Disusun Oleh :
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT dan Inayah atas Rahmat-Nya dalam
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Al Quran sebagai pedoman hidup.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Muhammad Barqun yang telah membantu
kami secara moril dan materil. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan atas
dukungannya dalam menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan. Acuan untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca
dan membantu memajukan dan meningkatkan ilmu pengetahuan.
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia bukanlah suatu tempat yang kekal dan bukanlah sebagai tempat tujuan.
Sesungguhnya tempat yang kekal dan merupakan tempat terakhir manusia yaitu akhirat.
Karena, dunia hanyalah tempat persinggahan yang hanya merupakan tempat untuk
melakukan kebajikan demi kebahagiaan dunia dan akhirat maka manusia dalam
melakukan aktivitas harus lah ada suatu landasan dan pedoman untuk menjalani
kehidupan di dunia sebagai suatu amal baik yang nantinya sebagai tiket untuk kehidupan
yang kekal.
Allah swt. telah menurunkan Al-Quran melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad
saw. untuk disampaikan kepada umatnya. Al-Quran merupakan pedoman bagi manusia
sebagai petunjuk untuk menemukan makna dari kehidupan yang sebenarnya. Al-Quran
mengandung beberapa ayat yang didalamnya berisi mengenai akidah, ibadah, akhlak,
hukum hukum, peringatan, kisah-kisah, dan dorongan untuk berfikir. Maka dari itulah Al-
Quran merupakan pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupan.
1.3 Tujuan
Untuk memahami sejarah Al-Qur’an
Untuk mengetahui pandang terhadap Al-Quran
Untuk mengetahui pengaruh pemahaman seseorang atas Al-Qur’an
Untuk mengetahui misi kemaslahatan Al-Qur’an
Untuk mengetahui pengaruh Al-Qur’an terhadap perubahan sosial
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai pedoman hidup, maka Al Qur’an mempunyai misi yang tidak berbeda dengan
Islam. Yaitu menjadi rahmat bagi semesta, bagaimana memberi petunjuk kepada manusia
untuk bisa menjadi seseorang yang berakhlak mulia. Tidak hanya kepada sesama manusia,
melainkan juga sesama makhluk.
Dengan demikian kita bisa melihat bahwa didalam Al Quran juga mengandung pesan
yang bersifat umum seperti tauhid, kemanusiaan, keadilan, kebajikan, kemaslahatan. Al
Quran juga mengandung pesan kontekstual seperti bagaimana mengatur sistem perbudakan
manusia, bagaimana melaksanakan perang, bagaimana mengatur perkawinan, atau yang
berkaitan langsung dengan kondisi masyarakat waktu itu.
Dalam melihat Al Quran, kita harus menyadari bahwa Al Quran ini merupakan
petunjuk untuk mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya. Karena itu ketika memahami Al
Quran, kita harus menyadari bahwa semua ayat Al Quran dijiwai dengan prinsip tauhid dan
kewajiban universal. Namun dalam 23 tahun masa pewahyuan ada nilai kebajikan universal,
tindakan kemanusiaan yang bisa langsung sampai di tujuan akhir atau cita cita tertinggi islam
tetapi ada yang melalui target. Cara turun al-Qur’an secara berangsur-angsur mempunyai
tujuan agar pesan Allah apat tertancap kuat di dalam hati.
5
2.3 Cara Pandang terhadap Al Qur’an
Al Quran adalah firman zat yang maha tahu dan maha benar. Semua informasi yang
terdapat di dalam Al Quran didasarkan kepada informasi yang tak terbatas dan pasti benar.
