Anda di halaman 1dari 194

Dr.

Dakir, M*A-
Latifalr Husien, S.Pd. v
X-Media

MANAJEMTN
ETRBASIS
SEK@LAH
(MD$)
/,

-'t

Editor:
Prof, II. B.usta,m Efendl' M.Pd., Ph.D.
MANtrJEMEN BERBASIS SEKOLEH
(ItIBs)
UU No 19 Tahun 2002, Tentang Hak Cipta

FuDgsi dxn Sif.r hak Cipta Pasa.l 2


1. Hak Cipu mcrupakan hak cksklusif bagi pencipta atau pemcgang Hak Cipt unruk
mengumumkan arau menrperbanl.a_k ciptaannta, lang tinrbul secara otomatjs setetal.r
suxtu ciptaao dihhikxd tanpa mcoguranld pcmbaursan mcnurur pcraturan perundang
undargan vang berlaku.

Hek Tcrkait P:rsal 49


1. Pelaku memilki hal cLsklusif untuk membcrikan izir auu rnelarang pihak l"1in liaflg
taopa perseruiuannya mcmbuaq mcmpcrbanyrJi, atau mcnviarkan reliimafl suxra
dan/atau grmbar penun jukannva.

Sanltsi Pelangaraa Pasal 72


I. Barangsiapa dengan sengeia dan ranpe hxk melxLuk.n perbuatan scbageimana dimaksud
dalrm pasd 2 ryl(r) acau pasal 49 apr (2) dipidana denga, pidana peDiara masiog.
masiag prtiog singkat I (satu) bulan den/atau denda paling sedikit Rp 1.OOObOO,OO
jura rupiah), arau pidrna pcojara patiog le$a 7 (tuiuh) tahun danlatau denda 6.i,
paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lime oiliat rupi.h).
2. Barangsiapa dengan scngx;x mcnliarkan, lo€rramerkan, mengedatkan, 2tau meDiual

\il"ar 9-111. sua.u ciptaso arau barang hasil pclanggaran Ha[ Cipu sebag.aimana
dimaksud dalem ayat i1), dipidana dcagan pidau peolara paing Umi S gimrj tatr"n
daa,/atau dcoda paliog baayak Rp 500.000.000,00 (liaia ntus i,u .ipiah)

I
MENAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
(MBs)

Penulis:
Dr. Dakir, M.A.
Latifah Husien, S.Pd.

Editor:
Prof. H. Rustam Effendi, M.Pd., Ph.D.

v
Penerbit K-Media
Yogyakarta, 2017
MANAIEMEN BERBASIS SEKOI.AH (MBS)

Dt. Dakir, M-{,. & Latifah Husien, S.Pd.

Editor : Prof. H. Rustam Effendi, M.Pd., Ph.D.


Desain Cover : Uki
Tata ktak Isi : Uki

Copl,right o 2017 by Penerbit K-Media


All right reserved

Isi diluar tanggung iawab percetakan

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.


Dilarang memperbanyak/menyebaduaskan dalam bentuk apapun
tanpa izin tertr.rlis dari Penerbit K-Media.

Cetalan Pertama: J aman 2017

Penerbit K-Media
Anggota IIi{PI
Perum Pondok Indah Banguntapan, Blok B-15
Potorono, Bangunapan, Banhtl. 55196. Yogyakarta
e-mail: kmedia.cv@gmail.com

Dakir & Latifah Husein


Manajemen Berbasis Sekolah @{BS), Dakir & I-atifah Husein.
-- Yogvakarta: Penerbit K-Media, 2017.
xii, 181 hlm. ; 23 cm.

ISBN: 978-602-6570-18-5

Hak Cipta 2017, pada Penulis


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kepada


Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah
mencurahkan segala nikmat, rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami
sehingga buku yang bajudul Monaiemen Berbasis Sekolah MBS)
irri
dapat diselesaikan dangan baik. Sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan oleh Allah SWT atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para pengikut beliau hingga akhir zaman
Buku ini sengaja ditulis dalam bentuk yang sangat sederhana untuk
memudahkan para pembaca yang akan mempelajari dan memperdalam
manajemen berbasis sekolah. Buku ini juga dirancang unhrk memenuhi
kebutuhan para mahasiswa yang mengambil jurusan ilmu pendidikan dan
keguruan, baik di perguruan tinggi umum ataupun agama'
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk
"memberdayakan sekolah", terutama sumber daya manusia (kepala
sekolah, guru, karyawan, orang tua sisw4 dan masyarakat sekitar), melalui
pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan'
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga bertujuan meningkatkan
jawab yang
kineeja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung
lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
tata pengelolaan sekolah yang bailq yaitu partisipasi dan akuntabilitas'
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterapkan di Indoensia
adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui
pemberian kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah
jelas
untuk melakukan pengambilan keputusan patTisipatif' Untuk lebih
tujuan penerapan MBS dapat dirinci sebagai berikut: (a) meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan manberdayakan sumber daya yang tenedia' (b)
meningkatkan keperdulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melatui pengambilan keputusao bersama' (c)
meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahny4 dan (d) meningkatkan kompetisi
yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akatr dicapai.
Kami sangat menyadari betapa terbatasnya pengetahuao dan
kemampuan dalam mengumpulkan bahan-bahan yang ada. Isi materi
dalam buku ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan, karena itu pula
segala kritik dan usaha konstruktif ke arah penyempumaan dengan tangan
terbuka kami harapkan.
Harapan kami, semoga buku ini membawa pencerahan kepada
para pembaca pada umumnya dan khususnya yang berminat memprerdalam
ilmu pendidikan dalam kajian manajemen berbasis sekolah. Semoga
bermanfaat. Amin Ya Rabbal 'Alamtu.

Palangka Raya, Janrnri 2017


Penulis,

Dr. Dakir, M.A


Latifah Husien, S.Pd

vl
PENGANTAR EDITOR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat


rahmat dan karunia-Nya lah buku yang ditulis oleh Saudara Dr' Dakir'
M.A dan Saudari Latifah Husien, S.Pd dengan judul "Manaiemen
Berbasis Sekotah" telah selesai dan diterbitkan. Sholawat dan salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
dan seluruh pengikut beliau yang setia hingga hati kiamat nanti.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan istilah yang
berasal dari tiga kata yaitu: manajemen, berbasis, dan sekolah. Masing-
masing mepunyai arti perlama, manajemen adalah "pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk
mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, kedua,
berbasis adalah berdasarkan pada atau berfokus pada, /@r,gd, sekolah
adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan 'bekal kemampuan
dasar'kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat
legalistik (makro, meso, mikro) dan profesionalistik.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) berkembang atas dasar
asumsi bahwa apabila sekolah memahami peran dan tanggung jawabnya,
paling kurang dalam hal pembiayaan, kepegawaian dan kurikulum, akan
melakukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki sekolahnya'
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu kebijakan yang
memindahkan atau menggeser pengawasan dan pengambilan keputusan
dari tingkat pemerintah pusat ke titrgkat sekolah. Selanjutnya MBS juga
memberi tekanan pada pendelegasian kewenangan ke sekolah dari tingkat
pusat. Demikian pula model pengambilan keputusan yang melibatkan
stakeholders dan lebih menekankan pada peran kepemimpinan yang
bersifat fasilitatif dari pada kepemimpinan direktif.
Pemyataan di atas mengandung makna bahwa MBS merupakan
upaya pengelolaan sekolah secara mandiri dalam hal alokasi sejumlah
sumber daya seperti, pengetahuan, teknologi, kewenangan/kekuasaan,

v11
sumber daya manusia, waktu, penilaian, informasi dan keuangan sesuai
dengan hrjuan, kebijakan, dan standar pertanggungiawaban pemerintah
pusat. MBS dimaksudkan untuk menciptakan struktur yang mendukung
pengambilan keputusan pada tingkat sekolah sehingga kepala sekolah dan
guru memiliki kendali yang lebih besar dalam pengambilan keputusan
menyangkut berbagai proses pembelajaran siswa.
Dalam kaitan hal ini pula saudara Dr. Dakir, M.A rtan Saudari
Latilah Husien, S,Pd mencoba membuat terobosan baru dengan harapan
kelak buku ini bisa menjadi bahan acuan yang mendasar dalam proses
pembelajaran, khususnya bagi mahasiswa yang mengambil bidang ilmu
pendidikan dan keguruan pada IAIN Palangka Raya dan perguruan tingi
umum lainnya di seluruh Indonesia.
Editor sangat menyambut dengan bangga, bahwa sekecil apapun
karya tulis yang dibuat dan disebarkan hendaknya bisa menjadi acuan
untuk kearah yang lebih besar dan patut dihargai, karena bagaimanapun
dari mereka-merekalah ilmu akan tertap nrengalir.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besamya kepada penulis yang
telah menyumbangkan sebagian kecil ilnunya dalam sebuah karya tulis
ini. Semoga apa yang telah dituangkan melalui buku ini bermanfaat untuk
kita semta- Amin

Banjarmasin, Januari 20 I 7

Prof. H. Rustam Effendi, M.Pd., Ph.D


Guru Besar Bahasa lndonesia
Universitas Lambung Mangkuat

vlll
DAFTAR ISI

BAGLA,N I
KONSEP DASAR MANAJEMEN PENDIDIKAN .... 1

I.1 Pengertian Manajemen I


1.2 Fungsi Manajemen...... t
1.3 Perkembangan Ilmu Manajemen dalam Pendidikan"" 6

1.4 Fitsafat dalam Ilmu Manajemen....... .....14


1.5 Manajemen Dalam Pendidikan . 20

2.1 Pengertian Manajemen Sekolah......... ..............23


2.2 Sekolah Sebagai Sebuah Organisasi... .....25
2.3 Kepala Sekolah sebagai Pimpinan Sekolah """ " 29
2.4 Tujuan dan Prinsip Manajemen Sekolah...""""' 32

2.5 Bidang Garapan Manajemen Sekolah ......""""' 34

BAGIAN III
SEJARAH, LANDASAN DAN KONSEP DASAR
MANAJEMENBERBASIS SEKOLAH......... ..........49
3.1 Sejarah Manajernen Berbasis Sekolah.-. ......49
3.2 Landasan Manajemen Berbasis Sekolah ." "" " """"""""" 51
3.3 Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah """" ""'""""""'54

lX
BAGIAN IV
ISTILAH, PENGERTIAN, TUJUAAN DAN MANFAAT
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH..............................................59
4.1 Istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ............................ SS
4.2 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ..................... 60
4.3 Tuj"e" 1431".1"."n Berbasis Sekolah (MBS)... ........................ 64
4.4 Manfaat Manajemen Berbasis Sekotah............... ...................... 67

BAGIAN V
ALASAN DILAKSANAKANNYA MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH......... ............................. 75
5.1 Mengapa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)... 75
5.2 Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah................. ............79
5.3 KarakteristikMBS.. .....,,84
5.4 Ciri ciri Manajemen Berbasis Sekolah..... .......88

BAGIAN VI
PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH 93
6.1 Penerapan Manajemen Berbasis SekoIah........................ 93
6.2 Proses Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah ............ 94
6.3 Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis
96
6.4 Kualitas Pendidikan...................................... 96

BAGIAN VII
USAHA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA
DAl\[ PROFESIONALISME GURU................................................... 105
7.1 Pengertian Kinerja ..... 105
7.2 Kinerja Guru....... ..... 109
7.3 Pengukuran Kine{a Guru ....... ..... I l0
7.4 Fakor-faktor Peningkat dan Penurun Kinerja Guru........... .....112
7.5 Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru........... ..... I l3

x
BAGIANl'Itr
PENGEMBANGAN SI,]MBER DAYA PENDIDIK DALAM
MENINGKATKAhI MUTU PENDIDIKAN.............................'........117
8.I Pengertian Pengembangan Sumber Daya Pendidik"" """""" 117
8.2 Urgensi Pengembangan Sumber Daya Pendidik """"""""-" 120

8.3 Ruang Lingkup Pengembangan Sumber Daya Pendidik """" 126

8.4 Faktor-faktoryangMempengaruhi Orientasi


Pengembangan Sumber Daya Pendidik.."""""" """ """""" I37
8.5 Pendekatan dan Prinsip dalam Pengelolaan Sumber Daya
.. 140

8.6 Proses Pengembengan Sumber Daya Pendidik dalam


Meningkatkan Mutu Pendidikan...... ........ 143
8.7 Dampak Pengembangan Sumber Daya Pendidik dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan.......'.. .. 150

BAGIAN D(
PEMBELAJARAII BERBASIS PAIKEM'..'...................'............."" r55
9.1 Konsep PAIKEM ........................... 155
9.2 Prinsip-Prinsip dan Indikator PAIKEM ....'........'...... " " " " " "' 1 60
9.3 Strategi untuk Membangun Tim..............................""""""" 162
9.4 Srategi Untuk Penilaian Cepat...... """""' 163
9.5 Strategi Untuk Pelibatan Belajar Langsung...........""""""""' 166
9.6 Strategi Uotuk Belajar Kelas Penuh......"" ' 168
g.7 Strategi Untuk Menstimulasi Diskusi Kelas """"""""""" --' 170

9.8 Strategi Untuk Belajar Bersama (Kolaboratifl """""""""'""172


g.g Strategi Untuk Pengajaran Teman Sebaya ' 175

xl
Manajanen Bobasis Sekola h

BAGIAN I
KON'EP DA'AR MANAIEMEN PENDIDIKAN

1.1 PengertianManaiemen
Manajernen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi'
Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang
sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha
mernahami mengapa dan bagaimana orang bekerja. Dikatakan sebagai kiat
oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara cara dengan
mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena
manajemen dilandasi oleh keahlian khusus unhrk mencapai suau prestasi
manajer, dan para profesional dituntut oteh kode etik (Fattah 2001: l)'
Indamwati (1981), mengatakan bahwa manajemen berasal dari kata to
manage (mengurus) yang maksudnya adalah usaha unhrk mengurus'
mengatur, membimbing, memimpin agar suatu usaha itu tercapai seperti
yang dikehendaki. Suatu proses kegiatan dari pada seorang pemimpin
(manager) yang harus dilakukan dengan menggunakan cara-cara pemikiran
yang ilmiah maupun yang praktis untuk mencapai kerjasama orang-orang
lain sebagai sumber tenaga kerja, serta dengan memanfatkan sumber-
sumber yang tersedia untuk itu dengan cara yang setepat-tepatnya'
Setiap penyelesaian tugas tertentu yang memerlukan banyak tenaga
manusia dan peralatan, akan membutuhkan manajemen. Dilihat dari segi
etimologis, kata "manajemen" berasal dari "managio" berarti
"pengurusan" ata.u "managiare" yang berarti melatih dalam mengatur
langkahJangkah (Baharuddin dan Moh Makin, 2010: 48), kata
"manajemen" juga berasal dari bahasa Inggris dari kata kerja "to manage"
yang identik dengan kata "to control' yang berarti mengelola, mengurus'
mengatur, memeriksa atau mengawasi (Hornby, 1987: 516)'
Ditinjau dari etimologi, kata "manajemen" memiliki banyak arti
yang dipandang oleh pakar-pakar, antara lain misalnya Geroge R Terry
(1977), sebagaimana dikutip oleh Manutlang (1987:45), mengemukakan
sebagai berikut: Management is distinct proces consisling of planning'

1
Marujemn Berbas is Se kola h

organizittg, actuati g, cont.olling, utilizing in each both science and at7


dnd follow in order to accomplish pr?determined objecfives. Hal iu
mengandung pengertian bahwa manajemen merupakan suatu proses yang
khas terdiri tindakan{indakan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organbing), penggerakan (actuating) dan pengawasan ( cono.olling).
Baharuddin dan Moh Makin (2010:48) mengutip definisi dari
*Encyclopedia
Americana" yang mendefinisikan manajemen sebagai
ber*ut: Management is the art of coordinating the elements offactors of
production to wards the achievement of porpuses of an organization.
Berdasarkan dari definisi ini, dapat disimpulkan bahwa manajemen
merupakan seni yang dimiliki seorang manajer dalam mengkoordinasikan
komponen-komponen produlsi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Ini
menunjukan bahwa hal penring dalam sebuah kegiatan manajemen adalah
bagaimana "seni" seorang manajer melakukan koordinasi pada
bawahannya (subordinators) dari fungsinya masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
Menurut Melayu S.P. Hasibuan dalam (Effendi, 2002), mengatakan
bahwa manajeman adalah ilmu dan seni untuk mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya-sumber daya lain
secara efektif dan efisen untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
Sondag P. Siagian mengatakan bahwa manajemen adalah kemampuan dan
ketrampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan
melalui kegiatan orang lain. Hal senada juga dikatakan oleh Hamalik
(1989:7), manajemen didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan tertentu melalui atau
dengan cara menggerakan orang lain.
Berangkat dari berbagai defurisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa manajemen adalah suatu ilmu atau seni yang dimiliki oleh seorang
manajer (remimpin) dalam upaya memanfaatkan sumber daya organisasi
atau sumber daya manusia atau sumber daya alam yang ada melalui
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan serta
dilakukan koordinasi pada bawahannya dari fungsinya masing_masing

2
Mauj emen Befias is S *o la h

untuk mencapai tujuan organiasi yang telah ditentukan melalui usaha


orang lain secara efektif dan efisen.

1.2 Fungsi Manajemen


Istilah manajemen mengacu pada proses mengkordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan kegiatan ke{a agar diselesaikan secara efektif
dan efisien dengan dan melalui orang lain (Robin, 1999: l1)' Stoner
dalam (Sufyarma, 2003), mengemukan bahwa malajemen adalah proses
perencanan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya
anggota organisasi dan penggunaan semua sumber-sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secra efektif dan efisien'
Dalam proses manajemen ada fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan
oleh seorang manajer/pemimpin, yaitu: (I) Perencanaan (Planning), (2)
Pengorganisasian (Organizing), (3) Pemimpinan (Leading), (4)
Pengawasan (Controlting). Oleh karena itu manajemen diartikan sebagai
proses merencan4 mengorganisasi, mernimpin, merencanakan progmm'
mengorganisasikan, dan mengendalikan upaya lembaga pendidikan dengan
segala aspeknya agar tercapai sesuai target dan efisen (Mulyasa' 2007 dan
Muhamad M. Mursi, 1977).
Sehubungan dengan fungsi proses manajemen, dapat diuraikan
berikut ini. Sears (1959) (dalam Muhamad Munir Mursy, 1977: 64)
menyebutkan ada lima fungsi pokok manajemen, yaifi planning (at-
Takhthid), organizing (at-Tandhim\, directing (at-Taujih), co-ordination
(at-Tans iq), dan co ntro ll in g (ar' Riqab ah). Selanjutnya George Terry,
menyebutkan ada empat fungsi manajemen yaitu "the planning,
organizing, actuating, and controlling
Meskipun sedikit berbeda pendapat mengenai pengertian
manajemen, namun para ahli tersebut mengabstrasikan pengertian
manajemen itu menjadi 4 proses, yaitu perencanau (planning)'
pengorganisasian (organizitrg), penggerakan (dctuatin!, dan pengawasan
(controlling).
Manajemen atau pengaturan bisa juga disebut pengelolaan
merupakan komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses

.)
Manajemet Bobask Sekohh

pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak


mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan
efisien, dan konsep tersebut berlaku di sekotah yang memerlukan
manajemen yang efektif dan efisien (Mulyasa, 2003: 20). Untuk itu perlu
dipahami fungsi-firngsi pokok manajemen yaitu, perencanan,
pengorganisasian, penggerakan, pengawasan. Effendi (2002), mengatakan
bahwa proses khas atau fungsi dari manajemen adalah etlanning)
perencanaan, (organizing) pengorganisasian, (actuating) penggerakan
dan
(cont'oling) pengawasan (POAC) yang dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi dengan memberdayakan suber sumber manusia dan sumber lain.

Bagan 1. Proses Manajemen


Perenctnaan
Menentukantujuan serta
cara-cara untuk
mencapai tujuan

Penqawrsen/pensendslian Pensorganisasian
Proses
Mengukur hasil kerja serta Mengatur tugas sumber
manajemen --+
tindakan supaya sesuai daya manusia (SDM)
dengan hasil yang dimiliki untuk mencapai tujuan

Pensserakalr
Mendorong karyawan
agar beke{a keras
untuk mencapai kinerja
terbaik

Gambar. diadopsi dari Sehermerhan" J.R., 1997.

Berangkat dari seluruh uraian tentang fungsi proses manajemen


tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama proses

4
Manajanar Berbasis Sekolah

manajemen adalah perancanaan, pengorganis:rsian, penggerakan, dan


pengendalian. Selanjutnya, keempat fimgsi tersebut dapat dideskripsikan
sebagai berikut.
l. Perencanau (planning), adalah proses kegiatan rasional yang
sistematis dalam menentukan kebijaksanaan, prioritas, kegiatan
atau langkah yang akan dilakukan di kernudian hari dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Mulyasa (2003: 20),
mengatakan bahwa perencanaan adalah merupakan proses yang
sistematis dalam mengambil keputusan tentang tindakan yang akan
dilakukan pada waktu yang akan datang. Adapun langkah langkah
dalam perencanan adalah;(l) Menetapkan dan merumuskan tujuan,
(2) Menganalisis situasi dan kondisi organisasi (SWOT), (3)
menetapkan permasalahan yang dihadapi organisasi kaitannya
dengan pencapaian tujuan, (4) menetapkan prioritas, (5)
mengidentifikasi altematif pemecahan masalah dan (6) mengambil
keputusan.
2. Pengorganisasian (organizing) adalah penentuan pekerjaan yang
harus dilakukan, pengelompokan tugas dan membagi bagi pekerjaan
kepada setiap karyawan, penetapaD departemen-departemen serta
penentuan hubungan-hubungannya. Adapun langkahJangkah yang
harus diperhatikan adatah; (l)
pembagian pekerjaan, (2) gambaran
ke\a (Job desaiption), (3) tanggung jawab, (4) wewenang, (5) hak,
dan (6) hubungan kerja'
3. Penggerakan (actuating), menurut Goerge Terry dalam (Effendi'
2002), penggerakan adalah membuat semua anggota kelompok mau
beke{a secara ihklas dan bergatah unhrk mencapai tujuan sesuai
dengan apa yang direncanakan dan yang telah diorganisasikan'
Adapun fungsi penggerakan meliputi; (a) Mempengaruhi bawahan
agar supaya bersedia melaksanakan fungsi dan tugasnya' (b)
melunakkan daya resistensi bawahan, (c) memelihara dan memupuk
kesetian, kecintaan, loyalitas, dan dedikasi bawahan kepada
pimpinan organisasi, (d) menanamkan dan memelihara rasa
tanggung jawab bawahan terhadap pelaksanaan tugas.

5
Maaaj emct &t ba is Selcola h

4. Pengawasan (conttoling), adalah aktivitas dan tindakan untuk


menjamin atau membuat agar supaya pelaksanaan dan
penyelenggaraan berlangsung dan berhasil sesuai dengan yang
direncanakan. Fungsinya adalah unttrk menjamin dan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan suatu rencana. Sedangkan
tujuannya adalah; (a) mencegah teqjadinya penyimpangan, (b)
memperbaiki kesalahan dan kelemahan, (c) menempatkan personel
yang sesuai dengan keahliannya, (d) memanfaatkan sumber daya
sehemat mungkin, (e) mendinamisasikan organisasi, (0
mempe(ebal rasa tanggung jawab.

1.3 Perkembangan llmu Manajemen dalam pendidikan


Manajemen sebagai sebuah ilmu, seni yang mempelajari proses
dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan
diawasi menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Manajemen
merupakan ke{asama dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterprestasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan
pelaksanaan fungsi-frmgsi perencanaan( planning) pengorganisasian
(organizing), pengarahan (Actuating), dan pengawasan (Controling).
Ilmu marujemen sejarah perkembangan sendiri seperti
ilrnu-ilrnu lain. Dalam ilmu manajemgn ada beberapa aliran sebagai dasar
pemikiran yang dibag berdasar*an manajemen ikniah, alimn klasi( aliran
hubungan manusiawi dan manajemen modem yang merupakan cikal bakal
teori manajemen yang akan berkembang terus dengan bertagai aliran lainnya.
Seperti aliran pemikiran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan
produksi sedangkan aliran hubungan manusiawi lebih melihat dari sisi
bagaimana sumber daya manusia yang berada dalam organisasi. Dengan
mempelajari dan memahami secara keseluruhan tenang perkembangan
(evolusi) manajemen yang telah menghasilkan tmri-teori manajernen yang
muncul dari berbagai aliran kita akan dapat menggunakan teori yang paling
sesuai rmtuk menghadapi situasi tertentu.
Sejarah perkembangan teori manajemen dapat digambarkan dalam
tabel berikut:

6
Marujcmcn Bobasis Sekohh

Periode Waktu Aliran Kontributor (tokoh)


Manajemen
Frederick W.Taylor Frank dan
1870 - t930 Manajemen Ilrniah L:li.n Gilb€rth Herry Gantt,
Harington Emerson, Max Weber
Hemi Fayo[ Jame D.MooneY,
1900 - lql() Teori Organisasi Mary Parker Follett, Heftert
Klasft Sirnon, Chester I.Banard
Hawthome Studies, Elton Mayo,
Frits Roethlisberger, Hugo
1930 - 1940 Hubrmgan
Manusiawi Munsterberg
Ou"i"g, Abraham Maslow,
I 94G sekarang Manajemen Modern Douglas Mc Gregor,JosePh
Juranieq David McClelan4 Robert
Blake & jane Moutoq Emesl Dale,
Pd€r F Drucka serta aNi
operatiot't resetarch

Pada hakikatnya banyak orang merasa kesulitan dalam melacak


sejarah manajemen, namun diketahui bahwa ilmu manajemen telah ada
sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibulitikan dengan adanya pi14lqLlq di
Mesir. Pembangunan piramida ini tak mungkin terlaksana tanpa adanya
seseorang yang merencanakan, mengorganisasikan dan menggerakan para
peke{a, dan mengontrol pembangunannya. Piramida tersebut dibangun
oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Piramida Giza tak akan
berhasil dibangun jika tidak ada seseorang tanpa memedulikan apa sebutan
untuk manajer ketika itu yang merencanakan apa yang harus dilakukan,
mengorganisir manusia serta bahan bakuny4 memimpil dan mengarahkan
para pekerja, dan menegakkan pengendalian terteutu guna menjamin
bahwa segala sesuatunya dikerjakan sesuai rencana.
Dua tokoh yang mengawali munculnya manajemen ilmiah di era
pabrik adalah Robert Owen (1771-1858). Menurutnya penulis Owen
memperbaiki kondisi karyawan yang akan menaikan produksi dan laba di
sebuah perusahan sehingga investasi yang paling menguntungkan adalah
pada karyawan atatt vital machine. Kedua Charles Babbage (1792-1871)'
penulis berpendapat bahwa Charles menerapkan prinsip perinsip ilmiah

7
Manajenat Bobas k S ekolah

pada proses kerja akan menaikan produktivitas dan menurunkan biaya.


Charles sangat menganjurkan prinsip pembagian kerja sesuai dengan
spesialisasinya.
Metode-metode manajemen ilniah telah
banyak diterapkan pada
bermacam-macam kegiatan organisasi, terutama dalam usaha peningkatan
produkivitas. Teloik-teknik efisiensi manajemen ilmiah seperti studi
gerak dan waktu, telah menyebabkan kegiatan dapat dilaksanakan lebih
efisien. Gagasan seleksi dan pengembangan ilmiah para karyawan
menimbulkan kesadaran dan pentingnya kemampuan dan latihan untuk
meningkatkan efisiensi karyawan. Akhimya manajemen ilmiah yang telah
mengemukan pentingnya desain kerja, mendorong maajer untuk mencari
cara yang terbaik pelaksanaan tugas. Jadi, manajemen ilmiah tidak hanay
mengembangkan pendekatan rasional untuk pemecahan masalah-masalah
organisasi tetai juga meletakkan dasar profesioanal.
Frederick Winslow Taylor (1856-19t5) yang mempakan bapak
Manajemen ilmiah, dan juga seorang insinyur mekanik asal Amerika
Serikat yang selalu merirncang dan meningkatkan efisiensi dan
produktivitas ke{a, ketika langkah penyelesaian tugas telah ditentukan
dengan benar, maka studi waktu dan gerak dapat dipakai untuk mengetahui
tingkat optimal penyelesaian tugasnya. Dengan menentukan tingkat
kine{anya, Taylor mengatakan, bahwa insentif yang diterima bisa
diberikan kepada para peke{a yang menunjukkan peningkatan. Ia
memberikan penilaian penting balwa "Waktu adalah uang.," sehingga
membangun semangat manajemen ilmiah.
Perkernbangan manajemen ilrniah juga didorong oleh munculnya
pemikiran baru dari Henry Gantt dan keluarga Gilberth. Henry Ganft. yang
pernah bekerja bersama Taylor di Midvale Steel Compan, menggagas ide
bahwa seharusnya seorang mandor mampu memberi pendidikan kepada
karyawannya untuk bersifat rajin (nr dustrious ) dan kooperatif. Era ini juga
ditandai dengan hadimya teori administratif, yairu teori mengenai apa yang
seharusnya dilakukan oleh para manajer dan bagaimana cara membentuk
praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20, seorang industriawan
Perancis bemama Henri Favol mengajukan gagasan lima fungsi utama

8
Marujemar fuis Sekolah

manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan


mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai
kerangka kerja buku ajar ilrnu manajemen pada pertengahan tahun 1950.
rlan lqus berlangsuog hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga
mengagas 14 orinsio manaiemen yang merupakan dasar{asar dan nilai
yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen'
I . Pembagian kerj a (division of work)
2. Wewenang dan tanggung jawab (authoity and responsibility)
3. Disiplin (d is c ip I in e)
4. Kesatuan perin tah (unity of command)
5 . Kesatuan peng arahat (unity of direction)
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
(subordination of individual interests to the general inlerests\
7. Pembayaran up ah ya;rrg adll (remunetation)
8. Pemusatan (cen tralisation')
9. Hirarki (hierarchy)
l0.Tata tertib (order)
ll .Kadilat (equity)
l2.Stabilitas kondisi karyawan (stab ility oftenure ofpersonnel)
I 3 . Inisiatif (lnLsia tive) dan 14 . Semangat kesatuan (esprits de corps)'

Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering


dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan
manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di
mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak)'
Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas:
. Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula
dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen
tingkatan paling rendah yang bernrgas memimpin dan mengawasi
karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi'
Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer sif, manajer
area, manajer kantor, manajer departemen' atau mandor (foreman)'

9
Manaj nur Boba is Sekola h

Manajemen tingkat menengah (niddle managemer ), mencakup


semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan
manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara
keduanya. Jabataa yang termasuk manajer menengah di antaranya
kepala bagian, pemimpin proyelg manajer pabrik, atau manajer
divisi.
Manajemen puncak (rop management), dikenal pula dengan istilah
executive oficer- Berttgas merencanakan kegiatan dan strategi
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan.
Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Oficer), CIO
(Chief Informatiott Offcer), dan CFO (Chief Financial Ofrcer).

Untut mencapai tuj,,en yang diatur/dimenej dalam sebuah


perusahann atau organisasi maka sangat diperlukan alat-alat sarana (rools).
Iools merupakan syarat suatu usaha utr* mencapai hasil yang ditetapkan.
Tools tersebut dikenal dengan 6M, yaitr; men, money, mateials, machines,
melhod, dan markets.
Maz merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling
menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang
melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada
proses kerja, sebab pada dasamya manusia adalah makhluk kerja. Oleh
karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berke{a
sama untuk mencapai tujuan.
Mone! atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merup,kan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam
perusahaan. oleh karena i1u ,ang merupakan alat (tools) yang penting
rmtuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara
rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus
disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan
.len harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari
suatu organisasi.

10
M anaj atm Bcrbask S ckola h

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia
tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikehendaki.
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau

menghasilkau keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi


kerja.
11191!gb-adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya
pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara
pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-
pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan
penggunaan waktq serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun
metode baik, sedangkan orang yang melalsanakannya tidak mengerti atau
tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan'
Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya
sendiri.
Market_atnu pasar adalah tempat di mana organisasi
menyebarluaskan (memasarkan) produlnya. Memasarkan produk sudah
barang tentu Mngat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku'
maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses ke{a tidak
akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan p4gg dalam arti
menyebarkan hasil orodutsi merupakan faktor menentukan dalam
perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang
harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.
Dalam mempelajari, memahami, serta memperaktekkan ilmu
manajemen seorang manajer atau seorang pimpinan yang mengatur
sebuah lembaga atau perusahan harus mempunyai kemampuan/
keterampilan dasar yang sangat dibutuhkan yaitu:
l. Keterampilan konseptual (conceptional s/<ill). Manajer tingkat
atas (rop manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat

i1
M arcj encn Berbos is & kolah

konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan oreanisasi. Gagasan atau


ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi
suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya
itu. ide menjadi suatu rencana ke{a yang
Proses penjabaran
kongket ilrr biasanya disebut sebagai proses pet?ncanaan ata.t)
planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga
meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanig skill).
Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi
dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan
dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan.
Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer
terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang
persuasif, bersahabal dan kebapakan akan membuat karyawan
merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada
atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan
manajemen atas, menengah, maupun bawah.
3. Keterampilan teknis (technical s*r'll). Keterampilan ini pada
umunnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yaug lebih
rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk
menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan
progmm komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi
dan lain-lain. Tani Handoko (1993) juga berpendapat bahwa
keterampilan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang
manajerial, Keterampilan Konseptual (conceptual skill),
Keterampilan kemamtsian (human skills), keterampilan administrasi
(administrative skills). dan keterampil anteknik (technical ski s)

Dalam perkembangan ilmu manajemen penulis berpendapat bahwa


konsep yang dicetuskan oleh para tokoh dan plopor manajemen sangat
sesuai dengan ajaran Islam. Seperri pemyataan prederick Winslow Taylor
sebagai bapak Scientifc Manajenenl. Taylor melihat banyak pemborosan,
karyawan lemah dan menderita banyak pengganguran dan majikan

12
Manajemen Berbasis Sekohh

sewenang wenang. Untuk menanggulangi keadaan tersebut ia


menganjurkan Efisien kerja dengan cara yang ilmiah dalam melaksanakan
tugas, akan meningkatkan produktifitas yang pada dasamya akan
menguntungkan karyawan dan majikan. Konsep seperti Taylor sesuai
dengan ajaran Islam yang mengutamakan keadilan dan kejujuran dalam
semua kegiatan. Dalam Hadits Nabi dijelaskan yang artinya berikanlah
upah seseorang sebelum keringat seseorang yang keluar itu kering.
Prederick Winslow Taylor juga memperkenalkan beberapa prinsip
dasar dan konsep manajemen yang penting dalam Manajemen llmiah dan
prinsip tersebut menurut penulis juga sudah sesuai dengan ajaran Islam'
Diantara prinsip tersebut adalah:
1. Pekerja harus diberi gaji atas pekerjaan yang dilakukannya melalui
penggunaan piece rate. Berdasarkan tingkat yang ditetapkan dalam
studi waktu dan gerak, standar minimum produksi harus ditentukan'
dan pekerja harus dihargai menurut kemampuan standar minimum'
"Bonus" kepada pekerja dapat pula diberikan jika standar produksi
mlnimuun terlampaui
2. perlunya divisi kerja di antam manajer dan para pekerjanya; manajer
harus bertangguog jawab atas penyelesaian hrgas dimana mereka
memiliki dukungan yang lebih baik untuk menangani tugas
ketimbang yang dimiliki bawahannya. Perencanaan dan tugas
administrasi harus dilakukan oleh manajer yang terlatih dan abli
dalam tugas, sedangkan pekeda harus diarahkan untuk
menyelesaikan tugas yang dhancang oleh manajer.
3. Perhatian harus diberikan untuk menghilangkan semua bentuk
shouldering dalam aktivitas organisasi. Anggota organisasi bekerja
serius dan memberikan kemampuan yang terbaik'

Menurut Henri Fayol salah satu bapak manajemen dan industriawan


Perancis mengatakan bahwa pengajaran manajemen melalui pendidikan
formal diberikan di sekolah dan untuk itu dia menyediakan beberapa teori'
dan sekitah tahun 1920 an manajemen ilmiah telah diakui sebagai disiplin
universitas terhormat. Rangkaian pelajaran dalam gerakan manajemen

l3
Manajemn Brbasis Seholah

"baru" disediakan di institusi-institusi, seperti Cotumbia University,


Comell Univenity, Pennsyivania state Univenity, dan the Massachusetts
institute of Technology.
Ngalim Purwanto (1991) juga menjelaskan bahwa administrasi
pendidikan mulai berkembang dengan pesat pertengahan abad ke 20,
terutama sejak berakhir perang dunia Kedua. Klususnya di negara kita,
Indonesi4 administrasi pendidikan baru diperkenalkan melalui beberapa
IKIP sejak tahun 1960 an dan baru dimaksukkan sebagai mata pelajaran
dan mata ujian di SGA/SPG sejak tahuan ajaran 196511966. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika para pendidik sendiri banyak yang belum
dapat memahami betapa pentingnya administamsi (manajemen)
pendidikan itu dalam menyelenggarakan dan pengernbangan pendidikan
pada umumnya.

1.4 Filsafat dalam IImu Manajemen


Filsafat adalah petunjuk utama yang menggarisbawahi semua
tindakan dari seorang manejer. Filsafat manajemen adalah bagian yang
terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan yang memberikan dasar yang
luas untuk menetapkan pemecahan permasalah manajerial. Filsafat
manajemen memberikan dasar bagi pekerjaan seorang manajer. Seorang
manajer memerlukan kepercayaan dan nilai yang pokok unhrk memberi
petunjuk sesuai dan dapat dipercaya guna menyelesaikan peke!'aan.
Filsafat manajemen juga memberikan desain sehingga seorang manajer
dapat mulai berpikir. Filsafat manajemen amat berguna karena dapat
digunakkan untuk memperoleh bantuan dan pengikut. Filsafat manajemen
memberikan pemikiran dan tindakan yang menguntungkan dalam
majamen dan membantu kepada sifatnya yang dinamis dan memberi
tantangan.
Dalam filsafat manajemen, terkandung dasar pandangan hidup yang
mencerminkan keberadaan, identitas, dan implikasinya guna mewujudkan
efisiensi dan efektivitas dalam pekerjaan manajemen. Untuk
merealisasikan tujuan diperlukan beberapa faktor penunjang sehingga
merupakan kombinasi yang terpadu, baik menyangkut individu maupun

14
Marujemca Bertasis Sekolah

kepentingan umum. Hal ini dimaksudkan adanya keseimbangan di diantara


faktor-faktor yang diperlukan dalam mencapai suatu kekuatan untuk
mengejar hasil yang maksimwn.
Menumt Davis dan Filley dalam Ukas (1978) terdapat faktor-faktor
dasar dalam filsafat manajemen yang diperlukan dan memiliki hubungan
saling ketergantungan satu sama lain dalam mencapai tujuan' Faktor-faktor
dasar tersebut meliputi hal-hal berikut.
1. Kepentingan umum; hal ini dimaksudkan bahwa dalam
penyelenggaraan suatu organisasi harus terlihat adanya cerminan
deskripsi berbagai kepentingan, baik kepentingan pemilik, manajer'
para bawahan, maupun kepentingan masyarakat lingkungarmya'
2. Tujuan usaha; tujuan usaha adalah perwujudan aktivitas yang
spesifik dari organisasi, baik organasi yang bemljuan mencari laba
maupun organisasi yang tidak berojuan mencari laba' Tujuan usaha
pada umumnya dapat dikategorikan dalam tiga benhrk, yaitu tujuan
utama, tujuan kedua, dan tujuan tambahan.
3. Pimpinan pelaksana; pimpinan pelaksana adalah individu yang
diberikan kepercayaan untuk memimpin suatu usaha dengan
meenggunaklon otoritas yang telah diberikan kepadanya'
4. Kebijakan; kebijakan adalah pemyataan atau ketentuan umum yang
menuntut atau menyalurkan pemikiran menj adi pengambil
keputusan oleh bawahan, serta memberikan arah ke mana organisasi
tersebut akan dikemudikan.
5. Fungsi; fungsi adalah aktivitas yang berhubungan dengan tujuan
yang akan dicapai setiap organisasi sebagaimana halnya individu
pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai
6. Faktor dasar; faktor dasar meliputi faktor-faktor produksi asli atau
turunan, baik berupa alam, tenaga, modal, serta pendukungnya yang
merupakan elemen yang harus ada dalam penyelenggaraan
organisasi.
7. Struktur organisasi; struktur organisasi adalah saluran yang
menunjukkan hubungan kerja antam menajer dan bawahan dalam
melaksanakan pekerjaan yang disertai dengan otoritas dan tanggung

15
Manajemet Berbask Sekolah

jawab serta kesanggupan untuk tanggung


gugat/mempertanggungjawabkan (accountability).
8. Prosedur; prosedur adalah tahapan tindakan yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan suatu pekeraan tertentu
9. Moral kerja; moral ke{a adalah kondisi mental dari individu atau
kelompok yang memnentukan sikap bawahan dalam menerima
peke{aan dalam mengoperasikannya dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan tujuan akhir. Untuk memperoleh efektivitas dari deskripsi
filsafat maupun manajemen yang dapat memberikan petunjuk
pemikiran bagi suatu aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan
tertentunyq faktor-faktor diatas dapat digunakan sebagai daftar
pengecek terhadap analisis aktivitas yang menjadi norma tindakan
dan aktivitas manajemen.

Kesembilan faktor di atas sangat berperan penting dalam mendorong


proses realisasi tujuan. Sembilan faktor diatas merupakan kombinasi yang
terpadu, baik menyangkut individu maupun kepentingan umum. Dengan
adanya keseimbangan di diantara fallor-faktor yang diperlukan kita dapat
memperoleh suatu kekuatan untuk mengejar hasil yang maksimum. pada
akhirnya harus diingat bahwa Filsafat Manajemen memberikan dasar bagi
peke{aan seorang manajer.
Lahimya konsep manajemen ditengah gejolak masyarakat sebagai
konsekuensi akibat tidak seimbangnya pengembangan teknis dengan
kemampuan sosial. Meskipun pada kenyataannya, perkembangan ilmu
manajemen sangat terlambat jauh dibandingkan peradaban manusia di
muka bumi ini yang dimulai sejak keberadaan Adam dan Hawa. Barulah
Iebih kuran pada abad ke-20 kebangkitan para teoretiss maupun para
praktisi sudah mulai tampak.
Henry Fayol, sebagai seorang tokoh manajemen, perannya dapat
disejajarkan dengan F.W. Taylor. Kedua tokoh ini sama-sama berpendapat
bahwa ada prinsip-prinsip manajemen tertentu, dan itu dapat diajarkan dan
dipelajari. Perbedaan keduanya, kalau Henry Fayol menjuruskan
perhatiannya kepada pimpinan tingkat atas, maka Taylor menitikberatkan

t6
Manajenn Berbasis Sekobh

perhatiarmya kepada pimpinan menengah dan pertama' Itulah sebabnya


buku Taylor pada cetakan ulang dalam tahun 1933 diubah namanya dari
Pinciples of ScientiJic Management menjadi The Shop Management'
Henry Fayol menggunakan seluruh karier bisnisnya pada sebrrah
penrsahaan pertambangan dan industri di Prancis. Ia pensiun sebuah
direktur setelah membuat kemajuan besar dalam mengorganisasi dan
memperluas perusahaan tersebut.Tahun-tahun terakhimya digunakan
untuk mengembangkan hasil pemikirannya, khususnya dalam lingkungan
pemerintahan bahwa prinsip-prinsip administrasi dapat dan harus
diaplikasikan pada semua bentuk organisasi, tidak hanya pada perusahaan
dan industri.
Pada tahun 1908, Henry Fayol mengeluarkan sebuah buku dengan
judul Administration Indusfiielle et General' yang kemudian
diterjemahkan oleh Costance Storrs ke dalam bahasa Inggris dengan
judul
General and Indushial Management. Buku ini adalah hasil praktif dan
studi di bidang manajemen selama lebih dari lima puluh tahun'
Dalam usahanya mengembangkan ilmu manajemen, Fayol
memulainya dengan membagi perusahaan menjadi enam aktivitas yang
saling bergantung. Aktivitas yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Fungsi teknis ( technica[), y^i$ rnemproduksi dan membuat produk
2. Fungsi komersial (commercia[), yaitu membeli bahan baku dan
menjual produk
3. Fungsi finansial (financial), yaitu memperoleh dan menggunakan
modal
4. Fungsi keamanan (secarity), yaitu melindungi para bawahan dan
aktivitas perusahaan
5. Fungsi akuntansi (accounting), yaitu mencatat dan mengecek biaya,
keuntungan, dan utang-utang, menyiapkan neraca' serta
menghimpun statistic.
6. Fungsi manajerial (managerial). Orientasinya adalah pada frrngsi
manajerial sehingga ia mendefinisikan manajemen dengan cara
membagi lima fungsi:

17
Manajemet Babasis Sckohh

a. Perencanaan (p lanning), berarti menentukan srxrtu cara bertindak


yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.
b. Pengorganisasian (organizing), berarti memobilisasi sumber daya
manusia dan sumber daya alam dari organisasi untuk
mewujudkan rencana menjadi suatu hasil.
c. Pengomandoan (commanding), berarti memberikan pengarahan
kepada para bawahan dan mengusahakan mereka untuk
mengerj akan pekerj aannya.
d. Pengoordinasian (coordinating), berarti memastikan bahwa
sumber daya dan aktivitas organisasi berkeq'a secara harmonis
untuk mencapai tujuan.
e. Pengendalian (controlling), berarti pemantau an (monitoring)
rencana untuk menjamin agar dikemudikan secara tepat.

Gambar Aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam


perusahaan industrial menurut Henry Fayol

fiD si.l

XoErrsirl X€p$ait! ;
Xarbi!iD

A*liYlt.s-
rl(trrtrlt
D.rr.ldtrl

Trlslilal Aliurllra

MrDrr.ri,l

Kegiatan-kegiatan yang lima penama itu tampak jelas pada setiap


perusahaan industri besar maupun kecil, tidak seperti kegiatan yang

18
Marujenwr Befiais Sekoloh

terakhir yaitu yang keenam. Oleh sebab itu Fayol memusatkan uraran
dalam bukunya mengenai kegiatan yang keenam. Dalam bukunya itu
diuraikan secara terpisah, yaitu: (l) observasi terhadap kualitas manajemen
dan latihan, (2) asas-asas umum manajemen, dan (3) unsur-unsur
manajemen.

Kualitas-kualitss Manajer dan Latihan


Fayol berpendapat syarat-syamt kualitas untuk manajer ialah:
l. Phisikal (sehat, kuat d,n energlk, perilaku)
2. Mental (kemampuan untuk mengerti dan belajar, judgment,
kekuatan mental, dan kemampuan menyesuaikan)
3. Motzl (energy, kejujuran, kemauan untuk menerima
tanggungiawab, inisiatif, setia, cekat dan martabat)
4. Edukasional (pengenalan secara umum terhadap berbagai masalah
yang tidak termasuk fungsi yang dilaksanakan)
5. Technical Q,J'r,Jlsus tugasnya), dan
6. Pengalaman (yang timbul dari kerja wajar).
Dalam bukunya yang disebutkan di atas, Asas-asas umum
manajemen (general pinciples of management) fircnw:ut Henry Fayol:
l. Division ofwork (asas pembagian kerja)
2. Authority and responsibitity (xas wewenang dan tanggung jawab)
3. Discipline (uas disiPlin)
4 . Unity of commarrd (asas kesatuan perintah)

5. {lnity of directio,r (asas kesatuan juusan atau arah)


6. Subordinafion of indiidual interest i to general int*est (asas
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi)
7. Remuneration ofpersonnel (asas pembagian gaji yang wajar)
I. Centralization (asas pemusatan wewenang)
9. Scalar of chain (asas hierarki atau asas rantai berkala)
10. Order (xu keteraturan)
1 l. Eqziry (asas keadilan)

12. Stability of arn-over personnel (asas kestabilan masa jabatan)

19
Manajetnza Befi as* Sekolah

13. Initiative (asas inisiati{)


14. Espit de corps (asas kesatuan)

1.5 Manajemen Dalam Pendidikan


Manajemen pendidikan sebagai ilmu mempunyai karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan ilmu manajemen lain. perbedaan
manajemen pendidikan dan manajemen terletak pada prinsip-prinsip
operasionalnya, dan bukan pada prinsip prinsip sifatnya umum. Dengan
demikian, meskipun untuk memahami manajemen pendidikan diperlukan
pemahaman atau penguasaan prinsip prinsip manajemen secara umum,
tidak berarti bahwa pengetahuan manajemen lain dapat diterapkan dalam
manajemen karena prinsip operasionalnya berbeda. Manajemen
pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang
sistematik dan komprehenshif dalam ranggka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Manajemen pendidikan dapat diartikan segala sesuatu
yang berkenaan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendelg
menengah maupun tujuan jangka panjang.
Manajemen pendidikan pada hakikatnya adalah usaha_usaha yang
berhubungan aktivitas pendidikan yang didalamnya terjadi proses
mempengaruhi, memotivasi kreativitas anak didik dengan menggunakan
alat-alat pendidkan, metode, media, sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam melaksanakan pendidikan. Salah satunya berkaitan langsung dengan
pendidikan, yaihr orang orang yang berprofesi sebagai penyampai materi
pendidikan kepada anak didik.
Manajemen pendidikan bisa diartikan sebagai suatu proses yang
mengandung fuagsi-fimgsi yang harus dijalankan dalam penyelenggaraan
pendidikan sehingga pendidikan itu dapat berjalan secara efektif dan
efisien menghasilkan peserta didik yang mempunyai pengetahuan,
kepribadian dan keterampilan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Menurut Made Pidarta (1988), menjelaskan manajemen pendidikan dapar
diartikan sebagai aktivitas untuk memadukan sumber sumber pendidikan
agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan telah ditentukan

20
Marujetnor Berbasb Sekolah

sebelumnya. Sedangkan Tim Pakar Manajemen Pendidikan Universitas


Negeri Malang (2002), mengatakan bahwa manajemen pendidikan lebih
memusatkan kepada upaya penggerakan dan pemberdayaan SDM dalam
bidang pendidikan.
Manaiemen pendidikan merupakan proses pengembangan kegiatan
kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Manajemen pendidikan merupakan alternatif starategis untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam manajemen pendidikan dilenal
dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi.
Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan diarur secara ketat oleh p€merintah pusat.
Sementara dalam desentralisasi, wewenang pengaturan tersebut
diserahkan kepada pemerintah daerah. Dalam bidang pendidikarl
desentralisasi mengandung arti sebagai pelimpahan kekuasaan oleh pusat
kepada aparat pengelola pendidikan yang ada di daerah baik pada tingkat
provinsi mauptm lokal, sebagai perpanjangan aparat pusat untuk
meningkatkan efisensi kerja dalam pengelolaan pendidikan di daerah'
Dalam manajemen pendidikan dasar desentralisasi memang dapat
melemahkan tumbuhnya perasaan nasional yang sehat, dapat
menumbuhkan rasa kedaerahan yang berlebihan, serta akan menjurus
kepada isolasi dan pertentangan. Namun, dengan pengakuan dan
kesepakatan untuk menjadikan pancasila sebagai satu satunya asas bangsa
dan negara, kecendrungan spratisme dapat dikurangi dan ditekan
seminimal mungkin.
Manajemen dalam pendidikan diperlukan untuk mengantisipasi
perubahan global disertai oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi
informasi. Perubahan itu sendiri sangat cepat dan pesat, sehingga perlu ada
perbaikan yang berkelanj ut at (continous improventent) di bidang
pendidikan sehingga output pendidikan dapat bersaing dalam era
globalisasi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya teknologi informasi. Persaingan tersebut hanya mungkin
dimenangkan oleh lembaga pendidikan yang tetap memperhatikan
kualitas/mutu pendidikan dalam pengelolaannya.

21.
Maruj emer B efia is S ekolah

Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan berkualitas/bermutu, jika


proses belajar-mengajar berlangsung secara menarik dan menantang
sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses
belajar yang berkelanjutan. Proses pendidikan yang bermutu akan
membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan
dengan pembangunan.Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan
efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan yang
mampu membelajarkan peserta didik secara berkelanjutan, karena dengan
kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan
sumber daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan,keterampilan
dan keahlian sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus berkembang.
Oleh karena itu demi tercapainya tujuan pendidikan yang
berkualitas, diperlukan manajemen pendidikan yang dapat menggerakkan
segala sumber daya pendidikan. Manajemen pendidikan itu terkait dengan
manajemen peserta didik yang isinya merupakan pengelolaan dan juga
pelaksanaannya.

22
Manajemat Babasis Sekohh

BAGIAN II
MANAIEMEN ,EKOIJAH

2,1 Pengertian Manajemen Sekolah


Salah satu yang menunjang perkembangan pendidikan adalah
manajemen sekolah sebagai sebuah kegiatan pengelolaan lembaga
pendidikan. Manajemen sekolah berkembang di masyarakat dewasa ini
karena mengingat bahwa pendidikan yang baik tentunya akan memedukan
pengelolaan dan manajemen yang baik pula. Manajemen sekolah adalah
proses dan instansi yang memimpin dan membimbing penyelenggaraan
pekerjaan sekolah sebagai suatu organisasi dalam mewujudkan tujuan
pendidikan dan tujuan sekolah yang elah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Mulyono (2009) bahwa kegiatan manajemen sekolah adalah
kegiatan memproses peseila didik yang didukrmg oleh sarana dan
prasarana yang ada dan menghasilkan lulusan yang dinginkan' Salah satu
kegiatan memproses peserta didik ini dengan mengadakan kegiatan
pendidikan dan pengajaran yang tidak pernah berhenti sejalan dengan
kehidupan manusia yang terus berkembang sesuai zamannya'
Manajemen sekolah sebagai kegiatan pengelolaan dan pengaturan
daiam lembaga pendidikan adalah hal yang harus dilakukan oleh kepala
sekolah dan para guru. Kepala sekolah orang yang paling bertanggung
jawab dalam manajemen sekolah. Kepala sekolah tidak hanya dituntut
sebagai educator dan administrator, melainkan juga harus berperan
sebagai supertisor yang mampu menerapkan manajemen yang bermutu'
Manajemen sekolah berarti pendayagunaan dan penggunaan sumber daya
yang ada dan dapat diadakan secara efisien dan efektif uantuk mencapai
visi dan misi sekolah. Setain kepala sekolah guru dan komite sekolah,
serta warga sekolah lairmya juga harus terlibat dalam manajemen sekolah
yang bermutu dan terarah.
Manajemen sekolah adalah pengelolaan suatu pekerjaan melalui
orang lain pada sebuah lembaga pendidikan. Manajemen sekolah adalah
salah satu cara untuk menggerakkan sebuah organisasi dalam rangka

23
Manajemex Betbais Sekoloh

mencapi tujuan pendidikan. Hal ini berarti bahwa manajemen sekolah


adalah bagian dari proses mencapai tujuan melalui kegiatan dan kerja sama
dengan orang lain pada sebuah organisasi sekolah. Manajemen sekolah
adalah pengeloiaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan
sumber daya manusia secara efektif untuk mencapai sasaran yang ingin
dicapai.
Manajemen sekolah sebagai aplikasi iknu manajemen dalam bidang
persekolahan. Demikian pula istiiah adminislp5i pendidikan, merupakan
aplikasi ilrnu administrasi kedalam bidang pendidikan. penggunaan istilah
administrasi dan manajemen dalam bidang persekolahan atau pendidikan
secara substansial sebenamya tidak ada perbedaan, keduanya dapat
dipandang secara esensial dari tiga sudut pandang yakni sebagai ilmu, seni
dan sebagai proses kegiata.n. Manajemen sekolah adalah proses
pendayagunaan sumber daya sekolah melalui kegiatan fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian secara
lebih efektif dan efisien dengan segala aspeknya dengan menggunakan
semua potensi yang tersedia agar tercapai tujuan organisasi secara efektif
dan efisien serta produktivitas sekolah yang bermutu.
Dengan demikian, manajemen sekolah adalah sebuah proses yang
khas terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasanr serta evaluasi yang dilakukan pihak pengelola sekolah untuk
mencapai tujuan bersama dengan memberdayakan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya. Dalan hal ini pemberdayaan sumber daya ini
dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk membentuk peserta didik yang
berkualitas lahir dan batin. Kualitas ini nantinya dapat diketahui melalui
evaluasi dan nilai kognetif murid yang cenderung meningkat sehingga
akan menghasilkan kualitas pendidikan yang tinggi.
Secara lebih rinci pengertian manajemen sekolah dapat disimpulkan
sebagai berikut:
l. Sebagai suatu sistem, manajemen sekolah merupakan kerangka
kerja yang terdiri dari berbagai komponen yang secara keseluruhan
saling berkaitan dan terorganisasi dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Manajanen Berbais Sekolah

2. Sebagai srxttu proses, manajemen sekolah adalah serangkaian tahap


kegiatan yang diarahkan pada pencapaian tujuan dengan
memaffaatkan sumber daya semaksimal mungkin.
3. Sebagai suatu profesi, manajemen sekolah merupakan bidang
pekerjaan atau keahlian tertentu yang dapat disejajarkan dengan
bidang-bidang keahlian lainnya, seperti kedokteran, hukum, dan
lainlain.
4. Sebagai suatu fungsi, manajemen sekolah adalah proses fungsi
perencanium, pengorganisasian, penggerakan, dan penilaian'

2.2 Sekolah Sebagai Sebuah Organisasi


Sekolah sebagai wadah tedaksananya manajemen sekolah
merupakan suatu organisasi pendidikan dalam sistem sosial dan institusi
serta sistem kegiatan manusia yang beke{a sama. Organisasi sekolah
adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan
pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi
dengan lingkungan. Organisasi sekolah merupakan sebuah sistem yang
dipolakan orang rmtuk malaksanakan tujuan atau untuk mencapai sasaran
pendidikan yang berkualitas tinggi. Sistem ini harus mapan dari orang-
orang yang bekerja sama pada lembaga pendidikan yang namanya
sekolahan untuk mencapai tujuan bersama yang disertai pembagian tugas
dan pembagian kerja.
Organisasi sekolah ini berfimgsi menetapkan bidang-bidang ke{a,
metode dan alat yang diperlukan, serta personal yang dibutuhkan Selain
itu juga membina hubungan personal yang terlibat, tanggung jawab,
wewenang, hak dan kewajiban mereka sehingga mempercepat tercapainya
tujuan pendidikan. Menurut Nawawi, (1974) menyatakan:
l. Organisasi sekolah harus profesional, yaitu dengan pembagian
satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian,
perluasan aktivitas yang mengharuskan penambahan jumlah satuan
kerja hanya dilakukan bila tidak dapat ditarnpung dalam satuan ke{a
yang ada.

25
Manajemn Befias k Sekolah

2. Pengelompokan satuan kerja menggambarkan pembagian keda,


pengelompokan beban tugas yang sejenis harus dihubungkan
dengan volume kerja. Beban ke{a setiap satuan kerja harus
memiliki batas-batas yang jelas sebanding pada tiap-tiap tingkatnya.
3. Organisasi sekolah harus mengatur pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab. Dengan demikian, pimpinan organisasi sekolah,
dalam hal ini kepala sekolah hanya melakukan tugas yang penting
saja. Setiap guru dan tata laksana sekolah melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan beban tugas masing-masing.
4. Organisasi sekolah harus mencerminkan rentangan kontrol yang
dipengaruhi oleh jenis dan sifat pekerjaan, jarak antara unit yang
dikontrol, volume tugas, dan stabilitas organisasi sekolah.
5. Organisasi sekolah harus mengandung kesatuan perintah, yang harus
jelas antara pimpinan sekolah dengan anggota organisasi sekolah
sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kerja.
6. Organisasi sekolah harus fleksibel dan seimbang sesuai dengan
kebutuhan dan volume ke{a yang dilakukan dalam organisasi
sekolah.

Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan


tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk
mencapai tujuamya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan
kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan sesudah semestinya memplmyai organisasi yang baik
agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui
unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru,
karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor
wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah
adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai
pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan
pada tempat paling atas. Melalui struktur organisasi yang ada tersebut
orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas

26
Marujemm Berba is S ekola h

guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai
tata usaha).
Syaiful Sagala (2010) menjelaskan bahwa personal sekolah
menempati posisi dan peftman penting memikul tanggung jawab dalam
mengembangkan dan memajukan setiap sub sistem masing-masing untuk
kemajuan sekolah keseluruhan. Aspek-aspek prilaku organisasi sekolah
terdiri dari kepala sekolah, guru, peserta didik, dan personil sekolah lainya,
unjuk kerjanya mempenganrhi dan dipengaruhi oleh keaktifan organisasi
sekolah.
Peranan dari masing-masing strukhr dan personal organisasi
sekolah adalah:
1. Kepala Sekolah, berperan dalam dan bertugas sebagai edukator,
manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator
(EMASLIM).
Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan
mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian,
mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan
hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat
dalam usaha pembinaan sekolah.
2. Komite Sekolah, berperan dalam membina dan menghimpun potensi
warga sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah
yang berkualitas.
3. Kepala Urusan Tata Usaha, berperan dalam menyusun program tata
usaha sekolah, mengums adminisnasi ketenagaan dan siswa,
membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah,
men)rusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan
penyajian data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata
usaha.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, berperan dalam
menyusrm program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal
pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria
kenaikan/ketidaknaikan&elulusan, mengarahkan pembuatan satpel,
membina lomba akademis, dan MGMP.

27
Maxajemen Befitsis Sekolah

5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, berperan dalam


menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan pembimbingan
dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa teladan/penerima
beasisw4 mutasi siswa, program ekska kurikuler, membuat laporan
kegiatan kesiswaan secara berkala.
6. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana, berperan dalam menyusun
rencana kebutuhan samna dan prasarana, mengkoordinasikan
pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-
alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan unxan sarana
dan prasarana secara berkala
7. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, berperan dalam mengatur
dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua,/wali
siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga
dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan
masyarakat secara berkala.
8. Koordinator BP, berperan dalam mengatasi kesulitan belajar
siswa/siswi, mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang
dilakukatr siswa/siswi pada asaat proses belajar mengajar
berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhublngan dengan:
kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan
jenis peke{aan setelah mereka tamat, dan masalah sosial emosional
sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan
terhadap dirinya sendiri, keluarg4 lingkungan sekolah, dan
lingkungan yang lebih luas.
9. Dewan guru, berperan dalam mendidik, membimbing dan
mengarahkan siswa dan siswi melalui proses belajar mengajar di
sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian setiap siswa
dan siswi.

Secara faktual Struktur Organisasi sekolah terdiri dari sekolah yang


diurus oleh pemerintah disebut sekotah Negeri dan sekolah yang dikelola
oleh badan yayasan atu organisasi kemasyarakatan disebut sekolah swasta.
Berikut struktur/gambar organisasi yang menggambarkan Jenjang

28
Manajonor Mais Sekolah

pelayanan dan tanggung jawab pendidikan di sekolah terjabar secara


piramida dalam bentuk Struktu Organisasi Sekolah di bawah ini:

Kepala Sekolah KOMITE SEKO

TATA USAIIA

Wakil kepala Wakil kepala Wakil kepala Wakil kepala


Urusan Urusan Urusan Urusan
Kurikulum Kesiswaan Srana/ Humas
Prasarana

WALI
KELAS

Dewan Guru

Peserta
didik

2.3 Kepala Sekolah sebagai Pimpinan Sekolah


Kepemimpinan merupakan ruh yang menjadi pusat sumber gerak
organisasi untuk mencapi tujuan. Kepemimpinan yang berkaitan dengan
kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan
pertemuan secara efektif dengan para grrru dalam situasi yang kondusif'

29
Mauj emer Befi as is S ekola h

Perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong klinerja para guru, baik
secara individu maupun secara kelompok.
Kepala sekolah memegang peran penting di sekolah yang
dipimpinya, baik berupa tanggung jawab, maupun dalam pengelolaan
sebuah organisasi sekolah. Mulyasa (2003) menjelaskan bahwa ada tujuh
peran kepala sekolah yang harus diamalkan dalam bentuk tindakan nyata
di sekolah,/madrasah yang disingkat dengan EMASLIM, yaitu peran
sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator
dan motivator. Sedangkan menurut Peraturan Menteri pendidikan
nasional RINo 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah dijelaskan
bahwa kepala sekolah harus mempunyai lima kompetensi salah satunya
adalah kompetensi kepribadian yaitu memiliki integdtas kepribadian
sebagai pemimpin, berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi
akhlak mulia, menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas disekolah.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus mempunyai kemampuan
dengan melalui prasyarat yang ditenrukan. Kualifikasi kepala sekolah
sebagai prasyarat menjadi kepala sekolah yaitu:

Kualilikasi Umum
a. Kualifrkasi akademik Sarjana (S I ) atau Diploma IV @-fV)
kependidikan atau non kependidikan pada PT yang teralceditasi.
b. Maks 56 ahun
c. Pengalaman mengajar minimal 5 tahun
d. Golongan minimal IIIo bagi PNS.

Kualilikasi Khusus
a. Berstatus guru
b. Memiliki sertifikat pendidik sebagai guru
c. Memiliki sertifftat kepala Sekolah yang dikeluarkan oleh lembaga
yang ditetapkan pemerintah

Kepala sekolah memegang peran strategis dalam pengembangan


sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan on-going pntcess.

30
Manajemen Betbak Sekolah

Berdasarkan Permendilmas nomor l3l2007 menetapkarl kepala sekolah


sebagai jabatan yang memiliki kualifrkasi dan kompetensi sesuai standar
yang berlaku, dan memiliki sertifikat sebagai kepala sekolab Di era
otonomi daerah ditengarai adanya proses pengangkatan, mutasi, dan
pemberhentian kepala sekolah yang dikaitkan dengan pertimbangan
politis.
Kemajuan sekolah lebih penting bila difokuskan pada kiprah kepala
sekolah karena dengan alasan. Peftama, kepala sekolah merupakan tokoh
sentral pendidikan, karena kepala sekolah sebagai fasilitator bagi
pengembangan pendidikan. Kepala sekolah juga sebagai pelaksana suatu
tugas yang sarat dengan harapan dan pembaharuan. Kemasan cita-cita
mulia pendidikan kita secara tidak langsunbg juga diserahkan kepada
kepala sekolah. Kedua, sekolah adalah sebagai suatu komunitas
pendidikan yang membutuhkan seorang pemimpin untuk mendayagunakan
potensi yang ada dalam sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah sering
dianggap atau identik dengan wajah sekolah yang bertanggung jawab atas
efrsiensi kelangsungan pendidikan.
Kelangsungan pendidikan tentunya ditunjang dengan pengelolaan
kurikulum yang baik. Dalam hal ini, kepala sekolah mempunyai andil yang
besar dalam mengelola kurikulum sekolah, dengan cara:
1. Memfasilitasi sekolah unruk membentuk dan memberdayakan tim
pengembang kurikulum.
2. Memberdayakan tenaga kependidikan sekolah agar mampu
menyediakan dokumen-dokumen kurikulum.
3. Memfasilitasi guru untuk mengembangkan standar kompetensi
setiap mata pelajaran.
4. Memfasilitasi guru untuk menyusun silabus setiap mata pelajaran.
5. Memfasilitasi guru untuk memilih buku sumber yang sesuai dengan
setiap mata pelajaran.
6. Mengarahkan guru dan tenaga kependidikan untuk menyusun
rencana dan program pelaksanaan kurikulum

31
Manaj emn Berbasis Sekolah

Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah harus mempunyai


berbagai kompetensi dan keterampilan antara lain; keterampilan
konseptual, keterampilan manusiawi, dan keterampilan teknik Kegiatan
pokok yang harus diemban kepala sekolah yaitu merencaranakan,
mengorganisasi, mengkooordinasi, memantar! serta menilai atau
mengevaluasi dalam bingkai manajemen sekolah, dan pembahasan kepala
sekolah lebil larjut dijelaskan pada bab berikutnya.

2.4 Tujuan dan Prinsip Manajemen Sekolah


a. Tujuan Manajemen Sekolah
Tugas utama sekolah adalah membangun suatu sistem persekolahan
yang dapat memberikan kemampuan dasar bagi perserta didik yang
harus dilakukan adalah menata manajemen dan mendesain, serta
memodifikasi struktur organisasinya yang mampu memenuhi kebutuhan
sekolah. oleh karena itu Pada hakekatnya tujuan manajemen sekolah tidak
dapat terlepas dari tujuan sekolah sebagai suatu organisasi. Sekolah
sebagai suatu organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai yang disebut
tujuan iostitusional kelembagaan baik tujuan institusional umum maupun
irstitusional khusus. Tujuan institusional umum mengacu pada jenjang
dan jenis pendidikan, sedangkan tujuan institusional khusus disamping
diwarnai oleh jenjang dan jenis pendidikan juga diwamai oleh
penyelenggara pendidikan itu sendiri.
Suatu tujuan institusional baik umum maupun khusus akan tercapai
ma[akala ada suatu proses kegiatan dalam lembaga organisasi sekolah.
Dengan kata lain, tujuan institusi dapat tercapai tergantung dari bagaimana
lembaga tersebut melakukan tugas kelembagaamya. proses manajemen
yang baik adalah manakala di dalamnya terdapat kegiatan manajerial yaitu
kegiatan yang seyogyanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
stafus dan kewenangan sebagai manajer, serta kegiatan operatif yakni
kegiatan yang seharusnya diselesaikan oleh para pelaksana lapangan.
Dengan demikian, tujuan akhir dari manajemen sekolah adalah membantu
memperlancar tercapainya tujuan sekolah secara efektif dan efisien.

32
Manajemea B ertask S eho la h

Kehadiran manajemen dalam proses persekolahan sebagai salah satu alat


untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan sekolah'
b. Prinsip Manajemen Sekolah
Prinsip adalah dasar, azas (kebenaran yang menjadi pokok dasar
berpikir, bertindak). Menurut Suprihatin (2004:7) dalam pengelolaan
sekolah agar dapat mencapai tujuan sekolah yang baik, maka perlu
mendasarkan pada prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut :
a. Prinsip efisiensi, yakni dengan penggunaan modal yang sedikit
dapat menghasilkan hasil yang optimal
b. Prinsip efektivitas, yakni ketercapaian sasaran sesuai tujuan
yang diharapkan
c. Prinsip pengelolaan, yakni seorang manajer harus melakukan
pengelolaan sumber-sumber daya yang ada '
d. Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan, yalmi seorang manajer
harus mengutamakan tugas-tugas pokonya
e. Prinsip ke{a sama, yakni seorang manajer hendaknya dapat
membangul kerja sama yang baik secara vertikal maupun
secara horizontal .

f. Prinsip kepemimpinan yang efektif, yakni bagaimana seorang


manajer dapat memberi pengaruh, ajakan pada orang lain
untuk pencaPaian tujuan bersama.

Syaifullah Sagala (2010) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip


manajemen sekolah adalah memperoleh hasil yang efektif melalui orang
jalan
orang profesioanal dan mengacu pada visi dan misi sekolah dengan
melakukan proses manajemen, yakni menjalalkan fungsi pokok program
sekolah yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan sekolah
sebagai penanggung jawab institusi sekolah, guru sebagai penanggung
jawab pelayanan belajar pada peserta didik, dan tenaga kependidikan
sebagai penanggung jawab pelayanan teknis kependidikan di sekolah yang
menerapkan fungsi fungsi manajemen yaitu: perencanaan (planning)
progam kegiatan sekolah, perorganisasin (organisazind tugas tugas

33
Manajemea Berbasis Sekohh

pokok sekolah, penggerakan (actuqting) seluruh sistem sekolah, dan


p engaw asan (c o n tro I I i n g) knerja kep ala sekolah.

2.5 Bidang Garapan Manajemen Sekolah


Dalam perspektif persekolahan, Manajemen sekolah seperti yang
termuat dalam Panduan Manajemen Sekolah Direktorat pendidikan
Menengah Umum Depdiknas (1999) menyebutkan bidang_bidang kegiatan
manajemen pendidikan, meliputi: (l) manajemen kurikulum; (2)
manajemen sumber daya manusia (personalia); (3) manajemen kesiswaan;
(4) manajemen keuangan; (5) manajemen perawatan preventif sarana dan
prasarana sekolah.
Mulyasa (2003) menjelaskan bahwaq sedikitnya terdapat tujuh
komponen sekolah yang harus dikelola dengan bai\ yaitu: kurikulum dan
program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana
dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah, dan masyarakat,
serta manajemen pelayanan khusus. Sementara Rohiat (2010) menjelaskan
sekolah memiliki berbagai garapan yaitu: Manajemen Kurikulum,
Manajemen Kesiswaan, manajemen personalia, manajemen sarana
prasarana, manajemen keuangan, manajemen hubungan sekolah
masyarakat dan manajemen layanan klusus.
a. Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling dominan. Selain berperan sebagai kendaraan yang
mengantarkan seseorang kepada suatu tujuan juga dapat berperan
sebagai jalan yang harus ditempuh guna mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum tak ubahnya seperti hidangan atau menu
yang disajikan oleh pelayan kepada pelanggan dalam sebuah
restoran. Karena demikian dominannya kurikulum dalam
pendidikan, maka tidaklah mengherakan jika seseorang yang akan
memasuki sekolah atau perguruan tinggi, terlebih dahulu
menanyakan kurikulumnya.
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang
utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah

34
Marcj ann B erbas is S ekolah

berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,


tlengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong
guru untuk menyusun dan terus menerus menyempumakan strategi
pembelajarannya. Tahapan manajemen kudkulum di sekolah
dilakukan melalui empat tahap: (a) perencanaan; O)
pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d)
pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen
kurikulum yang terdiri dari empat tahap:
l. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai: (1)
analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan
filosofis; (3) menentkan disain kurikulum; dan (4) membuat
rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan
penilaian.
2. Tahap pengembangan; melipttti langkahJangkah: (1) perumusan
rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan
tujuan; (3) penentuan struktur dan isi progmm; (4) pemilihan dan
pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan
pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan
(7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implemmtasi atau pelalisanaan; meliputi langkah-
langkah: (l)
penyusunan rencana dan program pembelajaran
(Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2)
penjabaran materi ftedalaman dan keluasan); (3) penentuan
strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat,
dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian
proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran
4- Tahap penilaian; terutama dilahlkan untuk melihat sejauhmana
kekuatan dan kelemahan dari lrurikulum yang dikernbangkan,
baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif' Penilailain
kurikulum dapat mencakup Konteks' input, proses, produk
(CIPP): Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan

35
Manajemet Berbasb S*olah

sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluiulg.


Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi
petrcapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari
rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada
penyediaan informasi rmtuk pembuatan keputusan dalam
melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada
mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik
dengan evaluasi sumati|.
Selanjutnya Manajemen kurikulum adalah sebagai suah.r sistem
penglolaan kurikulum yang kooperatif, komperhensif, sistemik, dan
sistematik dalam rangka mweujudkan ketercapaian tujuan
Irurilarlum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus
dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) dan Kurikulum Tngkat Satuan pendidikan (KTSp). Oleh
karena, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau
sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan
memperioritaskan kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi
dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan
kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.

b. Manajemen Sumber Daya Manusia (personalia)


Keberadaan manusia sebagai suatu ,'eksistensi" yang berwujud
dan berkesadaran memungkinkannya unhrk menjadi',pelaku',.
Namun pada pihak lain "eksistensi" manusia tersebut terimbas pada
dampak "strukor siruasi,'. Damapak yang te{adi kemudian
melahirkan "media kultur,', hal inilah yang kemudian melingkupi
manusia itu sendiri.
Masalah kualitas manusia dan SDMnya pada umumnya dilihat
dari dari empat dimensi. yaitu:
a. Dimensi Keperibadian
b. Dimensi Kreatifitas
c. Dimensi Produktifitas
d. Dimensi ^locra I Commitment

36
Maruj emen Berbasis Sekolah

Dalam konteks ini, perlu adanya langkah sistematis dalam


mengatur personalia sekolah atau sumbr daya manusianya dengan
mnerapkan fungsi-fungsi manajemen. Manajemen sumber daya
manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen, yang berarti
merupakan suatu usaha untuk mengarahkan dan mengelola sumber
daya manusia di dalam suatu organisasi agar mampu berfikir dan
bertindak sebagaimana yang diharapkan organisasi' Organisasi yang
maju tentu dihasilkan oleh personiVpegawai yang dapat mengelola
organisasi tersebut ke arah kemajuan yang diinginkan organisasi,
sebaliknya tidak sedikit organisasi yang hancur dan gagal karena
ketidakmampuannya dalam mengelola sumber daya manusia'
Menurut Hasibuan (2007) manajemen sumber daya manusia
adalah "Ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja
agar efektif dan efisien, membantu terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan dan masyarakat". Sedangkan menurut Simamora Q004:
4) manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan,
pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan
individu anggota organisasi atau kelompok karyawan, juga
menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan,
penyusuan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karir'
evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dal hubungan
ketenagakerjaan yang baik. Selanjutnya Simamora QO04: 20)
memposisikan manajemen sumber daya manusia sebagai posisi
yang strategis. Sehingga pengembangan sumber daya manrlsia
melalui langkah-langkah manajernen merupakan sebuah prioritas'
Pentingnya peranan pengembangan sumber daya manusia dalam
sebuah organisasi dalam mzujudkan tujuan diungkapkan oleh
Hadari Nawawi, yang menjelaskan bahwa Selanjuhrya Nawawi dan
Martini (1990:176) mendefiniskan pengembangan SDM sebagai
berikut: Upaya memberikan kesempatan kepada setiap personil
sebagai tenaga kerja untuk mewujudkan potensinya secara maksimal
melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan volume dan
beban kerja yang menjadi tanggung jawabnya dalam mewujudkan

3t
Manajem m B obais Sekola h

tujuan organisasi. Selanjutnya Nawawi dan Martini (1990:176)


menjelaskan kegiatan pengembangan personil, sebagai bedkut:
a. Upaya pengadaan Personil dalam jumlah dan mutu yang sesuai
dengan volume dan beban kerja;
b. Menempatkan Personil dan membagi pekerjaan dengan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas, agar mengetahui
secara tepat (baik dan lancar) peran serta yang perlu diberikan
dalam mewujudkan tujuan organisasi;
c. Menyediakan kondisi yang mendorong setiap personil agar
memiliki moral kerja yang tinggi dan memberikan kesempatan
untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahliarurya
untuk dapat bekeq'a secara berdaya guna dan berhasil guna.
Notoatrnodjo (1996:4) berpendapat bahwa pengembangan
pegawai dapat ditihat melalui 2 (dua) cara yaitu secara mikro dan
mako. Pengembang:rn secara miko yaitu suatu proses perencanaan
pendidikan dan latihan serta pengelolaan tenaga atau karyawan
untuk mencapai hasil optimum, dan hasil dapat berupa jasa maupun
uang; sedangkan Pengembangan secara mako yaitu suatu proses
peningkatan kualitas atau kemampuan manusia d.alam mencapai
tujuan pengembangan bangsa, proses peningkatan disini mencakup
perencanaan, pengembangan dan pengolahan Sumber Daya
Manusia.

c, Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan (murid) adalah seluruh proses kegiatan
yang direncanakan dan iusahakan secara sengaja serta pembinaan
secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga
pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar
mengaja secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta
didik hingga keluamya peserta didik dari suatu sekolah. Manajemen
kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam
bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat
berjalan lancar, tertib, teratur serta dapat mencapai tujuan

38
Matajemm Berbasis Sekolah

pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan nrjuan sekolah tersebut


manajemen kesiswaan meliputi empat kegiatan, yaitu: penerimaan
siswa baru, kegiatan kemajuan belajar, bimbingan dan pembinaan
disiplin serta monitoring.
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu:
(a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obye\
sehingga harus didorong unhrk berperan serta dalam setiap
perencaniuul dan pengambilan keputusan yang terkait dengan
dari
kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau
kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan
seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan
yang

beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang


secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar,
jika mereka
menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi
siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi
juga ranah
afektif, dan psikomotor

d. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat
sekolah dalam menggali dana, pengelolaan keuangan dikaitkan
dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana
sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta
pemeriksaan.
Ada tidak tiga persoalan pokok dalam manajemen pebiayaan
pendidikan, yaitu: (l) Jinancing' menyangkut dari mana sumber
pembiayaal diperoleh, Q) budgeting, bagaimana dana pendidikan
dialokasilran, dan (3) accountabilhy' bagaitana anggaran yang
diperoleh digunakan dan dipertanggungiawabkan'
Pembiayaan sekolah adalah kegitan mendapatkan biaya serta
mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikanterutama
tingkat menengah, sebab untuk pendidikan dasar, berkenaan dengan
adanya Wajib Belajar, semestinya pembiayaan ditanggung oleh
pemerintah. Bagi sekolah-sekolah yang berstatus negeri, sumber

39
Manajemet Betbasis Sebolah

(l) dana dari pemerintah,


dana sekolah terbagi dua bagian, yaitu:
yang umumnya terdiri dari dana rutin, meliputi jagi
serta biaya
operasional sekolah dan perawatan fasilitas, dan dana dari
masyarakat, yang sekarang melalui komite sekolah, ada yang digali
dari orang tua siswa mauprm sumbangan dari masyarakat luas
maupun dunia usaha dan bahkan ada beberapa sekolah yang mampu
membangun networking cukup bagus sehingga mendapatkan
pembiayaan pendidikan yang cukup besar.
Dilihat dari segi penggunaan, sumber dana dapat dibagi menjadi
(1) anggaran untuk kegiatan rutin, yaitu gaji, biaya operasional
keseharian sekolah, dan anggaran unhrk pengembangan sekolah.
Lahimya UU Otonomi Daerah ( UU Nomor 22 dan 25 Tahun 1999,
kemudian disempumakan dengan UU Nomor 32 dan 33 Tahuu
2004), yang diikuti dengan peraturan perundang-nndangan lainnya,
mempunyai dampak yang besar bagi sistem manajemen pembiayaan
pendidikan di Indonesia.
Anggaran berfungsi sebagai perencanaan dan pengendalian
kegiatan. Secara formal pengendalian anggaran menentukan
pelaksanaan anggaran dan membandingkannya dengan
data_data
anggaran, unfirk menentukan apakah perlu mengadakan tindakan-
tindakan perbaikan. Inti dari manajemen keuangan adalah
pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu,
disamping
mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan
pembangrman maupun kegiatan rutin operasional di sekolartr, juga
perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap
penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah,
masyarakat
dan sumber-sumber lainnya.

e. Manajemen Sarana dan prasarana


Dalam Perahran pemerintah (pp) 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 42 sudah dinyatakan bahwa
setiap satuan pendidikan wajib menyediakan sarana yang meliputi
perabot, peralatan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar

40
Manaj etnzn Berbasis Sekolah

lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan


untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan.
Sarana dan prasarma pendidikan adalah fasilitas yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau
pengajaran, seperti halaman, kebun, taman, sekolah jalan menuju
sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses
belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi'
halaman sekolah, sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen
tersebut merupakan sarana pendidikan.
Dalam hal ini Mulyasa (2003) menjelaskan bahwa sarana
pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-
alat media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung dapat
menunjeng jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti
kebrm, tanamkan sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi
jika
halaman,
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar seperti
tanaman sekolah unhrk biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus
lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana

pendidikan.
Manaj emen sulrana dan prixara[a pendidikan dapat

didefinisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan semua


sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien Definisi
ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah
perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan proses
pembeiajaran di sekolah. Manajemen sarana dan prasarana
pendidikan (sekolah) bertugas mengatur dan menjaga sarana dan
prasarana agar dapal memberikan konstribusi secara optimal dan
berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan ini .meliputi
kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penylmpanan'
inventarisasi dan penghapusan serta penataan'

4t
Mauj emn Betb a is S ekolah

f. Manajemen Ilubungan Masyarakat


Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan salah
satu bidang garapan administrasi pendidikan. oleh karena itu, dalam
pembahasan ini penulis merasa perlu untuk menguraikan secara
lebih rinci mengenai hubungan sekolah dengan masyarakat. Unuk
tidak menimbulkan salah pengertian, ada baiknya terlebih dulu di
jelaskan konsep tentang "sekolah" dan *masyarakaf'. Istilah
sekolah di sini merupakan konsep yang luas, yang mencakup baik
lembaga pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
Sedangkan istilah masyarakat merupakan konsep yang metrgacu
kepada semua individu, kelompolg lembaga, atau organisasi yang
berada di luar sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh
proses kegiatan yang direncanakan dqn diusahakan secara sengaja
dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secra kontinu untuk
mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya serta dari
publik pada khususnya, sehingga kegiatan operasional
sekolah/pendidikan semakin efektif dsn efisien, demi membantu
tercapainya tuj"an pendidikan yang telah ditetapkan. Soetopo H dan
Soemanto W (1982), mengatakan bahwa hubungan sekolah dengan
masyarakat adalal suatu proses komunikasi antara sekolah dengan
masyarakat dengan makud menilgkatkan pengettian warga
masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama warganya dalam usaha
memperbaiki sekolah.
Masyarakat sebagai stakeholder sekolah diharapkan lebih
berperan secara aktif dan ikut bertanggung jawab terhadap
pengelolaan sekolah. Peran serta yang aklif dari masyarakat
diharapakan akan merubah sistem pengelolaan sekolah dari sistem
sentralistik yang bersifat mekanistis. menjadi pengelolaan sekolah
dengan sistem organik ditingkat daerah (desennalisrik). Ditingkat
kelas, kelas bukan lagi berfungsi sebagai wahana mengajar
(teachitrg), tetapi lebih sebagai wahana belajar (leaming).

42
Manaj emen Berbas is S ekolah

Pernbentukan Komite Sekolah diharapkan dapat memacu


usaha pemberdayaan masyarakat unluk rnsningkatkan mutu
pendidikan, hal ini selaras dengan konsep Partisipasi Berbasis
Masyarakat (Community Based Pafticipation) dar. Manajemen
Berbasis Sekolah (School Bued Managenent) yang digunakan
sebagai paradigma dalam mengembangkan sekolah' Karakteristik
masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa gotong royong tinggi
sebenamya dapat di akomodir oleh pihak pengelola sekolah dalam
mengelola sekolah, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengelolaan
sekolah. Melalui penerapan pinsip community based participation
dan school based managemetlt, diharapkan akan te{adi perubahan
perilaku di tiga elemen yang di miliki oleh oleh sekolah yaitu
masyarakat, pengelola sekolah dan kelas'
Untuk pembahasan Hubungan sekolah dengan masyarakat lebih
lanjut akan dibahas pada bab selanjutnya.

g. Manajemen LaYanan Khusus


Manajemen layanan khusus di suatu sekolah merupakan bagian
penting dalam Manajemen Sekolah. Untuk memenuhi tugas dan
tanggung jawab tenebut maka sekolah memerlukan suatu
manajemen layanan khusus yang dapat mengatur segala kebutuhan
peserta didiknya sehingga tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai'
Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasamya ditetapkan dan
di organisasikan untuk mempermudah atau memperlancar
pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di
sekolah.
Pelayanan khusus tliselanggarakan di sekolah dengan maksud
untuk memperlancar pelaksanaan pengajamn dalam rangka
pencapain tujuan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah
antara lain juga berusaha agar peserta didik senantiasa berada
dalam

keadaan baik. Baik disini menyangkut aspek jasmani maupun


rohaninya.
Maaaj enat Berbasis Sekolah

Menurut Kusmintardjo (1992) sekolah tidak akan bertungsi jika


tidak ada sesuatu yang membuaotya berfungsi. Dalam sebuah
pendidikan harus mempunyai unsur-unsur yang meliputi
administrasi sekolah. Unsur-unsur dalam administrasi sekolah
tersebut masing-masing mempunyai firngsi, hubungan, dan
ketergantungan dengan komponen-komponen lainnya. Unsur_ulsur
tenebut meliputi: (a) adminishasi murid, (b) administrasi
kurikulum, (c) administrasi personil, (d) administrasi materiil, (e)
administrasi keuangan, (f) administasi hubungan sekolah dan
masyarakat dan (g) administrasi pelayanan khusus.
Dari uraian tenebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
layanan khusus adalah suatu proses kegiatan memberikan pelayanan
kebutuhan kepada peserta didik untuk menunjang kegiatan
pembelajaran agar rujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan
efisien. Manajemen layanan khusus di sekolah ditetapkan dan
diorganisasikan untuk memudahkan atau memperlancar
pembelajaran, serta dapat memenuhi kebutuhan khusus siswa di
sekolah. Diantaranya meliputi: manajemen layanan bimbingan
konseling, layanan perpustakaan sekolah, layanan kesehatan,
layanan asrama, dan manajemen layanan kafetaria,kantin sekolah.
LayananJayanatr tersebut harus di kelola secara baik dan bennr
sehingga dapat membantu memperlarcar pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah. Pelayanan khusus atau pelayanan bantuan
diselenggarakan di sekolah dengan maksud untuk memperlancar
pelaksanaan pengajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
di sekolah. Berikut ini
adalah jenis-jenis layanan khusus yang di
sediakan sekolah: Layanan Bimbingan dan Konseling (BK), layanan
Kesehatan Sekolah (IKS), layaaan kafetaria sekolah, layanan
asrama sekolah, layanan perpustakaan sekolah, layanan
laboratorium sekolah.
l. Layman bimbingan dan konsehng
Bimbingan konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada

44
Manajemn Berbask Sekolah

individu melalui hubungan tatap muka atau timbal balik antara


keduanya , agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan
melihat dan menemukan maslahanya serta mampu memecahkan
maslahnya sendiri. Anas Salahuddin (2010) menjelaskan bahwa
bimbingan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan
kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang
dilakukan oleh seseorang yang mendapat latihan khusus untuk itu
dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya,
lingkungannya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan
masyarakat.
Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan bimbingan dan konseling adalah salah satu
kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu
pada umumlya dan siswa pada khususnya di sekolah dalam
rangka meningkatkan mutunya. Layanan bimbingan dan
konseling adalah proses bantuan yang diberikan kepada siswa
dengan memperhatikan kemungkinan dan kenyataan tentang
adanya kesulitan yang dihadapi dalam rangka perkembangan
yang optimal, sehingga mereka memahami dan mengarahkan diri
serta bertindak dan bersikap sesuai dengan hmtutan dan situasi
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
2. Layanan kesehattn Pesena didik
I-ayanan kesehatan di sekolah biasanya dibentuk sebuah
wadah bemama Usaha Kesehatan Sekolah (JKS)' Usaha
kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
dijalankan sekolah.
Menurut Jesse Ferring William pada buku Pengelolaan
I-ayanan Khusus Di sekolah oleh Kusmintardj o (1992)
mendehnisikan layanan kesehatan adalah sebuah klinik
yang

didirikan sebagai bagian dari Universitas atau sekolah yang

berdiri sendiri yang menentukan diagnosa dan pengobatan

45
Manajemet Masis Seholah

fisik dan penyakit jiwa dan dibiayai dari biaya khusus dari
semua siswa. Selain itu layanan kesehatan juga dapat diartikan
sebagai usaha sekolah dalam rangka membantu (mungkin
berifat sementara) murid-muridnya yang mengalami persoalan
yang berkaitan dengan kesehatan. Dengan demikian dapattah
dikatakan bahwa layanan kesehatan peserta didik adalah suatu
layanan kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah dan
menjadikan peserta didik sebagai sasaran utam4 dan penonalia
sekolah yang lainnya sebagai sasaran tambahan.
3. L^yrara ktfetaria peserta didik
Kantin/warung sekolah diperlukan adanya di tiap sekolah
supaya makanan yang dibeli peserta didik terjamin
kebersihamya dan cukup mengandung gizi. Para guru
diharapkan sekali-kali mengontrol kantin sekolah dan
berkonsultasi dengan pengelola kantin mengenai makanan yrurg
bersih dan bergizi. Peran lain kantin sekolah yaitu supaya para
peserta didik tidak berkeliaran mencari makanan keluar
lingkungan sekolah.
Layanan kafentaria adalah layanan makanan dan minuman
yang diburuhkan oleh peserta didik disela-sela mengikuti
kegiatan belajar mengajar di sekolah sesuai dengan daya jangkau
peserta didik. Makanan dan minuman yang tersedia di kafentaria
tersebut, te{angkau dilihat dari jumlah uang saku peserta didik,
tetapi juga memenuhi syarat kebersihan dan cukup kandungan
gizinya.
4. Lzytnan asrama peserta didik
Bagi para peserta didik khususnya jenjang pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi, terutama bagi mereka yang
jauh dari orang tuanya diperlukan diperlukan asrama. Selain
manfaat untuk peserta didik, asrama mempunyai manfaat bagi
para pendidik dan petugas asrama tersebut.

46
Manaj emen Bnbasis Sekola h

S. Ltyanan perpustakaan peserta .Iidik


Perpustakaan merupakan salah satu unit yang memberikan
layanan kepada peserta didik, dengan maksud membantu dan
menunjang proses pembelajarandi sekolah, melayani informasi-
informasi yang dibutuhkan serta memberi layanan relreatif
melalui koleksi bahan pustaka.
Ali knron mendefinisikan perpustakaan sekolah sebagai
perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang
progrcm belajar mengajar di lembaga pendidikan formal seperti
sekolah, baik sekolah tingkat dasar maupun menengah, baik
sekolah umum maupun kejuruan. Selain itu, perpustakaan
sekolah adalah salah satu unit sekolah yang memberikan layanan
kepada peserta didik di sekolah sebagai sentra utam4 dengan
maksud membantu dan menunjang proses belajar mengajar di
sekolah, melayani informasi-informasi yang dibutuhkan serta
memberikan layanan rekeatif melalui koleksi bahan pustaka.
Dari definisi-defrnisi tersebut tampaklah jelas bahwa
perpustakaan sekolah merupakan suatu unit pelayanan sekolah
guna menunjang proses belajar mengajar di sekolah
6. Layanan laboratorium peserta didik
Laboratorium diperlukan peserta didik apabila mereka akan
rJrengadakan penelitiam yang berkaitan dengan percobaan-
percobaan tentang suatu obyek tertentu. Laboratorium adalah
suatu tempat baik tertutup maupun terbuka yang dipergunakan
untuk melakukan penyelidikan, pecobaan, pempraktekan,
pengujian, dan pengembangan. Laboratorium sekolah adalah
sarana penunjang proses belajar mengajar baik tertutup maupun
terbuka yang dipergunakan untuk melaksanakan praktikum,
penyelidikan, percobaan, pengembangan dan bahkan pembakuan.
1. Layanan koper,lsi peserta didik
Layanan koperasi mendidik para peserta didik unnrk dapat
berwirausaha. Hal ini sangat membantu peserta didik di
kehidupan yang akan datang. Koperasi sekolah adalah koperasi

47
Manajemn Bobak S*olah

yang dikembangkan di sekolah, baik sekotah dasar, sekolah


menengah, maupun sekolah dan dalam pengelolannya
melibatkan guru dan personalia sekolah. Sedangkan koperasi
peserta didik atau biasa disebut disebut koperasi siswa (Kopsis)
adalah koperasi yang aAa di sekolah tetapi pengelolaanya adalah
oleh pesera didik, kedudukan guru di dalam Kopsis adalah
sebagai pembimbing saja.
8. Laya,nan keamanan
l,ayanan keamanan yaitu layanan yang dapat memberikan
rasa aman pada siswa selama sisrra belajar di sekolah misalnya
adanya penjagaan oleh satpam sekolah. Dengan adanya petugas
keamanan sekolah, dapat membantu suasana aman dan tertib di
sekolah, sehingga dapat membantu proses kelancaran
pembelajaran dan segala aktivitas sekolah.

48
Manajemen Befrasi Sekolah

BAGIAN III
,E!ARAH, I"ANDA'AN DAN KON'EP DA'AR
MANAf EMEN BERBATIT IEKOLiAH

3.1 Sejarah Manajemen Berbasis Sekolah


Gerakan reformasi 1998 yang dipelopori oleh mahasiswa telah
membawa perubahan dalam sistem politik dan pemerintahan di
Indonesia. Salah satu bennrk perubahan itu ialah lahimya UU No 22
yang
tahrm 1999 dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
menjelaskan tentang otonomi daerah pemberian kewenangan lebih luas
kepada daerah untuk mengatur dan mengurus persoalan kemasyarakatan
berdasarkan aspirasi setempat. Sedangkan otonomi dalam dunia
pendidikan didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang memuat tentang MBS' Penerapan
MBS di
Indonesia tidak lepas dari trend perubahan pengelolaan pendidikan di
neg:ra-negara lain, seperti Kanada, China, Amerika Serikat, Australia'
Inggris, Perancis, Selandia Baru.
Di Kanada MBS lebih dikenal dengan pendelegasian keuangan
(financial delegation) dengan pendekatan "school-site decision making"
yang dilatarbelakangi oleh kelemahan manajemen pendidikan' Di Cina'
khususnya di Hongkong, MBS lebih dikenal dengan Sclrcol Management
Initiative (SMI) yang menekankan pada inisiatif sekolah
dalam manajemen sekolah. Model ini mengubah manajemen yang
sentralistik menjadi desentralistik dengan kewenangan lebih besar
kepada
yang
sekolah dalam pengelolaan dan pendanaan pada tingkat sekolah
bersangkutan. Sedangkan di Inggris MBS, muncul dengan istilah
Zocal
School Manajeman (LSM) sebagai bentuk pemindahan manajemen
pendanaan dan sumber daya dari kewenangan lokal kepada dewan
penyelenggara atau pengelola sekolah.
Asutralia adalah negara yang mendapat juhtkat "a worldJeader in
School- Basetl Management" atau pemimpin dunia dalam hal Manajemen
Berbasis Sekolah. Upaya perubahan tersebut membutuhkan waktu
tiga

49
Maaaj ema Befia is S ekolah

puluhan tahun dan "The Karmel Repon" yang berisi pernyataan bahwa
berkurangnya kontrol sentralisasi terhadap operasi sekolah-sekolah
diperlukan untuk menjamin efektivitas dan pemerataan atau keadilan
dalam pendidikan sekolah. Walaupun demikian istitah MBS di Australia
berbeda-bed4 di Tasmania dikenal dengan S*ategic School ptan, di
South Australia dengan istilah School Development Plan, atau Sclrcol
Action Plan
Sedangkan istilah Manajemen Berbasis Sekolah yang digunakan di
Indonesis merupakan terjemahan dat'l School-Based Management yang
muncul di Amerika Serikat sebagai bentuk kritik terhadap manajemen
pendidikan dengan mempertanyakan relevansi pendidikan dengan
tuntunan dan perkembangan masyarakat setempat. Di lndonesia sendiri
sebenamya MBS telah diterapkan disekolah-sekolah swasta baik yang
didirikan oleh yayasan atau badan hukum. Selain itu pesanten juga telah
melaksanakan prinsip-prinsip MBS, keterlibatan santri dalarn proses
belajar mengajar, hubungan harmonis dan kerja sama yang baik antara
orang tua dengan pengelola pesantren, otonomi kurikulum pembelajaran
dan pengelolaan keuangan menjadikan pesantren tetap eksis sampai
sekarang.
Fromalisasi pelaksanaan MBS yang secara resmi berlangsung sejak
tanggal 8 Juli 2003, dimaksudkan untuk lebih menekanlan pada persoalan
yang mendasar dan mendalam tentang bagaimana implemenasi MBS yang
tepat di sekolah. Sebel',mnya pemerintah telah melalarkan berbagai
progrirm rintisan di berbagai jenjang pendidikan berkenaan dengan model
MBS. Sebagai contoh rintisan MBS di SDA{I yang tertuang dalam
Propenas 2004-2005 dengan menekankan pada tiga kompenen yaitu MBS,
Peran Serta Masyarakat @SM), dan Pembelajaran Aktif, IGeatif, Efekti!
dan Menyenangkan (PAKEM).
Pada tahun 1999, pemerintah Indonesia berkerja sama dengan
LTNESCO dan Unicef merintis penerapan program MBS di 124 SD/MI
yang tersebar di 7 Kabupaten di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Program tersebut dikembangkan lebih
lanjut pada tahun 2002 dengan bantuan dana dari pemerintah New Zeland.

50
Manajetun B erbas k S ekollh

Jumlah SD/\4I pun berkembang menjadi 741 dengan penambahan wilayah


juga diberikan
di propinsi Papua dan Nusa Tenggara Barat. Bantuan dana
yang
oleh Bank Niaga, BFI, Chef for Kids, dan City Bank seda Australia,
akhimya program tersebut dikembangkan di 1479 SDA{I di 9 propinsi'
Replikasi program juga dikembangkan oleh Depdiknas pusat di 30
Propinsi dengan langsung menggunakan lambang MBS'
Sedangkan Amerika Serikat melalui lembaga bantuannya (JSAID)
mengembangkan program Managing Basic Education (MBE) di Jawa
Timur dan Jawa Tengah, yang dilanjutkan dengan program Decentralized
Basic Education @BE) pada tahun 2005. Sebelumnya, pada tahun
2004'
Indonesia-Australia Parnership ini Basic Education (IAPBE)
melaksanakan program MBS di kabupaten di Jawa Timur'

3.2 Landasan Manajemen Berbasis Sekolah


a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis MBS secara umum adalah cara hidup
masyarakat. Maksudnya jika ingin reformasi pendidikan itu sukses
maka

reformasi tercebut harus berakar pada cara dan kebiasaan hidup warganya'
Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan kebiasaan warganya
maka rcformasi tersebut akan mendapat dukrmgan dari segenap lapisan
masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan melalui proses mencerdaskan
kehidupan bangsa dalam konteks idiil negala kita merupakan tanggung
jawab pemerintah, sedangkan menurut prahisnya merupakan tang$mg
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah' Tanggung
jawab tersebut, dilandasi oleh peran secara profesional'
Arthya, pelayanan pendidikan tidak dapat dihindarkan dari batas-
batas tanggung jawab mengingat masing-masing mempunyai posisi dan
keterbatasan. Keluarga dalam arti biologis merupakan omng tua langsung
(ibu dan bapak), mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
pendidikan kepada anak-anaknya di rumah tangga, dari mulai hal yang
bersifat sederhana dan pribadi sampai pada hal yang komplek dan
bermasyarakat. Tugas dan wewenang ini' bersifat alamiah dan
mendasar

untuk membangun individu yang bertanggung jawab' Akan tetapi sebagai

51
Manajemet Bctbab Sekolah

orang tua, terdapat berbagai keterbatasan dalam pelayanan pendidikan


yang bersifat normatif dar terukur, baik yang bersifat keilmuan maupun
keterampilan tertentu. Oleh sebab orang tua tidak dapat melayani
kebutuhan pendidikan anaknya, maka orang tua mempercayakan kepada
sekolah baik yang diselenggarakan oleh masyarakat (yayasan pendidikan)
maupun pemerintah.
Konsekuensinya orang tua wajib memberikan dukungan kepada
sekolah sesuai dengan batas kemampuan dan kesepakatan. Oleh sebab itu
tujuan penyelanggaraan pelayanan pendidikan hanya bisa dicapai apabila
tedadinya sineq'ik dan integrasi dukungan dari berbagai sumber daya,
untuk terjadinya sine{ik dan integrasi dukungan dari bertagai sumber
daya pendidikan, perlu adanya suatu badan yang bersifat independen
dengan asas keadilan dan kemanusiaan.
Landasan munculnya MBS yang berasal dari kehidupan masyarakat
(dalam modul UT) diantaranya:
a) Pendidikan nilai yang ada dalam kehidupan
masyarakat yaitu nilai-nilai kebenamaan yang bersumber dari
nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan keluarga dan
nx$yarakat serta pada pendidikan agama. MBS merupakan salah
satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk mengakomodasi
pendidikan nilai. Pendidikan kewarganegaraan dan agama sangat
penting untuk menumbuhkembengkan tanggung jawab bersama
di dalam kehidupan suatu masyarakat (baik secara lokal,
nasional, regional, global). Nilai-nilai spiritual diperlukan untuk
menyempumakan kesejahteraan manusia di dunia dan alam
sesudahnya sehingga kehidupan lebih bermakna. Nilalnilai lokal
tercermin dalam nilai sosial budaya setempat yang diwujudkan
dalam bentuk tata kxama pergaulan, model pakaian, dan seni.
Nilai-nilai nasional berkaitan erat dengan penerapan kaidah-
kaidah sebagai warga Negara yang baik yang menjunjung tinggi
kebangsaan. Kedua nilai tersebut membentuk budi pekmi dan
keperibadian yang kuat, hanya dapat dikembangkan melalui
manajemen yang berbasis sekolah dengan dukungan masyarakat.

52
Manajemefl Belbasis Sekolah

Manajemen berbasis sekolah dengan dukungan masyarakat


berupaya memperkuat jati diri pese a didik dengan nilai sosial
budaya setempat, mensinergikannya dengan nilai-nilai
kebangsaan serta nilai-nilai agama yang dianut.
b) Kesepakatan-kesepakatan yang diberlakukan dalam kehidupan
masyarakat. Maksudnya adalah kesepakatan atas pmnata sosial
yang berlaku dalam masyarakat- Dengan kata lain segala bentuk
perubahan harus melibatkan masya.akat setempat agar semuanya
lancar sesuai harapan. Tuntutan penerapan MBS semakin nyata
seiring dengan perubahan karakteristik masyarakat. Perubahan
dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, pertahanan, keamanan,
secara nasional, regional, maupun global, mendorong adanya
perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki
siswa. Artinya telah terjadi perubahan kebutuhan siswa sebagai
bekal untuk terjun ke masyarakat luas dimasa mendatang
dibandingkan dengan masa lalu. Oleh karena itu, pelayanan
terhadap siswa, program pengajaran, dan jasa yang diberikan
kepada siswa juga harus sesuai dengan tuntutan baru tersebut'
Secara umum perubahan lingkungan menrmtut adanya pola
kebiasaan dan tingkah laku baru oleh semua pihak. Untuk
menyesuaikan keadaan tersebut dibutuhkan adanya reformasi
dalam pendidikan, salah satunya dengan MBS.
b. Landasan Yuidis
Dasar Hukum Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu:
a) Dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN), pemerintah
mengupayakan keunggulan masyarakat bangsa dalam
penguasaan ilmu dan teknologi. Ha1 ini diharapkan dapat
dijadikan landasan dalam pengembangan pendidikan di
Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro,
meso maupun mikro. Aspek makro erat kaitannya dengan
desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah,
aspek meso berkaitan dengan kebijakan daerah provinsi sampai
tingkat kabupaten sedangkan aspek mikro melibatkan sekolah

53
Manojeun B efi a is Sekolah

yaitu seluruh selcor dan lembaga pendidikan yang paling bawah


serta terdepan dalam pelaksanaannya.
b) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tenrang program
Pembangunan Nasional @ROPENAS) Tahun 2000-2004 pada
bab VIItentang bagian program pembangunan bidang
pendidikan khususnya sasaran ter*ujudnya manajemen
pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat (school/
community based management) ".
c) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan provinsi Sebagai
Daerah Otonom.
d) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (khususnya yang terkait dengan MBS
adalah Bab XIV, Pasal 51, Ayat (I), "pengelolaan satuan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal
dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/ madrasah.,,
e) Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi
sekolah, ktrususnya tentang manajemen berbasis sekolah.
f) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009
tentang Badan Hukum Pendidikan (khususnya yang terkait
dengan MBS adalah Bab II, Pasal 3); "Badan hukum pendidikan
berhrjuan memajukan pendidikan nasional dengan menerapkan
manajemen berbasis sekolab,/ madrasah pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah dan otonomi perguuan tinggi pada jenjang
pendidikan tinggi".

3.3 Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah


a. Pengeftian
Manajemen berbasis sekolah atau School Based Management
merupakan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentilgan yang terkait

54
M anajemer Masis Se kolah

dangan sekotah yang dilakukan secara langsung dalam proses pengambilan


keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah.

b. Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah


Manajemen Berbasis Sekolah merupakan manajemen yang
bemuansa otonomi, kemandirian dan dernokatis.
l. Otonomi
Merupakan kewenangan sekolah dalam metrgatur dan mengurus
kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan sekolah untuk
menciptakan mutu pendidikan yang baik.
2. Kemandirian
Merupakan langkah dalam pengambilan keputusan' Dalam
mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan,
memilih strategi dan metode dalam memecahkan persoalan tidak
tergantung pada birolcasi yang sentralistik sehingga mampu
menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan dapat
memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
3. Demokatif
Merupakan keseluruhan elemen-elemen sekolah yang dilibatkan
dalam menetapkan, menyusrm, melaksanakan dan mengevaluasi
pelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah demi terciptanya
mutu pendidikan yang akan memungkbkan tercapainya
pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari selurutr
elemen-elemen sekolah.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memahami Konsep


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diantaranya adalah:
l. Pengkajian Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
terutama yang menyangkut kekuatan desentralisasi, kekuasaan
atau kewenangan di tingkat sekolah, dalam system keputusan
harus dikaitkan dengan program dan kemampuan dalam
peningkatan kinerja sekolah.

55
Manajemea Wsis Sekolah

2. Penelitian tentang program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


berkenaan dengan desentralisasi kekuasaan dan program
(local stake hotderc). pendelegasian
peningkatan partisipasi
otoritas pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan
pemberdayaan sekolah, perlu dibangun dengan efektifitas
programnya.
3. Strategi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) harus lebih
menekankan kepada elemen manajemen partisipatif.
Kemampuan, informasi dan imbalan yang memadai merupakan
elemen-elemen yang sangat menentukan efektifitas program
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam meningka&an
kinerja sekolah.

c.. Esensi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Esensi dari MBS adalah otonomi dan pengambilan keputusan
partisipasi untuk mencapai sasaran mutu sekolah. Otonomi dapat diartikan
sebagai kewenangan (kemandirian) yaitu kemandirian dalam mengatur dan
mengwus dirinya sendiri. Jadi, otonomi sekolah adalah kewenangan
sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah sesuai
dengan dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang
berlaku.
Kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah
kemampuan, yaitu kemampuan untuk mengambil keputusas yang terbai!
kemampuan berdemokrasi,/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan
memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang
terbaik, kemampuan berkomunikasi dengan cara yang efektif, kemampuan
memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaliif dan
antisipat{ kemampuan bersinergi danm berkaborasi, dan kemampuan
memeauhi kebutuhan sendiri.
Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk
mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan
demokratik di mana warga sekolah (gurq karyawan, siswa,orang tua,
tokoh masyarakat) dkjorong untuk terlibatsecara langsung dalam proses

56
Manajemn Betbasis Sekolah

pengambilankeputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap pencapaian


tujuan sekolah.
Pengambilan keputusan partisipasi berangkat dari asumsi bahwa jika
seseorang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tersebut,
sehingga yang bersangkutan akan merasa memiliki keputusan tersebut,
sehingga yang bersangkutan akan bertanggung jawab dan berdedikasi
sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya makin besar
tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki, makin besar rasa
memitiki, makin besar pula rasa tanggung jawab, dan makin besar rasa
tanggung jawab makin besar pula dedikasinya.
Dengan pola MBS, sekolah memiliki kewenangan (kemandirian)
yang lebih besar dalam mengelola manajemennya sendiri. Kemandirian
tersebut di antaranya meliputi penetapan sasaran peningkatan mutu,
pen),usunan rencana peningkatan mutu, pelaksanaan rencana peningkatan
mutu dan melakukan evaluasi peningkatan mutu. Di samping itu, sekolah
juga mmiliki kemandirian dalam menggali partisipasi kelompok yang
brekepentingan dengan sekolah. Di sinilah letak ciri khas MBS.
Berdasarkan koruep dasar yang telah diuraikan di atas, maka perlu
dilalrukan penyesuaian dari pola lama manajemen pendidikan menuju pola
baru manajemen pendidikan-masa depan yang lebih bernuansa otonomi
yang demokratis. Dimensi-dimensi perubahan pola manajemen dari yang
lama menuju yang baru tersebut, dewasa ini secara konseptual maupun
praktik tertera dalam MBS.
Perubahan dimensi pola manajemen pendidikan dari yang lama ke
pola yang baru menuju MBS dapat digambarkan sebagai berikut:

Pola lama \{enuju Pola t aru


Subordinasi Otonomi
- Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan partisipasi
terpusat
- Ruang gerak kaku | - Ruang gerak luwes
- Pendekatan birokratik - Pendekatan Profesional
- Sentralistik Desentmlistik

57
Marujemn Befiasis Sekohh

?ola lama Menuju Pola baru


- Diatur - Motivasi diri
- Overregulasi - Deregulasi
- Mengontrol Mempengaruhi
Mengarahkan - Memfasilitasi
- Menghindar Resiko - Mengelola resiko
- Guaakan uang semuanya Gunakan seefi sien mungkin
- Individu yang cerdas - Informasi terbagi
- Informasi terpribadi - Pemberdavaan
- Pendelegasian - Organisasi datar
- Organisasi hiarkis

Mengacu pada dimensi-dimensi tersebut, sekolah memiliki


wewenang lebih besar dalam pengelolaan lembaganya. pengambilan
keputusan akan dilakukan secara partisipatif dengan mengikutsertakan
peran masyarakat sebesar-besarnya. Selanjutnya, melalui penerapan MBS
akan nampak karakteristik lainnya dari profil sekolah mandiri, di antaranya
sebagai berikut:
1. Pengelolaan sekolah akan lebih desentralistik
2. Perubahan sekolah akan lebih didorong oleh motivasi internat dari
pada diattu oleh luar sekolah.
3. Regulasi pendidkan menjadi lebih sederhana.
4. Peranan para pengawas bergeser dari mengontrol menjadi
mempengaruhi, dari mengarahkan menjadi memfasilitasi dan dari
menghindari resiko menjadi mengelola resiko.
5. Akan mengalami peningkatan manajemen.
6. Dalam bekerja, akan menggunakan team reork.
7. Pengelolaan informasi akan lebih mengamh ke semua kelompok
kepentingan sekolah.
8. Manajemen sekolah akan lebih menggunakan pemberdayaan dan
struktur organisasi akan lebih datar sehingga akan lebih sederhana
dan efisien.

58
Manaj emcr Betbasis Sekolah

BAGIAN !U
I'flLAH, PENGERTIAN, ru'UAAN DAN HANFAAT
MANATEMEN BERBA'I"ENOLAH

4.1 Istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) muncul dan populer
pada saat terjadinya gerakan reformasi sekolah di Amerika Serikat tahun
1980 an. Australia mengembangkan MBS sejalan dengan gerakan
reformasi sekolah yang dilaksanakan di Amerika Serikat. Sementara di
Indonesia Istilah MBS baru dikenal tahun 1998 an, dan selanjutnya melalui
bantuan lsian Development Bank (ADB), MBS disosialisasikan dalam
bentrlk pelatihan dan uji coba MBS di beberapa sekolah dan daerah yang
terpilih.
Sementara Sudarwan Danim (2006), mengatakan bahwa
Manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dai "school-based
managemeflt". Istilah ini muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat
mulai menanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan
perkembangan masyarakat setempat. School Based Management (SBM),
sesungguhnya juga sering disebut dengan berbagai sebutan seperti, Sciool
Level Managemert, School Site Managetnenl dan ada pula yang
menyebutnya the Grass Roots Managemenl. Implisit dalam sebutan-
sebutan tersebut pengertian bahwa pembangunan pendidikan yang sukses
hendaknya dimulai dari sekolah itu sendid yang sangat akab dengan
masalah-masalah nyata di lapangan. MBS juga merupakan jawaban atas
perhrmbuhan demokrasi yang mengakui pentingnya partisipasi yang
inteligen dari orang-orang di "akar rumput" (grass roots) seped para guru
dan semua pihak yang terkait langsung dengan pekerjaan guru atau yang
menaruh perhatian dan minat terhadap keberhasilan guru di dalam
pekerj aarmya.
Ada beberapa istilah lain yang juga digunakan unfik School Based
Management, yaitu'. sharc govefttance, site-based deckion making, dan
int-adisttict decentralizatiotr (Levine & Havighust, 1992). Meskipun ada

59
Manajem n Befias k Sehola h

banyak sebutan yang berbeda untuk manajemen berbasis sekolah,


setidaknya istilah-istilah tersebut menekankan pada tiga komponen utama
yang sama, yaitu: delegasi kewenangan kepada sekolah, model
pengambilan keputusan bersama (sftare decision-making model) yang
melibatkan stakeholders, dan peran kepemimpian yang fasilitatif pada
tingkat sekolah (Levey & Acker-Hocevar, 1998 dalam Holloway, 2000).
MBS merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan
otonomi luas pada sekolah. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa
mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan
setempat. Pada sistem MBS, sekolah dituntut secara mandiri menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan
mempertanggung-jawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik pada
masyarakat maupun pemerintah.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari
MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan
beberapa keuntungan berikut.
I ) Kebijakanaan dan wewenang sekolah membawa pengaruh
langsung terhadap peserta didilq orang tua dan guru.
2) Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal
3) Efekif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran,
hasil belajr, tinggkat pengulangan, moral guru dan iklim sekolah.
4) Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,
memberdayakan guru, manajemen sekolatL rancang ulang sekolah,
dan perubahan perencanaan. (Fattah dalam Mulyasa, 2003).

4.2 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Secara umum, manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai
model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah
dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah,
karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.

60
Matajemtt Berbasis Sekola h

Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan atau kemandirian


yaitu kemandiriatr dalam mengatur dan mengurus diri sendiri, bebas dan
tidak tergantung sepenuhnya kepada pemerintah pusat. Istilah otonomi
juga sama artinya dengan istilah swa, misalnya swasembada, swakelola,
swadana, swakarya, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah adalah
kewenangan sekolah untuk mengaflr dan mengurus kepentingan warga
sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang
berlaku. Tentu saja kernandirian yang dimaksud harus didukung oleh
sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mangambil keputusan yang
terbaik, kemampuan berdemokasi dan menghargai pertedaan pendapat,
kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara
pelaksanaan yang terbaik, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan
sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan
berkolaborasi, serta kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Pengambilan keputusan partisipalif, yaitu suatu cara untuk
mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan
demokratil, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan, orang tua
siswa, tokoh masyarakat) didorong untuk terlibat secara langsung dalam
proses pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika
seseorang dilibatkan (berpartisipasi) dalam pengambilan keputusan, maka
yang bersangkutan akan mempunyai rasa memiliki terhadap keputusan
tersebut, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggung jawab dan
berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya,
makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula rasa tanggung jawab; dan
makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya. Tenn:
saja pelibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan harus
mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan
tujuan pengambilan keputusan sekolah.
Manajemen Berbasis Sekolah berkembang atas dasar asumsi bahwa
apabila sekolah memahami peran dan tanggung jawabnya, paling kurang
dalam hal pembiayaan, kepegawaian dan kurikulum, akan melakukan

6l
Manajemm Berbosis Sekolah

tindakan yang tepat untuk memperbaiki sekolahnya (Wohlstetter &


Mohrman, 1996). Tanner & Stone (1998), menambahkan bahwa MBS
merupakan suatu kebijakan yang memindahkan atau menggeser
pengawasan den pengambilan keputusan dari tingkat pemerintah pusat ke
tingkat sekolah. Selanjumya, menurut Cromwell dalam (Sjane, 2004),
MBS memberi tekanan pada pendelegasian kewenangan ke sekolah dari
tingkat pusat. Demikian pula model pengambilan keputusan yang
melibatkan stakeholders dan. lebih menekankan pada peran kepemimpinan
yang bersifat fasilitatif dari pada kepemimpinan direklif.
Pemyataan di atas mengandung makna bahwa MBS merupakan
upaya pengelolaan sekolah secara mandiri dalam hal alokasi sejumlah
sumber daya seperti, pengetahuan, teknologi, kewenangan/kekuasaan,
sumber daya manusia, waktu, penilaian, informasi dan keuangan sesuai
dengan tujuan, kebijakan, dan standar pertanggun&iawaban pemerintah
pusat. Tidak jauh berbeda dengan pemyataan ini, Watson dan Supovits
dalam (Sjane, 2004), menyatakan MBS dimaksudkan untuk menciptakan
struktur yang mendukung pengambilan keputusan pada tingkat sekolah
sehingga kepala sekolah dan guru memiliki kendali yang lebih besar dalam
pengambilan keputusan menyangkut berbagai proses pembelajaran siswa.
Pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh para pakar tersebut
di depan, mengindikasikan bahwa MBS memungkinkan sekotah memiliki
kewenangan d^n tanggung jawab yang lebih besar dalam pengambilan
keputusan pada tingkat sekolah sesuai dengan kebutuhan dan potensi
sekolah. Kewenangan dan tanggung j awab tersebut juga membuka peluang
kepada sekolah untuk membuat dan mengembangkan perencanaan
progmm-program perbaikan mutu sekolah. MBS juga dapat dimaknai
sebagai suatu sistem pengelolaan pendidikan di mana sekolah sebagai unit
utama pengambilan keputusan tentang alokasi sumber daya seperti:
pengetahuan, teknologi, kewenangan atau kekuasaan, sumber daya
manusia, waktu, penilaian, informasi dan keuangan.
Manajemen berbasis sekolah merupakan istilah yang berasal dari
tiga :
kata yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Masing-masing
mepunyai arti pertama, manajemen adalah ' pengkoordinasian dan

62
Manaj emen Bubas is S ekolah

penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk


mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebuh.rhan pelarlggan, kedua,
berbasis adalah berdasarkan pada atau berfokus pad4 ketiga, sekolah
adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan 'bekal kemampuan
dasar' kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat
legalistik (makro, meso, mikro) dan profesionalistik.
Manajemen berbasis sekolah menwut Rahmat dan Edi Suharto yaitu
"pendelegasian otoritas pengambilan keputusan untuk mengelola sumber
daya keuangan, kurikulum, serta profesionalisme guru ketingkat sekolah'
Manajemen berbasis sekolah adalah "pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otomatis (mandiri) oleh
sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah
dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan'.
Menurut Myer dan Stinehill (1993) yang dikutip oleh
Taufiqurrahman, Mendefinisikan MPBS "sebagai suatu strategi untuk
memperbaiki pendidikan dengan cara mengalihkan wewenang
pengambilan keputusan-keputusan signifikan dari pejablt state dan district
kepada masing-masing sekolah".
Menurut Peterson (1991) yang dikutip oleh Taufiqurrahman MPBS
adalah " upaya mendesentralisasikan keputusan-keputusan distrik dengan
cara menempatkan upaya itu ke dalam institusi sekolah' Dalam istilah
lain,
proses pengambilan keputusan dilakukan pada level dan oleh sekolah
dengan melibatkan stakzholders yaitu kepala sekolah, guru, orang tua
siswa, dan unsur-unsur anggota masyarakat"'
Secara umum manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat
diartikan sebagai 'lengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang
dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua

kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stakeholders) secara


lansung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan
mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam kerangka

6J
Manajemot Berbais Sekolah

kebijakan pendidikan nasional". Dalam manajemen ini sekotah diberi


keleluasaan untuk mengelola sumber daya dan sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap
terhadap kebutuhan setempat.

4.3 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk .lnemberdayakan
sekolah", terutama sumber daya manusia (kepala sekolah, guru, karyawan,
orang tua siswa, dan masyarakat sekitar), melalui pemberian kewenangan,
fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk memecahk an persoalan yang
dihadapi oleh sekolah yang bersangkutan. Sementara Mulyasa (2003: 25),
menyatakan bahwa tujuan MBS adalah unn_rk meningkatkan efisiensi,
mutu dan pemerataan pendidikan. MBS juga bertujuan meningkatkan
kineeja sekolah melalui pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang
lebih besar kepada sekolah yang dilaksanakan berdasarkan prinsip_prinsip
tata pengelolaan sekolah yang baik, yaitu partisipasi dan akuntabilitas.
MBS yang diterapkan di Indoensia adalah untuk memandirikan atau
memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan partisipatif. Untuk lebih jetas hrjuan penerapan MBS dapat
dirinci sebagai berikut: (a) meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia, (b) meningkatkan keperdulian warga sekolah
dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan
keputusan bersama, (c) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada
orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolalnya, dan (d)
meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan
yang akan dicapai.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk memandirikan
atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan,
dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah. Dengan
kemandiriannya, maka:

64
M axaj arm B erbasis S ekolah

a. Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan,


kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya dibanding dengan
lembaga-lembaga lainnya. Dengan demikian sekolah dapat
mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya.
b. Sekolah lebih mengetahui sumber daya yang dimilikinya dan input
pendidikan yang akan dikembangkan serta didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
c. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintah, orang tua peserta didilq dan masyarakat
patla umumnya, sehingga sekolah akan berupaya semaksimal
mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan.
d. Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah-sekolah
lain untuk meningkatkan mutu pendidilan melalui upaya-upaya
inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan
pemerintah daerah setempat.
e. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama-
f. Meningkatkan tanggung j awab sekolah kepada masyarakat'
g. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah tentang mutu
pendidikan yang ingin dicaPai.

