Anda di halaman 1dari 5

Pembuatan Pupuk dari Kulit Pisang

Dengan Penambahan Logam Golongan A


Ellis D. Hutapea Yesni Glory Zebua Septiaman K. Damai Hia
Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Indonesia, Jakarta Timur

Abstrak
Kulit pisang merupakan limbah yang biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak
atau dibuang begitu saja. Kulit pisang mengandung mineral yang terdiri dari Ca, Mg,
K, Fe serta karbohidrat dan selulosa. Jumlah produksi pisang tahunan di Indonesia
mampu mencapai 72,81 juta ton. Hal ini menghasilkan peningkatan dan
penumpukkan limbah kulit pisang yang berpotensi menyebabkan polusi.
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kulit pisang menjadi bahan
baku kompos yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah dan memperbaiki struktur
dan karakteristik tanah. Selain itu juga bertujuan untuk menambahkan komposter
yang efisien.
Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas
maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas
lahan secara berkelanjutan (Simanungkalit et al, 2006). Penggunaan pupuk organik
dalam jangka Panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah
degradasi lahan.
Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beraneka ragam, dengan karakteristik
fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari
penggunaan pupuk organic terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi
( simanungkalit et al, 2006).
Pembuatan pupuk sendiri seperti pupuk padat berupa kompos dapat dilakukan
dengan cara memanfaatkan limbah yang ada di sekitar rumah dan halaman atau
kebun petani. Hasil pengamatan selama ini limbah tersebut belum dimanfaatkan,
disebabkan belum memiliki pengetahuan atau karena faktor kebiasaan padahal
beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat dapat
memberikan pertumbuhan yang baik bagi tanaman sayur-sayuran seperti terung,
sawi, bayam dan lain-lain (Arianto et al, 2015).
Pada mini riset pembuatan pupuk dari kulit pisang metode yang digunakan adalah
penghidratan (pengeringan). Dilakukan dengan cara kulit pisang dikeringkan dalam
oven.
Hasil yang didapatkan dari pembuatan pupuk dari kulit pisang yang dicampurkan
dengan bahan kimia KOH, KCl, dan CaCO 3 adalah serbuk hitam yang bertekstur
kasar seperti bubuk teh dan kemudian akan diuji setelah didiamkan selama 2
minggu.
Kesimpulan dari mini riset ini adalah kulit pisang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
karena mengandung nutrisi penting, seperti Kalium, Fosfor, dan Nitrogen. Nutrisi ini
dapat membantu dalam pertumbuhan tanaman dan memperbaiki kesuburan tanah.
Selain itu, penggunaan kulit pisang sebagai pupuk juga membantu mengurangi
limbah dan mendukung praktik pertanian yang ramah lingkungan.

Pendahuluan
Pupuk merupakan nutrisi atau unsur hara yang ditambahkan kepada tanaman dan
sekarang ini pemakaian pupuk dalam bidang pertanian sudah merupakan kebutuhan
yang tidak bisa dibiarkan. Pada lingkungan sekitar kita ternyata banyak sumber daya
alam organik yang dapat dijadikan pupuk organik baik yang padat maupun cair.
Contohnya seperti limbah kulit pisang.
Pupuk organik merupakan pupuk yang bahan utamanaya berasal dari bahan-bahan
organik, seprti dari tanaman atau kotoran hewan (Ratrianto at all 2019). Pupuk
organik mempunyai kandungan hara yang lengkap, yang bermanfaat untuk tanaman
(Roidah, 2013). Pupuk ini bisa berbentuk padat ataupun cair dan mampu menutrisi
tanah sehingga tanaman pun tumbuh dengan subur. Menurut Utari (2019) dan Putri
at al. (2022), kulit buah pisang juga memiliki manfaat yang luar biasa untuk tanaman.
Tanaman pisang merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan hampir setiap
daerah. Dalam budidaya tanaman pisang, petani umumnya mengambil bagian
tanaman pisang hanay buah, jantung dan daun pisang. Kulit buah, batang dan
bonggol jarang dimanfaatkan, umumnya dibuang begitu saja sebgai limbah. Kulit
buah, batang maupun bonggol pisang sebanarnya merupakan limbah yang masih
dapat digunakan sebagai produk yang bermanfaat karena mengandung senyawa-
senyawa potensial. Menurut solehah, [1], secara umum dalam 100 gram kulit pisang
terdapat 18,50 gram, 2,11 gram lemak, 0,3 gram protein, 715 mg kalsium, 117 mg
fosfor, 1,60 mg zat besi, 0,12 mg vitamin B dan 17,50 vitamin C. Sriharti dan Takyiah
dalam [2], juga menyebutkan bahwa kulit pisang yang dibuat menjadi pupuk organik
mengandung N total 0,211%, P2O5 0,07% dan K2O 0,88%.
Kulit pisang merupakan limbah yang cukup berpengaruh bagi pencemaran
lingkungan karena buat pisang digemari masyarakat sebab dapat diolah menjadi
berbagi makanan dan minuman. Masalahnya kulit pisang dibuang begitu saja
sehingga menjadi limbah pencemaran lingkungan. Padahal kulit pisang sebagai
dapat diolah kjembali menjad makanan, juga bisa dapat dimanafaatkan menjadi
pupuk organik yang dapat membanatu mempercepat pertumbuhan akar, menambah
unsur hara dalam tanah, memacu pembentukkan bunga serta pematangan buiji
atau batang dan dapat menambah daya tahan tanaman terhadapat penyakit.
Tanaman pisang merupakan tanaman budidaya masyarakat yang tumbuh subur di
Indonesia. Hasil penelitian Risky Ayu (2015) menunjukkan bahwa limbah kulit pisang
dapat dimanfaatkan sebagi pupuk karena kulit pisang memiliki banyak kandugan
seperti protein dan fosfor, selain itu, juga mengandung unsur mikro Ca, Mg, N, Na,
dan Zn. Menurut Emaga (2007) kulit pisang memiliki serat pangan tidak larut.
Kandungan pati penting dalam tahap pertama pematangan, tetapi menurun seiring
meningkatnya gula total saat proses pematangan. Diantara semua mineral
potassium adalah yang paling penting. Kulit pisang buah dan olah dapat digunakan
sebagai sumber energi terutama karena kandungn serat pangannya yang tinggi.
Selain itu kuli pisang memiliki kualitas protein yang baik dan menjadi sumber lipid
yang menarik secara kualitas.
KOH adalah singkatan dari Kalium Hidroksida. Adalah senyawa kimia yang
merupakan basa kuat dan larutan elektrolit. KOH sering digunakan dalam industri
termasuk sebagai bahan dalam proses produksi sabun. Secara kimiawi KOH terdiri
dari atom Kalium (K), Oksigen (O), Hidrogen (H). Penambahan KOH pada
pembuatan pupuk dari kulit pisang berfungsi untuk perkembangan bunga dan buah
pada tanaman.
HCl adalah Kalium Klorida senyawa kimia yang terdiri dari unsur Kalium dan Klorin.
Senyawa ini digunakan untuk berbagai aplikasi termasuk sebagai bahan yang
digunakan dalam pembuatan pupuk pertanian yang berfungsi untuk pertumbuhan
tanaman yang lebih optimal.
CaCO3 adalah Kalsium Karbonat senyawa kimia yang terdiri dari unsur kalsium,
karbon, dan oksigen. Fungsi CaCO3 ditambahkan pada pembuatan pupuk dari kulit
pisang adalah untuk membantu keseimbangan ph tanah sehingga lebih sesuai untuk
pertumbuhan tanaman.

