Disusun oleh :
ANTONIO PERDIAS
NIM : 2220930310060
Maret, 2023
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSAAN MAGANG
DI RSUD KUALA KURUN KABUPATEN GUNUNG MAS
BAGIAN/SEKSI PELAYANAN PENUNJANG
Disusun Oleh :
ANTONIO PERDIAS
NIM : 2220930310060
Dr.dr. Didik Dwi Sanyoto, M.Kes, M.Med.Ed Demo Aruslin Purba, S.ST., M.M
NIP.19720307 199702 1 002 NIP. 19791223 200501 1 010
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSAAN MAGANG
DI RSUD KUALA KURUN KABUPATEN GUNUNG MAS
BAGIAN/SEKSI PELAYANAN PENUNJANG
Disusun Oleh :
ANTONIO PERDIAS
NIM : 2220930310060
Dr.dr. Didik Dwi Sanyoto, M.Kes, M.Med.Ed Demo Aruslin Purba, S.ST., M.M
NIP.19720307 199702 1 002 NIP. 19791223 200501 1 010
Mengetahui,
Lenie Marlinae, SKM, MKL Dr.dr. Didik Dwi Sanyoto, M.Kes, M.Med.Ed
NIP. 19770412 200501 2 002 NIP. 19720307 199702 1 002
iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Fakultas Kedokteran
Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Magister
Alamat : Jl. A. Yani Km. 36,00 Banjarbaru 70714-Kalsel. Telp. (0511) 4772747 Fax 4772747
SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN MEMBIMBING
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab
iv
CV PEMBIMBING INSTANSI
IDENTITAS DIRI
Nama : Demo Aruslin Purba, S.ST., M.M
NIP : 19791223 200501 1 010
Tempat dan tanggal Lahir : Sosor Julu, 23 Desember 1979
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Unit/Departemen/Bidang : RSUD Kuala Kurun
Jabatan : Kepala Bidang Pelayanan Penunjang
Nama Instansi : RSUD Kuala Kurun
Alamat Instansi Jl. Ahmad Yani 43 Kuala Kurun
(74511) Kabupaten Gunung Mas
Kalimantan Tengah
Telp./Faks. Instansi : (0537) 31033, 31390, 31545 Faks.
(0537) 31390
Alamat Rumah : Jl. Brigjend Katamso No.110 Kuala
Kurun
Telp. : 0812 5349 8123
Alamat e-mail : -
Total
PENGALAMAN KERJA
Peranan/ Jabatan Institusi Tahun
Kasubbag Tata Usaha RSUD Kuala Kurun 2015
Kepala Bidang Pelayanan Penunjang RSUD Kuala Kurun 2022
v
PERAN DALAM KEGIATAN KEPROFESIONALAN
Tahun Jenis/ Nama Kegiatan Peran Tempat
PENGHARGAAN/PIAGAM/PRESTASI/REKOGNISI *
Tingkat (Wilayah,
Tahun Bentuk Penghargaan Pemberi/Lembaga Nasional,
Internasional)
Saya menyatakan apabila semua keterangan dalam Curriculum Vitae ini adalah benar dan
apabila terdapat kesalahan, saya bersedia mempertanggungjawabkannya.
KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Magang yang berjudul “Faktor-
Mas Provinsi Kalimantan Tengah”. Penulisan Laporan Magang ini dilakukan dalam rangka
memenuhi Tugas Mata Kuliah Magang pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Program
kerja lapangan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah di Fakultas
Masyarakat Jurusan Administrasi Kebijakan Kesehatan. Pada Kesempatan ini tim penyusun
2. Bapak Demo Aruslin Purba, S.ST., M.M, selaku Kepala Bidang Pelayanan Penunjang di
3. Bapak Dr. dr. Didik Dwi Sanyoto, M.Kes, M.Med.Ed, sebagai Ketua Program Studi
4. Ibu Leni Marlinae, SKM., M.KL, selaku Koordinator Program Magang Mahasiswa
5. Staf RSUD Kuala Kurun yang telah ikut berkontribusi dalam pelaksanaan PKL ini
vii
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga Laporan Magang ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MEMBIMBING................................................ iv
CV PEMBIMBING INSTANSI.......................................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
D. Manfaat............................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian............................................................................................................ 5
B. Gambaran Umum................................................................................................ 17
BAB III STUDI KASUS
A. Studi Kasus ........................................................................................................20
B. Pemecahan Masalah Prioritas Dan Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah....23
BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG
A. Plan Of Action (POA).........................................................................................29
B. Pembelajaran Yang Dapat Dipelajari (Lesson Learnt).......................................31
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................32
B. Rekomendasi.......................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 34
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2013
pasal 3, setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIM RS. Pembentukan SIM RS
dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan Rumah
Sakit di Indonesia.
Dalam perkembangan era globalisasi Rumah Sakit dituntut untuk dapat
meningkatkan kinerja dan daya saing dengan tidak mengurangi misi sosial. Rumah Sakit
sebagai suatu lembaga yang menyediakan layanan kesehatan bagi masyarakat, dalam
pengelolaannya terdapat banyak data dan informasi yang mengalir selama proses
pelayanannya. Informasi-informasi tersebut harus diolah dengan baik untuk merumuskan
kebijakan-kebijakan strategis oleh manajemen agar organisasi dapat mewujudkan visi dan
misi-nya.
Pengolahan data dan informasi Rumah Sakit harus dilakukan secara responsif,
inovatif, efektif, efisien agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Sistem informasi juga diperlukan untuk menghasilkan value added bagi
pelanggan terutama dalam kemudahan mendapatkan informasi layanan yang disediakan.
Dukungan informasi yang memadai dapat mengurangi ketidakpastian dan risiko
pengambilan keputusan yang salah arah. Untuk memastikan bahwa data dapat diolah
dengan baik sehingga menghasilkan informasi yang berguna, tepat dan akurat serta dapat
diakses oleh semua pihak yang terlibat dalam penyediaan layanan kesehatan yang baik,
dibutuhkan bantuan infrastruktur Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) yang
dikenal dengan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIM-RS).
RSUD Kuala Kurun merupakan Rumah Sakit daerah dengan tipe C (Berdasarkan
Surat Keputusan Bupati Gunung Mas Nomor 63 Tahun 2021) mempunyai wilayah kerja
12 Kecamatan dan 127 desa yang ada di Kabupaten Gunung Mas, dengan jumlah
penduduk 142.309 jiwa (tahun 2022). RSUD Kuala Kurun sudah mengaplikasikan SIM
RS agar meningkatkan mutu pelayanan. Aplikasi SIM RS yang digunakan oleh RSUD
Kuala Kurun adalah aplikasi Khanza. Namun penggunaan SIM RS tersebut masih belum
bisa berjalan dengan maksimal, dikarenakan ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat dalam penggunaan SIM RS di RSUD Kuala Kurun seperti fasilitas yang
belum lengkap, keterbatasan anggaran, jaringan yang masih belum stabil, komputer
error. SIM RS di RSUD Kuala Kurun baru berjalan pada bagian loket pendaftaran,
poliklinik dan ruangan lain masih belum berjalan karena terkendala fasilitas yang belum
lengkap, serta masih belum bridging dengan BPJS karena terkendala belum mendapatkan
2
alamat IP dari pihak BPJS sehingga pendaftaran pasien BPJS terkadang masih dilakukan
manual dan online.
Kekurangan fasilitas karena keterbatasan anggaran, komputer yang ada terkadang
mengalami error, jaringan masih belum stabil sehingga terkadang masih menjalankan
aplikasi secara offline. Pada ruang perawatan / rawat inap / bangsal yang masih belum
terintegrasi SIM RS rekam medik pasien masih dilakukan secara manual sehingga
menyebabkan terjadinya duplikasi rekam medik, data tidak valid, RM tercecer,
penambahan resep obat, serta memungkinkan bisa terjadi human error akibat pengaruh
beban kerja yang meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dibuat rumusan masalah
1. Mengapa pemanfaatan SIM RS di RSUD Kuala Kurun belum maksimal ?
2. Apa saja faktor penghambat dalam pemanfaatan SIM RS di RSUD Kuala Kurun ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menganalisis pemanfaatan SIM RS di RSUD Kuala Kurun Kabupaten
Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji input (meliputi SDM, dana, sarana prasarana, sasaran, teknologi
informasi, cara yang digunakan dalam proses pemanfaatan SIM RS)
b. Mengkaji proses (meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengerakkan dan
pelaksanaan, serta pengawasan dan pengendalian)
c. Mengkaji output berupa kualitas informasi, bentuk feed back dan pemanfaatan
SIM RS untuk program
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Hasil Laporan Magang ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan
aplikasinya tentang Sintem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS), menambah
pengetahuan mahasiswa agar mengenal SIM RS, dasar-dasar SIM RS serta modul-
modul dalam SIM RS.
3
2. Bagi Rumah Sakit
Laporan Magang ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi Rumah Sakit dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan pemanfaatan SIM RS agar
dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang ditetapkan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Mendapatkan informasi mengenai evaluasi pemanfaatan SIM RS di RSUD Kuala
Kurun Kabupaten Gunung Mas.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2018).
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga medis
professional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien (Supartiningsih, 2017).
Rumah Sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan
upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan
pemulihan yang terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan (Bramantoro, 2017).
a. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Tugas Rumah Sakit
adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan, Rumah Sakit juga mempunyai tugas memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (Rikomah, 2017).
Sedangkan untuk fungsi Rumah Sakit adalah :
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkataan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3) Pelayanan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
5
b. Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 56 tahun
2014 ada dua macam Rumah Sakit :
1) Rumah Sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
2) Rumah Sakit khusus adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan utama
pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur,organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya.
Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Tugas Rumah Sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan
(Listiyono, 2015).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2019
berdasarkan kelasnya Rumah Sakit umum dikategorikan ke dalam 4 kelas mulai
dari A,B,C,D. Dimana untuk yang membedakan keempat kelas tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Bangunan dan prasarana
2) Kemampuan pelayanan
3) Sumber daya manusia
4) Peralatan
Keempat kelas Rumah Sakit umum tersebut mempunyai spesifikasi dan
kemampuan yang berbeda dalam kemampuan memberikan pelayanan kesehatan,
keempat Rumah Sakit tersebut diklasifikasikan menjadi :
1) Rumah Sakit Umum Tipe A
Rumah Sakit tipe A merupakan Rumah Sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah Sakit
umum tipe A sekurang-kurangnya terdapat 4 pelayanan medik spesialis dasar
yang terdiri dari : pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak , bedah dan
obstetri dan ginekologi. 5 spesialis penunjang medik yaitu : pelayanan
anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik, patologi klinik dan patologi
6
anatomi. 12 spesialis lain yaitu : mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf,
jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
orthopedik, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik dan
13 subspesialis yaitu: bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetrik dn
ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh
darah, kulit dan kelamin, jiwa, paru, onthopedi dan gigi mulut.
2) Rumah Sakit tipe B
Rumah Sakit tipe B adalah Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah Sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
spesialis dasar yaitu : pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah,
obstetric dan ginekologi. 4 spesialis penunjang medik: pelayanan
anastesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik. Dan sekurang-
kurangnya 8 dari 13 pelayanan spesialin lain yaitu: mata, telinga hidung
tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, orthopedik, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan
kedokteran forensik : mata, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan
kelamin, kedokteran jiwa, paru, urologi dan kedokteran forensik. Pelayanan
medik subspesialis 2 dari 4 subspesialis dasar yang meliputi: bedah, penyakit
dalam, kesehatan anak, obstetrik dan ginekologi.
3) Rumah Sakit Tipe C
Rumah Sakit tipe C adalah Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas, mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 spesialis dasar : pelayanan penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, obstetri, dan ginekologi dan 4 spesialis penunjang medik:
pelayanan anestesiologi, radiologi, rehabilitasi medik dan patologi klinik.
4) Rumah Sakit Tipe D
Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 dari 4 spesialis dasar yaitu: pelayanan penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, obstetrik dan ginekologi.
7
2. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)
Informasi atau dalam bahasa inggrisnya information, berasal dari kata
informacion bahasa Perancis. Kata tersebut diambil dari bahasa Latin, yaitu
“informationem” yang artinya “konsep, ide, garis besar”. Informasi adalah suatu data
yang sudah diolah atau diproses sehingga menjadi suatu bentuk yang memiliki arti
bagi penerima informasi yang memiliki nilai manfaat (Adhani dkk, 2022).
Sistem informasi Kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputu data,
informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi dan sumber daya manusia yang
saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau
keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu sistem teknologi
informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh proses alur
pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan
bagian dari Sistem Informasi Kesehatan (SIK) (Adhani dkk, 2022).
Sistem informasi ini terintegrasi untuk menangani keseluruhan proses
manajemen Rumah Sakit, mulai dari pelayanan diagnosa dan tindakan untuk
pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database personalia,
penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh
manajemen. Oleh sebab itu SIM RS sangat penting dalam penyampain informasi
kepada seluruh petugas kesehatan.
a. Regulasi Terkait SIM RS
Pelaksanaan SIM RS di Indonesia tidak terlepas dari regulasi yang menjadi
acuan diantaranya adalah :
1) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2) PP No. 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
3) Permenkes No. 82 Tahun 2013 tentang Standar SIM RS
4) Permenkes 1171 Tahun 2011 tentang SIRS
b. Penerapan SIM RS
Data Rumah Sakit adalah data yang sangat kompleks mulai dari data klinis,
data administrasi hingga data manajemen. SIM RS memiliki peranan sentral
dalam melakukan pengolahan data menjadi informasi, sehingga meminimalisir
hal-hal sebagai berikut :
8
1) Redudansi Data, digunakan untuk menghilangkan data yang terduplikasi
(pengulangan data), hal ini dikarenakan pencatatan data medis yang terjadi
berulang-ulang dan berakibat membengkaknya kapasitas penyimpanan data.
Hal ini menyebabkan pelayanan menjadi lambat karena proses retreiving
(pengambilan ulang) data lambat yang diakibatkan oleh banyaknya tumpukan
berkas.
2) Unintergated Data, adalah proses pengintegrasian data sehingga menjadi
informasi yang dapat digunakan oleh masing-masing unit/instalasi sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.
3) Out Of Date Information, merupakan proses pembaharuan data yang
dikarenakan dalam penyusunan data yang direkap secara manual sehingga
penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat dipercaya
kebenarannya.
4) Human Error, kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian dan kejenuhan
hal ini berakibat sering terjadi kesalahan dalam proses pencatatan dan
pengolahan data yang dilakukan secara manual terlebih lagi jika jumlah data
yang dicatat atau diolah sangat besar. Pemasukan data yang tidak sinkron
untuk pasien atau barang yang sama tentu saja akan menyulitkan pengolahan
data dan tidak jarang berdampak pada kerugian materi yang tidak sedikit bagi
Rumah Sakit.
Semua Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIM RS. Penerapan dan
pengaturan SIM RS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas,
profesionalisme, kinerja, serta akses dan pelayanan Rumah Sakit.
Penyelenggaraan SIM RS dapat menggunakan aplikasi dengan kode sumber
terbuka (open source) yang disediakan oleh Kementrian Kesehatan atau
menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit. Aplikasi penyelenggaraan
SIM RS yang dibuat oleh Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan minimal
yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan.
Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan
SIM RS yang mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit meliputi :
1) Kecepatan, akurasi, integritas, peningkatan pelayanan, peningkatan efisiensi,
kemudahan pelaporandalam pelaksanaan operasional.
9
2) Kecepatan mengambil keputusan akurasi dan kecepatan identifikasi masalah
dan kemudahan dalam penyusunan strategi dalam pelaksanaan manejerial.
3) Budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit, pemahaman sistem dan
pengurangan biaya administrasi dalam pelaksanaan oranisasi.
10
Pembinaan dan pengawasan dilaksanakan melalui :
11
Tidak menutup kemungkinan jika Rumah Sakit yang satu dengan yang lainnya
meminta perubahan pada sistem menyesuaikan kondisi yang ada. Perbedaan dari sisi
alur bisnis yang ada di Rumah Sakit terkadang membuat sistem informasi tersebut
dalam implementasinya kurang berjalan lancar sehingga memberikan beban pada
Rumah Sakit dikarenakan waktu dalam implementasi yang cukup lama dan
menghabiskan dana operasional yang tidak sedikit.
Secara umum, permasalahan dalam implementasi sistem informasi terintegrasi
pada Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
1) Implementasi sistem informasi merupakan proyek yang menuntut kerja keras dan
kerja cerdas. Hal ini didukung oleh orang yang suka terhadap perubahan, suka
terhadap pola pekerjaan yang berhubungan dengan orang dan menyukai pekerjaan
yang menantang untuk menciptakan suatu perubahan yang dapat menjadikan
pekerjaan yang lebih efisien.
2) Sistem informasi yang terintegrasi tidak bekerja sendiri. Pada prinsipnya cara kerja
sistem informasi yang terintegrasi menuntut peran utama dari orang yang mau
melakukan dan menjalankan sesuai prosedur aplikasi program. Suatu apilkasi
program tidak dapat berkerja sendiri tanpa sentuhan pengguna untuk melakukan
penginputan transaksi operasional secara berkala.
3) Implementasi sistem informasi harus dijadikan pekerjaan utama. Pada tahapan
implementasi suatu sistem informasi yang terintegrasi, sering terjadi kegiatan yang
paralel antara sistem baru dengan sistem tradisional. Hal ini membuat para
pengguna tidak tertarik, terbebani dan tidak termotivasi untuk melakukan simulasi,
implementasi untuk melakukan input data pada sistem informasi baru yang belum
dikenal. Sikap pengguna terhadap pelaksanaan sistem informasi baru dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
a) Kelompok pro perubahan
b) Kelompok netral
c) Kelompok perlawanan (resistance) terhadap perubahan
d) Perubahan cara kerja dan pola pikir (mindset) setiap Rumah Sakit memiliki
budaya cara kerja yang sudah berjalan selama Rumah Sakit itu sendiri
12
4. Aspek Bisnis Dalam Penggunaan SIM RS
a. Pelayanan Utama (front office)
Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan
lainnya), tetapi secara umum / generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi
yang sama yaitu proses pendaftaran, proses rawat (jalan dan inap) dan proses
pulang.
Data yang dimasukkan pada proses rawat akan digunakan pada proses rawat
dan pulang. Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya,
mendapat layanan dan tindakan dari unit-unit seperti farmasi, laboratorium,
radiologi, gizi, bedah, poliklinik, bangsal, apotik, Unit Gawat Darurat (UGD) dan
lainnya. Unit tersebut mendapat pesanan dari dokter (misalnya berupa resep untuk
farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat. Jadi dokter dan perawat
sebagai aktor / SDM inti pada proses bisnis Rumah Sakit (seluruh order berasal
dari mereka). Karena itu kami menyebutkan inti sistem ini sebagai order
coummunication system.
b. Pelayanan administratif (back – office)
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia,
uang, mesin/alat kesehatan/aset, material seperti obat, reagen, alat tulis kantor,
barang habis pakai dan sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit
unik tapi mendapat proses umum, diantaranya perencanaan,
pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok, pengelolaan aset, pengelolaan SDM,
pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya). Proses back –
office ini berhubungan / link dengan proses pada front office.
Proses bisnis data tidak terstruktur diatas yang melibatkan data terstruktur,
dapat dikelola dengan relational data base management system, selain itu terdapat
proses bisnis yang melibatkan data tidak terstruktur seperti alur kerja, surat
disposisi, email, manajemen proyek, kolaborasi, team work, management
document dan sejenisnya.
13
5. Arsitektur SIM RS
a. Arsitektur Infrastruktur
Kebutuhan infrastruktur jaringan komputer kedepan bukan hanya untuk
kebutuhan SIM RS saja, tetapi juga harus mampu digunakan untuk berbagai hal,
seperti jalur telepon IP, CCTV, intelegent building, medical equipment dan lain-
lain. Untuk mendukung pelayanan tersebut, maka infrastruktur jaringan
komunikasi data yang disyaratkan adalah :
1) Meningkatkan unjuk kerja dan memudahkan untuk melakukan manajemen
lalu lintas data pada jaringan komputer, seperti utilisasi, segmentasi jaringan,
dan security.
2) Membatasi broadcase domain pada jaringan, duplikasi IP address dan
segmentasi jaringan menggunakan VLAN (virtual LAN) untuk setiap gedung
dan atau lantai.
3) Memiliki jalur backbone fiber optic dan backup yang berbeda jalur, pada
keadaan normal jalur backup digunakan untuk memperkuat kinerja jaringan /
redudant, tapi dalam keadaan darurat backup jaringan dapat mengambil alih
kegagalan jaringan.
4) Manfaatkan peralatan aktif yang ada, baik untuk melengkapi kekurangan
sumber daya maupun sebagai backup.
5) Dianjurkan pemasangan jaringan yang tersertifikasi (baik perkabelan maupun
perangkat aktif).
6) Dokumentasi sistem jaringan lengkap (perkabelan, konfigurasi, uji coba dan
sejenisnya) baik hardcopy maupun softcopy.
7) Mengingat penggunaan jaringan yang komplek kedepan, maka perangkat aktif
mengharuskan pengelolaan bertingkat, seperti adanya :
a) Core swich yang merupakan device vital dalam LAN di RS dimana core
swich ini sebagai backbone LAN dan central swich yang berperan dalam
prosessing semua paket dengan memproses atau men swich traffic secepat
mungkin.
b) Distribution swich yang merupakan suatu device antara untuk keperluan
pendistribusian akses antar core swich dengan access swich pada masing-
masing gedung, dimana sebaiknya distribution swich dan core swich
terhubung melalui fiber optic.
14
c) Access swich yang merupakan suatu device yang menyediakan user port
untuk akses network.
b. Arsitektur Data
Untuk memudahkan Kementerian Kesehatan mengolah data yang homogen,
maka perlu dibuat arsitektur data yang baik, untuk mengakomodir kebutuhan
informasi para pengguna. Beberapa aspek harus diperhatikan dalam membangun
arsitektur data.
1) Kodefikasi selain keharusan untuk otomatisasi / komputerisasi, juga
diperlukan untuk integrasi dan pengelolaan lanjut seperti statistik.
2) Mapping karena sering berbeda keperluan kodefikasi data, untuk integrasi dan
pengelolaan lebih lanjut, misalnya mapping kodefikasi antara tarif dengan
kode perkiraan / chart of account, mapping kode Kabupaten/kota dengan
provinsi dan sejenisnya.
3) Standar pertukaran data antara aplikasi beberapa software aplikasi yang
terpisah, membutuhkan standar perukaran data agar dapat berkomunikasi satu
aplikasi dengan lainnya. Seperti heat level 7 (HL 7), DCOM, XML dan
sejenisnya.
4) Database desain struktur database, sebaiknya mengacu pada base practice
data base RS dan mengambil dari sumber terbuka serta mempertimbangkan
kebutuhan informasi stake holder terkait.
c. Arsitektur Aplikasi
Mengingat kompleksnya proses bisnis RS, berikut ini gambaran arsitektur
minimal dan variabel SIM RS yang dapat mengakomodir kebutuhan informasi.
Variabel SIM RS
Pendaftaran Pembayaran
Laboratorium Radiologi
Rawat Inap Kamar Operasi
Penyakit Dalam Kebidanan
Anak Bedah
Gigi Neorologi
Anestesi IGD
VK (OK Kebidanan) Administrasi
Jiwa Gudang
15
Logistik Apotik
Rekam Medik Eksekutif
Gizi ICD
Admission Keuangan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Perinatologi
Jasa Pelayanan Mata
THT Jantung
Paru Rehap Medik
Kulit Fisioterapi
Keperawatan
6. Keamanan SIM RS
a. Keamanan fisik
1) Kebijakan hak akses pada ruang data center / server
2) Kebijakan penggunaan hak akses komputer untuk user pengguna
b. Keamanan jarinan
1) Keamanan jaringan (network security) dalam jaringan komputer sangat
penting dilakukan untuk memonitor akses jaringan dan mencegah
penyalahgunaan sumber daya jaringan yang tidak sah. Tugas keamanan
jaringan di kontrol oleh administrator jaringan.
2) Segi-segi keamanan didefinisikan sebagai berikut :
a) Informasi (data) hanya bisa diakses oleh pihak yang memiliki wewenang.
b) Informasi hanya dapat diubah oleh pihak yang memiliki wewenang
c) Informasi tersedia untuk pihak yang memiliki wewenang ketika
dibutuhkan
d) Pengiriman suatu informasi dapat diidentifikasi dengan benar dan ada
jaminan bahwa identitas yang didapat tidak palsu
e) Pengirim maupun penerima informasi tidak dapat menyangkal pengiriman
dan penerimaan pesan
16
c. Keamanan aplikasi
Untuk memenuhi syarat keamanan, maka sebuah sistem harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1) Keamanan aplikasi harus mendukung dan mengimplementasikan protokol
keamanan dalam melakukan transfer data (seperti : SSL, TLS)
2) Aplikasi harus memungkinkan masing-masih user dapat diidentifikasi secara
unik baik dari segi nama dan perannya
3) Akses melalui metode akses remote dapat berfungsi dengan baik melalui
aplikasi client (yaitu melalui VPN, modem, wireless, dan sejenisnya)
4) Aplikasi dapat berfungsi dengan baik pada software anti virus yang digunakan
saat ini
B. Gambaran Umum
Rumah Sakit Umum Daerah
Kuala Kurun terletak di Jln. Ahmad
Yani No. 43 Kuala Kurun, dengan
luas 26.721 M2 berdasarkan sertifikat
Tanda Bukti Hak Pakai Nomor 031,
Tanggal 16 Februari 2008, dan
mendapat hibah dari Badan
Pendapatan Daerah Tahun 2020
berdasarkan Sertifikat Hak Pakai Nomor 23 Tanggal 17 Januari 2007 dengan Luas 3.536
M2 sehingga Total Luas UPT RSUD Kuala Kurun adalah 30.257 M2. Rumah Sakit Umum
Daerah Kuala Kurun pertama kali dibangun pada tahun 1982 berupa sebuah bangunan
dengan konstruksi kayu sebagai Poliklinik. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kuala
Kurun pertama kali beroperasi pada tanggal 19 September 1986, dengan fasilitas 2 (dua)
buah bangunan berupa 1 (satu) buah bangunan poliklinik dan 1 (satu) buah bangunan
ruang rawat inap. Pada tahun 1999 kegiatan pembangunan ruang kebidanan, tahun 2003
rehab bangunan rawat inap (bangsal), tahun 2004 pembuatan selasar depan ruang
kebidanan sampai kamar jenazah dan gudang dan rehab bangunan Poliklinik.
Pada tahun 2005 pembangunan UGD, tahun 2006 dilakukan beberapa
pembangunan yaitu 1 buah rumah dinas dokter, tahun 2006 rehab bangunan radiologi dan
tahun 2008 pembangunan UTD, tahun 2012 rehab bangunan UGD, tahun 2012
17
pembangunan Poliklinik, tahun 2013 pembangunan HCU, tahun 2014 pembangunan
bangunan gedung nusa indah (pembangunan gedung kelas 3), tahun 2015 pembangunan
gedung bangunan rumah genset dan perencanaan instalasi listrik.
Pada Tahun 2013 dengan berdasarkan Peraturan Bupati Gunung Mas Nomor 475
Tahun 2013 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Kuala Kurun Sebagai Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh diberikan kewenangan dalam Pengelolaan
Keuangan dimana Rumah Sakit sebagai Unit Layanan Publik dituntut untuk dapat
memberikan Pelayanan secara Profesional, Fleksibel, Efisien dan Efektif agar dapat
memberikan Pelayanan Prima kepada Masyarakat.
Dimulai pada Tahun 2015 Rumah Sakit Umum Daerah Kuala Kurun melakukan
survey akreditasi Rumah Sakit. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan terhadap
Rumah Sakit yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang
ditetapkan oleh menteri kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi
standar pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan
Rumah Sakit secara berkesinambungan (Permenkes No.12 tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit).
Rumah Sakit Umum Daerah Kuala Kurun dinyatakan telah memenuhi standar
pelayanan sesuai dengan sertifikat dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nomor : KARS-
SERT/240/XII/2016, tanggal 1 Desember 2016 dinyatakan LULUS Tingkat PERDANA.
Pada tahun 2019 dilaksanakan survey akreditasi Rumah Sakit yang dilaksanakan
pada tanggal 17 s.d 19 September 2019 dan Rumah Sakit Umum Daerah Kuala Kurun
memenuhi standar pelayanan, peningkatan mutu dan budaya keselamatan serta etika
profesi dengan dikeluarkannya sertifikat dan dinyatakan LULUS Tingkat UTAMA
(Bintang Empat).
Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, RSUD Kuala Kurun
Kabupaten Gunung Mas secara periodik wajib terakreditasi oleh komisi akreditasi Rumah
Sakit, dimana saat ini telah lulus akreditasi versi Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit (SNAR) tingkat UTAMA (Bintang Empat) melalui sertifikat yang dikeluarkan oleh
Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nomor : KARS-SERT/1012/X/2019 tanggal 07 oktober
2019.
Pada bulan Desember tahun 2020 untuk pelayanan rawat jalan sudah terintegrasi
melalui Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit, dan pada tanggal 9 Oktober 2020
telah dibangun ruang isolasi COVID-19 dengan nama Lavender I dan Lavender II. Pada
18
tanggal 14 Januari 2021 telah diresmikan ruang Laboratorium COVID-19 dan pada tahun
2021 juga telah dibangun Instalasi Gawat Darurat COVID-19 serta ruang Radiologi
COVID-19.
1. Visi, Misi dan Motto RSUD Kuala Kurun
a. Visi
Adapun Visi dari RSUD Kuala Kurun adalah “Rumah Sakit Berkualitas di Semua
Lini Pelayanan”.
b. Misi
1) Pengembangan Pelayanan Rumah Sakit.
2) Meningkatkan Mutu Layanan Dan Pemanfaatan Rumah Sakit Serta
Pemberdayaan Sumber Tenaga.
3) Meningkatkan Kemandirian Rumah Sakit.
c. Motto
“Kesembuhan dan Kepuasan Anda adalah Tujuan Kami”
19
BAB III
STUDI KASUS
A. Studi Kasus
1. Identifikasi Masalah
Duplikasi
SIMRS belum
berkas/RM
terintegrasi
Koneksi jaringan
sering terganggu Komputer error
Human Error
Laporan
tercecer
Kurangnya Belum lengkap sarana Data tidak
SDM SIMRS di tiap unit valid SIM RS Belum
Berjalan
Maksimal
Keterbatasan Anggaran u/ Komputer
penyediaan fasilitas terbatas
Belum Pelayanan
mendapatkan menjadi lambat
alamat IP Swich belum
ada
21
SIM RS yang belum dilaksanakan secara menyeluruh menyebabkan proses
administrasi masih menggunakan manual dan elektronik sehingga memerlukan
waktu yang lebih sehingga menyebabkan proses pelayanan menjadi lambat.
2. Penentuan Prioritas Masalah
Dalam pelaksanaan kegiatan organisasi kita tidak terlepas dari pentingnya
sebuah perencanaan. Salah satu aspek perencanaan sebagai langkah yang pertama
adalah menentukan prioritas masalah diperlukan sebuah metode pemecahan masalah.
Metode CARL
CARL merupakan sigkatan dari Capability, Assessibility, Readiness, dan Leverage.
Capability merupakan kemampuan sumber daya, dana, alat dan sebagainya.
Assessibility adalah kemudahan untuk diatasi mudah/ tidak. Readiness merupakan
kesiapan dari sumber daya manusia, motivasi, kompetensi, kesiapan
sasaran/masyarakat. Leverage merupakan pengaruh masalah yg satu terhadap yg lain.
Formula CARL adalah :
Bobot Masalah =
Keterangan :
C = Capability (0 sd 10)
A = Assessibility (0 sd 10)
R = Readiness (0 sd 10)
L = Leverage (0 sd 10)
Tabel 1.1 Penentuan Prioritas Masalah menggunakan Metode CARL
Total
NO Daftar Masalah C A R L Urutan
Nilai
22
B. Pemecahan Masalah Prioritas Dan Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Di dalam melakukan sebuah analisis dibutuhkan beberapa tahapan tertentu. Hal
demikian juga dapat dijumpai dalam analisis SWOT. Adapun beberapa tahapan-tahapan
dalam melakukan analisis itu adalah identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman
(eksternal) secara umum pada semua pada semua komponen, identifikasi kekuatan
(internal) dan peluang (eksternal) yang dianggap cocok atau layak untuk mengatasi
kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi dilangkah pertama. Melakukan analisis
SWOT lanjutan setelah mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
konteks yang hendak dianalisis, rumuskan strategi-strategi yang direkomendasi untuk
mengangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan
pengembangan lebih lanjut, tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman serta
membuat sebuah rencana tindakan untuk menanganinya.
23
5. Jumlah dan tipe pelayanan yang
semakin berkembang
Tabel 1.3 Data faktor internal dan faktor eksternal pada SIM RS di RSUD Kuala Kurun
1 Dukungan penuh dari Jumlah SDM IT masih Manajemen sangat Komputer error
pemimpin terhadap terbatas mendukung dalam
pengembangan pengembangan SDM
24
Tabel 1.4 Matrik interaksi SWOT (IFAS)
nilai
Nilai X
Faktor Strategi Internal (IFAS) Bobot
Bobot
-3 -2 -1 1 2 3
Streangths (Kekuatan)
Weaknesses (Kelemahan)
2,80-
S–W 1,10
1,70
Keterangan:
Nilai -3: Sangat Tidak Penting
Nilai -2: Tidak Penting
Nilai -1: Kurang Penting
Nilai 1: Cukup Penting
Nilai 2: Penting
Nilai 3: Sangat Penting
Matriks IFAS menunjukkan bahwa total bobot kekuatan RSUD Kuala Kurun
adalah sebesar 2,80, sedangkan total dari bobot dari kelemahan adalah sebesar 1,70.
