Anda di halaman 1dari 23

PRAKTEK PENDIDIKAN KOLONIAL INDONESIA DI PAPUA

DAN STIGMA BURUK TERHADAP SISWA PAPUA

Oleh:
San Hilapok
KATA PENGANTAR

Penjajahan tidak bisa memberikan pendidikan yang layak kepada bangsa yang dijajah.

Karena pendidikan adalah salah satu senjata yang ampuh. Jika semaking banyak orang

Papua berpendidik dan sadar, akan semakin banyak perlawanan Politik Papua

Merdeka. Didunia ini ada wilayah yang statusnya masih dijajah nasibnya sama seperti

bangsa papua, tidak bisa mendapatkan Pendidikan yang layak.

Pendidikan di Indonesia terus berkembang ini, tetapi jaman penjajahan Hindia

Belanda sama seperti bangsa Papua. Mari kita melihat 87 tahun lalu saat Indonesia

belum merdeka dan masih berada dalam dekapan Belanda. Saat itu, pada era kolonial,

pribumi sulit memperoleh akses pendidikan. Mereka yang dapat menikmati pendidikan

hanya segelintir orang, itupun tidak sampai 3 persen. Sama halnya saat ini terjadi diatas

tanah papua, yang bisa mendapatkan Pendidikan hanya segelintir orang, ini fakta.

Banyak putra-putri terbaik orang asli papua yang layak mendapatka Pendidikan gratis,

atau mendapatkan beasiswa. Tetapi yang bisa mendapatkan beasiswa itu anak-anak

penjabat atau orang pendatang yang tinggal di papua. Sebentara itu anak-anak asli

papua disingkirkan. Padahal pemerintah sudah menyiapkan beasiswa Afirmasi Papua

tetapi itu hanya bahasa politik, yang menikmati anak-anak pendatang di papua.

Wilayah Hindia Belanda memasuki tahun 1930 memiliki penduduk sekitar 60

juta jiwa. Namun dari jumlah itu, hanya sedikit yang mampu mengecap Pendidikan dan

orang asli Jawa Indonesia disingkirkan. Padahal pendidikan amat penting bagi

kemajuan bangsa Indonesia. Jadi apa yang anak-anak mudah papua harapkan kepada

pemerintah Indonesia, kaloh status bangsa papua masih dijajah oleh kolonial Indonesia.
Praktek-praktek Hindia Belanda di Indonesia itu sekarang kilonial Indonesia terapkan

di Bangsa Papua.

Menurut saya: TNI dan PLRI menjadi guru di papua adalah mematikan psiklogis

berfikir anak-anak mudah Papua. Sebab, TNI & POLRI hanya mengajar tentang

ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bukan mengajarkan peserta didik

merdeka dalam berfikir bebas. Karena mengajar tentang idelogi negara maka kerangka

berfikirnya adalah (NKRI) Harga Mati. Bukan menghidupkan (NKRI) dalam konteks

Demokrasi dan peserta didik bebas merdeka belajar. TNI mengajar di kelas berseragam

lengkap dan mengunakan senjata, sehingga suacanya belajar tidak kondusif dan

harmonis. Karena peserta didik sebagian besar orang tuanya dibunuh, menggusi dan hal

itu kasar mata sendiri peserta yang didik melihat, jadi begitu TNI masuk kelas peserta

didik tambah terganggu psiklogis belajar. Sekalipun TNI-POLRI masuk di kelas tujuan

mengajar tetapi siswa tetap terauma. Jadi selain membunuh orang tua secara fisik,

peserta didik bunuh krakter berfikir bebas dan terganggu psiklogis suacanya belajar.

Penulisan ini tidak berdasarkan penelitian di lapangan. Tetapi penilusan ini berdasakan

apa yang saya menggamati perbedaan pendapatan pendidikan di Papua dengan

Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih belum merata, masih banyak terdapat
daerah-daerah yang belum terjangkau pendidikan. Demikian juga Sumber Daya Manusia
(SDM) masih jauh terbelakang, salah satuhnya bangsa Papua. Bangsa Papua merupakan
daerah yang terletak di ujung timur Indonesia dan juga merupakan daerah yang tertinggal,
dari segi infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.

Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menggembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara. Dalam hal Pendidikan diharapkan dapat berkualitas, akan tetapi fenomena yang
dialami saat ini pendidikan masih rendah kualitas pendidikan, salah satunya yang kualitas
Pendidikan masih rendah di Papua.
Hak Pendidikan, berdasarkan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31 ayat 1
menyatakan bahawa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan sesuai dengan tujuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, realitanya bangsa Papua implemntasi
Pendidikan tidak sesuai di harapak oleh masyarakat maupun Negara.
Usaha dalam pendidikan sudah mulai meningkat dengan dibangunnya sekolah-sekolah di
seluruh tanah papua. Banyak orang-orang berprofesi sebagai tenaga pendidik untuk
mencerdaskan anak bangsa terutama di papua. Tetapi ada sebagian oknum-oknum tenaga
pendidik stigma buruk terhadap peserta. Dalam hal ini, Seorang tenaga pendidik di papua
berbeda dengan tenaga pendidik di pulau jawa. Yang dialami oleh peserta didik daerah papua
jam pelajaran berlangsung, seorang pendidik masuk ruang kelas dengan nada keras, ditangan
ada sepangal kayu, demikian juga ada siswa yang brewok dan ramput gimbal dicap sebagai
kaki tangan (TPNPB) Tentara Pembebasan Nasinal Papua Barat atau Organisasi Papua
Merdeka (OPM). Dan juga sering kali seorang pendidik mengeluarkan kata-kata rasis
terhadap peserta didik Papua.
Ujaran rasisme terhadap peserta didik ini sudah sering terjadi di Papua, salah satunya
guru SMA PGRI Wamena mengeluargan kata rasis kepada siswa asal papua. Pada tepatnya
hari sabtu, 21 Septembr 2019, seorang guru di SMA PGRI Wamena yang bernama Riri
mengucapkan kalimat rasis kepada siswa asal Papua. Selain rasis juga stigma buruk terhadap
siswa asal papua. Stigma buruk inilah sekolah-sekolah di tanah papua Tentara Nasional
Indonesia (TNI) menyamar jadi guru lalu mengajar, inikan (Jeruk Makan Jeruk, mereka
lulusan SMA minim pendidikan). Ini adalah salah satu upaya mata-mata (TPNPB) yang
dilakukan TNI-POLRI dan mencari perhatian public. TNI-POLRI juga sering dipakai siswa
untuk bermata-mata (TPNPB), maka nasib anak-anak masih usia sekolah ini jadi korbangkan.
Siswa yang menjadi mata-mata ini maju kena dan mundur juga kena.

Guru-guru di papua kurang kasih sayang kepada siswa asli papua, kurang humanisme
proses pembelajaran, kurang pendekatan, sehingga seorang guru tidak bisa menyambungkan
pengetahuan kepada peserta didik. Karena, peserta didik belum terancang untuk menerima
materi, malah terbalik terganggu psigoligis siswa/siswi papua. Berbeda dengan guru-guru
yang bertugas pulau Jawa, mereka sebagagi fasilitator tanggung jawab besar untuk
mencerdaskan peserta didik. Demikian juga guru beri kasih sayang kepada peserta didik. Jadi
peserta didik belajar nyaman tidak ada yang terganggu psigiligis mereka.
Guru adalah ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan dilapangan serta
merupakan faktor penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan efisien
sehingga dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sangat penting untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Guru sebagai tenaga pengajar semestinya mampu mentransformasikan
ilmunya kepada peserta didik Papua, akan tetapi fenomena selama ini yang terjadi sangat jauh
berbeda, dimana guru dalam mengajar masih sangat monoton dan terpaku pada buku,
sehingga suasana seperti itu sangat membosankan bagi siswa, apalagi (TNI) yang menyamar
jadi guru malah terganggu psigologis siswa. peserta didik menjadi acuh tidak acuh dalam
mengikuti pembelajaran. Untuk itu memperbaiki mutu pendidikan, guru dituntut lebih kreatif
dalam menyampaikan pembelajaran dan humanisme sehingga mampu menciptakan inovasi-
inovasi baru untuk mencerdaskan anak bangsa Papua.
B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dalam penulisan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan Pendidikan papua dengan Indonesia.


2. Untuk mengetahui factor-faktor yang peserta didik papua kurang mendapatkan
Pendidikan.
3. Untuk mengetahui fasiltas Pendidikan di Papua dengan Indonesia.

C. Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat dalam penulisan ini sebagai berikut:
1. Bagi penulis: saya bisa mempaparkan apa yang terjadi di papua.
2. Bagi pembaca: Sebagai informasi pendapatan Pendidikan di papua dengan indonesi
3. Bagi pemerintah: Pemerintah daerah maupun pusang bisa memperhatikan Pendidikan
di papua.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut ahli pedagogik dari Belanda, Langeveld, mengemukakan bahwa pengertian
pendidikan merupakan suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak
yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Menurut Ki Hajar
Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak
supaya mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Menurut GBHN 1973, pendidikan
pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
peserta didik di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

B. Faktor Guru dan NonGuru Merugikan Siswa Papua

Secara umum guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik,
mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan
evaluasi kepada peserta didik. Guru adalah seseorang yang telah mengabdikan dirinya
untuk mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya agar
memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut.
Dalam hal ini, guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi juga pedidikan
lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para muridnya. Dari penjelasan
tersebut, maka kita dapat memahami bahwa perang guru sangat penting dalam proses
menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik secara intelektual maupun
akhlaknya. Jadi tidak salahnya pendapatan Pendidikan di papua berbeda dengan pulau
jawa Indonesia. Anak-anak papua kurang mendapatkan pendidika salah satunya factor
Guru. Ada beberapa factor guru yang merugikan perkembangan peserta didik di papua
yaitu:

1. Faktor Tantara Nasional Indonesia menyamar jadi guru

Apakah seorang pendidik yang mengajar dengan baik di kelas tanpa persiapan sama
sekali? Tentu saja tidak. Seorang pendidik selalu mempersiapkan segala hal sebelum
mengajar, mulai dari (RPP) Rencana Persiapan Pengajaran, perangkat atau media
pembelajaran. Sampai bahan-bahan evaluasi materi. Pendidik harus selalu ingat bahwa
mengajar tanpa persiapan merupakan tindakan yang dapat merugikan perkembangan
siswa.
Jadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang menyamar jadi guru merugikan
perkembangan pesta didi Papua. Apalagi Tentara Nasional Indonesia hanya lulusan
(SMA) Sekolah Menengah Atas, tidak memiliki kemampuan untuk mencerdaskan peserta
didik, inikan sama halnya (Jeruk makan Jeruk). Tantara mengajar di kelas dengan
moncong senjata, otomatis siswa terganggu psigologis dan merugikan perkembangan
siswa. Tentara Nasional Indonesia yang menyamar jadi guru dengan moncong senjata
hanya di daerah Papua terutama di daerah Papua Pengunungan. Ada beberapa alasan
utama yang Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyamar jadi guru di sekolah-sekolah
papua terutama di wilayah gunung yaitu:

a. Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyamar jadi guru di daerah Papua, untuk
mata-mata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) atau (OPM)
Organisasi Papua Merdeka.
b. Wilayah tersebut Daerah Operasi Militer (DOP) jadi guru-guru tidak berani untuk
mengabdi di sekolah tersebut, salah satu contoh di Kabupaten Nduga daerah
prolsok guru-guru pendatang tidak berani mengayar di sekolah-sekolah.
c. Tempat gedung sekolah tesebut dipakai oleh TNI jadi mereka ikut sertakan
mengajar di kelas tetang ideologi Pancasila dan peserta didik papua
menindonesian secara paksa.
d. TNI dan PLRI mencari perhatian public. Agar seolah-olah papua sedang baik-baik
saja. Padahal realita di lapangan operasi militer dimana-mana, setiap sekola tutup
dll.

2. Factor Guru Suka Relah

Kegiatan guru suka relah adalah seseorang yang bukan profesi guru. Relawan satu
ini ada karena banyak sekali ketimpangan yang terjadi di bidang Pendidikan, guru
relawan tersebut tidak lulusan perguruan tinggi sebagai profesi guru ataupun tidak
tamat SMA. Tetapi mereka tetap mengabdi di sekolah semampunya mereka, guru suka
relah ini kebanyakan ada di papua pengununggan. Oleh karena itu relawan pendidikan
atau relawan edukasi bergerak untuk membawa perubahan terbaik di bidang
pendidikan.
Guru suka relah adalah siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan
dan secara sukarelawan mengabdikan dirinya untuk berkontribusi pada perkembangan
pendidikan. Dan mencerdaskan peserta didik dengan semampunya mereka. Mengapa
guru suka relah ini mengayar di sekolah-sekolah bangsa Papua, sebentara di pulau
Jawa Indonesia lulusan SMA saja tidak bisa mengayar TK, SD dan SMP. Ada bebrapa
alasan utama guru relawan untuk aktif di sekolah, sebentara guru sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS) tidak aktif di sekolah-sekolah di Papua, yaitu:

a. Semua sekolah di plosok Papua guru-guru tidak aktif aktifitas proses belajar
mengayar. Kebanyakan guru-guru (PNS) tinggal di kota, jadi tidak bisa setiap
hari ke daerah plosok.
b. Belum ada trasportasi untuk guru-guru dari kota ke kampung tempat mereka ke
bertugas. Jika guru-guru pergi bertugas jalan kaki sehingga guru sebagai
pendidik tidak bisa aktif di sekolah.
c. Factor geografis papua, lebih kuhsusnya papua pegunungan daerah yang sulit
untuk jalan darat sehingga guru-guru yang mendapatkan tugas daerah tersebut
sangat kewalahan. Oeleh karena itu guru suka relah lebih aktif di sekolah.
d. Guru relawan adalah seseorang yang latar belakang Pendidikan sangat minim,
mereka hanya lulusan SMP dan SMA tetapi meraka mamapu mendidik anak-
anak papua, terutama di papua pegunungan. Guru suka relah merka tidak
membayar honor, walaupun ada honor yang di bayar oleh Kepsek tetapi tdak
setiap bulan.
e. Guru-guru tidak mendapatkan fasilitas umum dari sekolah tersebut. Seperti
rumah guru,listrik, bahan makanan dan air. Terbatasnya fasiltas guru sehingga
guru-guru pendatang tidak bisa aktif di sekolah dimana mereka bertugas
tersebut.

3. Factor Guru Bermuka Dua

Guru bermuka dua merupakan seseorang Inteljen Negara Indonesia untuk bermata-
mata Tentara Pembebasan Nasinal Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka.
Badan Intelijen Negara adalah alat negara yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
fungsi intelijen di dalam dan luar negeri. Fungsi ini mencakup berbagai kegiatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi intelijen demi
keamanan nasional. Dalam menjalankan tugasnya, BIN bekerja sama dengan lembaga
intelijen lainnya, baik di tingkat nasional maupun internasional. Kerja sama ini dilakukan
dalam rangka pertukaran informasi intelijen, pengembangan kapasitas, dan
penanggulangan ancaman bersama. Sesuai tugas Inteljen Negara sebagai mengelolah
informasi atau mencari infomasi menyamar sebagai masyarakat biasa. Inteljel Negara
untuk mata-mata (TPNPB) di papua menyamar sebagai berikut: “Inteljen Negara
menjadi Guru seluruh plosok papua, Menjadi tukang bangunan, Menjadi karyawan.”

4. Factor Guru yang Merugikan Peserta Didik Papua

Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik
siswa, membimbing, mengajar, mengarahkan, menilai, melatih dan mengevaluasi para
peserta didik untuk jalur pendidikan formal pada pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, hingga pendidikan menengah.
Tugas guru adalah seorang fasilitator untuk mendidik siswa-siswi Papua. Sudah
begitu jelas untuk mencerdaskan anak-anak Papua. Tetapi daerah papua terutama daerah
plosok papua pegunungan seorang guru tidak melaksanakan tugas sesuai profesi guru
pada umunya. Banyak guru-guru papua pegunungan, tidak aktif dalam lapangan proses
belajar mengajar. Salah satunya SDN Taelarek Wamena guru-guru tidak aktif di sekolah
tetapi setiap tahun Ujian Nasinal kirim nama peserta didik. Peserta didik yang kirim
nama-nama ini hanya di tangap-tangkap saja, asalkan siswa tersebut bisa mengenal huruf
A,B,C atau bisa membaca. Guru tangkap-tangkap peserta didik papua lalu ikut Ujian
Nasional ini sangat merugikan peserta didik papua untuk masa pendidikannya. Ada empat
hal yang guru merugikan peserta didik Papua, yaitu:
a. Anak-anak yang lulus dari kampung ini belum ada bekal atau materi oleh asal
sekolah tersebut sehingga masuk SMP/SMA di kota sangat bebeda. Dalam hal ini
cara berkomunikasi, cara mengerjakan tugas, dan belum paham materi yang
sampaikan oleh guru. Karena sekolah asalnya belum dapat pelajaran dasar
sehingga secara tidak lansung siswa tersebut minder sama rekan-rekan di kelas.
Dengan alasan inilah banyak anak-anak yang keluar sekolah dan tidak
melanjutkan pendidik.
b. Anak-anak mengurus formulit untuk daftar sekolah ataupun urus surat-surat lain
kesulitan, karena agak-anak ini ikut Ujian Nasinal nama Orang Tua Wali tidak
sesuai yang sudah daftar didalam Kartu Keluarga.
c. Anak-anak tidak ada berniaat unruk sekolah. Karena sekolah asal sebelumnya
jarang masuk sekoalah, tidak ada (PR) yang diberikan oleh guru dan masuk
sekolah pun pulang tepat waktu. Tetapi setelah masuk sekolah di kota
lingkungannya sangat berbeda, dalam hal ini segi proses belajar mengajar, setiap
hari ada tugas, (PR) dan pulang sekolah paling lama jam 13 siang. Karena
perbedaan di lingkup sekolah inilah anak-anak papua terutama anak-anak papaua
pegunungan banyak yang keluar sekolah.
d. Anak -anak banyak minder dan banyak kesulitan lalau keluar sekolah adalah
factor guru-guru sekolah asal tersebut. Karena, kurang memberikan motivasi,
tidak memberikan materi-materi dasar, tidak melatih, tidak mendidik dan guru
kurang terancangkan siswa untuk melanjutkan jenjang Pendidikan selanjutnya.

C. Perebedaan Pendidikan Papua Dengan Indonesia

Pendidikan antara di papua dan di Indonesia sangat berbeda jauh. Fasilitas sekolah
Indonesia relatif lebih maju, tidak seperti yang ada di Papua, gedung sekolahnya saja
banyak yang masih memprihatinkan. Di sekolah-sekolah indonesia anak-anak
berseragam, bersepatu. Sementara anak-anak sekolah di papua banyak yang tidak
mengenakan sepatu, berseragam. Perbedaan antara sekolah di Indonesia dengan sekolah
di Papua, yang dalam beberapa hal masih menunjukkan perpedaan seperti antara langit
dan bumi. Dari segi kualitas Sumberd Daya Manusia di Papua dan di Indonesia sama-
sama berkualitas. Tapi, perbedaan yang selama ini terjadi adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan perbedaan antara papua dengan Indonesia. Faktor-
faktor tersebut diantaranya:

1) Factor Lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi dalam menentukan baik atau tidaknya kualitas


pendidikan. Apabila suatu lingkungan yang kurang memperhatikan pendidikan akan
terjadi kurangnya daya tarik untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga
kemajuan suatu daerah akan terhambat. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
masyarakat papua tentang pentingnya pendidikan, sehingga anak-anak di Papua kurang
berminat dalam memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Lebih cenderung kepada
melanjutkan propesi orang tuanya seperti petani, pedagang, pemburu, dan sebagainya.
Ada perbedaan lingkungan pendidikan yang disebabkan hambatan perkembangan peserta
didik papua berbeda jauh daripada Indonesia, diantara lain:

a. Faktor Lingkungan Papua

Lingkungan Papua sangat mempengaruhi dalam menentukan baik atau tidaknya


kualitas pendidikan. Ada beberapa factor mempengaruhi kurang mendapatkan
Pendidikan, dantara lain yaitu:

