Anda di halaman 1dari 19

Vol. 3 No.

2, Juli-Desember 2020
E-ISSN 2622-7606, P-ISSN 2622-7606
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.
php/bukhari/index

AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM:


Studi Analisis Kitab Hadis Ibnu Kaṡīr

Maula Sari1, Syafiul Huda2


Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Laksda Adisucipto, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55281
Email: maulasari68@gmail.com , khuzakhan19@gmail.com

DOI: http:dx.doi.org/10.32505/al-bukhari.v3i2.1967
Submitted: 2020-09-30 | Revised: 2020-10-31| Accepted: 2020-11-02

Abstract

The Day of Judgment is a an undeniable situation which muslims believe as part of the basic pillar of Iman.. A
book that focuses on collecting news about the Day of Judgment, namely al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
Malāḥim. This paper examines the book by Imam Ibn Kaṡȋr using descriptive-analytical methods and a book
analysis study approach (bahtsul polar). Formulation of the problem; to explore the writing methods, the
characteritics of the book, the advantages and the disadvantages. This article finds that; first, the method of
writing the Nihāyah book is not systematic, the discussion is mixed with each other even though it is not that
large, and there are no special signs that distinguish the topic of discussion. Second, the characteristics of the
book al-Nihāyah fī al-Fitan are classified as hadith books whose main characteristics include the matan and
its sanad. Third, the use of the hadith book mu'tabar as the main reference and the lack of unsystematic
placement of titles and subtitles. However, the drawbacks were not that many compared to the advantages.

Keywords: Doomsday, Ibn Kathir, al-Nihāyah fī al-Fitan

Abstrak

Hari kiamat merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan ini. Bagi orang beriman mempercayainya
menjadi salah satu rukun yang tidak boleh ditawar. Informasi tentang hari kiamat dapat kita temukan dalam
kitab al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāḥim yang isinya fokus menghimpun berita-berita seputar hari kiamat.
Tulisan ini mengkaji kitab karya Imam Ibnu Kaṡīr tersebut dengan menggunakan metode deskriptif-analitis
dan pendekatan studi analisis kitab (baḥṡu al-kutub) untuk mengetahui bagaimana metode penulisan dan
karakteristik kitab al-Nihāyah fī al-Fitan. Apa kelebihan dan kekurangan kitab tersebut. Artikel ini
menemukan bahwa; pertama, Metode penulisan kitab al-Nihāyah fī al-Fitan ini tidak sistematis,
pembahasannya saling membaur meski dengan tingkat yang tidak begitu besar, dan tidak ada tanda khusus
yang membedakan topik pembahasan. Kedua, Karakteristik kitab al-Nihāyah fī al-Fitan tergolong kitab hadis
yang ciri utamanya menyertakan matan berikut sanadnya. Ketiga, Kelebihan kitab ini adalah Penggunaan
kitab hadis yang mu‟tabar sebagai referensi utama sedangkan kekurangannya yaitu peletakan judul dan sub
judul tidak sistematis. Namun, kekurangan yang ada tidaklah banyak dibandingkan dengan kelebihannya.

Kata Kunci: Hari Kiamat, Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan

187
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

Pendahuluan dalam masyarakat mereka. Inilah efek dari


Islam datang sebagai agama yang pada rasa tidak percaya akan kehidupan
menekankan akan pentingnya kehidupan akhirat. Bertindak sesuka hati karena tidak
akhirat. Kehidupan yang rentang waktunya ada beban akan pertanggungjawaban atas
jauh lebih lama, kondisinya yang tidak bisa amal perbuatan.5
diperbaiki oleh usaha manusia, kenikmatan
Namun demikian, Islam juga
dan kesusahan yang ada jauh lebih tinggi
mengingatkan kepada manusia agar
dibanding kenikmatan dan kesusahan di
memperhatikan kehidupan dunia mereka.
dunia, dan lain sebagainya. Hal ini bisa
Ini tidak lain karena Islam adalah agama
dilihat dalam banyak surat di dalam al-
1
yang sangat memperhatikan keseimbangan
Qur‘an. Al-Qur‘an memperkenalkan
(moderasi). Dalam hal apapun, ia tidak
manusia dengan istilah yaum al-dīn yang
pernah menekankan umatnya untuk fokus
berarti hari pembalasan 2 . Hari dimana
pada satu titik tanpa memperhatikan titik
segala amal perbuatan akan ditampakkan
lainnya. Ia selalu memerintahkan umatnya
untuk diambil keputusan hukum yang
3
untuk berada di tengah antara dua titik.
sesuai dan setimpal. Sebelum Islam
Melalui sebuah ayat, Islam menyuruh
datang, kehidupan akhirat adalah kehidupan
umatnya untuk memperhatikan kehidupan
yang sama sekali tidak pernah
akhirat mereka sekaligus mengingatkan
diperhitungkan keberadaannya sehingga
mereka akan bagian mereka yang harus
mereka tidak mempersiapkan diri untuk
diusahakan dalam kehidupan dunia ini.6
menyambut kehadirannya. Mereka
berkeyakinan bahwa kehidupan yang ada Ada fase yang memisahkan antara
hanyalah kehidupan yang sedang mereka kehidupan dunia dan akhirat, yaitu hari
4
lewati ini. Dari keyakinan ini banyak kiamat. Akhirat adalah tempat persinggahan
sekali terjadi kecurangan dan penindasan terakhir manusia dan jin selaku makhluk
yang dibebani kewajiban taklīfī. Sebelum
1
Ibnu Kaṡȋr, Huru-Hara Hari Kiamat, terj. menuju negeri abadi ini, ada fase-fase yang
Anshori Umar, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002),
vii. ditandai dengan peristiwa-peristiwa dahsyat
2
QS. al-Fātiḥah: 4
3
Lukmanul Hakim Sudahnan dan
5
Muhammad Yusram, ―Kaidah Dalam Interaksi dan Andy Hadiyanto, ―Makna Simbolik Ayat-
Interpretasi Terhadap Nas-Nas Tanda Hari Kiamat,‖ ayat tentang Kiamat dan Kebangkitan dalam al-
Nukhbat al-‟Ulūm Vol. 5, No. 2 (2019): 66. Qur'an,‖ Hayula Vol. 2, No. 2 (Juli 2018): 187.
4 6
QS. Fuṣṣilat: 7 dan QS. Hūd: 19 QS. al-Qaṣaṣ: 77

