Anda di halaman 1dari 16

Hukum Adat

Puti Mayang Seruni S.H., M.H.


Di dalam seminar hukum adat dan pembinaan hukum nasional yang
diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)
dengan Universitas Gajah Mada (UGM) di Jogyakarta pada tanggal 15-
17 Januari 1975, dapat disepakati tentang rumusan hukum adat sebagai
berikut: “Hukum Indonesia asli yang tidak tertulis dalam bentuk
perundang-undangan Republik Indonesia yang di sana sini mengandung
usur-unsur agama”.
● Istilah hukum adat berasal dari Belanda yaitu “adatrecht” yang pertama kali dikemukakan
Snock Hurgonje.
● C. Van Vollenhoven (1928), hukum adat adalah bahwa Hukum Indonesia dan kesusilaan
masyarakaat merupakan hukum adat dan adat yang tidak dapat dipisahkan serta hanya
mungkin dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya.
● Hukum Adat hakekatnya merupakan komplesitas adat-adat yang tidak dikitabkan, tidak
dikodifikasikan dan bersifat paksaan mempunyai sangsi (dari hukum) dan mempunyai
akibat hukum.
● Sistem Hukum Adat bersumber pada peraturan-peraturan yang tidak tertulis yang
tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.

Dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adat adalah sistem hukum yang tidak tertulis, yang
tumbuh dan berkembang serta terpelihara karena sesuai dengan kesadaran hukum
masyarakatnya.
● Hukum Adat mempunyai tipe tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek
moyang.
● Pemuka Adat (datuk) sangat berperan dalam melaksanakan sistem hukum adat. Sebagai
pemimpin sangat disegani, dan memiliki pengaruh yang besar dalam lingkungan
masyarakat hukum adat, untuk memlihara ketertiban dan ketentraman masyarakat.
● Hukum Adat senantiasa dapat menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan
yang terjadi dalam masyarakat, dikarenakan sifatnya tidak tertulis.
VAN VOLLENHOVEN MEMBAGI LINGKUNGAN HUKUM ADAT DI INDONESIA
buku Het Adatrecht van Nederland Indie” (1901-1933), “Een Adatwetboekje voor heel Indie” (1910),
dan “De ontdekking van het Adatrecht” (1928).
:
● Aceh
● Gayo, Alas, daerah Batak
● Minangkabau
● Sumatra selatan
● Daerah melayu
● Bangka dan Belitung
● Kalimantan
● Minahasa
● Gorontalo
● Daerah toraja
● Sulawesi selatan
● Kepulauan ambon
● Kepulauan ternate
● Irian barat
● Kepulauan tomor
● Bali dan Lombok
● Jawa timur, madura jawa tengah
● DIY dan Surakarta
● Jawa barat
Dasar Berlakunya Hukum Adat

Masa Kolonial Belanda


● Hukum adat telah diberlakukan secara resmi oleh pemerintah Hindia
Belanda, yakni melalui ketentuan Pasal 11 AB [Algemene Bepalingen van
Wetgeving voor Indonesie (dapat diterjemahkan sebagai Ketentuan-
Ketentuan Umum Mengenai Perundang-undangan di Indonesia)],
● yang menyatakan bahwa “......hukum yang berlaku bagi orang Indonesia
(asli) adalah Undang-Undang Agama mereka, lembaga-lembaga
kebudayaan dan kebiasaan ...”. Di samping itu dapat pula dilihat ketentuan
Pasal 75 ayat (3) RR. 1854 jo Pasal 131 ayat (2) sub.b IS (Indische
Staatsregeling), yang menyatakan: “golongan hukum” Indonesia (asli) dan
golongan Timur Asing berlaku Hukum Adat mereka”
Masa Setelah Kemerdekaan

● Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, ada berlaku


tiga Undang-Undang Dasar/Konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar
1945, Konstitusi Republik Indonesia Serikat, dan Undang-Undang
Dasar Sementara dan kemudian kembali lagi kepada Undang-
Undang Dasar 1945.
Karakter Hukum Adat

