Anda di halaman 1dari 53

Kegawat

Daruratan Neonatus

dr. Rena Tresna Wulandhani, MMRS


PENDAHULUAN

Berbagai Masalah Kegawatdaruratan Neonatus


1. Suhu  hipotermi, hipertermi
2. Pernapasan  apnea, sesak, hipoksia
3. Sirkulasi  syok/renjatan
4. Saluran cerna  kembung, muntah
5. Traktus urinarius  anuri, poliuri
6. Metabolisme  hipoglikemi, hipokalsemi
7. Lain-lain  perdarahan, kejang, kuning
2
SESAK NAPAS
Gejala klinis:
1. Takipnu : frekuensi napas  60/menit
2. Sianosis sentral pada udara kamar
3. Retraksi
4. Expiratory grunting
Bila  2 gejala klinis  sesak napas
Evaluasi distress napas
Skor Downe

0 1 2
Frekuensi < 60x/menit 60-80 x/menit > 80x/menit
Napas
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat

Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang Sianosis menetap


dengan O2 walaupun diberi O2
Air Entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stetoskop tanpa alat bantu
Evaluasi distres napas
(Skor Downe)

Skor < 4 Gangguan pernapasan ringan

Skor 4 – 5 Gangguan pernapasan sedang  CPAP


(Continuous Positive Airway Pressure)
Skor > 6 Gangguan pernapasan berat
(Analisa gas darah harus dilakukan) 
ventilator
GANGGUAN NAFAS
Klasifikasi Gangguan Nafas

F re k u en si Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi


napas
> 60 DENGAN S ia n o s is s e n tra l D A N ta rik a n d in d in g d a d a a ta u Gangguan
kali/menit m e rin tih s a a t e k s p ira s i. n ap a s b er a t
ATAU > 90 DENGAN Sianosis sentral ATAU tarikan dinding
kali/ menit dada ATAU merintih saat ekspirasi.
ATAU < 30 DENGAN Gejala lain dari gangguan napas.
kali/ menit atau TANPA
60-90 DENGAN T a rik a n d in d in g d ad a A T A U m e rin tih s a a t Gangguan
kali/menit ekspirasi n ap a s se d a n g
tetapi
TAN PA Sianosis sentral
ATAU > 90 TANPA Ta rik a n d in d in g d a d a a ta u m e rin tih s a a t
kali/ menit e k s p ira s i a ta u s ia n o s is s e n tra l.
60-90 TANPA Ta rik a n d in d in g d a d a a ta u m e rin tih s a a t Gangguan
kali/menit e k s p ira s i a ta u s ia n o s is s e n tra l. n ap as rin ga n
60-90 DENGAN Sianosis sentral Kelainan
kali/menit jantung
tetapi Tarikan dinding dada atau merintih. kon ge n ital
TAN PA
GANGGUAN NAFAS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Untuk Puskesmas biasanya sangat jarang tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, maka ketajaman
pengamatan atau pemeriksaan klinis sangat diutamakan
• Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan preparat darah apus untuk mendiagnosis kemungkinan adanya infeksi atau
sepsis neonatal

MANAJEMEN UMUM
• Pasang jalur infus intravena , sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan
dehidrasi berikan infuse Dekstrosa 5 %
– Pantau selalu tanda vital
– Jaga patensi jalan napas
– Berikan Oksigen ( 2-3 liter/menit dengan kateter nasal )
• Jika bayi mengalami apnea:
– Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
– Lakukan penilaian lanjut
• Bila terjadi kejang beri tata laksana kejang
• Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia )
• Pemberian nutrisi adekuat
GANGGUAN NAFAS
MANAJEMEN LANJUT
GANGGUAN NAPAS RINGAN
1. Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa gejala-
gejala lain disebut Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), terutama terjadi setelah bedah sesar.
Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun
demikian, pada beberapa kasus, gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
2. Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
3. Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya, terapi untuk
Kemungkinan besar sepsis dan tangani gangguan napas sedang dan segera dirujuk ke Rumah Sakit
Rujukan
4. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu
cara alternatif pemberian minum.
5. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O 2
jika frekuensi napas antara 30–60 kali/menit.
6. Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 30-60 kali/menit, tidak
ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat
dipulangkan
GANGGUAN NAFAS
MANAJEMEN LANJUT
GANGGUAN NAPAS SEDANG
1. Lanjutkan pemberian O2 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan O 2 4-5
liter/menit dengan sungkup
2. Bayi jangan diberikan minum.
3. Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi Kemungkinan
besar sepsis:
a. Suhu aksiler < 34 oC atau > 39 oC;
b. Air ketuban bercampur mekonium;
c. Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam).
4. Bila suhu aksiler 34 – 36.5 oC atau 37.5 – 39 oC tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang
setelah 2 jam:
a. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada perbaikan, berikan antibiotika
untuk terapi Kemungkinan besar sepsis
b. Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal, ulangi tahapan tersebut
diatas.
GANGGUAN NAFAS
MANAJEMEN LANJUT
GANGGUAN NAPAS SEDANG - LANJUTAN
5. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam.
6. Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas menurun tidak
kurang dari 30 kali/menit, tarikan dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang)
disertai perbaikan tanda klinis: Kurangi terapi O2 secara bertahap.
7. Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras dengan memakai salah satu cara alternatif pemberian minum.
8. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali
tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tak ada alasan
bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan.
9. Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam,
terapi untuk Kemungkinan besar sepsis dan segera rujuk ke Rumah Sakit Rujukan
CPAP
Ventilator
APNEU

Apneu
Henti napas  20 detik sehingga
menyebabkan bradikardi atau sianosis

Periodic apneu
Henti napas < 20 detik, tidak terdapat
bradikardi atau sianosis
APNEU

Penyebab apneu :
1. Prematuritas (tersering)
2. Distress pernapasan
3. Infeksi : sepsis / meningitis
4. Hipoksia, hipotermi, hipoglikemi
5. Hipertermi
6. Perdarahan periventrikular
7. Refluks gastroesofageal
8. Kejang
9. Analgesik/sedasi pada ibu
10. Anemia
APNEU

Tata laksana apneu (umum) :


1. Tata laksana sesuai penyebab
2. Jaga suhu 36,50-37,50C
3. Berikan oksigen head box
4. Nasal CPAP
5. Ventilasi mekanik
Kejang
BENTUK KEJANG NEONATUS
Kejang subtle Menghisap, mengunyah, juluran lidah,
kedipan mata, mengayuh

Kejang tonik Kekakuan simetris pada batang tubuh,


leher, tungkai

Kejang klonik Kontraksi ritmik otot tungkai, batang


tubuh

Kejang mioklonik Kontraksi mendadak secara acak,


berulang pada otot tungkai dan badan
Temua n
P e m e riks a an

Kejang
p e n u n ja n g /
d ia g n o s is lain K e m u n gk in an
Anamnesis Pemeriksaan
y a n g su d a h diagnosis
diketahui
 T im b ul sa a t la h ir  Ke ja ng, tre m o r, letargi K a da r G L U K O S E Hipoglikemia
sa m p a i d e n g an h ari a ta u tid a k sa d a r d arah K U R A N G dari
ke 3  B a yi k ec il (b era t la h ir < 4 5 m g /d L (2 .6
 R iw a ya t ibu 2 ,5 0 0 g a ta u u m u r m m ol/L) Diagnosis banding
D ia b e tes k e h a m ila n < 3 7
m in g g u )
 B ay i sa n g at be s a r ( be rat
kejang, spasme dan tidak sadar
la hir > 4 ,0 0 0 g )
 Ib u tid a k  Spasm e In feks i ta li p us a t Tetanus
diim u nisasi te ta n us n eon a to ru m
to ks oid Temua n
 M a la s m in u m P e m er iksaan
se s u d a h m in u m p e n u n ja n g /
n orm a l se b elu m n ya d ia g n o s is lain K em u n gk in an
Anamnesis Pemeriksaan
 Tim b u l p a d a h a ri ya n g su d a h diagnosis
ke 3 sam pai 14 diketahui
 La h ir d i ru m a h pa rtu s la m a atau
d e n g an lin gk un ga n g a w a t ja n in )
 Tim b u l p a d a ha ri  Ke ja ng a ta u tid a k sa d a r P e rd a r a h a n
k ura n g h ig ie n is
ke 1 sam pai 7  B a yi kecil (b era t la h ir < in trav en trik u l
 Pe ng o lesa n b a ha n  K o n disi ba yi 2 ,5 0 0 g a ta u um u r ar (N ila i d a n
tid ak ste ril p a d a tali m endada k k e ha m ila n < 3 7 ta n g a ni
p usa t m em b uruk m in g g u ) p e rd a ra h an d an
 Tim b u l p a d a h a ri  Ke ja n g a ta u tid a k sa d a r S e p sis Curiga  M e n d a d a k p u ca t  G a n g g u a n n a p a s b e ra t ju g a a sfiks ia
k e 2 a ta u lebih  U B U N - U B U N besa r meningitis  B e lu m m en d a p a t n e o na to ru m )
m e m b o n jo l (tangani in je ks i vit.K 1
Ik teru s h e b at tim b u l  K e ja ng H a sil tes C o o m b s Ensefalopati
 Le ta rg i m e n in g itis d a n
p a d a h ari k e 2  O p is to to n u s p os itif bilirubin
o b a ti k eja n g ) (K e rn -ik te ru s)
En s e fa lo p ati tim bu l
 R iw a ya t re s us ita si  Ke ja n g a ta u tid a k sa d a r A sfik sia p a d a ha ri k e 3 - 7 (o b a ti k eja n g
p ad a s aa t lah ir ata u  La y u h a ta u le ta rg i n e o n a to ru m Ik teru s h e b at ya n g dan tangani
b ay i tid a k b e rn a pa s  Gangguan napas d a n / a ta u tid a k a ta u Ensefalopati
m in im a l s atu m e n it  S u h u tid a k n or m a l T ra u m a (o b a ti te rla m ba t dio ba ti b ilir ub in )
se s u d a h la h ir  M en g a n tu k a ta u k eja n g , d a n
 Tim b u l p a d a h a ri a ktivitas m e n u ru n ta nga ni asfiksia
k e 1 sa m p a i k e 4  Irita b e l a ta u re w e l n e o na to ru m )
 Pe rs a lin a n den gan
p e n y ulit (m is a l
Kejang

Tata laksana kejang :


1. Penanganan suportif umum
– Posisikan, hisap mulut / jalan napas
– Oksigenisasi, bila perlu VTP
– Pemasangan jalur intravena
2. Menghentikan kejang (fase akut)
3. Mencari penyebab kejang
4. Mencegah /mengendalikan kejang
Kejang

Obat anti kejang - WHO


 Lini pertama
• Fenobarbital IV dengan loading dose 20 mg/kg IV selama 10-15
menit.
• Loading dose ulangan dapat diberikan sebanyak 20 mg/kg IV bila
kejang belum teratasi
 Lini kedua
Fenitoin IV 20mg/kg IV dilarutkan dalam larutan NaCl 0,9% dengan
kecepatan pemberian 1mg/kg/menit
 Lini ketiga
Midazolam 0,15 mg/kg IV bolus diikuti dengan infus midazolam
1-4g/kg/menit.
Kejang

Obat anti kejang – KeMenKes


Medikamentosa
• Fenobarbital 20 mg/kgBB intra vena dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak
berhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan
selang waktu 30 menit.
• Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena,
maka dapat diberikan intramuskuler
• Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kgBB intravena dalam larutan garam
fisiologis dengan kecepatan 1mg/kgberat badan / menit.

Pengobatan rumatan
• Fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara
intravena atau per oral, sampai bebas kejang 7 hari.
• Fenitoin 4-8 mg/kgBB/hari intravena atau per oral, dosis terbagi dua atau tiga.
Syok

Tanda klinis syok :


1. Waktu pengisian kapiler menurun (>3 detik)
2. Tangan dan kaki dingin, badan hangat
3. Takikardi atau bradikardi
4. Tekanan darah rendah
5. Pucat atau sianosis
Syok

Penyebab :
1. Hipoksia
2. Perangsangan refleks vagal
3. Perdarahan
4. Dehidrasi
5. Sepsis
6. Gagal jantung
SYOK
Tata laksana :
1. Sesuai etiologi
 Beri oksigen pada hipoksia
 Tranfusi darah pada perdarahan
 Antibiotik pada kasus infeksi
2. Memperbaiki perfusi perifer dengan cairan IV : 10 ml/kg
NaCl 0,9% dalam 30 menit dapat diberikan 2x
3. Pemberian obat – obatan : Dopamin
SYOK

Penyebab Syok :
1. Hipovolemia Syok hipovolemia

2. Gagal jantung Syok kardiogenik

3. Infeksi Syok septik


Evaluasi Syok

1. Usaha bernapas

2. Nadi
– Kekuatan
– Perbandingan
brakhial dan
femoral
Evaluasi Syok

3. Perfusi perifer
– Capillary refill time (CRT)
• Normal  ≤ 3 detik
• Bandingkan ekstremitas
atas dan bawah
– Kulit teraba dingin
Evaluasi Syok
4. Warna
– Sianosis
– Pucat, putih
• Hemoglobin rendah
– Mottled skin
Evaluasi Syok

5. Denyut jantung
– Normal
• 120 – 160 x/mnt
• Dapat bervariasi antara 80 – 200 x/mnt
– Bradikardia (< 100)
• Hipoksemia, hipotensi, asidosis  sistem konduksi ditekan
– Takikardia (> 180)
• Dapat mengindikasikan ↓ curah jantung, gagal jantung kongestif
Evaluasi Syok
6. Tekanan darah
– Masih mungkin normal dalam keadaan
syok
Tata Laksana
Syok Hipovolemia

1. Tanpa perdarahan akut


– Normal saline 10 cc/kg dalam 30 menit, jika gagal
dapat diulang 2 kali

2. Dengan perdarahan akut


– Packed RBC
– Whole blood
– Periksa ulang setelah pemberian transfusi
Tata Laksana
Syok Hipovolemia

3. Atasi masalah penyebab yang mengganggu fungsi jantung :


– Hipoksia
– Hipoglikemia
– Hipotermia
– Hipotensi
– Asidosis
– Aritmia
– Infeksi
– Imbalans elektrolit/mineral
Hipoglikemia
Hipoglikemi :
 Keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L)

Pemeriksaan klinis
• Hipoglikemi sering asimtomatis, pada keadaan ini terapi sudah harus dilakukan agar prognosis
menjadi lebih baik.
• Gejala yang sering terlihat adalah:
– Tremor ("jitteriness")
– Bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin
– Sianosis
– Kejang
– Apne atau nafas lambat, tidak teratur Pertahankan glukosa darah
– Tangis melengking atau lemah merintih. 50 – 110 mg/dl
– Hipotoni (2.8 – 6.0 mmol/L)
– Masalah minum
– Nistagmus gerakan involunter pada mata
Hipoglikemia
Manajemen Hipoglikemi :
1. Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus pelan dalam 5
menit.
2. Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan larutan
glukose melalui pipa lambung dengan dosis yang sama.
3. Infus Glukose 10% sesuai kebutuhan rumatan, kemudian lakukan
rujukan.
4. Anjurkan ibu menyusui.
5. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Perdarahan
Normalnya perdarahan akan berhenti spontan karena spasme arteri,
trombosit, faktor pembekuan

Penyebab :
1. Kerusakan pembuluh darah : trauma (terutama pada bayi prematur)
2. Trombositopeni : sepsis, DIC, autoimun trombositopenia
3. Fungsi trombosit abnormal : aspirin saat hamil
4. Penurunan faktor pembekuan : hemorrhagic disease of the newborn
(vitamin K), hemofili, DIC, penyakit hati, antikoagulan saat hamil
Perdarahan

Hemorrhagic disease of the newborn


• Saat lahir cadangan vitamin K terbatas  berperan dalam
produksi faktor pembekuan
• ASI hanya sedikit mengandung vitamin K
• Bila tidak diberi suplementasi vitamin K pada hari ke 4-7
faktor pembekuan menurun, kembali normal setelah bakteri
usus memproduksi vitamin K
• Gejala klinis : hematemesis, melena, hematom, perdarahan
dari umbilikal, perdarahan dari bekas luka tusukan
• Pencegahan : vitamin K1 1 mg intramuskular
Masalah
Saluran Cerna

• Kembung, muntah, perdarahan  NEC (Necrotizing


Enterocolitis)
• Syarat pemberian minum:
– Tidak sakit berat
– Sirkulasi baik
• Residu yang dapat ditolerir : < 15 – 20 % dari total minum
sebelumnya
• Mekonium harus keluar < 48 jam  berhubungan dengan
atresia ani ; Hirschprung
• Air liur >> + polihidramnion  atresia esofagus dan/ atau
sumbatan saluran cerna lainnya
36
Masalah
Traktus Urinarius

• Urin harus keluar < 24 jam


• Normal 2 – 4 ml/kg/jam
• Oliguri/ anuri : mungkin
hipoalbuminemi/syok

37
Ikterus/
Hiperbilirubinemia

Ikterus adalah :
 Pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum mencapai ≥ 5
mg/dL. (85 µmol/L).
 Disebut hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dL.

Prinsip Dasar :
1. Bayi sering mengalami ikterus pada mingu pertama kehidupan, terutama bayi kurang bulan.
2. Dapat terjadi secara normal atau fisiologis dan patologis.
3. Kemungkinan ikterus sebagai gejala awal penyakit utama yang berat pada neonatus.
4. Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan yang berlebihan dan atau
pengeluaran yang kurang sempurna.
5. Ikterus perlu ditangani secara seksama, karena bilirubin akan masuk ke dalam sel syaraf dan
merusak sehingga otak terganggu dan mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup atau
kematian (ensefalopati biliaris) .

38
Ikterus/
Hiperbilirubinemia

Pemeriksaan Klinis :
– Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir asal dengan
menggunakan pencahayaan yang memadai. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang. Tekan kulit
dengan ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
subkutan:
• Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi;
• Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai;
• Hari 3 dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki.
– Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan
ekstremitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda klinis ikterus
pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati penjalaran ikterus ke
arah kaudal tubuh.
– Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat pewarnaan kuning pada
tubuh metode Kremer.

39
Ikterus/
Hiperbilirubinemia

Pembagian Ikterus menurut Metode Kremer

D era ja t D a e ra h I k te ru s P erkira a n
Ikte ru s kadar
bilirubin
I D a era h kepa la da n le h er 5 .0 m g %
II S a m p ai ba da n atas 9 .0 m g %
III S am p ai badan baw ah h in g g a 1 1 .4 m g %
tu ng ka i
IV S a m p ai da era h leng a n, ka ki 1 2.4 m g %
ba w a h, lutu t.
V S am p ai daerah telapak tan gan 1 6 .0 m g %
da n ka ki

40
Ikterus/
Hiperbilirubinemia

Perkiraan Klinis derajat Ikterus


1. a Bila ikterus terlihat di bagian mana saja dari tubuh bayi pada hari 1,
menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi sinar sesegera mungkin,
jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar
bilirubin serum.
2. b Bila ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke tangan dan kaki pada
hari 2, menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi sinar sesegera
mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan
kadar bilirubin serum.

Usia I k te r u s te r lih a t p a d a Klasifikasi


Hari 1 S etia p ik teru s ya n g te rlih a t a
Hari 2 Lengan dan tungkai b
Ikteru s b era t
H a ri 3 da n Ta ng a n d a n ka ki
seterus nya 41
Ikterus/
Hiperbilirubinemia

Perkiraan Klinis derajat Ikterus - Lanjutan


3. Pemeriksaan tanda klinis lain seperti gangguan minum, keadaan umum, apnea, suhu yang labil,
sangat membantu menegakkan diagnosis penyakit utama disamping keadaan
hiperbilirubinemianya.
4. Tindak lanjut pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia harus dilakukan setelah bayi
dipulangkan terutama pada 7 hari pertama pasca kelahiran.
5. Bila ikterus menetap sampai minggu ke 2 pasca kelahiran, dianjurkan untuk pemeriksaan kadar
billirubin serum total dan direk, serta kadar bilirubin dalam urin.

Pemeriksaan penunjang
6. Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya jarang tersedia, sehingga pemeriksaan atau
penajaman klinis sangat diutamakan
7. Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut
8. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat kelahiran.
9. Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap
persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutuhkan.
10. Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama kelahiran.