188
Maula Sari

Syafiul Huda

yang dikenal dengan kiamat ṣughrā dan yang īmānī, bukan ma‟qūlī (bisa dijangkau
kiamat kubrā. Kiamat merupakan perisitiwa oleh akal) maka dalam memahaminya harus
7
yang besar dan dahsyat. Kapan dan berdasarkan informasi wahyu. Sebagai
bagaimana kejadian kiamat yang kedua ini sesuatu yang qaṭ‟ī al-wurūd, al-Qur‘an
tidak ada satu makhluk pun yang sudah final yakni diakui keabsahannya.
mengetahuinya.8 Sementara hadis, masih perlu dikaji
keotentikan informasi yang dibawanya
Walaupun dirahasiakan, sebagai
tersebut. pun dengan kitab al-Nihāyah fī al-
bentuk Maha kebijaksanaan-Nya Allah swt
Fitan wa al-Malāḥim, banyak sekali hal-hal
yang memberikan kita tanda-tanda
yang bisa dikaji darinya.
kedekatan hari tersebut. Informasi seputar
tanda kiamat yang semakin dekat itu Penulisan dalam artikel ini
terrangkum dalam al-Qur‘an dan hadis. mengenai pengkajian hadis di era global.
Mengenai tanda-tanda hari Kiamat yang Dimana suatu pengkajian terhadap kitab
tercantum dalam al-Qur‘an, Allah tidak hadis Ibnu Kaṡīr mengenai hari kiamat.
menyebutkannya secara rinci. Dia hanya Penulis melakukan pemahaman isi kitab
menegaskan bahwa kedatangannya sudah hadis ini untuk menyadarkan umat manusia
dekat. 9 Tanda-tanda ini bisa kita temukan agar senantiasa mengingat hari kiamat di
dalam informasi hadis Nabi. salah satu zaman perkembangan globalisasi melalui
kitab hadis yang secara khusus mengulas pengkajian kitab al-Nihāyah fī al-Fitan.10
informasi Nabi terkait hari kiamat ini
Pada dasarnya telah banyak kajian
adalah al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
tentang hari kiamat. Diantaranya: pertama,
Malāḥim karya Imam Ibnu Kaṡīr.
artikel yang berjudul Konsepsi Makna Hari
Oleh karena keberadaan dan Kiamat dalam Tafsir al-Qur‘an. Artikel ini
kejadian hari kiamat merupakan sesuatu menjelaskan makna hari kiamat yang ada di
dalam al-Qur‘an. Konsepsi makna hari
7
Abdul Kosim, Tajudin Nur, T. Fuad kiamat yang dibahas melalui pendekatan
Wahab dan Wahya, ―Konsepsi Makna Hari Kiamat
Dalam Tafsir AlQuran,‖ Al-Bayan Vol. 3 No. 2
(Desember 2018): 119.
8
Ibnu Kaṡīr, Huru-Hara Hari Kiamat, terj.
10
Anshori Umar, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), Muhyidin Azmi, ―Ekspertisi Ibnu Katsir
ix. Pada Bidang Hadis (Telaah Kitab Hadis Al-Nihāyah
9
Lihat misalnya QS. al-Aḥzāb: 63, QS. al- Fī Al-Fitan Wa Al-Malāḥim),‖ Islam Transformatif
Qamar: 1, dan QS. al-Ma‘ārij: 6-7. Vol. 04, No. 01 (2020): 83.

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 189


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

semantik kognitif. 11 Kedua, Kaidah dalam al-Fitan yang merupakan karya Ibnu Kaṡīr
Interaksi dan Interpretasi Terhadap Nas-Nas dan melakukan analisis terhadap kitab
Tanda Hari Kiamat, menjelaskan hikmah tersebut.
dan hukum mendudukan tanda-tanda
Metode Analisis Kitab
kiamat dengan suatu peristiwa dengan
Metode dapat diartikan sebagai
interpretasi nas-nas dalam al-Qur‘an dan
suatu cara yang ditempuh untuk melakukan
hadis. 12 Beberapa penelitian di atas, belum
sesuatu, agar sampai kepada suatu tujuan.
adanya yang memfokuskan kajian terhadap
Penelitian ini termasuk dalam kategori
hari kiamat dalam kitab al-Nihāyah fī al-
penelitian kepustakaan (library research).
Fitan. Banyak yang membahas tanda-tanda
Adapun metode yang digunakan dalam
hari kiamat secara umum dan belum
penelitian ini adalah metode deskriptif-
bersifat khusus.
analitis, yaitu mendeskripsikan kontruksi
Maka, artikel ini akan melengkapi dasar kitab yang menjadi objek kajian
kekurangan pada artikel sebelumnya. kemudian menganalisisnya secara kritis.
Kajian dalam artikel ini akan menjawab Pendekatan yang digunakan dalam
beberapa persoalan mendasar, yaitu penelitian ini adalah studi analisis kitab
pertama, bagaimana metode penulisan (baḥṡul kutub), yaitu dengan cara
dalam kitab al-Nihāyah fī al-Fitan. Kedua, menganalisa sistematika serta metodologi
bagaimana karakteristik kitab al-Nihāyah fī yang digunakan penulis kitab.
al-Fitan. Ketiga, apa kelebihan dan
Secara rinci, metode yang ditempuh
kekurangan dalam kitab ini. Sumber data
dalam menganalisis kitab al-Nihāyah fī al-
primer yaitu kitab hadis al-Nihāyah fī al-
Fitan wa al-Malāḥim adalah sebagai
Fitan. Sedangkan sumber data sekunder
berikut:
yang berkaitan dengan objek penelitian.
Langkah-langkah yang akan ditempuh 1. Penggunaan istilah antara peneliti kitab
mendeskripsikan kajian kitab al-Nihāyah fī al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāḥim
dengan penyusunnya. Untuk yang
11
Abdul Kosim, Tajudin Nur, T. Fuad
Wahab dan Wahya, ―Konsepsi Makna Hari Kiamat pertama digunakan istilah „penulis‟.
Dalam Tafsir AlQuran,‖ 119. Adapun untuk yang kedua
12
Lukmanul Hakim Sudahnan dan
Muhammad Yusram, ―Kaidah Dalam Interaksi dan
Interpretasi Terhadap Nas-Nas Tanda Hari Kiamat‖,
Nukhbat al-‟Ulūm Vol. 5, No. 2 (2019): 4