Pemahaman kita atas Al quran adalah berasal dari manusia yang tidak satupun maha tahu,
maha benar, bisa benar bisa salah, maka Al Quran dan pemahaman kita atas Al Quran sangat
berbeda sekali. Cara memastikan pemahaman kita sesuai dengan yang di kehendaki oleh
Allah adalah tidak bertentangan dengan misi islam, dimana Al Quran sebagai petunjuk yaitu
tauhid dan melahirkan kemaslahatan bersama seluas luasnya. Jika ada pemahaman atas ayat
al quran yang melahirkan kerusakan atau bahkan mebahayakan maka kita bisa menolak
pehaman atas Al Quran seperti ini tanpa menolak Al Quran.
- latar belakang keilmuan -> ayat sama di pahami oleh orang yang berbeda
keilmuannya bisa melahirkan keilmuan yang berbeda.
- jenis kelamin -> petunjuk tentang pegalaman perempuan seperti menstruasi, hamil,
melahirkan, menyusui jelas akan berbeda jika dipahami oleh laki laki yang tidak
mengalami nya. Perempuan bisa menjelaskan ayat tersebut dihubungkan dengan
pengalaman mereka.
Kekuatan maslahat dapat dilihat dari segi tujuan syariat islam dalam menetapkan
hukum, yang berkaitan-secara langsung atau tidak langsung dengan lima prinsip pokok bagi
kehidupan manusia, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Tujuan syariat juga
menjadi pedoman bagi umat Islam untuk memahami Al-Qur'an sebagai tujuan keberadaan
Islam untuk kemaslahatan bersama, dan tidak menyalahgunakan Al-Qur'an sebagai legitimasi
untuk tindakan yang bertentangan dengan tujuan syariah. yakni tindakan yang melahirkan
kerusakan (mafsadat) apalagi bahaya (mudharat) bagi kehidupan baik bagi manusia maupun
alam semesta.. Kepentingan-kepentingan yang dituntut oleh Islam dan Al-Qur'an sedapat
mungkin merupakan kepentingan internal dan eksternal. Dengan kata lain, perbuatan yang
hanya baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara, tetapi merugikan diri sendiri,
keluarga, masyarakat, dan bangsa, apalagi bahaya bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan
bangsa-bangsa lain, bukanlah kemaslahatan yang dimaksudkan dan dituntut oleh Islam dan
Al-Qur'an.
Selain itu kekuatan kemaslahatan al-Qur’an juga dapat dilihat dari segi tingkat kebutuhan
dan tuntutan kehidupan manusia kepada lima hal tersebut (agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta), yaitu :
6
Maslahah dharuriyah adalah kemaslahatan yang keberadaannya sangat
dibutuhkan oleh kehidupan manusia. Kehidupan manusia tidak punya arti apa-
apa bila satu saja dari prinsip yang lima itu tidak ada. Karena itu Allah
memerintahkan manusia melakukan usaha bagi pemenuhan kebutuhan pokok
tersebut. Segala usaha atau tindakan yang secara langsung menyebabkan
lenyap atau rusaknya satu diantara lima unsur pokok tersebut adalah buruk,
karena itu Allah melarangnya.
2. Dari adanya keserasian dan kesejalanan anggapan baik oleh akal itu dengan tujuan
syara’ dalam menetapkan hukum. Hal ini ditinjau dari maksud usaha mencari dan
menetapkan hukum.
Maslahah Mu'tabarah yaitu maslahat yang diperhitungkan oleh syari’, ada
petunjuk dari Syari’, baik langsung maupun tidak langsung, yang memberikan
petunjuk pada adanya maslahat yang menjadi alasan dalam menetapkan
hukum.
Maslahah Mulghah yaitu maslahat yang dianggap baik oleh akal, tetapi tidak
diperhatikan oleh syara’ dan ada petunjuk syara’ yang menolaknya. Hal ini
berarti akal menganggapnya baik dan telah sejalan dengan tujuan syara’,
namun ternyata syara’ menetapkan hukum yang berbeda dengan apa yang
dituntut oleh maslahat itu.
