalami pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu sekitar 1,69 Ha disusul oleh perdagangan
dan jasa skala kota sekitar 1,46 Ha dan kawasan perdagangan dan jasa skala sub wilayah
perencanaan sekitar 0,40. Nilai pertumbuhan pada kawasan perdagangan dan jasa tersebut
membuktikan kecenderungan fungsi penggunaan lahan pada kecamatan Genteng merupakan
kawasan komersial. Selain itu, taman kota mengalami perubahan yang paling signifikan
diantara fungsi yang lain, yaitu sekitar mengalami peningkatan luas sekitar 2,15 ha dan
kawasan perlindungan setempat yang paling terdampak oleh perubahan penggunaan lahan di
tahun 2044, yaitu menurun sebesar -1,83 Ha.
300
Peta 4.2.2 Proyeksi Penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan 2024
301
Gambar 4.2.1 Diagram Perubahan penggunaan Lahan Wilayah Perencanaan Genteng
2013-2043
302
hasil perhitungan koefisien limpasan, maka akan diketahui besarnya ketersediaan air
di Kawasan Perkotaan Sapuran. Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan
metode koefisien limpasan berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah
hujan tahunan. Ketersediaan air dapat dihitung dengan rumus berikut:
C = Σ (ci x Ai)/ΣAi
SA = 10 x C x R x A
DA = N X KAHL
Keterangan :
● SA =Ketersediaan Air (m3/ tahun)
● KAHL=Kebutuhan Air untuk Hidup Layak 2 x 800 m3 air/kapita/tahun (di
mana 800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air untuk keperluan
domestic dan menghasilkan pangan serta nilai 2 merupakan faktor koreksi
untuk memperhitungkan kebutuhan hidup layak yang mencakup kebutuhan
pangan, domestic dan lainnya)
● C = Koefisien Limpasan Tertimbang
● Ai = Luas Penggunaan Lahan I (ha)
● R = Rata-Rata Aljabar Curah Hujan
● A = Luas Wilayah (ha)
● 10 = Faktor Konversi dari mm/ha menjadi m3
● DA = Total Kebutuhan Air (m3/ tahun) : 1.600 m3 air/kapita/tahun
● N = Jumlah Penduduk (Jiwa)
● Ci = Koefisien Limpasan Penggunaan Lahan i
303
Sebelum menghitung ketersediaan air, perlu dihitung koefisien limpasan. Koefisien
limpasan Perkotaan Genteng dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Koefisien
Koefisien Limpasan
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)
Limpasan (Ci) Tertimbang
(C)
304
Dari perhitungan di atas didapatkan bahwa nilai koefisien tertimbang (C) adalah sebagai
berikut :
C = Σ (ci x Ai)/ΣAi
= 212,676/373,035
= 0,570
Kemudian dari perhitungan koefisien limpasan tertimbang diperoleh ketersediaan air (SA) di
Kawasan Perkotaan Genteng:
SA = 10 x C x R x A
= 10 x 0,570 x 212,676 x 373,035
= 79.341,2917 m3/tahun
4.3 Analisis Kedudukan Dan Peran WP dalam Wilayah Yang Lebih Luas
4.3.1 Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sosial Budaya dan Demografi BWP Pada
Wilayah yang Lebih Luas
Pentingnya dan hubungan aspek demografis dalam lingkup wilayah yang lebih besar
dapat diamati melalui sumbangan jumlah penduduk di WP Genteng dan Tegalsari
terhadap Kota Surabaya. Jumlah penduduk di setiap kecamatan di Kota Surabaya
diuraikan sebagai berikut:
305
Tabel 4.3.1 Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 2022
Karangpilang 74.877
Jambangan 50.616
Gayungan 41.317
Wonocolo 75.442
Rungkut 123.965
Sukolilo 110.655
Mulyorejo 86.639
Gubeng 124.096
Wonokromo 145.038
Wiyung 71.725
Lakarsantri 59.710
Sambikerep 63.822
Tandes 87.606
Sukomanunggal 101.409
Sawahan 189.874
Tegalsari 92.079
Genteng 53.435
Tambaksari 215.457
Kenjeran 182.569
Bulak 44.564
306
Simokerto 87.280
Semampir 173.853
Bubutan 90.683
Krembangan 109.254
Asemrowo 45.651
Benowo 72.228
Pakal 61.753
Jumlah 2.887.223
Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka 2023
307
Gambar 4.3.1 Grafik Jumlah Penduduk Kota Surabaya Tahun 2022
Dari diagram tersebut, terlihat bahwa penyebaran penduduk di Kota Surabaya dapat
dianggap merata. Meskipun demikian, terdapat beberapa kecamatan yang memiliki
jumlah penduduk yang signifikan, seperti Tambaksari, Sawahan, Kenjeran, dan
Semampir. Wilayah Pembagian Genteng, jika dibandingkan dengan total jumlah
penduduk di Kota Surabaya, berada di peringkat ketujuh dalam hal kepadatan penduduk.
Sementara itu, aspek sosial dan budaya di wilayah perencanaan umumnya dipengaruhi
oleh faktor geografis, terutama karena lokasinya yang berada di daerah perkotaan. Pada
WP Genteng terdapat tiga kelompok masyarakat yaitu Kampung Plampitan, Kampung
Ketandan dan Kampung Peneleh. Kampung Peneleh merupakan salah satu kawasan kuno.
Warganya cukup partisipatif dalam mempertahankan dan memelihara kondisi lingkungan
tempat tinggal mereka sebagai kawasan cagar budaya.
4.3.2 Analisis Kependudukan dan Keterkaitan Ekonomi BWP Pada Wilayah yang Lebih Luas
Kota Surabaya tumbuh menjadi kota perdagangan dan jasa. Begitu pula dengan
Wilayah Perencanaan Kecamatan Genteng yang merupakan bagian dari Kawasan Kota Lama
Surabaya pada Unit Pengembangan VI Tunjungan (Kecamatan Genteng). Kawasan ini
merupakan kawasan yang pada era kolonial terdelienasi sebagai kawasan eropa, kawasan
arab dan kawasan cina. Dimana dengan adanya ciri khas kawasan tersebut bisa menarik
aktivitas perekonomian di sekitarnya berupa perdagangan jasa. Pada kawasan ini banyak
308
berkembang jenis pasar, pertokoan, serta pusat perbelanjaan, yang diantaranya seperti
minimarket, supermarket, dan mall.
Tenaga kerja tidak hanya berasal dari dalam wilayah perencanaan saja, melainkan
juga banyak yang berasal dari dalam hingga luar Kota Surabaya. Dengan berkembangnya
kegiatan perdagangan dan jasa, hotel, restoran di WP Genteng, pendapatan yang diperoleh
dapat turut memberikan kontribusi dalam meningkatkan PDRB Kota Surabaya. Sebagaimana
diketahui, berdasarkan data PDRB Kota Surabaya Tahun 2022 terhadap WP Genteng,
kontribusi terbesar berupa Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
sebesar 28,12%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian
di wilayah perencanaan sebagai salah satu daerah yang berkontribusi besar terhadap PDRB
Kota Surabaya.
4.3.3. Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sistem Prasarana Wilayah Perencanaan dengan
Wilayah yang Lebih Luas
Sistem prasarana yang ada di Wilayah Perencanaan Genteng memiliki hubungan
dengan tingkat yang lebih luas dalam penyediaannya. Berikut beberapa penjelasan mengenai
letak dan keterkaitan sistem infrastruktur di Wilayah Perencanaan Genteng dengan wilayah
yang lebih luas.
a. Listrik:
Sistem prasarana di Wilayah Perencanaan Genteng memiliki keterkaitan dengan
tingkat yang lebih luas, yaitu kecamatan di sekitarnya. Keterkaitan tersebut mencakup
letak geografis, fungsi, peran, dan pemanfaatan prasarana. Analisis kebutuhan listrik
menunjukkan penurunan dari 15.136 KWh pada 2023 menjadi 7.162 KWh pada 2044,
disebabkan penurunan jumlah penduduk. Rekomendasi mencakup analisis potensi dan
permasalahan, serta koordinasi dengan pemangku kepentingan untuk meningkatkan
sinergi dalam pembangunan prasarana di Wilayah Perencanaan Genteng dan
sekitarnya.
b. Telekomunikasi:
Sistem prasarana di Wilayah Perencanaan Genteng memiliki keterkaitan erat dengan
wilayah sekitarnya, terutama dalam penyediaan jaringan telekomunikasi. Hal ini
terlihat dari letak geografisnya di tengah Kota Surabaya, memudahkan pembangunan
infrastruktur dan layanan telekomunikasi. Pertumbuhan wilayah yang pesat, regulasi,
dan persyaratan teknis turut mempengaruhi. Keterkaitan ini memainkan peran penting
dalam pembangunan wilayah sekitarnya, meningkatkan keterhubungan, daya saing,
dan kualitas hidup masyarakat. Diperlukan analisis holistik yang mempertimbangkan
berbagai aspek, serta koordinasi dan evaluasi periodik untuk kebijakan dan strategi
pembangunan prasarana yang berkelanjutan.
c. Sumber Daya Air:
Sistem prasarana Wilayah Perencanaan Genteng memiliki kedudukan sebagai bagian
dari wilayah metropolitan Kota Surabaya. Keterkaitannya dengan wilayah lebih luas,
termasuk Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur, tercermin dalam aspek teknis,
ekonomi, dan sosial. Analisis kebutuhan air menunjukkan keterkaitan penting dengan
sistem prasarana air di wilayah sekitarnya, dengan proyeksi menunjukkan penurunan.
309
Rekomendasi melibatkan koordinasi, peningkatan kualitas prasarana air, efisiensi
penggunaan air, teknologi, dan partisipasi masyarakat untuk memastikan ketersediaan
air bersih yang efisien dan berkelanjutan di Wilayah Perencanaan Genteng.
d. Persampahan:
Sistem prasarana di Wilayah Perencanaan Genteng memiliki keterkaitan dengan
tingkat yang lebih luas, terutama dalam pengelolaan sampah. Proyeksi kebutuhan
persampahan hingga 2044 menunjukkan penurunan volume sampah, dipengaruhi oleh
kesadaran masyarakat, infrastruktur yang lebih baik, dan teknologi seperti PPST.
Kedudukan Wilayah Perencanaan Genteng sebagai bagian penting dari Kota Surabaya
menegaskan perannya dalam mendukung perekonomian dan pembangunan nasional.
Keterkaitan sistem prasarana terlihat dalam perluasan pengelolaan sampah yang
terintegrasi dengan Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur. Rekomendasi
melibatkan peningkatan kesadaran masyarakat, infrastruktur, dan penerapan teknologi
terkini untuk mendukung keberlanjutan lingkungan di tingkat yang lebih luas.
e. Air Limbah:
Sistem Prasarana Air Limbah pada Kecamatan Genteng memiliki sebuah kebutuhan
Septic Tank sekitar 800-an. Hal ini tapi tidak sesuai hal yang mana diharuskan
memiliki Septic Tank, adanya IPAL adalah hal yang perlu dibutuhkan karena
Kecamatan Genteng sendiri menjadi bagian sentral perdagangan dan jasa yang
semestinya jarang memiliki permukiman sederhana yang membutuhkan Septic Tank.
Berdasarkan RP2KPKP area termasuk zona tengah yang memiliki pembuangan
setempat daripada tersebar. Area Surabaya yang semestinya membutuhkan Septic
Tank adalah wilayah sampingan dari area Surabaya sendiri karena masih
menggunakan perumahan sederhana.
f. Drainase:
Data kebutuhan air bersih maksimum, debit air kotor per sektor, dan total debit air
kotor untuk setiap kelurahan di Kecamatan Genteng menjadi landasan krusial dalam
Analisis Kedudukan dan Keterkaitan Sistem Prasarana Wilayah Perencanaan dengan
Wilayah yang Lebih Luas. Informasi ini tidak hanya mendukung perencanaan
infrastruktur yang memadai untuk distribusi air bersih dan pengelolaan limbah di
setiap kelurahan, tetapi juga memberikan wawasan penting untuk pengelolaan
lingkungan dan pengembangan wilayah secara berkelanjutan, menjadikan dasar utama
dalam membangun sistem terintegrasi yang menghubungkan kebutuhan sumber daya
air dengan kondisi wilayah yang lebih luas di luar kecamatan tersebut.
310
C. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/Kota, paling sedikit
10% dari pajak dan retribusi daerah;
D. Alokasi dana Desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota, paling sedikit 10% dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus;
E. Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
F. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan
G. Lain-lain pendapatan Desa yang sah.
Terkait dengan pendanaan di Kawasan Perkotaan Sapuran, didapat dari sumber pendapatan
desa yang terdiri atas:
A. Pendapatan Asli Desa, yakni pendapatan yang berasal dari kewenangan Desa
berdasarkan hak asal usul dan kewenangan skala lokal Desa meliputi:
a. Hasil usaha desa;
b. Hasil pengelolaan kekayaan desa;
c. Hasil swadaya dan partisipasi;
d. Hasil gotong royong; dan
e. Lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
f. Hibah
g. Sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat, meliputi:
i. Hadiah, donasi, wakaf, dan atau lain-lain sumbangan, serta pemberian
sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak
penyumbang kepada Desa;
ii. Barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat
sebagai barang inventaris milik Desa sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
iii. Uang yang dicantumkan di dalam APBDes.
311
permukaan menjadi penting karena seringkali menjadi sumber air utama untuk keperluan
pertanian, industri, dan pemukiman.
Kedua jenis sumber daya air ini memiliki peran kritis dalam pemenuhan kebutuhan air
masyarakat. Perencanaan yang bijaksana dalam pengelolaan sumber daya air, termasuk upaya
pelestarian kualitas air dan pengaturan pemanfaatan yang berkelanjutan, diperlukan untuk
memastikan ketersediaan air yang memadai di masa depan. Oleh karena itu, pemahaman
mendalam tentang karakteristik, distribusi, dan perubahan potensi kedua sumber daya air ini
menjadi esensial dalam mengembangkan kebijakan air yang berkelanjutan dan berdaya
dukung tinggi.
Pada masa lalu, air tanah dianggap sebagai barang bebas yang dapat dimanfaatkan
tanpa batas dan belum memerlukan pengawasan pemanfaatan. Kondisi ini mencerminkan
sudut pandang masyarakat terhadap ketersediaan air tanah yang melimpah sebagai sumber
daya yang tidak terbatas. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin meningkatnya
tingkat pembangunan yang sejalan dengan pertumbuhan populasi, paradigma terhadap air
tanah telah berubah. Saat ini, air tanah telah menjadi barang ekonomis yang memiliki nilai
dan ketersediaannya tidak lagi tanpa batas. Perubahan ini terjadi karena peningkatan
intensitas pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan, seperti irigasi pertanian, industri,
dan pemukiman. Pembangunan yang pesat seringkali mengakibatkan penurunan tingkat air
tanah, merusak kualitas air, dan meningkatkan risiko kekurangan air. Oleh karena itu,
pengelolaan air tanah kini memerlukan pengawasan yang ketat untuk mencegah eksploitasi
berlebihan dan menjaga keberlanjutan sumber daya tersebut. Pentingnya pengawasan
pemanfaatan air tanah sebagai barang ekonomis menuntut adanya kebijakan yang dapat
mengatur distribusi dan akses, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti
pemerintah, masyarakat, dan sektor industri. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan
antara kebutuhan manusia dan pelestarian sumber daya air tanah yang krusial bagi
keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, pemahaman yang lebih holistik terhadap nilai
ekonomis dan dampak pemanfaatan air tanah menjadi esensial dalam merancang kebijakan
pengelolaan air yang berkelanjutan.
Mengingat kebutuhan air tanah yang semakin meningkat dan sumber air tanah yang
terbatas, maka diperlukan perhatian terhadap hal-hal berikut:
● Perlu dilakukan pengelolaan air tanah yang didasarkan pada keseimbangan dan
kelestarian air tanah itu sendiri atau dikenal dengan istilah “pemanfaatan air tanah
berwawasan lingkungan”
312
● Perlu dilakukan pengelolaan terhadap air permukaan sebagai sumber air utama lain
yang diprediksi akan sangat digantungkan penggunaannya akibat penurunan kuantitas
dan kualitas air tanah.
Sumber air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng dipengaruhi oleh
lokasinya yang berada pada DAS, yakni DAS Bengawan Solo. Berikut merupakan rincian
kondisi kuantitas dan kualitas mata air di Kawasan Perkotaan Genteng berdasarkan SKL
Ketersediaan Air.
313
Peta 4.4.1 Peta SKL Ketersediaan Air Kawasan Perencanaan
314
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan
air dan kemampuan penyediaan air pada masing‐masing tingkatan, guna pengembangan
kawasan. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kelerengan,
peta curah hujan, peta hidrogeologi, peta jenis tanah dan peta pola ruang eksisting dengan
keluaran peta SKL Ketersediaan Air dan penjelasannya. Berdasarkan peta diatas, Kawasan
Perkotaan genteng diketahui memiliki 2 klasifikasi ketersediaan air di seluruh wilayah
desa/kelurahan dengan didominasi oleh ketersediaan air tinggi hampir pada seluruh wilayah
dan ketersediaan air sedang yang berada pada sepanjang sisi timur kawasan perencanaan.
4.4.2 Analisis Sumber Daya Tanah
Jenis tanah di Kawasan Perkotaan Genteng tersusun atas tanah aluvial. Salah satu
faktor yang mempengaruhi Jenis tanah tersebut adalah kandungan mineral kekerasan batuan
yang bersifat keras dan tahan terhadap pelapukan cenderung menghasilkan sedimen yang
kasar dan berukuran besar. Kandungan mineral, beberapa mineral tertentu dalam batuan,
seperti kuarsa atau feldspar, dapat memberikan kontribusi terhadap kandungan mineral dalam
tanah aluvial. Karakteristik pecahan batuan, karakteristik pecahan bentuk dan ukuran pecahan
batuan yang tertransportasi oleh sungai akan mempengaruhi jenis tanah aluvial yang
terbentuk. Pecahan yang lebih kecil dapat membentuk tanah aluvial yang lebih halus.
Kemampuan pelapukan, susceptibility terhadap pelapukan batuan yang mudah mengalami
pelapukan akan lebih mudah menghasilkan sedimen yang mudah tererosi oleh air sungai,
yang kemudian dapat membentuk tanah aluvial. Sifat hidrologis batuan permeabilitas sifat
hidrologis batuan, seperti permeabilitas, akan mempengaruhi sejauh mana air dapat meresap
ke dalam tanah aluvial atau sebaliknya, membentuk pola drainase. jenis batuan jenis batuan
umum misalnya, batuan sedimen seperti batupasir dan batulempung dapat memberikan
kontribusi signifikan terhadap tanah aluvial dengan kandungan pasir atau lempung yang
tinggi.
Berdasarkan 118 klasifikasi tanah modifikasi 1978/1982 diperoleh jenis tanah di
Kawasan Perkotaan Genteng meliputi tanah aluvial, Tanah lain yang berkembang dari bahan
aluvium muda (resen), mempunyai susunan berlapis atau kadar C organik tidak teratur dan
yang tidak mempunyai horison diagnostik (kecuali tertimbun oleh ≥ 50 cm bahan baru) selain
horison A okrik, horison Hhistik, dengan tekstur lebih halus dari pasir berlempung pada
kedalaman antara 25- 100 cm dari permukaan tanah mineral. Macam tanah Aluvial yang
terdapat di Kawasan Perkotaan Sapuran adalah Aluvial Distrik. Membahas terkait sumber
daya tanah dan jenis tanah erat kaitannya terhadap SKL Drainase yang mana Tujuan analisis
315
SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mengalirkan
air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun meluas
dapat dihindari. Dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta
kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, peta kedalaman efektif
tanah, dan pola ruang eksisting dengan keluaran peta SKL untuk Drainase dan penjelasannya.
Karakteristik drainase tanah/tingkat kelulusan air pada jenis tanah di Kawasan
Perkotaan Sapuran didominasi oleh karakteristik drainase yang baik. Berikut tabel
karakteristik drainase tanah beserta nilai satuan kemampuan lahan dan persebaran jenis tanah
di Kawasan Perkotaan Genteng.
Tabel 4.4.1 Karakteristik drainase tanah beserta nilai satuan kemampuan lahan
1 Sangat Terhambat 1
2 Terhambat 2
3 Sedang 3
4 Baik 4
5 Sangat Baik 5
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007
1 Embong Kaliasin
2 Ketabang
3 Genteng
Alluvial Kurang/Terhambat 2
4 Peneleh
5 Kapasari
6 Kedungdoro
Sumber: Analisis Penulis
Karakteristik drainase tanah mempengaruhi tingkat kemampuan lahan, nilai SKL pada
tabel tersebut berdasarkan tingkat kelulusan air/drainase tanah. Drainase tanah yang buruk
atau tidak dapat meluluskan air diberi nilai rendah, dan semakin dapat meluluskan
air/drainase yang baik diberi nilai tinggi. Pada tabel diatas karakteristik drainase tanah di
316
Kawasan perkotaan Genteng memiliki drainase tanah Kurang/Terhambat dikarenakan
memang kawasan tersebut memiliki jenis tanah alluvial dan berada pada morfologi datar.
317
Peta 4.4.2 Peta SKL Drainase Kawasan Perencanaan
318
4.4.3 Analisis Topografi dan Kelerengan
Kawasan Perkotaan Genteng menunjukkan karakteristik morfologi yang beragam,
berkisar dari landai hingga bergelombang, dengan ketinggian mencapai 0-40 meter di atas
permukaan laut (mdpl). Salah satu aspek penting dari morfologi ini adalah kemiringan lereng
yang dapat ditemui di berbagai kawasan. Secara umum, kawasan ini memiliki kemiringan
lereng yang relatif seragam, berkisar antara 0-15 %. Analisis kemiringan lereng menjadi
faktor kunci dalam menentukan potensi pemanfaatan lahan di kawasan ini. Kelerengan datar
dan landai, yang dominan dalam wilayah ini, memberikan peluang yang baik untuk
dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya. Keberlanjutan lahan untuk pertanian dan kegiatan
budidaya lainnya di kawasan dengan kemiringan rendah ini lebih memungkinkan karena
mengurangi risiko erosi dan mempermudah aksesibilitas lahan. Namun, seiring dengan
meningkatnya kemiringan lereng, terutama pada kelerengan agak curam, potensi
pemanfaatan lahan untuk budidaya mulai dibatasi. Pada kelerengan yang lebih curam,
kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai lahan lindung. Hal ini mencerminkan kebijakan
yang mengarah pada pelestarian lingkungan dan pengelolaan risiko bencana. Keputusan ini
didukung oleh penilaian kelas kemiringan lereng dengan nilai satuan kemampuan lahan yang
mengidentifikasi batasan dan rekomendasi untuk pemanfaatan lahan di berbagai jenis
kemiringan. Dengan demikian, pemahaman mendalam tentang morfologi dan kemiringan
lereng Kawasan Perkotaan Genteng menjadi landasan penting dalam perencanaan
penggunaan lahan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap kondisi alamiah kawasan tersebut.
