Anda di halaman 1dari 12

AL-QUR’AN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP

Disusun Oleh :

Cindy Aulia Gayatri (2206819470)

Clarissa Agustine (2206058973)

Nadira Lutfiya (2206068853)


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT dan Inayah atas Rahmat-Nya dalam
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Al Quran sebagai pedoman hidup.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Muhammad Barqun yang telah membantu
kami secara moril dan materil. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan atas
dukungannya dalam menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan. Acuan untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca
dan membantu memajukan dan meningkatkan ilmu pengetahuan.

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


Daftar Isi ................................................................................................................................................. 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
2.1 Al Qur’an sebagai Pedoman Hidup ........................................................................................ 5
2.2 Pengertian dan Sejarah Turun ................................................................................................. 5
2.3 Cara Pandang terhadap Al Qur’an .......................................................................................... 6
2.4 Misi kemaslahatan al-Qur’an .................................................................................................. 6
2.5 Al-Qur’an dan perubahan sosial ............................................................................................. 8
2.6 Al-Qur’an dan Pemahaman Atasnya....................................................................................... 9
BAB III ................................................................................................................................................. 11
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidup merupakan anugrah yang telah diberikan oleh Allah swt. dan merupakan
suatu tanggungjawab yang telah diberikan kepada manusia. Kehidupan di dunia
merupakan suatu yang penuh dengan kenikmatan dan cobaan. Tidak hanya itu, sebagai
hamba Allah kehidupan dunia merupakan suatu tempat persinggahan untuk berbuat suatu
kebajikan yang nantinya tidah hanya berdampak pada dunia saja melainkan berdampak
juga di akhirat kelak.

Dunia bukanlah suatu tempat yang kekal dan bukanlah sebagai tempat tujuan.
Sesungguhnya tempat yang kekal dan merupakan tempat terakhir manusia yaitu akhirat.
Karena, dunia hanyalah tempat persinggahan yang hanya merupakan tempat untuk
melakukan kebajikan demi kebahagiaan dunia dan akhirat maka manusia dalam
melakukan aktivitas harus lah ada suatu landasan dan pedoman untuk menjalani
kehidupan di dunia sebagai suatu amal baik yang nantinya sebagai tiket untuk kehidupan
yang kekal.

Allah swt. telah menurunkan Al-Quran melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad
saw. untuk disampaikan kepada umatnya. Al-Quran merupakan pedoman bagi manusia
sebagai petunjuk untuk menemukan makna dari kehidupan yang sebenarnya. Al-Quran
mengandung beberapa ayat yang didalamnya berisi mengenai akidah, ibadah, akhlak,
hukum hukum, peringatan, kisah-kisah, dan dorongan untuk berfikir. Maka dari itulah Al-
Quran merupakan pedoman bagi manusia dalam menjalani kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana sejarah Al-Qur’an?
 Bagaimana cara pandang terhadap Al-Quran?
 Apa saja faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang atas Al-Qur’an?
 Apa saja misi kemaslahatan Al-Qur’an?
 Bagaimana pengaruh Al-Qur’an terhadap perubahan sosial?

1.3 Tujuan
 Untuk memahami sejarah Al-Qur’an
 Untuk mengetahui pandang terhadap Al-Quran
 Untuk mengetahui pengaruh pemahaman seseorang atas Al-Qur’an
 Untuk mengetahui misi kemaslahatan Al-Qur’an
 Untuk mengetahui pengaruh Al-Qur’an terhadap perubahan sosial

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Al Qur’an sebagai Pedoman Hidup


Al Quran adalah kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia agar hidup
sesuai dengan jati dirinya. Al Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan oleh malaikat
jibril kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dalam menjadi
muslim agar bertaqwa atau seorang manusia yang memberikan ketundukan kepada Allah
yang hanya tunduk pada kebaikan bersama.

Sebagai pedoman hidup, maka Al Qur’an mempunyai misi yang tidak berbeda dengan
Islam. Yaitu menjadi rahmat bagi semesta, bagaimana memberi petunjuk kepada manusia
untuk bisa menjadi seseorang yang berakhlak mulia. Tidak hanya kepada sesama manusia,
melainkan juga sesama makhluk.

2.2 Pengertian dan Sejarah Turun


Sejak awal Al Qur’an diturunkan oleh Allah untuk seluruh manusia melalui
masyarakat arab, untuk seluruh belahan bumi melalui Jazirah Arabia, dan untuk seluruh masa
sampai hari kiamat melalui masa pewahyuan yaitu sekitar tahun 611-634 M atau masa
kerasulan Muhammad SAW, maka Al Qur’an mempunyai pesan yang bersifat universal
lintas masyarakat, lintas wilayah, dan lintas masa. Tapi pada saat yang sama Al Qur’an juga
punya pesan yang kontekstual sesuai dengan kondisi masyarakat arab waktu itu dan sesuai
dengan tantangan zaman yang dihadapi oleh rasulullah dan sahabatnya ketika masa
pewahyuan.

Dengan demikian kita bisa melihat bahwa didalam Al Quran juga mengandung pesan
yang bersifat umum seperti tauhid, kemanusiaan, keadilan, kebajikan, kemaslahatan. Al
Quran juga mengandung pesan kontekstual seperti bagaimana mengatur sistem perbudakan
manusia, bagaimana melaksanakan perang, bagaimana mengatur perkawinan, atau yang
berkaitan langsung dengan kondisi masyarakat waktu itu.

Dalam melihat Al Quran, kita harus menyadari bahwa Al Quran ini merupakan
petunjuk untuk mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya. Karena itu ketika memahami Al
Quran, kita harus menyadari bahwa semua ayat Al Quran dijiwai dengan prinsip tauhid dan
kewajiban universal. Namun dalam 23 tahun masa pewahyuan ada nilai kebajikan universal,
tindakan kemanusiaan yang bisa langsung sampai di tujuan akhir atau cita cita tertinggi islam
tetapi ada yang melalui target. Cara turun al-Qur’an secara berangsur-angsur mempunyai
tujuan agar pesan Allah apat tertancap kuat di dalam hati.

5
2.3 Cara Pandang terhadap Al Qur’an
Al Quran adalah firman zat yang maha tahu dan maha benar. Semua informasi yang
terdapat di dalam Al Quran didasarkan kepada informasi yang tak terbatas dan pasti benar.
Pemahaman kita atas Al quran adalah berasal dari manusia yang tidak satupun maha tahu,
maha benar, bisa benar bisa salah, maka Al Quran dan pemahaman kita atas Al Quran sangat
berbeda sekali. Cara memastikan pemahaman kita sesuai dengan yang di kehendaki oleh
Allah adalah tidak bertentangan dengan misi islam, dimana Al Quran sebagai petunjuk yaitu
tauhid dan melahirkan kemaslahatan bersama seluas luasnya. Jika ada pemahaman atas ayat
al quran yang melahirkan kerusakan atau bahkan mebahayakan maka kita bisa menolak
pehaman atas Al Quran seperti ini tanpa menolak Al Quran.

Pemahaman manusia atas Al Quran dipengaruhi oleh :

- latar belakang keilmuan -> ayat sama di pahami oleh orang yang berbeda
keilmuannya bisa melahirkan keilmuan yang berbeda.
- jenis kelamin -> petunjuk tentang pegalaman perempuan seperti menstruasi, hamil,
melahirkan, menyusui jelas akan berbeda jika dipahami oleh laki laki yang tidak
mengalami nya. Perempuan bisa menjelaskan ayat tersebut dihubungkan dengan
pengalaman mereka.