Dengan demikian, secara bertahap akan terbentuk sekolah yang


memiliki kemandirian tinggi. Secara umum, sekolah yang mandiri
memiliki ciri-ciri sebagai berikul:
a. Tingkat kemandirian tinggi sehingga tingkat ketergantungan
menjadi rendah.
b. Bersifat adaptif dan antisipatif memiliki jiwa kewirausahaan tinggi
(ulet, inovatif, gigih, berani mengambil resiko).
c. Bertanggung j awab terhadap input manajemen dan sumber dayanya'

65
Maxajemen Berbasis Sekolah

d. Memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja.


e. Komitrnen yang tinggi pada dirinya.
f. Prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya.

Selanjutnya dilihat dari sumber daya manusia sekolah yang mandiri


memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pekerjaan adalah miliknya
b. Bertanggung jawab
c. Memiliki kontribusi terhadap pekerjaannya
d. Mengetahui posisi didnya dan memiliki konkol terhadap
peke{aannya
e. Pekerjaan merupakan bagian hidupnya.

Dalam upaya menuju sekolah mandiri, terlebih dahulu kita perlu


menciptakan sekolah yang efektif. Ciri sekolah yang efektif adalah sebagai
berikut:
a. Visi d"n misi yang jelas dan target mutu yang harus sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan secara lokal.
b. Sekolah memiliki output yang selalu meningkat setiap tahun.
c. Lingkungan sekolah aman, teftib, dan menyenangkan bagi warga
sekolah
d. Seluruh personil sekolah memiliki visi, misi, dan harapan yang
tinggi untuk berprestasi secara optimal.
e. Sekolah memiliki sistem evaluasi yang kontinyu dan komprehensif
terhadap berbagai aspek akademik dan non akademik.

Falaor- faktor yang di perhatikan


Manajemen Berbasis Sekolah (Schoot Based Managernent) adalah
bentuk altemative sekolah dari program desentralisasi dalam bidang
pendidikan. Faktor terpenting dalam penentu kinerja sekolah yaitu
kurikulum. Tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam jangka panjang
dari kurikulum yang dirancang berdasar MBS yaitu:
a. Penguasaan ketrampilan dasar dan proses fundamental

66
Marujemen Mosis Sekohh

b. Pengembangan intelektual
c. Pendidikan karir & pendidikan vokasional
d. Pemahaman interpersonal
e. Moral & karakter etika
f. Keadaan emosional dan fisik
g. Kreativitas & ekspresi estetika
h. Perwujudan diri.
i. Proses belajar mengajar yang relevan

4.4 Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah


MBS merupakan inovasi pendidikan dalam pengelolaan sekolah'
Inovasi itu sendiri dapat berupa ide, teknologi, atau mungkin juga
metodologi baru yang diusulkan untuk digunakan sekolah yang tujuannya
untuk memperbaiki kinerja sekolah menjadi lebih baik' Menurut Hanson
(l 985), pembahan organisasi merupakan implementasi inovasi pendidikan
di sekolah. Dengan kata lain, MBS merupakan sebuah pembahan
manajemen atau pengelolaan sekolah yang merupakan inovasi untuk
membawa sekolah kepada perubahan menjadi lebih baik.
MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada
sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi
yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan
pengembangan strategi MBS sesuai kondisi setempat, sekolah lebih dapat
meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada
tugas. Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan
masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala
sekoiah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah'
Dengan diberikannya kesempatan kepada sekolah untuk menyusun
kurikulum, guru didorong untuk berinovasi' dengan melakukan
eksperimentasi-eksperimentasi dilingkungan sekolahnya' Dengan
demikian, MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan disekolah.
MBS dikatakan memberikan manfaat bagi peningkatan prestasi
siswa didasarkan pada dua asumsi yaitu: Petlama, perubahan dalam

67
Manajemn Befi asis Sekolah

struktur pengambilan keputusan akan mengiringi atau menciptakan suatu


konteks yang mendorong perubahan praktek mengajar. Kedua, IvIBS
mengarah pada peningkatan prestasi siswa. Ketiga MBS dikatakan
berhubungan dengan akuntabilitas, didasarkan pada asumsi bahwa jika
orarg-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan bertanggung
jawab terhadap hasil yang dicapai fuositif atau negatif), maka keputusan
yang dihasilkanpun akan lebih baik, Keempat MBS dikaitkan dengan
pemberdayaan, didasarkan pada asumsi bahwa kepemimpinan bersama
(share goveruance) dapat menciptakan suahr konteks yang mengarah
kepada budaya sekolah yang lebih koheren. Kelima MBS dipandang
sebagai alat politik didasarkan pada asumsi bahwa warga sekolah (local
player) leblh mengetahui apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja
sekolah.
Di
samping ittt, American Association of School Administrator
(AASA), The National lssocla tion of Elementary School principals
(NAESP), darr The National Association of Secondary School pincipals
(NASSP), merinci manfaat dari MBS sebagai berikut: (1) memberikan
kesempatan kepada individu-individu yang berkompeten di sekolah unhrk
membuat keputusan yang akan memperbaiki pembelajaran,
e)
memberikan kesempatan kepada seluruh komunitas sekolah untuk
mengemukakan aspirasinya dalam keputusan penting, (3) memusatkan
pada akuntabilitas keputusan, (4) mengarah kepada kepentingan keativitas
dalam rancangan progam, (5) mengarahkan kembali sumber daya untuk
menduk'mg tujuan yang dikembangkan di tiap sekolah, keterbatasan
pemasukkan atau pendapatan dan biaya program, dan (6) memperbaiki
moral guru dan meletakkan atau memelihara kepemimpinan baru pada
setiap tingkatan (Caldwell, 2000).
Berbagai informasi tentang manfaat MBS sebagaimana yang telah
dikemukakan sebelumnya, memberikan gambaran bahwa apabila MBS
dijalankan dengan baik maka akan memberikan manfaat tidak saja kepada
sekolah, guru dan siswa tetapijuga kepada masyarakat.
Motif penerapan MBS di sekolah tidak terlepas dari latar belakrng
penyebab munculnya konsep tersebut. Menurut Bank Dunia yang

68
Matajenar Bertasis Sekolah

dikemukakan oleh Edge, terdapat delapan motif penerapan MBS, yaitu


motif ekonomi, profesional, politis, efisiensi administrasi, finansial,
prestasi sisw4 akuntabilitas, dan efektivitas sekolah MBS yang
menerapkan manajemen lokal menurut penilaian King dan Kohler secara
ekonomi lebih efektif. Pengelola sekolah, murid dan orang tua adalah
pihak yang merasakan dampak langsung dari sekolah baik itu kerugian
maupun keuntungannnya. Selain itu mereka juga pihak yang mengetahui
secara langsung informasi tentang sekolah tersebut. Dengan demikian
pengelola sekolah, orang tua dan muridlah yang mampu mengambil
kebijakan yang tepat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan' Jika
keputusan yang diambil tepat, maka biaya untuk pelaksanaaan program
peningkatan mutu juga tepat sasaran sehingga tidak terjadi pemborosan'
Penilaian manajemen selama ini yang sentralistik digambarkan oleh
Matullada sebagaimana dikutip oleh H.A.R. Tilaar bahwa harapan
pembangunan yang berorientasi kerakyatan sulit diharapkan dari
manajemen pembangunan yang sentralistik karena dikendalikan oleh kaum
profesional yang dibayar oleh penguasa kapitalis.
Pengelola sekolah merupakan profesional yang mempunyai
pengalaman dan keahlian untuk membuat keputusan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan. Merekalah yang terlibat langsung di
lapangan sehingga mengetahui seluk beluk permasalahan yang dihadapi'
Dengan bekal kemampuan yang diperoleh di bangku pendidikan dan
pengalaman mereka dapat memberikan sumbangan positif daiam
pengembangan kurikulum, pedagogrk dan pembelajaran serta proses
manajemen sekolah. Pengelola sekolah diberi kebebasan untuk berkreasi
dalam mengembangkan pendidikan, sehingga termotivasi unhrk selalu
berkembang.
Motif politik dalam MBS merupakan keniscayaan dari tuntutan
reformasi dan demokasi dengan sistem desentralisasi' Tak berlebihan
kalau Gamage D., MBS dalam bukunya School-Based Management Leads
Shared Responsibility an Qualin in Educatiott, berpendapat bahwa MBS'
pada dasamya karena faktor politik dengan terjadinya proses
restrukturisasi birokasi dalam sistem pendidikan di sekolah' Kepala

69
Manajemm Berbasis Sekohh

sekolah yang selama ini hanya sebagai kepanjangan tangan dari birokrasi
diatasnya, dalam MBS mempunyai kewenangan yang lebih besar dalam
mengambil keputusan. Prinsip desentralisasi dalam MBS menuntut adanya
partisipasi demokatis dan kestabilan politik antara pemerintah pusat yang
memberikan kewenangan pengambilan keputusan kepada pihak sekolah.
Efisiensi administrasi sebagai motif MBS menempatkan sekolah
sebagai alat unh.rk mengalokasikan sumber daya secara efektif dalam
menemukan kebutulan para siswa. Beberapa sistem yang
didesentralisasikan berusaha meningkatkan akuntabilitas. Berkurangnya
tingkatan birokasi pusat menyebabkan terjadinya efi siensi administrasi
yang lebih besar. Efisiensi terjadi ketika partisipasi lokal membuat
keputusan sendiri.
Keterlibatan aktif orang tua dalam pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu pendidikan di sekolah diharapkan mampu membuat
orang tua termotivasi untuk menyumbangkan tenagq uang dan sumber
daya lainnya yang diperlukan sekolah guna peningkatan kualitas proses
belajar mengajar. Selain itu, dengan keterlibatan aktif mereka, diharapkan
muncul rasa memiliki yang lebih besar sehingga kebutuhan sekolah
menjadi kebutuhan orang tua siswajuga.
Peningkatan prestasi siswa merupakan motif utama dari MBS.
Sebab kualitas pendidikan dapat dilihat dari prestasi siswa di suatu
sekolah. Jika prestasi yang dtaih siswanya cukup baik, maka kualitas
sekolah itupun bisa dikatakan baik pula. Untuk meningkatkan prestasi
siswa, maka berbagai persoalan yang menghambat proses belajar mengajar
dapat dipecahkan bersama dan diperoleh keputusan yang tepat. Oleh
karena itulah dalam MBS, kepala sekolah, guru, staf TU, orang tua murid
dan siswa pun dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Karena
kewenangan luas yang dimiliki pengelola sekolah dalam mengambil
keputusan, maka secara tidak langsung MBS mempunyai motif
akuntabilitas sekolah. Sehingga pengelolaam sekolah akan bedalan efektif
Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan empat
motifpenerapan MBS, yail]u, perTama, sekolah lebih mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan arcaman bagi sekolahnya sehingga dapat

70
Marujemzn Bobais Sekola h

mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pendidikan yang tersedia


untuk memajukan sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahui
kebutuhan lembaganya sehingga pengambilan keputusan yang dilakukan
sekolah lebih tepat dan memenuhi kebutuhan sekolah, khususnya berkaitan
dengan input pendidikan yang akan dikernbangkan dan didayagunakan
dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan siswa.
Keliga, Kete'llbatan semur warga sekolah dan masyarakat dalam
pengambilan keputusan sekolah dan kontrol dapat menciptakan
transparansi dan demokasi yang sehat, sehingga penggunaan sumber daya
pendidikan lebih efisien dan efektif. Keempat, akuntabilitas sekolah
tentang mutu pendidikan kepada pemerintah, orang tua siswa dan
masyarakat, mendorong sekolah untuk berupaya semaksimal mungkin
melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang direncanakan
dengan melakr.rkan upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua,
masyarakat dan pemerintah.
Dari berbagai motif yang dikemukakan oleh Bank Dunia dan
Depdiknas, terdapat benang merah bahwa motif dari MBS bermuara pada
penigkatan kualitas pendidikan, yang menyangkut kualitas pembelajaran,
kurikulum, sumber daya manusia maupun tenaga pendidik lainnya dan
pelayanan pendidikan.
Seperti halnya motif MBS, hrjuan MBS seperti dikatakan oleh
Mulyasa, juga bermuara pada peningkatan mutu pendidikan, efisiensi,
mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan. Kesemua itu bertujuan
untuk memandirikan sekolah atau mernberdayakan sekolah melalui
pemberian kewenangan secara otonom kepada sekolah dan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
kerangka peningkatan kualitas pendidikan. Dengan kewenangan yang
besar bagi pengelola sekolah untuk mengambil keputusan, maka proses
peningkatan mutu pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien' Sedangkan
Nurkholis menilai tujuan pelaksanaan MBS adalah untuk meningkatan
kualitas pembelajaran, kualitas kurikulum, kualitas sumber daya manusia

7l
Manajetnn Berbasis Sekolah

baik guru maupun tenaga kependidikan lainnya dan kualitas pelayanan


pendidikan secara umum.
Depdiknas secara lebih rinci memperjelas tujuan dari MBS, yaitu:
Pa'tama, meningkatkan muhr pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam rangka mengelola dan memberdayagunakan sumber daya
yang tersedia. Pengelolaan pemberdayaan sumber daya yang tersedia
dilakukan secara efektif dan efisien. penerapan MBS. Diharapkan setiap
anak diharapkan akan memperoleh pelayanan pendidikan yang bermutu di
sekolah bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap anak berpotensi unh_rk
belajar dengan penanganan yang menyesuaikan latar belakang sosial
ekonomi dan psikologis agar dapat berkembang secara maksimal.
Kedua, mentngkatkan kepedutian warga sekolah dan masyarakat
dalam penyelenggaraao pendidikan melaiui pengambilan keputusan
bersama. Keterlibatan orang hta dan masyarakat sekitar dalam
pengambilan keputusan, maka kepedulian mereka terhadap peningkatan
mutu pendidikan semakin baik.
Kaiga, menrngkatkan akuntabilitas (tanggung jawab sekolah)
terhadap pengelolaan sekolahnya. Akuntabilitas adalah pertanggung-
jawaban atas semu program yang dilaksanakan sesuai dengan
wcwenang
dan tanggung jawabnya. Keempat, meningkatkan kompetensi yang sehat
antarsekolah tentang pendidikan yang akan dicapai. Otonomi yang
dimiliki
sekolah membuat pengelola sekolah mempunyai kewenangan untuk
menenh-rkan kurikulum yang akan dilaksanakan dalam proses belajar
mengajar. Kewenangan membuat kurikulum sendiri menjadikan satu
sekolah dengan sekolah lain mempunyai karakter dan ciri khas tertentu,
sehingga persaingan yang sehat antar pengelola sekolah akan te{adi-
Sedangkan manfaat MBS, seperti dikemukakan oleh Kelompok
kerja yang terdiri dari Asosiasi Adminisfator Sekolah Ameika (The
Ametican Assosiaciation of School Administrator), Asosiasi Nasional
Kepala Sekolah Pendidikan Dasar (The National Association of
Elernentary School Pincipal) dan Asosiasi Nasional Kepala Sekolah
Pendidikan Menengah (The National Association of Secondaty School
Principal) yang mengadakan pertemuan pada tahun lggg telah

72
Marujenen Berbask Sekolah

mengidentifikasi beberapa keuntungan atau manfaat dari penerapan MBS,


yaitu:
Pertama, secara formal MBS dapat mengenali keahlian dan
kompetensi orang-orang yang bekerja di sekolah dalam rangka membuat
keputusan nnhrk meningkatk an pembelajaran. Kedua, meningkatkan moral
guru. Peningkatan ini karena adanya komitmen dan tanggung jawab dalam
setiap pengambilan keputusan sehingga mereka akan mendukung setiap
keputusan yang diambil. Kerrga, keputusan yang diambil oleh sekolah
memiliki akuntabilitas karena konstituen sekolah memiliki andil yang
cukup dalam setiap pengambilan keputusan dan dapat menerima
konsekuensi atas keputusan yang diambil dan memiliki komifinen untuk
mencapai iJi)al- Keempdt, menyesuaikan sumber keuangan terhadap
tujuan instruksional dyang dikembangkan di sekolah sehingga keputusan
yang diambil akan lebih rasional karena mereka mengetahui kemampuan
keuangan sekolah- Kelima, menstimulasi mrmculnya pemimpin baru di
sekolah. Keenam, meningkatkan kualitas, kuantitas, dan fleksibilitas
komunikasi tiap komunitas sekolah dalam rangka mencapai kebutuhan
sekolah.
Hal setupa juga dikemukakan oleh Dorothy Myers dan Robert
Stonehill dengan menambahkan adanya kreatiYitas pengelola sekolah
untuk mendesain program disekolahnya dan mengarahkan ulang sumber
daya sekolah guna mendukung pencapaian tujuan yang dikembangkan
oleh masing-masing sekolah.
Manajemen Befiasis Sekohh
Manajerflen Berbas is Sekolah

BAGIAN V
ALA'AN DILAK'ANAKANNYA
MANAIEMEN BERBA'I"EI(OLAH

5.1 Mengapa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Pertimbangan mengapa diadakan MBS, yaitu:
a. Kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang
berorientasi pada keluaran atau hasil pendidikan terlalu
memusatkan pada masukan dan kurang memperhatikan proses
pendidikan.
b. Penyelengaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik Hal
ini menyebabkan tingginya ketergantungan kepada keputusan
birokrasi dan seringkali kebijakan pusat terlalu umum dan kurang
menyentuh atau kurang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah
setempat. Di samping itu segala sesuatu yang terlalu diatur
menyebabkan penyelenggara sekolah kehilangan kemandirian,
insiatif, dan kreativitas. Hal tersebut menyebabkan usaha dan
daya untuk mengembangkan atau meningkatkan mutu layanan
dan keluaran pendidikan menjadi kurang termotivasi'
c. Peran serta masyarakat terutama orangtua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini hanya terbatas pada
dukungan dana. Padahal peranserta mereka sangat penting di dalam
proses pendidikan antara lain pengambilan keputusan, pemantauan,
evaluasi, dan akuntabilitas.

Ada beragam alasan diterapkamya Manajemen Berbasis Sekolah


(MBS) menLrrut Depditnas (2007), sebagai berikut:
a. Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka
sekoiah akan lebih insiatif/ keatif dalam meningkatkan mutu
sekolah.
b. Dengan pemberian fleksibilitas/ keluwesan-keluwesan yang lebih
besar kepada sekolah untuk mengelola sumber dayanya, maka

75
Maxajemet Berbasis Sekolah

sekolah akan lebih luwes dan lincah dalam mengadakan dan


memarfaatkan sumber daya sekolah secara optimal untuk
meningkatkan mufii sekolah.
c. Sekolah lebih mengetahui kelemahan, kekuatan, peluang, dan
ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya.
d. Sekolah lebih mengetahui kebutuharurya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan peserta didik.
e. Pengambilan kepuhrsan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok
untuk memenfi kebutuhan sekolah karetra pihak sekolahlah yang
paling tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
f. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif
bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.
g. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam
pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan
akuntabilitas sekolah.
h. Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-
masing kepada pemerintalr, orang tua, peserta didik, dan masyarakat
pada umumny4 sehingga dia akan mencapai sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan.
i. Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-
sekolah lain dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya_
upaya inovatif yang didukung oleh orang tua siswa, masyarakat
sekitar, dan pemerintah daerah setempat.
j. Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan
lingkungan yang berubah dengan cepat.

76
Marujemen Berbasis Sekolah

Alasan-alasan diterapkannya MBS yang diungkapkan oleh Mulyasa


(2009) antara lain:
a. Adanya bertagai program pendidikan yang pengelolaannya terlalu
kaku dan sentralistik sehingga tidak memberikan dampak positif'
b. Sekolah lebih mengetahui kekuatan' kelemahan, peluang, dan
ancaman bagi dirinya.
c. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya.
d. Ketedibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan.
e. Angka partisipasi pendidikan nasional maupun kualitas pendidikan
tetap menunn.

Maka muncullah pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang


memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan
berbagai kebijakan secara luas yang disebut manajemen berbasis sekolah
(t!BS).
Alasan lainditerapkannya MBS menurut Nurkolis, 2003 dalam
htto://edukasi.kompasiana.com yaitu:
1. MBS di Indonesia yang menggunakan model MPMBS muncul
karena alasan:
a. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang,
ancaman bagi dirinya sehingga sekolah dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yaDg tersedia untuk memajukan
sekolahnYa.
b. Sekolah lebih mengetahui kebutuharmya.Keterlibatan warga
sekolah dan masyarakat dalam pengambilatr keputusan dapat
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat'
2. Menurut Bank Duni4 alasan diterapkannya MBS:
a. Alasan ekonomis
b. Politis
c. Profesional
d. Efisiensi administrasi
e. Finansial

77
Maaajemen Beft asis Sekolah

f. Prestasi siswa
g. Akuntabilitas
h. Evektivitas sekolah

Menurut Suryo Subroto, 2010 dalam http://edukasi.kompasiana.com


menyatakan tentang alasan diterapkannya MBS, bahwa pendidilan
merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh
daerah kabupaten dan kota (Pasal I Ayat 2). Untuk dapat melaksanakan
kewajiban ini secara bertanggung jawab dan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi penduduk daerah yang bersangkutan, maka
diperlukan strategi pengelolaan pendidikan yang tepat dan mengedepankan
kerja sirma yalg lebih dikenal dengan istilah collaborative
schoolmanagemenr yang selanjutnya menjadi model pengelolaan sekolah
yang dinamakan school based. management atau manajemen berbasis
sekolah (MBS)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alasan
diterapkamya Manajemen Berbasis Sekolah adalah karena adanya
berbagai program pendidikan yang pengelolaannya terlalu kaku dan
sentralistih pendidikan merupakan salah satu bidang pemerintahan yang
wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota, dan untuk dapat
melaksanakan kewajiban ini, maka diperlukan strategi pengelolaan
pendidikan yang tepat dan mengedepankan kerja sam4 sekolah
mempunyai otonomi atau wewenang untuk merencanakan, mengatur,
mengambil keputusan, melaksanakan dan bertanggung jawab atas segala
kegiatan yang ada di sekolah dan lingkungan sekolah dengan keterlibatan
warga sekolah serta masyarakat sekitar sehingga sasaran mutu pendidikan
yang telab direncanakan dapat tercapai, pada dasamya sekolahlah yang
lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman, serta
kebutuhannya termasuk dalam hal finansial, prestasi sis.\ a, akuntabilitas,
keefektifan sekolah, keefisienan administrasi, profesionalitas, politis dan
keekonomian.
MBS diterapkan karena beberapa alasan sebagai berikut: (a) sekolah
lebih mengetahui kekuatan, kelemehan, peluang dan ancaman bagi dirinya

78
Manajemen Berbais Sekolah

sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang


tersedia untuk memajukan sekolahnya; (b) sekolah lebih mengetahui
kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik; (c) pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebuhrhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang
terbaik bagi sekolahnya; (d) penggunaan sumberdaya pendidilan lebih
efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat; (e)
keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat; (f)
sekolah dapat bertanggug,awab tentang mutu pendidikan masing-masing
kepada pemerintah, orang tua peserta didit dan masyarakat pada
umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk
melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah
direncanakan; (g) sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan
sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-
upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didilg masyarakat, dan
pemerintah daerah setempat; dan (h) sekolah dapat secara cepat merespons
aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah dengan cepat'

5.2 Prinsip Dasar Manajemen Berbasis Sekolah


Prinsip utama pelakanaan MBS ada 5 (lima) hal yaitu
a. Fokus pada mutu
b. Bottom-up planning and decision making
c. Manajemen yang transParan
d. PemberdaYaan masYarakat
e. Peningkatan mutu secara berkelanjutan

Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang


harus difahami yaitu:
l. kekuasaan
2. pengetahuan

79
Marujemn Bobas is Seholah

3. sistem informasi; dan


4. sistem penghargaan.

Kekuasaan Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar


untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan
sekolah dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Kekuasaan
ini dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan
efisien. Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila
mendapat dukungan partisipasi dari berbagai pihak, terutama g!ru dan
orangtua siswa. Seberapa besar kekuasaan sekolah tergantung seberapa
jauh MBS dapat diimplementasikan. Pemberian kekuasaan secara uhth
sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam
seketika, melainkan ada proses kansisi dari manajemen yang dikontrol
pusat ke MBS.
Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah
dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokatis
antara lain dengan:
1. Melibatkan semua fihak, khususnya guru dan oranghra siswa.
2. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan
untuk mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya
3. Menjalin ke{asama dengan organisasi di luar sekolah.

Pengetahuan Kepala sekolah


dan seluruh warga sekolah harus
menjadi seseorang yang berusaha secara terus menerus menambah
pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meningkatkan muhr sekolah.
Untuk itu, sekolah harus memiliki sistem pengembangan sumber daya
manusia (SDM) lewat berbagai pelatihan atau workshop guna membekali
guru dengan berbagai kemampuan yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar.
Sistem Informasi Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki
informasi yang jelas berkaitan dengan program sekolah. Informasi ini
diperlukan agar semua warga sekolah serta masyarakat sekitar bisa dengan
mudah memperoleh gambaran kondisi sekolah. Dengan informasi tersebut

80
M anaj emn Befia is Sekolah

warga sekolah dapat mengambil peran dan partisipasi. Disamping itu


ketersediaan informasi sekolah akan memudahkan pelaksanaan
monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas sekolah. lnfomasi yang amat
penting untuk dimiliki sekolah antara lain yang berkaitan dengan:
kemampuan guru dan Prestasi siswa.
Sistem Penghargaan Sekolah yang melaksanakan MBS perlu
men)Nsun sistem penghargaan untuk memberikan penghargaan kepada
warga sekolah yang berprestasi. Sistem penghargaan ini diperlukan untuk
mendorong karier warga sekolah, yaitu guru, karyawan dan siswa Prinsip
dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau school based
management, adalah prinsip equifinalitas, prinsip desentralisasi, prinsip
pengelolaan mandiri dan prinsip inisiatif manusia yang secara jelas
diuraikan sebagai berikut (Cheng, 1996).
Prinsip equifinalit as (equifinality), didasarkan pada teori manajemen
modem yang berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini, manajemen sekolah harus bersifat fleksibilitas dan
harus dikelola oleh sekolah itu sendiri berdasarkan kondisinya masing-
masing. Prinsip equifinalitas ini mendorong terjadinya desentralisasi
kekuasaan dan sekolah diberi ruang gerak yang luwes untuk berkembang
maupun bekerja menurut ciri khasnya masing-masing sehingga diharapkan
sekolah dapat dikelola secara efekif.
Prinsip desentrali sasi (decentralization), jtga sej alan dengan prinsip
equifinalitas yang merupakan wujud dari reformasi manajemen sekolah
modem. Dasar teori dari prinsip desentralisasi adalah bahwa dalam
menjalankan manajemen sekolah terutama aktivitas pengajaran
dihadapkan dengan berbagai kesulitan dan permasalahan. Oleh karena itu,
sekolah harus diberi kekuasaan dan tanggungjawab untuk menyelesaikan
permasalahan secara efektif sesegera mungkin ketika permasalahan
muncul. Tujuan dari prinsip desentralisasi adalah untuk memecahkan
masalah secara efisien dan bukan menghindari masalah. Diharapkan
melalui MBS ditemukan permasalahan, memecahkannya tepat waktu serta
memberi kontribusi terhadap efektivitas proses belajar mengajar'

81
Marujemn Berbos is S ekohh

Prinsip sistem pengelolaan mandii (self-managing system), MBS


tidak menyangkal perlunya mencapai tujuan berdasarkan kebijakan dari
atas, tetapi menurut MBS terdapat berbagai cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Oleh karena itu, amat penting memberikan kesempatan kepada
sekolah untuk memiliki sistem pengelolaan mandiri (self-managing
sysrez), memiliki otonomi untuk mengembangkan tujuan pengajaran dan
strategi proses belajar mengajar, mengatur sumber daya manusia dan
sumber daya lain, memecahkan masalah demi mencapai tujuan menurut
kondisi sekolah masing-masing. Dalam menerapkan sistem pengelolaan
mandiri sekolah dipersilahkan untuk mengambil inisiatif yang merupakan
tanggung jawab mereka sendiri.
Prinsip inisiatif manusia (human initiative), sesuai dengan
perkembangan hubungan kemanusiaan dan perubahan ilmu tingkah laku
pada manajemen modem, maka faktor penting yang harus diperhatikan
yaitu faktor hubungan manusia dalam efektivitas organisasi. Dalam hal ini
sumber daya manusia merupakan perhatian utama sehingga poin utama
manajemen adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia di
sekolah agar lebih berperan dan berinisiatif Dengan demikian MBS
bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai dengan para
konstituen sekolah untr-rk berpartisipasi secara luas dan mengembangkan
potensi mereka.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut mengenai konsep dan prinsip
dasar MBS sebagaimana yang diterapkan di Indonesia. penerapan MBS
didasarkan juga pada bukti-bukti empirik yang memperlihatkan bahwa
pola lama manajemen pendidikan di lndonesia sudah sangat lemah apalagi
dengan diberlakukannya undang-undang tentang otonomi daerah. Oleh
karena itr:, perlu dilalrukan penyesuaian dari pola lama manajemen
pendidikan ke pola baru manajemen pendidikan masa depan yang lebih
bemuansa otonomi dan yang lebih demokatis.
Pada pola lama manajemen pendidikan, tugas dan fungai sekolah
lebih pada melaksanakan program dari pada mengambil inisiatif
merumuskan dan melakanakan program peningkatan mutu yang dibuat
oleh sekolah. Sedangkan pola baru manajemen pendidikan yang

82
M aruj emen Befios is S ekola h

ditawarkan melalui MBS, yaitu: (1) sekolah memiliki wewenang yang


lebih besar dalam pengelolaan lembaganya, (2) pengambilan keputusan
dilakukan secara partisipatif dan partisipasi masyarakat makin besar, (3)
sekolah lebih luwes dalam mengelola lembaganya, (4) pendekatan
profesional lebih diutamakan daripada pendekatan birokasi, (5)
pengelolaan sekolah lebih desentralistik, (6) perubahan sekolah lebih
didorong oleh motivasi diri sekolah dari pada diatur dari luar sekolah, (7)
regulasi pendidikan lebih sederhana, (8) peranan pusat bergeser dari
mengontrol menjadi mempengaruhi, (9) perubahan dari manajemen yang
mengarahkan ke memfasilitasi, (i0) dari menghindari resiko ke mengelola
resiko, (11) penggunaan uang yang lebih efisien misalnya sisa anggaran
tahun ini dapat digunakan untuk anggaran tahun depan (elficiency-based
budgeting), (12) lebih mengutamakan team work yang cerdas dari pada
individu yang cerdx, (13) informasi yang terbagi ke semua warga sekolah,
(14) lebih mengutamakan pemberdayaan, dan (15) dari struktur organisasi
yang hirarkis ke struktur organisasi yang lebih datar sehingga lebih efisien'
Pola baru manajemen pendidikan yang telah dijelaskan di atas, pada
dasamya merupakan jiwa dari MBS. Dengan demikian kelima belas pola
baru manajemen pendidikan tersebut merupakan indikator-indikator utama
dari aspek atau variabel konsep dan prinsip dasar penerapan MBS yang
harus dipahami dengan benar oleh setiap komponen pendidikan
(stakeho lders).
Berdasarkan inforrnasi-informasi yang telah
dikemukakan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa esensi atau konsep dan prinsip
dasar dari MBS :
otonommi sekolah + pengambilan keputusan partisipatif
untuk mencapai sasaran peningkatan mutu sekolah @epxtemet
Pendidikan Nasional, 2001). Hal ini berarti, sekolah memiliki kewenangan
(kemandirian) lebih besar dalam mengelola sekolahnya, misalnya dalam
hal: (1) menetapkan sasaran peningkatan mutu, (2) menyusun rencana
peningkatan mutu, dan (3) melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan
mutu. Di samping itu, partisipasi kelompok-kelompok yang
berkepentingan dengan sekolah merupakan ciri khas dari MBS' Jadi,
sekolah merupak an rrrlt utama pengelolaan proses pendidikan, sedang

83
Manajemet Berbasis Sekolah

unit-unitdi atasnya seperti, Dinas Pendidikan Kabupaten Kota, Dinas


Pendidikan Propinsi merupakan unit pendukung dan pelayan sekolalL
khususnya dalam pengelolaan peningkatan muhr.

5.3 Karakteristik MBS


MBS memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang
akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam
menerapkan MBS, maka sejumlah karakteristik MBS perlu dimiliki.
Berbicara mengenai karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dari
karakteristik sekolah efektif (effective school characterisrrc). Jika MBS
merupakan wadah atau kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan
isinya. Oleh karena itu, karaktersitik MBS berikut memuat secara inklusif
elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses
dan ougut.
Dalam menguraikan karakteristik MBS, pendekatan sistern yaitu
input-proses-outpur digunakan untuk memadukannya. Hal ini didasari oleh
pengertian bahwa sekolah merupakan sebuah sistem, sehingga penguraian
karakteristik MPMBS (yang juga merupakan karakteristik sekolah efektifl
mendasarkan pada input, proses dan output. Selanjutnya, dalam uraian
berikut dimulai dai ouryut, dan diakhiri derrgan input. Merrgtrrgat ourput
memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedang proses memiliki tingkat
kepentingan satu tingkat lebih rendah dari ouryut, dan input memiliki
tingkat kepentingan dua tingkat lebih re ndah dan output .
1. Output yang diharapkan dalam MBS
Sekolah harus memiliki output yang diharapkan yaitu prestasi
sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen
di sekolah. Output bisa berupa prestasi akademik, seperti: NEM,
lomba karya ilmiah remaja, loma Bahasa Inggris, Metematika,
Fisika, cara berfikir to-itis, keatif, nalar, rasional, induktif, deduktif
dan ilmiah. Juga prestasi non akademik, misalnya: keingintahuan
yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih
sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi,

84
M arujemex Berbasis Seholah

toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olah rag4 kesenian dan


kepramukaan.
2. Proses yang ada dalam karakteristik MBS
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki karakteristik
proses sebagai berikut: (a) proses belajar mengajar yang
efektivitasnya tinggi; O) kepernimpinan sekolah yang kuat, (c)
lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (d) pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, (e) sekolah memiliki budaya muhr; (f)
sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas dan dinamis, (g)
sekolah memiliki kewenangan/ kemandirian, (h) partisipasi yang
tinggi dari warga sekolah dan masyarakat, (i) sekolah memiliki
keterbukaan manajemen, O sekolah memiliki kemauan untuk
benrbah, (k) sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara
berkelanjutan, (l) sekolah responsif dan antisipatif terhadap
kebutuhan, (m) komunikasi yang baik, dan (n) sekolah memiliki
akuntabilitas.
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki efektiitas proses
belajar mengajt (PBM) yang tinggi. Ini ditunjukkan oleh sifat PBM
yang menekankan pada pemberdayaan pesefia didik. PBM bukan
sekedar memorisasi dan recall, b*an sekedar penguasaan
pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), akan tetapi lebih
menekankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkau sehingga
tertanam dan berfimgsi sebagai muatan dan dihayati (ethos) serta
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik
(pathos). PBM yang efektif juga lebih menekankan pada belajar
mengetahui (learning to ktrow), belajar bekerja (leaming to do),
belajar hidup bercama (learning to live together), dan belajar
menjadi diri sendiri (leanting to be).
Pada sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah harus
memiliki peran yang lant dalam mengkoordinasikan,
menggerakkan, dan menyesuaikan semua sumber daya pendidikan
yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu
faklor yang dapat mendorong sekolah unn* dapat mewujudkan

85
Manajenzt Babais Sekolah

visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program


yang dilaksanakan secar terencana dan bertahap. Oleh karena itu,
kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tangguh agar ma.mpu mengambil keputusan
dan inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah. Secam umum,
kepala sekolah yang tangguh, memiliki kemampuan memobilisasi
sumberdaya sekolah, terutama sumberdaya manusia untuk mencapai
tujuan sekolah.
3. Input pendidikan yang diharapkan dalam MBS
Input pendidikan yang diharapkan dalam penerapan MBS antara
laiq meliputi: (a) memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu
yang jelas; (b) sumber daya tersedia dan siap, (c) staf yang
kompeten dan berdedikasi tinggi, (d) memiliki harapan unhrk
berprestasi yang tinggi, (e) fokus pada pelanggan, dan (f) input
manajemen.
Secara formal, sekolah harus menyatakan dengan jelas tentang
keseluruhan kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu. Kebijakan,
tujuan, dan sasaran mutu tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah.
Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu tersebut harus disosialisasikan
kqrada semua warga sekolah, sehingga tertanam dalam pemikiran,
tindakan, kebiasaan, hingga sampai pada kepemilikan karakter mutu
oleh warga sekolah.
Sumber daya yang tersedia dan siap. Sumber daya merupakan
input penting yang diperluka:r untuk berlangsungnya proses
pendidikandi sekolah. Tanpa sumberdaya yang memadai, proses
pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara memadai, dan
pada gilirannya sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumber daya
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber daya menusia dan
sumber daya material (uang, peralatan, perlengkapan, bahan dan
sebagainya) dengan penegasan bahwa sumber daya material tidak
mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran sekolah, tanpa
campur tangan sumber daya manusia. Secara umum, sekolah yang
menerapkan MBS harus memiliki tingkat kesiapan sumber daya

86
Manajemn Berbasis Sekolah

yang memadai untuk menjalankan proses pendidikan. Artinya,


segala sumberdaya yang diperlukan untuk menjalankan proses
pendidikan harus tersedia dan dalam keadaan siap. Ini bukan berani
bahwa sumber daya yang ada harus mahal, akan tetapi sekolah yang
bersangkutan dapat memanfaatkan keberadaan sumber daya yang
atla di lingkungan sekolahnya. Karena itu, diperlukan kepala sekolah
yang mampu memobilisasi sumber daya yang ada di sekitamya.
Staf yang kompoten dan berdedikasi tlrrg8l. Meskipun pada poin
sebelumnya, telah disingmg tentang ketersediaan dan kesiapan
sumber daya manusia (sta|, namun pada butir ini perlu ditekankan
lagi karena staf merupakan jiwa sekolah. Sekolah yang efektif pada
umurmya memiliki staf yang mampu (kompeten) dan berdedikasi
tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas, yairu bagi sekolah
yang ingin efektivitasnya tinggi, maka kepemilikan staf yang
kompeten dan berdedikasi tinggi merupakan keharusan.
Memiliki lnrapan prestasi yang tinggi- Sekolah yang
menerapkan MBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi
untuk meningkatkan prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala
sekolah memilki komitmen dan motivasi yang kuat untuk
meningkatkan mutu sekolah secara optimal. Guru memiliki
komiunen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat
mencapai tingkat prestasi yang maksimal, walaupun dengan segala
keterbatasan sumber daya pendidikan yang ada di sekolahnya.
Sedang peserta didik juga mempunyai motivasi untuk selalu
meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Harapan tinggi dari ketiga unsur sekolah ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sekolah selalu
dinamis untuk selalu menjadi lebih baik dari keadaan sebelumlya.
Fokus pada pelanggan, khususnya srwa. Pelanggan, terutama
siswa harus merupakan fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya,
semua input dan proses yang dikerahkan di sekolah tertuju untuk
meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik. Konsekuensi logis
dari ini semua adalah bahwa penyiapan input dan proses belajar

87
Manajenea Babask Sekolah

mengajar harus benar-benar mewujudkan sosok utuh mutu dan


kepuasan yang diharapkan dari siswa.
Sekolah yaag menerapkan MB S
harus memiliki r)rpur
manajemen yang memadai txrtuk menjalankan roda sekolah. Kepala
sekolah dalam mengahr dan mengurus sekolahnya menggunakan
sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input
manajemen akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya
dengan efektif. Input manajemen yang dimaksud meliputi: tugas
yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang
mendukung bagi pelaksanaan rencan4 ketentuan-ketentuan (aturan
mfi) yang jelas sebagai paoutan bagi warga sekolahnya untuk
bertindak dan adanya sistem pengendalian mutu yang efelrif dan
efisien unh:k meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat
dicapai.

5,4 Ciri ciri Manajemen Berbasis Sekolah


Organisasi sekolah:
a. Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinan transformatif
dalam mencapai tujuan sekolah
b. Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan unh*
sekolahnya sendiri
c. Mengelola kegiatan operasional sekolah
d. Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan
masyamkat terkait (school community)
e. Menjamin akan terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab
(akuntabek kepada masyarakat dan pemerintah)

Proses belajar mengajar :


a. Meningkatkan kualitas belajar siswa
b. Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap
kebutuhan siswa dan masyarakat sekolah
c. Menyelenggarakan pengajaran yang efellif
d. Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa

88
Marajemm Berbais Seholah

e Program pengembangan yang diperlukan siswa

Sumber daya manusia :


a. Memberdayakan sifat dan menempatkan periode yang dapat
melayani keperluan semua siswa
b. Memilih staf yang memiliki wavr'asan bermanajemen berbasis
sekolah
c. Menyediakan kegiatan untuk pengembangan proses pada semua staf
d. Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
e. Kesej ahteraan staf dan siswa

Sumber daya dan administrator


a. Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan
sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan
b. Mengelola dana sekolah
c. Menyediakan dukungan administrative
d. Mengelola dan memelihara gedung dan sarana lainnya
e. Memelihara gedrmg dan sarana lainnya.

Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan


"BPPN bekerjasama dengan bank dunia (1999) telah mengkaji
beberapa faklor yang perlu diperhatikan sehubungan dengan manajemen
berbasis sekolah."
1) Kewajiban sekolah
Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, perlu disertai
kewajiban-kewajiban monitoring dan tentukan pertanggungiawaban
yang relatif tinggi dalam hal ini sekolah diberikan otonomi yang
secara otomatis sekolah tersebut mempunyai kewajiban
melaksanakan kebijakan pemerintah dan memenuhi harapan
masyarakat sekolah. Manajemen berbasis sekolah memberikan
kesempatan yang seluas luasnya bagi kepala sekolah, guru dan
pengelola pendidikan untuk melaksanakan ke'vrajiban yang telah
diberikan oleh pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat

89
Manajemn Berbask Sekohh

sekolah. Manajemen berbasis sekolah memberikan kesempatan


yang seluas luasnya bagi kepala sekolah, guru dan pengelola
pendidikan untuk melaksanakan kewajiban yang telah diberikan
oleh pemerintah pusat. Dengan hal tersebut sekolah dituntut supaya
dapat menampilkan sumber daya secara transparan, demokratis,
tanpa memonopoli, dan bertanggung jawab baik terhadap
masyarakat maupun pemerintah dalam rangka meningkatkan
kapasitas pelaya:ran terhadap peserta didik.
2) Kebijakan dan prioritas pemerintah
Kebijakan pemerintah harus melihat prioritas apa yang ingin
dicapai zupaya sekolah dalam melaksanakan kebijakan pemerintah
tidak salah. Untuk itu pemerintah harus membuat pedoman umum
tentang pelaksanaan MBS. Agar hasil MBS dapat dievaluasi dengan
baik dan dapat dilaksanakan secara efektif.
"Dalam birokasi Depdiknas di Indonesia, direktorat Dikmenum
mempunyai tugas dan fi:ngsi menentukan kebijakan dan strategi
pada tatanan formulasi, penetapan, implementasi dan evaluasi
kebijakan pada tingkat nasional". Di bawah direktorat Dilclenum
terdapat Kanwil Depdiknas yang secara umum mempunyai tugas
dan fungsi yaitu menjabarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Dikmenum. Kemudian pada tingkat Kandep mempunyai fungsi
utama yaitu mengelola satuan pendidikan yang lebih spesifik
kemudian jajaran yang paling bawah yaitu sekolatr yang merupakan
pengelola penyeleggara MBS di masing masing sekolah.
3) Peran orang tua dan masyarakat
"Dalam MBS menuntut peran aktif orang tua dan masyarakat
agar mereka merasa memiliki sekolah dan juga bertanggung jawab
atas keberhasiian sekolah. Melalui dewan sekolah (school council)
orang tua dan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembuatan
berbagai keputusan." Supaya tidak terdapat tumpang tindih dalam
pengelolalan sekolah antara orang tua, sekolah dan masyarakat.
Maka pemerintah harus membuat pedoman bentuk partisipasi
masyarakat.

90
Manajemen Bertasis Sekolah

Menurut Wayan Koster dalam Jurnal Pendidikan dan


Kebudayaan menyebutkan 9 indikator partisipasi masyarakat
a) Partisipasi dalam ikut menenfirkan kebijakan dan program
sekolah
b) Partisipasi dalam ikut mengawasi pelaksanaan kebijakan
kebijakan program sekolah
c) Partisipasi dalam pertemuan rutin sekolah
d) Partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
e) Partisipasi dalam pengawasan mutu sekolah
f) Partisipasi dalam pertemuan BP3
g) Partisipasi dalam membiayai pendidikan
h) Partisipasi dalam menyumbangkan iklim sekolah
i) Partisipasi dalam pengembangan sarana dan prasarana fisik
sekolah.
4) Peran profesionalisme dan manajerial
Manajemen berbasis sekolah menuntut banyak perubahan-
perubahan tingah laku kepada sekolah sekolah guru dan adminstrasi
yang harus memiliki sifat profesional dan manajemen' Kepala
sekolah sebagai pucuk pimpinan diharuskan manpunyai
kernampuan (skill) yang baik supaya dapat mengarahkan semua
kebijakan-kebijakan dari sekolah itu sendiri. Untuk kebutuhan
sekolah kepala sekolah harus :

a) Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dalgan guru dan


masyarakat sekitar.
b) Memiliki kemampuan dan wawasan yang luas tentang teori
pendidikan dan pembelaj aran
c) Memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk menganalisis
situasi sekarang, berdasarkan apa yang seharusnya serta mampu
memperkirakan kejadian di masa depan berdasarkan situasi
sekarang.
d) Mampu memanfaatkan berbagai peluang, menjadikan tantangan
sebagai peluang, serta mengkonseptualkan arah baru
untuk perubahan.

9l
Maxajemet Befiasis Sekolah

5) Pengembangan profesi
Dalam melaksanakan MBS pemerintah harus membuka sedini
mungkin pelatihan-pelatihan pengembangan profesi. pusat
pengembrngan profesi ini berfruigsi sebagai penyedia jasa bagi
pelatihan tenaga kependidikan unhrk MBS.
Sebaiknya sekolah dan masyarakat perlu dilibatkan secara
Iangsung dengan cara melibatkan diri dengan diskusi-diskusi
tentang MBS. Supaya implementasi MBS berlangsung dengan baik
harus didukung pula dengan tenaga pengajar yang profesioanal.
Lembaga sekolah yang memadai, sarana dan prasarana yang cukup
dan tak kalah pentingnya adalah masalah dana dan peran aktif orang
tua. Namun akibat krisis yang dialami bangsa kita telah membawa
sedikit banyak kerugian bagi dunia pendidikan. Dilihat dari peserta
didik dari tahr.rn ke tahun yang selalu menunrn, peran aktif
dari masyarakat jugu menurun karena mereka lebih
memprioritaskan pikiran dan tenaga serta uang mereka untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Karena sekolah yang bervariasi mulai dari bentuk fisik sekolah
yang bagus hingga yang tidak layak pakai, ada sekolah yang
lokasinya di tengah kota sampai sekolah yang letaknya terpencil.
Pada suatu kondisi dimana sekolah mendapat dukungan aktif dari
masyarakat sampai yang kurang bahkan tidak mendapat
akif dari masyarakat. Untuk itu dalam implementasi MBS sekolah
harus dikelompok-kelompokkan menurut kemampuan manajemen
masing-masing. Pengelompokan ini bukan dimaksud untuk
membedakan tetapi agar pihak-pihak terkait lebih mudah
memberikan dukungan.

92
Marcjemen Berbasis Sekolah

BAGIAN V!
PEL.AK'ANAAN MANATEMEN BERBA'I"EKOLAH

6,1 Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah


Dilarapkan sekolah dapat bekerja di dalam koridor-koridor tertentu,
sebagai berikut: (1) pengaturan sumber daya yang fleksibel, (2) pengaturan
kurikulum berdasarkan standar nasional, dan sekolah bertanggungjawab
untuk mengembangkan kurikulum baik dalam kaitan dengan standart
rliateir (content) maupun proses penyampaiannya, dan (3) pengaturan
personil sekolah, ditrarapkan sekolah bertanggungjawab dan terlibat dalam
proses rekrutrnen (dalam arti penentuan jenis guru yang diperlukan) dan
pembinaan strukhral staf sekolah ftepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru dan staf lainnya).
Berkaitan dengan pengaflran sumber daya, sekolah harus

mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya terutama


dalam hal keuangan yang disesuaikan dengan kebuhrhan setempat' Selain
pembiayaan operasional administrasi, pengelolaan keuangan harus
ditujukan untuk: (a) memperkuat sekolah dengan cara menenhrkan serta
mengalokasikan dana berdasarkan skala prioritas yang telah ditetapkan
untuk proses peningkatan mutu, (b) pemisahan antara biaya yang bersifat
akademis dan non akademis maupun cara penggunaannya, dan (c)
pengurangan kebutuhan Pusat.
Pengaturan kurikulum, dilakukan berdasarkan kurikulum standar
yang telah ditentukan secara nasional, dan sekolah bertanggungjawab
untuk mengembangkan kurikulum berdasarkan standar materi (content)
maupun proses penyampaiannya, yang disesuaikan dengan kebutuhan
setempat- Materi tersebut harus ada manfaat dan relevansinya bagi siswa'
Di samping ihr sekolah harus bisa menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan serta menciptakan tantangan bagi siswa agar inteleltual
mereka dapat hrmbuh dan berkembang untuk menguasai ilrnu
pengetahuan, keterampilan, memiliki sikap arif dan bijaksana, serta
memitiki karakter dan kematangan emosional yang baik. Dengan demikian

93
Maruj etn n Babas is S ekolah

ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kudkulum


sekolah, yaitu: (a) harus memenuhi kebutuhan siswa, (b) harus disajikan
kepada siswa secam efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber
daya yang ada, dan (c) harus dikembangkan dengan berbagai pendekatan
yang mampu mengatur perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah.
Dalam hal pengaturan personil sekolah, diharapkan sekolah
bertanggungjawab dan terlibat dalam proses rekrutmen (dalam arti
penentuan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan shlktural staf
sekolah (kepala sekolah, wakit kepala sekolah, guru dan staf lainnya).
Sementara itu, pembinaan profesional dalam rangka pembangunan
kemampuan kepala sekolah dan pembinaan keterampilan guru dalam
pengimplementasian kurikulum termasuk staf kependidikan lainnya
dilakukan secara terus menerus atas inisiatif sekolah. Untuk itu birokrasi di
luar sekolah berperan untuk menyediakan wadah dan instrumen
pendukung. Dalam konteks ini pengembangan profesioanl harus
menunjang peningkatan mutu dan penghargaan terhadap prestasi perlu
dikembangkan. Manajemen peningkatan muhr berbasis sekolah
memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengkontrol sumber daya
manusia, fleksibilitas dalam merespon kebutuhan masyaraka! misalnya
pengangkatan tenaga honorer untuk keterampilan yang khas, atau muatan
lokal. Demikian pula mengirim guru untuk berlatih di institusi yang
dianggap tepat.

6.2 Proses Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah


Banyak manfaat yang telah dapat dirasakan baik oleh pemerintah
daerah maupun pihak sekolah yang secara langsung menjadi sasaran
pelaksanaan. Hal ini karena dalam melaksanakan program-program ini
diterapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), mulai dari
proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan proses pelaporan dan
umpan baliknya.
Dengan kata lain program-program yang dilaksanakan menganut
prinsip-prinsip demokratis, transparan, profesional dan akuntabel. Melalui
pelaksanaan program ini para pengelola pendidikan di sekolah termasuk

94
Marujcmen Bertais Sekolah

kepala sekolah, guru, komite sekolah dan tokoh masyarakat setempat


dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapan kegiatan. Disinilah proses
pembelajaran itu berlangsung dan semua pihak saling memberikan
kekuatan untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan sekolah.
Adapun proses penerapan MBS dapat ditempuh antara lain dengan
langkah-langkah sbb:
1. Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah
2. Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait
antara lain Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota'
Departemen Agama (yang menangani pendidikan MI, MTs dan
MA), Dewan Pendidikan Kab/Kota terutama membano dalam
mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja (akses) ke dalam
siklus kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya
dalam bidang pendidikan.
3. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru),
kepala sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan @P) maupun
staf kantor, pejabat-pejabat di tingkat kecamatan, unsur komite
sekolah tentang Manajemen Berbasis Sekolah, pembelajaran yang
bermutu dan peran serta masyarakat.
4. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para
kepala sekolah, guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan
peningkatan muru Pembelaj aran
5. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten
terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di
sekolah agar
diketahui berbagai kendala dan masalah yang dihadapi' serta segera
dapat diberikan solusi/pemecahan masalah yang diperlukan-
6. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap
sekolah untuk peningkatan mutu pembelajaran,
Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan, dengan
membentuk Tim yang sifatnya khusus unfuk menangani dan
sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadap Tim
bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.

95
Manajenen Betbasis Sekolah

6.3 Faktor Pendukung Keberhasilatr Manajemen Berbasis Sekolah


a. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik
lfBg ekan berhasil jika ditopang oleh kemampuan professional
kepala sekolah atau madrasah dalam memimpin dan mengelola
sekolah atau madrasah secara efektif dan efisien, serta mampu
menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar
mengajar.
b. Kondisi social, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap
pendidikan
Faktor ektemala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS
adalah kondisi tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat,
kemampuan dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi
dalam mendorong anak untuk terus belajat.
c. Dukungan pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama
bagi sekolah atau madrasah yang kemampuan orangtua/
masyarakatnya relative belum siap memberikan kontribusi terhadap
penyelenggaraan pendidikan. alokasi dana pemerintah dan
pemberian kewenangan dalam pengelolaan sekolah atau madrasah
menjadi penentu keberhasilan.
d. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan
kine{a sekolah atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala
sekolah atau madrasah, guru, dan pengawas, akan sulit dicapai
program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa.

6.4 KualitasPendidikan
Pendidikan adalah suaru aktifitas yang disengaja, memberikan
bimbingan jasmani dan rohani dari si pendidik kepada si terdidik berupa
menanamkan akhlak yang mulia, latihan moral, mental dan fisik, sehingga
mengahasilkan perubahan yang dimanifestasikan dalam kehidupan nyata.
Sedangkan kualitas atau mutu pendidikan adalah ..gambaran dan
karakteristik menyeluruh darai barang/jasa yang menunjukkan

96
Maraj emen B.lbas is Seka la h

kemampuannya dlam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang


tersirat". Secara umum, mutu juga bisa./dapat berarti derajat (tingkat)
keunggulan suatu produk (hasil ke{a) baik berupa barang maupun jasa.
baik yang tangible (yang dapat diraba atau berujud) maupun yang
intangible (tidak dapat diraba atau tidak berujud). "Dalam kontek
pendidikan pengertian muh.r pendidikan mengacu pada proses dan hasil
pendidikan". Pada proses pendidikan yang bermutu juga terlibat berbagai
input seperti bahan ajar, metodologi, sarana prasarana' sumber daya, serta
penciptaan suasana yang kondusif.
Menurut Umaedi, proses pendidikan adalah berubahnya "sesuatu"
menjadi "sesuatu yang lain". Sedangkan yang mempengaruhi proses
adalah input, dan hasil dari proses adalah output. Dalam pendidikan di
tingkat sekolah dasar, proses yang dimaksud adalah:
a. Proses pengambilan kePutusan
b. Proses pengelolaan kelembagaan
c. Proses pengelolaan Program
d. Proses belajar mengajar

Meskipun pada dasamya proses pendidikan mencakup empat proses


di atas, akan tetapi proses belajar mengajar mempunyai tingkat
kepentingan yang palilg tinggi dibandingkan dengan proses yang lain'
Proses dapat dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input dilaksanakan secara harmonis, sehingga
mampu menciptakan situasi pembelajaran yang niknat.
a. Proses Pengambilan KePutusan
Esensi proses pengambilan keputusan partisipatif (Cangemi,
1985) y"ng dikutip oleh Slamet, PH adalah untuk mencari '\rilayah
kesamaan" antara kelompok-kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah atau (stakeholder) yaitu kepala sekolah, guru, siswa,
orang tua siswa dan pemerintah/yayasan.
Dengan semangat untuk mencari wilayah kesamaan inilah yang
dijadikan tomggak/dasar untuk dapat menumbuhlan rasa memiliki
kepada semua kelompok yang berkepentingan dengan sekolah'

97
Manaj emcn Betbas is S ekohh

Namun, dalam mengikutsertakan kelompok kepentingan dalam


proses pemgambilan keputusan harus mepertimbangkan keahlian,
yuddiksi dan relevansinya deangan pengambilan keputusan. Karena
tidak semua wilayah dalam pengambilan keputusan harus
melibatkan semua kelompok kepentingan. Ada batas-batas ertentu
yang harus dipahami oleh pihak sekolah terutama kepala sekolah
sebagai orang tertinggi ditimgkat sekolah.
Ada empat petunjuk untuk mengidentifikasi pengambilan
keputusan yang harus melibatkan para kelompok kepentingan yairu
pertama, adalah tingkat relevansinya. Sekiranya keputusan yang
akan diambil relevan dengan kenbutuhan kelompok kepentingan
tertentu (kelompok yang bakal terkena dampak keptusan), maka
pengambilan keputusan sebaiknya melibatkan kepentingan tersebut.
Kedua, adalah uji keahlian. Artiny4 ketompok harus memiliki
sesuatu untuk dikonkibusikan. Mereka harus memiliki kompetensi
untuk ikut serta dalam memecahkan persoalan-persoalan yang
terkait dengan kepentingan. Ketiga, lJji uridiksi. Sekolah didirikan
untuk menjalankan firngrnya melaluai struktur-hirarkis. Karena itu
ada batas-batas yuridiksi yang memang tidak semua kelompok
kepentinngan harus terlibat dalam pemgambilan keputusan.
Keempat, Uji kompabilitas tujuan. Apabila kompabilitas tujuan dari
seua kelompok kepentingan diinginkan, maka pellibatan mereka
dalam proses pengambilan keputusau sangat diperlikan.
b. Pengelolaan kelembagaan
Menurut Slamet, sekolah sebagai lembaga pendidikan harus
dekelola secara profesional agar menjadi "sekolah belaj ar,, (learting
school) yang mampu menjamin kelangsungan hidup dan
perkebangarurya. Menurut Bovin (1998) yang dikutip oleh Slamet,
untuk menjadi sekolah belajar maka sekolah harus:
I . Memberdayakan SDM-nya seoptimal mrmgkin
2. Memfasilitasi warga sekolahnya unhrk belajar terus dan
belajar kembali
3. Mendorong kemandirian (otonomi) setiap warganya

98
Marajcnat Bdbosis Sekolah

4. Memberikan tanggung jawab kepada warganya


5. Mendorong setiap warganya untuk "memPertanggung-
gugatkan" (accountability) terhadap hasil keDanya
6. Mendorong adanya teamwork yang kompak dan cerdas dan
shared ofvalues bagi setiap warganya
7. Merespon dengan cepat terhadap pasar (pelangan)
8. Mengajak warganya untuk menjadikan sekolabnya customer
service
9. Mengajak warganya untuk menikmati dan siap terhadap
perubahan
l0.Mendororng warganya untuk berpikir sistem, baik dalam cara
berfikir, cara mengelola, maupun cara menganalisis sekolahnya
I l.Megajak warganya untuk komitmen terhadap "keunggulan
kualitas"
l2.Mengajak warganya untuk melakukan perbaian secara ten$
menents
l3.Melibatkan warganya secara total dalam penyelerggaraan
sekolah.

Dalam proses kelembagaan tercantum pemberdayaan


SDM secara optimal, pada proses pendidikan agar dapat
menghasilkan pendidikan yang bermutu, maka guru sebagai pelaku
dalarn proses belajar mengajar harus lebih ditingkatkan lagi dalam
hal kemampuannya.
Ada beberapa usaha yang menurut M. Jihad Helmi dapat
ditempuh untuk meningkatkan mutu tenaga pendidikan yaitu :

1. Belajar sendiri/otodidak
2. Study lanjut ke jenjang yang lebih tinggi
3. Mengikuti penataran, seminar, disusi{iskusi dan pelatihan
4. Pemanfaatan guru untuk memberikan dorongan grma
peningkatan
5. berbagai kemampuan yang diberikan oleh guru

99
Manajemen Bobosis Sekolah

6. Pertemuan guru-guru bidang sodi sejenis, untr* menggalang


kerjasama
7. Usaha-usaha lain yang perlu dalam rangka meningkatkan mutu
tenaga pendidik

c. Proses Pengelolaan Program


'Manajemen kurikulum dan progam pengajaran mencakup
kegiatan perencanaan, pelaksanaan d"" penilaian".
Pengelolaan program merupakan pengkoordinasian dan
penyerasian program sekolah, yang meliputi:
l. Perencanaan, pengembangan, dan evaluasi program sekolah
2. Pengembangan kurikulum
3. Pengembangan PBM
4. Pengelolaan SDM
5. Pelayanan siswa
6. Pengelolaanfasilitas
7. Pengelolaan keuangan
8. Perbaikan program
9. Pembinaan hubunga[ antara sekolah dan mayarakat

d. Proses Belajar
Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan belajar
mengajar unhrk mencapai suatu tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Betapapun sempuroanya rumusan tujuan jika cara untuk
mencapai tujuan itu tidak akan dikelola dengan baik maka
pencapaian tujuaD itu tidak akan berhasil dengan sempuma. Dalam
kaitannya dengan hal di atas kadang dijumpai seorang guru yang
menhadapi peserta didiknya yang mengalami kesulitan belajar.
Kama seorang guru harus meguasai ketrampilan dalam proses
belajar mengajar dalam kelas.
Adapun beberapa hal yang penting yang dapat dijadikan acuan
dasar bagi peningkatan proses belajar mengajar, yaitu :

100
Manajemen Berbasis Sekolah

I ). Tujuan
Tujuan pendidikan dan pengajaran haruslah dipahami dan
dimengerti betul sebab dan tujuan itulah yang nanti menjadi
gambaran, sasaran dan pengarah bagi tindakan guru didalam
menjalankan frrngsinya.
Dalam UU No.4 tahun 1950 tentang pendidikan dan
pengajaran Bab II pasal 3 disebutkan bahwa; " Tujuan
pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang
cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab tentang kesejahteran masyarakat dan tanah air."
Disamping itu, tujuan juga berfirngsi sebagai kiteria dalam
pemilihan dan penentuan baik dari materi,alat dan metode serta
evaluasi yang akan digunakan dalam mengajar.
2). Materi
Materi merupakan bahan yang akan disampaikan dalam
kegiatan belajar mengajar. Menurut Nasution, bahwa pelajaran
itu terdapat tiga sumber yaitu masyarakat dan kebudayaannya,
anak dengan minat dan kebutuharmya, serta pengetahuan yang
telah dikumpulkan oleh manusia sebagai hasil pengalamannya
dan telah disusun secara sistematis oleh para ilmuan dalam
sejumlah disiplin ilmu.
Namrm demikian walaupun sumber-sumber materi telah
diketahui akan tetapi memilih materi itu sendiri tetap komplek'
Untuk itu menurut Hilda Taba sebagaimana yang telah dikutip
oleh Nasution, mengemukakan kriteria materi harus memenuhi
validitas pengetahuan, relevansi, keseimbangan, keanekaan
tujuau, kemampuan murid, serta kebutuhan dan minat murid-
3). Metode
Metode merupakan suatu cara yang fungsinya tidak lebih
sebagai alat untuk menyampaikan pengetahuan, ketrampilan,
sikap kepada peserta didik. Menurut Winamo S. mengemkakan
10 metode mengajar, yaitu:

101
Manajemn Berbas is S e koh h

a). Metode ceramah


b). Metode latihan siap / Drill
c). Metode tanya jawab
d). Metode diskusi / musyawarah
e). Metode demonstrasi
0. Metode resitasi
g). Metode karya wisata
h). Metode kerja kelompok
i). Metode sistem regu
j). Metode sosio drama

Dalam kenyataannya tidak semua metode digunakan dalam


satu pertemuan. Banyaknya metode ini menurut Winarno
Surahmad disebabakan karena dipengaruhi banyak faktor antara
lain:
a) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya
b) Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya
c)
Situasi yang berbagai keadaanaya
d) Fasilitas yang berbagai kualitas dqn kuantitas
e) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda.

Hal penting yang harus diperhatikan guru dalam


menggunakan metode adalah batas-batas kebaikan dan
kelemahan metode yang dipergunakannya untuk dapat
merumuskan kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahanya itu.
4). Alat
AJat merupakan sarana pengajaran yang fungsinya untuk
membantu tercapainya suatu tujuan. Selain itu alat juga membantu
terjalinnya komunikasi yang harmonis antara guru dan peserta didik
dalam prosesbelajar mengajar. Ahmad D. Marimba membagi
karakteristik alat pendidikan sezuai dengan taraf perkembangan dan
kesulian yang akan diterima anak (peserta didik) yaitu:

102
Marujeaen Berbasis Sekolah

a) Alat-alat yang memberi perlengkapan berupa percakapan,


berbuat dan pengetahuan, hafalan, alat-alat ini dapat disebut
alat-alat untuk pembiasaan.
b) Alat-alat untuk memberi pengertian, membuat sikap, minat
dan cara berfikir.
c) Alat-alat yang membawa kearah keheningan batin
kepercayaan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya.
5). Evaluasi
Evaluasi yang merupakan bagian integral proses belajar
mengajar, harus dilaksanakan secara kontinyu dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Evaluasi ini tidak hanya dilahkan
guru terhadap siswanya saja, melainkan juga dapat dilakukan siswa
terhadap guru maupun evaluasi yang dilakukan guru terhadap
dirinya sendiri. Evaluasi ini akan membantu untuk mengetahui
sejauh mana hasil belajar mengajar telah tercapai.

Hasil Pendidikan
Hasil pendidikan atau "output pendidikan merupakan kinela
sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari
proses/prilaku seklah. Dalam konteks pendidikan'hasil pendidikan"''
Prestasi yalg dapat dicapai oleh suatu sekolah dalam suatu pross
pendidikan (student achievement) dapat dibagi menjadi dua yaitu pada
bidangn akademik dan non akademik.Kemampuan akademik misalnya
dapat dilihat dari niali hasil ulangan, EBTA/EBTANAS' Sedangkan dalam
bidang non akademik misanya pada suatu cabang olahraga, ketmtpilan,
seni suara dan lainJain. Dari contoh di atas merupakan prestasi sekolah
yzrrry tongible. Setlangkan contoh prestasi sekolah yang intangible seperli,
disiplin, saling menghormati, beribadah dan lainlain.
Untuk tingkat madrasah Ibtida'iyah hasil prestasi pendidikan bidang
akademik dapat diwujudkan dengan anak didik yang berhasil lulus dan
dapat diterima di sekolah lanjutan tingkat pertama negeri.

103
Manajemen Berba is Sekolah

104
Manajena Be$ar;is Sekolah

BAGIAN VII
U'AHA'EKOI.AH DALAM TENINGKATI(AN
KTNERIA DAN PROFE IONALI'ME GURU

7.1 Pengertian Kinerja


Pengertian kinerja atau prestasi ke{a menunrt beberapa ahli
memiliki pengertian yang sama nirmun para ahli lain mengatakan berbeda'
Armstrong dan Baron dalam Wibowo menyampaikan bahwa: "Kinerja
pekerjaan dan hasil yang dicapai
Qtedormance) adalah tentang melakukan
dari peke{aan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi".
Whifinore (1997: 104), mengatakan bahwa kinerja adalah
pelaksanaan fimgsi-firngsi yang dituntut dari seseorang pekerja' Lebih
lanjut dikemukakan pengertian kinerja yang sederhana itu merupakan
pengertian yang menuntut kebutuhan paling minim unruk berhasil bagi
seseorang dalam suatu pekerjaan. Oleh karena itu Whitmore
mengemukakan pengertian kine{a yang dianggapnya refresentatif harus
juga menggambarkan tanggung jawab yang besar dari pekerjaan
seseorang. Menurutnya tuntutan kinerja yang nyata jauh melampaui apa
yang diharapkan berdasarkan standar-standar tinggi sebagai perwujudan
tanggungjawab merupakan tingkat kinerja yang sesungguhnya. Dengan
demikian kinerja di sini dapat dikatakan sebagai suatu perbuatan' suatu
prestasi atau apa yang diperlihatkan sesorang melalui keterampilan yang
nyata. Sehingga selanjutnya di sini kinerja dapat pula dimaknai sebagai
penampilan ke{a
Tentang konsep kinerja ada rumusan batasan sebagai berikut:
"kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas yang dicapai oleh seseorang
atau suatu organisasi; dengan menggunakan kemampuan yang ada dan
batasan-batasan yang telah ditetapkan sebagai tujuan". Berdasarkan
batasan ini kinerja dapat dimaknai sebagai kemampuan kerja yang dilihat
dari tingkat pencapaian atau penyelesaian tugas yang menjadi

105
Manajencn Bobasis Sekolah

tanggunglawabnya, apakah sudah sesuai dengan syarat yang telah


ditetapkan dari suatu bidang pekerjaan. Syaratsyarat yaog ditetapkan itu
bisa berupa tujuan atau target/sasaran pekerjaan yang harus diselesaikan.
Menurut Siswanto Bejo prestasi kerja adalah: Hasil kerja yang
dicapai oleh seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan
yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang tenaga
kerja antara lain dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman,
kesanggupan tenaga kerja yang bersangkutan. Sedangkan menurut
Mangkunegara kine{a (prestasi ke{a) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Sementara Gomez mengemukakan unsur yang berkaitan dengan
kinerja terdiri dari:
l. Qua,ttity of work, yak:i jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan
pada periode tertentu.
2. Quality of work, yaitu kualitas peke{aan yang dicapai berdasarkan
syarat yang ditentukan.
3. Job howledge, yakni pemahaman pegawai pada prosedur ke{adan
informasi teknis tentang peke4'aan.
4. Creativeness, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi
dan dapat diandalkan dalam pekerjaan.
5. Cooperation, yaitu keq'asama dengan rekan kerja dan atasan.
6. Dependability, yakni kemampuan menyelesaikan pekerjaan tanpa
tergantuog kepada orang lain.
7. Inisiative, yahli kemampuan melahirkan ide-ide dalam peke{aan.
8. Personal qualities, yaitu kemampuan dalam berbagai bidang
pekerjaan.

Dari berbagai pengertian kinerja di aras dapat disimpulkan bahwa


kinerja/prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta tcpat waktu. Wujud
kinerja dapat dilihat dari tingkat prestasi ke4'a yang berupa hasil ke{a,

106
Maaaj emea Befia is Se kolah

kemampuan dan penerimaan atas kejelasan delegasi tugas serta minat


seorang pekerja.
Dari keterangan pada uraian singkat tentang pengertian kinerja dari
beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan, yaitu bahwa untuk dapat melihat
kinerja seseorang atau suatu organisasi harus mengacu pada aktivitas
orang tersebut selama ia melaksanakan tugas pokok yang menjadi
tanggung jawabnya. Maksudnya adalah tingkat kualifrkasi kine{a
seseonrng selalu dihubungkan dengan tugaslugas rutin yang
dikerjakannya. Dalam kaitannya dengan tugas guru yang kesahariannya
melaksanakan proses pembelajaran di sekolah, hasil yang dicapai secara
optimal dalam bentuk lancarnya proses belajar siswa yang berujung pada
tingginya perolehan atau hasil belajar siswa, semuanya adalah merupakan
kinerja seorang guru.
Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan guru sebagai
jabatan profesional yang dituntut untuk berkinerja seoptimal mungkin
berdasarkan kompetensi dan profesionalisme bidangnya, kepala sekolah
sangat berperan di dalamnya, dengan memberikan kesempatan dan
peluang serta mengarahkan dan membimbing yang maksimal dan
berkesinambungan, terhadap guru sebagai stafnya,maka kinerja guru yang
optimal dapat terwujud.
Kinerja guru merupakan konsep yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat
mendorong kine{a individu dan kelompok yang akan meningkatkan
efektifitas organisasi. Setiap individu mempunyai kinerja yang berbeda-
beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya.
Orientasi kepala sekolah sebagai pemimpin sangatlah cocok dengan
misi dari pada sekolah sebagai organisasi terbuka dan Agent of Change,
yang mana sekolah dituntut inovatif, aspiratif dan tanggap terhadap
perkembangan zaman. Kesempatan ini lebih didukung dengan adanya
otonomi pendidikan dengan program Manajemen Berbasis sekolah (^lcftool
based Managemenr). Dengan program tersebut kepala sekolah mempunyai
kewenangan yang lebih luas dalam rangka mengelola sekolah, sehingga

r07
Manaj enet B etbas k S *olah

dituntut memahami secara komprehensif manajemen sekolah. Kemampual


manajerial yang tinggi menjadikan sekolah efesien.
Peran kepala sekolah pada hakikatrya adalah kepala sekolah yang
memahami dan menguasai kemampuan manajerial dan kepemimpinan
yang efektif seperti yang diakonimkan bahwa kepala sekolah sebagai
EMASLM (educator, manajer, adminstrator, supervisor, Ieader, inovatot,
dan motivator). Wahjosumidjo mengartikan bahwa Kepala sekolah adalah
seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat
dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk mengungkapkan bahwa
"Kepala sekolah adalah seorang guru (Jabatan firngsional) yang diangkat
untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk
memimpin dan memenej segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah
sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan
bersama. Berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah A. Tabrani
Rusyan (2000) menyatakan bahwa: Kepemimpinan kepala sekolah
memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktivitas ke{a guru dan
hasil belajar siswa. Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat
dipertanggunglawabkan, karena tanggung jawab kepala sekolah sangat
penting dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar para siswa, juga
produktivitas dan semangat ke{a guru tergantung kepala sekolah dalam
arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu mencipakan kegairahan
kerja dan sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya
untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah
digariskan sehingga produktivitas kerja guru tinggi dan hasil belajar siswa
meningkat."
Sebenamya dalam mencapai tujuan bersama, pemimpin dan
anggotanya mempunyai ketergantungan satu dengan yang lainnya. Setiap
anggota organisasi mempunyai hak untuk memberikan sumbangan demi
tercapainya tujuan organisasi.Oleh sebab itu, perlu adanya

108
Manajemen Berbasis Sekolah

kebersamaan.Rasa kebersamaan dan rasa memiliki pada diri setiap anggota


mampu menimbulkan suasana organisasi yang baik.
Menurut Mulyasa (2009): Kepemimpinan kepala sekolah
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui progam-
program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap."
Pendapat te$ebut di atas mengandung arti bahwa kepala sekolah
sebagai pemimpin sekolah dituntut untuk mempunyai kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang memadai agar m:rmpu mengambil
inisiatif untuk meningkatkan mutu sekolah.

7.2 Kinerja Guru


Kinerja sebagai refleksi seorang pekerja dalam memenuhi
persyaratan-persayaratan sebuah pekerjaan sebagaimana yang dimaksud
dalam kutipan di atas, dapat diartikan bahwa kine{a dapat dilihat dari hasil
pekerjaan seseorang yang meliputi nilai kualitas dan juga nilai kuantitas'
Kualitas hasil pekerjaan mengacu pada kepuasaan sebagai peruujudan
terpenuhinya harapan orang lain terhadap pekerjaan yang telah
diselesaikan. Dari pemalnaan ini, kine{a yang dilihat berdasalkan kualitas
hasil kerja, lebih lanjut dapat pula diberi arti sebagai efektivitas atau
ketepatan kerja. Sedangkan kuantitas hasil pekerjaan jelas tergarnbar pada
volume atau kapasitas peke{aan yang telah diselesaikan. Sehingga dengan
demikian dalam konteks kuantitas pekerjaan, kinerja dapat
diinterpretasikan sebagai produktivitas kerja.
Rachman (2006) secara khusus mendefinisikan kinerja guru sebagai
seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan guru pada waktu dia
memberikan pembelajaran kepada siswa. Kinerja guru bila mengacu pada
pengertian Mangkunegara bahwa tugas yang dihadapi oleh seorang guru
meliputi: membuat program pengajaran, memilih metode dan media yang
sesuai untuk penyampaian, melakukan evaluasi, dan melakukan tindak
lanjut dengan pengayaan dan remedial. Kinerja guru dalam tugas
kesahariannya tercermin pada peran dan fungsinya dalam proses
pembelajaran di kelas yaitu sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih.

109
Maaajenex Berbosis Sekolah

Dalam menjalankan peran dan fungsinya tersebut dalam proses


pembelajaran di kelas, maka kinerja guru dapat terlihat pada kegiatannya
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar
yang intensitasnya dilandasi oleh sikap moral dan profesional seorang
guru.
Tugas dan kegiatan guru sebagai cerminan kinerjanya dalam arti
sebagai penampilan kerja guru dalam proses pembelajaran. Untuk
mengetahui tingkat kualifrkasi kinerja guru harus melingkupi ketiga
kegiatan (aktivitas) guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang
dikelolanya, yakni merencanakan atau mempersiapkan aktivitas ruang
kelas, memenej (mengelola) atau mengorganisasi sekaligus melakukan
konnol terhadap sikap siswa dalam proses belajarnya selama kegiatan
pembelajaran, drn mengajar dalam arti terfokus terhadap penyediaan
bimbingan belajar siswa.
Sehubungan dengan kinerjanya maka ada guru yang memiliki
kinerja baik dan ada juga yang memiliki kinerja kurang baik. Guru yang
memiliki kinerja baik disebut guru yang professional. Tugas guru yang
profesional menurut pasal 2 Und.ng-Undang No. 14 tahun 2005 meliputi:
a) Melaksanakan pembelajaran yang bermutu serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.
b) Meningkatkan kualifrkasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
c) Menjwrjung tinggi peraturan perundang-undangan hukum dan kode
etik guru serta nilai-nilai agama dan etika dan dapat memelihara,
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

7,3 Pengukuran Kinerja Guru


Kemampuan (ability.l, keterampilan (skil\, dan motivasi
(motivation) akan memberikan kontribusi positif terhadap kualitas kinerja
personil apabila disertai dengan upaya yang dilakukan untuk
mewujudkannya. Upaya yang dilakukan suatu organisasi akan berdampak
positif terhadap peningkatan kualitas kinerja organisasi termasuk

110
Marujemet Berbasis Sekolah

organisasi sekolah sehingga mendukung pencapaian tujuan yang telah


ditetapkan.
Menurut Hoy dan Miskel mengatakan bahwa kinerja guru adalah
suatu kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan
sikap,pengetahuan dan keterampilan serta motivasi pegawai. Pengertian
tersebut sejalan dengan pendapal suwardhani (1997) yary menyatakan
bahwa kinerja berhubungan dengan kecakapan melalarkan sesuatu.
Kinerja seorang guru menyangkut semua kegiatan atau tingkah
laku yang dialami guru, untuk mencapai hasil atau tujuan. Kine{a dapat
ditiniau dari berbagai aspelg baik dari sudut guru maupun anak didik. Dari
sudut anak didik kinerja guru bertujuan untuk menimbulkan respon positif
dari bakat dan minat seorang anak didik yang akan dikembangkan oleh
anak didik tersebut melalui proses pembelajaran. Dari sudut gurq kinerja
guru secam spesifik bertujuan mengharuskan para guru membuat
keputusan khusus dimana tujuan pengajaran dinyatakan dengan jelas
dalam benhrk tingkah laku yang kemudian di transfer kepada peserta didik'
Guna mencapai kinerja yang tinggi terdapat kriteria kinerja,
meliputi:
l. Kemampuan intelektual berupa kualitas untuk berfikir logis, praktis
dan menganalisis sesuai dengan konsep serta kemampuan dan
mengungkapkan dirinya secara jelas.
2. Ketegasan, merupakan kemampuan untuk menganalisa
kemungkinan dan memiliki komitmen terhadap pilihan yang pasti
secara tepat dan singkat.
3. Semangat (antusiasme), berupa kapasitas untuk bekerja secara aktif
dan takkenal lelah.
4. Berorientasi pada hasil, merupakan keinginan intrinsik dan memiliki
komitrnen untuk mencapai suatu hasil dan menyelesaikan
pekerjaannya.
5. Kedewasaan sikap dan perilaku yang pantas, merupakan
kemampuan dalam melakukan pengendalian emosi dan disiplin diri
yang tinggi.

111
Manajemn Befiasis S ekolah

Di
dalam pelaksanaamya kine{a guru atau tenaga kependidikan
dapat diukur dengan menggunakan lima aspek yang dapat dijadikan
dimensi pengukuran yag disampaikan oleh Mitchell dikutip Mulyasa yaitu:
l.
Quality of Work (kualitas ke{a).
2. Promtness (ketepatan wa,ktu).
3. Initiativ e (inisiztif).
4. C ap ab i lity (kemampuan).
5. Communication ftomunikasi)

Menurut Suharsimi Arikunto kinerja mengajar guru adalah :

1. Menyusun persiapan mengajar Qtlanning)


2. Melaksanakan proses belajar mengajar (implementas)
3. Menilai proses dan hasil kegiatan mengalar (evaluation)

Seorang kepala sekolah harus mampu untuk melihat secara kritis


terhadap bawahannya dalam hat ini guru untuk penempatan yang
dilakukan sesuai dengan keahliannya agar dapat bekerja secara optimal.

7.4 Faldor-faktor Peningkat dan Penurun Kinerja Guru


Beberapa hal penting berikut akan dapat meningkatkan kineqa guru
dalam melaksanakan tuganya; (1) sikap kooperatif dan suka membantu; (2)
kooperatif dan persuatif orang tua murid; (3) fasilitas yang memadai; (4)
minat mwid terhadap pelajaran sekolah; (5) murid yang sopan; (6)
supervisi membantu; (7) sekolah terorganisir dengan baik; dan (g)
kebijakan yang terformulasi dengan baik dari sekolah.
Di sisi Iain
terdapat juga faktor-faktor yang dapat menurunkan
kinerja guru, yaitu: (l) kurangnya pembebasan dari kontrak dengan murid
sepanjang hari; (2) tugas-tugas administrasi; (3) kurangnya kerja sama dan
dorongan dari kepala sekolah; (4) bangunan sekolah kurang memadai; (5)
kurangnya kerja sama dengan staf; (6) beban mengajar berlebihan; (7) gaji
rendah; dan (8) kurang lengkapnya fasilitas ke{a.
Beberapa faktor ini kerap teiadi di beberapa sekolah di Indonesia,
sehingga seringkali dapat menurunkan kinerja guru. Diharapkan faktor_

1t2
M onaj enen Mas is S e kolah

faktor ini secepat mungkin dieleminasi dan dimengerti oleh gulu, seperti
yang diucapkan oleh Imam Al-Ghazali: 'Makhluk yang paling mulia di
muka bumi ialah manusia. Sedangkan yang pallng mulia penampilannya
ialah kalbunya. Guru atau pengajar selalu menyempurnakan,
mengagungkan dan mensucikan kalbu itu serta menuntunnya unhrk dekat
kepada Allah." sehingga untuk meningkat semangat dan kesadaran kinerja
guru diperlukan sebuah dorongan baik dari intemal dalam pribadi masing
masing individu maupun dari ekternal lingkungan budaya yang
mendukung.

