Anda di halaman 1dari 21

PASAR DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

Dosen Pengampu :
Dr. Ni Putu Nita Anggraini,SE.MM

OLEH
KELOMPOK ……….. :

I Nyoman Tito Anggara Putra 13/2102612010032


Luh Putu Diah Pirayanti 14/2102612010033
I Gusti Ngurah Dana 15/2102612010035

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2024

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
PEMBAHASAN ................................................................................................ 1
1.1 Pengertian Pasar......................................................................................... 1
1.2 Aturan Perlindungan Konsumen ............................................................... 9
DAFTAR PSUTAKA ...................................................................................... 19

ii
PEMBAHASAN

1.1 Pasar
1.1.1 Pengertian Pasar
Pasar dalam teori ekonomi adalah kumpulan dari seluruh
permintaan dan penawaran dari barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut bentuk fisiknya, pasar terdiri atas pasar konkret dan
pasar abstrak. Pasar Konkrit adalah tempat dimana berkumpul para
pembeli dan pejual untuk memper- dagangakan barang-barang.
Sedangkan pasar abstrak terjadi apabila barang-barang yang
diperdagangkan tidak ada di pasar. Hubungan antara permintaan dan
penawaran dilakukan secara tidak nyata atau secara tertulis.
Contohnya: bursa saham.
Dipandang dari sudut geografis, pasar dibagi menjadi tiga macam:
1. Pasar lokal: hanya meliputi suatu tempat tertentu dimana biasanya
diperjualbelikan keperluan sehari-hari. Contoh, bahan-bahan
makanan.
2. Pasar regional: meliputi daerahnyang agakluas. Perdagangn
barang-barang dikirim dari satu daerah kedaerah lain. Contoh,
sayur manyur didatangkan dar Pulau Jawa.
3. Pasar dunia: meliputi daerah yang luas. Contoh, pasar untuk
karet.
❖ Untuk menentukan bentuk sebuah pasar harus diperhatikan:
a. Jumlah penjual dan jumlah pembeli
b. Barang yang diperjualbelikan apakah sejenis (homogen) atau
berbeda.
c. Bagaimana hubungan antara penjual dan pembeli

1
1.1.2Macam-Macam Pasar Output dan Input
A. Pasar output
Pasar output adalah pasar yang memperjualbelikan produk
(barang/jasa) sebagai hasil produksi perusahaan.
1. Pasar menurut bentuknya
a) Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competition)
Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara
permintaan dan penawaran yang ditandai oleh jumlah produsen dan
konsumen sangat banyak dan hampir tidak terbatas.
Ciri-ciri pokok pasar persaingan sempurna adalah sebagai berikut.
1) Terdapat banyak sekali penjual (perusahaan) dan pembeli
2) Produk-produk homogen (persis sama)
3) Bebas masuk keluar pasar
4) Penjual dan pembeli mengetahui kondisi pasar secara sempurna
5) Faktor-faktor produksi bergerak bebas
6) Tidak ada campur tangan pemerintah

Konsekuensi dan ciri-ciri persaingan sempurna adalah sebagai berikut.


1) Masing-masing penjual hanya berperan sebahgai price taker
(penerima harga).
2) Kurva permintaan yang dihadapi oleh setiap penjual secara
individual berbeda dengan kurva permintaan pasar.
3) Produsen tidak terlalu bersaing satu sama lin karena adanya
homogenitas produk dan banyaknya produsen.
4) Barang yang ditawarkan penjual akamn laku berapa pun jumlahnya
tanpa mengalami penurunan harga.

Kebaikan pasar persaingan sempurna adalah sebagai berikut.


1) Pada pasar persaingan sempurna tidak tampak kegiatan saling
menyaingi anter penjual.

2
2) Penjual tidak mungkin mengadakan persaingan harga dengan
maksud merebut pasar karena harga pasar adalah suatu yang harus
diterima masing-masing produsen.
3) Barang yang ditawarkan penjual akan laku berapa pun jumlahnya
tanpa mengalami penurunan harga.
4) Tidak mungkin mengubah bentuk barang untuk merebut pasar
karena adanya homogenitas barang.
5) Informasi tentang pasar telah diketahui oleh saingan usaha dan usaha
untuk menyaingi perusahaan lainnya juga tidak menghasilkan apa-
apa karena jumlah saingan sangat tidak terbatas.
6) Konsumen tidak perlu beradu tegang tentang tawar-menawar harga
barang karena harga tidak dapat dipengaruhi oleh siapa pun.

