Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MEKANIKA TEKNIK LANJUTAN

HUBUNGAN REGANGAN DAN TEGANGAN

Disusun oleh :
Tar. Muhammad Azhar Rifandy
15062210018

PROGAM STUDI TEKNIK BANGUNAN DAN LANDASAN


JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG
TANGERANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Mekanika Teknik
Lanjutan dengan Hubungan Regangan dan Tegangan dengan tepat waktu . Makalah Mekanika
Teknik ini berisikan uraian secara tuntas tentang pengertian, kurva, dan penerapan teganagn dan
regangan dalam kehidupan sehari – hari. Semoga Makalah Mekanika Teknik Lanjutan ini bisa
menambah pengetahuan taruna-taruni Politeknik Penerbangan Indonesia Curug mengenai
hubungan tegangan dan reganagn. Dalam penyelesaian Makalah Mekanika Teknik Lanjutan ini,
saya banyak mendapatkan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr.Iswadi Idris, S.Pd, M.Pd, selaku Dosen Pengampu

2. Seluruh dosen dan staf prodi Teknik Bangunan dan Landasan PPI Curug,

3. Senior-senior Prodi Teknik Bangunan dan Landasan,

4. Teman - teman Prodi Teknik Bangunan dan Landasan


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Regangan dan tegangan merupakan suatu materi yang yang saling berhubungan, dimana
regangan merupakan suatu akibat yang terjadi karena adanya tegangan dan tegangan ini
terjadi akibat dari beberapa factor seperti gravitasi, tekanan, pemanasan maupun
pendinginan. Hubungan antara tegangan dan regangan telah banyak diaplisikasikan dalam
kehidapan sehari-hari, oleh karena itu untuk dapat lebih memahami dan mengerti mengenai
hubungan tegangan dan regangan serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, maka
penyusun membuat makalah ini sebagai bahan bacaan maupun referensi mengenai hubungan
tegangan dan regangan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah
1. Pen Pengertian tegangan dan regangan serta penyebabnya
2. Kurva hubungan tegangan dan regangan
3. Penerapan tegangan dan regangan dalam kehidupan sehari-hari

1.3 Tujuan Penyusunan


Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
1. Dapat memahami defenisi dari regangan serta mengetahui penyebab timbulnya regangan
2. Mengetahui jenis-jenis regangan
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tegangan dan Regangan


Tegangan merupakan sebuah gaya yang diaplikasikan atau sistem gaya yang
cenderung akan meregangkan atau merubah suatu benda, sedangkan Regangan
merupakan sebuah deformasi yang dihasilkan oleh tegangan, rasio perubahan panjang
terhadap panjang awal.

Dimana:
L = Panjang melintang
A = Luas penampang melintang
P = Beban yang bekerja
δ = Perubahan Panjang
2.2 Penyebab Terjadinya Tegangan dan Regangan
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya suatu regangan, yaitu:
1. Gaya luar
2. Gravitasi
3. Gaya sentrifugal
4. Pemanasan dan Pendinginan
5. Tekanan
6. Perubahan tekanan yang mendadak

2.3 Diagram Tegangan dan Regangan Diagram


Diagram tegangan-regangan disampaikan pertama oleh Jacob Bernoulli (1654-1705) dan
J.V. Poncelet (1788-1867). Jika sebuah benda dengan luas penampang sebesar (A),
kemudian diberi gaya tekan, tarik atau lentur (N), maka benda tersebut akan menegang
sebesar gaya (N) dibagi dengan luasan penampangnya (A). Jika gaya tersebut dari (N) = 0
kemudian berangsur-angsur diperbesar maka benda tersebut akan meregang (memendek/
memanjang/ membengkok) sebesar ε0 sampai dengan ε.
Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjangterhadap
panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukansampai terjadi
kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luaspenampang awal spesimen,
maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh untuk setiap nilai beban
aksial dengan menggunakan hubungan
σ=𝑷/𝑨
Jika hubungan tegangan dan regangan dibuat dalam bentuk grafik dimana setiap nilai
tegangan dan regangan yang terjadi dipetakan kedalamnya dalam bentuk titik-titik, maka
titik-titik tersebut terletak dalam suatu garis lurus (linear) sehingga terdapat kesebandingan
antara tegangan dan regangan, seperti yang ditunjukan gambar di bawah ini

Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah linear, dimana regangan berbanding
lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk diagram tegangan-regangan
seperti ini disebut bahan elastis linear, dimana bahannya memiliki modulus elastisitas yang
konstan. Hukum hooke berlaku dalam keadaan ini. Namun dalam kenyataan, tidak selalu
tegangan itu berbanding lurus dengan regangan, dimana apabila nilai dari tegangan dan
regangan apabila dipetakan dalam bentuk titik2, maka tidak terbentuk hubungan linear
didalamnya.
Hubungan tegangan – regangan seperti ini adalah non-linear, dimana regangan tidak
berbanding lurus dengan tegangannya, Bahan benda yang memiliki bentuk diagram
tegangan-regangan seperti ini disebut bahan elastis non-linear, dimana bahannya tidak
memiliki modulus elastisitas yang konstan. Hukum hooke tidak berlaku dalam keadaan ini.

2.4 Hubungan Tegangan dan Regangan (Hukum Hooke)


Pada kebanyakan bahan teknik terdapat hubungan antara tegangan danregangan. Untuk
setiap peningkatan tegangan terjadi peningkatan regangan yang sebanding, sebelum batas
tegangan dicapai. Jika tegangan mencapai nilai batas, hubungan regangan tidak lagi
proporsional dengan tegangan. Hubungan proporsional tegangan dan regangan awalnya
dinyatakan oleh Robert Hooke pada tahun 1678 dan menjadi hukurn Hooke.
Hukum hooke menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang linear atau proporsional antara
tegangan dan regangan suatu material σ = E ε
Dimana hubungan antara keduanya ditentukan berdasarkan nilai Modulus Elastisitas /
modulus Young (E) dari masing masing material
 Hubungan linear seperti yang dinyatakan dalam hukum hooke tidaklah selamanya
terjadi.
 Hubungan yang linear terjadi hanya pada saat kondisi material masih dalam kondisi
elastis.
 Kondisi Elastis adalah adalah kondisi bahwa jika beban yang bekerja dihapuskan maka
tidak
 akan meninggalkan regangan sisa yang permanen. Dan sifat material masih seperti
semula saat belum ada beban bekerja.
 Hukum Hooke tidak berlaku untuk kondisi diluar kondisi elastis.
 Hubungan linear seperti yang dinyatakan dalam hukum hooke tidaklah selamanya
terjadi.
 Hubungan yang linear terjadi hanya pada saat kondisi material masih dalam kondisi
elastis.
 Kondisi Elastis adalah adalah kondisi bahwa jika beban yang bekerja dihapuskan maka
tidak akan meninggalkan regangan sisa yang permanen. Dan sifat material masih seperti
semula saat belum ada beban bekerja.
2.5 Modulus Elatisitas
Besarnya pertambahan panjang yang dialami oleh setiap benda ketika meregang adalah
berbeda antara satu dengan yang lainnya, tergantung dari elastisitas bahannya. dan elastisitas
yang dimiliki oleh tiap2 benda tergantung dari jenis bahan apakah benda itu terbuat. Sebagai
suatu contoh, anda akan lebih mudah untuk meregangkan sebuah karet gelang daripada besi
pegas yang biasanya dipakai untuk melatih otot dada. untuk merenggangkan sebuah besi
pegas, anda akan membutuhkan ratusan kali lipat dari tenaga yang anda butuhkan untuk
merenggangkan sebuah karet gelang.
Ketika diberi gaya tarik, karet ataupun pegas akan meregang, dan mengakibatkan
pertambahan panjang baik pada karet gelang ataupun besi pegas. Besarnya pertambahan
yang terjadi pada setiap keadaan tergantung pada elastisitas bahannya dan seberapa besar
gaya yang bekerja padanya Semakin elastis sebuah benda, maka semakin mudah benda
tersebut untuk dipanjangkan atau dipendekan (istilah jawanya : gampang molor). Semakin
besar gaya yang bekerja pada suatu benda, maka semakin besar pula tegangan dan regangan
yang terjadi pada benda itu, sehingga semakin besar pula pemanjangan atau pemendekan
dari benda tersebut. Jika gaya yang bekerja berupa gaya tekan, maka benda akan mengalami
pemendekan, sedangkan jika gaya yang bekerja berupa beban tarik, maka benda akan
mengalami perpanjangan. Dari sini sudah bisa disimpulkan bahwasanya regangan (ε) yang
terjadi pada suatu benda berbanding lurus dengan tegangannya (σ) dan berbanding terbalik
terhadap ke elastisitasannya. Ini dinyatakan dengan rumus ε = σ / E atau σ = E x ε rumus ini
dikenal sebagai hukum Hooke.
Dalam rumus ini, (E) adalah parameter modulus elastisitas atau modulus young. Modulus
ini adalah sebuah konstanta bahan yang memiliki nilai tertentu untuk bahan tertentu. Seperti
yang diuraikan diatas, tiap bahan mempunyai modulus elastisitas (E) tersendiri yang
memberi gambaran mengenai perilaku bahan itu bila mengalami beban tekan atau beban
tarik. Bila nilai E semakin kecil, maka akan semakin mudah bagi bahan untuk mengalami
perpanjangan atau perpendekan.
2.6 Kurva Tegangan dan Regangan pada Beberapa Bahan
1. Kurva Tegangan-Regangan Baja Karbon Medium

2. Kurva Tegangan-Regangan Baja Campuran

3. Kurva Tegangan-Regangan Baja Karbon Tinggi


4. Kurva Teganag-Regangan Besi Kasar

5. Kurva Tegangan-Regangan Karet

Dari diagram tegangan regangan pada gambar di atas, terdapat tiga daerah kerja sebagai
berikut :
 Daerah elastis merupakan daerah yang digunakan dalam desain konstruksi mesin.
 Daerah plastis merupakan daerah yang digunakan untuk proses pembentukan
material. Daerah maksimummerupakan daerah yang digunakan dalam proses
pemotongan material.

2.7 Contoh Penerapan Tegangan dan Regangan Dalam kehidupan sehari-hari


Tegangan dan regangan telah banyak diaplikasikan dalam berbagai aktivitas/kegiatan
pekerjaan suatu konstruksi, seperti:
1. Pembuatan rel kereta
2. Pemasangan jendela
3. Pemasangan pintu
4. Pembuatan/pemanfaatan karet dan pegas, dll.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas mengenai tegangan dan regangan, dapat disimpulkan
1. Regangan dapat timbul akibat adanya tegangan
2. Hukum hooke menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang linear atau
proporsional
antara tegangan dan regangan suatu material
3. Ilmu dari hubungan antara tegangan dan regangan telah banyak dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari, seperti pembuatan rel kereta api dll.

Anda mungkin juga menyukai