Eko Siswanto
STAIN Al-Fatah Jayapura
Jl. Merah Putih Buper, Yabansai, Heram, Kota Jayapura, 99224, Papua, Indonesia
Email: siswantoeko44@yahoo.co.id
Abstract
This paper talks about Zuhud. Zuhud is the noble nature of believers because it is not deceived by the
world with all the delights whether the property, women, and thrones. Zuhud does not mean leaving
the world. However, the believer and people who do good deeds in the world, prospering the earth,
and doing for the benefit, then achieve the results in the world in the form of halal facilities and
pleasures in the world. Imam Al-Ghazali said there were 3 signs of zuhud. Firstly, not happy with
what was and not sad because of things that were lost. Secondly, it is the same side of the person who
denounces and denounces it, both in relation to property and position. Thirdly, it should always be
with God and his heart is dominated by the deliciousness of obedience. Since the heart cannot be free
from love, whether it is love for God or love for the world. Zuhud in life was modeled by his
companions, such as Abu Bakr, Umar, Uthman bin Affan, and Abdurrahman bin Auf. They are some
friends who are wealthy, but do not take all their wealth for themselves and their families.
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang Zuhud. Zuhud merupakan sifat mulia orang beriman karena tidak
tertipu oleh dunia dengan segala kelezatannya baik harta, wanita, maupun tahta. Zuhud bukan berarti
meninggalkan dunia. Tapi, orang beriman dan beramal salih di dunia, memakmurkan bumi, dan
berbuat untuk kemaslahatan, kemudian mereka meraih hasilnya di dunia berupa fasilitas dan
kenikmatan yang halal di dunia. Imam Al-Gazali menyebutkan ada 3 tanda-tanda zuhud, yaitu:
pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang. Kedua,
sama saja di sisinya orang yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun
kedudukan. Ketiga, hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya
ketaatan. Karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan, apakah cinta Allah atau cinta dunia.
Kehidupan zuhud ini dicontoh oleh para sahabatnya: Abu Bakar, Umar, Usman bin Affan, dan
Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah beberapa sahabat yang kaya raya, tetapi tidak mengambil
semua harta kekayaannya untuk diri sendiri dan keluarganya.
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 223 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
menolak segala kenikmatan dunia, dan kepada Allah dari sesuatu yang disayangi
mengharamkan yang halal. Padahal Islam yang bersifat material atau kemewahan
mengharuskan umatnya agar duniawi dengan mengharap dan
memakmurkam bumi, bekerja, dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih
menguasai dunia, tetapi pada saat yang baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan
sama tidak tertipu oleh dunia. Segala yang akhirat.
halal itu jelas dan segala yang haram itu Dengan beragamnya pemahaman
jelas, di antara keduanya ada yang syubhat tentang zuhud dalam kehidupan kita, maka
yang harus kita jauhi dan tinggalkan. artikel ini berupaya untuk memberikan
Zuhud juga sering diartikan oleh penjelasan mengenai zuhud tersebut dalam
banyak orang sebagai ungkapan atau perspektif hadis dengan menggunakan
refleksi sikap yang anti dunia bahkan metode takhrīj ḥadīṡ bi al-lafż. Sehingga
menjauh dari dunia itu sendiri, sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan
menimbulkan kesan seakan-akan bahwa pengertian zuhud yang sebenarnya.
seseorang yang sedang belajar untuk
mempunyai sikap zuhud ini harus Takhrīj Ḥadīṡ bi al-Lafẓ
mengosongkan diri dari segala hal yang Maksud dari Takhrīj dalam
berbau keduniawian, kesan selanjutnya pembahasan ini adalah kegiatan
bahwa ia harus menjadi seorang yang penelusuran suatu hadis melalui kitab-kitab
miskin, berpakaian lusuh, compang- hadis sebagai sumber utamanya, kemudian
camping, penuh tambalan dan sebagainya. dari kitab atau sumber tersebut
Di sisi lain banyak ayat-ayat dikemukakan secara lengkap mengenai
Alquran dan hadis-hadis Nabi yang matn dan sanad hadis yang bersangkutan.1
mengingatkan bahayanya dunia dalam Adapun metode yang digunakan
kehidupan manusia jika tidak disikapi dalam penelusuran hadis-hadis yang
dengan sebuah pandangan bahwa dunia berkaitan dengan zuhud adalah melalui
seisinya ini adalah sekedar sarana belaka takhrīj bi al-lafẓ (takhrīj dengan kata)
untuk mencari bekal kehidupan abadi kelak dengan menggunakan kamus al-Mu‘jam al-
di akhirat “Al-dunyā mazra‘ah al-ākhirah” Mufahras li al-Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī
dunia adalah ladangnya akhirat. yang disusun oleh Arnold John Wensink.