Melihat perbandingan nilai antara kekuatan dan kelemahan, maka terdapat nilai yang
sangat signifikan maka disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki RSUD Kuala
25
Kurun bisa dimanfaatkan untuk menutupi kekuarangan yang ada karena hasil skor
kekuatan yang lebih besar dan bernilai positif. Jadi total akhir skor (kekuatan -
kelemahan) dari matriks IFAS RSUD Kuala Kurun adalah sebesar 1,10.
Tabel 1.5 Matrik interaksi SWOT (EFAS)
Nilai
Nilai X
Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Bobot
Bobot
-3 -2 -1 1 2 3
Opportunities (Peluang)
Threats (Ancaman)
2,15-
O-T 0,25
1,90
Keterangan:
Nilai -3: Sangat Tidak Penting
Nilai -2: Tidak Penting
Nilai -1: Kurang Penting
Nilai 1: Cukup Penting
Nilai 2: Penting
26
Nilai 3: Sangat Penting
Matriks EFAS menunjukkan bahwa total bobot peluang RSUD Kuala Kurun adalah
sebesar 2,15, sedangkan total dari bobot dari ancaman adalah sebesar 1,90. Melihat
perbandingan nilai antara peluang dan ancman, maka terdapat nilai yang sangat
signifikan maka disimpulkan bahwa peluang yang dimiliki RSUD Kuala Kurun dapat
dimanfaatkan untuk menutupi ancaman yang ada karena hasil skor peluang yang lebih
besar dan bernilai positif. Jadi total akhir skor (peluang – ancaman) dari matriks EFAS
RSUD Kuala Kurun adalah sebesar 0,25.
Kuadran Diagram Layang
28
Gambar 1.1 Hasil Analisis SWOT dalam Diagram Layang
Hasil analisis SWOT pada diagram layang untuk identifikasi pemecahan masalah dan
penentuan prioritas pemecahan masalah pada permasalahan SIM RS di RSUD Kuala Kurun
berada pada kuadran I, hal ini menandakan bahwa posisi RSUD Kuala Kurun yang kuat dan
berpeluang dalam melaksanakan strategi pemecahan masalah yang ada. Rekomendasi strategi
yang diberikan adalah progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga
sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih
kemajuan secara maksimal.
29
BAB IV
HASIL KEGIATAN MAGANG
2 Mengidentifikasi Mahasiswa Bidang Wawancara Peserta RSUD ˗ Mengikuti Rapat Bidang Minggu II
permasalahan dapat Pelayanan , Diskusi Magang Kuala Keperawatan (Kabid
yang ada di mengetahui Keperawatan Kurun dan Kelapa Ruangan)
RSUD Kuala permasalahan , Pelayanan ˗ Melakukan wawancara
Kurun yang ada di Medik, di bidang Pelayanan
RSUD Kuala Pelayanan Medik, Pelayanan
Kurun Penunjang, Penunjang, TU,
TU, Keuangan, Perencanaan,
Keuangan, SIM RS, dan Direktur
Perencanaan, RSUD
SIM RS, ˗ Mendapatkan
Direktur permasalahan yang ada
RSUD di RSUD Kuala Kurun
29
N
Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Pelaksanan Tempat Indikator Waktu
o
3 Melakukan Untuk RSUD Kuala Wawancara Peserta RSUD Diperolehnya Data terkait Minggu
Wawancara mengetahui Kurun dan Diskusi Magang Kuala Pemanfaatan SIM RS di III
dengan Direktur progam yang Kurun RSUD Kuala Kurun
RSUD Kuala ada di RSUD
Kurun dan bagian Kuala Kurun
Loket dan Rekam
Medik
4. Melakukan Melakukan RSUD Kuala Diskusi Peserta RSUD - Menyiapkan Minggu
diskusi dengan perencaaan Kurun Magang Kuala perencanaan anggaran IV
Direktur RSUD program SIM Kurun untuk pengadaan SIM
Kuala Kurun, RS di RSUD RS di RSUD Kuala
Kepala Bidang Kuala Kurun Kurun
dan bagian - Pengadaan SDM TI
perencanaan yang berkompeten
30
31
B. Pembelajaran Yang Dapat Dipelajari (Lesson Learnt)
Pada saat melakukan kegiatan Magang Program Magister S2 Kesehatan
Masyarakat di RSUD Kuala Kurun, ada beberapa pembelajaran yang dapat dipelajari.
Berikut ini adalah beberapa pelajaran yang dapat dipelajari dari hasil kegiatan magang di
RSUD Kuala Kurun :
1. Pentingnya koordinasi antar anggota tim di RSUD Kuala Kurun, kita mungkin akan
bekerja dalam tim yang terdiri dari berbagai orang dengan latar belakang dan keahlian
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting untuk membangun koordinasi
yang baik agar semua anggota tim dapat bekerja sama dengan efektif.
2. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik akan sangat membantu kita melaksankan
suatu kegiatan ataupun program yang ada di suatu organisasi maupun instansi seperti
Rumah Sakit, agar progam atu kegiatan tersebut bisa terlaksana dengan baik.
Melakukan komunikasi yang baik dengan mengemukakan ide dan informasi dengan
jelas dan mudah dipahami oleh semua orang.
4. Memiliki sikap yang proaktif, sebaiknya tidak hanya menunggu perintah atau instruksi
dari atasan. Cobalah untuk memiliki sikap yang proaktif dengan memberikan ide atau
saran yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan.
5. Menjaga etika kerja yang baik, harus selalu menjaga etika kerja yang baik. Hal ini
mencakup kesopanan, tanggung jawab, dan integritas dalam bekerja. Ingatlah bahwa
kita adalah bagian dari tim yang bekerja untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,
kemajuan suatu organisasi agar bisa berkembang dan mampu bersaing, sehingga
integritas dan etika kerja yang baik sangat penting untuk dijaga.
31
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Magang di RSUD Kuala Kurun, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Berdasarkan penentuan prioritas masalah utama yaitu program SIM RS menjadi
prioritas masalah pertama. Program SIM RS di RSUD Kuala Kurun masih belum berjalan
maksimal, hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor penyebab yaitu dari SDM
masih belum memadai, fasilitas yang belum lengkap, keterbatasan anggaran, kemudian
jaringan yang masih belum stabil.