Tabel 4.4.3 Klasifikasi Kemiringan Lereng dengan Nilai Satuan Kemampuan Lahan
1 0-2% 5
2 2-15% 4
3 15-25% 3
4 25-40% 2
5 >40% 1
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007
Pada tabel tersebut, semakin miring lereng maka semakin rendah nilai satuan
kemampuan lahannya. karena kurang cocok untuk dikembangkan, dan semakin landai lereng
semakin tinggi nilai satuan kemampuan lahannya, karena semakin cocok untuk
dikembangkan secara umum. Adapun kemiringan lereng yang paling dominan atau tersebar
319
di seluruh Kawasan Perkotaan Genteng yaitu 0-2%. Berikut tabel persebaran kelerengan
beserta nilai satuan kemampuan lahan di Kawasan Perkotaan Genteng.
Tujuan analisis SKL Morfologi adalah memilah bentuk bentang alam/morfologi pada
wilayah dan/atau kawasan perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan
fungsinya. Dalam analisis SKL Morfologi melibatkan data masukan berupa peta morfologi
dan peta kelerengan dengan keluaran peta SKL Morfologi dengan penjelasannya. SKL
Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi
morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa
gunung, pegunungan, perbukitan, dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan
pengembangannnya sangat rendah sehingga sulit dikembangkan dan atau tidak layak
dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau
budi daya yang tak berkaitan dengan manusia, contohnya untuk wisata alam. Sedangkan
kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks.
320
Peta 4.4.3 Peta SKL Morfologi Kawasan Perencanaan
321
4.4.4 Analisis Geologi Lingkungan
Geologi lingkungan, sebagai cabang dari disiplin geologi, fokus pada studi keadaan
dan sifat fisik tanah serta batuan baik di permukaan maupun di bawah permukaan tanah.
Lebih dari itu, geologi lingkungan juga memperhatikan proses-proses geologi yang terjadi di
lingkungan tersebut, dengan penekanan pada hubungannya dengan perencanaan fisik
pengembangan wilayah dan upaya pengendalian lingkungan. Pada tahun 1998, Soetrisno S
mendefinisikan geologi lingkungan sebagai kajian yang penting dalam konteks pengelolaan
sumber daya alam dan pengembangan wilayah. Melalui analisis geologi lingkungan,
informasi penting dapat dihasilkan, terutama sehubungan dengan kualitas fisik tanah dan
batuan di suatu wilayah. Hasil analisis ini memberikan wawasan yang dapat dikembangkan
atau dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dan pengembangan wilayah. Sebaliknya,
informasi tersebut juga memberikan arahan tentang area yang perlu dilindungi atau dijaga
dari segi geologi. Dengan pemahaman mendalam tentang aspek geologi, pengambilan
keputusan terkait penggunaan lahan dan pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan
lebih tepat dan berkelanjutan. Pentingnya analisis geologi lingkungan dalam konteks
perencanaan fisik dan pengelolaan lingkungan membuka peluang untuk pemanfaatan sumber
daya alam secara berkelanjutan dan pemeliharaan keberlanjutan ekosistem. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang keadaan geologi suatu wilayah menjadi landasan esensial dalam
mengambil langkah-langkah strategis guna mencapai keseimbangan antara pembangunan dan
pelestarian lingkungan.
Kawasan Perkotaan Genteng tersusun atas formasi geologi yaitu Batuan Alluvium.
Formasi geologi diatas memiliki susunan litologi yang berbeda, berikut susunan litologi pada
tiap formasi geologi yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng:
● Pasir, fraksi pasir pada batuan alluvium dapat menjadi komponen utama. Pasir dapat
memiliki variasi ukuran butirannya, mulai dari halus hingga kasar, tergantung pada
sifat aliran air yang membawanya.
● Kerikil, batuan alluvium juga seringkali mengandung kerikil, yang merupakan
batuan atau mineral berukuran lebih besar daripada pasir. Kerikil ini dapat terdiri dari
berbagai jenis batuan, seperti batu sungai, batu granit, atau batu sedimen lainnya.
● Lempung, fraksi lempung pada batuan alluvium dapat memberikan kekentalan dan
karakteristik lain pada endapan tersebut. Lempung cenderung didepositokan di
daerah dengan kecepatan aliran air yang lebih rendah.
322
● Endapan Organik, batuan alluvium dapat mencakup endapan organik seperti serpih
atau bahan organik terdekomposisi. Ini bisa berasal dari tanaman, mikroorganisme,
atau material organik lain yang ikut terbawa oleh aliran air.
● Batu Sungai, batuan alluvium dapat mencakup batuan sungai yang telah mengalami
proses pelapukan dan diseret oleh air sungai. Batuan ini dapat memberikan
kontribusi pada litologi secara keseluruhan.
Jenis litologi dari formasi geologi yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng
didominasi oleh batuan alluvium. Berikut tabel kelas peta geologi berdasarkan kekerasan
batuan dan tabel sebaran formasi geologi beserta tingkat kekerasan batuan di Kawasan
Perkotaan Genteng.
Tabel 4.4.5 Kelas Kekerasan Batuan Geologi dengan Nilai Satuan Kemampuan Lahan
1 Sangat Rendah 1
2 Rendah 2
3 Sedang 3
4 Tinggi 4
5 Sangat Tinggi 5
Sumber: Permen PU No. 20/PRT/M/2007
Formasi
No Desa/Kelurahan Kekerasan Batuan Nilai SKL
Geologi
1 Embong Kaliasin
2 Ketabang
3 Genteng
Batuan
Rendah 2
4 Peneleh Alluvium
5 Kapasari
6 Kedungdoro
Sumber: Analisis Penulis
Tingkat kekerasan batuan pada tabel diatas diperoleh dari perhitungan tingkat
kekerasan formasi batuan dan tingkat kekerasan umur formasi batuan. Nilai SKL pada tabel
323
diatas berdasarkan tingkat kekerasan batuan, semakin tinggi nilai semakin keras batuan dan
tahan terhadap longsor. Batuan yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng didominasi oleh
batuan dengan tingkat kekerasan rendah. Kondisi geologi juga erat kaitannya dengan SKL
kestabilan lereng dan terhadap erosi yang mana kedua SKL tersebut dipengaruhi oleh kondisi
batuan dan jenis tanah.
Tujuan analisis SKL Terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah‐daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap
erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta
hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah hujan dan peta pola ruang eksisting dengan
keluaran peta SKL Terhadap Erosi dan penjelasannya. Erosi berarti mudah atau tidaknya
lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan
terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan
air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah.
324
Peta 4.4.4 Peta SKL Terhadap Erosi Kawasan Perencanaan
325
Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan
lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban. Dalam analisis ini membutuhkan
masukan berupa peta topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta
hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan bencana gunung berapi dan
kerentanan gerakan tanah) dan peta pola ruang eksisting, dengan keluaran peta SKL
Kestabilan Lereng dan penjelasannya. Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat
dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan
tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya
tidak stabil.
326
Peta 4.4.5 Peta SKL Kestabilan Lereng Kawasan Perencanaan
327
4.4.5 Analisis Klimatologi
Kondisi geografis Kawasan Perkotaan Genteng mempengaruhi kondisi iklim
setempat. Kawasan Perkotaan Genteng memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu
penghujan dan kemarau. Kelas curah hujan di Kawasan Perkotaan Genteng yaitu 1500
mm/tahun sehingga tergolong dalam curah hujan yang sedang hingga kurang. Berikut tabel
kelas curah hujan beserta skor kemampuan lahan.
Tabel 4.4.7 Kelas Curah Hujan dengan Nilai Satuan Kemampuan Lahan
2 500-1500 Kurang 2
3 1500-3000 Sedang 3
4 3000-4500 Tinggi 4
Semakin besar nilai curah hujan semakin besar juga nilai satuan kemampuan
lahannya. Nilai satuan kemampuan lahan yang semakin besar menunjukan potensi
kekeringan yang kecil. Nilai satuan kemampuan lahan terhadap curah hujan di Kawasan
Perkotaan Genteng cenderung kurang hingga sedang dengan nilai 2 dan 3. Untuk melihat
sebaran curah hujan dan skor kemampuan lahan di Kawasan Perkotaan Genteng dapat dilihat
pada tabel berikut.
Curah Hujan
No Desa/Kelurahan Keterangan Nilai SKL
(mm/tahun)
1 Embong Kaliasin
2 Ketabang
3 Genteng
1500 Kurang-Sedang 2-3
4 Peneleh
5 Kapasari
6 Kedungdoro
Sumber: Analisis Penulis
328
Membahas mengenai curah hujan juga erat kaitannya dengan SKL pembuangan
limbah dan bencana khususnya kekeringan, karena kedua SKL tersebut memerlukan variabel
curah hujan dalam proses analisisnya. Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah
untuk mengetahui mengetahui daerah‐ daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi
penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun cair. Dalam analisis
ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan, peta topografi, peta jenis
tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan dan peta pola ruang eksisting dengan keluaran peta
SKL Pembuangan Limbah dan penjelasannya. SKL pembuangan limbah adalah tingkatan
untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan.
Analisis ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi. Kedua peta ini penting, tapi
biasanya tidak ada data rinci yang tersedia. SKL pembuangan limbah kurang berarti wilayah
tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.
329
Peta 4.4.6 Peta SKL Pembuangan Limbah Kawasan Perencanaan
330
Selanjutnya tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui
tingkat kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi,
peta jenis tanah, peta tekstur tanah, peta curah hujan, peta bencana alam (rawan gunung
berapi dan kerentanan gerakan tanah) dan peta pola ruang eksisting dengan keluaran peta
SKL Terhadap Bencana Alam dan penjelasannya. Jadi, morfologi gunung dan perbukitan
dinilai tinggi ada peta rawan bencana gunung api dan longsor. Sedangkan lereng data yang
dialiri sungai dinilai tinggi pada rawan bencana banjir. Penentuan kelas pada rawan bencana
ini ada lima. Kelas 1 artinya rawan bencana alam dan kelas 5 artinya tidak/kurang rawan
bencana alam.
331
Peta 4.4.7 Peta SKL Terhadap Bencana Alam Kawasan Perencanaan
332
4.4.6 Analisis Sumber Daya Alam (Zona Lindung)
Keanekaragaman hayati menjadi bagian integral dari sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Ketersediaan dan potensi sumber daya alam hayati ini sangat beragam,
dipengaruhi oleh letak geografis suatu kawasan dan kondisi lingkungannya. Sumber daya
alam hayati mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari keanekaragaman flora dan fauna
hingga elemen-elemen bentang alam dan aspek sosial budaya masyarakat yang menghuni
kawasan tersebut. Ketika kita berbicara tentang sumber daya alam hayati, kita merujuk pada
kekayaan ekosistem dan organisme yang menjadi bagian dari lingkungan alam. Tumbuhan
dan hewan yang hidup di suatu kawasan menciptakan jaringan kehidupan yang kompleks,
memberikan manfaat ekologis, ekonomis, dan sosial. Bentang alam, termasuk topografi dan
karakteristik fisik lainnya, juga merupakan komponen yang tak terpisahkan dalam
pembentukan ekosistem dan mempengaruhi ketersediaan sumber daya alam hayati.
Pentingnya pengertian istilah sumber daya alam hayati tidak hanya mencakup aspek biologis
semata, tetapi juga mencakup aspek sosial budaya. Tradisi, pengetahuan lokal, dan praktik
kehidupan sehari-hari masyarakat setempat turut berkontribusi pada keragaman hayati suatu
kawasan. Selain itu, bentang alam dan keragaman hayati memberikan nilai estetika yang
memperkaya pengalaman manusia dan memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan
sosial. Melindungi dan mengelola sumber daya alam hayati menjadi tantangan yang
kompleks dan memerlukan pendekatan holistik. Penyelidikan lebih lanjut dan pemahaman
mendalam terhadap keanekaragaman hayati dalam konteks geografis dan budaya suatu
kawasan dapat membantu dalam pengembangan kebijakan yang berkelanjutan, yang
menggabungkan perlindungan lingkungan, keberlanjutan ekonomi, dan keadilan sosial.
Nilai-nilai yang terkandung dalam keanekaragaman hayati terdiri atas:
1. Nilai Ekologis
Setiap sumber daya alam merupakan unsur ekosistem alam. Sebagai misal,
suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai pelindung tata air dan kesuburan tanah.
Suatu jenis satwa dapat menjadi spesies kunci (key species) yang menjadi kunci
keseimbangan alam.
2. Nilai Komersial
Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak
kepada sumber daya alam hayati. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai
komersial yang sangat tinggi.
3. Nilai Sosial dan Budaya
333
Keanekaragaman hayati mempunyai nilai sosial dan budaya yang sangat
besar. Suku-suku pedalaman tidak dapat tinggal di perkotaan karena bagi mereka
tempat tinggal adalah hutan dan isinya. Sama halnya dengan suku-suku yang
tinggal dan menggantungkan hidup dari laut. Selain itu keanekaragaman hayati
suatu negara lain didunia. Konstribusi-konstribusi ini tentunya memberikan makna
sosial dan budaya yang tidak kecil.
4. Nilai Rekreasi
Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai untuk
menjernihkan pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang menikmatinya.
5. Nilai Penelitian dan Pendidikan
Alam sering kali menimbulkan gagasan-gagasan dan ide cemerlang bagi
manusia. Nilai ini akan memberikan dorongan untuk mengamati fenomena alam
dalam bentuk penelitian. Selain itu alam juga dapat menjadi media pendidikan ilmu
pengetahuan alam, maka sangat diperlukan bahan untuk penelitian maupun
penghayatan berbagai pengertian dan konsep suatu ilmu pengetahuan.
Kawasan Perkotaan Genteng memiliki beraneka ragam sumber daya alam yang
mengandung nilai-nilai seperti yang telah dijelaskan di atas. Sumber daya alam tersebut
meliputi :
1. Sumber Daya Air
Sumber daya air di Kawasan Perkotaan Genteng meliputi air permukaan dan
air tanah. Air Permukaan di Kawasan Perkotaan Genteng berupa air sungai yaitu
sungai Kalimas. Sumber air tanah yang terdapat di Kawasan Perkotaan Genteng
adalah berupa sumur-sumur galian yang dikelola oleh masing-masing rumah tangga.
Sumber air tanah tersebut memiliki akuifer produktif dan penyebaran yang luas.
Sedangkan, sumber air permukaan di Kawasan Perkotaan Genteng dipengaruhi oleh
lokasinya yang berada pada DAS Bengawan Solo.
2. Sumber Daya Lahan
Berdasarkan penggunaan lahan eksisting, Kecamatan Genteng mungkin
memiliki lahan yang digunakan untuk perkotaan, perumahan, perkantoran, dan
pusat bisnis. Pemanfaatan lahan ini dapat mencakup zona komersial, residensial,
dan fasilitas umum.
3. Sumber Daya Hutan
334
Adanya taman kota, ruang terbuka hijau, atau vegetasi di sekitar kecamatan
dapat memberikan keuntungan ekologis, rekreasi, dan peningkatan kualitas udara.
Stabilitas pondasi sebuah struktur dapat sangat dipengaruhi oleh sumber daya alam di
sekitarnya. Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta
jenis‐jenis pondasi yang sesuai untuk masing‐masing tingkatan. Dalam analisis ini
membutuhkan masukan berupa peta SKL kestabilan lereng, peta jenis tanah, peta kedalaman
efektif tanah, peta tekstur tanah, peta hidrogeologi dan peta pola ruang eksisting dengan
keluaran peta SKL Kestabilan Pondasi dan penjelasannya. Kestabilan pondasi artinya kondisi
lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun.
SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Kestabilan
pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau
untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil
untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil,
namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam.
Lahan yang dapat dikembangkan sebagai peruntukan pelabuhan adalah kestabilan pondasi
tinggi.
335
Peta 4.4.8 Peta SKL Kestabilan Pondasi Kawasan Perencanaan
336
4.4.7 Analisis Sumber Daya Alam dan Fisik Wilayah Lainnya (Zona Budidaya)
Rencana kawasan budidaya Kawasan Perkotaan Genteng didasarkan pada rencana
kawasan budidaya yang terdapat dalam Draft Revisi RTRW Kota Surabaya Tahun
2021-2041, mempertimbangkan kondisi eksisting pada saat ini dan berdasarkan Permen
ATR/BPN No. 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi,
dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten,
Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang. Adapun zona budidaya teridentifikasi adalah sebagai
berikut.
1. Zona Perkebunan Rakyat (KR)
2. Zona Pertanian (P), yang meliputi:
a. Tanaman Pangan (P-1)
b. Hortikultura (P-2)
c. Perkebunan (P-3)
d. Peternakan (P-4)
3. Zona Perikanan (IK), yakni berupa Perikanan Budi Daya (IK-2)
4. Zona Kawasan Peruntukkan Industri (KPI)
5. Zona Pariwisata (W)
6. Zona Perumahan (R), yang meliputi:
a. Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2)
b. Perumahan Kepadatan Sedang (R-3)
c. Perumahan Kepadatan Rendah (R-4)
7. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU), yang meliputi:
a. Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU-1)
b. Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU-2)
c. Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan (SPU-3)
d. Sarana Pelayanan Umum Skala RW (SPU-4)
8. Zona Terbuka Non Hijau (RTNH)
9. Zona Perdagangan dan Jasa (K)
a. Perdagangan dan Jasa Skala Kota (K-1)
b. Perdagangan dan Jasa Skala WP (K-2)
c. Perdagangan dan Jasa Skala SWP (K-3)
10. Zona Perkantoran (KT)
11. Zona Pengelolaan Persampahan (PP)
12. Zona Transportasi (TR)
337
13. Zona Pertahanan dan Keamanan (HK)
14. Zona Peruntukkan Lainnya (PL), yakni berupa Tempat Evakuasi Sementara
(PL-1)
15. Badan Jalan (BJ)
338
Peta 4.4.9 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan
339
4.4.8 Analisis Kemampuan Lahan
Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
untuk dikembangkan sebagai kawasan pengembangan, sebagai acuan bagi arahan‐arahan
kesesuaian lahan pada kawasan budidaya dan kawasan lindung di WP Genteng. Data‐data
yang dibutuhkan meliputi peta‐peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi
peta klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan, dan potensi
dan kendala fisik pengembangan lahan. Langkah pelaksanaan:
a. Analisis satuan‐satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan pada masing‐masing satuan kemampuan lahan.
b. Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing‐masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
c. Mengalikan nilai‐nilai tersebut dengan bobot dari masing‐masing satuan
kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan
kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan.
d. Melakukan superimpose semua satuan‐satuan kemampuan lahan, dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan‐satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah perencanaan.
e. Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas‐kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona‐zona kemampuan lahan dengan
nilai 1 ‐ 5 yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah
perencanaan dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan
untuk perencanaan ruang.
Satuan Kemampuan
No Bobot
Lahan (SKL)
1 SKL Morfologi 5
340
6 SKL Drainase 5
Berikut merupakan tabel dan peta hasil analisis kemampuan lahan untuk Wilayah
Perencanaan Genteng.
341
Peta 4.4.10 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan
342
4.5 Analisis Sosial Budaya
Pada Kecamatan Genteng terdapat dua kelompok masyarakat yaitu Kampung
Plampitan, Kampung Ketandan dan Kampung Peneleh. Kampung Peneleh merupakan salah
satu kawasan kuno. Warganya cukup partisipatif dalam mempertahankan dan memelihara
kondisi lingkungan tempat tinggal mereka sebagai kawasan cagar budaya. Memiliki
karakteristik khas warga kampung, yaitu rasa kebersamaan yang tinggi dan masih adanya
sifat gotong royong, sehingga menimbulkan partisipasi masyarakat yang tinggi dalam upaya
perbaikan kampung, misalnya dengan partisipasi dalam program PNPM Mandiri, Kompetisi
Green and Clean, dsb. Kampung Ketandan terletak di jalan Tunjungan yang merupakan
jantung Kota Surabaya, di Kampung Ketandan terdapat bangunan lawas yang merupakan
saksi sejarah kemerdekaan negara Indonesia. Selain bangunan lawas, di Kampung Ketandan
tumbuh dan berkembang budaya lokal yang masih dijaga dan dilestarikan oleh penduduk
setempat. Budaya lokal tersebut berupa kesenian daerah Tari Remo, Ludruk, Parikan, serta
budaya lokal lain berupa bahasa, sistem sosial, kebiasaan masyarakat setempat dan mata
pencaharian.
Terdapat berbagai organisasi masyarakat yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial,
budaya, dan keagamaan di Kecamatan Genteng. Beberapa di antaranya adalah Karang
Taruna, KPPD, LSM, dan sebagainya. Di Kecamatan Genteng, Surabaya, terdapat beberapa
tradisi dan budaya masyarakat yang masih dijaga dan dirayakan. Beberapa di antaranya
meliputi:
1) Grebeg Sudiro: Salah satu tradisi terkenal di Genteng adalah Grebeg Sudiro. Acara ini
biasanya digelar dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek atau Cap Go Meh. Selama
Grebeg Sudiro, masyarakat dan pengunjung dapat menyaksikan parade barongsai,
musik tradisional, dan berbagai pertunjukan seni lainnya. Ini merupakan perayaan
multikultural yang menarik, yang mencerminkan toleransi dan keragaman budaya di
kawasan ini.
2) Wayang Orang Genteng: Wayang orang merupakan salah satu seni pertunjukan
tradisional Jawa yang juga dijaga dan dilestarikan di Genteng. Pertunjukan wayang
orang di sini sering mengangkat cerita-cerita epik dari Mahabharata dan Ramayana.
Hal ini menjadi hiburan yang populer dan juga bagian dari budaya seni yang kaya di
daerah ini.
3) Perayaan Agama: Genteng juga memiliki berbagai perayaan agama, seperti perayaan
Hari Raya Idul Fitri, Natal, Waisak, dan perayaan Tahun Baru Imlek. Masyarakat
dengan berbagai latar belakang agama merayakan perayaan-perayaan ini dengan
penuh semangat dan kebersamaan.
4) Pertunjukan Seni dan Kesenian: Selain wayang orang, Genteng juga memiliki
berbagai kelompok seni dan kesenian tradisional yang aktif. Ada berbagai jenis
pertunjukan seperti tari tradisional, gamelan, dan teater yang sering mengisi
acara-acara budaya dan festival di wilayah ini.
343
Ketiga komponen tersebut akan menentukan jumlah dan struktur umur penduduk di masa
depan. Untuk menentukan masing-masing asumsi diperlukan data yang menggambarkan tren
di masa lampau hingga saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi tiap-tiap komponen, dan
hubungan antara satu komponen dengan yang lain, termasuk target yang diharapkan dicapai
pada masa mendatang.