Metode
Pada mini riset pembuatan pupuk dari kulit pisang metode yang digunakan adalah
penghidratan (pengeringan). Dilakukan dengan cara kulit pisang dikeringkan dalam
oven yang bertujuan untuk memudahkan pencampuran bahan kimia setelah itu
didiamkan selama 2 minggu.
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian
a) Alat

No Nama Alat Ukuran Jumlah


1 Pisau - 1 Buah
2 Oven - 1 Buah
3 Neraca Analitik - 1 Buah
4 Kaca Arloji - 4 Buah
5 Lumpang dan Alu - 1 Buah
6 Beaker gelas 200 ml 1 Buah
7 Spatula Besi - 1 Buah
b) Bahan

N Nama Bahan Kosentrasi Jumlah


o
1 Kulit Pisang - 30 gram
2 KCl 0,1 M 5 gram
3 CaCO3 0,1 M 5 gram
4 KOH 0,1 M 5 gram

c) Prosedur Kerja
1) Potong kulit pisang dan bersihkan dari sisa-sisa buah
2) Keringkan sampel menggunakan oven pada suhu rendah 50-60 0 C dan
periksa secara berkala dan balik potongan agar pengeringan merata
3) Setelah kering, haluskan sampel menggunakan lumping dan alu
4) Timbang sampel sebanyak 30 gr dan pindahkan kedalam beaker gelas
5) Kemudian haluskan KCl, KOH, dan CaCO 3 tujuanya agar tercampur
merata ketika dicampur dengan sampel
6) Timbang ketiga bahan tersebut masing-masing sebanyak 5 gr
7) Campurkan sampel kulit pisang dan ketiga bahan kimia tersebut
8) Simpan campuran kedalam wadah tertutup dan biarkan fermentasi
selama 2 minggu, agar bahan-bahan dapat terurai
9) Untuk memastikan hasil pupuk dapat dilakukan dengan uji pupuk pada
tanaman
Hasil dan Pembahasan
Pada saat proses pengeringan kulit pisang menggunakan oven perubahan yang
terjadi pada kulit pisang adalah tekstur kulit pisang yang awalnya basah menjadi
kering dan warna yang semula kuning menjadi hitam. Setelah terjadi perubahan
tersebut, kulit pisang diblender menjadi halus kemudian ditambahkan dengan bahan
kimia KCl, KOH dan CaCO3 secara fisik perubahan pada kulit pisang tidak terlalu
dominan namun kandungan yang ada didalamnya sudah berbeda. Untuk
mengetahui bahwa pupuk organik dari kulit pisang yang sudah melewati proses
penegringan dan penambahan bahan kimia berfungsi untuk pertumbuhan tanaman
maka kita harus mendiamkan hasilnya selama 2 minggu kemudian diaplikasikan
dengan tanaman.

Keseimpulan
Kesimpulan dari mini riset ini adalah kulit pisang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk
karena mengandung nutrisi penting, seperti Kalium, Fosfor, dan Nitrogen. Nutrisi ini
dapat membantu dalam pertumbuhan tanaman dan memperbaiki kesuburan tanah.
Selain itu, penggunaan kulit pisang sebagai pupuk juga membantu mengurangi
limbah dan mendukung praktik pertanian yang ramah lingkungan.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai