Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS EKSTERNALITAS TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU

(TPST) PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA

Tri Widyaningsih

Email : triwidya30@gmail.com

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183

No. Telp: 0274 387649 (hotline), 0274 387656 ext.199/200 No. Fax : 0274 387649
INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksternalitas TPST Piyungan baik


eksternalitas positif maupun negatif. Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat
yang tinggal di sekitar TPST Piyungan pada jarak ≤ 1 km dari TPST Piyungan.
Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner, observasi dan wawancara, dengan
120 orang responden menggunakan metode sensus. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah statistik deskriptif, analisis pendapatan, nilai tambah, cost of illness
dan replacement cost.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan TPST Piyungan memberikan
pengaruh terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan masyarakat sekitarnya..
Estimasi nilai eksternalitas positif yang diperoleh sebesar Rp109.847.940,00/tahun dan
estimasi nilai eksternalitas negatif bagi masyarakat adalah sebesar Rp71.343.000,00
/tahun. Pemanfaatan sampah anorganik dari TPST Piyungan menghasilkan nilai tambah
sebesar Rp632,00/kg pada pemulung dan Rp392,00/kg pada pengepul.
Kata Kunci : Eksternalitas, cost of illness, replacement cost, nilai tambah, Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST

ABSTRACT
This research is to analyze both the positive and negative externalities of TPST
Piyungan. The subjects of this research are the people who lived around TPST
Piyungan within the distance of less then 1 km from TPST Piyungan. The primary data
are used from questionnaires, observation and interviews with 120 respondents using
census method. The analysis in this research is descriptive statistics, income analysis,
cost of illness, replacement cost and value added.
The results indicate that the existence of TPST Piyungan influenced toward the
economical and social aspects as well as the environment of the people around it. The
positive externalities value estimation are Rp109.847.940,00/year and the negative
externalities value for the people are Rp71.343.000,00/year. Inorganik waste utilization
of TPST Piyungan, can give value added Rp632,00/kg for scavengers and Rp392,00/kg
for collectors.
Keywords: Externalities, cost of illness, replacement cost, value added, Integrated
waste management facility (TPST)
PENDAHULUAN Permasalahan sampah
merupakan salah satu tantangan yang
Indonesia adalah salah satu
harus dihadapi oleh setiap
negara berkembang yang memiliki
kabupaten/kota di Indonesia.
jumlah penduduk yang banyak dan
Berdasarkan pada data dari
terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah
Kementerian Lingkungan Hidup (2012)
penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa
dalam Kajian Timbulan dan Komposisi
atau 3,5% dari jumlah penduduk dunia
Sampah Perkotaan (2015), volume
(CIA World Factbook, 2015). Seperti
sampah di Indonesia pada tahun 2010
Negara berkembang pada umumnya,
mencapai 200.000 ton/hari, dan
kebijakan yang diterapkan oleh
mengalami trend naik secara signifikan
pemerintah berorientasi untuk
yakni pada tahun 2012 volume sampah
meningkatkan konsumsi pada
di Indonesia menjadi 490.000 ton/hari
masyarakat berpendapatan rendah
atau 178.850.000 ton dalam satu tahun.
dengan tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Sebagai akibat Berdasarkan pada kajian yang
dari kegiatan konsumsi dan produksi telah dilakukan oleh Kementerian
yang terus meningkat tersebut jumlah Lingkungan Hidup pada Tahun 2008,
limbah yang dihasilkan juga terus sistem pengelolaan sampah di Indonesia
bertambah (Polzer, 2015). saat ini masih berpusat pada Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yakni
Segala aktivitas ekonomi yang
sebesar 69%, ditimbun sebesar 10%,
dilakukan oleh setiap masyarakat seperti
dikomposkan dan didaur ulang sebesar
produksi dan konsumsi pasti akan
7%, dibakar 5% dan tidak terurus 7%
menghasilkan sisa atau limbah yang
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2008
sudah tidak terpakai lagi atau sering
dalam Kajian Timbulan dan Komposisi
disebut sampah. Peningkatan jumlah
Sampah Perkotaan BLH DIY, 2015).
sampah merupakan salah satu bentuk
dampak negatif dari pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta
ekonomi. Seiring dengan peningkatan termasuk salah satu kota besar di
jumlah penduduk, jumlah produksi Indonesia dengan kepadatan penduduk
sampah yang dihasilkan juga akan yang cukup tinggi. Tingginya jumlah
semakin meningkat. penduduk inilah yang menyebabkan
terjadinya peningkatan jumlah timbulan sebesar 13,17%, Kulon Progo 7,20%,
sampah di Daerah Istimewa dan Bantul sebesar 1,91% (Mulasari
Yogyakarta. Berdasarkan pada hasil dkk., 2016).
survei timbulan sampah yang dilakukan
Salah satu upaya yang dilakukan
oleh BLH Daerah Istimewa Yogyakarta
oleh pemerintah Daerah Istimewa
Tahun 2015, rata-rata timbulan sampah
Yogyakarta dalam menanganani
dari perorangan di Daerah Istimewa
masalah sampah tersebut adalah dengan
Yogyakarta adalah sebanyak 0,44
mendirikan Tempat Pengolahan
kg/orang/hari.
Sampah Terpadu (TPST) Piyungan.
Pada tahun 2011, dengan jumlah Menurut Hifdziyah (2011) Tempat
rumah tangga sebanyak 920.689 di Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)
Daerah Istimewa Yogyakarta mampu merupakan salah satu barang publik
menghasilkan timbulan sampah sebesar yang disediakan oleh pemerintah, begitu
10.327m3/hari. Kemudian pada tahun pula dengan TPST Piyungan yang
2012, dengan jumlah rumah tangga termasuk ke dalam jenis barang publik.
sebanyak 998.328, menghasilkan Pengelolaan sampah juga merupakan
3
timbulan sampah sebesar 11.538 m / suatu barang publik (Coad, 2000 dalam
hari. Hal ini menunjukkan bahwa Jati, 2013). Salah satu karakteristik dari
dengan semakin bertambahnya jumlah barang publik adalah barang yang
penduduk, produksi sampah yang manfaatnya dirasakan bersama dan
dihasilkan juga semakin meningkat. dikonsumsikan bersama tetapi dapat
Permasalahan sampah ini harus segera terjadi kepadatan serta dapat dijual
ditangani, agar tidak menimbulkan melalui pasar atau langsung oleh
masalah yang lainnya (Data SLHD pemerintah (Mangkoesoebroto, 2000
DIY, 2011;Data SLHD DIY, 2012). dalam Hifdziyah, 2011).
Berdasarkan pada profil Badan
Sampah yang diangkut ke TPST
Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Piyungan berasal dari Kabupaten
Yogyakarta Tahun 2013 menyebutkan
Bantul, Kabupaten Sleman dan Kota
bahwa sampah yang terangkut ke
Yogyakarta. Sampah yang diangkut
tempat pembuangan akhir sampah
TPST Piyungan terus mengalami
terbanyak adalah dari Kota Yogyakarta
peningkatan setiap tahunnya. Pada
yakni sebanyak 34,89%, Sleman
tahun 2015 volume sampah yang masuk sampah. Pengelolaan TPST Piyungan
ke TPST Piyungan mencapai 158.599 dilakukan oleh Pemerintah Daerah
ribu kg dan setiap harinya TPST Istimewa Yogyakarta (Kantor Pengelola
Piyungan menampung 400-500 ton TPST Piyungan, 2016)

200,000 14

Pertumbuhan Jumlah Sampah


Jumlah Sampah (Ribu Kg)