2.4 Misi kemaslahatan al-Qur’an


Al Quran sebagai sumber utama di dalamnya sangat diharapkan eksistensinya terlebih
dalam memfasilitasi kemaslahatan umat Islam. Kemaslahatan yang dimaksud adalah sesuatu
yang dipandang baik oleh akal sehat karena mendatangkan kebaikan dan menghindarkan
keburukan (kerusakan) bagi manusia Jika terjadi benturan diantara beberapa kemaslahatan,
maka sesuatu yang menjadi prioritas adalah perkara yang tinggi kemaslahatannya

Kekuatan maslahat dapat dilihat dari segi tujuan syariat islam dalam menetapkan
hukum, yang berkaitan-secara langsung atau tidak langsung dengan lima prinsip pokok bagi
kehidupan manusia, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Tujuan syariat juga
menjadi pedoman bagi umat Islam untuk memahami Al-Qur'an sebagai tujuan keberadaan
Islam untuk kemaslahatan bersama, dan tidak menyalahgunakan Al-Qur'an sebagai legitimasi
untuk tindakan yang bertentangan dengan tujuan syariah. yakni tindakan yang melahirkan
kerusakan (mafsadat) apalagi bahaya (mudharat) bagi kehidupan baik bagi manusia maupun
alam semesta.. Kepentingan-kepentingan yang dituntut oleh Islam dan Al-Qur'an sedapat
mungkin merupakan kepentingan internal dan eksternal. Dengan kata lain, perbuatan yang
hanya baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara, tetapi merugikan diri sendiri,
keluarga, masyarakat, dan bangsa, apalagi bahaya bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan
bangsa-bangsa lain, bukanlah kemaslahatan yang dimaksudkan dan dituntut oleh Islam dan
Al-Qur'an.

Selain itu kekuatan kemaslahatan al-Qur’an juga dapat dilihat dari segi tingkat kebutuhan
dan tuntutan kehidupan manusia kepada lima hal tersebut (agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta), yaitu :

1. Dari segi kekuatan sebagai hujjah

6
 Maslahah dharuriyah adalah kemaslahatan yang keberadaannya sangat
dibutuhkan oleh kehidupan manusia. Kehidupan manusia tidak punya arti apa-
apa bila satu saja dari prinsip yang lima itu tidak ada. Karena itu Allah
memerintahkan manusia melakukan usaha bagi pemenuhan kebutuhan pokok
tersebut. Segala usaha atau tindakan yang secara langsung menyebabkan
lenyap atau rusaknya satu diantara lima unsur pokok tersebut adalah buruk,
karena itu Allah melarangnya.

 Maslahah Hajjiyah adalah kemaslahatan yang tingkat kebutuhan hidup


manusia kepadanya (pemenuhan kebutuhan sekunder manusia). Selain itu,
Maslahah Hajjiyah merupakan kemaslahatan pokok sebelumnya yang
berbentuk keringanan untuk mempertahankan dan memelihara kebutuhan
mendasar manusia. Maslahah Hajjiyah juga tidak terpenuhi dalam kehidupan
manusia, tidak sampai secara langsung menyebabkan rusaknya lima unsur
pokok tersebut, tetapi secara tidak langsung bisa mengakibatkan kerusakan.
Seperti menuntut ilmu agama untuk tegaknya agama, makan untuk
kelangsungan hidup, melakukan jual beli untuk mendapatkan harta. Misalnya
diperbolehkan jual beli saham (pesanan), kerja sama dalam pertanian
(Muzara’ah) dan yang lainnya.

 Maslahah Tahsiniyyah adalah kemaslahatan yang kebutuhan hidup manusia


kepadanya tidak sampai tingkat daruri, juga tidak sampai tingkat hajiyah,
namun kebutuhan tersebut perlu dipenuhi dalam rangka memberi
kesempurnaan dan keindahan bagi hidup manusia. Maslahat dalam bentuk
tahsini tersebut, juga berkaitan dengan lima kebutuhan pokok manusia.
Misalnya, dianjurkan untuk memakan yang bergizi, berpakaian yang bagus,
dan berbagai jenis cara menghilangkan najis dari badan manusia.