7.5 Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru


Dalam upaya memajukan dan mengembangkan jabatan grru sebagai
jabatan profesional yang dituntut unark berkinerja seoptimal mungkin
berdasarkan kompetensi dan profesionalisme bidangnya, kepala sekolah
sangat berperan didalamnya, dengan memberikan kesempatan dan peluang
serta mengarahkan dan membimbing yangmaksimal dan
berkesinambungan, terhadap guru sebagai stafnya, maka kinerja guru yang
optimal dapat ter*ujud.
Kine{a guru merupakan konsep yang saogat penting rmtuk
diperhatikan oleh kepala sekolah, karena dengan kinerja yang tinggi dapat
mendorong kinerja individu dan kelompok yang akan meningkatkan
efektifitas organisasi. Setiap individu mempunyai kinerja yang berbeda-
beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yangberlaku pada dirinya.
Orientasi kepala sekolah sebagai pemimpin sangadah cocok dengan
misi dari pada sekolah sebagai organisasi terbuka dar, Agent of Change,
yang mana sekolah dituntut inovatii aspimtif dan tanggap terhadap
perkembangan zaman. Kesempatan ini lebih didukung dengan adanya
otonomi pendidikan dengan program Manajemen Berbasis sekolah (Scftool
based Managemen ). Dengan program tersebut kepala sekolah mempunyai
kewenangan yang lebih luas dalam rangka mengelola sekolah, sehingga
dituntut memahami secara komprehensif manajemen sekolah. Kemampuan
manajerial yang tinggi menjadikan sekolah efesien.

113
Manajemn Berbasis Sekolah

Upaya Sekolah dalam meningkatkan kine{a guru harus


menciptakan lingkungan pendidikan yang baru/kondusif dan inovatif
yang dipelopori oleh kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di
lembaga sekolah. Kepala sekoah sebagai pemimpin institusi pendidikan
harus memandu dan membantu pihak lain dalam mengembangkan
karakteristik yang serupa. Sikap tersebut mendorong terciptanya Enggung
jawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan
lingkungan kerja yang interaktif. Dia menggambarkan sebuah gaya
kepemimpinan di mama pemimpin" harus menjalankan dan membicarakan
mutu serta mampu memahami bahwa perubahan te{adi sedikit demi
sedikit, bukan serta merta. Untuk meningkatkan kinerja guru di sekolah
ada hal yang harus dilalarkan oleh kepala sekolah di antaranya:
l. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktivitas penyelesaian
masalah, dengan menggunakan metode ilmiah dasar, prinsip_prinsip
mutu statistik dan kontrol proses
2. Memilih untuk meminta pendapat tentang berbagai hal dan tentang
bagaimana cara mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar
menyampaikan bagaimana seharusnya mereka bersikap
3. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk
membantu pengembangan dan peningkatan komitmen.
4. Menanyakan pendapat staf tentang sistem dan prosedur mana saja
yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu pada para
pelenggan (pelajar, orang tuan dan pabrer ke{a)
5- Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru
tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas ke bawah ( top_
down)
6. Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga
profesional langsung kepada guru dan pekerja teknis.
7. Mengimplementasikan yang sistematis dan kontinyu di antara setiap
orang yang terlibat dalam sekolah
8. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negosiasi
dalam rangka menyelesaikan konflik

114
Manajemm Berbasis Sekolah

9. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban


bagi setiap masalah dan tanpa rasa rendah diri
10. Memberikan teladan yang baik , dengan cara memperlihatkan
karakteristil yang diinginkan dan menggunakan waktu unhrk
melihatJihat situasi dan kondisi dengan mendengarkan keinginan
guru dan staf lainnya
1 Belajar berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos.
1.
12. Memberikan otonomi dan berani mengambil risiko.
13. Manberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu
bagr para pelanggan ekstemal (pelajar, orang tu4 dan lainnya) dan
pada pelanggan intemal (pengajar, anggota dewan guru, dan pekerja
lainnya).

Aspek penting dari peran pemimpin sebagai kepala sekolah dalam


pendidikan adalah memberdayakan para guru dan memberi mereka
wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran yang luas untuk
meningkatkan pembelajaran para pelajar. Kepala sekolah sebagai
pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu para
administrator dan memandu guru untuk bekerja sama dalam memajukan
sekolah/pendidikan.
Dalam menilai keefektifan suatu organisasi termasuk organisasi
sekolah terdapat empat model pendekatan yaitu: pendekatan pencapaian
tujuan (goal attainment), pendekatan sistem yang menekankan stabilitas,
pendekatan konstihrensi strategis yang menekankan terpenuhinya tuntutan
para stakeholder, dan pendekatan nilai-nilai bersaing yang
mempertemukan tiga kriteria yaitu human relation model, open sistem
model, dan rational goal model.
Prilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru
dengan menujukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan
terhadap para guru, baik secara individu maupun sebagai kelompok' Selain
itu ada beberapa fungsi utama pemimpin sebagai kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru Yakni:

115
Manajemet Bobais Sekolah

1. Memiliki visi mutu terpadu bagi intitusi


2. Memiliki komitrnen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
3. Mengkomrmikasikan pesan mutu
4. Memastiakan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan
praktik insitusi
5. Mengarahkan perkembangan karyawan
6. Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain saat persoalan
muncul tanpa bukti yang nyata
7. Menciptakan dan Memimpin inovasi dalam institusi
8. Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah
mendefinisikan tanggung jawab dan mampu mempersiapkan
delegasi yang tepat
9. Memiliki komitmen unhrk menghilangkan rintangan, baik yang
bersifat organisasional atau kultural.
l0.Membangun tim yang efektif
I l.Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan
mengeYaluasi kesuksesan.

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa efektivitas


kepemimpinan adalah derajat keberhasilan seorang pemimpin dalam
mencapai tujuan organisasi dengan cara mempengaruhi pengikutnya
mglxlui lomlinasi ideal antara orientasi pada tugas dan penekanan pada
hubungan kemanusiaan sesuai dengan situasi yang dihadapi. Keterkaitan
antara kepemimpinatr kepala sekolah dengan kine{a guru bisa dikatakan
berhasil apabila kepemimpinan kepala sekolah maka makin baik pula
kine{a seorang gurq seh.ingga sekolah dapat mewujudkan dan
menciptakan suasana yang stabil, integritas, voluntaritas, dan prestasi
(achievement) atas sasaran administratif dan edukatif.

116
Manaj emen Befi asis S ekolah

BAGIAN VIII
PENGEMBANGAN DAVA PENDIDIK DALiAM
'UMBER
MENTNGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

8.1 Pengertian Pengembangan Sumber Daya Pendidik


Kemampuan setiap pendidik tidaklah sama. Hal ini merupakan
dilema di dalam mencapai tujuan pendidikan secara umum. Pendidik
dituntut untuk tanggap terhadap perubahan yang te{adi padamasyarakat,
sebagai akibat dari kemajuan arus informasi dan perkembangan Iptek'
Pengembangan sumberdaya pendidik dapat dilakukan oleh dirisendiri,
melalui kegigihan dalam melaksanakan tugasnya. Dipihak lain pendidik
sebagai personil di sekolah, merupakan bawahan kepala sekolah' Secara
langsung kepala sekolah berkewajiban mengembangkankemampuan
professional pendidik.
Fukry Gaffar berpendapat bahwa konsep pengembangan
professional mengandung dua arti, yaitu (1) dikaitkan dengan usaha
peningkatan kemampuan professional yang dapat dilakukan secara
independen pada tingkat sekolah oleh individu masing-masing dan (2)
dikaitkan dengan jenjang karir kepegawaian dan ini harus dipolakan dari
tingkat yang lebih tinggi.
Pendidik sebagai profesi merupakan peke{aan yang memrntut
keahlian tertenhr. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional,
Peratumn Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dinyatakan bahwa
standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat
kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam khe{a guru'
Standar kompetensi ini merupakan kompetensi minimum yang harus
dimiliki seorang pendidik.
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas harus mampu
menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi, baik perubahan
teknologi, ilmu pengetahuan, maupun stmknr ketenagakerjaan' Pendidik

717
Mawj em n Befi as is Sekolah

sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di sekolah memiliki


tanggungiawab untuk mengatasi perubahan tersebut. Sebagaimana
dinyatakan Craft bahwa pendidik saat ini dihadapkan pada perubahan yang
cepat, permintaan standar yang tinggi, dan tuntutan peningkatan mutu,
sehingga mengharuskan guru untuk menE-update dan meningkatkan
keterampilan mereka melalui pembelajaran. Menurut Bybee dan Loucks-
Horsley pengembangan keprofesionalan merupakan peluang bagi para
pendidik untuk mempelajari apa yatg dibutulkan untuk mengetahui dan
apa yang dapat dilalarkan untuk membantu peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Pendapat ini menunjukkan bahwa pendidik
dinmtut untuk melakukan pengembangan diri agar mampu beradaptasi
terhadap perubahan yang te{adi dalam melaksanakan tugasnya. Dengan
demikian, pengembangan sumber dayapendidik merupakan salah satu
bagian dari pengembangan personil yang tidak dapat dipisahkan dari peran
sekolah.
Menurut Finch dan McGough, pengembangan personil (personnel
development) merupakan bagian penting dalam pendidikan, terutama bagi
pendidik dalam rangka peningkatan keterampilannya. pendapat senada
disampaikan Brown bahwa pengembangan sumber daya pendidik
merupakan proses kegiatan belajar yang diikuti pendidik untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Uraian di atas dapat
disimpulkan balwa pengembangan sumber daya pendidik dalam
pendidikan dipengaruhi berbagai aspek, antara lain: kebutuha:r akan
peningkatan kompetensi pendidik baik pengetahuan teori dan prakti!
kemandirian pendidik untuk melaksanakan pengembangan
keprofesionalan, dukungan sumber daya untuk melaksanakan
pengembangan keprofesionalan, kemauan pendidik sebagai pembelajar,
dan kemampuan pendidik dalam mengaktualisasikan hasil pengembangan
keprofesionalan yang ditunjukkan melalui kinerja guru dan keefektifan
pendidik dalam melaksanakan tugasnya.
Menurut Merriam terdapat lima dasar pembelajaran andragogi bagi
ora::g dewasa sebagai pembelajar, yaitu: (1) mempunyai konsep _dii (self_
concept) ymgbebas yang mengarahkan untuk belajar mandiri, (2) mampu

118
Manaj emn Bobais Sekolah

mengakumulasikan pengalaman hidup yang dimiliki sebagai sumber daya


untuk belajar, (3) memiliki keingiran belajar yang kuat dalam rangka
perubahan sosial, (4) berorientasi pada masalah dan ketertarikan rmtuk
menerapkan pengetaht rn yang diperolehnya, dan (5) termotivasi untuk
belajar karena faktor intemal daripada faktor ekstemal. Pendapat senada
disampaikan Gordon beberapa prinsip pembelajaran orang dewasa dalam
rangka pengembangan keprofesionalan bagi pendidit antara lain: orang
dewasa termotivasi unhrk belajar jika pembelajaran yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan minat pribadi atau kehidupan
kerja merek4 orang dewasa mempertimbangkan pengalaman hidup dan
pengetahuan yang dimiliki dalam pembelajaran, orang dewasa akan belajar
dengan baik jika terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, orang
dewasa memiliki berbagai gaya belajar, peningkatan kebutuhan melalui
kegiatrrn self-directed (marildii) dapat meningkatkan kepribadian dan
kemampuan profesional, dan orang dewasa yang belajar memerlukan
afiliasi. Pendapat di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran orang
dewasa, dalam hal ini pendidik sebagai pembelajar, akan dapat
berlangsrmg jika pendidik memiliki motivasi intemal yang kuat rmtuk
mengembangkan kompetensi dan pengalaman dirinya.
Pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa di atas selaras dengan
proses pengembangan sumber daya pendidik. Menurut Guskey
pengembangan sumber daya pendidik merupakan proses dan kegiatan
yang direncanakan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap bagi pendidik untuk memperbaiki kualitas belajar siswa' Zhao
memaknai pengembangan sumber daya pendidik sebagai kegiatan promosi
pendidikan sendii (self-education) dan proses pembelajaran bagi guru
dengan berpartisipasi dalam berbagai pendidikan lanjutan untuk
meningkatan pengetahuan (htow'ledge), keterampilan (shl/s,), dan sikap
(attitudes) yang terkait dengan pengetahuan dasar, mengajar, administrasi,
dan kerjasama dalam mengajar. Untuk memastilan bahwa pengembangan
keprofesionalan melekat dengan kebutuhan pendidik, menurut Diaz-
Miggioli tergantung pada tingkat kesadaran masing-masing pendidik'
Terdapat empat jenis kebutuhan kesadaran pendidik dalam rangka

1t9
Manajem et B erbas k S ekolah

pengembangan sumber daya pendidilq yaitu: kesadaran te]FJlis (teclmical


awareness), kesadaran prlbadt (personal awareness), kesadaran terhadap
masalah (problemdtic awareness), dan kesadarat kitis (criticat
awareness).
Trorey menjelaskan pengembangan sumber daya pendidik berkaitan
dengan pengembangan diri secara pribadi. Pengembangan ini melibatkan
pengembangan kemampuan pendidik yang akan berguna bagi dirinya
dalam berbagai situasi. Pendapat senada di atas juga disampaikan Day
yang menguraikan orientasi dan kemanfaatan pengembangan
keprofesionalan terhadap karier pendidik dalam jangka panjang. Secara
individu, pengembangan sumber dayapendidik dapat meningkatkan
motivasi, efisiensi{iri (self-eficimcy), kecerdasan emosional, dan
membangun kepercayaan diri, serta dalam implementasinya dapat
meningkatkan pengetahuan dit'r (content), pengetahuan pedagogis dan
keterampilan, dan strategi dalam pembelajaran.

8.2 Urgensi Pengembangan Sumber Daya Pendidik


Secara umum tujuan pengembangan sumber daya manusia
(pendidik) menurut Wherther dan Davis " tlte purpose of human resout.ces
managemenl is to improve the productive contibutiotr of people to the
orga.nization in an etltical and sosially responsible way,,. Sementara itu
secara rinci Wherther dan Davis menyatakan bahwa tujuan dari pada
manajemen sumberdaya manusia adalah:
1) Societal objective. To be ethicaliy and sosially responsible to tJIe
needs and challange of society while minimizing the negative
impact of such demand upon thr organization
2) Organizational objective. To recognize that human resource
management exists to contribute to organizational effectiveness.
Human resource management is not an end in itself; it is only a
means to assist the organization with its primary objectives. Simply
stated, the departement exists to serve the rest of the organization
3) Functional objective. To maintain the department,s contribution at a
level appropriate to the organization,s needs. Resourcesare wasted

t20
Manajerncr Berbasis Sekolah

when human resource management is more or less sophisticated


than the organization demand. The department's level of service
must be tailored to the organization it sewe
4) Personal objective. To assisst employees in achieving their personal
goal, at least insofar as these goals enhance the individual's
contribution to the organization. Personal objective of employees
must be met if workers are to be maintained, retained, and
motivated. Otherwise, employee performance and satisfaction may
decline, and employees may leave the organization"

Menurut Schuller dan Jackson Manajemen Sumber Daya Manusia


merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan, besar
atau kecil, apapun jenis industrinya. Aspek Manajemen Sr'tmberdaya
Manusia menduduki posisi penting dalam suatu perusahaan/organisasi
jasa
karena setiap organisasi terbentuk oleh orang-orang, menggunakan
mereka, mengembangkan keterampilan mereka, mendorong mereka untuk
berkinerja tinggi, dan menjamin mereka untuk terus memelihara komitrnen
pada organisasi merupakan faklor yang sangat penting dalam pencapaian
tujuan organisasi.
Pengembangan sumber daya pendidik merupakan proses belajar
lanjut yang dibutuhkan bagi pendidik untuk meningkatkan kompetensi dan
keahlian dalam rangka melaksanakan hrgas profesinya sebagai pendidik'
Secara singkat, Zapeda menyatakan: "... professional development is
leaning and learuing ...". Sebagai pembelajaran kemampuan profesional
(professional leanring), pengembangan keprofesionalan memberikan
manfaat yang sangat bermakna bagi pendidik sebagaimana dinyatakan
Feiman-Nemser dan Tummons yang dikutip Steward. Feiman-Nemser
telah mengidentifikasi empat manfaat yang dapat diambil pendidik dalam
melaksanakan tugasnya, yaitt'. extend and deepen subiect-matter
hrowledge for teach rg; extend and refne repertoire in curuiculum'
instnrction and assessment; strertgthe skitls and dispositions to study dnd
improve teaching; and expend responsibilities and develop leadership
shl/s. Uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pengembangan sumber daya

t21
Maaajemetr Babasis Sekohh

pendidik sebagai bagian dari proses pembelajaran kemampuan profesional


bagi pendidik memberikan manfaat peningkatan dan penguatan terhadap
keablian, tugas dan karier pendidik dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Dengan demikian, kecermatan dalam memilih dan menetapkan
kegiatan pengembangan keprofesionalan diperlukan bagi pendidik.
Berbagai pengertian, pendapat, dan rumusan di atas dapat
disimpulkan bahwa kegiatan pengembangan sumber daya pendidik
merupakan indikator untukmengetahui ketercapaian pelaksanaan
pengembangan kemampuan profesional bagi pendidik. Jika para pendidik
mampu merencanakan dan merancang dengan tahapan secara tepat dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam pengembangan keprofesionalan,
tentunya pendidik akan memiliki kemandirian yang tinggi dalam
pengembangan kemampuan profesional dirinya.
Menurut Tummons sebagaimana dikutip Steward menyampaikan
delapan manfaat yang dapat digunakan pendapat untuk mengikuti
pengembangan keprofesionalan, y^it[: to update subject-specialist
lcttowledge; to td.ke account of changes to the cut riculunt; to update
organisational and procedural lvtowledge; to enhance employment
prospect; to take account of technology changes, to take accoant
legislative changes; to maintain a licence to practice; and to stay
fresh
and involved- Hal ini berarti bahwa pengembangan sumber daya pendidik
sebagai bagian dari proses pembelajaran keprofesionalan bagi gwu
memberilan manfaat peningkatan dan penguatan terhadap keahlian, tugas
dan karier pendidik dalam menghadapi perubahan yang te4'adi, sehingga
kegiatan pengembangan keprofesionalan diperlukan bagi pendidik.
Menurut Randall S. Schuler, terdapat tiga tujuan utama
dalammanajemen sumber daya manusia, yaitu:
a. To attract potentially qualiJied job applicants;
b. To retain desir.able employees, and
c. To motivatte emlpoyees

Berdasarkan pemyataan Randali S. Schuller di atas, maka tujuan


pelaksanaan manajemen sumber daya manusia dalam bidang pendidikan

122
Marujemn Berbasis Sekohh

adalah untuk menarik pelamar yang memiliki kualifikasi sebagai tenaga


kependidikan, unhrk memperoleh tenaga kependidikan yang diharapkan,
dan untuk memotivasi tenaga kependidikan.
Adapun target yang ingin diraih dalam manajemen sumber daya
manusia adalah:
a. Produktivitas (ProductivitY)
Tanpa diragukan lagi bahwa produktivitas merupakan tujuan yang
pentingdariorganisasi. Melalui manajemen sumber daya manusia,
sebuah lembaga atauorganisasi dapat memperbaiki produltivitas,
baik lembaga atau karyawannya,seperti meningkatnya kinerja
karyawan, mengurangi kemangkiran, danmengurangi mutasi, pindah
atau pelarian kerja.
b. Kualitas kehidupa*e4a (Quality of wo* life)
Kualitas suatu lembaga atau organisasi akan berpengaruh terhadap
kinerjapegawai. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan
kualitas kerja, makaperlu dilakukan hal-hal seperti: meningkatkan
keterlibatan karyawan, meningkatkan kepuasan (satisfaction) ke{a
karyawan, mengurangi stress, danmengurangi kecelakaan rlan
karyawan yang sakit.
c. Perlindungan H:uklurm Qegal Complience)
Dalam memanaj karyawan, sebuah organisasi harus memenuhinya
denganbeberapa undang-undang, aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
dan keputusanyang adil. Perlindungan hukum ini diperlukan agal
dapat mengurangi biaya kesehatan, menguamgi hilangnya berbagai
kontralg dan mempertinggi kepercayaan masyarakat dan reputasi
umum.

Menurut Veithzal, tujuan akhir dari manajemen sumber daya


manusia adalah 1 ) peningkatan efi siensi, 2) peningkatan efektivitas, 3)
peningkatan produktivitas, 4) rendahnya tingkat perpindahan pegawai' 5)
rendahnya tingkat absensi, 6) tingginya kepuasan kerja karyawan 7)
tingginyakualitas pelayanan, 8) rendahtya komplaln dari pelanggan, dan 9)
meningkatnyabisnis perusahaan.

723
Manajernefi Bobqsit Seholah

Lingkungan eksternal organisasi saat ini mengalami perubahan yang


sangat cepat. Perubahan tersebut menuntut setiap organisasi untuk terus
mengembangkan sumber daya yang dimilikinya, terutama sumber daya
manusia.
Lembaga pendidikan sebagai organisasi tidak bisa melepaskan diri
dari tuntutan perubahan tersebut. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus
melakr"rkan pengelolaan seluruh aspek pendidikan secara terarah, terencana
dan terpadu secara sistemik. Selaras dengan itu
Syafaruddin
mengemukakan bahwa pendidikan menjadi wahana skategis dalam proses
mencerdaskan bangsasecara berkelanjutan. Guru, sebagai salah satu
pelaksana pendidikan mempunyai peran penting. Guru adalah ujung
tombak dalam pelaksanaan pendiditan nasional. Oleh karena itu,
pengelolaan guru sebagai salah satu tenaga kependidikan harus dilakukan
secara profesional. Dari mulai mempersiapkan calon pendidik melalui
proses pendidikan guu, proses seleksi, penempatan, pembinaan dan
pengembangan guru harus terus dipantau dalam perkembangan masyarakat
yang sangat cepat.
Profesionalisme harus terus ditingkatkan sejalan dengan
perkembangan zaman yang terus berubah. Selanjutnya Syafaruddin dengan
mengutippendapat UNESCO mengatakan bahwa tenaga kependidikan
(ruman resources)pada setiap sekolah menjadi faktor kunci dalam
memfi.rngsikan sumber dayapendidikan lainnya dalam mencapai tujuan
pendidikan. Unhrk meningkatankualitas pendidikan harus dimulai dari
peningkatan kualitas pengelolaan tenagakependidikannya.
Menurut Veithzal Rivai, manajemen sumber daya manusia memiliki
Iingsi-fungsi sebagaimana manajemen umum. Fungsi-fungsi tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Manajerial, yang terdiri dari:
1) Perencanaan (planning)
2) Pengorganisasian (organization)
3) P engarahan (di re c ting)
4) Pengendalian (con trclling)

r24
Marujenen Babak Sekolah

b. Fungsi Operasional, yang terdiri dari


1) Pengadaan tenaga kerja
2) Pengembangan
3) Kompensasi
4) Pengintegrasian
5) Pemeliharaan
6) Pemutusan hubungan kerja

kbih lanjut, Veitlzal menyatakan bahwa dalam manjemen sumber


daya manusia, selain fungsi manajerial dan fungsi operasional di
dalampenerapannya harus diperhatikan pula prinsip-prinsip manajemen
sumber dayamanusia. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) prinsip
kemanusiaan,2) prinsipdemokasi, 3) prinsip the ight man is the ight
place, 4) pinsip equal pay forequal worft, 5) prinsip kesatuan arah, 6)
prinsip kesatuan komando, 7) prinsipefisiensi, 8) prinsip efektivitas, 9)
prhsip produktivitas kerja, 10) prinsip disiplin, dan l1) prinsip wewenang
dan tanggung jawab.
Manajemen sumber daya manusia berperan dalam pencapaian
tujuan perusahaan secara terpadu. Manajemen sumber daya manusia tidak
hanya memperhatikan kepentingan perusahaan, tetapi juga memperhatikan
kebutuhan karyawan dan tuntutan masyarakat luas. Peranan manajemen
sumber daya manusia adalah mempertemukan atau memadukan ketiga
kepentingan tersebut, yaitu kepentingan perusahaan, karyawan dan
masyarakat luas, menuju tercapainya efektifitas, efisiensi, produktivitas
dan kine{a perusahaan.
Sementara Randall S. Schuler menjelaskan bahwa fungsi
manajemen sumber daya manusia adalah menjalankan aktivitas-aktivitas
sebagai berikut:
1) Planning for human resoutces needs
2) Staffing the organization's personnel needs
3) Appraising and compensating employee behavior
4) Improving employees and the work environment
5) Establishing and maintaing effective working relationship

725
Maxajemn Berbasis Sekolah

Gomes, secara umum akfivitas-aktivitas manajemen sumberdaya


manusia itu mencakup l) rancangan organisasi, 2) Staffrng, 3) Sistem
reword, tmjangantunjangan dan pematuhan/compliance 4) manajemen
performance, 5) pengembangan pekerja dan organisasi 6) komunikasi
danhubungan masyarakat.
Dari beberapa pendapat mengenai aktivitas-aktivitas manajemen
sumber daya manusia di atas, penulis melakukan sisntesis, sehingga
aktivitas-aktivitas yang ada dalam manajemen sumber daya manusia di
bidang pendidikan (pengelolaan tenaga kependidikan) itu terdiri dari: l)
perencanaan sumber daya manusia, 2) penataan sumber daya manusi4 3)
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, 4) penilaian kinerja
dan pengkompensasian, 5) pemotivasian, kepuasan kefa dan produktivitas
kerja sumber daya manusia kependidikan

8.3 Ruang Lingkup Pengembangan Sumber Daya pendidik


Pengembangan sumber daya pendidik menurut Siswanto adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian aktivitas tenaga ke{a mulai dari rekruitmen sampai dengan
pensiun di mana proses pengambilan keputusan-keputusannya didasa.rkan
pada informasi kebuhrhan kompetensi jabatan dan kompetensi individu
untuk mencapai tujuan perusahaan.
Ruang lingkup pengembangan sumber daya pendidik, meliputi: (l)
perencanaan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan strategi belajar
efektif, (2) mengelola kegiatan belajar mengajar yang menantang dan
menarik, (3) menilai kemajuan belajar siswa, (4) memberikan umpan
balik, (5) membuat dan menggunakan alat Bantu belajar mengajar, (6)
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan media pengajaran,
(7) membimbing dan melayani siswa yang mengalami kesulitan belajar,
(8) mengelola kelas sehingga tercipta suasana betajar yang kondusil dan
(9) menlusun dan mengelola catatan kemajuan anak. Dengan demikian
pengembangan sumber daya pendidik adalah upaya perbaikan kelemahan,
yang dilakukan kepada bawahan (rermasuk pendidik), mengacu kepada
kepentingan organisasi. Pengembangan sumber daya pendidik mengacu

126
Matajemn Betbasb Sekolah

pada tugas dan tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar.
Ada empat komponen penting dalam pengembangan sumber daya
pendidik, yaitu (a) mengadopsi pendekatan strategis dalam perencanium
sumber daya manusia, (b) memperoleh dan mengembangkan staf yang
sesuai dengan kebutuhan dasar organisasi, (c) mengembangkan budaya
organisasi yang berorientasi pada kine{a, dan (d) menjaga terpeliharanya
prinsip-prinsip prestasi (merit prin ciples).
Secara lebih terperinci, ruang lingkup pengembangan sumber daya
manusia, yang dalam hal ini adalah pendidik, meliputi:
l) Analisis Jabatan
Analisis jabatan merupakan kegiatan yang berfirngsi unn*
membantu pelaksanaan manajemen dalam rekrutmen pegawai
sebagai upaya menyediakan kebutuhan pegawai. Mangkunegara
berpendapat bahwa analisis jabatan didasarkan pada jenis pekerjaan,
sifat peke{aan, perkiraan beban kerja, perkiraan kapasitas pegawai'
jenjang dan jumlah jabatan yang tersedia, dan alat yang diperlukan
dalam pelaksanaannya. Proses menghimpun informasi setiap
jabatan, mempelajari berbagai informasi yang berhubungan dengan
pekerjaan secara operasional dan tanggung jawabnya, dan menyusun
informasi berkenaan tugas, jenis pekerjaan, dan tanggung jawab
yang bersifat khusus merupakan kegiatan yang dilakr.rkan dalam
analisis jabatan.
Nitisemito berpendapat analisis jabatan sebagai pedoman bagi
penerimaan dan penempatan, penentuan jumlah karyawan, dan
landasan kegiatan dalam MSDM. Analisis jabatan sebagai pedoman
untuk menentukan syarat-syarat yang diperlukakan dalam
penerimaan dan penempatan pegawai. Ketepatan penerimaan dan
penempatan pegawai dipengaruhi oleh syarat yang dimiliki oleh
pegawai. Penentuan jumlah karyawan dapat diketahui dengan uraian
jabatan dan pengembangan dan penetapan standar jabatan' Analisis
jabatan merupakan pedoman dalam kegiatan MSDM lail yaitu
mutasi, promosi, petatihan, kompensasi, dan kebutuhan peralatan'

127
Manajemot Berbasis Sekolah

Analisis jabatan diasumsikan dapat mengetahui kondisi tentang


secara rinci jabatan.
Informasi yang diperoleh dari analisajabatan adalah:
a. Nama jabatan, lokasi keq'a, dan upah rata-rata,
b. Hubungan ke{a dan posisi dalam organisasi,
c. Tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang dibebankan
pada pemangku jabatan,
d. Peralatan dan bahan yang digunakan,
e. Kondisi lingkungan tempat kerja dan resiko ke{a,
f. Persyaratan fisik, mental, pengetahuan, dan pendidikan.

2) Seleksi Pegawai
Seleksi pegawai adalah suatu proses untuk mencmi calon atau
kandidat pegawai untuk memenuhi kebutuhan SDM organisasi.
Greer mengemukakan: Excellent selection procedures are essential
for obtaining a worlcforce that can become a source of competitive
advantage. Wile training and employee development also are
citical, it is very dfficult to overcome the buib-in headwind of
poorly qualified or mismatched employees. Furthermore, while
some skill deficiencies can be overcome by training, the additional
fnancial outlays required to mak upfor poor selection can place a
firm at a disadvantage to its customers- High performfug companies
are very selective in their staffing decisions.
Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur
pilitran yang baik diharapkan mendapatkan pegawai yang dapat
menjadi sumber manfaat dengan kompetisi yang dimilikinya.
Sementara itu latihan dan pengembangan juga bersifat kritis, hal
tersebut digunakan untuk memenuhi syarat pegawai. Keahlian yang
dimiliki pegawai dapat ditingkatkan dengan latihan, tambahan
pengeluaran anggaran diperlukan untuk mengejar ketertinggalan
organisasi dalam pelaksanaan latihan. Organisasi yang kompleks
sangat selektif dengan keputusan susunan pegawai mereka.

128
Manaj enen Masis S ekola h

Armstrong berpendapat proses seleksi mencakup defining


requfuements, attracting candidates, dan selecting candidates.
Deskripsi persyaratan malcakup persiapan deskripsi peke{aan dan
spesifrkasi, penetapan terminologi, dan kondisi pegawai. Menarik
kandidat mencakup meninjau ulang dan mengevaluasi altematif
sumber daya pelamar, kemampuan intem dan ekstern organisasi,
publikasi seleksi, dan menggunakan biro jasa konsultan. Seleksi
kandidat mencakup menyeleksi pelamar, wawancara, tes,
memprediksi kompetensi kandidat, menawarkan pekerjaan, dan
menyiapkan kontrak pegawai.
Seleksi pegawai adalah suatu proses menemukan pegawai yang
tepat dari sekian banyak kandidat atau calon yang ada. Tahap awal
yang perlu dilakukan setelah menerima berkas lamaran adalah
melihat daftar riwayat hidup (cuniculum vittae) milik pelamar.
Kemudian dari curriculum vittae pelamar dilakukan penyortiran
antara pelamar yang akan dipanggil dengan yang gagal memenuhi
standar suatu pekerjaan. Lalu berikutnya adalah memanggil kandidat
terpilih untuk dilakukan ujian test tertulis, wawancara kerja
(interview), dan proses seleksi lainnya.
Seleksi guru memperhatikan kompetensi akademik dan

kemampuan bidang studi, keterampilan berkomunikasi, dan

kemampuan pedagogis. Kriteria seleksi menekankan pada faktor


personal. Kegiatan identifikasi dan penenh.ran kriteria seleki, kepala
sekolah perlu membentuk tim seleksi yang termasuk dalam hal ini
Kapala Dinas Pendidikan dan perwakilan kepala sekolah. Proses
seleksi menjadi pegawai berkisar tentang tingkat kompetensi yang
dites. Domain keterampilan guru mencakup keterampilan dasar
(basic skill), pendidikan umum (general education), pendidikan
profesional (professional education), dan spesialisasi lingkup bidang
studi (subject field specialization).
Kepala sekolah dan tim seleki menyusun wawasan tentang
deskripsi ke{a kepegawaian. Karris dalam Tim Pakar Manajemen
Pendidikan mengemukakan deskripsi kerja mencakup pandangan

t29
Manaj enen Ber ba k Se kola h

tentang kebutuhan keda, bidang ke{a, inlormasi tentang latar


belakang masyarakat dan sekolah, deskipsi umum tentang posisi
kerja yang ditawarkan dan tanggung jawabnya, kaitan guru yang
dibutuhkan dengan sistem sekolah, keuntungan yang diperoleh dari
posisi yang ditawarkan, kualifikasi yang disyaratkan, dan hal-hal
khusus dalam kepegawaian seperti kontrak ke{a, gaji, dan hari libur.

3) Orientasi dan Penempatan


Setelah kriteria seleksi ditentukan, tim seleksi menentukan
prosedu penempatan bagi calon yang memenuhi kritena dan
memprogmrn kegiatan orientasi. Tujuan orientasi adalah untuk
membantu karyawan baru membuat penyesuaian yang baik di
tempat kerja. Berdasarkan hal tersebut sekolah perlu mengadakan
kegiatan orientasi walaupun hanya bersifat sepintas, karena dengan
orientasi guru baru mengetahui kondisi sekolah sehingga diharapkan
dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekolah.
Orientasi memungkinkan guru dan pegawai baru akrab dengan
lingkungan sekolah dan mendapatkan rasa memiliki yang
merupakan bibit dari komitrnen terhadap sekolah. Sasaran utama
orientasi di tempat kerja adalah untuk:
a. Membuat karyawan baru merasa diterima dan nyaman,
b. Menciptakan persepsi positif te*adap organisasi,
c. Mengkomunikasikan prosedur dasar organisasi kepada karyawan
baru,
d. Membentuk dasar untuk pelatihan berkelanjutan,
e. Mengkonfirmasikan keputusan karyawan untuk bergabung
dengan organisasi,
f. Memulai proses pengintegrasian karyawan baru ke dalam
angkatan kerja organisasi.

Prosedur yang dapat digunakan untuk menentukan penempatan


pegawai ialah dengan ujian penempatan dan interveiw personal.
Ujian penempatan berhtjuan untuk menyaring dan menentukan siapa

130
Manajenen Bobasis Sekolah

yang seharusnya diundang untuk interview. Informasi yang perlu


disampaikan dan dianalisis dalam kaitan dengan penempatan
mencakup usia, jenis kelamin, dan status keluarga.
Sesudah calon pendidik diterima maka proses selanjutnya
ditempatkan dan orientasi. Penempatan dilakukan setelah program
analisis untuk persiapan penempatan, sehingga calon pendidik dapat
dibantu untuk orientasi di lingkungan sekolah. Aspek yang perlu
tlikenalkan ialah karakteristik masyarakat, sistem sekolah,
kedudukan dalam proses pembelajaran, dan pegawai lain yang
berhubungan dengan bidang pekerjaannya.

4) Pelatihan
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus
menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya'
Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada
di bidangnya masing-masing serta
dapat lebih menguasai dan ahli
meningkatkan kinerja yang ada. Pelatihan merupakan proses
membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas dalam
pekedaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui
pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan,
pengetahuan, dan sikap yang layak- Dengan begitu proses
pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi sangat penting mulai
dari karyawan pada tingkat rendah maupun yang tinggr' Samsudin
mengemukakan pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
benifat spesifiJg praktis, dan segera.
Pelatihan bersifat spesifik berhubungan dengan bidang pekerjaan
yang dilakukan. Praktis dan segera berarti yang sudah dilatih dapat
dipraktikkan. Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan kerja dalam waktu relatif singkat'
Pelatihan berupaya menyiapkan pegawai untuk melakukan
pekerjaan yang dihadapi sehingga dapat mengembangkan kine{anya
menjadi lebih baik secara kontinlT r. Sikula mengemukakan
developnent is a longterm educational process utilizing a systematic

131
Maaajemar Befi asis Sekolah

and organbed procedure by which manageial persontel leant


co ceptual and theoitical knowletlge for general pufpose.
Pengembangan merupakan proses pendidikan jangka panjang secara
sistematik dan mengorganisir prosedur yang mana managerial
pribadi tiap pegawai mempelajari konseptual dan pengetahuan
teoritis untuk tujuan umum organisasi.
Metode pelatihan yang dapat dilaksanakan oleh sekolah untuk
meningkatkan kualitas guru dan pegawai adalah:
a. Metode on the job training, guru dan pegawai baru mempelajari
pekerjaannya dengan mengamati guru dan pegawai lainnya yang
sedang melakukan pekerjaan. Guru dan pegawai senior
memberikan pengetahuan dari pengalamannya,
b. Metode vestibule (balai), suatu ruangan terpisah yang disediakan
untuk tempat pelatihan bagi guru dan pegawai baru, dilaksanakan
dengan jumlah peserta yang banyak, dan diawasi oleh seorang
instruktur,
c. Metode ruang kelas, merupakan metode pelatiahn yang
dilakukan di dalam kelas yaitu dengan format kegiatan kuliah,
konferensi, studi kasus, bermain peran, dan pengajaran
berprograrn Qt ro grammed instru ctio n) -

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah


yang sesuai untuk melaksanakan pelatihan bagi guru. Forum MGMp
memungkinkan guru untuk bermusyawarah memecahkan masalah
yang dihadapi oleh guru baik dalam penanganan siswa maupun
dalam kegiatan pembelajarn sehingga program-program yang
disusun sesuai dengan kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik.
Sesuai dengan pendapat Achmad yang mengemulakan fi.rngsi
MGMP adalah (1) meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme
guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian atau evaluasi
pembelajaran di kelas, sehingga mampu mengupayakan peningkatan
dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah, (2) mengupayakan
lokakarya, simposium dan sejenisnya atas dasar inovasi pengelolaan

132
Manajemm Befiask Sekolah

kelas, dan manajemen pembelajaran efektif, seperti PAKEM


@endekatan Aktif, Kreatif, Efektii dan Menyenangkan), hasil
classroom action research, dan hasil studi komparasi atau berbagai
studi informasi dari berbagai narasumber.
MGMP berupaya memberikan bantuan kepada guu-guru
khususnya menyangkut materi pernbelajaran, metodologi, sistem
evaluasi, dan sarana penunjang. Pelaksanaan kegiatan MGMP
membutuhkan kerja sama antara guru mata pelajaran dengan guru
mata pelajaran yang berbeda sehingga dapat menambah pengalaman
dan motivasi guru dalam melaksanakan MGMP. Ke{a sama lintas
disiplin mata pelajaran diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan kualitas guru yang dapat dijadikan bekal untuk melaksanakan
proses pembelajaran. Kegiatan MGMP merupakan satu kesatuan
dengan tugas dan profesi guru dalam usaha meningkatkan
kemampuan dan keterampilan untuk menunjang kegiatan
pembelajaran.

5) Mutasi
Proses kegiatan memindahkan pegawai dari suatu pekerjaan ke
peke{aan lain yang dianggap setingkat merupakan kegiatan mutasi-
Nitisemito berpendapat kegiatan mutasi dilakukan mtuk
melaksanakan prinsip menempatkan pegawai tepat pada tempat
tepat. Mutasi didasarkan pada beberapa alasan yaitu kemampuan
keri4 rasa tanggung jawab, dan kesenangan. Diharapkan dengan
mutasi pegawai melaksanakan pekerjaan dengan efektif, efisien, dan
dapat meningkatkan kinerjanya. Meskipun demikian harus
diperhatikan, pegawai dapat salah persepsi yang berasumsi bahwa
mutasi sebagai hukuman. Hal tersebut dapat berakibat memrrunnya
efektifitas, efrsiensi, dan kinerja pegawai.
Mutasi dapat bersumber dari manajemen dan pegawai sendiri'
MSDM merupakan sumber sentral dalam pengambilan keputusan
dan penentuan segala kebijakan yang berhubungan dengan masalah
kepegawaian. Gagasan mutasi berasal dari keinginan pegawai

133
Manajemen B*basis Sekolah

dengan mengajukan keinginannya untuk dipindahkan ke tempat


kerja yang ada dalam organisasinya. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 41
ayat 2 menjelaskan bahwa pengangkatan, penempatan, dan
penyebaran pendidik, dan tenaga kependidikan diatw oleh lembaga
yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan
formal. Penyebaran tenaga pendidik dilakukan sebagai upaya
pemerataan dan mutu tenaga pengajar.
Mutasi selain memperhatikan dari kepentingan individu guru
juga harus memperhatikan faktor lain seperti kemampuan
penggajian lembaga yang akan dituju, penyebaran guu, dan
kebutuhan akan guru. Memperhatikan fakor tersebut diharapkan
tidak te{adinya kesenjanganjumlah guru antara sekolah satu dengan
sekolah yang lain. Sekolah tertentu memiliki guru yang berlebihan
sedangkan sekolah lain kekurangan jumlah guru, maka dengan
mutasi yang efektif diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut.

6) Promosi
Motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi
akif dan meningkatkan kualitasnya dalam suatu organisasi adalah
kesempatan untuk maju. Samsudin berpendapat promosi merupakan
perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang memiliki status
dan tanggung jawab lebih tinggi. promosi dilah.rkan berritik tolak
pada kepentingan organisasi. Guru yang berpresasi dapat
dipromosikan menjadi kepala sekolah atau pengawas.
Promosi yang didasarkan kepada senioritas dihitung dari
lamanya beke{a. Organisasi menempuh cara ini menurut Handoko
dengan pertimbangan:
a. Sebagai penghargaan atas jasa seseorang paling sedikit dilihat
dari segi loyalitas kepada organisasi,
b. Penilaian biasa bersifat objektif dengan membandingkan masa
kefa

134
M arcj aaen Betbasis S e kolah

c- Mendorong organisasi untuk mengembangkan karyawan untuk


dipromosikan.

Seorang pendidi dapat dipromosikan harus memperhatikan


berbagai faktor yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, loyalitas'
kejujuran, tanggung jawab, kecakapan berkomunikasi, prestasi
kerja, dan tingkat kreatifitas. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilaksanakanmya evaluasi sehingga dapat diketahui siapa yang
dapat dipromosikan. Pelaksanaan evaluasi menggunakan pedoman
dan dilaksanakan secara sistematis, komprehensif, dan objektif'
Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dipromosikan juga harus
jelas, sekolah dan dims memberi kesempat n yang sama dan
menunjang kegiatan untuk memenuhi persyaratan tersebut Calon
yang akan dipromosikan juga dipersiapkan dengan teliti,
kemampuan, bakat, dan minat merupakan prioritas yang penting
untuk diperhatikan.

7) Kompensasi
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara
teratur dari organisasi. Ulrich mengemukakan:
Compensation rewards people for performing organizatiohal
wori through pay, incentives' and benefits. Employers must
develop antl refne their basic wage anil salary systems' Also,
incmtive ptogrd.ms such as gainshaing and productivily
rewards aie growing in usage. The rapid increase in the costs of
benefi*, especially health care bnefits, will continue to be a
major issue.

Kompensasi merupakan hadiah tebusan bagi orang yang


melakukan kerja untuk organisasi dengan membayar, perangsang'
dan keuntungan. Pemberi kerja harus mengembangkan dan upah
dasar mereka secara bersih dan sistem gaji. Juga program
perangsang seperti gainsharing (berbagi lebih besar dengan pegawai
yang produktif) dan hadiah yang digunakan untuk menumbuhkan

135
Manaj emer B erbas is Sekola h

produktivitas. Meningkatkan segera produktifitas untuk mencapai


tujuan, khususnya pelayanan kesehatan kepada pegawai, yang
diharapkan dapat dilaksanakan sehingga menjadi pemberitaan utama
bagi organisasi. Hal ini penting diperhatikan sekolah untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas guru dalam pembelajaran.
Kompensasi yang tepat sangat penting dan disesuaikan dengan
kondisi pasar tenaga kerja yang ada pada lingkungan eksternal.
Kompensasi yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat
menyebabkan masalah ketenagakerjaan di kemudian hari atau pun
dapat menimbulkan kerugian pada organisasi. proteksi juga perlu
diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaannya
dengan tenang sehingga kinerja dan kontribusi perkerja tersebut
dapat tetap maksimal dari waktu ke waktu.
Armstrong mengemukakan :
Reward management is concetned with formulation and
implementation of strategies and policies, the purposes which
are to reward people fairly, equitably, and cottsistenly in
accordance with their value to the organization and thus heip the
organization to achieve its strategic goals.

Hadiah dari manajemen terkait dengan formulasi dan


imflementasi strategi dan kebijaksanaan, maksudnya orang yang
diberi hadiah lebih baik, sesuai, dan pegawai konsisten kepada nilai
organisasi dan membantu organisasi mencapai tujuan strategis-
Kompensasi sebagai bentuk pembayaraa atau imbalan yang
diberikan kepada pegawai dari pelaksanaan peke{aannya. Sekolah
perlu memperhatikan kompensasi sebagai hadiah kepada guru dan
pegawai yang aktif terlibat dalam pencapaian tujuan sekolah.
Kompensasi bagi guru dapat berbentuk tunjangan, insentif, dan
bonus dari sekolah berdasarkan peraturan yang berlaku.
Kepala sekolah memperhatikan kesejahteraan guru agar dapar
meminimalkan ketimpangan faktor ekonomi sesama guru.
Terpenuhinya kebutuhan guru diharapkan guru konsisten dan aktif
dengan tugas utamanya yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran

136
Mataj ema Bobasis Seholth

dengan peserta didik. Sehingga kasus guru yang meninggalkan tugas


utamanya sebagai pendidik karena beke{a bidang lain dapat diatasi'

8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orientasi Pengembangan


Sumber Daya Pendidik
Secara manajemen, pengembangan secara sederhana adalah suatu
proses dan cara pembuatan. Pengembangan sumber daya pendidik sebagai
unsur utama dalam pendidikan harus terus-menerus dikembangkan,
sehingga mampu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi'
Dengan tepat dinyatakan, "Hanya dengan pegawai yang tepat yang
ditempatkan dalam jabatannya dan memperoleh pelatihan,peralatan,
stmkh.r, insentif dan akuntabilitas untuk bekerja secara efektif,
makasangat mmgkin organisasi tersebut akan berhasil."
Disisi lain, faktor yang mempengaruhi orientasi pengembangan
sumber daya pendidikadalah sebagai berikut (a) perekonomian dan
perkembangan teknologi; (b) ketersediaan dan kualitas tenaga kerja; (c)
kependudukan dengan masalah-masalahnya; (d) restrukturisasi organisasi'
Oleh karena itu mengelola Sumberdaya manusia, dalam hal ini pendidik
menjadi sesuatu yang sangat menentukan bagi keberhasilan suatu
organisasi, kegagalan dalam mengelolanya akan berdampak pada kesulitan
organisasi menghadapi berbagai tantangan dalam pencapaian tujuannya'
Disisi lain masalah yang muncul adalah kebiasaan mangkir para
pendidik dari tugas kependidikannya, hal ini merupakan fenomena yang
sering te{adi dalam kegiatan yang menghambat pengembangan sumber
daya pendidik Secara spesifik kemangkiran tersebut berupa
itu sendiri.
penyalah gunaan izin sakit yang sering dilakukan para pendidik'
Penyamarataan arti bagi istilah latihan dan pengembangan mungkin
bisa dimaklumi mengingat kedua istilah tersebut memiliki tujuan yang
saling mendukung yaitu:
a) Latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup gap antara
kecakapan atau kemampuan guru dengan permintaan jabatan'
b) Program-program ini dapat meningkatkan efisiensi dan ekfektifitas
kerja gr,ru dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah dicapai'

137
Maxaj ettat B erbas is S ekolah

c) Dapat membantu tenaga pengajar dalam menghindarkan diri dari


keusangan dan melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik.

Pelatihan yang akan dibahas selanjutnya meliputi kegiatan


pengembangan pengetahuan dan keterampilan, yang memitiki arti
meningkatkan kemampuan guru agar mereka lebih mengenal dan
memahami seluk belum pelaksanaan pekerjaan secara lebih mendalam
memahami perkembangan dan sasaran yang akan dicapai madrasah,
senantiasa menghidupkan kerjasama dalam menghadapi kesulitan_
kesulitan yang dihadapi madrasah. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Ronald Nangoi bahwa: ,,pendekatan yang paling efektif
dan tepat yang perlu dilakukan adalah investasi sumber daya manusia
(human invesntenl) melalui program-program pendidikan manajerial dan
teknis yang ada dan relevan dengan kebutuhan organisasi.
Pentingnya pelaksanaan pendidikan dan latihan (diklat) bagi guru
adalah karena kegiatan tersebut juga berarti mengembangkan martabat
serta kualitas dirinya sebagai manusia dan peningkatan martabat serta
kualitas itu tidak lain dengan memberikan kemampuan kepada guru unhrk
dapat memilih dan memperkaya horizon pilihannya. peningkatan kualitas
berarti peningkatan atas rangkaian pilihannya seperti terhadap kesehatan
serta umur yang panjang, memperoleh pendidikan yang cukup serta
standar hidup yang memadai, serta kemerdekaan yang bertanggungiawab.
Dengan demikian peningkatan martabat bukan hanya unh_rk memenuhi
kebutuhan dasar saja, tetapi juga untuk pengembangan guru sebagai
peserta yang aktif dalam proses pembangunan.
Pendidikan dan larihan sangat dibutuhkan terutama bagi guru
sebagai tenaga profesional, dengan tugas yang bersifat spesialis, harus
mendapat kesempatan berpromosi, mendapat insentif untuk meningkatkan
kontribusi, dan profesinya mendapat pengakuan baik pihak anggota
organisasi maupun luar organisasi. Mereka ini dipersyaratkan memiliki
satu bidang keahlian, yang diperoleh dari belajar secara formal,
menekankan layanan dalam bekerja bukan keuntungan materi, memiliki

138
Mofiajernat Betbosis Sek lah

kode etik, sebagai anggota organisasi profesi, dan mendapat izin untuk
melaksanakan tugas.
Beberapa kelernahan pelatih dapat menyebabkan gagalnya sebuah
program pelatihan. Suatu pemahaman terdahap masalah potensial ini harus
dijelaskan selama pelatihan pada trainer. Kelemahan-kelemahan meliputi:
1) Pelatihan dan pengembangan dianggap sebagai obat unhrk semua
penyakit organisasional.
2) Partisipan tidak cukup termotivasi unhlk memusatkan perbatian dan
komitmen mereka.
3) Sebuah teknik dianggap dapat diterapkan disemua kelompok, dalam
semua situasi, dengan keberhasilan yang sama.
4) Kinerja partisipan tidak dievaluasi begitu kayawan telah kembali
kepekerjaannya.
5) Informasi biaya manfaat untuk mengevaluasi program pelatihan
tidak dilumputkan.
6) Ketidakadaan atau kurangnya dukungan manajernen.
7) Peran utama penyelia/atasan tidak diakui-
8) Pelatihan bakal tidak akan pemah cukup kuat mh.rk menghasilkan
perbaikan kinerja yang dapat diveifikasi.
9) Sedikit atau tidak ada persiapan untuk tindak lanjut.

Untuk mengevaluasi pelatihan dan pengembangan, Barry (1994)


menyamnkan hal-hal berikut:
a) Tingkat reaksi peserta, yaitu melihat reaksi peserta terhadap
pelatihan, pelatih dan lainnYa.
b) Tingkat belajar, yaitu melihat perubahan pada pengetahuan,
keahlian, dan sikaP.
c) Tingkat tingkah laku ke{a, yaitu melihat perubahan pada tingkah
laku kerja.
d) Tingkat organisasi, yaitu melihat efek pelatihan terhadap organisasi'
e) Nilai akhir, yaitu bermanfaat tidak hanya untuk organisasi, tetapi
juga untuk individu.

139
Maxaj emen Mbas is S *olah

8.5 Pendekatan dan Prinsip dalam Pengelolaan Sumber Daya


Pendidik
Pendekatan yang digunakan oleh sumber daya manusia, pendidik
untuk mencapai tujuan adalah dengan pengenalan kebutuhan ketrampilan
(keahlian) dan belajar pengelolaan aktif pegawai untuk range yang panjang
dimasa yang akan datang.
Menurut Merriam terdapat lima dasar pembelajaran andragogi bagi
orang dewasa sebagai pembelajar, yaitu: (l) mempunyai konsep-diri (sely'
concept) yang bebas yang mengarahkan untuk belajar mandiri, (2) mampu
mengakumulasikan pengalaman hidup yang dimiliki sebagai sumber daya
untuk belajar, (3) memiliki keinginan belajar yang kuat dalam rangka
perubahan sosial, (4) berorientasi pada masalah dan ketertarikan untuk
menerapkan pengetahuan yang diperolehnya, dan (5) termotivasi untuk
belajar karena faktor intemal daripada faktor ekstemal. pendapat senada
disampaikan Gordon beberapa prinsip pembelajaran orang dewasa dalam
rangka pengembangan keprofesionalan bagi pendidik, antara lain: orang
dewasa termotivasi untuk belajar jika pembelajaran yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan minat pribadi atau kehidupan
kerja mereka, orang dewasa mempertimbangkan pengalaman hidup dan
pengetahuan yang dimiliki dalam pembelajaran, orang dewasa akan belajar
dengan baik jika terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, orang
dewasa memiliki berbagai gaya belajar, peningkatan kebutuhan melalui
kegiataa self-directed (m rrdii) dapat meningkatkan kepribadian dan
kemampuan profesional, dan orang dewasa yang belajar memerlukan
afiliasi.
Kegiatan pengembangan keprofesionalan dapat dilahrkan
tergantung pada pendekatan model pengembangan keprofesionalan yang
digunakan. Villegas-Reimersmengelompokkan model pengembangan
keprofesionalan pendidik menjadi dua kategori, yaitu model ke{asama
kelembagaan (organizational par-rtership model) dan model individu atau
kelompok kecil (individual or small group model). Gaible dan
Bumsmengelompokkan pengembangan keprofesionalan guru dalam tiga
kategori, yaitu: (l)
pengembangan keprofesionalan pendidik standar

140
Marujemot Berbab Sekolah

(standardized teacher professional development), (2) pengembangan


profesional pendidik berbasis-tempat (site-based teacher professional
development), dan (3) pengembangan keprofesionalan mandiri
perdidrk(self-directed teacher professional development). Guskey
mengelompokkan pendekatan implementasi pengembangan
keprofesionalan dalam tiga kategori, yaitu: pendekatan berdasarkan
wilayah (districtwide approach), pendekatan berdasarkan tempat/ sekolah
(site-based approach), danpendekatan gabungan wilayah-sekolah.
Menurut Buku 4 Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesionalan dan
Angka Kreditnya, Kementerian Pendidikan Nasional, terdapat tiga macam
kegiatan dalam pengembangan keprofesionalan berkelanjutan bagi gurq
yaitu: pengembrngan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif- Uraian
pendapat di atas menunjukkan bahwa model dan bentuk aktivitas dalam
pengembangan keprofesionalan pendidik sangat beragam. Setiap
pendekatan yang digunakan memiliki tujuan bagaimana pengembangan
keprofesionalan dapat meningkatkan pertumbuhan kemampuan profesional
pribadi pendidik.
Berbagai jenis kegiatan pengembangan keprofesian sebagaimana
diuraikan di atas dapat dipilih pendidik untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Keberhasilan pendidik untuk mencapai kegiatan
pengembangan keprofesionalan ini sangat ditentukan oleh rancangan
kegiatan yang akan dilakukannya. Ealey dan Bubb sebagaimana dikutip
Bubb menyampaikan enam tahapan untuk merancang kegiatan
pengembangan keprofesionalan, yaitu: identifikasi dan analisis kebutuhan,
perancangan dan implementasi pengembangan keprofesionalan, serta
pemantauan dan evaluasi terhadap dampak. Dua tahapan pertama
merupakan identifrkasi kebutuhan dan analisis yang dilakukan guru
terhadap apa yang telah diketahui dan apa yang dapat dilakukan
selanjutnya. Dua tahapan kedua merupakan tantangan bagi guru untuk
memilih dan menemukan kegiatan pengembangan keprofesionalan yang
tepat sesuai dengan kebutuhan dirinya. Dua tahapan ketiga untuk
meyakinkan bahwa apakah yang telah dirancang pada tahapan pertama dan
kedua dapat dilakanakan sesuai rencana dan kebutuhan yang diharapkan'

t41
Manaj emen Betbas i S ekolah

Knowles yang dikutip Tallerico menyampaikan tima prinsip mtuk


mendukung pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesionalan, yaitu:
keterlibatan secara aktif, relevan dengan tantangan terkini, memadukan
dengan pengalaman, variasi dalam gaya belajar, serta pilihan dan mandid.
Berbeda dengan pendekatan pengembangan keprofesionalan yang
digunakan Kementerian Pendidikan Nasional, pengembangan
keprofesionalan berkelanjutan dilakukan melalui kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi yang dirancang untuk meningkatkan
karakteristik, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan. Melalui
perencanaan dan refleksi pada pengalaman belajar guru diharapkan dapat
mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru serta
kemajuan karier pendidik.
Disisi lain pendekatatr yang dilakukan dalam mengembangkan
sumber daya manusia pendidik yaitu:
a) Pendekatan sumber daya manusia, menekankan pengelolaan dan
pendayagunaan yang memperhatikan hak asasi manusia
b) Pendekatan Manajerial, menekankan pada tanggrmgjawab untuk
menyediakan dan mengalami kebutuhan sumber daya manusia
c) Pendekatan sistem, menekankan pada tanggungjawab sebagai sub
sistem dalam organisasi.
d) Pendekatan proaktif, menekankan pada kontribusi terhadap
karyawan, manajer dan organisasi dalam memberikan pemecahan
masalah.

Manusia adalah unsur terpenting dalam semua organisasi,


keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan adalah terletak salah
satunya pada aspek manusia,/pelakr4 yang mana akan menghadapi
tantangan baik dari luar maupun dari dalam, semua memerlukan
managemen yang tepat dan sesuai. Oleh karena itu potensi sumber daya
manusia harus dikelola dengan baik dan benar sesuai kebutuhan.
Mangkunegara mengemukakan lima prinsip pengembangan sumber
daya manusia, yaitu:

142
Manaj emen B obas k S ekolah

a) Materi harus diberikan secara sistematis dan berdasarkan tahapan-


tahapan
b) Tahapan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai
c) Penatar harus mampu memotivasi dan menyebarkan respon yang
berhubungan dengan serangkaian materi pengembangan
d) Adanya penguat guna membangkitkan respon yang positif dari
peserta
e) Menggunakan konsep pembenhrkan perilaku.

Terkait dengan prinsip pengembangan sumber daya manusia, harus


dilihat secara menyeluruh sebagai manusia yang utuh, baik aspek
kepribadian, eksistensi dan budaya secara komprehensif. Sehingga sebuah
organisai dapat mengembangkan sumber daya manusia secara optimal'

8.6 Proses Pengembangan Sumber Daya Pendidik dalam


Meningkatkan Mutu Pendidikan
Mutu merupakan suatu keadaan yang esensi dalam segala hal,
temasuk dalam dunia pendidikan. Karena pendidikan di sekolah yang
tidak bermutu lambat laun akan mati ditinggalkan pelangga::nya dan kalah
bersaing oleh penyelenggara pendidikan yang bermutu. Mengingat
esensinya masalah mutu, ditegaskan oleh Syafaruddfut bahwa: "Konsep
sekolah bermutu (unggul) perlu ada dalam konsep setiap kepala sekolah'"
Memandang mutu pendidikan tidak bisa sert meda hanya dilihat
dari sisi mutu lulusannya saja, karena yang paling penting justru harus
mempertanyakan bagaimana caranya meningkatkan mutu lulusan tersebut?
Jelasnya, hal-hal yang dapat dan berpengaruh terhadap mutu lulusan
adalah suatu proses dan Fasilitas-fasilitas pendukungnya dalam upaya
mencapai tujuan yang diharapkan. Proses yang dimaksud tiada lain berupa
layanan yang diberikan kepada pelanggan pendidikan, baik kepada siswa
sebagai pelanggan utama yang menerima layanan pendidikan dan
pembelajaran, maupun orang tua dan masyarakat sebagai pengguna hasil
pendidikan. Dalam upaya mencapai lulusan yang bermutu tentu harus
melalui tahap proses yang bermutu, yakni memberikan layanan pendidikan

143
Manajem et Bobas is Sekola h

dengan mengerahkan segala sumber daya sebagai pendukungnya, baik


sumber daya material maupun noD material.
Mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau pelayanan yang
sesuai dengan harapan dan kebutuhan pelanggan sehingga pelanggan
terpuaskan. Unsur utama kualitas dalam penjaminan mutu dipahami
sebagai proses adanya kepastian bahwa telah terdapat standar yang spesifik
dan secara terus menerus diupayakan dicapai mtuk sebuah produk atau
layanan yang unggul. Dengan demikian mutu pembelajaran menunjuk
pada tinggi rendahnya standar. Ditegaskan oleh Ellis bahwa pemikiran
tentang bentuk kualitas dalam pembelajaran yang penting bahwa kualitas
selalu terkait dengan kepuasaan konsumen atau pelanggan, yang dalam hal
ini primary customer adalah mahasiswa. Mutu kini semakin populer
karena dianggap sebagai langkah terbaik untuk membantu memperoleh
sistem pendidikan yang efektif dan efisien. Kalau saja dapat disarikan
bahwa pendidikan yang efektif dan efisien sesungguhnya fokusnya adalah
pembelajaran maka penjaminan mutu dalam pembelajaran (quality
assut'ance in teaching) akan sangat terkait dengan aspek-aspek di bawah
ini karena dipandang sumber-sumber muru pendidikan berawal dari (l)
pemahaman tentang guru; (2) nilai moral trnggr; (3) hasil ujian yang
unggul; (4) dukungan orang tua dan masyarakat sekitar; (5) kecukupan
sumber; (6) penerapan teknologi mutakhir; (7) kekuatan dan tr:juan
pemimpin; (8) cat'e d"n berperhatian terhadap siswa; (9) kurikulum yang
menantang.
George Milkovich dan Paul C. Nystrom mengemukakan bahwa:
"Manpower planning is the process (includittg forecastittg,
developittg, implementing, and controlling) by which ofJirm ensures
that is has the ight number of people and the ight places, at the
econ omically most useful\ ".

Perencanaan tenaga kerja adalah proses peramalan, pengembangan,


pengimplementasian,dan pengontrolan yang menjamin perusahaan
mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara
benar, waktu yang tepat, yang sangat bermanfaat secara ekonomis.

144
Manaj mten Bobas is S ekola h

Pendapat lain yang dikemukakan Andrew E. Sikula bahwa;


"Human resource of manpower planning has been defined as the
process of determining manpower requirements in the order to catly out
the integrated plans of the otganizdtion". Perencanaan sumber daya
manusia atau perencanaan tenaga kerja didefrnisikan sebagai proses
menentukan kebutuhan tenaga ke{a dan berarti mernpertemukan
kebuhrhan tersebut agar pelaksanaannya berintegrasi dengan rencana
organisasi. Secara spesifik perencanilan sumberdaya manusia melibatkan
kegiatan memperkirakan (forecasting) kebunrhan sumber daya manusia
atau anggota organisasi, sekaligus merencanakan langkahJangkah
pemenuhannya.
Dari pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
perencanaan sumber daya manusia adalah proses penentuan jumlah dan
kriteria tenaga ke{a yang dibutuhkan organisasi dengan melakukan
kegiatan peramalan/perkiraan, penerapan dan pengontrolan rencana
program, sehingga tenaga kerja yang dihasilkan sesuai dengan waktu dan
tempat yang harus dipenuhi (the right man on the ight place dnd time)'
Kegiatan ini merupakan aktivitas awal yang harus dilakukan guna
menghasilkan tenaga kerja yang profesional dan mampu membawa
organisasi ke arah yang lebih baik dan kompetitif.
Pengembangan sumber daya manusia antara, lain didasarkan atas
asumsi bahwa manusia mempunyai potensi sumber daya yang tidak
dapat ditentukan batas-batasnya. Dalam hal ini, manusia
juga merupakan
lmsur terpenting yaitu sebagai subjek yang melaksanakan dan
menggerakkan sumber daya lainnya kepada tujuan yang hendak dicapai'
juga
Hasibuan menjelaskan bahwa pengembangan sumber daya manusia
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis
atau konseptual dan sikap personal sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
atau jabatan melalui pendidikan dan pelafihan.
Pengembangan sumber daya manusia hendaknya didasarkan atas
kebutuhan individu dan organisasi atau lembaga serta direncanakan secara
cermat dan sistematis dengan menggunakan metode ilmiah tertentu

145
Manaj emn Befi a is Se kola h

sehingga mencapai tujuan organisasi Dalam konteks ini, Bucharin Zainun,


menyatakan bahwa:
l) Menyiapkan seseonrng agar saatnya diberi tugas tertentu yang
belum tahu secara kchusus apa tugas itu dengan harapan akan
mampu bila mana nanti diserahi tugas yang sesuai.
2) Memperbaiki kondisi seseorang yang sudah diberi tugas dan sedang
menghadapi tugas tertentu yang merasa ada kekurangan pada
dirinya untukmampu mengembangkan tugas itu sebagaimana
mestinya.
3) Melengkapi seseorang dengan hal-hal apapun yang mungkin timbul
diseputar tugasnya baik yang langsung maupun tidak
langsungberpengaruh terhadap pelaksanaan tugasnya.
4) Menyesuaikan seseorang kepada tugas-tugas yang mengalami
perubahan karena berubahnya syarat-syarat untuk mengerjakan
tugas atau pekedaan itu secara sebagian atau seluruhnya.
5) Menambah keyakinan dan percaya diri kepada seseorang bahwa
diaadalah orang yang benar-benar cocok untuk tugas yang
sedangdiembannya.
6) Meningkatkan wibawa seseorang dari pandangan bawahan maupun
orang lain baik teman sejawat ataupun relasinya.

Sumber daya manusia yang berkualitas dikembangkan melalui


banyakcara antara lain:
l) Melalui pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi
2) Melalui program pendidikan dan pelatihan yang sistematik
maupuninformal ditempat ke{a
3) Pengembangan diri sendti, atas inisiatif sendti berupaya
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.

Pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia yang


berkualitas menurut Djojonegoro, adalah sebagai berikut:

146
Maaaj emet Bcrbas is Sekolah

1) Pendidikan berorientasi terhadap upaya mencerdaskan kehidupan


bangsa yang diwujudkan melalui program pemerataan kesempatan
belajar yang seluasJuasnya bagi seluruh warga negara.
2) Pendidikan yang berorientasi pada penyiapan tenaga keda trampil
dan profesional.
3) Pendidikan yang berorientasi pada upaya penilgkatan penguasaan
IPTEK.

Lebih lanjut Djojonegoro menyatakort peranan pendidikar dalam


pengembangan kualitas sumber daya manusia adalah menempatkan
pendidikan sebagai katalisator pengembangan kualitas sumber daya
manusia memerlukan cara berpikir dalam pengembangan sektor ini' Pada
masa lalu pendidikan dipandang untuk mendidik manusia menjadi cerdas,
berkepribadian, dan memiliki pengetahuan yang luas. Pada masa sekarang
dan yang akan datang pendidikan harus memiliki manfaat bagi percepatan
kemajuan dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan. Titik singgung
antara pendidikan dan sektor-sektor pembangunan adalah sumber daya,
manusia yang bermutu. Pada dasamya pengembangan kualitas sumber
daya manusia berlangsung sepanjang hayat dan dilakukan dalam berbagai
bidang pembangunan yang terkait mengait seperti, pendidikan, pelatihan
keda industri. Pendidikan merupakan faktor inti dalam pengembangan
sumber daya manusia.
Kegiatan inti
pengembangan kualitas sumber daya manusia'
menurut Suke Silverius, berada pada proses pembelajaran dikelas yang
kondusif. Penerapan desentralisasi pendidikan ditingkat kelas dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia, antara, lain setragai berikut:
1) Guru dan siswa saling mengajar dan saling belajar
2) Guru dan siswa saling berfikir dan memikirkan
3) Guru dan siswa saling bicara dan saling mendengarkan
4) Guru dan siswa saling mengatur dan diatur
5) Guru dan siswa bersama-sama memilih dari sekian altematif yang
perlu dilaksanakan bersama-sama untuk mewujudkan pendidikan
dikelasnya pada khususnya disekolah pada umumnya.

147
Manaj emen Babas is S eko lah

Pengembangan sumber daya manusia ini dirancang untuk


meningkatkan efektivitas manajer secara keseluruhan dalam jabatan yang
sekarang dan untuk menyiapkan mereka untuk bertanggung jawab yang
lebih besar bila mereka dipromosikan. program pengembangan sumber
daya manusia telah mendapat perhatian pada akhir-akhir ini karena makin
rumitnya tuntutan terhadap pekerja. Jika kita membiarkan pengalaman saja
untuk melatih peke{a merupakan suatu proses yang terlalu banyak
memakan wakhr serta tidak dapat diandalkan.
Untuk pengembangan sumber daya manusia harus dimulai dari
rencana-rencana sumber daya manusia organisasi karena rencana ini
menganalisa, meramalkan atau memprcdiksi dan menyebutkan kebutuhan
organisasi unhrk sumber daya manusia pada saat ini dan yang akan datang,
selain itu perencanaan sumber daya manusia gerakan orang-orang dalam
organisasi yang disebabkan oleh pensiun, promosi, dan pemindahan tugas.
Selain itu perencanaan sumber daya manusia menyebutkan kapabilitas
yang dibutulrkan oleh organisasi tersebut dimasa yang akan datang guna
memenuhi kebutuhan tersebut.
Proses pengembangan sumber daya manusia, rencana sumber
daya manusia menyebutkan kapabilitas para individu yang dibutuhkan
lebih dahulu. Kapabilitas seperti itu tentu saja dapat mempengaruhi
perencanaan sebagai balasan. Kemampuan tertentu dapat mempengaruhi
keputusan tentang promosi dan proses suksesi didalam organisasi tersebut.
Keputusan itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan
penilaianatas_kebutuhan pengembangan dalam organisasi. Dua kategori
perencanaan pengembangan yang merupakan hasil dari penilaian
kebutuhan ini organisasi dan individual. Terakhir, keberhasilan
proses pengembangan harus dievaluasi dan dilakukan perubahan sesuai
kebutuhan.
Pengembangan pendidik dalam lembaga pendidikan secar4 efekrif
dapat dilaksanakan melalui strategi berikut:
1) Membuat desain perencenaan terhadap kebutuhan pengembangn
guru.
2) Membuat program pengembangan guru

748
Manajemn Berbasb Sekolah

3) Mengimplimentasikan program pengembangan,dan


4) Menegadakan evaluasi terhadap pengembangan guru.

Karena itu, pengembangan guru merupakan suatu usaha kemampuan


teknis, teoritis-konseptual, dan sikap guru sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan atau jabatan yang dilahrkan melalui pendidikan dan
latihan. Lebih lanjut Castetter mengemukakan bahwa, proses
pengembangan sumber dayamanusia (guru) terdiri dari langkahJangkah
sebagai berikut.
Feedback, Model Of the Personal Developmen Process. Dari
gambar di atas dapat dilihat bahwa strategi yang harus dilakukan dalam
proses pengembangan sumber daya manusia pada suatu organisasi akan
memberikan panduan kepada pemegang jabatan (pimpinan) dalam
melakukan pengembangan sumber daya manusia (guru) yang efektif, dan
dapat ditempuh melalui empat fase penting, yaitu: (1) fase diagnotik, (2)
fase desain, (3) fase implementasi/operasi, dan (4) fase evaluasi.
I ) Fase diaflostik adalah mendiagrrosis fase kebutuhan pengembangan
berkaitan dengan kebutuhan individu kebutuhan kelompok, dan
kebutuhan organisasi. Rencana pengembangan tersebut harus
menjawab kebutuhan organisasi secara komperhensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan khusus ditandai dengan
pengetahuan spesifft dan keahlian tertentu bagi individu yang
memegang jabatan.Potensi yang dimiliki menjadi bekal untuk
dikembangkan dan semuanya harus diawali dengan diagnosis untuk
kepentingan rencana penembangan sumber daya manusia.
2) Fase desain adalah merancang rencana pengembangan berdasarkan
kepada: (1) masalah-masalah organisasi dan kebutuhan
programpengembangan sebagai pendahuluan, (2) mendeskripsi
tujuan khusus danseleksi tujuan khusus dan seleksi tujuan
berdasarkan dampak, (3)menentukan pihak-pihak yang ikut
(4)
berpartisipasi, merencanakanpengganti dengan melakukan
identifrkasi dan pengembangan sebagaibagian penting.(5)
menetapkan kelender untuk mencapai tujuan, (6)merancang

149
Manajetten Bobas is Sekolah

kebutuhan individu dan kebutuhan kelompok dalam


berbagaikegiatan, (7) merekrut pesert4 (8) men)rususn deskripsi
waktu, prosedurdan evaluasi, dan (9) menetapkan jadwal
monitoring.
3)Fase implimentasi/operasiadalah melaksanaka:r program
pengembangan sesuai dengan rencana yang membutuhkan
dukungan berbagai pihak unhrk menilai relevansi program y?mg
dipilih dan dilaksanakan pada kesempatan tersebut, dan melakrrkan
koordinasi terutama dalam rangka mewujudkan tenaga profesional.
4) Fase evahtasi adalah mengarahkan kegiatan evallinsi untuk melihat
kinerja administrasi dan rasional metode/teknik yang digunakan
selama program pengembangan diimplementasikan. pada dasarnya
untuk mengetahui bagaimana implementasi pengembangan dilihat
dari jalur yang tidak menyimpang, dari yang direncanakan.

Jadi hemat penulis keempat fase tersebut hendaknya


diimplementasikan oleh pemegang jabatan (pimpinan) dengan menetukan
posisi jabatan yang ditetapkan sebagai lokasi pengembangan. Setelah
posisi jabatan disetujui menjadi kebutuhan yang diprioritas untuk dijadikan
kebijakan dalam rangka mengisi formasi sekaligus memperoleh tenaga -
tenaga terampil dan cakap melaksanakan tugas, maka dianalisis kebuhrhan.
Kita bisa lihatpernyataan Siagian, yaitu LangkahJa:rgkah yang,
perlu ditempuh rmtuk pengembangan sumber daya manusia (guru) adalah:
(a) Penetuan kebutuhan, (b) Penentuan sasaran, (c)
penetapan isi
program (d) Identifrkasi prinsip prinsip belajar , (e) pelakanaan
program, (f) Identifikasi manfaat, (g) Penilaian pelaksanaan program.

8.7 Dampak Pengembangan Sumber Daya pendidik dalam


Meningkatkan Mutu Pendidikan
Tiga aspek yang menyebabkan mutu pendidikan ridak mengalami
peningkatan secara merata. Pertamq, kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan educdtion production
functiott atau, i,tput output analysis yang tidak dilaksanakan secara

150
Manajemn Berbasis Sekolah

konsekuen. Kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara


birokatik sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai
penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi'
Sekolah lebih merupakan subordinat dari birokasi di atasny4 sehingga
mereka kehilangan kemandiriannya, keluwesan, morivasi,
keatifrtasiinisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya'
Ketrga, partisipasi dan peran serta warga sekolah khususnya guru
seringkali diabaikan dalam pengambilan keputusan, dan peranserta
masyarakat khususnYa
Berbicara mengenai mutu sumber daya manusia, pendidikan
memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan mutu
sumber daya manusia. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu
proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan mutu sumber daya
manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya pmses peningkatan mutu
sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta
bersama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut
melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih bermutu
antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem
evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan
materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya
Pengembangan sumber daya manusia sebagai upaya untuk
memberikan kesempatan seluas-luasnya pada penduduk untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembangunan. Dari beberapa pengertian
Pengembangan Sumber Daya Manusia di atas dapat disirnpulkan bahwa
pengembangan sumber daya manusia di Indonesia khususnya, sangat
terkait erat dengan kualitas manusia atau masyarakat sebagaimana sasaran
utama Pembangunan Nasional yaitu menciptakan manusia dan masyarakat
yang berkualitas. Perkembangan ilrnu pengetahuan dan teknologi
membawa kemajuan pembangunan suatu bangsa,
Dampak pengembangan sumber daya pendidik dalam meningkatkan
mutu pendidikan secara umum tercermin pada peningkatan
keprofesionalitasan seorang pendidik. Adapun dampak pengembangan
SDM pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan menurut Budiantoro:

151
Manajemen Befiasis Seholah

a) Mendorong perilaku proaktif dan terhindar dari reaktif dalam


melaksanakan pengembangan SDM pendidik.
b) Mampu memantapkan tujuan organisasi
c) Merangsang pemikiran kritis dalam menghadapi lingkungan
d) Mendorong partisipasi tenaga professional yang berkualitas
e) Mampu menjembatani antara kondisi dan visi ke depan.

Pengembangan sumber daya pendidik akan menjadikan seorang


pendidik yang efektif nantinya dalam mendidik, lebih tanjut menurut
Campbell, keefektifan gtru (teacher effectiveness) berdampak terhadap
faltor-fakor yang dapat mempengaruhi di dalam kelas, seperti: metode
mengajar, harapan guru, pengelolaan kelas, dan penggunaan sumber daya
kelas. Campbell mengindentiflkasi keefektifan pendidik ditinjau dari
aktivitas pendidik, antara lain: cara mengajar yang mencakup mulai dari
merencanakan, mempersiapkan, memberi umpan balik; komunikasi
dengan orangtua atat stakeholder lain; mengikuti pengembangan
keprofesionalan; serta manajemen dan kepemimpinan termasuk kerjasama
dengan kolega dalam bekerja. Pendapat senada disampaikan Stronge
bahwa untuk meningkatkan keefektifan guru dapat diketahui melalui
watak yang ditunjukkan guru melalui kesadaran memberi masukan kepada
pendidik lain, menerima saran dari rekan sejawat, kerjasama dengan
kolega, dan berpartisipasi dalam pembelajaran seumur hidup. pendapat di
atas dapat dinyatakan bahwa keefektifan guru dapat ditmjukkan melalui
kemampuan pendidik dalam mengelola kelas, melakukan kerjasama
dengan orangtu4 kolega, dan kemauan untuk selalu meningkatkan
keprofesionalannya.
Lord mendeskripsikan keefektifan pendidik,....
Jones, Jenkin, dan
bued on evidence of what effective teaclrcrs do in practice at different
stages in the profession"- Keefektifan guru dapat diflmjukkan melalui
fakta yang dikerjakan pendidik dalam bekerja secara efeklif pada situasi
yang berbeda dengan profesinya. pgndepat di atas dapat dinyatakan bahwa
keefektifan pendidik terkait erat dengan performansi pendidik yang efektif
dalam melaksanakan profesinya. Pendidik yang memiliki performansi

r52
Monaje en Berbasis Sekolnh

tinggi diharapkan menghasilkan pendidik dengan keefektifan yang tinggi


pula. Hay McBer yang dikutip Anderson menyatakan terdapat empat
kelompok karakteristik keefektifan pendidik yang mencakup:
berp*ir (thinking/reasoniry), harapat
keprofesionalan (professionalism),
(expectation), dan kepemimpin an (eadership). Uraian di atas dapat
dinyatakan bahwa keefektifan guru dapat ditunjukkan melalui
pengembangan sumber daya pendidik yang direncanakan dalam rangka
unfirk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Keefektifan guru
merupakan kemampuan pendidik untuk mengaktualisasikan kompetensi
yang diwujudkan melatui kinerja dalam melaksanakan profesinya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan'

153
Mcnajemn Babasb *kolah

154
Manaj emn Berbasis Sekolah

BAGIAN IX
PEMBELAIARAN BERBA'I' PAIKEM

9.1 Konsep PAIKEM


Pembelajaran artinya proses membelajarkan siswa. Kegiatan yang
menekankan proses belajar siswa, di dalamnya terdapat usaha-usaha yang
terencana dalam menipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi tems
menenx proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran dapat juga
bermakna interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Pembelajaran yang aktif sekaligus menumbuhkan inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan. Kalau tercipta pembelajaran kreatif, maka
harus tumbuh rasa inovatif, aktif, efektif dan menyenangkan. Jadi sifat
pembelajaran itu harus mengandung empat unsur (aktif, inovatif, keatif,
efektif dan menyenangkan) sekaligus, jangan diambil salah satu unsumya
saja, misalnya pembelajaran aktif saja tapi tidak inovatif atau tidak efektif,
ini bukan yang dimaksud dengan PAIKEM.
PAIKEM merupakan satu pendekatan terbaru dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang berorientasi kepada keativitas guru dan
penggunaan media yang variatif dan inovatif. Menerapkan pendekatan
PAIKEM tidak harus sama porsi keempat unsur tersebut dalam setiap
pembelajaran, sebagai contoh mugkin saja unsur aktif lebih dominan
ketimbang unsur lainnya, tapi pada saat yang lain mungkin unsur
menyenangan dan kreatif lebih diutamakan. Namun keempat unsur
tersebut harus tetap ada dan menjiwai pada setiap pembelajaran, lebih-
lebih pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pembelajaran berbasis
PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
menge{akan kegiatan yang beragam dalam rangka mengembangkan
keterampilan dan pemahamannya, dengan penekanan siswa belajar sambil
bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu
belajar (termasuk pemanfaatan lingkungan), supaya pembelajaran lebih
menarik, menyenangkan dan efektif. Guru berupaya secara kreatif

155
Manajemer Masis Seholah

mencoba berbagai cara untuk melibatkan semua siswa dalam kegiatan


pembelajaran. Sementara siswa dituntut kreatif untuk memperoleh
pengetahuan dan berinteraksi dengan sesama teman, guru, maupun bahan
ajar dengan segala perangkatnya. Untuk memperjelas pemahaman arti
PAIKXM dapat dilihat dalarr uraian berikut.
1. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak
peserta didik unnrk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan
aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas dalam pembelajaran.
Mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok
dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, ataupun
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari, ke dalam satu persoalan
yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didk
diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran baik secara
mental maupun fisik. Karena itu dalam proses pembelajaran guru dituntut
mampu menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara
aktif menemukan, memeroses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan baru. Dengan cara ini biasanya peserta didik
akan merasakan suasana yang lebih meyenangkan sehingga hasil
belajarnya lebih maksimal.
Mengapa belajar akti{? Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh
peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maximum. Untuk itu
diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru.
Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang
diterima dari guru, kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa
demikian? Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat
dilupakan adalah faktor kelemahan otak. Belajar yang hanya
mengandalkan indera pendengaran mempunyai banyak kelemahan.
Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confucius seorang filosof (Cina)
mengatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham

156
Manajemn Bcrbasis Sekolah

Mel Silberman memperluas pemyataan tersebut denga kata-kata:


Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan
beberapa teman lai4 saya mulai paham.
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai (Mel Silberman,
1996:2)

Para ahli mengatakan, ketika ada informasi yang baru, otak manusia
tidak hanya menerima dan menyimpan, tapi juga akan memeroses
informasi tersebut sehingga dapat dicema, kemudian disimpan. Peserta
didik itu kalau diajak berdiskusi, menjawab pertanyaan atau membuat
pertanyaan, maka otak mereka akan beke{a lebih baik sehingga proses
belajarpun dapat terjadi dengan baik pula.
Otak manusia itu mirip komputer. Komputer tidak akan dapat
digunakan jika tidek dalam kondisi on artinya harus dalam kondisi hidup.
Hal itu berlaku juga pada otak manusi". g1a[ fidak akan dapat memeroses
informasi yang masuk, kalau tidak dalam kondisi or. Kalau komputer
memerlukan software (gtrogram) untuk memeroses dat4 maka otak
memerlukan sesuatu yang dapat dipakai untuk menghubungkan antara
informasi yang baru diajarkan dengan informasi yang telah dimiliki.
Ketika belajar secara pasif, otak kita tidak melakukan hubungan pada
soJiware (Mel Selberman, 1996:4). Dengan kata lain otak tidak dapat
menghubungkan antara informasi yang baru dengan yang lama.
Sebagaimana komputer itu tidak dapat memanggil data yang tidak
disimpan. Karena itu otak perlu beberapa langkah untuk dapat menyimpan
informasi. Langkah-langkah itu bisa berupa pengulangan informasi,
mempertanyakan informasi atau mengajarkan pada orang lain (Hisyam
Zaini, dkh 2007: xviii). Oleh sebab iru betapapun menariknya materi
pembelajaran yang disampaikan dengan metode ceramah, otak tidak akan

157
Manajemn Berbasis Sekolah

lama menyimpan informasi yang diberikan, karena tidak terjadi proses


penyimpanan dengan baik.
2. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk melahirkan pemikiran atau ide-ide sendiri
yang biasanya dapat muncul dari situasi pembelajaran kondusif dan bebas
dari perasaan tertekan, takut atau cemas. Inovatif berarti memiliki
kecenderungan pembaharuan dalam arti perbaikan dan pengembangan
dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran inovatif merupalan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan ide-ide baru atau gagasan-gagasan untuk perbaikan atau
pengembangan kegiatan pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran.
Adapun ciri-ciri pembelajaran inovatif adalah:
a. adanya keberanian peserta didik dalam mengajukan pendapatnya
b. adanya kebebasan mengemukakan pendapat atau memberikan
rr.qgapan terhadap pendapat orang lain
c. kesediaan peserta didik untuk menerima pandangan orang lain
dan memberikan pendapat atau komentar terhadap gagasan orang
lain.
3. Pembelajaran Kreatif
Kreatif berarti memiliki daya cipta atau kemampuan untuk
mencipta. Istilah kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan
sebuah proses mengembangkan keativitas peserta didik, karena pada
dasamya setiap individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak
pemah berhenti Menurut para ahli kreativitas itu merupakan kemampuan
seseoftrng melahirkan sesuatu yang baru atau kombinasi hal yang sudah
keatif adalah pembelajaran
ada sehingga terkesan baru. Jadi pembelajaran
yang milmpu menciptakan peserta didik lebih aktif, berani menyampaikan
pendapat dan berargumen, meyampaikan masalah atau sulusinya serta
memperdayakan semua potensi yang sudah tersedia. Dengan demikin
guru dituntut mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragam,

158
Matujemer Betbasis Sekolah

sehingga seluruh potensi dan daya imajinasi peserta didik dapat


berkembang secara maksimal
4. Pembelajaran Efektif
Istilah efektif berarti model pembelajaran apapun yang dipilih harus
menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya pencapaian kompetensi yang telah
digariskan dan terjabar dalam indikator pencapaian. Kemudian di akhir
kegiatan pembelajaran harus jelas perubahan dalam aspek pengetahuan,
sikap, atau keterampilan pada diri peserta didik.
5, Pembelajaran Menyenangkan
Adapun istilah menyenangkan memiliki arti bahwa proses
pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan
mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan den berkesan
akan menarik minat peserta didik uok terlibat secara aktit sehingga
tujuan atau kompetensi yang digariskan tercapai secara maksimal' Di
samping inr, pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan
menjadi hadiah (rewardl bagi peserta didik, yang pada gilirannya akan
mendorong motivasinya semakin aktif dan berprestasi pada kegiatan
pembelajaran berikutnya (Ismail SM, 2008:47).
Pembelajarajan yang menyenangkan merupakan pembelajaran yang
didesain sedemikian rupa sehingga memberikan suasana penuh keceriaan,
menyenangkan, dan yang paling utama tidak membosankan peserta didik'
Suasana seperti itu akan membuat peserta didik bisa lebih terfokus pada
kegiatan pembelajaran di kelasnya, sehingga curah perhatiannya akan
lebih tinggi. Tingginya curah perhatian tersebut, akan meningkatkan hasil
belajar (Masitoh dan Laksmi Dewi, 2009:263).
Ditambahkannya lagi, salah satu upaya untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan adalah dengan menggunakan
permainan edukatif (belajar sambil bermain). Melalui keterlibatan dalam
permainan, para siswa dapat mengembangkan dirinya serta mulai
memahami status dan peranannya dalam kelompok teman sebaya, dan
sangat bermanfaat untuk memahami dan menunaikan status dan perannya
dalam masyarakat kelak (Masitoh dan Laksmi Dewi, 2009:264).