42
Ikterus/
Hiperbilirubinemia

Manajemen Ikterus/ Hiperbilirubinemia :


1. Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat untuk
kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu.
2. Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ASI eksklusif lebih sering
minimal setiap 2 jam.
3. Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau dengan gelas dan
sendok.
4. Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar mata hari pagi selama 30 menit selama 3-4 hari.
Jaga agar bayi tetap hangat.
5. Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat menimbulkan ensefalopati biliaris.
6. Setiap Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran adalah patologis dan membutuhkan
pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar bilirubin serum total, pemeriksaan kearah adanya
penyakit hemolisis.
7. Pada bayi dengan Ikterus Kremer III atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap setelah
keadaan bayi stabil

43
Pedoman Terapi
Hiperbilirubinemia - KeMenKes

Panduan Terapi Sinar untuk Ikterus/ Hiperbilirubinemia :

S a a t tim b u l B a yi c u k u p b u la n s e h a t B a y i d e n g a n fa k to r risiko
ik te ru s ka da r biliru bin , m g / dl; (u m o l/ l) (k a d a r b iliru b in ,
m g / d l;u m o l/ l)
H ari ke 1 S etiap terlihat ikterus S etiap terlihat ik terus
H ari ke 2 15 (26 0) 13 (22 0)
H ari ke 3 18 (31 0) 16 (27 0)
H ari ke 4 dst 20 (34 0) 17 (29 0)

44
Pedoman Terapi
Hiperbilirubinemia - WHO

Fototerapi Transfusi Tukar


24 jam 10-12 (7-10) 20 (18)
25-48 jam 12-15 (10-12) 20-25 (20)
49-72 jam 15-18 (12-15) 25-30 (>20)
>72 jam 18-20 (12-15) 25-30 (>20
Kadar bilirubin dalam mg/dL
Angka dalam kurung merupakan kadar bilirubin untuk bayi dengan
faktor risiko

45
Temperatur
tubuh neonatus

Neutral Thermal Environment


• Kisaran suhu lingkungan sehingga bayi dapat
mempertahankan suhu tubuhnya tetap normal dengan
metabolisme basal minimum dan kebutuhan oksigen
terkecil
Temperatur
tubuh neonatus

37.5 ⷪ C Kisaran normal

36.5 ⷪ C
Stres dingin  hati-hati
36.0 ⷪ C Hipotermi sedang  hangatkan bayi

32.0 ⷪ C
Hipotermi berat  hampir meninggal
Perawatan segera oleh tenaga terlatih
Mekanisme
Kehilangan Panas

 Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaab basah atau
tidak dikeingkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan hangat
 Bayi dengan hipotermia beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan
kematian
 Bayi prematur atau BBLR lebih rentan mengalami hopotermia
 Bayi tidak boleh menjadi hipertermia (> 37 ⷪ C)
Mekanisme
Kehilangan Panas

Evaporasi Kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada


permukaan tubuh oleh panas itu sendiri
Konduksi Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin
Konveksi Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin
Radiasi Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari
suhu bayi
Pencegahan
Kehilangan Panas

Mencegah kehilangan panas :


1. Ruang bersalin yang hangat (± 25 ⷪ C)
2. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
3. Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
4. Inisiasi Menyusui Dini
5. Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
6. Jangan segera menimbang ( ± 1 jam sesudah lahir)
7. Jangan memandikan bayi baru lahir ( ± 6 jam sesudah lahir dan setelah kondisi
stabil )
8. Rawat Gabung
9. Resusitasi di lingkungan yang hangat
10. Transportasi hangat
11. Pelatihan untuk petugas dan konseling untuk keluarga
Pencegahan
Kehilangan Panas

Upaya Menurunkan Risiko Hipotermi :


• Suhu optimal untuk ruangan bersalin/OK dan ruang
perawatan
• Suhu ruangan bayi ideal 24 – 26o C
• Alas tidur, handuk pembungkus hangat dan topi
• Inkubator transpor hangat
• Saat melakukan tindakan, pastikan bayi hangat
• Pintu inkubator jangan sering dibuka
• Bila sudah stabil  metode kanguru
51
Perawatan
Bayi Sakit
Perawatan umum bayi sakit :
1. Pertahankan pernapasan dan sirkulasi
2. Pertahankan suhu tubuh
3. Minimal handling
4. Pemberian O2 bila perlu
5. Pengawasan tanda vital
6. Pemberian cairan IV
7. Pencegahan infeksi

Tidak boleh dilakukan pada bayi sakit :


8. Memberikan minum
9. Mengganggu bayi
10. Memandikan
11. Melakukan tindakan tanpa O2
Kesimpulan

Kegawatdaruratan pada neonatus


• Perlu antisipasi adanya kegawatan dengan penilaian
neonatus atas risiko
• Perlu deteksi sedini mungkin dan tata laksana sesegera
mungkin untuk mencegah terjadinya kerusakan organ
dan kematian

Anda mungkin juga menyukai