190
Maula Sari

Syafiul Huda

menggunakan istilah „mu‟allif‟ atau dengan makhṭūṭāt yang menjadi rujukan


namanya. utamanya atau tidak.
2. Penelusuran rujukan berdasarkan pada
Biografi Ibnu Kaṡīr
ungkapan yang menggambarkan adanya
Nama beliau adalah ‗Imāduddīn
proses adā‟ wa taḥammul al-ḥadīṡ atau
Ismā‘īl bin ‗Umar bin Kaṡīr al-Baṣrī, al-
serah terima sebuah hadis dari perawi
Dimisyqi, al-Faqīh, al-Syāfi‘ī.14 Sosok yang
terakhir. Dalam kitab ini, penulis
lebih dikenal dengan Ibnu Kaṡīr ini lahir di
menemukan misalnya kata qāla fulān:
15
Timur Basrah pada tahun 703 H. Ia
ḥaddaṡa, qāla fulān: sami‟tu, rawā
mendapat predikat “al-Buṣrāwī” yaitu
fulān „an, dan aurada fulān. Ungkapan
orang Basrah 16 Dalam hal akidah adalah
ḥaddaṡa setelah qāla pada jenis pertama
penganut mazhab Asy‘arī dan dalam fikih
adalah untuk membedakan antara
17
pengikut mazhab Syāfi‘ī. Seluruh
riwayat dengan penjelasan atau
waktunya dihabiskan untuk ilmu
pendapat yang dinukil oleh mu‟allif.
pengetahuan. Ia mengkaji, mempelajari,
3. Nama kitab rujukan yang digunakan
dan mengenal berbagai disiplin ilmu
oleh Ibnu Kaṡīr dan nama lengkap
pengetahuan. 18 Ibnu Kaṡīr menghafal dan
pengarangnya diambilkan dari berbagai
menulis banyak buku. Di samping
pembahasan yang ada dalam kitab ini.
menguasai perangkat bahasa dan merangkai
Kebanyakan, keduanya tidak ditemukan
syair.19
dalam satu tempat. Karena keterbatasan
penulis, terkait nama kitab rujukan yang
digunakan mu`allif hanya bisa
ditemukan sebagian saja. 14
Mannā‘ul Qaṭṭan, Pembahasan Ilmu al-
13 Qur'an 2 (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), 228.
4. Terkait model penulisan kitab, penulis 15
Wely Dozan, ―Epistimologi Tafsir Klasik:
mengacu pada kitab yang diterbitkan Studi Analisis Pemikiran Ibnu Kaṡȋr,‖ Falāsifa Vol.
10, No. 2 (September 2019): 150.
16
oleh Dār al-Kutub al-‗Ilmiyyah Mannā' Khalil al-Qaṭṭān, Studi ilmu-ilmu
al-Qur'an, terj. Mudzakir (Jakarta: Lintera Antara
Lebanon pada tahun 1991 (cetakan ke- Nusa, 1990), 386.
17
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir
3). Penulis tidak tahu persis apakah al-Qur'an (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008), 106.
model penulisan yang ada ini sesuai 18
Musṭafā Abd al-Wahid, Al-Sirah al-
Nabawiyah li Ibni Kaṡīr, Jilid 1 (Beirut: Dār al-Fikr,
13
Penulisan judul dengan penebalan yang 1990), 527.
19
berada di tengah atau dari tepi halaman, ukuran font, Muhammad Yusuf, dkk, Studi Kitab
dan lain-lain. Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2004).132

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 191


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

Ibnu Kaṡīir memiliki 16 Żahabi sebagai guru di Turba Umm Salih.


20
guru semisal Ibn as-Syaḥnah, al-Āmidī, al Setelah hakim Taqiyuddin al-Subki wafat,
Qāsim Ibn ‗Asākir, al-Husain al-‗Irāqī, al- ia diangkat menjadi kepala Dār al-Ḥadīṡ
Hajār, dan Kamāluddin ‗Abdul al-Asyrafiyah (lembaga pendidikan hadis).
Wahhāb, 21 kepada Syaikh Burhānuddin al- Kemudian pada tahun 768 H/1366 M ia
Fazari dan Kamāluddin bin Qāḍī Syuhbah, diangkat menjadi guru besar oleh gubernur
Ibnu Kaṡīr mengokohkan keilmuannya. Mankali Buga di mesjid Umayah di
Muridnya sendiri sangat banyak, hal ini Damaskus.24
dikarenakan Ibnu Kaṡīr pernah menjabat
Ibnu Kaṡīr sangat kagum pada Ibn
guru besar. Dalam ilmu hadis Ibnu Kaṡīr
Taimiah. Hal ini mempengaruhi cara
banyak mengambil dari Ibnu
22
berfikirnya. Dalam kitab Ṭabaqāt-nya, Ibn
Taimiy. Popularitasnya mulai dikenal
Qādlī Syahbah menuturkan bahwasanya Ibn
ketika ia terlibat dalam penelitian untuk
Kaṡīr memiliki pengistimewaan terhadap
menetapkan hukuman terhadap seorang
gurunya, Ibn Taimiah. Ia mengikuti banyak
zindiq yang didakwa menganut paham
hal dalam pemikirannya. Ia berfatwa
hulūl (inkarnasi). Penelitian ini diprakarsai
tentang talak dengan pendapatnya. Dari sini
oleh Gubernur Suriah, Altun Buga al-Nasiri
ia mendapatkan cobaan dan gangguan dari
di akhir tahun 741 H/1341 M.23
orang-orang. 25 Ibnu Kaṡīr dikenal sebagai
Dalam bidang ilmu hadis, pada pakar terkemuka dalam bidang ilmu tafsir,
tahun 748 H/1348 M ia menggantikan hadis, sejarah dan fikih. Mencapai derajat
gurunya, Muhammad Ibn Muhammad al- tinggi dalam hal keilmuan. Keluasan ilmu
dan kedalaman materi yang dimilikinya
20
Al-Dawudi, Ṭabaqāt al-Mufassirīn terlebih dalam hal tafsir, hadis, dan sejarah
(Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1430), 112.
21 ini diakui para ulama.26 Ibn Hajar bercerita
Berdasrkan dari beberapa sumber. Lihat
Ahmad bin Muhammad al-Adnarawi, Ṭabaqāt al-
Mufassirīn, (Madinah: Maktabah al-‗Ulūm wa al-
24
Hikam, 1997), 260-261, Sayyid Muhammad ‗Ali Nur Faiz Maswan, Kajian Diskriptif
Ayāzī, al-Mufassirūn; Hayātuhum wa Manhajuhum, Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Menara Kudus, 2002),
(Teheran: Mu‘assasah at-Ṭibā‘ah, 1313 H), 304-305, 36
25
Umar Ridlā Kahālah, Mu‟jam al-Mu`allifīn, Sayyid Muhammad ‗Ali Ayāzī, al-
(Muassasah Risalah), 373 Mufassirūn; Hayātuhum wa Manhajuhum, 304.
22
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Lihat juga Muhammad Husain al-Żahabi, At-Tafsīr
Islam (Jakarta: Amzah, 2010), 288. wa al-Mufassirūn, vol. Juz 1 (Kairo: Maktabah
23
Nur Faiz Maswan, Kajian Diskriptif wahbah, 2000). 173
26
Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Menara Kudus, 2002), Munir al-Ba‘ al-baki, Mu‟jam fi a‟lam al
35 Maurid (Beirut: Dār al-‘ilm li al Malāyin, 1992), 35.