158,599 12
144,655 141,826 11.83 10
150,000 130,826
116,960 123,033 10.57 8
6
100,000 6.33

(%)
4.76 5.19 4
2
50,000 0
-1.96 -2
0 -4
2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah sampah (Ribu Kg) Pertumbuhan Jumlah Sampah (%)

Sumber : Rekap Volume Sampah TPST Piyungan (diolah), 2016

Gambar 1. Jumlah Sampah yang Masuk TPST Piyungan Tahun 2010-2015


Gambar 1. menunjukkan bahwa Masyarakat yang tingal di sekitar
jumlah produksi sampah di Daerah TPST Piyungan menerima berbagai
Istimewa Yogyakarta terus mengalami eksternalitas akibat keberadaan TPST
peningkatan setiap tahunnya, Piyungan tersebut.
meskipun pada tahun 2014 mengalami Eksternalitas positif dari
sedikit penurunan volume sampah keberadaan TPA Sampah dapat berupa
namun, kembali meningkat pada tahun eksternalitas positif maupun negatif.
2015. Eksternalitas positif yang ditimbulkan
Keberadaan TPST Piyungan dari keberadaan TPA antara lain
sebagai salah satu barang publik dapat terbukanya lapangan kerja baru,
menimbulkan eksternalitas baik positif masyarakat dapat hidup dari sampah
maupun negatif. Eksternalitas juga yang menumpuk di TPA untuk di daur
merupakan salah satu penyebab ulang terutama sampah anorganik
terjadinya kegagalan pasar (Hifdziyah, yang meliputi plastik, kertas, besi dan
2011). Lokasi TPST Piyungan sebagainya. Pemanfaatan sampah
berdekatan dengan pemukiman warga. untuk daur ulang ini melibatkan
beberapa pihak dalam proses daur mengenai pengelolaan TPST
ulangnya antara lain pemulung, Piyungan.
pengepul dan pabrik daur ulang.
Dalam menangani keberadaan
Pemanfaatan sampah anorganik untuk
tempat pembuangan akhir sampah
daur ulang ditujukan agar terjadi
sebagai sumber pencemaran
peningkatan nilai tambah pada setiap
lingkungan dan dapat menimbulkan
pihak yang terlibat dalam saluran
gangguan kesehatan bagi masyarakat,
penjualan atau rantai nilai dari sampah
terutama masyarakat yang tinggal di
anorganik tersebut (Fauziah, 2015).
sekitar TPST Piyungan, maka
Usaha daur ulang sampah ini dapat
diperlukan sebuah pengelolaan yang
memberikan nilai positif bagi
tepat agar eksternalitas negatif dari
pemenuhan kebutuhan ekonomi
keberadaan TPST Piyungan dapat
masyarakat, terutama masyarakat di
diminimalkan. Berdasarkan pada
sekitar TPA karena sampah tersebut
adanya eksternalitas baik positif
menghasilkan nilai ekonomi bagi
maupun negatif yang dirasakan oleh
mereka (Pahlefi, 2014).
masyarakat, maka perlu untuk
Eksternalitas negatif dari dilakukan penelitian mengenai
keberadaan TPA Sampah antara lain eksternalitas dari keberadaan TPST
menyebabkan penurunan kualitas Piyungan terhadap masyarakat di
lingkungan dan dapat membahayakan sekitarnya, untuk selanjutnya dapat
kesehatan masyarakat terutama yang dilakukan upaya mengembangkan
tinggal di sekitarnya (Pahlefi, 2014). eksternalitas positif dan mengatasi
Begitu pula dengan TPST Piyungan, eksternalitas negatif yang dirasakan
dapat menimbulkan eksternalitas masyarakat sekitar TPST Piyungan.
negatif berupa pencemaran lingkungan
Tujuan Penelitian
baik itu pencemaran air, udara maupun
Penelitian ini bertujuan untuk :
tanah, serta dapat menimbulkan
1. Mengetahui bentuk-bentuk
gangguan kesehatan terutama bagi
eksternalitas yang ditimbulkan dari
masyarakat yang tinggal disekitarnya.
kerberadaan TPST Piyungan.
Kondisi tersebut tidak dapat dibiarkan,
perlu adanya penanganan yang tepat
2. Mengetahui besarnya nilai dilakukan uji validitas dan uji
eksternalitas positif dan negatif dari reliabilitas.
keberadaan TPST Piyungan.
Teknik pengambilan sampel
3. Mengetahui pola rantai nilai dan
dalam penelitian ini menggunakan
besarnya nilai tambah sampah
metode sensus, dimana seluruh populasi
anorganik dari TPST Piyungan
digunakan sebagai sumber data
yang diterima oleh pemulung dan
(Adinata, 2011). Jumlah KK di sekitar
pengepul.
TPST Piyungan pada radius ≤ 1 km
METODE PENELITIAN
tahun 2016 adalah 120 KK. Responden
Penelitian ini dilaksanakan pada penelitian ini adalah 120 orang yang
bulan Juni-Desember 2016 di Tempat merupakan perwakilan dari setiap KK.
Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Metode Analisis Data
Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah
Analisis data yang digunakan
Istimewa Yogyakarta meliputi observasi
dalam penelitian ini adalah analisis
awal hingga pengumpulan data dengan
statistik deskriptif, analisis nilai tambah,
kuesioner dan wawancara. Subjek
analisis pendapatan, cost of illness dan
penelitian ini adalah masyarakat yang
replacement cost.
tinggal di sekitar TPST Piyungan pada
1. Analisis Eksternalitas TPST Piyungan.
radius ≤ 1 km dari lokasi TPST
Analisis statistik deskriptif
Piyungan.
digunakan untuk menganalisis bentuk-
Jenis data yang digunakan bentuk eksternalitas dari TPST
dalam penelitian ini adalah data primer Piyungan dengan cara
dan data sekunder. Data primer mendeskripsikan data yang terkumpul
diperoleh dengan cara survei yakni sesuai dengan fakta di lapangan.
melalui kuesioner, observasi dan 2. Estimasi Nilai Eksternalitas Positif
wawancara. Data sekunder diperoleh dan Negatif Dari TPST Piyungan.
dari dokumen dan laporan dari kantor Estimasi nilai eksternalitas
pengelola TPST Piyungan serta dari positif diperoleh dengan menggunakan
pihak-pihak terkait dengan penelitian analisis pendapatan dengan
ini. Untuk menguji alat ukur yang menjumlahkan pendapatan bersumber
digunakan serta data yang diperoleh langsung dari TPST Piyungan yang
diterima masyarakat sekitar yakni a. Replacement Cost (Biaya
masyarakat yang berkerja sebagai Pengganti).
pemulung, buruh pengepul, ternak, Biaya pengganti digunakan
masyarakat setempat yang bekerja untuk mengestimasi eksternalitas
sebagai karyawan TPST Piyungan dan negatif akibat tercemarnya air sumur
pengepul. Untuk pendapatan yang warga. Penggunaan air bersih dihitung
berasal dari ternak, dihitung berdasarkan rata-rata konsumsi
berdasarkan selisih antara penerimaan responden setiap bulannya. Menurut
total (Total Revenue) dengan biaya total (Bujagunasti, 2009) biaya pengganti
(Total Cost) dalam satu tahun terakhir untuk memperoleh air dihitung dengan
dan diasumsikan sebagai pendapatan cara sebagai berikut:
masyarakat per bulan. Adapun rumus TPair = ∑BA
pendapatan (Senja, 2010) : Keterangan :
TPair = Total biaya pembelian air
bersih/tahun (Rp)
Keterangan :
BA= Biaya pembelian air
TR = Total Penerimaan bersih/rumah tangga/tahun (Rp)
b. Cost of illness (Biaya Berobat).
TC = Total Biaya
Eksternalitas negatif diestimasi
= Pendapatan Usaha Ternak
dengan menggunkan metode cost of
Menurut Bujagunasti (2009),
illness atau biaya pengobatan yang
estimasi total eksternalitas positif
ditanggung oleh masyarakat untuk
dihitung dengan rumus :
mengobati penyakit yang mereka
Estimasi total = I1+I2+…… + In
derita akibat pencemaran yang berasal
Keterangan :
dari TPST Piyungan. Total biaya yang
In = rata-rata pendapatan masyarakat
dihitung hanyalah biaya langsung.
yang bersumber dari TPST Piyungan
Biaya langsung adalah biaya yang
Estimasi eksternalitas negatif
dikeluarkan untuk mengobati penyakit
diperoleh dengan menggunakan
yang diderita antara lain meliputi
metode cost of illness yaitu biaya
biaya perawatan rumah sakit,
pengobatan yang dikeluarkan akibat
perawatan saat penyembuhan dan
adanya pencemaran dan replacement
obat-obatan. Data yang digunakan
cost atau biaya pengganti.
untuk melakukan estimasi ini
menggunakan data primer dari
responden dengan format sebagi
3. Analisis Nilai Tambah.
berikut (Pahlefi, 2014):
Analisis nilai tambah digunakan
BP = BPRT × Intensitas
untuk mengetahui nilai tambah sampah
TBP = ∑BP
anorganik dari TPST Piyungan dalam
Keterangan :
BP = Biaya pengobatan/rumah kegiatan daur ulang sampah yang
tangga/tahun (Rp)
diterima oleh pemulung dan pengepul
BPRT = Biaya pengobatan/rumah
tangga (Rp) Dalam analisis nilai tambah sampah
Intensitas = Intensitas penyakit/tahun
anorganik dari TPST Piyungan, dapat
TBP = Total biaya pengobatan/tahun
(Rp) digunakan rumus nilai tambah sebagai
Total estimasi nilai eksternalitas berikut:
negatif diperoleh dengan
NTp = Na – (Bb+Bp+Bbp)
menjumlahkan total biaya pengobatan
= Na-Ba
dan total biaya pembelian air bersih
Keterangan :
(Pahlefi, 2014), dengan rumus sebagai
NTp = Nilai tambah (Rp)
berikut :
Na = Nilai akhir (Rp)
Total nilai eksternalitas negatif
Ba = Biaya antara (Rp)
= TPair + TBP
Bb = Biaya bahan baku (Rp)
Keterangan :
Bp = Biaya penyusutan alat (Rp)
TPair = Total biaya pembelian air
bersih/tahun (Rp) Bbp = Biaya bahan penolong (Rp)
TBP = Total biaya pengobatan/tahun
(Kairupan dkk., 2016)
(Rp)
HASIL DAN PEMBAHASAN melalui proses analisis dengan alat
bantu statistik deskriptif diperoleh hasil
Statistik Deskriptif
sebagai berikut:
Dari 120 orang responden, hasil
kuesioner yang telah dibagikan,
Tabel 1. Deskriptif Statistik

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviation


Dampak Ekonomi 120 19 25 21,82 1,819
Dampak Sosial 120 20 25 23,12 1,783
Dampak Lingkungan 120 5 13 8,64 1,986
Valid N (Listwise) 120
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Dari hasil statistik deskriptif pada tabel sampah, penyewaan rumah dan
5.5. dapat diketahui bahwa dengan warung makan disekitar TPST
N=120, nilai rata-rata dari masing- Piyungan dimana konsumen utamanya
masing varibael yang lebih besar adalah para pemulung yang bekerja di
dibandingkan dengan nilai standar TPST Piyungan, masyarakat sekitar,
deviasi menunjukkan bahwa data serta para sopir pengangkut sampah.
tersebut terdistribusi dengan baik. Keberadaan TPST Piyungan juga
meningkatkan peran wanita dalam
Analisis Eksternalitas Positif dan
sistem nafkah rumah tangga, dimana
Negatif Dari TPST Piyungan
banyak ibu rumah tangga yang bekerja
Keberadaan suatu Tempat
sebagai buruh pengepul yang bekerja
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
sebagai penyobek plastik atau bekerja
tentu akan memberikan beberapa
sebagai pemulung untuk menambah
eksternalitas bagi lingkungan
pendapatan.
sekitarnya. Penelitian ini bertujuan
Pembangunan TPST Piyungan
untuk mengetahui eksternalitas positif
telah membuka peluang kesempatan
dan negatif dari TPST Piyungan, yang
kerja bagi masyarakat. Dengan adanya
dilihat dari aspek ekonomi, sosial dan
TPST Piyungan, mata pencaharian
lingkungan.
masyarakat tidak lagi terbatas pada
a. Dampak Ekonomi.
sektor primer seperti pertanian dan
Dampak positif dalam aspek
perkebunan, namun telah berkembang
ekonomi ini dapat bersifat langsung
ke sektor lainnya. Ada berbagai macam
maupun tidak langsung. Dampak
sumber pendapatan yang berkembang di
positif langsung yaitu dapat membuka
masyarakat sekitar TPST Piyungan
kesempatan kerja baru bagi
yaitu pedagang (pedagang kebutuhan
masyarakat, misalnya menjadi
sehari-hari, warung makan dan
pemulung, pengepul, buruh penyobek
pedagang keliling di sekitar TPST
plastik, buruh pengepul, karyawan
Piyungan), jasa angkut sampah,
TPST Piyungan, peternak dan
penyewaan rumah, pemulung,
sebagainya.
pengepul, peternak, dan buruh
Dampak ekonomi secara tidak
pengepul.
langsung yakni terbukanya lapangan
usaha baru, seperti adanya jasa angkut
Keberadaan TPST Piyungan menambah penghasilan rumah tangga,
telah menimbulkan munculnya sumber- sehingga tidak hanya mengandalkan
sumber pendapatan yang beragam. penghasilan dari kepala rumah tangga
Adanya sumber pendapatan yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
beragam ini semakin memperkuat Secara rinci, munculnya sumber-sumber
stabilitas struktur pendapatan rumah pendapatan tersebut merupakan akibat
tangga karena memberikan alternatif adanya multiplier effect dari keberadaan
pemasukan bagi keluarga (Syahza, TPST Piyungan, dapat dilihat pada tabel
2005). Keberadaan TPST Piyungan juga berikut :
meningkatkan peran istri dalam