2. Dari adanya keserasian dan kesejalanan anggapan baik oleh akal itu dengan tujuan
syara’ dalam menetapkan hukum. Hal ini ditinjau dari maksud usaha mencari dan
menetapkan hukum.
 Maslahah Mu'tabarah yaitu maslahat yang diperhitungkan oleh syari’, ada
petunjuk dari Syari’, baik langsung maupun tidak langsung, yang memberikan
petunjuk pada adanya maslahat yang menjadi alasan dalam menetapkan
hukum.
 Maslahah Mulghah yaitu maslahat yang dianggap baik oleh akal, tetapi tidak
diperhatikan oleh syara’ dan ada petunjuk syara’ yang menolaknya. Hal ini
berarti akal menganggapnya baik dan telah sejalan dengan tujuan syara’,
namun ternyata syara’ menetapkan hukum yang berbeda dengan apa yang
dituntut oleh maslahat itu.
 Maslahah Mursalah yaitu apa yang dipandang baik oleh akal, sejalan dengan
tujuan syara’ dalam menetapkan hukum, namun tidak ada petunjuk syara’
yang memperhitungkannya dan tidak ada pula petunjuk syara’ yang
menolaknya.

7
3. Dari segi kandungan maslahah
Pentingnya pembagian kedua kemaslahatan ini berkaitan dengan prioritas mana yang
harus didahulukan apabila antara kemaslahatan umum bertentangan dengan
kemaslahatan pribadi. Dalam pertentangan kedua kemaslahatan ini, Islam
mendahulukan kemaslahatan umum dari kemaslahatan pribadi.
 Maslahah ‘ammah adalah kemaslahatan umum yang menyangkut kepentingan
orang banyak atau kebanyakan (mayoritas) orang.
 Maslahah khassah adalah kemaslahatan pribadi dan ini sangat jarang, seperti
kemaslahatan yang berkaitan dengan pemutusan hubungan perkawinan
seseorang yang dinyatakan hilang.

2.5 Al-Qur’an dan perubahan sosial


Manusia adalah makhluk teomorfis yang memiliki kecenderungan mendekatkan diri
kepada Tuhan sebagai sang Maha Pencipta, termasuk dirinya. Manusia sebagai makhluk yang
dianugerahi kesempurnaan (jasad, akal, dan ruh) harus berperan secara benar dan baik dalam
menjalankan amanah Tuhan (Allah Swt.) kepadanya, baik sebagai khalifah maupun abid.
Perubahan sosial (social change) merupakan indikator penting dalam pengembangan
masyarakat. Program-program yang diagendakan dalam pengembangan masyarakat bermuara
pada tujuan yang sama yakni perubahan masyarakat. Disadari bahwa perubahan
sosial menjadi hal yang mutlak ada dalam pengembangan masyarakat, namun tidak ada yang
sepaham dalam merumuskan bagaimana perubahan sosial terjadi.

Agama merupakan seperangkat aturan yang sakral dalam kehidupan masyarakat.


Agama selain dianggap sebagai pedoman untuk melaksanakan ritual, juga mengatur tata
aturan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia dan lingkungannya. Dalam hal
mengatur kehidupan manusia dengan manusia, terkadang agama belum membicarakan
spesifik tentang itu, namun sebenarnya rancangannya telah ada tinggal saja kemampuan
manusia untuk menganalisisnya, termasuk solusi agama dalam menghadapi perubahan sosial.
Islam sebagai agama dakwah, agama yang mengajak seluruh manusia untuk hidup dalam
kebenaran ilahi (Allah) pun mengatur tentang semua seluk beluk kehidupan semesta ini.
Hubungan antara perubahan sosial (social change) dengan dakwah dimana dakwah harus bisa
melihat dan mempertimbangkan perubahan sosial dalam pelaksanaan dakwah, kalau tidak
demikian disatu sisi misi dakwah dalam rangka membina umat, mengajak umat berbuat
kebajikan dan mencegahnya dari perbuatan keji dan mungkar dikhawatirkan akan mengalami
kegagalan.

Salah satu ayat al-Qur’an yang menetapkan hukum perubahan sosial, diantaranya
disebutkan:

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu bangsa sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan

8
terhadap sesuatu bangsa, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S. Al-Ra'd, 13:11).