● Adat dan Hukum Adat


Tidak semua adat merupakan hukum. Ada perbedaan antara adat-
istiadat dengan hukum adat. Oleh van Vollenhoven dikatakan bahwa
hanya adat yang bersanksi sajalah yang dapat dikatakan sebagai hukum
adat. Sanksi adat adalah berupa “reaksi adat” dari masyarakat yang
bersangkutan, yakni berupa upaya pemulihan keseimbangan atas
peristiwa terguncangnya keseimbangan masyarakat.
● Hukum Adat Adalah Hukum Non-Statutair

Hukum Adat pada umumnya ada dalam bentuk yang belum/tidak tertulis.
Apabila hukum adat itu dipelajari dengan sungguh- sungguh, diteliti tidak
dan dihayati tidak dengan rasio saja, melainkan dengan penuh
perasaan, maka akan dapat ditemukan suatu sumber yang
mengagumkan yakni berupa adat-istiadat yang hidup dan berkembang
dalam masyarakat di Indonesia.
● Hukum Adat Tidak Statis
Hukum adat terus menerus dalam keadaa tumbuh dan berkembang
seperti hidup itu sendiri. Oleh van Vollenhoven dikatakan bahwa hukum
adat pada waktu yang telah lampau agak beda isinya dengan yang
sekarang, hukum adat itu menunjukkan perkembangan. Selanjutnya
dikemukakan pula bahwa hukum adat itu berkembang dan maju terus,
keputusan-keputusan adat menimbulkan hukum adat.
Nilai Universal dalam Hukum Adat

● Hukum adat yang tradisional ini menunjukkan nilai-nilai yang


universal, seperti:
1. Asas gotong royong
2. Fungsi sosial manusia dan milik dalam masyarakat
3. asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum
4. Asas perwakilan dan permusyawaratan dalam system pemerintahan
sendi-sendi hukum adat

● Mempunyai sifat kebersamaan atau komunal yang kuat;


● Mempunyai corak religio-magis yang berhubungan dengan
pandangan hidup alam Indonesia.
● Hukum adat diliputi oleh pikiran penataan serba konkrit, artinya
hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan berulang-
ulangnya perhubungan- perhubungan hidup yang konkrit.
● Hukum adat mempunyai sifat yang visual, artinya perhubungan
hukum dianggap terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan
yang dapat dilihat (tanda-tanda yang kelihatan).
HUKUM ISLAM
Hukum Islam hakekatnya adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Rasul
tentang tingkah laku manusia mukallaf (subjek hukum) diakui dan dinyatakan berlaku dan
mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.
Dari pengertian tersebut terkandung 2 unsur yang terdapat dalam Hukum Islam, yaitu :
1. Berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul, yaitu seperangkat peraturan tersebut
digali (bersumber) dari dan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Rasul, atau yang
biasa disebut dengan syari’at (syara’ dan fiqh);
2. Tentang tingkah laku mukallaf, yaitu bahwa hukum tersebut mengatur tindakan lahir
dari manusia yang telah dikenai hukum (umat Islam).
Sistem Hukum Islam bersumber kepada :
1. Al-Qur’an, yaitu Kitab Suci kaum muslimin diturunkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril;
2. Sunnah Nabi, yaitu cara hidup (tingkah laku) dari Nabi Muhammad SAW atau cerita-
cerita (hadits) mengenai Rasulullah SAW;
3. Ijma’, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hal dalam cara bekerja
(berorganisasi);
4. Qiyas, yaitu analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua
kejadian.
Sistem hukum dalam hukum fikh terdiri dari dua hukum pokok yaitu hukum rohaniah disebut
ibadat. Hukum duniawi terdiri dari :
● Hukum rohaniah
●hukum duniawi
 muamalat tata tertib hukum antar manusia (jual beli, hk. Tanah, hak milik dll)
 Nikah yaitu membentuk keluarga
● Jinayat yaitu hukum pidana, ancaman hukuman terhadap hukum allah dan kejahatan

Anda mungkin juga menyukai