Tabel 2. Sumber-Sumber Pendapatan yang Muncul Dalam Masyarakat Akibat


Keberadaan TPST Piyungan
Pendapatan
No. Sumber-Sumber Pendapatan Persentase (%)
(Rp/Tahun)
1 Pemulung 14.083.632 8,48
2 Pengepul 42.184.620 25,39
3 Buruh Pengepul 11.918.400 7,17
4 Karyawan TPST 19.854.540 11,95
5 Jasa angkut sampah 27.507.692 16,56
6 Jasa sewa rumah 6.000.000 3,61
7 Warung makan 22.800.000 13,72
8 Ternak 21.806. 753 13,12
Total 166.155.637 100,00
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Hal ini menunjukkan bahwa menjadi usaha yang nyata (Wildayana


keberadaan TPST Piyungan dkk., 2008).
menciptakan multiplier effect, terutama Dari 120 KK yang menjadi
dalam lapangan kerja dan peluang responden, terdapat 107 KK yang
berusaha dalam masyarakat. Peluang memperoleh dampak ekonomi berupa
usaha akan menjadi sumber pendapatan tambahan pendapatan baik secara
yang dapat meningkatkan pendapatan langsung (pemulung, pengepul, buruh
pada masyarakat, apabila masyarakat pengepul, karyawan TPST Piyungan
mampu menangkap peluang usaha yang dan ternak) maupun tidak langsung
pontensial untuk dikembangkan (warung makan, jasa angkut sampah
dan penyewaan rumah). Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan TPST pengeluaran per kapita per bulan lebih
Piyungan memberikan konstribusi besar dari garis kemiskinan. Hal ini
terhadap pendapatan bagi 107 rumah menunjukkan bahwa masyarakat sekitar
tangga atau 89,17% rumah tangga yang TPST Piyungan mayoritas tidak
ada di sekitar TPST Piyungan dan termasuk orang miskin.
sisanya sebanyak 10,83% atau 13 KK
b. Dampak Sosial.
tidak menerima dampak ekonomi
TPST Piyungan juga
apapun dari keberadaan TPST
memberikan dampak terhadap
Piyungan. Hal ini sesuai dengan
kehidupan sosial masyarakat yang
penelitian Bujagunasti (2009), yang
tinggal di sekitarnya. Banyak penduduk
menyatakan bahwa keberadaan TPA
pendatang dari luar daerah yang tinggal
Sampah dapat memberikan manfaat
di sekitar TPST Piyungan, hal ini
berupa peningkatan pendapatan bagi
menyebabkan terjadinya kepadatan
masyarakat sekitarnya.
penduduk terpusat dan temporal di
Dengan membandingkan
kawasan sekitar TPST Piyungan.
pengeluaran per kapita per bulan dari
Meskipun banyak pendatang dari luar
setiap KK dengan garis kemiskinan
daerah, tidak mempengaruhi perilaku
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
masyarakat setempat serta kondisi
2016 sebesar Rp354.084,00 per kapita
lingkungan sekitar TPST Piyungan
per bulan (Profil Kemiskinan DIY,
tetap aman dari tindak kriminalitas.
2016). Dari 107 KK yang memperoleh
Belum pernah terjadi tindak
pendapatan dari keberadaan TPST
kriminalitas hingga menimbulkan
Piyungan baik secara langsung maupun
keresahan dalam masyarakat.
tidak langsung, diketahui bahwa
Kerjasama dan silaturahmi antar
sebanyak 12,15% rumah tangga
masyarakat juga semakin terjalin
termasuk miskin karena pengeluaran per
dengan adanya kerjabakti bersama dan
kapita per bulan lebih rendah dari garis
komunitas pemulung yaitu komunitas
kemiskinan, keluarga miskin tersebut
Mardiko yang beranggotakan pemulung
berasal dari keluarga pemulung 7 KK
dan pengepul.
dan keluarga buruh pengepul 6 KK.
b. Dampak Lingkungan.
Sebanyak 87,85% rumah tangga tidak
Keberadaan TPST Piyungan
termasuk orang miskin karena
tidak hanya mempengaruhi kehidupan
sosial ekonomi masyarakat sekitarnya, masyarakat yang tinggal di sekitar
namun juga kondisi lingkungan di TPST Piyungan, eksternalitas positif
sekitarnya. Keberadaan TPST yang diterima masyarakat antara lain
Piyungan menimbulkan terjadinya terbukanya lapangan kerja baru,
pencemaran air, udara dan sehingga banyak masyarakat yang
menimbulkan gangguan kesehatan. mendapatkan penghasilan bersumber
Keberadaan tumpukan sampah dari keberadaan TPST Piyungan
disekitar pemukiman warga juga tersebut. Dalam estimasi nilai
menimbulkan penurunan keindahan eksternalitas positif ini, yang
dan kebersihan lingkungan. Mobilitas diperhitungkan hanyalah manfaat
truk pengangkut sampah juga langsung yang diterima masyarakat
menimbulkan kebisingan yang dari TPST Piyungan yakni berupa
mengganggu kenyamanan masyarakat. pendapatan yang diperoleh dari
bekerja sebagai pemulung, pengepul,
Estimasi Nilai Eksternalitas Positif
buruh pengepul, masyarakat setempat
dan Negatif TPST Piyungan
yang bekerja sebagai karyawan TPST
a. Estimasi Nilai Eksternalitas Positif.
dan pendapatan dari ternak.
Keberadaan TPST Piyungan
menimbulkan eksternalitas positif bagi
Tabel 3. Pendapatan Bersumber Langsung Dari TPST Piyungan
Pendapatan/Bulan Pendapatan/Tahun
No. Sumber Pendapatan
(Rp/Bulan) (Rp/Tahun)
1.
Pemulung 1.173.636 14.083.632
2.
Pengepul 3.515.385 42.184.620
3.
Buruh Pengepul 993.200 11.918.400
4.
Ternak 1.817.229 21.807.253
5.
Karyawan TPST 1.654.545 19.854.540
Total (Rp) 9.153.995 109.847.940
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Dari tabel 3. diatas eksternalitas yang bersumber dari TPST Piyungan
positif yang dirasakan masyarakat selama satu tahun.
sekitar TPST Piyungan sebesar b. Estimasi Nilai Eksternalitas Negatif
Rp109.847.940,00 per tahun. Nilai ini TPST Piyungan.
diperoleh dari penjumlahan Eksternalitas negatif yang
pendapatan rata-rata total masyarakat dialami oleh masyarakat akibat
keberadaan TPST Piyungan diestimasi dengan metode replacement cost dari
dengan menggunakan dua metode yaitu adanya biaya pengganti untuk sumber
biaya pengganti (replacement cost) dan air bersih. Adapun sumber air bersih
biaya pengobatan (cost of illness). yang digunakan masyarakat dapat
1). Biaya Pengganti (Replacement dilihat pada gambar berikut :
Cost).
Metode yang digunakan untuk
mengestimasi nilai eskternalitas negatif
dari adanya pencemaran air adalah
1% 1% 6% 1% 1% 1%
1% AIR MINERAL KEMASAN
1% DIRIGEN
PAM
GALON
PAM & GALON
PAM& TANKI
TANKI
SUMUR
87% SUMUR & PAM

Sumber : Data Primer Diolah, 2016


Gambar 2. Sumber Air Bersih Masyarakat Sekitar TPST Piyungan
Sebagian besar masyarakat berada pada daerah yang lebih tinggi
yakni sebanyak 104 keluarga (87%) dari TPST.
memenuhi kebutuhan air bersih hanya Estimasi nilai eksternalitas
dari PAM, dikarenakan sebagian besar negatif dari biaya pengganti ini dihitung
air sumur yang dimiliki masyarakat dari besarnya biaya yang dikeluarkan
sudah tidak digunakan lagi sejak adanya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
TPST Piyungan. Meskipun masih air bersih. Dari 120 responden terdapat
terdapat 7 keluarga (6%) yang 8 keluarga yang tidak mengeluarkan
menggunakan air sumur, mereka tetap biaya untuk memenuhi kebutuhan air
menggunakan air sumur dengan alasan bersih sebab mereka menggunakan air
air sumur mereka tidak tercemar limbah sumur dan air dengan dirigen yang
dari TPST sebab sumur mereka berada bersumber dari saudaranya, sehingga
jauh dari aliran limbah TPST dan tidak mengeluarkan biaya untuk
memenuhi kebutuhan air bersih
Tabel 4. Biaya Pengganti Konsumsi Air Bersih
Jumlah Total Biaya
Total Pengeluran
Jenis Sumber Air Responden Pengganti
(Rp/Bulan)
(KK) (Rp/Tahun)
PAM 107 4.328.000 51.936.000
Galon 3 193.500 2.322.000
Tanki 2 180.000 2.160.000
Air Mineral Kemasan 1 165.000 1.980.000
Total Biaya Konsumsi Air Bersih Yang Dikeluarkan 58.398.000
Masyarakat
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