Maslahah Mursalah yaitu apa yang dipandang baik oleh akal, sejalan dengan
tujuan syara’ dalam menetapkan hukum, namun tidak ada petunjuk syara’
yang memperhitungkannya dan tidak ada pula petunjuk syara’ yang
menolaknya.
7
3. Dari segi kandungan maslahah
Pentingnya pembagian kedua kemaslahatan ini berkaitan dengan prioritas mana yang
harus didahulukan apabila antara kemaslahatan umum bertentangan dengan
kemaslahatan pribadi. Dalam pertentangan kedua kemaslahatan ini, Islam
mendahulukan kemaslahatan umum dari kemaslahatan pribadi.
Maslahah ‘ammah adalah kemaslahatan umum yang menyangkut kepentingan
orang banyak atau kebanyakan (mayoritas) orang.
Maslahah khassah adalah kemaslahatan pribadi dan ini sangat jarang, seperti
kemaslahatan yang berkaitan dengan pemutusan hubungan perkawinan
seseorang yang dinyatakan hilang.
Salah satu ayat al-Qur’an yang menetapkan hukum perubahan sosial, diantaranya
disebutkan:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu bangsa sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
8
terhadap sesuatu bangsa, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Al-Ra'd, 13:11).
Ayat ini menjelaskan tentang perubahan sosial atau masyarakat yang berdasarkan
pada sunnatullah, yaitu perubahan yang berdasarkan hukum kemasyarakatan dan perubahan
yang dilakukan oleh manusia. Perubahan yang berdasarkan hukum kemasyarakatan akan
terjadi secara pasti, karena hal itu merupakan bagian dari sunnatullah. Perubahan yang
dilakukan manusia tentunya terletak pada keadaan manusia itu sendiri.
Kedua, pesan yang bersifat khusus karena terkait erat dengan situasi sosial yang dihadapi oleh
Rasulullah SAW. Misalnya ayat-ayat tentang peperangan, perbudakan, qishash, poligami, waris, dll.
Semua ayat yang berkaitan dengan kondisi saat itu tentu saja adalah petunjuk Allah tentang
bagaimana menerapkan nilai-nilai universal Islam dalam konteks tertentu, yaitu masyarakat Arab, di
Jazirah Arabia selama masa pewahyuan.
Ayat-ayat yang terkait erat dengan kondisi sosial saat turunnya ini penting sekali untuk
dipahami secara kontekstual agar masyarakat muslim yang hidup dengan kondisi sosial berbeda tidak
kehilangan pesan Tauhid dan pesan-pesan kebaikan universal yang menjiwainya.
Pada ayat-ayat yang terkait erat dengan situasi sosial ketika itu dapat digunakan prinsip :
pesan ditentukan oleh kekhususan latar belakang (al-Ibratu bi Khususis Sabab). Artinya, ayat tersebut
tetap diberlakukan di berbagai belahan dunia atau masa yang berbeda sepanjang situasi sosial yang
menjadi latar belakangnya masih ditemukan. Namun, jika situasi sosial yang melatarinya tidak lagi
ditemukan, maka ayat tersebut bukanlah ditujukan bagi mereka.
Faktor yang bisa mempengaruhi pemahaman seseorang atas al-Quran :
1. Cara memilih dan menjelaskan
Pemahaman atas al-Quran yang bertentangan dengan nilai Tauhid dan misi kerahmatan semesta
sangat mungkin disebabkan oleh cara memilih dan cara menjelaskannya, bukan oleh al-Quran
sendiri. Karena pembahasan dan penjelasan yang dilakukan oleh seseorang tentang sesuatu
menurut al-Quran dalam pandangan orang tersebut.
2. Metode memahaminya
Pemahaman atas al-Quran juga ditentukan oleh metode dalam memahaminya. Misalnya adalah
apakah dengan menjadikannya ayat-ayat yang berisi pesan universal sebagai payung di mana
pesan ayat kontekstual mesti mengacu, atau sebaliknya ayat-ayat dengan pesan kontekstual mesti
diprioritaskan meskipun saat diterapkan dalam situasi sosial yang 180 derajat berbeda dengan
situasi sosial saat turunnya justru melahirkan dampak yang bertentangan dengan pesan-pesan
universal al-Quran? Termasuk dalam perbedaan metode juga terkait dengan apakah sebuah ayat
akan dikutip secara utuh, ataukah sepotong-potong. Jika sepotong-potong , lalu bagian mana yang
diambil dan bagian mana yang ditinggalkan juga ikut menentukan pemahaman atas al-Quran.
9
3. Latar belakang keilmuan
Perbedaan pemahaman atas al-Quran juga ditentukan oleh latar belakang keilmuan yang dimiliki
seseorang. Mereka yang memiliki ilmu pengentahuan mendalam akan berbeda dengan mereka
yang pengetahuannya sangat terbatas, baik pengetahuan tentang ayat al-Quran, makna, sejarah
turunnya, maupun pengetahuan yang berkaitan dengan substansi ayat.
5. Jenis kelamin
Latar belakang jenis kelamin yakni laku-laki atau perempuan seseorang juga bisa memengaruhi
pemahaman seseorang atas al-Quran. Ketika memahami ayat-ayat al-Quran tentang menstruasi,
hamil, melahirkan, dan menyusui sangat mungkin mufasir laki-laki yang tidak mengalaminya
akan berbeda dengan mufasir perempuan yang mengalaminya. Laki-laki mingkin tidak akan
menghubungan maksud ayat dengan pentingnya rasa sakit (adza) bahkan sangan sakit (wabmam
ala wabnin) yang dialami perempuan saat menstruasi, hamil dan melahirkan, dan menyusui mesti
dihubungkan dengan konsep kemashalatan al-Quran dan kemashlatan Islam, sedangkan
perempuan menghubungkannya.
6. Komitmen
Sekuat apa komitmen seseorang untuk mewujudkan kemashalatan bersama, baik sesama anggota
keluarga, masyarakat, warga Negara, maupun sesama mahluk Allah sebagai penghuni alam
semesta. Al-Quran yang sama bisa melahirkan penafsiran yang berbeda antara mereka yang kuat
komitmennya untuk mewujudkan kemashlatan bersama dengan mereka yang hanya ingin
mewujudkan kemashlatan diri atau kelompoknya
Tentu masih banyak faktor yang bisa mempengaruhi pemahaman seseorang atas al-Quran.
Semua faktor yang memengaruhi pemahaman atas al-Quran sekali menunjukkan bahwa jika ada
pemahaman seseorang atas al-Quran yang bertentangan dengan Prinsip Tauhid dan kemashlatan
semesta yang menjadi misi Islam dan al-Quran, maka sangat mungkin akarnya ada pada orang
tersebut, bukan pada al-Quran.
10
BAB III
KESIMPULAN
Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT merupakan pedoman dan petunjuk bagi
manusia. Hal ini karena Al-Qur’an pada hakikatnya memiliki nilai-nilai petunjuk,
kepemimpinan dan kemuliaan. Semua ini harus dipelihara dan dipelihara dengan baik. Al-
Qur'an tidak boleh dilupakan, apalagi dipalsukan atau dipalsukan. Al-Qur'an mengandung
beberapa esensi seperti Kalaamullaah, mukjizat yang terungkap dalam pikiran Nabi,
penyampaian mutawatir, dan pembacaannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Rofiah, Nur. “Al Qur’an Sebagai Pedoman Hidup.” YouTube, diunggah oleh Kuliah Agama
Islam UI, 12 Desember.2020, https://youtu.be/CaYMtW_HSM4.
El-Zastrouw, Ngatawi. 2020. “Materi Pembelajaran Mata Kuliah Agama Islam”. Jakarta.
Fahmi, Yusri. 2020. “Paradigma perubahan sosial perspektif change agent dalam al-Quran”,
http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/487/
12