Ayat ini menjelaskan tentang perubahan sosial atau masyarakat yang berdasarkan
pada sunnatullah, yaitu perubahan yang berdasarkan hukum kemasyarakatan dan perubahan
yang dilakukan oleh manusia. Perubahan yang berdasarkan hukum kemasyarakatan akan
terjadi secara pasti, karena hal itu merupakan bagian dari sunnatullah. Perubahan yang
dilakukan manusia tentunya terletak pada keadaan manusia itu sendiri.

2.6 Al-Qur’an dan Pemahaman Atasnya


Melihat cakupan pesannya, ayat al-Quran dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, ayat
dengan pesan yang bersifat universal, yaitu pesan-pesan yang tidak terkait sama sekali dengan kondisi
sosial yang dihadapi Rasulullah SAW. dan umatnya ketika itu. Misalnya pesan-pesan tentang Tauhid,
kemashalatan manusia, pelestarian alam, dan pesan tentang kebajikan universal lainnya. Pesan-pesan
seperti ini akan terus relevan sepanjang masa dan tempat termasuk di sini pada hari ini, atau di mana
pun hingga Kiamat.

Kedua, pesan yang bersifat khusus karena terkait erat dengan situasi sosial yang dihadapi oleh
Rasulullah SAW. Misalnya ayat-ayat tentang peperangan, perbudakan, qishash, poligami, waris, dll.
Semua ayat yang berkaitan dengan kondisi saat itu tentu saja adalah petunjuk Allah tentang
bagaimana menerapkan nilai-nilai universal Islam dalam konteks tertentu, yaitu masyarakat Arab, di
Jazirah Arabia selama masa pewahyuan.
Ayat-ayat yang terkait erat dengan kondisi sosial saat turunnya ini penting sekali untuk
dipahami secara kontekstual agar masyarakat muslim yang hidup dengan kondisi sosial berbeda tidak
kehilangan pesan Tauhid dan pesan-pesan kebaikan universal yang menjiwainya.
Pada ayat-ayat yang terkait erat dengan situasi sosial ketika itu dapat digunakan prinsip :
pesan ditentukan oleh kekhususan latar belakang (al-Ibratu bi Khususis Sabab). Artinya, ayat tersebut
tetap diberlakukan di berbagai belahan dunia atau masa yang berbeda sepanjang situasi sosial yang
menjadi latar belakangnya masih ditemukan. Namun, jika situasi sosial yang melatarinya tidak lagi
ditemukan, maka ayat tersebut bukanlah ditujukan bagi mereka.
Faktor yang bisa mempengaruhi pemahaman seseorang atas al-Quran :
1. Cara memilih dan menjelaskan
Pemahaman atas al-Quran yang bertentangan dengan nilai Tauhid dan misi kerahmatan semesta
sangat mungkin disebabkan oleh cara memilih dan cara menjelaskannya, bukan oleh al-Quran
sendiri. Karena pembahasan dan penjelasan yang dilakukan oleh seseorang tentang sesuatu
menurut al-Quran dalam pandangan orang tersebut.

2. Metode memahaminya
Pemahaman atas al-Quran juga ditentukan oleh metode dalam memahaminya. Misalnya adalah
apakah dengan menjadikannya ayat-ayat yang berisi pesan universal sebagai payung di mana
pesan ayat kontekstual mesti mengacu, atau sebaliknya ayat-ayat dengan pesan kontekstual mesti
diprioritaskan meskipun saat diterapkan dalam situasi sosial yang 180 derajat berbeda dengan
situasi sosial saat turunnya justru melahirkan dampak yang bertentangan dengan pesan-pesan
universal al-Quran? Termasuk dalam perbedaan metode juga terkait dengan apakah sebuah ayat
akan dikutip secara utuh, ataukah sepotong-potong. Jika sepotong-potong , lalu bagian mana yang
diambil dan bagian mana yang ditinggalkan juga ikut menentukan pemahaman atas al-Quran.

9
3. Latar belakang keilmuan
Perbedaan pemahaman atas al-Quran juga ditentukan oleh latar belakang keilmuan yang dimiliki
seseorang. Mereka yang memiliki ilmu pengentahuan mendalam akan berbeda dengan mereka
yang pengetahuannya sangat terbatas, baik pengetahuan tentang ayat al-Quran, makna, sejarah
turunnya, maupun pengetahuan yang berkaitan dengan substansi ayat.

4. Latar belakang politik


Latar belakang politik seseorang juga bisa ikut memengaruhi pemahamannya atas al-Quran. Ayat
al-Quran yang sama sangat mungkin dipahami dengan cara yang berbeda oleh mereka yang
berada dalam lingkaran kekuasaan dengan yang berada dalam penjara sebagai tahanan politik
penguasa. Demikian pula, kitab-kitab tafsir yang disusun oleh mereka yang hidup di penjara pada
umumnya mempunyai semangat berbeda dengan kitab tafsir yang disusun di istana mewah.

5. Jenis kelamin
Latar belakang jenis kelamin yakni laku-laki atau perempuan seseorang juga bisa memengaruhi
pemahaman seseorang atas al-Quran. Ketika memahami ayat-ayat al-Quran tentang menstruasi,
hamil, melahirkan, dan menyusui sangat mungkin mufasir laki-laki yang tidak mengalaminya
akan berbeda dengan mufasir perempuan yang mengalaminya. Laki-laki mingkin tidak akan
menghubungan maksud ayat dengan pentingnya rasa sakit (adza) bahkan sangan sakit (wabmam
ala wabnin) yang dialami perempuan saat menstruasi, hamil dan melahirkan, dan menyusui mesti
dihubungkan dengan konsep kemashalatan al-Quran dan kemashlatan Islam, sedangkan
perempuan menghubungkannya.

6. Komitmen
Sekuat apa komitmen seseorang untuk mewujudkan kemashalatan bersama, baik sesama anggota
keluarga, masyarakat, warga Negara, maupun sesama mahluk Allah sebagai penghuni alam
semesta. Al-Quran yang sama bisa melahirkan penafsiran yang berbeda antara mereka yang kuat
komitmennya untuk mewujudkan kemashlatan bersama dengan mereka yang hanya ingin
mewujudkan kemashlatan diri atau kelompoknya

Tentu masih banyak faktor yang bisa mempengaruhi pemahaman seseorang atas al-Quran.
Semua faktor yang memengaruhi pemahaman atas al-Quran sekali menunjukkan bahwa jika ada
pemahaman seseorang atas al-Quran yang bertentangan dengan Prinsip Tauhid dan kemashlatan
semesta yang menjadi misi Islam dan al-Quran, maka sangat mungkin akarnya ada pada orang
tersebut, bukan pada al-Quran.

10
BAB III
KESIMPULAN

Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT merupakan pedoman dan petunjuk bagi
manusia. Hal ini karena Al-Qur’an pada hakikatnya memiliki nilai-nilai petunjuk,
kepemimpinan dan kemuliaan. Semua ini harus dipelihara dan dipelihara dengan baik. Al-
Qur'an tidak boleh dilupakan, apalagi dipalsukan atau dipalsukan. Al-Qur'an mengandung
beberapa esensi seperti Kalaamullaah, mukjizat yang terungkap dalam pikiran Nabi,
penyampaian mutawatir, dan pembacaannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rofiah, Nur. “Al Qur’an Sebagai Pedoman Hidup.” YouTube, diunggah oleh Kuliah Agama
Islam UI, 12 Desember.2020, https://youtu.be/CaYMtW_HSM4.

El-Zastrouw, Ngatawi. 2020. “Materi Pembelajaran Mata Kuliah Agama Islam”. Jakarta.

Abbas. 2017. “MASLAHAT DALAM PERSPEKTIF AL-QUR`AN DAN


SUNNAH”,https://media.neliti.com/media/publications/285600-maslahat-dalam-
perspektif-al-quran-dan-s-0c22c5eb.pdf

Nasrudin. 2017. “MANUSIA DAN PERUBAHAN SOSIALDALAM PERSPEKTIF AL-


QUR’AN”, http://ejournal.unis.ac.id/index.php/ISLAMIKA/article/view/155/pdf

Fahmi, Yusri. 2020. “Paradigma perubahan sosial perspektif change agent dalam al-Quran”,
http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/487/

12

Anda mungkin juga menyukai