Anda di halaman 1dari 10

resume etika dan tanggung jawab profesi

BAB 1
PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap orang mempunyai kebebasan untuk berucap, bertindak, berprilaku
atau untuk mengerjakan pekerjaan yang menjadi kesenangan sesuai dengan keahliannya
dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Namun setiap orang untuk mencapai tujuan
hidupnya itu, agar dia bisa hidup tentram, tertib, teratur aman dan damai serta
tidak diganggu oleh orang lain, ia dituntut untuk mentaati batasan-batasan atau
etika dalam pergaulan hidupnya dengan orang lain yang ada di sekitarnya.

Setiap orang juga dituntut untuk tidak merugikan orang lain dan harus
mempertanggungjawabkan terhadap apa yang dia lakukan.
Mahasiswa Fakultas Hukum adalah mahasiswa yang akan dicetak menjadi Sarjana Hukum
atau Ahli Hukum. Kelak mereka akan masuk menjadi komunitas ilmuwan yang berprofesi
di bidang hukum. Sarjana Hukum seperti juga sarjana dalam disiplin ilmu lain, atau
orang lain yang berprofesi dalam bidang keahlian tertentu pada dasarnya sama dengan
orang lain pada umumnya. Yaitu mereka terikat oleh batasan-batasan dalam lingkungan
komunitasnya. Batasan-batasan yang berlaku bagi mereka yang berprofesi hukum dalam
melaksanakan profesinya, adalah etika atau kode etik profesi hukum yang berisi
kewajiban-kewajiban, larangan-larangan dan keharusan untuk mempertanggungjawabkan
dalam melaksanakan profesinya serta sanksi bagi yang tidak melaksanakan kewajiban
atau melanggar larangan tersebut.

Dengan mempelajari, memahami dan menguasai etika dan tanggung jawab profesi hukum
diharapkan mereka dalam membuat, memelihara, melaksanakan, menegakkan dan
mempertahankan hukum dan keadilar: akan selalu menghormati, menjunjung tinggi dan
berpegang kepada etika profesinya, yaitu bersikap, berpihak dan berprilaku jujur,
benar, adil, dapat dipercaya, bertangguing jawab, sesuai dengan hakikat dan makna
dari tujuan hukum itu sendiri. Sebab di tangan merekalah hukum akan dibuat,
dilaksanakan, dipertahankan, ditegakkan dan dipelihara dalam upaya menegakkaan
kebenaran dan keadilan dalam masyarakat.

Menurut Mochtar Kusumaatmaja, scbagaimana dikutip oleh Kansil, Suatu pendidikan


profesional tapa pendidikan mengenai tanggung jawab dan etika profesional tidak
lengkap.

Pendidikan keterampilan teknis di bidang hukum yang mengabaikan segi yang


menyangkur tanggung jawab sescorang terhadap orang yang dipercayakan kepadanya dan
profesinya pada umumnya serta nilai-nilai dan ukurari etika yang harus menjadi
pedoman dalam menjalankan pro-fesinya hanya akan menghasilkan tukang-tukang yang
terampil belaka di bidang hukum dan profesinya.

Keadaan demikian tidak saja menjadikan pendidikan klinis itu tidak lengkap karena
calon anggota profesi itu tidak tahu bagaimana ia harus menggunakan keterampilan
teknis yang diperclehnya itu bahkan tak berlebihan kiranya apabila dikatakan bahwa
pendidikan keterampilan teknis tanpa disertai pendidikan tangung jawab profesional
dan etika adalah berbahaya.

Apabila pendidikan profesional di bidang hukum mengabaikan nilai-nilai etika dan


tanggung jawab profesi hukum, maka hasil pendidikan ter-sebut (sarjana), hanya akan
menghasilkan ahli hukum bagaikan tukang-tukang atau robot yang terampil dalam
bidangnya, tanpa memperhatikan kedalaman arti, hakikat, asal dan tujuan hukum.

Dalam kaitannya dengan kemampuan ahli hukum (hakim) untuk menggali hakilkat dan
tujuan hukum untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, menurut Bagir Manan, ada tiga
kategori hakim, yaitu :
1. Hakim sekedar menjadi mulut/corong undang-undang;
2. Hakim sebagai penterjemah aturan hukum yang ada;
3. Hakim sebagai pembentuk hukum (rechtschepper, Judge made law)

