Tri Widyaningsih
Email : triwidya30@gmail.com
No. Telp: 0274 387649 (hotline), 0274 387656 ext.199/200 No. Fax : 0274 387649
INTISARI
ABSTRACT
This research is to analyze both the positive and negative externalities of TPST
Piyungan. The subjects of this research are the people who lived around TPST
Piyungan within the distance of less then 1 km from TPST Piyungan. The primary data
are used from questionnaires, observation and interviews with 120 respondents using
census method. The analysis in this research is descriptive statistics, income analysis,
cost of illness, replacement cost and value added.
The results indicate that the existence of TPST Piyungan influenced toward the
economical and social aspects as well as the environment of the people around it. The
positive externalities value estimation are Rp109.847.940,00/year and the negative
externalities value for the people are Rp71.343.000,00/year. Inorganik waste utilization
of TPST Piyungan, can give value added Rp632,00/kg for scavengers and Rp392,00/kg
for collectors.
Keywords: Externalities, cost of illness, replacement cost, value added, Integrated
waste management facility (TPST)
PENDAHULUAN Permasalahan sampah
merupakan salah satu tantangan yang
Indonesia adalah salah satu
harus dihadapi oleh setiap
negara berkembang yang memiliki
kabupaten/kota di Indonesia.
jumlah penduduk yang banyak dan
Berdasarkan pada data dari
terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah
Kementerian Lingkungan Hidup (2012)
penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa
dalam Kajian Timbulan dan Komposisi
atau 3,5% dari jumlah penduduk dunia
Sampah Perkotaan (2015), volume
(CIA World Factbook, 2015). Seperti
sampah di Indonesia pada tahun 2010
Negara berkembang pada umumnya,
mencapai 200.000 ton/hari, dan
kebijakan yang diterapkan oleh
mengalami trend naik secara signifikan
pemerintah berorientasi untuk
yakni pada tahun 2012 volume sampah
meningkatkan konsumsi pada
di Indonesia menjadi 490.000 ton/hari
masyarakat berpendapatan rendah
atau 178.850.000 ton dalam satu tahun.
dengan tujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Sebagai akibat Berdasarkan pada kajian yang
dari kegiatan konsumsi dan produksi telah dilakukan oleh Kementerian
yang terus meningkat tersebut jumlah Lingkungan Hidup pada Tahun 2008,
limbah yang dihasilkan juga terus sistem pengelolaan sampah di Indonesia
bertambah (Polzer, 2015). saat ini masih berpusat pada Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yakni
Segala aktivitas ekonomi yang
sebesar 69%, ditimbun sebesar 10%,
dilakukan oleh setiap masyarakat seperti
dikomposkan dan didaur ulang sebesar
produksi dan konsumsi pasti akan
7%, dibakar 5% dan tidak terurus 7%
menghasilkan sisa atau limbah yang
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2008
sudah tidak terpakai lagi atau sering
dalam Kajian Timbulan dan Komposisi
disebut sampah. Peningkatan jumlah
Sampah Perkotaan BLH DIY, 2015).
sampah merupakan salah satu bentuk
dampak negatif dari pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta
ekonomi. Seiring dengan peningkatan termasuk salah satu kota besar di
jumlah penduduk, jumlah produksi Indonesia dengan kepadatan penduduk
sampah yang dihasilkan juga akan yang cukup tinggi. Tingginya jumlah
semakin meningkat. penduduk inilah yang menyebabkan
terjadinya peningkatan jumlah timbulan sebesar 13,17%, Kulon Progo 7,20%,
sampah di Daerah Istimewa dan Bantul sebesar 1,91% (Mulasari
Yogyakarta. Berdasarkan pada hasil dkk., 2016).
survei timbulan sampah yang dilakukan
Salah satu upaya yang dilakukan
oleh BLH Daerah Istimewa Yogyakarta
oleh pemerintah Daerah Istimewa
Tahun 2015, rata-rata timbulan sampah
Yogyakarta dalam menanganani
dari perorangan di Daerah Istimewa
masalah sampah tersebut adalah dengan
Yogyakarta adalah sebanyak 0,44
mendirikan Tempat Pengolahan
kg/orang/hari.
Sampah Terpadu (TPST) Piyungan.
Pada tahun 2011, dengan jumlah Menurut Hifdziyah (2011) Tempat
rumah tangga sebanyak 920.689 di Pembuangan Akhir Sampah (TPAS)
Daerah Istimewa Yogyakarta mampu merupakan salah satu barang publik
menghasilkan timbulan sampah sebesar yang disediakan oleh pemerintah, begitu
10.327m3/hari. Kemudian pada tahun pula dengan TPST Piyungan yang
2012, dengan jumlah rumah tangga termasuk ke dalam jenis barang publik.
sebanyak 998.328, menghasilkan Pengelolaan sampah juga merupakan
3
timbulan sampah sebesar 11.538 m / suatu barang publik (Coad, 2000 dalam
hari. Hal ini menunjukkan bahwa Jati, 2013). Salah satu karakteristik dari
dengan semakin bertambahnya jumlah barang publik adalah barang yang
penduduk, produksi sampah yang manfaatnya dirasakan bersama dan
dihasilkan juga semakin meningkat. dikonsumsikan bersama tetapi dapat
Permasalahan sampah ini harus segera terjadi kepadatan serta dapat dijual
ditangani, agar tidak menimbulkan melalui pasar atau langsung oleh
masalah yang lainnya (Data SLHD pemerintah (Mangkoesoebroto, 2000
DIY, 2011;Data SLHD DIY, 2012). dalam Hifdziyah, 2011).
Berdasarkan pada profil Badan
Sampah yang diangkut ke TPST
Lingkungan Hidup (BLH) Kota
Piyungan berasal dari Kabupaten
Yogyakarta Tahun 2013 menyebutkan
Bantul, Kabupaten Sleman dan Kota
bahwa sampah yang terangkut ke
Yogyakarta. Sampah yang diangkut
tempat pembuangan akhir sampah
TPST Piyungan terus mengalami
terbanyak adalah dari Kota Yogyakarta
peningkatan setiap tahunnya. Pada
yakni sebanyak 34,89%, Sleman
tahun 2015 volume sampah yang masuk sampah. Pengelolaan TPST Piyungan
ke TPST Piyungan mencapai 158.599 dilakukan oleh Pemerintah Daerah
ribu kg dan setiap harinya TPST Istimewa Yogyakarta (Kantor Pengelola
Piyungan menampung 400-500 ton TPST Piyungan, 2016)
200,000 14
158,599 12
144,655 141,826 11.83 10
150,000 130,826
116,960 123,033 10.57 8
6
100,000 6.33
(%)
4.76 5.19 4
2
50,000 0
-1.96 -2
0 -4
2010 2011 2012 2013 2014 2015
= Lokasi Penelitian
Pabrik
= Aliran Barang Daur Ulang Sampah
Sumber : Data Primer, 2016
Gambar 4. Aliran Rantai Nilai/ Nilai Jual Sampah Anorganik pada Kegiatan Daur
Ulang Sampah