Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TINJAUAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DALAM HADIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Hadis Ekonomi”

Dosen Pengampu :

Mohammad Ridwan, M.E.

Disusun oleh :

Ma'sum Hidayatullah (401220139)


masumhidayatullah@gmail.com +62 853-3544-1011

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

TAHUN 2024
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Tujuan............................................................................................................2
C. Manfaat..........................................................................................................2

BAB II HADIS TENTANG FAKTOR – FAKTOR PRODUKSI ............................3

A. Hadis Riwayat Muslim..................................................................................3


B. Hadis Riwayat Ibnu Majah............................................................................3
C. Hadis Riwayat Bukhari .................................................................................3

BAB III ANALISIS ..................................................................................................4

A. Hadis Riwayat Muslim..................................................................................4


B. Hadis Riwayat Ibnu Majah............................................................................5
C. Hadis Riwayat Bukhari .................................................................................6

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................8

A. Kesimpulan....................................................................................................8
B. Saran ..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................10


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang berlimpah. Dari hutan
hujan tropis yang luas, lautan yang kaya akan sumber daya kelautan, hingga
mineral dan bahan tambang yang melimpah. Potensi sumber daya alam ini
bagaikan berlian yang menanti untuk diasah. Namun, di balik gemerlap
kekayaan alam ini, terdapat realita pahit yang tak terhindarkan. Ketimpangan,
eksploitasi berlebihan, dan kerusakan lingkungan menjadi bayang-bayang
yang menghantui. Ketimpangan dalam distribusi manfaat sumber daya alam
menjadi jurang yang memisahkan. Segelintir orang menikmati keuntungan
besar, sementara mayoritas masyarakat hanya merasakan remah-remahnya.
Eksploitasi berlebihan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan menjadi
bom waktu yang siap meledak. Hutan ditebangi, lautan dikeruk, dan mineral
ditambang tanpa henti, meninggalkan jejak kerusakan yang tak terobati.
Kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam membawa dampak
yang tak terkira. Banjir, longsor, dan pencemaran lingkungan menjadi
konsekuensi yang harus ditanggung masyarakat 1.

Dilema pun muncul. Di satu sisi, sumber daya alam menjadi sumber
kehidupan dan penopang ekonomi. Di sisi lain, eksploitasi berlebihan dapat
membawa dampak buruk bagi lingkungan dan sosial. Pemanfaatan sumber
daya alam yang berkelanjutan menjadi kunci utama. Keseimbangan antara
kebutuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan haruslah dijaga. Pemerintah
perlu mengambil peran yang lebih tegas dalam mengatur dan mengawasi
pemanfaatan sumber daya alam. Penegakan hukum dan kebijakan yang
berpihak pada rakyat dan lingkungan haruslah menjadi prioritas. Masyarakat
pun perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam.
Partisipasi aktif dalam menjaga dan mengelola sumber daya alam adalah

1
Muhammad Turmudi, “Produksi dalam Perspektif Islam,” Islamadina: Jurnal
Pemikiran Islam 18, no. 1 (2017): 37–56.
2

tanggung jawab bersama. Hanya dengan sinergi dan komitmen dari semua
pihak, kekayaan alam Indonesia dapat menjadi berkah, bukan kutukan.
Sumber daya alam Indonesia merupakan anugerah Allah SWT yang luar
biasa. Kekayaan alam ini diamanahkan kepada manusia untuk dikelola dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Islam memandang sumber daya alam
sebagai amanah. Manusia adalah khalifah di bumi, yang bertugas untuk
mengelola dan menjaga alam dengan penuh tanggung jawab. Alam
menyediakan kebutuhan dasar manusia, seperti air, makanan, dan tempat
tinggal. Alam menjadi sumber kehidupan manusia di Bumi.

Pengelolaan sumber daya alam menjadi suatu bentuk ujian bagi


manusia, apakah ia akan menggunakannya untuk kebaikan atau keburukan.
Islam mempunyai prinsip dalam pengelolaan sumber daya alam. Keadilan
adalah salah satu prinsip pertama. Manfaat dari sumber daya alam harus
didistribusikan secara adil dan merata kepada seluruh masyarakat.
Pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan dengan memperhatikan
kelestariannya untuk generasi mendatang. Islam sangat menganjurkan
kelestarian alam. Manusia harus bertanggung jawab atas kerusakan
lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi sumber daya alam.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja dalil hadis yang membahas tentang faktor-faktor produksi


yang sesuai dengan ekonomi islam?
2. Bagaimana analisis hadis dengan keterkaitan faktor-faktor produksi?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini berupa :

1. Untuk mengetahui dalil hadis yang membahas tentang faktor-faktor


produksi.
2. Untuk menganalisis korelasi hadis dengan faktor-faktor produksi.
3

BAB II
HADIS TENTANG FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

A. Hadis Riwayat Muslim

Artinya: Dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu „alaihi


Wasallam, beliau bersabda: “Seorang budak itu berhak mendapatkan makan
dan sandang (dari ketinggian) dan janganlah dia dibebani atas suatu pekerjaan
melainkan sesuai dengan kemampuannya.” (HR. Muslim, Kitāb: Sumpah,
Bāb: Memberi Makan Budak serupa yang Ia Makan, No. Hadits: 3141)2
B. Hadis Riwayat Ibnu Majah

ُّ ‫ٍذ ْت ِي ع َِط ٍَّةَ ال‬


ُ‫ َح َّذثٌََا َع ْثذ‬،ًُّ ‫سلَ ِو‬ ِ ‫س ِع‬َ ‫ة ْت ُي‬ ُ ُْ ‫ َح َّذثٌََا َو‬،ًُّ ‫ش ِق‬ ِ ‫اس ْت ُي الْ َو ِل‬
ْ ‫ٍذ ال ِ ّذ َه‬ ُ ‫َح َّذثٌََا الْ َع َّث‬
‫َّللا صلى هللا‬ ِ َّ ُ‫ قَا َل قَا َل َرسُول‬،‫َّللا تْ ِي ع َُو َر‬ِ َّ ‫ ع َْي َعثْ ِذ‬،َِ ٍِ‫ ع َْي أَت‬،‫سلَ َن‬ ْ َ‫الر ْح َو ِي تْ ُي َزٌْ ِذ تْ ِي أ‬ َّ
ُ
. " ُ َ‫ف ع ََرق‬ َ َ َ
َّ ‫ٍر أ ْج َرٍ ُ قثْ َل أ ْى ٌَ ِج‬ َ ُ َ
َ ‫علٍَ وسلن " أ ْعطوا ال ِج‬
Artinya: Dari Abdullah bin Umar ia berkata, “Rasulullah Shallallahu
„alaihi Wasallam bersabda: „Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering
keringatnya. Sunan Ibn Majah 2443
C. Hadis Riwayat Bukhari

ً َ‫ « َها أَ َك َل أَ َحذٌ َطع‬:‫سلَّ َن‬


‫اها‬ َ ‫َّللا ُ َعلٍَْ َِ َو‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ َّ ُ‫ قَا َل َرسُول‬:‫عَي الْ ِوقْذَاد تْ ِي َهعْ ِذي ك َِر َب قَا َل‬
َ ‫َّللا‬
‫َاى ٌَأْكُلُ ِه ْي عول‬ َ ‫س ََلمُ ك‬ َّ ‫َاو َد َعلٍَْ َِ ال‬ ِ َّ ًَّ ِ‫قَ ُّط َخٍْ ًرا ِه ْي أَ ْى ٌَأْكُ َل ِه ْي ع ََو ِل ٌَ َذٌْ َِ َوإِ َّى ًَث‬
ُ ‫َّللا د‬
‫ َر َواٍ ُ الث ُ َخ ِار ّي‬. »َِ ٌْ‫ٌَ َذ‬
Al-Miqdam b. Ma'dikarib meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada seorangpun yang makan makanan yang lebih baik dari pada apa
yang dia makan sebagai hasil jerih payah tangannya. Nabi Allah, Daud, biasa
makan dari hasil kerja tangannya.”
Bukhari menyampaikannya. Mishkat al-Masabih 2759

2
Monzer Kahf, Ayat dan Hadits Tentang Ekonomi (Jakarta: KNEKS, 2022), 1467.
4

BAB III
ANALISIS

A. Hadis Riwayat Muslim


Hadis riwayat Muslim yang menegaskan hak budak untuk
mendapatkan makanan dan sandang, serta larangan untuk membebankannya
dengan pekerjaan melebihi kemampuannya, memberikan pandangan yang
mendalam terkait dengan faktor-faktor produksi dalam konteks keadilan sosial
dan ekonomi. Dalam analisis tinjauan faktor-faktor produksi, hadis ini
menyoroti beberapa aspek penting yang terkait dengan keadilan dalam
hubungan antara majikan dan budak 3 .

Pertama-tama, hadis ini menekankan pentingnya memperlakukan


budak secara adil dalam aspek pemenuhan kebutuhan dasar, seperti makanan
dan sandang. Hal ini mencerminkan prinsip keadilan dalam distribusi faktor
produksi, di mana budak memiliki hak yang sama untuk memperoleh
kebutuhan hidupnya. Keharusan memberikan makanan dan sandang kepada
budak menegaskan tanggung jawab moral majikan untuk memastikan
kesejahteraan dan keseimbangan dalam hubungan kerja.

Hadis ini menggarisbawahi larangan untuk membebankan budak


dengan pekerjaan yang melebihi kemampuannya. Hal ini mencerminkan
prinsip keadilan dalam pemanfaatan faktor produksi, di mana budak tidak
boleh dieksploitasi atau dimanfaatkan secara berlebihan oleh majikan.4
Dengan menegaskan bahwa budak hanya boleh diberi tugas sesuai dengan
kemampuannya, hadis ini menegaskan perlunya memperlakukan budak
dengan penuh rasa hormat dan keadilan.

Dalam konteks ekonomi modern, prinsip yang terkandung dalam hadis


ini dapat diterapkan dalam konteks hubungan antara pekerja dan pengusaha, di

3
Fauziyah, “Teori Produksi dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Konvensional,”
As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan 6, no. 2 (2017): 199–200.
4
Ulfi Putra Sany, “Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Al
Qur‟an,” Jurnal Ilmu Dakwah 39, no. 1 (2019): 32–44.
5

mana pekerja memiliki hak untuk menerima upah yang adil dan layak sesuai
dengan kontribusinya. Selain itu, prinsip larangan membebankan pekerja
dengan beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuannya juga relevan
dalam mencegah eksploitasi dan penyalahgunaan tenaga kerja.

Hadis ini juga mengandung pesan yang relevan terkait dengan prinsip
pengelolaan sumber daya manusia dalam konteks bisnis dan organisasi
modern. Dalam manajemen sumber daya manusia, penting untuk
memperlakukan karyawan dengan adil dan menghindari membebani mereka
dengan tugas atau tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuan atau
kualifikasi mereka. Prinsip ini tidak hanya mendorong produktivitas yang
lebih baik, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan
berkelanjutan.

B. Hadis Riwayat Ibnu Majah


Hadis riwayat Ibnu Majah yang menekankan pentingnya memberikan
upah kepada pekerja sebelum keringatnya menunjukkan pandangan yang
sangat relevan terkait dengan faktor-faktor produksi dalam konteks keadilan
sosial dan ekonomi. Dalam analisis tinjauan faktor-faktor produksi, hadis ini
menggarisbawahi beberapa aspek penting yang terkait dengan hubungan
antara pengusaha dan pekerja serta distribusi upah. 5

Hadis ini menyoroti urgensi memberikan upah kepada pekerja secara


tepat waktu. Memberikan upah sebelum keringatnya mengering menekankan
tanggung jawab moral pengusaha atau majikan untuk memastikan
kesejahteraan dan perlindungan hak-hak pekerja. Ini mencerminkan prinsip
keadilan dalam distribusi faktor produksi, di mana pekerja memiliki hak yang
sah atas penghasilan yang telah mereka peroleh melalui usaha dan kerja keras
mereka 6 .

5
Abdurrahman Hakim, “Menekan Angka Kesenjangan Sosial Di Indonesia Melalui
Sustainable Development Goals Perspektif Ekonomi Islam,” Jurnal BAABU AL-ILMI: Ekonomi
Dan Perbankan Syariah 5, no. 2 (2020): 179.
6
Refky. Fielnanda dan Rafidah., “Produksi: Kajian Tekstual dan Kontekstual,” Iltizam
Journal Of Shariah Economic Research Vol. 1, No, no. 1 (2020): 136–54.
6

Hadis ini menggambarkan pentingnya menghormati martabat dan


kebutuhan pekerja. Dengan memberikan upah sebelum keringatnya,
pengusaha menunjukkan penghargaan dan perhatian terhadap kontribusi
pekerja serta kesulitan mereka dalam melakukan pekerjaan. Hal ini
mencerminkan prinsip keadilan dalam pemanfaatan faktor produksi, di mana
pengusaha diharapkan untuk memperlakukan pekerja dengan adil dan
menghargai nilai kerja keras dan dedikasi mereka.

Dalam konteks ekonomi modern, prinsip yang terkandung dalam hadis


ini dapat diterapkan dalam hubungan antara majikan dan karyawan, di mana
pemberian upah yang adil dan tepat waktu merupakan salah satu kunci
keberhasilan dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. 7
Upah yang diberikan secara tepat waktu tidak hanya memberikan keamanan
finansial bagi pekerja, tetapi juga menciptakan kepercayaan dan loyalitas yang
kuat antara kedua belah pihak.

Selain itu, hadis ini juga memiliki implikasi yang relevan dalam
konteks manajemen sumber daya manusia dalam bisnis dan organisasi
modern. Dalam manajemen sumber daya manusia, penting untuk
memperlakukan karyawan dengan adil dan menghargai kontribusi mereka
dengan memberikan penghargaan yang sesuai, termasuk dalam hal pemberian
upah. Dengan memberikan upah kepada pekerja sebelum keringatnya,
pengusaha tidak hanya memenuhi kewajiban hukum dan moral mereka, tetapi
juga menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif 8 .

Dengan demikian, hadis ini memberikan pandangan yang sangat


relevan tentang faktor-faktor produksi, terutama dalam konteks hubungan
kerja antara pengusaha dan pekerja. Prinsip keadilan yang terkandung dalam
hadis ini memiliki implikasi yang luas dalam berbagai aspek kehidupan

7
Muhammad Turmudi, “Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam,” Islamadina: Jurnal
Pemikiran Islam, 2017, 37–56.
8
Fauziah Nur Hutauruk, “Teori Produksi Dalam Perspektif Islam Berdasrakan Tenaga
Kerja Dan Modalnya,” Journal of Islamic Economics and Finance 1, no. 3 (2023): 17–34.
7

ekonomi dan sosial, menekankan pentingnya memperlakukan semua pihak


dengan adil dan menghargai kontribusi mereka dalam proses produksi.

C. Hadis Riwayat Bukhari


Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari menyoroti faktor
produksi dalam konteks hasil jerih payah manusia dalam mencari nafkah dan
memperoleh rezeki. Analisis tinjauan faktor-faktor produksi dari hadis ini
memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep kerja keras dan
keberkahan dalam ekonomi Islam 9 .

Pertama-tama, hadis ini menegaskan bahwa tidak ada yang lebih baik
dari makanan yang seseorang konsumsi, selain dari apa yang ia peroleh
melalui jerih payah tangannya sendiri. Hal ini menekankan pentingnya usaha
manusia dalam mencari rezeki dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
konteks ekonomi, faktor produksi utama yang disoroti adalah tenaga kerja
manusia. Manusia dianjurkan untuk bekerja keras dan tidak bergantung pada
orang lain untuk memperoleh rezeki. Keberkahan rezeki terletak pada usaha
manusia yang jujur dan gigih.

Kedua, hadis ini mengaitkan contoh dari Nabi Daud AS, yang terkenal
dengan ketekunan dan keuletannya dalam bekerja dengan tangan sendiri untuk
memperoleh rezeki. Daud AS merupakan sosok teladan dalam Islam yang
menunjukkan bahwa meskipun memiliki kedudukan sebagai nabi dan raja,
beliau tetap bekerja keras untuk memperoleh rezeki yang halal dan diberkahi.
Ini menekankan pentingnya contoh dan teladan dari para pemimpin dan tokoh
agama dalam memotivasi umatnya untuk bekerja keras dalam mencari nafkah.

Ketiga, hadis ini menegaskan bahwa konsep kerja keras dan usaha
tangannya sendiri adalah prinsip yang mendasari kehidupan ekonomi dalam
Islam. Dengan bekerja keras dan jujur, manusia dapat memperoleh rezeki
yang diberkahi oleh Allah SWT. Faktor produksi manusia, yaitu usaha dan

9
Samsul Basri dan Efrita Norman, “Konsep Produksi Islami,” El-Mal: Jurnal Kajian
Ekonomi & Bisnis Islam 1, no. 2 (2018): 161–87, https://doi.org/10.47467/elmal.v1i2.295.
8

tenaga kerja, menjadi kunci dalam menciptakan nilai tambah dan kemakmuran
dalam masyarakat.

Secara keseluruhan, hadis ini memberikan pemahaman yang


mendalam tentang faktor produksi dalam ekonomi Islam, terutama dalam
konteks kerja keras dan usaha manusia. 10 Dengan menghargai jerih payah dan
usaha tangannya sendiri, manusia dapat mencapai keberkahan dalam rezeki
dan meraih kesuksesan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penting
bagi umat Islam untuk mengambil contoh dari ajaran Rasulullah SAW dan
para nabi lainnya, serta menerapkan nilai-nilai kerja keras dan kejujuran dalam
mencari nafkah serta memperoleh keberkahan dari hasil usaha mereka.

10
Lovina Meyresta dan Muhammad Iqbal Fasa, “Etika Pengelolaan Sumber Daya Alam
Berkelanjutan Dalam Perspektif Islam,” Jurnal Dinamika Ekonomi Syariah 9, no. 2 (2022): 128–
29.
9

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Disimpulkan bahwa sumber daya alam yang melimpah di Indonesia
merupakan anugerah yang besar, namun juga menjadi tantangan yang serius
dalam pengelolaannya. Kekayaan alam ini, jika tidak dikelola dengan
bijaksana, dapat menyebabkan ketimpangan, eksploitasi berlebihan, dan
kerusakan lingkungan yang merugikan. Ketimpangan dalam distribusi manfaat
sumber daya alam, eksploitasi berlebihan tanpa memperhatikan kelestarian
lingkungan, dan kerusakan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi sumber
daya alam, menjadi masalah serius yang harus diatasi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan langkah-langkah


konkret. Pertama, pemerintah perlu mengambil peran yang lebih tegas dalam
mengatur dan mengawasi pemanfaatan sumber daya alam. Kebijakan yang
berpihak pada rakyat dan lingkungan harus diimplementasikan dengan tegas,
sambil memastikan penegakan hukum yang kuat. Kedua, partisipasi aktif dari
masyarakat dalam menjaga dan mengelola sumber daya alam sangatlah
penting. Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian alam harus
ditingkatkan, dan masyarakat perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan
terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam.