Estimasi nilai eksternalitas dari adanya TPST Piyungan antara lain


negatif dari biaya pembelian air bersih pencemaran air dan udara, serta
yang dikeluarkan masyarakat sekitar banyaknya vektor penyakit seperti lalat
TPST Piyungan adalah sebesar dan nyamuk.
Rp58.398.000,00 per tahun. Angka ini Dalam penelitian ini, biaya
diperoleh dengan menjumlahkan pengobatan setiap penyakit dihitung
seluruh pengeluaran rata-rata berdasarkan biaya pengobatan yang
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dikeluarkan dalam satu keluarga, tidak
air bersih. hanya biaya pengobatan untuk
responden saja tetapi juga biaya
2). Biaya Pengobatan (Cost Of Illness).
pengobatan untuk anggota keluarga
Keberadaan TPST Piyungan
yang menjadi tanggungan responden.
tidak hanya menimbulkan eksternalitas
Berikut adalah biaya pengobatan total
positif tetapi juga eksternalitas negatif.
yang dikeluarkan oleh masyarakat
Eksternalitas negatif yang ditimbulkan
dalam satu tahun terakhir :
Tabel 5. Biaya Pengobatan Responden Akibat Pencemaran Dari TPST Piyungan
Tahun 2016
Jenis Jumlah Total Biaya Pengobatan /
Penyakit Penderita tahun (Rp/tahun)
ISPA 35 12.455.000
Penyakit Kulit 4 490.000
Total 12.945.000
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Pada tabel 5. biaya pengobatan antara lain ISPA dan dermatitis atau
akibat adanya pencemaran dari TPST penyakit kulit. Estimasi nilai total dari
Piyungan sebesar Rp12.945.000,00 per eksternalitas negatif TPST Piyungan
tahun. Nilai tersebut didapat dari biaya didapat dengan menjumlahkan semua
pengobatan masyarakat yang menderita biaya yang dikeluarkan masyarakat,
penyakit akibat pencemaran dari TPST yakni biaya pengganti dan biaya
Piyungan selama satu tahun terakhir. pengobatan.
Penyakit yang diderita masyarakat
Tabel 6. Total Nilai Eksternalitas Negatif TPST Piyungan
Pengeluaran Biaya (Rp) Total (Rp/tahun)
Biaya Pengganti 58.398.000
Biaya Pengobatan 12.945.000
Total Nilai Kerugian Masyarakat 71.343.000
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Hasil estimasi menunjukkan pendapatan. Eksternalitas negatif yang
bahwa total nilai eksternalitas akibat dirasakan masyarakat berupa biaya yang
keberadaan TPST Piyungan bagi dikeluarkan untuk mengganti kebutuhan
masyarakat sebesar air mereka sehari-hari dan biaya
Rp71.343.000,00/tahun. Berdasarkan pengobatan yang diakibatkan oleh
hasil perhitungan estimasi nilai pencemaran yang terjadi di sekitar
eksternalitas positif dan negatif, lingkungan TPST Piyungan.
diperoleh hasil bahwa estimasi nilai Tingkat kepedulian masyarakat
eksternalitas positif TPST Piyungan terhadap kesehatan dan kebersihan
lebih besar daripada estimasi nilai masih rendah, serta sistem kekebalan
eksternalitas negatifnya. Estimasi nilai tubuh manusia yang sudah mampu
eksternalitas positif TPST Piyungan beradaptasi dengan lingkungan sekitar
sebesar Rp109.847.940,00 per tahun, juga menjadi salah satu faktor penyebab
sementara estimasi nilai eksternalitas minimnya kerugian yang dirasakan
negatif TPST Piyungan sebesar masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari
Rp71.343.000,00 per tahun. sedikitnya masyarakat yang menderita
Eksternalitas positif yang penyakit pernafasan dan kulit akibat
dirasakan oleh masyarakat yang pencemaran dari TPST Piyungan. Hal
bertempat tinggal di wilayah sekitar ini sesuai dengan penelitian yang
TPST Piyungan berupa peningkatan dilakukan oleh Pahlefi (2014), dimana
estimasi nilai eksternalitas positif dari sampah dari TPST Piyungan terdapat
keberadaan TPA Rawa Kucing lebih rantai nilai yang dapat memberikan nilai
besar daripada nilai eksternalitas tambah bagi semua pihak yang terlibat
negatifnya, akan tetapi pengelolaan dalam kegiatan aliran rantai nilai
sampah yang baik harus tetap tersebut.
diupayakan untuk menjaga kelestarian Rantai nilai produk merupakan
lingkungan. Kelestarian lingkungan aktivitas yang berawal dari bahan
harus tetap dijaga untuk mentah sampai dengan penanganan
keberlangsungan hidup generasi purna jual. Rantai nilai mencakup
mendatang. aktivitas yang terjadi karena hubungan
dengan pemasok dan hubungan dengan
Rantai Nilai Dan Nilai Tambah
konsumen (Baihaqi dkk., 2014). Rantai
Sampah Anorganik Dari TPST
pasok adalah suatu proses atau aktivitas
Piyungan.
dalam pendistribusian barang mulai dari
Proses pemanfaatan sampah
bahan baku hingga produk jadi dan
anorganik dari TPST Piyungan untuk di
sampai pada konsumen akhir (Anwar,
daur ulang berimplikasi pada adanya
2011 dalam Cakswidryandani, 2016).
nilai tambah dari sampah tersebut,
Berdasarkan hasil penelitian maka
sehingga harga jual sampah menjadi
diperoleh pola rantai pasok dari
lebih tinggi daripada sampah tersebut
pemanfaatan sampah anorganik untuk
dibiarkan menumpuk di TPST
daur ulang, seperti berikut ini :
Piyungan. Dalam proses pemanfaatan
Sampah : Kabupaten Bantul
Rumah Tangga
Pasar
Restoran Kabupaten Sleman Input
Hotel
Fasilitas Umum Kota Yogyakarta
TPST Piyungan

Sampah Organik Sampah Anorganik

Pakan Ternak Kompos Pemulung


(450 orang)

Pemilik Ternak Pengelola


TPST Pengepul
Piyungan (15 orang)
Keterangan :
Pengepul Besar
= Batasan Penelitian

= Lokasi Penelitian
Pabrik
= Aliran Barang Daur Ulang Sampah
Sumber : Data Primer, 2016

Gambar 3. Pola Rantai Pasok Sampah TPST Piyungan

Rantai pasok sampah anorganik penelitian yaitu plastik, kertas, tulang,


dimulai dari adanya sampah anorganik logam, botol air mineral, karung dan
yang berasal dari rumah tangga, pasar lain-lain. Komoditas utama sampah
dan lain-lain yang masuk ke TPST yang banyak diperjualbelikan dan dijual
Piyungan-pemulung-pengepul-pengepul secara rutin setiap minggu yaitu plastik
besar-pabrik daur ulang sampah. dan kertas. Berikut ini adalah aliran
Jenis sampah yang pada rantai nilai dari sampah plastik dan
umumnya diperjualbelikan di daerah kertas:
 Rantai Nilai Sampah Plastik

Pemulung Pengepul Pengepul Besar


Harga Jual Harga Beli : Rp700,00/kg Harga Beli : Rp1.200,00/kg
Rp700,00/kg Harga Jual : Rp1.200,00/kg Harga Jual : Rp4.000,00/kg

