Daruratan Neonatus
0 1 2
Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit > 80x/menit
Napas
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
MANAJEMEN UMUM
• Pasang jalur infus intravena , sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan
dehidrasi berikan infuse Dekstrosa 5 %
– Pantau selalu tanda vital
– Jaga patensi jalan napas
– Berikan Oksigen ( 2-3 liter/menit dengan kateter nasal )
• Jika bayi mengalami apnea:
– Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
– Lakukan penilaian lanjut
• Bila terjadi kejang beri tata laksana kejang
• Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia )
• Pemberian nutrisi adekuat
GANGGUAN NAFAS
MANAJEMEN LANJUT
GANGGUAN NAPAS RINGAN
1. Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa gejala-
gejala lain disebut Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), terutama terjadi setelah bedah sesar.
Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun
demikian, pada beberapa kasus, gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
2. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
3. Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya, terapi untuk
Kemungkinan besar sepsis dan tangani gangguan napas sedang dan segera dirujuk ke Rumah Sakit
Rujukan
4. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu
cara alternatif pemberian minum.
5. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O 2
jika frekuensi napas antara 30–60 kali/menit.
6. Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 30-60 kali/menit, tidak
ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat
dipulangkan
GANGGUAN NAFAS
MANAJEMEN LANJUT
GANGGUAN NAPAS SEDANG
1. Lanjutkan pemberian O2 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan O 2 4-5
liter/menit dengan sungkup
2. Bayi jangan diberikan minum.
3. Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi Kemungkinan
besar sepsis:
a. Suhu aksiler < 34 oC atau > 39 oC;
b. Air ketuban bercampur mekonium;
c. Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam).
4. Bila suhu aksiler 34 – 36.5 oC atau 37.5 – 39 oC tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang
setelah 2 jam:
a. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada perbaikan, berikan antibiotika
untuk terapi Kemungkinan besar sepsis
b. Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi tahapan tersebut
diatas.
GANGGUAN NAFAS
MANAJEMEN LANJUT
GANGGUAN NAPAS SEDANG - LANJUTAN
5. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
6. Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas menurun tidak
kurang dari 30 kali/menit, tarikan dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang)
disertai perbaikan tanda klinis: Kurangi terapi O2 secara bertahap.
7. Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras dengan memakai salah satu cara alternatif pemberian minum.
8. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tak ada alasan
bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
9. Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam,
terapi untuk Kemungkinan besar sepsis dan segera rujuk ke Rumah Sakit Rujukan
CPAP
Ventilator
APNEU
Apneu
Henti napas 20 detik sehingga
menyebabkan bradikardi atau sianosis
Periodic apneu
Henti napas < 20 detik, tidak terdapat
bradikardi atau sianosis
APNEU
Penyebab apneu :
1. Prematuritas (tersering)
2. Distress pernapasan
3. Infeksi : sepsis / meningitis
4. Hipoksia, hipotermi, hipoglikemi
5. Hipertermi
6. Perdarahan periventrikular
7. Refluks gastroesofageal
8. Kejang
9. Analgesik/sedasi pada ibu
10. Anemia
APNEU
Kejang
p e n u n ja n g /
d ia g n o s is lain K e m u n gk in an
Anamnesis Pemeriksaan
y a n g su d a h diagnosis
diketahui
T im b ul sa a t la h ir Ke ja ng, tre m o r, letargi K a da r G L U K O S E Hipoglikemia
sa m p a i d e n g an h ari a ta u tid a k sa d a r d arah K U R A N G dari
ke 3 B a yi k ec il (b era t la h ir < 4 5 m g /d L (2 .6
R iw a ya t ibu 2 ,5 0 0 g a ta u u m u r m m ol/L) Diagnosis banding
D ia b e tes k e h a m ila n < 3 7
m in g g u )
B ay i sa n g at be s a r ( be rat
kejang, spasme dan tidak sadar
la hir > 4 ,0 0 0 g )
Ib u tid a k Spasm e In feks i ta li p us a t Tetanus
diim u nisasi te ta n us n eon a to ru m
to ks oid Temua n
M a la s m in u m P e m er iksaan
se s u d a h m in u m p e n u n ja n g /
n orm a l se b elu m n ya d ia g n o s is lain K em u n gk in an
Anamnesis Pemeriksaan
Tim b u l p a d a h a ri ya n g su d a h diagnosis
ke 3 sam pai 14 diketahui
La h ir d i ru m a h pa rtu s la m a atau
d e n g an lin gk un ga n g a w a t ja n in )
Tim b u l p a d a ha ri Ke ja ng a ta u tid a k sa d a r P e rd a r a h a n
k ura n g h ig ie n is
ke 1 sam pai 7 B a yi kecil (b era t la h ir < in trav en trik u l
Pe ng o lesa n b a ha n K o n disi ba yi 2 ,5 0 0 g a ta u um u r ar (N ila i d a n
tid ak ste ril p a d a tali m endada k k e ha m ila n < 3 7 ta n g a ni
p usa t m em b uruk m in g g u ) p e rd a ra h an d an
Tim b u l p a d a h a ri Ke ja n g a ta u tid a k sa d a r S e p sis Curiga M e n d a d a k p u ca t G a n g g u a n n a p a s b e ra t ju g a a sfiks ia
k e 2 a ta u lebih U B U N - U B U N besa r meningitis B e lu m m en d a p a t n e o na to ru m )
m e m b o n jo l (tangani in je ks i vit.K 1
Ik teru s h e b at tim b u l K e ja ng H a sil tes C o o m b s Ensefalopati
Le ta rg i m e n in g itis d a n
p a d a h ari k e 2 O p is to to n u s p os itif bilirubin
o b a ti k eja n g ) (K e rn -ik te ru s)
En s e fa lo p ati tim bu l
R iw a ya t re s us ita si Ke ja n g a ta u tid a k sa d a r A sfik sia p a d a ha ri k e 3 - 7 (o b a ti k eja n g
p ad a s aa t lah ir ata u La y u h a ta u le ta rg i n e o n a to ru m Ik teru s h e b at ya n g dan tangani
b ay i tid a k b e rn a pa s Gangguan napas d a n / a ta u tid a k a ta u Ensefalopati
m in im a l s atu m e n it S u h u tid a k n or m a l T ra u m a (o b a ti te rla m ba t dio ba ti b ilir ub in )
se s u d a h la h ir M en g a n tu k a ta u k eja n g , d a n
Tim b u l p a d a h a ri a ktivitas m e n u ru n ta nga ni asfiksia
k e 1 sa m p a i k e 4 Irita b e l a ta u re w e l n e o na to ru m )
Pe rs a lin a n den gan
p e n y ulit (m is a l
Kejang
Pengobatan rumatan
• Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara
intravena atau per oral, sampai bebas kejang 7 hari.
• Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari intravena atau per oral, dosis terbagi dua atau tiga.
Syok
Penyebab :
1. Hipoksia
2. Perangsangan refleks vagal
3. Perdarahan
4. Dehidrasi
5. Sepsis
6. Gagal jantung
SYOK
Tata laksana :
1. Sesuai etiologi
Beri oksigen pada hipoksia
Tranfusi darah pada perdarahan
Antibiotik pada kasus infeksi
2. Memperbaiki perfusi perifer dengan cairan IV : 10 ml/kg
NaCl 0,9% dalam 30 menit dapat diberikan 2x
3. Pemberian obat – obatan : Dopamin
SYOK
Penyebab Syok :
1. Hipovolemia Syok hipovolemia
1. Usaha bernapas
2. Nadi
– Kekuatan
– Perbandingan
brakhial dan
femoral
Evaluasi Syok
3. Perfusi perifer
– Capillary refill time (CRT)
• Normal ≤ 3 detik
• Bandingkan ekstremitas
atas dan bawah
– Kulit teraba dingin
Evaluasi Syok
4. Warna
– Sianosis
– Pucat, putih
• Hemoglobin rendah
– Mottled skin
Evaluasi Syok
5. Denyut jantung
– Normal
• 120 – 160 x/mnt
• Dapat bervariasi antara 80 – 200 x/mnt
– Bradikardia (< 100)
• Hipoksemia, hipotensi, asidosis sistem konduksi ditekan
– Takikardia (> 180)
• Dapat mengindikasikan ↓ curah jantung, gagal jantung kongestif
Evaluasi Syok
6. Tekanan darah
– Masih mungkin normal dalam keadaan
syok
Tata Laksana
Syok Hipovolemia
Pemeriksaan klinis
• Hipoglikemi sering asimtomatis, pada keadaan ini terapi sudah harus dilakukan agar prognosis
menjadi lebih baik.
• Gejala yang sering terlihat adalah:
– Tremor ("jitteriness")
– Bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin
– Sianosis
– Kejang
– Apne atau nafas lambat, tidak teratur Pertahankan glukosa darah
– Tangis melengking atau lemah merintih. 50 – 110 mg/dl
– Hipotoni (2.8 – 6.0 mmol/L)
– Masalah minum
– Nistagmus gerakan involunter pada mata
Hipoglikemia
Manajemen Hipoglikemi :
1. Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus pelan dalam 5
menit.
2. Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan larutan
glukose melalui pipa lambung dengan dosis yang sama.
3. Infus Glukose 10% sesuai kebutuhan rumatan, kemudian lakukan
rujukan.
4. Anjurkan ibu menyusui.
5. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Perdarahan
Normalnya perdarahan akan berhenti spontan karena spasme arteri,
trombosit, faktor pembekuan
Penyebab :
1. Kerusakan pembuluh darah : trauma (terutama pada bayi prematur)
2. Trombositopeni : sepsis, DIC, autoimun trombositopenia
3. Fungsi trombosit abnormal : aspirin saat hamil
4. Penurunan faktor pembekuan : hemorrhagic disease of the newborn
(vitamin K), hemofili, DIC, penyakit hati, antikoagulan saat hamil
Perdarahan
37
Ikterus/
Hiperbilirubinemia
Ikterus adalah :
Pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum mencapai ≥ 5
mg/dL. (85 µmol/L).
Disebut hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dL.
Prinsip Dasar :
1. Bayi sering mengalami ikterus pada mingu pertama kehidupan, terutama bayi kurang bulan.
2. Dapat terjadi secara normal atau fisiologis dan patologis.
3. Kemungkinan ikterus sebagai gejala awal penyakit utama yang berat pada neonatus.
4. Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan yang berlebihan dan atau
pengeluaran yang kurang sempurna.
5. Ikterus perlu ditangani secara seksama, karena bilirubin akan masuk ke dalam sel syaraf dan
merusak sehingga otak terganggu dan mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup atau
kematian (ensefalopati biliaris) .
38
Ikterus/
Hiperbilirubinemia
Pemeriksaan Klinis :
– Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir asal dengan
menggunakan pencahayaan yang memadai. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit
dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan:
• Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi;
• Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai;
• Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.
– Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan
ekstremitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda klinis ikterus
pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati penjalaran ikterus ke
arah kaudal tubuh.
– Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat pewarnaan kuning pada
tubuh metode Kremer.
39
Ikterus/
Hiperbilirubinemia
D era ja t D a e ra h I k te ru s P erkira a n
Ikte ru s kadar
bilirubin
I D a era h kepa la da n le h er 5 .0 m g %
II S a m p ai ba da n atas 9 .0 m g %
III S am p ai badan baw ah h in g g a 1 1 .4 m g %
tu ng ka i
IV S a m p ai da era h leng a n, ka ki 1 2.4 m g %
ba w a h, lutu t.
V S am p ai daerah telapak tan gan 1 6 .0 m g %
da n ka ki
40
Ikterus/
Hiperbilirubinemia
Pemeriksaan penunjang
6. Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya jarang tersedia, sehingga pemeriksaan atau
penajaman klinis sangat diutamakan
7. Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut
8. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat kelahiran.
9. Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap
persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
10. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama kelahiran.
42
Ikterus/
Hiperbilirubinemia
43
Pedoman Terapi
Hiperbilirubinemia - KeMenKes
S a a t tim b u l B a yi c u k u p b u la n s e h a t B a y i d e n g a n fa k to r risiko
ik te ru s ka da r biliru bin , m g / dl; (u m o l/ l) (k a d a r b iliru b in ,
m g / d l;u m o l/ l)
H ari ke 1 S etiap terlihat ikterus S etiap terlihat ik terus
H ari ke 2 15 (26 0) 13 (22 0)
H ari ke 3 18 (31 0) 16 (27 0)
H ari ke 4 dst 20 (34 0) 17 (29 0)
44
Pedoman Terapi
Hiperbilirubinemia - WHO
45
Temperatur
tubuh neonatus
36.5 ⷪ C
Stres dingin hati-hati
36.0 ⷪ C Hipotermi sedang hangatkan bayi
32.0 ⷪ C
Hipotermi berat hampir meninggal
Perawatan segera oleh tenaga terlatih
Mekanisme
Kehilangan Panas
Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaab basah atau
tidak dikeingkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan hangat
Bayi dengan hipotermia beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan
kematian
Bayi prematur atau BBLR lebih rentan mengalami hopotermia
Bayi tidak boleh menjadi hipertermia (> 37 ⷪ C)
Mekanisme
Kehilangan Panas