159
Manajemea Babask Sekolah

9.2 Prinsip-Prinsip dan ltrdikator PAII(EM


Prinsi-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam
pembelajaran berbasis PAIKEM adalah sebagai berikut.
a. Mengalami
b. Komunikasi
c- Interaksi
d. Refleksi

Ada empat Refleksi menurut (Masitoh dan Laksmi Dewi,


2009:265). Untuk mempe{elas hal tersebut dapat dilihat pada uraian
berikut.
l. Mengalami
Peserta didik harus terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun
emosional. Melalui pengalaman langsung pembelajaran akan lebih
memberi makna kepada siswa daripada hanya mendengarkan
penjelasan saja. Misalnya materi tayamum, wudhu, shalat, tawaf,
sa'i, dan melontar jamrah dalam mata pelajaran Fikih di samping
penjelasan harus dilengkapi dengan praktik yang melibatkan siswa.
2. Komunikasi
Dalam kegiatan pembelajaran harus terwujud komunikasi antara
guru dan peserta didik. Proses komunikasi yang bail adalah proses
komunikasi di maua antara komunikator dan komunikan terdapat
satu arah yang sama-
3. Interaksi
Dalam kegiatan pembelajaran harus dicipatakan interaksi multi arah
Interaksi multi arah yang diharapka:r terjadi adalah interaksi
transaksional di mana proses kumunikasi antara guru dengan siswa,
siswa dengan guru, siswa dengan siswa, bahkan siswa dengan
lingkungan sekitar.
4. Refleksi
Proses refleksi sangat perlu dilalcukan untuk mengetahui
sejauhmana ketercapaian proses pembelajaran. Kegiatan refleksi ini
dilakukan bersama antara guru dan siswa.

160
Marujemn Berbasis Sekolah

Adapun indikator-indikator dalam kegiatan pembelajaran dapat


dilihat dalam sajian berikut.
IN'DIKATOR PROSES KONDISI
PENJELASAN
BELAJAR
1. Pekerjaan siswa : PAIKEM sangat Guru membimbing
(diungkapkan dengan mengutamakan Peserta dan memajang hasil
bahasa./kata-kata didik mampu berftkir, karla siswa, agar
sendiri) berkata-kata dan dapat saling belajr
mengungkapkan sendiri
2.Kegiatan siswa: (siswa Bila p€serta didik Guru dan siswa
banyak diberi mengalami atau interaktif dan hasil
kesempatan untuk mengerjakan sendiri pekerjaan siswa
mengalami sendiri atau mereka belajar meneliti untuk meningkatkan
melakukan sendiri tentang apa saja. motivasi.
3.Ruangan Kelas: (penuh Banyak yang dapat ]
Pengamatan ruangan
pajangan hasil karya dipajang di kelas dan dari kelas, dan dilihat apa
siswa dan alat Peraga pajangan hasil itu pesaerta saja yang dibutuhkan
sederhana buata guru didik saling belajar. Alat untuk dipajang.
dan siswa) peraga yang serng
digunakan dapat
diuketakkan pada tempat
yagng strategis.
4.Penataan Meja dan Guru melaksananakan Diskusi, kerja
kursi: Meja dan kursi kegiatan kelompok, ke{a
sebagai tempat belajar pembelajaran dengan mandti, dan
daopat diatur secara berbagai metode datl pendekatan pribadi
fleksibel) tekik, misalnya kerja bagi anak yang masih
kelonrpok, diskusi, atau rendah prestasinya.
aktivitas peserta didik
secara individual.
S.Suasana Kelas: ( siswa Peseerta didik dilatih Gum dan siswa
memiliki dukungan unnrk mengungkapkan saling menghargai
suasana bebas untuk pendapat secara bebas baik pendapat dalam
menyampaikan dalam diskusi, tulisan diskusi dan kerja
pendapat) maupun keg iatan [ain. individual.
6. Umpan Balik: ( guru Guru memberi tugas yang Penugasau individual
memberi tugas yang mendorong peserta didik dan kelompok,
bervariasi dan secara berekspolarasi, dan guru bimbingan langsung
langsung memberi memberikan bimbingan dan penyelesaian
umpan balik individual atau pun masalah.
siswa "gar
segera ok dalam

t61
Manajemet Befiasis Seholah

memperbaiki penyelesaian masalah.


kesalahan)
T.Sudut Baca: (sudut Sudut baca di ruang kelas Observasi kelas,
kelas sangat baik bila akan metrdorong peserta diskusi, dan
diciptakan sebagai didik gemar membaca. pendekatan terhadap
sudut baca untuk (buku-buku, jurnal, koran, orangtua.
siswa) dan lain-lain)
8.Lingkungan Sekitar: Persawahan, sungai, Observasi lapangan,
(lingkungan sekitar pohon, pasar, kantor Pos, eksplorasi, diskusi
sekolah dijadikan Puskesmas, terminal, dan kelompok, dan tugas
nedia dan sumber lain-lain dioptimatkan individual
belajar pemanfaataDnya sebagai
media dan sumber belajar.

9,3 Strategi untuk Membangun Tim


l. Group Resume (Resume Kelompok)
Ha[ ini merupakan cara yang menyenangkan unhrk membantu para
peserta didik lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim
dari sebuah kelompok, sehingga anggotanya telah mengenal satu sama
lain. Kegiatan ini sangat efeltifjika resume tersebut dikaitkan dengan topk
dari mata pelajaran yang sedang diajarkan.
I-angkah-Langkah
a. Kelas dibagi beberapa kelompolg setiap kelompok berjumlah 3
sampai 6 orang.
b. Beritahukan kelas mereka itu dipenuhi oleh individu-individu
yang berbakat dan banyak pengalaman.
c. Sarankan bahwa salah satu cara untuk dapat mengidentifrkasi dan
menunjukkan kelebihan kelas adalah dengan resume kelompok.
d. Berikan kepada setiap kelompok kertas buram untuk menulis
resume mereka. Resume tersebut harus dapat mencakup
infomrasi yang bisa menjual "kelompok" secara keselumhan.
Data-data berikut dapat dijadikan contoh:
- Latarbelakang pendidikan
- Sekolah atau kursus yang pemah dimasuki
- Pengetahun terhadap materi ajar
- Pengalaman kerja

162
Marujemen Bertak Sekolah

- Posisi yang pernah dijabat (pengalaman berorganisasi)


- Keterampilan
- Hobby, bakat, dan keluarga
- Prestasi yang pernah dicaPai
e. Minta setiap kelompok rmhrk mempresentasikan resume hasil
kerja kelompok, dan catat keseluruhan potensi yang dimiliki oleh
keselunrhan kelomPok.
2.Team Quiz (Perlznyaan Kelompok)
Strategi ini akan meningkatkan kerjasama tim dan juga dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa tentang apa yang mereka pelajari
dalam suasana menyenangkan.
Langkah-Langkah
a. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian
b. Siswa dibagi menjadi tiga tim (kelompok) A" B, dan C.
c. Jelaskan format pelajaran yang akan disampaikan' Batasi
presentasi maksimal l0 menit'
d. Tim A diminta menyiapkan pertanyaan ringkas yang berkaitan
dengan materi yang baru disampaikan. Tim B dan C
menggunakan waktu rmtuk mereview catatan mereka.
e. Tim A memberi pertanyaan kepada tim B, jika tim B tidak dapat
menjawab, pertanyaan pindah ke tim C.
f. Tim A melanjutkan pertanyaan berikut ke tim C.
g. Ketika quiz berakhir, lanjutkan penyampaian materi kedua, dan
minta tim B sebagai pemandu quiz (kelompok penanya)
h. Setelah tim B selesai dengan quiznya, lanjutkan penyajian ketiga
dan minta tim C sebagai Pemandu.

9.4 Strategi Untuk Penilaian Cepat


Menurut Mel Selberman terdapat beberapa strategi yang dapat
digunakan untuk membantu guru dalam menilai mata pelajaran dan pada
saat yang sama dapat melibatkan peserta didik sejak dari awal. Di antara
strategi tersebut adala\ Assessment Search, Question Student Have, dm
Class Consern (Mel Silberman, 1996:69, 7 l, 77).

163
Manaj enet Befias is S ekola h

l. Assessment Searci @enelitian Untuk Penilaian)


Hal ini suatu cara yang menarik untuk menilai kelas dalam waktu
yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa sejak awal pertemuan
untuk saling mengenal dan bekerjasama.
Langkah-Langkah
a. Buadah tiga atau empat pertanyaan untuk mengetahui kondisi
kelas. Pertanyaatr tersebut dapat berupa;
- Pengetahuan siswa terhadap materi ajar
- Sikap mereka terhadap mata pelajaran
- Pengalaman mereka yang ada hubungannya dengan materi
ajar
- Keterampilan yang telah mereka peroleh
- Latar belakang mereka
- Harapan yang ingin didapat siswadari mata pelajaran
b. Bagilah kelompok yang terdid dari 3 atau 4 orang siswa
tergantung pada jumlah pertanyaan. Berilah setiap siswa satu
pertanyaan dan diminta untuk mengiterview teman dalam satu
group unn* mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut.
Pastikan setiap siswa mempunyai pertanyaan sesuai dengan
bagiannya. Dengan demikian, jika jumlah siswa l8 orang, dibagi
6 kelompok, maka setiap kelompok 3 orang. Jadi ada 6 orang
yang mempunyai pertanyaan yang sama.
c. Mintalah setiap kelompok mengumpul, menyeleksi dan
meringkas data yang ada.
d. Kemudian melaporkan hasil kerja mereka di kelas.
2. Question Srudent Have (Pertaayaan dari Siswa)
Strategi ini
mengajak semua siswa untuk mengemukakan secara
temrlis persoalan-persoalan yang terkait dengan materi ajar yang
masih belum terpecahkan. Cara ini dapat juga dipakai untuk
mengetahui kebufuhan dan harapan siswa dari mata pelajaran yang
sedang diajarkan.

164
Marujemca Masis Sekolah

Langkah-Langkah
a. Bentuklah posisi duduk siswa menjadi formasi lingkaran.
b. Bagikan potongan-potongan kertas kesemua siswa.
c. Mereka diminta menulis sahr pertanyaatr saja yang berkaitan
dengan materi ajar.
d. Setelah itu berikan kertas tersebut kepada teman di samping
kirinya.
e. Putarlah kertas itu ke kiri (searah jarum jam) , semua siswa dapat
giliran membaca pertanyaan.
f. Jika senada dengan pertanyaan (pembaca), diberi tanda centang
(cekles), jika tida( berikan ke sebelahnya.
g. Bila sudah kembali, hitung tanda cgntang tersebut.
h. Pertanyaan yang banyak tanda centang, beri respon terhadap
pertanyaan tersebut dengan:
l) jawaban langsung secara singkat
2) menunda jawaban sampai pada waktu membahas topik
tersebut
i. Jika waktu masih ada, minta beberapa orang membaca
pertaryaan y,ng dia tulis meskipun tidak mendapat tanda
centang, dan beri jawaban atau respon.
j. Kumpulkan semua kertas, untuk dijawab pada pertemuan
berikutnya.
3. Class Consern (l(ehali'Hatian Terhadap Mutu Pelajaran)
Strategi ini mengajak siswa untuk mendiskusikan sesuatu unhrk
mempermudah marteri pembelajaran.
Langkah-t angkah
a. Jelaskan kepada siswa bahwa mereka munekin memiliki
kepedulian terhadap materi pembelajaran. Kepedulian itu
mungkin mencakup beberapa hal, yakni:
. Kesulitan apa yang dihadapi berkenaan dengan materi
pembelajaran yang dapat menghabiskan waktu.
. Bagaimana berpartisipasi dengan bebas dan menyenangkan'
. Bagarmana siswa dapat berfimgsi dalam kelompok belajar'

165
Manajemm &zbasis Sekolah

. Cara apa yang mudah dalam memahami materi


pembelajatan.
b. Cantumkan persoalannya di papan tulis.
c. Siswa dibagi beberapa kelompok sesuai dengan jrrmlah yang ada.
d. Ajaklah tap-tiap kelompok menguraikan salah satu dari persoalan
tersebut.
e. Mintalah setiap kelompok merangkum hasil diskusinya.

9.5 Strategi Untuk Pelibatan Belajar Langsung


Sebelum memulai pembelajaran sayogianya kondisi siswa dalam
keadaan siap secara mental, karena itu diperlukan mngsangan unhrk
berpikir. Menurut Mel Silberman terdapat beberapa strategi pembelajaran
yang dapat melibatkan peserta didik secara langsung ke dalam mata
pelajaran unhrk membangun perhatian/minat, memunculkan keingintahuan
mereka dan merangsang berpikir, di antaranya adalth Active Knowledge
Shartug, Lightening the Learnfiry Climate, dan True or False (Mel
Silberman, 1996: 80-87).
l. Aaive Knowleadge Shaing (Saling Tukar Pengetahuan)
Hal ini merupakan cara yang bagus untuk menarik siswa dengan
segera pada materi pembelajaran, dan sekaligus untuk mengukur
tingkat kemampuan mereka-
LangkahJangkah
a. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
ajar yang akan diberikan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
berupa:
- subjektif test, seperti mengemukakan definisi
- menanyakan sikap atau tindakan yang dapat dilakukan
- melengkapi kalimat
b. Siswa diminta untuk menjawab dengan sebaik-baiknya.
c. Kemudian ajaklah mereka berkeliling unhrk mencari siswa lain
yang dapat menjawab berbagai pertanyaan yang tidak diketahui
jawabannya.
d. Doronglah para siswa untuk saling membantu satu sama lain.

166
Manajemn Berbes b S ekolah

e. Siswa diminta untuk kembali ke tempat duduk semula dan


periksalah hasil jawaban mereka. Kemudian jawablah
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh siswa.
Gunakan jawaban-jawaban yang muncul sebagai jembatan untuk
mengenalkan topik yang Penting.
2. Lightening The Learning Climate (Mencai Iklim Belajar)
Sebuah kelas dapat dengan cepat mencapai suatu iklim belajar yang
informal, tidak mengancam mengajak peserta didik untuk
menggulakan honor kreatif tentang pelajaran mestinya.
Langkah-Langkah
a. Jelaskan kepada siswa bahwa anda ingin melakukan sebuah
latihan pembuka dan menyenangkan
b. Bagilah mereka ke dalam sub. Kelompok. Berilah mereka sebuah
penugasan yang penah meminta mereka pertimbangan, meminta
mereka bergembira dengan suatu topik, konsep atau issu penting
dalam pelajaran yang disampaikan.
Contoh-contoh bisa beruPa:
-Matematika Kembangkan sebuah daftar cara yang paling
efektif untuk mengerjakan perhitungan.
- Bahasa Indonesia. Tulislah sebuah kalimat yang berisi
kesalahan gramatika sebanyak mungkin.
c. Ajaklah sub-sub kelompok rmtuk menyampaikan kreasi-kreasi
mereka. Berikan applaus hasil-hasilnya.
d. Tanyakan Apa yang telah anda pelajari tentang pelajaran dari
latihan ini.
3. True or False @enar atau Salah)
Cara ini dapat merangsang keterlibatan siswa secara langsrmg dalam
materi ajar yang sedang dipelajari, dan sekalkiugus dapat
mengembangkan bangunan tim untuk berbagi pengetahuan dan
belajar langsung.

167
Manajemet Berbasis Sekolah

Langkah-Langkah.
a. Buatlah sebuah daftar pertanyaan yang berekaitan dengan materi
ajar, sebahagiarmya benar dan sebahagian lain salah. Tulislah
setiap statemen tersebut dalam kartru index yang terpisah.
b. Bagikan kartu. tersebut kepada setiap siswa, kemudian mereka
diminta unok mengidentifrkasi mana pemyataan yang benar dan
mana yang salah.
c. Jika proses ini
selesai, bacalah setiap pemyataan dan mintalah
respon dari kelas apakah pernyataan itu benar atau salah.
d. Berilah tanggapan balik setiap jawaban, sampaikan cara siswa
adalah bekerja bersama dalam tugas.
e. Tekankan bahwa kerja sama dalarn kelompok yang positif akan
saagat membantu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

9.6 Strategi Untuk Belajar Kelas Penuh


Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat merangsang
rasa ingin tahu siswa dengan mendorong spekulasi mengenai topik atau
persoalan. Di antaranya adalah Inquiring Minds Want to Ktow, Listening
Team, d,an Guided Note Taking (Mel Silberman, 1996: 99-103).
1. Inquiing Minds Want to Know (Menggali pikiran yang Ingin
Tahu)
Strategi ini dapat merangsang rasa ingin tahu siswa dengan
mendorong mereka untuk membuat perkiraan-perkiraan mengenai
topik atau persoalan.
Langkah-Langkah
a. Buatlah satu pertanyaan tentang materi ajar yang dapat
membangkitkan minat siswa untuk mengetahui lebih lanjut atau
mendiskusikannya dengan teman. Pertanyaan yang dibuat
tersebut diperkirakan hanya sebagian kecil saja yang
mengetahui.
Contoh pertanyaan tersebut adalah:
- Pengetahuan sehari-hari (Mengapa kurupsi semakin
maraj alela?)

168
Manajenn Betbais Sekolah

- Bagaimana (Apa yang harus dilakukan terhadap generasl


muda yang terjerumus dalam penyalah gunaan obat dan
narkoba?)
- Solusi (Apa j alan keluarnya jika siswa tidak mau mengerjakan
tugas-tugas yang diberikanb oleh guru?)
b. Anjurkan siswa untuk menjawab apa saja yang sesuai dengan
dugaan mereka.
c. Jangan memberi jawaban secara langsung. Tampung semua
jawaban, walauPun masih dugaan-
d- Gunakan pertanyaan tersebut sebagai petunjuk ke arah apa yang
sekiranya akan diajarkan. Berikan jawaban yang benar disaat
penyajian materi pelajlan.
2, Lisuning leanr (fim Pendengar)
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan fokus
dalam pelajaran yang menggunakair metode ceramah. Strategi ni
bertujuan membentuk kelompok-kelompok yang mempunyai tugas
atau tangqtrg jawab tertentu berkaitan dengan makri ajar.
LangkahJangkah
a. Penanya : 2 yang
Bertugas mernbuat pertanyaan minimal
berkaitan dengan materi ajar yang baru
disamPaikan'
b. Pendukung : Bertugas mencari ide-ide yang dipandang
berguna dari materi yalg disampaikan dan berikan
alsannya.
c. Penentang : Bertugas mencari ide-ide yang tidak disetujui atau
tidak berguna dari materi yang disampaikan, dan
berikan alasannYa.
d. Pemberi contoh : Berhrgas memberi contoh spesifik atau
penerapan dari materi yang disampaikan.
3. Guided Nou Takizg (Catatan Terbimbing)
Dalam strategi ini, sebagai seorang guru hanya menyiapkan bagan
atau skema atau lainnya yang dapat membantu siswa dalam
membuat catatan-catatan ketika penyampaian materi pembelajaran

169
Monajerrut B€lbosis Sckolah

Bentuk atau pola yang dapat dikerjakan untuk strategi ini salah
satunya dan yang paling sederhana adalah mengisi titik-titik
(Hisyam Zaini, dkk, 2007: 32-33)
Langkah-Langkah
a. Berikan siswa panduan yang berisi ringkasan poin-poin utama
dari materi pembelajaran yang akan disajikan dengan ceramah.
b. Kosongkan sebagian dari poin-poin yang dianggap penting,
sehingga terdapat ruang-ruang kosong dalam panduan tersebut.
c. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
- Berikan suatu istilah dengan pengertiarmya; kosongkan istilah
atau definisinya" seperti.................... adalah perilaku jiwa
seseonmg yang mendorong untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tanpa melalui pertimbangan (sebelumnya). Budi
pekerti adalah
- Kosongkan beberapa pernyataan jika poin utamanya terdiri
dari beberapa pemyataan;
Sifat-sifat yang wajib pada rasul adalah:
Shidiq (ujur)

d. Bagikan bahan ajar (handout) yang telah dibuat tersebut kepada


siswa. Jelaskan balpa handout itu sengaja menghilangkan
beberpa poin penting, dengan tujuan agar siswa tetap
berkonsentrasi terhadap materi pembelajaran yang disajikan.
e. Setelah selesai menyajikan materi, siswa diminta untuk membaca
hasil catatamya.

9.7 Strategi Untuk Menstimulasi Diskusi Kelas


l. Auive Debate (Debat Aktif)
Strategi ini dapat mendorong keaktifan siswa dalam
mengemukakan dan mempertahankan pendapatnya. Strategi ini bertujuan
untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam

170
Manajenen Babais Sekolah

memecahkan suatu masalah yang kontroversial serta memiliki sikap


demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat.
Langkah-langkah
a. Kembangkan suatu pernyataan yang kontroversial yang berkaitan
dengan materi Pelajaran,
b. Bagilah kelas menjadi dua kelompok (pro dan kontra).
c. Buatlah dua sub kelompok dalam kelompok masing-masing
untuk membuat argumen, pilih salah satu juru bicara yang akan
mempresentasikan.
d. Awali debat dengan meminta juru bicara menyampaikan
argumen (pandangan) pembuka, kemudian dihentikan dan
bergabung kembali dengan kelompoknya. Kemudian untuk
mengkounter argumen itu pada sisi yang berlawanan, pilih
kembalijuru bicara.
e. Perdebatan dapat diteruskan kembali, secara berhadapan.
f. Apabila dirasa cukup, akhiri perdebatan.
g. Guru melalcukan klarifrkasi, dan penyimpulan.

2. Point-Counterpoint @eradtt Pandangan Sesuai Perspektif)


Strategi ini baik dipakai unhrk melibatkan siswa dalam
mendiskusikan isu-isu komplek secara mendalam. Strategi ini bemrjuan
untuk melatih peserta didik mencari argumen yang kuat dalam
memecahkan masalah yang aktual di masyarakat sesuai dengan posisi yang
diperankan.
Langkah-langkah
a. Pilih isu-isu yang banyak perspektif (pandangan)
b. Siswa dibagi dalam. kelompok sesuai dengan perspektif yang ada
c. Setelah salah seorang menyampaikan argumen mewakili
kelomPoknYa
d. Mintalah tanggapan dari kelompok lain dari perihal yang sama'
e. Lanjutkan proses ini dengan mempersilakan kelompok lain
f. Beri rangkuman dengan menggarisbawahi atau mencari titik
temu

771
Maruj em n Befi asis Sekola h

9.8 Strategi Untuk Belajar Bersama (Kolaborati$


l. Informaion Searcr, (Mencari Informasi)
Strategi ini sama dengan tjian open Doot Siswa berkelompok
mencari informasi dalam balan pelajaran yang dibagikan untuk menjawab
pertanyaan. Skategi ni bernrjuan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan suatu ilmu pengetahuan dengan proses
mencari dan menemukan sendiri.
Langkah-langkah
a. Bagikan bahan-bahan ajar kepada siswa, seperti:
- handsout
- dokumen
- buku teks atau
- informasi dari intemet
b. Buatlah beberapa pertanyaan berkaitan dengan bahan yang
dibagikan, (awabannya ada dalam sumber belajar)
c. Bagikan pertanyaan tersebut kepada siswa untuk dijawab
d. Mereka diminta menjawab secara individu atau kelompok yang
dibatasi oleh waktu (msalnya l0 menit)
e. Berilah komentar atas jawaban mereka. Kembangkan jawaban
untuk memperluas pembelaj aran
f. Dapat dilanjutkan dengan diskusi antarkelompok
g. Guru melakukan klarifikasi dan menarik simpulao bersama,

2, Small Group Discussion @iskusi Kelompok Kecil)


Snategi ini bertujuan agar siswa memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah yang terkait dengan materi pembelajaran dan
persoalan-persoalan yang dihadapi dalam keh.idupan sehari-hari.
Langkah-langkah
a. Siswa dalam kelas dibagi beberapa kelompok kecil (maksimal 5
orang),
b. Berikan persoalan sesuai denganKD atau indikator pmcapaian.
c. Setiap kelompok dimnls untul ,endiskusikan jawaban soal
tersebut

172
Matwj euen Berbasis Sekolah

d. Pastikan semua siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi.


e. Setiap kelpmpok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan
hasil diskusi dalam forum kelas.
f. Guru melakukan klarifrkasi dan menarik simpulan bersam4
serta tindak lanjut.

3.The Power Of fir, (Menggebung dua Kekuatan)


Aktivitas ini dilakukan unh* mendorong pembelajaran kooperatif
dan memperkuat kepentingannya serta manfaat sinergi yaitu dua kepala
sungguh lebih baik dari hanya satu kepala. Strategi ini bertujuan untuk
membiasakan belajar aktif secara indMdu dan kelompok (belajar bersama
hasilnya lebih berkesan)
LangkahJangkah
a. Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut percnlmgan
dan pemikiran.
b. Mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut secara individual.
c. Setelah sernua mahasiswa menjawab pertanyaan secara lengkap,
mereka diminta berpasangan dengan teman duduknya untuk
saling bertukar jawaban dan membahasnya.
d. Pasangan-pasgan tersebut diminta membuat jawaban baru untuk
setiap pertaDyaan.
e. Ketika semua pa.sangan selesai menulis jawaban baru,
bandingkanlah jawaban dari masing-masing pasangan ke
pasangan yang lain.

4, Aaive Debatc @ebat Aktif)


Strategl ini dapat mendorong keaktifan siswa dalam
mengemukakan dan mernpertahankan penrlepatnya. Strategi ini berojuan
untuk melatih peserta didik agar mencari argumentasi yang kuat dalam
memecahkan suatu masalah yang kontroversial serta memiliki sikap
demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat.

173
Manajemn Bobasis Sekolah

Langkah-langkah
a. Kembangkan suatu pemyataan yang kontroversial yaog berkaitan
dengan materi pelajaran,
b, Bagilah kelas menjadi dua kelompok (pro dan konta).
c. Buatlah dua sub kelompok dalam kelompok masing-masing
untuk membuat argumen, pilih salah satu juru bicara yang akan
mempresentasikan.
d. Awali debat dengan meminta juru bicara menyampaikan
argumen (pandangan) pembuk4 kemudian dihentikan dan
bergabung kembali dengan kelompoknya. Kemudian untuk
mengkounter argumen itu pada sisi yang berlawanan, pilih
kembali juru bicara.
e. Perdebatan dapat diteruskan kembali, secara berhadapan.
f. Apabila dirasa cukup, akhiri perdebatan.
g. Guru melahrkan klarifrkasi, dan penyimpulan.

5. Card Sort (Sortir Kartu)


Strategi ini merupakan kegiatan kolaborasi yang bisa digunakan
untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi dari suatu objek.
Strategi ini bertujuan unnrk mengaktilkan setiap individu sekaligus
kelompok dalam belajar.
Langkah-langkah
a. Guru memberikan motivasi.
b. Guru membagikan potongan kertas/kartu yang berisi informasi.
c. Guru menulis kata kunci di papan tulis.
d. Siswa disuruh mencari kata-kata yang sejenis dengan tema.
e. Siswa berkelompok dan mendiskusikan kata-kata yang
ditemukannya.
f. Menyusun kartu di papan tulis dan mempresentasikannya-

174
Maujenor Babasis Sekalah

6. Team Quiz @ertanYaan KelomPok)


Strategi ini akan meningkatkan kerjasama tim dan juga dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa tentang apa yang mereka pelajari
dalam suasana menyenangkan.
Langkah-langkah
a. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian
b. Siswa dibagi menja di tiga tim (kelompok) A' B, dan C-
c. Jeiaskan format pelajaran yang akan disampaikan. Batasi
presentasi maksimal l0 menit.
d. Tim A diminta menyiapkan pertanyaan ringkas yang berkaitan
dengan materi yang baru disampaikan. Tim B dan C
menggunakan waktu untuk mereview catatan mereka.
e. Tim Amemberi pertanyaan kepada tim B, jika tim B tidak dapat
menjawab, pertanyaan pindah ke tim C.
f. Tim A melanjutkan pertanyaan berikut ke tim C.
g. Ketika quiz berakhir, lanjutkan penyampaian materi kedua, dan
minta tim B sebagai pemandu quiz (kelompok penanya)
h. Setelah tim B selesai dengan quiaya, lanjutkan penyajian ketiga
dan minta tim C sebagai Pemandu

9.9 Strategi Untuk Pengajaran Teman Sebaya


l. Everyone Is A Teacher Here (Seliap Orang Sebagai Guru)
Strategi ini sangat tepat untuk memperoleh partisipasi kelas secara
keseluruhan. Cara kesempatan pada setiap siswa untuk
ini memberikan
berperan sebagai seorang guru bagi teman-temannya. Strategi ini bertujuan
untuk membiasakan peserta didik untuk belajar aktif secara individu dan
membudayakan responsif terhadap persoalan yang muncul, berani
bertanya, tidak minder dan tidak takut salah.
I-angkahJangkah
a. Bagi selembar kertas kepada siswa, dan mereka diminta untuk
menulis satu pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pembelajaran atau berhubungan dengan tugas yang diberikan'

175
Manaj emm Berbas is Seko I ah

b. Kumpulkan kertas pertanyaan, dan acak kertas tersebut,


kemudian dibagikan kepada setiap siswa, dan pastikan tidak ada
yang menerima pertanyaan yang dihrlis sendiri. Mereka diminta
unhrk membaca dan menjawab pertanyaan dalam kertas tersebut
secara individual.
c. Siswa diminta secara sukarela untuk membacakan pertanyaan
dan jawabannya.
d. Setelah dibacakan jawabanny4 para siswa diminta unhrk
menamba}lannya.
e. Lanjutkan selama masih ada sukarelawan untuk membacakan
jawabannya

2. Jigsaw Leaming @elajar Melatui Tukar Delegasi antar


Kelompok)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika
materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan
materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan
sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Strategi ini bertujuan unhrk
melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggrmgiawab
secara individu untuk membanhr memahamlan tentang suatu materi pokok
kepada temannya.
Langkah-Langkah
a. Pilihlah materi yang dapat dibagi beberapa sep.en.
b. Bagilah materi tersebut menjadi beberapa segmen
c. Bagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan segrnen
yang ada
d. Setiap kelompok membaca dan memahami materi yang berbeda-
beda
e. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain
untuk menyampaikan hasil pemahaman dari kelompoknya

176
Manaj emet Bobasis Sekolah

f. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan


sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam
kelompok.
g. Berilah siswa beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman
mereka terhadap materi yang mereka pelajari

177
Manajemett Berba is Sekolah

178
Manajemer Bobasis Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Abu Duhou, 2002. Manajemen Berbasis Se&o/alr. diterjunahkan oleh


Noryamin Aini dkt Jakarta: Logos

Ahmad D. Marimba" 1998. Pengantar Filsafat Pendidilun Islam.


Bandung: Al-Ma'arif
Departemen Pendidikan Nasional, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Setalah, Buht I Konsep dan Pelaksanaannya. Jakarla:
Direktorat SLP Dirjen Dikdasmen

Efendi AR. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan. Malang: UM


Press

Endin Nasrudin. 2010. Psikologi Manajemen.Bandwtg: Setia Setia

E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Gurz. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Emie Tisnawati Sule. 2010. Penga tar Manajemen. Jakarta: Kencana


Media Group.

Fatah, N. 20[,4. Landasan Manajemen Pendidilan. S6adrmg: Remaja


Rosda Karya.

George F. Kneller, 1996. Logic And Language Of Education, Jhon Willey


And Sons, Inc, New York

Hasan Langgulung, 1999. Asas-Asas Pendidilan Islcrz. Jakarta: Pustaka


Al-Husna

Hari Sudrajad. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.


Bandung: Cipta Cekas Grafika.

Hani T Handoko. 1993. Manajemen Pendtdikan.Yogyakarta: BPPE

Kusmintardjo. 1992. Pengelolaan layanan Klrusus di Sekolah. Malang.


IKIP Malang.

179
Maaajemet Bobais Sekolah

Latifah. 2O16 Manajemen Pendidikan Yogyakarta: Parama Ilmu

Made Pirdata. 2102. Manajemen pendidi kan Indonesia. Jakarta: Bina


Aksara.

Mudyahardjo, P.:edja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakada: Raja Grafindo


Persada.

Mulyas4 2004. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strateg| dan


Implemenlasi. Bandung: Rosdakarya

Nanang Fatah. 2001. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:


Remaja Roda Karya.
Ngalimun, 2012. Stategi Pembelajaran Berbasis PAIKEM. Banjarmasin:
Pustaka Banua

Ngalim Purwanto. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Ciha Aditya Bakti

Nurkholis, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah: Teoi, Model, dan


Ap I ikas i. J akarta: Grasindo

Rahiat. 2010. Manajemen Sekolah Teoi Dasar dan Pralaik. Baadwg:


Refika Aditama.

Sud arwan Danim. 2006. Visi baru marmjemen Sekolah. Dari [lnik
Biroh'asi ke lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara.
Syaifullah Sagala. 2010. Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu
Pend id i kan. Bandrmg: Alfabeta

Sujanto, Bedjo, 2007 . Manajemen Berbasis Sekolah: Model Pengelolaan


Sekolah di Era Otonomi Daerah- Jakarta: Sagung Seto

Syaifuddin, Mohammad, dkk, 2007. Manajemen Berbasis Sekolah.


Jakarta: Departernen Pendidikan Nasional

180
-
Marcjemen Bertasis Seholah

Suyanto dan Abbas, 2001. Wajah Dinamika Pendidikan Anak Bangsa.


Yogyakarta: Adicita

Slamet PH, 2000. Manajemen Berbasis Sekolah dalam Jumal Pendidikan


dan Kebudayaan, Balitbang Depdiknas, Jakada

Tilaar, H.A.R., 2004. Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian


Pendidikan Masa Depan, cet. vii, Bandung: Rosdakarya

UU No. 23 Tahun 2003 tentarg Sistem Pendidikan Nasional.


Umaedi, 2008. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Winamo, 1990 Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars

181
,1 Dr. Drkir, M.l\ merupakan praktisi dan ahli dibidang Manajemen
I .1
, Pendidikan Islam, dilahtkan di Banjamegara tanggal 23 Maret
1969. Bekeg'a sebagai Dosen pada Institut Agama 1s1.- 1fut '
Palangka Raya. Beliau Menamatkan penditlikan Sl di STAIN
r..I .\ I Palangka Raya, 52 dan 53 Manajemen Pendidikan Islam
,'i1
i-t r* ditamatkannya di UIN Malang. Selain mengajar beliau juga
diberikau tugas tambahan sebagai Ketua Lembaga Penjaminan
MutuPeodidikan.
Beliau menikah dengan Sri Wahyuni, ST dan dikaruniai satu orang aoak yailr Eka
Afifah Noor Andini. Kary6 ilmiafi y6g pemah ditulis salah satunya adalah tentang
Monojemen Strateg*: Pedoman Mengelola Madrasah Benmtu, dite6itkan pada
taJll:m20l4, Pembudayaan Nilai Kepenimpinan Isla ni Melalui Internalisasi Menuju
Keseimbangon Transformasi Spiritual, Mental, Pola Pikir don Kepribadian yang
solid dalam Mewujudkan Kualitas Lembaga Pendidikon,teftirpadatahun 2015. dan
Manoj emen lu{ru P end id i kan teftit tahtJm 20 I 6.

Ledfeh Husien, S.Pd Lahir tanggal 26 Januari 1994 di Kota Intar


Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Anak pe{tama
dari dua bersaudara pasangan H. Husien AMullah Thalib (alm) dan
Mahmudah ini menamatkan pendidikan di SDN Antasan Senor
Marapura. $s[6lah Mmsngah Pertama ditamatkannya di MTs
Assalam Martapurq den Sekolah Menengah Atas di SMKN I
Martapura Kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang S.l
Ilmu Pendidikan FI(P Universitas Achmad Yani Banjarmasin.
Setelah menyelesaikan bangku kuliah di Strata Satu, ia pun saat ini sedang
melanjutkan pendidikannya ke jenjang S.2 Manajemen Pendidikan. Selain sibuk
dalam menempuh studinya, iajuga sebagai penulis dan editor tepas pada buku-buku
bidang ilmu pendidikan.lrn umum lainnya yang dipakai pada perguruan tinggi
ssSagai $ahan ajar. Bekerja di Madrasah Ibtidaiyah Assalam Martapura rlan sebagai
Dosen Luar Biasa di Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin. Beberapa
karyanya benrya buku adzlah "Prcfesi Keguruan" diterbi *a" oleh Pustaka Baru
Press Yoglakarta, dat " Manajemen Pendidikan" diterbitkan oleh Parama Ilmu
Yogyakarta, serta buku yang berada di r-ngan saudara ini denganjudul " Manajemen
Berbasb Sekolah (MBS) " diterbitkan di K-Media Yogyakarta.

Penerbit K-Media ISB t?t-t0?-5570-16-S


Perum Pondol tndah Barguntapan
Barguntapan, Bantul, Yogakarta
@ kmedia.cvggmail.com
trPenerbit K-Media
G www.kmedia.co.id illtl I ultlltliltttt I tlttt ilt

Anda mungkin juga menyukai