192
Maula Sari

Syafiul Huda

bahwa Ibn Kaṡīr gemar menelaah hadis pindah ke Damaskus, Ibnu Kaṡīr tidak
baik matan maupun sanadnya, menyusun berpindah tempat ke mana-mana. Ia tumbuh
kitab ṭabaqāt Syāfi‘iyyah, dan mensyarah dan meninggal di sana. Pada masa akhir
30
Sahih Bukhāri. Ibn Hajjī, salah satu usianya ia terkena kebutaan. Dan
muridnya bercerita: orang yang paling meninggal pada hari kamis 26 Sya‘ban 774
banyak hafalan hadis, paling mengerti kritik H. 31Dimakamkan di samping makam Ibnu
matan dan sanadnya, serta mana yang sahih Taimiyyah, Damaskus.32
dan tidak. Bagi orang yang mempelajari Kitab al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
dua karyanya yang besar (tafsir dan sejarah) Malāḥim
dengan mudah akan mengenal keluhuran Kitab al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
Ibn Kaṡīr. 27 Karya-karyanya ini sebagian Malāḥim merupakan kitab hadis yang
besar adalah dalam bidang hadis. Selain berbicara secara khusus seputar hari
kitab yang sedang dikupas ini, karya Kiamat. Sebagaimana kitab hadis lainnya,
lainnya antara lain Kitab Jāmi‟ al-Masānīd karya Ibnu Kaṡīr ini juga mencantumkan
wa al-Sunan (kitab koleksi Musnad dan sanad dari hadis yang digunakannya. Tidak
sunan), at-Tārikh al-Kabīr, Tafsir al- hanya itu, terkadang pencantuman tersebut
Qur‟ān al-„Aẓīm, dan lain-lain.28 diikuti dengan kritik sanad dan matan yang
menjadikan pembaca mudah mengetahui
Sudah menjadi hal yang biasa ketika
sisi kekurangan hadis yang ada. Sesekali,
ada murid yang menonjol dalam hal
mu‟allif juga memberi kesimpulan atas
pengetahuan kemudian sang guru
hadis-hadis yang sedang dikaji.
menikahkannya dengan salah satu putri atau
kerabatnya. Hal ini juga terjadi pada diri Kitab yang mengupas detil tanda-
Ibnu Kaṡīr, ia dinikahkan oleh gurunya tanda hari Kiamat ini terdiri dari 1 jilid.
yang mengajarkan kitab Tahżīb al-Kamāl, Informasi yang ada, mu‟allif sajikan dalam
al-Hāfiẓ al-Mizzi dengan putrinya. 29 Sejak
Husain al-Żahabī, al-Tafsīr wa al-Mufassirūn, juz 1,
173
30
al-Żahabi, Al-Tafsīr wa al-Mufassirūn.,
27
al-Żahabi, Al-Tafsīr wa al-Mufassirūn. 174
31
174. Sayyid Muhammad ‗Ali Ayāzī, al-
28
Sumarti, ―Riba dalam Pandangan Ibnu Mufassirūn; Hayātuhum wa Manhajuhum, 304
32
Kaṡīr: Sebuah Kajian Normatif,‖ Teraju Vol. 02, Abd Haris nasution dan Muhammad
No. 02 (September 2020): 136. Mansur, ―Studi Kitab Tafsir Al-Qur‘an Al-Aẓim
29
Ahmad bin Muhammad al-Adnarawi, Karya Ibnu Kaṡīr,‖ Jurnal Ushuluddin Adab dan
Ṭabaqāt al-Mufassirīn, 260. lihat juga Muhammad Dakwah Vol. 1, No. 1 (2018): 3.

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 193


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

34
432 halaman yang dibagi ke dalam 2 juz. berbagai sumber referensinya. Dalam
Kitab karya ulama abad 8 H. ini ditaṣhih kitab ini tidak ditemukan mukaddimah
oleh Prof. Ahmad Abd al-Syāfī. Di sebagaimana kitab yang lain. Pada bagian
Indonesia, kitab hadis eskatologi ini sudah awal kitab mu‟allif hanya menegaskan akan
diterjemahkan oleh Anshori Umar dengan keniscayaan tanda-tanda Kiamat yang harus
judul Huru-Hara Hari Kiamat. diimani melalui sabda baginda Nabi yang
ucapannya selalu bersandar pada wahyu. 35
Tidak ada sumber pasti dan tegas
Menurut hemat penulis, tidak adanya
yang menjelaskan asal mula penamaan
mukaddimah ini sebagai gambaran dari
kitab ini dengan judul al-Nihāyah fī al-
kedatangan Hari Kiamat yang tidak dapat
Fitan wa al-Malāḥim. Namun jika
diduga kapan kejadiannya. Atau bisa jadi
diperhatikan dengan seksama, penamaan ini
karena mukaddimah-mukaddimah yang
bisa jadi diilhami oleh hadis yang pertama
mendahului Hari Kiamat – sejak dahulu
kali dikutip oleh Ibn Kaṡīr. Hadis yang
terlebih akhir-akhir ini – begitu jelas
berbicara tentang bentuk siksaan umat
sehingga tidak diperlukan lagi kehadiran
Islam itu termaktub dalam kitab Sunan Abī
mukaddimah dalam karyanya tersebut.
Dāwud dengan nomor hadis 4278. Di situ
disebutkan bahwa hadis tersebut berada Sebagai kitab yang berisi informasi
pada bāb mā yurjā fi al-qitāl dalam kitāb seputar Hari Kiamat, kitab ini juga memberi
al-fitan wa al-malāḥim.33 tips keselamatan yang bersumber dari Nabi.
Pada bagian pra kiamat, mu‟allif
Hal lain yang unik dalam kitab ini
menuturkan kiat-kiat menyelamatkan diri
adalah tidak ditemukannya mukaddimah.
dari fitnah yang terjadi saat itu. Berikut ini
Biasanya mukaddimah berisi tentang
penulis sajikan dari penelusuran di
sistematika dan konten yang akan dikaji
oleh mu‟allif kitab. Di dalamnya dijelaskan
juga alasan penulisan kitabnya berikut 34
Lihat misalnya kitab Manba‟ al Barakāt
karya Dr. Ahsin Sakho Muhammad yang
33
Dalam sumber utama pad acatatan kaki, sistematika penulisannya bisa kita jumpai dalam
hadis ini berada di juz 2 halaman 421 dari pada mukaddimah. Atau lihat juga misalnya kitab as-
kitab Sunan Abī Dāwud. Namun setelah melalui Sunnah Qabla al-Tadwīn karya Muhammad ‗Ajaj
pencarian dalam kitab Sunan Abī Dāwud cetakan al-Khathīb.Ia menuliska nlatarbelakang penulisan
Bait al-Afkār al-Dauliyyah, Riyad, hadis tersebut dan sumbernya pada bagian mukaddimah.
35
berada pada halaman 466. Lihat Abī Dāwud Ibnu Kaṡīr, Huru-Hara Hari Kiamat, terj.
Sulaimān bin al-Asy‘aṡ al-Sijistānī, Sunan Abī Anshori Umar, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002),
Dāwud, (Riyad: Bait al Afkār al-Dauliyyah, tt), 466 3.

194
Maula Sari

Syafiul Huda

beberapa tempat yang berbeda dalam kitab memperbolehkan umatnya untuk


ini. mengasingkan diri demi keselamatan
iman mereka. Lebih dari itu, seandainya
1. Berjamaah, yakni selalu bersama
sumber makanan yang tersedia hanyalah
golongan yang paling banyak jumlah
akar pohon yang tidak bertahan lama
anggotanya. Nabi mengistilahkan hal ini
dalam memberikan energi dan
dengan al-sawād al-a‟ẓam, (gumpalan
kemudian meninggal di pengasingan,
hitam yang paling besar). Kebersamaan 38
hal itu dibenarkan. Ini tidak lain
bisa menjaga anggotanya dari
karena keburukan dan kebatilan sudah
ketersesatan. Di saat satu anggota akan
di mana-mana dan tidak ada yang bisa
melakukan hal yang keliru,
memperbaikinya kecuali Allah
kemungkinan datangnya peringatan dan
langsung.
nasihat sangat besar.36
3. Menahan derita; kondisi ini
2. Mengasingkan diri; Islam adalah agama
digambarkan oleh Nabi melalui
yang tidak mengajarkan umatnya untuk
berubahnya rasa iman dalam diri
egois. Ia menyuruh umatnya untuk
seseorang dengan mudah dan tanpa
mengajak dan melibatkan orang lain
beban. Dalam hadis yang disebutkan
dalam kebaikan. Hal ini tidak lain agar
pada pembahasan ini, Nabi
mereka terhindar dari siksa api neraka.37
menggambarkan bahwa pada saat
Terhadap kemungkaran yang
masuk waktu malam seseorang masih
ditemuinya, seorang muslim dituntut
dalam keadaan beriman namun begitu
untuk mengingatkannya sebisa
pagi datang, keimanannya hilang.
mungkin, baik dengan tindakan maupun
Sebaliknya, pagi beriman sore harinya
lisan, atau minimal hatinya mengingkari
kafir. Dalam hadis itu, Nabi menuturkan
kemungkaran tersebut. Namun pada
juga bahwa mengalah – seperti salah
akhir zaman nanti, akan ada suatu masa
satu putra Adam (Habil) – pada saat itu
di mana keburukan hanya bisa
lebih baik.39 Pada saat itu, Habil sebagai
diimbangi dengan rasa pengingkaran
manusia pertama yang dibunuh di muka
saja. Bahkan pada saat itu, Islam
36 38
Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al- Ibnu Kaṡīr , al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
Malāḥim (Libanon: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 1991), Malāḥim. 16
39
16. Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
37
QS. at-Taḥrīm: 6 Malāḥim, 35

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 195


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

bumi ini, bisa saja melawan. Namun ia bagian dengan bagian yang lain, semakin
lebih memilih takut kepada Allah mudahlah karya tersebut untuk dikonsumsi.
daripada melakukan perlawanan yang Kitab al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāḥim
boleh jadi bisa mengakibatkan ia ditulis pada abad 8 H. Karya tulis pada abad
membunuh saudaranya.40 ini sudah bisa dibilang bagus dan mapan
4. Memohon kematian; kematian adalah dalam hal sistemasisasi penulisannya.
suatu keniscayaan. Jika sudah saatnya, Bahkan jauh sebelum itu, Imam Bukhari
tidak ada satu makhluk pun yang bisa (w. 256 H) misalnya, sudah mulai
menyegerakan atau menangguhkan mengklasifikasikan hadis yang ada dalam
41
kehadirannya. Islam melarang karyanya menjadi bagian-bagian yang
umatnya untuk berharap agar mengacu pada pembahasan fikih.43 Berbeda
disegerakan kematiannya. Terlebih dengan kitab yang kebenarannya diakui
bunuh diri, Islam mengecam keras setelah al-Qur‘an, kitab al-Nihāyah ini
pelakunya. Ini tidak lain karena Islam penulisannya tidak sistematis,
tidak ingin umatnya menjadi golongan pembahasannya saling membaur meski
yang putus asa dari rahmat Allah yang dengan tingkat yang tidak begitu besar, dan
selalu terbuka untuk siapa pun di dunia tidak ada tanda khusus yang membedakan
ini. Namun menjelang kiamat nanti, topik pembahasan (sesekali menggunakan
Islam memperbolehkan mereka untuk istilah żikrā, bāb, faṣl, dan yang lain).
memohon kematian.42
Secara garis besar, metode yang
digunakan Ibnu Kaṡīr dalam menulis
Metode Penulisan Kitab al-Nihāyah fī al-
karyanya ini adalah sebagai berikut:
Fitan wa al-Malāḥim
Mudah tidaknya memahami sebuah 1. Membaginya dalam 4 tema besar;
karya tulis tidak bisa lepas dari metode penguat hadis prediktif, pra kiamat, saat
penulisan yang digunakan. Semakin kiamat, dan pasca kiamat.44
sistematis dan runtut hubungan antar satu
43
Sayyid Abdul Majid al-Ghouri, al-Wajīz fī
Ta‟rīfi Kutub al-Ḥadīṡ (Beirut: Dār ibn Kaṡīr, 2009).
40
Sikap tegas dan kepasrahan Habil ini 9
44
diabadikan dalam QS. al-Maidah: 27-29 Pembagian ini penulis simpulkan dari
41
QS. al-A‘rāf: 34, QS. Yūnus: 49, dan QS. daftar isi yang ada dan diperkuat dengan konten
an-Nahl: 61 isinya. Perlu diketahui bahwa pembahasan dari
42
Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al- keempat tema besar tersebut tidak selamanya
Malāḥim, 17 berurutan.Ada beberapa pembahasan yang masuk

196
Maula Sari

Syafiul Huda

a. Bagian pertama ini berisi seperti b. Bagian kedua yakni pra kiamat
berita kematian para sahabat dan berisi tentang hal-hal yang menjadi
kondisi dunia sabelum kitab ini ciri jaman akhir, seperti kemunculan
ditulis. Kejadian-kejadian yang dajjal, ya`jūj ma`jūj, turunnya Nabi
terdapat dalam informasi yang Isa, Imam Mahdi, dan beberapa ciri
dinukil tersebut sudah terjadi dan kiamat lainnya. Dalam ajaran
sesuai dengan prediksi yang agama, fase ini lebih dikenal dengan
disampaikan Nabi. Lebih istilah kiamat ṣugrā.
kongkritnya, dalam pembahasan c. Terkait saat kejadian, mu‟allif
tentang keburukan yang akan terjadi misalnya menukil hadis tentang
pada akhir jaman, mu‟allif memberi peniupan sangkakala. Pembahasan
catatan tambahan wa in kāna qad mengenai fase yang disebut dengan
wujida ba‟ḍuhā fī zamāninā aiḍan kiamat kubrā ini dimulai dengan
(sebagiannya sudah bisa ditemukan hadis tentang hilangnya dunia dan
pada jaman kita). 45 Boleh jadi ini hadirnya akhirat. 46 Pada bagian ini
sebagai bentuk usaha mu‟allif dalam digambarkan tentang kejadian,
meyakinkan pembaca, bahwa apa tahapan, kondisi hari kiamat.47
yang dinukilnya dari kitab hadis d. Bagian terakhir, mu‟allif menukil
mu‘tabar peluang terjadinya sangat hadis-hadis yang berisi tentang
besar. Pembahasan seputar hal ini surga neraka, kenikmatan dan
bisa kita temukan pada awal-awal siksaan, serta penghuninya.
pembahasan kitab. Ciri utama yang 2. Penulisan ayat; sebagai sumber utama
mudah kita temukan adalah Islam, mu‟allif menyertakan ayat yang
penggunaan isyāratun nabawiyyatun membahas tema yang sedang dikajinya.
pada permulaan pembahasan. Terkadang penulisan ini berada di awal

46
Ibn Kaṡīr, an-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
dalam tema ketiga namun sebagiannya sudah Malāḥim, 133
47
disinggung pada tema kedua. Sebagaimana Kejadian hari kiamat digambarkan oleh
informasi bahwa orang fakir akan masuk surga muallif dalam pembahasan ḥadīṡ al-Ṣūr bi Ṭūlihī
sebelum orang kaya (tema keempat) yang di bahas Taṣwīr li Masyāhid al-Qiyāmah aw li ba‟ḍ
pada bagian awal kitab (lihat Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah masyāhidihā (lihat hlm. 136). Adapun tahapan yang
fī al-Fitan wa al-Malāḥim, 21). dilalui selama hari kiamat antara lain hancurnya
45
Ibn Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al- dunia, kebangkitan dari alam kubur, dikumpulkan di
Malāhim, 19 mahsyar, dan perhitungan amal perbuatan.

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 197


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

setelah penulisan sub judul dan yakni dengan dobel tanda kurung
terkadang setelah pencantuman hadis ―((.....))‖. Selain itu, untuk harakat juga
terkait. Ayat ditulis dengan bold mode tidak diberikan pada keseluruhan
(cetak tebal) yang dibatasi dengan tanda redaksi hadis, bahkan kosa kata yang
kurung ―﴾.....﴿‖. Nama surat dan nomor ada pada matan hadis.
ayat dicantumkan lengkap setelah 4. Menyampaikan satu hadis dengan
penulisan ayat dengan diberi tanda berbagai sumber dan jalurnya. Misalnya
―[.....]‖. Penulisan ayat lengkap dengan hadis tentang telaga Nabi yang
harakatnya. Berbeda dengan hadis, diriwayatkan oleh 29 sahabat.50
yang peng-harakat-annya hanya berlaku 5. Menghadirkan riwayat lain untuk
untuk sebagian kecil saja. Itu pun tidak memperkuat informasi yang kurang
keseluruhan hadis yang sedang dibahas valid. Misalnya hadis tentang usia dunia
di-harakat-i. Terkadang mu‟allif juga yang diriwayatkan Imam Aḥmad. Salah
menjelaskan maksud ayat dengan satu perawinya adalah ‗Alī bin Zaid al-
mengutip hadis 48 atau pendapat ulama Taimī yang memiliki hadis garīb dan
lain semisal pendapat Abū ‗Abdullāh al- munkar. Menyikapi kemungkaran yang
Qurṭubī terkait mīzān.49 mungkin muncul dari sisi ini, mu‟allif
3. Penulisan hadis tidak seperti penulisan menghadirkan riwayat berupa hadis
ayat, baik dari segi penulisan maupun Imam Muslim dari Abī Nuṣrah.51
kelengkapan harakatnya. Hadis yang 6. Menjelaskan status hadis; penyebutan
disajikannya ditulis dengan biasa, tanpa status ini terkadang dari segi diterima
penebalan. Tanda kurung juga atau tidaknya sebuah hadis. Misalnya
digunakan sebagai pembatas matan dari hadis ini berstatus ṣaḥīh, ḥasan, ḍa‟īf,
yang lainnya sebagaimana tanda kurung garīb, atau yang lainnya. Hadis yang
ayat. Hanya saja bentuknya berbeda diriwayatkan oleh Ibn Abī al-Dunyā
pada pembahasan ‗kekasih Allah yang
48
Hadis riwayat Imam Bukhārī tentang melewati seluruh telaga mata air milik
tafsir ayat yang menegaskan akan kedatangan hari
dimana pengakuan keimanan non-muslim dan amal para Nabi‘, oleh Ibnu Kaṡīr dinilai
baik orang beriman yang malas tidak ada
manfaatnya sama sekali (QS. al-An‘ām: 158). Lihat
50
Ibn Kaṡīr, anl-Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāhim, Ibn Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
109 Malāhim, 188
49 51
Ibn Kaṡīr, al-Nihāyah fi al-Fitan wa al- Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
Malāhim, 222 Malāhim, 12

198
Maula Sari

Syafiul Huda

52
garīb. Terkadang disebutkan juga yang paling rendah kelasnya. 54 Adapun
status hadis dari sisi penyandaran hadis kritiknya terhadap matan bisa kita
tersebut seperti berstatus marfū‟, temukan pada bagian yang menjelaskan
mauqūf atau maqṭū‟. Pada pembahasan sosok dajjal. Dalam banyak hadis
tentang ṣirāṭ, 53 Ibnu Kaṡīr mengutip dituturkan bahwa ia bernama Ibn
hadis riwayat al-Baihaqī yang berstatus Ṣayyād, keturunan Yahudi Madinah.
mauqūf dan hadis senada yang juga Menurut mu‟allif, hadis ini tidak bisa
diriwayatkan oleh al-Baihaqī namun diterima karena tidak masuk akal dan
55
dari jalur lain dan berstatus marfū‟. mustahil berasal dari Nabi. Begitu
Kemudian Ibnu Kaṡīr memberi juga setiap hadis yang menuturkan
keterangan status ke-ḍa‟if-an sanad waktu terjadinya hari kiamat secara
hadis yang kedua ini. Namun demikian, jelas adalah tidak benar.56
menurutnya, hadis kedua ini menjadi 8. Penggunaan istilah untuk menggantikan
kuat statusnya lantaran hadis pertama sumber hadis yang digunakan. Misalnya
yang mauqūf tadi. wa fī al-ṣaḥīḥain yang kembali pada
7. Penyertaan kritik terhadap sanad dan imam Bukhāri Muslim dan wa fī al-
matan hadis. Jumlah kritikan terhadap musnad yang penulis belum bisa
sanad lebih mudah ditemukan daripada menemukan siapa yang dimaksud
kritikan mu‟allif terhadap matan. dengan ṣāḥīb al-musnad tersebut.
Misalnya pada pembahasan tentang 9. Menyerahkan kebenaran kepada Allah;
‗kendaraan yang ada di surga‘, mu‟allif Inilah salah satu ciri ulama yang hati-
menyampaikan kritik sanad dengan hati. Hampir setiap pembahasan, ulama
mengutip pendapat ulama lain atas salaf selalu mengakhiri pendapatnya
hadis yang diriwayatkan oleh al- dengan ungkapan wa allāhu a‟lam bi al-
Tirmīżī. Pada pembahasan yang sama, ṣawāb. Begitu juga yang dilakukan oleh
mu‟allif juga mengomentari sanad yang Ibn Kaṡīr setelah menyajikan perbedaan
digunakan oleh al-Qurṭūbī terkait surga pendapat terkait nilai sebuah hadis

54
Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fi al-Fitan wa al-
Malāḥim, 14
52 55
Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al- Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
Malāhim, 207 Malāḥim, 60
53 56
Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al- Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
Malāhim, 266 Malāḥim, 12

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 199


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

ataupun informasi yang diperolehnya. pada judul pembahasan tema pertama dan
Yang pertama misalnya tentang kedua.
kendaraan di surga yang salah satu 3. Diikuti judul kecil yang penulisannya tetap
jalurnya dinilai ḍa‟īf dan munkar oleh tebal namun dari tepi halaman.
ahli hadis. 57 adapun yang kedua bisa Adapun terkait sumber yang
kita temukan dalam pembahasan digunakan mu‟allif dalam mengutip hadis
terakhir dari kitab ini, kebersamaan istri yang ada, paling tidak ada 19 ulama yang
58
di surga yang menikah lebih dari satu. dijadikan rujukan. Tidak semua ulama yang
dijadikan rujukan ini berkaitan dengan
Karakteristik Kitab al-Nihāyah fī al-
hadis saja melainkan juga penafsiran al-
Fitan wa al-Malāḥim
Qur‘an. Berikut ini adalah nama ulama
Sebagai karya tulis, kitab ini
beserta kitabnya yang penulis temukan:
memiliki karakteristik yang berbeda dengan
Kutub Sittah, Muwaṭṭa‟ li Mālik bin Anas,
karya lain. Kitab ini tergolong kitab hadis
Musnad Aḥmad ibn Ḥambal, Musnad Abū
yang ciri utamanya adalah menyertakan
Bakr al-Bazzār, Musnad Abū Ya‟lā al-
matan berikut sanadnya. Namun demikian,
Mūṣilī, Al-Mustadrak li al-Ḥākim,
ia fokus pada hadis-hadis yang berbicara
Muṭawwalāt karya Abū al-Qāsim al-
tentang hari akhir. Mulai ciri-ciri, saat
Ṭabaranī, Muṭawwalāt karya Abū Mūsā al-
kejadiannya dan pasca kejadiannya.
Mudīnī, Al-Malāḥim karya al-Qurṭubī, Al-
Berikut ini beberapa karakteristik Ahwāl karya Abū Bakar ibn Abī al-Dunya,
yang ada pada kitab ini: Al-Ba‟ṡ wa al-Nusyūr karya Al-Baihaqī, Al-
Ḥāfiẓal-Ḍiyā, Tafsir Ibn Jarīr al-Ṭabarī,
1. Penulisan judul besar dengan huruf yang
Tafsir Abī Bakr ibn Murdawaih, Al-Laiṡ,
ditebalkan dan rata tengah.
Ibn Jamā‟ah, Abd al-razzāq, Ibn Abī Ḥātim,
2. Judul besar ini seringnya diawali dengan
Al-Ḥāfizh Abū Nu‟aim al-Aṣbihānī.
kata żikru atau bāb. Terkadang juga
langsung menuliskan judulnya sebagaimana Kelebihan dan Kekurangan Kitab al-
Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāḥim
57
Hadis tersebut Imam at-Tirmīdzī peroleh
salah satunya dari jalur Abū Saurah yang dinilai Sebagai sebuah karya, kitab al-
ḍa‘if oleh banyak ulama.Imam Bukhārī menilai
Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāḥim ini
hadisnya ini sebagai hadis munkar. Lihat Ibnu Kaṡīr,
al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāḥim, 402 memiliki kekurangan dan kelebihan.
58
Ibnu Kaṡīr, an-Nihāyah fī al-Fitanwa al-
Malāḥim, 417

200
Maula Sari

Syafiul Huda

Namun demikian, kelebihan yang ada jauh e. Penjelasan maksud hadis prediktif
lebih banyak dibanding kekurangannya. yang disampaikan Nabi. Misalnya
Terlebih kekurangan tersebut tidak hadis terkait batas akhir keberadaan
berkaitan dengan hal-hal yang prinsipil. sahabat Nabi di muka bumi.59 Boleh
Kalaupun ditemukan hadis daif dalam kitab jadi hadis ini oleh sebagian orang
ini misalnya, maka status kedaifan tersebut dipahami dengan keliru. Mereka
– oleh Ibnu Kaṡīr – disertai dengan memahaminya sebagai informasi
penjelasan alasannya. Selain itu, dihadirkan kedatangan hari Kiamat yang akan
pula hadis lain yang semakna. Berikut ini terjadi pada 100 tahun setelah hadis
kelebihan dan kekurangan yang penulis tersebut dituturkan Nabi
temukan dalam kitab al-Nihāyah fī al-Fitan sebagaimana makna tekstual hadis
wa al-Malāḥim. itu.

1. Kelebihan Kitab
2. Kekurangan Kitab:
a. Penggunaan kitab hadis yang
a. Peletakan judul dan sub judul yang
mu‘tabar sebagai referensi utama.
tidak sistematis;
Ibnu Kaṡīr mengguanakn kutub
b. Penggunaan istilah żikrā, bāb, dan
sittah dan Musnad Aḥmad ibn 60
faṣl untuk tema yang
Ḥambal sebagai referensi utama.
kedudukannya sama. Misalnya pada
Selain itu, mu‟allif juga mengambil
bagian yang menjelaskan ‗peniupan
informasi dari yang lainnya, semisal
sangka kala‘, mu‟allif menggunakan
al-Ṭabarānī,
kata faṣl dan menulisnya di bagian
b. Penyertaan syāhid atas informasi
tengah sebagaimana żikrā dan bāb.
yang dinilai kurang kredibel dalam
Pada umumnya, istilah faṣl
menyampaikan informasi.
digunakan untuk anak bāb yang
c. Penyebutan sanad hadis berikut
menjadi bagian dari kitāb.
kritiknya terhadap perawi yang
c. Penggunaan istilah faṣl yang tidak
dinilai kurang.
merata ada sub bab.
d. Mengkritisi informasi keliru terkait
akhir zaman yang disandarkan 59
Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
kepada Nabi. Malāḥim, 126
60
Ibnu Kaṡīr, al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
Malāḥim, 141

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 201


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

Contoh Pembahasan dalam Kitab al- peperangan yang belum pernah


Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāḥim dilakukan sebelumnya oleh suatu
kaum. Ketika kalian melihat pasukan
Penulis mengambil beberapa contoh panji hitam, berbaiatlah kepadanya,
sekalipun dengan cara merangkak di
terkait dengan pembahasan dalam kitab
atas salju. Sungguh, ia adalah
hadis. Yaitu mengenai huru hara kejadian khalifah Alllah, Al-Mahdi”. (HR. Al-
Hakim)
sebelum datangnya kiamat. Salah satunya
mengenai bendera panji Rasulullah saw. Di
Berdasarkan analisis ini, dapat
zaman modern ini, ada beberapa kelompok
disimpulkan bahwa hampir semua sanad
tertentu yang memakai hadis Rasulullah
hadis pasukan panji hitam, bermasalah.
mengenai akhir zaman yang dijadikan
Simpulan ini meneguhkan pernyataan Ibnu
sebagai legitimasi gerakan politik. Ada
Kaṡīr (w. 774 H.) yang menyatakan semua
beberapa dari mereka menggunakan hadis-
sanad hadis pasukan panji hitam
hadis sebagai daya tarik tersendiri. Mereka
bermasalah. Karena terdapat perawi-perawi
mengklaim sebagai pasukan panji hitam
kurang kredibel dalam masing-masing
yang datang diakhir zaman untuk mengawal
sanad. Mengomentari hadis-hadis yang
imam al-Mahdi. Semua itu bertujuan agar
digunakan dalam kampanye politik
umat Islam mendukung pergerakan mereka.
pendukung Daulah Abbasiyyah, khususnya
Salah satu hadis yang menjadi rujukan
terkait pasukan panji hitam, Ibnu Kaṡīr
mereka adalah:
berkata, ―haża kulluhu tafri‟ūn „alā ṣiḥḥati

ِ ‫ثم ََلي‬، ِ ِ ِ hāżihi al-aḥadīṡ, wa illā falā yakhlū


ُُ‫صي‬ َ ُ َ‫يَ ْقتَتلُ عْن َُد َكْن ِزك ُْم ثَََلثَةُ كلُّهم ابْنُ َخلي َفة‬
‫السودُ ُ ِمن قِبَ ُِل‬ُّ ُ ُ‫ ُ ُثم تَطْلع ُالمرايَات‬،‫احدُ ُ ِمْن ه ْم‬ ِ ‫ل ُو‬ sanadun minhā kalāmun, wa Allāhu
ِ
َ َُ ‫إ‬ subḥānahu wa ta‟ālā a‟lam bi al-ṣawāb.”
ُ‫الْ َم ْش ِرق فَي َقاتِلونَكم قِتَ ااَل َُلْ ي َقاتِْلو قَ ْومُ–ُ ُثم ذَ َكَُرُ َشْيئاا‬ (Perdebatan tentang kandungan hadis-hadis
ُ،‫ال– ُإِ َذا ُ َرأَيْتموهُ فَبَايِعو ُى َُو ُلَ ُْو ُ َحْب اوا ُ َعلَى الثم ْل ِج‬ َُ ‫فَ َق‬ mahdi dan peristiwa akhir zaman,
ُُّ ‫فَِإنمو َخلِي َفةاللمو الْ َم ْه ِد‬
‫ي‬ didasarkan pada asumsi kesahihan hadis-
―Tiga golongan saling berperang hadisnya. Bila tidak, maka sebenarnya
memperebutkan kekuasaan kalian.
Mereka adalah anak-anak penguasa. seluruh sanad hadis-hadis tersebut memiliki
Kekuasaan tidak menghampiri cacat yang perlu dikomentari.
seorang pun dari ketiganya. Lalu
muncul pasukan dengan bendera Seperti peristiwa ―Kudeta Mekkah‖
hitam dari arah timur. Mereka
memerangi kalian dengan yang banyak menewaskan pengikut

202
Maula Sari

Syafiul Huda

Juhayman Ibn Muhammad Ibn Saif al- adalah menyertakan matan berikut
Otaibi yang telah menyuarakan imam sanadnya. Kelebihan dan kekurangan kitab
Mahdi telah datang dan menduduki ini. Penggunaan kitab hadis yang mu‘tabar
Masjidil Haram yaitu Muhammad Abdullah sebagai referensi utama. Ibn Kaṡīr
bin al-Qahtani. Akhirnya Juhaiman mengguanakn kutub sittah dan Musnad
dieksekusi mati dengan dipenggal Aḥmad ibn Ḥambal sebagai referensi
kepalanya. Namun, pengaruhnya selalu utama. Selain itu, mu‟allif juga mengambil
masih ada. Salah satunya Osama bin Laden informasi dari yang lainnya, semisal al-
dengan aksinya bersama al-Qaeda.61 Ṭabarānī dan kekurangannya peletakan
judul dan sub judul yang tidak sistematis.
Kesimpulan
Namun, kekurangan yang ada tidaklah
Kitab al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-
banyak dibandingkan dengan kelebihannya.
Malāḥim merupakan kitab hadis yang
menfokuskan pembahasannya pada hal-hal
seputar hari akhir. Informasi dalam kitab ini
diambilkan dari berbagai sumber yang
mu‘tabar dan dilengkapi dengan kritik baik
terhadap sanad maupun matannya. Metode
penulisan kitab al-Nihāyah ini penulisannya
tidak sistematis, pembahasannya saling
membaur meski dengan tingkat yang tidak
begitu besar, dan tidak ada tanda khusus
yang membedakan topik pembahasan
(sesekali menggunakan istilah żikrā, bāb,
faṣl, dan yang lain). Karakteristik kitab al-
Nihāyah memiliki karakteristik yang
berbeda dengan karya lain. Kitab ini
tergolong kitab hadis yang ciri utamanya

61
YaroslavTrofimov, KUDETA MEKKAH:
Sejarah Yang Tak Terkuak (Jakarta: Pustaka alvabet,
2002). 35.

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 203


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020
AL-NIHĀYAH FĪ AL-FITAN WA AL-MALĀḤIM

Daftar Pustaka
Abd Haris nasution dan Muhammad Mansur. Studi KitabTafsir Al-Qur‟an Al-Azim
KaryaIbnuKasir. Jurnal Ushuluddin Adab dan Dakwah Vol. 1, No. 1 (2018).
Abdul Kosim, Tajudin Nur, T. Fuad Wahab danWahya. Konsepsi Makna Hari Kiamat Dalam
Tafsir Al-Qu'ran. Al-Bayan Vol. 3 No. 2 (Desember 2018).
Albaki, Munir al-Ba‘. Mu‟jam fi a‟lam al Maurid. Beirut: Dār al-‘ilm li al Malāyin, 1992.
Al-Dawudi. Ṭabaqāt al-Mufassirīn. Beirut: Dār al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1430.
Al-Ghouri, Sayyid Abdul Majid. Al-Wajīz fī Ta‟rīfi Kutub al-Hadīṡ. Beirut: Dār ibn Kaṡīr,
2009.
Al-Qaṭṭān, Mannā Khalil. Studi ilmu-ilmu al-Qura'n, terj.Mudzakir. Jakarta: Lintera Antara
Nusa, 1990.
Al-Żahabi, Muhammad Husain Al-Tafsîr wa al-Mufassirûn. Vol. Juz 1. Kairo: Maktabah
wahbah, 2000.
Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Azmi, Muhyidin. Ekspertisi Ibnu Kaṡīr Pada Bidang Hadis (Telaah Kitab Hadis Al-Nihāyah
Fi Al-Fitan Wa Al-Malāhim). Islam Transformatif Vol. 04, No. 01 (2020).
Dozan, Wely. Epistimologi Tafsir Klasik: Studi Analisis Pemikiran Ibnu Katsir. Falasifa Vol.
10, No. 2 (September 2019).
Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufassir al-Qur'an. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008.
Hadiyanto, Andy. Makna Simbolik Ayat-ayat tentang Kiamat dan Kebangkitan dalam al-
Quran. Hayula Vol. 2, No. 2 (Juli 2018).
Kaṡīr, Ibnu. al-Nihāyah fī al-Fitan wa al-Malāhim. Libanon: Dār al-Kutub al-'Ilmiyah, 1991.
———. Huru-Hara Hari Kiamat, terj. Anshori Umar. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002.
Lukmanul Hakim Sudahnan dan Muhammad Yusram. Kaidah Dalam Interaksi dan
Interpretasi Terhadap Nas-Nas Tanda Hari Kiamat.Nukhbatul ‟Ulum Vol. 5, No. 2
(2019).
Mardalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: BumiAksara, 2008.
Maswan, Nur Faiz. Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Menara Kudus, 2002.
Muhammad Yusuf, dkk. Studi Kitab Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2004.
Quthan, Mana‘ul. Pembahasan Ilmu al-Qur'an 2. Jakarta: RinekaCipta, 1995.

204
Maula Sari

Syafiul Huda

Sumarti. Riba dalam Pandangan Ibnu Katsir: Sebuah Kajian Normatif. Teraju Vol. 02, No.
02 (September 2020).
Trofimov, Yaroslav. KUDETA MEKKAH: Sejarah Yang Tak Terkuak. Jakarta: Pustaka
alvabet, 2002.
Wahid, Musthafa Abdul. Al-Siratun Nabawiyah li Ibni Kaṡīir, Jilid 1. Beirut: Dār al-Fikr,
1990.

Al-Bukhari: Jurnal Ilmu Hadis 205


Vol. 3 No. 2, Juli-Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai