Anda di halaman 1dari 6

BABAK SATU

- Di-skip 3 halaman (sebelumnya Pemeran no.2)

(LELAKI ) meminum jamu

(JAMU BIASA) memasang wajah cemberut

LELAKI : Kenapa toh mbak, kan jamu mbak tetap akan saya minum, jangan langsung
cemberut begitu

*pemeran nomor 1

JAMU BIASA : eehh.. saya tidak apa apa Mas.. saya hanya merasa tidak enak kepada Tuhan,
tumbuhan elok ciptaannya harus diracik seperti itu..

JAMU LAIN : yah.. saya pun sebenarnya tidak enak mbak.. karena Tuhan harus iri kepada
saya.. tumbuhannya yang belum sempurna, menjadi lebih baik ketika berada di tangan saya..

JAMU BIASA : apa iya mbak?

JAMU LAIN : menurut saya sih begitu.. tanya saja Mas

LELAKI : eeeh.. mungkin iya.. tumbuhan ciptaannya itu masih terbilang cukup bobrok, ada
yang rasanya enak.. dan ada juga yang rasanya busuk.. mengapa ia tidak menciptakan yang
enak-enak saja.. itu berarti sebenarnya kemampuannya masih terbatas..

JAMU BIASA : tetapi apakah Jamu buatan mbak itu sudah bisa menyaingi buatan Tuhan?

LELAKI : yang jelas Jamu ini lezat rasanya.. kalau Jamu buatan Tuhan... saya tidak tahu..
saya juga tidak pernah melihatnya..

JAMU BIASA : ya jelas Mas..

JAMU LAIN : kalau begitu bisa dibilang jamu saya masih lebih unggul ya..

JAMU BIASA : tanyakan saja Tuhan, eehh.. tetapi.. yang bisa menanyakannya hanya orang
beriman saja

JAMU LAIN : saya merasa tersanjung mbak..

JAMU BIASA : oh mbak sudah menanyakannya?

(JAMU LAIN) tersenyum


JAMU BIASA : wah.. mbak rupanya cukup dekat ya dengan Tuhan.. bahkan.. mungkin..
Tuhan ingin cepat-cepat bertemu mbak.. tidak mungkin kan kalau mbak hanya menebak-
nebak saja?, kalau hanya menebak sih.. saya juga termasuk kategori mengungguli Tuhan..

JAMU LAIN : oh jadi jamu mbak pun enak? Saya baru tahu kalau itu termasuk enak..
menurut Mas sendiri bagaimana?

LELAKI : ini dapat saya lihat dan saya minum

(JAMU LAIN) menahan tawa

JAMU LAIN : oh iya mbak sudah mengungguli Tuhan.. karena Tuhan saja tidak terlihat..
berbeda dengan jamu mbak yang bisa dilihat..

(JAMU BIASA) mencoba menahan amarahnya

JAMU BIASA : yah.. setidaknya.. saya tidak memakai cara curang untuk membuat jamu
saya terasa nikmat

JAMU LAIN : maksud mbak?

JAMU BIASA : sekarang ini.. banyak orang menggunakan cara keji demi mengais sedikit
rezeki.. guna-guna contohnya..

JAMU LAIN : seram sekali ya mbak.. tetapi.. saya mengerti kalau sebenarnya orang tersebut
terdesak menggunakan guna-guna.. misalnya saja pelanggan yang sudah dirayunya tidak
luluh juga.. jadi ia menyekutukan Tuhan.. padahal.. Tuhan tidak membantunya karena ia
sedari awal memang memakai cara keji.. ia menjadi perek terlebih dahulu.. ngomong-
ngomong.. mbak tahu bagaimana bentuk guna-guna? Jangan-jangan..

(JAMU BIASA) mencoba tersenyum karir

JAMU BIASA : jangan-jangan saya dukun kali mbak

JAMU LAIN : ahahahaha.. mbak bisa saja.. mbak ini lucu ya Mas.. ia bisa merayu dan
bergurau dengan lihai.. mungkin.. Tuhan pun sudah beberapa kali dirayunya..

LELAKI : eee..yaa.. berbicara tentang Tuhan.. ia cukup gigih.. tetapi.. saya lebih menyukai
fakta daripada yang hanya sekadar omong belaka.. jadi.. untuk rayuan.. saya merasa, Tuhan
bukan lawan yang tepat.. karena ia tidak ada

*pemeran nomor 7
JAMU BIASA : jadi bagaimana Mas?? tentang pekerjaan Mas itu..

JAMU LAIN : iya mas.. memang apa yang dipusingkan?? toh mas sudah bekerja di kota

LELAKI : belakangan ini saya memikirkan pekerjaan saya... sepertinya kedudukan saya di
kantor masih jauh dari kata cukup... kehidupan sehari-hari saya tidak dapat terpenuhi jika
saya tidak naik jabatan, Satu-satunya cara agar jabatan saya naik adalah dengan mengusulkan
inovasi baru.
JAMU BIASA : apakah ada yang terlintas di benak Mas?

LELAKI : saya sudah malas memikirkannya mbak.. pening kepala saya.. padahal saya rasa
saya sudah cukup bekerja demi perusahaan itu

JAMU LAIN : saya mengerti Mas.. dunia memang tidak adil.. mengapa kita tidak diberi
kemudahan atas segalanya.. enak kan?? bisa bersantai selamanya..

JAMU BIASA : sudah Mas tidak usah dipikirkan.. nanti juga naik jabatan dengan
sendirinya.. tidak mungkin perusahaan setega itu tidak menaikkan jabatan pegawai yang setia
bertahun-tahun dengannya

JAMU LAIN : betul mas.. dunia ini memang tempatnya santai-santai.. tidak usah
dipusingkan seperti itu..

LELAKI : kalian ini memang wanita cerdas ya, saya merasa tersanjung berada di antara para
wanita cerdas ini.. mereka yang bekerja sangat keras itu cukup bodoh bukan?? Untuk apa
bekerja terlalu gigih jika rezeki bisa datang dengan sendirinya..

JAMU BIASA : itu benar Mas.. jangan bersusah payah mengotori tangan kita untuk
menyeka keringat peluh kerja keras.. orang-orang yang bekerja keras itu bodoh.. tidak
mengerti apa yang mereka lakukan.. hanya bekerja, bekerja dan bekerja.. berbeda dengan
orang cerdas seperti kita

JAMU LAIN : yaa.. dan itu artinya bos Mas yang bodoh

LELAKI : ahahaha kalian memang benar

(JAMU LAIN) percaya diri

JAMU LAIN : ee..hhhh... tentu saja mas

*pemeran nomor 5

LELAKI : kalian sendiri bagaimana?, dengan Jamu yang kalian jual setiap harinya
JAMU LAIN : saya tentunya menyukai pekerjaan saya ini.. dan sepertinya pekerjaan saya
pun mencintai saya

(JAMU LAIN) memotong

JAMU BIASA : saya bersyukur dengan segala yang saya dapatkan.. pekerjaan, rumah, paras
yang rupawan.. setiap hari saya melenggang hanya untuk sekadar berjualan jamu.. tetapi
alangkah harunya.. melihat para pembeli yang berbondong-bondong membeli jamu buatan
saya..

LELAKI : wahh.. wanita yang hebat.. saya seperti sedang bercermin

JAMU LAIN : ee..hhh.. bercermin? Mas sebenarnya wanita? Mas kan pria bukan wanita,
mengapa cerminan mas mbak jamu yang seperti itu?

LELAKI : Maksud saya sama-sama bersyukur dengan pekerjaan sendiri, kalian tahu sendiri
kan bekerja di kota seperti apa.... kalau saya pulang ke desa saya langsung jadi orang paling
sukses di desa karena penghasilan mas paling tinggi

JAMU BIASA : Apakah mas juga yang paling sukses di kotaa??

LELAKI : Lihatlah pakaian saya jika pulang dari kota, memakai sepatu merek Adinda, baju
Rapi Laura, tidak lupa jam tangan Adimas Piget kebanggaan saya. Berbeda jauh dengan
orang yang bekerja di desa seperti kalian kan

JAMU BIASA : Wah kedengarannya itu merek yang harganya mahal, baju saya yang paling
mahal seharga Rp150.000 dari Kosasih Collection, tapi tak apa-apa lah pakaian saya murah
begini, yang penting jamu jualan saya enak. Percuma berpenampilan rapi tetapi jamu
buatannya seperti air comberan.

JAMU LAIN : Mendengar percakapan kalian saya jadi teringat dahulu jamu saya dibeli oleh
pejabat dari kota.. kalau tidak salah... namanya.. Jajang Kamil, saya masih ingat betul beliau
bilang jamu buatan saya adalah jamu paling enak yang pernah beliau minum, kalau sudah
dipuji begini oleh orang luar sepertinya jamu saya akan laku keras jika dijual di daerah lain

JAMU BIASA : Dipuji oleh satu orang dari kota tak sebanding dengan dipuji satu desa,
jangan dulu berbangga diri, sok-sok an ingin jualan di daerah lain, kalau jualan di daerah
sendiri masih tidak laku percuma saja, yang ada dagangan mbak jadi makin tidak laku
JAMU LAIN : Loh sotoy kali mbak, bisa saja di daerah lain jamu saya laku karena rasa jamu
saya lebih enak dari jamu mbak, jamu mbak memang cocok untuk daerah seperti ini, jamu
saya itu hanya cocok untuk lidah orang kaya yang tinggal di kota

JAMU BIASA : Apalah mbak ini, wong jamu saya sudah lebih dulu ada, sebelum mbak
jualan jamu saya sudah jualan lebih dulu, jadi rasa jamu saya sudah melekat dengan lidah
warga desa, itulah sebabnya jamu saya lebih laku dari jamu mbak

JAMU LAIN : Jamu mbak lebih laku karena mbak berjualan dari pagi hari, saya jualan dari
matahari terbenam

JAMU BIASA : Pantas saja tidak laku, salah mbak sendiri jualan malam hari, kalau mau
dapat penghasilan yang banyak di malam hari.... mbak ambil kursi plastik dari rumah lalu
duduk di tepi jalan, kalau tidak mau repot-repot ambil kursi, berdiri saja, tunggu sampai ada
pria yang memberi tawaran

LELAKI : Bekerja di malam hari... hal itu lazim di kota, setiap waktu di kota ada saja yang
bekerja, berbeda dengan di desa, saat malam, di desa sudah sepi, di kota masih ramai, kalau
mbak memang suka bekerja saat malam hari ikut saja dengan saya ke kota

(JAMU LAIN) semringah

JAMU LAIN : Apakah ada yang berjualan jamu malam-malam di kota mas? Kalau memang
ada saya ingin ikut juga dengan mas, mungkin saya akan berjualan depan kantor mas, nanti
ajak rekan kantor mas untuk beli jamu saya

LELAKI : Sebenarnya masih banyak pekerjaan di kota yang memiliki kesan lebih elite dari
jualan jamu... tetapi jika keinginan mbak memang berjualan jamu saya tidak keberatan

JAMU LAIN : Kapan mas ajak saya ke kota? Malam ini? Lusa?

LELAKI : Kalau malam ini mbak sudah siap, saya akan ajak mbak ke kota

*Pemeran nomor 4

JAMU BIASA : Mas yakin akan membawanya ke kota? Apakah tidak akan jadi beban untuk
mas? Mas tahu kan bagaimana jika membawa orang awam ke daerah yang belum pernah
mereka datangi sebelumnya
LELAKI : Saya yakin untuk membawanya, sama sekali tidak merasa terbebani karena dulu
mas juga orang awam.. malah seharusnya kita yang di desa ini bisa lebih sukses dari mereka
yang di kota.. yang gajinya berjuta juta perbulan padahal kerjanya begitu-begitu saja

JAMU BIASA : Tapi masss... orang yang akan mas bawa itu plonga-plongo, mengapa mas
tidak mengajak saya saja, lihat, wajah saya lebih meyakinkan darinya

JAMU LAIN : Saya tidak planga-plongo, mungkin mbak sedang membicarakan diri sendiri

LELAKI : Mbak kan sudah sukses di desa, kalau saya ajak mbak ke kota untuk apaa

JAMU BIASA : Sukses dari mana? Saya saja masih bekerja di desa, kalau saya sudah
bekerja di kota mas baru boleh bilang saya sukses

JAMU LAIN : Sudah mas jangan didengarkan, mungkin saja jiwa iri dengkinya sedang
meronta-ronta

JAMU BIASA : Iri dengki? mentang-mentang akan pergi ke kota berbicara jadi seenaknya,
padahal masih orang desa tapi sudah bersikap tinggi begitu

JAMU LAIN : Bersikap tinggi?!? Sikap saya tidak tinggi, saya hanya bicara apa yang mbak
rasakan, mengapa malah merasa tersinggung dengan yang saya katakan

Anda mungkin juga menyukai