Dari tiga kategori hakim di atas tentu yang paling baik adalah hakim yang termasuk
kepada kategori ketiga. Karena dia akan selalu berusaha untuk menemukan hakikat
hukum dalam memutuskan masalah yang akan diputuskannya, melalui moral dan
tanggungjawab profesi yang diem-bannya. Mungkin suatu ketika dia menemukan dan
berpendapat bahwa kaidah normatif yang ada dalam perundang-undangan sudah kurang
sesuai dengan rasa keadilan, karena pertimbangan perkembangan zaman, maka dalam
keadaan demikian dia akan mencari hukum (ijtihad), kalau perlu dengan
mengenyampingkan perundang-undangan tersebut. Sebab hukum (perundang-undangan) yang
ada tersebut dibuat beberapa waktu yang lalu, sedang perkembangan masyarakat sudah
jauh berubah dibanding dengan waktu perundang-undangan itu dibuat. Ada yang
mengatakan hukum bergerak menurut deret hitung dan perkembangan masyarakat bergerak
lebih cepat menurut deret ukur. Kalau pada tahapan empat langkah, hukum baru sampai
kepada angka 4 (empat), yaitu deret hitung, 1, 2, 3, 4, maka perkembangan
masyarakat sudah sampai kepada angka 16 (enam belas), yaitu deret ukur, 1, 2, 4,
16.

Penegakan hukum harus dimulai oleh orang-orang yang lebih mengerti tentang hukum
itu sendiri. Keberhasilan penegakan hukum banyak ditentukan oleh faktor
pelaksananya, terutama para sarjana hukum.
Masyarakat awam akan melihat, menilai dan mencontoh (menteladani) apa yang
diperbuat oleh mereka.

Ada ungkapan bahwa ikan itu akan busuk dimulai dari insangnya. Ungkapan ini kiasan
yang menggambarkan bahwa bobrok dan hancurnya hukum dimulai dari bobrok dan
hancurnya orang-orang yang mengerti atau orang-orang yang mempunyai tugas untuk
membina, memelihara, menegakkan dan mempertahankan hukum tersebut. Kebobrokan dan
kehancuran orang-orang yang berprofesi hukum antara lain dimulai dari sikap dan
perilaku mereka yang sudah mengabaikan tidak melaksanakan nilai-nilai etika dan
tanggung jawab profesi hukum dan tidak memberi keteladanan kepada masyarakat pada
umumnya, khususnya kepada pencari keadilan.

Keteladan penegakan hukum harus ditunjul-kan oleh para pemimpin dan oleh orang yang
memahami hakikat hukum. Sebab kalau mereka tidak mematuhi dan tidak menegakkan
hukum, masyarakat awam akan men-contohnya. Dalam hal ini sangat tepat ungkapan:
Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Atau ungkapan sastrawan Inggris
Chaucer yang dikutip oleh peneliti dari USA, Dr. Robert L Welch dan dikutip oleh
Baharuddin Lopa, sebagai berikut : "If gold rusts, what will iron do" (Bila emas
berkarat, apalagi besi).

BAB II
NORMA HIDUP

Manusia adalah mahluk (ciptaan) Tuhan yang paling sempurna, dibanding mahluk
lainnya, seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Allah SWT menegaskan dalam friman-
Nya "Sesungguhnya kami telah men-cipatakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya."

Theo Huijbers, sebagaimana dikutip oleh Abdul Kadir" menyatakan bahwa martabat
manusia itu menunjukkan manusia sebagai mahluk isti-mewa yang tiada bandingannya di
dunia. Keistimewaan tersebut tampak pada pangkatnya, bobotnya, relasinya, fungsinya
sebagai manusia, bukan sebagai manusia individual, melainkan sebagai manusia keias
manusia, yang berbeda dengan kelas tumbuh-tumbuhan dan binatang. Dalam arti
universal ini semua manusia bernilai. Sesuai dengan nilainya itu, semua manusia
harus dihormati.
Manusia seutuhnya adalah manusia yang sudah muncul ciri-ciri manusianya. Ciri-ciri
manusia (yang membedakan dengan yang bukan manusia) itu memiliki pikiran; mampu
meng" aku"i membedakan aku dengan yang bukan aku, sehingga memiliki pribadi;
memiliki moral dan tanggung jawab; mampu mengungkapkan apa yang dipikirkan ke dalam
bahasa sehingga bisa meninggalkan tradisi sejarah budaya can pemiliran; dan dengan
semua itu manusia mampu membuat perencanaan. Manusia yang sudah memiliki ciri-ciri
manusia adalah manusia yang bisa mencu-kupi tuntutan-tuntutan fitrahnya, paling
tidak ia harus konsekuen akan eksistensinya di permukaan bumi ini, bersama manusia
lainnya.