Pabrik Daur Ulang Sampah


Harga Beli : Rp4.000,00/kg
 Rantai Nilai Sampah Kertas

Pemulung Pengepul Pengepul Besar


Harga Jual Harga Beli : Rp700,00/kg Harga Beli : Rp1.200,00/kg
Rp700,00/kg Harga Jual : Rp1.000,00/kg Harga Jual : Rp1.300,00/kg

(Sumber : Data Primer, 2016)


Pabrik Daur Ulang Sampah
Harga Beli : Rp1.300,00/kg

Gambar 4. Aliran Rantai Nilai/ Nilai Jual Sampah Anorganik pada Kegiatan Daur
Ulang Sampah

Pada gambar 4, menunjukkan pengepul besar sampah plastik melalui


aliran rantai nilai sampah anorganik dari pemrosesan lebih lanjut yakni sampah
TPST Piyungan. Harga jual sampah plastik dipilah sesuai jenisnya dan
plastik dari pemulung kepada pengepul kemudian dijual ke pabrik daur ulang
sebesar Rp700,00/kg. Pengepul dengan harga Rp4.000/kg, terdapat
melakukan beberapa pemrosesan selisih margin sebesar Rp2.800,00/kg.
terhadap ssampah plastik tersebut yaitu Begitu pula dengan sampah kertas,
sampah di pilah sesuai jenisnya dan untuk sampah kertas harga jual dari
dibersihkan dari kotoran yang masih pengepul ke pengepul besar
menempel. Dari pengepul sampah Rp1.000,00/kg, sehingga terdapat
plastik dijual kepada pengepul dengan selidih margin sebesar Rp300,00/kg,
harga Rp1.200,00/kg, sehingga terdapat dari pengepul besar ke pabrik daur
selisih margin sebesar Rp500,00/kg ulang dijual dengan harga
yang diterima oleh pengepul. Pada Rp1.300,00/kg terdapat selisih margin
sebesar Rp300,00/kg yang diterima oleh seperti logam dijual satu bulan sekali
pengepul besar. Dalam sekali penjualan dan tidak menentu.
pengepul mampu menjual 1,5-3 ton Pemulung yang mencari barang
untuk sampah plastik dan 2-4 ton untuk bekas di TPST Piyungan memerlukan
sampah kertas, sementara pengepul beberapa peralatan saat bekerja, seperti
besar mampu menjual 6-7 ton. sepatu boot, keranjang dan gancu. Serta
Analisis nilai tambah dari hasil yang mereka peroleh dipengaruhi
sampah dalam penelitian ini dilakukan oleh kekuatan fisik mereka, sehingga
pada tahap pemulung dan pengepul. mereka mengeluarkan biaya untuk
Sampah yang menjadi komoditas utama konsumsi saat bekerja. Biaya-biaya
adalah plastik dan kertas karena yang harus ditanggung oleh pemulung
jumlahnya yang lebih banyak dalam bekerja antara lain biaya
dibandingkan jenis sampah yang lain, penyusutan peralatan, dan biaya makan
serta penjualan sampah plastik dan saat bekerja.
kertas dilakukan secara rutin setiap
minggu sementara jenis sampah lain
Tabel 7. Penerimaan Pemulung Di TPST Piyungan
Uraian Jumlah (Rp/Minggu)
1. Penerimaan
TR= 291,477 kg x 700 204.034
2.Biaya-Biaya
Biaya Penyusutan Alat 19.640
Biaya Konsumsi Saat Kerja 62.000
Total Biaya (TC) 81.640
3.Pendapatan (TR-TC) 122.394
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Perhitungan analisis nilai tambah Berdasarkan perhitungan
sampah yang dikumpulkan pemulung tersebut nilai tambah yang didapat dari
sekitar TPST Piyungan adalah sebagai mengumpulkan sampah ini adalah
berikut : Rp184.394,00 per minggu, dengan
NTp = Na-Ba jumlah sampah rata-rata sebanyak
= 204.034-19.640 291,477 kg per minggu, maka nilai
= 184.394 tambah dari sampah adalah sebesar
Rp632,00/kg artinya untuk setiap satu
kilogram sampah dari TPST Piyungan pemrosesan dan dijual kepada pengepul
dapat memberikan penambahan nilai barang bekas yang lebih besar. Tujuan
sebesar Rp632,00 pada pemulung. dari sebuah usaha adalah untuk
Masyarakat sekitar TPST memperoleh keuntungan yang besar dan
Piyungan yang berprofesi sebagai berkelanjutan. Keuntungan dari usaha
pengepul, sebagian besar termasuk ini adalah selisih dari penerimaan total
kedalam kategori pengepul kecil yang dengan total biaya yang dikeluarkan.
menjual hasil rosok ke pengepul besar. Besarnya penerimaan dan keuntungan
Pengepul yaitu orang yang membeli yang diperoleh pengepul dapat dilihat
barang bekas dari pemulung untuk pada tabel berikut:
kemudian dilakukan beberapa tahap
Tabel 8. Penerimaan Dan Keuntungan Pengepul Di Sekitar TPST Piyungan
Uraian Jumlah (Rp/Minggu)
1. Penerimaan (TR)
Plastik = 2.788 kg x 1.200 3.345.600
Kertas = 2.051 kg x 1.000 2.051.000
Total Penerimaan (TR) 5.396.600
2.Biaya-Biaya
Biaya Penyusutan Alat 11.711
Biaya Bahan Baku 3.437.838
Biaya Tenaga Kerja 1.050.000
Biaya Bahan Penolong 50.538
Total Biaya (TC) 4.550.087
3.Pendapatan (TR-TC) 846.513
Sumber : Data Primer Diolah, 2016
Perhitungan analisis nilai sampah rata-rata sebanyak 4.839 kg per
tambah usaha daur ulang sampah yang minggu, maka nilai tambah dari sampah
dilakukan pengepul sekitar TPST adalah sebesar Rp392,00/kg artinya
Piyungan adalah sebagai berikut : untuk setiap satu kilogram bahan baku
NTp = Na-Ba sampah dari pemulung dapat
= 5.396.600-3.499.632
memberikan penambahan nilai sebesar
= 1.896.968
Rp392,00 pada pengepul. Usaha
Berdasarkan perhitungan
pemanfaatan sampah anorganik dari
tersebut nilai tambah yang didapat dari
TPST Piyungan selain bisa mengurangi
usaha ini adalah Rp1.896.968,00 per
jumlah timbunan sampah di TPST juga
minggu, dengan jumlah bahan baku
mampu meningkatkan pendapatan kerja, b). terbuka peluang usaha
masyarakat. Nilai tambah yang bagi masyarakat, c).
diperoleh pengepul lebih rendah peningkatkan pendapatan, d).
dibandingkan dengan nilai tambah yang mengurangi jumlah
diterima pemulung, karena pengepul pengangguran, e). meningkatkan
menanggung biaya bahan baku yang kepedulian dan kerjasama antara
cukup tinggi dan biaya bahan penolong. masyarakat pendatang dengan
Tinggi rendahnya nilai tambah masyarakat setempat,
dipengaruhi oleh penggunaan biaya f).peningkatan pembangunan