Ada yang memberikan pengertian Maksud takhrīj dengan kata adalah takhrīj
bahwa zuhud adalah menjauhkan diri dari 1
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian
kesenangan duniawi untuk beribadah Hadis Nabi (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
43.
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 224 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
dengan kata benda atau kata kerja bukan 5. Kata ُز ْھ ٌﺪpenulis temukan pada Ibn
kata sambung dalam bahasa Arab.2 Dalam Mājah pada kitāb zuhud hadis nomor 1
penelusuran ini penulis menggunakan kata Kata َز ِھ ْﯿ ٌﺪpenulis temukan pada al-
kunci زَ ھَ َﺪberikut dengan kata turunannya. Nasāi pada bab tafsīr surat 58 nomor hadis
Setelah penulis menelusuri di kitab 2.
al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Alfāẓ al-Ḥadīṡ
al-Nabawī, 3 dengan berangkat pada kata َزھَ َﺪ
kemudian penulis temukan beberapa
informasi hadis-hadis yang mengunakan
kata (lafż) َزھَ َﺪ atau derivasinya, di
antaranya:
1. Kata زَ ھَ َﺪitu sendiri terdapat pada al-
Tirmizi bab jannah hadis nomor 2;
Ahmad Ibn Hanbal hadis nomor: 1, 4, 5,
60, 64, 65, 109, 266, 249, dan 378; Abū
Dāwūd bab jihād hadis nomor 25; al-
Dārimī bab muqaddimah hadis nomor
29.
2. Kata زَ ھﱠ َﺪ penulis temukan pada al-
Bukhārī bab da‘awāt hadis nomor 63;
kitab ṭalāq hadis nomor 24; Muslim Ibn
al-Ḥajjāj pada bab jum‘ah hadis nomor
14; al-Nasāi bab jum’at hadis nomor 45;
dan Ahmad Ibn Hanbal hadis nomor 2.
3. Kata اَ ْز َھ َﺪpenulis temukan pada Ahmad
Ibn Hanbal hadis nomor: 2, 5, 24, 252,
290.
4. Kata ﺗَ َﺰھﱠ َﺪpenulis temukan pada Ahmad
Ibn Hanbal hadis nomor 6, 282.
2
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta:
Amzah, 2010), 119.
3
A. J. Wensink, Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-
Alfāẓ al-Ḥadīs al-Nabawī (Leiden: E. J. Brill, 1943),
348-349.
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 225 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Kata
No Nama Kitab
زَ ھَ َﺪ زَ ھﱠ َﺪ أَ ْزھَ َﺪ ﺗَﺰَ ھﱠ َﺪ ُز ْھ ٌﺪ زَ ِھ ْﯿ ٌﺪ ُزَ ھَﺎ َدة
1. Al-Tirmiżī 1 1
2. Aḥmad bin Hanbal 10 1 5 2 6
3. Abū Dāwūd 1
4. Al-Dārimī 2
5. Al-Bukhārī 2
6. Muslim ibn al- 1
Ḥajjāj
7. Al-Nasā’ī 1 1
8. Ibnu Mājah 1 1
Jumlah 14 5 5 2 1 1 8
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 226 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
ُ ََﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﺑِ ُﺪﻧْـﻴ
mendengar Amru bin Ash berkhutbah
ﺎﻫ ْﻢ di hadapan manusia di Mesir, ia
mengatakan, "Alangkah jauhnya
Telah mengabarkan kepada kami perilaku kalian terhadap perilaku
Ya'qub bin Ibrahim telah Nabi kalian saw. Nabi saw seorang
menceritakan kepada kami Rauh yang paling zuhud di dunia,
telah menceritakan kepada kami sementara kalian adalah orang-orang
Hajjaj al-Aswad ia berkata: Ibnu yang lebih mengutamakan dunia."