Salah satu cara dalam teknik perhitungan jumlah penduduk adalah metode proyeksi.
Penggunaan metode proyeksi dikarenakan metode ini dianggap metode yang paling tepat dan
cukup akurat dalam perhitungannya. Ada beberapa macam cara proyeksi yaitu mathematical
method dan component method. Dalam mathematical method terdapat beberapa rumus yakni
Arithmetical Rate of Growth, Geometric Rate of Growth, dan Exponential Rate of Growth.
Dari ketiga rumus dapat dipergunakan untuk menghitung proyeksi penduduk lima tahun
kedepan di Kecamatan Genteng dan Kelurahan Kedungdoro wilayah perencanaan. Dalam
mathematical method dapat digunakan beberapa perumusan, antara lain:
● Arithmetical Rate of Growth
Pertumbuhan penduduk dengan jumlah sama setiap tahun.
Rumus : Pn = P0 (1+rn)
Keterangan:
Pn = Jumlah penduduk pada tahun n
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal
R = Angka pertumbuhan penduduk
N = Periode waktu dalam tahun
344
Setelah dilakukan perhitungan, ditemukan standar deviasi yang paling kecil dari
ketiga metode proyeksi yaitu Exponential Rate of Growth. Dengan menggunakan rumus
Exponential Rate of Growth, didapatkan angka proyeksi penduduk wilayah perencanaan
hingga tahun 2044 kedepan sebagai berikut:
Tabel 4.6.1 Proyeksi Jumlah Penduduk Wilayah Perencanaan Tahun 2024-2044
PROYEKSI JUMMLAH PENDUDUK
Kelurahan
2024 2029 2034 2039 2044
Embong Kaliasin 11,429 10,270 9,228 8,293 7,452
Ketabang 6,936 6,045 5,269 4,592 4,002
Genteng 7,916 6,882 5,983 5,201 4,521
Peneleh 13,597 12,248 11,033 9,938 8,952
Kapasari 15,833 13,661 11,786 10,169 8,774
Kedungdoro 15,226 14,357 13,537 12,763 12,034
Jumlah 70,937 63,462 56,835 50,956 45,736
Sumber : Analisis Penulis, 2023
345
2044 mencapai 45.736 jiwa di wilayah perencanaan. Hal ini menunjukkan bahwa migrasi
pindah lebih tinggi dibandingkan dengan migrasi yang masuk ke wilayah perencanaan. Selain
itu berdampak juga dengan peruntukan wilayah perencanaan yang dijadikan perdagangan dan
jasa sehingga tidak ada penduduk yang menetap.
346
Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan bahwa seluruh kelurahan di wilayah
perencanaan memiliki kepadatan penduduk menurun hingga tahun 2050. Hal ini dibuktikan
dari luas wilayah sebesar 3.7 km2 dihuni oleh penduduk yang sebesar 45.118 jiwa sehingga
didapatkan angka rata-rata kepadatan penduduk sebesar 12.194 jiwa/Ha pada tahun 2044.
Penting untuk memahami bahwa penurunan kepadatan penduduk tidak hanya dipengaruhi
oleh jumlah penduduk yang berkurang, tetapi juga oleh luas wilayah kecamatan. Jika
kepadatan penduduk menurun, ini bisa mengindikasikan bahwa wilayah tersebut memiliki
pertumbuhan penduduk yang lebih lambat atau adanya redistribusi penduduk ke wilayah lain.
Pada tingkat praktis, penurunan kepadatan penduduk dapat memiliki implikasi pada
infrastruktur, layanan publik, dan ekonomi lokal. Misalnya, dapat mendorong perubahan
dalam kebijakan pengembangan wilayah dan perencanaan kota.
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.6.3 Sex Ratio Wilayah Perencanaan Tahun 2022
347
Gambar 4.6.3 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, pada tahun 2022 wilayah perencanaan
memiliki rata-rata sex ratio sebesar 96.16 yang berarti setiap 100 penduduk
perempuan terdapat kurang lebih 96 penduduk laki-laki. Sex ratio yang mendekati
100 (1:1) menunjukkan keseimbangan relatif antara jumlah laki-laki dan perempuan.
Dengan angka 96.16, terlihat ada kecenderungan sedikit lebih banyak perempuan
dibandingkan laki-laki. Pada proyeksi jumlah penduduk wilayah perencanaan juga
terlihat bahwa jumlah penduduk mengalami penurunan.
b. Umur
Tabel 4.6.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur Wilayah Perencanaan Tahun
2024-2044
Umur 2024 2029 2034 2039 2044
0-4 Tahun 3702 3187 2745 2366 2040
5-9 Tahun 5341 5539 5774 6046 6355
10-14 Tahun 5808 6256 6749 7289 7883
15-19 Tahun 5199 4836 4510 4215 3948
20-24 Tahun 5193 5063 4936 4812 4692
25-29 Tahun 5138 5183 5236 5296 5362
30-34 Tahun 4032 3087 2364 1810 1386
35-39 Tahun 5038 4219 3544 2985 2521
40-44 Tahun 5046 4506 4031 3612 3242
45-49 Tahun 4648 3940 3344 2841 2417
348
50-54 Tahun 4103 3331 2715 2220 1821
55-59 Tahun 3610 2963 2439 2013 1665
60-64 Tahun 3040 2519 2094 1746 1459
65-69 Tahun 2411 2090 1815 1579 1376
70-74 Tahun 1508 1334 1189 1065 959
>75 Tahun 1370 777 450 264 156
Sumber : Analisis Penulis, 2023
349
Gambar 4.6.4 Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Umur Tahun 2044
350
Gambar 4.6.5 Piramida Penduduk Kecamatan Genteng Tahun 2022
c. Agama
Tabel 4.6.5 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Agama Wilayah Perencanaan
2024
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 10730 724 327 153 4 5
Ketabang 4163 1571 751 491 5 4
Genteng 6257 1113 326 347 6 0
351
Peneleh 10093 2076 888 598 59 16
Kapasari 16435 2028 608 625 8 15
Kedungdoro 13222 1056 356 117 7 6
Jumlah 60899 8568 3257 2329 89 45
2029
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 11729 337 254 67 0 8
Ketabang 3384 1618 686 574 1 4
Genteng 6217 673 259 293 2 0
Peneleh 10023 1613 798 376 18 13
Kapasari 25395 2869 549 799 9 18
Kedungdoro 11694 812 321 77 4 2
Jumlah 68443 7920 2868 2186 35 45
2034
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 12822 157 198 29 0 13
Ketabang 2752 1665 627 672 0 4
Genteng 6178 407 206 247 1 0
Peneleh 9954 1253 717 236 6 10
Kapasari 39240 4058 496 1022 10 22
Kedungdoro 10343 624 290 51 2 1
Jumlah 81288 8164 2533 2258 19 50
2039
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 14017 73 154 13 0 20
Ketabang 2237 1715 573 786 0 4
Genteng 6139 246 164 209 0 0
Peneleh 9885 973 644 148 2 9
Kapasari 60634 5741 447 1307 11 26
Kedungdoro 9147 479 261 34 1 0
Jumlah 102058 9227 2243 2498 14 59
2044
KELURAHAN
Islam Kristen Katolik Buddha Hindu Konghucu
Embong Kaliasin 15323 34 120 6 0 33
Ketabang 1819 1765 524 920 0 4
Genteng 6100 149 130 176 0 0
Peneleh 9816 756 579 93 1 7
352
Kapasari 93691 8121 404 1672 12 32
Kedungdoro 8090 368 236 23 1 0
Jumlah 134839 11194 1991 2890 14 76
Sumber : Analisis Penulis, 2023
Dari analisis yang telah dilakukan bahwa terjadi peningkatan dan penurunan
jumlah penduduk menurut agama. Untuk jumlah penduduk yang mengalami
peningkatan adalah agama Islam, Kristen, Buddha, Konghucu. Dan yang mengalami
penurunan adalah agama Katholik dan Hindu. Jika proyeksi penduduk menunjukkan
penurunan jumlah penganut agama Katolik dan Hindu, ini bisa menunjukkan adanya
penurunan dalam komunitas Katolik dan Hindu di wilayah tersebut. Faktor seperti
tingkat kelahiran yang rendah, migrasi keluar, atau perubahan agama dapat
memainkan peran dalam penurunan ini.
Kelahiran
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ketabang 68 97 165
Genteng 55 65 120
353
Tabel 4.6.7 Angka Kematian Wilayah Perencanaan Tahun 2021
Kematian
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ketabang 76 53 129
Genteng 74 64 138
Angka kelahiran dan kematian di WP Genteng pada tahun 2021 yang mencapai 1.763
kelahiran dan 1.278 kematian mencerminkan dinamika demografi di wilayah tersebut.
Tingginya angka kelahiran dapat mengindikasikan pertumbuhan populasi yang relatif cepat.
Faktor-faktor seperti peningkatan kesejahteraan, perbaikan akses terhadap pelayanan
kesehatan, dan perkembangan infrastruktur mungkin berkontribusi pada meningkatnya
jumlah kelahiran.
Sementara itu, angka kematian sebesar 1.278 menunjukkan adanya sejumlah individu yang
meninggal dalam periode tersebut. Faktor-faktor seperti kualitas layanan kesehatan, kondisi
lingkungan, dan gaya hidup masyarakat dapat mempengaruhi angka kematian. Pemantauan
dan analisis lebih lanjut terhadap penyebab kematian dapat memberikan wawasan tambahan
tentang tantangan kesehatan yang mungkin dihadapi oleh komunitas di WP Genteng.
Kombinasi antara tingginya angka kelahiran dan relatif rendahnya angka kematian bisa
menciptakan pertumbuhan populasi yang signifikan jika tidak diimbangi dengan faktor-faktor
seperti migrasi. Ini dapat memiliki dampak pada struktur demografi, perekonomian, dan
kebutuhan layanan dasar di wilayah tersebut. Oleh karena itu, data ini penting untuk
perencanaan pembangunan dan kebijakan populasi di WP Genteng.
● Migrasi
354
Tabel 4.6.8 Jumlah Penduduk Datang Kecamatan Genteng Tahun 2021
Penduduk Pindah
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ketabang 30 47 77
Genteng 30 48 78
Peneleh 81 71 152
Kapasari 85 96 181
Penduduk Datang
Kelurahan Jumlah
Laki-laki Perempuan
Ketabang 43 55 98
Genteng 28 29 57
Peneleh 66 68 134
Kapasari 81 64 145
Kedungdoro 76 83 159
355
4.7 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
4.7.1 Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
Setelah pelaksanaan otonomi daerah, setiap daerah harus mampu mengidentifikasi
potensi, peluang, dan masalah ekonominya. Sayangnya, banyak daerah masih kesulitan untuk
melakukannya, meskipun pengetahuan tentang potensi, peluang, dan masalah ekonomi suatu
daerah sangat penting untuk mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara
efektif dan efisien. Salah satu bentuknya adalah melalui pengetahuan terkait sektor unggulan
yang memiliki ciri-ciri menurut Sambodo (dalam de fretes, 2017) sebagai berikut:
Analisis Location Quotient (LQ) dan Analisis Shift Share adalah dua contoh
pendekatan kuantitatif yang dapat digunakan untuk menentukan potensi, peluang, dan
masalah perekonomian suatu wilayah.
A. Analisis Location Quotient (LQ)
Untuk menilai struktur ekonomi unggulan, metode perhitungan Location
Quotient, juga dikenal sebagai LQ, digunakan. LQ merupakan perbandingan antara
peran sektor ekonomi di suatu daerah terhadap peran sektor ekonomi yang sama di
seluruh negeri atau terhadap daerah dengan cakupan administratif yang lebih besar
(Tarigan, 2014). LQ statis (LQS) dan LQ dinamis (LQD) adalah dua kategori LQ.
356
metode LQ yang bersifat statis, yang hanya memberikan gambaran pada titik
tertentu. LQD juga dimaksudkan untuk menyempurnakan LQ untuk
mengidentifikasi reposisi atau perubahan sektor.
Untuk keduanya, data dasar yang digunakan adalah PDRB ADHK tahun
2018–2022. Sama seperti analisis struktur ekonomi dari tahun ke tahun dan laju
pertumbuhan ekonomi yang telah dilakukan sebelumnya, nilai PDRB ADHK tersebut
dipilih karena dapat menunjukkan perbandingan dengan dasar yang konstan untuk
mengurangi bias perhitungan. Berikut adalah rumus untuk menghitung LQS dan
LQD:
Keterangan: Keterangan:
Kriteria: Kriteria:
● Jika LQS > 1 maka lapangan ● Jika LQD > 1 maka potensi perkembangan
usaha merupakan lapangan usaha lapangan usaha di Kota Surabaya lebih cepat
basis, artinya lapangan usaha di dibandingkan dengan lapangan usaha di
Kota Surabaya memiliki tingkat Provinsi Jawa Timur.
spesialisasi lebih tinggi ● Jika LQD = 1 maka potensi perkembangan
dibandingkan Provinsi Jawa lapangan usaha di Kota Surabaya sama
Timur sehingga dapat melakukan dengan lapangan usaha di Provinsi Jawa
kegiatan ekspor ke daerah Timur.
357
lainnya. Lapangan usaha basis ● Jika LQD < 1 maka lapangan usaha di Kota
juga dapat memberikan efek Surabaya lebih lambat dibandingkan dengan
multiplier bagi lapangan usaha lapangan usaha di Provinsi Jawa Timur.
lainnya.
● Jika LQS = 1 maka tingkat
spesialisasi Kota Surabaya sama
dengan Provinsi Jawa Timur
sehingga terjadi self-sufficient
atau daerah memenuhi
kebutuhannya sendiri dan tidak
melakukan ekspor dan impor.
● Jika LQS < 1 maka lapangan
usaha merupakan lapangan usaha
non-basis, artinya lapangan usaha
di Kota Surabaya memiliki
tingkat spesialisasi leih rendah
dibandingkan Provinsi Jawa
Timur sehingga harus melakukan
kegiatan impor dari daerah
lainnya.
Berdasarkan pada rumus dan ketentuan perhitungan tersebut, pada PDRB ADHK
Kota Surabaya tahun 2018-2022 diperoleh hasil perhitungan seperti pada tabel berikut:
358
C Industri 0,634 0,622 0,645 0,643 0,638 Non Basis,
Pengolahan mengimpor
359
O Administrasi 0,562 0,559 0,562 0,556 0,549 Non Basis,
Pemerintahan, mengimpor
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib
R,S,T,U Jasa lainnya 0,997 0,988 0,985 0,950 0,947 Non Basis,
mengimpor
360
Tabel 4.7.2 Hasil Perhitungan LQ Dinamis Kota Surabaya Tahun 2018-2022
Lapangan Nilai LQ Dinamis
Kategori Kesimpulan
Usaha 2018 2019 2020 2021
361
H Transportasi 0,919 0,861 1,038 1,175 Lebih cepat
dan dari Provinsi
Pergudangan
362
Sehubungan dengan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan data PDRB
ADHK Kota Surabaya tahun 2018–2022, terdapat lapangan usaha basis dan nonbasis, serta
lapangan usaha yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari provinsi. Selain itu, tidak
ada lapangan usaha yang mencapai tingkat kemandirian atau setara dengan provinsi.
Dari 17 lapangan usaha, terdapat 11 lapangan usaha basis dan 6 nonbasis. Sedangkan,
dari sisi potensi perkembangan lapangan usaha, terdapat 5 lapangan usaha dengan kelajuan
pertumbuhan lebih cepat dari provinsi dan 12 lapangan usaha dengan kelajuan pertumbuhan
lebih lambat dari provinsi. Dari seluruhnya, terdapat 4 lapangan usaha yang merupakan
lapangan usaha basis dengan kelajuan lebih tinggi dari provinsi, yaitu lapangan usaha (1)
Transportasi dan Pergudangan, (2) Informasi dan Komunikasi, (3) Jasa Keuangan dan
Asuransi, dan (4) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Apabila ditipologikan untuk analisis
LQ, keempat lapangan usaha tersebut dapat dikategorikan sebagai lapangan usaha unggulan
Kota Surabaya.
Sebaliknya, terdapat terdapat 5 lapangan usaha yang sekaligus merupakan non-basis
dengan pertumbuhan lebih lambat dari provinsi, yaitu (1) Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan (5) Jasa lainnya. Kelimanya apabila
ditipologikan untuk analisis LQ dapat dikategorikan sebagai lapangan usaha terbelakang Kota
Surabaya.
363
Kemudian, diasumsikan KPN tidak dihitung sehingga rumus
tersebut berubah menjadi berikut:
Keterangan:
PE : Pertumbuhan Ekonomi
PEB : Pertumbuhan Ekonomi Bersih (shift-share)
𝑌𝑡 : PDRB Provinsi Jawa Timur akhir tahun analisis
𝑌0 : PDRB Provinsi Jawa Timur awal tahun analisis
𝑌𝑖𝑡 : PDRB Provinsi Jawa Timur sektor i akhir tahun analisis
𝑌𝑖0 : PDRB Provinsi Jawa Timur sektor i awal tahun analisis
𝑦𝑖𝑡 ` : PDRB Kota Surabaya sektor i akhir tahun analisis
𝑦𝑖0 : PDRB Kota Surabaya sektor i awal tahun analisis
Kriteria :
● KPP < 0 artinya lapangan usaha di Kota Suwabaya memiliki
pertumbuhan lambat.
● KPPW ≥ 0 artinya lapangan usaha i di Kota Surabaya
mempunyai daya saing yang tinggi dibandingkan dengan
lapangan usaha i di wilayah lainnya di Provinsi Jawa Timur.
● KPPW < 0 artinya lapangan usaha i di Kota Surabaya
mempunyai daya saing yang rendah dibandingkan dengan
lapangan usaha i di wilayah lainnya di Provinsi Jawa Timur.
● Shift-share ≥ 0 artinya lapangan usaha memiliki pertumbuhan
atau mengalami pergeseran progresif.
364
● Shift-share < 0 artinya lapangan usaha merupakan sektor yang
mengalami kemunduran dan lambat laun tertinggal.
365
Tabel 4.7.3 Hasil Perhitungan Shift-Share Kota Surabaya Tahun 2018-2022
A Pertanian, Kehutanan, 1,060 1,12 0,986 -0,064 Pertumbuhan -0,074 Daya Saing -0,138 Pergeseran Tidak
dan Perikanan
Lambat Rendah Progresif
B Pertambangan dan 0,870 0,920 0,870 Pertumbuhan 0,050 Daya Saing 0,920 Pergeseran Progresif
Penggalian
Cepat Tinggi
C Industri Pengolahan 1,149 1,153 1,149 Pertumbuhan 0,004 Daya Saing 1,153 Pergeseran Progresif
Cepat Tinggi
D Pengadaan Listrik dan 1,126 1,075 1,126 Pertumbuhan -0,051 Daya Saing 1,075 Pergeseran Progresif
Gas
Cepat Rendah
E Pengadaan Air, 1,188 1,166 1,188 Pertumbuhan -0,022 Daya Saing 1,166 Pergeseran Progresif
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Cepat Rendah
Ulang
F Konstruksi 1,116 1,108 1,116 Pertumbuhan -0,008 Daya Saing 1,108 Pergeseran Progresif
Cepat Rendah
G Perdagangan Besar 1,150 1,112 1,150 Pertumbuhan -0,038 Daya Saing 1,112 Pergeseran Progresif
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Cepat Rendah
Motor
366
H Transportasi dan 1,139 1,191 1,139 Pertumbuhan 0,052 Daya Saing 1,191 Pergeseran Progresif
Pergudangan
Cepat Tinggi
I Penyediaan 1,105 1,063 1,105 Pertumbuhan -0,042 Daya Saing 1,063 Pergeseran Progresif
Akomodasi dan
Makan Minum
Cepat Rendah
J Informasi dan 1,317 1,260 1,317 Pertumbuhan -0,058 Daya Saing 1,260 Pergeseran Progresif
Komunikasi
Cepat Rendah
K Jasa Keuangan dan 1,081 1,060 1,081 Pertumbuhan -0,021 Daya Saing 1,060 Pergeseran Progresif
Asuransi
Cepat Rendah
L Real Estat 1,179 1,144 1,179 Pertumbuhan -0,034 Daya Saing 1,144 Pergeseran Progresif
Cepat Rendah
M,N Jasa Perusahaan 1,065 1,070 1,065 Pertumbuhan 0,005 Daya Saing 1,070 Pergeseran Progresif
Cepat Tinggi
O Administrasi 1,039 1,013 1,039 Pertumbuhan -0,026 Daya Saing 1,013 Pergeseran Progresif
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Cepat Rendah
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 1,135 1,103 1,135 Pertumbuhan -0,032 Daya Saing 1,103 Pergeseran Progresif
Cepat Rendah
Q Jasa Kesehatan dan 1,253 1,251 1,253 Pertumbuhan -0,002 Daya Saing 1,251 Pergeseran Progresif
Kegiatan Sosial
Cepat Rendah
367
R,S,T,U Jasa lainnya 1,089 1,032 1,089 Pertumbuhan -0,057 Daya Saing 1,032 Pergeseran Progresif
Cepat Rendah
368
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 16
lapangan usaha yang memiliki nilai shift-share lebih dari atau sama
dengan nol, artinya lapangan-lapangan usaha tersebut bersifat progresif
atau bergerak maju. Pada dasarnya, semakin besar nilai KPP atau
pertumbuhan proporsional lapangan usaha, serta semakin besar nilai
KPPW atau pertumbuhan pangsa wilayah yang menunjukkan adanya
daya saing, maka semakin besar pula kemungkinan nilai shift-share
menjadi positif, sebab shift-share merupakan hasil penjumlahan
keduanya.
Dengan begitu dapat diartikan pula bahwa 16 lapangan usaha
yang memiliki nilai shift-share lebih dari atau sama dengan nol
dimungkinkan merupakan lapangan usaha yang paling memiliki
pertumbuhan dengan kecenderungan lebih cepat serta berdaya saing
lebih besar. Atau setidaknya, apabila pertumbuhannya lambat maka
daya saingnya sangat unggul sehingga dapat mendorong hasil
keduanya, dan sebaliknya. Rincian 16 lapangan usaha tersebut, yaitu:
369
● Jasa lainnya
Berdasarkan standar tersebut maka diperoleh hasil Tipologi Klassen sebagai berikut:
370
● Pengadaan Listrik dan Gas ● Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
● Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, ● Pertambangan dan Penggalian
Limbah dan Daur Ulang ● Industri Pengolahan
● Konstruksi ● Administrasi Pemerintahan,
● Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Mobil dan Sepeda Motor ● Jasa lainnya
● Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
● Real Estat
● Jasa Perusahaan
● Jasa Pendidikan
Kelompok
Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur
371
45-49 TH 2,094 2,151 4,245
50-54 TH 1,842 1,999 3,841
55-59 TH 1,609 1,765 3,374
60-64 TH 1,331 1,514 2,845
Sumber: Kecamatan Genteng dalam Angka 2022
Tabel 4.7.7 Angka Tenaga Kerja Per Kelurahan Kecamatan Genteng tahun 2022
Kelurah 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
an Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu Tahu
n n n n n n n n n n
Embong
1,001 908 878 776 991 960 886 782 654 540
Kaliasin
Ketaban
524 515 489 440 540 590 566 508 411 387
g
Genteng 623 625 613 562 636 636 593 579 516 445
Peneleh 1,056 1,027 1,029 999 1,143 992 981 914 843 725
Kapasari 1,313 1,296 1,258 1,141 1,345 1,279 1,219 1,058 950 748
Jumlah 4,517 4,371 4,267 3,918 4,655 4,457 4245 3,841 3,374 2,845
Sumber: Kecamatan Genteng dalam Angka 2022
Dari informasi tenaga kerja yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan
Genteng memiliki jumlah tenaga kerja yang signifikan. Namun, mayoritas dari kelompok
usia produktif, khususnya usia 15-19 tahun, masih berstatus sebagai pelajar dan tidak bekerja.