Kelemahan pasar persaingan sempurna adalah sebagai berikut.


1) Pasar persaingan sempurna sulit dijumpai, sebab:
a. Homogenitas barang sulit dilaksanakan sebab konsumen lebih
sering datang ke pasar yang heterogen (banyak pilihan alternatif)
b. Harga tidak dapat ditawar-tawar lagi
2) Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan informasi
menyebakan kemajua dalam kualaitas dan kuantitas serta jenis yang
memaksa adanya persaingan produk antar produsen.
3) Keuntungan maksimum yang diperoleh pedagang sudah dapat
diprediksi sejak awal karena harga tidak dapat dipengaruhi oleh
pedagang
4) Pasar gelap (black market) dapat muncul sewaktu-waktu

b) Pasar persaingan tidak sempurna


Pasar persaingan tidak sempurna adalah pasar yang jumlah
penjual dan pembeli tidak sebanding atau tidak seimbang. Bentuk pasar
persaingan tidak sempurna adalah sebagai berikut.
1) Monopoli

3
Monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara pemerintah
dan penawaran yang ditandai oleh hanya ada satu penjual/produsen
di pasar berhadapan dengan permintaan aeluruh pembeli/konsumen.
Sebab-sebab tumbuhnya monopoli adalah sebagai berikut.
a. Adanya perlindungan oleh pemerintah untuk berusaha secara
tunggal
b. Pemberian lisensi oleh pemerintah untuk berusaha secara
tunggal
c. Memiliki modal yang sangat besar sehingga tidak dapat disaingi
oleh perusahaan lainnya
d. Menguasai bahan mentah yang cukup strategis
e. Produk diperoleh secara alamiah karena sangat digemari
konsumen
f. Pasar tidak luas karena hanya satu penjual yang dapat melayani
konsumen secara optimal.

Ciri-ciri pasar monopoli adalah sebagai berikut.


a) Hanya ada satu penjual dan banyak pembeli
b) Tidak ada perusahaan yang dapat membuat barang substitusi yang
sempurna
c) Rintangan cukup kuat untuk masuk ke pasar monopoli, baik dari
segi penguasaan sunber daya alam, biaya produksi yang tidak
efesiensi hingga peraturan dari pemerintah.
d) Pembeli tidak ada pilihan lain dalam membeli barang
e) Keuntungan hanya terpusat pada satu perusahaan

Kelebihan pasar monopoli adala sebagai berikut.


a) Keuntungan penjual cukup tinggi
b) Untuk produk yang menguasai hajat hidup orang biasa

Kelemahan pasar monopoli adalah sebagai berikut.


a) Pembeli tidak ada pilihan lain untuk membeli barang

4
b) Keuntungan hanya terpusat pada satu perusahaan
c) Terjadi ekploitasi pembeli

2) Pasar Oligopoli
Pasar oligipoli adalah suatu bentuk interakasi petmintaan
dengan penawaran dimana terdapat beberapa penjual/pembeli yang
menguasai seluruh permintaan pasar.
Ciri-ciri pasar oligopoli
a) Terdapat beberapa penjual / produsen yang menguasai pasar.
b) Barang yangdiperjualbelikan dapat homogen dapat pula berbeda
corak (differenteated product)
c) Terdapat halangan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di
luar pasar untuk masuk ke dalam pasar.
d) Satu diantara oligopoli merupakan market leader, yaitu penjual
yang memiliki pangsa pasar yang terbesar

Oligopoli terdiri dari dua macam, yaitu sebagai berikut.


a) Oligopoli murni (pure oligopoli) yang ditandai beberapa
perusahaan menjual produk homogen.
b) Oligopoli dengan pembedaan (differenteated product) yang
ditandai beberapa perusahaan menjual produk yang dapat
dibedakan.

Dampak negatif oligipoli terhadap perekonomian adalah sebagai


berikut.
a) Keuntungan yang terlalu besar bagi produsen dalam jangka
panjang
b) Timbuk inefisiensi produksi
c) Ekploitasi terhadap konsumen dan karyawan perusahaan
d) Harga tinggi yang relatif stabil (sulit turun) mennunjang
munculnya inflasi yang kronis.

5
Kebijakan dalam megatasi oligopoli adalah sebagai berikut.
a) Pemerintah mempermudah masuknya perusahaan baru ke dalam
pasar untnuk menciptakan persaingan.
b) Diberlakukannya undang-undang anti kerja sama antar produsen

3) Pasar Persaingan Monopolistik


Pasar Persaingan Monopolistik adalah suatu bentuk interaksi
antara permintaan dan penawaran yang di dalamnya terdapat
sejumlah penjual / produsen yang menawarkan barang yang sama
tetapi masing-masing memiliki ciri-ciri yang khusus.
Ciri-ciri Pasar Persaingan Monopolistik adalah sebagai berikut.
a) Terdapat banyak penjual/produsen di pasar
b) Barang yang diperjualbelikan merupakan differentiated product.
c) Para penjual memiliki kekuatan monopolis atas barang
produksinya sendiri.
d) Untuk memenangkan persaingan, setiap penjual / produsen aktif
melakukan promosi iklan
e) Keluar masuk pasar relatif mudah dibandingkan dengan pasar
oligopoli
f) Jumlah perusahaan sangat kecil dibanding dengan output total

Kelebihan pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut.


a) Penjual tidak sebanyak pasar persaingan sempurna
b) Produsen terpacu untuk berkreativitas
c) Pembeli tidak mudah berpindah dari produk yang dipakai

Kelemahan pasar persaingan monopolistik adalah sebagai berikut.


a) Biaya mahal untuk ke pasar monopolistik karena masuk pangsa
pasar tertentu dibutuhkan riset dan pengembangan produk
b) Persaingan sangat berat karena pasar biasanya didominasi oleh
produk-produk yang telah ternama.

6
4) Pasar Monopsoni
Pasar monopsoni adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai
oleh suatu orang/badan/lembaga pembeli dengan penawaran dari
sejumlah penjual/produsen

5) Pasar Oligopsoni
Pasar oligopsoni adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai
oleh lebih dari dua orang pembeli dengan penawaran dari
sejumlahpenjual/produsen.

2. Pasar menurut waktu


a. Pasar harian
Pasar harian adalah pasar dimana pertemuan antara pembeli dan
penjual yang dapar dilakukan setiap hari.
b. Pasar mingguan
Pasar mingguan adalah pasar dengan proses jual beli dilakukan
setiap seminggu sekali.
c. Pasar bulanan
Pasar bulanan adalah pasar yang diselenggarakan sebulan sekali,
terdapat didaerah tertentu.
d. Pasar tahunan
Pasar tahunan adalah pasar yang dilakukan setiap satu tahun
sekali.

3. Pasar Menurut Jenisnya


1. Pasar konkret
Pasar konkret adalah suatu pasar tempat pembeli dan penjual
bertemi secara langsung untuk mengadakan transaksi jual beli barang
atau jasa.
2. Pasar abstrak

7
Dalam pasar abstrak penjual dan pembeli dapat bertemu secara
tidak langsung atau langsung, dan barang yang ditawarkan pun hanya
berupa contoh.

4. Pasar Menurut Wilayah Pemasarannya


1. Pasar Lokal
Pasar lokal adalah pasar yang menjual barang-barang untik
kebutuhan masyarakat sekitar.
2. Pasar daerah
Pasar daerah adalah pasar yang menjual hasil produksi pada
daerah tertentu.
3. Pasar nasional
Pasar nasional adalah pasar yang memperdagangkan barang-
barang yang konsumennya meliputi seluruh wilayah negara.
4. Pasar internasional
Pasar internasional adalah pasar yang memperdagangkan barang-
barang yang konsumennya meliputi dunia internasional.

B. Macam-Macam Pasar Input


1. Pasar Tanah
Tinggi rendahnya harga tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain seperti berikut.
a. Tingkat kesuburan tanah
b. Letak atau tempat kedudukan tanah
c. Status kepemilikan tanah berdasarkan sertifikasi
2. Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja merupakan tempat bertemunya permintaan dan
penawaran tenaga kerja
3. Pasar Modal
Manfaat pasar modal adalah sebagai berikut
a. Mempermudah penguasaan yang kekurangan modal untuk mendapatkan
modal yang sehat dan tidak mengikat.

8
b. Memperlancar perluasan produksi yang dilakukan oleh perusahaan.
c. Membantu perusahaan atau masyarakat yang kelebihan dana untuk
memanfaatkannya dalam kegiatan yang produktif sehingga tidak terjadi
pengangguran dana (idle money).
d. Membantu pemerintak dalam menghimpun dan mengerahkan dana
masyarakat untuk membiayai pembangunan nasional.
Untuk membina pelaksanaan pasar modal, dibentuk Badan Pembina
Pasar Modal (BPPM) yang terdiri dari:
a. Menteri Keuangan sebagai ketua merangkap anggota
b. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara / Wakil Ketua
BAPPENAS sebagai wakil ketua merangkap anggota.
c. Menteri Perdagangan sebagai anggota
d. Sekretaris Kabinet sebagai anggota
e. Gubernur Bank Indonesia sebagai anggota
f. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagai anggota.

1.2 Aturan Perlindungan Konsumen

1.2.1 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki


dasar hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya dasar
hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan
dengan penuh optimisme. Hukum Perlindungan Konsumen merupakan
cabang dari Hukum Ekonomi. Alasannya, permasalahan yang diatur dalam
hukum konsumen berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan barang /
jasa. Pada tanggal 30 Maret 1999, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah
menyepakati Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang perlindungan
konsumen untuk disahkan oleh pemerintah setelah selama 20 tahun
diperjuangkan. RUU ini sendiri baru disahkan oleh pemerintah pada tanggal
20 april 1999.

9
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen
dapat mengajukan perlindungan adalah:

1) Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal
21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
2) Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
3) Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
4) Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
5) Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
6) Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang
ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
7) Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan
Konsumen
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen,
dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa
antara konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya
dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya secara hukum di
badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK).
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam
soal pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan
Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa
dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.

10
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota
Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
5) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
6) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar,
Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota
Yogyakarta, dan Kota Medan.

1.2.2 Perlindungan Konsumen


Berdasarkan UU no.8 Pasal 1 Butir 1 Tahun 1999, tentang
perlindungan konsumen disebutkan bahwa “Perlindungan konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen”. Kepastian hukum untuk
melindungi hak-hak konsumen, yang diperkuat melalui undang-undang
khusus, memberikan harapan agar pelaku usaha tidak lagi sewenang-
wenang yang selalu merugikan hak konsumen.Dengan adanya UU
Perlindungan Konsumen beserta perangkat hukum lainnya, konsumen
memiliki hak dan posisi yang berimbang, dan mereka pun bisa
menggugat atau menuntut jika ternyata hak-haknya telah dirugikan atau
dilanggar oleh pelaku usaha.

11
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini
adalah adanya kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan
konsumen, yang bermula dari ”benih hidup dalam rahim ibu sampai
dengan tempat pemakaman dan segala kebutuhan diantara keduanya”.
Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkab atas hukum
untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan
pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta
mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh
perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah
tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini
terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh
karena itu, Undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan
menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan
konsumen.
Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan
untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya
perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat
yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi
persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas.
Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini
dirumuskan dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional
bahwa pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang
memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka
membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada
falsafah kenegaraan Republik Indonesia yaitu dasar negara Pancasila
dan konstitusi negara Undang-Undang Dasar 1945.
Disamping itu, Undang-undang tentang Perlindungan
Konsumen pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum
yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab sampai pada

12
terbentuknya Undang-undang tentang Perlindungan Konsume ini telah
ada beberapa undang-undang yang materinya melindungi kepentingan
konsumen, seperti:

1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun
1961 tentang Barang, menjadi Undang-undang;
2. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene;
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah;
4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal;
5. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan;
6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
7. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987 tentang Kamar Dagang dan
Industri dll

hal pelaku usaha melanggar hak atas kekayaan intelektual


(HAKI) tidak diatur dalam Undang-undang tentang Perlindungan
Konsumen ini karena sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 12
Tahun 1997 tentang Hak Cipta, Undang-undang Nomor 13 Tahun
1997 tentang Paten, dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997
tentang Merek, yang melarang menghasilkan atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang melanggar ketentuan tentang HAKI.

