Dosen Pengampu :
Dr. Ni Putu Nita Anggraini,SE.MM
OLEH
KELOMPOK ……….. :
i
DAFTAR ISI
ii
PEMBAHASAN
1.1 Pasar
1.1.1 Pengertian Pasar
Pasar dalam teori ekonomi adalah kumpulan dari seluruh
permintaan dan penawaran dari barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut bentuk fisiknya, pasar terdiri atas pasar konkret dan
pasar abstrak. Pasar Konkrit adalah tempat dimana berkumpul para
pembeli dan pejual untuk memper- dagangakan barang-barang.
Sedangkan pasar abstrak terjadi apabila barang-barang yang
diperdagangkan tidak ada di pasar. Hubungan antara permintaan dan
penawaran dilakukan secara tidak nyata atau secara tertulis.
Contohnya: bursa saham.
Dipandang dari sudut geografis, pasar dibagi menjadi tiga macam:
1. Pasar lokal: hanya meliputi suatu tempat tertentu dimana biasanya
diperjualbelikan keperluan sehari-hari. Contoh, bahan-bahan
makanan.
2. Pasar regional: meliputi daerahnyang agakluas. Perdagangn
barang-barang dikirim dari satu daerah kedaerah lain. Contoh,
sayur manyur didatangkan dar Pulau Jawa.
3. Pasar dunia: meliputi daerah yang luas. Contoh, pasar untuk
karet.
❖ Untuk menentukan bentuk sebuah pasar harus diperhatikan:
a. Jumlah penjual dan jumlah pembeli
b. Barang yang diperjualbelikan apakah sejenis (homogen) atau
berbeda.
c. Bagaimana hubungan antara penjual dan pembeli
1
1.1.2Macam-Macam Pasar Output dan Input
A. Pasar output
Pasar output adalah pasar yang memperjualbelikan produk
(barang/jasa) sebagai hasil produksi perusahaan.
1. Pasar menurut bentuknya
a) Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competition)
Pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara
permintaan dan penawaran yang ditandai oleh jumlah produsen dan
konsumen sangat banyak dan hampir tidak terbatas.
Ciri-ciri pokok pasar persaingan sempurna adalah sebagai berikut.
1) Terdapat banyak sekali penjual (perusahaan) dan pembeli
2) Produk-produk homogen (persis sama)
3) Bebas masuk keluar pasar
4) Penjual dan pembeli mengetahui kondisi pasar secara sempurna
5) Faktor-faktor produksi bergerak bebas
6) Tidak ada campur tangan pemerintah
2
2) Penjual tidak mungkin mengadakan persaingan harga dengan
maksud merebut pasar karena harga pasar adalah suatu yang harus
diterima masing-masing produsen.
3) Barang yang ditawarkan penjual akan laku berapa pun jumlahnya
tanpa mengalami penurunan harga.
4) Tidak mungkin mengubah bentuk barang untuk merebut pasar
karena adanya homogenitas barang.
5) Informasi tentang pasar telah diketahui oleh saingan usaha dan usaha
untuk menyaingi perusahaan lainnya juga tidak menghasilkan apa-
apa karena jumlah saingan sangat tidak terbatas.
6) Konsumen tidak perlu beradu tegang tentang tawar-menawar harga
barang karena harga tidak dapat dipengaruhi oleh siapa pun.
3
Monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara pemerintah
dan penawaran yang ditandai oleh hanya ada satu penjual/produsen
di pasar berhadapan dengan permintaan aeluruh pembeli/konsumen.
Sebab-sebab tumbuhnya monopoli adalah sebagai berikut.
a. Adanya perlindungan oleh pemerintah untuk berusaha secara
tunggal
b. Pemberian lisensi oleh pemerintah untuk berusaha secara
tunggal
c. Memiliki modal yang sangat besar sehingga tidak dapat disaingi
oleh perusahaan lainnya
d. Menguasai bahan mentah yang cukup strategis
e. Produk diperoleh secara alamiah karena sangat digemari
konsumen
f. Pasar tidak luas karena hanya satu penjual yang dapat melayani
konsumen secara optimal.
4
b) Keuntungan hanya terpusat pada satu perusahaan
c) Terjadi ekploitasi pembeli
2) Pasar Oligopoli
Pasar oligipoli adalah suatu bentuk interakasi petmintaan
dengan penawaran dimana terdapat beberapa penjual/pembeli yang
menguasai seluruh permintaan pasar.
Ciri-ciri pasar oligopoli
a) Terdapat beberapa penjual / produsen yang menguasai pasar.
b) Barang yangdiperjualbelikan dapat homogen dapat pula berbeda
corak (differenteated product)
c) Terdapat halangan masuk yang cukup kuat bagi perusahaan di
luar pasar untuk masuk ke dalam pasar.
d) Satu diantara oligopoli merupakan market leader, yaitu penjual
yang memiliki pangsa pasar yang terbesar
5
Kebijakan dalam megatasi oligopoli adalah sebagai berikut.
a) Pemerintah mempermudah masuknya perusahaan baru ke dalam
pasar untnuk menciptakan persaingan.
b) Diberlakukannya undang-undang anti kerja sama antar produsen
6
4) Pasar Monopsoni
Pasar monopsoni adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai
oleh suatu orang/badan/lembaga pembeli dengan penawaran dari
sejumlah penjual/produsen
5) Pasar Oligopsoni
Pasar oligopsoni adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai
oleh lebih dari dua orang pembeli dengan penawaran dari
sejumlahpenjual/produsen.
7
Dalam pasar abstrak penjual dan pembeli dapat bertemu secara
tidak langsung atau langsung, dan barang yang ditawarkan pun hanya
berupa contoh.
8
b. Memperlancar perluasan produksi yang dilakukan oleh perusahaan.
c. Membantu perusahaan atau masyarakat yang kelebihan dana untuk
memanfaatkannya dalam kegiatan yang produktif sehingga tidak terjadi
pengangguran dana (idle money).
d. Membantu pemerintak dalam menghimpun dan mengerahkan dana
masyarakat untuk membiayai pembangunan nasional.
Untuk membina pelaksanaan pasar modal, dibentuk Badan Pembina
Pasar Modal (BPPM) yang terdiri dari:
a. Menteri Keuangan sebagai ketua merangkap anggota
b. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara / Wakil Ketua
BAPPENAS sebagai wakil ketua merangkap anggota.
c. Menteri Perdagangan sebagai anggota
d. Sekretaris Kabinet sebagai anggota
e. Gubernur Bank Indonesia sebagai anggota
f. Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagai anggota.
9
Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen
dapat mengajukan perlindungan adalah:
1) Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal
21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33.
2) Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821
3) Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
4) Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif
Penyelesian Sengketa
5) Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
6) Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No.
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang
ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota
7) Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan
Konsumen
Dengan diundang-undangkannya masalah perlindungan konsumen,
dimungkinkan dilakukannya pembuktian terbalik jika terjadi sengketa
antara konsumen dan pelaku usaha. Konsumen yang merasa haknya
dilanggar bisa mengadukan dan memproses perkaranya secara hukum di
badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK).
Dasar hukum tersebut bisa menjadi landasan hukum yang sah dalam
soal pengaturan perlindungan konsumen. Di samping UU Perlindungan
Konsumen, masih terdapat sejumlah perangkat hukum lain yang juga bisa
dijadikan sebagai sumber atau dasar hukum sebagai berikut :
1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional.
10
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat.
4) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2001
Tanggal 21 Juli 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen Pemerintah Kota Medan, Kota Palembang, Kota
Jakarta Pusat, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota
Yogyakarta Kota Surabaya, Kota Malang, dan Kota Makassar.
5) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 302/MPP/KEP/10/2001 tentang Pendaftaran Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat.
6) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 605/MPP/KEP/8/2002 tentang Pengangkatan Anggota Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen Pada Pemerintah Kota Makassar,
Kota Palembang, Kota Surabaya, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota
Yogyakarta, dan Kota Medan.
11
Perlindungan konsumen yang dijamin oleh undang-undang ini
adalah adanya kepastian hukum terhadap segala perolehan kebutuhan
konsumen, yang bermula dari ”benih hidup dalam rahim ibu sampai
dengan tempat pemakaman dan segala kebutuhan diantara keduanya”.
Kepastian hukum itu meliputi segala upaya berdasarkab atas hukum
untuk memberdayakan konsumen memperoleh atau menentukan
pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhannya serta
mempertahankan atau membela hak-haknya apabila dirugikan oleh
perilaku pelaku usaha penyedia kebutuhan konsumen.
Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah
tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini
terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Oleh
karena itu, Undang-undang Perlindungan Konsumen dimaksudkan
menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga
perlindungan konsumen swadaya masyarakat untuk melakukan upaya
pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan
konsumen.
Piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan
untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi justru sebaliknya
perlindungan konsumen dapat mendorong iklim berusaha yang sehat
yang mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi
persaingan melalui penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas.
Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini
dirumuskan dengan mengacu pada filosofi pembangunan nasional
bahwa pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum yang
memberikan perlindungan terhadap konsumen adalah dalam rangka
membangun manusia Indonesia seutuhnya yang berlandaskan pada
falsafah kenegaraan Republik Indonesia yaitu dasar negara Pancasila
dan konstitusi negara Undang-Undang Dasar 1945.
Disamping itu, Undang-undang tentang Perlindungan
Konsumen pada dasarnya bukan merupakan awal dan akhir dari hukum
yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab sampai pada
12
terbentuknya Undang-undang tentang Perlindungan Konsume ini telah
ada beberapa undang-undang yang materinya melindungi kepentingan
konsumen, seperti:
13
❖ Asas perlindungan konsumen
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas
perlindungan konsumen.
1) Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala
upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus
memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi
kepentingankonsumen dan pelau usaha secara keseluruhan.
2) Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bias
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknyadan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3) Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti
material maupun spiritual. d. Asas keamanan dan keselamatan
konsumen.
4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan
dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.
5) Asas kepastian hukum
Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara
menjamin kepastian hukum.
14
1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri.
2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang
dan/atau jasa.
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan
menuntut hak- haknya sebagai konsumen.
4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang
mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan
informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai
pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap
yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
6) Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
15
• Pihak tergugat merupakan produsen yang benar-benar
mempunyai kewajiban untuk melakukan tindakan yang dapat
menghindari terjadinya kerugian konsumen.
• Produsen tidak melaksanakan kewajiban untuk menjamin
kualitas produknya sesuai dengan standar yang aman untuk di
konsumsi atau digunakan.
• Konsumen penderita kerugian.
16
b. Kelalaian Tanpa Persyaratan Hubungan Kontrak
Setelah prisip tanggung jawab atas dasar kelalaian dengan beberapa
pengecualian terhadap hubungan kontrak sebagai tahap kedua dalam
perkembangan substansi hukum tanggung jawab produk, maka tahap
berikutnya adalah tahap ketiga yaitu sistem tanggung jawab yang tetep
berdasarkan kelalaian, tetapi sudah tidak mensyaratkan adanya hubungan
kontrak.
c. Prinsip Paduga Lalai dan Prinsip Bertanggung Jawab dengan
Pembuktian Terbaik
Tahap pekembangan trakhir dalam prinsip tanggung jawab
berdasarkan kelalaian adalah dalam bentuk modifikasi terhadap prisip
tanggung jawab berdasarkan kesalahan. Modifikasi ini bermakna, adanya
keringanan-keringanan bagi konsumen dalam penerapan tanggung jawab
berdasarkan kelalaian, namun prinsip tanggung jawab ini masih
berdasarkan kesalahan.
17
kelemahan yang dapat mengurangi bentuk perlindungan hukum terdapat
kepentingan konsumen, yaitu :
18
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2002. Ekonomi Mikro, Teori dan Kasus. Edisi Kesatu. Yogyakarta :
STIE YKPN.
Arifin, M. (2023). [BUKU] Hukum Perlindungan Konsumen. KUMPULAN
BERKAS KEPANGKATAN DOSEN.
Goenadhi, L., & Norbaiti, N. (2017). Pengantar Ekonomi Mikro.
Kristiyanti, C. T. S. (2022). Hukum perlindungan konsumen. Sinar Grafika.
Velasquez, M. G. (2005). Etika bisnis, konsep dan kasus edisi 5. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
19