produksi, harga jual dan volume dan perbaikan sarana prasarana
produksi (Baihaqi dkk., 2014). desa. Eksternalitas negatif dari
Nilai tambah sampah anorganik TPST Piyungan adalah
dari TPST Piyungan merupakan salah terjadinya penurunan kualitas
satu eksternalitas positif dari TPST lingkungan, yakni a).
Piyungan, karena dapat meningkatkan pencemaran udara dan air, serta
pendapatan bagi pemulung dan b). penurunan kebersihan
pengepul. Adanya nilai tambah dari lingkungan. Eksternalitas negatif
sampah anorganik dalam usaha daur yang sangat dirasakan
ulang sampah tersebut, mampu masyarakat adalah pencemaran
meningkatkan pendapatan masyarakat udara berupa bau sampah.
disekitar TPST Piyungan, khususnya 2. Estimasi nilai eksternlitas positif
pada pemulung dan pengepul kecil yang yang diterima masyarakat sekitar
pada akhirnya akan meningkatkan TPST Piyungan berupa
kesejahteraan masyarakat. peningkatan pendapatan adalah
sebesar Rp109.847.940,00 per
Kesimpulan
tahun dan estimasi nilai
Berdasarkan penelitian tentang
eksternalitas negatif akibat
analisis eksternalitas TPST Piyungan
keberadaan TPST Piyungan
diperoleh hasil sebagai berikut :
yang berupa pengeluaran biaya
1. Eksternalitas positif dari pengganti dan biaya pengobatan
keberadaan TPST Piyungan adalah sebesar Rp71.343.000,00
yaitu a).terbukanya lapangan per tahun. Jadi, nilai
eskternalitas positif dari TPST 1. Keberadaan TPST Piyungan telah
Piyungan lebih besar daripada menimbulkan eksternalitas postif
nilai eksternalitas negatifnya, dan negatif. Eksternalitas negatif
dengan estimasi nilai yang sangat dirasakan masyarakat
eksternalitas sebesar adalah bau sampah yang sangat
Rp38.504.940,00 per tahun. menyengat. Oleh karena itu,
3. Berdasarkan rantai nilai sampah diharapkan pemerintah dan pihak
dari TPST Piyungan, usaha daur terkait menerapkan pengelolaan
ulang sampah dapat memberikan sampah dengan sanitary landfill
nilai tambah pada sampah sebaik-baiknya agar dampak
tersebut dan usaha daur ulang negatif berupa bau dapat teratasi.
sampah memiliki prospek yang Serta memberikan sosialisasi untuk
menjanjikan untuk dapat meningkatkan kesadaran
meningkatkan pendapatan masyarakat dalam menjaga
masyarakat dan angkatan kerja. kebersihan lingkungan dan
Pola rantai nilai sampah kesehatan.
anorganik TPST Piyungan yaitu 2. Untuk pemerintah dan pihak-pihak
pemulung-pengepul-pengepul terkait diharapkan dapat
besar-pabrik daur ulang. Sampah memanfaatkan potensi yang ada
yang dikumpulkan oleh dari sampah menjadi barang yang
pemulung dari TPST Piyungan lebih bermanfaat, salah satunya
mampu memberikan nilai memaksimalkan produksi pupuk
tambah sebesar Rp632,00 per kg kompos dan memanfaatkan gas
sampah untuk pemulung dan metan yang dihasilkan dari sampah
Rp392,00 per kg sampah untuk sebagai sumber energi bagi
pengepul. masyarakat. Sehingga eksternalitas
negatif yang dihasilkan dapat
Saran
berkurang dan menambah
Dari hasil penelitian yang dilakukan
eksternalitas positif dari TPST
oleh penulis terkait dengan eksternalitas
Piyungan.
positif dan negatif TPST Piyungan
3. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut
dapat disampaikan saran sebagai
mengenai relasi sosial masyarakat
berikut:
sekitar TPST Piyungan yang tinggal di wilayah sekitar TPST
mencakup seluruh lapisan Piyungan dengan radius < 1 km.
masyarakat. 2. Penelitian hanya terbatas pada
aspek ekonomi, sosial dan
Keterbatasan Penelitian
lingkungan.
1. Penelitian ini hanya dilakukan
pada masyarakat yang bertempat
http://blh.jogjaprov.go.id/po-
DAFTAR PUSTAKA content/uploads/DATA-
SLHD-DIY-2012.pdf diakses
Adinata, A, 2011, Pengaruh Kompensasi pada tanggal 28 Oktober 2016
Terhadap Kinerja Pegawai pk 19.00 WIB.
Dinas Pendapatan Daerah Kota
Bogor, Skripsi. Bogor:Institut Badan Pusat Statistik, Daerah Istimewa
Pertanian Bogor. Yogyakarta Dalam angka
Tahun
Apriliyanti, Triana, 2014, Ananlisis 2015,http://yogyakarta.bps.go.
Rantai Nilai (Value Chain) id/website/pdf_publikasi/Daer
Tahu Kuning Di Sentra Industri ah-Istimewa-Yogyakarta-
Tahu Kecamatan Adiwerna, Dalam-Angka-2015.pdf
Kabupaten Tegal, Skripsi. diakses pada tanggal 9
Semarang : Fakultas Oktober 2016 pk 21.12 WIB
Ekonomika Dan Bisnis Baihaqi, Akhad, dkk., 2014, “Analisis
Universitas Diponegoro. Rantai Nilai Dan Nilai
Tambah Kakao Petani Di
Kecamatan Poya Bakong Dan
Badan Lingkungan Hidup DIY, 2015, Geurodong Pase Kabupaten
Kajian Timbulan dan Aceh Utara”, Jurnal Agrisep
Komposisi Sampah Perkotaan Vol (15) No.2.
Studi di Kawasan Permukiman
DIY 2015, Badan Lingkungan Basuki, Agus Tri, 2015, Regresi Dalam
Hidup DIY, Yogyakarta. Penelitian Ekonomi Dan
Bisnis, Danisa Media,
Yogyakarta.
Badan Lingkungan Hidup DIY, Statistik
Lingkungan Hidup Daerah Bujagunasti, Yudi, 2009, Estimassi
(SLHD) DIY Tahun 2011, Manfaat dan Kerugian
http://blh.jogjaprov.go.id/po- Masyarakat Akibt Keberadaan
content/uploads/LSLHD_DIY Tempat Pembuangan Akhir
_2011.pdf , diakses pada Studi Kasus di TPA Bantar
tanggal 28 Oktober 2016 pk Gebang, Skripsi. Bogor :
19.00 WIB Fakultas Ekonomi dan
Manajemen Institut Pertanian
Badan Lingkungan Hidup DIY, Statistik Bogor.
Lingkungan Hidup Daerah
(SLHD) DIY Tahun 2012,
Cakswindryandani, Ni Luh Putu Ravi Sampah Galuga Kabupaten
dkk., 2016, “Nilai Tambah Bogor Jawa Barat, Skripsi.
Pada Rantai Pasok Beras Di Bogor : Departemen Ekonomi
Penebel Tabanan Bali”, Jurnal Sumberdaya Dan
Rekayasa Dan Manajemen Lingkungan.Fakultas
Agroindustri, Vol.4, No.2, Ekonomi dan Manajemen,
Juni 2016 (137-148). Institut Pertanian Bogor.

Central Intelligence Agency, 2015, The Jati, T. K. (2013). Peran Pemerintah


World Factbook, Boyolali Dalam Pengelolaan
https://www.cia.gov/library/pu Sampah Lingkungan
blications/the-world- Permukiman Perkotaan (Studi
factbook/geos/id.html# pada Kasus: Perumahan Bumi
tanggal 29 September 2016 pk Singkil Permai). Jurnal
20.00 WIB. Wilayah dan Lingkungan,
1(1), 1-16.
Dedi, dkk., 2015, “Analisis Ekonomi Juliansah, Marthin Hadi, 2010, Analisis
Lingkungan Terhadap Tempat Keberadaan Tempat
Pemrosesan Akhir Sampah Pengelolaan Sampah Terpadu
(TPA) Jatibarang Kota (TPST) Bantar Gebang
Semarang”, Jurnal Teknik Bekasi, Tesis. Depok :
Lingkungan Vol.4, No.1. Magister Perencanaan dan
Kebijakan Publik Fakultas
Fathurrozi, Fahmi, 2016, Eksternalitas Ekonomi, Universitas
Industri di Kota Probolinggo, Indonesia.
Skripsi. Jember : Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan, Kairupan, Grace A., dkk., 2016, “Analisis
Fakultas Ekonomi. Nilai Tambah Akarwangi
Universitas Jember. Pada Industri Minyak Atsiri
Di Kabupaten Minahasa
Fauziah, U., & Ikhwana, A. 2015. Utara”, Jurnal Universitas
Analisa Rantai Nilai Sam Ratulangi
Distribusi Kopi di Kabupaten Manado,http://ejournal.unsrat
Garut. Jurnal Kalibrasi, 13(1). .ac.id/index.php/. Diakses
pada tanggal 28 November
Hakami, Bader A, 2016, “Environmental 2016 pk. 10.08 WIB.
Externalities From Landfill
Disposal And Incineration Of Kasam, 2011, “Analisis Resiko
Waste”, International Journal Lingkungan pada Tempat
of Advanced Research in Pembuanan Akhir (TPA)
Engineering and Technology Sampah (Studi Kasus : TPA
(IJARET), Vol. 7, Issue 1, Jan- Piyungan Bantul”, Jurnal
Feb 2016,pp 47-53. Sains dan Teknologi
Lingkungan Volume 3,Nomor
Hifdziyah, Lisanatul, 2011, Analisis 1, Januari 2011, Hal : 019-
Penurunan Kualitas 0230,ISSN:2085-1227.
Lingkungan Di Sekitar
Tempat Pembuangan Akhir
Mulasari, A., dkk., 2016, “Analisis “Environmental and
Situasi Permasalahan Sampah Economical Assesment of
Kota Yogyakarta dan MSW Management in Europe
Kebijakan : An Analysis between the
Penanggulangannya”. Jurnal landfill and WTE Impacts”.
Kesehatan Masyarakat. International Journal of
Academic Research in
Pahlefi, Reza, 2014, Estimasi Nilai Business and Social Sciences,
Eksternalitas dari Tempat June 2015, Vol. 5, No.6.
Pemrosesan Akhir Sampah Putra, M.Agung, 2016, “Dampak Tempat
(Studi Kasus TPA Rawa Pembuangan Akhir (TPA)
Kucing Kota Tangerang), Sampah Batulayang Bagi
Skripsi. Bogor : Fakultas Masyarakat Sekitar Di
Ekonomi dan Manajemen Kelurahan Batulayang
Institut Pertanian Bogor. Kecamatan Pontianak Utara
Kota Pontianak”. Jurnal S-1
Permana, Teguh Jaya dan Yulinah Sosiologi Vol.4 No.2 Edisi
Trihadiningrum, 2010, Kajian Maret 2016.
Pengadaan Dan Penerapan
Tempat Pengolahan Sampah Rachmad, Mahardika dkk., 2015,
Terpadu (TPST) Di TPA “Analisis Ekonomi
Km.14 Kota Palangkaraya, Lingkungan Terhadap
Tesis, Surabaya : Jurusan Keberadaan Tempat
Teknik Ligkungan FTPS-ITS, Pemrosesan Akhir (TPA)
Program Pascasarjana, Institut Blondo Kabupaten
Teknologi Sepuluh Nopember Semarang”, Jurnal Teknik
Surabaya. Lingkungan Vol.4, No.1
(2015).
Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Rangkuti, Febriana Adiya, 2014, Dampak
No.15 Tahun 2012 Tentang Keberadaan Tempat
Panduan Valuasi Ekonomi Pembuangan Akhir Sampah
Ekosistem Hutan, (TPAS) “ Namo Bintang”
http://jdih.menlh.go.id/. Terhadap Masyarakat (Studi
Diakses pada tanggal 2 Kasus : Desa Namo Bintang,
Oktober 2016 pk 11:00 WIB Kecamatan Pancara Batu,
Kabupaten Deli Serdang),
Peraturan Pemerintah RI No.81 Tahun Skripsi. Bogor : Fakultas
2012 Tentang Pengelolaan Ekonomi dan Manajemen
Sampah Rumah Tangga Dan Institut Pertanian Bogor.
Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga. Sari, Andiny Khilsa Fatma, 2015,
http://www.menlh.go.id/. Eksternalitas Atas
Diakses pada tanggal 2 Keberadaan Desa Wisata
Oktober 2016 pk 12:30 WIB Candran, Skripsi, Yogyakarta
: Fakultas Ekonomi
Polzer, Veronica R, and Kenneth Universitas Muhammadiyah
M.Person, 2015, Yogyakarta.
Sarpasen, Odiyansah, 2013, Analisis Suhartini, 2008, “Pengaruh Keberadaan
Eksternalitas Pabrik Gula Tempat Pembuangan Akhir
Tebu PTPN Vii Bunga (TPA) Sampah Piyungan
Mayang Terhadap Terhadap Kualitas Air Sumur
Perekonomian Masyarakat Di Penduduk Di Sekitarnya”.
Desa Negara Tulang Jurnal SAINTEK 2008
Bawang,Skripsi. Lampung : Universitas Negeri
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta.
Universitas Lampung. http://staff.uny.ac.id/ . Diakses
tanggal 10 November 2016 Pk
Senja,Puput Yunita, 2010, Potensi 19.20 WIB.
Peternakan Sapi Pedaging
Untuk Meningkatkan Syahza, Almasdi, 2005, “Dampak
Kesejahteraan Masyarakat Di Pembangunan Perkebunan
Tempat Pembuangan Akhir Kelapa Sawit Terhadap
(TPA) Putri Cempo Multiplier Effect Ekonomi
Mojosongo, Solo, Skripsi. Pedesaan Di Daerah Riau”.
Bogor : Institut Pertanian Jurnal Ekonomi,
Bogor. Th.X/03/November/2005,PPD
&I Fakultas Ekonomi
Solikhah, Novia Harum, dkk, 2011, Universitas Tarumanegara,
Dampak Keberadaan Tempat Jakarta.
Pembuangan Akhir (TPA)
Terhadap Kondisi Sosial Undang- Undang RI No. 32 Tahun 2009
Masyarakat Dusun Ngablak, Tentang Perlindungan dan
Desa Sitimulyo, Kecamatan Pengelolaan Lingkungan
Piyungan Kabupaten Bantul, Hidup
Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta. Undang-Undang RI No.18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah.
Suhan, Garna Yuana, 2009, Estimasi
Nilai Penurunan Kualitas Wildayana, Elisa, dkk, 2008, “Dampak
Lingkungan Terhadap Harga Pembangunan Perkebunan
Lahan di Sekitar Tempat Kelapa Sawit Terhadap
Pembuangan Akhir Sampah Penigkatan Ekonomi
Cipayung Kota Depok Jawa Mayarakat Di Lahan Pasang
Barat, Skripsi. Bogor: Surut (Pendekatan Multiplier
Departemen Ekonomi Effect)”. Jurnal Ilmiah
Sumberdaya dan Lingkungan HABITAT volume XIX No. 2
Fakultas Ekonomi Dan Bulan Agustus 2008.
Manajemen. Institut Pertanian
Bogor.

Anda mungkin juga menyukai