Anda di halaman 1dari 16

ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS

Eko Siswanto
STAIN Al-Fatah Jayapura
Jl. Merah Putih Buper, Yabansai, Heram, Kota Jayapura, 99224, Papua, Indonesia
Email: siswantoeko44@yahoo.co.id

Abstract
This paper talks about Zuhud. Zuhud is the noble nature of believers because it is not deceived by the
world with all the delights whether the property, women, and thrones. Zuhud does not mean leaving
the world. However, the believer and people who do good deeds in the world, prospering the earth,
and doing for the benefit, then achieve the results in the world in the form of halal facilities and
pleasures in the world. Imam Al-Ghazali said there were 3 signs of zuhud. Firstly, not happy with
what was and not sad because of things that were lost. Secondly, it is the same side of the person who
denounces and denounces it, both in relation to property and position. Thirdly, it should always be
with God and his heart is dominated by the deliciousness of obedience. Since the heart cannot be free
from love, whether it is love for God or love for the world. Zuhud in life was modeled by his
companions, such as Abu Bakr, Umar, Uthman bin Affan, and Abdurrahman bin Auf. They are some
friends who are wealthy, but do not take all their wealth for themselves and their families.

Keywords: Zuhud, Faith, World

Abstrak
Tulisan ini membahas tentang Zuhud. Zuhud merupakan sifat mulia orang beriman karena tidak
tertipu oleh dunia dengan segala kelezatannya baik harta, wanita, maupun tahta. Zuhud bukan berarti
meninggalkan dunia. Tapi, orang beriman dan beramal salih di dunia, memakmurkan bumi, dan
berbuat untuk kemaslahatan, kemudian mereka meraih hasilnya di dunia berupa fasilitas dan
kenikmatan yang halal di dunia. Imam Al-Gazali menyebutkan ada 3 tanda-tanda zuhud, yaitu:
pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang. Kedua,
sama saja di sisinya orang yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun
kedudukan. Ketiga, hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya
ketaatan. Karena hati tidak dapat terbebas dari kecintaan, apakah cinta Allah atau cinta dunia.
Kehidupan zuhud ini dicontoh oleh para sahabatnya: Abu Bakar, Umar, Usman bin Affan, dan
Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah beberapa sahabat yang kaya raya, tetapi tidak mengambil
semua harta kekayaannya untuk diri sendiri dan keluarganya.

Kata Kunci: Zuhud, Iman, Dunia

Pendahuluan antara seorang mukmin sejati dengan


Zuhud adalah salah satu akhlak mukmin awam. Jika tidak memiliki
utama seorang muslim. Terutama saat di keistimewaan dengan karakteristik ini,
hadapannya terbentang lebar kesempatan seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi
untuk meraih dunia dengan segala macam dari manusia kebanyakan yang terkena
perbendaharaannya. Apakah itu kekuasaan, fitnah dunia.
harta, kedudukan, dan segala fasilitas Banyak orang yang salah paham
lainnya. Karenanya, zuhud adalah terhadap zuhud. Banyak yang mengira
karakteristik dasar yang membedakan kalau zuhud adalah meninggalkan harta,

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 223 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

menolak segala kenikmatan dunia, dan kepada Allah dari sesuatu yang disayangi
mengharamkan yang halal. Padahal Islam yang bersifat material atau kemewahan
mengharuskan umatnya agar duniawi dengan mengharap dan
memakmurkam bumi, bekerja, dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih
menguasai dunia, tetapi pada saat yang baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan
sama tidak tertipu oleh dunia. Segala yang akhirat.
halal itu jelas dan segala yang haram itu Dengan beragamnya pemahaman
jelas, di antara keduanya ada yang syubhat tentang zuhud dalam kehidupan kita, maka
yang harus kita jauhi dan tinggalkan. artikel ini berupaya untuk memberikan
Zuhud juga sering diartikan oleh penjelasan mengenai zuhud tersebut dalam
banyak orang sebagai ungkapan atau perspektif hadis dengan menggunakan
refleksi sikap yang anti dunia bahkan metode takhrīj ḥadīṡ bi al-lafż. Sehingga
menjauh dari dunia itu sendiri, sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan
menimbulkan kesan seakan-akan bahwa pengertian zuhud yang sebenarnya.
seseorang yang sedang belajar untuk
mempunyai sikap zuhud ini harus Takhrīj Ḥadīṡ bi al-Lafẓ
mengosongkan diri dari segala hal yang Maksud dari Takhrīj dalam
berbau keduniawian, kesan selanjutnya pembahasan ini adalah kegiatan
bahwa ia harus menjadi seorang yang penelusuran suatu hadis melalui kitab-kitab
miskin, berpakaian lusuh, compang- hadis sebagai sumber utamanya, kemudian
camping, penuh tambalan dan sebagainya. dari kitab atau sumber tersebut
Di sisi lain banyak ayat-ayat dikemukakan secara lengkap mengenai
Alquran dan hadis-hadis Nabi yang matn dan sanad hadis yang bersangkutan.1
mengingatkan bahayanya dunia dalam Adapun metode yang digunakan
kehidupan manusia jika tidak disikapi dalam penelusuran hadis-hadis yang
dengan sebuah pandangan bahwa dunia berkaitan dengan zuhud adalah melalui
seisinya ini adalah sekedar sarana belaka takhrīj bi al-lafẓ (takhrīj dengan kata)
untuk mencari bekal kehidupan abadi kelak dengan menggunakan kamus al-Mu‘jam al-
di akhirat “Al-dunyā mazra‘ah al-ākhirah” Mufahras li al-Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī
dunia adalah ladangnya akhirat. yang disusun oleh Arnold John Wensink.
Ada yang memberikan pengertian Maksud takhrīj dengan kata adalah takhrīj
bahwa zuhud adalah menjauhkan diri dari 1
M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian
kesenangan duniawi untuk beribadah Hadis Nabi (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
43.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 224 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

dengan kata benda atau kata kerja bukan 5. Kata ‫ ُز ْھ ٌﺪ‬penulis temukan pada Ibn
kata sambung dalam bahasa Arab.2 Dalam Mājah pada kitāb zuhud hadis nomor 1
penelusuran ini penulis menggunakan kata Kata ‫ َز ِھ ْﯿ ٌﺪ‬penulis temukan pada al-
kunci ‫ زَ ھَ َﺪ‬berikut dengan kata turunannya. Nasāi pada bab tafsīr surat 58 nomor hadis
Setelah penulis menelusuri di kitab 2.
al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Alfāẓ al-Ḥadīṡ
al-Nabawī, 3 dengan berangkat pada kata ‫َزھَ َﺪ‬
kemudian penulis temukan beberapa
informasi hadis-hadis yang mengunakan
kata (lafż) ‫َزھَ َﺪ‬ atau derivasinya, di
antaranya:
1. Kata ‫ زَ ھَ َﺪ‬itu sendiri terdapat pada al-
Tirmizi bab jannah hadis nomor 2;
Ahmad Ibn Hanbal hadis nomor: 1, 4, 5,
60, 64, 65, 109, 266, 249, dan 378; Abū
Dāwūd bab jihād hadis nomor 25; al-
Dārimī bab muqaddimah hadis nomor
29.
2. Kata ‫زَ ھﱠ َﺪ‬ penulis temukan pada al-
Bukhārī bab da‘awāt hadis nomor 63;
kitab ṭalāq hadis nomor 24; Muslim Ibn
al-Ḥajjāj pada bab jum‘ah hadis nomor
14; al-Nasāi bab jum’at hadis nomor 45;
dan Ahmad Ibn Hanbal hadis nomor 2.
3. Kata ‫ اَ ْز َھ َﺪ‬penulis temukan pada Ahmad
Ibn Hanbal hadis nomor: 2, 5, 24, 252,
290.
4. Kata ‫ ﺗَ َﺰھﱠ َﺪ‬penulis temukan pada Ahmad
Ibn Hanbal hadis nomor 6, 282.

2
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis (Jakarta:
Amzah, 2010), 119.
3
A. J. Wensink, Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-
Alfāẓ al-Ḥadīs al-Nabawī (Leiden: E. J. Brill, 1943),
348-349.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 225 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

Kata
No Nama Kitab
‫زَ ھَ َﺪ‬ ‫زَ ھﱠ َﺪ‬ ‫أَ ْزھَ َﺪ‬ ‫ﺗَﺰَ ھﱠ َﺪ‬ ‫ُز ْھ ٌﺪ‬ ‫زَ ِھ ْﯿ ٌﺪ‬ ُ‫زَ ھَﺎ َدة‬
1. Al-Tirmiżī 1 1
2. Aḥmad bin Hanbal 10 1 5 2 6
3. Abū Dāwūd 1
4. Al-Dārimī 2
5. Al-Bukhārī 2
6. Muslim ibn al- 1
Ḥajjāj
7. Al-Nasā’ī 1 1
8. Ibnu Mājah 1 1
Jumlah 14 5 5 2 1 1 8

Untuk memberikan pengertian kesenangan duniawi dan memilih


secara etimologi, selanjutnya penulis akhirat
mencari pengertian kata ‫ زَ ھَ َﺪ‬- ‫ ُز ْھﺪًا‬berikut 7. Kata ‫ اَ ْﻟﻘَﻠِ ْﯿ ُﻞ‬:( ُ‫ اَاﻟ ﱠﺰ ِھ ْﯿ ُﺪ )ج ُز ْھ َﺪان‬artinya
dengan derivasinya dalam kamus al- yang sedikit, atau ‫اَ ْﻟ َﺤﻘِ ْﯿ ُﺮ‬artinya yang
Munawwir, kemudian penulis temukan di rendah, hina.
antaranya: 8. َ ُ‫ اَاﻟﻄﱠﻔِﯿْﻒ‬:‫ اَاﻟ ﱠﺰ ِھ ْﯿ ُﺪ‬artinya
Kata ‫ﻻﯾُ ْﻌﺘَ ﱡﺪ ِﺑ ِﮫ‬
1. َ ‫ َر ِﻏ‬:ُ‫َﻋ ْﻨﮫُ زَ ھُ َﺪ ِﻓﻲ اﻟ ﱠﺸ ْﻲ ِء اَوْ َﻋ ْﻨﮫ‬
Kata ‫ﺐ‬ yang kecil, sedikit, tak berarti.
artinya meninggalkan dan tidak 9. ِ ‫ اَ ْﻟﻘَﻠِ ْﯿ ُﻞ اَ ْﻟ َﻤ‬:‫ اَ ْﻟ ُﻤ ْﺰ ِھ ُﺪ‬artinya yang
Kata ‫ﺎل‬
menyukai. melarat, sedikit hartanya.
2. Kata ‫ َزھُ َﺪ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ‬artinya menjauhkan 10. Kata ‫ﺎس اَ ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻦُ ْاﻟ ُﻤ ْﺰ ِھ ُﺪ‬
ِ ‫ َﺧ ْﯿﺮُاﻟﻨﱠ‬artinya
diri dari kesenangan duniawi untuk sebaik-baik orang adalah orang
beribadah. mukmin yang sedikit hartanya
3. Kata ‫ ﺗ ََﺮكَ اﻟ ﱡﺪ ْﻧ َﯿﺎ‬:‫ ِﻟ ْﻠ ِﻌ َﺒﺎ َد ِة ﺗَ َﺰھﱠ َﺪ‬artinya ِ ُ‫ﻖ ْاﻟ ُﺨﻠ‬
11. Kata ‫ﻖ‬ ‫ اﻟ ﱠ‬:‫ َواﻟ ﱠﺰ ِھ ْﯿ ُﺪ‬artinya yang
ُ ‫ﻀﯿﱢ‬
meninggalkan kesenangan dunia sempit pekertinya.4
untuk beribadah 12. Kata ‫َز ِھ َﺪ‬ ,‫زَ ھُ َﺪ‬ ,‫َزھَ َﺪ‬ diartikan
4. Kata ُ‫ اِﺣْ ﺘَ َﻘﺮُوْ ه‬:‫ ﺗَﺰَاھَ َﺪهُ ا ْﻟﻘَﻮْ ُم‬artinya menjauhkan diri dari kesenangan
menghina, meremehkan. duniawi untuk beribadah. 5
5. Kata‫ َﻣﺼْ َﺪ ُر َزھُ َﺪ‬:ُ‫ َواﻟ ﱠﺰھَﺎ َدة‬,‫ اَﻟ ﱡﺰ ْھ ُﺪ‬,‫اِ ْزﺗَ َﮭ َﺪ‬ Cukup banyak varian pengertian
artinya memandang hina, remeh, kata zuhud tersebut. Ada zuhud yang
rendah.
6. Kata ‫ﱠاﻏﺐُ َﻋ ِﻦ‬ ِ ‫ اﻟﺮ‬:‫ اِ ْﺳ ُﻢ اﻟ َﻔﺎﻋﻞ ﻟِﺰَ ھَ َﺪ‬:‫اَﻟ ﱠﺰا ِھ ُﺪ‬ 4
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir
(Surabaya: Pustaka progresif, 1997), 588-589.
‫اﻻﺧ َﺮ ِة‬
ِ ‫ُﺣﺒًﺎ ِﺑﺎ‬ ‫ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ‬artinya yang 5
Louis Makluf, Al-Munjid fī al-Lugah wa al
A‘lām (Beirut-Lebanon: Dār al Masyriq, 1994), 308-
meninggalkan kehidupan atau 309.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 226 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

diartikan menghina, meremehkan, mereka, sehingga orang yang


mencintai keduniaan itu menjadi suka
meninggalkan, tidak menyukai,
dengan ilmu mereka, sehingga
menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. mereka mau mengeluarkan harta
untuk mereka (para ulama).
Dengan banyaknya pengertian tersebut,
Sedangkan para ulama zaman
penulis akan mencari hadis tentang zuhud sekarang, mereka menyampaikan
ilmu kepada orang yang mencintai
yang memberikan pengertian bahwa zuhud
keduniaan, hingga orang yang
diartikan menjauhkan diri dari kesenangan mencintai keduniaan itu menjadi
zuhud(tidak menyukai) dengan
duniawi untuk beribadah. Ini perlu untuk
mereka, dan mereka pun enggan
penulis tetapkan karena sebagai acuan mengeluarkan harta untuk mereka
(para ulama).6
untuk verifikasi hadis yang memiliki matn
semakna.
Di sisi lain, ada juga beberapa hadis
Ada beberapa hadis yang memiliki
yang tidak secara langsung disandarkan
pengertian zuhud dengan arti tidak
kepada Rasulullah saw. Seperti halnya
menyukai, tetapi lebih ditekankan pada
hadis di bawah ini:

َ ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﺑْ ُﻦ ﻳَِﺰ‬


respon terhadap orang (subyeknya), bukan
pada sesuatu yang bersifat materi atau
‫ﻮﺳﻰ ﻗَ َﺎل‬ َ ‫ﻳﺪ ﻗَ َﺎل َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ُﻣ‬
ِ ‫ﺖ َﻋ ْﻤَﺮو ﺑْ َﻦ اﻟْ َﻌ‬
‫ﺎص‬ ِ ُ ‫َِﲰﻌﺖ أَِﰊ ﻳـ ُﻘ‬
berupa kesenangan duniawi, misalnya: ُ ‫ﻮل َﲰ ْﻌ‬ َ ُ ْ
‫ﻴﻢ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َرْو ٌح َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ‬ ِ ِ ‫ﻮل َﻣﺎ أَﺑْـ َﻌ َﺪ َﻫ ْﺪﻳَ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ‬
ُ ‫ﺼَﺮ ﻳَـ ُﻘ‬ ِِ ‫َﳜْﻄُﺐ اﻟﻨ‬
ْ ‫ﱠﺎس ﲟ‬ َ ُ
َ ‫ﻮب ﺑْ ُﻦ إﺑْـَﺮاﻫ‬ ُ ‫َﺧﺒَـَﺮﻧَﺎ ﻳَـ ْﻌ ُﻘ‬ ْ‫أ‬
‫َﺳ َﻮ ُد ﻗَ َﺎل ﻗَ َﺎل اﺑْ ُﻦ ُﻣﻨَﺒﱢ ٍﻪ َﻛﺎ َن أ َْﻫ ُﻞ‬ ‫ﱠﺎس ِﰲ‬ِ ‫أَﱠﻣﺎ ُﻫ َﻮ ﻓَ َﻜﺎ َن أ َْزَﻫ َﺪ اﻟﻨ‬ ‫َﻫ ْﺪ ِي ﻧَﺒِﻴﱢ ُﻜ ْﻢ‬
ْ ‫ﺎج ْاﻷ‬ ٌ ‫َﺣ ﱠﺠ‬
‫ﻀﻨﱡﻮ َن ﺑِﻌِْﻠ ِﻤ ِﻬ ْﻢ َﻋ ْﻦ أ َْﻫ ِﻞ‬ ِ ‫ﱠﺎس ﻓِ َﻴﻬﺎ‬ِ ‫ﺐ اﻟﻨ‬ ُ ‫اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َوأَﱠﻣﺎ أَﻧْـﺘُ ْﻢ ﻓَﺄ َْر َﻏ‬
َ َ‫ﻀﻰ ﻳ‬ َ ‫اﻟْﻌْﻠ ِﻢ ِﰲ َﻣﺎ َﻣ‬
‫ﺐ أ َْﻫﻞُ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ِﰲ ِﻋْﻠ ِﻤ ِﻬ ْﻢ ﻓَـﻴَْﺒ ُﺬﻟُﻮ َن‬ ُ َ‫اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﻓَـﻴَـ ْﺮﻏ‬ (Ahmad-17105): Telah menceritakan

‫ﺎﻫ ْﻢ َوإِ ﱠن أ َْﻫ َﻞ اﻟْﻌِْﻠ ِﻢ اﻟْﻴَـ ْﻮَم ﺑَ َﺬﻟُﻮا ِﻋْﻠ َﻤ ُﻬ ْﻢ‬


kepada kami Abdullah bin Yazid ia
ُ َ‫َﳍُ ْﻢ ُدﻧْـﻴ‬ berkata, Telah menceritakan kepada
ِِ ِ ِ kami Musa ia berkata, saya
‫ﻀﻨﱡﻮا‬ َ َ‫ﻷ َْﻫ ِﻞ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﻓَـَﺰﻫ َﺪ أ َْﻫ ُﻞ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ِﰲ ﻋْﻠﻤ ِﻬ ْﻢ ﻓ‬ mendengar Bapakku berkata, saya

ُ َ‫َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﺑِ ُﺪﻧْـﻴ‬
mendengar Amru bin Ash berkhutbah
‫ﺎﻫ ْﻢ‬ di hadapan manusia di Mesir, ia
mengatakan, "Alangkah jauhnya
Telah mengabarkan kepada kami perilaku kalian terhadap perilaku
Ya'qub bin Ibrahim telah Nabi kalian saw. Nabi saw seorang
menceritakan kepada kami Rauh yang paling zuhud di dunia,
telah menceritakan kepada kami sementara kalian adalah orang-orang
Hajjaj al-Aswad ia berkata: Ibnu yang lebih mengutamakan dunia."
Munabbih berkata: "ahl al-‘ilm
zaman dahulu enggan mendatangi ahl
al-dunya(orang yang mencintai 6
keduniaan) untuk menyampaikan ilmu Abī ‘Abdillah ibn Bahrām al-Dārimī, Sunan
al-Dārimī (Beirut: Dār al-Fikr, t.th).

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 227 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

Sedangkan dalam hal ini penulis fail-menjauhkan diri dari kesenangan


duniawi untuk beribadah) terhadap
mengambil hadis-hadis sebagaimana
dunia dan cinta pada akhirat. Jika
terdapat di Mu‘jam al-Mufahras di atas, kalian mengangkat ‘Umar r.a., dia
adalah orang kuat dan terpercaya,
dengan mengambil pengertian kata ‫زھﺪ‬
tidak takut celaan orang yang
atau derivasinya dengan makna mencela. Jika kalian mengangkat ‘Ali
r.a., aku tidak mengira kalau kalian
“menjauhkan diri dari kesenangan
melaksanakannya, dia adalah orang
duniawi untuk beribadah”yang yang memberi petunjuk dan tempat
mendapat petunjuk, dia akan
penekanannya pada respon terhadap
membawa kalian kepada jalan yang
materi keduaniaan. Hadis tersebut di lurus".
antaranya: Hadis Kedua:

‫ﻴﻞ َﻋ ِﻦ‬ ِ ِ ٍِ
ُ ‫َﺳ َﻮ ُد ﺑْ ُﻦ َﻋﺎﻣﺮ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إ ْﺳَﺮاﺋ‬ ْ ‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أ‬
Hadis Pertama:
ِ ‫اﳊ ِﻤ‬ ِ
‫ﻴﺪ ﺑْ ُﻦ‬ َْ ‫َﺳ َﻮ ُد ﺑْ ُﻦ َﻋﺎﻣ ٍﺮ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲏ َﻋْﺒ ُﺪ‬ ْ ‫َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ أ‬ ‫ﺻﺎﻟِ ٍﺢ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة ﻗَ َﺎل ﻗَ َﺎل‬ َ ‫ﺶ َﻋ ْﻦ أَِﰊ‬ ِ ‫ْاﻷ َْﻋ َﻤ‬
‫ﻴﻞ َﻋ ْﻦ أَِﰊ‬ ِ ِ ٍ
َ ‫أَِﰊ َﺟ ْﻌ َﻔﺮ ﻳَـ ْﻌ ِﲏ اﻟْ َﻔﱠﺮاءَ َﻋ ْﻦ إ ْﺳَﺮاﺋ‬ ‫ﻮك إِذَا أَﱠدى َﺣ ﱠﻖ‬ ِ ُ‫ﻧِﻌِ ﱠﻤﺎ ﻟِْﻠﻤﻤﻠ‬
َْ ‫ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬
ُ ‫َر ُﺳ‬
ِ ِ ِ َ ‫إِ ْﺳ َﺤ‬
ُ‫ﺎق َﻋ ْﻦ َزﻳْﺪ ﺑْ ِﻦ ﻳـُﺜَـْﻴ ٍﻊ َﻋ ْﻦ َﻋﻠ ﱟﻲ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪ‬ ُ‫ﺻ َﺪ َق اﻟﻠﱠﻪُ َوَر ُﺳﻮﻟُﻪ‬ َ ‫ﺐ‬
ِِ
ٌ ‫اﻟﻠﱠﻪ َو َﺣ ﱠﻖ َﻣ َﻮاﻟﻴﻪ ﻗَ َﺎل َﻛ ْﻌ‬
ِ
‫ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻣ ْﻦ ﻳـُ َﺆﱠﻣ ُﺮ ﺑَـ ْﻌ َﺪ َﻛ َﻘ َﺎل‬َ ‫ﻴﻞ ﻳَﺎ َر ُﺳ‬ ِ
َ ‫َﻋْﻨﻪُ ﻗَ َﺎل ﻗ‬ ‫ﺎب َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َوَﻻ َﻋﻠَﻰ ُﻣ ْﺆِﻣ ٍﻦ ُﻣ ْﺰِﻫ ٍﺪ‬ ِ
َ ‫َﻻ ﺣ َﺴ‬
‫وﻩ أ َِﻣﻴﻨًﺎ‬ ِ ِ
ُ ‫إِ ْن ﺗُـ َﺆﱢﻣ ُﺮوا أَﺑَﺎﺑَ ْﻜ ٍﺮ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪُ َﲡ ُﺪ‬ (Ahmad - 8708) : Telah menceritakan
‫اﻏﺒًﺎ ِﰲ ْاﻵ ِﺧَﺮةِ َوإِ ْن ﺗُـ َﺆﱢﻣ ُﺮوا ُﻋ َﻤَﺮ‬ ِ ‫ز ِاﻫ ًﺪا ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴﺎ ر‬ kepada kami Aswad bin 'Amir telah
َ َ َ menceritakan kepada kami Israil dari
‫ﺎف ِﰲ اﻟﻠﱠ ِﻪ‬ ُ َ‫وﻩ ﻗَ ِﻮﻳﺎ أ َِﻣﻴﻨًﺎ َﻻ َﳜ‬ ِ
ُ ‫َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪُ َﲡ ُﺪ‬
ِ Al-A'masy dari Abi Salih dari Abi
Hurairah berkata; Rasulullah saw
‫ﻟَْﻮَﻣﺔَ َﻻﺋِ ٍﻢ َوإِ ْن ﺗُـ َﺆﱢﻣ ُﺮوا َﻋﻠِﻴﺎ َر ِﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪُ َو َﻻ‬ bersabda: "Betapa bagusnya seorang
budak yang dapat melaksanakan hak
‫ﲔ َِﲡ ُﺪوﻩُ َﻫ ِﺎدﻳًﺎ َﻣ ْﻬ ِﺪﻳﺎ ﻳَﺄْ ُﺧ ُﺬﺑِ ُﻜ ْﻢ‬ ِِ
َ ‫أ َُرا ُﻛ ْﻢ ﻓَﺎﻋﻠ‬
Allah dan hak tuan-tuannya." Ka'ab
berkata; "Betul apa yang dikatakan
ِ
‫ﻴﻢ‬ َ ‫اﻟﻄﱠ ِﺮ‬
َ ‫ﻳﻖ اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘ‬
oleh Allah dan Rasul-Nya, tidak ada
hisab baginya dan juga bagi seorang
(Ahmad-817): Telah menceritakan mukmin yang zuhud (isim fail-orang
kepada kami Aswad bin 'Amir telah menjauhkan diri dari kesenangan
menceritakan kepadaku Abd al- duniawi untuk beribadah)."
Hamid bin Abi Ja'far yaitu Al-Farra’
dari Israil dari Abi Ishaq dari Zaid
Hadis Ketiga:
bin Yusai' dari Ali r.a., dia berkata;
Rasulullah saw ditanya; "Wahai
Rasulullah, siapa orang yang
‫َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ِﻫ َﺸ ُﺎم ﺑْ ُﻦ َﻋ ﱠﻤﺎ ٍر َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ َﻋ ْﻤ ُﺮو ﺑْ ُﻦ َواﻗِ ٍﺪ‬
ditunjuk sebagai pemimpin ‫ﺲ َﻋ ْﻦ‬ ٍ َ‫اﻟْ ُﻘَﺮِﺷ ﱡﻲ َﺣ ﱠﺪﺛـَﻨَﺎ ﻳُﻮﻧُﺲ ﺑْ ُﻦ َﻣْﻴ َﺴَﺮَة ﺑْ ِﻦ َﺣْﻠﺒ‬
setelahmu?" Beliau menjawab; "Jika ُ
‫ي ﻗَ َﺎل‬ ِ
‫اﳋَْﻮَﻻِﱐﱢ َﻋ ْﻦ أَِﰊ ذَ ﱟر اﻟْﻐ َﻔﺎ ِر ﱢ‬ ْ ‫ﻳﺲ‬ ِِ ِ
َ ‫أَﰊ إ ْدر‬
kalian mengangkat Abu Bakar r.a.,
maka kalian mendapati dia adalah
orang yang terpercaya, zuhud(isim
Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 228 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

‫ﺲ اﻟﱠﺰَﻫ َﺎدةُ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ‬ َ ‫ﻟَْﻴ‬ ‫ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬


ُ ‫ﻗَ َﺎل َر ُﺳ‬ I‘tibār

‫ﺎﻋ ِﺔ اﻟْ َﻤ ِﺎل َوﻟَ ِﻜ ْﻦ‬ َ ِ‫اﳊَ َﻼ ِل َوَﻻ ِﰲ إ‬


Menurut istilah ilmu hadis, i’tibar
َ‫ﺿ‬ ْ ‫ﺑِﺘَ ْﺤ ِﺮِﱘ‬ berarti menyertakan sanad-sanad yang lain
‫ﻚ أ َْوﺛَ َﻖ‬َ ْ‫اﻟﱠﺰَﻫ َﺎدةُ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ أَ ْن َﻻ ﺗَ ُﻜﻮ َن ِﲟَﺎ ِﰲ ﻳَ َﺪﻳ‬ untuk suatu hadistertentu, yang hadisitu

‫ﺼﻴﺒَ ِﺔ‬ ِ ‫اب اﻟْﻤ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫ِﻣْﻨ‬


ُ ‫ﻚ ﲟَﺎ ﰲ ﻳَﺪ اﻟﻠﱠﻪ َوأَ ْن ﺗَ ُﻜﻮ َن ﰲ ﺛَـ َﻮ‬
pada bagian sanadnya tampak hanya

ِ ِ ‫ُﺻﺒﺖ ِ ﺎ أَر َﻏﺐ ِﻣْﻨ‬


َ َ ْ َ َ ْ ِ ‫إِ َذا أ‬
terdapat seorang perawi saja. Dengan
‫ﺖ‬ ْ َ‫ﻚ ﻓ َﻴﻬﺎ ﻟَْﻮ أَﻧـﱠ َﻬﺎ أُﺑْﻘﻴ‬ menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut
‫ﻮل‬ُ ‫اﳋَْﻮَﻻِﱐﱡ ﻳَـ ُﻘ‬ ْ ‫ﻳﺲ‬ ِ ‫ﻚ ﻗَ َﺎل ِﻫ َﺸ ٌﺎم َﻛﺎ َن أَﺑُﻮ إِ ْد‬
‫ر‬ َ َ‫ﻟ‬
َ akan dapat diketahui apakah ada periwayat
ِْ ‫ﻳﺚ َﻛ ِﻤﺜْ ِﻞ‬
‫اﻹﺑْ ِﺮﻳ ِﺰ‬ ِ ‫ﻳﺚ ِﰲ ْاﻷَﺣ ِﺎد‬ ِ ‫اﳊ ِﺪ‬ ِ
َ َْ ‫ﻣﺜْ ُﻞ َﻫ َﺬا‬
yang lain ataukah tidak ada untuk bagian

.‫ﺐ‬ِ ‫ِﰲ اﻟ ﱠﺬ َﻫ‬ sanad dari sanad hadis yang dimaksud.


Dengan demikian, akan terlihat seluruh
Telah menceritakan kepada kami
jalur sanad yang diteliti dengan jelas, dan
Hisyam bin 'Ammar telah
menceritakan kepada kami 'Amr bin juga nama-nama periwayatnya dan metode
Waqid al-Qurasyi telah menceritakan
yang digunakan oleh masing-masing
kepada kami Yunus bin Maisarah bin
Halbas dari Abu Idris Al Khaulani periwayat yang bersangkutan. 8
dari Abu Zar al-Gifari dia berkata,
Ada beberapa informasi dari hadis
"Rasulullah saw bersabda: "Tidak
dikatakan zuhud (memandang hina yang penulis kemukakan. Pada hadis
atau remeh) terhadap dunia
pertama terdapat nama Abu Ishaq
mengharamkan sesuatu yang halal
dan tidak menghambur-hamburkan (kuniyahnya), nama lengkapnya adalah
harta, tetapi zuhud (memandang hina
Amr bin ‘Abdullah. Pada hadis kedua
atau remeh) terhadap dunia adalah
apa yang kamu miliki tidak lebih terdapat nama Israil, nama lengkapnya
kamu sukai dari apa yang ada di
adalah Israil bin Yunus bin Abi Ishaq,
tangan Allah, dan hendaknya pahala
karena sabar terhadap Musibah yang kuniyahnya Abu Yusuf; terdapat pula nama
menimpamu lebih kamu sukai, dari
Abi Salih, nama lengkapnya adalah
(sekiranya) benda tersebut berada di
tanganmu." Hisyam berkata, "Abu Zakwan, kuniyahnya adalah Abu Salih;
Idris al-Khaulani berkata,
Abu Hurairah nama lengkapnya adalah Abd
"Permisalan ḥadīṡ ini dengan
beberapa ḥadīṡ lainnya ibarat emas al-Rahman bin Syakhr. Pada hadis ketiga
murni di dalam emas biasa."7
terdapat nama ‘Amr bin Waqid al-Qurasyi,
kuniyahnya adalah Abu Hafsh; Abi Idris al-
Haulaniy, nama lengkapnya adalah
A’izullah bin ‘Abdullah, kuniyahnya adalah
7
Abī ‘Abdillah Muhammad ibn Yazīd Al-
8
Qazwīnī, Sunan Ibn Mājah (Beirut Libanon: Dār al- M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian
Fikr, 1995). Hadis Nabi (Jakarta: PT. Bulan Binatang, 2007), 49.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 229 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

Abu Idris; Abi Zar al-Gifariy, nama penulis. Adapun hadis yang ketiga penulis
lengkapnya adalah Jundub bin Junadah, kemukakan sebagai contoh hadis yang
kuniyahnya adalah Abu Zar. memeliki relevansi dengan tema, namun
Penulis sengaja mengambil dua memiliki derajat yang tidak sahih karena
hadis yang mukharrij-nya Imam Ahmad bin terdapat beberapa perawi yang dinilai
Hanbal karena merupakan mukharij yang munkar al-ḥadīṡ.
paling banyak hadisnya dan memiliki
makna sesuai dengan yang dikehendaki

‫ﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ‬


ُ ‫َر ُﺳ‬

ِ ِ
ُ‫َﻋﻠ ﱟﻲ َرﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋْﻨﻪ‬

‫أَِﰊ َذ ﱟر اﻟْﻐِ َﻔﺎ ِر ﱢي‬ ‫أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة‬ ‫َزﻳْ ِﺪ ﺑْ ِﻦ ﻳـُﺜَـْﻴ ٍﻊ‬

‫اﳋَ ْﻮَﻻِ ﱢ‬
‫ﱐ‬ ْ ‫ﻳﺲ‬ ِِ ِ
َ ‫أَﰊ إ ْدر‬ ‫ﺻﺎﻟِ ٍﺢ‬
َ ‫أَِﰊ‬ َ ‫أَِﰊ إِ ْﺳ َﺤ‬
‫ﺎق‬

‫ﻴﻞ‬ِ ِ
ٍ َ‫ﻳُﻮﻧُﺲ ﺑْ ُﻦ َﻣْﻴ َﺴَﺮَة ﺑْ ِﻦ َﺣ ْﻠﺒ‬
‫ﺲ‬ ُ ِ ‫َﻋ َﻤ‬
‫ﺶ‬ ْ ‫ْاﻷ‬ َ ‫إ ْﺳَﺮاﺋ‬

‫َﻋ ْﻤ ُﺮو ﺑْ ُﻦ َواﻗِ ٍﺪ اﻟْ ُﻘَﺮِﺷ ﱡﻲ‬ ِ ِ ِ ‫اﳊ ِﻤ‬


‫ﻴﺪ ﺑْ ُﻦ أَِﰊ َﺟ ْﻌ َﻔ ٍﺮ ﻳَـ ْﻌ ِﲏ اﻟَْﻔﱠﺮ َاء‬ َْ ‫َﻋْﺒ ُﺪ‬
ُ‫إ ْﺳَﺮاﺋﻴﻞ‬

‫ِﻫ َﺸ ُﺎم ﺑْ ُﻦ َﻋ ﱠﻤﺎ ٍر‬ ‫َﺳ َﻮ ُد ﺑْ ُﻦ َﻋ ِﺎﻣ ٍﺮ‬


ْ‫أ‬

‫اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ‬ ‫اﲪﺪ ﺑﻦ ﺣﻨﺒﻞ‬

Skema
Perawi Hadis

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 230 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

1. Biografi Perawi Hadis Pertama Komentar ulama terhadap dirinya


a. Aswad bin ‘Amir diantaranya disampaikan oleh: Ibnu Hibban
Nama lengkapnya adalah Al-Aswad mengatakan bahwa dia disebutkan dalam
bin ‘Amir. Dia termasuk tabi’ al-tabi’in al-ṡiqah; Ibnu Hajar al-‘Asqalani
kalangan biasa. Kuniyahnya adalah Abu mengatakan ṡiqah.
‘Abd al-Rahman. Negeri semasa dia hidup d. Abu Ishaq
adalah Bagdad. Dia wafat pada tahun 208 Nama lengkapnya adalah Amr bin
H. ‘Abdullah. Dia termasuk kalangan tabi’in
Komentar ulama terhadap dirinya khususnya kalangan pertengahan.
diantaranya disampaikan oleh: Ibn al- Kuniyahnya adalah Abu Ishaq. Negeri
Madini mengatakan ṡiqah; Abu Hatim semasa dia hidup adalah di Kufah. Dia
mengatakan ṡiqah; Yahya bin Ma’in wafat pada tahun 128 H.
mengatakan lāba’sa bih; Ibnu Sa’d Komentar ulama terhadap dirinya
mengatakan sāliḥ al-ḥadīṡ; Ibnu Hibban diantaranya disampaikan oleh: Ahmad bin
mengatakan bahwa ia disebutkan dalam al- Hanbal mengatakan ṡiqah; Yahya bin
ṡiqah; Ibnu Hajar al-‘Asalani mengatakan Ma’in mengatakan ṡiqah; al-Zahabi
ṡiqah. mengatakan aḥad al-aḥlām.
b. ‘Abd al-Hamid bin Abi Ja’far e. Zaid bin Yusai’
Nama lengkapnya adalah Abd al- Nama lengkapnya adalah Zaid bin
Hamid bin Kaisan bin Abi Ja‘far. Dia Yasai’. Dia termasuk kalangan tabi’in
termasuk kalangan tabi’in (tidak jumpa kalangan tua.Negeri semasa hidupnya
sahabat), negeri semasa hidupnya adalah adalah Kufah.
Kufah. Komentar ulama terhadap dirinya
Komentar ulama terhadap dirinya disampaikan oleh: Al-‘Ajli mengatakan dia
khususnya disampaikan Al-Baihaqi, dia ṡiqah; Ibnu Sa’d mengatakan hadisnya
mengatakan bahwa iamajhūl. sedikit; Ibnu Hibban mengatakan bahwa dia
c. Isra’il disebutkan dalam ṡiqah.
Nama lengkapnya adalah Isra’il bin f. ‘Ali bin Abi Thalib
Yunus bin Abi Ishaq. Dia termasuk Nama lengkapnya adalah ‘Ali bin
kalangan tabi’ al-tabi’in khususnya Abi Thalib bin ‘Abd al-Mutalib bin Hasyim
kalangan tua.Kuniyahnya adalah Abu bin ‘Abd al-Manaf. Dia termasuk kalangan
Yusuf.Negeri semasa hidupnya adalah sahabat.Kuniyahnya adalah Ali al-
Kufah.Dia wafat pada tahun 160 H. Hasan.Negeri semasa hidupnya adalah di

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 231 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

Kufah.Dia wafat pada tahun 40 Nama lengkapnya adalah Sulaiman


H.Komentar ulama bahwa dia adalah bin Mihram. Dia termasuk kalangan tabi’in
seorang sahabat. kalangan biasa. Kuniyahya adalah Abu
2. Biografi Perawi Hadis Kedua Muhammad. Negeri semasa dia hidup
a. Aswad bin ‘Amir adalah Kufah. Dia wafat pada tahun 147 H.
Nama lengkapnya adalah Al-Aswad Komentar ulama terhadap dirinya
bin ‘Amir. Dia termasuk kalangan tabi’ al- diantaranya disampaikan oleh: Al-‘Ajli
tabi’in khususnya kalangan biasa. mengatakan dia ṡiqah ṡabat; Al-
Kuniyahnya adalah Abu ‘Abd al-Rahman. Nasa’imengatakan ṡiqah ṡabat; Yahya bin
Negeri semasa hidupnya berada di Ma’in mengatakan dia ṡiqah; Ibnu Hibban
Baghdad. Dia wafat pada tahun 208 H. mengatakan bahwa dia disebutkan dalam
Komentar ulama terhadap dirinya di ṡiqah; Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan
antaranya disampaikan oleh: Ibnu al-Madini dia ṡiqahdan ḥāfiẓ.
mengatakan ṡiqah; Abu Hatim mengatakan d. Abi Salih
dia ṡiqah: Yahya bin Ma‘in mengatakan lā Nama lengkapnya adalah Zakwan.
ba’sa bih; Ibnu Sa‘d mengatakan sāliḥ al- Dia termasuk kalangan tabi’in khususnya
ḥadīṡ; Ibnu Hibban mengatakan dia kalangan pertengahan. Kuniyahnya adalah
disebutkan dalam ṡiqah; Ibnu Hajar Abu Salih. Negeri semasa dia hidup berada
mengatakan dia ṡiqah. di daerah Madinah. Dia wafat pada tahun
b. Isra’il 101 H.
Nama lengkapnya adalah Isra’il bin Komentar ulama terhadap dirinya di
Yunus bin Abi Ishaq. Dia termasuk antaranya disampaikan oleh: Abu Zur’ah
kalangan tabi’ al-tabi’in khususnya mengatakan mustaqīm al-ḥadīṡ;
kalangan tua. Kuniyahnya adalah Abu Muhammad bin Sa’d mengatakan ṡiqah dan
Yusuf. Negeri semasa hidupnya berada di banyak ḥadīṡ-nya; Al-Saji mengatakan
Kufah. Dia wafat pada tahun 160 H. ṡiqah ṣadūq.
Komentar ulama terhadap dirinya e. Abu Hurairah
diantaranya disampaikan oleh: Ibnu Hibban Nama lengkapnya adalah Abd al-
mengatakan bahwa dia disebutkan dalam Rahman bin Syakhr. Dia termasuk kalangan
ṡiqah; Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan sahabat. Kuniyahnya adalah Abu Hurairah.
dia ṡiqah. Negeri semasa dia hidup adalah Madinah.
c. Sulaiman bin Mihran Dia wafat pada tahun 57 H.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 232 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

Komentar ulama, khususnya dia ḍa’īf al-ḥadīṡ; Al-Bukhari mengatakan


disampaikan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, dia termasuk munkar al-ḥadīṡ; Al-Tirmizi
dia mengatakan bahwa ia termasuk mengatakan dia munkar al-ḥadīṡ, Al-Nasa’i
golongan sahabat. mengatakan dia matrūk al-ḥadīṡ; Al-
Daruqutni mengatakan dia matrūk al-ḥadīṡ
3. Biografi Perawi Hadis Ketiga Ibnu Hajjar Al-‘Asqalani mengatakan dia
a. Hisyam bin ‘Ammar matrūk, Al-Zahabi mengatakan bahwa dia
Nama lengkapnya adalah Hisyam meninggalkannya.
bin 'Ammar bin Nusair bin Maisarah bin c. Yunus bin Maisarah bin Halbas
Aban. Dia termasuk kalangan tabi'in Nama lengkapnya adalah Yunus bin
khususnya pada kalangan biasa. Adapun Maisarah bin Halbas. Dia termasuk
kuniyahnya adalah Abu Al-Walid. Daerah kalangan tabi’in, khususnya kalangan
atau negeri semasa hidupnya adalah di pertengahan. Kuniyahnya adalah Abu
daerah Syam. Dia wafat pada tahun 245 H. ‘Ubaid. Adapun negeri semasa hidupnya di
Komentar beberapa ulama terhadap daerah Syam. Dia wafat pada tahun 132 H.
Hisyam bin ‘Ammar cukup banyak, Komentar ulama terhadap Yunus
diantaranya adalah: Yahya bin Ma’in bin Maisarah bin Halbas di antaranya
mengatakan ṡiqah; Al-‘Ajli mengatakan dia disampaikan oleh: Ibnu Sa’d mengatakan
ṡiqah; Abu Hatim mengatakan dia kaisun; dia ṡiqah; Al-‘Ajli mengatakan dia ṡiqah;
Al-Nasa’i mengatakan lā ba’sa bih; Ibnu Abu Daud mengatakan dia ṡiqah; Al-
Hibban menyatakan dia disebutkan dalam Daruqutni mengatakan dia ṡiqah; Ibnu
ṡiqah; Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan Hibban mengatakan bahwa dia disebutkan
ṣadūq; dan Al-Zahabi mengatakan dia dalam al-ṡiqah; Ibnu Hajar Al-‘Asqalani
adalah ḥāfiẓ. mengatakan dia ṡiqah dan ahli ibadah; Al-
b. ‘Amr bin Waqid al-Qurasyiy Zahabi mengatakan dia ṡiqah.
Nama lengkapnya adalah ‘Amr bin d. Abi Idris al-Haulaniy
Waqid. Dia termasuk kalangan tabi’in Nama lengkapnya adalah A’izullah
sehingga tidak menjumpai sahabat. bin ‘Abdullah. Dia termasuk kalangan
Kuniyahnya adalah Abu Hafsh. Daerah atau tabi’in khususnya kalangan tua.
negeri semasa hidupnya di wilayah Syam. Kuniyahnya adalah Abu Idris. Negeri atau
Komentar ulama terhadap ‘Amr bin daerah semasa hidupnya di Syam. Dia
Waqid al-Quraisyiy di antaranya wafat pada tahun 80 H.
disampaikan oleh: Abu Hatim mengatakan

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 233 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

Komentar ulama terhadap Abi Idris mengatakan bahwa dia meninggalkannya.


al-Haulaniy di antaranya disampaikan oleh: Tentunya hal ini mempengaruhi terhadap
Abu Hatim mengatakan dia ṡiqah; Ibnu kualitas ḥadīṡ tersebut.
Sa’d mengatakan dia ṡiqah; Al-‘Ajli Di sisi lain, adanya indikasi kuat
mengatakan dia ṡiqah; Ibnu Hibban perjumpaan para perawi tersebut dengan
menyatakan dia ṡiqah; Al-Zahabi melihat tahun wafat mereka yang
mengatakan bahwa dia adalah seorang diperkirakan adanya pertemuan atau
tokoh. bersamaan. Dalam hal ini kecuali hadis
e. Abi Zar al-Gifariy nomor 3, bisa kita lihat tahun wafat antara
Nama lengkapnya adalah Jundub Hisyam bin ‘Ammar (245 H) dengan Yunus
bin Junadah. Dia termasuk kalangan bin Maisarah bin Halbas (132 H) terpaut
sahabat. Kuniyahnya adalah Abu Zar. cukup jauh.
Negeri semasa hidup berada di Madinah.
Dia wafat pada tahun 32 H. Adapun Kritik Matn Ḥadīṡ
komentar ulama terhadapnya bahwa dia Hadis-hadis di atas berbicara
adalah sahabat. tentang zuhud dalam pengertian
Berdasarkan informasi dari biografi menjauhkan diri dari kesenangan duniawi
perawi dan penilaian ulama terhadap perawi untuk beribadah. Di mana pengertian zuhud
tersebut, maka hadis pertama dan kedua tersebut sesuai dengan yang disebutkan
bisa kita kategorikan sebagai hadis sahih dalam Alquran Surat Ibrahim/14: 3:
dengan alasan bahwa berdasarkan komentar (Yaitu) orang-orang yang lebih
para ulama terhadap para perawi adalah menyukai kehidupan dunia dari pada
kehidupan akhirat, dan menghalang-
ṡiqah, kecuali terdapat pada hadis nomor 3 halangi (manusia) dari jalan Allah
tepatnya pada perawi ‘Amr bin Waqid al- dan menginginkan agar jalan Allah
itu bengkok. Mereka itu berada dalam
Qurasyiy dengan komentar ulama yang di kesesatan yang jauh.9 (Q.S.
antaranya disampaikan oleh: Abu Hatim Ibrahim/14: 3).
mengatakan dia ḍa’īf al-ḥadīṡ; Al-Bukhari Melihat dari tinjauan matan hadis
mengatakan dia termasuk munkar al-ḥadīṡ; yang didukung oleh ayat Alquran tersebut,
Al-Tirmizi mengatakan dia munkar al- ini menunjukkan bahwa Islam benar-benar
ḥadīṡ, Al-Nasa’i mengatakan dia matrūk al- menyeru umat Islam untuk lebih mencintai
ḥadīṡ; Al-Daruqutni mengatakan dia kehidupan akhirat daripada kehidupan
matrūk al-ḥadīṡ Ibnu Hajjar Al-‘Asqalani 9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
mengatakan dia matrūk, Al-Zahabi Terjemahnya (Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), 255.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 234 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

dunianya. Dengan demikian hadis ini bisa Katakanlah: "Siapakah yang


mengharamkan perhiasan dari Allah
diterima karena tidak bertentangan dengan
yang Telah dikeluarkan-Nya untuk
Alquran. hamba-hamba-Nya dan (siapa
pulakah yang mengharamkan) rezki
yang baik?" Katakanlah: "Semuanya
Syarah Ḥadīṡ itu (disediakan) bagi orang-orang
yang beriman dalam kehidupan
1. Esensi zuhud
dunia, khusus (untuk mereka saja) di
Cinta yang berlebihan pada dunia hari kiamat." Demikianlah kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-
dinisbatkan oleh Alquran pada sifat orang
orang yang Mengetahui.10
kafir yang ingkar kepada Tuhan, dalam Sehingga konsep zuhud dengan
Surat Ibrahim/14: 3. pengertian harus terputus dari segala hal-hal
Kemudian benarkah konsep zuhud keduniawian semata, jelas bertentangan
yang diajarkan oleh para sufi itu adalah
dengan konsep Alquran itu sendiri
zuhud adalah identik dengan kemiskinan, walaupun disana ada beberapa ayat lain
kebodohan, keterbelakangan dan yang yang menerangkan kadar bahaya dari dunia
berujung pada suatu keyakinan bahwa tatkala tidak disikapi dengan perasaan
dunia itu adalah musuh bagi manusia, sekedar sebagai ajang mediator untuk
menghalangi manusia dari Tuhannya mencari bekal pada kehidupan abadi di
sehingga harus ditinggalkan demi mencapai akhirat nanti.
kepuasan batin serta bisa mendekatkan diri Al-Imam Gazali menerangkan di
pada-Nya. Logika awam yang normal dan dalam Ihya’ bahwa hakekat zuhud bukanlah
sehat tentu akan menjawab "tidak". meninggalkan harta benda dan
Bukankah Allah swt. sewaktu pertama kali mengorbankannya pada jalur sosial untuk
menciptakan manusia adalah ditujukan menarik perhatian manusia, itu menurut
untuk menjadi khalifah pengatur didunia beliau hakikatnya hanyalah sebagian dari
ini. Dan untuk menjadi seorang khalifah perhiasan adat, namun sama sekali tidak
yang dapat mengatur dunia seisinya ini ada hubungannya dengan nilai ibadah,
dengan baik tentu diperlukan teori-teori dari karena hal ini biasanya dimulai dengan niat
berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan mengharapkan ganti yang lebih atau karena
diperlukan langkah kongrit untuk tendensi ingin dikenal dalam suatu
mengaplikasikannya. Bukankah Alquran komunitas sosial, juga karena ingin pujian
sendiri dalam surat al- A‘raf ayat 32 dengan supaya dikenal sebagai seorang darmawan
tegas mengatakan:
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, 154.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 235 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

dan sebagainya. Namun orang yang zuhud rasul-Nya. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang
itu adalah orang yang mempunyai harta
dikehendaki-Nya. dan Allah
benda akan tetapi dia menyikapinya dengan mempunyai karunia yang besar.
Tiada suatu bencanapun yang
lapang dada walaupun dia mampu untuk
menimpa di bumi dan (Tidak pula)
menikmati hartanya itu tanpa suatu pada dirimu sendiri melainkan Telah
tertulis dalam Kitab (Lauhul
kekurangan apapun, namun dia lebih
Mahfuzh) sebelum kami
memilih bersikap waspada, hatinya tidak menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi
ikut condong ke harta, hatinya tidak terlalu
Allah. (Kami jelaskan yang demikian
terikat dengan harta, karena dia khawatir itu) supaya kamu jangan berduka cita
terhadap apa yang luput dari kamu,
sikap condongnya itu akan membawanya
dan supaya kamu jangan terlalu
cinta kepada selain Allah swt., dan gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. dan Allah
mencintai selain dari Allah swt. berarti dia
tidak menyukai setiap orang yang
telah membuat sekutu dalam cintanya itu. sombong lagi membanggakan diri.11
(Q.S. Al-Hadid/57: 20-23).
Memang terdapat ayat yang
Ayat di atas tidak menyebutkan kata
memberikan peringatan kepada kita tentang
zuhud, tetapi mengungkapkan tentang
seharusnya bagaimana sikap kita terhadap
makna dan hakikat zuhud. Ayat ini
dunia. Sebagaimana firman Allah suratal-
menerangkan tentang hakikat dunia yang
Hadid/57: 20-23:
sementara dan hakikat akhirat yang kekal.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
Kemudian menganjurkan orang-orang
kehidupan dunia Ini hanyalah
permainan dan suatu yang beriman untuk berlomba meraih ampunan
melalaikan, perhiasan dan bermegah-
dari Allah dan surga-Nya di akhirat.
megah antara kamu serta berbangga-
banggaan tentang banyaknya harta Selanjutnya Allah menyebutkan tentang
dan anak, seperti hujan yang tanam-
musibah yang menimpa manusia adalah
tanamannya mengagumkan para
petani; Kemudian tanaman itu ketetapan Allah dan bagaimana orang-orang
menjadi kering dan kamu lihat
beriman harus menyikapi musibah tersebut.
warnanya kuning Kemudian menjadi
hancur. dan di akhirat (nanti) ada Sikap yang benar adalah agar tidak mudah
azab yang keras dan ampunan dari
berduka terhadap musibah dan apa saja
Allah serta keridhaan-Nya. dan
kehidupan dunia Ini tidak lain yang luput dari jangkauan tangan. Selain
hanyalah kesenangan yang menipu.
itu, orang yang beriman juga tidak terlalu
Berlomba-lombalah kamu kepada
(mendapatkan) ampunan dari gembira sehingga hilang kesadaran
Tuhanmu dan syurga yang luasnya
terhadap apa yang didapatkan. Begitulah
seluas langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul- 11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an, 154.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 236 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

metodologi Alquran ketika berbicara sesuatu selain Allah karena terlalu


tentang nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mencintai-Nya.
mengarahkan manusia untuk bersikap Dari keterangan di atas dapat
zuhud. Dari ayat itu juga, kita mendapat dipahami bahwa seakan-akan harta benda
pelajaran bahwa akhlak zuhud tidak adalah sesuatu yang harus dihindari karena
mungkin diraih kecuali dengan mengetahui dianggap dapat memalingkan hati, dari
hakikat dunia yang bersifat sementara, mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu
cepat berubah, rendah, hina dan bahayanya Allah, padahal zuhud bukan berarti semata-
ketika manusia mencintanya. mata tidak mau memiliki harta benda dan
tidak suka mengenyam nikmat duniawi,
2. Tingkatan zuhud tetapi sebenarnya adalah kondisi mental
Menurut Abu Nasr As Sarraj At yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan
Tusi ada 3 tingkatan zuhud. Pertama, kesenangan duniawi dalam mengabdikan
tingkat Mubtadi’ (tingkat pemula) yaitu diri kepada Allah.
orang yang tidak memiliki sesuatu dan Para ulama memperjelas makna dan
hatinya pun tidak ingin memilikinya; hakikat zuhud. Secara syar’i, zuhud
kedua, tingkat Mutaḥaqqiq yaitu orang bermakna mengambil sesuatu yang halal
yang bersikap tidak mau mengambil hanya sebatas keperluan. Abu Idris Al-
keuntungan pribadi dari harta benda Khaulani berkata, ”Zuhud terhadap dunia
duniawi karena ia tahu dunia ini tidak bukanlah mengharamkan yang halal dan
mendatangkan keuntungan baginya; ketiga, membuang semua harta. Akan tetapi zuhud
tingkat ‘Ālim Muyaqqin yaitu orang yang terhadap dunia adalah lebih menyakini apa
tidak lagi memandang dunia ini mempunyai yang ada di sisi Allah ketimbang apa yang
nilai, karena dunia hanya melalaikan orang ada di tangan kita.
dari mengingat Allah.
AI-Gazali membagi zuhud juga Kesimpulan
dalam tiga tingkatan yaitu: pertama, zuhud Bahwa term zuhud dalam
meninggalkan sesuatu karena pengertian menjauhkan diri dari kesenangan
menginginkan sesuatu yang lebih baik dari duniawi untuk beribadah kepada Allah
padanya; kedua, meninggalkan keduniaan terdapat dalam beberapa hadis Rasulullah
karena mengharap sesuatu yang bersifat dan juga terdapat dalam Alquran.
keakhiratan; ketiga meninggalkan segala Zuhud dengan pengertian harus
terputus dari segala hal-hal keduniawian

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 237 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H
ZUHUD TAPI KAYA DALAM PERSPEKTIF HADIS Eko Siswanto

semata, jelas bertentangan dengan konsep walaupun dia mampu untuk menikmati
Alquran itu sendiri walaupun di sana ada hartanya itu tanpa suatu kekurangan
beberapa ayat lain yang menerangkan kadar apapun, namun dia lebih memilih bersikap
bahaya dari dunia tatkala tidak disikapi waspada, hatinya tidak ikut condong ke
dengan perasaan sekedar sebagai ajang harta, hatinya tidak terlalu terikat dengan
mediator untuk mencari bekal pada harta, karena dia khawatir sikap
kehidupan abadi di akhirat nanti. Namun condongnya itu akan membawanya cinta
orang yang zuhud diperbolehkan kepada selain Allah swt., dan mencintai
mempunyai harta benda akan tetapi dia selain dari Allah swt berarti dia telah
menyikapinya dengan lapang dada membuat sekutu dalam cintanya itu.

Daftar Pustaka

Al-Dārimī, Abī ‘Abdillah ibn Bahrāmī. Sunan al-Dārimī. Beirut: Dār al-Fikr, t.th.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya.Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009.
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian HadisNabi. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
_______. Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: PT. Bulan Binatang, 2007.
Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2010.
Makluf, Louis. Al-Munjid fī al-Lugah wa al A‘lām. Beirut-Lebanon: Dār al Masyriq, 1994.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir.Surabaya: Pustaka progresif, 1997.
al-Qazwīnī, Abī ‘Abdillah Muhammad ibn Yazīd. Sunan Ibn Mājah. Beirut Libanon: Dār al-
Fikr, 1995.
Wensink, A. J. Al-Mu‘jam al-Mufahras li al-Alfāẓ al-Hadīṡ al-Nabawī. Leiden: E. J. Brill,
1943.

Al-Bukhārī: Jurnal Ilmu Hadis 238 Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2018 M/1440 H

Anda mungkin juga menyukai