Munabbih berkata: "ahl al-‘ilm
zaman dahulu enggan mendatangi ahl
al-dunya(orang yang mencintai 6
keduniaan) untuk menyampaikan ilmu Abī ‘Abdillah ibn Bahrām al-Dārimī, Sunan
al-Dārimī (Beirut: Dār al-Fikr, t.th).
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 227 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
ﻴﻞ َﻋ ِﻦ ِ ِ ٍِ
ُ َﺳ َﻮ ُد ﺑْ ُﻦ َﻋﺎﻣﺮ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إ ْﺳَﺮاﺋ ْ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أ
Hadis Pertama:
ِ اﳊ ِﻤ ِ
ﻴﺪ ﺑْ ُﻦ َْ َﺳ َﻮ ُد ﺑْ ُﻦ َﻋﺎﻣ ٍﺮ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ َﻋْﺒ ُﺪ ْ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أ ﺻﺎﻟِ ٍﺢ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة ﻗَ َﺎل ﻗَ َﺎل َ ﺶ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ِ ْاﻷ َْﻋ َﻤ
ﻴﻞ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ِ ِ ٍ
َ أَِﰊ َﺟ ْﻌ َﻔﺮ ﻳَـ ْﻌ ِﲏ اﻟْ َﻔﱠﺮاءَ َﻋ ْﻦ إ ْﺳَﺮاﺋ ﻮك إِذَا أَﱠدى َﺣ ﱠﻖ ِ ُﻧِﻌِ ﱠﻤﺎ ﻟِْﻠﻤﻤﻠ
َْ ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ
ُ َر ُﺳ
ِ ِ ِ َ إِ ْﺳ َﺤ
ُﺎق َﻋ ْﻦ َزﻳْﺪ ﺑْ ِﻦ ﻳـُﺜَـْﻴ ٍﻊ َﻋ ْﻦ َﻋﻠ ﱟﻲ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪ ُﺻ َﺪ َق اﻟﻠﱠﻪُ َوَر ُﺳﻮﻟُﻪ َ ﺐ
ِِ
ٌ اﻟﻠﱠﻪ َو َﺣ ﱠﻖ َﻣ َﻮاﻟﻴﻪ ﻗَ َﺎل َﻛ ْﻌ
ِ
ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻣ ْﻦ ﻳـُ َﺆﱠﻣ ُﺮ ﺑَـ ْﻌ َﺪ َﻛ َﻘ َﺎلَ ﻴﻞ ﻳَﺎ َر ُﺳ ِ
َ َﻋْﻨﻪُ ﻗَ َﺎل ﻗ ﺎب َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َوَﻻ َﻋﻠَﻰ ُﻣ ْﺆِﻣ ٍﻦ ُﻣ ْﺰِﻫ ٍﺪ ِ
َ َﻻ ﺣ َﺴ
وﻩ أ َِﻣﻴﻨًﺎ ِ ِ
ُ إِ ْن ﺗُـ َﺆﱢﻣ ُﺮوا أَﺑَﺎﺑَ ْﻜ ٍﺮ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪُ َﲡ ُﺪ (Ahmad - 8708) : Telah menceritakan
اﻏﺒًﺎ ِﰲ ْاﻵ ِﺧَﺮةِ َوإِ ْن ﺗُـ َﺆﱢﻣ ُﺮوا ُﻋ َﻤَﺮ ِ ز ِاﻫ ًﺪا ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴﺎ ر kepada kami Aswad bin 'Amir telah
َ َ َ menceritakan kepada kami Israil dari
ﺎف ِﰲ اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ َوﻩ ﻗَ ِﻮﻳﺎ أ َِﻣﻴﻨًﺎ َﻻ َﳜ ِ
ُ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪُ َﲡ ُﺪ
ِ Al-A'masy dari Abi Salih dari Abi
Hurairah berkata; Rasulullah saw
ﻟَْﻮَﻣﺔَ َﻻﺋِ ٍﻢ َوإِ ْن ﺗُـ َﺆﱢﻣ ُﺮوا َﻋﻠِﻴﺎ َر ِﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪُ َو َﻻ bersabda: "Betapa bagusnya seorang
budak yang dapat melaksanakan hak
ﲔ َِﲡ ُﺪوﻩُ َﻫ ِﺎدﻳًﺎ َﻣ ْﻬ ِﺪﻳﺎ ﻳَﺄْ ُﺧ ُﺬﺑِ ُﻜ ْﻢ ِِ
َ أ َُرا ُﻛ ْﻢ ﻓَﺎﻋﻠ
Allah dan hak tuan-tuannya." Ka'ab
berkata; "Betul apa yang dikatakan
ِ
ﻴﻢ َ اﻟﻄﱠ ِﺮ
َ ﻳﻖ اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘ
oleh Allah dan Rasul-Nya, tidak ada
hisab baginya dan juga bagi seorang
(Ahmad-817): Telah menceritakan mukmin yang zuhud (isim fail-orang
kepada kami Aswad bin 'Amir telah menjauhkan diri dari kesenangan
menceritakan kepadaku Abd al- duniawi untuk beribadah)."
Hamid bin Abi Ja'far yaitu Al-Farra’
dari Israil dari Abi Ishaq dari Zaid
Hadis Ketiga:
bin Yusai' dari Ali r.a., dia berkata;
Rasulullah saw ditanya; "Wahai
Rasulullah, siapa orang yang
َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ِﻫ َﺸ ُﺎم ﺑْ ُﻦ َﻋ ﱠﻤﺎ ٍر َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﻤ ُﺮو ﺑْ ُﻦ َواﻗِ ٍﺪ
ditunjuk sebagai pemimpin ﺲ َﻋ ْﻦ ٍ َاﻟْ ُﻘَﺮِﺷ ﱡﻲ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻳُﻮﻧُﺲ ﺑْ ُﻦ َﻣْﻴ َﺴَﺮَة ﺑْ ِﻦ َﺣْﻠﺒ
setelahmu?" Beliau menjawab; "Jika ُ
ي ﻗَ َﺎل ِ
اﳋَْﻮَﻻِﱐﱢ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ذَ ﱟر اﻟْﻐ َﻔﺎ ِر ﱢ ْ ﻳﺲ ِِ ِ
َ أَﰊ إ ْدر
kalian mengangkat Abu Bakar r.a.,
maka kalian mendapati dia adalah
orang yang terpercaya, zuhud(isim
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 228 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 229 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Abu Idris; Abi Zar al-Gifariy, nama penulis. Adapun hadis yang ketiga penulis
lengkapnya adalah Jundub bin Junadah, kemukakan sebagai contoh hadis yang
kuniyahnya adalah Abu Zar. memeliki relevansi dengan tema, namun
Penulis sengaja mengambil dua memiliki derajat yang tidak sahih karena
hadis yang mukharrij-nya Imam Ahmad bin terdapat beberapa perawi yang dinilai
Hanbal karena merupakan mukharij yang munkar al-ḥadīṡ.
paling banyak hadisnya dan memiliki
makna sesuai dengan yang dikehendaki
ِ ِ
َُﻋﻠ ﱟﻲ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪ
اﳋَ ْﻮَﻻِ ﱢ
ﱐ ْ ﻳﺲ ِِ ِ
َ أَﰊ إ ْدر ﺻﺎﻟِ ٍﺢ
َ أَِﰊ َ أَِﰊ إِ ْﺳ َﺤ
ﺎق
ﻴﻞِ ِ
ٍ َﻳُﻮﻧُﺲ ﺑْ ُﻦ َﻣْﻴ َﺴَﺮَة ﺑْ ِﻦ َﺣ ْﻠﺒ
ﺲ ُ ِ َﻋ َﻤ
ﺶ ْ ْاﻷ َ إ ْﺳَﺮاﺋ
Skema
Perawi Hadis
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 230 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 231 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 232 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 233 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 234 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 235 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
dan sebagainya. Namun orang yang zuhud rasul-Nya. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang
itu adalah orang yang mempunyai harta
dikehendaki-Nya. dan Allah
benda akan tetapi dia menyikapinya dengan mempunyai karunia yang besar.
Tiada suatu bencanapun yang
lapang dada walaupun dia mampu untuk
menimpa di bumi dan (Tidak pula)
menikmati hartanya itu tanpa suatu pada dirimu sendiri melainkan Telah
tertulis dalam Kitab (Lauhul
kekurangan apapun, namun dia lebih
Mahfuzh) sebelum kami
memilih bersikap waspada, hatinya tidak menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi
ikut condong ke harta, hatinya tidak terlalu
Allah. (Kami jelaskan yang demikian
terikat dengan harta, karena dia khawatir itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu,
sikap condongnya itu akan membawanya
dan supaya kamu jangan terlalu
cinta kepada selain Allah swt., dan gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. dan Allah
mencintai selain dari Allah swt. berarti dia
tidak menyukai setiap orang yang
telah membuat sekutu dalam cintanya itu. sombong lagi membanggakan diri.11
(Q.S. Al-Hadid/57: 20-23).
Memang terdapat ayat yang
Ayat di atas tidak menyebutkan kata
memberikan peringatan kepada kita tentang
zuhud, tetapi mengungkapkan tentang
seharusnya bagaimana sikap kita terhadap
makna dan hakikat zuhud. Ayat ini
dunia. Sebagaimana firman Allah suratal-
menerangkan tentang hakikat dunia yang
Hadid/57: 20-23:
sementara dan hakikat akhirat yang kekal.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
Kemudian menganjurkan orang-orang
kehidupan dunia Ini hanyalah
permainan dan suatu yang beriman untuk berlomba meraih ampunan
melalaikan, perhiasan dan bermegah-
dari Allah dan surga-Nya di akhirat.
megah antara kamu serta berbangga-
banggaan tentang banyaknya harta Selanjutnya Allah menyebutkan tentang
dan anak, seperti hujan yang tanam-
musibah yang menimpa manusia adalah
tanamannya mengagumkan para
petani; Kemudian tanaman itu ketetapan Allah dan bagaimana orang-orang
menjadi kering dan kamu lihat
beriman harus menyikapi musibah tersebut.
warnanya kuning Kemudian menjadi
hancur. dan di akhirat (nanti) ada Sikap yang benar adalah agar tidak mudah
azab yang keras dan ampunan dari
berduka terhadap musibah dan apa saja
Allah serta keridhaan-Nya. dan
kehidupan dunia Ini tidak lain yang luput dari jangkauan tangan. Selain
hanyalah kesenangan yang menipu.
itu, orang yang beriman juga tidak terlalu
Berlomba-lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari gembira sehingga hilang kesadaran
Tuhanmu dan syurga yang luasnya
terhadap apa yang didapatkan. Begitulah
seluas langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul- 11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, 154.
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 236 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 237 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto
semata, jelas bertentangan dengan konsep walaupun dia mampu untuk menikmati
Alquran itu sendiri walaupun di sana ada hartanya itu tanpa suatu kekurangan
beberapa ayat lain yang menerangkan kadar apapun, namun dia lebih memilih bersikap
bahaya dari dunia tatkala tidak disikapi waspada, hatinya tidak ikut condong ke
dengan perasaan sekedar sebagai ajang harta, hatinya tidak terlalu terikat dengan
mediator untuk mencari bekal pada harta, karena dia khawatir sikap
kehidupan abadi di akhirat nanti. Namun condongnya itu akan membawanya cinta
orang yang zuhud diperbolehkan kepada selain Allah swt., dan mencintai
mempunyai harta benda akan tetapi dia selain dari Allah swt berarti dia telah
menyikapinya dengan lapang dada membuat sekutu dalam cintanya itu.
Daftar Pustaka
Al-Dārimī, Abī ‘Abdillah ibn Bahrāmī. Sunan al-Dārimī. Beirut: Dār al-Fikr, t.th.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya.Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009.
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian HadisNabi. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
_______. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: PT. Bulan Binatang, 2007.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2010.
Makluf, Louis. Al-Munjid fī al-Lugah wa al A‘lām. Beirut-Lebanon: Dār al Masyriq, 1994.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir.Surabaya: Pustaka progresif, 1997.
al-Qazwīnī, Abī ‘Abdillah Muhammad ibn Yazīd. Sunan Ibn Mājah. Beirut Libanon: Dār al-
Fikr, 1995.
Wensink, A. J. Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Alfāẓ al-Hadīṡ al-Nabawī. Leiden: E. J. Brill,
1943.
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 238 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H