1.2.3 Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Upaya perlindungan konsumen di tanah air didasarkan pada


sejumlah asas dan tujuan yang telah diyakini bias memberikan arahan
dalam implementasinya di tingkatan praktis. Dengan adanya asas dan
tujuan yang jelas, hukum perlindungan konsumen memiliki dasar
pijakan yang benar-benar kuat.

13
❖ Asas perlindungan konsumen
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas
perlindungan konsumen.
1) Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi
kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.
2) Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3) Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti
material maupun spiritual. d. Asas keamanan dan keselamatan
konsumen.
4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan
dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.
5) Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara
menjamin kepastian hukum.

❖ Tujuan perlindungan konsumen


Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa
tujuan perlindungan konsumen adalah sebagai berikut.

14
1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri.
2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang
dan/atau jasa.
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan
menuntut hak- haknya sebagai konsumen.
4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan
informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai
pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap
yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
6) Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

1.2.4 Prinsip-Prinsip perlindungan konsumen

1. Prinsip Bertanggung Jawab Berdasarkan Kelalaian


Tanggung jawab berdasrkan kelalaian adalah suatu prinsip tanggung
jawab yang bersifat subjektif, yaitu suatu tanggung jawabysng
ditentuksn oleh perilaku produsen. Sifat subjektifitas muncul pada
kategori bahwa seseorang yang bersikap hati-hati mencegah
timbulnya kerugian pada konsumen. Berdasarkan teori tersebut,
kelalaian produsen yang berakibat pada munculnya kerugian
konsumen merupakan faktor penentu adanya hak konsumen untuk
mengajukan tuntutan kerugian kepada produsen. Di samping faktor
kesalahan dan kelalaian produsen, tuntutan ganti kerugian
berdasarkan kelalaian produsen diajukan dengan bukti-bukti, yaitu :

15
• Pihak tergugat merupakan produsen yang benar-benar
mempunyai kewajiban untuk melakukan tindakan yang dapat
menghindari terjadinya kerugian konsumen.
• Produsen tidak melaksanakan kewajiban untuk menjamin
kualitas produknya sesuai dengan standar yang aman untuk di
konsumsi atau digunakan.
• Konsumen penderita kerugian.

Kelalaian produsen merupakan faktor yang mengakibatkan adanya


kerugian pada konsumen (hubungan sebab akibat antara kelalaian dan
kerugian konsumen)

Dalam prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian juga


mengalami perkembangan dengan tingkat responsibilitas yang berbeda
terhadap kepentingan konsumen, yaitu:

a. Tanggung Jawab atas Kelalaian dengan Persyaratan Hubungan Kontrak


Teori murni prinsip tanggung jawab berdasarkan kelalaian adalah
suatu tanggung jawab yang didasarkan pada adanya unsur kesalahan dan
hubungan kontrak. Teori ini sangat merugikan konsumen karena gugatan
baru dapat diajukan jika telah memenuhi dua syarat, yaitu adanya unsur
kesalahan atu kelalaian dan hubungan kontrak antara produsen dan
konsumen.Kelalaian Dengan Beberapa Pengecualian Terhadap
Persyaratan Hubungan Kontrak.
Perkembangan tahap kedua teori tanggung jawab berdasarkan
kelalaian adalah prinsip tanggung jawab yang tetap berdasarkan kelalaian
namun untuk beberapa kasus terdapat pengecualian terhadap persyaratan
hubungan kontrak. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
persyaratan hubungan kontrak merupakan salah satu hambatan
konsumen untuk mengajukan ganti kerugian kepada produsen. Prinsip
ini tidak memeihak kepada kepentingan konsumen, karena pada
kenyataanya konsumen yang sering mengalami kerugian atas pemakaian
suatu produk adalah konsumen yang tidak memiliki kepentingan hukum
dengan produsen.

16
b. Kelalaian Tanpa Persyaratan Hubungan Kontrak
Setelah prisip tanggung jawab atas dasar kelalaian dengan beberapa
pengecualian terhadap hubungan kontrak sebagai tahap kedua dalam
perkembangan substansi hukum tanggung jawab produk, maka tahap
berikutnya adalah tahap ketiga yaitu sistem tanggung jawab yang tetep
berdasarkan kelalaian, tetapi sudah tidak mensyaratkan adanya hubungan
kontrak.
c. Prinsip Paduga Lalai dan Prinsip Bertanggung Jawab dengan
Pembuktian Terbaik
Tahap pekembangan trakhir dalam prinsip tanggung jawab
berdasarkan kelalaian adalah dalam bentuk modifikasi terhadap prisip
tanggung jawab berdasarkan kesalahan. Modifikasi ini bermakna, adanya
keringanan-keringanan bagi konsumen dalam penerapan tanggung jawab
berdasarkan kelalaian, namun prinsip tanggung jawab ini masih
berdasarkan kesalahan.

2. Prinsip Tanggung jawab Berdasarkan Wanprestasi

Selain mengajukan gugatan terhadap kelalaian produsen, ajaran


hukum juga memperkenalkan konsumen untuk mengajukan gugatan atas
wanprestasi. Tanggung jawab produsen yang dikenal dengan wanprestasi
adalah tanggung jawab berdasarkan kontrak. Ketika suatu produk rusak dan
mengakibatkan kerugian, konsumen biasanya melihat isi kontrak atau
perjanjian atau jaminan yang merupakan bagian dari kontrak, baik tertulis
maupun lisan. Keuntungab bagi konsumen dalam gugatan berdasarkan teori
ini adalah penerapan kewajiban yang sifatnya mutlak, yaitu suatu kewajiban
yang tidak didasarkan pada upaya yang telah dilakukan penjual untuk
memenuhi janjinya. Itu berati apabila produsen telah berupaya memenuhi
janjinya tetapi konsumen tetap menderita kerugian, maka produsen tetap
dibebani tanggung jawab untuk mengganti kerugian. Akan tetapi, dalam
prinsip tanggung jawab berdasarkan wanprestasi terdapat beberapa

17
kelemahan yang dapat mengurangi bentuk perlindungan hukum terdapat
kepentingan konsumen, yaitu :

• Pembatasan waktu gugatan.


• Persyaratan pemberitahuan.
• Kemungkinan adanya bantahan.
• Persyaratan hubungan kontrak, baik hubungaan kontrak secara
horizontal maupun vertikal.

3. Prisip Tanggung Jawab Mutlak

Asas tanggung jawab ini dikenal dengan nama product liability.


Menurut prinsip ini, produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita konsumen atas penggunaan produk yang beredar dipasaran.
Tanggung jawab mutlak strict liability, yakni unsur kesalahan tidak perlu
dibuktikan oleh pihak penggugat sebagai dasar ganti kerugian, ketentuan ini
merupakan lex specialis dalam gugatan tentang melanggar hukum pada
umumnya. Penggugat (konsumen) hanya perlu membuktikan adanya
hubungan klausalitas antara perbuatan produsen dan kerugian yang
dideritanya. Dengan diterapkannya prinsip tanggung jawab ini, maka setiap
konsumen yang merasa dirugikan akibat produk barang yang cacat atau
tidak aman dapat menuntut konpensasi tanpa harus mempermasalahkan ada
atau tidanya unsur kesalahan di pihak produsen

Alasan-alasan mengapa prinsip tanggung jawab mutlak diterapkan


dalam hukum tentang product liability adalah :

• Diantara korban / konsumen di satu pihak ada produsen di lain pihak,


beban kerugian seharusnya ditanggung oleh pihak yang memproduksi.
• Dengan menempatkan / mengedarkan barang-barang dipasaran, berarti
produsen menjamin bahwa barang-barang tersebut aman dan pantas
untuk digunakan, bilamana terbukti tidak demikian dia harus
bertanggung jawab.

18
DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2002. Ekonomi Mikro, Teori dan Kasus. Edisi Kesatu. Yogyakarta :
STIE YKPN.
Arifin, M. (2023). [BUKU] Hukum Perlindungan Konsumen. KUMPULAN
BERKAS KEPANGKATAN DOSEN.
Goenadhi, L., & Norbaiti, N. (2017). Pengantar Ekonomi Mikro.
Kristiyanti, C. T. S. (2022). Hukum perlindungan konsumen. Sinar Grafika.
Velasquez, M. G. (2005). Etika bisnis, konsep dan kasus edisi 5. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

19

Anda mungkin juga menyukai