Kelebihan manusia dari binatang adalah manusia itu mampu berpikir; ini disebabkan
manusia memiliki ruh sedangkan binatang tidak:, Hewan-apersepsi, manusia-persepsi,
maka manusia bisa mengamati sehingga mampu meng" aku"i dan membedakan antara aku
dengan yang bukan aku. Dari sinilah timbulaya pribadi. Jadi, manusia yang
berkepribadian adalah manusia yang mampu berpikit, karena dengan kemampuannya
berpikir itulah maka akhirnya dia berpibadi. Sedang berpikir adalah upaya untuk
memecahlan permasalahan manusia atas dasar tuntutan dari dalam dirinya yang
berkchendak. Maka pengembangan kepribadian adalah peningkatan cara berpikir dalam
dirinya yang berkehendak.

Dikala manusia berfikir dalam fitrahnya bersama manusia lainnya kemudian ia


menghasilkan karya. Berbeda dengan binatang yang juga menghasilkan "karya", umpama
rumahnya (sarangnya). Namun binatang menghasilkan "karya" tersebut bukan hasil daya
pikirnya, tapi atas dasar naluri dan instinknya. Proses lahirnya karya-karya
manusia inilah yang melakukan budaya. Ada yang menafsirkan budaya berasal dari kata
budi daya atau daya fakir, fikiran atau akal budi.

Dari segi phisik biologis, manusia adalah mahluk yang terdiri atas daging, tulang,
air dan darah. Kondisi phisik demikian, hampir sama dengan mahluk lain dari jenis
binatang. Umpama darah manusia merah, demikian juga binatang. Daging manusia tidak
jauh beda dengan daging binatang. Kerasnya tulang manusia dan tulang binatang pada
umumnya sama. Yang membedakan manusia dengan mahluk lain (terutama dengan binatang)
adalah manusia dianugrahi akal. Kedudukan dan peran akal sangat penting bagi
manusia dalam menentukan derajat kemuliannya. Dengan akal yang sehat manusia bisa
menemukan dan mengabdi kepada Tuhan sebagai Penciptanya, manusia bisa membedakan
antara kebenaran dengan kebathilan, antara keadilan dengan ketidakadilan. Bila
manusia tidak mengabdikan diri kepada tuhannya, sebagaimana tuntutan aka. schatnya,
tidak memelihara akalnya dengan baik, tidak berkarya yang .memberi manfaat kepada
manusia lainnya (amal shaleh), maka manusia bisa jaruh martabatnya di bawah
binatang.

Manusia sebagai mahluk Tuhan, bisa dilihat dalam kedudukannya sebagai individu dan
sebagai anggota masyarakat (kumpulan manusia). Untuk mempertahankan dan
mengembangkan eksistensi dan kualitas hidupnya, manusia banyak‹ membutuhkan
kelengkapan bagi dirinya. Pad dasarnya kebutuhan manusia dikclompokkan kepada empat
jenis.
1. Kebutuhan ekonomi yang bersifat material, untuk kesehatan dan
keselamatan jasmani, seperti pakaian, makanan dan perumahan.
2. Kebutuhan psikhis yang bersifat immaterial untuk kesehatan dan
keselamatan rohani, seperti pendidikan, hiburan, penghargaan dan agama.
3. Kebutuhan biologis yang bersifat seksual untuk membentuk keluarga dan
kelangsungan hidup generasi secara turun temurun, seperti per-kawinan, berumah
tangga.
4. Kebutuhan pekerjaan yang bersifat praktis, untuk mewujudkan ketiga
jenis kebutuhan di atas, seperti perusahaan, profesi.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup tersebut, manusia selalu memerlukan


keberadaan dan bantuan manusia lain. Tidak ada manusia normal yang bisa hidup
sendirian tapa keberadaan dan bantuan manusia lain. Jadi kebutuhan manusia hanya
dapat dipenuhi dengan baik, bila ia mampu bekerjasama dengan manusia lainnya dan
berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya.

Dalam kedudukan yang demikian, maka manusia dikatakan sebagai mahluk sosial (zoon
politicon). Menurui Aristoteles, manusia adalab mahluk-mahluk polis (Negara. Kota).
Kecenderungan alamiah dari manusia ialah membentuk kelompok, bertindak dalam
kelompok dan bertindak sebagai kelompok.» Mereka mempunyai sifat untuk mencari
sesama manusia lainnya. Manusia sebagai zoon politicon, berarti manusia sebagai
makhluk sosial dan politik (man is social and political being). Pernahaman makhluk
sosial dan politik, berarti manusia itu selalu hidup dalam suatu pergaulan hidup
(man is social being) dan selalu berorganisasi (is a political being). Jadi manusia
ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa selalu hidup di tengah-tengah dan dalam
pergaulan hidup dengan sesama manusia lain, tidak ditakdirkan terpisah dari manusia
lainnya yang hidup menyendiri dan mereka sekaligus berorganisasi (is a political
being). Bandingkan dengan firman Allah SWT bahwa manusia itu diciptakan berkelompok
(Q.S.49 al Hujurat 14).

Keahlian, kemampuan, kepandaian dan kebutuhan atau kepentingan hidup manusia yang
satu dengan manusia yang lain, berbeda tidak selalu sama. Mereka mempunyai
kelemahan dan keterbatasan di samping mempunyai kelebihan masing-masing. Karena
perbedaan yang ada pada manusia-manusia tersebut, kadang-kadang dalam rangka
memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya, mereka bersaing satu sama lain. Persaingan
ini kadang-kadang meningkat kepada keadaan saling mementingkan diri senditi dan
merugikan atau mengganggu orang lain. Malah, kadang-kadang meningkat kepada keadaan
yang satu memeras "memangsa" yang lain (Homo Homini Lupus).

Keadaan demikian pada perkembangan berikutnya, kemudian manu-sia merasa perlu untuk
membuat beberapa kesepakatan atau perjanjian, agar manusia yang satu dalam
melaksanakan aktifitas pemenuhan kebu-tuhannya, tidak mengganggu kepentingan atau
kebutuhan manusia lain. Perjanjian ini merupakan koridor, rambu-rambu, batasan-
batasan atau patokan untuk mengatur kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
manusia lain pada masyarakat tertentu. Batasn-batasan ini adalah norma: yang
berlaku dalam komunitas manusia tersebut.

Dalam sistem nilai yang menjadi norma hidup mereka, terdapat hak dan kewajiban
masing-masing. Terutama hak asasi dan kewajiban asasi. Hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjug tinggi
dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Sedang kewajiban asasi (kewajiban dasar)
manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak
memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Setiap hak asasi yang
dimiliki oleh seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik, serta menjadi tugas
pemerintah untuk menghormati, melindungi, menegakkan dan memajukannya.

Selanjutnya dalam kajian norma yang berlaku dalam kehidupan manusia, dihubungkan
dengan wilayah beriakunya norma tersebut, kepada siapa norma tersebut berlaku dan
sejauh mana daya paksa pemberlakuan norma tersebut serta sanksi bagi yang
melanggarnya, maka dikenal bebe-rapa jenis norma seperti norma kesopanan, etika,
moral, agama dan norma hukum. Hubungan norma-norma tersebut saling ada keterkaitan.
Titik temu norma-norma tersebut terletak pada tujuannya, yaitu melin-dungi
kepentingan tiap-tiap orang dalam masyarakat, agar setiap orang bisa mendapatkan
kebutuhan hidupnya dengan cara yang baik menuju kebahagiaan yang dinginkannya,
tanpa mengganggu kepentingan orang
lain.

BAB III
PENGERTIAN, MACAM, TUGAS DAN FUNGSI ETIKA
A. GAMBARAN ETIKA DAN MORAL DALAM MASYARAKAT
Setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu memer-lukan bantuan orang
lain. Mereka saling membutuhkan, tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian.

Dalam pergaulan hidup manusia mereka selalu menginginkan agar pergaulan hidup
tersebut berjalan dengan baik, teratur, damai, dan tidak saling menganggu.
Berkaitan dengan keinginan tersebut, muncul istilah "etika", atau "etis", "moral",
dan "akhlak"

Istilah atau kata "etika", "etis" dan "moral" sclalu muncul dalam dunia pergaulan
hidup antarmanusia. Substansi etika berhubungan dengan sesuatu yang dipandang baik
oleh masyarakat, atau berhubungan dengan apa dan bagaimana seseorang sebaiknya
berucap atau bertindak pada saat dia berhubungan dengan manusia lain. Prilaku etis
menyangkut perbuatan dalam kerangka baik dan benar. Pengertian etika secara umum
menurut pandangan masyarakat, antara lain dapat dilihat dari contoh ungkapan-
ungkapan di bawah ini.

Seorang peserta rapat ngobro! de. gan temannya, sementara pimpinan rapat sedang
berbicara, dia dikatakan tidak etis. Seseorang dipandang tidak etis bila dia bicara
dengan orang yang scharusnya ia hormati, sambil bertolak pinggang. Sekelompok anak
muda bercanda dalam angkutan kota, mereka berkata. dan ketawa dengan suara yang
keras, maka mereka dikatakan tidak tahu etika. Kalau ada kalimat yang mengatakan
bahwa
"zat ini pada sebagian sekolah di Indonesia, etika anak didik terhadap gurunya,
sudah menurun", maka itu berarti anak didik di sebagian sekolah tersebut sudah
kurang atau tidak memperhatikan ucapan atau prilaku yang baik, yang seharusnya ia
lakukan terhadap gurunya. Seseorang (non Muslim) dipandang tidak tahu etika, bila
ia makan dan minum pada bulan Ramadhan, sementara di sebelah dia duduk seorang
muslim yang sedang melakukan ibadah puasa. Seorang guru dipandang tidak etis bila
ia sedang mengajar di kelas sambil mengunyah makanan tertentu. Seorang anal.
dipandang tidak etis bila ia duduk berhadapan dengan orang tuanya sambil salah satu
kakinya diangkat di atas meja.

"Saya datang terakhir setelah melihat ada yang naik meja dan melem-par papan nama.
Ini sudah tidak etis. Saya ikut ke mimbar untuk melera." Kata Yoris Raweyai (F. PG
Papua), pada sat terjadi kericuhan dalam sidang Paripurna DPR tanggal 16 Maret
2005, ketika DPR menyikapi kenaikan harga BBM oleh Pemerintah.

Scscorang yang secara sengaja dan sadar menggunakan ijazah palsu, dia termasuk
orang yang tidak bermoral. Kebiasaan menyontek dalam ujian (bila menurut aturan
yang berlaku di Perguruan Tinggi tersebut tidak dibenarkan), merupakan perbuatan
yang tidak bermoral. Berbohong sekecil apapun, merupakan perbuatan yang tidak
bermoral. Pejabat atau orang kaya yang dengan kekayaannya berfoya-foya di tengah-
tengah rakyat yang kelaparan, termasuk orang yang tidak bermoral. Moral bangsa
perlu ditanamkan sejak masa pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Seorang ibu yang
dengan sengaja menggendong anaknya di tengah terik matahari dengan maksud agar
orang lain menaruh iba dan belas kasihan sehingga memberi uang kepadanya, termasuk
perbuatan yang tidak bermoral. Pela-cur termasuk wanita yang tidak bermoral.
Pemakai dan pengedar narkotika adalah orang-orang yang tidak bermoral.

B. PENGERTIAN ETIKA
Pembicaraan tentang etika bagi setiap profesi - termasuk profesi hukum - berkaitan
dengan norma kehidupan antarmanusia, yang sangat erat hubungannya dengan masalah
hake asasi manusia (human rights). Hak asasi manusia adalah hak dasar anugrah Than
yang melekat sejak lahit.

Esensi etika adalah norma hidup antarmanusia supaya manusia yang satu memperlakukan
manusia lainnya sebagai manusia, demikian pula sebalik-nya. Masing-masing manusia
melaksanakan kewajibannya dan mereka menghormati, menghargai hak dan keluhuran
(dignity) manusia lainnya.

Istilah "etika"', berasal dari bahasa Yunani, dari kata "ethikos, ethos", yang
berarti "adat, kebiasaan, praktek".

Dalam kamus Webster New World Dictionary, disebutkan, kata "ethic" atau "ethos"
dengan "The Characteristics and distuingishing attitudes, habits, believes, etc of
an individual or of group". Etika adalah, sikap, ke-biasaan atau kepercayaan dan
sebagainya dari seseorang atau suatu ke-lompok orang yang menjadi ciri pembeda
dengan orang atau kelompok lain.
Istilah etika menghubungkan penggunaan akal budi perseorangan dengan tujuan untuk
menentukan kebenaran tau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.

Jadi dalam kata etika ada tiga makna :


Pertama : Etika dipakai dalam arti nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya,
atau bisa dikatakan sebagai sistem nilai.
Kedua : Etika juga berarti kumpulan asas atzu nilai moral, yang di-
maksud disini adalah kode etik.
Ketiga : Etika mempunyai arti ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Etika disini
sama dengan filsafat moral.

Istilah dan makena etik<a telah cukup lama dikenal. Ada yang menga-takan bahwa
ctik<a dikemukakan olch Aristoteles dengan bukunya ETHIKA NICOMACHELA. Buku ini
merupakan sebuah buku yang ditulis olch Aristoteles yang diperuntukkan buat
puteranya Nikomachus. Dalam buku ini Aristoteles menguraikan bagaimana tata
pergaulan dan penghargaan sescorang manusia kepada manusia lainnya yang tidak
didasarkan kepada egoisme atau kepentingan individu, akan tetapi didasarkan atas
hal-hal yang bersifat altruistis, yaitu memperhatikan orang lain. Demikian juga
halnya kchidupan bermasyarakat. Untuk hal ini Aristoteles mengistilahkan dengan
manusia itu zoon politicon (makhluk sosial, makhluk yang memer-lukan keberadaan
makhluk lainnya)."

Jadi kata "etika" dipakai dalam dua pengertian : Pertama, sebagai nilai-nilai dan
norma-norma moral yang diterima sebagai pegangan bagi prilaku masyarakat. Dalam hal
ini etika sama artinya dengan moral atau moralitas.
Seperti dalam ungkapan ; "hal itu tidak etis",
"kita tidak boleh memikirkan
keuntungan saja, masih ada juga etika": "Pergaulan sebagian anak muda sekarang,
kurang memperhatikan etika". Kedua, Etika adalah ilmu. Etika adalah studi tentang
moralitas atau tentang etika dalam arti pertama. Etika ini mempelajari kehidupan
baik dan buruk dalam arti moral dan menen-tukan yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan. Etika ini termasuk filsafat, atau disebut etika filosofis atau
filsafat moral.

Dalam bahasa dan budaya Indonesia istilah atau kata etika, kurang begitu populer.
Istilah ini banyak dikenal dalam kajian ilmiah atau di ling-kungan terpelaja:. Kata
yang sepadan dengan itu dan lazim dipergunakan oleh kalangan masyarakat adalah
perkatan susila atau kesusilaan.

Kesusilaan berasal dari bahasa Sangsekerta, terdiri dari kata Su dan Sila. Kata Su
berarti baik, bagus, indah, cantik. Sedangkan Sila berarti adab, kelakuan,
perbuatan, morai, akhlak. Dikatakan perbuatan adab adalah perbuatan yang sopan
santun, perbuatan baik. Dengan demikian perkataan susila atau kesusilaan dapat
berarti, adab atau kelakuan atau per-buatan yang baik, atau perbuatan yang sesuai
atau menurut ketentuan norma atau kaidah yang harus dipatuhi.

C. BENAR, SALAH, BAIK DAN BURUK


Ada tiga kerangka besar filsafat, yaitu Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
(Filsafat nilai). Erika termasuk dalam pembicaraan cabang filsafat aksiologi, yaitu
cabang filsafat yang menyelidiki tentang hakikat nilai. Etika ialah ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dalam pergaulan hidup antarmanusia.
Atau Etika adalah ilmu dan pengetahuan tentang prilaku manusia yang terkait dengan
norma dan nilai-nilai atau ukuran buruk dan baik yang berlaku pada masyarakat.

Di dalam ilmu etika (akhlak) kita mengenal istilah-istilah benar dan salah, baik
dan buruk. Apakah prinsip-prinsip yang kita pakai itu benar atau salah, apakah
kebiasaan-kebiasaan yang kita perbuat itu baik atau benar.

Dalam kajian keilmuan benar, salah, baik dan buruk, bisa dilihat dari sudut pandang
subjektif dan objektif. Dibawah ini uraian singkat tentang benar, salah, baik dan
buruk sebagaimana dikemukakan oleh Rachmat Djatnika.
1. Benar dan Salah
Pengertian benar, menurut Ethics (Ilmu Akhlak) ialah hal-hal yang sesuai/cock
dengan peraturan-peraturan. Sebaliknya pengertian salah me-nurut Ethics, ialah hal-
hal yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.

Kalau dilihat dari segi subjeknya, secara subjektif, "benar" di dunia ini ada
bermacam-macam. Benar menurut Ilmu Hitung, arithmatic, ber-lainan dengan "benar"
menurut Ilmu Politik; "benar" menurut Logika, berlainan dengan "benar" menurut
dialektika; "benar" menurut seseorang berlainan dengan "benar" menurut orang yang
lain berdasar kepentingannya dan menurut peraturan yang berlaku untuknya.

Namun secara objektif "benar" adalah satu, tak ada dua benar yang bertentangan.
Apabila ada dua hal yang bertentangan, mungkin salah satunya saja yang benar atau
kedua-duanya salah, yang benar yang belum
disebut.

2. Baik dan Burk


Pengertian "baik" menurut Ethics adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan.
Sebaliknya yang ridak berharga, tidak berguna untuk tujuan, apalagi yang merugikan,
atau yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah "buruk"

Seperti halnya pengertian benar dan salah, maka pada pengertian baik dan buruk juga
ada yang subjektif dan relatif. Baik bagi seseorang belum tentu baik bagi orang
lain. Sesuatu itu baik bagi seseorang apabila hal itu sesuai dan berguna untuk
tujuannya. Hal yang sama adalah mungkin buruk bagi orang yang lain, karena hal
tersebut tidak akan berguna bagi tujuannya. Masing-masing orang mempunyai tujuan
yang berbeda-beda, bahkan ada yang bertentangan, schingga yang berharga untuk
seseorang atau untuk sesuatu golongan berbeda dengan yang berharga untuk orang atau
golongan lainnya.