1. Factor lingkungan sekolah, factor ini dimana anak-anak papua tempat mereka sekolah
jadikan tempat Daerah Operasi Militer (DOM). Hal ini disebabkan anak-anak papua
tidak ada bermotivasi untuk pendidikan, dan anak-anak ini juga menyelamatkan diri
dari area tempat mereka sekolah. Terutama anak-anak daerah plosok-plosok papua
pegunungan kurang mendapatkan Pendidikan. Anak-anak masih berusia sekolah ini,
seharusnya waktunya mereka belajar. Tetapi anak-anak ini pengusi diman-mana untuk
menyelamatkan diri dari serangan (TNI) Tentara Nasional Indonesia dengan (TPNPB)
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau Organisasi Papua Merdeka (OPM).
2. Factor geografis, factor geografis ini untuk jarak tempu tempat tinggal anak-anak
papua lebih kususnya di papua pegunungan cukup jauh dari sekolah, banyak sungai
yang belum ada jembatan, melewati jalan tikus, sehingga anak-anak masih berusia 7-
10 tahun seharusnya sudah masuk TK dan SD tetapi banyak yang tidak berani
sekolah.
3. Factor social, factor social sangat merugikan perkembangan anak-anak Papua. Apa
saja yang disebabkan anak-anak ini kurang mendapatkan Pendidikan yaitu: “Factor
masyarakat sering perang, ketiga ada terjadi perang antar keluarga atau antar suku
anak-anak tidak bisa datang ke sekolah. Pihak sekolah pun diliburkan aktifitas
sekolah selama masih berperang, sampai situasi aman baru bisa masuk sekolah
seperti biasa. Hal ini disebabkan anak-anak papua kurang mendapatkan Pendidikan.
Mempengaruhi sama rekan-rekan, anak-anak papua terutama di kampung-kampung
banyak yang tidak sekolah jadi hal ini sangat mempengaruhi sama yang lain untuk
tidak sekolah. Banyak anak-anak masi berusia sekolah saja sudah memutuskan untuk
bergabung bersama (TPNPB) untuk melawan penjajahan diatas tanah papua.Orang
Tua kurang bermotovasi kepada anak-anak tentang pentingnya Pendidikan. Rata-
rata orang tua mengajarakan anak-anak bertani untuk keberlangsungan hidup
mereka. Hal ini anak-anak masih usia sekolah saja lebih memilih untuk Bertani.”

b. Lingkungan Jawa Indonesia

Perkembangan pendidikan di pulau jawa Indonesia berbanding dengan di Papua,


pendidikan di jawa Indonesia dapat berkembang peserta, karena didukung oleh sarana
dan prasarana yang mudah untuk didapatkan pendidikan. Sedangkan di papua
perkembangan pendidikan cenderung berjalan lambat karena sulitnya mendapatkan
sarana dan prasarana untuk pendidikan tersebut. Seperti penggunaan teknologi saat
pembelajaran di papua memang jauh lebih sulit karena susahnya jaringan, seperti
contohnya di kampung-kampung papua pegunungan mereka lebih sulit belajar
menggunakan teknologi karena susahnya jaringan yang digunakan.
Sebentara di pulau jawa Indonesia fasilitas sudah lengkap dan juga jaringan internet
bagus jadi sangat membantu peserta didik. Demikian juga sekolah-sekolah padat tidak
jauh dari rumah. Fasilitas transportasi juga semua lengkap, jadi tugas anak-anak
sekolah hanya focus belajar tanpa memikirkan apapun, sehingga kualitas Pendidikan
di jawa Indonesia sangat berkembang dibandinggan Papua terutama papua
pegunungan.

c. Factor Ekonomi

Factor ekonmi dalam mempengaruhi kualitas pendidikan bukan hanya dialami di


papua, tapi juga di indonesia. Hal ini disebabkan oleh mahalnya biaya pendidikan,
yang diakibatkan oleh semakin terus meningkatnya biaya hidup, terutama di papua.
Sebentara di papua kurang terciptanya lapangan pekerjaan untuk berikan kesempatan
orang asli papua (OAP) sehingga masyarakat papua lebih banyak pertanian. Hanya
masyarakat tertentu yang memiliki kesempatan untuk memperoleh anak-anak mereka
pendidikan yang lebih baik. Sedangkan Orang Tuanya yang tidak memiliki
penghasilan yang lebih, hanya dapat sekolahkan anak tingkat sekolah dasar, bahkan
tidak lulus sampai putus ditengah jalan. Sehingga anak-anak yang putus sekolah ini
kembali untuk membantu orang tuanya mencari uang, atau bekerja untuk
keberlansungan hayat.
Sebentara itu, anak-anak di pulau jawa Indonesia Orang Tua wajib sekolahkan
anak-anak mereka Pendidikan paling tidak Ssekolah Menegah Atas (SMA). Jika
Orang Tua penghasilan cukup baik, mereka bisa sekolahkan anak-anak mereka
sampai perguruan tinggi. Namun, Orang Tua penghasilan sedikit anak-anak setelah
lulus SMA lebih memili bekerja untuk membantu perekonomian Orang Tua. Anak-
anak lulus SMA bisa bekerja karena banyak membuka lapangan kerja untuk anak-
anak mudah Indonesia. Sebentara anak-anak papua lulusan SMA tidak bisa bekerja,
karena belum ada kesempatan untuk lapangan kerja.

d. Factor Infrastruktur Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas


pendidikan. Hal ini yang membedakan kualitas pendidikan di papua dan dipulau jawa
Indonesia. Infarastruktur pendidikan di Jawa lebih memadai. Sehingga memacu para
peserta didik dan pendidik dalam meningkatkan kemampuan menggali ilmu
pengetahuan dan teknologi. Akses jalan yang mudah, fasilitas yang menunjang serta
memadai.

e. Factor Semangat Belajar


Semangat merupakan salah satu landasan terpenting dalam mencapai sesuatu. Tanpa
semangat sulit untuk mencapai segala hal yang kita ingin capai. Begitu juga semangat
belajar.
Seseorang yang memiliki semangat belajar tinggi, dengan kondisi dan situasi apapun,
orang tersebut tidak menyerah. Agar apa yang dia cita-citakan terwujud. Dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, harus adanya semangat yang mencakup semua
komponen pendidikan. Namun, anak-anak papua tidak ada semangat untuk
Pendidikan. Karena keterbatasan fasilitas, fatilitas Pendidikan salah satu mendorong
peserta didik untuk semangat belajar. Semua kebutuhan anak-anak sekolah sudah
memenuhi mestinya akan peserta didk akan membangkit semangat berpendidikan.