Selain itu, Islam juga memberikan pandangan yang jelas terkait dengan
pengelolaan sumber daya alam. Konsep keadilan, kelestarian alam, dan
tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi menjadi prinsip-prinsip
yang mendasari pengelolaan sumber daya alam menurut ajaran Islam. Dalam
Islam, manusia diberikan amanah untuk mengelola dan menjaga alam dengan
penuh tanggung jawab.

Dalam konteks hadis-hadis yang membahas faktor-faktor produksi,


seperti hadis riwayat Muslim, Ibnu Majah, dan Bukhari, ditemukan bahwa
konsep kerja keras, keadilan dalam distribusi upah, dan pentingnya
10

memperlakukan pekerja dengan adil adalah nilai-nilai yang ditekankan. Hal


ini mencerminkan prinsip-prinsip yang relevan dalam ekonomi Islam, di mana
keadilan sosial, keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kelestarian
lingkungan, serta penghargaan terhadap jerih payah manusia menjadi prioritas
utama.

Dengan demikian, hanya melalui sinergi dan komitmen dari semua


pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun individu, kekayaan alam
Indonesia dapat dikelola dengan baik, menghasilkan manfaat ekonomi yang
berkelanjutan sambil tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan sosial.

B. Saran

Penulis mengakui bahwa tulisan ini masih memiliki beberapa


kekurangan dan belum mencapai standar yang diharapkan. Oleh karena itu,
penulis mengundang pembaca untuk memberikan masukan dan saran yang
membangun guna meningkatkan kualitas tulisan ini. Partisipasi pembaca
diharapkan dapat membantu memperbaiki karya ini. Penulis juga berharap
agar referensi dari berbagai sumber yang relevan dapat dimanfaatkan untuk
memperkaya dan meningkatkan konten tulisan ini. Dengan menerima umpan
balik yang positif dari pembaca, diharapkan kualitas karya ini dapat
ditingkatkan secara signifikan.
11

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Samsul, dan Efrita Norman. “Konsep Produksi Islami.” El-Mal: Jurnal
Kajian Ekonomi & Bisnis Islam 1, no. 2 (2018): 161–87.
https://doi.org/10.47467/elmal.v1i2.295.
Fauziyah. “Teori Produksi dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Konvensional.” As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan 6, no.
2 (2017): 199–200.
Fielnanda, Refky., dan Rafidah. “Produksi: Kajian Tekstual dan Kontekstual.”
Iltizam Journal Of Shariah Economic Research Vol. 1, No, no. 1 (2020):
136–54.
Hakim, Abdurrahman. “Menekan Angka Kesenjangan Sosial Di Indonesia
Melalui Sustainable Development Goals Perspektif Ekonomi Islam.”
Jurnal BAABU AL-ILMI: Ekonomi Dan Perbankan Syariah 5, no. 2
(2020): 179.
Hutauruk, Fauziah Nur. “Teori Produksi Dalam Perspektif Islam Berdasrakan
Tenaga Kerja Dan Modalnya.” Journal of Islamic Economics and Finance
1, no. 3 (2023): 17–34.
Kahf, Monzer. Ayat dan Hadits Tentang Ekonomi. Jakarta: KNEKS, 2022.
Meyresta, Lovina, dan Muhammad Iqbal Fasa. “Etika Pengelolaan Sumber Daya
Alam Berkelanjutan Dalam Perspektif Islam.” Jurnal Dinamika Ekonomi
Syariah 9, no. 2 (2022): 85–96.
Sany, Ulfi Putra. “Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Al
Qur‟an.” Jurnal Ilmu Dakwah 39, no. 1 (2019): 32–44.
Turmudi, Muhammad. “Produksi Dalam Perspektif Ekonomi Islam.” Islamadina:
Jurnal Pemikiran Islam, 2017, 37–56.

Anda mungkin juga menyukai