Berdasarkan penyebab masalah program SIM RS di RSUD Kuala Kurun maka
diberikan alternatif pemecahan masalah yaitu menyusun perencanaan untuk pengadaan
fasilitas dan SDM yang memiliki kompetensi TI, serta perbaikan jaringan internet.
Penerapan sistem informasi pada suatu Rumah Sakit memerlukan suatu perencanaan
yang matang. Bila dilakukan secara tergesa-gesa tanpa melakukan perencanaan terlebih
dahulu dikhawatirkan akan memakan biaya yang mahal, kemungkinan ada biaya baru
baik untuk riset kelayakan dan lain-lain akan menambah biaya selanjutnya. Dalam
penerapan sistem informasi maka masalah finansial merupakan faktor yang sangat
penting dan juga mengenai tenaga yang ahli dibidang SIM RS, terutama harus terampil
dibidangnya. Untuk terampil dibidangnya harus ada Pendidikan dan peltihan terhadap
SDM yang ada. Perlu kerjasama antar lintas sektor terkait dalam menyusun Plan Of
Action (POA) khususnya dalam hal alokasi dana agar program dapat terlaksana dengan
baik.
B. Rekomendasi
Rekomendasi strategi untuk prioritas pemecahan masalah melalui penyediaan
anggaran untuk pengadaan fasilitas, motivasi serta kemampuan sumber daya manusia di
RSUD Kuala Kurun. Startegi ini harus didukung penuh oleh semua pihak yang ada di
RSUD Kuala Kurun serta dukungan Pemerintah Daerah untuk menyediakan alokasi
anggaran dalam penyediaan fasilitas :
1. Perencanaan anggaran untuk kebutuhan SIM RS di RSUD Kuala Kurun.
32
Perencanaan anggaran perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fasilitas SIM RS
di RSUD Kuala Kurun. Dalam hal ini dukungan Pemerintah Daerah sangat
diperlukan agar perencanaan anggaran dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Bimbingan Teknis / Pelatihan SIM RS
Kegitan bimbingan teknis ini penting dilakukan agar sumber daya di RSUD Kuala
Kurun dapat mengetahui bagaimana mengaplikasikan SIM RS yang baik karena
masih belum ada sumber daya IT serta dapat mengetahui perkembangan SIM RS
terbaru.
3. Membuka lowongan pekerjaan / penerimaan sumber daya IT.
RSUD Kuala Kurun perlu mengadakan penerimaan tenaga kerja yang memiliki
standar pendidikan IT agar dalam mengaplikasikan SIM RS dapat terlaksana dengan
baik terkait dalam hal perawatan fasilitas, jaringan, dan standar kebutuhan fasilitas.
4. Harus bridging dengan pihak BPJS
Hal ini diperlukan agar tidak terjadi kendala terlambat dalam mengumpulkan
laporan, tidak salah memasukan data, pengklaiman BPJS tidak terjadi keterlambatan
serta tidak ada kekurangan dalam pembayaran jasa BPJS.
33
DAFTAR PUSTAKA
Adhani, R., dkk. (2022). Sistem Informasi Manajemen Kesehatan. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.
Ahmad, L., & Munawir. (2018). Sistem Informasi Manajemen (1st ed).
Ahkam, Z. A., Muchlis N & Samsualam. (2019). Implementasi Sistem Rujukan Terintegrasi
(SISRUTE) di RSUD Labuang Baji Kota Makasar. Journal Of Muslim Community
Health (JMCH), 2(2), 98-111.
Anugrah P. A., Noveza D & Harianto N. S. (2019). Faktor Penghambat Penerapan SIMRS di
RSU Mitra Paramedika Yogyakarta Berdasarkan Diagram Fishbone. Jurnal
Permata Indonesia Halaman 15-22 Volume 10, Nomor 2, November 2019 ISSN
2086 – 9185.
Arif M. F. (2019). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Qiara Media.
Breemer, J., & Nurdin, A. (2020). Pengembangan Sistem Informasi Manajemen. Deepublish.
Handayani, dkk. (2018). Pengantar Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).
Depok : Rajawali Pres.
Lamtiur Junita, B., Putri, N. A., Rahmayani, N., Kharisma, R., & Purba, S, W. (2020).
Gambaran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) Di RSUD Dr. RM Djoelham
Binjai Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Perekam dan Informasi Kesehatan Imelda, 5(1),
16-19.
Lasari, Hadrianti H. D., Pratiwi, E., & Yamin, R.A. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Biaya Penerapan Rujukan Elektronik Aplikasi P-Care di Kota Makassar.
Jurnal Kesehatan Indonesia, 10(1), 1-9.
Lily, dkk. (2021). Manajemen Informasi Kesehatan II : Sistem dan Subsistem Pelayanan
RMIK. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Nastiti, I., & Santoso, D. B. (2022). Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit di RSUD SLG Kediri dengan Menggunakan Metode HOT-Fit.
Jurnal Kesehatan Vokasional, Vol 7, Nomor 2 ISSN 2541-0644, ISSN 2599-
3275.
34
Noveza D., Harianto N. S & Anugrah P. A. (2021). Analisa Breaking Faktor Pada Aplikasi
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) di Rumah Sakit Umum Mitra
Paramedika Yogyakarta Menggunakan Diagram Fishbone. Jurnal Permata
Indonesia Halaman 56-63 Volume 12, Nomor 2 November 2021 ISSN 2086-9185.
Permenkes 1171 Tahun 2011 tentang SIRS.
Permenkes No. 82 Tahun 2013 tentang Standar SIM RS.
Permenkes Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan
Kewajiban Pasien.
Permenkes 24 tahun 2022 tentan Rekam Medis.
35