Akan tetapi secara objektif, walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini
berbeda-beda, sesungguhnya pada akhirnya seruanya mem-punyai tujuan yang sama,
sebagai rujuan akhir bagi tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia, bahkan binatang
pun mempunyai tujuan. Tujuan akhir dari semuanya itu sama, yaitu bahwa semuanya
ingin baik. Dengan kata lain seruanya ingin bahagia. Talk ada scorang pun yang
tidak ingin bahagia. Tujuan dari masing-masing sesuatu, walaupun berbeda-beda,
semuany, aka bermuara kepada satu tujuan yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan
mendapatkan yang baik dan bahagia, tujuan yang albir yang sama ini dalam ilmu Echik
adalah "Kebaikan Tertinggi", dalam istilah latin disebut Sammum Bonm atau Bahasa
Arabnya Al Khair al-Kulli
Kebaikan tertinggi ini bisa juga disebut kebahagiaan yang universal (Universal
Happiness).

3. Macam-macam Baik menurut Etika


Yang bagaimanakah perbuatan yang disebut baik oleh etika? Hal-hal atau siat-sifat
atau perbuatan tingkah laku seseorang yang mempunyai predikat baik, atau yang
dikategorikan kepada kebaikan, tidak semuanya menjadi baik.

Perbuatan atau hal-hal yang baik ada beberapa macam, ada yang baik, yang sangat
baik dan ada yang terbaik; di samping ada yang kurang dan terlalu.

Sesuatu perbuatan disebut baik, ada yang paling baiknya, umpamanya berderma adalah
baik. Berdema yang bagaimana yang terbaik. Tentu hal ini harus diukur dari keadaan
yang berdema itu sendiri, tentu tidak sama antara orang jutawan dengan orang biasa.
Nilai derma satu juta bagi bagi orang biasa bagi sekrang yang kaya raya, mungkin
kecil, berbeda dengan derma satu juta bagi orang biasa.

D. MACAM-MACAM ETIKA
Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau pelbagai pendekatan ilmiah
tentang tingkah laku manusia. Ada tiga pendekatan dalam kajian ilmiah tentang
moralitas ini yaitu: Etika Deskriptif, Etika Normatif, Metaetika.!!
1. Etika Deskriptif melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas yang erat
hubungannya dengan antropologi, sosiologi dan psikologi dan bersandar pada
ketiganya. Etika deskriptif mempelajari dan menguraikan atau mempelajari moral
sesuatu masyarakat, kebudayaan dan bangsa tertentu dalam suatu periode sejarah ia
melukiskan adat istiadat, anggapan-anggapan rentang baik dan buruk, tindakan-
tindakan yang diperbolehkan dan yang dilarang. Ia juga membandingkan dan
menghadapkan sistem moral, kode-kode, praktek, dan nilai-nilai yang berbeda-beda.
la hanya melukiskan, tidak memberikan penilaian.

Contoh Orang Bali jujur dan tidak akan mau mengambil sesuatu barang bukan miliknya.
Apakah alasan orang Bali tidak mau mencuri?
Mencuri bertentangan dengan hukum karma yang telah membudaya bagi orang Bali. Lain
halnya dengan orang Batak. Menurut Y.C Vergouwen sebagaimana dikutip oleh
Simorangkir seorang Batak mencuri ayam tetangganya untuk menghormati mertuanya.
Misalnya kalau makanan tidak ada di rumah. Ayam yang dicuri itu dimakan bersama
sebagai peng-hormatan kepada mertua yang sedang mengunjungi menantunya. Apakah
alasan orang Batak mau mencuri barang yang bukan miliknya? Apakah mencuri tidak
dilarang? Mencuri barang orang lain dengan tujuan untuk menghormati mertua, dapat
dimaafkan masyarakat Batak.

2. Etika Normatif secara sistematis berusaha menyajikan serta mem-benarkan suatu


sistem moral. Di sini para ahli tidak bertindak sebagai penonton netral, seperti
dalam etika deskriptif tapi ia melibatkan diri dengan memberikan penilaian tentang
prilaku manusia. Etika normatif tidak deskriptif melainkan preskriptif
(memerintahkan), tidak melukiskan, melainkan menentukan benar tidaknya tingkah laku
atau anggapan moral.

Etika normatif berusaha mengembangkan serta membenarkan prinsip dasar moral atau
nilai-nilai dasar sesuatu sisten moral. Sistem itu senditi terdiri dari prinsip
atau nilai dasar moral dan aturan-aturan moral yang khusus menguasai perilaku
manusia dalam arti menghapuskan tindakan-tindakan yang buruk atau tidak bermoral,
tetapi juga menganjurkan peri-laku yang bermoral. Peraturan dan nilai-nilai inilah
yang membentuk norma-norma moral sesuatu masyarakat.

3. Metactika' erat hubungannya dengan etika normatif. Sampai taraf tertentu etika
normatif dan etika deskriptif mencakup juga kegiatan meta-etika. Metaerika adalah
studi tentang etika normatif. Ia kadang kala disebut etika analitis, karena ia
menganalisa. Metaetika mengkaji makna istilah-istilah moral dan logika dari
penalaran moral. la menanyakan misalnya apakah yang dimaksud dengan istilah "bailk"
dan "buruk" dalam arti moral dan apakah yang dimaksud dengan tanggung jawab moral,
kewajiban moral dan pengertian-pengertian sejenis itu. Makna suatu istilah tentang
moral erta hubungannya dengan pemakaiannya sehari-hari.
Metactika adalah cara lain untuk mempraktekkan etika sebagai ilmu.
Awalan meta- (dari bahasa Yunani) mempunyai arti "melebihi" , "melam-paui". Istilah
ini diciptakan untuk menunjukkan bahwa yang dibahas di sini bukanlah moralitas
secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika
scolah-oleh bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada
taraf "bahasa eris" atau bahasa yang kita pergunakan di bidang moral. Dapat
dikatakan juga bahwa metaetika .mempelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis.

Dari segi wilayah berlakunya, etika dapat dibedakan menjadi Etika Umum dan Etika
Khusus.
1. Etika Umum
Etika umum menyajikan suatu pendekatan yang teliti mengenai norma-norma yang
berlaku umur bagi setiap warga masyarakat. Norma itu umpamanya dibedakan menjadi
tiga bagian, yakni norma sopan santun, norma hukum dan norma moral. Norma sopan
santun dibedakan dari norma moral oleh karena hanya berlaku berdasarkan suatu
kebiasaan.

Etika Umum adalah suatu ilmu yang praktis dengan sasaran yang praktis pula. Ia
bukan suatu disiplin yang sudah. lengkap melainkan ber-kembang terus dengan
mengkaji banyak isu-isu yang sedang diperdebat kan. Namun adanya perbedaan pendapat
mengenai isu-isu bukanlal dapat dimanfaatkan. berarti bahwa etika seakan-akan tidak
mampu menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan.

2. Etika Khusus menerapkan etika umum atas wilayah prilaku manusia yang khusus.
Wilayah pertama: untuk memecahkan masalah-masalah khusus dan meneliti moral dari
wilayah-wilayah kegiatan manusia yang khusus. Usaha yang pertama itu kadang kala
disebut kasuistik.
Kasuistik adalah seni untuk mengatasi masalah-masalah kasus dan dilema-dilema moral
yang sukar melalui penerapan prinsip-prinsip moral secara cermat. Kasuistik
mempergunakan prinsip dan norma yang telah dikembangkan dan dibenarkan dalam etika
umum.

Wilayah kedua dari etika khusus mencakup penerapan etika umum dalam bidang-bidang
khusus seperti etika bisnis, etika profesi, etika sosial, dan sebagainya. Etika
khusus sering juga disebut etika terapan (applied ethics).

Jadi etika umum membahas tentang prinsip-prinsip dasar dari moral, seperti tentang
pengertian etika, fungsi etika, masalah kebebasan, masalah tanggungjawab, peranan
suara hati. Sedangkan etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar dari moral itu
pada masing-masing bidang kehi-dupan manusia.

Etika khusus dibedakan lagi etika individual dan etika sosial. Etika individual
memuat kewajiban manusia terhadap diri sendiri (sebagai individu), dan setika
sosial membicarakan tentang kewajiban manusia. sebagai anggota masyarakat (mahluk
sosial). Dua jenis etika khusus sangat berkaitan. Tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Etika sosial, umparnanya etika dalam rumah tangga, etika politik, etika
lingkungan, etika berbangsa dan bernegara dan etika profesi, termasuk didalamnya
etika profesi hukum.

E.. TUGAS ETIKA


Etika mempunyai sifat dasar yaitu kritis. Etika mempersoalkan norma-norma yang
dianggap berlaku. Etika menuntut orang agar bersifat rasional.

Etika merupakan penyelidikan filsafat mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta


tingkah laku manusia. Etika bertugas memberi jawabar atas pertanyaan-pertanyaan:
atas dasar hak apa orang menuntut kita untuk tunduk terhadap norma-norma yang
berupa ketentuan, kewajiban dan larangan? Bagaimana kita bisa menilai norma-norma
tersebut? Pertanyaan seperti ini timbul karena hidup kita seakan-akan terentang
dalam suatu jaringan norma-norma. Jaringan itu seolah-olah membelenggu kita, men-
cegah kita dari bertindak sesuai dengan keinginan kita, memaksa kita berbuat apa
yang sebenarnya kita benci.

Anda mungkin juga menyukai