f. Factor Media Informasi

Zaman yang semakin moderen pada saat ini, media informasi semakin canggih dan
semakin mudah diperoleh. Hal ini sangat membantu pendidikan mentransfer ilmu
pengetahuan dan teknologi kepada seluruh lapisan masyarakat terutama peserta didik.
Media informasi berperan penting dalam mempengaruhi kualitas pendidikan . Media
informasi dapat bagi menjadi dua yaitu:

a) Media cetak

Media cetak merupakan media penyampaian berita atau informasi secara tertulis
maupun gambar. Biasanya menggunakan kretas atau yang lainnya, sejak dulu
sampai sekarang yang masih sangat popular biasanya berupa Koran, Buku dan
sebagainya. Media cetak ini salah satu menambah pengetahuan dan mengetahui
infomasi, tetapi anak-anak sekolah terutama daerah-daerah kampung di papua
tidak mengenal infomasi melaluai media cetak. Buku juga susah mendapatkan
terkecuali beli di kota-kota tertentu. Hal ini merupakan suatu ketertinggalan
infomasi bagi peserta didik papua. Sebentara, peserta didik di pulau Jawa
Indonesia tidak zamannya lagi baca koran dan buku, mereka sudah belajar
melaluai internet jadi semua infomasi bisa dapat melaluai social media, sehinga
pengetahuan mereka bertambah selain mendapatkan ilmu pengetahuan di sekolah.

b) Media elektronik

Media elektronik merupakan media penyampaian berita atau informasi secara


visual maupun audio. Yang biasanya mengunakan perangkat elektronik, berupa
TV, Radio, Komputer dan sebagainya.
Media informasi ini masih terkendala untuk diperoleh peserta didik di kampung-
kampung lebih khususnya di papua, hal ini merupakan salah satu perbedaan
kualitas pendidikan. Dengan minimnya fasilitas penunjang ditambah informasi
yang sulit, menjadikan pendidikan di papaua bisa katakan tertinggal. Sebentara itu
anak-anak di pulau jawa Indonesia bisa mendapatkan informasi penting melaluai
TV, dan social media lainnya. Hal ini adalah salah satu membatuh peserta didik
untuk belajar melaluai media elektronik. Dibangdingan Papua cukup jauh daripa
pulau jawa, di papua jaringan saja di daerah pegunungan papua susah
mendapatkan synal. Apalagi TV yarang ada di kampung-kampung, karena tidak
ada aliran listrik. Hal ini menyebabkan anak-anak papua kurang mendapatkan
infomasi social media.

D. Perbedaan Fasiltas Sekolah Papua Dengan Indonesia

Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana pembelajaran. Fasilitas sarana


pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar. Sedangkan fasiltas
prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang
keberlangsungan proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman
sekolah, jalan menuju sekolah. Menurut H. M Daryanto (2006: 51) secara etimologi (arti
kata) fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa sarana belajar adalah
alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya lokasi/tempat, bangunan dan
lain-lain, sedangkan prasarana adalah alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan
pendidikan, misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium dan sebagainya.
Fasiltas Pendidikan sarana dan prasarana entah itu papua maupun di Indonesia sangat
membutuhkan. Karena, dengan adanya fasiltas Pendidikan yang baik peserta didik
nyaman untuk belajar. Tetapi fasiltas pedidikan di papua kurang meratah seperti daerah
Indonesia. Jadi papua bisa mengatakan daerah yang tertingal dalam segi fasiltas
Pendidikan. Apa saja perbedaan fasiltas pedidikan di Papua dengan Indonesia sebagai
berikut:

a. Fasiltas Pendidikan di pulau Jawa Indonesia

Fasiltas Pendidikan sarana dan prasarana di Jawa Indonesia sudah lengkap. Ada
beberapa fasiltas sarana dan prasarana yang di miliki pulau Jawa Indonesia
sebagai berikut: “ Lab. Kimia, Fisika, Biologi dan Bahasa, Ruang Kepsek,
Wakasek, Dewan Guru, Tata Usaha, Bendahara, Ruang Senat Taruna, Masjid
Sekolah/Tempat Ibadah, Lapangan olahraga: Volly ball, Sepak bola, Bulu
tangkis, Bola Basket, Bela diri, Ruang Fitness Center, Ruang Praktek Musik,
Asrama Taruna (Laki-laki) dan Asrama Taruni (Perempuan), Cafetaria (Tempat
Makan), Perumahan Guru, Gedung Aula kapasitas 700 orang, Koperasi siswa
dan sekolah, Gudang Sekolah, Kendaraan operasional, Kendaraan operasional,
Kolam Ikan dan Lahan Pertanian, Instalasi air, Listrik, Jaringan Internet, Lab.
Komputer, Perpustakaan.”

b. Fasiltas Pendidikan di Papua

Fasiltas Pendidikan sarana dan prasarana di papua tidak meratah sperti pulau Jawa
diatas. Ada beberapa fasiltas sarana dan prasarana yang di miliki Papua sebagai
berikut: “Ruang kelas, Lapangan olahraga, Gudang Sekolah, dan Jaringan
Internet.”

E. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala bentuk alat atau bahan yang digunakan dalam
proses pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam memahami dan menguasai
materi pelajaran. Media ini dapat berupa objek fisik, teknologi, atau kombinasi keduanya
yang dirancang dengan tujuan mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif dan
memfasilitasi pemahaman serta retensi konsep-konsep pembelajaran.
Tujuan dari penggunaan media pembelajaran adalah untuk menciptakan pengalaman
belajar yang lebih menarik, bermakna, dan interaktif, sehingga membantu peserta didik
dalam memahami konten pelajaran dengan lebih baik. Media pembelajaran sangat
membantu peserta didik Papua dengan Indonesia. Adapun tujuan media pembelajaran dan
alat media pembelajaran sebagai berikut:

a. Tujuan media pembelajaran

Penggunaan media pembelajaran dalam konteks pendidikan memiliki beberapa


tujuan yang penting. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari penggunaan
media pembelajaran yang sering di pakai oleh Guru Kelas:

1. Meningkatkan Keterlibatan Siswa: Media pembelajaran yang menarik dan


bervariasi dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Media
yang visual atau interaktif dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan
menghindarkan kejenuhan.
2. Meningkatkan Pemahaman Konsep: Media pembelajaran dapat membantu dalam
menjelaskan konsep-konsep yang abstrak atau kompleks. Melalui visualisasi,
grafik, atau animasi, konsep-konsep tersebut dapat diilustrasikan dengan lebih
jelas dan mudah dipahami oleh siswa.
3. Meningkatkan Daya Ingat: Penggunaan media yang menarik dapat membantu
membangkitkan daya ingat siswa. Informasi yang disajikan dengan cara yang
berbeda, seperti melalui gambar atau audio, cenderung lebih mudah diingat
daripada hanya teks biasa.
4. Mendorong Pembelajaran Kolaboratif: Beberapa jenis media pembelajaran,
seperti presentasi kelompok atau proyek berbasis media, dapat mendorong siswa
untuk bekerja sama dalam tim dan berkolaborasi dalam pemahaman dan
penerapan materi.
b. Bahan Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala bentuk alat atau bahan yang digunakan dalam
proses pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam memahami dan
menguasai materi pelajaran. Adapapun beberapa baham media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar yaitu:

1. Buku dan materi cetak: Media pembelajaran yang pertama adalah buku dan
materi cetak. Buku teks, buku referensi, jurnal, lembar kerja, dan materi cetak
lainnya merupakan media pembelajaran yang klasik dan masih banyak
digunakan. Mereka menyediakan informasi yang terstruktur dan dapat diakses
secara fleksibel.
2. Media audiovisual: Media pembelajaran kedua adalah media audiovisual.
Termasuk di dalamnya adalah audio, video, dan multimedia. Media audio
seperti rekaman suara, podcast, atau ceramah audio dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi secara lisan. Media video dapat berupa presentasi
visual, rekaman demonstrasi, film pendidikan, atau animasi. Media
multimedia mencakup kombinasi audio, video, teks, gambar, dan
interaktivitas, seperti presentasi multimedia atau aplikasi edukatif.
3. Media gambar: Media pembelajaran gambar termasuk di dalamnya adalah
gambar, foto, diagram, grafik, dan ilustrasi. Media gambar dapat membantu
menjelaskan konsep, memvisualisasikan informasi, atau memperjelas
hubungan antara konsep-konsep yang kompleks.
4. Media realitas virtual (VR) dan realitas augmentasi (AR): Media
pembelajaran realitas virtual (VR) dan realitas augmentasi (AR). Teknologi
VR dan AR memungkinkan siswa untuk mengalami lingkungan atau situasi
pembelajaran yang realistis atau ditingkatkan. Dengan menggunakan headset
VR atau perangkat AR, siswa dapat berinteraksi dengan objek 3D atau
mengamati simulasi interaktif dalam lingkungan yang imersif.
5. Media online dan e-learning: Media pembelajaran keenam adalah media
online dan e-learning. Termasuk di dalamnya adalah platform pembelajaran
online, video pembelajaran online, kursus daring, forum diskusi, dan sumber
daya pembelajaran digital. Media online memungkinkan akses terhadap
materi pembelajaran yang fleksibel dan kolaborasi dengan siswa dan guru
secara virtual.
6. Alat peraga dan model: Media pembelajaran ketujuh adalah alat peraga dan
model. Alat peraga, seperti model fisik, manipulatif matematika, atau alat
eksperimen, digunakan untuk membantu siswa memvisualisasikan dan
memahami konsep yang abstrak atau kompleks melalui pengalaman praktis.
7. Media visualisasi data: Media pembelajaran kedelapan adalah media
visualisasi data. Media ini mencakup grafik, diagram, peta, dan infografis
yang digunakan untuk menyajikan informasi atau data dengan cara yang
visual dan mudah dipahami.
8. Media social: Media pembelajaran kesembilan adalah media sosial. Platform
media sosial dapat digunakan dalam konteks pembelajaran kolaboratif, di
mana siswa dapat berinteraksi, berbagi pengetahuan, dan berpartisipasi dalam
diskusi dengan sesama siswa atau guru.
9. Media cerita naratif: Media pembelajaran adalah media cerita naratif. Cerita,
dongeng, atau literatur dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk
menggambarkan situasi, nilai-nilai, dan konsep-konsep dalam bentuk yang
menarik dan menggugah imajinasi siswa.

F. Orang Asli Papua Mendapatkan Pendidikan Yang Layak Melalui Afirmasi Papua

Papua merupakan daerah yang terletak di ujung timur Indonesia dan juga merupakan
daerah yang tertinggal, dari segi infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan. Sehingga
pemerintah harus memusatkan pembangunan di daerah tersebut, termasuk kesehatan dan
Pendidikan. Pemerintah membuat suatu program yang mana program tersebut akan
membiayai pendidikan bagi siswa dan siswi tingkat SMA dan yang ingin melanjutkan
pendidikannya ke perguruan tinggi. Seperti halnya bantuan pendidikan yang di khususkan
daerah tertinggal, salah satunya Papua. Afirmasi Dikti (ADik) merupakan bantuan yang
di buat oleh pemerintah pusat pada tahun 2012 demi memajukan Papua, jadi pemerintah
mencanangkan untuk mencerdaskan putra-putri Papua, beasiswa ini tidak diberikan
secara cuma-cuma, melainkan calon penerima akan di seleksi terlebih dahulu. Setelah
lolos maka para penerima beasiswa afirmasi akan di berangkatkan ke berbagai pulau di
seluruh Indonesia bahkan diluar negeri untuk melanjutkan pendidikan.
Menurut saya: Beasiswa Afirmasi Papua tidak begitu saja memberikan secara cuma-
cuma oleh pemerintah Indonesia. Tetapi Afirmasi Papua lahir karena adanya Politik
Papua Merdeka (OPM). Karena, politik papua merdeka masalah yang serius ditangkapi
oleh Negara-Negara yang sudah merdeka salah satunya Negara Vanuatu, sehingga
pemerintah Indonesia menutupi isu Politik Papua dengan mencongkok Beasiswa dan
Otsus Papua. Bangsa Papua sudah pernah merdeka lebih tepatnya tanggal 1 Desember
1963. Namun, Papua bergabung didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dengan moncong Senjata tepatnya tanggal (1 Mei 1963). Oleh karena itu bangsa Papua
masih ber-status penjajahan oleh Kolonial Indonesia, sehingga begitu banyak
ketertinggalan dari segi Pembangunan, Inprasktruktur, Kesehatan dan Pendidikan.
Dengan berdasarkan Papua sudah pernah merdeka, maka Papua ingin memisahkan diri
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Masyarakat Papua semakin banyak
sadar dan untuk melawan kolonial Indonesia, sehingga pemerintah Indonesia berusaha
untuk merendahkan gengsi politik Orang Papua, memberikan beasiswa Afirmasi Papua
dan membanggun jalan transportasi. Pemrintah memusatkan pembangunan di daerah
papua tetapi tidak nyampak kata mensejahtraan bangsa papua, justru merugian
masyarakat papua entah itu SDM maupun SDA papua.
Beasiswa Afirmasi papua salah satu ruang yang bagi anak-anak papau untuk
pendapatkan pendidkan yang layak seperti daerah lain Indonesia. Pelajar orang asli papua
bisa belajar dengan nyaman dan layak melalui program yang dibuat oleh pemerintah
Indonesia yaitu Afirmasi Papua. Siswa yang mendapatkan Afirmasi Papua bisa sekolah
dan Kuliah di pulau Jawa maupun daerah lain Indonesia, bahkan ada yang menempuh
Pendidikan diluar Negeri. Beasiswa papua sangat membantu anak-anak papua dan
mengkuranggi beban kedua Orang Tua.Tetapi beasiswa Afirmasi papua ada berdampak
hal yang Positif dan Negatif. Afirmasi ada berdampak kepada orang papua hal positif dan
negatif sebagai berikut:

a. Dampak Positif

Dengan adanya beasiswa Afirmasi Papua, anak-anak papua bisah mendapatkan


Pendidikan yang layak dan mendapatkan kesempatan belajar sama seperti daerah lain
Indonesia. Ada beberapa mendapatak fasiltas Pendidikan sebagai berikut:
“Lingkungan Sekolah yang baik, Dapat mendidik seseorang yang humanistic,
Bisa berintraksi dengan rekan-rekan baru di jawa Indonesia, Bisah mendapatkan
fasiltas sekolah yang layak, Bisah mendapatkan Asrama putra dan putri, Bisah
belajar melalui internet, Sekolah dan kuliah gratis, Dan lain-lain.”

b. Berdampak Negatif

Beasiswa Afirmasi Papua, salah satu metode yang digunakan oleh pemerintah
Indonesia untuk merendahkan isu politik Papua, yang diprogramkan pada tahun
2012. Afirmasi Papua merupakan bermulusnya jalan untuk penjajahan diatas tanah
Papua, selain (Otonomi Khusus) dan (DOBP). Hal ini bermimpi buruk terhadap
bangsa papua. Dengan adanya ini kerugian besar terhadap bangsa Papua sebagai
berikut: “Membuka perusahan illegal, Mermperbanyak kekuatan militer,
Pembunuhan dimana-mana, Merusak SDA, Menghabiskan SDA, Merendahk isu
politik Papua, Mendapatkan Afirmasi tanpa tes, Dan lain-lain.”

G. Tugas dan Peran Guru dalam Pendidikan

Tugas dan perang seorang guru lebih besar daripada sekedar menyampaikan materi
pelajaran. Guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajar suatu
ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada siswa.
Guru juga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk
mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih siswanya agar memahami
ilmu pengetahuan yang diajarkannya tersebut.

Menurut UU No. 14 Tahun 2005: Tentang Guru dan Dosen memberikan pengertian
guru sebagai tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa pada
pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sosok guru memiliki peran sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang
berkualitas, baik secara intelektual maupun akhlaknya sehingga kelas dapat berhasil
meneruskan estafet kepemimpinan bangsa. Tugas dan tanggung jawab guru sangatlah besar.
Tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran saja. Jika peran seorang guru hanya terbatas
dalam hal ini saja, maka tidak heran jika lambat perkembangan siswa seperi bangsa Papua.
Guru sebagai fasilitator mempunyai dua tugas utama sebagai berikut:

a. Tugas dan Tanggung Jawab Guru


Berdasarkan pengertian guru yang ada di atas, Guru memiliki tugas dan tanggung jawab
untuk mengajar, mendidik, melatih para siswa agar menjadi individu yang berkualitas,
baik dari sisi intelektual maupun akhlaknya. Berikut ini adalah beberapa tugas utama
guru:

1. Mengajar: Deskripsi tentang guru dibagian awal awal artikel ini menyebutkan bahwa
seorang guru adalah seseorang yang mengajarkan ilmu. Seorang guru memiliki
tanggung jawab untuk mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa-siswanya. Tujuan
guru dalam hal ini adalah membuat para siswa mengetahui tentang materi dari suatu
disiplin ilmu dan memiliki tingkat intelektual yang tinggi.
2. Mendidik: Guru merupakan seorang pendidik. Mendidik siswa merupakan hal yang
berbeda dengan mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Kegiatan mendidik siswa
memiliki tujuan untuk mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik sehingga
dapat menjadi anggota masyarakat yang baik pula. Dalam proses mendidik siswa,
Guru Pintar akan memiliki tantangan yang berbeda jika dibandingkan dengan hanya
mengajarkan suatu ilmu pengetahuan. Supaya sukses dalam mendidik siswa, Guru
Pintar harus dapat menjadi teladan yang bagi siswa-siswanya sehingga mereka dapat
memiliki karakter yang baik sesuai norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
3. Melatih keterampilan hidup: Tugas guru adalah melatih siswa memiliki kecakapan
atau keterampilan hidup atau practical life. Guru harus melatih siswa untuk
menguasai kecakapan atau keterampilan hidup abad 21 untuk menjadi bekal bagi
siswa menaklukkan segala tantangan yang mereka hadapi di masa depan.
4. Memberikan bimbingan dan pengarahan: Pekerjaan guru tidak selesai dengan hanya
mendidik dan mengajar saja. Tugas guru terhadap siswa lainnya adalah membimbing
dan mengarahkan siswa supaya tetap pada jalur yang benar, terutama pada proses
belajar mengajar. Siswa yang mengalami kebingungan atau kesulitan dalam proses
belajar mengajar harus dibimbing dan dibantu mencari solusi. Guru dan siswa
bersama-sama berusaha memecahkan masalah sehingga siswa tetap berada pada jalur
yang tepat, dan dapat mencapai tujuan pendidikan.
5. Memberikan motivasi: Tanggung jawab seorang guru yang terakhir adalah untuk
memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa-siswanya agar selalu berusaha
keras untuk lebih maju. Bentuk dorongan dan motivasi yang dapat Guru Pintar
berikan kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberikan
hadiah, memberikan pujian, dan penghargaan.

b. Peran Guru dalam Pendidikan

Berikut ini adalah perang guru dalam pendidikan sebagai berikut:

1. Fasilitator: Sebagai fasilitator, Guru harus mampu memfasilitasi pembelajaran


supaya seluruh siswa dapat terlibat secara aktif. Guru harus dapat memfasilitasi
pembelajaran para siswa untuk bisa mendapatkan pengalaman yang otentik. Dengan
fasilitator yang baik, siswa kan menjadi aktif dalam belajar dan dapat menggali semua
potensi besar yang mereka miliki.
2. Motivator: Dalam proses belajar mengajar, tak jarang siswa mengalami kesulitan atau
kendala dalam belajar. Guru harus dapat mengambil peran sebagai pemberi semangat
pada siswa supaya selalu kuat menghadapi tantangan yang ada di depan mata dan
tidak mudah menyerah atau putus asa.
3. Inspirator: Guru tidak cukup hanya sekedar jadi panutan yang dapat diteladani segala
tindak tanduknya. Guru juga harus dapat menjadi inspirasi bagi siswa sehingga
mereka senantiasa tergerak untuk berkarya, bersemangat dalam mencapai cita-cita,
dan juga berkontribusi positif di dalam masyakat.
4. Mentor: Sebagai mentor, Guru sepatutnya dapat menjadi rekan belajar para siswa.
Guru harus dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa. Bukannya
bersikap otoriter dan selalu mendikte siswa untuk melakukan keinginannya.
5. Pemantik imajinasi dan kreativitas siswa: Pada pendidikan di era 4.0, pembelajaran
seharusnya tidak boleh kaku dan hanya berpusat pada guru. Guru Pintar dituntut
untuk dapat mendesain pembelajaran yang menyenangkan dan sekaligus kreatif.
6. Pengembang nilai karakter & kerja tim: Kolaborasi merupakan salah satu
keterampilan abad 21 yang harus dikuasai siswa. Guru Pintar harus melatih siswa
untuk mampu berkolaborasi dengan orang lain dan juga menanamkan nilai-nilai
karakter yang positif pada siswa.
7. Empati Sosial: Guru sebagai pendidik sosial harus bisa menunjukan rasa empati pada
tiap-tiap siswa. Hal ini merupakan salah satu hal yang tidak akan dapat dilakukan oleh
mesin atau robot. Empati guru juga merupakan bentuk penghargaan terhadap sisi
kemanusiaan tiap siswa.

H. Tugas Dan Tanggung Jawab TNI dan POLRI

TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara


Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan Negara. Jadi TNI
tidak bisa semata-mata mengajar di Papua. Jika TNI mengajar di Papua artinya bangsa
papua tidak baik-baik saja. Mereka hanya mencari perhatian public. Sebentara itu tugas
POLRI adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hokum,
dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat Indonesia.
Bukan mennyamar jadi guru.

I. Persamaan Pendidikan Kolonial Belanda DiIndonesia dan Pendidikan Kolonial Indonesia


di Papua

1. Pendidikan Masa Kolonial Belanda di Indonesia

Pendidikan kolonial Belanda yang dilaksanakan di Indonesia merupakan bagian dari


kebijakan politik etis. Kebijakan Pendidikan kolonil belanda yang dilaksanakan pada
tahun 1901-an adalah bentuk politik balas budi pemerintah Belanda terhadap rakyat
pribumi Indonesia. Sejak itu, sekolah-sekolah untuk kaum pribumi muncul dalam
berbagai jenjang. Salah satu ciri-ciri pendidikan pada masa kolonial yang dominan
adalah dualisme. Dualisme dalam pendidikan masa kolonial terlihat pada perbedaan
tajam antara pendidikan untuk keturunan Eropa dan golongan pribumi Indonesia.
Pemerintah Hindia Belanda menjamin kedudukan yang menguntungkan bagi anak-
anak keturunan Belanda, sebaliknya membatasi kesempatan belajar bagi masyarakat
pribumi Indonesia.

2. Pendidikan Penjajahan Kolonial Indonesia di Tanah Papua Saat Ini

Pendidikan di papua tidak bedah jauh jaman penjajahan India belanda di Indonesia
tahun 1901-an. Prektek-praktek kolonial belanda inilah Indonesia sekarang terapkan
diatas tanah papua. Pendidikan di papua tidak memberikan kesempatan anak-anak
papua. Contohnya beasiswa afirmasi papua yang bisa dapat kesempatan itu adalah
anak-anak penjabat dan anak-anak pendatang yang ada di papua. Sebentara itu anak-
anak orang asli papua tidak ada kesempatan untuk mendapatkan kesempatan.
Pemerintah Indonesia istigma buruk terhadap orang papua, seperti prmerintah Hindia
Belanda terhadap orang Indonesia tahun 1901-an. Pemerintah Hindia Belanda
menjamin kedudukan yang menguntungkan bagi anak-anak keturunan Belanda,
sebaliknya membatasi kesempatan belajar bagi masyarakat pribumi Indonesia. Hal ini
sekarang terjadi di papua.
Pendidikan di papua juga seperti di Afrika Selatan. Afrika selatan mendapatkan
Pendidikan berdasrkan ras. Orang berkulit putih mendapatkan Pendidikan yang layak
dibandingan orang afrika asli yang berkulit hitam dan rambut keriting. Rasisme dalam
pendidikan tetap menjadi isu emosional di Afrika Selatan. Di bawah pemerintahan
minoritas kulit putih, yang berakhir pada tahun 1994, warga kulit hitam diasingkan ke
sekolah-sekolah pemerintah yang tidak bergengsi dan dirancang untuk
mempersiapkan siswa untuk terampil menjadi pekerja kasar.
Menurut catatan World Economic Forum, pendidikan publik Afrika Selatan berada
pada peringkat terburuk di antara yang terburuk di dunia. Sehingga, banyak orang tua
siswa yang beralih ke sekolah swasta, seperti Yayasan Sekolah Curro. Sebentara itu
juga Werwe mengatakan bahwa pemisahan rasial jelas mungkin menjadi konsekuensi
dari pilihan bahasa, karena, warga Afrika berkulit putih cenderung memilih untuk
menggunakan bahasa Afrika, sementara orang tua siswa berkulit hitam jarang
memilih menggunakan bahasa tersebut. Hal ini juga sekarang terjadi di bangas papau,
di bangsa papua sekolah-sekolah wajib mengunakan Bahasa Indonesia. Sebentara di
sekolah-sekolah pulau jawa dan Indonesia lainya bisa pake Bahasa daerah bahkan ada
jam pelajaran Bahasa daerah. Dilarang mengunakan bahasa daerah papua adalah salah
satu upaya negara (NKRI) untuk menghilangkan Bahasa, Budaya, Suku dan Ras
orang asli papua.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan mengenai perbedaan


Pendidikan papua dengan indonesi sebagai berikut:

1. Membuka sekolah-sekolah di papua entah itu Negeri maupun swasta hanya


memperluaskan pejajahan. Bukan mencerdaskan orang asli papua.
2. TNI menyamar jadi guru mencari perhatian public. Realita dilapangan tidak sesuai.
3. Bangsa yang dijajah sudah layaknya memberikan Pendidikan yang tidak layak. Sebab,
Indonesia juga pernah mengalami jaman penjajahan Belanda, jadi istigma ini terpkan
di papua.

B. Saran

Berdasarkan penulisan diatas, maka saya memberikan saran sebagai berikut:

1. Elit-elit papua atau pemerintah memberikan kesempatan anak-anak papua untuk


mendapatkan Pendidikan yang layak. Dalam hal ini Beasiswa Papua berikan pada
anak-anak papua yang tidak mampu berpendidikan.
2. Pemerintah memberikan fasiltas sekolah di papua yang layak seperti pulau jawa dan
Indonesia lainya.
3. TNI&POLRI menjalankan sesuai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Tidak
lagi menyamar jadi guru pada dasarnya kaloh menggangu psiklogis peserta didik
papua.

Anda mungkin juga menyukai