372
pun memiliki ragam kegiatan dengan skala pelayanan yang berbeda. Adapun ragam kegiatan
yang berkembang di wilayah perencanaan Kecamatan Genteng sebagai berikut.
Perkantoran
Peribadatan
Pendidikan
373
4.8.2 Analisis Sistem Jaringan
Analisis sistem jaringan seharusnya sesuai dengan sistem kegiatan terbentuk di suatu
wilayah. Ketersediaan sistem jaringan mempengaruhi berlangsung atau tidaknya sebuah
sistem kegiatan. Sistem jaringan memiliki posisi penting dalam pelayanan transportasi dan
menjadi prasyarat untuk terjadinya suatu sistem pergerakan. Dengan penekanan bahwa sistem
kegiatan tidak dapat menghasilkan suatu pergerakan tanpa adanya sistem jaringan itu sendiri.
Sebagai upaya pembentukan sistem pelayanan transportasi, maka perlu telaah lebih lanjut
terkait sarana dan prasarana pendukung kegiatan serta pergerakan yang keseluruhannya dapat
dilakukan dengan analisis sistem jaringan. Analisis sistem jaringan jalan meliputi kajian
terhadap jaringan jalan yang meliputi pola jaringan jalan, sistem jaringan, fungsi, dan dimensi
jalan, volume lalu lintas, kapasitas jalan, derajat kejenuhan, tingkat pelayanan jalan, serta
optimalisasi ruas jalan. Analisis Pola jaringan jalan berhubungan dengan morfologi sebuah.
Analisis terhadap sistem jaringan, fungsi, dan dimensi jalan dalam hal ini dilakukan untuk
mengukur kesesuaian jalan berdasarkan standar yang ditetapkan kemudian menentukan
analisis untuk volume lalu lintas dengan melihat banyaknya kendaraan. Untuk analisis
kapasitas jalan, secara definitif merupakan arus lalu lintas maksimum dalam satuan skr/jam
(smp) yang dapat derajat kejenuhan berkaitan dengan ukuran utama yang digunakan untuk
menentukan tingkat kinerja segmen jalan. Setelah mendapatkan hasil dari volume lalu lintas,
kapasitas jalan, dan derajat kejenuhan secara berurutan maka didapatkan hasil dari analisis
level of service (LoS) atau tingkat pelayanan jalan dan selanjutnya menganalisis optimalisasi
ruas jalan. Mengenai sistem jaringan yang dapat dilihat dari jaringan jalan, maka dapat
dijabarkan sistem jaringan jalan di Kecamatan Genteng antara lain sebagai berikut.
374
Gambar 4.8.1 Ilustrasi Pola Jaringan Jalan di Kecamatan Genteng
375
b. Sistem Jaringan, Fungsi, dan dimensi Jalan
Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan yang terdiri dari sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang saling terhubung
dalam suatu hierarki, sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah
No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan. Fungsi jalan, yang mencakup jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan, merupakan kegunaan atau
manfaat dari jalan, sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Undang - Undang No. 38
Tahun 2004 Tentang Jalan.
Sementara itu, dimensi atau geometri jalan, yang dijelaskan oleh
Ruslam dan Idham (2020), mencakup aspek seperti penampang melintang,
penampang memanjang, dan elemen fisik lainnya yang terkait dengan bentuk
jalan. Konsep geometri jalan juga melibatkan ruang pemanfaatan jalan
(Rumaja), ruang milik jalan (Rumija), dan ruang pengawasan jalan (Ruwasja),
sesuai dengan Pasal 34, 39, dan 44 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan. Standar minimum untuk sistem jaringan, fungsi, dan dimensi
jalan dapat ditemukan dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan.
Tabel 4.8.2 Standar Minimum Sistem Jaringan, Fungsi, dan Dimensi Jalan
1 Arteri Primer 11 60
2 Arteri Sekunder 11 30
3 Kolektor Primer 9 40
4 Kolektor Sekunder 9 20
Tabel 4.8.3 Sampel Kesesuaian Sistem Jaringan,Fungsi, dan Dimensi Jalan dengan Standar
Minimum Kecamatan Genteng 2023
376
dan Fungsi Jalan Lebar Badan Jalan
Jalan (m) Eksisting (m)
Jl. Plampitan
6 Lokal Sekunder 7,5 5 Tidak Sesuai
Kalimir
Jl. Embong
7 Lokal Sekunder 7,5 6 Tidak Sesuai
Tanjung
Tabel 4.8.4 Karakteristik Sampel Ruas Jalan dalam Analisis Volume Lalu Lintas Kecamatan
Genteng tahun 2023
Lebar Lebar
Sistem Jaringan
Tipe Lebar Median Trotoar dan
No Nama Ruas Jalan dan Fungsi
Jalan Jalur (m) Jalan RTH Tepi
Jalan
(m) Jalan (m)
377
2 Jl. SonoKembang Kolektor 4/2T 2 1,5 2
Sekunder
Tabel 4.8.5 Ekivalensi Kendaraan Ringan untuk Jalan Terbagi dan Satu Arah
Arus Lalu Ekivalensi Kendaraan Ringan
Lintas Per (ekr)
Tipe Jalan
Lajur
(Kend/Jam) KB SM
378
satuan kendaran ringan (skr) per jam menggunakan nilai tersebut. Sedangkan
untuk kendaraan ringan (KR) dan kendaraan sedang (KS) tidak dilakukan
konversi dan dianggap sudah dalam satuan skr/jam, mengingat tidak adanya
pedoman yang mengatur nilai konversi untuk kedua jenis kendaraan tersebut.
Adapun dalam hal ini, kendaraan tak bermotor tidak diikutsertakan dalam
perhitungan volume lalu lintas. Adapun hasil perhitungan volume lalu lintas di
sampel ruas jalan Kecamatan Genteng 2023 antara lain sebagai berikut.
379
7 Jl Basuki Rahmat (BRI Tower-Wyndham) 1,124 779 26
Sumber : Analisis Penulis
d. Kapasitas Jalan
380
C = C0 × FCLJ × FCPA × FCHS × FCUK
Keterangan:
C : Kapasitas segmen jalan yang dapat diamati dengan satuan SMP/Jam.
C0 : Kapasitas dasar kondisi segmen jalan yang ideal dengan satuan
SMP/Jam.
FCLJ : Faktor koreksi kapasitas akibat perbedaan lebar jalur atau jalur lalu
lintas dari kondisi idealnya.
FCPA : Faktor koreksi kapasitas akibat Pemisahan Arah lalu lintas (PA) dan
hanya berlaku untuk tipe jalan tak terbagi.
FCHS : Faktor koreksi kapasitas akibat kondisi KHS pada jalan yang
dilengkapi bahu atau dilengkapi kereb dan trotoar dengan ukuran
yang tidak ideal.
FCUK : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota yang berbeda dengan
ukuran kota ideal.
381
e. Derajat Kejenuhan
DS = q/C
Keterangan:
q : Volume lalu lintas (SMP/Jam)
C : Kapasitas segmen jalan yang dapat diamati dengan satuan SMP/Jam.
382
Tabel 4.8.11 Klasifikasi Level of Service Eksisting
Derajat Tingkat Pelayanan
No. Nama Jalan
Kejenuhan Jalan
1 Jl Kalianyar 0.65 C
Jl Undaan Kulon (Taman Buah Undaan -
0.55 C
Soto Ayam Hartono)
2
Jl Undaan Kulon (Soto Ayam Hartono - PT.
0.60 C
Buana)
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Utara) 0.13 A
3 Jl Jaksa Agung Suprapto (Selatan) 0.25 B
4 Jl Tunjungan 1.98 F
5 Jl Panglima Sudirman 1.50 F
6 Jl Basuki Rahmat (Wyndham-Tunjungan) 1.68 F
7 Jl Basuki Rahmat (BRI Tower-Wyndham) 1.54 F
Sumber : Analisis Penulis
383
Peta 4.8.1 Traffic Analysis Zone
384
4.8.3.2 Four Step Model Eksisting
a. Trip Generation
Analisis Trip Generation membutuhkan data-data seperti data jumlah
penduduk, jenis penggunaan lahan, luas bangunan, karakteristik sosial ekonomi,
aksesibilitas, jumlah rumah, dan lain-lain. Data-data tersebut merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi adanya suatu pergerakan perjalanan dari suatu wilayah atau zona.
Analisis Trip Generation di Kecamatan Genteng ini terdapat 7 zona yang
menghasilkan pergerakan perjalanan. Sebelum melakukan analisis Trip Generation,
dibutuhkan data-data dari faktor yang mempengaruhi adanya perjalanan menuju
sekolah sehingga dilakukan sebuah wawancara dan observasi lapangan. Berikut
merupakan analisis Trip Generation.
Y = Z(-0.531+0.068X1+0.49X2)
1 75 66 29
2 30 21 10
3 59 53 30
4 83 47 26
5 75 67 44
6 44 32 22
7 182 87 55
Total 548 373 216
Sumber : Analisis Penulis
385
Tabel 4.8.13 Model Trip Production
Mean
Mean Kendaraan Per
Zona Jumlah Rumah (Z) Pendapatan Per Bangkitan
Zona (X)
Zona (X)
1 3689 2.6 2.3 2,804
2 2777 3.0 2.1 1,949
3 1635 2.0 1.8 766
4 1628 4.0 2.2 1,359
5 1868 3.4 3.0 2,229
6 3081 4.0 2.9 3,594
7 467 7.3 3.5 780
Total 15,145 26 18 13,480
Sumber : Analisis Penulis
Y = 191.554+ 0.038 X
Zona Luas Perjas (m) Per Zona (X) Jumlah Pengunjung (Y)
386
1 15,551 3500
2 820 737
3 148,499 2078
4 51,122 1181
5 287,924 19918
6 304,750 10693
7 264,765 3653
Total 1,073,432 41,760
Sumber : Analisis Penulis
Luas Perjas
Zona Total Tarikan Persentase Tarikan
(m2)
387
Peta 4.8.2 Bangkitan Eksisting
388
Peta 4.8.3 Tarikan Eksisting
389
b. Trip Distribution
Setelah melakukan analisis Trip generation selanjutnya melakukan analisis
Trip Distribution yang digunakan untuk mencari sebaran perjalanan yang
memperkirakan distribusi jumlah pergerakan dari zona asal ke zona tujuan.
Pendistribusian perjalanan dilakukan dengan membuat matriks asal-tujuan (MAT).
Dalam penelitian ini, digunakan Gravity Model (Doubly Constraint) untuk menyusun
MAT. MAT memuat ukuran aksesibilitas dalam fungsi waktu yang direalisasikan
dalam matriks waktu (Cid). Matriks waktu didapatkan dengan menghitung waktu
yang ditempuh suatu kendaraan dari suatu zona menuju zona lainnya dalam satuan
menit. Berikut merupakan hasil dari analisis Trip Distribution di Kecamatan Genteng.
Setelah mendapatkan matriks waktu, dilakukan pencarian beta (𝛃) untuk
menyusun matriks impedansi waktu f(Cid). Adapun untuk menemukan nilai beta (𝛃)
adalah menggunakan rumus sebagai berikut.
2,5
𝛃 = Σ𝐶𝑖𝑑
2
Σ𝑍𝑜𝑛𝑎
Keterangan:
𝛃 : Beta
ΣCid : Jumlah Cid
2
Σ𝑍𝑜𝑛𝑎 : Jumlah zona dipangkat dua
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan hasil beta (𝛃) sebesar 0.39644. Hasil
tersebut didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut. Nilai beta (𝛃) yang telah
diperoleh digunakan untuk membuat matriks impedansi waktu f(Cid) dengan rumus
sebagai berikut.
f(Cid) = exp(-(𝛃)*C
390
Tabel 4.8.16 Matriks Waktu (Menit)
Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 2 7 8 10 12 15 15 69
2 4 2 7 8 9 12 11 53
3 7 7 1 8 3 6 5 37
4 10 8 8 2 6 6 6 46
5 7 5 3 6 2 5 4 32
6 10 7 6 6 4 3 5 41
7 9 5 5 6 3 2 1 31
Total 49 41 38 46 39 49 47 309
Sumber : Analisis Penulis, 2023
391
Peta 4.8.4 Desire Lines Eksisting
392
c. Moda Split
Moda Split atau pemilihan moda bertujuan untuk mengalokasikan hasil
perhitungan trip distribution ke dalam berbagai jenis moda perjalanan. Analisis ini
dapat digunakan untuk memprediksi proporsi penggunaan moda berdasarkan tujuan
pergerakan. Pada laporan ini analisis berdasarkan tujuan pergerakan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa. Untuk moda perjalan yang dimaksud dalam laporan ini
berdasarkan hasil Home Based Interview terkait pemilihan moda yang digunakan
dalam perjalanan bersekolah yaitu motor dan mobil. Pada analisis ini menggunakan
metode Agregat Trip Interchanges Model. Untuk mendapatkan hasil matriks
pergerakan kendaraan, digunakan data matriks asal tujuan hasil Trip Distribution dan
hasil perhitungan probabilitas motor dan mobil. Menurut hasil moda split, pergerakan
terbesar menggunakan motor dijumpai dari zona 6 menuju zona 6 sebesar 422,21
SMP/Jam, sedangkan pergerakan terbesar menggunakan mobil dijumpai dari zona 1
menuju zona 1 sebesar 737,33 SMP/Jam.
393
Tabel 4.8.20 Matriks Pergerakan Motor dan Mobil
Zona 1 2 3 4 5 6 7 Total
1 785 173 397 152 194 96 92 1890
2 117 481 179 105 177 86 132 1276
3 5 11 210 13 130 55 89 513
4 4 16 30 417 111 160 176 914
5 15 60 261 87 505 207 357 1493
6 9 62 157 184 487 952 496 2347
7 1 14 27 20 70 137 248 517
Total 936 817 1261 979 1674 1693 1589 8950
Sumber : Analisis Penulis, 2023
Setelah menggabungkan kedua tabel perhitungan SMP motor dan
mobil. Maka dari itu, dapat dilihat hasil bahwa proyeksi pergerakan yang
paling banyak adalah pergerakan dari zona 6 menuju zona 6 yaitu 952
SMP/Jam.
d. Trip Assignment
Pemilihan rute atau Trip Assignment pada penelitian ini menggunakan
pendekatan All or Nothing yang berarti semua orang memiliki persepsi yang sama
dengan pemilihan rute dengan jarak terdekat dan waktu tempuh yang tercepat. Input
data pada tahapan kali ini menggunakan 3 jenis data, yaitu shapefile jaringan jalan
Kecamatan Genteng, node centroid zona, serta output mode split eksisting.
Pemodelan ini mempertimbangkan restriction serta impedance agar hasil model
mendekati keadaan eksisting yang ada. Restriction digunakan untuk
mengklasifikasikan jalan yang hanya memiliki 1 arah dan impedance digunakan untuk
menambahkan batasan atau limitasi kecepatan kendaraan dari masing-masing ruas
jalan berdasarkan fungsi jalan tersebut. Berikut, merupakan hasil Trip Assignment
Eksisting
394
Peta 4.8.5 Trip Assignment Eksisting
395
4.8.3.3 Four Step Model Proyeksi
a. Trip Generation
Analisis proyeksi trip generation di Kecamatan Genteng merupakan sebuah
penilaian mendalam terhadap potensi jumlah perjalanan yang akan dihasilkan oleh
penduduk dan kegiatan di daerah tersebut. Melalui penggunaan metode dan model
statistik yang relevan, data demografis, karakteristik wilayah, dan informasi tentang
pola pergerakan penduduk, proyeksi trip generation dapat memberikan pemahaman
yang komprehensif tentang mobilitas di Kecamatan Genteng. Analisis ini mencakup
perjalanan tarikan dan bangkitan pada wilayah tersebut. Informasi ini penting dalam
perencanaan transportasi dan pengembangan infrastruktur, serta dapat digunakan
sebagai dasar untuk mengoptimalkan rancangan jaringan transportasi yang efisien dan
berkelanjutan di Kecamatan Genteng.
396
proyeksi trip generation menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki tarikan
tertinggi. Maka wilayah tersebut menjadi tujuan utama perjalanan masyarakat dari
zona atau area lainnya. Untuk proyeksi tarikan terendah pada tahun 2044 sebesar 44
berada di zona 2. Hal ini menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki wilayah
perdagangan dan jasa yang ukurannya jauh lebih sempit, kuantitas yang lebih sedikit,
serta kurang menarik.
397
Peta 4.8.6 Bangkitan Proyeksi
398
Peta 4.8.7 Tarikan Proyeksi
399
b. Trip Generation
Analisis proyeksi trip distribution digunakan untuk menghitung perkiraan
sebaran pergerakan pada masa yang akan datang. Data yang dibutuhkan untuk
melakukan analisis trip distribution untuk kebutuhan proyeksi sama dengan ketika
menghitung analisis trip distribution untuk kebutuhan eksisting. Dengan
menggunakan matriks waktu (Cid) dan matriks impedansi waktu (f(Cid)) yang sama,
sehingga nilai beta (𝛃) sama dengan trip distribution eksisting. Namun, dalam analisis
proyeksi, trip distribution menggunakan data bangkitan dan tarikan proyeksi yang
telah didapatkan melalui tahap proyeksi trip generation.
Pada tahap proyeksi trip distribution, tetap perlu dilakukan iterasi hingga nilai
Ai mencapai konvergen untuk mendapatkan matriks Tid. Dalam analisis proyeksi,
nilai Ai yang konvergen juga didapatkan pada iterasi ke-24. Setelah mendapatkan
nilai Ai yang konvergen, dapat dihitung persebaran pergerakan antarzona. Sama
seperti analisis trip distribution eksisting, luaran dari tahap ini adalah persebaran
pergerakan bersekolah di Kecamatan Genteng dalam bentuk peta desire lines dan
tabel matriks asal tujuan.
Dalam peta desire lines, semakin merah warna garis, maka semakin padat
pergerakan perjalanannya. Terdapat penambahan zona-zona yang memiliki interaksi
yang kuat karena nilai bangkitan dan tarikan yang meningkat pada tahun 2044 dan
dapat diklasifikasikan sebagai zona dengan pergerakan yang tinggi.
400
Peta 4.8.8 Desire Line Proyeksi
401
c. Moda Split
Dalam melakukan analisis moda split, data input yang digunakan adalah
Matriks pergerakan penumpang. Proses proyeksi moda split memiliki
langkah-langkah yang serupa dengan analisis moda split. Dalam proyeksi ini,
dilakukan untuk periode 20 tahun ke depan, yaitu tahun 2044, dan menggunakan input
proyeksi distribusi perjalanan untuk tahun 2044.
Pada tahap analisis moda split ini, terdapat dua jenis kendaraan yang
digunakan oleh masyarakat, yaitu sepeda motor dan mobil. Oleh karena itu,
perhitungan bagi probabilitas pemilihan moda dilakukan terpisah antara kendaraan
bermotor dan mobil. Asumsi bahwa persentase pemilihan moda di setiap zona tetap
sama seperti pada saat melakukan analisis moda split.
402
2 12.13 16.69 155.53 49.75 230.34 95.51 151.84 711.79
3 0.07 0.05 34.78 1.23 60.64 25.26 33.96 155.99
4 0.12 0.20 12.20 79.92 88.20 130.35 139.40 450.39
5 0.35 0.44 83.34 12.18 373.63 155.67 267.25 892.84
6 0.21 0.56 56.22 26.86 404.66 823.23 398.41 1710.16
7 0.03 0.09 6.04 2.29 43.69 88.47 164.80 305.41
Total 100.97 24.86 721.16 246.88 1397.79 1399.65 1258.32 5149.63
Sumber : Analisis Penulis, 2023
Setelah menggabungkan kedua tabel perhitungan SMP motor dan
mobil. Maka dari itu, dapat dilihat hasil bahwa proyeksi pergerakan yang
paling banyak adalah pergerakan dari zona 6 menuju zona 6 yaitu 823,23
SMP/Jam.
d. Trip Assignment
Pemilihan rute atau Trip Assignment pada penelitian ini menggunakan
pendekatan All or Nothing yang berarti semua orang memiliki persepsi yang sama
dengan pemilihan rute dengan jarak terdekat dan waktu tempuh yang tercepat. Input
data pada tahapan kali ini menggunakan 3 jenis data, yaitu shapefile jaringan jalan
Kecamatan Genteng, node centroid zona, serta output mode split proyeksi. Pembuatan
model network menggunakan software ArcMap 10.4. Pemodelan ini
mempertimbangkan restriction serta impedance agar hasil model mendekati keadaan
eksisting yang ada. Restriction digunakan untuk mengklasifikasikan jalan yang hanya
memiliki 1 arah dan impedance digunakan untuk menambahkan batasan atau limitasi
kecepatan kendaraan dari masing-masing ruas jalan berdasarkan fungsi jalan tersebut.
403
Peta 4.8.9 Trip Assignment Proyeksi
404
4.8.3.4 Analisis Sarana Transportasi (Halte)
Analisis keterjangkauan halte menggunakan service area unntuk bus suroboyo didapatkan bahwa ada 3 zona yang memiliki halte dan
berikut merupakan peta keterjangkauannya :
Peta 4.8.10 Keterjangkauan Halte Pada Zona 4
405
Peta 4.8.11 Keterjangkauan Halte Pada Zona 5
406
Peta 4.8.12 Keterjangkauan Halte Pada Zona 6
407
Terlihat bahwa keterjangkauan halte sudah sesuai dengsan standart PKJI yaitu
400-800 meter di setiap rute nya, namun ada beberapa halte yang memiliki keterjangkauan
lebih dari itu terlihat pada service area yang luas, maka dari itu perlu adanya perbaikan
keterjangkauan halte di kecamatan genteng
408
Untuk mengetahui kondisi ketersediaan dan kebutuhan sarana pendidikan yang ada,
digunakan data jumlah penduduk berdasarkan usia sekolah di WP Genteng tahun
2023 sedangkan untuk mengetahui proyeksi kebutuhannya digunakan penduduk usia
sekolah tahun 2044.
409
Tabel 4.9.2 Kapasitas Sarana Pendidikan
Kebutuhan 2023 EKSISTING 2023 Proyeksi 2044
BLOK
TK SD SMP SMA TK SD SMP SMA TK SD SMP SMA
1 1 1 1 1 4 5 1 5 0 0 0 0
2 1 1 1 1 2 2 1 1 0 0 0 0
3 1 1 1 1 3 2 1 4 0 0 0 0
4 1 1 1 1 2 0 4 2 0 0 0 0
5 1 2 1 1 2 2 1 3 0 0 0 0
6 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
7 1 1 1 1 3 1 1 0 0 0 0 0
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Tabel 4.9.3 Kebutuhan Lahan Sarana Pendidikan
Eksisting Sarana Pendidikan 2023 Kebutuhan Lahan 2023
BLOK
TK SD SMP SMA TK SD SMP SMA
1 4 5 1 5 2000 10000 9000 62500
2 2 2 1 1 1000 4000 9000 12500
3 3 2 1 4 1500 4000 9000 50000
4 2 0 4 2 1000 0 36000 25000
5 2 2 1 3 1000 4000 9000 37500
6 0 1 0 0 0 2000 0 0
7 3 1 1 0 1500 2000 9000 0
Total 16 13 9 15 8000 26000 81000 187500
Sumber: Hasil Analisis, 2023
410
Peta 4.9.1 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan TK
411
Peta 4.9.2 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SD
412
Peta 4.9.3 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SMP
413
Peta 4.9.4 Jangkauan Pelayanan Sarana Pendidikan SMA
414
4.9.1.2 Sarana Kesehatan
Analisis jangkauan pelayanan, kapasitas, dan proyeksi sarana
kesehatan terdiri atas puskesmas, apotek, dan posyandu dengan
berpedomanpada SNI. Berikut merupakan standar pelayanan saran kesehatan
berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan.
415
Namun, untuk ketersediaan posyandu masih sangat jauh dari kebutuhan ideal
sesuai standar yang ditetapkan. Sementara itu, berdasarkan hasil proyeksi,
kebutuhan sarana 2044 diperlukan penambahan sarana posyandu sebanyak 37
unit dengan total kebutuhan lahannya sebesar 2400 m2.
Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis jangkauan pelayanan dapat
diketahui bahwa sarana kesehatan di WP Genteng yang telah mampu
menjangkau secara keseluruhan wilayah hanya puskesmas. Sementara itu
untuk sarana apotek hanya menjangkau wilayah bagian utara sehingga bagian
selatan utamanya blok VII tidak terkena jangkauannya. Kemudian untuk
sarana posyandu memang belum tersebar merata sehingga jangkauann
pelayanannya juga masih sangat kurang dan cenderung memusat di blok IV,
III, dan II.
Dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sarana kesehatan di WP
Genteng perlu ditingkatkan. Meskipun beberapa sarana telah menjangkau
hampir secara keseluruhan wilayah perencanaan, namun ketersediaannya perlu
ditambah mengingat persebarannya yang tidak merata. Misalnya untuk sarana
apotek, meskipun sudah hampir mengjangkau secara keseluruhan namun
persebarannya cenderung memusat pada blok I dan blok II. Sementara itu,
untuk sarana posyandu perlu ditambah mengingat ketersediaan dan
keterjangkauannya yang masih sangat kurang dari kebutuhan ideal.
416
Tabel 4.9.5 Kapasitas Sarana Kesehatan
Kebutuhann 2023 Eksisting 2023 Proyeksi 2044
BLOK
Puskesmas Apotek Posyandu Puskesmas Apotek Posyandu Puskesmas Apotek Posyandu
1 1 1 15 0 3 0 0 0 8
2 1 1 12 1 2 2 0 0 8
3 1 1 4 1 1 2 0 0 3
4 1 1 7 0 0 1 0 0 4
5 1 1 8 0 0 0 0 0 5
6 1 1 9 0 0 0 0 0 10
7 1 1 2 0 0 0 0 0 2
Total 7 7 57 2 6 5 0 0 40
Sumber: Hasil Analisis, 2023
417
Peta 4.9.5 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Puskesmas
418
Peta 4.9.6 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Apotek
419
Peta 4.9.7 Jangkauan Pelayanan Sarana Kesehatan Posyandu
420
4.9.1.3 Sarana Peribadahan
Sarana peribadahhan yang tersedia di WP Genteng meliputi masjid,
mushola, gereja, dan Vihara. Adapun yang dianalisis adalah sarana
peribadahan islam berupa mushola dan masjid. Berikut merupakan standar
pelayanan saran kesehatan berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
421
merata dan ketika dianalisis menggunakan buffer sudah mampu menjangkau
hampir keseluruhan wilayah. Persebaran sarana masjid yang sudah cukup
merata ini telah mampu memenuhi kebutuhan sarana peribadatan umat muslim
meskipun ketersediaan musholanya juga masih sangat kurang. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa penyediaan sarana peribadatan islam pada WP
Genteng meskipun ketersediaannya kurang, namun sudah dapat melayani dan
menjangkau kebutuhan religi penduduk islamnya. Disamping hal itu, WP
Genteng juga memiliki sarana peribadatan gereja dan vihara yang tersebar
pada setiap blok. Adapun penyediaan sarana peribadatan gereja dan vihara ini
bergantung pada sistem kekerabatan atau hirarki lembaga dan adat setempat.
422
Tabel 4.9.8 Kapasitas Sarana Peribadahan
Kebutuhan 2023 Eksisting 2023 Proyeksi 2044
Blok
Masjid Mushola Masjid Mushola Masjid Mushola
1 7 66 1 2 38 377
2 5 41 1 3 4 40
3 2 13 1 1 0 6
4 3 26 2 1 3 25
5 4 34 2 1 5 50
6 4 4 0 0 3 22
7 1 9 0 0 2 13
Total 26 193 7 8 55 533
Sumber: Hasil Analisis, 2023
423
Sumber: Hasil Analisis, 2023
Peta 4.9.8 Jangkauan Pelayanan Sarana Peribadahan Masjid
424
Peta 4.9.9 Jangkauan Pelayanan Sarana Peribadahan Mushola
425
4.9.1.4 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Ketersediaan dan proyeksi kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum
diukur melalui data jumlah penduduk eksisting WP Genteng tahun 2023 dan proyeksi
penduduk tahun 2044.
Berdasarkan hasil analisis kapasitas, sarana pemerintahan dan pelayanan umum pada
WP Genteng telah terpenuhi. Kemudian, untuk proyeksi kebutuhan tahun 2044 tidak terjadi
peningkatan. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan sarana pemerintahan dan pelayanan umum
di Kecamatan Genteng sudah terpenuhi. Untuk proyeksi kebutuhan lahannya menggunakan
data ketersediaan sarana eksisting.
426
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan
Berdasarkan diagram di atas, sampai tahun 2044 sarana perdagangan dan jasa yang
dibutuhkan di Kawasan Perencanaan Genteng adalah 183 unit Toko/Warung, 7 unit
Pertokoan, 3 unit Pusat Pertokoan + Pasar Lingkungan, serta 0 unit Pusat Perbelanjaan dan
Niaga. Sarana perdagangan dan niaga di Kawasan Perencanaan Genteng membutuhkan luas
keseluruhan mencapai 4,83 Ha. Ketika dilakukan perhitungan secara menyeluruh, jumlah
sarana perdagangan dan jasa di wilayah perencanaan sudah cukup memenuhi standar, akan
tetapi jika ditinjau per blok, maka ditemukan pada blok VI wilayah perencanaan tidak
terdapat sarana perdagangan dan jasa.
Sementara itu, menurut standar pedoman yang digunakan untuk menilai radius
pencapaian pelayanan dan dengan menggunakan analisis buffer pada GIS pada
masing-masing lokasi sarana perdagangan dan jasa, dapat diketahui bahwa jangkauan sarana
perdagangan dan jasa berupa minimarket atau pertokoan sudah dapat menjangkau hampir
seluruh wilayah. Namun, untuk sarana perdagangan dan jasa berupa warung/toko kelontong
masih jangkauan pelayanannya masih belum dapat memenuhi Wilayah Perencanaan
Kecamatan Genteng. Berikut perbandingan jumlah kebutuhan sarana perdagangan dan jasa
dengan jumlah sarana perdagangan dan jasa yang saat ini sudah ada di Kawasan Perencanaan
Genteng.
427
Tabel 4.9.12 Kapasitas Sarana Perdagangan dan Jasa
428
Peta 4.9.10 Jangkauan Pelayanan Sarana Toko/Warung
429
Peta 4.9.11 Jangkauan Pelayanan Sarana Pertokoan
430
4.9.1.6 Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk
mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung pertemuan,
gedung serbaguna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan dapat sekaligus
berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga penggunaan
dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu
yang berbeda. Penetapan jenis/macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah
sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu menyangkut faktor-faktor:
a) tata kehidupan penduduknya
b) struktur sosial penduduknya.
Berikut ini merupakan radius minimal untuk pelayanan sarana kebudayaan dan rekreasi
berdasarkan SNI 03-7733-2004.
431
Gambar 4.9.5 Diagram Kebutuhan Sarana Kebudayaan dan Rekreasi WP
Genteng
Setelah dilakukan analisis kapasitas, sarana kebudayaan dan rekreasi yang terdapat di
Wilayah Perencanaan Genteng, balai warga belum memenuhi kebutuhan sehingga dibutuhkan
sebanyak 27 unit, balai serbaguna sudah memenuhi standar sebanyak 1 unit, gedung
serbaguna mengalami surplus sebanyak 19 unit, dan gedung bioskop mengalami surplus juga
sebanyak 1 unit. Sarana balai warga merupakan sarana tempat pertemuan yang dimanfaatkan
penduduk pada tingkat RW yang berada ditengah permukiman. Sarana kebudayaan dan
rekreasi lain yaitu gedung serbaguna telah memenuhi kebutuhan penduduk di WP Genteng.
Kebutuhan lahan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sarana kebudayaan dan
rekreasi adalah 6,2 Ha untuk memenuhi sarana balai warga yang defisit.
432
Tabel 4.9.15 Kapasitas Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
433
Peta 4.9.12 Jangkauan Pelayanan Sarana Balai Serbaguna
434
Peta 4.9.13 Jangkauan Pelayanan Sarana Bioskop
435
Peta 4.9.14 Jangkauan Pelayanan Sarana Gedung Serbaguna
436
4.9.1.7 Sarana RTH dan Lapangan Olahraga
Sarana RTH dan olahraga merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat
untuk berkumpul, berolahraga dan melakukan aktivitas lain yang dapat berinteraksi dengan
masyarakat juga dapat berfungsi sebagai daerah resapan air (catchment area). Sarana ruang
terbuka hijau dan olahraga yang terdapat di wilayah perencanaan adalah taman/tempat
bermain, taman dan lapangan olahraga, serta pemakaman. Berikut adalah tabel radius
jangkauan masing-masing jenis sarana kebudayaan dan rekreasi yang terdapat di wilayah
studi menurut standar SNI 03-7733-2004.
Fasilitas ruang terbuka dan olahraga yang terdapat pada Kecamatan Genteng berupa
lapangan olahraga dan taman. Jika meninjau dari proyeksi kebutuhan sarana olahraga dan
ruang terbuka hijau di yang telah dihitung pada diagram dibawah, maka Kecamatan Genteng
pada tahun 2044 membutuhkan 27 Taman dan 1 Unit Lapangan Olahraga. Untuk sarana
pemakaman tidak dimasukkan kedalam analisis dikarenakan belum dibutuhkan oleh
masyarakat Kecamatan Genteng dan sarana pemakaman umum pada kecamatan lainnya
masih bisa untuk menampung. Proyeksi kebutuhan fasilitas RTH dan lapangan olahraga di
Kecamatan Genteng untuk 20 tahun ke depan dapat dilihat pada diagram berikut ini.
437
Gambar 4.9.6 Diagram Kebutuhan Sarana RTH dan Lapangan Olahraga WP
Genteng
Jika ditinjau dari analisis kapasitas, sarana taman belum memenuhi kebutuhan di
tahun 2023, sehingga dibutuhkan 27 unit taman padahal ketersediaan taman hanya sebanyak
5 unit. Untuk sarana lapangan olahraga sudah memenuhi dari kebutuhan bahkan surplus 1
unit. Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa pada tahun 2044, sarana lapangan olahraga
dan ruang terbuka hijau di WP Genteng perlu dilakukan penambahan sesuai dengan tingginya
jumlah penduduk pada tahun 2044. Penambahan ini dapat difokuskan pada penambahan
taman karena berfungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan
Persebaran sarana olahraga dan RTH pada Kecamatan Genteng dapat dilihat melalui
peta di bawah, sarana lapangan dan taman masih kurang tersebar merata dan belum melayani
seluruh wilayah khususnya blok I dan blok VII wilayah perencanaan Genteng.
438
Tabel 4.9.18 Kapasitas Sarana RTH dan Lapangan Olahraga
439
Peta 4.9.15 Jangkauan Pelayanan Sarana Taman
440
4.9.2 Analisis Kebutuhan Prasarana
Analisis kebutuhan prasarana kawasan menjadi metode kunci dalam menghitung
kebutuhan prasarana umum di Wilayah Perencanaan (WP) berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk pada tahun tertentu. Menurut RTRW Kota Surabaya, Prasarana Energi/Kelistrikan,
Prasarana Telekomunikasi, Sumber Daya Air, Air Minum, Drainase, dan Persampahan adalah
aspek penting di Wilayah Perencanaan Genteng. Fasilitas ini mendukung perkembangan
kawasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses analisis serupa dapat diaplikasikan di
kecamatan Genteng untuk memproyeksikan kebutuhan prasarana umum sesuai dengan
pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut. Ini merupakan langkah strategis untuk
memastikan infrastruktur yang memadai dan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan
jumlah penduduk.
441
Tabel 4.9.20 Analisis Proyeksi Kebutuhan Drainase tahun 2024-2044
442
5 Genteng Kapasari 35382220 24767554 14860532 14860532 54488619
6 Genteng Kedungduro 37185010 26029507 15617704 15617704 57264915
Jumlah 164371707 115060195 69036117 69036117 253132429
Kebutuhan Air
Total Debit Air
No Kecamatan Kelurahan Bersih Non Domestik
Domestik Kotor
Maksimum Fasilitas Sosial Komersial
Embong
1 Genteng 23902347 16731643 10038986 10038986 36809614
Kaliasin
2 Genteng Ketabang 13646769 9552738 5731643 5731643 21016024 2034
3 Genteng Genteng 15495422 10846795 6508077 6508077 23862950
4 Genteng Peneleh 28575910 20003137 12001882 12001882 44006901
5 Genteng Kapasari 30527307 21369115 12821469 12821469 47012053
6 Genteng Kedungduro 35060961 24542673 14725604 14725604 53993880
Jumlah 147208716 103046101 61827661 61827661 226701423
443
3 Genteng Genteng 13470849 9429594 5657757 5657757 20745107
4 Genteng Peneleh 25741012 18018708 10811225 10811225 39641158
5 Genteng Kapasari 26338553 18436987 11062192 11062192 40561372
6 Genteng Kedungduro 33058240 23140768 13884461 13884461 50909690
Jumlah 131981450 92387015 55432209 55432209 203251433
444
4.9.2.2 Jaringan Air Bersih
Ketersediaan air bersih sangat penting dalam kehidupan manusia. Perlu perencanaan
efisien dan mematuhi peraturan untuk memastikan pasokan air berkualitas di lingkungan
perkotaan. Contoh di Kota Surabaya menunjukkan pengelolaan air bersih yang baik oleh
PDAM. Penting mematuhi standar kualitas air minum. PDAM di Kecamatan Genteng juga
berhasil menyediakan air bersih dengan menggunakan Sungai Kalimas sebagai sumber air.
Distribusi air bersih sudah memadai, sesuai dengan informasi dari warga setempat.
Dalam analisis jaringan air bersih, kami merujuk pada standar yang diperoleh dari
data PDAM Surya Sembada 2014. Penggunaan air bersih per orang per hari di Kecamatan
Genteng sebesar 260 liter, sedikit lebih tinggi daripada rata-rata kota metropolitan lainnya
yang mencapai 250 liter. Dengan asumsi kebutuhan air bersih tetap stabil hingga tahun 2044,
kami menggunakan data ini untuk memproyeksikan kebutuhan air bersih berdasarkan
perkiraan jumlah penduduk hingga tahun 2044.
Σ𝑃 × 𝑞
𝑄𝑑𝑜𝑚 = 86.400 𝑑𝑡
445
Hasil analisis proyeksi kebutuhan air bersih di Kecamatan Genteng tahun 2024-2044 disajikan dalam tabel, memvisualisasikan
pertumbuhan permintaan dan rencana pengembangan jaringan air bersih. Data ini penting untuk merencanakan infrastruktur yang memadai
sesuai dengan kebutuhan warga.
446
342.59 22.839. 24.095.7 5.275.95 2.637.97 34.293.6 39.437.7
6 Kedungdoro 15.226 2.283.962 342.594 570.990
4 617 96 2 6 85 38
10.640.53 1.596.0 1.596.08 106.405 112.257. 24.579.6 12.289.8 159.767. 183.732.
Jumlah 70.937 2.660.133
3 80 0 .330 623 31 16 603 744
Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari)
Non Domestik
Jumlah Air
Jumlah Saran Air
Desa/Keluraha Non Kebocor Bersih
No. Pendud a PMK Bersih Tahun
n Domestik Komersia Industr Domesti an Maksim
uk Pelaya Kantor Harian
l i k um
nan
Umum
Embong 231.06 15.404. 16.251.8 3.558.47 1.779.23 23.130.0 26.599.5
1 10.270 1.540.463 231.069 385.116
Kaliasin 9 632 87 0 5 55 64
136.01 9.067.8 9.566.54 2.094.66 1.047.33 13.615.3 15.657.6
2 Ketabang 6.045 906.781 136.017 226.695
7 12 2 5 2 20 18
154.83 10.322. 10.890.3 2.384.51 1.192.25 15.499.3 17.824.2
3 Genteng 6.882 1.032.259 154.839 258.065
9 590 32 8 9 68 74
275.57 18.371. 19.382.2 4.243.88 2.121.94 27.585.2 31.723.0 2029
4 Peneleh 12.248 1.837.179 275.577 459.295
7 785 33 2 1 35 21
307.36 20.490. 21.617.9 4.733.40 2.366.70 30.767.1 35.382.2
5 Kapasari 13.661 2.049.094 307.364 512.274
4 941 43 7 4 48 20
323.02 21.534. 22.719.4 4.974.58 2.487.29 32.334.7 37.185.0
6 Kedungdoro 14.357 2.153.499 323.025 538.375
5 993 17 3 2 92 10
447
1.427.8 1.427.89 95.192. 100.428. 21.989.5 10.994.7 142.931. 164.371.
Jumlah 63.462 9.519.275 2.379.819
91 1 753 355 26 63 919 707
Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari)
Non Domestik
Jumlah Air
Jumlah Saran Air
Desa/Keluraha Non Kebocor Bersih
No. Pendud a PMK Bersih Tahun
n Domestik Komersia Industr Domesti an Maksim
uk Pelaya Kantor Harian
l i k um
nan
Umum
Embong 207.63 13.842. 14.603.9 3.197.63 1.598.81 20.784.6 23.902.3
1 9.228 1.384.259 207.639 346.065
Kaliasin 9 590 33 8 9 50 47
118.54 7.903.2 8.337.94 1.825.65 11.866.7 13.646.7
2 Ketabang 5.269 790.327 118.549 197.582 912.827
9 67 7 5 56 69
134.60 8.973.8 9.467.44 2.072.96 1.036.48 13.474.2 15.495.4
3 Genteng 5.983 897.388 134.608 224.347
8 79 3 6 3 80 22
248.23 16.549. 17.459.4 3.822.86 1.911.43 24.848.6 28.575.9
4 Peneleh 11.033 1.654.920 248.238 413.730 2034
8 196 02 4 2 18 10
265.19 17.679. 18.651.6 4.083.92 2.041.96 26.545.4 30.527.3
5 Kapasari 11.786 1.767.931 265.190 441.983
0 310 72 1 0 84 07
304.57 20.304. 21.421.6 4.690.43 2.345.21 30.487.7 35.060.9
6 Kedungdoro 13.537 2.030.489 304.573 507.622
3 890 59 0 5 92 61
1.278.7 1.278.79 85.253. 89.942.0 19.693.4 9.846.73 128.007. 147.208.
Jumlah 56.835 8.525.313 2.131.328
97 7 133 56 74 7 580 717
448
Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari)
Non Domestik
Jumlah Air
Jumlah Saran Air
Desa/Keluraha Non Kebocor Bersih
No. Pendud a PMK Bersih Tahun
n Domestik Komersia Industr Domesti an Maksim
uk Pelaya Kantor Harian
l i k um
nan
Umum
Embong 186.58 12.438. 13.123.0 2.873.39 1.436.69 18.677.0 21.478.6
1 8.293 1.243.894 186.584 310.974
Kaliasin 4 941 83 5 8 70 30
103.32 6.888.2 7.267.13 1.591.19 10.342.7 11.894.1
2 Ketabang 4.592 688.828 103.324 172.207 795.596
4 80 6 3 53 66
117.02 7.801.3 8.230.46 1.802.12 11.713.7 13.470.8
3 Genteng 5.201 780.139 117.021 195.035 901.060
1 86 3 0 82 49
223.61 14.907. 15.727.3 3.443.61 1.721.80 22.383.4 25.741.0
4 Peneleh 9.938 1.490.742 223.611 372.685 2039
1 418 26 4 7 89 12
228.80 15.253. 16.092.4 3.523.55 1.761.77 22.903.0 26.338.5
5 Kapasari 10.169 1.525.347 228.802 381.337
2 473 14 2 6 90 53
287.17 19.145. 20.198.0 4.422.50 2.211.25 28.746.2 33.058.2
6 Kedungdoro 12.763 1.914.505 287.176 478.626
6 052 30 7 4 96 40
1.146.5 1.146.51 76.434. 80.638.4 17.656.3 8.828.19 114.766. 131.981.
Jumlah 50.956 7.643.455 1.910.864
18 8 551 51 81 1 478 450
Jumlah Kebutuhan Air Bersih (Liter/orang/hari) Air
Desa/Keluraha Jumlah Kebocor Air
No. Pendud PMK Bersih Tahun
n Domestik Non Domestik Non an Bersih
uk Harian
449
Saran Domesti Maksim
a k um
Komersia Industr
Pelaya Kantor
l i
nan
Umum
Embong 167.66 11.177. 11.792.3 2.582.03 1.291.01 16.783.2 19.300.6
1 7.452 1.117.762 167.664 279.441
Kaliasin 4 623 92 1 5 00 80
6.003.6 6.333.84 1.386.84 9.014.47 10.366.6
2 Ketabang 4.002 600.364 90.055 90.055 150.091 693.421
44 5 2 2 43
101.73 6.782.0 7.155.10 1.566.66 10.183.3 11.710.7
3 Genteng 4.521 678.209 101.731 169.552 783.331
1 87 2 2 04 99
201.42 13.428. 14.167.0 3.101.98 1.550.99 20.162.9 23.187.3
4 Peneleh 8.952 1.342.851 201.428 335.713 2044
8 515 83 7 3 15 52
197.40 13.160. 13.884.3 3.040.07 1.520.03 19.760.4 22.724.5
5 Kapasari 8.774 1.316.049 197.407 329.012
7 493 20 4 7 80 52
270.77 18.051. 19.044.2 4.169.88 2.084.94 27.104.2 31.169.9
6 Kedungdoro 12.034 1.805.147 270.772 451.287
2 466 96 9 4 76 17
1.029.0 1.029.05 68.603. 72.377.0 15.847.4 7.923.74 103.008. 118.459.
Jumlah 45.736 6.860.383 1.715.096
57 7 827 37 84 2 646 943
Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan air bersih di Kecamatan Genteng Kota Surabaya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebutuhan air
bersih akan terus menurun pada tahun 2024. Faktor-faktor seperti penurunan penduduk yang signifikan, penurunn aktivitas ekonomi, dan
kesadaran masyarakat yang lebih tinggi terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan menjadi penyebab utama penurunan tersebut. Pada tahun
450
2024, Kecamatan Genteng memiliki kebutuhan air bersih mencapai 183.732.744 liter per hari, dan terus menurun hingga tahun 2044 akan
membutuhkan air bersih sebanyak 118.459.943 liter per hari. Kebutuhan air bersih di Kecamatan Genteng Kota Surabaya akan mengalami
penurunan sebesar 37,7% dari tahun 2024 hingga tahun 2044.
451
Tabel 4.9.22 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Minum tahun 2024-2044
452
3 Genteng 6.882 1.032.259 206.452 103.226 309.678 134.194 1.785.808 115 115 34
4 Peneleh 12.248 1.837.179 367.436 183.718 551.154 238.833 3.178.319 204 204 61
5 Kapasari 13.661 2.049.094 409.819 204.909 614.728 266.382 3.544.933 228 228 68
6 Kedungdoro 14.357 2.153.499 430.700 215.350 646.050 279.955 3.725.554 239 239 72
2.855.78 16.468.34
Jumlah 63.462 9.519.275 1.903.855 951.928 1.237.506 1.058 1.058 317
3 6
Kebutuhan Air Minum
Jumlah Fasilitas Air Minum (Unit)
Jumlah (Liter/orang/hari)
Non Kebocor Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Non Domestik Terminal Tahun
Domesti an Akhir Hidran Kran
k Domestik Komersi Fasilitas Air (Uk.
k Umum Umum
al Umum 3-4m3)
1 Embong Kaliasin 9.228 1.384.259 276.852 138.426 415.278 179.954 2.394.768 154 154 46
2 Ketabang 5.269 790.327 158.065 79.033 237.098 102.742 1.367.265 88 88 26
3 Genteng 5.983 897.388 179.478 89.739 269.216 116.660 1.552.481 100 100 30
4 Peneleh 11.033 1.654.920 330.984 165.492 496.476 215.140 2.863.011 184 184 55
2034
5 Kapasari 11.786 1.767.931 353.586 176.793 530.379 229.831 3.058.521 196 196 59
6 Kedungdoro 13.537 2.030.489 406.098 203.049 609.147 263.964 3.512.746 226 226 68
2.557.59 14.748.79
Jumlah 56.835 8.525.313 1.705.063 852.531 1.108.291 947 947 284
4 2
Jumlah
Jumlah
Kebutuhan Air Minum Non Kebocor Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Fasilitas Air Minum (Unit) Tahun
(Liter/orang/hari) Domesti an Akhir
k
k
453
Non Domestik Terminal
Hidran Kran
Domestik Komersi Fasilitas Air (Uk.
Umum Umum
al Umum 3-4m3)
1 Embong Kaliasin 8.293 1.243.894 248.779 124.389 373.168 161.706 2.151.937 138 138 41
2 Ketabang 4.592 688.828 137.766 68.883 206.648 89.548 1.191.672 77 77 23
3 Genteng 5.201 780.139 156.028 78.014 234.042 101.418 1.349.640 87 87 26
4 Peneleh 9.938 1.490.742 298.148 149.074 447.223 193.796 2.578.983 166 166 50
2039
5 Kapasari 10.169 1.525.347 305.069 152.535 457.604 198.295 2.638.851 169 169 51
6 Kedungdoro 12.763 1.914.505 382.901 191.451 574.352 248.886 3.312.094 213 213 64
2.293.03 13.223.17
Jumlah 50.956 7.643.455 1.528.691 764.346 993.649 849 849 255
7 7
Kebutuhan Air Minum
Jumlah Fasilitas Air Minum (Unit)
Jumlah (Liter/orang/hari)
Non Kebocor Jumlah
No. Desa/Kelurahan Pendudu Non Domestik Terminal Tahun
Domesti an Akhir Hidran Kran
k Domestik Komersi Fasilitas Air (Uk.
k Umum Umum
al Umum 3-4m3)
1 Embong Kaliasin 7.452 1.117.762 223.552 111.776 335.329 145.309 1.933.729 124 124 37
2 Ketabang 4.002 600.364 120.073 60.036 180.109 78.047 1.038.630 67 67 20
3 Genteng 4.521 678.209 135.642 67.821 203.463 88.167 1.173.301 75 75 23
4 Peneleh 8.952 1.342.851 268.570 134.285 402.855 174.571 2.323.133 149 149 45 2044
5 Kapasari 8.774 1.316.049 263.210 131.605 394.815 171.086 2.276.765 146 146 44
6 Kedungdoro 12.034 1.805.147 361.029 180.515 541.544 234.669 3.122.904 201 201 60
454
2.058.11 11.868.46
Jumlah 45.736 6.860.383 1.372.077 686.038 891.850 762 762 229
5 2
Sumber: Hasil Analisis, 2023
455
Berdasarkan analisis proyeksi kebutuhan air minum di Kecamatan Genteng Kota
Surabaya, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan air minum akan terus mengalami penurunan
pada tahun 2024. Penurunan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti penurunan jumlah
penduduk, aktivitas ekonomi yang menurun, dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
kebersihan dan kesehatan lingkungan. Pada tahun 2024, proyeksi kebutuhan air minum
Kecamatan Genteng mencapai 16.468.346 liter per hari, mengalami penurunan yang
signifikan hingga mencapai 11.868.462 liter per hari pada tahun 2044.
Proyeksi kebutuhan air minum di Kecamatan Genteng Kota Surabaya pada tahun
2024 adalah 16.468.346 liter per hari. Pada tahun 2044, proyeksi kebutuhan air minum
tersebut menurun menjadi 11.868.462 liter per hari. Persentase penurunan kebutuhan air
minum tersebut adalah sebesar 27,3%. Persentase penurunan tersebut mencerminkan adaptasi
kecamatan terhadap perubahan kondisi sosial dan ekonomi, mengindikasikan perlunya
penyusunan rencana pengelolaan sumber daya air minum yang lebih efisien.
Berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum yang menurun di Kecamatan Genteng
Kota Surabaya hingga tahun 2044, diperlukan penyesuaian dalam pengembangan prasarana
air. Mengingat penurunan ini dipicu oleh faktor demografis dan perubahan perilaku
masyarakat, langkah pertama yang dapat diambil adalah melakukan evaluasi kapasitas
instalasi pengolahan air. Seiring dengan penurunan kebutuhan, perlu fokus pada pemeliharaan
infrastruktur yang ada dan penyesuaian kapasitas sesuai proyeksi. Selain itu, penggunaan
teknologi canggih dalam monitoring dan manajemen distribusi air dapat meningkatkan
efisiensi. Melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam program konservasi air juga perlu
dipertimbangkan. Dengan menyusun rencana pengelolaan yang adaptif, Kecamatan Genteng
dapat memastikan pemenuhan kebutuhan air yang efisien dan berkelanjutan.
456
Tabel 4.9.23 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Limbah tahun 2024-2044
Jumlah Penduduk yang
Kebutuhan Sarana Produksi Lumpur Tinja
Mendapatkan
(Unit) (L/Hari)
Jumlah Pelayanan (Jiwa)
No Kecamatan Kelurahan
Penduduk Tanki MCK Tanki MCK
Septik (Komunal/ Septik (Komunal/ Domestik Non-Domestik
Keluarga SPALDS) Keluarga SPALDS)
Embong
1 Genteng 11429 10286 1143 206 6 1143 229
Kaliasin 2024
2 Genteng Ketabang 6936 6242 694 125 3 694 139
3 Genteng Genteng 7916 7124 792 142 4 792 158
4 Genteng Peneleh 13597 12237 1360 245 7 1360 272
5 Genteng Kapasari 15833 14250 1583 285 8 1583 317
6 Genteng Kedungduro 15226 13704 1523 274 8 1523 305
Jumlah 70937 63843 7094 1277 35 7094 1419
457
2 Genteng Ketabang 6045 5441 605 109 3 605 121
3 Genteng Genteng 6882 6194 688 124 3 688 138
4 Genteng Peneleh 12248 11023 1225 220 6 1225 245
5 Genteng Kapasari 13661 12295 1366 246 7 1366 273
6 Genteng Kedungduro 14357 12921 1436 258 7 1436 287
Jumlah 63462 57116 6346 1142 32 6346 1269
458
Jumlah Penduduk yang
Kebutuhan Sarana Produksi Lumpur Tinja
Mendapatkan
(Unit) (L/Hari)
Jumlah Pelayanan (Jiwa)
No Kecamatan Kelurahan
Penduduk Tanki MCK Tanki MCK
Non-Domesti
Septik (Komunal/ Septik (Komunal/ Domestik
k
Keluarga SPALDS) Keluarga SPALDS)
Embong
1 Genteng 8293 7463 829 149 4 829 166
Kaliasin 2039
2 Genteng Ketabang 4592 4133 459 83 2 459 92
3 Genteng Genteng 5201 4681 520 94 3 520 104
4 Genteng Peneleh 9938 8944 994 179 5 994 199
5 Genteng Kapasari 10169 9152 1017 183 5 1017 203
6 Genteng Kedungduro 12763 11487 1276 230 6 1276 255
Jumlah 50956 45861 5096 917 25 5096 1019
459
2 Genteng Ketabang 4002 3602 400 72 2 400 80
3 Genteng Genteng 4521 4069 452 81 2 452 90
4 Genteng Peneleh 8952 8057 895 161 4 895 179
5 Genteng Kapasari 8774 7896 877 158 4 877 175
6 Genteng Kedungduro 12034 10831 1203 217 6 1203 241
Jumlah 45736 41162 4574 823 23 4574 915
Sumber: Hasil Analsis, 2023
460
Kebutuhan Septic Tank untuk memenuhi kebutuhan pembuangan air limbah di
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, sangat tinggi. Berdasarkan proyeksi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kepadatan Penduduk dan Kawasan Permukiman
(RP2KPKP) Kota Surabaya, kebutuhan Septic Tank di Genteng pada tahun 2044
mencapai 823 unit. Namun, dengan penyesuaian kebijakan pada RP2KPKP,
kebutuhan Septic Tank di Genteng tidak lagi dibutuhkan sebesar itu. Hal ini
dikarenakan pengembangan sanitasi di Genteng akan diarahkan pada sanitasi
terpusat, seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sanitasi terpusat adalah
sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara kolektif dan terpusat di satu
lokasi. Sistem ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sanitasi
setempat, seperti:
461
4.9.2.4 Jaringan Persampahan
Analisis kebutuhan persampahan dilakukan untuk meramalkan jumlah sampah yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia, memungkinkan pengembangan penanganan yang efektif
dengan penyediaan prasarana pendukung untuk mengelola jumlah sampah tersebut. Proyeksi
ini mengacu pada asumsi yang tercantum dalam SNI-3242-2008 tentang pengelolaan sampah
di permukiman. Dalam konteks Kecamatan Genteng Kota Surabaya, prasarana persampahan
menjadi elemen krusial dalam manajemen limbah. Fasilitas ini mencakup tempat
pembuangan sampah, daur ulang, dan sistem pengelolaan yang terorganisir. Dengan
pertumbuhan penduduk yang signifikan, peran prasarana persampahan menjadi semakin
penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di Kecamatan Genteng. Oleh
karena itu, perlu adanya evaluasi dan peningkatan prasarana persampahan guna memenuhi
kebutuhan yang terus berkembang seiring waktu.
462
Tabel 4.9.24 Analisis Volume Timbulan Sampah tahun 2024-2044
Volume Timbulan Sampah (L/Orang/Hari)
Jumlah Non Domestik Jumlah Non
No. Desa/Kelurahan Tahun
Penduduk Domestik Perdagangan Perdagangan Domestik
Jalan Lain-Lain
(Selain Pasar) (Pasar)
1 Embong Kaliasin 11.429 34.286 8.571 1.714 3.429 1.714 15.429
2 Ketabang 6.936 20.808 5.202 1.040 2.081 1.040 9.364
3 Genteng 7.916 23.748 5.937 1.187 2.375 1.187 10.687
4 Peneleh 13.597 40.790 10.198 2.040 4.079 2.040 18.356 2024
463
5 Kapasari 13.661 40.982 10.245 2.049 4.098 2.049 18.442
6 Kedungdoro 14.357 43.070 10.767 2.153 4.307 2.153 19.381
Jumlah 63.462 190.386 47.596 9.519 19.039 9.519 85.673
Volume Timbulan Sampah (L/Orang/Hari)
Jumlah Non Domestik Jumlah Non
No. Desa/Kelurahan Tahun
Penduduk Domestik Perdagangan Perdagangan Domestik
Jalan Lain-Lain
(Selain Pasar) (Pasar)
1 Embong Kaliasin 9.228 27.685 6.921 1.384 2.769 1.384 12.458
2 Ketabang 5.269 15.807 3.952 790 1.581 790 7.113
3 Genteng 5.983 17.948 4.487 897 1.795 897 8.076
4 Peneleh 11.033 33.098 8.275 1.655 3.310 1.655 14.894 2034
464
3 Genteng 5.201 15.603 3.901 780 1.560 780 7.021
4 Peneleh 9.938 29.815 7.454 1.491 2.981 1.491 13.417
5 Kapasari 10.169 30.507 7.627 1.525 3.051 1.525 13.728
6 Kedungdoro 12.763 38.290 9.573 1.915 3.829 1.915 17.231
Jumlah 50.956 152.869 38.217 7.643 15.287 7.643 68.791
465
Berdasarkan hasil interpretasi analisis pada tahun 2024-2044 yang menunjukkan
penurunan volume timbulan sampah sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah
di Kota Surabaya mengalami kemajuan positif. Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab
penurunan tersebut melibatkan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
sampah yang baik, ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang lebih
memadai, dan penerapan teknologi, seperti sistem pengelolaan sampah terpadu (PPST) di
tingkat RT/RW. Meskipun penurunan volume timbulan sampah dianggap positif, masih
diperlukan peningkatan lebih lanjut karena volume sampah Kota Surabaya masih tinggi,
mencapai 1,37 L/orang/hari pada tahun 2024. Untuk mencapai target penurunan volume
timbulan sampah sebesar 0,5 L/orang/hari pada tahun 2044, perlu dilakukan upaya-upaya
intensif serta rekomendasi berikut ini.
Dengan kerjasama dari berbagai pihak, diharapkan Kota Surabaya dapat mencapai
pengelolaan sampah yang lebih baik, menurunkan volume sampah, dan mencapai target yang
telah ditetapkan.
466
Tabel 4.9.25 Analisis Kebutuhan Prasarana Pengelolaan Persampahan tahun 2024-2044
467
4 Peneleh 12.248 94 122 19 4 5 0 0 245
5 Kapasari 13.661 105 137 21 4 5 0 0 273
6 Kedungdoro 14.357 110 144 22 4 6 0 0 287
Jumlah 63.462 488 635 99 20 25 2 0 1.269
468
3 Genteng 5.201 40 52 8 2 2 0 0 104
4 Peneleh 9.938 76 99 16 3 4 0 0 199
5 Kapasari 10.169 78 102 16 3 4 0 0 203
6 Kedungdoro 12.763 98 128 20 4 5 0 0 255
Jumlah 50.956 392 510 80 16 20 2 0 1.019
Berdasarkan analisis tabel, terlihat adanya penurunan signifikan kebutuhan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kecamatan Genteng,
Kota Surabaya, dari 30 unit pada tahun 2024 menjadi 20 unit pada tahun 2044. Penurunan ini dapat dihubungkan dengan perubahan jumlah
469
penduduk yang turun sepanjang periode tersebut. Dinamika sosial dan populasi yang terjadi memberikan peluang untuk mengembangkan
strategi manajemen sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan mengikuti kondisi masa depan. Dalam rangka ini, disarankan untuk
memfokuskan upaya pada peningkatan efisiensi pengelolaan sampah dan memanfaatkan teknologi terkini guna mendukung keberlanjutan
lingkungan di Kecamatan Genteng.
470
4.9.2.5 Jaringan Listrik
Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-2004 tentang Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan dan Surat Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana No. 534/KPTS/M/2001, dapat dilakukan perhitungan analisis proyeksi
kebutuhan jaringan listrik dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
1. Lingkungan perumahan harus dirancang dengan mempertimbangkan perencanaan
penyediaan jaringan listrik yang sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang
berlaku. Pemasangan instalasi listrik di seluruh area perumahan, baik di dalam
bangunan maupun di lingkungannya, harus diintegrasikan dengan mematuhi peraturan
dan persyaratan tambahan yang berlaku. Hal ini mencakup Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL), peraturan yang berlaku di wilayah PLN setempat, dan aturan-aturan
lain seperti AVE. Dengan mematuhi ketentuan ini, lingkungan perumahan dapat
memastikan keandalan dan keamanan penyediaan listrik, serta memastikan kepatuhan
terhadap standar dan regulasi yang berlaku dalam pengaturan instalasi listrik di
wilayah tersebut.
2. Penyediaan kebutuhan daya listrik memiliki beberapa aspek penting. Pertama, setiap
lingkungan perumahan harus memperoleh pasokan daya listrik, baik dari PLN
maupun sumber energi alternatif. Kedua, setiap unit rumah tangga diwajibkan
menerima pasokan daya listrik minimum sebesar 450 VA per rumah tangga. Selain
itu, sarana lingkungan harus mendapatkan pelayanan sebesar 40% dari total
kebutuhan rumah tangga.
3. Terkait dengan alokasi kebutuhan daya listrik di sarana lingkungan, terdapat
pembagian yang jelas. Bagian komersial diharapkan dapat memenuhi 15% dari
kebutuhan rumah tangga, sedangkan pemerintah dan pelayanan umum diharapkan
menyumbang sebanyak 15%. Selain itu, terdapat alokasi cadangan sebesar 10% dari
kebutuhan rumah tangga, memberikan ketangguhan dalam penyediaan daya listrik.
Dengan demikian, kebijakan ini memberikan kerangka kerja yang komprehensif
untuk memastikan penyediaan daya listrik yang memadai di setiap unit dan
lingkungan perumahan.
4. Penyediaan infrastruktur listrik memiliki beberapa aspek penting. Pertama, diperlukan
jaringan listrik lingkungan yang mengikuti hierarki pelayanan, di mana pasokannya
diprediksi berdasarkan jumlah unit hunian dalam blok siap bangun. Selanjutnya, tiang
listrik dijadikan sebagai penerangan jalan, ditempatkan di area damija pada sisi jalur
hijau agar tidak menghambat sirkulasi pejalan kaki di trotoar.
5. Selain itu, gardu listrik diperlukan setiap 200 KVA daya listrik, ditempatkan pada
lahan bebas dari kegiatan umum. Untuk penerangan jalan, intensitasnya diatur sebesar
500 lux dengan ketinggian lebih dari 5 meter dari muka tanah. Namun, daerah di
bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau
kegiatan permanen karena dapat membahayakan keselamatan. Dengan demikian,
penyediaan infrastruktur listrik ini harus memperhatikan aspek keamanan,
ketersediaan daya, dan keberlanjutan lingkungan.
471
Tabel 4.9.26 Analisis Proyeksi Kebutuhan Listrik tahun 2024-2044
472
3 Genteng 6.882 1.376 551 206 206 138 1101 6
4 Peneleh 12.248 2.450 980 367 367 245 1960 10
5 Kapasari 13.661 2.732 1093 410 410 273 2186 11
6 Kedungdoro 14.357 2.871 1149 431 431 287 2297 11
Jumlah 63.462 12.692 5.077 1.904 1.904 1.269 10.154 51
Kebutuhan Listrik (kVA)
Kebutuhan
Jumlah Non Domestik Total
Jumlah Gardu
No. Desa/Kelurahan Pendudu Pemerintah Kebutuhan Tahun
KK Domestik Listriik
k Komersial dan Pelayanan Cadangan Daya (kVA)
(Unit)
Umum
1 Embong Kaliasin 9.228 1.846 738 277 277 185 1477 7
2 Ketabang 5.269 1.054 422 158 158 105 843 4
3 Genteng 5.983 1.197 479 179 179 120 957 5
4 Peneleh 11.033 2.207 883 331 331 221 1765 9 2034
473
1 Embong Kaliasin 8.293 1.659 663 249 249 166 1327 7
2 Ketabang 4.592 918 367 138 138 92 735 4
3 Genteng 5.201 1.040 416 156 156 104 832 4
4 Peneleh 9.938 1.988 795 298 298 199 1590 8 2039
474
Berdasarkan tabel hasil analisis, kebutuhan listrik di Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, akan mengalami penurunan dari tahun 2023
hingga 2044. Pada hasil analisis kebutuhan listrik kecamatan Genteng pada tahun 2023 membutuhkan listrik sebanyak 15.136 KWh per tahun,
namun pada tahun 2044, hasil analisis proyeksi menunjukkan adanya penurunan menjadi 7.162 KWh per tahun akibat adanya penurunan jumlah
penduduk.
475
Penurunan kebutuhan listrik tersebut dapat dilihat dari data jumlah penduduk
Kecamatan Genteng yang mengalami penurunan dari tahun 2023 hingga 2044. Pada tahun
2023, jumlah penduduk Kecamatan Genteng adalah 120.000 jiwa, namun pada tahun 2044,
jumlah penduduk Kecamatan Genteng diperkirakan akan turun menjadi 70.000 jiwa.
Penurunan jumlah penduduk tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Penurunan laju pertumbuhan penduduk.
2. Peningkatan migrasi keluar.
3. Penurunan angka kelahiran.
4. Penurunan jumlah penduduk akan berdampak pada penurunan konsumsi
listrik.
Hal ini dikarenakan konsumsi listrik dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Semakin
banyak jumlah penduduk, semakin besar pula konsumsi listrik. Oleh karena itu, penurunan
kebutuhan listrik di Kecamatan Genteng merupakan hal yang wajar dan sesuai dengan
kondisi yang ada. Penurunan kebutuhan listrik tersebut dapat diantisipasi dengan melakukan
beberapa langkah, antara lain:
1. Mengoptimalkan pemanfaatan energi listrik yang ada.
2. Melakukan efisiensi penggunaan listrik.
3. Mendorong penggunaan energi terbarukan.
Dengan kerjasama yang solid dari berbagai pihak, diharapkan kebutuhan listrik di
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, tetap terpenuhi, meskipun terjadi penurunan jumlah
penduduk di masa mendatang. Analisis menunjukkan bahwa perubahan demografis dapat
memengaruhi kebutuhan listrik, namun dengan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan
listrik, dan masyarakat, dapat diimplementasikan strategi efisiensi dan konservasi energi.
Investasi dalam teknologi terbarukan juga dapat menjadi solusi, mengingat tujuan global
menuju energi berkelanjutan. Dengan begitu, keberlanjutan pasokan listrik di Kecamatan
Genteng dapat dijaga, mendukung perkembangan wilayah ini bahkan dalam perubahan
dinamika populasi.
476
Dari data tabel yang tertera, dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 2044, kebutuhan total daya listrik di Wilayah Perencanaan Genteng
mencapai 7.318 kVA. Penyediaan prasarana energi atau kelistrikan di wilayah tersebut didukung, antara lain, oleh Gardu Induk (GI) Genteng
yang memiliki kapasitas daya sebesar 50 MVA, seperti yang tercatat dalam Buku Pintar Kondisi Sistem Transmisi di Unit Transmisi Jawa
Bagian Timur dan Bali tahun 2016. Perbandingan dilakukan antara total kebutuhan daya listrik dengan kapasitas daya yang tersedia dalam Gardu
Induk (GI) Genteng untuk memastikan ketersediaan daya yang memadai sesuai dengan proyeksi kebutuhan.
477
4.9.2.6 Jaringan Telekomunikasi
Wilayah perencanaan di Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, mengalami penurunan
kebutuhan jaringan telekomunikasi sepanjang rentang waktu 2024 hingga 2044, seperti yang
terrefleksikan dalam proyeksi analisis. Kepentingan memenuhi kebutuhan jaringan
telekomunikasi di lingkungan perumahan menjadi imperatif, sesuai dengan regulasi dan
persyaratan teknis yang telah ditetapkan dalam perundangan yang berlaku. Terutama, hal ini
berlaku untuk prosedur perencanaan umum jaringan telepon di lingkungan perumahan di
kawasan perkotaan.
Fasilitas dan utilitas jaringan telepon yang wajib disediakan di lingkungan perumahan
perkotaan mencakup kebutuhan sambungan telepon dan jaringan telepon. Oleh karena itu,
pengembangan infrastruktur telekomunikasi di Kecamatan Genteng harus tetap mematuhi
standar dan ketentuan yang berlaku, guna memastikan ketersediaan layanan telepon yang
memadai sejalan dengan perubahan dan evolusi kebutuhan komunikasi di tengah masyarakat.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-1733-2004 mengenai Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, persiapan prasarana dan fasilitas jaringan
telepon dalam lingkungan perumahan perkotaan melibatkan pemenuhan kebutuhan
sambungan telepon dan jaringan telepon. Untuk memenuhi persyaratan, kriteria, serta
kebutuhan yang spesifik, langkah-langkah berikut perlu diikuti:
1. Setiap lingkungan perumahan harus menyediakan layanan sambungan telepon rumah
dan telepon umum dengan rasio 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa.
2. Diperlukan minimal satu sambungan telepon umum untuk setiap 250 jiwa penduduk
(unit RT) yang ditempatkan di pusat-pusat kegiatan di lingkungan RT tersebut.
3. Prioritas penempatan pesawat telepon umum sebaiknya di area publik seperti ruang
terbuka umum, pusat lingkungan, atau dekat dengan bangunan sarana lingkungan.
4. Penempatan pesawat telepon harus dilindungi dari cuaca (hujan dan panas matahari)
dan dapat diintegrasikan dengan kebutuhan kenyamanan pengguna telepon umum.
478
Tabel 4.9.28 Analisis Proyeksi Kebutuhan Telekomunikasi tahun 2024-2044
479
Jumlah 63.462 1.953 254 2.207
480
Sambungan Telepon (Unit)
Jumlah
No. Desa/Kelurahan Jumlah (Unit) Tahun
Penduduk Rumah Umum
Berdasarkan data analisis yang terdapat dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan telekomunikasi di Kecamatan Genteng, Kota
Surabaya, akan mengalami penurunan dari tahun 2024 hingga 2044. Analisis kebutuhan telekomunikasi untuk Kecamatan Genteng pada tahun
2024 menunjukkan kebutuhan sambungan telekomunikasi sebanyak 2.466 unit, namun pada tahun 2044, proyeksi analisis menunjukkan
penurunan menjadi 1.590 unit sebagai hasil dari menurunnya jumlah penduduk. Kebutuhan telekomunikasi di Kecamatan Genteng, Kota
Surabaya, akan mengalami penurunan sebesar 42,6% dari tahun 2024 hingga 2044.
481
Penurunan kebutuhan telekomunikasi di Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, sejalan
dengan perencanaan pembangunan di wilayah tersebut. Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Surabaya Tahun 2019-2024 menyebutkan bahwa salah satu
tujuan pembangunan di Kota Surabaya adalah mewujudkan kota yang ramah lingkungan.
Salah satu indikatornya adalah penurunan jumlah penduduk. Penurunan jumlah penduduk di
Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
482
4.10 Analisis Kebijakan
4.10.1 Kebijakan Non-Sektoral
Tabel 4.10.1 Kompilasi Kebijakan Non-Sektoral WP Genteng
Sistem IPA Karang Pilang IV dipasok dari sumber air baku baru dari Genteng atau Dam
Struktur Penyediaan Air Beng atau Mata Air Umbulan.
Ruang Pengembangan Minum
Sistem Infrastruktur Pengembangan Sistem Pematusan rayon Genteng, meliputi sistem Pompa Air (PA).
Perkotaan Darmokali, Ciliwung, PA. Dinoyo, PA. Keputran, Gubeng-Kayon Grahadi, PA.
Sistem Drainase
Kenari-Embong Malang, PA. Flores, Peneleh, Kali Mas, Pelabuhan Barat,
Pelabuhan Timur dan Greges;
Sistem Jaringan Unit Pengembangan VI Tunjungan menetapkan kawasan di sekitar Bandar Udara
Jaringan Transportasi Transportasi Juanda sebagai Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP)
Udara
Pola Ruang Kawasan Kecamatan Genteng termasuk kawasan sempadan Sungai Kalimas yang termasuk
Rencana Kawasan
Sempadan rencana penetapan kawasan sempadan sungai Kota Surabaya
Lindung
Sungai
483
Kawasan Unit Pengembangan VI Tunjungan termasuk kawasan cagar budaya dan ilmu
Pelestarian pengetahuan meliputi bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya
ALam dan Cagar
Budaya
Kawasan Adanya rencana pemantapan fungsi kawasan perdagangan dan jasa. Kawasan
Perdagangan dan Tunjungan; merupakan Perdagangan yang memiliki aspek historis dan merupakan
Jasa Perdagangan eksklusif dengan karakter berbelanja yang berbeda.Pasar Genteng;
merupakan Perdagangan khusus elektronik.
Peruntukan Kecamatan Genteng memiliki jumlah PKL terbanyak sebanyak 2.864 PKL.Terkait
Ruang Kegiatan dengan perencanaan tata ruang, sektor informal perlu ditata dan diarahkan untuk
Sektor Informal bisa selaras,serasi dan saling mendukung aktivitas utama Kota Surabaya
Kawasan Area Genteng memiliki kawasan kota lama Surabaya seperti peneleh dan jalan
Pariwisata tunjungan sebagai pengembangan kawasan daya tarik budaya
Arahan Pengembangan di Kawasan Segiempat Emas Tunjungan dan sekitarnya Sebagai kawasan pusat perdagangan dan
Kecamatan Genteng yang sesuai perkantoran, kawasan Segiempat Emas Tunjungan memerlukan penanganan dan pengelolaan yang
dengan visi Kota Surabaya optimal untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya.
Kawasan Kota Lama Surabaya dan Kawasan Bangunan dan Lingkungan Cagar Budaya. Seiring dengan
waktu, pemanfaatan bangunan yang tidak serasi dengan karakter awal kawasan kota lama dan kampung
lama membuat kawasan ini terlihat kumuh dan cenderung ditinggalkan, sehingga perlu
484
ARAHAN PENGEMBANGAN DALAM RPJMD KOTA SURABAYA TAHUN 2021-2026
Pemberdayaan Masyarakat
485
Gambar 4.10.1 Kompilasi Kebijakan Non-Sektoral WP Genteng
486
4.10.2 Kebijakan Sektoral
Tabel 4.10.2 Kompilasi Kebijakan Sektoral WP Genteng
Rencana Kebijakan
Rencana Rehabilitasi Sistem Saat ini, sistem drainase di Kecamatan Genteng masih belum memenuhi standar. Hal ini
Drainase menyebabkan terjadinya genangan air di beberapa wilayah kelurahan. Sehingga dilakukan evaluasi
timbulnya genangan pada catchment area sistem pematusan greges yang dilayani oleh rumah pompa
greges di rayon Genteng Surabaya, dan melakukan pembagian rayon atau sistem drainase, rehabilitasi
saluran, dan pengalihan arus aliran ke saluran lintas.
Rencana Rumah Pompa Baru Kapasitas rumah pompa baru akan disesuaikan dengan kebutuhan drainase di wilayah tersebut.
Kapasitas rumah pompa yang memadai dapat membantu mengatasi genangan air dengan lebih cepat
dan efektif.
Rencana Kebijakan
Rencana Wisata Belanja Melakukan pembangunan dan melengkapi fasilitas internal gedung sesuai dengan standar
nasional/internasional. Hal ini dimulai dengan integrasi pengembangan wisata.
Rencana Kebijakan
Rencana Pengembangan Spam Kota Menggunakan skenario pengembangan strategis yang didasari pada dua sasaran, yaitu:
Surabaya • Peningkatan cakupan pelayanan menuju teraksesnya penduduk terhadap air minum yang aman dan
sehat.
• Meningkatkan kualitas sarana pendukung keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Minum.
Rencana Pengembangan Jaringan Penambahan jalur perpipaan baru primer, sekunder dan tersier.
487
Rencana Pengembangan Kapasitas Pengembangan dan peningkatan sistem produksi, pengembangan dan peningkatan sistem transmisi
dan distribusi, dan penambahan sambungan serta peningkatan pelayanan pelanggan.
Rencana Pengembangan Dan • Kajian optimalisasi sistem distribusi serta rencana pengembangan dan peningkatan sistem transmisi
Peningkatan Sistem Transmisi Dan dan distribusi (pemanfaatan kapasitas idle IPAM Karangpilang III dan Sistem Umbulan).
Distribusi • Perencanaan Rinci (DED-Detailed Engineering Design) jaringan distribusi utama untuk pemanfaatan
kapasitas idle IPAM Karangpilang III.
• Pemasangan jaringan sistem distribusi utama (primer dan sekunder) pengembangan sistem transmisi
dan distribusi untuk pemanfaatan kapasitas idle IPAM Karangpilang III.
• Perencanaan Rinci (DED-Detailed Engineering Design) pembangunan reservoir pelayanan.
• Pelaksanaan pembangunan reservoir pelayanan.
• Pelaksanaan pembangunan sistem monitoring on-line / SCADA sistem distribusi
• Pelaksanaan peremajaan aset sistem distribusi
• Pembangunan Genset
488
Gambar 4.10.2 Kompilasi Kebijakan Sektoral WP Genteng
489
490
4.11 Analisis Kelembagaan
4.11.1 Kelembagaan Formal
Lembaga formal pemerintahan merupakan organisasi/lembaga perangkat
daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi bertanggung jawab pada aspek
penataan ruang. Dalam hal ini, kelembagaan formal pemerintahan terkait
perencanaan/penataan ruang yang terdapat di Kota Surabaya yaitu Dinas
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang
yang telah diatur berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 51 Tahun
2016 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya, dengan rincian
sebagai berikut:
Struktur Organisasi
Susunan Organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman,
Cipta Karya dan Tata Ruang terdiri atas:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat;
c. Bidang Penataan Ruang;
d. Bidang Bangunan Gedung;
e. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
f. Bidang Pengadaan Tanah dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas
g. UPTD;
491
Gambar 4.11.1 Bagan Organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman,
Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya
Sumber : Rencana Strategis Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta
Karya dan Tata Ruang Tahun 2021-2026
492
pelaporan, dan melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sekretariat mempunyai fungsi:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana program kerja dan petunjuk teknis di bidang
sekretariat;
b) Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di bidang sekretariat;
c) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan instansi lain;
d) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Bidang;
e) Pelaksanaan koordinasi penyusunan peraturan perundang– undangan dan
penanganan masalah hukum;
f) Pelaksanaan koordinasi penyusunan dokumen perencanaan berbasis gender
dan risiko;
g) Pelaksanaan koordinasi penyelesaian rekomendasi hasil pengawasan;
h) Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian;
i) Pelaksanaan pengelolaan kearsipan dan perpustakaan;
j) Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah;
k) Pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokoler;
l) Pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan;
m) Pelaksanaan pengelolaan keuangan;
n) Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi;
o) Pelaksanaan koordinasi pelaporan indikator kinerja perangkat daerah;
p) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di Sekretariat;
q) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang tertuang dalam
dokumen perencanaan strategis; dan
r) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
3) Bidang Penataan ruang
Bidang Penataan Ruang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
di bidang penataan ruang yang meliputi menyusun dan melaksanakan rencana
program dan petunjuk teknis, melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan
lembaga dan instansi lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian,
melaksanakan evaluasi dan pelaporan, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.Bidang Penataan
Ruang mempunyai fungsi:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana program kerja dan petunjuk teknis di Bidang
Penataan Ruang;
b) Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di Bidang Penataan Ruang;
c) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan instansi lain;
d) Pelaksanaan pemrosesan teknis perizinan/non perizinan/rekomendasi sesuai
Bidangnya;
e) Pelaksanaan penyusunan rencana penataan ruang dan kebijakan teknis serta
peraturan penataan ruang;
f) Pelaksanaan penyusunan peraturan teknis dan/atau pendukung pelaksanaan
peraturan penataan ruang;
g) Pelaksanaan sosialisasi perencanaan penataan ruang;
h) Pelaksanaan pelayanan pemanfaatan tata ruang;
493
i) Pelaksanaan pembaharuan peta pemanfaatan tata ruang;
j) Pelaksanaan pemrosesan perizinan bangunan;
k) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang;
l) Pelaksanaan sosialisasi penataan bangunan;
m) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di Bidang Penataan Ruang;
n) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang tertuang dalam
dokumen perencanaan strategis; dan
o) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya
4) Bidang Bangunan Gedung
Bidang Bangunan Gedung mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Dinas di bidang bangunan gedung yang meliputi menyusun dan melaksanakan
rencana program dan petunjuk teknis, melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan
lembaga dan instansi lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian,
melaksanakan evaluasi dan pelaporan, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Bangunan Gedung mempunyai fungsi: melaksanakan pengawasan dan
pengendalian, melaksanakan evaluasi dan pelaporan, dan melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.
5) Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang perumahan dan kawasan permukiman
yang meliputi menyusun dan melaksanakan rencana program dan petunjuk teknis,
melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain,
melaksanakan pengawasan dan pengendalian, melaksanakan evaluasi dan pelaporan,
dan melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai
fungsi:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana program kerja dan petunjuk teknis di Bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman;
b) Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
c) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan instansi lain;
d) Pelaksanaan pemrosesan teknis perizinan/non perijinan/rekomendasi sesuai
Bidangnya;
e) Pelaksanaan penyusunan kebijakan penataan perumahan dan kawasan
permukiman;
f) Pelaksanaan penyusunan rencana teknis perbaikan rumah tidak layak huni;
g) Pelaksanaan perbaikan rumah tidak layak huni;
h) Pelaksanaan penataan dan peningkatan kualitas infrastruktur kawasan
permukiman kumuh/prioritas;
i) Pelaksanaan monitoring dalam rangka pencegahan kawasan permukiman
kumuh;
j) Pelaksanaan rencana teknis pembangunan rumah susun dan rumah khusus;
494
k) Pelaksanaan pembangunan rumah susun dan rumah khusus;
l) Pelaksanaan pemeliharaan rumah susun dan rumah khusus;
m) Pelaksanaan penyusunan kebijakan pengelolaan rumah susun;
n) Pelaksanaan perumusan penetapan harga sewa rumah susun;
o) Pelaksanaan inventarisasi dan pendataan wajib retribusi atau pihak yang
menyewa rumah susun;
p) Pelaksanaan pengelolaan rumah susun;
q) Pelaksanaan penagihan dan pengumpulan pembayaran uang sewa, rekening
listrik, air dan gas;
r) Pelaksanaan pembukuan, penyetoran dan pelaporan hasil penerimaan uang
sewa, rekening listrik, air dan gas;
s) Pelaksanaan pengawasan rumah susun serta sarana dan prasarana
penunjangnya;
t) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman;
u) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang tertuang dalam
dokumen perencanaan strategis;
v) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
6) Bidang Pengadaan Tanah dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas
Bidang Pengadaan Tanah dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang pengadaan tanah dan
penyelenggaraan prasarana sarana utilitas yang meliputi menyusun dan melaksanakan
rencana program dan petunjuk teknis, melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan
lembaga dan instansi lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian,
melaksanakan evaluasi dan pelaporan, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bidang Pengadaan
Tanah dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas mempunyai fungsi:
a) Pelaksanaan penyusunan rencana program kerja dan petunjuk teknis di Bidang
Pengadaan Tanah Dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas;
b) Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di bidang Pengadaan Tanah
Dan Penyelenggaraan Prasarana Sarana Utilitas;
c) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga dan instansi lain;
d) Pelaksanaan pemrosesan teknis perizinan/non perizinan/rekomendasi sesuai
Bidangnya;
e) Pelaksanaan perumusan kebijakan teknis pengadaan tanah dan/atau bangunan
untuk kepentingan umum non infrastruktur;
f) Pelaksanaan penyiapan dokumen tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan
tahap penyerahan hasil pengadaan tanah non infrastruktur;
g) Pelaksanaan pengajuan proses penetapan lokasi pengadaan tanah dan/atau
bangunan non infrastruktur;
h) Pelaksanaan pembiayaan pengadaan tanah dan/atau bangunan non
infrastruktur;
495
i) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pengadaan tanah dan/atau
bangunan untuk kepentingan umum non infrastruktur;
j) Pelaksanaan perumusan kebijakan penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas
(PSU);
k) Pelaksanaan verifikasi atas penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas (PSU);
l) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang pengadaan tanah dan
penyelenggaraan prasarana sarana utilitas;
m) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang tertuang dalam
dokumen perencanaan strategis;
n) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya
496
E. Mengkoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan daerah tentang
rencana tata ruang Kota Surabaya kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah Provinsi dan Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
F. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang Kota Surabaya ke
provinsi;
G. Mengkoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang Kota Surabaya; dan
H. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang Kota Surabaya.
2. Pemanfaatan Ruang, meliputi:
A. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam
pemanfaatan ruang baik di Kota Surabaya dan memberikan pengarahan serta saran
pemecahannya;
B. Memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
pemanfaatan ruang;
C. Memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait rencana tata ruang
Kota Surabaya;
D. Menjaga akuntabilitas public sebagai bentuk layanan pada jajaran pemerintah,
swasta, dan masyarakat;
E. Melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar kabupaten/kota;
dan
F. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.
3. Pengendalian Pemanfaatan Ruang, meliputi:
A. Mengkoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem Kota Surabaya;
B. Memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang Kota Surabaya;
C. Melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang Kota Surabaya dengan provinsi dan dengan
kabupaten/kota terkait;
D. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
penyelenggaraan penataan ruang;
E. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk menjaga
konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; dan
F. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
4. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Badan secara berkala kepada Walikota
Surabaya.
Selain susunan keanggotaan diatas terdapat pula susunan keanggotaan Kelompok
Kerja Perencanaan Tata Ruang sebagai berikut:
● Ketua : Kepala Bidang Fisik dan Prasarana pada Badan Perencanaan
Pembangunan Kota Surabaya
● Wakil Ketua : Kepala Bidang Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kota Surabaya
● Sekretaris : Kepala Sub Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang Wilayah
pada Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya
● Anggota :
1) Kepala Bidang Perancangan dan Pemanfaatan pada Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya
497
2) Kepala Bidang Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya
3) Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan pada Dinas Pertanian Kota
Surabaya
Dalam koordinasi tata ruang daerah juga terdapat Kelompok Kerja Pengendalian
Pemanfaatan Ruang, dengan susunan sebagai berikut:
● Ketua : Kepala Bidang Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota
Surabaya
● Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kota Surabaya
● Sekretaris : Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang pada Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang Kota Surabaya
● Anggota :
1) Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan pada Badan Lingkungan
Hidup Kota Surabaya
2) Kepala Bidang Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kota Surabaya
3) Kepala Bidang Perikanan dan Kelautan pada Dinas Pertanian Kota Surabaya
498
7. Menginventarisasi dan mengkaji permasalahan dalam pemanfaatan dan pengendalian
pemanfaatan ruang serta memberikan alternatif pemecahannya untuk dibahas dalam
sidang pleno Badan.
499
Gambar 4.11.2 Struktur Organisasi Tingkat Kecamatan Genteng Kota Surabaya
500
Gambar 4.11.3 Struktur Organisasi Tingkat Kecamatan Genteng Kota Surabaya 2023
• Tugas Pokok:
Adapun uraian tugas dan fungsi serta susunan organisasi Kecamatan dalam
rangka meningkatkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan
publik dan pemberdayaan masyarakat dan Kelurahan mempunyai tugas:
1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan umum;
2. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
3. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum;
4. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Daerah dan
Peraturan Walikota;
501
5. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan sarana pelayanan umum;
6. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang
dilakukan oleh Perangkat Daerah di tingkat kecamatan;
7. Membina dan mengawasi kegiatan di Kelurahan;
8. Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
yang tidak dilaksanakan oleh unit kerja daerah yang ada di Kecamatan;
9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undangan;
10. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
• Fungsi:
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Kecamatan
mempunyai fungsi:
1) Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis;
2) Pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis;
3) Pelaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi
lain;
4) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian;
5) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan
pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas
dan fungsinya
No Jabatan Tugas
502
melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan
instansi lain, melaksanakan pengawasan dan pengendalian,
melaksanakan evaluasi dan pelaporan dan melaksanakan
tugas-tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
503
merupakan aset/Barang Milik Daerah di wilayah
kerjanya;
G. Melaksanakan pengawasan perizinan bangunan di
wilayah kerjanya;
H. Melaksanakan koordinasi penanggulangan bencana dan
perlindungan masyarakat;
I. Melaksanakan deteksi dini di bidang penanggulangan
bencana dan perlindungan masyarakat,serta
ketentraman dan ketertiban umum;
J. Melaksanakan pemrosesan teknis perizinan /non
perizinan yang menjadi kewenangan kecamatan;
K. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian di Seksi
Ketentraman dan Ketertiban Umum;
L. Menyiapkan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kinerja yang tertuang dalam dokumen
perencanaan strategis; dan
M. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.
504
I. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian di Seksi
Kesejahteraan Rakyat dan Perekonomian;
J. Menyiapkan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kinerja yang tertuang dalam dokumen
perencanaan strategis;
K. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.
505
❖ Menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan,
sosial kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
❖ Memfasilitasi dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
❖ Menggali dan mengembangkan potensi masyarakat untuk pembangunan.
❖ Mengelola swadaya gotong royong masyarakat.
❖ Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan.
LPMK berperan penting dalam mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan dan berpihak pada masyarakat. LPMK dapat menjadi jembatan antara
masyarakat dan pemerintah dalam menampung dan mewujudkan aspirasi masyarakat.
4.11.5 Skema Kerjasama antar Kelembagaan Guna Potensi Utama Perdagangan dan Jasa
serta Budaya
Pengembangan kawasan Genteng untuk menjadi daerah pusat kegiatan Perdagangan
dan Jasa merupakan bentuk kerjasama berbagai stakeholder pemerintah Kota Surabaya,
Kecamatan, Kelurahan, dan swasta. Banyak hal kerja sama yang harus ada sinergi dari
Kecamatan Genteng sebagai penengah antara kebutuhan warga Kelurahan yang memang
diberi dakel(Dana Kelurahan) sebagai penanganan permasalahan kelurahan diselaraskan
kepada Pemerintahan Kota Surabaya. Ada beberapa point kerja sama seperti berikut
1. Untuk memberikan pemberdayaan kepada masyarakat Kecamatan Genteng terutama
usia produktif kerja guna mengurangi angka pengangguran maka Pemerintahan
Kecamatan Genteng berkoordinasi dengan para stakeholder Pemerintahan
Kelurahan-kelurahan, Disnaker Kota Surabaya, Perhotelan Surabaya dan
Pemerintahan Kota Surabaya mengadakan pelatihan bartender untuk memberikan
pengoptimalan juga pada Kecamatan Genteng sebagai daerah pusat perdagangan dan
jasa Kota Surabaya
2. Dalam rangka menjaga eksistensi perdagangan dan jasa serta penataan ruang menjadi
lebih terstruktur pada PKL-PKL area Kecamatan Genteng yang sangat banyak maka
dilakukan generalisasi tempat layaknya Sentra Wisata Kuliner (SWK). Pembuatan
SWK ini adanya kerja sama antara Pemerintahan Kota Surabaya, Pemerintahan
Kecamatan Genteng, dan CSR Jatim.
3. Kecamatan Genteng memiliki sebuah daerah budaya yang perlu dijaga keasliannya.
Dalam hal ini sesuai pengarahan kebijakan penataan ruang, wilayah Kelurahan
Peneleh menjadi daerah budaya dikarenakan adanya kampung kelahiran presiden
pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno serta tempat budaya lainya. Dengan adanya ini
ada unsur kerjasama antara Pemerintahan Kelurahan Peneleh, Pemerintahan
Kecamatan Genteng, Disbudparpora Surabaya, dan Pemerintahan Kota Surabaya
506
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2023
507
Tabel 4.12.1 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Surabaya Tahun 2016-2020
Rata—Rata
2016 2017 2018 2019 2020 Pertumbuhan
No Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) 5 Tahun
Terakhir
Pendapatan
508
2. Pendapatan 2.730.547.506.504,00 2.821.706.827.498,00 2.971.893.970.892,00 3.104.324.585.538,00 2.725.829.859.924,00 0,23%
Transfer
Transfer - - - - - -
Pemerintah
Pusat Lainnya
Dana Otonomi - - - - - -
Khusus
509
Dana - - - - - -
Penyesuaian
Pendapatan - - - - - -
Bagi Hasil
Lainnya
510
Pendapatan - - 181.544.145.050,00 193.272.300.435,00 406.930.962.878,99 0,00%
Hibah
Pendapatan - - - - - 0,00%
Dana
Darurat
Pendapatan - - - - - 0,00%
Lainnya
Dari data yang tertera dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa pendapatan daerah Pemerintah Kota Surabaya mengalami
pertumbuhan selama lima tahun terakhir di hampir semua aspek pendapatan daerah, kecuali pada tahun 2020 yang mencatatkan
penurunan hampir di seluruh sektornya. Hanya komponen pendapatan daerah lain-lain yang sah yang mencatatkan peningkatan
yang signifikan pada tahun tersebut.
Uraian pertumbuhan belanja daerah Kota Surabaya pada tahun 2016 hingga tahun 2020 disajikan pada tabel berikut:
511
Tabel 4.12.2 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah Kota Surabaya Tahun 2016-2020
Rata—Rata
2016 2017 2018 2019 2020
No Uraian Pertumbuhan (%) 5
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Tahun Terakhir
Belanja Daerah
Belanja 0 - - - - 0,00%
Bunga
Belanja Hibah 214.488.1 43.792 111.504.4 10.055 81.167.51 7.434 96.586.05 3.683 340.851.5 16.728 49,17%
512
Belanja 0 - - - - 0,00%
Bantuan
Sosial
Belanja 1.128.270. 000 1.376.863. 000 2.158.290. 000 1.774.968. 000 8.627.900. 535 111,78%
Bantuan
Keuangan
Belanja Tanah 260.881.2 30.581 733.007.9 17.033 451.951.7 90.061 657.676.4 08.325 299.284.7 78.936 33,41%
Belanja 291.820.5 86.629 514.721.3 64.936 540.722.7 86.920 527.897.4 91.678 204.643.0 54.890 4,46%
Peralatan
dan Mesin
Belanja 604.614.2 90.149 577.147.3 75.916 759.324.4 70.024 735.791.3 16.962 605.850.2 97.517 1,57%
Gedung dan
Bangunan
Belanja Jalan, 629.706.5 19.468 687.870.7 07.690 671.323.9 05.021 819.894.4 83.911 453.938.7 06.031 -3,92%
Irigasi,
dan Jaringan
513
Belanja Aset 410.713.0 00 2.642.716. 710 5.396.119. 683 12.110.23 3.206 18.765.23 0.254 206,75%
Tetap
Lainnya
Belanja Aset 1.960.705. 000 2.501.575. 961 1.341.967. 600 934.890.0 00 1.181.091. 977 -5,69%
Lainnya
514
Pendapatan
Lainnya
Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa selama periode tahun 2016 hingga 2020, terjadi peningkatan
setiap tahun dalam realisasi belanja operasional, dengan rata-rata pertumbuhan tahunan mencapai 4,78%. Begitu juga, belanja modal juga
mengalami kenaikan rata-rata tahunan sebesar 2,02%. Belanja tak terduga mencatat pertumbuhan yang signifikan dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 229,71%, diikuti oleh belanja bantuan keuangan sebesar 111,78%, dan belanja hibah yang meningkat sekitar 49,17%. Pada sektor
belanja modal, terlihat perlambatan pertumbuhan dalam realisasi belanja tanah pada tahun 2020, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 33,41%.
Sementara itu, belanja modal untuk pengadaan peralatan dan mesin juga mengalami perlambatan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,46%.
Proses realisasi belanja dan rata-rata pertumbuhan belanja tersebut mencerminkan dampak pandemi Covid-19, yang mendorong Pemerintah
Kota Surabaya untuk lebih memprioritaskan kebijakan anggaran dalam rangka pemulihan ekonomi.
515
4.12.3 Pengeluaran Daerah
Informasi realisasi pengeluaran pembiayaan digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana pengeluaran pemerintah yang bersifat mengikat
dapat dipenuhi oleh surplus anggaran yang ada. Pengeluaran pembiayaan termasuk dalam komponen pengeluaran daerah. Berikut adalah
deskripsi terkait data realisasi pengeluaran pembiayaan Pemerintah Kota Surabaya selama lima tahun terakhir dan perkembangannya.
Tabel 4.12.3 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Kota Surabaya Tahun 2016-2020
Rata—Rata
2016 2017 2018 2019 2020
No Uraian Pertumbuhan(%) 5
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Tahun Terakhir
516
Pemerintah
Daerah
Berdasarkan data dalam tabel, dapat disimpulkan bahwa selama 5 tahun terakhir, Pemerintah Kota Surabaya tidak mengimplementasikan
kebijakan terkait alokasi anggaran untuk pengeluaran pembiayaan, terutama terkait penyertaan modal. Hal ini berbeda dengan kebanyakan
Pemerintah Daerah di Indonesia yang umumnya mengalokasikan anggaran untuk kebijakan penyertaan modal. Selain itu, kebijakan alokasi
anggaran untuk penyertaan modal pada Bank Daerah atau BUMD lainnya juga belum diterapkan karena masih ada proses penataan regulasi
terkait kebijakan pengelolaan BUMD dan organisasi BUMD.
517
4.12.4 Perhitungan Kerangka Pendapatan
Perhitungan kerangka pendanaan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan total kapasitas keuangan daerah yang akan digunakan
untuk mendukung belanja atau pengeluaran berkala yang bersifat wajib dan mengikat. Selain itu, perhitungan ini juga mencakup penentuan
alokasi dana untuk prioritas utama dan program-program pembangunan jangka menengah daerah selama periode lima tahun mendatang.
Tabel 4.12.4 Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Surabaya Tahun 2021-2026
2016 2017 2018 2019 2020
No Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Pendapatan 8.417.080.094.018 8.883.179.772.151, 9.342.705.510.774,4 9.850.353.215.426,9 10.264.423.767.76
1.
Daerah ,00 69 8 0 0,70
Pencairan Dana
2. Cadangan 0 0 0 0 0
(Sesuai Perda)
Sisa Lebih
(Riil) 871.750.667.162,0 1.111.506.817.422, 1.096.604.314.233,6 1.103.936.395.729,2 1.095.690.576.710,
3,
Perhitungan 0 32 3 5 49
Anggaran
Total 9.288.830.761.180 9.994.686.589.574, 10.439.309.825.008, 10.954.289.611.156, 11.360.114.344.47
Penerimaan ,00 01 10 10 1,20
518
Dikurangi:
Pengeluaran
1. 10.000.000.000,00 8.754.996.387,00 0 0 0
Pembiayaan
Kapasitas Rill
9.288.830.761.180 9.994.686.589.574, 10.439.309.825.008, 10.954.289.611.156, 11.360.114.344.47
Kemampuan
,00 01 10 10 1,20
Keuangan
Kapasitas riil Pemerintah Kota Surabaya selama 5 tahun yang akan datang, dipergunakan untuk membiayai 3 kelompok prioritas sebagai
berikut:
1. Prioritas Pertama untuk membiayai belanja wajib yang ketentuannya diatur didalam peraturan Perundang-undangan, antara lain:
a. Belanja fungsi pendidikan
b. Belanja fungsi kesehatan
c. Belanja infrastructure
2. Prioritas Kedua digunakan untuk memenuhi belanja dalam rangka menjalankan visi misi Walikota Surabaya terpilih tahun
2022-2026.
3. Prioritas Ketiga untuk mempunyai prioritas penyelenggaraan Pemerintah Daerah lainnya.
519
Berikut rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah Kota Surabaya berdasarkan prioritas anggaran disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.12.5 Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah (Proyeksi Penerimaan Daerah) Kota Surabaya
No Uraian Proyeksi
520
Tabel 4.12.6 Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2021 sampai dengan Tahun 2026 Kota Surabaya
No. Uraian Rata-Rata Proyeksi
Pertumbuhan 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1. PENDAPA 3,51% 8.660.402.684 8.417.080.094 8.883.179.772 9.342.705.510. 9.850.353.215. 10.264.423.767
TAN .341 .018 .152 774 427 .761
1.1 Pendapatan 2,39% 5.561.555.949 5.273.455.822 5.429.488.185 5.681.342.275. 5.956.514.920. 6.235.092.136.
Asli Daerah .381 .848 .117 941 328 512
1.1.2 Pajak 2,28% 4.442.976.688 4.043.985.365 4.250.018.419 4.466.769.358. 4.694.574.595. 4.933.997.900.
Daerah .357 .437 .053 425 705 086
1.1.3 Retribusi 0,62% 332.030.853.5 362.262.126.6 335.071.429.7 336.729.756.54 338.396.290.69 340.042.375.11
Daerah 90 43 37 2 5 2
1.1.4 Hasil 11,57% 172.056.350.0 167.501.717.5 215.512.698.8 241.198.135.13 269.944.837.07 291.578.683.87
Pengelolaan 58 12 94 1 6 7
Kekayaan
Daerah yang
Disahkan
1.1.5 Lain-Lain 2,01% 614.492.057.3 699.706.613.2 628.885.637.4 636.645.025.84 653.599.196.85 669.473.177.43
PAD yang 76 57 32 3 2 7
Sah
1.2 Pendapatan 4,64% 2.891.701.734 2.936.479.271 3.163.891.320 3.318.586.811. 3.488.401.551. 3.623.894.887.
Transfer .960 .170 .918 820 553 703
521
1.2.1 Transfer 4,32% 2.021.185.078 1.995.962.614 2.192.719.754 2.292.544.991. 2.292.544.991. 2.489.439.045.
Pemerintah .000 .210 .809 380 380 507
Pusat-Dana
Perimbanga
n
1.2.1. Dana Bagi 12,91% 341.915.069.0 341.915.069.0 476.512.925.1 520.451.547.29 568.441.691.22 606.872.957.77
1 Hasil Pajak 00 00 84 4 1 3
1.2.1. Dana Bagi 29,82% 39.968.092.00 39.968.092.00 70.235.033.09 91.867.537.265 120.162.887.82 134.320.531.46
2 Hasil Bukan 0 0 3 8 8
Pajak
1.2.1. Dana 0,90% 1.221.563.157 1.221.563.157 1.234.408.358 1.248.691.050. 1.263.139.000. 1.277.177.010.
3 Alokasi .000 .000 .663 752 385 913
Umum
1.2.1. Dana 2,53% 417.738.760.0 392.516.296.2 411.563.437.8 431.534.856.06 452.475.402.01 471.068.545.35
4 Alokasi 00 10 68 9 2 3
Khusus
1.2.2 Transfer 0,00% 48.197.603.00 48.197.603.00 48.197.603.00 48.197.603.000 48.197.603.000 48.197.603.000
Pemerintah 0 0 0
Pusat
Lainnya
522
1.2.2. Dana 0,00% 0 0 0 0 0 0
1 Otonomi
Khusus
1.2.2. Dana 0,00% 0 0 0 0 0 0
2 Penyesuaian
1.2.2. Dana 0,00% 48.197.603.00 48.197.603.00 48.197.603.00 48.197.603.000 48.197.603.000 48.197.603.000
3 Insentif 0 0 0
Daerah
1.2.3 Transfer 5,74% 822.319.053.9 892.319.053.9 922.973.963.1 977.844.217.44 1.035.984.967. 1.086.258.239.
Pemerintah 60 60 08 0 108 195
Provinsi
1.2.3. Pendapatan 5,76% 818.613.653.9 888.613.653.9 919.177.181.6 974.000.903.66 1.032.094.550. 1.082.322.134.
1 Bagi Hasil 60 60 99 1 670 116
Pajak dari
Provinsi
1.2.3. Pendapatan 0,00% 0 0 0 0 0 0
2 Bagi Hasil
Lainnya
1.2.3. Bantuan 1,22% 3.705.400.000 3.705.400.000 3.796.781.409 3.843.313.779 3.890.416.438 3.936.105.079
3 Keuangan
523
Provinsi
Lainnya
1.3 Lain-Lain 15,29% 207.145.000.0 207.145.000.0 289.800.266.1 342.776.423.01 405.436.743.54 405.436.743.54
Pendapatan 00 00 18 3 6 6
Daerah yang
Sah
1.3.1 Pendapatan 0,00% 0 0 0 0 0 0
Hibah
1.3.2 Pendapatan 0,00% 0 0 0 0 0 0
Dana
Darurat
1.3.3 Pendapatan 0,00% 0 0 0 0 0 0
Lainnya
1.3.4 Lain-Lain 15,29% 207.145.000.0 207.145.000.0 289.800.266.1 342.776.423.01 405.436.743.54 405.436.743.54
Pendapatan 00 00 18 3 6 6
Daerah
yang Sah
524
2.1 Belanja 3,73% 7.442.236.820 7.481.485.187 7.954.731.865 8.341.353.023. 8.644.749.222. 8.938.397.380.
Operasi .643 .643 .369 312 271 571
2.1.1 Belanja 2,12% 2.651.970.819 2.637.351.536 2.707.787.222 2.784.082.764. 2.862.467.831. 2.943.335.915.
Pegawai .266 .085 .125 994 456 234
2.1.2 Belanja 4,91% 4.535.628.975 4.620.935.629 5.013.742.253 5.130.419.704. 5.545.234.028. 5.758.014.103.
Barang dan .383 .026 .872 898 939 461
Jasa
2.1.3 Belanja 6,14% 254.572.466.1 223.198.022.5 233.202.389.3 426.850.553.42 237.047.361.87 237.047.361.87
Hibah 94 32 72 0 6 6
2.1.4 Belanja 0,00% 64.559.800 0 0 0 0 0
Bantuan
Sosial
2.2 Belanja 3,04% 2.369.905.973 1.781.095.573 2.014.949.727 2.081.706.801. 2.293.290.388. 2.405.466.963.
Modal .223 .537 .818 696 885 90
2.2.1 Belanja 3,66% 337.183.109.8 237,608,552,7 318.796.354.7 317.695.111.57 352.569.928.74 363.594.415.11
Modal 64 31 38 6 6 5
Tanah
2.2.2 Belanja 6,89% 302.271.132.5 290,527,262,1 353.166.450.7 368.340.324.22 408.824.560.37 414.592.891.01
Modal 10 20 76 6 3 4
Peralatan
dan Mesin
525
2.2.3 Belanja 4,50% 657.307.577.4 413,840,698,4 598.227.342.4 651.215.239.66 672.468.470.95 706.120.490.59
Modal 03 07 28 0 5 3
Gedung
dan
Bangunan
2.2.4 Belanja 1,54% 1.053.744.116 821,633,314,9 725.350.016.6 724.891.224.19 838.999.376.67 900.626.730.05
Modal Jalan, .364 02 46 2 4 0
Irigasi, dan
Jaringan
2.2.5 Belanja 1,30% 19.400.037.08 17,485,745,37 19.409.563.23 19.564.902.042 20.428.052.137 20.532.437.128
Modal Aset 2 7 0
Tetap
Lainnya
2.3 Belanja 0,00% 15.000.000.00 15.000.000.00 15.000.000.00 15.000.000.000 15.000.000.000 15.000.000.000
Tidak 0 0 0
Terduga
2.3.1 Belanja 0,00% 15.000.000.00 15.000.000.00 15.000.000.00 15.000.000.000 15.000.000.000 15.000.000.000
Tidak 0 0 0
Terduga
2.4 Belanja 0,00% 1.250.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000 1.250.000.000
Transfer
526
2.4.1 Belanja Bagi 0,00% 750.000.000 750.000.000 750.000.000 750.000.000 750.000.000 750.000.000
Hasil
2.4.2 Belanja 0,00% 500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000
Bantuan
Keuangan
3. PEMBIAY 0,58% 1.167.990.109 861.750.667.1 1.102.751.821 1.096.604.314. 1.103.936.395. 1.095.690.576.
AAN .525 62 .035 234 729 710
3.1 Penerimaan 0,37% 1.177.990.109 871.750.667.1 1.111.506.817 1.096.604.314. 1.103.936.395. 1.095.690.576.
Pembiayaan .525 62 .422 234 729 710
3.2 Pengeluaran 0,00% 10.000.000.00 10.000.000.00 8.754.996.387 0 0 0
Pembiayaan 0 0
Sumber: RPJMD Kota Surabaya Tahun 2021-2026
527
ukur yang mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam mendanai kegiatan pemerintahan, menyediakan layanan
masyarakat, dan mendukung pembangunan tanpa mengandalkan dana dari instansi pusat.
Rasio kemandirian keuangan daerah diukur dengan membandingkan jumlah pendapatan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah dibagi dengan total pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan Provinsi, serta pinjaman
daerah. Semakin tinggi nilai rasio ini, semakin tinggi tingkat kemandirian keuangan daerah. Formula yang digunakan
untuk mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah adalah sebagai berikut:
528
2019 5.381.920.253.809,67 3.104.324.585.538,00 173% Tinggi Delegatif
2020 4.289.960.292.372,98 2.725.829.859.924,00 157% Tinggi Delegatif
RATA-RATA 166% Tinggi Delegatif
529
Tabel 4.12.9 Kriteria Penilaian Ketergantungan Daerah
530
Rata-rata persentase rasio ketergantungan keuangan daerah Kota Surabaya selama lima tahun tergolong cukup.
Persentase tertinggi terjadi pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan pemerintah Kota Surabaya sudah tidak sepenuhnya
bergantung pada pemerintah pusat.
531
Tabel 4.12.12 Perhitungan Rasio Desentralisasi Fiskal
Persentase Rasio
Tahun Realisasi PAD Jumlah Pendapatan Keterangan
Kemandirian
2016 4.090.206.769.387,53 6.825.754.275.891,53 60% Sangat Baik
2017 5.161.844.571.171,67 8.033.573.163.669,67 64% Sangat Baik
2018 4.973.031.004.727,10 8.175.219.120.669,10 61% Sangat Baik
2019 5.381.920.253.809,67 8.765.153.020.782,67 61% Sangat Baik
2020 4.289.960.292.372,98 7.545.416.994.175,97 57% Sangat Baik
RATA-RATA 61% Sangat Baik
Rata-rata rasio desentralisasi fiskal Kota Surabaya pada tahun 2016 hingga 2020 berada pada kategori sangat baik,
artinya tingkat kontribusi PAD Kota Surabaya dalam menyelenggarakan desentralisasi tergolong sangat tinggi.
532
Tabel 4.12.3 Kriteria Penilaian Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah
533
Tahun Realisasi PAD Anggaran PAD Persentase Rasio Kemandirian Kriteria
Rata-rata persentase rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya pada tahun 2016 hingga 2020 menunjukkan nilai di atas
100%. Hal ini menyebabkan nilai rasio efektivitas PAD-nya sangat efektif dengan rata-rata 101%, yang menunjukkan kemampuan daerahnya
sangat baik.
534
535